referat saraf yusda kris sari wijaya

36
BAB I PENDAHULUAN Selama minggu atau bulan-bulan pertama perbaikan paska stroke, otak mengalami perubahan sel yag sangat drastis. Yang dapat dirangsang lebih lanjut dengan peyediaan lingkungan yang mendukung. Pengembangan lingkungan yang menunjang fungsi motorik serta somatosensori paska stroke, lingkungan buatan, dan stimulasi elektrik kortikal dan perifer semuanya dapat meningkatkan kemampuan motorik. Uniknya, stimulasi dengan berbagai komponen, termasuk auditori, visual, dan pembauan dapat memperbaiki kemampuan kognitif dan fungsi motorik lebih bak daripada salah satu komponen tersebut berdiri sendiri. Penelitian tenang fungsi bunyi-bunyian dapat meningkatkan fungsi kortikal dan memperbaiki memori serta pembelajaran. Dalam otak manusia sumber stimulasi bunyi yang paling baik adalah musik. Mendengarkan musik adalah proses yang kompleks dalam otak, dimana dapat memicu serangkaian komponen kognitif dan emosional dengan system saraf yang berbeda. Penelitian dengan gambaran otak menunjukkan bahwa aktivitas neuron saat mendengarkan musik sangat luas melebihi cortek auditorius, bahkan sampai dengan 2 sisi lobus temporal, frontal, parietal dan sub kortikal yang terkait dengan proses semantic, konsentrasi, memori pengolah musik dan fungsi motorik. Sedangkan system limbic dan paralimbik terkait dengan proses emosi. Musik 1

Upload: chiefdoom8800

Post on 05-Jul-2015

211 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: referat saraf yusda kris sari wijaya

BAB I

PENDAHULUAN

Selama minggu atau bulan-bulan pertama perbaikan paska stroke, otak

mengalami perubahan sel yag sangat drastis. Yang dapat dirangsang lebih lanjut

dengan peyediaan lingkungan yang mendukung. Pengembangan lingkungan yang

menunjang fungsi motorik serta somatosensori paska stroke, lingkungan buatan, dan

stimulasi elektrik kortikal dan perifer semuanya dapat meningkatkan kemampuan

motorik. Uniknya, stimulasi dengan berbagai komponen, termasuk auditori, visual,

dan pembauan dapat memperbaiki kemampuan kognitif dan fungsi motorik lebih bak

daripada salah satu komponen tersebut berdiri sendiri. Penelitian tenang fungsi bunyi-

bunyian dapat meningkatkan fungsi kortikal dan memperbaiki memori serta

pembelajaran.

Dalam otak manusia sumber stimulasi bunyi yang paling baik adalah musik.

Mendengarkan musik adalah proses yang kompleks dalam otak, dimana dapat

memicu serangkaian komponen kognitif dan emosional dengan system saraf yang

berbeda. Penelitian dengan gambaran otak menunjukkan bahwa aktivitas neuron saat

mendengarkan musik sangat luas melebihi cortek auditorius, bahkan sampai dengan 2

sisi lobus temporal, frontal, parietal dan sub kortikal yang terkait dengan proses

semantic, konsentrasi, memori pengolah musik dan fungsi motorik. Sedangkan

system limbic dan paralimbik terkait dengan proses emosi. Musik telah terbukti

mempengaruhi penurunan kecemasan, depresi, dan pasien dengan psikosomatik.

Penelitian terbaru mengenai fungsi kognitif dan neuropsikologi mengatakan

bahwa musik berpengaruh pada perbaikan terhadap fungsi kognitif seperti

konsentrasi, perhatian, pembelajaran, komunikasi, dan memori pada orang yang sehat.

Pada rehabilitasi stroke musik digunakan sebagai salah satu bagian dari

fisioterapi dan terapi wicara. Terapi megguakan musik dengan lirik didalamnya dapat

merangsang otak kanan maupun otak kiri dari pada terapi wicara yang hanya

merangsang otak kiri saja.

1

Page 2: referat saraf yusda kris sari wijaya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi :

Kognitif adalah : Kemampuan berpikir dan memberikan rasional,termasuk proses

mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan1)

Gangguan kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak, karena kemampuan pasien

untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak .

II. Fungsi Otak :

1. Lobus Frontalis

Pada bagian lobus ini berfungsi untuk :

- Proses belajar

- Abstraksi

- Alasan

2. Lobus Temporal

Secara umum berfungsi untuk :

- Diskriminasi bunyi

- Perilaku verbal

2

Page 3: referat saraf yusda kris sari wijaya

- Bicara

3. Lobus Parietal

Berfungsi untuk :

- Diskriminasi waktu

- Fungsi somatik

- Fungsi motorik

4. Lobus Oksipitalis

Berfungsi untuk :

- Diskriminasi visual

- Diskriminasi beberapa aspek memori

5. Sisitim Limbik

Hal ini akan berpengaruh pada fungsi :

- Perhatian

- Flight of idea

- Memori

- Daya ingat

Secara umum apabila terjadi gangguan pada otak, maka seseorang akan mengalami

gejala yang berbeda, sesuai dengan daerah yang terganggu yaitu :

1. Gangguan pada lobus frontalis , akan ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :

- Kemampuan memecahkan masalah berkurang

- Hilang rasa sosial dan moral

- Impilsif

- Regresi

2. Gangguan pada lobus temporalis akan ditemukan gejala sebagai berikut:

- Amnesia

- Demensia

3. Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan gejala-gejala

yang hampir sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi

4. Gangguan pada sistim limbik akan menimbulkan gejala yang bervariasi antara

lain :

- Gangguan daya ingat

- Memori

- Disorientasi

3

Page 4: referat saraf yusda kris sari wijaya

RENTANG RESPON KOGNITIF SECARA UMUM :2)

Respon Adaptif ----------------------------------------- Respon Maladaptif

----------------------------------------------------------------------------------

Decisiveness Periodic Tidak mampu membuat

indecisiveness keputusan

Memori baik Pelupa Kerusakan memori

Persepsi akurat Kadang-kadang bingung Kerusakan penilaian

Perhatian terfokus Ragu Disorientasi

Koheren Mispersepsi Mispersepsi

Berfikir logis Pikiran kacau Perhatian tidak fokus

Orientasi penuh Kadang-kadang Sulit memberikan alasan

pikiran tidak jernih yang logis

4

Page 5: referat saraf yusda kris sari wijaya

GANGGUAN KOGNITIF

1 .Definisi

Gangguan kognitif dapat menyebabkan gangguan perilaku, antara lain dapat

berupa delirium maupun demensia. Pada kasus refrat ini saya akan membahas lebih

dalam pada gangguan kognitif yaitu delirium.

Delirium adalah suatu kondisi yang dikarakterisasi dengan adanya perubahan

kognitif akut (defisit memori,disorientasi, gangguan berbahasa) dan gangguaan pada

sistem kesadaran manusia. Delirium bukanlah suatu penyakit melainkan suatu

sindrom dengan penyebab multipel yang terdiri atas berbagai macam pasangan gejala

akibat dari suatu penyakit dasar. Delirium didefinisikan sebagai disfungsi cerebral

yang reversible,akut dan bermanifestasi klinis pada abnormalitas neuropsikiatri.

Delirium sering salah diintrepretasikan dengan demensia, depresi, mania,

schizophrenia akut, atau akibat usia tua, hal ini dapat terjadi karena gejala dan tanda

dari delirium juga muncul pada demensia, depresi, mania, psikosis dll. Kata

“delirium” berasal dari bahasa latin yang artinya lepas jalur. Sindrom ini pernah

dilaporkan pada masa Hippocrates dan pada tahun 1813 Sutton mendeskripsikan

sebagai delirium tremens, kemudian Wernicke menyebutnya sebagai Encephalopathy

Wernicke.3)

II. 2. Patofisiologi

Berdasarkan pada bangkitan, terdapat 3 tipe delirium.3)

1. Delirium hiperaktif : didapatkan pada pasien dengan gejala putus substansi

antara lain; alkohol,amfetamin,lysergic acid diethylamide atau LSD.

2. Delirium hipoaktif : didapatkan pada pasien pada keadaan hepatic

encephalopathy dan hipercapnia.

3. Delirium campuran : pada pasien dengan gangguan tidur, pada siang hari

mengantuk tapi pada malam hari terjadi agitasi dan gangguan sikap.

Mekanisme penyebab delirium masih belum dipahami secara seutuhnya. delirium

menyebabkan variasi yang luas terhadap gangguan structural dan fisiologik.

Neuropatologi dari delirium telah dipelajari pada pasien dengan hepatic

encephalopathy dan pada pasien dengan putus alcohol. Hipotesis utama yaitu

5

Page 6: referat saraf yusda kris sari wijaya

gangguan metabolisme oksidatif yang reversibel dan abnormalitas dari multipel

neurotransmiter.3)

a. Asetilkolin

data studi mendukung hipotesis bahwa asetilkolin adalah salah satu

dari neurotransmiter yang penting dari pathogenesis terjadinya

delirium. Hal yang mendukung teori ini adalah bahwa obat

antikolinergik diketahui sebagai penyebab keadaan bingung, pada

pasien dengan transmisi kolinergik yang terganggu juga muncul gejala

ini. Pada pasien post operatif delirium serum antikolinergik juga

meningkat.

b. Dopamine

Pada otak, hubungan muncul antara aktivitas kolinergik dan

dopaminergik. Pada delirium muncul aktivitas berlebih dari

dopaminergik, pengobatan simptomatis muncul pada pemberian obat

antipsikosis seperti haloperidol dan obat penghambat dopamine.

c. Neurotransmitter lainnya

Serotonin ; terdapat peningkatan serotonin pada pasien dengan

encephalopati hepatikum.

GABA (Gamma-Aminobutyric acid); pada pasien dengan hepatic

encephalopati,peningkatan inhibitor GABA juga ditemukan.

Peningkatan level ammonia terjadi pada pasien hepatic

encephalopati,yang menyebabkan peningkatan pada asam amino

glutamat dan glutamine (kedua asam amino ini merupakan precursor

GABA). Penurunan level GABA pada susunan saraf pusat juga

ditemukan pada pasien yang mengalami gejala putus benzodiazepine

dan alkohol.

d. Mekanisme peradangan/inflamasi

Studi terkini menyatakan bahwa peran sitokin, seperti interleukin-1

dan interleukin-6,dapat menyebabkan delirium. Mengikuti setelah

terjadinya infeksi yang luas dan paparan toksik,bahan pirogen endogen

seperti interleukin-1 dilepaskan dari sel. Trauma kepala dan iskemia,

yang sering dihubungkan dengan delirium,terdapat hubungan respon

otak yang dimediasi oleh interleukin-1 dan interleukin 6.

6

Page 7: referat saraf yusda kris sari wijaya

e. Mekanisme reaksi stress

Stress psikososial dan gangguan tidur mempermudah terjadinya

delirium.

f. Mekanisme struktural

Pada pembelajaran terhadap MRI terdapat data yang mendukung

hipotesis bahwa jalur anatomi tertentu memainkan peranan yang lebih

penting daripada anatomi yang lainnya. Formatio reticularis dan

jalurnya memainkan peranan penting dari bangkitan delirium. Jalur

tegmentum dorsal diproyeksikan dari formation retikularis

mesensephalon ke tectum dan thalamus adalah struktur yang terlibat

pada delirium.

Kerusakan pada sawar darah otak juga dapat menyebabkan

delirium,mekanismenya karena dapat menyebabkan agen neuro toksik

dan sel-sel peradangan (sitokin) untuk menembus otak.

II. 3. DIAGNOSTIK

Kriteria diagnostik untuk delirium :4)

a. Gangguan kesadaran

Penurunan kesadaran terhadap lingkungan sekitar ,dengan penurunan

kemampuan untuk fokus,mempertahankan atau mengganti perhatian.

b. Perubahan kognitif ( defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa )

c. Gangguan perkembangan dalam periode waktu yang singkat

d. Bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau pemeriksaan

laboratorium yang mengindikasikan bahwa gangguan disebabkan oleh

konsekuensi fisiologik langsung atau akibat kondisi medis yang umum.

II. 4. Onset/ level fluktuasi dari kesadaran

Delirium ditandai dari perubahan mental akut dari pasien,perubahan fluktuatif

pada kognitif termasuk memori,berbahasa dan organisasi.4)

A. Gangguan atensi

Pasien dengan delirium mengalami kesulitan untuk memperhatikan.

Mereka mudah melupakan instruksi dan mungkin dapat menanyakan

instruksi dan pertanyaan untuk diulang berkali-kali. Metode untuk

7

Page 8: referat saraf yusda kris sari wijaya

mengidentifikasi gangguan atensi yaitu dengan menyuruh pasien

menghitung angka terbalik dari 100 dengan kelipatan 7.

B. Gangguan memori dan disorientasi

Defisit memori, hal yang sering jelas terlihat pada pasien delirium.

Disorientasi waktu,tempat dan situasi juga sering didapatkan pada

delirium.

C. Agitasi

Pasien dengan delirium dapat menjadi agitasi sebagai akibat dari

disorientasi dan kebingungan yang mereka alami. Sebagai contoh;

pasien yang disorientasi menggangap mereka dirumah meskipun ada

dirumah sakit,sehingga staff rumah sakit dianggap sebagai orang asing

yang menerobos kerumahnya.

D. Apatis dan menarik diri terhadap sekitar/withdrawal.

Pasien dengan delirium dapat menampilkan apatis dan withdrawal.

Mereka dapat terlihat depresi,penurunan nafsu makan,penurunan

motivasi dan gangguan pola tidur.

E. Gangguan tidur.

Pada pasien delirium sering tidur pada waktu siang hari tapi bangun

pada waktu malam hari. Pola ini digabungkan dengan

disorientasi,kebingungan dapat menimbulkan situasi yang berbahaya

pada pasien yang resikonya dapat jatuh dari tempat tidur,menarik

kateter atau iv dan pipa nasogastric.

F. Emosi yang labil

Delirium dapat menyebabkan emosi pasien yang labil seperti

gelisah,sedih,menangis dan kadang kadang gembira yang berlebih.

Emosi ini dapat muncul bersamaan ketika seseorang mengalami

delirium.

G. Gangguan persepsi

Terjadi halusinasi visual dan auditori

H. Tanda tanda neurologis

Pada delirium dapat muncul tanda neurologis antara lain : tremor gait,

asterixis mioklonus,paratonia dari otot terutama leher,sulit untuk

menulis dan membaca dan gangguan visual.

8

Page 9: referat saraf yusda kris sari wijaya

II. 5. Gejala delirium

Gejala-gejala utama dari delirium :4)

Kesadaran yang terganggu

Kesulitan untuk mempertahankan atau mengubah perhatian

Disorientasi

Ilusi

Halusinasi

Kesadaran yang berubah fluktuasi

Gejala gejala neurogikal:

Disfasia

Disarthria

Tremor

Asterixis pada encephalopati hepatikum dan uremia

Abnormalitas pada motorik

II. 6. Perbedaan antara delirium dan demensia.2)

Delirium Demensia

Onset Biasanya tiba-tiba Biasanya perlahan

Lama Biasanya singkat/ < 1 bulan biasanya lama dan

progressif.

Paling banyak dijumpai

pada usia > 65 th.

Stressor Racun, infeksi, trauma,

Hipertermia

Hipertensi, hipotensi,

anemia. Racun, defisit

vitamin, tumor atropi

jaringan otak

Perilaku Fluktuasi tingkat kesadaran

- Disorientasi

- Gelisah

- Agitasi

- Ilusi

- Halusinasi

Hilang daya ingat

- Kerusakan penilaian

- Perhatian menurun

- Perilaku sosial tidak sesuai

- Afek labil

- Gelisah

9

Page 10: referat saraf yusda kris sari wijaya

- Pikiran tidak teratur

-Gangguan penilaian dan

pengambilan keputusan

- Afek labil

- Agitasi

DELIRIUM MNEMONICS (suatu rangkaian kata yang dapat dipakai untuk

membedakan diagnosis delirium): 4)

“I WATCH DEATH”

Infection : HIV,sepsis,pneumonia

Withdrawal : alcohol, barbiturate, hipnotik-sedatif

Acute metabolic : asidosis,alkalosis,gangguan elektrolit, ga-

Gal hepar, gagal ginjal

Trauma : luka kepala tertutup,heat stroke,postoperative,

Subdural hematoma,abses et causa terbakar

CNS patologis : infeksi,stroke,tumor, metastasis,vaskulitis,

Encephalitis, meningitis,sifilis

Hipoksia : anemia,keracunan gas CO, hipotensi, gagal

pulmoner atau gagal jantung.

Defisiensi : vitamin B12, folat, niacin, thiamine

Endorinopati : hiper/hipoadenokortism,hiper/hipoglikemi,mix-

Udem, hiperparatiroidism.

Acute vaskuler : hipertensif encephalopati,stroke,arrhythmia,

Shock

Toxin atau obat : obat yang diresepkan,pestisida,pelarut ber-

Bahaya

Heavy metals : mangan,air raksa,timah hitam

II. 7.faktor resiko delirium.

Faktor resiko delirium dapat dibagi menjadi 2 yaitu:5)

Pasien dengan karakteristik

Pasien dengan kondisi medis

Pasien dengan kharakteristik antara lain :

Orang tua yang masuk rumah sakit

Sakit stadium terminal

Anak kecil

Gangguan tidur

10

Page 11: referat saraf yusda kris sari wijaya

Pasien dengan pengobatan multi drugs

Gangguan sensori (pendengaran atau visual)

Pasien dengan kondisi medis antara lain :

Demensia

Status postoperasi (jantung,transplantasi,panggul)

Luka bakar

Gejala putus terhadap alcohol maupun obat

Malnutrisi

Penyakit hati kronis

Pasien dengan hemodialisis

Penyakit Parkinson

Infeksi HIV

Status post stroke

II. 8. Penyebab /etiologi delirium

Hampir semua penyakit medis,intoksikasi atau medikasi dapat menyebabkan

delirium. Seringkali delirium merupakan multifaktorial dalam etiologinya. Dibawah

ini merupakan multifaktorial etiologi :6)

Penyebab reversible antara lain :

1. Hipoksia

2. Hipoglikemia

3. Hipertermia

4. Antikolinergik delirium

5. Putus alcohol atau sedative

Perubahan structural :

1. Trauma tertutup kepala atau perdarahan cerebral

2. Kecelakaan cerebrovaskular antara lain : infark cerebri, perdarahan

subarachnoid,hipertensif encephalopathy

3. Tumor kepala primer maupun metastase

4. Abses otak

Akibat metabolic

1. Gangguan air dan elektrolit, gangguan asam basa,hipoksia

11

Page 12: referat saraf yusda kris sari wijaya

2. Hipoglikemia

3. Gagal ginjal atau gagal hati

4. Defisiensi vitamin terutama Thiamine dan cyanocobalamin

5. Endokrinopati terutama berhubungan dengan tiroid dan paratiroid

Keadaan hipoperfusi :

1. Shock

2. CHF (Congestif heart failure)

3. Cardiac aritmia

4. Anemia

Infeksi :

1. Infeksi susunan saraf pusat seperti meningitis

2. Ensephalitis

3. Infeksi otak yang berhubungan dengan HIV

4. Septicemia

5. Pneumonia

6. URTI (urinaria tractus infection )

Toksik :8)

1. Intoksikasi substansi illegal : alkohol,heroin,ganja,LSD

2. Delirium yang dipicu oleh obat antara lain :

Antikolinergik(Benadryl,tricyclic antidepressant)

Narkotik (meperidine)

Hipnotik sedative (benzodiazepine)

Histamine-2 bloker (cimetidine)

Kortikosteroid

Antihipertensif ( methyldopa,reserpine)

Antiparkinson (levodopa)

Penyebab lainnya :

1. Lingkungan yang tidak nyaman bagi pasien demensia menjadi pencetus

delirium

2. Retensio urin, gangguan tidur, perubahan lingkungan

II. 9. Tata laksana.6)

Pengobatan terutama pada pasien delirium adalah untuk mengkoreksi

kondisi medis yang menyebabkan gangguan-gangguan utama. Langkah pertama

12

Page 13: referat saraf yusda kris sari wijaya

pada tata laksana pasien dengan delirium adalah melakukan pemeriksaan yang

hati hati terhadap riwayat penderita,pemeriksaan fisik, pemeriksaan

laboratorium. Informasi dari pasien tentang riwayat pasien terdahulu maupun

status penderita sekarang sangat membantu para praktisi medis untuk

melakukan tata laksana yang baik untuk mengobati delirium.

Anamnesa terbaik dari pasien delirium dapat menyingkirkan differensial

diagnose lain terutama hasil laboratorium juga dapat memperjelas etiologi dari

delirium.

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain :6)

1. Darah rutin ; untuk mendiagnosa infeksi dan anemia

2. Elektrolit ; untuk mendiagnosa low atau high elektrolit level

3. Glukosa ; untuk mendiagnosa hipoglikemi,ketoasidosis diabetikum,

atau keadaan hiperosmolar non ketotic

4. Test hati dan ginjal ; untuk mendiagnosa gagal ginjal atau hati

5. Analisis urine ; untuk mendiagnosa URTI

6. Test penggunaan pada urin dan darah

7. HIV test

8. Thiamine dan vit B12 level

9. Sedimentasi urine

10. test fungsi tiroid

Test neuroimaging :9)

1. CT Scan kepala

2. MRI berfungsi untuk mendiagnosa dari stroke,perdarahan, dan lesi

structural

Pemeriksaan elektrofisiologi:9)

1. Pada delirium,umumnya perlambatan pada ritme dominan posterior dan

peningkatan aktifitas gelombang lambat pada hasil pencatatan EEG.

2. Pada delirium akibat putus obat/alcohol, didapatkan peningkatan

aktifitas gelombang cepat pada pencatatan.

3. Pada pasien dengan hepatic encephalopati, didapatkan peningkatan

gelombang difuse.

13

Page 14: referat saraf yusda kris sari wijaya

4. Pada toksisitas atau gangguan metabolik didapatkan pola gelombang

triphasic, pada epilepsy didapatkan gelombang continuous discharge,

pada lesi fokal didapatkan gelombang delta.

Foto radiologi dada :9)

Digunakan untuk melihat apakah terdapat pneumonia atau CHF ( congestive

heart failure).

Test lainnya antara lain :10)

1. Pungksi lumbal, dilakukan apabila curiga terdapat infeksi susunan saraf

pusat

2. Pulse oximetry, dilakukan untuk mendiagnosa hipoksia sebagai

penyebab delirium

3. ECG ( elektrokardiogram) dilakukan untuk mendiagnosa iskemia dan

arrhythmia sebagai penyebab delirium.

II. 10. Terapi medis5)

Prinsip terapi pada pasien dengan delirium yaitu mengobati gejala gejala

klinis yang timbul (medikasi) dan melakukan intervensi personal dan

lingkungan terhadap pasien agar timbul fungsi kognitif yang optimal.

Medikasi yang dapat diberikan antara lain :

1. Neuroleptik (haloperidol,risperidone,olanzapine)

Haloperidol (haldol)

Suatu antipsikosis dengan potensi tinggi. Salah satu antipsikosis efektif untuk

delirium.

DOSIS :

Dewasa : gejala ringan ; 0,5-2 mg per oral

Gejala berat ; 3-5 mg per oral

Geriatric ; 0,5- 2 mg per oral

Anak : 3-12 tahun ; 0,05mg/kg bb/hari

6-12 tahun ; 0,15mg/kg bb/hari

Risperidone (risperdal)

Antipsikotik golongan terbaru dengan efek ekstrapiramidal lebih sedikit

dibandingkan dengan haldol. Mengikat reseptor dopamineD2 dengan afinitas 20

kali lebih rendah daripada 5-ht2-reseptor.

14

Page 15: referat saraf yusda kris sari wijaya

DOSIS :

Dewasa : 0,5-2 mg per oral

Geriatric ; 0,5 mg per oral

2. Short acting sedative ( lorazepam )

Digunakan untuk delirium yang diakibatkan oleh gejala putus obat atau alcohol.

Tidak digunakan benzodiazepine karena dapat mendepresi nafas, terutama pada

pasien dengan usia tua,pasien dengan masalah paru.

DOSIS :

Dewasa : 0,5-2 mg per oral/iv/im

3. Vitamin ,thiamine(thiamilate) dan cyanocobalamine

(nascobal,cyomin,crystamine).11)

Seperti telah diungkapkan diatas bahwa defisiensi vitamin b6 dan vitamin b12

dapat menyebabkan delirium maka untuk mencegahnya maka diberikan preparat

vitamin b per oral.

DOSIS :

Dewasa : 100 mg per iv (thiamilate)

100 mcg per oral/hari (nascobal,cyomin,crystamine)

Anak : 50 mg per iv (thiamilate)

10-50 mcg per im/hari (nascobal,cyomin,crystamine)

4. Terapi cairan dan nutrisi.

Intervensi personal dan lingkungan terhadap pasien delirium juga sangat

berguna untuk membina hubungan yang erat terhadap pasien dengan lingkungan

sekitar untuk dapat berinteraksi serta dapat mempermudah pasien untuk

melakukan ADL (activity of daily living) sendirinya tanpa tergantung orang

lain.12)

Intervensi personal yang dapat dilakukan antara lain :13)

a. Kebutuhan Fisiologis

- Prioritas : menjaga keselamatan hidup

- Kebutuhan dasar dengan mengutamakan nutrisi dan cairan

- Jika pasien sangat gelisah perlu :

15

Page 16: referat saraf yusda kris sari wijaya

Pengikatan untuk menjaga terapi, tapi sedapat mungkin harus dipertimbangkan

dan jangan ditinggal sendiri

- Gangguan tidur :

* Kolaborasi pemberian obat tidur

Gosok punggung apabila pasien mengalami sulit tidur

Beri susu hangat

Berbicara lembut

Libatkan keluarga

Temani menjelang tidur

Buat jadwal tetap untuk bangun dan tidur

Hindari tidur diluar jam tidur

Mandi sore dengan air hanngat

Hindari minum yang dapat mencegah tidur seperti : kopi, dll

Lakukan methode relaksasi seperti : napas dalam

- Disorientasi :

Ruangan yang terang

Buat jam, kalender dalam ruangan

Lakukan kunjungan sesering mungkin

Orientasikan pada situasi linkumngan

Beri nama/ petunjuk/ tanda yang jelas pada ruangan/ kamar

Orientasikan pasien pada barang milik pribadinya ( kamar, tempat tidur,

lemari, photo keluarga, pakaian, sandal ,dll)

Tempatkan alat-alat yang membantu orientasi massa

Ikutkan dalam terapi aktifitas kelompok dengan program orientasi

(orang, tempat, waktu).

b. Halusinasi

- Lindungi pasien dan orang lain dari perilaku merusak diri

- Ruangan :

1. Hindari dari benda-benda berbahaya

2. Barang-barang seminimal mungkin

- Perawatan 1 – 1 dengan pengawasan yang ketat

- Orientasikan pada realita

- Dukungan dan peran serta keluarga

16

Page 17: referat saraf yusda kris sari wijaya

- Maksimalkan rasa aman

- Sikap yang tegas dari pemberi/ pelayanan perawatan (konsisten)

c. Komunikasi

- Pesan jelas

- Sederhana

- Singkat dan beri pilihan terbatas

d. Pendidikan kesehatan

- Mulai saat pasien bertanya tentang yang terjadi pada keadaan

sebelumnya

- Seharusnya perawat harus harus tahu sebelumnya tentang :

Masalah pasien

Stressor

Pengobatan

Rencana perawatan

Usaha pencegahan

Rencana perawatan dirumah

- Penjelasan diulang beberapa kali

- Beri petunjuk lisan dan tertulis

- Libatkan anggota keluarga agar dapat melanjutkan perawatan dirumah

dengan baik sesuai rencana yang telah ditentukan

TERAPI MUSIK UNTUK GANGGUAN KOGNITIF PADA STROKE

Ternyata musik dan kesehatan memiliki kaitan erat dimana tidak diragunakan lagi

mendengarkan musik favorit dapat dengan cepat membawa Anda dalam mood yang

baik.

Para ilmuwan saat ini menemukan bahwa musik dapat melakukan lebih terhadap

Anda dari sekedar meningkatkan semangat. Penelitian menunjukkan musik memiliki

berbagai keuntungan kesehatan.

Berikut enam fakta dimana musik dapat membantu kesehatan dan keluarga:

- Menyembuhkan sakit punggung kronis

Musik bekerja pada sistem sarap autonomic yaitu bagian sistem saraf yang

bertanggung jawab mengotrol tekanan darah, denyut jantung dan fungsi otak yang

17

Page 18: referat saraf yusda kris sari wijaya

mengotrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian, kedua sistem tersebut bereaksi

sensitif terhadap musik.

Ketika kita merasa sakit, kita menjadi takut, frustasi dan marah yang membuat

kita menegangkan ratusan otot dalam punggung. Mendengarkan musik secara

teratur membantu tubuh relaks secara fisik dan mental, sehingga membantu

menyembuhkan dan mencegah sakit punggung.

Para ahli yakin setiap jenis musik klasik seperti Mozart atau Beethoven dapat

membantu sakit otot. Musik lambat dan santai juga dapat membantu.

- Meningkatkan olahraga

Para ahli mengatakan mendengarkan musik selama olahraga dapat

memberikan olahraga yang lebih baik dalam beberapa cara, diantaranya

meningkatakan daya tahan, meningkatkan mood dan mengalihkan Anda dari

setiap pengalaman yang tidak nyaman selama olahraga.

Jenis musik terbaik untuk olah raga adalah musik dengan musik tempo tinggi

seperti hip hop atau musik dansa.

- Mencegah kehilangan daya ingat

Bagi banyak orang yang mengalami kehilangan daya ingat dimana berbicara

dengan bahasa menjadi tidak berguna. Musik dapat membantu pasien mengingat

nada atau lagu dan berkomunikasi dengan sejarah mereka. Ini karena bagian otak

yang memproses musik terletak sebelah memori.

Para peneliti menunjukkan bahwa orang dengan kehilangan daya ingat

merespon lebih baik terhadap jenis musik pilihannya.

- Membantu melahirkan

Ibu hamil yang mengalami rasa sakit saat melahirkan , mendengarkan musik

akan sangat membantu. Bentuk ekspresi ini dapat menyembuhkan sakit dalam

tubuh dan membantu otot relaks.

Dokter menganjurkan jenis musik klasik atau musik masa kini tetapi

mendengarkan musik pilihan sendiri juga baik.

- Menyembuhkan depresi

Musik terbukti dapat menurunkan denyut jantung. Ini membantu menenangkan

dan merangsang bagian otak yang terkait ke aktivitas emosi dan tidur. Peneliti dari

Science University of Tokyo menunjukkan bahwa musik membantu menurunkan

tingkat stress dan gelisah.

18

Page 19: referat saraf yusda kris sari wijaya

Penelitian menunjukan bahwa jenis musik klasik adalah terbaik dalam

membantu mengatasi depresi.

- Membantu anak sebelum operasi

Mendengarkan musik bagi anak yang tengah menunggu operasi dapat

membantu menyembuhkan ketakutan dan gelisah karena musik membantu

menenangkan ketegangan otot.

Meskipun tidak ada musik khusus, musik-musik yang akrab bagi anak-anak

jelas yang terbaik.

Mendengarkan lagu pop favorit, musik klasik atau jazz ternyata dapat digunakan

sebagai metode mempercepat pemulihan kondisi lumpuh akibat stroke, demikian

menurut kajian penelitian yang dipublikasikan.

Ketika para pasien stroke di Finlandia mendengarkan musik selama dua jam setiap

hari, memori verbal dan rentang perhatian pasien membaik secara signifikan

dibandingkan dengan mereka yang tidak mendapat stimulasi musik atau hanya

mendengarkan cerita yang dibacakan dengan keras, ungkap penelitian tersebut.

Mereka yang terpapar terapi penyakit stroke dengan musik juga mengalami sedikit

penurunan depresi daripada mereka yang tidak mendengarkan musik. Tiga bulan

setelah serangan penyakit stroke, memori verbal meningkat sebanyak 60 persen pada

para pendengar musik, 18 persen pada pendengar buku audio dan 29 persen pada

mereka yang tak mendengar apa-apa, kata Teppo Sarkamo, penyusun utama kajian itu

dan seorang pakar syaraf dari Universitas Helsinki.

Musik dalam beberapa hal dapat menggerakkan lebih banyak lagi mekanisme

umum yang memperbaiki dan memperbaharui jaringan syaraf otak pasca serangan

penyakit stroke, katanya. Pengkajian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami

secara tepat apa yang sedang berlangsung, namun penemuan ini memperlihatkan

bahwa terapi penyakit stroke dengan musik kemungkinan menawarkan perawatan

tambahan yang mudah dan murah bagi para pasien stroke. Terapi stroke dengan musik

belum tentu berhasil pada semua korban stroke.

Stroke, yang terjadi saat aliran darah ke otak tersumbat, dapat mematikan jaringan

otak dan merupakan salah satu penyebab utama kematian dan cacat tetap. Perawatan

terapi stroke meliputi obat pengencer darah dan daya upaya untuk merendahkan

kolesterol. Musik ternyata berpotensi menyembuhkan stroke. Meski prosesnya baru

sebagian dapat katahui.

19

Page 20: referat saraf yusda kris sari wijaya

Di pusat rehabilitasi di AS, para pasien stroke disuruh berbaris sambil

mendengarkan musik mars yang berirama dua dan empat ketukan lewat walkman.

Ternyata, jenis musik ini mampu menstimulasi otak.

Tujuan perawatan ini agar pasien terbiasa dengan irama dan kebutuhan telinga

dalam bisa terpenuhi. Dengan ini, lama-kelamaan mereka dapat bergerak normal lagi

walau tanpa musik. Hasil penyelidikan menunjukkan, kemampuan koordinasi motorik

otak yang terlatih tadi lama-kelamaan akan menunjukkan perbaikan.

Prof. Thaut menganggap musik merupakan komponen penting dalam terapi. Prof.

Thaut yang kelahiran Hamburg dan direktur pusat penelitian musik untuk biomedis

dan rehabilitasi saraf di Colorado State University di Fort Collins meneliti pengaruh

musik terhadap organ alat gerak. Dia melihat para penari langsung menggoyangkan

kaki begitu mendengar musik.

Baru-baru ini, para ilmuwan mulai mengamati mekanisme fisiologis yang

menghubungkan alat pendengar dengan sistem motorik manusia. ''Baru sekarang

dapat dilakukan karena baru kini tersedia teknologi komputer yang menciptakan

irama tertentu, dan juga video yang bisa merekam setiap gerakan para sukarelawan.

Dengan video ini bisa dilihat setiap perubahan gerakan sekecil apa pun,'' ujar Thaut.

Ternyata organ pendengaran pada manusia lebih baik daripada organ penglihatan.

Pada zaman nenek moyang, hanya manusia yang punya pendengaran baik yang bisa

bertahan hidup. Karena dengan mengandalkan pendengaran yang baik itu, mereka

bisa menghindar dari serangan binatang-binatang buas.

Salah satu kemampuan dasar indera pendengaran adalah mendengar irama. Sejak

berupa embrio, manusia sudah mendengar irama, yakni irama detak jantung sang ibu.

Menurut kelompok kerja Michael Thauts pada Fort Collins, otak manusia sangat cepat

menerima ritme dari luar dan mengubahnya menjadi gerakan.

Hal ini terlihat pada para sukarelawan yang gerakannya direkam dengan video.

Otak sangat cepat menerima irama dan segera memerintahkan gerak motorik untuk

bekerja.

Dari sudut pandang medis, Thaut mempertanyakan apakah mekanisme yang

merangsang ini tetap bisa berpengaruh terhadap manusia yang otaknya rusak? Banyak

pasien stroke atau pasien parkinson tidak bisa melangkahkan kakinya atau

mengkoordinasikan langkah mereka. Anehnya, menurut kelompok kerja Prof. Thaut,

20

Page 21: referat saraf yusda kris sari wijaya

mereka bisa melangkahkan kaki kembali setelah mendengarkan musik dengan irama

tertentu. Seperti ada suatu kekuatan yang memungkinkan mereka dapat berjalan

kembali. "Mereka tidak perlu belajar lagi jalan,'' ujar Prof. Thaut.

Melodic intonation therapy (MIT)

Definisi

Melodic intonation therapy (MIT) menggunakan melodi dan ritme kusus untuk

membantu pasien aphasia ntuk bicara.

Tujuan

Walaupun MIT ditemukan tahun 1970, terapi ini dianggap sebagai terapi yang baru

dan masih dalam tahap eksperimen. Sedikit sekali penelitian mengenai efektifitas

terapi ini pada pasien yang jumlahnya banyak.

Efektifitas MIT sangat bervariasi sesuai dengan melodi danritme yang dipakai.

Skelompok peneliti dari University Of Texas menemukan bahwa stimulasi musik

dalam otak mempengaruhi beberapa bagian otak. Mereka menemukan kaitan antara

otak kiri dan kanan, bagan kiri mengerti kata-kata dalam lagu, dan bagian kanan

memahami nada yang ada pada musik tersebut.

Penelitian menggunakan positron emission tomography (PET) scans menunjukkan

bahwa area broca (region otak bagian frontal kiri yang mengontrol fungsi bicara dan

pengertian bahasa) aktif kembali dengan pengulangan lagu.

Mendengarkan musik yang disukai mengaktifkan koneksi antara otak subkortikal

dan kortikal, termasuk ventral striatum, nucleus accumbens (NAc), amygdala, insula,

hippocampus, hypothalamus, ventral tegmental area (VTA), anterior cingulate,

orbitofrontal cortex and ventral medial prefrontal cortex (Blood and Zatorre, 2001 ;

Brown et al., 2004 ; Menon and Levitin, 2005 ; Koelsch et al., 2006 ). VTA

memproduksi dopamine dan mempunyai reseptor di locus ceruleus (LC), amygdala,

hippocampus, anterior cingulate and prefrontal cortex (Ashby et al., 1999 ). Respon

dari VTA-NAc terkait dengan supresi nyeri dan stress. (Menon and Levitin, 2005 ),

Saat LC dan hypothalamus dirangsang, sistem dopaminergic mesocorticolimbic

membangkitan fungsi emosi, umpan balik, motivasi, memori, perhatian dan fungsi

luhur (executive) (Ashby et al., 1999 ). Meningkatnya kadar dopamine meningkatkan

21

Page 22: referat saraf yusda kris sari wijaya

kewaspadaan, proses informasi, perhatian, dan memori. (Schück et al., 2002 ) dan

juga fugsi kognitif global. (Nagaraja and Jayashree, 2001 ).

Paparan terhadap musik meningkatkan neurogenesis di daerah hipokampus. (Kim

et al., 2006 ), Mengubah respon terhadap reseptor glutamate GluR2 di daerah kortek

auditorius, dan cingula anterior. (Xu et al., 2007 ), meningkatnya brain-derived

neurotrophic factor (BDNF) dihippocampus (Angelucci et al., 2007a ) dan di

hypothalamus (Angelucci et al., 2007b ), serta naiknya kadar tyrosine kinase B

(TrkB), (Chikahisa et al., 2006 ). Perubahan pada transmisi glutamate di daerah peri

infark mempengaruhi mekanisme penyembuhan stroke.

22

Page 23: referat saraf yusda kris sari wijaya

BAB III.

KESIMPULAN

Mendengarkan musik dapat mempercepat recovery verbal dan memperbaiki mood

serta mencegah depresi. Terapi musik ini dapat dilakukan saat terapi lain belum dapat

dilakukan sehingga memberikan prognosis yang lebih baik pada pasien stroke.

Gangguan kognitif pada pasien yang mengalami gangguan jiwa, erat

hubungannnya dengan gangguan mental organik. Hal ini terlihat dari gambaran secara

umum perilaku/ gejala yang timbul akan dipengaruhi pada bagian otak yang

mengalami gangguan, misalnya pada lobus oksipitalis, lobus parietalis, lobus

temporalis, lobus frontalis maupun sistim limbik.

Pada delirium gangguan fungsi kognitif harus dapat diidentifikasi dengan

gangguan psikiatri yang lainnya, antara lain dengan demensia ,psikosis, depresi

dikarenakan karena pada delirium dan gangguan psikiatri lainnya terdapat gejala

gejala yang hampir mirip.

Dari intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pasien , hal utama yang

dilakukan adalah : selalu menerapkan tehnik komunikasi terapeutik. Pendekatan

secara individu dan kelompok, juga keterlibatan keluarga dalam melakukan perawatan

sangat penting untuk mencapai kesembuhan pasien.

Berdasarkan hal diatas masalah dengan gangguan kognitif sangat penting

diketahui apa penyebab terjadinya . Sehingga intervensi yang diberikan tepat dan

sesuai untuk mengatasi masalah pasien. Akhirnya pasien diharapkan dapat seoptimal

mungkin untuk memenuhi kebutuhannya dan terhindar dari kecelakaan

yang ,membahayakan keselamatan pasien.

Teknik teknik penatalaksanaan juga diharapkan dapat membantu untuk

mendiagnosis secara tepat dan akurat disamping itu penatalaksanaan yang baik dapat

meliputi hasil antara lain, Pasien dapat mencapai fungsi kognitif yang optimal,

Menjaga keselamatan hidup, pemenuhan kebutuhan bio-psiko-sosial disamping itu

diperlukan juga untuk meliibatkan keluarga dalam menyampaikan pendidikan

kesehatan mental.

23

Page 24: referat saraf yusda kris sari wijaya

DAFTAR PUSTAKA

1. ( Stuart and Sundeen, 1987. Hal.612).

2. Stuart, Gw. and Sundeen S.J (1995). Perbandingan Delirium, Depresi dan

Demensia.St.louis : Mosby year book

3. White S. The neuropathogenesis of delirium. Rev Clin Gerontol. 2002;12:62-

67.

4. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders (DSM-IV-TR). 4th ed. Washington, DC: American Psychiatric

Association; 2000.

5. American Psychiatric Association. Practice guideline for the treatment of

patients with delirium. Am J Psychiatry. May 1999;156(5 Suppl):1-

20. [Medline]

6. Inouye SK, van Dyck CH, Alessi CA, Balkin S, Siegal AP, Horwitz RI.

Clarifying confusion: the confusion assessment method. A new method for the

detection of delirium. Ann Intern Med 1990;113:941-8.

7. www.aafp.org

8. Alagiakrishnan K, Wiens CA. An approach to drug induced delirium in the

elderly. Postgrad Med J. Jul 2004;80(945):388-93. [Medline].

9. Alsop DC, Fearing MA, Johnson K, Sperling R, Fong TG, Inouye SK. The

role of neuroimaging in elucidating delirium pathophysiology. J Gerontol A

Biol Sci Med Sci. Dec 2006;61(12):1287-93. [Medline].

10. Bergeron N, Dubois MJ, Dumont M, Dial S, Skrobik Y. Intensive Care

Delirium Screening Checklist: evaluation of a new screening tool. Intensive

Care Med. 2001;27:859-864.

11. Day JJ, Bayer AJ, McMahon M. Thiamine status, vitamin supplements and

postoperative confusion. Age Ageing. Jan 1988;17(1):29-34. [Medline].

12. Towsend, M.C (1993). Psychiatric Mental Health Nursing : Concept of

Care ,Philadelphia, 2nd, Davis Company

13. Wilson, H.S, and Kneils, C.R . (1992). Psychiatric Nursing . California :

Addison Wesley Nursing.

14. www.icudelirium.org

24

Page 25: referat saraf yusda kris sari wijaya

15. Teppo Särkämö1, Mari Tervaniemi1, Sari Laitinen2, et al, Music listening

enhances cognitive recovery and mood after middle cerebral artery stroke,

Brain 2008 131(3):866-876; doi:10.1093/brain/awn013, 2008

25