referat radiologi done
DESCRIPTION
goodTRANSCRIPT
SMF/Lab RadiologiFakultas Kedokteran ReferatUniversitas Mulawarman
TETRALOGI FALLOT
Disusun OlehRheza Giovanni
1510029012
Pembimbingdr. Dompak S.H, Sp. Rad
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik PadaSMF/Laboratorium RadiologiProgram Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran - Universitas Mulawarman2015
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 3
1.1 Pendahuluan.......................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4
2.1 Definisi Tetralogi Fallot........................................................................ 4
2.2 Sejarah............................................................................................................ 4
2.3 Etiologi.................................................................................................. 4
2.4 Patogenesis............................................................................................ 5
2.5 Manifestasi klinis ................................................................................. 6
2.6 Diagnosis............................................................................................... 7
2.7 Gambaran radiologis............................................................................. 8
2.8 Penatalaksanaan ................................................................................... 21
2.9 Komplikasi ........................................................................................... 22
BAB III KESIMPULAN ............................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 24
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Tetralogi of Fallot (TOF) adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik yang
terdiri dari 4 kelainan khas, yaitu stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, defek
septum ventrikel (ventricular septal defect, VSD) dan overriding aorta.1
TOF merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang paling banyak
ditemukan, yakni sekitar 10% dari seluruh penyakit jantung bawaan.2 TOF terjadi 1
dari 3.600 kelahiran hidup atau 3,5% dari bayi yang lahir dengan penyakit jantung
bawaan. Di AS, 10% kasus penyakit jantung kongenital adalah TOF, dengan
prevalensi sedikit lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan. Di Indonesia
kasus penyakit jantung bawaan pada bayi baru lahir juga meningkat. Hal ini seiring
dengan peningkatan jumlah angka kelahiran di Indonesia. Dua per tiga kasus penyakit
jantung bawaan di Indonesia menunjukan gejala pada masa neonatus. Sebanyak 25-
30% penderita penyakit jantung bawaan yang memperlihatkan gejala pada masa
neonates meninggal pada bulan pertama jika tidak diberikan penanganan yang baik.
Sekitar 25% TOF yang tidak diterapi akan meninggal dalam 1 tahun pertama
kehidupan, 40% meninggal sampai usia 4 tahun, 70% meninggal sampai usia 10
tahun dan 95% meninggal sampai usia 40 tahun.3
Salah satu dari pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis TOF adalah
dengan foto rontgen. Diagnosis dini TOF dan penatalaksanaan yang tepat setelahnya
dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas TOF pada anak dengan tujuan agar anak
dapat hidup hingga dewasa.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tetralogi of Fallot (TOF) adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik yang
terdiri dari 4 kelainan khas, yaitu stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, defek
septum ventrikel (ventricular septal defect, VSD) dan overriding aorta.1 Bila terdapat
juga defek pada sekat antar atrium disebut sebagai pentalogi.4
2.2 Sejarah
Deskripsi yang lengkap tentang TOF pertama kali disampaikan oleh dr.
Etienne Fallot (1888). Operasi pada kasus TOF pertama kali dilakukan di Universitas
John Hopkins pada tahun 1945 oleh dr. Blalock berupa operasi paliatif pintas
Blalock-Taussig. Operasi korektif menggunakan mesin jantung-paru pertama kali
berhasil dilakukan oleh dr. Kirklin di Mayo Clinic.4
2.3 Etiologi
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan masih belum diketahui.
Biasanya melibatkan berbagai faktor risiko. Beberapa faktor prenatal yang
berhubungan dengan risiko terjadinya TOF adalah:5
- Selama kehamilan, ibu terinfeksi rubella (campak jerman) atau infeksi virus
lainnya
- Gizi yang buruk selama kehamilan
- Ibu yang alkoholik
- Usia ibu diatas 40 tahun
- Penyakit pada ibu seperti diabetes mellitus atau hipertensi
- Tetralogi Fallot sering ditemukan pada anak-anak yang menderita Syndrome
Down dan DiGeorge Syndrome
- Pengkonsumsian talidomid selama kehamilan
4
Tetralogi Fallot digolongkan sebagai penyakit jantung sianotik karena terjadi
pemompaan darah yang rendah oksigenasi keseluruh tubuh sehingga tubuh, sehingga
tubuh mengamali kekurangan kadar oksigen dan tampak sianotik (warna kulit ungu
kebiruan). Mungkin gejala siantoik baru muncul dikemudian hari. Serangan sianotik
bisa dipicu karena menangis atau menyusui.5
TOF dapat terjadi pada siapapun, tetapi biasanya terjadi dalam kondisi
tertentu, seperti pada sindrom DiGeorge. Hal ini dapat diwariskan secara turun-
temurun dalam keluarga. Namun apapun penyebabnya, TOF muncul pada saat awal
kelahiran. Namun dari hasil penelitian, TOF dapat hadir pada masa awal kehamilan
(kemungkinan pada minggu ke 7 pascakonsepsi).6, 7
2.4 Patogenesis
Tetralogi Fallot adalah kelainan daerah konotrunkal yang paling sering terjadi.
Hal ini disebabkan oleh pembagian konus yang tidak seimbang yang diakibatkan oleh
pergeseran septum konotrunkal (infundibulum) kearah anterior kiri. Pergeseran ini
menimbulkan empat perubahan kardiovaskular:7
(a) Regio aliran keluar ventrikel kanan yang menyempit, menyebabkan stenosis
infundibulum pulmonal
(b) Cacat yang besar di septum interventrikulare
(c) Overriding aorta yang timbul tepat diatas cacat septum
(d) Hipertrofi dinding ventrikel kanan karena tingginya tekanan di sisi kanan
Komponen yang paling penting yang menentukan derajat beratnya penyakit
adalah stenosis pulmonal, yang bervariasi dari sangat ringan sampai sangat berat.
Bahkan dapat berupa atresia pulmonal. Stenosis pulmonal ini bersifat agresif, makin
lama makin berat. Defek septum intraventrikel pada TOF biasanya besar, terletak di
bawah katup aorta, dan lebih anterior daripada defek septum ventrikel biasa, hingga
terjadi over-riding aorta.2 Aorta overriding adalah keadaan dimana pembuluh darah
utama yang keluar dari ventrikel kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seakan-akan
sebagian aorta keluar dari sekat bilik.5
5
Yang menentukan derajat TOF adalah derajat obstruksi jalan keluar ventrikel
kanan (stenosis pulmonal). Bila stenosis pulmonal makin berat maka semakin banyak
darah dari ventrikel kanan menuju ke aorta. Akibatnya aliran darah ke paru akan
menurun, sehingga makin banyak darah miskin oksigen yang masuk ke sirkulasi
menyebabkan turunnya saturasi oksigen tubuh dan munculah sianosis.8
Pada stenosis ringan, darah dari ventrikel kanan menuju ke paru, dan hanya
pada aktifitas fisik saja akan terjadi pirau dari kanan ke kiri. Dengan meningkatnya
usia, infundibulum akan makin hipertrofi, sehingga pasien akan makin sianotik.
Hipertrofi ventrikel kanan terjadi sekunder akibat peningkatan tekanan ventrikel
kanan.2
Gambar 2.1 Skema kelainan anatomic pada tetralogi fallot
2.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi sistemik kelainan ini tergantung dari keparahan malformasi
masing-masing, dengan rentang luas. Sebagai contoh, bila stenosis infundibulum
minimum dan pintas dominan terjadi dari kiri ke kanan, maka pasien bisa hampir
asimptomatik. Hal ini disebut tetralogi merah muda. Walaupun pasien tidak tampak
6
sianotik, namun hampir semua mempunyai desaturasi oksigen yang ringan dalam
darah arteri sistemik. Varian parah lesi ini adalah atresia pulmonalis, dimana tidak
ada hubungan antara arteri pulmonalis dengan ventrikel kanan. Bayi dengan kelainan
seperti ini biasanya menunjukan gejala yang sangat dini dan perlu tindakan bedah
gawat darurat.9
Jari tabuh pada sebagian besar pasien sudah mulai muncul pada setelah usia 6
bulan. Salah satu manifestasi paling penting adalah terjadinya serangan sianotik
(cyanotic spells, hypoxic spells, paroxysmal hyperpnea) yang ditandai oleh timbulnya
sesak nafas mendadak, nafas cepat dan dalam, sianosis bertambah, lemas, bahkan
bisa disertai kejang dan singkop. Serangan ini dapat terjadi pada pasien TOF yang
sianotik atau asianotik. Gejala Squatting (jongkok) sering terjadi setelah anak dapat
berjalan. Umumnya setelah berjalan beberapa lama, anak akan berjongkok untuk
beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.2
2.6 Diagnosis
Anamnesis
Keluhan utama pada pasien TOF biasanya adalah sianosis dan pernafasan
cepat. Kemudian tanyakan riwayat sianosis pada orang tua atau pengasuh, kapan
pertama kali muncul sianosis, apakah sianosis muncul sejak lahir, tempat sianosis
muncul, misalnya pada mukosa membran bibir dan mulut, jari tangan atau jari kaki,
apakah munculnya sianosis dipicu oleh faktor pencetus seperti aktivitas berlebihan
atau menangis. Riwayat serangan sianotik juga harus ditanyakan. Tanyakan juga
adakah riwayat squatting pada pasien yang sudah bisa berjalan. Penting juga
menyakan faktor risiko yang mungkin untuk mendiagnosis TOF seperti faktor
genetik, riwayat keluarga yang mempunyai penyakit jantung bawaan dan lain-lain.3
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menunjukan adanya sianosis pada bibir dan palung kuku.
Anak biasanya berukuran lebih kecil dari normal pada usianya serta clubbing jari
7
tangan dan jari kaki. Pada palpasi dada, getaran ada di anterior dengan bising sistolik
kasar terdengar di atas daerah pulmonalis dan sepanjang batas sternum kiri.9
Impuls ventrikel kanan yang lebih kuat mungkin ditemukan pada palpasi.
Systollic thrill bisa didapatkan di perbatasan sternal bawah. Murmur sistolik grade III
dan IV disebabkan aliran darah dari ventrikel kanan ke aliran paru. Selama serangan
hypercyanotic spell muncul, murmur menghilang atau menjadi sangat lembut. Sama
halnya pada ToF yang disertai atresia paru. Tidak akan terdengar karena tidak ada
aliran darah balik ke ventrikel kanan. Suara murmur akan terdengar sesuai dengan
derajat obstruksi aliran darah di ventrikel kanan. Semakin obstruksinya meningkat
maka semakin halus suara murmur yang terdengar. Begitu pula sebaliknya.3
Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium darah dapat dijumpai peningkatan jumlah
eritrosit dan hematokrit (polisitemia vera) yang sesuai dengan desaturasi dan
stenosis.8 Pasien TOF dengan kadar hemoglobin dan hematokrit yang normal atau
rendah mungkin menderita anemia defisiensi besi.2 Oksimetri dan analisis gas darah
arteri mendapatkan saturasi oksigen yang bervariasi, tetapi pH dan pCO2 normal
kecuali pada kondisi tet spell.3
Pemeriksaan elektrokardiogram dapat menemukan deviasi aksis ke kanan
(+120 - +150 derajat), hipertrofi ventrikel kanan atau keduanya, maupun hipertrofi
atrium kanan. Kekuatan ventrikel kanan yang menonjol terlihat dengan gelombang R
besar disadapan precordial anterior dan gelombang S besar di sadapan prekordial
lateralis.5
2.7 Gambaran Radiologik
Pemeriksaan ekokardiografi adalah pemeriksaan diagnostic untuk TOF pada
bayi dan anak-anak. Ekokardiografi mungkin adalah satu-satunya pemeriksaan yang
diperlukan sebelum operasi. Radiografi konvensional, magnetic resonance imaging
(MRI) dan angiografi juga membantu untuk mengevaluasi sebelum operasi.
8
Angiokardiografi digunakan untuk evaluasi arteri koronaria dan sirkulasi paru perifer
sebelum operasi. Namun intrakardial kateterisasi dapat merangsang saluran keluar
paru untuk spasme. Untuk menghindari spasme, dilakukanlah evaluasi arteri paru
perifer non-invasif dengan menggunakan MRI. Untuk evaluasi pasca operasi,
penggunaan ekokardiografi dan MRI lebih disukai.10
Foto Polos
Pada foto polos tampak paru yang lebih radiolusen daripada biasa. Pembuluh
darah paru berkurang dan pembuluh darah paru yang baru nampak mempunyai
kaliber kecil. Jantung membesar ke kiri dengan pinggang jantung yang mendalam,
konkaf. Arkus aorta sering nampak di sebelah kanan vertebra, kira-kira sekitar 30%
kasus TOF menunjukan arkus aorta dekstra ini. Arkus aorta dekstra ini sering
menimbulkan keluhan disfagi karena aorta menekan esophagus dari sisi kanan
belakang.11
Siluet jantung pada pasien TOF adalah normal dalam ukuran. Namun
hipertrofi pada ventrikel kanan akan mendorong ventrikel kiri sehingga gambaran
jantung yang membesar ke kiri. Terlihat apeks jantung yang terangkat akibat
dorongan ventrikel kanan. Dikombinasikan dengan segmen arteri pulmonalis yang
kecil atau tidak ada, jantung akan terlihat seperti bentuk sepatu boot (boot shape).
Namun sebagian besar anak-anak dengan ToF tidak memiliki gambaran jantung yang
berbentuk seperti boot.10
9
Gambar 2.2 Gambaran radiologis yang khas untuk Tetralogi Fallot. Perhatikan
jantung yang relative tidak membesar, apeks yang terangkat, segmen pulmonal
cekung, serta vaskularisasi paru yang berkurang. Gambaran ini disebut jantung
sepatu.2
Aorta yang membesar dan melengkung ke sisi kanan vertebra pada anak-anak
dapat menyebabkan kompresi saluran udara yang dapat diidentifikasi pada foto polos
dada. Seperti yang akan ditunjukan pada gambar di bawah. Aorta yang berada di sisi
kanan ini muncul pada 25% dari anak-anak dengan TOF.
10
Gambar 3.3 Gambaran radiologi anak dengan TOF dan kelainan letak arkus,
yaitu aorta dekstra (right side aorta).10
Gambar 3.4 Gambaran radiologi TOF (posisi lateral). Pada gambaran ini
terjadi kompresi anterior trakea oleh aorta ascenden.10
11
Gambar 3.5 Gambaran posteroanterior pada rontgen dada pasien TOF.
Ukuran jantung normal. Terlihat pengurangan penonjolan bayangan arteri
pulmonalis yang diakibatkan segmen arteri pulmonalis mengalami hipoplasi.
Hal ini juga menyebabkan pembentukan jantung “boot shaped”.12
Diagnosis Banding
Diagnosis untuk gambaran radiologi jantung berbentuk seperti sepatu pada
anak-anak dapat bermacam-macam, khususnya yang memiliki hipertrofi ventrikel
kanan. Jika rontgen dada menunjukan lordosis maka jantung yang normal mungkin
akan muncul dengan gambaran berbentuk sepatu.10
Gambaran lengkungan aorta sisi kanan pada anak dengan penyakit jantung
bawaan yang paling sering dikaitkan dengan TOF juga dapat menunjukan diagnosis
yang lain. Anak-anak dengan lengkungan aorta sisi kanan yang besar mungkin
memiliki arkus aorta ganda atau arteri subklavia kiri yang menyimpang tanpa
penyakit jantung bawaan. Bentuk lain dari penyakit jantung sianotik yang
berhubungan dengan lengkungan aorta sisi kanan biasanya hipervaskular dan terkait
dengan kardiomegali misalnya trunkus arteriosus, transposisi arteri besar dan lain-
12
lain. Transposisi pembuluh darah besar atau trunkus arteriosus berhubungan dengan
peningkatan vaskularisasi paru, kardiomegali, sianosis dan lengkungan sisi kanan.10
Computed Tomografi (CT-Scan)
Ekokardiografi dan kateter kardiongiografi adalah modalitas pencitraan
jantung primer, namun keduanya memiliki kelemahan. Ekokardiografi dibatasi oleh
sebuah lapangan pandang yang kecil, jendela akustik, dan ketergantungan operator.
Kateter kardiongiografi dibatasi oleh tumpang tindih struktur vaskular yang
berdekatan, kesulitan dalam menunjukkan sistem vaskular sistemik dan paru secara
bersamaan, komplikasi yang berhubungan dengan kateter (terutama pada anak-anak),
dan dosis yang relatif tinggi terhadap radiasi dan bahan kontras iodinasi pengion.
Computed tomography (CT) dan magnetic resonance (MR) pencitraan memiliki
peran penting dalam mengatasi keterbatasan ini. CT telah digunakan dalam evaluasi
morfologik penyakit jantung bawaan. Untuk tujuan ini digunakan CT Elektron-beam
dan CT single-section spiral karena beberapa kali lebih cepat dalam akuisisi gambar
serta kapasitas mereka untuk mendapatkan data volume yang lebih besar.13
13
Gambar 3.6 Hasil CT-scan pada pasien TOF. CT-scan menunjukan obstruksi
ventrikel kanan karena hipertrofi dan perpindahan anterosuperior septum
infundibular (panah) dan hipertrofi bundle otot anterior (*).13
Gambar 3.7 Hasil CT-scan pasien TOF. Pada gambar MIP (right anterior
oblique view) untuk melihat ventrikel kanan dan arteri pulmonalis. Pada
gambar tampak hipertrofi dari bundel otot anterior (panah) terlihat
mengganggu saluran keluar dari ventrikel kanan.13
14
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Spin-echo MRI dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelainan morfologi
dari tetralogi Fallot, yang adalah sebagai berikut: keluar ventrikel kanan obstruksi
saluran, defek septum ventrikel, hipertrofi ventrikel kanan, dan aorta utama.10
Gambar 3.8 Gambaran MRI pada bayi dengan TOF. Gambar ini menunjukan
defek septum ventrikel yang besar dan hipertrofi ventrikel kanan. Terlihat
adanya descending adanya descending aorta di sebelah kanan yang sesuai
dengan arcus aorta yang ada di sebelah kanan.14
15
Gambar 3.9 Gambaran MRI pada bayi dengan TOF. Gambar ini menunjukan
aorta ascenden yang besar dengan adanya atresia paru. Bentuk oval dari aorta
descenden diakibatkan oleh aliran kolateral pembuluh darah yang terbentuk.14
Pasien TOF lebih banyak dilakukan pemeriksaan CMR (Cardiac Magnetic
Resonance Imaging) dari pada jenis penyakit jantung bawaan lainnya. Fungsi dan
ukuran ventrikel kanan, disfungsi regional, jaringan parut, tingkat regurgitasi paru,
dana anatomi arteri paru dapat dinilai. Data ini dapat digunakan untuk menentukan
stratifikasi resiko dan waktu penggantian katup berulang, intervensi untuk stenosis
paru perifer atau terapi aritmia dengan obat atau alat pacu jantung. Selain itu CMR
juga dapat digunakan untuk merencanakan tindakan operasi atau pemeriksaan
lanjutan pasca perbaikan TOF. CMR dapat memberikan tiga model virtual dimensi
dari ventrikel kanan, RVOT (right ventrikel output track), dan arteri pulmonalis.15
16
Gambar 3.10 Gambaran CMR Tetralogi fallot. Keterangan gambar A: 4 ruang
jantung dengan ukuran ventrikel kanan dan ventrikel kiri yang normal. B:
Pembesaran ventrikel kanan dan ukuran ventrikel kiri yang normal pada
pasien TOF dengan dengan regurgitasi paru setelah perbaikan TOF dengan
Transanular plasty patch. C: Perubahan volume dari waktu ke waktu. D:
Gambaran 3 dimensi ventrikel kanan. Hasil setelah dilakukan operasi korektif
dengan katup pulmonal pengganti menggunakan homograft. Valvular dan
supravalvular stenosis pada katup homograft (HO) dan stenosis dari RPA
(right pulmonal artery) (+) dengan pembesaran aneurisma dari LPA (left
pulmonal artery) (*).15
Echocardiography
Echocardiography adalah metode pencitraan utama untuk memeriksa anak
yang dicurigai mengalami TOF. Anomali intrakardial, termasuk kelainan septum
infundibular, stenosis katup pulmonal, override aorta, defek septum ventrikel dapat
diidentifikasi dengan echocardiography 2 dimensi. Pemeriksaan ini dapat mengukur
17
gradien kecepatan aliran darah di saluran keluar ventrikel kanan, membedakan
keparahan dari stenosis pulmonal dan ukuran dari arteri pulmonal kiri dan kanan.10
Gambar 3.11 Hasil echocardiography pasien dengan TOF. Gambar
menunjukan adanya pergesaran septum infundibulum kearah antero-cepal
sehingga menutup jalur keluar ventrikel kanan.16
18
Gambar 3.12 Hasil echocardiography pasien TOF. Pandangan dengan
sedikit modifikasi. Panel a: Posisi miring untuk memaksimalkan
pencitraan arteri paru pada pasien. Terdapat hipoplasia signifigan dari
batang paru dan arteri paru yang diakibatkan oleh pergeseran septum
infundibulum. Panel b: Menggunakan pewarnaan Doppler.
Menunjukan turbulensi dan percepatan aliran darah di saluran keluar
ventrikel kanan. Turbulensi ini terus masuk ke dalam batang paru dan
arteri paru yang hipoplasia.16
19
Gambar 3.13 Hasil echocardiography pasien TOF. Menunjukan defek septum ventrikel yang besar, override aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan yang menunjukan karakteristik pasien dengan tetralogy of Fallot.16
Angiografi
Angiografi adalah kriteria standard an modalitas terbaik untuk mengevaluasi morfologi arteri paru dan koroner. Cabang arteri paru memiliki penampilan seperti burung camar.10
20
Gambar 3.14 Angiografi pada bayi dengan TOF dan right-side aortic. Gambar ini menunjukan arteri pulmonalis mengalami hipoplasia dan cabang dari arteri pulmonal yang terlihat seperti burung camar (seagull appereance).10
2.8 Penatalaksanaan
Tata laksana TOF tergantung dari beratnya gejala dan dari tingkat hambatan
pulmoner. Operasi merupakan satu-satunya terapi kelainan ini, bertujuan
meningkatkan sirkulasi arteri pulmonal. Prostaglandin (0,2 μg/kg/menit) dapat
diberikan untuk mempertahankan duktus arteriosus sambil menunggu operasi. Dapat
dilakukan dua jenis operasi yakni operasi paliatif dan operasi korektif. Operasi
paliatif adalah dengan membuat sambungan antara aorta dengan arteri pulmonal.
Metode yang paling dikenal ialah Blalock-Taussig shunt, yaitu arteri subklavia
ditranseksi dan dianastomosis end-to-side ke arteri pulmonal ipsilateral. Tingkat
mortalitas metode ini dilaporkan kurang dari 1%. Dikenal pula modifi ed Blalock-
Taussig shunt menggunakan Goretex graft untuk menghubungkan arteri subklavia
dengan arteri pulmonal. Potts shunt yaitu anastomosis side-to-side antara aorta
desenden dengan arteri pulmonal. Waterston-Cooley shunt, mirip dengan Potts shunt
yaitu anastomosis side-toside antara aorta asenden dengan arteri pulmonal. Bedah
koreksi menjadi pilihan tata laksana TOF ideal yang bertujuan menutup defek septum
21
ventrikel, reseksi area stenosis infundibulum, dan menghilangkan obstruksi aliran
darah ventrikel kanan. Kebanyakan pusat kesehatan hanya akan melakukan operasi
korektif pada usia tiga sampai enam bulan. Jika operasi harus dilakukan sebelumnya,
maka operasi paliatif menjadi pilihan utama. Kapan saat operasi untuk mendapatkan
hasil yang optimal masih belum dapat ditentukan.3
2.9 Komplikasi
Satu atau lebih komplikasi dapat terjadi pada pasien TOF yang tidak
dikoreksi:2, 3
- Bencana serebrovaskuler
- Abses otak
- Endokarditis infektif
- Anemia relatif
- Trombosis paru
- Polisitemia dan sindrom hiperviskositas
22
BAB III
KESIMPULAN
Tetralogi Fallot adalah penyakit jantung bawaan sianotik yang penyebabnya
multifaktorial
Tetralogi fallot memiliki kelainan anatomi jantung yang khas yang dapat
didiagnosis dengan beberapa macam pemeriksaan radiologik
Penatalaksanaan tetralogi fallot adalah pembedahan, yang bertujuan untuk
memperbaiki anatomi jantung agar jantung dapat bekerja secara fisiologis
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Breitbart, R and Flyer, D. Nada's Pediatric Cardiology 2ed. Philadepia : Saunders-Elsevier, 2006.
2. Sastroasmoro, Sudigdo and Madiyono, Bambang. Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia, 1994.
3. Ruslie, Riska Habriel and Darmadi. Diagnosis dan Tata Laksana Tetralogy of Fallot. 2013, CKD-202/ vol. 40 no. 3, pp. 176-178.
4. Sjamsuhidajat, R, et al., et al. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong, Ed. 3. Jakarta : EGC, 2013.
5. Israr, Yayan Akhyar.Tetralogi Fallot (TOF). 2010, Files of DrsMed - Fk UNRI, pp. 1-9.
6. Congenital & Children's Heart Centre. www.childrensheartcentre.com. [Online] 2015. [Cited: October 5, 2015.]
7. Sadler, T.W. Langman Embriologi Kedokteran. Jakarta : EGC, 2010.
8. Kliegman, R.M, et al., et al. Nelson Text Book of Pediatrics 18 th ed. Philadepia : Saunders-Elsevier, 2007.
9. Sabiston, David C. Sabiston Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC, 2012.
10. Greenberg, S Bruce, Coombs, Bernard and Steiner, Robert M. Imaging in Tetralogy of Fallot. 2015, Medscape, pp. 1-9.
11. Rasad, Shahriar. Radiologi Diagnostik. Jakarta : Badan Penerbit FKUI, 2011.
12. Park, M K. Pediatric cardiology for practicioners 4 th Ed. Philadepia : Mosby, 2002.
13. Goo, Hyun Woo, et al., et al.CT of Congenital Heart Disease: Normal Anatomy and Typical Pathologic Conditions. 2003, RSNA RadioGraphics, pp. 1-20.
14. Fratz, S, et al., et al.Comparasion of accuracy of axial slices versus short-axis slices for measuring ventricular volumes by cardiac magnetic resonance in patient with corrected tetralogy of fallot. 2009, Am J Cardiol, pp. 1764-1769.
24
15. Steinmetz, Michael, Preuss, Hendrik C and Joachim, Lotz. Non-Invasive Imaging for Congenital Heart Disease - Recent Progress in Cardiac MRI. 2012, Clinical & Experimental Cardiology, pp. 1-10.
16. Bailliard, Frederique and Anderson, Robert H Tetralogy of Fallot.. 2009, Orphanet Journal of Rare Disease, pp. 1-10.
25