referat otitis media efusi

23
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan). Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal, pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. 1 Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah akibat penjarangan molekul tersebut. Pendengaran seperti halnya indra somatik lain merupakan indra mekanoreseptor. Hal ini karena telinga memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. 1 Telinga pada manusia terdiri atas tiga daerah yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar pada dasarnya merupakan corong pengumpul suara yang terdiri atas pinna dan saluran pendengaran luar. 1

Upload: metha-arsilita-hulma

Post on 16-Jan-2016

428 views

Category:

Documents


55 download

DESCRIPTION

koas fk unand

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks

(pendengaran dan keseimbangan). Indera pendengaran berperan penting pada

partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk

perkembangan normal, pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi

dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.

Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. 1

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara

adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan

tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang

seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah akibat penjarangan molekul

tersebut. Pendengaran seperti halnya indra somatik lain merupakan indra

mekanoreseptor. Hal ini karena telinga memberikan respon terhadap getaran

mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. 1

Telinga pada manusia terdiri atas tiga daerah yaitu telinga luar, telinga

tengah dan telinga dalam. Telinga luar pada dasarnya merupakan corong

pengumpul suara yang terdiri atas pinna dan saluran pendengaran luar. Telinga

tengah adalah bagian yang menyalurkan suara dari telinga luar ke telinga dalam

dan telinga dalam yang mengubah suara menjadi rangsangan saraf. 1

Adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa

adanya tanda-tanda infeksi disebut dengan otitis media efusi. Kejadian otitis

media dengan efusi sering terjadi pada anak-anak. dengan prevalensi usia 2-5

tahun. Selain itu, otitis media efusi memiliki rekurensi yang tinggi sekitar 50%

dalam 2 tahun. Sehingga diperlukan tatalaksana yang komprehensif untuk

mengobati otitis media efusi.2

1.2 Batasan Masalah

Makalah ini akan membahas mengenai anatomi dan fisiologi telinga,

definisi, epidemiologi, etiologi dan faktor predisposisi, patofisiologi, klasifikasi,

1

diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan, komplikasi, prognosis pada otitis

media efusi.

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman

mengenai anatomi dan fisiologi telinga, definisi, epidemiologi, etiologi dan faktor

predisposisi, patofisiologi, klasifikasi, diagnosis, diagnosis banding,

penatalaksanaan, komplikasi, prognosis pada otitis media efusi.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam penulisan makalah ini berupa tinjauan

kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur dan makalah ilmiah.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan fisiologi telinga1

Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah

lateral dan kapsul otik di sebelah medial telinga tengah. Membrana timpani

terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga.

Membran ini berukuran sekitar 1 cm dengan selaput tipis yang normalnya

berwarna kelabu mutiara dan translusen. Telinga tengah adalah rongga berisi

udara yang merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah), dihubungkan

dengan tuba eustachii ke nasofaring dan berhubungan dengan beberapa sel berisi

udara di bagian mastoid tulang temporal.

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus

stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen

yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding

medial telinga tengah) yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam.

Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantarkan

telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat

ditutupi oleh membran sangat tipis dan dataran kaki stapes ditahan oleh struktur

tipis atau struktur berbentuk cincin. Anulus jendela bulat maupun jendela oval

mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami

kebocoran ke telinga tengah dan kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.

Tuba eustachii memiliki lebar sekitar 1 mm dan panjangnya sekitar 35 mm,

menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun

dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva

atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan

menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

3

Gambar 1. Telinga Tengah1

Fisiologi Pendengaran1

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun

telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea.

Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah

melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui

daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran

timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan

diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga cairan

perilimfe pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrana

Reissner yang mendorong cairan endolimfe sehingga akan menimbulkan gerak

relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan

rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel

rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik

dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga

melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial

aksi pada saraf auditorius lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius lalu dilanjutkan

ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus

temporalis.

4

2.2. Definisi otitis media efusi3

Otitis media efusi atau otitis media serosa atau otitis media non supuratif

adalah keadaan terdapatnya sekret yang non purulen di telinga tengah, sedangkan

membran timpani utuh. Adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani

utuh tanpa adanya tanda-tanda infeksi disebut dengan otitis media efusi.

2.3. Epidemiologi

Di Amerika Serikat, infeksi telinga tengah adalah masalah medis yang

paling umum pada bayi dan anak-anak usia prasekolah, merupakan diagnosis

utama yang paling sering pada anak-anak usia 5 tahun yang diperiksa dokter.

Pedoman klinis mendokumentasikan bahwa survei skrining anak-anak yang sehat

antara bayi dan usia 5 tahun menunjukkan prevalensi 15-40% menderita otitis

media efusi. Selain itu, di antara anak-anak yang diperiksa secara berkala selama

1 tahun, 50-60% dari peserta penitipan anak dan 25% dari anak usia sekolah yang

ditemukan memiliki otitis media efusi selama jangka waktu pemeriksaan dengan

kejadian puncak selama musim dingin. Antara 84-93% dari semua anak

pengalaman minimal 1 episode otitis media akut. Selain itu, sekitar 80% anak

telah memiliki episode dari otitis media efusi (OME) pada usia kurang dari 10

tahun. Pada waktu tertentu, 5% dari anak usia 2-4 tahun memiliki gangguan

pendengaran akibat otitis media efusi yang berlangsung 3 bulan atau lebih.

Prevalensi otitis media dengan efusi tertinggi pada mereka yang berusia 2 tahun

atau lebih muda, dan menurun pada anak-anak yang lebih tua dari 6 tahun.2

2.4. Etiologi dan faktor predisposisi2

Infeksi telinga tengah paling sering disebabkan oleh virus yang sama yang

menyebabkan common cold. Infeksi akut juga bisa disebabkan oleh bakteri yang

kadang-kadang biasanya berada di mulut dan hidung. Bakteri yang mempengaruhi

bayi baru lahir termasuk Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Bakteri

yang mempengaruhi balita dan anak-anak termasuk Streptococcus pneumoniae,

Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Infeksi pada awalnya

disebabkan oleh virus yang juga dapat menyebabkan infeksi bakteri.

5

Secara umum, penyebab otitis media efusi adalah :

1. Infeksi virus pada saluran nafas atas.

2. Tekanan negatif juga dapat terjadi pada telinga tengah yang sehat karena

peningkatan yang tiba-tiba dari tekanan udara (barotrauma).

3. Tumor yang menutupi muara tuba eustachius.

4. Defisiensi pembukaan aktif tuba oleh otot tensor veli palatini.

5. Adenoiditis, dll.

faktor predisposisi

Faktor lingkungan, usia, gangguan pada pembuluh darah, telah dikaitkan

dengan otitis media dengan efusi.

faktor-faktor lingkungan

Faktor lingkungan telah ditunjukkan dalam berbagai studi epidemiologi

sangat terkait dengan peningkatan prevalensi otitis media dengan efusi.

Faktor-faktor ini termasuk botol makan, memiliki saudara dengan otitis

media, memiliki alergi terhadap entitas lingkungan umum, memiliki status

sosial ekonomi rendah, tinggal di sebuah rumah di mana ada orang merokok,

dan memiliki riwayat orangtua otitis media dengan efusi.

Umur

Usia merupakan faktor predisposisi dalam pengembangan otitis media

dengan efusi. Pada bayi, tuba eustachius memiliki orientasi hampir

horizontal (relatif terhadap tanah) dan memiliki sudut 45 ° (seperti pada

orang dewasa) setelah beberapa tahun. Selain itu, ukuran dan bentuk tabung

eustachius saat lahir, tidak seperti pada orang dewasa, tidak menguntungkan

untuk ventilasi telinga tengah.

Beberapa studi anak-anak di Denmark mengungkapkan bahwa pada waktu

anak-anak berusia 1 tahun, tympanogram tipe B (datar) atau tipe C

(bertekanan negatif) dalam 24% dari telinga mereka. Peningkatan terjadi

pada musim semi dan musim panas, sedangkan memburuk di musim dingin.

Jenis tympanogram B memuncak pada anak usia 2-4 tahun, dan, seperti

yang diharapkan dengan prevalensi otitis media dengan efusi, penurunan

pada anak yang lebih tua dari 6 tahun.

6

Pada orang dewasa, otitis media unilateral dengan efusi sangat penting.

Entitas ini harus dipertimbangkan sebagai adanya massa nasofaring.

gangguan tuba Eustachius

Gangguan dalam pembukaan normal tuba eustachius juga dikaitkan

dengan peningkatan prevalensi otitis media dengan efusi. Ini biasanya

terjadi pada pasien yang memiliki langit-langit tidak sempurna dan pada

anak-anak dengan sindrom Down dan gangguan lain yang mempengaruhi

langit-langit. Selain itu, pembersihan mukosiliar menurun dan viskositas

lebih tinggi dari lendir pada cystic fibrosis telah dihipotesiskan untuk

menjelaskan prevalensi yang lebih tinggi dari otitis media dengan efusi

pada pasien dengan kondisi ini.

2.5. Patofisiologi

Tuba eustachius memiliki tiga fungsi yaitu untuk ventilasi, drainase sekret,

dan proteksi. Ventilasi berfungsi untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga

tengah selalu sama dengan tekanan udara luar. Pada keadaan normal, tuba

eustachius memiliki fungsi untuk mengalirkan mukus yang disekresi oleh mukosa

telinga tengah, yang digerakkan oleh transport mukosiliaris ke dalam nasofaring.

Untuk fungsi proteksi, tuba eustachius akan menutup jika ada sekret yang berasal

dari nasofaring sehingga sekret tersebut tidak dapat masuk ke dalam rongga

telinga tengah1. Pada keadaan normal tuba eustachius berada dalam keadaan

tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk ke dalam telinga

tengah atau pada saat mengunyah, menelan, dan menguap. Tuba yang membuka

dibantu oleh otot tensor veli palatini apabila perbedaan tekanan berada antara 20 –

40 mmHg.3

7

Gambar 2. Patofisiologi Gangguan Tuba Eustachius4

Otitis media efusi merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh

gangguan fungsi tuba, yang didasari oleh dua gangguan fungsional yaitu sebagai

berikut.4,5

1. Gangguan ventilasi telinga tengah

Infeksi virus pada saluran nafas atas dapat menyebabkan terjadinya

stenosis lumen tuba saat edema mukosa yang inflamasi. Udara dalam

kavum timpani diabsorpsi secara mikrosirkulasi ke mukosa telinga tengah

sehingga menyebabkan terjadinya tekanan negatif pada telinga tengah.

Infeksi virus dan bakteri dapat menyebabkan peningkatan produksi dan

viskositas dari sekresi yang berasal dari telinga tengah.

Tekanan negatif juga dapat terjadi pada telinga tengah yang sehat karena

peningkatan yang tiba-tiba dari tekanan udara (barotrauma), misalnya pada

pesawat yang mendarat. Mukosa dari tuba eustachius kolaps dan tekanan

negatif tersebut dapat menyebabkan edema mukosa.

8

Terjadinya obstruksi ekstrinsik pada tuba, misalnya pada tumor.

Defisiensi pembukaan aktif tuba oleh otot tensor veli palatini. Terjadinya

malformasi dari rahang dan palatum dapat mengganggu bahkan

menghentikan otot pembuka tuba, yang menyebabkan inflamasi kronik

pada telinga tengah.

2. Infeksi dan inflamasi

Adenoiditis : pada bayi dan anak-anak, paparan mikroorganisme dapat

menginflamasi mukosa jaringan cincin Waldeyer sehingga menyebabkan

inflamasi. Tonsil adenoid yang membesar dapat menutupi muara tuba

eustachius sehingga menimbulkan tekanan negatif di telinga tengah yang

menyebabkan otitis media.

Infeksi pada mukosa telinga tengah : infeksi yang terjadi pada saluran

nafas atas dapat berpindah ke atas dan berjalan melalui tuba eustachius ke

dalam telinga tengah (infeksi tubogenik).

Inflamasi non-infeksius : inflamasi toksik atau alergik pada saluran nafas

atas dapat menyebabkan adenoiditis dan obstruksi hidung. Cairan refluks

dapat berkontribusi juga ada inflamasi. Mekanisme ini penting pada bayi

dan anak-anak yang memiliki tuba eustachius yang lebih pendek yang

menawarkan sedikit proteksi.

2.6. Klasifikasi

Otitis media efusi diklasifikasi berdasarkan jenis sekretnya yaitu sebagai

berikut.3

1. Otitis media serosa

Otitis media serosa terjadi akibat transudat atau plasma yang mengalir dari

pembuluh darah kapiler ke telinga tengah yang terjadi akibat perbedaan

tekanan hidrostatik.

2. Otitis media mukoid

Otitis media mukoid timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista

yang terdapat dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga

mastoid.

9

Klasifikasi otitis media serosa berdasarkan onset terjadinya penyakit yaitu

sebagai berikut.3

1. Otitis media serosa akut

Angka kejadian otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada dewasa.

Otitis media serosa akut terjadi akibat terbentuknya sekret di telinga

tengah secara tiba-tiba yang disebabkan gangguan fungsi tuba yang

disebabkan antara lain:

- Sumbatan tuba yang menyebabkan terbentuknya cairan di telinga

tengah karena tersumbatnya tuba secara tiba-tiba

- Terjadinya infeksi virus pada saluran nafas atas sehingga

menyebabkan terbentuknya cairan

- Reaksi alergi menyebabkan terbentuknya cairan pada saluran nafas

atas.

- Idiopatik

2. Otitis media serosa kronis (glue ear)

Sekret pada otitis media serosa kronis terbentuk secara bertahap tanpa rasa

nyeri dan lebih sering terjadi pada anak-anak. Sekret tersebut kental seperti

lem sehingga disebut sebagai glue ear.

2.7. Diagnosis

Otitis media efusi dapat didiagnosis berdasarkan anamnesis, hasil

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Beberapa gejala otitis media efusi berdasarkan keluhan pasien yaitu

berkurang sampai hilangnya pendengaran, rasa penuh atau tersumbat di

telinga. Gejala otitis media efusi yang terjadi pada anak biasanya jarang

dikeluhkan, tetapi patut dicurigai jika pada anak tersebut terdapat

keterlambatan bicara2,3. Pada otitis media serosa akut juga terjadi

diplacusis binauralis yaitu suara sendiri terdengar lebih nyaring pada

telinga yang sakit. Pasien mengeluhkan terdapat cairan yang terasa

bergerak di dalam telinga saat posisi kepala berubah. Dapat terjadi nyeri

telinga pada barotraumas, tetapi jika penyebabnya virus atau bakteri

10

biasanya pasien tidak merasakan nyeri. Pada beberapa pasien terdapat

vertigo dan tinnitus.3

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu otoskopi dan tes penala. Pada

pemeriksaan otoskopi dapat terlihat membran timpani yang kelabu atau

menguning yang telah kekurangan pergerakan. Jika membran timpani

translusen, maka dapat terlihat air-fluid level atau gelembung udara kecil

pada telinga tengah.

Gambar 3. Gambaran membran timpani dengan : a. air-fluid level, b.

bubble appearance4

Pada otitis media efusi yang sudah lama, membran timpani yang terlihat

pada otoskopi masih utuh tetapi suram, berwarna kuning kemerahan atau

keabu-abuan.

Gambar 4. Gambaran membran timpani pada otitis media efusi kronis4

11

Pada tes penala dapat ditemukan tuli konduktif pada pasien dengan otitis

media efusi, dengan tes Rinne negatif, tes Weber lateralisasi ke telinga

yang sakit, dan tes Schwabach memanjang pada telinga yang sakit.

3. Pemeriksaan penunjang5

Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu

sebagai berikut.

Timpanometri : dengan mengukur kompliens dari mekanisme

transformer telinga tengah, timpanometri menyediakan pemeriksaan

objektif untuk status telinga tengah. Timpanometri akan

memperlihatkan sebuah puncak (misalnya pada kompliens maksimal)

ketika tekanan di kanalis akustik eksternal sama dengan di telinga

tengah. Dengan membedakan tekanan di telinga luar, apabila terdapat

efusi maka kompliensnya tidak akan bervariasi dengan perubahan

tekanan telinga luar atau bisa terbentuk flat timpanogram (tipe B). Jika

tekanan telinga tengah sama atau mendekati tekanan atmosfer,

terbentuk timpanogram normal (tipe A). Jika tekanannya negative

maka akan terbentuk puncak kompliens yang berada dibawah -99daPa

(tipe C).

Gambar 5. Timpanogram

Audiometri : pasien dengan otitis media efusi biasanya memiliki tuli

konduktif yang moderate. Audiometri menyediakan pemeriksaan

keparahan kehilangan pendengaran dan meskipun begitu sangat

12

penting pada monitoring progress dari kondisinya dan menyediakan

informasi yang berguna pada pengambilan keputusan untuk

manajemen terapi.

2.8. Diagnosis Banding

Otitis media akut stadium oklusi tuba eustachius. Perbedaan otitis media

akut dan otitis media efusi dapat dinilai berdasarkan adanya episode akut (kurang

dari 48 jam) onset gejala inflamasi seperti nyeri telinga, gelisah, demam, adanya

sekret yang sering terjadi pada otitis media akut.5

2.9. Penatalaksanaan

Pengobatan otitis media efusi tergantung kepada penyebab yang mendasari

penyakit tersebut.

1. Otitis media serosa akut

Pengobatan dapat secara medikamentosa dan pembedahan. Pada pengobatan

medical diberikan obat vasokonstriktor lokal (tetes hidung), antihistamin, perasat

Valsava , bila tidak ada tanda-tanda infeksi saluran nafas atas.3

Setelah satu atau dua minggu, bila gejala-gejala masih menetap, dilakukan

miringotomi dan bila masih belum sembuh maka dapat dilakukan miringotomi

serta pemasangan pipa ventilasi (Grommet). Grommet atau ventilation tube

merupakan tube kecil yang terbuat dari plastik yang diinsersikan melalui sebuah

lubang kecil pada membran timpani. Grommet akan membantu drainase cairan

yang terkumpul pada telinga tengah dan ventilasi pada telinga tengah.2

Gambar 6. Pemasangan pipa Grommet6

13

2. Otitis media serosa kronik (glue ear)

Pengobatan yang harus dilakukan adalah mengeluarkan sekret dengan

miringotomi dan pemasangan pipa ventilasi (Grommet). Pada kasus yang masih

baru pemberian dekongestan tetes hidung serta kombinasi anti histamin dan

dekongestan per oral seringkali bisa berhasil. Sebagian ahli menganjurkan

pengobatan medikamentosa selama 3 bulan, bila tidak berhasil baru dilakukan

tindakan operasi.

Di samping itu harus pula dinilai serta diobati faktor-faktor penyebab seperti

alergi, pembesaran adenoid atau tonsil, dan infeksi hidung dan sinus.3

2.10. Komplikasi5

Terdapat dua komplikasi akibat otitis media efusi yaitu :

1.Gangguan pendengaran atau kehilangan pendengaran yang bersifat

sementara. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan bahasa dan prilaku

jika dialami oleh anak-anak.

2. Kerusakan kronis pada anatomi membran timpani seperti

timpanosklerosis. Hal ini tergantung pada berapa lama seseorang

menderita otitis media efusi dan tekanan negatif pada telinga tengah.

Komplikasi pada otitis media efusi tergantung pada jenis efusinya seperti

efusi seosa atau purulent dengan tekananan telinga tengah yang negatif dan efusi

mukoid kronis dengan tekanan telinga tengah negatif serta adanya perubahan

anatomis pada membrane timpani. Adanya efusi yang mukoid dapat membuat

membrane timpani mengalami retraksi, atelektasis, adhesi membran timpani pada

tulang-tulang pendengaran, sehingga perlu evalusia dalam 4-6 minggu.5

2.11. Prognosis5

Anak-anak dengan otitis media efusi memiliki prognosis yang baik untuk

mencapai tahap resolusi sekitar 60% dalam 1 bulan dan 75% setelah 3 bulan.

Namun otitis media efusi memiliki 30-40% kemungkinan rekurensi kembali

setelah diobservasi beberapa tahun menurut sebuah penelitian.

BAB III

14

PENUTUP

Otitis media efusi atau otitis media serosa atau otitis media non supuratif

adalah keadaan terdapatnya sekret yang non purulen di telinga tengah, sedangkan

membran timpani utuh. Di Amerika Serikat, infeksi telinga tengah adalah masalah

medis yang paling umum pada bayi dan anak-anak usia prasekolah, merupakan

diagnosis utama yang paling sering pada anak-anak usia 5 tahun yang diperiksa

dokter. Pedoman klinis mendokumentasikan bahwa survei skrining anak-anak

yang sehat antara bayi dan usia 5 tahun menunjukkan prevalensi 15-40%

menderita otitis media efusi. Infeksi telinga tengah paling sering disebabkan oleh

virus yang sama yang menyebabkan common cold. Infeksi akut juga bisa

disebabkan oleh bakteri yang kadang-kadang biasanya berada di mulut dan

hidung.

Secara umum, penyebab otitis media efusi adalah infeksi virus pada saluran

nafas atas, tekanan negatif juga dapat terjadi pada telinga tengah yang sehat

karena peningkatan yang tiba-tiba dari tekanan udara (barotrauma),tumor yang

menutupi muara tuba eustachius, defisiensi pembukaan aktif tuba oleh otot tensor

veli palatini, adenoiditis, dll. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

otitis media efusi adalah faktor lingkungan, usia, gangguan pada pembuluh darah,

telah dikaitkan dengan otitis media dengan efusi. Otitis media efusi terbagi atas

otitis media serosa akut dan kronis. Otitis media efusi dapat didiagnosis

berdasarkan anamnesis, hasil pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Pengobatan otitis media efusi tergantung kepada penyebab yang mendasari

penyakit tersebut berupa medikamentosa dan pembedahan. Anak-anak dengan

otitis media efusi memiliki prognosis yang baik untuk mencapai tahap resolusi

sekitar 60% dalam 1 bulan dan 75% setelah 3 bulan. Namun otitis media efusi

memiliki 30-40% kemungkinan rekurensi kembali setelah diobservasi beberapa

tahun menurut sebuah penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

15

1. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. 2006.

Singapore. Elsevier Inc.

2. Dhooge I, Desloovere C, Boudewyns A, Kempen MV, Dachy JP.

Management of Otitis Media with Effusion in Children. Journal B-Ent

Guidelines:2005;3:15.Diunduh dari www.

ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16363264. pada 10 Oktober 2014.

3. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi keenam.

2007. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

4. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology: A step-by-step

Learning Guide. 2006. New York: Thieme.

5. Lalwani AK. Current Diagnosis and Treatment Otolaryngology, Head and

Neck Surgery. Second edition. 2008. New York: McGraw Hill.

6. Onerci TM. Diagnosis in Otorhinolaryngology. 2009. Berlin Heidelberg:

Springer.

16