referat ladoni trauma capitis.docx

26
CEDERA KEPALA (TRAUMA KAPITIS) A. Latar Belakang Tengkorak sebagai pelindung jaringan otak mempunyai daya elastisitas untuk mengatasi trauma bila dipukul atau terbentur benda tumpul. Namun pada benturan, beberapa mili detik akan terjadi depresi maksimal dan diikuti osilasi. Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak/otak atau kulit seperti kontusio/memar otak, oedem otak, perdarahan dengan derajat yang bervariasi tergantung pada luas daerah trauma. (Alexander PM, 1995). Trauma kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi – descelarasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan percepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan. Trauma kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Brunner & Suddarth, 2002) 1. Prinsip - Prinsip pada Trauma Kepala

Upload: amiro-ladonii

Post on 03-Jan-2016

27 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Ladoni Trauma Capitis.docx

CEDERA KEPALA

(TRAUMA KAPITIS)

A. Latar Belakang

Tengkorak sebagai pelindung jaringan otak mempunyai daya elastisitas untuk mengatasi

trauma bila dipukul atau terbentur benda tumpul. Namun pada benturan, beberapa mili detik

akan terjadi depresi maksimal dan diikuti osilasi. Trauma pada kepala dapat menyebabkan

fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak/otak atau kulit seperti kontusio/memar otak,

oedem otak, perdarahan dengan derajat yang bervariasi tergantung pada luas daerah trauma.

(Alexander PM, 1995).

Trauma kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan

garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi – descelarasi) yang

merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor

dan penurunan percepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak

sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan. Trauma kepala adalah suatu gangguan

traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam

substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Brunner & Suddarth, 2002)

1. Prinsip - Prinsip pada Trauma Kepala

a. Tulang tengorak sebagai pelindung jaringan otak, mempunyai daya elastisitas untuk mengatasi

adanya pukulan.

b.Bila daya / toleransi elastisitas terlampau akan terjadi fraktur

c. Berat / ringannya cedera tergantung pada :

1. Lokasi yang terpengaruh :

• Cedera kulit.

• Cedera jaringan tulang / tengkorak.

Page 2: Referat Ladoni Trauma Capitis.docx

• Cedera jaringan otak.

2. Keadaan kepala saat terjadi benturan.

a. Masalah utama adalah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial (PTIK)

b.TIK dipertahankan oleh 3 komponen :

• Volume darah /Pembuluh darah (75 - 150 ml)

• Volume Jaringan Otak (1200 - 1400 ml)

• Volume LCS (75 - 150 ml)

TIK normal berkisar (1350-1700 ml)

1. Klasifikasi

Trauma kepala atau cedera kepala meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan otak. Cedera

otak terdapat dibagi dalam dua macam yaitu :

a. Cidera otak primer

Adalah kelainan patologi otak yang timbul segera akibat langsung dari trauma. Pada cidera

primer dapat terjadi: memar otak, laserasi.

b. Cidera otak sekunder

Adalah kelainan patologi otak disebabkan kelainan biokimia, metabolisme, fisiologi yang

timbul setelah trauma.

Berat ringannya cedera kepala bukan didasarkan berat ringanya gejala yang muncul setelah

cedera kepala (Alexander PM, 1995). Ada berbagai klasifikasi yang dipakai dalam penentuan

derajat cedera kepala. The Traumatic Coma Data Bank mendifinisikan berdasarkan skor Skala

Koma Glasgow (Glasgow coma scale).

Kategori Penentuan Keparahan cedera kepala berdasarkan Glasgow coma scale (GCS)

Page 3: Referat Ladoni Trauma Capitis.docx

Annegers et al (1998) membagi trauma kepala berdasarkan lama tak sadar dan lama amnesis

pasca trauma yang dibagi menjadi:

a. Cedera kepala ringan, apabila kehilangan kesadaran dan amnesia berlangsung kurang dari 30

menit.

b. Cedera kepala sedang, apabila kehilangan kesadaran atau amnesia terjadi 30 menit sampai 24

jam atau adanya fraktur tengkorak.

c. Cedera kepala berat, apabila kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 24 jam, perdarahan

subdural dan kontusio serebri.

Penggolongan cedera kepala berdasarkan periode kehilangan kesadaran ataupun amnesia saat

ini masih kontroversional dan tidak dipakai secara luas. Klasifikasi cedera kepala berdasarkan

jumlah GCS saat masuk rumah sakit merupakan definisi yang paling umum dipakai (Hoffman,

dkk, 1996).

2. Tipe

a. Cidera kepala terbuka

1. Trauma ini dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserasi durameter. Kerusakan

otak dapat terjadi bila tulang tengkorak menusuk otak, misalnya akibat benda tajam atau

tembakan.

2. Fraktur linier di daerah temporal, dimana arteri meningeal media berada dalam jalur tulang

temporal, sering menyebabkan perdarahan epidural. Fraktur linier yang melintang garis tengah,

sering menyebabkan perdarahan sinus dan robeknya sinus sagitalis superior.

3. Fraktur di daerah basis, disebabkan karena trauma dari atas atau kepala bagian atas yang

membentur jalan atau benda diam. Fraktur di fosa anterior, sering terjadi keluarnya liquor

melalui hidung (rhinorhoe) dan adanya brill hematom (raccon eye).

Page 4: Referat Ladoni Trauma Capitis.docx

4. Fraktur pada os.petrosus, berbentuk longitudinal dan transversal (lebih jarang). Fraktur

longitudinal dibagi menjadi anterior dan posterior. Fraktur anterior biasanya karena trauma di

daerah temporal, sedang yang posterior disebabkan trauma di daerah oksipital.

5. Fraktur longitudinal sering menyebabkan kerusakan pada meatus akustikus interna, foramen

jugularis dan tuba eustakhius. Setelah 2 – 3 hari akan nampak battle sign (warna biru di belakang

telinga di atas os mastoid) dan otorrhoe (liquor keluar dari telinga). perdarahan dari telinga

dengan trauma kepala hampir selalu disebabkan oleh retak tulang dasar tengkorak. Pada

dasarnya fraktur tulang tengkorak itu sendiri tidaklah menimbulkan hal yang emergensi, namun

yang sering menimbulkan masalah adalah fragmen tulang itu menyebabkan robekan pada

durameter, pembuluh darah atau jaringan otak. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pusat vital,

saraf kranial dan saluran saraf (nerve pathway).

b. Cidera kepala tertutup

1. Komotio serebri (gegar otak)

2. Edema serebri traumatic

3. Kontusio serebri

4. Perdarahan Intrakranial

• Perdarahan epidural

• Perdarahan Subdural

• Perdarahan subarahnoid

Page 5: Referat Ladoni Trauma Capitis.docx

PEMBAGIAN CEDERA KEPALA

1. Simple Head Injury

Diagnosa simple head injury dapat ditegakkan berdasarkan:

• Ada riwayat trauma kapitis

• Tidak pingsan

• Gejala sakit kepala dan pusing

Umumnya tidak memerlukan perawatan khusus, cukup diberi obat simptomatik dan

cukup istirahat.

2. Commotio Cerebri

Commotio cerebri (geger otak) adalah keadaan pingsan yang berlangsung tidak lebih dari

10 menit akibat trauma kepala, yang tidak disertai kerusakan jaringan otak. Pasien

mungkin mengeluh nyeri kepala, vertigo, mungkin muntah dan tampak pucat.

Vertigo dan muntah mungkin disebabkan gegar pada labirin atau terangsangnya pusat-

pusat dalam batang otak. Pada commotio cerebri mungkin pula terdapat amnesia

retrograde, yaitu hilangnya ingatan sepanjang masa yang terbatas sebelum terjadinya

kecelakaan. Amnesia ini timbul akibat terhapusnya rekaman kejadian di lobus

temporalis. Pemeriksaan tambahan yang selalu dibuat adalah foto tengkorak, EEG,

pemeriksaan memori. Terapi simptomatis, perawatan selama 3-5 hari untuk observasi

kemungkinan terjadinya komplikasi dan mobilisasi bertahap.

3. Contusio Cerebri

A. Pengertian

Secara definisi Contusio Cerebri didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak akibat

adanya kerusakan jaringan otak disertai perdarahan yang secara makroskopis tidak

mengganggu jaringan. Contusio sendiri biasanya menimbulkan defisit neurologis jika

mengenai daerah motorik atau sensorik otak., secara klinis didapatkan penderita pernah

Page 6: Referat Ladoni Trauma Capitis.docx

atau sedang tidak sadar selama lebih dari 15 menit atau didapatkan adanya kelainan

neurologis akibat kerusakan jaringan otak. Pada pemerikasaan CT Scan didapatkan

daerah hiperdens di jaringan otak, sedangkan istilah laserasi serebri menunjukkan bahwa

terjadi robekan membran pia-arachnoid pada daerah yang mengalami contusio serebri

yang gambaran pada CT Scan disebut “Pulp brain”

Kontusio serebri murni biasanya jarang terjadi. Diagnosa kontusio serebri meningkat

sejalan dengan meningkatnya penggunaan CT scan dalam pemeriksaan cedera kepala.

Kontusio serebri sangat sering terjadi difrontal dan lobus temporal, walaupun dapat

terjadi juga pada setiap bagian otak, termasuk batang otak dan serebelum. Batas

perbedaan antara kontusio dan perdarahan intra serebral traumatika memang tidak jelas.

Kontusio serebri dapat saja dalam waktu beberapa jam atau hari mengalami evolusi

membentuk pedarahan intra serebral.

B. Etiologi

• Kecelakaan

• Jatuh

• Trauma akibat persalinan.

C. Patofisiologi

Pada contusio cerebri (memar otak) terjadi perdarahan-perdarahan di dalam jaringan otak

tanpa adanya robekan jaringanyang kasat mata, meskipun neuron-neuron mengalami

kerusakan atau terputus. Yang penting untuk terjadinya lesi contusio ialah adanya

akselerasi kepala yang seketika itu juga menimbulkan pergeseran otak serta

pengembangan gaya kompresi yang destruktif. Akselerasi yang kuat berarti pula

hiperekstensi kepala. Oleh karena itu, otak membentang batang otak terlalu kuat,

sehingga menimbulkan blockade reversible terhadap lintasan asendens retikularis difus.

Page 7: Referat Ladoni Trauma Capitis.docx

Akibat blockade itu, otak tidak mendapat input aferen dan karena itu, kesadaran hilang

selama blockade reversible berlangsung.

Timbulnya lesi contusio di daerah coup, contrecoup, dan intermediate menimbulkan

gejala deficit neurologis yang bisa berupa refleks babinsky yang positif dan kelumpuhan

UMN. Setelah kesadaran puli kembali, si penderita biasanya menunjukkan organic brain

syndrome.

Lesi akselerasi-deselerasi, gaya tidak langsung bekerja pada kepala tetapi mengenai

bagina tubuh yang lain, tetapi kepala tetap ikut bergerak akibat adanya perbedaan

densitas anar tulang kepala dengan densitas yang tinggi dan jaringan otot yang densitas

yang lebih rendah, maka terjadi gaya tidak langsung maka tulang kepala akan bergerak

lebih dulu sedangkan jaringan otak dan isinya tetap berhenti, pada dasar tengkorak

terdapat tonjolan-tonjolan maka akan terjadi gesekan anatera jaringan otak dan tonjolan

tulang kepala tersebut akibatnya terjadi lesi intrakranial berupa hematom subdural,

hematom intra serebral, hematom intravertikal.kontra coup kontusio. Selain itu gaya

akselerasi dan deselarasi akan menyebabkan gaya tarik atau robekan yang menyebabkan

lesi diffuse berupa komosio serebri, diffuse axonal injuri.

Akibat gaya yang dikembangkan oleh mekanisme-mekanisme yang beroperasi pada

trauma kapitis tersebut di atas, autoregulasi pembuluh darah cerebral terganggu, sehingga

terjadi vasoparalitis. Tekanan darah menjadi rendah dan nadi menjadi lambat, atau

menjadi cepat dan lemah. Juga karena pusat vegetatif terlibat, maka rasa mual, muntah

dan gangguan pernafasan bisa timbul.

D. Tanda dan Gejala

Manifestasi contusio bergantung pada lokasi luasnya kerusakan otak. Akan terjadi

penurunan kesadaran. Apabila kondisi berangsur kembali, maka tingat kesadaranpun

akan berangsur kembali tetapi akan memberikan gejala sisa, tetapi banyak juga yang

mengalami kesadaran kembali seperti biasanya. Dapat pula terjadi hemiparese.

Peningkatan ICP terjadi bila terjadi edema serebral.

Page 8: Referat Ladoni Trauma Capitis.docx

Gejala lain yang sering muncul :

• Gangguan kesadaran lebih lama.

• Kelainan neurologik positip, reflek patologik positip, lumpuh, konvulsi.

• Gejala TIK meningkat.

• Amnesia retrograd lebih nyata.

• Pasien tidak sadarkan diri

• Pasien terbaring dan kehilangan gerakkan

• Denyut nadi lemah

• Pernafasan dangkal

• Kulit dingin dan pucat

• Sering defekasi dan berkemih tanpa di sadari.

• Hemiparese/Plegi

• Aphasia disertai gejala mual-muntah

• Pusing sakit kepala

E. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang seperti CT-Scan berguna untuk melihat letak lesi dan adanya

kemungkinan komplikasi jangka pendek.

4. Laceratio Cerebri

Dikatakan laceratio cerebri jika kerusakan tersebut disertai dengan robekan piamater.

Laceratio biasanya berkaitan dengan adanya perdarahan subaraknoid traumatika,

subdural akut dan intercerebral. Laceratio dapat dibedakan atas laceratio langsung dan

tidak langsung.

Page 9: Referat Ladoni Trauma Capitis.docx

Laceratio langsung disebabkan oleh luka tembus kepala yang disebabkan oleh benda

asing atau penetrasi fragmen fraktur terutama pada fraktur depressed terbuka. Sedangkan

laceratio tidak langsung disebabkan oleh deformitas jaringan yang hebat akibat kekuatan

mekanis.

5. Fracture Basis Cranii

Fractur basis cranii bisa mengenai fossa anterior, fossa media dan fossa posterior. Gejala

yang timbul tergantung pada letak atau fossa mana yang terkena.

Fraktur pada fossa anterior menimbulkan gejala:

• Hematom kacamata tanpa disertai subkonjungtival bleeding

• Epistaksis

• Rhinorrhoe

Fraktur pada fossa media menimbulkan gejala:

• Hematom retroaurikuler, Ottorhoe

• Perdarahan dari telinga

Fraktur basis kranii bisa disertai commotio ataupun contusio, jadi terapinya harus

disesuaikan. Pemberian antibiotik dosis tinggi untuk mencegah infeksi. Tindakan

operatif bila adanya liquorrhoe yang berlangsung lebih dari 6 hari.

Page 10: Referat Ladoni Trauma Capitis.docx

Adapun pembagian cedera kepala lainnya:

• Cedera Kepala Ringan (CKR) → termasuk didalamnya Laseratio dan Commotio

Cerebri

o Skor GCS 13-15

o Tidak ada kehilangan kesadaran, atau jika ada tidak lebih dari 10 menit

o Pasien mengeluh pusing, sakit kepala

o Ada muntah, ada amnesia retrogad dan tidak ditemukan kelainan pada

pemeriksaan neurologist.

• Cedera Kepala Sedang (CKS)

o Skor GCS 9-12

o Ada pingsan lebih dari 10 menit

o Ada sakit kepala, muntah, kejang dan amnesia retrogad

o Pemeriksaan neurologis terdapat lelumpuhan saraf dan anggota gerak.

• Cedera Kepala Berat (CKB)

o Skor GCS <8

o Gejalanya serupa dengan CKS, hanya dalam tingkat yang lebih berat

o Terjadinya penurunan kesadaran secara progesif

o Adanya fraktur tulang tengkorak dan jaringan otak yang terlepas.

Page 11: Referat Ladoni Trauma Capitis.docx

Aspek Neurologis :

Yang dikaji adalah Tingkat kesadaran, biasanya GCS kurang dari 15, disorentasi orang/tempat

dan waktu, adanya refleks babinski yang positif, perubahan nilai tanda-tanda vital, adanya

gerakan decebrasi atau dekortikasi dan kemungkinan didapatkan kaku kuduk dengan brudzinski

positif. Adanya hemiparese.

Pada pasien sadar, dia tidak dapat membedakan berbagai rangsangan/stimulus rasa, raba, suhu

dan getaran. Terjadi gerakan-gerakan involunter, kejang dan ataksia, karena gangguan

koordinasi. Pasien juga tidak dapat mengingat kejadian sebelum dan sesudah trauma. Gangguan

keseimbangan dimana pasien sadar, dapat terlihat limbung atau tidak dapat mempertahankana

keseimbangan tubuh.

Nervus kranialis dapat terganggu bila trauma kepala meluas sampai batang otak karena edema

otak atau pendarahan otak.

Nervus I (Olfaktorius): memperlihatkan gejala penurunan daya penciuman dan anosmia bilateral.

Nervus II (Optikus), pada trauma frontalis : memperlihatkan gejala berupa penurunan gejala

penglihatan.

Nervus III (Okulomotorius), Nervus IV (Trokhlearis) dan Nervus VI (Abducens): kerusakannya

akan menyebabkan penurunan lapang pandang, refleks cahaya ,menurun, perubahan ukuran

pupil, bola mata tidak dapat mengikuti perintah, anisokor.

Nervus V (Trigeminus), gangguannya ditandai : adanya anestesi daerah dahi.

Nervus VII (Fasialis), pada trauma kapitis yang mengenai neuron motorik atas unilateral dapat

menurunkan fungsinya, tidak adanya lipatan nasolabial, melemahnya penutupan kelopak mata

dan hilangnya rasa pada 2/3 bagian lidah anterior lidah.

Nervus VIII (Vestibulocochlearis), pada pasien sadar gejalanya berupa menurunnya daya

pendengaran dan kesimbangan tubuh.

Page 12: Referat Ladoni Trauma Capitis.docx

Nervus IX (Glosofaringeus). Nervus X (Vagus), dan Nervus XI (Assesorius), gejala jarang

ditemukan karena penderita akan meninggal apabila trauma mengenai saraf tersebut. Adanya

Hiccuping (cekungan) karena kompresi pada nervus vagus, yang menyebabkan kompresi

spasmodik dan diafragma. Hal ini terjadi karena kompresi batang otak. Cekungan yang terjadi,

biasanya yang berisiko peningkatan tekanan intrakranial.

Nervus XII (Hipoglosus), gejala yang biasa timbul, adalah jatuhnya lidah kesalah satu sisi,

disfagia dan disartria. Hal ini menyebabkan adanya kesulitan menelan.

Kardiovaskuler : Didapat perubahan tekanan darah menurun, kecuali apabila terjadi peningkatan

intrakranial maka tekanan darah meningkat, denyut nadi bradikardi, kemudian takhikardia, atau

iramanya tidak teratur. Selain itu pengkajian lain yang perlu dikumpulkan adalah adanya

perdarahan atau cairan yang keluar dari mulut, hidung, telinga, mata. Adanya hipereskresi pada

rongga mulut. Adanya perdarahan terbuka/hematoma pada bagian tubuh lainnya. Hal ini perlu

pengkajian dari kepalal hingga kaki.

Pernapasan : Terjadi perubahan pola napas, baik irama, kedalaman maupun frekuensi yaitu cepat

dan dangkal, irama tidak teratur (chyne stokes, ataxia brething), bunyi napas ronchi, wheezing

atau stridor. Adanya sekret pada tracheo brokhiolus. Peningkatan suhu tubuh dapat terjadi karena

adanya infeksi atau rangsangan terhadap hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu tubuh.

Fungsi Vegetatif : Akan didapatkan retensi/inkontinen dalam hal buang air besar atau kecil.

Terdapat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dimana terdapat hiponatremia atau

hipokalemia. Pada sistem gastro-intestinal perlu dikaji tanda-tanda penurunan fungsi saluran

pencernaan seperti bising usus yang tidak terdengar/lemah, adanya mual dan muntah. Hal ini

menjadi dasar dalam pemberian makanan.

Page 13: Referat Ladoni Trauma Capitis.docx

Glasgow Coma Scale :

I. Eyes:

4. Buka mata spontan.

3. Buka mata bila dipanggil/rangsangan suara.

2. Buka mata bila dirangsang nyeri.

1.Tidak reaksi dengan rangsangan apapun.

II. Verbal:

5. Komunikasi verbal baik, jawaban tepat.

4. Bingung, disorentasi waktu, tempat dan person.

3. Dengan rangsangan, reaksi hanya berupa kata tidak membentuk kalimat.

2. Mengerang

1. Tidak ada reaksi dengan rangsangan apapun.

III. Reaksi Gerakan Lengan / Tungkai

6. Mengikuti perintah.

5. Lokalisasi rasa nyeri

4. Menghindari rangsang nyeri

3. Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi fleksi abnormal (dekortikasi)

2. Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi extensi abnormal (desebrasi)

1. Dengan rangsangan nyeri, tidak ada reaksi

Page 14: Referat Ladoni Trauma Capitis.docx

KOMPLIKASI

Jangka pendek :

1. Hematom Epidural

o Letak : antara tulang tengkorak dan duramater

o Etiologi : pecahnya A. Meningea media atau cabang-cabangnya

o Gejala : setelah terjadi kecelakaan, penderita pingsan atau hanya nyeri kepala

sebentar kemudian membaik dengan sendirinya tetapi beberapa jam kemudian timbul

gejala-gejala yang memperberat progresif seperti nyeri kepala, pusing, kesadaran

menurun, nadi melambat, tekanan darah meninggi, pupil pada sisi perdarahan mula-

mula sempit, lalu menjadi lebar, dan akhirnya tidak bereaksi terhadap refleks cahaya.

Ini adalah tanda-tanda bahwa sudah terjadi herniasi tentorial.

o Akut (minimal 24jam sampai dengan 3x24 jam)

o Interval lucid

o Peningkatan TIK

o Gejala lateralisasi → hemiparese

o Pada pemeriksaan kepala mungkin pada salah satu sisi kepala didapati hematoma

subkutan

o Pemeriksaan neurologis menunjukkan pada sisi hematom pupil melebar. Pada sisi

kontralateral dari hematom, dapat dijumpai tanda-tanda kerusakan traktus piramidalis,

misal: hemiparesis, refleks tendon meninggi dan refleks patologik positif.

o CT-Scan : ada bagian hiperdens yang bikonveks

o LCS : jernih

o Penatalaksanaannya yaitu tindakan evakuasi darah (dekompresi) dan pengikatan

pembuluh darah.

2. Hematom subdural

o Letak : di bawah duramater

o Etiologi : pecahnya bridging vein, gabungan robekan bridging veins dan laserasi

piamater serta arachnoid dari kortex cerebri

Page 15: Referat Ladoni Trauma Capitis.docx

o Gejala subakut : mirip epidural hematom, timbul dalam 3 hari pertama

Kronis : 3 minggu atau berbulan-bulan setelah trauma

o CT-Scan : setelah hari ke 3 diulang 2 minggu kemudian

Ada bagian hipodens yang berbentuk cresent.

Hiperdens yang berbentuk cresent di antara tabula interna dan parenkim otak (bagian

dalam mengikuti kontur otak dan bagian luar sesuai lengkung tulang tengkorak)

Isodens → terlihat dari midline yang bergeser

o Operasi sebaiknya segera dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam otak

(dekompresi) dengan melakukan evakuasi hematom. Penanganan subdural hematom

akut terdiri dari trepanasi-dekompresi.

3. Perdarahan Intraserebral

Perdarahan dalam cortex cerebri yang berasal dari arteri kortikal, terbanyak pada lobus

temporalis. Perdarahan intraserebral akibat trauma kapitis yang berupa hematom hanya

berupa perdarahan kecil-kecil saja. Jika penderita dengan perdarahan intraserebral luput

dari kematian, perdarahannya akan direorganisasi dengan pembentukan gliosis dan

kavitasi. Keadaan ini bisa menimbulkan manifestasi neurologik sesuai dengan fungsi

bagian otak yang terkena.

4. Oedema serebri

Pada keadaan ini otak membengkak. Penderita lebih lama pingsannya, mungkin hingga

berjam-jam. Gejala-gejalanya berupa commotio cerebri, hanya lebih berat. Tekanan

darah dapat naik, nadi mungkin melambat. Gejala-gejala kerusakan jaringan otak juga

tidak ada. Cairan otak pun normal, hanya tekanannya dapat meninggi.

TIK meningkat

Cephalgia memberat

Kesadaran menurun

Page 16: Referat Ladoni Trauma Capitis.docx

Prinsip melakukan pengkajian dengan menggunakan 5 B yaitu :

a. Breathing

Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga terjadi

perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes

atau Ataxia breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana karena

aspirasi), cenderung terjadi peningkatan produksi sputum pada jalan napas.

b. Blood

Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi. Tekanan pada pusat

vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung yang akan

mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial.

Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia,

disritmia).

c. Brain

Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya gangguan otak akibat

cidera kepala. Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope,

tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstrimitas. Bila perdarahan hebat/luas dan mengenai

batang otak akan terjadi gangguan pada nervus cranialis, maka dapat terjadi :

• Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah,

pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).

• Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang

pandang, foto fobia.

• Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.

• Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.

Page 17: Referat Ladoni Trauma Capitis.docx

• Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus menyebabkan kompresi

spasmodik diafragma.

• Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu sisi, disfagia,

disatria, sehingga kesulitan menelan.

d. Blader

Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri, ketidakmampuan

menahan miksi.

e. Bowel

Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah (mungkin proyektil),

kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan menelan (disfagia) dan terganggunya

proses eliminasi alvi.

f. Bone

Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada kondisi yang lama

dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi spastisitas atau

ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi karena rusak atau putusnya hubungan

antara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi penurunan tonus

otot.

Page 18: Referat Ladoni Trauma Capitis.docx

DAFTAR PUSTAKA

Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan),

Bandung.

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo

Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim

PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta

Corwin, 2000, Hand Book Of Pathofisiologi, EGC, Jakarta.

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk

perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M.,

Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta

Komite Keperawatan RSUD Dr. Soedono Madiun. 1999, Penatalaksanaan Pada Kasus Trauma

Kepala. Makalah Kegawat daruratan dalam bidang bedah, Tidak dipublikasikan.

Long, B.C., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Kperawatan), Bandung :

Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Bandung.

Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FK-UI, Jakarta.

McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-

Year book.Inc,Newyork

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA

Reksoprodjo, S. dkk, 1995, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bina rupa Aksara, Jakarta.

Page 19: Referat Ladoni Trauma Capitis.docx

Wilkinson, Judith, 2007, Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria

Hasil NOC, EGC, Jakarta