referat konjungtivitis ayee

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa. 1, 3 Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata sangat berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri biasanya mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak, berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi juga mengenai kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis papiler raksasa adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak. Biasanya mengenai kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih, dan 1

Upload: teguh-el-bahgie

Post on 01-Jul-2015

1.984 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih

mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya

berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat

disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya

kontak lensa. 1, 3

Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini,

mata sangat berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri

biasanya mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam

jumlah banyak, berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi juga mengenai

kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal.

Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air mata juga berlebihan

sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis papiler raksasa adalah konjungtivitis

yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak. Biasanya mengenai

kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih, dan kadang muncul

benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena akan

sembuh sendiri dalam beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter tetap akan

memberikan larutan astringen agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder

oleh bakteri tidak terjadi dan air mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa

tidak nyaman di mata. 1, 3

Obat tetes atau salep antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati

konjungtivitis bakteri. Antibiotik sistemik juga sering digunakan jika ada infeksi di

bagian tubuh lain. Pada konjungtivitis bakteri atau virus, dapat dilakukan kompres

1

Page 2: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

hangat di daerah mata untuk meringankan gejala. Tablet atau tetes mata antihistamin

cocok diberikan pada konjungtivitis alergi. Selain itu, air mata buatan juga dapat

diberikan agar mata terasa lebih nyaman, sekaligus melindungi mata dari paparan

alergen, atau mengencerkan alergen yang ada di lapisan air mata. Untuk

konjungtivitis papiler raksasa, pengobatan utama adalah menghentikan paparan

dengan benda yang diduga sebagai penyebab, misalnya berhenti menggunakan lensa

kontak. Selain itu dapat diberikan tetes mata yang berfungsi untuk mengurangi

peradangan dan rasa gatal di mata. 3

Pada dasarnya konjungtivitis adalah penyakit ringan, namun pada beberapa

kasus dapat berlanjut menjadi penyakit yang serius. Untuk itu tidak ada salahnya

berkonsultasi dengan dokter mata jika terkena konjungtivitis. 3

2

Page 3: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi

vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi, atau Radang pada selaput lendir yang

menutupi belakang kelopak dan bola mata.1, 3

Konjungtivitis di bedakan menjadi akut dan kronis yang disebabkan oleh

mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.2

2.2 Anatomi

Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari membran

mukosa tipis yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung melapisi

permukaan bola mata dan berakhir pada daerah transparan pada mata

3

Page 4: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

yaitu kornea. Secara anatomi, konjungtiva dibagi atas 2 bagian yaitu konjungtiva

palpebra dan konjungtiva bulbaris. Namun, secara letak areanya, konjungtiva ibagi

menjadi 6 area yaitu area marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar dan limbal.

Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan

mukokutan) dan dengan epitel kornea pada limbus.Pada konjungtiva palpebra,

terdapat dua lapisan epithelium dan menebal secara bertahap dari forniks ke limbus

dengan membentuk epithelium berlapis tanpa keratinisasi pada daerah marginal

kornea. Konjungtiva palpebralis terdiri dari epitel berlapis tanpa keratinisasi yang

lebih tipis. Dibawah epitel tersebut terdapat lapisan adenoid yang terdiri dari jaringan

ikat longgar yang terdiri dari leukosit. Konjungtiva palpebralis melekat kuat pada

tarsus, sedangkan bagian bulbar bergerak secara bebas pada sklera kecuali yang dekat

pada daerah kornea.3

Berikut adalah gambaran anatomi dari konjungtiva 5,6

.

Gambar 2.5. Anatomi Konjungtiva

4

Page 5: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri

palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan – bersama dengan banyak

vena konjungtiva yang umumnya mengikut i pola arterinya – membentuk jaringjaring

vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun

dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh

limfe palpebra hingga membentuk pleksus limfatikus yang banyak. 1

Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik)

nervus trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri. 1,3

Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan

kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata,

dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, akt ivitas

lakrimasi, dan menyuplai darah. Selain itu, terdapat pertahanan spesifik berupa

ekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya jaringan limfoid pada mukosa

tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA 1,2

Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua

grup besar yaitu 3,4

1. Penghasil musin

a. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada daerah

inferonasal.

b. Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis

superior dan sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.

c. Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.

2. Kelenjar asesoris lakrimalis. Kelenjar asesoris ini termasuk kelenjar Krause dan

kelenjar Wolfring. Kedua kelenjar ini terletak dalam dibawah substansi propria.

5

Page 6: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

Pada sakus konjungtiva tidak pernah bebas dari mikroorganisme namun

karena suhunya yang cukup rendah, evaporasi dari cairan lakrimal dan suplai darah

yang rendah menyebabkan bakteri kurang mampu berkembang biak. Selain itu, air

mata bukan merupakan medium yang baik. 1

2.3 Etiologi

Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:

Infeksi olah virus atau bakteri

Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang

Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet

dari las listrik atau sinar matahari. 3

2.4 Klasifikasi

Konjungtivitis, terdiri dari:

1. Konjungtivitis bakterial Akut

2. Konjungtivitis virus Akut

3. Konjungtivitis alergi

4. Konjungtivitis Neonatorum

5. Konjungtivitis iritasi atau kimia 1 3

2.4.1 Konjungtivitis Bakterial Akut

Definisi

Peradangan pada konjungtiva yang disebabkan Oleh Streptokokus,

Corynebacterium diptherica, Pseudomonas, neisseria, dan hemophilus. 3

6

Page 7: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun.

Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus,

dan Haemophilus. Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan

mikroorganisme seperti Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2

minggu jika tidak diobati dengan memadai. 3

Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari

sekian antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa

hari. Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria

meningitides dapat menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati secara dini, 4

Diagnosis

Hiperemi Konjungtiva

Edema kelopak dengan kornea yang jernih

Kemosis : pembengkakan konjungtiva

Mukopurulen atau Purulen4

Pemeriksaan

Pemeriksaan tajam penglihatan

Pemeriksaan segmen anterior bola mata

7

Page 8: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

Sediaan langsung (swab konjungtiva untuk pewarnaan garam) untuk

mengindentifikasi bakteri, jamur dan sitologinya. 5

Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh tangan.

Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat menyebarkan kuman

seperti seprei, kain, dll.1,5

Pemeriksaan Laboratorium

Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organism dapat diketahui

dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan

pulasan Gram atau Giemsa; pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil

polimorfonuklear.1,2,3 Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan

biakan disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika penyakit itu purulen,

bermembran atau berpseudomembran. Studi sensitivitas antibiotika juga baik, namun

sebaiknya harus dimulai terapi antibiotika empiric. Bila hasil sensitifitas antibiotika

telah ada, tetapi antibiotika spesifik dapat diteruskan. 6

Terapi

Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada 24 jam pertama obat

diteteskan tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 4 kali sehari selama 1

minggu. Pada malam harinya diberikan salep mata untuk mencegah belekan di pagi

hari dan mempercepat penyembuhan1, 3

Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen

mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai dengan

terapi topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih

antibiotika yang cocok untuk mengobati infeksi N gonorroeae, dan N meningitides.

8

Page 9: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

Terapi topical dan sistemik harus segera dilkasanakan setelah materi untuk

pemeriksaan laboratorium telah diperoleh. 4,6

Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus konjungtiva harus

dibilas dengan larutan garam agar dapat menghilangkan secret konjungtiva. Untuk

mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan

secara khusus hygiene perorangan. 1,4

Perjalanan dan Prognosis

Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat

berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali

konjungtivitis stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan

memasuki tahap mnehun) dan konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati dapat

berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi

gerbang masuk bagi meningokokus ke dalam darah dan meninges, hasil akhir

konjungtivitis meningokokus adalah septicemia dan meningitis.1,4

Konjungtivitis bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan

menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.

Pencegahan

Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan

sesudahmembersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci

tangannya bersih-bersih.

Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata

yang sakit.

Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni

rumah lainnya.8

9

Page 10: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

2.4.2 Konjungtivitis Gonore

Merupakan radang konjungtiva akut dan hebat disertai dengan sekret purulen.

Gonokok merupakan kuman yang sangat patogen, virulen dan bersifat invasif,

sehingga reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat. 3

Infeksi pada neonatus terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang

pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang menderita penyakit tersebut.

Gejala

Konjungtiva yang kaku, dan sakit saat perabaan

Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar di buka.

Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior, sedangkan

konjungtiva bulbi merah.

Pada stadium supuratif terdapat sekret yang kental. 3,5.

Pemeriksan dan diagnosis

Pemeriksaan sekret dan pewarnaan metilen blu dimana dapat terlihat diplokok

di dalam sel leukosit.

Pengobatan

Penisilin Salep dn Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama &

hari. 1, 3

2.4.3 konjungtivitis Angular

10

Page 11: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

Konjungtivitis Angular terutama didapatkan di daerah kantus interpalpebra.

Disebabkan oleh Basil Moraxella Axenfeld. 3

Gejala

Ekskoriasi kulit di sekitar daerah meradang

Sekret mukopurulen

Pasien sering mengedip5,6

Pengobatan

Tetrasiklin dan basitrasin

2.4.4 Konjungtivitis mukopurulen

Konjungtivitis mukopurulen merupakan konjungtivitis dengan gejala umum

konjungtivitis kiataral mukoid yang disebabkan oleh Staphylococcus atau basil Koch

Weeks.3

Gejala

Hiperemi konjungtiva

Sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak mata melekat terutama

saat bangun pagi.

11

Page 12: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

2.5 Konjungtivitis Virus

2.5.1 Konjungtivitis Folikuler Virus Akut

a). Demam Faringokonjungtival

Tanda dan gejala

Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 ⁰C, sakit

tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler sering

sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan pada mukosa faring. Mata merah dan

berair mata sering terjadi, dan kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel.

Yang khas adalah limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).1

12

Page 13: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

Laboratorium

Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan

kadang – kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan

ditetapkan oleh tes netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit, virus ini dapat juga

didiagnosis secara serologic dengan meningkatnya titer antibody penetral virus.

Diagnosis klinis adalah hal mudah dan jelas lebih praktis.1,3,6

Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada

bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak daripada

orang dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor. 1,3,6

Terapi

Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri, umumnya dalam

sekitar 10 hari. 1

b). Keratokonjungtivitis Epidemika

Tanda dan gejala

Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu

mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien merasa ada

infeksi dengan nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti dalam 5-14 hari oleh

fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Sensai kornea normal.

Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis, dan

hyperemia konjungtiva menandai fase akut. Folikel dan perdarahan konjungtiva

sering muncul dalam 48 jam. Dapat membentuk pseudomembran dan mungkin

diikuti parut datar atau pembentukan symblepharon. 1,3,4

13

Page 14: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel

terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-bulan

namun menyembuh tanpa meninggalkan parut. 1

Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian luar

mata. Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus seperti

demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare. 1, 3

Laboratorium

Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan

37 (subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi dalam

biakan sel dan diidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan konjungtiva

menampakkan reaksi radang mononuclear primer; bila terbentuk pseudomembran,

juga terdapat banyak neutrofil. 1

Penyebaran

Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui

jari-jari tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau pemakaian

larutan yang terkontaminasi. Larutan mata, terutama anestetika topical, mungkin

terkontaminasi saat ujung penetes obat menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva

atau silia. Virus itu dapat bertahan dalam larutan itu, yang menjadi sumber

penyebaran. 1,3

Pencegahan

Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan memakai

penetes steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unit-dose. Cuci

tangan secara teratur di antara pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alat-alat

yang menyentuh mata khususnya tonometer juga suatu keharusan. Tonometer

14

Page 15: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

aplanasi harus dibersihkan dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan

air steril dan dikeringkan dengan hati-hati. 4,6

Terapi

Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan

mengurangi beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat

memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri harus

diberikan jika terjadi superinfeksi bacterial. 1

c). Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks

Tanda dan gejala

Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak kecil,

adalah keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral,

iritasi, bertahi mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan. Pada kornea tampak lesi-lesi

epithelial tersendiri yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus

epithelial yang bercabang banyak (dendritik). Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel

herpes kadang-kadang muncul di palpebra dan tepian palpebra, disertai edema hebat

pada palpebra. Khas terdapat sebuah nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika

ditekan. 1,3

Laboratorium

Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika

konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika

pseudomembran, reaksinya terutama polimorfonuklear akibat kemotaksis dari tempat

nekrosis. Inklusi intranuklear tampak dalam sel konjungtiva dan kornea, jika dipakai

fiksasi Bouin dan pulasan Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan Giemsa.

Ditemukannya sel – sel epithelial raksasa multinuclear mempunyai nilai diagnostic.3

15

Page 16: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung kain

kering di atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke jaringan biakan.3

Terapi

Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa,

umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local

maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus

kornea mungkin diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni dengan

mengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan obat antivirus, dan menutupkan

mata selama 24 jam. Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 – 10 hari: trifluridine

setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida rabine lima kali sehari, atau idoxuridine

0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2 jam di waktu malam.

Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali sehari selama

10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7 hari.3

Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah

pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari.

Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi

herpes simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang singkat

menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat. 1,3

d). Konjungtivitis Hemoragika Akut

Epidemiologi

Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic

besar konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama kali diketahui di

Ghana dalam tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan oleh coxackie virus A24.

Masa inkubasi virus ini pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). 5

16

Page 17: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

Tanda dan Gejala

Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air

mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadang-kadang terjadi

kemosis. Hemoragi subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat berupa bintik-

bintik pada awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar ke bawah.

Kebanyaka pasien mengalami limfadenopati preaurikuler, folikel konjungtiva, dan

keratitis epithelial. Uveitis anterior pernah dilaporkan, demam, malaise, mialgia,

umum pada 25% kasus. 1,5

Penyebaran

Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh fomite

seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air. Penyembuhan terjadi dalam

5-7 hari

Terapi

Tidak ada pengobatan yang pasti. 4,5

2.6 Konjungtivitis Imunologik (Alergik)

Reaksi Hipersensitivitas Humoral Langsung

2.7 Konjungtivitis Atopik

Tanda dan gejala

Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian

palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papilla

halus, namun papilla raksasa tidak berkembang seperti pada keratokonjungtivitis

vernal, dan lebih sering terdapat di tarsus inferior. Berbeda dengan papilla raksasa

17

Page 18: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

pada keratokonjungtivitis vernal, yang terdapat di tarsus superior. Tanda-tanda

kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit setelah eksaserbasi

konjungtivitis terjadi berulangkali. Timbul keratitis perifer superficial yang diikuti

dengan vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur dan

bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan. 1,3

Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien

atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak bayi.

Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut sering

ditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic berlangsung berlarut-

larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti keratokonjungtivitis

vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila pasien telah berusia 50 tahun. 3,4

Laboratorium

Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang terlihat

sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal. 1

Terapi

Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10

mg empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai 200

mg) ternyata bermanfaat. Obat-obat antiradang non-steroid yang lebih baru, seperti

ketorolac dan iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien-pasien ini.

Pada kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi tambahan. Pada kasus lanjut

dengan komplikasi kornea berat, mungkin diperlukan transplantasi kornea untuk

mengembalikan ketajaman penglihatannya. 1,3

18

Page 19: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

2.8 Konjungtivitis Iatrogenik Pemberian Obat Topikal

Konjungtivitis folikular toksik atau konjungtivitis non-spesifik infiltrate, yang

diikuti pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama dipivefrin,

miotika, idoxuridine, neomycin, dan obat-obat lain yang disiapkan dalam

bahanpengawet atau vehikel toksik atau yang menimbulakan iritasi. Perak nitrat yang

diteteskan ke dalam saccus conjingtiva saat lahir sering menjadi penyebab

konjungtivitis kimia ringan. Jika produksi air mata berkurang akibat iritasi yang

kontinyu, konjungtiva kemudian akan cedera karena tidak ada pengenceran terhadap

agen yang merusak saat diteteskan kedalam saccus conjungtivae. 2,3

Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel berkeratin, beberapa

neutrofil polimorfonuklear, dan sesekali ada sel berbentuk aneh. Pengobatan terdiri

atas menghentikan agen penyebab dan memakai tetesan yang lembut atau lunak, atau

sama sekali tanpa tetesan. Sering reaksi konjungtiva menetap sampai berminggu-

minggu atau berbulan-bulan lamanya setelah penyebabnya dihilangkan. 5,6

2.7.2 Konjungtivitis Vernalis

suatu inflamasi mata bagian luar yang bersifat musiman dan dianggap sebagai

suatu alergi. 7

Konjungtiva banyak sekali mengandung sel dari sistem kekebalan (mast sel)

yang melepaskan senyawa kimia (mediator) dalam merespon terhadap berbagai

rangsangan (seperti serbuk sari atau debu tungau) . Mediator ini menyebabkan radang

pada mata, yang mungkin sebentar atau bertahan lama. Sekitar 20% dari orang

memiliki tingkat mata merah alergi.7

Diagnosis

Ditemukan adanya tanda-tanda radang konjungtiva

Ditemukan adanya giant papil pada konjungtiva palpebra superior

19

Page 20: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

Ditemukan adanya tantras dot pada limbus kornea

Kadang disertai shield ulcer

Bersifat kumat-kumatan1, 3

Gejal danTanda :

Mata merah (biasanya rekuren)

Kadang disertai rasa gatal yang hebat

Adanya riwayat alergi

Adanya hipertrofi papil difus pada konjungtiva tersal terutama superior

Adanya penebalan limbus dengan tantras dot

Discharge mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksi

sekunder4,7

Terapi

Kasus ringan : terapi edukasi (menghindari allergen, kompres dingin, ruangan

sejuk, lubrikasi, salep mata), pemberian antihistamin (topical levokabastin,

emestadine), vasokonstriktor (phenileprine, tetrahidrolozine), mast cell stabilizer

(cromolin sodium 4% alomide)

Kasus sedang-berat : mast cell stabilizer (cromolin sodium 4% alomide),

antiinflamasi steroid topika (ketorolac 0,5%), kortikosteroid topical atau agen

modulator siklosporin. Pada pasien denga sheld ulcer bias diberikan sikloplegik yang

agresif (atropine 1%, homatropin 5%, atau skopolamin 0,25%) dan antibiotic topikal

Dapat diberikan antihistamin sistemik.8

20

Page 21: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

2.7.3 Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia dan Iritans

Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yangmasuk ke

saccus conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum adalah

pupuk, sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up, dan

berbagai asam dan alkali. Di daerah tertentu,asbut (campuran asap dan kabut)

menjadi penyebab utama konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut

belum dapat ditetapkan secara positif, dan pengobatannya non-spesifik. Tidak ada

efek pada mata yang permanen, namun mata yang terkena seringkali merah dan

terasa mengganggu secara menahun. 1

Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek

langsung. Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup

kedalam jaringan dan menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus

menerus merusak selama berjam-jam atau berhari-hari lamanya, tergantung

konsentrasi molar alkali tersebut dan jumlah yang masuk. Perlekatan antara

konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea lebih besar kemungkinan terjadi

jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian manapun, gejala utama luka

bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme.

Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat diungkapkan. 5,6

Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau

larutan garam sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan secara

mekanik. Jangan memakai antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik umum adalah

kompres dingin selama 20 menit setiap jam, teteskan atropine 1% dua kali sehari, dan

beri analgetika sistemik bila perlu. Konjungtivitis bacterial dapat diobati dengan agen

antibakteri yang cocok. Parut kornea mungkin memerlukan transplantasi kornea, dan

symblepharon mungkin memerlukan bedah plastic terhadap konjungtiva. Luka bakar

berat pada kojungtiva dan kornea prognosisnya buruk meskipun dibedah. Namun jika

21

Page 22: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

pengobatan memadai dimulai segera, parut yang terbentuk akan minim dan

prognosisnya lebih baik. 4,6

22

Page 23: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea. Section

11. San Fransisco: MD Association, 2005-2006

2. Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta. 1998

3. Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003,

hal 2, 134.4. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005

5. Putz, R. & Pabst R. Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2000. hal 356.6. PERDAMI,. Ilmu Penyakit Mata Untuk dokter umum dan mahasiswa

kedokteran. Jakarta. 2002

7. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000

8. Wijaya N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 1983

23

Page 24: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

SUMBER GAMBAR

24