referat isi media kontras
DESCRIPTION
media kontrasTRANSCRIPT
Bahan Kontras Radiografi
I. Definisi
Bahan kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan
visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostic medik.
Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar-x untuk meningkatkan daya
attenuasi sinar-x (bahan kontras positif) atau menurunkan daya attenuasi sinar-x (bahan
kontras negative dengan bahan dasar udara atau gas). Selain itu bahan kontras juga
digunakan dalam pemeriksaan mri (magnetic resonance imaging).
II. Sejarah
Penggunaan media kontras pada pemerikasaan radiologi bermula dari percobaan tuffier
pada tahun 1897, dimana dalam percobaannya ia memasukkan kawat kedalam ureter melalui
keteter., sehingga terjadi bayangan ureter dalam radiograf. Percobaan selanjutnya yaitu
dengan menggunakan kontras cair untuk menggambarkan anatomi dari traktus urinarius.
Kontras tersebut diantaranya : koloid perak,bismut,natrium iodida,perak iodida, stronsium
klorida, dan sebagainya. Berangsur-angsur metode tersebut mulai ditinggalkan karena
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Infeksi, trauma jaringan, terjadinya emboli, dan
deposit perak dalam ginjal merupakan akibat sampingan yang tidak bisa dihindari.
Berpijak dari pengalaman-pengalaman terdahulu kemudian para ahli radiologi sepakat
untuk megadakan pembaharuan dalam pemakaian media kontras pada pemeriksaan radiologi.
Dan pada tahun 1928 seorang ahli urologi, dr.moses swick bekerjasama dengan
prof.lichtwitz,binz, rath, dan lichtenberg memperkenalkan penemuannya tentang media
kontras iodium water-soluble yang digunakan dalam pemeriksaan urografi secara intravena.
Media kotras yang berhasil disintesa, diantranya dalah :sodium iodopyridone-n-acetic acid
yang disebut urosectan-b (iopax), dan sodium oidomethamate yang disebut uroselectan-b
(neoiopax). Dari segi radiograf kedua macam media kotras tersebut memberikan hasil yang
memuaskan, namun dari pasiennya masih menimbulkan efek yang merugikan, yaitu : mual
dan muntah. Selanjutnya dr.swick dan kawan-kawan melanjutkan usahanya dengan
mengembangkan iodopyracet yang sementara waktu bisa menggantikan kedudukan neoiopax
dalam pemerikasaan urografi intra vena.
Mulai pertengahan tahun 1950 semua jenis media kontras untuk pemakaian secara
intravaskuler untuk pemakaian secara intravaskular mulai mengalami pergantian. Mulai
periode ini media kontras intravaskular menggunakan molekul asam benzoat sebagai bahan
dasarnya dengan mengikat tiga atom iodium. Dari hasil uji coba membuktikan bahwa media
kontras jenis ini memiliki kelebihan dibanding dengan jenis media kontras sebelumnya. Jenis
media kontras tersebut diantarannya ; acetrizoate dibuat tahun 1950, diatrizoate tahun 1954,
metrizoate tahun 1961, iothalamate tahun 1962, iodamide tahun 1965 dan ioxithalamate
tahun 1968. Akhirnya media kontras yang dapat pula digunakan secara intravaskular secara
kontinyu terus mengalami penyempurnaan.
Dari hasil penelitian membuktikan bahwa ionisitas dan osmolalitas merupakan kunci
utama terjadinya keracunan pada pasien. Kemudian mulai tahun 1969 dr.torsten almen
mengembangkan jenis media kontras non-ionik dengan osmolalitas yang cukup rendah.
Mula-mula ia mengadakan penelitian terhadap keluarga metrizamide yang sebelumnya
dipakai pada pemeriksaan mielografi. Dengan diciptakannya media kontras water soluble
untuk pemeriksaaan mielografi, penggunaan secara intravaskular mulai dipelajari. Hasil akhir
penelitian memberikan jalan yang terbaik untuk segala macam pemeriksaan radiologi yang
menggunakan media kontras iodium non-ionik water-soluble secara intravascular
III. Jenis media kontras
1. Media kontras positif ( opaque media)
Adalah media kontras yang mempunyai daya serap radiasi yang lebih tinggi dari
jaringan tubuh sehingga menampilkan gambar yang terang ( opaque ).
2. Media kontras negative ( lucent media )
Adalah media kontras yang mempunyai daya serap radiasi lebih rendah dari jaringan
tubuh sehingga menampilkan gambaran gelap ( lucent )
IV. Bahan dasar media kontras
1. Media kontras positif
a. Barium sulfat
Bahan kontras barium sulfat, berbentuk bubuk putih yang tidak larut. Bubuk ini
dicampur dengan air dan beberapa komponen tambahan lainnya untuk membuat
campuran bahan kontras. Bahan ini umumnya hanya digunakan pada saluran
pencernaan; biasanya ditelan atau diberikan sebagai enema. Setelah pemeriksaan,
bahan ini akan keluar dari tubuh bersama dengan feces.
b. Bahan kontras iodium
Bahan kontras iodium bisa terikat pada senyawa organik (non-ionik) atau sebuah
senyawa ionic. Bahan-bahan ionic dibuat pertama kali dan masih banyak digunakan
dengan tergantung pada pemeriksaan yang dimaksudkan. Bahan-bahan ionic
memiliki profil efek samping yang lebih buruk.
Senyawa-senyawa organik memiliki efek samping yang lebih sedikit karena tidak
berdisosiasi dengan molekul-molekul komponen. Banyak dari efek samping yang
diakibatkan oleh larutan hyperosmolar yang diinjeksikan, yaitu zat-zat ini membawa
lebih banyak atom iodine per molekul. Semakin banyak iodine, maka daya attenuasi
sinar-x bertambah. Ada banyak molekul yang berbeda.
Media kontras yang berbasis iodium dapat larut dalam air dan tidak berbahaya
bagi tubuh. Bahan-bahan kontras ini banyak dijual sebagai larutan cair jernih yang
tidak berwarna. Konsentrasinya biasanya dinyatakan dalam mg i/ml. Bahan kontras
teriodinasi modern bisa digunakan hampir di semua bagian tubuh. Kebanyakan
diantaranya digunakan secara intravenous, tapi untuk berbagai tujuan juga bisa
digunakan secara intraarterial, intrathecal (tulang belakang) dan intraabdominally –
hampir pada seluruh rongga tubuh atau ruang yang potensial.
1. Bentuk dan susunan kimia
Berdasarkan tahap-tahap perkembangannya, bentuk dan susunan kimia media
kontras iodium dapat dibedakan menjadi :
a. Sebelum tahun 1950
Pada periode ini semua media kontras iodium bersifat ionik, dimana dalam
susunan kimianya terdapat ikatan ion. Ion-ion penyusun media kontras
tersebut terdiri dari ; kation dan anion. Adapun contoh bentuk-bentuk media
kontras intravaskular yang disintesa sebelum tahun 1950 adalah sebagai
berikut :
b. Pertengahan tahun 1950
Mulai pertengahan tahun 1950 ditetapkan penggunaan bahan dasar molekul
benzoat yang setiap molekulnya mengikat tiga atom iodium. Pada tahap ini
perkembangan dibagi menjadi :
o Bahan kontras ionik
Ion-ion penyusun media kontras terdiri dari kation (ion bermuatan
positif) dan anion (ion bermuatan negatif). Kation terikat pada asam
radikal (-coo-) rantai c1 cincin benzena. Kation juga memberikan
karakteristik media kontras, dimana setiap jenis memberikan karakteristik
yang berbeda satu sama lain. Ada beberapa macam kation yang digunakan
dalam media kontras, di antaranya :
a. Sodium (natrium)
Sifat sodium dalam media kontras adalah menurunkan kekentalan
(viskositas), dan lebih sedikit menimbulkan reaksi anafilaksis karena
dapat mengurangi mnuculnya zat histamin yang mengakibatkan reaksi
alergis. Di lain pihak sodium bersifat lebih korosif terhadap sel
endotelium dan parenkim organ tertentu, sehingga lebih toksik dari
pada zat lain.
b. Meglumine ( nmg ; n-methylglucamine)
Meglumine memiliki sifat toksik yang lebih kecil dibanding
sodium, akan tetapi meglumine memberikan efek diuretik (mengurangi
konsentrasi iodium dalam urin). Pada jenis asam dan konsentrasi yang
sama meglumine lebih kecil menimbulkan kenaikan tekanan darah,
bradikardia, dan konvulsi dibanding sodium.
c. Ethanolamine
Zat ini memiliki sifat yang tidak dimiliki oleh sodium maupub
meglumine, yaitu tidak mempunyai sifat racun dan memiliki viskositas
yang rendah, tetapi zat ini menimbulkan vasodilatasi yang cukup kuat.
Selain bahan tersebut diatas kadang-kadang pula digunakan kation dari
calsium (ca) dan magnesium (mg).
Untuk memperoleh sifat media kontras yang dikehendaki pada pemeriksann radiologi
tertentu biasanya dilakukan penggabungan antara beberapa jenis kation dalam satu jenis
media kontras.
1. Bahan kontras ionik monomer
Bahan kontras ionik manomer merupakan bentuk bahan kontras ionik yang memiliki satu
buah cincin asam benzoat dalam satu molekul
2. Bahan kontras ionik dimer
Merupakan media kontras ionik yang memiliki dua buah cincin asam benzoat
dalam satu molekul. Salah satu contoh bentuk dan susunan kimia jenis bahan kontras ini
adalah ioxaglate (hexabrix) yang merupakan media kontras ionik dimer pertama dibuat ;
3. Bahan kontras non-ionik.
Dalam susunan kimia media kontras non-ionik sudah tidak dijumpai lagi adanya
ikatan ion antar atom penyusun molekul. Kalau dalam media kontras ionik terdapat dua
partikel penyususn molekul (kation dan anion) maka dalam bahan kontras non-ionik
hanya ada satu partikel penyusun molekul sehingga memiliki karakteristik tersendiri.
a. Bahan kontras non-ionik manomer
Bahan kontras ini berasal dari media kontras ionik monomer yang dibentuk
dengan mengganti gugus karboksil oleh gugus radikal non-ionik yaitu amida (-
conh2).
b. Bahan kontras non-ionik dimer
Pembentukan struktur kimia bahan kontras ini melalui proses penggantian pada
gugus karboksil media kontras ionik dimer juga oleh gugus radikal non-ionik,
yang pada kahir sisntesa menghasilkan perbandingan iodium terhadap partikel
media kontras
Bahan kontras iodium yang umum digunakan
Osmolalitas
Konsentrasi molekul yang secara aktif memberikan tekanan osmotik larutan, sehingga
memberikan kemampuan suatu pelarut (air) melewati suatu membran. Dapat dinyatakan dengan
milliosmol per liter (osmolaritas) atau milliosmol per kilogram air (h2o) pada suhu 37oc.
Osmolalitas tidak dipengaruhi oleh ukuran partikel namun nilainya tergantung dari ;
jumlah partikel dan konsentrasi iodium. Bahan kontras ionik memiliki jumlah partikel lebih
besar daripada bahan kontras non-ionik karena dalam media kontras ionik terdapat dua partikel
(kation dan anion) sehingga osmolalitas dua kali lebih besar.
Efek samping
Bahan kontras iodium yang modern merupakan obat-obat yang aman; reaksi-reaksi
berbahaya bisa terjadi tapi tidak umum. Efek samping utama dari radiokontras adalah reaksi
anafilaktif dan nefropati .
1. Reaksi-reaksi anafilaktif
Reaksi-reaksi anafilaktif jarang terjadi (karnegis dan heinz, 1979 dkk., 1987;
greenberger dan patterson, 1998), tapi bisa terjadi sebagai respon terhadap bahankontras
yang disuntikkan atau yang diberikan lewat mulut dan rectal dan bahkan memperburuk
pyelografi. Gejalanya mirip dengan reaksi-reaksi anafilaksis, tapi tidak diakibatkan oleh
respon kekebalan yang diperantarai ige. Pasien-pasien yang memiliki riwayat reaksi-
reaksi kontras, berisiko tinggi untuk mengalami reaksi-reaksi anafilaktif (greenberger dan
patterson, 1988; lang dkk., 1993).
Pengobatan dini dengan kortikosteroid telah terbukti dapat mengurangi kejadian
reaksi-reaksi yang berbahaya (lasser dkk., 1988; greenberger dkk., 1985; wittbrodt dan
spinler, 1994).
Reaksi-reaksi anafilaktif bisa mulai dari urticaria dan gatal-gatal, sampai
bronchospasma dan edema facial dan laryngeal. Untuk kasus-kasus urtikaria yang
sederhana dan gatal-gatal, benadryl (diphenhydramine) lewat mulut atau iv (intravenous)
bisa diberikan.
Untuk reaksi-reaksi yang lebih parah, antara lain bronchospasma dan edema leher
atau wajah dapat diberikan inhaler albuterol, atau epinefrin iv atau subcutaneous,
ditambah diphenhydramine mungkin diperlukan. Jika respirasi terganggu, saluran udara
harus dibebaskan .
2. Nefropati yang ditimbulkan oleh medium kontras
Nefropati oleh media kontras dapat ditimbulkan baik oleh peningkatan kreatinin
darah lebih besar dari 25% atau peningkatan mutlak kreatinin darah yang mencapai 0,5
mg/dl. Ada tiga faktor yang terkait dengan meningkatnya risiko nefropati yang
dipengaruhi oleh medium kontras, yaitu: gangguan ginjal sebelumnya (seperti penurunan
kadar kreatinin < 60 ml/menit (1.00 ml/detik), diabetes yang telah ada sebelumnya, dan
volume intravascular yang berkurang (mccullough, 1997); scanlon dkk., 1999).
Osmolalitas bahan kontras diyakini sangat berperan dalam nefropati. Idealnya,
bahan kontras harus isoosmolar terhadap darah. Bahan kontras beriodium yang modern
biasanya nonionic, tipe-tipe ionic yang terdahulu biasa menyebabkan efek yang lebih
berbahaya dan tidak digunakan lagi.
Untuk meminimalisir risiko terjadinya nefropati akibat medium kontras, maka
berbagai tindakan bisa dilakukan yaitu
1. Dosis media kontras harus diupayakan serendah mungkin, meski masih mampu
ditmabhkan untuk melakukan pemeriksaan .
2. Bahan kontras bersifat non ionic
3. Media kontras yang nonionic dan iso-osmolar. Salah satu percobaan terkontrol acak
menemukan bahwa sebuah bahan kontras nonionic iso-osmolar lebih baik dibanding
media kontras non-ionik low-osmolar.
4. Hydrasi cairan intravenous dengan larutan garam. Masih ada pertentangan tentang
cara yang paling efektif untuk hidrasi cairan intravenous. Salah satu metode adalah 1
mg/kg per jam selama 6-12 jam sebelum dan setelah pemberian kontras.
5. Hidrasi fluida intravenous dengan larutan garam ditambah sodium bikarbonat.
Sebagai sebuah alternatif bagi hydrasi intravenous dengan larutan garam biasa,
pemberian sodium bikarbonat 3 ml/kg per jam selama 1 jam sebelumnya, diikuti
dengan 1 ml/kg per jam selama 6 jam setelah pemberian bahan kontras diketahui
lebih baik ketimbang larutan garam biasa pada salah satu percobaan terkontrol acak.
Ini selanjutnya didukung dengan sebuah percobaan terkontrol acak multi-senter, yang
juga menunjukkan bahwa hydrasi intravenous dengan sodium bikarbonat lebih baik
terhadap 0,9% larutan garam normal. Efek renoprotektif dari bikarbonat dianggap
diakibatkan oleh alkalinisasi urin, yang menciptakan sebuah lingkungan yang lebih
rentan terhadap pembentukan radikal bebas yang berbahaya.
6. N-asetilcystein (nac). Nac, 600 mg secara oral dua kali sehari, pada hari sebelum
selama prosedur jika pelepasan kreatinin diperkirakan lebih kecil dari 60 ml/menit
(1,00 ml/detik). Sebuah percobaan terkontrol acak menemukan dosis nac yang lebih
tinggi (1200 mg iv bolus dan 1200 mg secara oral dua kali sehari selama 2 hari) dapat
membantu (pengurangan risiko relatif sebesar 74%) pasien yang menerima
angioplasty koroner dengan volume kontras yang lebih tinggi. Beberapa penelitian
terbaru menunjukkan bahwa n-asetilcystein melindungi ginjal dari efek toksik bahan
kontras (gleeson & bulugahapitiya 2004). Efek ini, tidak merata, beberapa peneliti
(seperti hoffman dkk., 2004) telah mengklaim bahwa efek ini diakibatkan oleh
gangguan dengan uji laboratorium kreatinin itu sendiri. Ini didukung oleh kurangnya
korelasi antara kadar-kadar kreatinin dan kadar cystatin c. Agen-agen farmakologis
lain, seperti furosemida, mannitol, theophylline, aminophylline, dopamine, dan atrial
natriuretic peptide telah dicoba, tapi belum ada efek menguntungkan atau justru
memiliki efek yang membahayakan (solomon dkk., 1994; abizaid dkk., 1999).
Reaksi kemotoksik pasien yang memiliki kelainan pada kelenjar gondok sering
mengalami reaksi kemotoksik setelah menjalani pemeriksaan dengan bahan kontras.
Sebenarnya atom iodium yang terikat kuat dalam senyawa bahan kontras tidak
memberikan pengaruh yang besar. Ia hanya sensitif terhadap ion iodida bebas yang
sedikit banyak terdapat dalam bahan kontras. Kenaikan intake iodida inilah yang
menyebabkan tirotoksikosis. Kontribusi makanan-laut dan alergi-alergi lain disini harus
ditekankan bahwa dugaan tentang “alergi” makanan laut, yang seringkali lebih
didasarkan pada mitos dibanding fakta, bukanlah sebuah kontraindikasi yang cukup
terhadap penggunaan bahan kontras beriodum. Sebuah hubungan antara kadar iodium
dalam makanan laut dan alergi akibat makanan laut merupakan bagian dari bidang medis.
Meski kadar iodine dalam makanan laut lebih tinggi dibanding pada makanan non-laut,
namun konsumsi yang terakhir ini melebihi yang pertama dan tidak ada bukti yang
menunjukkan bahwa kandungan iodine makanan laut terkait dengan reaksi-reaksi
terhadap makanan-laut (coakley dan panicek, 1997).
Gadolinium
Gadolinium adalah unsur kimia yang dalam tabel sistem periodik memiliki simbol
gd dengan nomor atom 64. Gadolinium menjadi superconductive dibawah suatu
temperatur kritis1.083 k. Dan merupakan strongly magnetic pada suhu ruang, dan
menunjukkan sifat ferromagnetic dibawah suhu ruang.
Gadolinium memperlihatkan efek magnetocaloric yaitu peningkatan temperature
ketika berada dalam medan magnet dan menurun ketika meninggalkan medan magnet.
Diakrenakan sifat paramagnetiknya larutan organic gadolinium kompleks dan senyawa
gadolinium digunakan secara intravenous sebagai bahan kontras untuk keperluan
pencitraan medis magnetic resonance imaging (mri) .
Kontras gambar yang dihasilkan gadolinium pada mri dipengaruhi oleh perubahan
variasi t1 dan t2 jaringan. Nilai t1 dan t2 diubah oleh perubahan jumlah fluktuasi medan
magnet dekat sebuah inti. Medan paramagnetik oleh gadolinium menghasilkan banyak
osilasi medan . Pada umumnya kontras gambar pada mri diperoleh oleh satu jaringan
yang memiliki afinitas yang lebih tinggi (gaya tarik menarik) atau vaskularisasi yang
lebih banyak dibandingkan jaringan lain. Sebagai contoh tumor memiliki gd uptake yang
lebih besar dibandingkan jaringan disekitarnya menyebabkan t1 tumor lebih singkat
sehinga signal yang dihasilkan lebih kuat.
Disamping mri, gadolinium (gd) juga digunakan dalam teknik pencitraan lain.
Pada pemeriksaan dengan sinar-x, gadolinium terdapat dalam lapisan phosphor terdapat
dalam suatu polymer matrix pada detector. Terbium-doped gadolinium oxysulfide
(gd2o2s: tb) pada lapisan phosphor mengubah sinar-x menjadi cahaya nampak. Gd dapat
memancarkan cahaya dengan panjang gelombang 540nm (spektrum cahaya hijau = 520 –
570nm), yang bermanfaaat pada penggunaan dalam photographic film.
Gadolinium oxyorthosilicate (gsoadalah sebuah kristal tunggal yang digunakan sebagai
scintillator pada peralatan pencitraan medis seperti positron emission tomography (pet).
Scintillator lain yang terbaru untuk mendeteksi neutron adalah cerium-doped gadolinium
orthosilicate (gso - gd2sio5:ce).
c. Media kontras negatif
o Udara/gas.
V. Syarat-syarat bahan kontras media :
1. Tidak merupakan racun dalam tubuh.
2. Dalam konsentrasi yang rendah telah dapat membuat perbedaan densitas yang cukup.
3. Mudah cara pemakaiannnya.
4. Secara ekonomi tidak mahal dan mudah diperoleh dipasaran.
5. Mudah dikeluarkan dari dalam tubuh/larut sehingga tidak mengganggu organ tubuh
yang lain.
VI. Fungsi kontras media
1. Memperlihatkan bentuk anatomi dari bagian yang diperiksa.
2. Memperlihatkan fungsi organ yang diperiksa.
VII. Yang harus diperhatikan :
Setelah kontras media masuk melalui pembuluh darah, dia tidak menetap disitu tetapi
1. Difusi ke cairan tubuh, khususnya cairan ekstraseluler.
2. Dalam beberapa saat sampai ke arteri ginjal.
3. Di eksresi oleh ginjal ke dalam calic pelvis.
VIII. Faktor – faktor dari media kontras
a. Viskositas
Diukur dengan tingkat mengalirnya melalui tabung kapiler kecil dalam
standar tekanan dan temperatur yang ditentukan. Hal ini berhubungan dengan
kekuatan yang perlukan untuk menyuntikan yang membatasi tingkat kecepatan
penyuntikan. Pada kateterisasi diperlukan penyutikan cepat dibandingkan
biasanya, sehingga kontras media yang dipilih adalah yang paling rendah
viskositasnya. Viskositas dapat dikurangi dengan merendahkan tingkat
konsentrasi iodium dan tentu akan berpengaruh pada opasitas gambar. Dapat juga
kontras media dipanaskan pada temperatur tententu untuk mengurangi viskositas
dan sesuai dengan temperatur tubuh.
b. Osmolalitas
Osmolalitas adalah tekanan osmotik yang terdapat pada partikel yang
dilarutkan dalam suatu larutan tertentu hal ini berpengaruh terhadap toleransi
kontras media pada tubuh. Makin tinggi tekanan osmotik semakin jelek toleransi
kontras media tersebut terhadap tubuh. Kontras media ionik mengalami
pemecahan ion, sedangkan pada non ionik tidak terjadi pemecahan ion. Sehingga
osmolalitas ionik jauh lebih rendah dibandingkan non ionik. Ukuran satuan
osmolaitas = mosm/kg h2o.
Pengaruh osmolaitas secara klinis adalah rasa panas, tidak nyaman, nyeri,
kerusakan pada otak dan pembuluh darah, kerusakan pada ginjal, gangguan
keseimbangan elektrolit pada anak-anak.
c. Toxisitas
Racun / tingkat alergi
d. Konsentrasi
Persentasi berat ion dalam molekul
Media Kontras IVP ( Intravena Vena Pyelografi )
Definisi
Ilmu yang mempelajari prosedur /tata cara pemeriksaan ginjal, ureter, dan blass (vesica urinary)
menggunakan sinar-x dengan melakukan injeksi media kontras melalui vena.
o Pada saat media kontras diinjeksikan melalui pembuluh vena pada tangan pasien, media
kontras akan mengikuti peredaran darah dan dikumpulkan dalam ginjal dan tractus
urinary, sehingga ginjal dan tractus urinary menjadi berwarna putih.
o Dengan ivp, radiologist dapat melihat dan mengetahui anatomy serta fungsi ginjal, ureter
dan blass.
Tujuan pemeriksaan ivp
Pemeriksaan ivp membantu dokter mengetahui adanya kelainan pada sistem urinary,
dengan melihat kerja ginjal dan sistem urinary pasien.
Pemeriksaan ini dipergunakan untuk mengetahui gejala seperti kencing darah (hematuri)
dan sakit pada daerah punggung.
Dengan ivp dokter dapat mengetahui adanya kelainan pada sistem tractus urinary dari :
o Batu ginjal
o Pembesaran prostat
o Tumor pada ginjal, ureter dan blass.
Indikasi pemeriksaan ivp
1. Renal agenesis
2. Polyuria
3. Bph (benign prostatic hyperplasia)
4. Congenital anomali :
o Duplication of ureter n renal pelvis
o Ectopia kidney
o Horseshoe kidney
o Malroration
5. Hydroneprosis
6. Pyelonepritis
7. Renal hypertention
Kontra indikasi
Alergi terhadap media kontras
Pasien yang mempunyai kelainan atau penyakit jantung
Pasien dengan riwayat atau dalam serangan jantung
Multi myeloma
Neonatus
Diabetes mellitus tidak terkontrol/parah
Pasien yang sedang dalam keadaan kolik
Hasil ureum dan creatinin tidak normal
Persiapan pemeriksaan
1. Persiapan pasien
1. Pasien makan bubur kecap saja sejak 2 hari (48 jam) sebelum pemeriksaan bno-
ivp dilakukan.
2. Pasien tidak boleh minum susu, makan telur serta sayur-sayuran yang berserat.
3. Jam 20.00 pasien minum garam inggris (magnesium sulfat), dicampur 1 gelas air
matang untuk urus-urus, disertai minum air putih 1-2 gelas, terus puasa.
4. Selama puasa pasien dianjurkan untuk tidak merokok dan banyak bicara guna
meminimalisir udara dalam usus.
5. Jam 08.00 pasien datang ke unit radiologi untuk dilakukan pemeriksaan, dan
sebelum pemeriksaan dimulai pasien diminta buang air kecil untuk
mengosongkan blass.
6. Yang terakhir adalah penjelasan kepada keluarga pasien mengenai prosedur yang
akan dilakukan dan penandatanganan informed consent.
2. Persiapan media kontras
o Media kontras yang digunakan adalah yang berbahan iodium, dimana jumlahnya
disesuaikan dengan berat badan pasien, yakni 1-2 cc/kg berat badan.
3. Persiapan alat dan bahan
1. Peralatan steril
Wings needle no. 21 g (1 buah)
Spuit 20 cc (2 buah)
Kapas alcohol atau wipes
2. Peralatan un-steril
Plester
Marker r/l dan marker waktu
Media kontras iopamiro (± 40 – 50 cc)
Obat-obatan emergency (antisipasi alergi media kontras)
Baju pasien
Tourniquet
Prosedur pemeriksaan bno-ivp
1. Lakukan pemeriksaan bno posisi ap, untuk melihat persiapan pasien
2. Jika persiapan pasien baik/bersih, suntikkan media kontras melalui intravena 1 cc saja,
diamkan sesaat untuk melihat reaksi alergis.
3. Jika tidak ada reaksi alergis penyuntikan dapat dilanjutkan dengan memasang alat
compressive ureter terlebih dahulu di sekitar sias kanan dan kiri
4. Setelah itu lakukan foto nephogram dengan posisi ap supine 1 menit setelah injeksi media
kontras untuk melihat masuknya media kontras ke collecting sistem, terutama pada
pasien hypertensi dan anak-anak.
5. Lakukan foto 5 menit post injeksi dengan posisi ap supine menggunakan ukuran film 24
x 30 untuk melihat pelviocaliseal dan ureter proximal terisi media kontras.
6. Foto 15 menit post injeksi dengan posisi ap supine menggunakan film 24 x 30 mencakup
gambaran pelviocalyseal, ureter dan bladder mulai terisi media kontras
7. Foto 30 menit post injeksi dengan posisi ap supine melihat gambaran bladder terisi penuh
media kontras. Film yang digunakan ukuran 30 x 40.
8. Setelah semua foto sudah dikonsulkan kepada dokter spesialis radiologi, biasanya dibuat
foto blast oblique untuk melihat prostate (umumnya pada pasien yang lanjut usia).
9. Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi ap supine atau erect untuk melihat
kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah bladder. Dengan posisi erect dapat
menunjukan adanya ren mobile (pergerakan ginjal yang tidak normal) pada kasus pos
hematuri.
Kriteria gambar
1. Foto 5 menit post injeksi
o Tampak kontras mengisi ginjal kanan dan kiri.
2. Foto 15 menit post injeksi
o Tampak kontras mengisi ginjal, ureter.
3. Foto 30 menit post injeksi (full blass)
o Tampak blass terisi penuh oleh kontras
4. Foto post mixi
o Tampak blass yang telah kosong.
Perawatan lanjutan
Tidak ada perawatan khusus yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pemeriksaan bno-
ivp ini.
Kelebihan dan kekurangan ivp
Kelebihan
1. Bersifat invasif.
2. Ivp memberikan gambaran dan informasi yang jelas, sehingga dokter dapat mendiagnosa
dan memberikan pengobatan yang tepat mulai dari adanya batu ginjal hingga kanker
tanpa harus melakukan pembedahan
3. Diagnosa kelainan tentang kerusakan dan adanya batu pada ginjal dapat dilakukan.
4. Radiasi relative rendah
5. Relative aman
Kekurangan
1. Selalu ada kemungkinan terjadinya kanker akibat paparan radiasi yang diperoleh.
2. Dosis efektif pemeriksaan ivp adalah 3 msv, sama dengan rata-rata radiasi yang diterima
dari alam dalam satu tahun.
3. Penggunaan media kontras dalam ivp dapat menyebabkan efek alergi pada pasien, yang
menyebabkan pasien harus mendapatkan pengobatan lanjut.
4. Tidak dapat dilakukan pada wanita hamil.
Media Kontras Intravena Cholecystography (IVC)
Intravena cholecystography (ivc) adalah pemeriksaaan radiografi pada traktus biliaris
dengan memasukkan media kontras positif secara intravena dengan bantuan sinar-x untuk
menegakkan diagnosa. Ivc jarang dilakukan karena angka kejadian reaksi media kontras cukup
tinggi dan adanya prosedur/modalitas lainnya.
Indikasi
o Untuk evaluasi duktus biliaris pada pasien dengan cholecystectomi.
o Untuk evaluasi duktus biliaris pada non-cholecystectomi pasien.
o Pada kasus dimana biliary tract tidak nampak pada pemeriksaan ocg.
o Pada kasus dimana karena vomiting dan diarrhea, pasien tidak mampu menerima pemasukan
media kontras secara oral.
Kontra indikasi
o Pasien dengan liver desease.
o Non-intact duktus biliaris.
o Pasien dengan peningkatan bilirubin (lebih dari 2 mg/dl).
o Untuk pasien dengan obstructive jaundice dan post cholecystectomy.
Persiapan alat
o Pesawat sinar-x
o Kaset dan film 24 x 30
o Grid/lysolm
o Marker
o Kapas alkohol atau wipes.
o Handuk atau spon untuk bantalan lengan
o Gonad shield
o Peralatan kegawat daruratan (tabung o2, alat suction, dan lain-lain)
o Spuit
o Needle
o Media kontras iodipamide (biligrafin forte) 50% atau biligrafin 30%
Teknik pemasukkan media kontras
Media kontras biasanya diinjeksi melalui vena cubiti yang selanjutknya melalui jantung dan
diedarkan melalui arterial circulation. Media kontras tiba di liver melalui arteri hepatika dan vena
porta, media kontras akan mengalami perubahan biokimia dan disekresikan oleh bile dan
ditampung di gall bladder.
Prosedur pemeriksaan
Radiograf dibuat dengan interval 10 menit sampai didapat gambaran yang optimal.
Opacity maximal biasanya pada 30-40 menit post injeksi. Pada kasus-kasus tertentu,
pemeriksaan bisa dilakukan hingga 2 jam post injeksi (gall bladder terisi penuh).
Radiograf kembali diambil 10-20 menit setelah fatty meal dilakukan.
Teknik pemeriksaan
1. Pa (scout)
Untuk mengetahui menentukan posisi dan fe.
Posisi pasien : prone
Posisi obyek
o Kepala diberi bantal.
o Kedua tangan di samping kepala.
o Tungkai bawah lurus dengan suport pada ankle.
o Setengah bagian kanan tubuh berada pada pertengahan kaset (sthenik) dan gallblader
lebih horizontal, 5 cm lebih tinggi dan lateral untuk hypersthenik, untuk asthenic
gallblader vertikal dan 5 cm lebih rendah dan dekat midline.
o Pastikan tidak ada rotasi pada pelvis.
central ray : vertikal/tegak lurus
Central point : setinggi lumbal ke-2 (sekitar 1,25-2,5 cm dari margin terendah costae) dan 5
cm ke kanan dari msp
Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi.
2. Injeksi
Informasikan pada pasien, kemungkinan adanya hot flush saat media kontras diinjeksikan.
3. Post injeksi (ap oblique (rpo)
Posisi pasien : supine
Posisi obyek
o Oblique dengan bagian kanan belakang tubuh menempel di meja pemeriksaan dan bagian
kiri tubuh menyudut 10-200 dengan meja pemeriksaan.
o Kedua lengan difleksikan di atas kepala.
Central ray : vertikal/tegak lurus
Central point : sekitar 2 inchi superior dari prone oblique (sekitar 7,5 cm kearah kanan dari
lumbal ke-3 dan 2 inchi superior).
Ekspose: pasien tahan nafas saat ekspirasi.
Media Kontras Bronchography
Definisi
Bronchography adalah pemeriksaan radiologi pada lower respiratory tract.
Struktur lower respiratory tract, meliputi :
Larynx (voice box),
Trachea ,
Bronkus,
Struktur tersebut akan nampak pada x-ray film setelah contrast dye dimasukkan melalui catheter
atau bronchoscope (narrow, flexible, lighted tube).
Contrast dye yang diinjeksikan melalui kateter atau bronchoscope dimasukkan melalui
hidung atau mulut, turun ke tenggorokan selanjutnya ke trakea dan bronkus
Contrast dye akan melapisi interior walls dari struktur tersebut di atas, sehingga
menampakkan anatominya.
Selain itu, abnormalitas seperti tumor, peradangan , cysts, dan obstructions dapat dinilai.
Sejalan dengan perkembangan teknologi ct-scan dan bronchoscopy , bronchography
semakin jarang dilakukan.
Prosedur lainnya yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa kelainan pada paru :
bronchoscopy, ct scan thorax, chest fluoroscopy, chest x-ray, chest ultrasound, lung
biopsy, lung scan, mediastinoscopy, oximetry, peak flow measurement, positron emission
tomography (pet) scan, pulmonary angiogram, pulmonary function tests, dan
thoracentesis.
Indikasi pemeriksaan
Bronchografi dilakukan untuk mendiagnosa adanya kelainan struktur ataupun fungsi pd laring,
faring dan atau bronchi
Kelainan tersebut meliputi:
1. Bronchiectasis - irreversible enlargement sebagai hasil dari kemunduran fungsi muscle
dan jaringan elastis pd dinding bronchial. Umumnya, hal ini diakibatkan oleh chronic
inflammation yang bearasal dari berbagai penyebab
2. Hemoptosis – batuk darah
3. Tracheoesophageal fistula - abnormal tract antara trachea (windpipe) dan esophagus
4. Tumors
5. Chronic pneumonia atau bronchiti
Faktor resiko
Sebagai salah satu pemeriksaan invasive, komplikasi mungkin saja terjadi.
Komplikasi antara lain :
o Infection atau pneumonia
o Airway obstruction yg diakibatkan oleh contrast dye pada pasien dgn emphysema
atau chronic bronchitis
o Bronchospasm atau laryngospasm akibat contrast dye pd pasien asma
Pasien yang alergi atau sensitif terhadap medikasi, mk, iodium, atau latex hrs
menginformasikan kepada dokter
Kontraindikasi juga termasuk pregnancy, productive cought, acute respiratory infection,
dan respiratory insufficiency.
Batuk dan/atau sputum pada saluran nafas dapat mengganggu penatalaksanaan
bronchography.
Pre-prosedur
Informasikan prosedur pemeriksaan kepada pasien.
Pasien diminta menandatangani ic (informed consent)
Minta pasien utk menginformasikan apakah yg bersangkutan alergi atau sensitif terhadap
medikasi, lokal atau general anastesi, mk (media kontras), iodium, seafood, atau latex
Minta pasien untuk menginformasikan apabila yg bersangkutan hamil atau kemungkinan
hamil
Minta pasien menginformasikan segala obat-obatan atau herbal suplemen yg sedang
dikomsumsi.
Persiapan pasien: puasa 4-6 jam sebelum pemeriksaan
Media contras yang di gunakan adalah bahan contras yang mengandung iodium antara
lain lipiodol,votrolan, iohexol,dionosil. (digunakan yang osmolalitasnya rendah, non-
ionik)
Prosedur pemeriksaan
1. Pasien diminta untuk melepaskan pakaian, perhiasan atau objek lainnya yang dapat
menimbulkan artefak.
2. Pasien diminta mengganti pakaian pasien dengan baju pasien.
3. Minta pasien untuk mengosongkan vesica urinari seblum pemeriksaan berlangsung.
4. Pasang infus pada pasien.
5. Monitor heart rate, blood pressure, respiratory rate, dan oxygen level selama prosedur
pemeriksaan
6. Posisikan pasien pada meja pemeriksaan yang dapat di tilting dari posisi horizontal ke
posisi upright. Perubahan posisi akan membantu distribusi media kontras
7. Berikan sedative pada pasien
8. Semprotkan lokal anastesi pada tenggorkan pasien.
9. Siapkan suction untuk mengeringkan saliva pada mulut pasien dari waktu ke waktu
10. Dokter memasukkan kateter atau bronchoscope turun ke tenggorokan menuju trakea dan
bronkus. Selanjutnya mk disuntikkan perlahan-lahan.
11. Informasikan pada pasien kemungkinan adanya rasa tidak nyaman saat kateter atau
bronchoscope dimasukkan, namun saluran nafasnya didak terblock.
12. Dokter akan mengambil beberapa radiograf dari berbagai posisi.
13. Setelah radiograf diambil, kateter atau bronchoscope akan dilepas.
Post prosedur
Bawa pasien ke recovery room. Monitoring blood pressure, pulse, dan breathing. Bila
efek dari sedative telah hilang pasien bisa pulang atau tetap di rs.
Intruksikan pasien untuk tidak makan atau minum selam 3-4 jam atau hingga refleknya
kembali normal. Informasikan kemungkinan rasa nyeri saat menelan.
Pasien dibantu memuntahkan mk dengan postural drainage ( berbaring mendatar dengan
posisi kepala lebih rendah, kemudian dokter akan menepuk-nepuk pundak pasien
Intruksikan pasien untuk kembali memulai aktivitas rutin setelah 24 jam
Foto thorax dapat dilakukan 24-48 jam setelah prosedur untuk mengetahui sisa-sisa mk
pada saluran nafas.
Minta pasien untuk melaporkan kalau mengalami:
o Fever atau rasa panas dingin lebih dari 2-3 hari post pemeriksaan
o Kemerahan, bengkak atau perdarahan dari intra vena side
o Extreme hoarseness atau kesulitan nafas.
Proyeksi pemeriksaan
Lower lobus: tidur pada sisi paru yang akan diperiksa, dengan shoulder sisi lainnya
diangkat
Midle lobus : miring sebesar 45 derajat, atau sama dengan posisi lower lobus
Upper lobus: kaki meja dimiringkan 15-30 derajat. Kepala diberi bantal agar mk tidak
masuk ke esofagus.
Posisi horizontal: lateral, oblique dan ap
Posisi vertikal (erect): lateral, pa, oblique
Teknik radiografi traktus digestivus
Teknik radiografi saluran pencernaan atas:
o Barium swallow = esofagografi
o Barium meal = maag duodenum (md)
o Sialografi (adisional)
Teknik radiografi saluran pencernaan bawah
o Barium follow through = small intestine series
o Barium enema = colon in loop
o Lopografi
Media kontras untuk saluran pencernaan
o Pada umumnya digunakan barium sulfat.
o Pada keadaan pasein tertentu digunakan media kontras water soluble iodine.
o Pada teknik radiografi tertentu digunakan media kontras negatif : udara dan efferfecent