referat iris

46
HALAMAN PENGESAHAN Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing, referat dari : NAMA/NIM : Gilang Andya Pratama Winta Asisle Salaka Mentari Restu Kaharseno Callistus Bruce Alfaria Elia Rahma Putri Benanto Fakultas : Kedokteran Umum Universitas : Universitas Pembangunan Nasional (Veteran) Universitas Trisakti Bagian : Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Judul : Iris sebagai Identifikasi Personal Dosen Pembimbing : dr. Intar Residen Pembimbing : dr. Devi Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Upload: mentari64

Post on 07-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

iris

TRANSCRIPT

HALAMAN PENGESAHANTelah disetujui oleh Dosen Pembimbing, referat dari :NAMA/NIM : Gilang Andya PratamaWinta Asisle SalakaMentariRestu KaharsenoCallistus BruceAlfaria Elia Rahma PutriBenantoFakultas : Kedokteran UmumUniversitas :Universitas Pembangunan Nasional (Veteran)Universitas TrisaktiBagian :Ilmu Kedokteran Forensik dan MedikolegalJudul :Iris sebagai Identifikasi PersonalDosen Pembimbing : dr. IntarResiden Pembimbing: dr. Devi

Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

KATA PENGANTAR

Rahmat dan karunia syukur kami hadiratkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan keterbatasan waktu dan materi, kami dapat menyelesaikan referat yang berjudul Iris sebagai Identifikasi Personal.Tujuan utama penyusunan referat ini adalah untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh program pendidikan profeesi dokter di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Universitas Dipoonegoro Semarang.Kami menyadari bahwa referat yang telah kami susun ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan dalam penulisan di masa yang akan datang.Akhir kata, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, terutama yang berkecimpung di bidang Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahIdentifikasi dari tubuh seseorang yang tidak dikenal, baik yang masih hidup ataupun yang sudah mati merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Menentukan identitas personal dengan tepat, sangatlah penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.Berkaitan dengan hal diatas, ilmu kedokteran forensik terutama berperan dalam identifikasi jenazah yang tidak dikenal, jenazah yang rusak, membusuk, hangus terbakar dalam kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang dapat mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Identifikasi forensik juga berguna dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau anak yang diragukan orang tuanya. Menentukan identitas seseorang bisa menjadi suatu proses yang sangat sulit. Cetakan gigi, sidik jari, bentuk tangan, wajah tanda tangan dan suara mungkin tekhnik yang paling umum digunakan dalam hal ini, karena prosesnya berlangsung dengan cepat dan aman. Namun dalam keadaan tertentu tekhnik yang telah disebutkan diatas tidak selalu dapat digunakan. Oleh karena itu mungkin dapat diterapkan tekhnik yang lain berbeda dan mungkin kurang dikenal yaitu pengenalan iris.Pentingnya iris dalam identifikasi personal berkaitan dengan fakta bahwa iris tiap orang adalah unik dan tidak berubah sepanjang hidup. Dengan demikian, iris juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi seseorang dan untuk memverifikasi keberadaan / ketidak beradaan seseorang di tempat kejadian perkara (TKP).

1.2 Tujuan Tujuan Umum :Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang penggunaan iris dalam identifikasi personal.Tujuan Khusus :1. Mengetahui sistem pengenalan iris mata2. Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam pemeriksaan terhadap iris.

1.3 Permasalahan

1.4 Manfaat 1. Manfaat Teoritis Menambah wawasan dalam pengetahuan mengenai sidik bibir dan peranannya dalam identifikasi personal.2. Manfaat Aplikatifa. Bagi dunia pendidikan Menambah pengetahuan mengenai sidik bibirb. Bagi Institusi di Bidang ForensikMenambah pengetahuan mengenai aplikasi iris untuk kepentingan identifikasi personal c. Bagi Institusi di Bidang HukumMenambah pengetahuan mengenai kegunaan iris dalam menunjang investigasi suatu kasus pidana atau perdata.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Identifikasi personalIdentifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang hidup ataupun mati berdasarkan beberapa ciri khas yang terdapat pada orang tersebut. Identifikasi pada dasarnya terdiri dari dua metode utama yaitu:1. Identifikasi komparatif yaitu apabila tersedia selain data postmortem juga data antemortem, dalam komunitas yang terbatas.2. Identifikasi rekonstruktif yaitu apabila tidak tersedianya data antemortem dan komunitas korbannya tidak terbatas.Dalam mengidentifikasi korban mati tidak dikenal umumnya dilakukan identifikasi dengan kedua metode tersebut secara bertahap. Mula mula korban diperiksa dan dicatat ciri-ciri identitasnya, serentak dengan upaya pencarian orang yang dilaporkan hilang oleh kerabatnya. Apabila diketahui ada orang hilang maka ciri ciri yang diketahui pada korban sewaktu masih hidup (data antemortem) dibandingkan dengan ciri ciri yang ditemukan pada tubuh korban (data postmortem).Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.Identifikasi personal penting untuk identifikasi korban tewas karena kasus pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, dan bencana alam. Selain itu identifikasi personal juga berguna untuk orang hidup yang hilang misalnya karena amnesia atau untuk penentuan tersangka yang tersembunyi.Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak, membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtua nya.Identitas seseorang yang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif (tidak meragukan).Identifikasi personal pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu identifikasi personal dengan metode konvensional dan metode modern, identifikasi personal secara konvensional dikenal beberapa cara yaitu :1. Metode visual, yaitu dengan memperhatikan korban secara cermat, terutama wajah, dapat dilakukan oleh orang yang mengenali korban2. Pakaian, pencatatan yang teliti atas pakaian, bahan yang dipakai, mode serta adanya tulisan di pakaian, seperti : merk, penjahit, dan lain sebagainya3. Perhiasan, dapat berupa anting-anting, kalung, gelang serta cincin yang ada pada tubuh korban, khususnya bila ada perhiasan-perhiasan tersebut terdapat inisialnya4. Dokumen, dapat berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Ijin Mengemudi (SIM), paspor, kartu golongan darah, tanda pembayaran dan lain sebagainya5. Medis, yaitu pemeriksaan fisik secara keseluruhan yang meliputi bentuk tubuh, tinggi dan berat badan, jenis kelamin, cacat tubuh, atau ciri fisik tertentu, seperti tatoo, jaringan parut dan sebagainya6. Gigi, bentuk gigi dan bentuk rahang merupakan ciri khusus dari seseorang, sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang yang identik pada dua orang yang berbeda, bahkan pada kembar identik sekalipun7. Tulang, yaitu pemeriksaan tulang pada sisa tubuh yang sangat membusuk atau telah membusuk sempurna sehingga hanya tersisa tulang belulang. Pemeriksaan dapat menentukan jenis kelamin seseorang, perkiraan ras, usia, tinggi badan, dan berat badan serta cedera tulang yang dialami orang tersebut.8. Sidik Jari, dapat dikatakan juga bahwa tidak ada 2 orang yang mempunyai sidik jari yang sama, walaupun kedua orang tersebut kembar identik, sehingga sidik jari mempunyai nilai yang sangat tinggi untuk penentuan identitas seseorang9. Serologis, penentuan golongan darah yang diambil baik dari tubuh korban atau pelaku, maupun bercak darah yang terdapat di tempat kejadian perkara10. Eksklusi, metode ini pada umumnya hanya dipakai pada kasus dimana banyak tedapat korban (kecelakaan massal), seperti ledakan pesawat, tabrakan kereta api dan lain-lainIdentifikasi personal dengan cara modern ialah dengan menggunakan kode-kode genetik (DNA) seseorang. Dasar ilmiah dari pemeriksaan ini ialah bahwa setiap individu kecuali kembar identik, mempunyai DNA yang berbeda dan unik. Teknik identifikasi personal dengan menggunakan DNA tersebut dikembangkan sejak 1970 sejak ditemukannya enzim restriksi yang dapat memotong DNA menjadi beberapa fragmen pasang basa pada titik yang dikehendaki, fragmen tersebut kemudian diperiksa dengan menggunakan teknnik elektroforesis gel. Gambaran pita DNA sampel kemudia dibandingkan dengan marker (DNA yang sudah diketahui ukuran pasang basanya) dan probe ( template radioisotop yang telah diketahui urutan basanya).Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif (tidak meragukan).

2.2 Anatomi IrisIris adalah sebuah lapisan didalam mata, yang bertanggungjawab mengontrol diameter dan ukuran pupil dan jumlah cahaya yang masuk ke retina. Warna mata adalah warna dari iris, yang mungkin hijau, biru, atau cokelat. Dalam beberapa kasus, warnanya mungkin hazel (cokelat terang). Dalam merespon jumlah cahaya yang masuk ke mata, otot yang melekat ke iris meregangkan atau mengkontraksikan apartura pada sentral iris yang dikenal sebagai pupil. Semakin besar pupil, maka semakin banyak cahaya yang masuk. Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, yang memisahkan kamera anterior dari kamera posterior, yang masing-masing berisi humor akueus. Didalam stroma iris terdapat sfingter dan otot-otot dilator. Kedua lapisan berpigmen pekat pada permukaan posterior iris merupakan perluasan neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina ke arah anterior. (1,4)Pasok darah ke iris adalah dari sirkulus mayor iris. Kapiler-kapiler iris mempunyai lapisan endotel yang tak berlobang sehingga normalnya tidak membocorkan fluoresein yang disuntikkan secara intravena. Persarafan iris adalah melalui serat-serat didalam nervi siliares.Iris dibagi menjadi dua bagian besar : Zona pupilar adalah bagian dalam yang tepinya membentuk batas pupil Zona siliar adalah sisa iris yang meluas ke asalnya pada corpus siliarStruktur Iris :1. Endotel permukaan. Ini merupakan lapisan tunggal sel-sel endotel datar yang bersambung dengan lapisan posterior kornea.2. Stroma, jaringan yang terbungkus lekat pada serat jaringan konektif yang menyebar dengan baik, menjaring sejumlah filamen nervus, pembuluh darah, pembuluh limfe dan sel-sel jaringan konektif yang bercabang ireguler.3. Pada lapisan lebih dalam stroma sebuah jalinan serat otot involunter, selebar 1 mm, melingkari batas zona pupilar iris. Refleks kontraksi sfingter ini mengurangi ukuran pupil.4. Membran basal terdiri atas jaringan konektif kuat, yang membentuk lapisan penyokong dan lapisan terdalam iris.5. Lapisan pigmen terdiri atas dua baris sel-sel epitel warna ungu muda, yang terletak pada permukaan tak seimbang membran basal iris. Lapisan pigmen ini bekerja dalam mencegah penetrasi cahaya melalui iris kedalam ruang gelap bagian dalam iris.

2.3 Sistem BiometrikBiometrik berasal dari bahasa Yunani yaitu, bios artinya hidup dan metron berarti ukuran. Biometrik berarti mengukur karakteristik pembeda (distinguishing traits) pada badan atau perilaku seseorang yang digunakan untuk melakukan pengenalan secara otomatis terhadap identitas orang tersebut, dengan membandingkanya dengan karakteristik yang sebelumnya telah disimpan pada suatu database. Pengertian pengenalan secara otomatis pada definisi biometrik diatas adalah dengan menggunakan teknologi (computer), pengenalan terhadap identitas seseorang dapat dilakukan secara waktu nyata (realtime), tidak membutuhkan waktu berjam-jam atau berhari-hari untuk proses pengenalan tersebut (Sutoyo, 2009).Sistem biometrik memberikan pengakuan individu yang didasarkan pada beberapa jenis fitur atau karakteristik yang dimiliki oleh individu. Sistem biometrik bekerja dengan terlebih dahulu menangkap fitur, seperti rekaman suara sinyal digital untuk pengenalan suara, atau mengambil gambar warna digital untuk pengenalan wajah dan iris mata. Sampel ini kemudian berubah dengan menggunakan beberapa jenis fungsi matematika menjadi sebuah template biometrik. Template biometrik akan memberikan normalisasi, efisiensi dan sangat diskriminatif merepresentasi fitur tersebut, yang kemudian membandingkan dengan template lain untuk menentukan identitas (Ma et al. 2003). Kebanyakan sistem biometrik menggunakan dua model operasi. Yang pertama adalah modus pendaftaran untuk menambahkan template ke dalam database, dan yang kedua adalah identifikasi, dimana sebuah template dibuat untuk perbandinagn individu dan kemudian di cari dalam database (Munir, 2004).Karakteristik biometrik dibagi menjadi dua, yaitu biometrik physiological dan biometrik behavoriall (Gonzales et al. 2003).1. PhysiologicalDihubungkan dengan bentuk tubuh atau badan, misalnya: fingerprints, face recognition, hand geometry, dan iris recognition.2. BehavioralDihubungkan dengan tingkah laku seseorang, misalnya: keystroke, signature, voice.Penggunaan biometrik untuk sistem pengenalan memiliki beberapa keunggulan dibanding sistem konvensional (penggunaan password, PIN, kartu, dan kunci), di antaranya (Putra, 2010) :1. Non-repudation : suatu sistem yang menggunakan teknologi biometrik untuk melakukan suatu akses, penggunaanya tidak akan menyangkal bahwa bukan dia yang melakukan akses atau transaksi. Hal ini berbeda dengan penggunaan password atau PIN. Pengguna masih dapat menyangkal atas transaksi yang dilakukanya, karena PIN atau password bisa dipakai bersama-sama. 2. Keamanan (security) : sistem berbasis password dapat diserang menggunakan metode atau algoritma brute force, sedangkan sistem biometrik tidak dapat diserang dengan cara ini, karena sistem bimetrika membutuhkan kehadiran pengguna secara langsung pada proses pengenalan. 3. Penyaringan (screening) : proses penyaringan untuk mengatasi seseorang yang menggunakan banyak identitas, seperti teroris yang dapat menggunakan lebih dari satu paspor untuk memasuki satu negara. Sebelum menambahkan identitas seseorang ke sistem, perlu dipastikan terlebih dahulu bahwa identitas orang tersebut belum terdaftar sebelumnya. Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan proses penyaringan identitas yang mana sistem konvensional tidak dapat melakukanya. Biometrik mampu menghasilkan atau menyaring beberapa informasi sidik jari atau wajah yang mirip dengan sidik jari atau wajah yang dicari.

Faktor perbandingan penggunaan biometrik (Daugman, 2007):a.Keumuman: tingkat keumuman biometrik bisa ditemui di setiap individu. b.Keunikan: tingkat keunikan biometrik pada setiap individu. c.Ketahanan: tingkat ketahanan terhadap penuaan.d.Pengumpulan: tingkat kemudahan pengumpulan data untuk biometrik. e.Performa: tingkat akurasi dan kecapatan alat pengumpul data. f.Penerimaan: tingkat penerimaan publik dalam penggunaan sehari-hari. g.Keamanan: tingkat keamanan sistem terhadap pemalsuan.Secara umum terdapat dua model sistem biometrik, yaitu sistem verifikasi (verification sistem) dan sistem identifikasi (identification sistem). Sistem verifikasi bertujuan untuk menerima atau menolak identitas yang diklaim oleh seseorang. Pengguna membuat klaim positif terhadap suatu identitas. Diperlukan pencocokan satu ke satu dari sample yang diberikan terhadap acuan (template) yang terdaftar atas identitas yang diklaim tersebut. Sistem identifikasi bertujuan untuk memecahkan identitas seseorang. Pengguna dapat tidak memberi klaim atau memberi klaim implicit negative untuk identitas terdaftar. Diperlukan pencocokan satu ke banyak, yaitu pencarian ke seluruh database identitas terdaftar.2.1.1 Modul Dalam Sistem Biometrik Sistem biometrik umumnya memiliki lima modul antara lain (Sutoyo, 2009):1. Modul sensor (sensor modul), merupakan modul untuk mengumpulkan data atau akuisisi data, yang mengambil data biometrik pengguna dan mengolahnya menjadi bentuk yang layak untuk proses pegolahan berikutnya.2. Modul pemisahan ciri (feature extraction modul), yaitu modul untuk menghasilkan ciri unik dari biometrik yang digunakan untuk dapat membedakan satu orang dengan yang lain. Modul ini akan mengubah data dari modul sensor ke dalam representasi matematika yang diperlukan oleh modul pencocokan.3. Modul pencocokan (matching modul), yaitu modul untuk menentukan tingkat kesamaan/ketidaksamaan antara ciri biometrik yang diuji dengan ciri biometrik acuan pada basis data. 4. Modul keputusan (decision modul), yaitu modul untuk memutuskan apakah pengguna yang diuji diterima atau ditolak berdasarkan skor hasil pencocokan. Sah atau tidak sahnya pengguna diputuskan berdasarkan suatu nilai ambang (threshold). 5. Modul penyimpanan data (storage modul), yaitu modul untuk mendaftarkan ciri atau referensi atau template biometrik pengguna ke dalam basis data acuan. Basis data referensi ini yang akan digunakan sebagai acuan saat proses pengenalan.

2.1.2 Perbandingan Biometrik Tabel 2.1 menunjukkan perbandingan karakteristik biometrik yang didasarkan pada pengenalan iris, pola, tingkat kesalahan, keamanan, aplikasi.Tabel 2.1 Perbandingan karakteristik biometrik (Jain et al, 2004).MetodePolaTingkat kesalahanKeamananAplikasi

Pengenalan IrisIris1/1.200.000TinggiHigh-Security

Facilites

Pengenalan Sidiksidik jari1/1.000SedangUniversal

jari

Bentuk TanganUkuran,panjang,1/700RendahLow-Security

danketebalanFacilities

telapak tangan

PengenalanOutline,bentuk1/100RendahLow-Security

Wajahdan distribusi dariFacilities

mata dan hidung

Tanda TanganBentukhuruf,1/100RendahLow_Security

urutanpenulisanFacilities

dan tekanan

SuaraKarakteristik1/30RendahPelayanan

suaraTelepon

2.2 Mata Sebagai Sistem BiometrikMata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling sederhana adalah mengetahui, bahwa lingkungan gelap atau terang. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk pengertian visual (Putra, 2010).Organ mata manusia terdiri dari organ mata luar dan organ mata dalam. Organ mata luar antara lain:1. Alis mata adalah berupa bagian yang sedikit menonjol sedikit di atas kedua belah kelopak mata dan mempunyai sedikit rambut halus. 2. Bulu mata adalah bagian dari kelopak mata yang berupa helaian rambut-rambut. 3. Kelopak mata adalah lipatan kulit yang lunak yang menutupi dan melindungi mata. 4. Kulit mata adalah bagian kulit disekitar mata, kulit ini sangat sensitif dari bagian kulit tubuh lainnya.

Gambar 2.1. Anatomi mata bagian luar (Sumber : Putra, 2010)Organ dalam mata terdiri dari beberapa bagian kita lihat pada Gambar 2.1 diantaranya adalah:1. Iris adalah pigmen yang kita bisa melihat warna coklat atau hitam atau berwarna biru jika orang eropa. 2. Lens adalah kristalin lens yang jernih sekali dan ini sebagai media refraksi untuk bisa kita melihat. 3. Kornea adalah bagian paling depan dari fungsi melihat kita. Kornea tidak ada pembuluh darah dan mempunyai kekuatan yang besar untuk membiaskan sinar yang masuk ke mata. 4. Retina adalah lapisan yang akan menerima sinar yang diterima oleh mata kita. 5. Pupil adalah bagian terbuka dari iris, yang terletak ditengah-tengah bagian iris.

2.2.1 Pupil Mata Pupil atau anak mata adalah bagian terbuka dari iris, yang terletak ditengah-tengah bagian iris. Pupil terlihat seperti titik hitam. Seperti terlihat pada Gambar 2.2. Semua cahaya dibutuhkan untuk melihat lebih jelas, pupil menjadi mengecil atau membesar dengan gerakan otot di iris. Aqueous humor mengalir melalui pupil ke ruang kecil antara iris dan lensa mata.

Gambar 2.2 Pupil Mata(Sumber : Sutoyo, 2009)

Pada proses lokalisasi iris, pupil digunakan sebagai langkah awal untuk mendapatkan daerah iris. Setelah pupil mata didapatkan, selanjutnya mencari titik tengah pupil yang kemudian dikembangkan menghasilkan radius sampai berpotongan dengan sclera, yang mempunyai warna lebih terang dari iris, sehingga didapatkan tepi iris (Sutoyo, 2009).2.2.2 Iris MataIris adalah bagian yang berwarna yang tampak pada bola mata, yang terlihat pada Gambar 2.3. Bagian iris terlihat sebagai lingkaran mata yang melingkupi bagian hitam pupil dengan warna-warna tertentu.Iris dapat terlihat cukup jelas pada jarak 1 meter. Bagian depan dari iris berbentuk tidak teratur, cenderung kasar serta memiliki alur yang tidak rata. Bagian ini dibentuk oleh lapisan yang terdiri dari sel pigmen dan fibroblast. Dalam Gambar 2.3 lebih diterangkan bagian-bagian struktur dari iris.

Gambar 2.3 Anatomi Iris Mata(Sumber : Jain et al. 2004)Iris mata manusia dapat digunakan untuk kepentingan identifikasi seseorang yang memiliki tingkat keamanan yang cukup tinggi. Hal ini didukung oleh sifatsifat yang dimiliki iris mata manusia sebagai berikut (Jain et al. 2004) :a. iris mata manusia sangat terlindungi keberadaannya yang merupakan organ dalam dari mata. b. iris mata manusia tampak (kelihatan) dari suatu jarak tertentu. c. pola iris mata manusia mempunyai derajat keacakan yang tinggi. d. stabil (dalam hal jumlah dan posisinya) sepanjang hidup manusia.

e. tidak bergantung pada sifat genetik. f. mempunyai tekstur dan struktur yang kompleks.

Adapun karakteristik iris adalah (Sutoyo, 2009) :a.Mempunyai bentuk geometri polar, merupakan sistem koordinat yang alami.b.Mempunyai tingkat ketidakaturan yang tinggi.2.3 Sistem Pengenalan Iris MataBerikut ini adalah tahapan pengenalan iris mata dari gambar hingga menjadi kode dengan melalui proses pengolahan citra, proses pengujian diambil dari yang sudah ditetapkan para peneliti sistem pengenalan iris mata, pada Gambar 2.4 dapat kita lihat proses dari tahapan tersebut.

Gambar 2.4 Tahapan Sistem Pengenalan Iris(Sumber: Masek, 2003)Keterangan:1. Citra Iris : Array dari nilai-nilai dimana sebuah nilai merupakan sekumpulan angka mendeskripsikan atribut dari piksel-piksel terdapat di dalamnya. Piksel adalah titik-titik yang digunakan untuk membangun citra. Piksel terdiri atas tiga komponen warna yaitu R (red), G (green), B (blue), masing-masing komponen tersebut merupakan warna dasar cahaya. 2. Segmentasi iris : Tahap ini melibatkan lokasi tepi luar iris dan memisahkanya dari sisa bagian mata. Data yang mewakili bagian iris, disebut pola iris. Pola iris berisi semua data penting yang dibutuhkan untuk membuat suatu yang positif untuk identifikasi.3. Normalisasi : Tahap ini menghasilkan area iris yang memiliki dimensi yang konstan, sehinnga dua citra iris yang sama dalam kondisi yang berbeda akan mempunyai karakteristik pada posisi ruang yang sama. 4. Ekstraksi : Tahap ini menghasilkan ciri unik dari data yang diekstrak dengan menggunakan algoritma tertentu dan menciptakan sebuah template yang disimpan dalam database. 5. Perbandingan : Tahap ini melakukan indentifikasi atau verifikasi dengan membandingkan kode iris yang disimpan didalam database. Pada tahap ini menghitung perbedaan antara kode iris yang diproses dan disimpan.

2.4. Beberapa Metode Sistem Biometrik Iris Mata Berikut adalah urutan beberapa tahapan metode yang sering digunakan para peneliti untuk meneliti sistem pengenalan iris mata, umumnya tahapan tersebut sama hanya pada saat ekstraksinya saja rumusannya yang diganti.

2.4.1 Representasi Citra DigitalCitra didefinisikan sebagai suatu fungsi dua dimensi f(x, y), dengan x dan y merupakan koordinat spasial, dan f disebut sebagai kuantitas bilangan skalar positif yang memiliki maksud secara fisik ditentukan oleh sumber citra. Suatu citra digital yang diasumsikan dengan fungsi f(x, y) direpresentasikan dalam suatu fungsi koordinat berukuran M x N.Variabel M adalah Baris dan N adalah kolom sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.5 Setiap elemen dari array matriks disebut image element, picture element, atau pixel(Gonzales et al. 2003).=(0.0)(0,1)(0, 1)

( , ) (1,0)(1,1)

(1, 1)

( 1,0)( 1,1) ( 1, 1)

Gambar 2.5 Fungsi Koordinat Sebagai Representasi Citra Digital.(Gonzales et al. 2003)

Suatu citra f(x,y) dalam fungsi matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

0 x M-1

0 y N-1

0 f(x,y) G-1 .............................................................................................................(2.1)

Dimana:

M = banyaknya baris pada array citraN = banyaknya kolom pada array citraG = banyaknya skala keabuan (grayscale)Interval (0,G) disebut skala keabuan (grayscale). Besar G tergantung pada proses dijitalisasinya. Biasanya keabuan 0 (nol) menyatakan intensitas hitam dan G menyatakanintensitas putih. Untuk citra 8 bit, nilai G sama dengan 28 = 256 warna (derajat keabuan). Jika kita memperhatikan citra dijital secara seksama, kita dapat melihat titik-titiktersebut merupakan satuan terkecil dari suatu citra digital disebut sebagai picture element, atau pel. Jumlah piksel per satuan panjang akan menentukan resolusi citra tersebut. Makin banyak piksel yang mewakili suatu citra, maka makin tinggi nilai resolusinya dan makin halus gambarnya. Pada sistem dengan tampilan citra digital yang dirancang dengan baik (beresolusi tinggi), titik-titik kecil tersebut tidak teramati oleh kita yang melihat secara normal.

2.4.2 SegmentasiTahap pertama dalam sistem pengenalan iris mata adalah memisahkan daerah iris mata pada suatu citra mata. Hal ini disebabkan daerah iris mata dipengaruhi bulu mata dan kelopak mata. Proses segmentasi dilakukan dengan proses deteksi tepi. Tepi citra memberi ciri batasan-batasan citra. Tepi citra dapat didefinisikan sebagai piksel-piksel yang mengalami perubahan tajam pada skala keabuannya. Pendekatan tepi yang ideal digunakan deteksi tepi Sobel dan melakukan pemisahan iris dengan sklera dan kelopak mata atas-bawah dengan transformasi yaitu salah satu yang cocok digunakan adalah transformasi Hough.2.4.2.1 Gaussian FilterGaussian filter adalah linear filter yang biasanya digunakan sebagai lebih halus. Gaussian filter yang banyak digunakan dalam memproses gambar. Gaussian filter bertujuan untuk menghilangkan noise pada citra dan meningkatkan kualitas detail citra.Gaussian filter ini sebenarnya hampir sama dengan filter rata-rata hanya ada nilai bobot yang tidak rata seperti pada filter rata-rata, tetapi mengikuti fungsi Gaussian sebagaiberikut (Shah dan Ros, 2006) :

G(x,y) =1 ( )2+( )2...................................... (2.2)

G (x,y)= Gaussian 2 dimensi

s= sebaran dan fungsi Gaussian

( , )= titik tengah dari fungsi Gaussian

Berdasarkan rumus dari fungsi gaussian maka pada Gambar 2.6 untuk ukuran 5x5 akan diperoleh matrik kernel filter Gaussian :

H = 0.0030 0.0133 0.0219 0.0133 0.0030 0.0133 0.0596 0.0983 0.0596 0.0133 0.0219 0.0983 0.1621 0.0983 0.0219 0.0133 0.0596 0.0983 0.0596 0.0133 0.0030 0.0133 0.0219 0.0133 0.0030

Gambar 2.6 Kernel Filter Gaussian untuk ukuran 5x5

(Sumber : Daugman, 2007)

2.4.2.2 GrayscaleGrayscale adalah teknik yang digunakan untuk mengubah citra berwarna (RGB) menjadi bentuk tingkat keabuan (dari hitam ke putih). Dengan pengubahan ini, matriks penyusun citra yang sebelumnya 3 matriks akan berubah menjadi 1 matriks saja, pengubahan dari citra berwarna ke bentuk grayscale biasanya mengikuti aturan sebagai berikut :I (i,j) =( , )+ (3, )+ ( , )........................................(2.3)

I (i,j) =Nilai intensitas citra grayscale

R (i,j) =Nilai intensitas warna merah dan citra asal

G (i,j) =Nilai intensitas warna hijau dan citra asal

B (i,j) =Nilai intensitas warna biru dan citra asal

2.4.2.3 BinerisasiBinerisasi merupakan proses merubah citra ke dalam bentuk biner (0 dan 1) dengan merubah ke bentuk biner. Citra hanya akan mempunyai 2 warna yakni hitam dan putih. Dengan proses ini, citra RGB juga akan menjadi 1 matriks penyusun saja. Untuk melakukan proses ini digunakan threshold, nilai threshold dapat diatur sesuai dengan kebutuhan (Masek, 2003).Formula binerisasi citra yaitu :( , ) =1( , ) ........................................................................................(2.4)

0( , )