referat - cemas menyeluruh
DESCRIPTION
JIWATRANSCRIPT
REFERATGANGGUAN CEMAS MENYELURUH
Pembimbing :
dr. Prasila Darwin, Sp.KJ
Disusun oleh :
Silpi Hamidiyah (110.2010.270)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA
RS JIWA ISLAM KLENDER JAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan Rahmat-Nya
sehingga referat yang berjudul “Gangguan Cemas Menyeluruh” ini dapat diselesaikan.
Referat ini merupakan salah satu pemenuhan syarat kepaniteraan klinik di bagian
Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran UniversitasYarsi.
Terima kasih penyusun ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu
dalam penyusunan referat ini, khususnya kepada dr.Prasila Darwin, SpKJ sebagai
pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan, serta dukungan dalam penyusunan
referat ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda dan
semua pihak yang banyak membantu dalam penyusunan referat ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk perbaikan demi
kesempurnaan referat ini. Semoga karya ini bisa bermanfaat untuk para pembaca.
Sekian dan terima kasih.
Jakarta, 04 Mei 2015
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 3
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................................... 4
BAB II : PEMBAHASAN
1. Definisi................................................................................................................. 5
2. Epidemiologi........................................................................................................ 5
3. Etiologi................................................................................................................. 6
4. Gejala Klinis........................................................................................................ 8
5. Kriteria Diagnosis.................................................................................................9
6. Diagnosis Banding............................................................................................... 11
7. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................... 13
8. Tatalaksana.......................................................................................................... 14
9. Prognosis.............................................................................................................. 20
BAB III : PENUTUP............................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 23
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kecemasan (Anxietas) adalah suatu sinyal yang menyadarkan seseorang untuk
memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang
untukmengambil tindakan guna mengatasi ancaman tersebut.
Secara subjektif, kecemasan itu bagi kebanyakan orang adalah perasaan yang tidak
enak yang secepatnya harus dihalaukan. Sedangkan secara objektif, kecemasan itu
merupakan suatu pola psikobiologis dengan fungsi pemberitahuan (alarm) adanya bahaya
dengan mengakibatkan suatu perencanaan tindakan yang efektif ialah suatu usaha
penyesuaian (adaptasi) diri terhadap trauma psikis, krisis dan konflik.
Gangguan kecemasan disebabkan oleh situasi atau objek yang sebenarnya tidak
membahayakan yang mengakibatkan situasi atau objek tersebut dihindari secara khusus atau
dihadapi dengan perasaan terancam. Perasaan tersebut tidak berkurang walaupun mengetahui
bahwa orang lain menganggap tidak berbahaya atau mengancam.
Kecemasan merupakan suatu hal yang normal namun gangguan kecemasan adalah
patologis. Seorang klinisi harus mampu membedakan antara jenis kecemasan yang normal
dengan gangguan kecemasan yang patologis. Pada tingkat praktis, kecemasan yang patologis
dibedakan dari kecemasan normal oleh penilaian pasien, keluarganya, teman-temannya dan
klinisi kemudian menunjukkan akan adanya kecemasan patologis.
Kecemasan yang bersifat patologis disebut Gangguan Kecemasan atau Anxiety
Disorder, memiliki gejala-gejala antara lain rasa was-was yang berlebihan, ketakutan,
penarikan diri dari masyarakat dan lingkungan, sulit konsentrasi dan berfikir, gejala-gejala
somatik seperti tremor, panas dingin, berkeringat, sesak nafas, jantung berdebar-debar, serta
dapat pula ditemui gejala gangguan persepsi seperti depersonalisasi, derealisasi dan mungkin
terdapat pula gejala yang lainnya.
Kecemasan normal ditemukan misalnya pada bayi yang ditinggal oleh orang tuanya,
anak yang masuk sekolah untuk pertama kalinya, orang dewasa yang menghadapi hari tuanya
dan saat mau meninggal, seorang istri yang ditinggal suaminya menuju peperangan, seorang
buruh yang dikeluarkan dari pekerjaannya. Pada umumnya kecemasan merupakan fenomena
normal dalam mengiringi proses pertumbuhan dan perkembangan, pada pengalaman-
pengalaman baru dan pada hal-hal yang belum pernah dicoba.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak ada gangguan dalam
menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA), kepribadian masih tetap utuh (tidak
mengalami keretakan kepribadian/splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi
masih dalam batas-batas normal.
Perbedaan antara gangguan cemas dengan kecemasan normal ditekankan dalam
kriteria yang menggunakan kata-kata yang berlebihan dan sulit dikendalikan; dan gejala yang
menyebabkan penurunan yang signifikan. Cemas dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu
hal yang normal dan respon adaptasi terhadap ancaman, sehingga mempersiapkan individu
tersebut untuk “fight or flight”. Seseorang yang cemas terhadap segala sesuatu dapat
dikatakan mengalami gangguan cemas menyeluruh.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan
kecemasan antara lain merasa cemas, khawatir, adanya firasat buruk, takut akan pikirannya
sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut, takut
sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang
menegangkan, sulit konsentrasi dan adanya keluhan somatik (fisik) seperti berdebar-debar,
sesak nafas, gangguan pencernaan, mual, muntah, sakit kepala dan sebagainya.
GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir yang berlebihan
tentang peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan yang jelas untuk khawatir.
Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat menyebabkan timbulnya stres dan
mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan dan kehidupan sosial.
2. EPIDEMIOLOGI
Pasien yang menderita gangguan cemas menyeluruh umumnya tidak mengupayakan
penanganan psikologis, prevalensi sepanjang hidup gangguan ini cukup tinggi, yaitu sekitar
sekitar 3-8% dari populasi umum. GAD umumnya mulai dialami pada pertengahan masa
5
remaja, walaupun banyak orang yang menderita GAD mengaku bahwa mereka mengalami
masalah tersebut sepanjang hidupnya. Rasio perbandingan antara perempuan dan laki-laki
sekitar 2:1. Penderita GAD sering memiliki komorbiditas dengan gangguan mental lainnya
seperti Gangguan Panik, Gangguan Stres Pasca Trauma, Gangguan Obsesif Kompulsif dan
Gangguan Depresi Berat.
Berbagai peristiwa penuh stress dalam hidup tampaknya cukup berperan terhadap
terjadinya gangguan ini. GAD memiliki tingkat komorbiditas tinggi bila disertai gangguan
ansietas yang lain atau gangguan mood. Sulit untuk berhasil menangani GAD. Dalam suatu
studi penelitian selama lima tahun, hanya 18% pasien yang tidak lagi mengalami gejala-
gejala gangguan ini, walaupun angka tersebut memiliki kemungkinan meningkat seiring
dengan lebih banyak penggunaan terapi kognitif-behavioral.
3. ETIOLOGI
Penyebab gangguan ini belum diketahui secara pasti, hanya saja disebutkan bahwa faktor
biologi dan psikologi memiliki peran terhadap terjadinya gangguan cemas menyeluruh.
a. Teori Biologi
Hipotesis yang dikemukakan adalah pada pasien GAD terjadi abnormalitas reseptor
benzodiazepin di otak. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi reseptor
benzodiazepin yang tertinggi ada di lobus oksipitalis, namun area lain yang dicurigai
berperan pada GAD adalah basal ganglia, sistem limbik dan korteks lobus frontalis.
Pemeriksaan PET (Positron Emission Tomography) pada GAD menunjukan penurunan
metabolisme sel di ganglia basalis dan substansia alba di otak.
Hipotesis lain menyebutkan bahwa pada GAD terjadi gangguan regulasi sistem
serotonergik. Neurotransmitter lain yang diduga memicu GAD adalah asam gamma-
aminobutyric (GABA), serotonin, norepinefrin, glutamat dan kolesistokinin.
Neurotransmitter yang paling memegang peranan dalam menimbulkan GAD adalah
serotonin, sedangkan pada gangguan panik diduga adalah Norepinefrin.
b. Teori Genetik
6
Hasil studi menemukan bahwa terdapat hubungan genetik pasien GAD dengan gangguan
Depresi Mayor pada pasien wanita. Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama pasien GAD
juga menderita gangguan yang sama. Sedangkan studi pada pasangan kembar didapatkan
sebanyak 50% pada kembar monozigot dan sebanyak 15% pada kembar dizigot.
c. Teori Psikoanalitik
Teori ini menghipotesiskan bahwa ansietas adalah gejala dari konflik bawah sadar yang
tidak terselesaikan. Konflik bawah sadar tersebut adalah konflik yang tidak disadari antara
ego dan impuls-impluls id. Impuls-impuls tersebut biasanya bersifat seksual atau agresif,
berusaha untuk mengekspresikan diri, namun ego tidak membiarkannya karena tanpa disadari
ia merasa takut terhadap hukuman yang akan diterimanya. Dengan kata lain, Pasien GAD
tidak punya cara untuk menghindari kecemasan karena dia tidak mengembangkan tipe
pertahanan tersebut sehingga selalu merasa cemas.
Orang-orang yang menderita GAD sering kali salah mempersepsikan kejadian sehari-hari,
seperti menyeberang jalan sebagai hal yang mengancam dan kognisi mereka terfokus pada
antisipasi sebagai bencana pada masa mendatang. Terlebih lagi pasien GAD lebih terpicu
untuk menginterprestasikan stimuli yang tidak jelas sebagai sesuatu yang mengancam dan
untuk menilai berbagai kejadian yang mengancam lebih mungkin terjadi pada mereka.
Sensitifitas pasien GAD yang sangat tinggi terhadap stimuli yang mengancam juga
muncul walaupun bila stimuli tersebut tidak dapat diterima secara sadar. Gejala utama GAD
yaitu kekhawatiran. Berdasarkan perspektif hukuman seseorang mungkin bertanya-tanya
mengapa ada orang yang sering merasa khawatir karena kekhawatiran di anggap sebagai
kondisi negatif yang seharusnya tidak mendorong pengulangannya. Kecemasan sebenarnya
merupakan penguatan negatif, ia mengalihkan pasien dari berbagai emosi negatif sehingga
diperkuat oleh hasil yang positif bagi individu terkait. Kunci untuk memahami posisi ini
adalah menyadari bahwa kekhawatiran tidak menciptakan banyak ketegangan emosional.
d. Teori Kognitif-perilaku
Menurut teori ini, pasien GAD akan merespon suatu ancaman secara salah dan tidak
tepat. Respon tersebut disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal negatif di
lingkungannya, adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang terlalu
negatif terhadap kemampuan dirinya dalam menghadapi ancaman.
7
4. GEJALA KLINIS
Gejala utama GAD adalah ansietas (kekhawatiran yang tidak sebanding dengan
stressor yang sesungguhnya), ketegangan motorik, hiperaktifitas otonom dan kewaspadaan
secara kognitif. Gambaran umum penyakit ini adalah dalam kehidupan. Gangguan cemas
sendiri dibagi menjadi 2 yaitu gangguan anxietas kontinyu dan gangguan anxietas episodik.
Gangguan cemas menyeluruh adalah bentuk dari kecemasan kontinyu.
Gejala gangguan cemas menyeluruh ada yang mengelompokkannya menjadi sindrom
ansietas, dimana terdapat perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistik terhadap 2 hal
atau lebih yang dipersepsikan sebagai ancaman sehingga tidak mampu beristirahat. Selain itu,
ada minimal 6 dari gejala-gejala berikut :
KETEGANGAN
MOTORIK
HIPERAKTIVITAS
OTONOM
KEWASPADAAN
KOGNITIF
Kedutan otot atau gemetaranNafas pendek, terasa berat,
sesak napas
Gangguan tidur (Sulit
memulai tidur, tidur tidak
nyenyak, sering terbangun
saat tidur)
Otot tegang, kaku, nyeri-
nyeri, pegal linuJantung berdebar-debar Mudah kaget/terkejut
Tidak bisa diam, selalu ada
yang digerak-gerakkan
seperti kaki atau tangan atau
benda
Keringat berlebihan, telapak
tangan basahSulit berkonsentrasi
Mudah lelah dan letihMual, mencret, perut tidak
enak, nyeri ulu hati
Mudah tersinggung dan
marah
Wajah tegang Mulut kering
Mengamati lingkungan
secara berlebihan sehingga
perhatian mudah teralih
8
Kepala pusing, seperti
melayang, terasa ringanTidak sabaran
Muka panas, memerah/pucat
Sering buang air kecil
Kulit terasa aliran
dingin/panas, seperti
kesetrum
Sukar menelan,
kerongkongan tersumbat
Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari biasanya berupa penurunan kemampuan
bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Pada anak-anak sering terlihat
adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan somatik
berulang yang menonjol.
Penderita dengan Gangguan Cemas Menyeluruh biasanya datang ke dokter dengan
keluhan somatiknya atau datang ke dokter spesialis karena gejala spesifik seperti diare
kronik. Pasien biasanya menunjukkan perilaku mencari perhatian (seeking behavior).
5. KRITERIA DIAGNOSIS
A. Kriteria diagnostik Gangguan Cemas Menyeluruh menurut DSM IV-TR :
1. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari,
sepanjang hari dan terjadi selama minimal 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau
suatu kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah)
2. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya
3. Kecemasan dan kekhawatiran harus disertai minimal tiga dari enam gejala berikut
(dengan minimal beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak terjadi
selama 6 bulan terakhir). Catatan: Hanya satu gejala saja yang diperlukan pada anak :
Kegelisahan
9
Menjadi mudah lelah
Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
Mudah marah dan tersinggung (iritability)
Ketegangan otot
Gangguan tidur (sulit memulai tidur, tidur tidak nyenyak, sering terbangun)
4. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan Axis I, misalnya
kecemasan bukan tentang serangan panik (Gangguan Panik), merasa malu bila
muncul di depan umum (Fobia Sosial), merasa terkontaminasi (Gangguan Obsesif
Kompulsif), merasa jauh dari rumah atau kerabat dekat (Gangguan Cemas
Perpisahan), cemas pada kenaikan berat badan (Anoreksia nervosa), menderita
beberapa keluhan fisik (Gangguan Somatisasi), atau menderita penyakit yang serius
(Hipokondriasis) dan rasa cemas tidak terjadi secara eksklusif selama gangguan stres
pasca trauma (PTSD).
5. Kecemasan, kekhawatiran dan gejala fisiknya harus menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan.
6. Gangguan yang dialami bukan karena efek langsung dari suatu zat (misalnya drug
abuse, pengobatan) atau kondisi medis umum (misalnya hipertiroidisme) dan tidak
terjadi semata-mata selama gangguan mood, gangguan psikotik atau gangguan
perkembangan pervasif.
B. Kriteria diagnostik Gangguan Cemas Menyeluruh menurut PPDGJ-III (F41.1) :
1. Penderita harus menunjukkan kecemasan sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari selama beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free
floating” atau mengambang)
2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut :
Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi, dsb)
Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-
debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing, mulut kering, dsb)
10
3. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
4. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya
depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan cemas menyeluruh, selama hal
tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif, gangguan ansietas
fobik, gangguan panik, atau gangguan obsesif-kompulsif.
6. DIAGNOSIS BANDING
Gangguan cemas menyeluruh perlu dibedakan dari :
a. Gangguan Ansietas akibat penyakit medis umum (penyakit neurologis, endokrin,
metabolik dan penyakit akibat efek samping obat-obatan terapi)
b. Gangguan kecemasan akibat penyalahgunaan zat atau efek obat tertentu (intoksikasi
kafein, stimulansia SSP, gejala putus obat seperti alkohol, hipnotik sedatif dan
ansiolitik)
c. Gangguan Neurosis lainnya :
Gangguan Panik
Serangan kecemasan atau ketakutan mendalam yang muncul tiba-tiba dan
kerap berulang, tanpa terduga dan tanpa alasan yang disertai dengan gejala-
gejala fisik akibat hiperaktifitas otonomik (jantung berdebar, pusing, pingsan,
keringat berlebihan, sesak napas). Serangan panik dapat berlangsung selama
beberapa menit hingga beberapa jam. Pasien dengan serangan panik cenderung
disertai dorongan kuat untuk melarikan diri dari situasi dimana serngan itu
terjadi dan sering ketakutan atau cemas akan timbulnya serangan berulang dan
efek akibat serangan panik tersebut seperti cemas akan menjadi gila,
kehilangan akal atau menderita serangan jantung.
Gangguan Anxietas Fobik
Dikenal sebagai “Fobia”, yaitu kondisi ketakutan irasional yang berlebihan
dan terus-menerus (persisten) terhadap suatu objek atau situasi. Penderita fobia
selalu menghindari objek atau situasi yang ditakutinya sehingga gangguan ini
akan menghambat aktivitas dan fungsinya sehari-sehari. Umumnya penderita
11
menyadari akan keadaannya itu namun mereka tidak memiliki cara untuk lepas
dari ketakutannya.
Obsesif-Kompulsif
Suatu bentuk kecemasan dimana penderita tidak mampu mengontrol pikiran-
pikirannya yang irasional, mengganggu, aneh/konyol yang sebenarnya tidak
diinginkan oleh penderita (obsesif), sehingga penderita akan melakukan suatu
tindakan hingga berulang kali agar dapat mengurangi pikiran cemasnya itu
(kompulsif). Penderita gangguan ini menyadari kondisinya dan mungkin sudah
berusaha untuk melawan pikiran-pikiran cemasnya yang muncul berulang-
ulang namun penderita tidak mampu menahan dorongan kuat untuk melakukan
suatu tindakan hingga berulang-ulang untuk memastikan segala sesuatunya
baik-baik saja.
Gangguan Stress Pasca Trauma
Gangguan kecemasan parah yang terjadi setelah penderita mengalami
suatu kejadian traumatik psikologis. Gangguan ini harus berlangsung selama
minimal 30 hari, bila kurang dari itu disebut reaksi stres akut (acute stress
reaction). Gangguan ini bisa terjadi langsung setelah trauma psikologis
ataupun beberapa waktu setelah trauma.
Beberapa contoh peristiwa yang dapat menyebabkan trauma psikologis
yaitu peristiwa yang sangat menakutkan atau mengancam nyawa, kecelakaan,
peperangan, bencana alam, kekerasan dalam rumah tangga, korban perkosaan,
penculikan, child abuse,menderita penyakit yang menakutkan dan peristiwa
lainnya yang sulit diterima oleh psikologis penderita. Peristiwa tersebut tidak
harus terjadi pada penderita, mungkin terjadi pada keluarga, kerabat atau
orang lain, namun penderita menyaksikan atau dapat merasakan hal tersebut.
Penderita gangguan ini mudah teringat atau sering sekali bermimpi akan
peristiwa yang mengerikan tersebut, hal ini menyebabkan penderita cenderung
untuk menghindari dan menjauhi lokasi, situasi, orang, ingatan atau hal-hal
yang akan mengingatkannya dengan pengalaman mengerikan tersebut.
Kondisi lain yang menyertai seperti sulit tidur, sulit konsentrasi, gangguan
emosi, gelisah dan gangguan dalam aktifitas serta fungsi sosial dan
12
pekerjaannya. Penderita gangguan ini umumnya mengakhiri kecemasannya
dengan tindakan suicide.
Gangguan Somatoform
Suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala-gejala fisik seperti
mual, pusing, nyeri kepala, jantung berdebar-debar, dimana tidak ditemukan
penjelasan atau temuan klinis yang mendukung (adekuat). Gejala-gejala
tersebut tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.
Gejala fisik umumnya cukup serius sehingga menyebabkan gangguan pada
pekerjaan, emosional, aktifitas dan peranan sosial sehari-hari. Faktor
psikologis menyumbang peranan yang sangat besar untuk onset, keparahan
dan durasi gejala dari gangguan somatoform.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada gangguan Cemas Menyeluruh hanya dilakukan apabila
klinisi curiga adanya penyakit medis yang mendasari (ditandai dengan usia penderita yang
tua, banyaknya temuan klinis yang abnormal, serta gejala Gangguan Cemas yang tidak khas),
maka pemeriksaan penunjang perlu dilakukan, meliputi :
Lab Darah Lengkap
Profil Kimia Darah
Analisa Gas Darah : dispneu akibat hipoksemia atau hiperkapnia
Tes Fungsi Tiroid (serum T3, T4, free T3 dan T4, TSH) : Hipertiroid atau Tiroid Toksik
Analisa Urin dan Urine Drug Screen : Withdrawal zat atau intoksikasi obat
Elektrokardiografi (EKG) : Aritmia, gagal jantung atau penyakit kardiovaskular lainnya.
X-Ray Toraks : Kelainan pada jantung dan paru.
CT Scan kepala atau MRI Cerebral : Kelainan pada kepala atau otak seperti fraktur,
perdarahan, aneurisma, memar serebral, massa atau space occupying lession.
Elektroensefalografi (EEG) : Gangguan seizure (karena dapat menyerupai ansietas)
Pungsi Lumbal : Infeksi pada SSP
13
Namun apabila klinisi menemukan adanya gejala-gejala Gangguan Cemas yang
memenuhi kriteria Gangguan Cemas Menyeluruh, tanpa disertai temuan klinis yang adekuat
pada penderita ansietas yang usianya muda maka penunjang tidak disarankan untuk
dilakukan.
8. TATALAKSANA
Sama seperti jenis gangguan ansietas lainnya, gangguan cemas menyeluruh dapat
diterapi. Tatalaksana pada gangguan cemas menyeluruh mencakup terapi psikologis disertai
terapi simtomatis dengan obat-obatan anti-ansietas. Terapi psikologis atau Psikoterapi
meliputi; Cognitive Behaviour therapy (CBT), psikoterapi Berorientasi Tilikan (Insight) dan
terapi suportif. Sedangkan terapi simtomatis meliputi penggunaan obat-obatan anti-ansietas
golongan Benzodiazepin (BDZ) dan Non-Benzodiazepin.
a. Psikoterapi Berorientasi Tilikan (Insight)
Pasien diajak untuk mengungkap konflik masa lalu yang mendasari dan menjadi
sumber kecemasan yang sebenarnya, menilik egostrength, relasi obyek, serta
keutuhan self pasien. Tujuannya agar terapis dapat memperkirakan sejauh mana
pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur, bila tidak tercapai, minimal kita
memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.
b. Terapi Suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang ada
dan belum tampak, didukung egonya, agar bisa lebih beradaptasi optimal dalam
fungsi sosial dan pekerjaannya.
c. Cognitive-Behaviour Therapy (CBT)
Pasien diajak secara langsung mengenali distorsi kognitif dan pendekatan
perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung, Teknik utama yang digunakan
adalah relaksasi dan biofeedback. Teknik CBT didasari dari 4 cara, yaitu :
1) Exposure Theraphy
Pasien dihadapkan pada benda atau situasi yang dicemaskannya, prosedurnya ada
tiga tipe, yaitu In Vivo, Imaginal, dan Interoceptive.
14
2) Anxiety Management and Stress Inoculation
Pasien dilatih untuk mengatur dan menghentikan kecemasannya dengan cara
mengidentifikasi pikiran-pikiran kecemasannya lalu menggantinya dengan respon
yang lebih positif. Dengan kata lain, pasien belajar untuk memikirkan berbagai hal
yang kurang menakutkan dari kejadian itu.
3) Cognitive Theraphy
Membantu pasien untuk menyingkirkan pemikiran yang tidak membantu dalam
kecemasan pasien.
4) Interpersonal Skill Training
Pasien dengan gangguan anxietas mempunyai kekurangan dalam berkomunikasi
dengan orang lain sehingga latihan dalam kemampuan interpersonal sangat
membantu pasien dalam berkomunikasi.
5) Training relaksasi intensif
Pasien dilatih untuk merespons kecemasan yang baru muncul dengan rileksasi dari
pada dengan kepanikan.
d. Somatoterapi
1. Ansiolitik Golongan Benzodiazepin (BDZ)
Mekanisme Aksi : Meningkatkan aktivitas sistem reseptor GABA dengan berbagai
cara meliputi peningkatan inhibisi GABA presinaps dan menurunkan refleks
monosinaps dan polisinaps
Indikasi : Gangguan Kecemasan Situasional yang bersifat akut, Serangan Panik,
Gangguan Kecemasan lainnya yang dapat di antisipasi dalam waktu 6 minggu.
Keunggulan : Golongan ansiolitik kerja cepat dan paling sering digunakan sebagai
anticemas. Mampu mengatasi ansietas dan meredakan gejala somatik seperti
ketegangan otot. Spektrum klinis BDZ meliputi : Ansiolitik, Antikonvulsan, Anti-
insomnia dan premedikasi bedah.
15
Kelemahan : Penggunaan jangka panjang akan menyebabkan toleransi, adiksi dan
gejala putus obat. Hindari penggunaan BDZ pada pasien dengan riwayat drug abuse
dan peminum alkohol
Efek : Semua BDZ menyebabkan sedasi, gangguan konsentrasi, amnesia anterograde,
reaksi paradoksal (gelisah, hiperaktivitas, agresif, perilaku kekerasan). Beberapa
contoh benzodiazepin:
JENIS KETERANGAN
Diazepam
-Dosis : 2-10 mg, 2-4 kali sehari (oral) atau 2-10 mg/IV atau IM 2-4 kali
sehari. Dosis maksimal 30 mg/8jam
-Keunggulan : efektif untuk meredakan spasme otot akibat gangguan
UMN.
-Efek Samping serius : depresi napas, neutropenia, ikterik, phlebitis bila
injeksi terlalu cepat, efek lokal berupa nyeri, bengkak Carpal Tunnel
Syndrome dan nekrosis jaringan lokal.
Clonazepam
-Dosis : 0.25 mg oral 3 kali sehari, dapat ditingkatkan jadi 1 mg/hari
setelah hari ke 3 (dosis maks 4 mg/hari)
-Kadar puncak plasma 2-4 jam setelah pemberian oral/rektal
-Keunggulan : indikasi multipel seperti menekan myoklonik, akinetik,
kejang petit mal dan menekan distonia tardive
Efek samping : gangguan koordinasi, memori, disarthria, ataksia
Chlordiazepoxid
e
-Dosis : Ansietas ringan 5-10 mg oral 3-4 kali sehari, Ansietas berat 20-
25 mg oral 3-4 kali sehari
-Pasien di monitoring selama 3 jam setelah mengkonsumsi obat
Lorazepam
-Dosis : inisial 2-3 mg, 2-3 kali/hari (bila diperlukan), dosis maks 10
mg/hari. Maintenance 2-6 mg/hari, 2-3 kali/hari
-Hindari pemberian pada pasien depresi atau psikosis.
-Waktu paruhnya pendek dan cocok untuk pasien dengan kelainan
fungsi hati dan ginjal karena tidak ada akumulasi obat yang signifikan
pada dosis terapi
Alprazolam
-Dosis : 0.25-0.5 mg, 3-4 kali/hari selama 6-8 hari (Dosis maks 4
mg/hari)
-Dapat menyebabkan “floppy infant syndrome” pada ibu hamil
16
2. Ansiolitik Golongan Non-Benzodiazepin
a. Serotonin Norepinefrin Reuptake Inhibitor (SNRI)
JENIS KETERANGAN
Venlafaxine
(extended
release)
-Dosis : 37.5 – 75 mg oral sekali sehari, dapat dinaikkan sebanyak 75
mg/hari setiap 4-7 hari, dosis maksimal 225 mg/hari.
-Black box Warning : Pemberian pada remaja/dewasa muda
meningkatkan perilaku suicide (bunuh diri). Edukasikan keluarga
pasien untuk memonitoring ketat selama penggunaan obat dan segera
ke dokter bila ada perubahan perilaku, perburukan klinis atau tindakan
bunuh diri. Stop terapi bila kondisi tersebut terjadi.
Duloxetine
-Dosis : 60 mg/hari oral 1-2 kali sehari, dinaikkan sebanyak 30 mg/hari
bila terdapat toleransi. Dosis maksimal 120 mg/hari
-Obat dilapisi selaput enterik sehingga tidak boleh dikunyah,
dihancurkan, dibuka kapsulnya dan dicampur dengan makanan atau
cairan.
-Bila terapi tercapai, dosis harus di tappering off. Penghentian obat
tiba-tiba berefek : sakit kepala, parestesi, muntah, fatigue, iritabilitas,
diare, insomnia, ansietas dan hiperhidrosis.
-Black box warning : sama seperti Venlafaxine
b. Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI)
Keunggulan : merupakan lini pertama untuk terapi jangka panjang gangguan
ansietas, efek dapat dirasakan setelah 2-4 minggu (tergantung dosis).
Indikasi : General Anxiety Disorder, Social Anxiety dan Obsessive-
Compulsive Disorder (OCD)
Efek Samping Berbahaya : Perilaku suicide pada dewasa muda
JENIS KETERANGAN
Sertralin -Dosis : 25 mg oral sekali sehari, dapat dinaikkan sebanyak 25 mg/hari setiap
interval 1 minggu, dosis maksimal 200 mg/hari
-sediaan : (Tablet) 25 mg, 50 mg, 100 mg, (Sirup) 20mg/mL
17
-penggunaan pada kehamilan menyebabkan PPHN (Persistent Pulmonary
Hypertension of the Newbron)
Paroxetin
-Dosis : 20 mg oral sekali sehari, dinaikkan 10 mg tiap minggu (dosis
maksimal 50 mg/hari)
-ES Serius : sindrom serotonin, pikiran suicide, TEN/SJS, eksaserbasi gejala
depresi
-Kehamilan : Teratogenik (malformasi kardiovaskular)
Fluoxetin
-Dosis : inisial 20 mg oral sekali sehari, dinaikkan setelah beberapa minggu,
sebanyak 20 mg/hari (dosis terapi 20-60 mg), dosis maksimal 80 mg/hari
-Masa paruhnya paling panjang dari jenis lain, sehingga pemberian hanya
sekali sehari, penghentian obat tidak perlu di tapp off karena risiko putus obat
kecil.
-Kelemahan : dapat meningkatkan ansietas pada saat awal terapi sehingga
Sertralin dan Paroxetin lebih diutamakan
Citalopram
-Dosis : 10 mg sekali sehari, setelah 1 minggu dosis dapat dinaikkan sampai
40 mg/hari. Dosis maksimal 40 mg/hari.
-ES : jangan melebihi dosis maksimal karena dapat menyebabkan interval QT
memanjang
c. Tricyclic Antidepressant (TCA)
Indikasi : Kecemasan yang tidak respon dengan golongan SSRI
Mekanisme : Merupakan golongan obat kompleks yang memiliki efek
antikolinergik sentral dan perifer, serta efek sedatif.
Efek Samping : Penggunaan golongan ini harus dibatasi karena berefek
mematikan apabila intoksikasi (risiko tinggi hipotensi orthostatik), sama seperti
SSRI dapat meningkatkan perilaku bunuh diri pada dewasa muda sehingga
penggunaannya harus di monitoring ketat.
JENIS KETERANGAN
Imipramin -Dosis : 75 mg oral sekali sehari, dapat dinaikkan bertahap menjadi 150
mg/hari (dosis maksimal 200 mg/hari), bisa dosis terbagi atau single dose.
Dosis maintenance 50-100 mg/hari sekali sehari
-Alternatif lain : Desipramin atau Nortriptilin (efek antikolinergik dan
18
antiadrenergiknya lebih ringan)
* Desipramin : 100-200 mg oral 1-2 kali/hari, bila ansietas berat dinaikkan
menjadi 300 mg/hari
* Nortriptilin : 25 mg oral 3-4 kali sehari (dosis maksimal 150 mg sehari)
Clomiprami
n
-Keunggulan : satu-satunya TCA yang paling efektif untuk terapi OCD
-Dosis : 25 mg oral sekali sehari, dinaikkan sampai 100 mg/hari (3 kali
sehari) selama 2 minggu kemudian dinaikkan lagi menjadi 250 mg/hari
(dosis maksimal)
-ESO : Xerostomia, sakit kepala, konstipasi, ejakukasi dini, mual, fatigue,
impotensi
Amitriptilin
-Dosis : 25-50 mg sekali sehari, dinaikkan sebanyak 25 mg setiap 1 minggu
sampai 100-200 mg/hari (dosis maksimal 400 mg/hari)
-ESO : gejala ekstra piramidal, Agranulositosis, aritmia, agitasi, perubahan
EKG, miokard infark akut, sinkop, palpitasi dan peningkatan tekanan
intraokular
d. Anti-Ansietas Golongan Lainnya
JENIS KETERANGAN
Buspirone
-Dosis : 10-15 mg oral 2-3 kali/hari, dapat dinaikkan sebanyak 5 mg/hari
tiap 2-3 minggu sampai dosis 15-30 mg/hari (dosis maksimal 60 mg/hari)
-Mekanisme aksi : agonis 5-HT1A yang mempengaruhi kinerja
serotonergik di SSP dan mempengaruhi aktivitas dopaminergik.
-Keunggulan : efek samping kognitif dan psikomotornya rendah sehingga
cocok untuk pasien manula, dan buspiron tidak menyebabkan
ketergantungan dan toleransi.
-Kelemahan : tidak efektif pada pasien yang withdrawal BDZ, Onset kerja
buspirone perlu waktu 2-3 minggu
Trazodone
(Antidepresa
n Atipik)
-Dosis : inisial 100 mg oral 2 kali/hari dinaikkan sebesar 50-100 mg setiap
interval 1 minggu
-Mekanisme aksi : antagonis reseptor 5-HT2 dan menghambat reuptake 5-
HT
-ESO : sama seperti TCA dan SSRI memiliki risiko perilaku suicide yang
19
tinggi pada dewasa muda sehingga penggunaannya di monitoring ketat
-Indikasi : pasien yang tidak respon dengan golongan ansiolitik lainnya
-Alternatif lain : Nefazodone (efek sampingnya lebih dapat ditoleransi)
*Nefazodone : 100 mg oral 2 kali/hari dinaikkan sebesar 50-100 mg tiap
interval 1 minggu
IX. PROGNOSIS
Gangguan Cemas Menyeluruh merupakan suatu kondisi kronis yang mungkin
berlangsung seumur hidup. Untuk menentukan prognosis gangguan ini perlu diingat bahwa
banyak faktor yang perlu dipertimbangkan karena gangguan ini berhubungan dengan
dinamika etiologinya dan terapinya yang begitu kompleks. Kondisi penderita, lingkungan
penderita dan dokter yang mengobatinya juga ikut mengambil peranan terhadap prognosis.
Kondisi penderita meliputi usia, kepribadian premorbid serta riwayat adiksi zat dan
masalah atau stresor yang dialami penderita. Ditinjau dari kepribadian premorbid maka
prognosis akan lebih baik pada penderita yang sebelumnya sudah menunjukkan kepribadian
yang baik di sekolah, tempat kerja atau dalam interaksi sosialnya, dibandingkan dengan
penderita yang dulunya banyak menemui kesulitan dan masalah dalam pergaulan, kurang
percaya diri serta sifat bergantung pada orang lain.
Kematangan kepribadian premorbid juga menentukan prognosis. Maturasi atau
kematangan kepribadian dapat dinilai dari mampu atau tidaknya seseorang dalam
menanggapi kenyataan-kenyataan, menyeimbangkan keinginan pribadi dengan tuntutan
masyarakat, mengintegrasikan perasaan dengan perbuatan serta menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkungan. Semakin matang kepribadian premorbidnya maka prognosis akan lebih
baik.
Faktor stresor juga ikut menentukan prognosis dari Gangguan Cemas Menyeluruh. Bila
stres bersifat relatif ringan, maka prognosis akan lebih baik karena penderita kemungkinan
besar mampu untuk mengatasinya. Penderita dengan riwayat adiksi zat atau drug abuse
(seperti adiksi NAPZA, nikotin, alkohol dan sebagainya) juga akan memperburuk prognosis
Gangguan Cemas Menyeluruh.
20
Bila dilhat dari lingkungan hidup penderita, maka sikap orang-orang disekitarnya juga
berperan menentukan prognosis. Sikap yang mengejek atau mencemooh akan memperburuk
prognosis gangguan ini sedangkan sikap yang suportif dan membangun akan meringankan
prognosis. Demikian juga peristiwa atau masalah yang dialami penderita seperti kehilangan
objek yang dicintai, kemunduran finansial dan sebagainya akan memperburuk prognosis.
Mengenai hubungan prognosis dengan tatalaksana yang diberikan berupa semakin cepat
dilakukan terapi pada gangguan ini maka prognosis menjadi lebih baik. Demikian pula
dengan situasi tempat pengobatan, bila penderita merasa nyaman dan cocok maka hasil terapi
akan lebih baik sehingga prognosis akan baik pula.
Gangguan Cemas Menyeluruh yang tidak diterapi akan terus berlanjut dan terus muncul
dalam kehidupan pasien, bahkan sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami komorbiditas
dengan gangguan panik atau Gangguan Depresi Mayor. Dengan adanya komorbiditas ini
tentunya akan memperburuk prognosis
21
BAB III
PENUTUP
Kecemasan (Anxietas) merupakan suatu perasaan yang normal, yang menyadarkan
seseorang untuk memperingatkan adanya bahaya yang mengancam terhadap psikis, krisis dan
konflik dan diharapkan individu tersebut mampu melakukan penyesuaian diri (adaptasi)
terhadap ancaman itu.
Penyebab terjadinya Gangguan Cemas Menyeluruh dapat dijelaskan melalui beberapa
teori, antara lain teori neurobiologis, teori genetik, teori psiko-analitik serta teori kognitif-
perilaku. Selain itu kondisi stres dan konflik-konflik yang kompleks turut menyumbangkan
stresor bagi penderita sehingga
Gambaran klinis yang terjadi pada Gangguan Cemas Menyeluruh meliputi tiga
macam, yaitu gejala ketegangan motorik (seperti tidak bisa diam, selalu bergerak-gerak,
gelisah, otot dan wajah tegang, kaku otot, gemetaran ), kewaspadaan kognitif (seperti rasa
was-was yang berlebihan, ketakutan, penarikan diri dari masyarakat dan lingkungan, sulit
konsentrasi dan berfikir) dan hiperaktifitas otonomik (seperti tremor, panas dingin,
berkeringat, sesak nafas, jantung berdebar-debar), serta dapat pula ditemui gejala gangguan
persepsi seperti depersonalisasi, derealisasi dan mungkin terdapat pula gejala yang lainnya.
Pemeriksaan penunjang pada Gangguan cemas Menyeluruh tidak perlu dilakukan
kecuali bila klinisi curiga ada penyakit medis yang mendasari ansietas (ditandai dengan usia
penderita yang tua, banyaknya temuan klinis yang abnormal, serta gejala Gangguan Cemas
yang tidak khas).
Sama seperti jenis gangguan ansietas lainnya, gangguan cemas menyeluruh dapat
diterapi. Tatalaksana pada gangguan cemas menyeluruh mencakup terapi psikologis disertai
terapi simtomatis dengan obat-obatan anti-ansietas.
Gangguan Cemas Menyeluruh merupakan suatu kondisi kronis yang mungkin
berlangsung seumur hidup. Prognosis tergantung pada beberapa faktor seperti usia, onset,
durasi gejala, perkembangan komorbiditas, kondisi lingkungan penderita serta tatalaksana
yang diberikan.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. American Psychological Association. Generalized Anxiety Disorder. [Internet]. [cited
2015, April 24]. Available from : http://www.Helpguide.org
2. American Family Physician. Generalized Anxiety Disorder. [Internet]. [cited 2015,
April 26]. Available from : http://www.aafp.org/afp/2000/1001/p1591.html
3. Anxiety and Depression Association of America (ADAA) 2015. General Anxiety
Disorder. [Internet]. [cited 2015, April 26]. Available from :
http://www.adaa.org/finding-help/treatment/medication
4. Hutagalung, Evalina Asnawi. Tatalaksana Diagnosis dan Terapi Gangguan Anxietas.
[Internet]. [cited 2015, April 26]. Available from : http://gangguan_anxietas.htm
5. Kaplan HI, Saddock BJ. Gangguan Kecemasan. In : Wiguna M, editor. Sinopsis
Psikiatri. Edisi ketujuh Jilid Satu : Phyladelphia. Hal. 1-8.
6. Kaplan HI, Saddock BJ. Gangguan Kecemasan. In : Wiguna M, editor. Sinopsis
Psikiatri. Edisi ketujuh Jilid Dua : Phyladelphia. Hal. 60-66.
7. Maslim, R. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III, Jakarta : PT Nuh Jaya, hal 74
8. Maslim, R. 2007, Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta : PT
Nuh Jaya
9. RSUD Dr. Soetomo. 2004, Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu
Kedokteran Jiwa. Edisi III. Surabaya.
10. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Generalized Anxiety Disorder in :
Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry,
10th Edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins: 2007. p. 623-7
11. Yates WR, Bienenfeld D, Bessman E. Anxiety Disorders. [Internet]. [cited 2015,
April 26]. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/286227-
medication#showall
12. Zieve, David. 2012. Generalized Anxiety Disorder. [Internet] [cited 2015, April 24].
Available from : www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001915/
23