ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/downloads/files/54277/foto... · web...

23
FOTO JURNALISTIK, PENYUNTINGAN DAN PENULISAN ULANG FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS GUNADARMA 1

Upload: others

Post on 27-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54277/FOTO... · Web viewFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar

FOTO JURNALISTIK, PENYUNTINGAN

DAN PENULISAN ULANG

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS GUNADARMA

1

Page 2: ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54277/FOTO... · Web viewFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar

SEJARAH FOTO JURNALISTIKFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik

perekaman gambar secara realis ditemukan. Embrio foto jurnalistik muncul pertama kali pada Senin 16 April 1877, saat surat kabar harian The Daily Graphic di New York memuat gambar yang berisi berita kebakaran hotel dan salon pada halaman satu. Terbitan tersebut menjadi tonggak awal hadirnya foto jurnalistik pada media cetak yang saat itu hanya berupa sketsa.

Terbitan The Daily Graphic yang memuat gambar terpaut lebih dari setengah abad sejak Louis J.M. Daguerre yang berkebangsaan Prancis pada 19 Agustus 1839 mengumumkan hasil eksperimen fotografinya. Setelah muncul di koran, fotografi yang kala itu juga menjadi pertentangan apakah sebagai produk seni terus berkembang. Kemajuan pesat fotografi tercatat pasca tahun 1884 setelah George Eastman menciptakan film (setara ISO 24 saat ini).

Edisi The Daily Graphic 1877

2

Page 3: ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54277/FOTO... · Web viewFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar

Sejarah Foto Jurnalistik Di IndonesiaDi Tanah Air, fotografi ditengarai masuk tahun 1841 oleh Juriaan

Munich, seorang utusan kementerian kolonial lewat jalan laut di Batavia. Sejarah foto jurnalistik Indonesia diwakili kantor berita Domei, surat kabar Asia Raya, dan agensi foto Indonesia Press Photo Service (IPPHOS). Berbeda dengan Kassian Cephas yang cenderung mooi indie, ada nama juru foto H. M. Neeb dengan karyanya yang fenomenal kurun 1904 tentang perang Aceh. Satu foto Neeb memperlihatkan barisan tentara kolonial berdiri di atas benteng bambu dengan mayat-mayat bergeletakan di tanah. Tanpa kehadiran Neeb tak ada kesaksian perang Aceh melawan kolonial.

Foto perang Aceh tahun 1904 karya ©H. M. Neeb

Bulan Agustus di tahun 1945 mencekam. Tentara Heiho bersenjata masih berpatroli di jalanan Jakarta. Subuh di bulan Ramadhan tanggal 17 Agustus, dua bersaudara Alex dan Frans membawa kamera menuju kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56. Mereka berangkat karena mendengar informasi adanya peristiwa penting terkait perjuangan.

Akhirnya pada sekira pukul 10.00 proklamasi yang teramat penting itu terekam dalam lembaran film. Tentara Jepang yang mengetahui pendokumentasian proklamasi berhasil merampas kamera Alex Mendur. Kemudian menghancurkan pelat-pelat negatif. Namun Frans lebih beruntung

3

Page 4: ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54277/FOTO... · Web viewFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar

dan sempat menyembunyikan negatif karyanya. Ia menanam film-film itu di bawah pohon di halaman kantor Asia Raya. Saat tentara Jepang menggeledahnya ia mengaku filmnya telah dirampas Barisan Pelopor. Ketika keadaan berangsur aman Alex dan Frans mencuri-curi kesempatan untuk mencetak foto itu di kamar gelap Kantor Berita Domei.

Meski berita proklamasi kemerdekaan itu tersiar di surat kabar esok harinya tapi foto proklamasi baru dimuat pada Februari 1946 di harian Merdeka. Kelak film bersejarah ini hilang dan hanya menyisakan lembar foto cetak.

Foto proklamasi kemerdekaan Indonesia di harian Merdeka edisi Februari 1946.

Perkembangan foto jurnalistik di tanah air semakin konsisten dan berkelanjutan setelah kantor berita Antara mendirikan Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) tahun 1992, galeri pertama yang fokus pada foto jurnalistik.

Foto jurnalistik di Indonesia semakin maju karena masyarakat fotografi di tanah air peka terhadap tren foto dunia. Banyak pameran, kompetisi, dan pelatihan-pelatihan foto diadakan. Komunitas-komunitas fotografi juga bermunculan dan tumbuh. Komunitas yang dibangun dengan semangat untuk maju. Foto jurnalistik jadi satu aliran foto yang terus menerus diperbincangkan dan diulas oleh para pegiatnya. Kemajuan foto jurnalistik di

4

Page 5: ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54277/FOTO... · Web viewFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar

tanah air juga ditandai dengan makin seringnya jurnalis-jurnalis foto Indonesia yang menjuarai kontes foto jurnalistik bergengsi tingkat internasional.

KRITERIA-KRITERIA FOTO JURNALISTIK1. Jujur tanpa rekayasa

Foto yang diambil untuk dimasukan kedalam artikel atau dipublikasikan harus orisinil, tidak boleh di edit atau di photoshop terlebih dahulu.

0p

2. Mengandung banyak informasiFoto harus mengandung sebuah pesan atau informasi yang faktual,

agar berguna bagi masyarakat. Lebih banyak informasi yang disampaikan, lebih bagus.

3. Menarik banyak perhatianSemua foto harus menarik, agar

para pembaca mau melihatnya. Salah

5

Page 6: ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54277/FOTO... · Web viewFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar

satu cara agar foto menarik banyak perhatian adalah mengambil foto yang aktual (foto terbaru).

Foto pada Headline REPUBLIKA

4. Wajar dan layak dipublikasikanFoto-foto yang dipublikasikan harus lazim, tidak senonoh. Mereka

harus wajar dan layak dipublikasikan.

Foto anak sekolah menyebrang jembatan yang rusak

6

Page 7: ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54277/FOTO... · Web viewFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar

Definisi dan Jenis Foto JurnalistikFoto jurnalistik merupakan produk dari jurnalisme foto, yakni kegiatan

jurnalistik yang dilakukan melalui fotografi.Foto jurnalistik merupakan foto yang mengandung nilai berita, fungsinya adalah untuk melengkapi teks berita dalam media cetak mau pun media online.

Terkadang, foto jurnalistik hadir sebagai berita tersendiri sehingga disebut foto berita dengan disertai keterangan foto atau caption.Foto jurnalistik dibuat oleh seorang pewarta foto atau biasa disebut photojournalist.

Foto berita biasanya ditampilkan pada halaman utama sebuah surat kabar dengan tujuan menarik minat pembaca. Seperti halnya karakteristik berita, foto jurnalistik atau foto berita pun memiliki karakteristik yang hampir sama, yakni aktual, faktual, penting, dan menarik. Selain itu, foto jurnalistik yang bertujuan untuk melengkapi teks berita tentunya harus relevan dengan isi berita yang dilengkapinya.

Foto Berita vs Foto FeatureMendefinisikan apa itu foto berita dan foto feature memang agak sulit. Tapi keduanya dapat dibedakan berdasarkan bobot dan periode penyiarannya. Membedakan foto berita dengan foto feature sama halnya dengan membedakan antara berila langsung (straight news) dengan feature.Foto berita umumnya segera disiarkan karena dikhawatirkan foto akan basi jika disimpan terlalu lama, sedangkan foto feature sifatnya tahan lama sehingga dapat disiarkan kapan saja. Foto berita biasanya bertemakan kriminal, politik, olahraga, dan ekonomi. Sedangkan foto feature umumnya bertemakan hiburan (entertainment).

7

Page 8: ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54277/FOTO... · Web viewFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar

Jenis Foto JurnalistikBerikut ini beberapa jenis foto jurnalistik berdasarkan kategori dalam lomba foto tahunan yang diselenggarakan World Press Photo Foundation, antara lain:

Spot Photo : foto yang dibuat dari peristiwa yang tidak terduga.

Sport Photo : foto dari peristiwa olahraga.

People in the News Photo : foto orang, tokoh, atau masyarakat dalam suatu berita.

General News Photo : foto yang dibuat dari peristiwa terjadwal atau biasa.

Potrait : foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up.

Science and Technology Photo : foto yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Social and Environtment : foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya.

Daily Life Photo : foto dari kehidupan sehari-hari yang dipandang dari sudut human interest.

Art and Culture Photo : foto yang berkaitan dengan peristiwa seni dan budaya.

Tips Membuat  Foto JurnalistikMomen. Momen dalam dunia jurnalistik hanya akan terjadi sekali alias tidak dapat diulang, berbeda dengan fotografer model yang dapat menciptakan momen sendiri.

Angle. Angle atau sudut pengambilan gambar sangat penting, karena setiap angle dalam sebuah foto dapat menciptakan persepsi tersendiri bagi orang yang melihatnya.

8

Page 9: ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54277/FOTO... · Web viewFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar

Komposisi. Komposisi foto yang baik akan memudahkan orang yang melihat untuk memahami maksud atau pesan foto yang ingin disampaikan sang fotografer.

Pencahayaan.Pencahayaan sangat penting dalam fotografi, keran fotografi adalah seni menangkap cahaya. Seandainya poin satu sampai tiga sudah didapat, apa jadinya jika pencahayaannya kurang atau bahkan berlebihan. Tentu foto akan terlihat gelap atau malah putih semua, sehingga pesan dalam foto tidak tersampaikan.

Patuhi kode etik.Mengabadikan atau menyiarkan foto yang berkaitan dengan ranah pribadi seseorang tanpa seizin orang yang bersangkutan tentu dilarang. Jika terjadi, hal ini dapat dituntut secara hukum.Demikian ulasan mengenai definisi dan jenis foto jurnalistik, disertai dengan tips membuat foto jurnalistik. Mohon maaf bila ada kesalahan dalam segi redaksi mau pun substansi, karena saya memang bukan ahli. 

Pengertian Dan Penjelasan Penyuntingan NaskahPEMBAHASANA.    Pengertian Penyuntingan Naskah

Menurut KBBI (2007:1106) definisi penyuntingan adalah proses, cara, perbuatan menyunting atau sunting-menyunting. Sedangkan definisi menyunting adalah

1. Menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat).

2. Merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah).3. Menyusun atau merakit (film, pita rekaman)dengan cara memotong-

motong dan memasang kembali.

Untuk menjadi penyunting naskah ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh seseorang. Persyaratan itu meliputi penguasaan ejaan bahasa Indonesia, penguasaan tata bahasa Indonesia, ketelitian dan kesabaran, kemampuan menulis, keluwesan, penguasaan salah satu bidang keilmuan, pengetahuan yang luas dan kepekaan bahasa.Salah satu tugas dan kewajiban ilmuwan (scientist) dan pandit (scholars) yang melakukan penelitian ialah melaporkan hasil kegiatannya kepada

9

Page 10: ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54277/FOTO... · Web viewFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar

masyarakat lingkungan yang mendukungnya.Laporan ittu harus ditulis selengkapnya secara jelas, tepat tetapi singkat dan lugas untuk kemudian diterbitkan. Dalam proses penyiapan penerbitan laporan itu terlibat penyunting yang akan membantu pengolahan naskah tertulis untuk menjadi bahan tercetak yang akan disampaikan ke masyarakat luas untuk dibaca.Salah satu tugas pokok penerbit adalah menerbitkan naskah pengarang/penulis menjadi buku.

Definisi naskah sendiri menurut KBBI (2007:776) adalah1.    Karangan yang masih ditulis dengan tangan2.    Karangan seseorang yang belum diterbitkan3.    Bahan-bahan berita yang siap untuk diset

Perlu ditekankan sekali lagi bahwa tugas penyunting karya terbatas pada pengolahan naskah menjadi suatu bahan yang siap , dan menawasi pelaksaan segi teknis sampai naskah tadi . penyunting bukan penerbit, jadi mereka tidak bertanggung jawab atas masalahkeuangan, penyebaluasan serta pengelolaan suatu penerbitan. Para penyunting bertanggung jawab atas isi dan bukan atas produksi bahan yang diterbitkan.

B.    Tujuan Penyuntingan

1. Tujuan Penyuntingan yang dilakukan oleh para penyunting adalah sebagai berikut.

2. Untuk menjadikan taipskrip sebagai karya yang sempurna yang dapat dibaca dan dihayati dengan mudah oleh pembaca apabila diterbitkan kelak.

3. Untuk memastikan pengaliran atau penyebaran idea daripada penulis kepada pembaca dapat disampaikan dalam bahasa yang gramatis, jelas, indah dan menarik.

4. Untuk menjadikan persembahan e-buku yang akan diterbitkan itu dapat menggambarkan nilai dan identiti karya itu sendiri sehingga dapat menarik. minat pembaca.

5. Untuk memastikan pengaliran dan fakta berkenaan disampaikan dengan jelas, tepat, dan tidak menyalahi agama, undang-undang, dan norma masyarakat.

Dalam penyuntingan, kita mengenal dua tahap penyuntingan, yaitu penyuntingan substansif dan penyuntingan kopi. Berdasarkan tahap-tahap penyuntingan yang ada, maka ada beberapa tujuan lain dari penyuntingan.

10

Page 11: ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54277/FOTO... · Web viewFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar

1.    Penyuntingan Substantif

Tujuan penyuntingan subtantif dilakukan adalah untuk memastikan hasrat atau idea penulis dapat disampaikan setepat, sepadat, dan sejelas yang mungkin. Semasa membuat penyuntingan subtantif, editor akan membaca taipskrip sepintas lalu dengan memberikan tumpuan kepada kandungan, pendekatan secara menyeluruh, bahasa, susunan atau konsep taipskrip berkenaan.Berdasarkan hal diatas, editor akan membuat teguran dan cadangan kepada penulis untuk sama ada melengkapkan taipskrip, menulis semula, menyusun semula, menggugurkan atau memotong bahagian teks atau ilustrasi yang tidak perlu, dan membuat tambahan.Berikut ialah perkara yang perlu diteliti semasa penyuntingan substantif:

a) Tajuk tepat dan jelasb) Pembahagian bab dan tajuk kecil jelasc) Adanya kesinambungan antara bahagian, bab dan paragraf.d) Keseimbangan antara setiap bab dan paragraf.e) Taipskrip tidak bertentangan dengan undang-undang, moral dan

agama.f) Penguasaan bahasa, keselarasan istilah dan ejaan.g) Bahan awalan, teks dan akhir hendaklah lengkap mengikut

halamankandungan.h) Petikan bahan daripada karya lain telah mendapat keizinan.

2.   Penyuntingan Copy

Tujuan penyuntingan kopi adalah untuk menghapuskan semua halangan yang wujud antara pembaca dengan apa yang hendak disampaikan oleh penulis. Penyuntingan kopi memerlukan perhatian yang teliti terhadap setiap butiran di dalam taipskrip.Editor perlu berpengetahuan tentang apa yang patut disunting dan gaya yang patut diikuti di samping mempunyai kebolehan untuk membuat keputusan dengan cepat, lojik, dan yang boleh dipertahankan.Semasa membuat suntingan kopi, editor akan membaca taipskrip berkenaan dengan teliti, iaitu membaca perkataan demi perkataan, ayat demi ayat, baris demi

11

Page 12: ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54277/FOTO... · Web viewFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar

baris dan kadang-kadang melihat huruf demi huruf. Kebanyakan daripada masa penyuntingan itu, editor akan berurusan dengan hal penyusunan, bahasa dan kebolehbacaan taipskrip itu.

Tahapan dalam penyuntingan kopi: 

Membuat penyuntingan baris demi baris. Memberi tumpuan khusus kepada fakta dan bahasa. Memastikan keselarasan ejaan, istilah dan gaya bahasa. Memastikan ketepatan dan keselarasan ilustrasi dan bahan

lain dalam teks tersebut.

Berikut ialah hal-hal yang perlu diteliti semasa penyuntingan kopi:

a) Fakta - Pastikan semua butiran dalam teks betul. Editor perlu menyemak dengan teliti untuk memastikan ketepatan. Kadang-kadang kesilapan fakta boleh berlaku semasa teks ditaip.Contohnya, papan lapis menjadi papan lapik dan tidak mahal harganya menjadi mahal harganya.Selain itu ada sesetengah pernyataaan yang tidak tepat dan berunsur negatif sehingga boleh membawa kepada tindakan undang-undang.

b) Bahasa, bahasa yang dimaksud mencakup.1) Diksi ialah pemilihan penggunaan kata-kata. Dalam hal ini

editor kopi perlu memastikan2) kata-kata yang dipilih berkesan dari segi maksud dan3) kata-kata yang dipilih sesuai dengan laras bahasa yang

digunakan.

c) Kode Etik Penyuntingan NaskahDalam penyuntingan naskah, ada rambu-rambu yang perlu diperhatikan penyunting naskah sebelum mulai menyunting.Dengan demikian, tidak terjadi persoalan/masalah di kemudian hari, terutama dalam kaitannya dengan penulis/pengarang.Rambu-rambu ini merupakan pedoman/pegangan bagi penyunting dalam menyunting naskah.Rambu-rambu inilah yang kita sebut “Kode Etik Penyuntingan Naskah”.

12

Page 13: ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54277/FOTO... · Web viewFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar

Adapun kode etik dalam penyuntingan naskah adalah1) Penyunting naskah wajib mencari informasi mengenai

penulis naskah sebelum mulai menyunting naskah.2) Penyunting naskah bukanlah penulis naskah.3) Penyunting naskah wajib menghormati gaya penulis

naskah.4) Penyunting naskah wajib merahasiakan informasi yang

terdapat dalam naskah yang disuntingnya.5) Penyunting naskah wajib mengonsultasikan hal-hal yang

mungkin akan diubahnya dalam naskah.6) Penyunting naskah tidak boleh menghilangkan naskah

yang akan, sedang, atau telah disuntingnya.

13

Page 14: ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54277/FOTO... · Web viewFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar

Ragam Bahasa Jurnalistik dalam Penulisan BeritaBahasa Jurnalistik

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh semua orang dalam berkomunikasi dengan orang lainnya. Bahasa yang digunakan wartawan dalam dalam menulis karya jurnalistik dalam media massa disebut sebagai bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Pada dasarnya bahasa jurnalistik digunakan oleh wartawan (jurnalis) dalam menulis karya-karya jurnalistik di media massa (Anwar, 1991). Dengan demikian, bahasa Indonesia pada karya-karya jurnalislah yang bisa disebut sebagai bahasa jurnalistik atau bahasa pers.

Menurut Sudaryanto bahasa jurnalistik atau biasa disebut sebagai bahasa pers merupakan salah satu ragam bahasa kreatif bahasa indonesia disamping terdapat juga ragam bahasa akademik (ilmiah), ragam bahasa usaha (bisnis), ragam bahasa filosofik, ragam bahasa literatur (sastra) (Suroso, 2001). Menurut Anwar, bahasa jurnalistik adalah suatu ragam bahasa yang memiliki sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, dan menarik dengan tidak menganggap remeh kaidah tata bahasa dan ejaan (Semi. 1994). Sedangkan menurut Wojowasito, bahasa juranlistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai mana tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah.

Bahasa jurnalistik memiliki karakter yang berbeda-beda berdasarkan jenis tulisan apa yang akan diberitakan. Hal ini karena dalam menulis banyak faktor yang dapat mempengaruhi karakteristik bahasa jurnalistik.Selain itu, karena keterbatasannya bahasa jurnalistik memiliki sifat yang khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik.

Sifat-sifat khas ini menurut Badudu (Suroso, 2001),yaitu :

1) Singkat, yaitu harus menghindari penjelasan yang bertele-tele.2) Padat, yaitu bahasa yang singkat itu sudah mampu menyampaiakn

informasi yang lengkap. Menerapkan prinsip 5W+1H, membuang kata-kata mubazir serta menerapkan ekonomi kata.

3) Sederhana, yaitu bahsa jurnalistik sedapat mungkin memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat yang efektif, prakits, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan pengungkapannya (bombastis).

14

Page 15: ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54277/FOTO... · Web viewFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar

4) Lugas, yaitu mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga.

5) Menarik, yaitu menggunakan pilihan kata-kata yang hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.

Sifat-sifat tersebut merupakan hal yang harus terpenuhi dalam bahasa jurnalistik mengingat hasil karya jurnalis tersebut dibaca oleh hampir semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pemahaman maupun pengetahuannya, dan juga karena tidak semua orang memiliki banyak waktu untuk membacanya. Dengan demikian bahasa jurnalistik harus dapat dipahami dalam ukuran intelek yang minimal dan juga mengutamakan kemampuan menyampaikan informasi kepada pembaca secara cepat dan komunikatif.

Namun demikian bahasa jurnalistik tidak meninggalkan kaidah yang dimiliki oleh ragam bahasa Indonesia, seperti dalam hal pemakaian kosakata, struktur sintaksis dan wacana. Hal ini karena bahasa jurnalistik lebih menekankan pada daya kekomunikatifannya, yaitu sebagai barikut (Suroso, 2001) :

Pemakaian kata-kata yang benarKata merupakan modal dasar dalam menulis. Semakin banyak kosakata yang bisa dikuasai sesorang, semakin banyak pula gagasan yang dikuasainya dan sanggup diungkapkannya. Dalam penggunaan kata, penulis yang menggunakan ragam bahasa Indonesia dihadapkan pada dua hal yaitu ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Ketepatan dalam arti bahwa pilihan kata tersebut tidak akan menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis dan pembaca, sedangkan kesesuaian dalam arti bahwa pilihan kata tersebut tidaklah merusak wacana.

Penggunaan kalimat efektifKeefektifan ini sangat menunjang pada proses penyampaian dan penerimaan informasi. Karena itu kefektifan kalimat haruslah dapat membuat isi dan maksud yang disampaikan tergambar dalam pikiran si pembaca, persis dari apa yang dituliskan. Keefektifan kalimat ditunjang antara lain oleh keteraturan struktur atau pola kalimat yang benar, serta kalimat yang harus mempunyai tenaga yang menarik.

Penggunaan alinea/pragraf yang kompakAlinea merupakan suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih

15

Page 16: ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54277/FOTO... · Web viewFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar

tinggi atau lebih luas dari beberapa gagasan penjelas. Pembuatan alinea bertujuan memudahkan pengertian dan pemhaman dengan memisahkan suatu tema dari tema yang lain.

Penulisan BeritaBerdasarkan pengertian Wojowasito diatas kita memahami bahwa berita merupakan karya bidang jurnalistik. Sehingga apa yang ditulis dalam berita disini haruslah sejalan dengan bahasa jurnalistik yang kita bahas sebelumnya. Berita yang dimaksud disini adalah beberapa informasi atau sejumlah kabar-kabar dari situasi, kondisi, perbuatan, tindakan, maupun keadaan tertentu yang dianggap perlu untuk diketahui oleh khalayak ramai atau banyak orang.Berita yang disampiakn disini sudah pasti haruslah informasi yang benar adanya atau benar-benar terjadi, tanpa adanya tambahan informasi yang tidak benar apalagi sampai memicu kekacauan.Karena itu berita haruslah pula memperhatikan asas keamanannya.

Orang-orang yang bertugas mencari dan mengumpulkan informasi inilah yang disebut sebagai wartawan. Fokus wartawan dalam profesinya itu adalah berita, bagaimana cara menyajikannya kepada khalayak sehingga berita tersebut bertul-betul layak, enak dibaca serta keterpihakan pada proposional berita yang sesungguhnya

Semi (1995:11) mengemukakan bahwa berita adalah cerita atau laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang faktual, baru, dan luar biasa sifatnya. Menurut Semi (1995:25) ada beberapa ciri berita yang dipandang perlu untuk sebuah berita agar berkualitas dan menarik untuk dibaca antara lain :

1. Kejadian itu merupakan sebuah fakta.2. Kejadian itu baru, luar biasa.3. Skandal atau persengkataan4. Memperhatikan selera konsumen.5. Mapatoto (1994:35) menambahkan bahwa ada beberapa unsur yang

menarik yang diinginkan oleh pembaca yaitu :6. kebaruan (time lenses),7. kedekatan (proximity),8. keanehan (unusualness),9. daya pikat manusiawi (human interest), dan

konsekuensi.

16

Page 17: ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54277/FOTO... · Web viewFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar

Beberapa indikator yang perlu diperhatikan dalam menulis berita menurut Anwar (1984:12)adalah :

1. Gunakan kalimat-kalimat pendek.2. Gunakan bahasa biasa yang mudah dipahami orang3. Gunakan bahasa sederhana dan jernih penguatannya4. Gunakan bahasa tanpa kalimat majemuk5. Gunakan bahasa dengan kalimat aktif, bukan kalimat pasif6. Gunakan bahasa padat dan kuat7. Gunakan bahasa positif bukan bahasa negatif8. Selain itu, dalam penulisan berita terdapat beberapa kesalahan yang

perlu diperhatikan diantaranya menurut Mustakim (1993:31) adalah :9. Pemenggalan kata10. Pemakaian huruf miring/tanda garis sambung11. Penulisan berbagai kata12. Penulisan kata ulang13. Penulisan kata depan14. Penulisan partikel15. Penulisan singkatan dan akronim

17

Page 18: ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54277/FOTO... · Web viewFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penyuntingan adalah proses, cara, perbuatan menyunting atau sunting-menyunting yakni menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat).Sedangkan naskah adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan atau     karangan seseorang yang belum diterbitkan.

B. Saran

Jurnalistik merupakan ilmu terapan yang bisa didapatkan secara otodidak, kursus, baca, dan latihan secara intensif.Namun jika hendak mendalaminya secara keilmuan atau akademis, tentu saja harus masuk pendidikan formal. Dalam jurnalistik penyuntingan merupakan sebuah bagian atau proses dari terbitnya sebuah berita atau sebagainya. Dalam mendalami tentang dunia jurnalistik terutama penyuntingan, sangat dituntut pemahaman tentang penggunaan kaidah bahasa Indonesia. Karena hal ini akan menunjang profesionalisme seorang penyunting. Selain itu, pemahaman tentang teori atau ilmu tentang penyuntingan akan sangat bermanfaat.

18

Page 19: ravii.staff.gunadarma.ac.idravii.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/54277/FOTO... · Web viewFoto jurnalistik berakar dari fotografi dokumenter setelah teknik perekaman gambar

Sumber ReferensiAnwar, Rosihan. 1991. Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Pradnya Paramita. Jakarta

Mappatoto, Andi Baso. 1994. Teknik Penulisan Feature. Gramedia. Jakarta

Semi, Atar. 1995. Teknik Penulisan Berita, Feature, dan Artikel. Nusantara. Bandung

Suroso.2001. Bahasa Jurnalistik Sebagai Materi Pengajaran BIPA Tingkat Lanjut.Makalah Seminar Jurnalisme Multimedia. Jakarta

19