raskin dan ketahanan pangan
DESCRIPTION
Analisis Raskin oleh Abdul Ghafur (GAPRI -- Gerakan Rakyat Antipemiskinan Indonesia)TRANSCRIPT
RASKIN:Instrumen Reproduksi Kemiskinan
Abdul Ghofur, Pegiat Gerakan Antipemiskinan Rakyat Indonesia
Kata Bulog ....
(i) meningkatkan daya beli RTM yang rentan terhadap perubahan ekonomi serta meningkatkan ketahanan pangan;
(ii) menjadi komplemen penting dalam mendukung program perbaikan gizi, pendidikan dan kesehatan, serta mendukung program pemberdayaan masyarakat miskin;
(iii) mendukung program jaminan HPP melalui pengadaan gabah/beras DN, sehingga dapat terwujud pertumbuhan produksi beras dan melestarikan swasembada.
(iv) Raskin merupakan salah satu Program Penanggulangan Kemiskinan , termasuk dalam Kluster I Bantuan dan Perlindungan Sosial bagi Kelompok Sasaran
Kenapa Raskin?
Diawali dengan adanya program Operasi Pasar Khusus (OPK) Beras pada pertengahan tahun 1998 terkait dengan munculnya krisis moneter dan ekonomi tahun 1997 dan 1998 yang mengakibatkan penurunan produksi pangan secara nyata.
Masyarakat miskin 40% pengeluaran rumah tangga untukmembeli beras
Dengan beras 15-20 kg/KK, penerima manfaat bisa mencukupi 40-60% kebutuhan pangan keluarganya
Harga beras Rp1.000,- sampai Rp1.600/kg terjangkau oleh keluarga miskin.
Raskin dari tahun ke tahun
Tahun Asumsi dan Parameter
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Kuantum (ton)
1.991.133
1.624.089
1.731.805
3.342.500
3.330.000
3.147.118
3.147.841
3.147.841
> RTS (juta KK)
11,1
12,7
16,7
19 ,1
18,5
17,517,5
17,5
> Durasi (bulan)
12
10
11
12
12
12
12
12
>Alokasi (kg/RTS/bln)
15
13
9
15
15
15
15
15
HPB (Rp/kg)
3.494
4.275
4.620
5.083
5.500
5.850
6.450
6.558
Harga jual (Rp/kg)
1.000
1.000
1.000
1.600
1.600
2.150
1.600
1.600
Selisih Harga
2.494
3.275
3.620
3.483
3.900
3.700
4.850
4.958
Total Selisih (miliar)
4.966
5.319
6.269
11.642
12.987
11.644
15.267
15.607
Klaim Asumsi....
PENGADAAN RASKIN
1. Jaminan harga thd produk petani
2. Terjadinya monetisasi ke pedesaanyg mendorong pertumbuhanekonomi pedesaan
1. Ketahanan pangan RTM semakin kuat
2. Stabilisasi harga antar musim & tempat
1. Perbaikan kesejahteraan petani , terutama petani gurem.
2. Penurunan kemiskinan di pedesaan
1. Transfer pendapatan
2. Transfer gizi makro (kenaikanproduktivitas)
3. Sebagai komplemen dlm program pemberdayaan RTM
4. Berdampak thd stabilisasi ekonomi
DAMPAK GANDA DARI SISTEM INITERHADAP PENURUNAN KEMISKINAN
MANFAAT PROGRAM PENGADAAN DAN RASKIN TERHADAP PENGURANGAN KEMISKINAN
Beberapa fakta
OPK/Raskin merupakan topik yang paling banyak dibahas dalam konteks bantuan pangan, karena posisi bantuan tersebut yang kontroversial dan jangka waktu pemberian bantuan yang cukup lama dengen efektifitas yang rendah.
Beras bantuan ada yang dijual kembali ke pedagang beras, tidak sampai pada sasaran.
Masyarakat juga merasa bahwa beras tidak diberikan kepada mereka yang sepantasnya, yakni mereka yang sudah terdaftar sebagai golonga pra sejahtera.
Seringkali masyarakat tidak dibagikan beras dengan alasan tidak mampu membayar (walaupun hanya Rp1.000-1.600/kg), dan karenanya dijual kembali ke pedagang beras.
Pembagian beras lebih banyak diprioritaskan untuk keluarga atau kerabat Kepala Desa/kelurahan.
Potret kemiskinan...
Jumlah RTS 18,497 juta => 60,4 juta
Sangat miskin 2,99 juta, => 15,9 juta
Miskin, 6,83 juta, => 25,2 juta
Hampir miskin, 7,66 juta => 19,2 juta
RTS Tambahan, 1,01 juta
Raskin mensejahterakan petani? Sensus pertanian tahun 1993 dan tahun 2003
memperlihatkan: peningkatan jumlah petani gurem (pengguna
lahan < 0,5 ha.) dari 10,8 juta menjadi 13,7 juta Rumah Tangga Petani (RTP).
Dalam sepuluh tahun terakhir, 1993-2003, jumlah petani gurem dengan pemilikan lahan kurang dari 0.5 hektar meningkat cukup besar dari 10,8 juta menjadi 13,7 juta rumah tangga.
Sedangkan pada kurun waktu 1983-2003 luasan kepemilikan rata-rata turun dari 0.27 hektar menjadi 0.09 hektar.
Pandangan...
Bantuan pangan dalam hanya bertujuan untuk mengurangi kerentanan. Dalam kondisi emergency, bantuan pangan memang dibutuhkan untuk mengurangi resiko kematian yang timbul akibat runtuhnya sistem-sistem penunjang hidup.
Tetapi dalam kondisi krisis berkelanjutan akibat ancaman-ancaman kronis, bantuan pangan tidak mencukupi. Bahkan di suatu sisi, bantuan pangan bisa menurunkan kapasitas dalam jangka panjang dan menciptakan ketergantungan.
Di sisi lain, bantuan pangan juga memiliki karakteristik dagang dan politik. Susan George secara lebih radikal menyebut bantuan pangan sebagai ‘sumber keuntungan’, ‘alat kontrol ekonomi dan politik’, ‘cara efektif untuk menjaga dominasi atas dunia, terutama atas mereka yang tertindas’. (George, Susan., “How the Other Half Dies: The Real Reason for World Hunger”, Penguin Books, 1991)
OPK/Raskin menurunkan harga beras lokal, padahal biaya produksi meningkat. Berbagai peningkatan biaya hidup, termasuk kesehatan dan pendidikan menurut masyarakat harusnya diikuti dengan peningkatan harga jual gabah, bukan dengan memberikan beras.
Raskin dan Ketahanan Pangan Ketahanan pangan selama ini direduksi sebagai
ketersediaan pangan di pasar, Akibatnya mengesampingkan proses dan kedaulatan Selain itu, negara selama ini menerjemahkan pangan
sama dengan beras. Jadi secara sepihak bisa disimpulkan bahwa rawan pangan sama dengan rawan beras.“...Kita tidak bisa menutup perdagangan beras seratus persen. Kita akan butuh ongkos yang mahal dan tidak reasonable dalam kondisi saat ini yang penuh dengan tekanan dari internasional maupun dalam negeri. Kita perlu menciptakan kondisi yang dekat dengan self sufficiency, dimana impor beras tidaklah tabu, tetapi tetap dalam batas-batas yang dapat dipertanggungjawabkan jumlah dan waktunya. Kita perlu meminimalkan biaya sosial dan politik kalau harga beras terlalu tinggi... (Mustafa Abu Bakar, Dirut Perum Bulog, 2008)
Lanjutan...
Kenyataannya, Raskin tidak mampu mendorong perbaikan lebih dari 100 kabupaten/kota rawan pangan...cenderung menjadi instrumen reproduksi kemiskinan dan kelaparan di masa mendatang....
Amartya Sen menyebut kondisi seperti di atas sebagai entitlements failure. Menurut Sen, kelaparan bukan kondisi dimana tidak ada makanan, tetapi adalah kondisi dimana sekelompok orang tidak memiliki cukup makanan untuk dimakan. Ketiadaan makanan bisa menjadi penyebab orang tidak memiliki cukup makanan, tetapi bukan satu-satunya penyebab karena masih banyak kemungkinan penyebab lainnya.
Karenanya, mengukur katahanan pangan yang berdaulat dilakukan dengan perpekstif hak, availability (ketersediaan), accesibility (keterjangkauan), acceptability (keberterimaan), adaptability (daya adaptasi).