rangkuman ilmu politik fisip ui semester 1
DESCRIPTION
pengantar ilmu politikTRANSCRIPT
BAHAN KULIAH PIP CHAPTER 2
DIKEMBANGKAN OLEH ABDUL H
tidak untuk dikutip
MATERI
¢ Komunikasi Politik ¢ Partai Politik ¢ Partisipasi Politik dan Pemilu ¢ Demokrasi ¢ Ideologi ¢ HAM ¢ Politik Luar Negeri dan Poitik Internasional
KOMUNIKASI POLITIK
KOMUNIKASI
¢ The transmission of meaning through the use of symbols. (Rainney, 1996)
¢ Simbol bisa berupa: gambar, film, kata-kata, music, gestures, dll
DEFINISI KOMUNIKASI (LASWELL)
¢ “Who says What, to whom, with what channel and what effect”. (Laswell)
¢ Komunikator = Partisipan yang menyampaikan informasi politik
¢ Pesan Politik = Informasi, fakta, opini, keyakinan politik ¢ Media = Wadah (medium) yang digunakan untuk
menyampaikan pesan (misalnya surat kabar, orasi, konperensi pers, televisi, internet, Demonstrasi, polling, radio)
¢ Komunikan = Partisipan yang diberikan informasi politik oleh komunikator
¢ FeedBack = Tanggapan dari Komunikan atas informasi politik yang diberikan oleh komunikator
DEFINISI
¨ Komunikasi politik adalah bentuk komunikasi yang terjadi di ruang publik dan melibatkan aktor-aktor politik dan berdampak luas kepada masyarakat.
¨ Komunikasi Politik meliputi: ¨ 1. Semua bentuk komunikasi antar
politisi ¨ 2. Komunikasi antara politisi dengan
pemilih atau masyarakat atau dengan media
¨ 3. Komunikasi tentang aktor politik dan aktivitasnya, seperti berita, editorial, dll.
AKTOR
¨ Dalam studi komunikasi politik, komunikator biasanya dibagi kedalam tiga kategori.
1. Politisi Orang yang berkarir di dunia politik untuk
menduduki jabatan-jabatan politik 2. Profesional Orang yang mendapatkan uang dala
keterlibatannya dalam komunikasi politik 3. Volunteer Part timer communicator, terlibat dala satu isu
tertentu saja
MEDIA DAN POLITIK Ada tiga fungsi utama media dalam komunikasi politik: ¢ Gatekeeping adalah proses menetapkan informasi
apa yang akan disampaikan kepada khalayak yang kemudian mempengaruhi proses pembuatan kebijakan publik.
¢ Agenda setting adalah proses untuk memilih topik-topik apa yang akan dibaca, didengar atau dilihat oleh khalayak.
¢ Framing adalah menempatkan perspektif partikular pada sebuah peristiwa
RESPON TERHADAP KOMUNIKASI POLITIK
4RESPONSES
¢ Initiation � penerima tidak mempunyai banyak pendapat atau
pengetahuan tentang sesuatu. Karenanya pembicara menginisiatifkan dan mengharapkan pertanyaan dari pendengar tentang hal tersebut
� penerima pesan yang sebelumnya tidak tahu, menjadi tahu
4RESPONSES
¢ Conversion � sebelum memberi tahu, si penerima telah menerima
kecendrungan atas pilihan lain, tetapi presentasi dan persuasi si pembicara berhasil membujuk mereka untuk membatalkan pandangan mereka sebelumnya dan beralih untuk mendukung pilihan si pembicara
� Mengubah pendapat awal reciever
4RESPONSES
¢ Reinforcement � sebelum memberi tahu, si penerima telah cenderung
mendukung pilihan namun mereka masih dapat dipengaruhi untuk memilih pilihan lain. Sehingga si penerima harus dibuat untuk lebih yakin dengan pilihannya
� Pembicara harus berhasil memperkuat keyakinan si penerima untuk memilih pilihannya
4RESPONSES
¢ Activation � sebelum berpidato/presentasi, si penerima telah
memilih pilihan tersebut dan tidak ingin berubah pikiran. Communicator berusaha membuat mereka memberikan kontribusi terhadap pilihan tersebut, seperti bantuan berupa uang, kerelaan menjadi sukarelawan, atau menjadi juru bicara tingkat menengah
� Membuat si penerima memberikan kontribusi lebih
OPINI PUBLIK
¢ Opini adalah kepercayaan, nilai dan harapan yang disuarakan melalui perilaku. Opini publik merupakan akumulasi dari opini-opini individu yang terbangun melalui proses komunikasi.(Dan Nimmo)
¢ The sum of all private opinions of which Government officials aware and take into account making their decisions. (Austin Rainney)
TERBENTUKNYA OPINI (DAN NIMM0) Sebuah rangsangan baru dapat menjadi opini publik jika mampu melalui proses berikut
1. Adanya pertikaian yang berpotensi menjadi isu 2. Adanya sebuah persoalan di masyarakat. Jikapun tidak ada
kontroversi, ada benih kontroversi 3. Adanya ”pemimpin” yang melakukan publikasi 4. Adanya komunikator politik yang aktif melakukan fungsi
komunikasi politik melalui tiga saluran : ¤ Saluran (media) massa ¤ Interpersonal (langsung maupun tidak langsung) ¤ Organisasi (gabungan antara saluran massa dan interpersonal,
fungsi kedalam dan keluar organisasi) 5. Adanya interpretasi personal 6. Gambaran tentang opini yang ada, tahap menyesuaikan opini
pribadi setiap orang kepada persepsinya yang lebih luas 7. Kesediaan untuk menyampaikan opini di depan umum ¨ Tergantung :
¤ Iklim opini (distribusi sentimen mayoritas dan minoritas) ¤ Kecenderungan opini dari tokoh dihormati
DIMENSI OPINI PUBLIK, (RAINNEY, 1996)
Opini publik memiliki dua dimensi 1. Dimensi Preferensi
Yaitu pilihan warga negara terhadap satu fenomena politik tertentu. Misal dalam pemilihan Presiden dimensi ini bicara tentang calon siapa yang diminati
2. Dimensi Intensitas Dimensi ini bicara tentang seberapa kuat preferensi tersebut tertanam di benak pemilih sampai ke level tindakan.
Dimensi preferensi dan intensitas saling berjalin dalam dinamika terbentuknya opini publik. Sesorang yang dalam pemilu mendapatkan kecenderungan dipilih (preferensi) tinggi akan terancam gagal dalam pemilihan jika intensitas rendah. Kedua hal ini memiliki posisi penting dalam proses opini publik
MENGUKUR OPINI PUBLIK
¢ Opini publik biasanya diukur dengan: 1. Polling à Mengetahui tingkat dukungan,
preferensi dan intensitas 2.Voting behavior à Mengetahui perilaku memilih 3.Experiment à Mengukur opini publik dengan
memberikan “treatment” tertentu.
SIDE EFFECT DARI SEBUH POLLING
1. Underdog Effect 2. Bandwagon Effect/ Symphaty Effect 3. No Effect
EDWARD T HALL (1976)
Komunikasi Politik dari sudut pandang Budaya Politik:
1. High Context Culture à Dominannya budaya non verbal
2. Low Context Culture à Dominannya Budaya Verbal
PARTAI POLITIK
DEFINISI PARTAI POLITIK
¢ Suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-angotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik – biasanya dengan cara-cara konstitusional – untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka (Miriam Budiardjo, 2002)
TEORI MUNCULNYA PARTAI POLITIK (DUVERGER, 1954)
1. Parliamentary Origin Partai politik muncul didasari atas kebutuhan adanya lembaga yang menjembatani hubungan antara (anggota) parlemen dengan masyarakat
2. Extra – Parliamentary Origin Partai politik muncul karena keinginan memperjuangkan ideologi atau isu tertentu.
LAPALOMBARA DAN MEIYNER DALAM SURBAKTI (2010:144-146) TIGA TEORI YANG MENJELASKAN ASAL USUL PARTAI POLITIK:
1. Teori kelembagaan yang melihat ada hubungan antara parlemen awal dan timbulnya partai politik.
2. Teori situasi historic yang melihat timbulnya partai politik sebagai upaya suatu sistem politik untuk mengatasi krisis yang ditimbulkan dengan perubahan masyarakat yang luas. Hal ini terjadi ketika suatu sistem politik mengalami masa transisi karena perubahan masyarakat dari bentuk tradisional yang berstruktur sederhana menjadi masyarakat berstruktur kompleks.
3. Teori pembangunan yang melihat partai politik sebagai produk modernisasi ekonomi.
GERAKAN DAN KELOMPOK KEPENTINGAN (MIRIAM BUDIARDJO, 2002)
¢ Gerakan : Kelompok atau golongan yang ingin mengadakan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga politik atau kadang-kadang malahan ingin menciptakan suatu tata masyarakat yang baru sama sekali, dengan memakai cara-cara politik
¢ Kelompok Kepentingan : Kelompok yang bertujuan untuk memperjuangkan sesuatu kepentingan dan mempengaruhi lembaga-lembaga politik agar mendapat keputusan yang menguntungkan atau menghindarkan keputusan yang merugikan.
EMPAT TIPE KELOMPOK KEPENTINGAN (ALMOND DALAM SURBAKTI, 2010: 141)
1. Kelompok Anomik Kelompok yang mengajukan kepentingan secara spontan dan berorientasi pada tindakan segera. Kelompok ini memiliki identitas yang tidak jelas.
2. Kelompok Non Asosiasi Kelompok kepentingan yang terbentuk karena ada kepentingan yang sama (daerah, etnis,dll) untuk diperjuangkan.
3. Kelompok Institusional Kelompok kepentingan yang muncul dalam lembaga-lembaga politik dan pemerintahan. Contoh: Dharma Wanita, KORPRI dll
4. Kelompok Asosiasional Kelompok kepentingan yang mewakili dan mengartikulasikan kepentingan kalangan tertentu. Contoh: PGRI, HKTI, IDI, dll
FUNGSI PARTAI POLITIK
1. Sarana Komunikasi Politik: a. Interest aggregation b. Interest articulation
2. Sarana Sosialisasi Politik 3. Sarana Rekrutmen Politik 4. Sarana Manajemen Konflik
TIPOLOGI PARTAI POLITIK
Berdasarkan Asas dan Orientasi 1. Partai Politik Pragmatis
Partai yang mempunyai program dan kegiatan yang tak terikat kaku pada suatu doktrin dan ideologi tertentu. Ex: Partai Demokrat dan Republik di USA
2. Partai Politik Doktriner Partai politik yang mempunyai sejumlah program dan kegiatan sebagai penjabaran ideologi tertentu. Ex: Partai Komunis
3. Partai Politik Kepentingan Partai yang dibentuk dan dikelola atas dasar kepentingan tertentu seperti petani atau buruh. Ex: Partai Buruh
TIPOLOGI PARTAI POLITIK
Berdasarkan Komposisi dan Fungsi Anggota 1. Partai Massa (Lindungan/ Patronage) Mengandalkan kekuatan pada jumlah anggota
2. Partai Kader Mengandalkan pada kualitas anggota, keketatan organisasi, dan disiplin anggota sebagai sumber kekuatan utama.
TIPOLOGI PARTAI POLITIK
Basis Sosial dan Tujuan (Almond) 1. Partai politik yang beranggotakan lapisan-
lapisan sosial dalam masyarakat, seperti kelas atas, menengah dan bawah
2. Partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok kepentingan tertentu seperti petani, buruh atau pengusaha
3. Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari pemeluk agama tertentu
4. Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari kelompok budaya tertentu
SISTEM KEPARTAIAN
Berdasarkan Jumlah: 1. Satu Partai 2. Dua Partai 3. Multi Partai
SISTEM KEPARTAIAN
Berdasarkan Ideologi (Sartori)
SISTEM KEPARTAIAN
Di negara berkembang (Sartori) 1. Pluralisme Ekstrim a. Jumlah partai banyak b. Ideologi banyak bertentangan c. Kemampuan memerintah tergantung
kemampuan membangun koalisi 2. Hegemoni adanya satu kekuatan politik yang mendominasi:
a. Hegemoni ideologi b. Hegemoni Pragmatis
Oleh Abdul Hamid
PARTISIPASI POLITIK DAN PEMILIHAN UMUM
Aktivitas warga negara biasa untuk mempengaruhi kebijakan umum Ciri:
1. Kegiatan atau perilaku warga negara biasa yang dapat diamati
2. Diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah 3. Kegiatan efektif maupun gagal terkategori partisipasi
politik 4. Partisipasi dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung 5. Partisipasi bisa konvensional maupun nonkonvensional 6. Partisipasi bisa mobilisasi atau otonom
PARTISIPASI POLITIK
a. Berdasarkan kesadaran politik : ¢ Otonom Partisipasi dilakukan atas dasar kesadaran sendiri
¢ Mobilisasi Partisipasi dilakukan berdasarkan anjuran, ajakan atau paksaan pihak lain
KATEGORI PARTISIPASI POLITIK
b. Berdasarkan Saluran Politik ¢ Konvensional Partisipasi dilakukan dengan saluran resmi ¢ Non Konvensional Partisipasi dilakukan melalui sarana tidak resmi
KATEGORI PARTISIPASI POLITIK
Partisipasi Politik Konvensional Partisipasi Politik Non Konvensional
• Pemberian Suara • Diskusi Politik
• Kampanye • Membentuk dan Bergabung dengan Kelompok Kepentingan
• Komunikasi dengan pejabat politik dan administratif
• Pengajuan Petisi • Demonstrasi
• Konfrontasi • Mogok
• Kekerasan Politik Terhadap Harta Benda (perusakan, pemboman)
• Kekerasan politik terhadap manusia ( penculikan, penyiksaan, pembunuhan)
• Perang Gerilya, Revolusi
1. Apatis Orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik
2. Spektator Orang yang setidak-tidaknya pernah memilih dalam Pemilu
3. Gladiator Mereka yang secara aktif terlibat dalam proses politik: Kounikator, aktivis partai, pekerja kampanye dan aktivis masyarakat
4. Pengkritik Mereka yang melakukan partisipasi politik non konvensional
KATEGORI PARTISIPASI POLITIK (MIBRATH AND GOEL, 1977)
Partisipasi politik sebagai dimensi stratifikasi sosial 1. Pemimpin Politik 2. Aktivis Politik 3. Komunikator 4. Warga Negara Marginal 5. Orang yang Terisolasikan
KATEGORI PARTISIPASI POLITIK (OLSEN, 1973)
MODEL PARTISIPASI POLITIK (PAIGE, 1971)
KesadaranTinggi
Kepercayaan Rendah
Kepercayaan Tinggi
Kesadaran Rendah
AKTIF MILITAN RADIKAL
APATIS PASIF
TUJUAN PEMILU, SURBAKTI, (2010, 232-233) DAN REYNOLDS DALAM PAMUNGKAS, (2010: 26)
¢ Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan alternative kebijakan umum, sesuai dengan prinsip demokrasi yang memandang rakyat sebagai yang berdaulat, meski pelaksanaan dilaksanakan oleh wakil-wakilnya.
¢ Sebagai mekanisme untuk memindahkan konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan-badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil rakyat yang terpilih atau melalui partai-partai yang memenangkan kursi sehingga integrasi masyarakat tetap terjamin.
¢ Sarana memobilisasi dan/atau menggalang dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses politik.
¢ berperan sebagai saluran tempat rakyat bisa meminta pertanggungjawaban wakil-wakilnya.
¢ Menerjemahkan pilihan yang diberikan rakyat menjadi kursi yang dimenangkan dalam kursi legislative.
¢ Membentuk batas-batas diskursus politik yang bias diterima dalam cara-cara yang berbeda, dan memberikan insentif bagi mereka yang berkompetisi untuk mengiklankan dirinya kepada pemilih dengan cara-cara tertentu.
VARIAN SISTEM PEMILU
Tabel&1&Varian&Sistem&Pemilu&
Pluralitas)Mayoritas)(Distrik)) First)Past)The)Post)(FPTP))Block)Vote)(BV))Party)Block)Vote)(PBV))Alternative)Vote)(AV))Two)Round)System)(TRS))
Proportional) Proportional)representation)(PR))Mixed)Member)Proportional)(MMP))Single)Transferrable)Vote)(STV))
Campuran)) Parallel)Mix)Member)Proportional))
Sistem)Lain) Limited)vote)Single)non)transferrable)vote)Borda)Count)
)
Distrik (single Member Constituency) Setiap kesatuan geografis memiliki satu wakil di lembaga legislatif.
Kelebihan : ¢ Wakil lebih dikenal masyarakat dan lebih
loyal ke masyarakat ¢ Dapat terjadi integrasi partai-‐partai politik ¢ Mempermudah terjadinya stabilitas
nasional ¢ Pemilihan lebih murah dan sederhana
SISTEM PEMILU LEGISLATIF
Kekurangan ¢ Kurang memperhatikan adanya partai-‐partai kecil
dan golongan minoritas yang tersebar di berabagai distrik
¢ Banyaknya suara yang hilang
SISTEM PEMILU…DISTRIK
Proporsional (Multi Member Constituency) Perolehan kursi di lembaga legislatif seimbang (proporsional) dengan jumlah suara yang diperoleh.
Kelebihan : ¢ Sedikitnya suara yang hilang
SISTEM PEMILU
Kekurangan : ¢ Mempermudah fragmentasi partai dan munculnya partai-‐partai baru
¢ Loyalitas ke partai ¢ Pemerintah kurang stabil karena banyak partai ¢ Rumit dan Mahal
SISTEM PEMILU…PROPORSIONAL
DEMOKRASI
DEFINISI
Demos dan kratos; yang mempunyai arti pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat (kekuasaan ditangan rakyat/ Government by Citizen)
Menurut Harold J. Laski: demokrasi dan otoriterisme berada pada dua ujung suatu spektrum, saling bertolak-belakang
Democracies Dictatorships
Democratic model
Near Democracies
Near Dictatorships
Authoritarian model
Aus
tralia
U
nite
d K
ingd
om
Uni
ted
Sta
tes
Mex
ico
Sou
th K
orea
Ta
iwan
Alg
eria
M
ali
Mya
nmar
Cub
a Li
bya
Sau
di A
rabi
a
Figure 1. Spectrum classification of democracies
Baik Buruk ARISTOTELES
Pemerintahan oleh satu orang Monarki Vs Tirani
Pemerintahan oleh segelintir orang
Aristokrasi Vs Oligarki Pemerintahan oleh banyak orang
Politea Vs Demokrasi
DEFINISI
Sistem politik yang demokratis terjadi dimana kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas pada suara wakil-wakil yang diawasi secara ketat dan efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan dilaksanakan dalam suasana kebebasan politik yang terjamin
Henry B. Mayo
CIRI POKOK SISTEM DEMOKRASI
Beberapa ciri demokrasi menurut Austin Rainney adalah :
1. Kedaulatan ada di tangan rakyat (popular sovereignty),
2. Kesetaraan politik ( political equality 3. Keterlibatan rakyat dalam pengambilan kebijakan
(popular consultation), 4. Mayoritas yang berkuasa (majority rule) dan 5. Pembatasan kekuasaan oleh konstitusi.
NILAI-NILAI DEMOKRASI (MAYO)
¢ Menyelesaikan perselisihan secara damai dan terlembaga
¢ Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam masyarakat yang sedang berubah
¢ Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur
¢ Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum ¢ Mengakui serta menganggap wajar adanya
keanekaragaman ¢ Menjamin tegaknya keadilan
¢ Gelombang Demokratisasi Samuel P. Huntington Studi mengenai proses demokratisasi yang berlangsung di antara bangsa-bangsa di dunia dalam beberapa gelombang sepanjang abad 20. Di sela-sela setiap gelombang, terselip arus balik, yakni terjadinya proses penguatan kembali otoritarianisme atau totalitarianisme
Huntington’s three waves of democratization
Tahun Negara Negara Jumlah % Negara Gejala
Demokratis non-Demokratis Negara Demokratis
1922 29 35 64 45,3% Gelombang I
1942 12 49 61 19,7% Arus Balik I
1962 36 75 111 32,4% Gelombang 2
1973 30 92 122 24,6% Arus Balik 2
1990 58 71 129 45,00 Gelombang 3
Empat (4) skenario proses demokratisasi (huntington) è Transformasi = elit penguasa mengambil prakarsa memimpin
upaya demokratisasi
è Replacement = kelompok oposisi memimpin perjuangan menuju demokratisasi
è Transplacement = demokratisasi berlangsung sebagai akibat negoisasi dan bargaining antara pemerintah dan kelompok oposisi
è Intervensi = lembaga demokrasi dibentuk dan dipaksakan berlakunya oleh aktor dari luar
EMPAT TAHAP TRANSISI MENUJU DEMOKRASI
¢ Tahap pratransisi ¢ Di tahap ini terjadi kombinasi di antara beberapa hal,
yaitu kritisisme dan perlawanan dari luar rejim; rejim mengalami perpecahan internal; angkatan bersenjata mengalami perpecahan atau perubahan orientasi politik; rejim menghadapi krisis ekonomi dan/atau politik yang semakin sulit dikelola; dan tuntutan-tuntutan perubahan semakin kuat.
� Tahap Liberalisasi Awal � Liberalisasi adalah pengefektifan hak-hak politik
yang melindungi individu dan kelompok-kelompok sosial dari tindakan sewenang-wenang atau tidak sah yang dilakukan oleh negara atau pihak ketiga.
� Dalam tahap ini terjadi jatuh atau berubahnya rejim lama; meluasnya hak-hak politik rakyat; terjadinya kesetaraan pemerintahan; dan terjadinya ledakan partisipasi politik, di antaranya dilaksanakan pemilu yang demokratis dan pergantian pemerintahan sebagai konsekuensi dari pemilu.
� Guilermo O’Donnel, Phillipe Schmitter dan Laurence Whitehead, Transisi Demokrasi, Rangkaian Kemungkinan dan Ketidakpastian, (Jakarta, LP3ES:1993), hal. 7
¢ Transisi
¢ Transisi adalah interval antara rezim otoritarian dengan rezim demokratis. Transisi dimulai dengan keruntuhan rezim otoritarian lama dan kemudian diikuti dengan instalasi atau pelembagaan nilai-nilai demokrasi.
¢ Konsolidasi
¢ Tahap ini membutuhkan waktu yang lama karena harus menghasilkan perubahan yang ditandai dengan telah terlihatnya perubahan cara berfikir (paradigma), pola perilaku, tabiat dan kebudayaan dalam masyarakat Konsolidasi merupakan proses dimana struktur dan prosedur politik yang berlangsung selama proses transisi akan dimantapkan, diinternalisasikan dan bahkan diabsahkan. Akhirnya proses konsolidasi akan membuahkan penetapan sistem demokrasi secara operasional dan ia akan memperoleh kredibilitas di hadapan masyarakat-negara.
¢ Konsolidasi demokrasi tidak hanya merupakan proses politik yang terjadi pada level prosedural dan lembaga-lembaga politik tetapi juga pada level masyarakat. Konsolidasi demokrasi menurut Laurence Whitehead mencakup peningkatan secara prinsipil komitmen seluruh elemen masyarakat pada aturan main demokrasi. Demokrasi terkonsolidasi bila aktor-aktor politik, partai, kelompok kepentingan, dan lainnya menganggap tindakan demokratis sebagai alternatif utama untuk meraih kekuasaan, dan tidak ada aktor atau kelompok yang mempunyai klaim veto terhadap tindakan pembuat keputusan yang sudah terpilih secara demokratis.
Laurence Whitehead dalam Sutoro Eko, Transisi Demokrasi Indonesia, Runtuhnya Rezim Orde Baru (Yogyakarta, STPMD Press:2003), hal. 13
DICTATORSHIP (LEVINE, 1982: 43)
¢ Autocracy Rule by an individual who governs without constitutional limits
¢ Absolutism A Syste in which one ore more persons govern with unlimited powers
¢ Despotism Rule by an absolute leader governing for himself rather than for the common good
¢ Tyranny A system of government in which laws are made for the benefit of those who govern rather than for the common good.
AUTHORITARIAN GOVERNMENT (LEVINE, 1982: 43-44)
¢ Authoritarianism refers to a belief in a political system which emphasizes authority and tradition instead of indivdual liberty.
¢ An authoritarian government is based on principles hostile to democracy, i.e:
1. Rule by a Select View 2. Suppression of Opposition 3. Reliance on Physical Coercion Rather than Law Contoh: Pemerintah Myanmar
TOTALITARIAN GOVERNMENT (LEVINE, 1982: 44-45)
¢ Ideology ¢ Single Mass Party ¢ Terror ¢ Control of Mass Communication ¢ Control of Armed Forces ¢ Central Direction of Economy
IDEOLOGI POLITIK
DEFINISI
¢ Ideologi adalah suatu sistem nilai atau kepercayaan yang diterima sebagai fakta atau kebenaran oleh kelompok tertentu. Ideologi terdiri dari rangkaian sikap terhadap berbagai lembaga dan proses kemasyarakatan.
PERBEDAAN IDEOLOGI DAN IDE (ROY C MACRIDIS, 1989)
¢ Comperhensiveness Suatu ideology harus mencakup serangkaian ide-ide yang mencakp banyak hal termasuk ide besar tentang realitas kehidupan di dunia ini. Ide-ide itu antara lain bagaimana kedudukan manusia ini dalam kosmos, hubungan manusia dengan Tuhannya, tujuan utama yang ingin dicapai oleh suatu masyarakat manusia atau pemerintahan, dan lain-lain.
¢ Pervasiveness Serangkaian ide tersebut telah berumur lama, melewati berbagai zaman, membentuk keyakinan dan sikap politik dari banyak orang. Ideologi telah mempengaruhi secara luas oleh anggota masyarakat dan merembes ke pelbagai lapisan masyarakat.
¢ Extensiveness Ideology diikuti oleh banyak orang dan memainkan peranan yang amat menonjol dalam percaturan politik suatu bangsa atau lebih.
¢ Intensiveness Ideology bisa memberikan suatu komitmen yang kuat bagi pengikutnya dan memberikan pengaruh signifikan terhadap keyakinan dan tindakan politiknya
EMPAT KOMPONEN IDEOLOGI MENURUT RAINNEY (1996)
1. Suatu ideology itu mempunyai nilai 2. Ideologi mempunyai visi tentang politik yang
ideal 3. Ideology harus mempunyai konsepsi tentang
sifat manusia 4. Ideologi harus mempunyai strategy for action,
bisa dioperasionalisasikan
NASIONALISME
¢ Nasionalisme didefinisikan sebagai cinta kepada tanah air. Nasionalisme adalah cara dimana seorang individu mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari sebuah kelompok negara.
¢ Johan Gottfried von Harder : “Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah adalah membentuk suatu kelompok, dan pada satu tingkat, kelompok itu adalah bangsa”
¢ Gagasan nasionalisme tumbuh dan berkembang terutama di negara-negara baru merdeka dan ingin merdeka. Sedangkan di negara merdeka, nasionalisme dipelihara dan ditumbuhkan dalam bentuk pembuatan simbol-simbol kebanggan terhadap negara. Bentuk buruk dari nasionalisme berlebihan adalah fasisme.
DEMOKRASI
Demokrasi mendasarkan pemerintahan oleh rakyat. Adapun beberapa ciri demokrasi adalah
1. Kedaulatan ada di tangan rakyat (popular sovereignty),
2. Kesetaraan politik ( political equality 3. Keterlibatan rakyat dalam pengambilan kebijakan
(popular consultation), 4. Mayoritas yang berkuasa (majority rule) dan 5. Pembatasan kekuasaan oleh konstitusi.
HENRY B. MAYO (INTRODUCTION TO DEMOCRATION THEORY)
“Sistem politik yang demokratis ialah dimana kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan siselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik”. Ada beberapa nilai yang berkembang dalam demokrasi:
1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga
2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah
3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur 4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum 5. Mengakui serta menganggap wajar adanya
keanekaragaman 6. Menjamin tegaknya keadilan
KAPITALISME
Sistem ekonomi dalam negara demokratis adalah kapitalisme, dimana:
� Pemilikan kekayaan pribadi � Tidak ada pembatasan untuk
menumpuk kekayaan
� Ketiadaan investasi pemerintah dalam ekonomi pasar bebas.
SOSIALISME DEMOKRATIS
Munculnya kritik terhadap kapitalisme di negara demokrasi memunculkan ideology baru yaitu sosialis demokratis. Banyak persoalan di negara demokratis akibat kapitalisme seperti kemiskinan yang mendasar, kesenjangan sosial atau penyebaran penyakit. Sosialisme demokratis dianggap mampu menyelesaikan persoalan itu dengan mengedepankan peran negara.
Ciri Sosialisme demokratis: ¢ Sejumlah besar kekayaan dimiliki public melalui
pemerintah yang dipilih secara demokratis ¢ Adanya pembatasan pengumpulan kekayaan pribadi ¢ Adanya aturan dalam bidang ekonomi ¢ Sistem kesejahteraan yang ekstensif.
MARXISME
Menurut Marx, terdapat dua struktur dalam masyarakat.
¢ Struktur pertama disebut basis atau struktur bawah. Basis dari masyarakat bersifat ekonomis dan terdiri dari dua aspek, yaitu cara berproduksi (teknik/alat) dan hubungan ekonomi (system kepemilikan, pertukaran, dsb). Basis inilah yang menggerakan struktur atas yang terdiri dari kebudayaan, ilmu pengetahuan, kesenian, dll. yang terdiri dari kebudayaan, ilmu pengetahuan, kesenian, dll.
¢ Dalam struktur bawahselalu terjadi kontradiksi terutama dalam hubungan ekonomi. Terdapat dua kelas yang selalu berkontradiksi, yaitu kelas borjuis (pemilik alat produksi) dan proletar (kelompok pekerja yang tidak memiliki alat produksi).
MARXISM ¢ Marx menganggap bahwa masyarakat bergerak
menurut beberapa fase, yaitu primitive, perbudakan, Feodal, kapitalis dan pada akhirnya, melalui sebuah revolusi akan menjadi masyarakat komunis.
¢ Sebelum terbentuknya masyarakat komunis, terdapat sebuah fase pendek yang disebut sebagai masa kediktatoran proletar yang melakukan tugas:
1. Melakukan pembagian hasi sesuai dengan yang dilakukan pekerja
2. Hilangnya kelas secara bertahap 3. negara berada di tangan kaum proletar 4. Meningkatnya kesadaran sosialis orang bekerja
dengan sedikit rangsangan 5. meningkatnya persamaan 6. Ekonomi kuat yang dikelola negara
FASISME
¢ Fasisme adalah merasa bangsa sendiri lebih baik dibandingkan bangsa yang lain. Untuk itu maka kaum fasis aktif melakukan ekspansi ke negara-negara lain sebagai bentuk penjagaan terhadap kemuliaan negara.
¢ Secara teoritis ada tujuh unsur dalam fasisme. 1. Irasionalisme 2. Darwinisme Sosial 3. nasionalisme 4. Negara 5. Prinsip kepemimpinan 6. Rasisme 7. Antikomunisme
¢ Dalam sistem ekonomi fasis, pemilikan oleh pihak swasta tetapi harus digunakan sesuai dengan anjuran pemerintah. Jika tidak maka akan diambil alih oleh negara.
HAK ASASI MANUSIA
Dikembangkan oleh abdul hamid
APAKAH HAK ASASI MANUSIA ITU?
- Hak asasi adalah hak yang dimiliki manusia yang t e l a h d i p e r o l e h d a n dibawanya bersamaan dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat.(Miriam Budiardjo)
HAM (UU 39 199)
Seperangkat Hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
SEJARAH PERKEMBANGAN(1) ¢ Setelah Perang Dunia II, timbul keinginan untuk
merumuskan hak-hak asasi manusia dalam suatu naskah internasional
¢ Telah tercatat banyak kejadian di mana seorang atau segolongan manusia mengadakan perlawanan terhadap penguasa atau golongan lain untuk memperjuangkan haknya.
¢ Telah lahir naskah-naskah yang menetapkan hak dasar yang universil dan azasi
SEJARAH PERKEMBANGAN(2) ¢ Magna Charta(Piagam Agung, 1215), dokumen yang
mencatat hak yang diberi Raja John kepada beberapa bangsawan
¢ Bill of Rights(UU Hak, 1689), UU yang diterima Parlemen Inggris setelah mengadakan perlawanan thd Raja James II
¢ Declaration des droits de l’homme et du citoyen(1789), naskah yang dicetuskan pada awal Revolusi Perancis : Liberte, Egalite, Fraternite
¢ Bill of Rights(1789)
SEJARAH PERKEMBANGAN(3)
¢ Yang sangat terkenal adalah empat hak yang dirumuskan Franklin D. Roosevelt, Four Freedoms, yaitu:
¢ Kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (Freedom of Speeh)
¢ Kebebasan beragama (Freedom of Religion) ¢ Kebebasan dari ketakutan (Freedom From Fear) ¢ Kebebasan dari kemelaratan (Freedom
FromWant)
SEJARAH PERKEMBANGAN(4)
¢ Hak yang keempat mencerminkan perubahan dalam alam pikiran umat manusia yang menganggap bahwa hak politik tidak cukup untuk menciptakan kebahagiaan baginya
¢ Hak politik tidak ada artinya jika kebutuhan manusia yang paling pokok tidak dapat dipenuhi
¢ Hak manusia harus juga mencakup bidang ekonomi, sosial, budaya.
SEJARAH PERKEMBANGAN(5)
• Pada tahun 1948 PBB menerima Pernyataan Sedunia (Universal declaration of Human Rights) tentang Hak-hak Asasi Manusia, kecuali Uni Soviet dan 4 negara lain
• Untuk mencapai kesepakatan dalam bentuk Pernyataan tidak terlalu sulit, namun untuk menyusun suatu Perjanjian baru 18 tahun setelah itu.
EMPAT GENERASI HAM
1. Hak Sipil dan Politik (Kovenan 1966)
2. Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (Kovenan 1966)
3. Hak Pembangunan dan Perdamaian
HAK SIPIL DAN POLITIK (KOVENAN 1966) 1. Hak atas hidup
2. Hak untuk tidak disiksa 3. Hak atas kebebasan dan kemanan dirinya 4. Hak atas persamaan di muka hukum 5. Hak untuk tidak dikenai aturan retroaktif 6. Hak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan
beragama 7. Hak berpendapat 8. Hak berkumpul secara dama 9. Hak untuk berserikat
HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA (KOVENAN 1966) 1. Hak atas pekerjaan 2. Hak membentuk serikat pekerja 3. Hak atas pensiun 4. Hak atas tingkat penghidupan yang layak 5. Hak atas pendidikan
HAK PEMBANGUNAN DAN PERDAMAIAN (1980-AN)
¢ Declaration the right to peace ¢ Declaration the right to development ¢ Hak yang diajukan oleh negara dunia ketiga
untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain, dan pengakuan atas nilai dan budaya yang berkembang (Relativisme kultural)
UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RESPONSIBILITIES (1 SEPTEMBER 1997, INTERACTION COUNCIL)
1. Jangan berbuat terhadap orang lain hal yang tidak kita inginkan pada kita.
2. Beruatlah terhadap orang lain apa yang ingin kita perbuat terhadap diri kita.
HAM DI INDONESIA HAM dalam UUD 1945: a. Pasal 27: Persamaan Hukum (ayat 1), mendapat
pekerjaan (ayat 2) b. Pasal 28: Berserikat, berkumpul, mengeluarkan
pendapat c. Pasal 29: Kebebasan beragama d. Pasal 31: Memperoleh pendidikan
UU HAM NO 39 TAHUN 1999 • Definisi HAM • Kewajiban Dasar: Seperangkat kewajibanyang apabila
tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya HAM.
• Pelanggaran HAM adalah setiap perbuata seseorang atau kelompok orang termasuk aparatnegara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi membatasi atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
• Komnas HAM: Lembaga mandiri yang berkedudukan setingkat dalam negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyaluran, pemantauan dan mediasi HAM.
UU HAM NO 39 TAHUN 1999
¢ Hak untuk hidup ¢ Hak untuk berkeluarga dan melanjutkan
keturunan ¢ Hak mengembangkan diri ¢ Hak memperoleh keadilan ¢ Hak atas kebebasan pribadi ¢ Hak atas rasa aman ¢ Hak atas kesjahteraan ¢ Hak turut serta dalam pemerintahan ¢ Hak wanita ¢ Hak anak
PELANGGARAN HAM
¢ Internasional : kejahatan terhadap kemanusiaan, genosida, dan kejahatan perang (pelanggaran thd hukum perang), menyerang penduduk sipil, dll.
¢ Nasional (UU Pengadilan HAM): Genosida (pemusnahan etnis) dan kejahatan terhadap kemanusiaan (kejahatan thd masyarakat sipil yang bersifat sistemik dan meluas)
POLITIK LUAR NEGERI DAN POLITIK INTERNASIONAL
¢ POLITIK LUAR NEGERI ADALAH POLA PRILAKU YANG DIWUJUDKAN OLEH SUATU NEGARA SEWAKTU MEMPERJUANGKAN KEPENTINGANNYA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN NEGARA LAIN
¢
TUJUAN POLITIK LUAR NEGERI
¢ MEMPERTAHANKAN INTEGRITAS NEGARA ¢ MENINGKATKAN KEPENTINGAN EKONOMI ¢ MENJAMIN KEAMANAN NASIONAL ¢ MELINDUNGI MARTABAT NASIONAL ¢ MEMBANGUN KEKUASAAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MENGKONDISIKAN KEBIJAKSANAAN POLITIK LUAR NEGERI
¢ FAKTOR GEOGRAFIS-STRATEGIS ¢ FAKTOR KEPENDUDUKAN ¢ FAKTOR SUMBER DAYA EKONOMI ¢ FAKTOR IDEOLOGI
SARANA UNTUK MENCAPAI TUJUAN KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI
¢ POLITIS-LEGAL ¢ EKONOMI –KEUANGAN ¢ MILITER ¢ PROPAGANDA IDEOLOGIS
STRATEGI DALAM POLITIK INTERNASIONAL
¢ ISOLASI ¢ NETRAL ¢ AGRESI
POLA-POLA DALAM POLITIK INTERNASIONAL
TEORI KESEIMBANGAN KEKUASAAN
¢ Gagasan bahwa perdamaian akan dihasilkan ketika kekuatan militer terdistribusikan, sehingga tidak ada satu negara, atau gabungan negara, memiliki cukup kekuatan untuk mengancam yang lain
TEORI KEAMANAN BERSAMA
¢ Membentuk tanggungjawab bersama dan menghimpun sumber-sumber dari beberapa negara dalam usaha untuk mempertahankan perdamaian.
TEORI POLARISASI KEKUASAAN ¢ Membentuk persekutuan sehingga kekuatan
dunia terbagi kedalam kutub-kutub: Bipolar, Multipolar, Unipolar
TEORI PENCEGAHAN DAN DETENTE
¢ Menahan prilaku agresif karena takut pembalasan. Detente adalah : Kebijaksanaan politik untuk mengakomodasi bersama kepentingan-kepentingan yang terpisah dari dua pihak atau lebih yang berjuang ke arah peredaan ketegangan diantara mereka dan kemungkinan