rangkuman bq 1 akuntansi sektor publik
DESCRIPTION
Akuntansi sektor publikTRANSCRIPT
Rangkuman Akuntansi Sektor Publik
PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH
Penatausahaan keuangan daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
Pengelolaan Keuangan Daerah, baik menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
maupun berdasarkan PERMENDAGRI Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah. Uraian yng menyangkut penatausahaan keuangan daerah
mencakup Azas umum penatausahaan keuangan daerah, Pelaksanaan penatausahaan
keuangan daerah, Penatausahaan penerimaan, dan Penatausahaan pengeluaran.
Azas Umum Penatausahaan Keuangan Daerah
Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah, azas-azas umum Penatausahaan Keuangan Daerah adalah sebagai berikut:
1. Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendaharawan
penerimaan/pengeluaran dan orang atau badan yang menerima atau menguasai
uang/barang/kekayaan daerah, wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan;
2. Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan
dengan surat bukti yang menjadi dasar penerimaan dan/atau pengeluaran kas atas
pelaksanaan APBD harus bertanggungjawab terhadap kebenaran material serta
akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti tersebut.
3. Semua penerimaan dan pengeluaran dana pemerintahan daerah harus dianggarkan
dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh
Bendahara Umum Daerah ;
4. Untuk setiap pengeluaran dana atas beban APBD, harus diterbitkan Surat
Keputusan Otorisasi (SKO) oleh Kepala Daerah atau surat keputusan lain yang
berlaku sebagai surat keputusan otorisasi ;
5. Kepala Daerah, wakil kepala daerah, pimpinan DPRD, dan pejabat lainnya dilarang
melakukan pengeluaran dana atas beban anggaran daerah untuk tujuan lain dari
yang telah dalam peraturan perundang-undangan.
1
Rangkuman Akuntansi Sektor Publik
Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan Daerah
Tujuan pokok dalam pemberian otonomi kepada pemerintahan daerah agar kepala
daerah mempunyai keleluasaan dalam mengelola pemerintahan dan sumberdaya daerah
untuk sebesarbesarnya bagi kesejahteraan masyarakat. Selain itu pelaksanaan otonomi
daerah diharapkan dapat mengurangi birokrasi pemerintahan. Maka dari itu, untuk
kelancaran pelaksanaan tugas penatausahaan keuangan daerah, maka sebelum dimulainya
tahun anggaran baru, bupati/walikota harus segera menetapkan pejabat-pejabat yang diberi
wewenang dalam penatausahaan keuangan daerah.
Pejabat-pejabat yang perlu ditetapkan berhubungan dengan penatausahaan anggaran
adalah Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Penyediaan Dana
(SPD), menandatangani SPM, mengesahkan Surat Pertanggung-jawaban (SPJ),
menandatangani SP2D, Pejabat fungsional untuk tugas bendahara penerimaan/pengeluaran,
Bendahara pengeluaran yang mengelola belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah,
belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, belanja tak terduga,
dan pengeluaran pembiayaan pada SKPD, Bendahara penerimaan pembantu dan bendahara
pengeluaran pembantu; dan Pejabat-pejabat lainnya yang perlu ditetapkan dalam rangka
pelaksanaan APBD.
Penatausahaan Penerimaan
Menurut ketentuan dari PERMENDAGRI Nomor 13 Tahun 2006 yang dimaksud
dengan “penerimaan daerah” adalah uang yang masuk ke kas daerah. Semua penerimaan
daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk dan
dianggap sah setelah kuasa Bendahara Umum Daerah menerima nota kredit. Penerimaan
daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah dilaksanakan melalui cara-cara sebagai
berikut:
1. Disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga;
2. Disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan, dan/atau kantor pos oleh pihak
ketiga; dan
2
Rangkuman Akuntansi Sektor Publik
3. Untuk benda berharga seperti karcis retribusi yang dipakai sebagai tanda bukti
pembayaran oleh pihak ketiga maka penyetorannya dilakukan dengan cara
penerbitan tanda bukti pembayaran retribusi tersebut yang disahkan oleh PPKD.
Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh
penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya dan harus
melaporkan kepada pengguna angaran atau kuasa pengguna anggaran melalui PPKD paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Penatausahaan atas penerimaan dilaksanakan dengan
menggunakan buku kas, buku pembantu per-rincian obyek penerimaan dan buku
rekapitulasi peneriman harian. Sedangkan bukti penerimaan dan/atau bukti pembayaran
yang diperlukan untuk penatausahaan anggaran adalah:
1. Surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah);
2. Surat ketetapan retribusi (SKR);
3. Surat tanda setoran (STS);
4. Surat tanda bukti setoran; dan
5. Bukti penerimaan lainya yang sah.
Penatausahaan Pengeluaran
Arti dari “pengeluaran daerah” seperti dimaksudkan dalam peraturan
perundangundangan terkait adalah semua arus uang yang keluar dari kas daerah. Hal-hal
yang berhubungan dengan penatausahaan pengeluaran adalah sebagai berikut:
1. Surat Penyediaan Dana (SPD)
Dalam rangka manajemen kas, setelah penetapan anggaran kas, pejabat pengelola
keuangan daerah (PPKD) menerbitkan Surat Penyediaan Dana (SPD) dengan
mempertimbangkan jadwal pembayaran pelaksanaan program dan kegiatan yang
dimuat dalam dokumen pelaksanaan anggaran SKPD.
2. Surat Permintaan Pembayaran
Untuk pelaksanaan suatu kegiatan, setiap SKPD perlu menyediakan dana untuk
keperluan pembayaran kegiatan tersebut. Setelah pejabat pengelola keuangan
daerah menerbitkan surat penyediaan dana (SPD) bendahara pengeluaran segera
mengajukan surat permintaan pembayaran (SPP) kepada pengguna anggaran atau
3
Rangkuman Akuntansi Sektor Publik
kuasa pengguna anggaran melalui pejabat penatausahaan keuangan SKPD. Surat
Permintaan Pembayaran (SPP) terdiri dari SPP Uang Persediaan (SPP-UP), SPP
Ganti Uang Persediaan (SPP-GU), SPP Tambahan Uang Persediaan (SPP-TU); dan
SPP Langsung (SPP-LS).
3. Surat Perintah Membayar (SPM)
Berdasarkan ketentuan umum yang tercantum dalam PERMENDAGRI Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang dimaksud
dengan Surat Perintah Membayar (SPM) adalah dokumen yang
digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk
bahan penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atas beban pengeluaran
DPA-SKPD.
4. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
SP2D adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang
diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) berdasarkan SPM yang
diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran. Penerbitan Surat
Perintah Pencairan Dana (SP2D) dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:
a. Penyampaian SPM kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);
b. Penerbitan SP2D oleh KPPN.
5. Pertanggungjawaban Penggunaan Dana
Dalam melakukan verifikasi terhadap laporan pertanggungjawaban penggunaan
dana, pejabat penatausahaan keuangan SKPD berkewajiban untuk:
a. Meneliti kelengkapan dokumen laporan pertanggungjawaban dan keabsahan
bukti-bukti pengeluaran yang dilampirkan
b. Menguji kebenaran perhitungan atas pengeluaran per-rincian obyek yang
tercantum dalam ringkasan per-rincian obyek;
c. Menghitung pengenaan PPN/PPh atas beban pengeluaran per-rincian obyek;
dan
d. Menguji kebenaran laporan sesuai dengan SPM dan SP2D yang diterbitkan
pada periode sebelumnya.
4