rancang bangun sistem monitoring arus dan … elektro/laporan... · borland delphi 7 merupakan...
TRANSCRIPT
1
RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING ARUS DAN TEGANGAN
MULTICHANNEL MOTOR INDUKSI TIGA FASA MENGGUNAKAN
MIKROKONTROLER ATmega8535
Andi Setiawan
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercu Buana
Kampus Meruya, Jl. Meruya Selatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11650 Indonesia
email : [email protected]
Abstrak
Telah dirancang dan direalisasikan sebuah sistem monitoring arus dan tegangan
multichannel motor induksi tiga fasa menggunakan mikrokontroler ATmega8535. Alat
tersebut dapat memonitoring arus dan tegangan dari motor induksi tiga fasa dengan jumlah
lebih dari satu dalam waktu yang bersamaan. Selain itu, alat tersebut dapat menyimpan data
monitoring ke dalam database Microsoft Access. Data yang tersimpan dapat digunakan
untuk menganalisisi kinerja operasi dari motor induksi tiga fasa yang dimonitoring.
Sistem monitoring arus dan tegangan multichannel motor induksi tiga fasa
menggunakan mikrokontroler ATmega8535 ini menggunakan 6 buah sensor arus tipe CR
9580-10 dengan rasio 10A AC/5V DC dan 2 buah sensor tegangan dengan rasio 400V AC/
5V DC. Semua output dari sensor langsung dihubungkan ke ADC internal mikrokontroler
ATmega8535 pada port PA.0 – PA.7. Data terukur dari semua sensor akan dikirimkan ke
komputer dengan komunikasi serial menggunakan protocol RS-232. Borland Delphi 7
merupakan sebuah program aplikasi yang digunakan untuk menampilkan data arus dan
tegangan pada komputer. Borland Delphi 7 juga dapat dihubungkan dengan database
Microsoft Access untuk menyimpan semua data arus dan tegangan yang ditampilkan.
Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa Borland Delphi 7 dapat
menampilkan nilai arus dan tegangan motor induksi tiga fasa yang dimonitoring. Data
ditampilkan secara kontinu dan tersimpan secara otomatis ke database Microsoft Access
dengan interval waktu penyimpanan otomatis yang dapat diatur sesuai kebutuhan. Dari
pengujian yang telah dilakukan dengan alat ukur standar digital power meter WT 130 dan
multimeter digital fluke 289 diperoleh koefisien korelasi linier sebesar r = 100%.
Kata kunci : Monitoring arus dan tegangan, Multichannel, Motor induksi tiga fasa,
Mikrokontroler ATmega8535
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Motor induksi tiga fasa merupakan
salah satu jenis motor arus bolak-balik
yang paling banyak digunakan secara luas
di bidang industri, baik industri kecil,
menengah maupun besar. Hal ini
disebabkan motor induksi memiliki
kelebihan diantaranya torsi start yang
besar, konstruksi sederhana dan mudah
pengoperasiannya.
Dikarenakan sangat pentingnya
kedudukan motor tiga fasa dalam bidang
industri untuk menunjang proses produksi,
maka dalam pengoperasian motor tiga
2
fasa, monitoring arus dan tegangan motor
perlu dilakukan secara real time. Hal
tersebut diperlukan untuk memantau
kinerja motor tersebut. Sehingga gangguan
pada motor dapat diketahui lebih dini dan
diminimalisir melalui analisis arus dan
tegangan motor yang termonitoring.
Perkembangan teknologi dibidang
semikonduktor telah memberikan
sumbangan yang sangat besar bagi
perkembangan teknologi mikrokontroler.
Salah satu perkembangan dari generasi
mikrokontroler yang dibuat oleh Atmel
adalah versi keluarga AVR (Alf and
Vegard’s Risc processor). Mikrokontroler
AVR memiliki arsitektur RISC 8 bit,
dimana semua instruksi dikemas dalam
kode 16-bit dan sebagian besar eksekusi
dilakukan dalam 1 (satu) siklus clock.
Mikrokontroler AVR seri ATmega8535
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya
memori lebih besar (8 Kb In-system self
programmable flash, 512 byte EEPROM,
512 SRAM), harga relatif murah, serta
lebih cepat dalam mengeksekusi program.
Perkembangan teknologi dalam
sistem kontrol dan monitoring sekarang ini
mengarah pada sistem yang memiliki
efisien tinggi serta harga relatif murah.
Metode multichannel merupakan salah
satu dari perkembangan teknologi tersebut
yang dapat meningkatkan efisiensi dan
meringankan biaya pengadaan serta
perawatan. Dengan menerapkan metode
multichannel pada sistem monitoring,
jumlah obyek yang termonitoring dapat
lebih dari satu.
Motor Current Signature Analysis
(MCSA) merupakan salah satu alat yang
dapat memonitoring arus dan tegangan
motor induksi tiga fasa yang sering
digunakan sekarang ini. Alat tersebut dapat
memonitoring arus, tegangan, sudut fasa,
daya aktif, daya reaktif, dan bentuk
gelombang sinusoidal tegangan dari motor
induksi tiga fasa yang dimonitoring.
Namun, alat tersebut hanya dapat
memonitoring motor induksi tiga fasa satu
persatu dan tidak dapat melakukan
monitoring dua buah motor induski tiga
fasa dalam waktu yang bersamaan.
Berdasarkan latar belakang yang
ada, maka pada penelitian ini akan
dirancang sebuah sistem monitoring arus
dan tegangan multichannel motor induksi
tiga fasa menggunakan mikrokontroler
ATmega8535.
2. Landasan Teori
2.1. Motor Induksi
Motor induksi terdiri dari dua
bagian, yaitu stator atau bagian yang diam
dan rotor atau bagian yang berputar,
dimana kedua bagian tersebut dipisahkan
oleh suatu celah udara (air gap) yang kecil
dengan jarak antara 0.4 mm sampai
dengan 4 mm tergantung daya output.
Bagian stator dihubungkan ke sumber
tegangan bolak-balik (AC), sedangkan
bagian rotor tidak dihubungkan secara
langsung ke sumber tegangan, tetapi
memiliki arus yang dihasilkan oleh adanya
arus induksi yang ditimbulkan dari arus
stator (Zaini, 2013).
Gambar 2.1 Motor Induksi
(Fakhrizal, 2007)
Prinsip kerja motor induksi tiga
fasa didasarkan pada hukum Faraday
(tegangan induksi akan timbul akibat
perubahan induksi magnetic pada suatu
lilitan) dan hukum Lorentz (perubahan
magnetic akan menimbulkan gaya).
Prinsip dasarnya sebagai berikut :
1. Tegangan induksi akan timbul pada
setiap konduktor diakibatkan oleh
medan magnet yang memotong
konduktor (hukum Faraday).
2. Karena konduktor dihubungkan menjadi
satu, membuat tegangan induksi
menghasilkan arus yang mengalir dari
konduktor ke konduktor lain.
3
3. Karena terjadi arus diantara medan
magnet maka timbul gaya (hukum
Lorentz).
4. Gaya akan selalu menarik konduktor
untuk bergerak sepanjang medan magnet
(Fakhrizal, 2007).
2.2. Current Transformer
Current Transformer (CT) adalah
suatu peralatan listrik yang dapat men-
transformasikan dari arus yang besar ke
arus yang kecil guna pengukuran atau
proteksi, current transformer
dipergunakan dalam rangkaian arus bolak-
balik. Current transformer digunakan pada
pengukuran arus yang besarnya ratusan
amper yang mengalir pada jaringan
tegangan tinggi. Jika arus yang hendak
diukur mengalir pada tegangan rendah dan
besarnya dibawah 5 ampere, maka
pengukuran dapat dilakukan secara
langsung. Sedangkan, pada pengukuran
arus yang besar harus dilakukan secara
tidak langsung dengan menggunakan
current transformer (Suryawan, 2012).
Gambar 2.2 Current transformer
(Wibowo, 2012)
Sensor arus CR9580-10 merupakan
salah satu current sensor dari seri CR9500
dengan tipe CT splitcore ber-diameter 0.40
inchi. Input dari current sensor CR9580-
10 adalah arus AC 0-10 A dengan output
0-5 VDC. Dengan output berupa tegangan
DC, maka output current sensor CR9580-
10 dapat langsung dihubungkan dengan
sebuah koneksi analog input dari
mikrokontroler tanpa tambahan
pengkondisian sinyal. Current sensor ini
sering digunakan pada proses kontrol dan
peralatan instrumentasi di bidang industri.
Spesifikasi dari current sensor CR9580-10
adalah accuracy ± 0.5 %, ripple 1 % max,
maximal signal output 12 VDC, frequency
50 - 400 Hz, insulation class 600 V,
response time 250 ms maximal, serta
current sensor ini dapat bekerja pada
temperature -30 oC sampai 60
oC.
Gambar 2.3 Current sensor CR9580-10
(Anonim, 2005)
2.3. Potential Transformer
Potential transformer adalah suatu
peralatan listrik yang berfungsi
memperkecil besaran tegangan pada sistem
tenaga listrik menjadi besaran tegangan
untuk sistem pengukuran dan mengisolasi
rangkaian sekunder terhadap primer.
Potential transformer memiliki angka
perbandingan lilitan/tegangan primer dan
sekunder yang menunjukkan kelasnya.
Klasifikasi potential transformer
menurut konstruksinya dapat dibedakan
menjadi. Pertama, potential transformer
induktif, yang terdiri dari belitan primer
dan belitan sekunder, serta tegangan pada
belitan primer akan menginduksikannya
pada belitan sekunder melalui core.
Kedua, potential transformer capasitif,
yang terdiri dari rangkaian kondensator
yang berfungsi sebagai pembagi tegangan
tinggi dari trafo pada tegangan menengah
yang menginduksikan tegangan ke belitan
sekunder melalui media capasitor
(Anonim, 2005).
Gambar 2.4 Potential transformer
(Anonim, 2005)
2.4. Mikrokontroler ATmega8535
Mikrokontroler AVR (Alf and
Vegard’s Risc Prosessor) merupakan salah
4
satu produk mikrokontroler dari Atmel.
Mikrokontroler AVR memiliki arsitektur
RISC 8-bit, dimana semua instruksi
dikemas dalam kode 16-bit dan sebagian
besar instruksi dieksekusi dalam 1 (satu)
siklus clock. AVR berteknologi RISC
(Reduced Instruction Set Computing).
Secara umum AVR dapat dikelompokkan
menjadi 4 kelas, diantaranya keluarga
ATiny, keluarga AT90Sxx, keluarga
ATmega, dan AT86RFxx. Pada dasarnya
yang membedakan masing-masing kelas
adalah memori, peripheral dan fungsinya.
Dari segi arsitektur dan instruksi yang
digunakan, mereka bisa dikatakan hampir
sama (Wardhana, 2006)
Gambar 2.5 Pin mikrokontroler
ATmega8535 (Anonim, 2003)
Spesifikasi dari mikrokontroler
ATmega8535 adalah sebagai berikut :
1. Sistem mikroprosesor 8-bit berbasis
RISC (Reduced Instruction Set
Computing) dengan kecepatan
maksimal 16 MHz.
2. Memori flash 8K Bytes, SRAM
sebesar 512 Bytes dan EEPROM
(Electrically Erasable Programable
Read Only Memory) sebesar 512
Bytes.
3. ADC internal dengan resolusi 10-bit
sebanyak 8 channel.
4. Dua Timer/Counter 8-bit dengan
separate prescalers dan compare
modes.
5. Satu Time/Counter 16-bit dengan
separate prescalers, compare modes
dan capture mode.
6. Real time counter dengan separate
oscillator.
7. Portal komunikasi serial (USART)
dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps.
8. Enam pilihan mode sleep menghemat
penggunaan daya listrik
(Wardhana, 2006).
2.5. Borland Delphi 7
Borland Delphi 7 merupakan
bahasa pemrograman yang memberikan
fasilitas pembuatan aplikasi visual.
Keunggulan bahasa pemrograman ini
terletak pada produktivitas, kualitas,
pengembangan perangkat lunak, kecepatan
kompilasi, pola desain yang menarik serta
diperkuat dengan pemrogramannya yang
terstruktur. Keunggulan lain dari Borland
Delphi 7 adalah dapat digunakan untuk
merancang program aplikasi yang
memiliki tampilan seperti aplikasi program
lain yang berbasis Windows. Khusus untuk
pemrograman database, Borland Delphi 7
menyediakan fasilitas objek yang kuat dan
lengkap yang memudahkan programmer
dalam membuat program. Format database
yang dimiliki Borland Delphi 7 adalah
database Paradox, dBase, Microsoft
Access, SyBASE, SQL dan Oracle
(Madcoms, 2003).
Borland Delphi 7 menggunakan
bahasa object Pascal sebagai bahasa dasar.
Dengan pendekatan visual, maka dapat
diciptakan aplikasi yang canggih tanpa
banyak menulis kode. Borland Delphi 7
merupakan bahasa pemrograman yang
mempunyai cakupan kemampuan yang
luas. Berbagai jenis aplikasi dapat dibuat
menggunakan Borland Delphi 7, termasuk
aplikasi untuk mengolah teks, grafik,
angka, basis data dan aplikasi web. Bahkan
Borland Delphi 7 dapat digunakan untuk
menggerakkan perangkat keras
(hardware).
Lingkungan Borland Delphi 7
ditata dalam bentuk yang sangat menarik.
Modul ini bertujuan untuk
memperkenalkan Integrated Development
Environment (IDE) atau Lingkungan
Pengembangan Terpadu dari Borland
5
Delphi 7. Modul ini juga menunjukkan
cara untuk mengolah IDE sesuai dengan
selera pemrogram. IDE adalah sebuah
lingkungan yang berisi tool-tool yang
diperlukan untuk desain, menjalankan dan
mengetes sebuah aplikasi, disajikan dan
terhubung dengan baik sehingga
memudahkan pengembangan program.
Pada Borland Delphi 7 IDE terdiri dari
Main Window, ToolBar, Component
Palette, Form Designer, Code Editor,
Code Explorer, Object Inspector, dan
Object Tree View (Husni, 2004).
3. Perancangan Alat
3.1. Diagram Blok Perancangan
Diagram blok dari perancangan alat
sistem monitoring arus dan tegangan
multichannel motor induksi tiga fasa
menggunakan mikrokontroler ATmega
8535 diperlihatkan gambar 3.1.
Mikrokontroler
Atmega 8535
Sensor
Tegangan I
Sensor
Arus I
Sensor
Arus II
Sensor
Arus III
Sensor
Arus IV
Sensor
Arus V
Sensor
Arus VI
Sensor
Tegangan II
PA 0
PA 1
PA 2
PA 3
PA 4
PA 5
PA 6
PA 7
Interface Protocol
RS-232
Komputer
Database
Ms Access &
Ms Excel
Printer
Catu Daya
5 VDC
Gambar 3.1 Diagram blok perancangan
alat
Pada perancangan alat ini,
digunakan 3 sensor arus dan 1 sensor
tegangan yang dihubungkan langsung
dengan port A0 – A3 mikrokontroler
ATmega8535, dan digunakan untuk
memonitoring motor induksi tiga fasa ke-
1. Kemudian, 3 sensor arus dan 1 sensor
tegangan lagi yang dihubungkan langsung
dengan port A4 – A7 mikrokontroler
ATmega8535, dan digunakan untuk
memonitoring motor induksi tiga fasa ke-
2. Tegangan analog output dari semua
sensor akan dikonversi menjadi sinyal
digital oleh ADC internal 10 bit
mikrokontroler ATmega8535 terlebih
dahulu, sebelum dikirim ke komputer
menggunakan komunikasi data secara
serial. Data dari mikrokontroler
ATmega8535 yang diterima komputer
tersebut, akan ditampilkan dan diolah
menggunakan software Borland Delphi 7.
Data hasil pengolahan Borland Delphi 7
dapat disimpan secara otomatis dengan
interval waktu yang dapat ditentukan ke
database Microsoft Access, di-export ke
Microsoft Excel dan dicetak menggunakan
printer.
3.2. Rangkaian Sensor Arus CR
9580-10 dan Sensor Tegangan
Sensor arus tipe CR 9580-10
berfungsi mengkonversi besaran arus
dengan range 0-10 AC menjadi tegangan
0-5 VDC. Dengan nilai range output
tersebut, maka keluaran dari sensor arus
CR 9580-10 dapat langsung dihubungkan
ke port ADC mikrokontroler ATmega8535
tanpa menggunakan pengkondisian sinyal
terlebih dahulu. Rangkaian sensor arus CR
9580-10 ditunjukkan pada gambar 3.2
Gambar 3.2 Rangkaian sensor arus CR
9580-10
Sensor tegangan berfungsi
mengkonversi besaran tegangan dengan
range 0-400 VAC menjadi tegangan 0-
5VDC. Pada sensor ini, digunakan 2 buah
transformer. Transformer 1 memiliki ratio
tegangan 400VAC/220VAC dan
transformer 2 memiliki ratio tegangan
220VAC/6VAC. Prinsip kerja dari sensor
ini adalah, tegangan input sensor sebesar
400VAC akan diturunkan menjadi
220VAC oleh transformer 1. Karena
output transformer 1 langsung
dihubungkan ke input transformer 2 maka,
tegangan output 220VAC transformer 1
akan langsung diturunkan kembali menjadi
Current Sensor
CR9580-10
10A/5VDC
To ADC
Mikrokontroler
+
0-10 AC
0-5 VDC
6
6VAC oleh transformer 2. Dengan
menggunakan diode penyearah gelombang
penuh, tegangan output transformer 2
diubah menjadi 6VDC, yang kemudian
disetting menjadi 5 VDC menggunakan
resistor variable sebagai pembagi
tegangan. Sebuah kapasitor ditambahkan
sebagai filter pada sensor tengangan ini
sebelum dihubungkan langsung ke port
ADC mikrokontroler ATmega8535.
Rangkaian sensor tengangan ditunjukkan
pada gambar 3.3.
Gambar 3.3 Rangkaian sensor tegangan
3.3. Rangkaian Mikrokontroler
ATmega8535
Rangkaian mikrokontroler yang
dipakai merupakan sistem minimum
mikrokontroler ATmega8535. Rangkaian
sisitem minimum ini terdiri dari sebuah
kristal 11.0592 MHz dan 2 kapasitor non
polar 33pF untuk mendukung rangkaian
osilator internal mikrokontroler. Tegangan
catu daya untuk sistem minimum
mikrokontroler ATMega8535 ini hanya
diperbolehkan dalam range 2.7 – 5.5V,
jika tegangan melebihi range tersebut,
mikrokontroler akan rusak. Pada rangkaian
mikrokontroler ATMega8535 ini akan
dioptimalkan penggunaa ADC internalnya,
karena sensor yang digunakan berjumlah 8
buah yang kemudian dihubungkan ke port
A0 - A7. ADC internal 10 bit
mikrokontroler ATmega8535 tersebut
akan mengkonversi tegangan output sensor
arus dan sensor tegangan menjadi diskrit
data-data digital 10 bit. Setiap perubahan
tegangan input ADC akan sebanding
dengan perubahan data digital yang
dihasilkan. Range tegangan input ADC
yang akan dikonversi berada pada 0 - 5V,
sesuai dengan tegangan referensi yang
digunakan, yaitu 5 VDC. Data-data digital
keluaran ADC akan mewakili tegangan
masukkan dari range tersebut. Rangkaian
mikrokontroler ATmega8535 ditunjukkan
pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 Rangkaian mikrokontroler
ATmega8535
3.4. Rangkaian Komunikasi Serial
Mikrokontroler ATmega8535
Interface antara komputer dengan
mikrokontroler ATmega8535 menggunkan
komunikasi serial. Karena pada komputer
telah dilengkapi dengan protocol sistem
komunikasi serial UART (Universal
Asyncron Transmitte and Receive), maka
kedudukan mikrokontroler ATmega8535
dalam komunikasi serial ini adalah sebagai
perangkat interface serial komputer. Oleh
karena itu, untuk keperluan ini pada port
serial mikrokontroler ATmega8535 perlu
ditambahkan IC RS-232, sebagai
penyesuaian tegangan sebesar 12VDC.
Komunikasi data secara serial antara
mikrokontroler ATmega8535 dengan
komputer dilakukan secara asinkron
dengan jumlah data 8 bit, no parity, dan
menggunakan boudrate 9600 bps. Untuk
mengirim data, pada sistem minimum
mikrokontroler ATMega8535
menggunakan port PD0 (RXD) dan PD1
(TXD) serta konektor DB-9 sebagai
penghubung antara mikrokontroler dengan
PC. Rangkaian komunikasi serial
mikrokontroler ATmega8535 ditunjukkan
pada gambar 3.5.
T1
400V/220V
T2
220V/6V
5K
1A
1000uF/16V
To ADC
Mikrokontroler
0-5 VDC
PB0 (XCK/T0)1
PB1 (T1)2
PB2 (AIN0/INT2)3
PB3 (AIN1/OC0)4
PB4 (SS)5
PB5 (MOSI)6
PB6 (MISO)7
PB7 (SCK)8
RESET9
PD0 (RXD)14
PD1 (TXD)15
PD2 (INT0)16
PD3 (INT1)17
PD4 (OC1B)18
PD5 (OC1A)19
PD6 (ICP)20
PD7 (OC2)21
XTAL212
XTAL113
GND11
PC0 (SCL)22
PC1 (SDA)23
PC224
PC325
PC426
PC527
PC6 (TOSC1)28
PC7 (TOSC2)29
AREF32
AVCC30
GND31
PA7 (ADC7)33
PA6 (ADC6)34
PA5 (ADC5)35
PA4 (ADC4)36
PA3 (ADC3)37
PA2 (ADC2)38
PA1 (ADC1)39
PA0 (ADC0)40
VCC10
ATmega8535-16PC
33pF
33pF
12
11
.05
92
MH
z
5V
7
Gambar 3.5 Rangkaian komunikasi serial
mikrokontroler ATmega8535
3.5. Pemrograman pada
Mikrokontroler ATmega8535
Pemrograman pada sistem
minimum mikrokontroler ATMega8535
terbagi menjadi beberapa subroutine
program. Pertama kali mikrokontroler
ATMega8535 akan melakukan aktivasi
inisialisasi stack pointer dan register-
register yang digunakan. Setelah
inisialisasi stack pointer, pemrograman
mikrokontroler ATmega8535 dilanjutkan
dengan setting fungsi port mikrokontroler
ATmega8535 dan inisialisasi komunikasi
serial. Pada subroutine program setting
fungsi port, semua port I/O pada
mikrokontroler ATmega8535 difungsikan
sebagai masukan. Inisialisasi komunikasi
serial dilakukan untuk men-setting
register-register yang berhubungan
dengan komunikasi serial, serta
memberikan nilai baudrate untuk
kecepatan komunikasinya.
Setelah mejalankan subroutine
program inisialisasi stack pointer, setting
fungsi port dan inisialisasi komunikasi
serial, maka pemrograman mikrokontroler
Atmega8535 dilanjutkan dengan inisilisasi
ADC. Pada subroutine program ini
meliputi beberapa proses, diantaranya
penentuan clock, penentuan tegangan
referensi, format data output dan mode
pembacaan. Register yang perlu di-setting
nilainya adalah ADMUX (ADC
Multiplexer Slection Register) dan
ADCSRA (ADC Control and Status
Register A). Setelah proses inisialisasi
dilakukan, maka mikrokontroler
Atmega8535 akan langsung mengkonversi
tegangan analog output sensor menjadi
data digital yang kemudian disimpan
dalam sebuah register. Data hasil konversi ADC akan
tetap disimpan hingga ada permintaan
kirim data dari komputer. Prosedur
pengiriman data hasil konversi ADC
mikrokontroler ATmega8535 diawali
dengan permintaan dari komputer.
Kemudian mikrokontroler ATmega8535
akan melakukan pencocokan permintaan
dari komputer dan mengirim data ADC
yang diinginkan. Secara keseluruhan
urutan pemrograman pada mikrokontroler
ATmega8535 ditunjukkan dengan
flowchart pada gambar 3.6
Mulai
Apa ada perintah
2 dan 3 dari PC?
Inisialisasi stack pointer
Inisialisasi port
Inisialisasi komunikasi serial
Inisialisasi ADC
Ambil data, konversi dan simpan data ADC
Kirim data ADCL dan ADCH
Arus phase R motor 1
Tunda
Kirim data ADCL dan ADCH
Arus phase S motor 1
Tunda
Kirim data ADCL dan ADCH
Arus phase T motor 1
Tunda
Kirim data ADCL dan ADCH
Tegangan motor 1
Tunda
Tidak
Apa ada perintah
4 dan 5 dari PC?
Tidak
Apa ada perintah
6 dan 7 dari PC?
Tidak
Ya
Ya
Ya
Apa ada perintah
8 dan 9 dari PC?
Tidak
Ya
Kirim data ADCL dan ADCH
Arus phase R motor 2
Tunda
Kirim data ADCL dan ADCH
Arus phase S motor 2
Tunda
Kirim data ADCL dan ADCH
Arus phase T motor 2
Tunda
Apa ada perintah
10 dan 11 dari PC?
Tidak
Apa ada perintah
12 dan 13 dari PC?
Tidak
Ya
Ya
Apa ada perintah
14 dan 15 dari PC?
Tidak
Ya
Kirim data ADCL dan ADCH
Tegangan motor 2
Tunda
Apa ada perintah
16 dan 17 dari PC?
Tidak
Ya
Ulangi?
Selesai
Tidak
Ya
Gambar 3.6 Flowchart pemrograman
mikrokontroler ATmega8535
PB0 (XCK/T0)1
PB1 (T1)2
PB2 (AIN0/INT2)3
PB3 (AIN1/OC0)4
PB4 (SS)5
PB5 (MOSI)6
PB6 (MISO)7
PB7 (SCK)8
RESET9
PD0 (RXD)14
PD1 (TXD)15
PD2 (INT0)16
PD3 (INT1)17
PD4 (OC1B)18
PD5 (OC1A)19
PD6 (ICP)20
PD7 (OC2)21
XTAL212
XTAL113
GND11
PC0 (SCL)22
PC1 (SDA)23
PC224
PC325
PC426
PC527
PC6 (TOSC1)28
PC7 (TOSC2)29
AREF32
AVCC30
GND31
PA7 (ADC7)33
PA6 (ADC6)34
PA5 (ADC5)35
PA4 (ADC4)36
PA3 (ADC3)37
PA2 (ADC2)38
PA1 (ADC1)39
PA0 (ADC0)40
VCC10
ATmega8535-16PC
5V
C1+1
VDD2
C1-3
C2+4
C2-5
VEE6
T2OUT7
R2IN8
R2OUT9
T2IN10
T1IN11
R1OUT12
R1IN13
T1OUT14
GND15
VCC16
MAX232CPE
1 2 3 4 56 7 8 9
D C
on
necto
r 9
33pF
33pF
12
11
.05
92
MH
z
1uF
1u
F
1uF
1uF
1uF
5V
TXD
RX
RXD
TX
8
3.6. Perancangan Software
Menggunakan Borland Delphi 7
Pada komputer, untuk dapat
menerima data ADC dari mikrokontroler
ATmega8535 yang dikirim dengan
komunikasi data serial, diperlukan
program aplikasi yang dapat membaca
data dari serial port tersebut, dan bahasa
pemrograman Borland Delphi 7 yang
dipilih dalam penelitian ini. Perancangan
program aplikasi yang telah dibuat dengan
Borland Delphi 7 pada penelitian ini dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Form password, berisi kolom edit
tempat memasukkan password sebagai
persyaratan melanjutkan program
aplikasi ini, form ini dibuat sebagai
langkah pengamanan dari
penyalahgunaan program aplikasi ini.
Jika password yang dimasukkan salah,
akan muncul peringatan dan tidak
dapat melanjutkan ke form splash
screen.
Gambar 3.7 Form password
2. Form splash screen, form yang berisi
judul penelitian, nama penulis dan
progress bar loading. Form ini dibuat
untuk menampilkan judul penelitian
dan identitas penulis selama 10 detik
sebelum melanjutkan ke form
monitoring.
Gambar 3.8 Form splash screen
3. Form monitoring, berisi tampilan arus
fasa R,S,T dan tegangan dari ke-2
motor induksi tiga fasa yang
dimonitoring. Data arus juga
ditampilkan dalam bentuk grafik
sehingga bisa dilihat fluktuasi
kenaikan dan penurunannya.
Gambar 3.9 Form monitoring
4. Form database, berisi record data arus
fasa R,S,T dan tegangan dari ke-2
motor induksi tiga fasa yang
dimonitoring dengan interval waktu
recording yang dapat diatur. Form ini
juga dilengkapi dengan fasilitas
pencarian data berdasarkan tanggal,
waktu, arus fasa (R,S,T) dan tegangan.
Data pencarian tersebut dapat
ditampilkan di Microsoft excel setra
dicetak menggunakan printer.
9
Gambar 3.10 Form database
4. Analisa dan Pengujian Alat
Pada BAB ini, akan dibahas
tentang hasil pengujian alat yang telah
dirancang, dari sisi hardware dan
software-nya. Pengujian hardware dan
software tersebut meliputi :
1. Pengujian sensor arus CR 9580-10 dan
sensor tegangan, pengujian ini
dimaksudkan untuk mengetahui bahwa
sensor dapat berfungsi dengan baik
dengan perubahan output sensor yang
mengikuti perubahan inputannya.
2. Pengujian ADC mikrokontroler
ATmega8535, pengujian ini
dimaksudkan untuk mengetahui respon
ADC mikrokontroler ATmega8535
terhadap tegangan input ADC serta
resolusi ADC-nya.
3. Pengujian sensor arus CR 9580-10 dan
sensor tegangan pada komputer,
dilakukan untuk menguji komunikasi
serial antara sensor arus dan tegangan
dengan komputer.
4. Pengujian sistem keseluruhan,
dilakukan untuk mastikan program
aplikasi yang telah dibuat
menggunakan Borland Delphi 7 dapat
berkomunikasi dengan mikrokontroler
ATmega8535, menampilkan data, dan
mengolah data yang dikirim
mikrokontroler ATmega8535 serta
menyimpannya di database Microsoftt
Access
4.1. Pengujian sensor Arus
CR 9580-10
Pengujian sensor arus CR 9580-10,
dilakukan untuk mengetahui respon
tegangan keluaran sensor terhadap
perubahan arus di sisi primer yang di-
injeksikan. Pengujian dilakukan dengan
cara menghubungkan kaki output positif
sensor ke kabel positif multimeter digital
dan kaki output negatif sensor ke kabel
negatif multimeter digital. Arus AC yang
di-injeksikan ke sisi primer sensor arus
sebesar 1 - 10 amper dengan kenaikan 0.5
amper. Kemudian, tegangan output sensor
arus dicatat setiap kenaikan 0.5 amper.
Data hasil pengujian tersebut dapat dibuat
grafik hubungan antara arus (A AC)
dengan tegangan output sensor arus CR
9580-10 (VDC) yang ditunjukkan pada
grafik 4.1.
Grafik 4.1 Output sensor arus CR 9580-10
Berdasarkan grafik 4.1, diperoleh
persamaan garis y = 0.489x – 0.031,
dimana x adalah nilai arus yang di-
injeksikan di sisi primer sensor arus dan y
adalah tegangan output sensor arus CR
9580-10. Dari grafik tersebut juga dapat
diketahui bahwa kenaikan tegangan output
sensor arus CR 9580-10 mengikuti
kenaikan arus yang di-injeksikan di sisi
primer sensor arus
y = 0.489x - 0.031R² = 1
0
1
2
3
4
5
0 5 10
Vo
ut
Se
nso
r A
rus
CR
95
80
-10
(V
DC
)
Arus Primer (A AC)
10
4.2. Pengujian Sensor Tegangan
Pengujian sensor tegangan,
dilakukan untuk mengetahui respon
tegangan keluaran sensor terhadap
perubahan tegangan di sisi primer yang di-
injeksikan. Pengujian dilakukan dengan
cara menghubungkan kaki output positif
sensor ke kabel positif multimeter digital
dan kaki output negatif sensor ke kabel
negatif multimeter digital. Tegangan AC
yang di-injeksikan ke sisi primer sensor
tegangan sebesar 100 - 400 VAC dengan
kenaikan 10 VAC. Kemudian, tegangan
output sensor tegangan dicatat setiap
kenaikan 10 VAC. Data hasil pengujian
tersebut dapat dibuat grafik hubungan
antara tegangan (VAC) dengan tegangan
output sensor tegangan (VDC) yang
ditunjukkan pada grafik 4.2.
Grafik 4.2 Output sensor tegangan
Berdasarkan grafik 4.2, diperoleh
persamaan garis y = 0.014x – 0.702,
dimana x adalah nilai tegangan AC yang
di-injeksikan di sisi primer sensor
tegangan dan y adalah tegangan output
sensor tegangan. Dari grafik tersebut juga
dapat diketahui bahwa kenaikan tegangan
output sensor tegangan mengikuti
kenaikan tegangan AC yang di-injeksikan
di sisi primer sensor tegangan.
4.3. Pengujian ADC Mikrokontroler
ATmega8535
Pengujian ADC mikrokontroler
ATmega8535, dilakukan untuk
mengetahui respon ADC internal
mikrokontroler terhadap tegangan input
tyang diberikan, resolusi ADC dan
komunikasi serial dengan komputer dapat
berjalan dengan baik. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan rangkaian
komunikasi serial mikrokontroler
ATmega8535, dengan ditambahkan
resistor variable yang dirangkai sebagai
pembagi tegangan dan dihubungkan ke
PA.0 serta VCC. Selain itu, tegangan
referensi ADC yang digunakan adalah
sebesar 5 VDC dan dihubungkan ke pin
AVCC. Tegangan input ADC diatur oleh
resistor variable dengan range 0-5000
mVDC dan bobot biner yang tampil di
komputer dicatat sebagai bukti pengujian.
Data hasil pengujian tersebut dapat dibuat
grafik hubungan antara tegangan input
ADC (mVDC) dengan bobot biner yang
ditunjukkan pada grafik 4.3.
Grafik 4.3 Pengujian ADC mikrokontroler
ATmega8535
Berdasarkan grafik 4.3, diperoleh
persamaan garis y = 4.962x – 5.481,
dimana x adalah nilai bobot biner yang
tampil di komputer dan y adalah tegangan
input ADC. Dari grafik tersebut juga dapat
diketahui bahwa resolusi ADC yang
diperoleh adalah 4.962 mV/bit, hasil yang
diperoleh ini mendekati hitungan secara
teoritis sebesar 4.88 mV/bit.
4.4. Pengujian Sensor Arus CR 9580-
10 pada Komputer
Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui respon perubahan bobot biner
yang ditampilkan di komputer terhadap
perubahan tegangan output sensor arus CR
y = 0.014x - 0.702R² = 0.999
0
1
2
3
4
5
6
100 200 300 400
Vo
ut
Se
nso
r Te
gan
gan
(V
DC
)
Tegangan Primer (VAC)
y = 4.962x - 5.481R² = 1
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
0 500 1000 1500
Vin
AD
C (
mV
DC
)
Bobot Biner
11
9580-10. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan rangkaian pengujian ADC
mikrokontroler ATmega8535 dengan input
ADC pada PA.0 diganti dengan
dihubungkan pada kaki output positif
sensor arus dan kaki ground sensor arus
dihubungkan ke kaki ground
mikrokontroler ATmega8535. Kemudian,
arus AC di-injeksikan ke sisi primer sensor
arus dengan range 1 - 10 amper dan
kenaikan 0.5 amper. Bobot biner yang
tampil di komputer dicatat setiap kenaikan
0.5 amper. Data hasil pengujian tersebut
dapat dibuat grafik hubungan antara arus
AC yang di-injeksikan di sisi primer
sensor arus dengan bobot biner yang
tampil di komputer dan ditunjukkan pada
grafik 4.4.
Grafik 4.4 Pengujian sensor arus CR 9580-
10 pada computer
Berdasarkan grafik 4.4, diperoleh
persamaan garis y = 0.01x + 0.072, dimana
x adalah nilai bobot biner yang tampil di
komputer dan y adalah arus AC yang di-
injeksikan di sisi primer sensor arus.
Persamaan garis yang diperoleh pada
pengujian ini adalah persamaan yang juga
akan digunakan di Borland Delphi 7 untuk
mengkonversi perubahan nilai bobot biner
menjadi arus AC yang terukur sensor arus.
4.5. Pengujian Sensor Tegangan pada
Komputer
Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui respon perubahan bobot biner
yang ditampilkan di komputer terhadap
perubahan tegangan output sensor
tegangan. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan rangkaian pengujian ADC
mikrokontroler ATmega8535 dengan input
ADC pada PA.0 diganti dengan
dihubungkan pada kaki output positif
sensor tegangan dan kaki ground sensor
tegangan dihubungkan ke kaki ground
mikrokontroler ATmega8535. Kemudian,
tegangan AC di-injeksikan ke sisi primer
sensor tegangan dengan range 100 - 400
VAC dan kenaikan 10 VAC. Bobot biner
yang tampil di komputer dicatat setiap
kenaikan 10 VAC. Data hasil pengujian
tersebut dapat dibuat grafik hubungan
antara tegangan AC yang di-injeksikan di
sisi primer sensor tegangan dengan bobot
biner yang tampil di komputer dan
ditunjukkan pada grafik 4.5.
Grafik 4.5 Pengujian sensor tegangan pada
komputer
Berdasarkan grafik 4.5, diperoleh
persamaan garis y = 0.345x + 48.58,
dimana x adalah nilai bobot biner yang
tampil di komputer dan y adalah tegangan
AC yang di-injeksikan di sisi primer
sensor tegangan. Persamaan garis yang
diperoleh pada pengujian ini adalah
persamaan yang juga akan digunakan di
Borland Delphi 7 untuk mengkonversi
perubahan nilai bobot biner menjadi
tegangan AC yang terukur sensor
tegangan.
4.6. Pengujian Sistem Keseluruhan
Pengujian sistem keseluruhan
dilakukan untuk mengetahui bahwa alat
yang dibuat dari sisi hardware dan
y = 0.01x + 0.072R² = 1
0123456789
10
90 190 290 390 490 590 690 790 890 990
Aru
s (A
)
Bobot Biner ADC
y = 0.345x + 48.58R² = 1
50
100
150
200
250
300
350
400
1502503504505506507508509501050
Tega
nga
n (V
)
Bobot Biner
12
software dapat berfungsi dengan baik.
Keberhasilan alat diukur dengan cara
mikrokontroler ATmega8535 dapat
mengkonversi perubahan tegangan output
sensor menjadi data ADC kemudian
mengirimkannya ke komputer dengan
komunikasi serial untuk ditampikan di
program Borland Delphi 7. Di Borland
Delphi 7 data ADC di kalkulasi dengan
menggunakan rumus yang diperoleh dari
hasil uji sensor arus atau tegangan pada
komputer. Kemudian hasil kalkulasi
tersebut di tampilkan pada kolom edit dan
dalam bentuk grafik di form monitoring.
Pada form database data yang ditampilkan
akan di-auto saving dengan interval 5
detik ke database Microsoftt Access dan
dapat diolah ulang kembali dengan meng-
eksport ke Microsoftt Excel. Jika
dibutuhkan data berupa hardcopy, maka
data yang ditampilkan di form database
dapat diprint menggunakan printer.
Pengujian sistem keseluruhan juga
telah dilakukan dengan membandingkan
pembacaan arus dan tegangan dari alat
yang telah dibuat dengan pembacaan alat
ukur standar. Untuk pembacaan nilai arus
dari sensor CR 9580-10 dibandingkan
dengan pembacaan dari digital power
meter WT 130. Sedangkan, untuk
pembacaan tegangan oleh sensor tegangan
dibandingkan dengan pembacaan
multimeter digital fluke 289. Grafik yang
menunjukkan data perbandingan
pembacaan arus dan tegangan dari alat
yang dibuat dengan alat ukur standar
ditunjukkan pada grafik 4.6 dan grafik 4.7.
Grafik 4.6 Grafik perbandingan
pembacaan arus dari sensor CR 9580-10
dengan digital power meter WT 130
Berdasarkan grafik 4.6, diperoleh koefisien
korelasi linear r = 100%. Hal ini
menunjukkan pembacaan arus oleh sensor
CR 9580-10 dengan digital power meter
WT 130 adalah sama.
Grafik 4.7 Grafik perbandingan
pembacaan tegangan dari sensor tegangan
dengan multimeter digital fluke 289
Berdasarkan grafik 4.7, diperoleh koefisien
korelasi linear r = 100%. Hal ini
menunjukkan pembacaan arus oleh sensor
tegangan dengan multimeter digital fluke
289 adalah sama.
Pengambilan data telah dilakukan
pada tanggal 31 maret 2015, yang
bertempat di ruang MCC Boiler unit 5
PLTU Suralaya. Object motor induksi tiga
fasa yang diukur arus dan tegangannya
adalah motor mill lube oil C1 dan mill lube
oil D2. Pengambilan data dimulai pukul
14:04 PM sampai pukul 14:29 PM dan
diperoleh data arus dan tegangan sebanyak
260 data. Berikut ini adalah tampilan dari
program aplikasi yang telah dibuat saat
pengambilan data.
y = xR² = 1
0
2
4
6
8
10
12
0 5 10 15Aru
s Se
nso
r C
R 9
58
0-1
0 (
A A
C)
Arus Digital Power Meter WT 130 (A AC)
y = 1.000x + 0.272R² = 1
0
100
200
300
400
0 200 400
Tega
nga
n S
en
sor
Tega
nga
n
(VA
C)
Tegangan Multimeter Digital Fluke 289
13
Gambar 4.1 Tampilan form monitoring
saat pengambilan data
Pada gambar 4.1 merupakan
tampilan dari form monitoring sebelum
pengambilan data dimulai. Tampilan
grafik dan kolom edit belum menunjukkan
data arus dan tegangan motor induksi tiga
fasa yang dimonitor. Sebelum
pengambilan data dimulai perlu dilakukan
penentuan port komunikasi serial yang
akan digunakan. Penentuan port serial
tersebut dapat dilakukan dengan memilih
button setting.
Gambar 4.2 Tampilan form database saat
pengambilan data
Pada gambar 4.2, terlihat data ter-
record terdiri dari Tanggal, Waktu,
Amp1_R, Amp1_S, Amp1_T, Volt1,
Amp2_R, Amp2_S, Amp2_T dan Volt2.
Pada form database dilengkapi fasilitas
data kontrol yang memudahkan dalam
melakukan navigasi pada database dan
mengontrol jumlah data yang ter-record.
Fasilitas data searching juga disediakan
pada form ini yang memudahkan dalam
melakukan pencarian data yang diinginkan
berdasarkan Tanggal, Waktu, Amp1_R,
Amp1_S, Amp1_T, Volt1, Amp2_R,
Amp2_S, Amp2_T dan Volt2.
Gambar 4.3 Tampilan database Microsoftt
Access dengan data ter-record
Pada database Microsoft Access data arus
dan tegangan motor induksi tiga fasa yang
dimonitor di simpan di tabel motor.
Interval penyimpanan data pada database
ini adalah setiap 5 detik dan dapat diubah
sesuai kebutuhan di form database.
Gambar 4.4 Tampilan Microsoft Excel
dengan data ter-record
Data yang ditampilan pada Microsoft
Excel merupakan data yang ter-record di
form database. Di Microsoft Excel data
dapat diolah kembali dengan
menggunakan formula matematis yang
disediakan Microsoft Excel guna
menunjang analisis data.
14
Gambar 4.5 Tampilan print preview data
yang ter-record
Dengan disediakannya fasilitas cetak pada
form database, maka data yang ter-record
dapat dicetak menggunakan printer. Pada
gambar 4.5 menunjukkan preview laporan
database dari arus dan tegangan motor
induksi tiga fasa yang dimonitor dan siap
untuk dicetak.
5. Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah
dilakukan dalam merancang dan
merealisasikan alat monitoring arus dan
tegangan multichannel motor induksi tiga
fasa menggunakan mikrokontroler
ATmega8535, dapat ditarik beberapa
kesimpulan, diantaranya :
1. Alat monitoring arus dan tegangan
multichannel motor induksi tiga fasa
menggunakan mikrokontroler
ATmega8535 telah berhasil
direalisasikan dengan pembacaan alat
memiliki koefisien korelasi linear
sebesar r = 100 % terhadap digital
power meter WT 130 untuk
pembacaan arus listrik dan multimeter
digital fluke 289 untuk pembacaan
tegangan listrik.
2. Borland Delphi 7 dapat berkomunikasi
secara serial dengan mikrokontroler
ATmega8535 dengan menggunakan
protokol RS-232 untuk memonitoring
arus dan tegangan multichannel motor
induksi tiga fasa.
3. Dengan menggunakan komponen
ADO pada Borland Delphi 7, data
arus dan tegangan yang dimonitoring
dapat disimpan dengan baik di
Microsoft Access dengan interval auto
saving data yang dapat diatur sesuai
keinginan. Data yang ter-record
meliputi Tanggal, Waktu, Amp1_R,
Amp2_S, Amp1_T, Volt1, Amp2_R,
Amp2_S, Amp2_T dan Volt2.
4. Dari data pengujian sensor arus CR
9580-10 didapatkan hasil bahwa setiap
kenaikan 1 A AC, output sensor arus
naik 0.25 VDC.
5. Dari data pengujian sensor tegangan
didapatkan hasil bahwa setiap
kenaikan 10 VAC, output sensor
tegangan naik 0.15 VDC.
6. Dari data pengujian ADC internal
mikrokontroler ATmega8535
diperoleh resolusi setiap kenaikan 1
bit sebesar 4.962 mVDC/bit,
mendekati perhitungan teoritis sebesar
4.88mVDC/bit. Perbedaan ini
diakibatkan tegangan input maksimal
uji ADC internal mikrokontroler
ATmega8535 tidak murni actual 5.0
VDC.
5.2. Saran
1. Basis data dapat dikembangkan
dengan menggunakan database seperti
oracle atau mySQL untuk
penyimpanan data dengan kapasitas
lebih besar sehingga penyimpanan
data dapat dilakukan secara real time.
2. Perlu dikembangkan lagi agar alat
dapat menampilkan bentuk gelombang
sinusoidal dari tegangan motor induksi
tiga fasa yang dimonitoring sehingga
dapat diamati pula jika timbul
harmonisa tegangan
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anonim. 2003. Datasheet AVR
ATmega8535. San Jose: Atmel Corp.
[2] Anonim. 2005. Datasheet Current
Sensor CR9500 Series. St. Louis MO :
CR Magnetic Inc.
[3] Anonim, 2005. Potential Transformer.
Jakarta : PT PLN (Persero) P3B.
15
[4] Arifianto, B. 2009. Modul Training
Microcontroller For Beginer.
http://www. max-tron.com diunduh
tanggal 5/3/2015.
[5] Fakhrizal R., Sukmadi T., dan Facta
M., 2007. Aplikasi Programmable
Logic Controller (PLC) pada
Pengahasutan dan Proteksi Bintang –
Segitiga Motor Induksi Tiga Fasa.
Semarang: Jurusan Teknik Elektro
UNDIP.
[6] Husni. 2004. Pemrograman Database
Dengan Delphi. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
[7] Madcoms. 2003. Pemrograman
Borland Delphi 7 (Jilid 1).
Yogyakarta: Andi.
[8] Mangkulo, H, A. 2004. Pemrograman
Database Menggunakan Delphi 7.0
Dengan Metode ADO. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo.
[9] Musa, P. 2009. Cara Menginstall
Komponen CportLib di Borland
Delphi 7.
http://purnawarmanmusa.blogsome.co
m diunduh tanggal 21/1/2015.
[10] Suryawan D. W., Sudjadi, dan
karnoto. 2012. Rancang Bangun
Sistem Monitoring Tegangan, Arus
dan Temperatur pada Sistem Pencatu
Daya Listrik di Teknik Elektro
Berbasis Mikrokontroler ATmega128.
Semarang: Jurusan Teknik Elektro
UNDIP.
[11] Tanoto, 2009. Transformer.
http://tanotocentre.wordpress.com/200
9/ 06/06/ transformator/ diunduh
tanggal 21/1/2015.
[12] Wahana, K. 2006. Teknik Antarmuka
Mikrokontroller Dengan Komputer
Berbasis Delphi. Semarang: Salemba
Infotek.
[13] Wardhana, L. 2006. Belajar Sendiri
Mikrokontroler AVR Seri
ATmega8535 Simulasi, Hardware,
dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi.
[14] Wibowo O. K., dan Nugroho A. 2012.
Pemeliharaan Trafo Arus (CT) Pada
Gardu Induk Krapyak 150 KV PT.
PLN (PERSERO) P3B Jawa-Bali APP
Semarang. Semarang: Jurusan Teknik
Elektro UNDIP.
[15] Zaini, Rusdi E. 2013. Monitoring
Motor Induksi Tiga Fasa
Menggunakan Software Labview
Berbasis Webserver. Padang: Jurusan
Teknik Universitas Andalas.
[16] Zhanggischan, Z. 2004. Prinsip Dasar
Elektroteknik. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.