rambatan gelombang optik dalam medium berlapis · dalam bentuk yang sederhana, laser semikonduktor...

311
Rambatan Gelombang Optik Rustam E. Siregar ISBN : 978-602-6242-38-9 dalam Medium Berlapis

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

33 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

  • Rambatan Gelombang Optik

    Rustam E. Siregar

    ISBN : 978-602-6242-38-9

    dalam Medium Berlapis

  • RAMBATAN GELOMBANG OPTIK

    DALAM MEDIUM BERLAPIS

    Rustam E. Siregar

    DepartemenFisika, FMIPA

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Penemuan sinar laser (1960) dan pengembangannya, telah membuka bidang baru yang

    disebut fotonik. Fotonik adalah suatu bidang yang tujuan utamanya adalah

    menggunakan cahaya untuk melaksanakan fungsi-fungsi elektronik. Dalam berbagai

    aplikasi fotonik, medium berlapis berperan sangat penting, seperti pandu gelombang

    planar, serat optik, directional coupler, resonator, reflektor Bragg, multiplekser add-

    drop, saklar optik dan sebagainya. Untuk kegiatan desain dan pemanfaatan medium

    berlapis secara baik diperlukan pemahaman tentang rambatan gelombang

    elektromagnet, dalamhalinisinar laser atau gelombang optik, dan sifat-sifatnya dalam

    medium tersebut.

    Isi buku ini merupakan pengembangan dari materi kuliah Optik yang diberikan

    di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran. Buku ini ditujukan sebagai buku

    teks dalam kuliah Optik Moderen untuk mahasiswa Jurusan Fisika dan Teknik. Buku

    ini lebih mudah dipelajari oleh pembaca dan mahasiswa yang sudah pernah mengikuti

    kuliah-kuliah Gelombang, Teori Medan Listrikmagnet, Aljabar Linier dan Matriks,

    Persamaan Differensial dan Pemrograman Komputer. Untuk dapat lebih

    memahaminya, dalam setiap bab dalam buku ini diberikan beberapa contoh dan soal-

    soal latihan serta program-program komputer yang diperlukan.

    Ucapan terimakasih sebesar-besarnya saya sampaikan kepada Universitas

    Padjadjaran melalui Unpad Press yang telah bersedia menerbitkan buku ini. Semoga

    buku ini bermanfaat bagi para mahasiswa dan pembaca sekalian.

    Bandung,10Juni 2016

    Rustam E. Siregar

  • v

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR iii

    BAB 1SUMBER DAN DETEKTOR CAHAYA 1

    1.1 Sinar Laser

    1.2 Laser Sumur Quantum

    1.3 Light Emiting Diode (LED)

    1.4 Foto Dioda

    Soal-soal

    1

    8

    9

    12

    17

    BAB 2GELOMBANG OPTIK 19

    2.1 Persamaan Maxwell

    2.2 PersamaanGelombang

    2.3 RapatdanFluksEnergi; TeoremaPoynting

    2.4 Medan-medanMonokromatikdanBilanganKompleks

    2.5 Indeks Bias

    2.6 Indeks Bias dengan Model Elektron

    2.7 Indeks Bias Logam

    2.8 PulsaOptikdanKecepatanGrup

    2.9 BahanOptikNonlinier

    2.9.1 Generasi Harmonik Kedua

    2.9.2 Generasi Harmonik Ketiga

    Soal-soal

    19

    21

    28

    31

    34

    36

    38

    39

    45

    46

    49

    53

    BAB 3 REFLEKSI DAN TRANSMISSI OLEH LAPISAN TIPIS 57

    3.1 Syarat Batas di Antar-muka Dua Bahan Dielektrik

    3.2 RefleksidanTransmisi

    3.3 RefleksiInternal Total; GelombangEvanescent

    3.4 PergeseranGoos-Hanschen

    3.5 Reflektans Permukaan Bahan Penyerap

    3.6 RefleksidanTransmisi Sistem 3-Lapisan

    3.7 Plasmon Permukaan; ATR

    3.8RefleksidanTransmissi Sistem Lapisan Tipis

    3.9PerumusanMatriks

    3.10SistemMultilapis

    Soal-soal

    57

    59

    65

    70

    73

    74

    77

    80

    84

    87

    92

    BAB4 PANDU GELOMBANG LAPISAN TIPIS 93

    4.1 GelombangTerpandudalamLapisan Tipis

    4.2 HubunganDispersif

    4.3 KoplingPrisma

    93

    100

    104

  • vi

    4.4 PanduGelombangTerkubur

    4.5 Perturbasi Dielektrik; Kopling Antar Modus

    4.6Directional Coupler

    Soal-soal

    105

    108

    114

    119

    BAB 5SERAT OPTIK 121

    5.1 OptikGeometri Serat Optik

    5.1.1 SeratOptik Step Indeks

    5.1.2 SeratOptik Graded Index

    5.2 PenjalaranGelombangdalamSeratOptikStep Indeks

    5.2.1Modus TE

    5.2.2Modus TM

    5.2.3 Modus Hibrid

    5.3 DayaOptik

    5.4 Modus-modus Terpolarisasi Linier

    5.5 Jumlah Modus

    5.6 SeratOptik Modus-Tunggal

    5.7 DispersidalamSeratOptik Modus-Tunggal

    5.8 Loss dalamSerat Optik

    5.9 Penguat Optik

    Soal-soal

    121

    122

    124

    125

    126

    132

    135

    141

    146

    151

    153

    156

    160

    161

    166

    BAB 6RESONATOR OPTIK 169

    6.1ReonatorFabry-Perot

    6.2 Analisa Spektrum

    6.3 Resonator CerminSperis

    6.4 Berkas Gaussian

    169

    175

    178

    182

    Soal-soal 186

    BAB 7 KRISTAL FOTONIK 1-DIMENSI 187

    7.1 Pengertian Kristal Fotonik 187

    7.2 Persamaan Helmholtz 187

    7.3 Struktur Kristal 1D danTeorema Bloch 189

    7.4PersamaanNilaieigen;MetodaGelombangBidang 190

    7.5 MetodaMatriks Transfer 193

    7.6 Reflektor Bragg 200

    7.7 Cacatdalam Kisi Bragg 208

    7.8 KompensasiDispersi 210

    7.9 Multiplekser Add-Drop 213

    7.10 Laser Distributed-Feedback 216

    7.11 Bistabilitas;SaklarOptik 219

    7.12 Soliton Bragg 223

    7.13 Pandu Gelobang Bergerigi 224

    7.14 Pandu GelombangRefleksi Bragg 228

  • vii

    7.15 Serat Optik Bragg 230

    Soal-soal 235

    BAB 8 KRISTAL FOTONIK 2-DIMENSI 237

    8.1 Struktur Kristal 2D danTeorema Bloch 237

    8.2 Zona Brillouin 239

    8.3 PersamaanNilaieigen; MetodaEkspansiGelombangBidang 241

    8.4 Struktur Pita Kristal Fotonik 2D 246

    8.5 AnalisaStruktur Pita; PetaBandgap 249

    8.6 Kerapatan Keadaan Fotonik 251

    8.7 Cacat Titik 252

    8.8 CacatGaris; Pandu gelombang kristal fotonik 2-D 255

    8.9 Kristal Fotonik Lapisan tipis 257

    APENDIKS 265

    Apendiks 7.1Operator H danopreratorE 265

    Apendiks 7.2 Program Bandgap Kristal Fotonik 1D; metodaGelombangBidang 267

    Apendiks 7.3Program hubungan dispersi denganmetodamatriks Kristal fotonik

    1D.

    269

    Apendiks 7.4PenjabaranMatriks Transfer 270

    Apendiks 7.5 Berbagai Program Kisi Bragg 271

    7.5.1 Kisi Bragg Multilapis 271

    7.5.2 Kisi Bragg Sinusoida 271

    7.5.3 Bragg Multulapis dengan Cacat 272

    7.5.4 Kisi Bragg dengan Chirp Linier 273

    7.5.5 Filter Add-Drop 275

    7.5.6 Bistabilitas; Saklar Optik 276

    Apendiks 8.1 Program untukBandgap Kristal Fotonik 2D danDOS 277

    Apendiks 8.2 Program petabandgapkristal 2D

    denganmetodaekspansigelombangbidang.

    281

    Apendiks 8.3 Program untukBandgap Kristal Fotonik 2D

    denganCacattitikMenggunakanMetodaSupersel

    287

    Apendiks 8.4 Program cacatgarisdalamkristal 2D 291

    BEBERAPA KONSTANTA 297

    DAFTAR SIMBOL 297

    INDEKS 299

    DAFTAR PUSTAKA 301

  • 1

    BAB 1

    SUMBER DAN DETEKTOR CAHAYA

    Penemuan sinar laser pada 1960 telah menimbulkan ketertarikan terhadap teknologi

    gelombang cahaya untuk komunikasi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan

    kapasitas informasi yang sebanding dengan peningkatan frekuensi, 10.000 kali lebih

    besar daripada frekuensi yang biasa digunakan. Lebih jauh, semua hal yang selama ini

    dilakukan secara elektronik diperkirakan dapat dilakukan secara optik (fotonik).

    Misalnya, sistem komunikasi optik menggunakan berbagai devais optik seperti laser

    sebagai sumber cahaya, pandu gelombang, switching, modulator, amplifier,

    directional coupler, dan detektor optik. Bahan optik yang digunakan untuk devais-

    devais itu bisa bersifat linier atau bersifat nonlinier secara optik, bergantung kebutuhan

    devais. Untuk memfungsikan itu semua, devais-devais itu disusun terintegrasi; inilah

    yang disebut integrated optics.

    1.1 Sinar Laser

    Suatu atom yang tereksitasi, misalnya karena menyerap foton, bisa turun ke energi

    keadaan yang lebih rendah atau malah kembali ke keadaan dasarnya melalui dua

    proses radiasi. Pertama, emisi spontan yang menghasilkan fluoresensi dan

    fosforesensi, dan kedua, emisi stimulasi yang melatar-belakangi mekanisme laser

    (light amplification by stimulated emission of radiation). Kedua jenis emisi ini (lihat

    Gambar 1.1) masing-masing dirumuskan sebagai berikut:

    Emisi spontan: A*A+hv

    Emisi stimulasi: hv+A*A+2 hv

    di mana A menyatakan atom dalam keadaan dasar dan A* menyatakan atom dalam

    keadaan tereksitasi. Dalam emisi stimulasi, foton (hv)pertama dan foton kedua yang

    diemisikan saat atom kembali ke keadaan dasar, memiliki frekuensi, fasa dan arah

    yang sama; keadaan ini disebut koheren.

    Gambar 1.1 Absorpsi (a), emisi spontan (b) dan emisi stimulasi (c).

    Tinjaulah sekumpulan atom sejenis dalam keadaan tereksitasi ex; andaikan

    ada sebuah foton yang sesuai mengenai dan merangsang sebuah atom, sehingga atom

    Eg

    Eex Eex

    Eg

    ex

    g

    ex

    g

    (b) (c)

    Eex

    Eg

    ex

    g

    (a)

  • 2

    itu turun ke keadaan dasar g dan dihasilkan dua buah foton yang sama (Gambar

    1.1c). Masing-masing foton itu akan merangsang sebuah atom dan menghasilkan dua

    foton, demikian selanjutnya. Bisa juga terjadi sebuah foton terserap oleh sebuah atom

    di keadaan dasarnya hingga tereksitasi.

    Peluang sebuah atom untuk tereksitasi karena menyerap foton sama dengan

    peluangnya untuk kembali ke keadaan dasar sambil mengemisikan foton karena

    dirangsang oleh foton yang sama. Oleh sebab itu, untuk memperoleh sejumlah foton

    sebagai hasil netto dari kedua proses, jumlah atom dalam keadaan tereksitasi harus

    lebih besar daripada jumlah atom dalam keadaan dasar. Keadaan ini disebut

    pembalikan populasi (population inversion), yakni suatu keadaan yang tidak normal.

    Dalam keadaan setimbang termal, sebagian besar atom-atom berada dalam

    keadaan dasarnya dan sedikit sekali yang tereksitasi. Perbandingan jumlah (populasi)

    atom tereksitasi dan jumlah atom di keadaan dasarnya mengikuti

    TBkgEexE

    g

    ex eN

    N /)( (1.1)

    di mana Eexdan Eg masing-masing adalah energi keadaan tereksitasi dan energi

    keadaan dasar, kB adalah konstanta Boltzmann dan T suhu Kelvin. Karena Eg jauh

    lebih rendah daripada Eexmaka NexNg.

    Ditinjau dari tingkat-tingkat energi dari suatu atom yang terlibat dalam proses

    laser, ada beberapa sistem laser, yakni sistem tiga tingkat dan sistem empat tingkat.

    Dalam sistem empat tingkat, seperti laser He-Ne campuran mengandung sekitar 90%

    He dan 10% Ne. Seperti diperlihatkan dalam Gambar 1.2, atom-atom He berperan

    Gambar 1.2 Lasersistem empat tingkatHe-Ne.

    pumping

    He Ne

    Tumbukan

    HeNe

    5s

    3p

    3s

    2s

    1s2

    ()

    1s22s

    22p

    6

    Keadaan dasar

    laser

  • 3

    sebagai penimbul populasi inversi atom-atom Ne. Suatu medan listrik dipakai untuk

    mengeksitasikaan atom-atom He dari keadaan dasar (1s) ke keadaan tereksitasi

    metastabil (2s) yang berenergi 20,61 eV di atas keadaan dasar. Atom-atom He itu

    menumbuk atom-atom Ne sehingga tereksitasi ke keadaan metastabil 5s yang

    berenergi 20,66 eV. Energi 0,05 eV adalah energi kinetik atom He. Setelah

    bertumbukan, atom-atom He turun ke keadaan dasar dan atom-atom Ne berada dalam

    keadaan populasi inversi. Transisi atom-atom Ne ke keadaan 3p yang berenergi 18,7

    eV di atas keadaan dasar bisa berlangsung secarastimulasi untuk menghasilkan laser

    dengan =632,8 nm.

    Untukmemperoleh laser berintensitas tinggi,bahan laser ditempatkan dalam

    suatu kavitas yang diperlengkapi dengan cermin-cermin setengah-pantul. Sinar laser

    menjalar bolak-balik di antara kedua cermin secara tegak lurus; saat itu intensitas

    laserterus meningkat, dan setelah intensitasnya cukup tinggi sinar itu keluar dari

    kavitas.

    Dalam sistem tiga tingkat seperti diperlihatkan dalam Gambar 1.3, proses

    pumping dilakukan ke tingkat energi teratas yakni keadaan eksitasi ex2dansegera

    turun ke keadaan eksitasi ex1yang metastabil. Lasing berlangsung antara ex1 dan

    keadaan dasarg. Contoh laser ini adalah dioda semikonduktor GaAs (=800-1600

    nm) yang biasa digunakan dalam sistem komunikasi optik. Bahan semikonduktor ini

    memiliki struktur pita jenis direct bandgap, di mana energi minimum dari pita

    konduksi dan energi maksimum pita valensi berada pada nilai k(=2/) yang sama.

    Gambar 1.3 Lasersemikonduktor sistem 3-tingkat.

    Untuk dioda laser yang menggunakan lebih dari satu jenis bahan

    semikonduktor diperlukan lattice matching untuk mencegah transisi nonradiatif.

    Laseryang dirancang dari semikonduktor GaAs/AlxGa1-xAs telah banyak

    digunakan(lihat Keiser 1992, Dutton 1998, Agrawal 2002).Karena GaAs dan AlAs

    berstruktur sangat mirip, dihasilkan suatu direct bandgap yang besarnya dapat diatur

    melalui fraksi mol x dari Al. Hasilnya adalah bandgap dalam daerah energi 1,4-1,8 eV

    atau panjang gelombang 0,7-0,9 m.

    Sebagai alternatif telah dikembangkan senyawa InxGa1-xAsyP1-y/InP.

    Berdasarkan InxGa1-xAsy tambahan In dan P memudahkan matching antara InP dan

    GaAs. Dengan pengaturan mol x dan y dapat dirancang panjang gelombang laser yang

    dihasilkan, berdasarkan rumus empirik

    ex2

    ex1

    g

  • 4

    212,072,034,1 yyh (1.2) dengan

    yx

    031,01

    453,0

    (1.3)

    Fabrikasi bahan semikonduktor dilakukan dengan metoda liquid-phase epitaxy (LPE).

    Dengan metoda ini pertumbuhan film tipis pada suatu subtrat berlangsung dengan

    melewatkan larutan di atas subtrat pada suhu rendah. Cara lain yang telah dilakukan

    orang adalah vapour-phase epitaxy (VPE), molecular-beam epitaxy (MBE) dan metal-

    organic chemical vapour deposition (MOCVD).

    Dalam bentuk yang sederhana, laser semikonduktor ini merupakan dioda p-n

    junction seperti Gambar 1.4. Permukaan atas dan permukaan bawah yang sejajar

    Gambar 1.4 Dioda laser semikonduktor.

    dengan junction, merupakan plat logam dihubungkan dengan elekroda. Dengan

    memberikan arus maju, elektron-elektron dari bagian-n terinjeksi melalui junction di

    mana mereka berekombinasi dengan hole-hole yangdatang dari bagian-p, dan

    menghasilkan foton-foton cahaya yang frekuensinya ditentukan oleh gap energi

    semikonduktor. Cahaya itu menjalar bolak-balik antara cermin-cermin sejajar (yang

    membentuk kavitas) sambil menstimulasi lebih banyak elektron yang berekombinasi

    dengan hole-hole. Dengan demikian terjadi penguatan cahaya sebelum keluar melalui

    cermin yang lebih rendah koefisien refleksinya. Cahaya tak bisa memasuki daerah-n

    dan –p karena indeks bias keduanya lebih rendah daripada daerah aktif.

    Proses lasing berlangsung selama ada arus listrik yang dimasukkan. Daya

    keluaran sinar laser sebagai fungsi arus injeksi diperlihatkan dalam Gambar 1.5. Daya

    itu sangat kecil selama arus injeksi belum melebihi arus ambang. Besarnya arus

    ambang Jamb sangat bergantung pada berbagai parameter, yakni

    21

    1ln

    2

    11

    LJ amb

    (1.4)

    di mana (cm-1) adalah koefisien loss dalam daerah aktif, adalah faktor gain dari

    sistem kavitas (cm/ampere), L panjang kavitas dan 21, adalah reflektans cermin-

    cermin kavitas.

    cermin

    R

  • 5

    Gambar 1.5 P vs I suatu dioda laser.

    Contoh 1.1

    Laser GaAs mempunyai kavitas berukuran panjang 250 m dan lebar 100 m. Dalam

    suhu operasionalnya, faktor gainnya 2110-3

    cm/A dan koefisien reflektansinya

    21 =0.32. Rapat arus ambangnya adalah

    Selanjutnya, arus ambang adalah Iamb=(250100) m2 2,6510

    3 A/cm

    2 =663 mA.

    Besarnya arus ambang dipengaruhi oleh suhu operasional. Kebergantungang

    arus ambang terhadap suhu untuk dioda laser dengan bahan AlGaAs dan InGaAsP

    diperlihatkan dalam Gambar 1.6. Secara umum arus ambang meningkat terhadap suhu,

    oTT

    amb eJ/

    (1.5)

    Gambar 1.6 Variasi arus terhadap suhu pada dioda laser (a) AlGaAs dan (b) InGaAsP.

    dengan T0 adalah suhu karakteristik yang besarnya berkisara 120-190 K untuk

    AlGaAs, dan 40-75 K untuk InGaAsP. Jelas bahwa arus ambang untuk InGaAsP lebih

    mudah dipengaruhi suhu dibandingkan dengan AlGaAs.

    I

    P

    Iamb

    23

    3A/cm1065,2

    32,032,0

    1ln

    2502

    110

    1021

    1

    ambJ

    200 300 I (mA)

    P (mW)

    10

    5

    0

    30 40 50 60 oC

    100 200 I (mA)

    P (mW)

    10

    5

    0

    30 40 50 60 oC

    (b) (a)

  • 6

    Contoh 1.2

    Misalkan suhu karakteristik AlGaAs adalah 160 K, dan InGaAsP 55 K. Ratio arus

    ambang pada suhu 20 dan 80 oC pada masing-masing adalah:

    AlGaAs: 46,1)160/293exp(

    )160/353exp(

    )20(

    )80(

    CJ

    CJo

    amb

    o

    amb

    InGaAsP: 98,2)55/293exp(

    )55/353exp(

    )20(

    )80(

    CJ

    CJo

    amb

    o

    amb

    Jadi, kenaikan suhu dari 20 ke 80 oC pada laser AlGaAs meningkatkan arus ambang

    1,46 kali sedangkan pada laser InGaAsP 2,98 kali.

    Selain karakteristik-karakteristik yang telah dikemukakan di atas, perlu juga

    diketahui bahwa dioda laser mempunyai sifat dinamis. Sifat ini agak kritis khususnya

    bila digunakan dalam sistem komunikasi dengan bit rate tinggi. Penggunaan arus

    injeksi dalam bentuk step untuk menghidupkan laser menimbulkan waktu tunda yang

    diikuti oleh osilasi teredam berfrekuensi tinggi yang disebut osilasi relaksasi.

    Fenomena transient ini berlangsung hingga populasi elektron dan foton dalam daerah

    aktif mencapai keadaan stabil seperti diperlihatkan dalam Gambar 1.7.

    Gambar 1.7 Dinamika dioda laser; tdadalah waktu tunda yang diikuti oleh osilasi

    teredam.

    Efisiensi suatu dioda laser semikonduktor didefenisikan dalam berbagai cara (lihat

    (lihat Keiser 1992):

    (i) Efisiensi diferensial kuantum eksternal D, yaitu variasi jumlah foton sinar

    keluaran terhadap jumlah elektron terinjeksi. Jika P adalah daya sinar keluaran, I

    arus injeksi bersangkutan, hv energi foton dari sinar dan e muatan elektron, maka

    efisiensi itu dirumuskan seperti

    dI

    dP

    EedI

    hvdPD

    1

    /

    / (1.5)

    dengan adalah gap energi semikonduktor bersangkutan. Berdasarkan Gambar

    1.5dP/dI adalah kemiringan kurva dalam daerah lasing. Dengan dP/dI=0,4

    mW/mA dan =1,45 eV maka D=0,28.

    P

    td t

  • 7

    (ii) Efisiensi kuantumQ, yaitu perbandingan antara jumlah foton yang dihasilkan

    dalam kavitas dan jumlah elektron yang diinjeksikan

    eI

    hvPQ

    /

    / (1.6a)

    Dengan efisiensi D hubungannya adalah

    )ln(/21 21RRLQ

    D

    (1.6b)

    (iii) Efisiensi kuantum eksternal (efisiensi total) T, yakni perbandingan antara

    jumlah foton sinar keluaran dan jumlah elektron terinjeksi,

    I

    P

    EeI

    hvPT

    1

    /

    / (1.7)

    Jika daya sinar keluaran linier terhadap arus injeksi maka

    I

    I ambDT 1 (1.8)

    (iv) Efisiensi daya eksternal (devais) dev, yakni perbandingan antara daya sinar

    keluaran dan daya listrik masukan

    VI

    Pdev (1.9)

    dengan V adalah tegangan untuk memperoleh arusinjeksi I. Dengan efisiensi total

    maka

    V

    ETdev

    (1.10)

    Rangkaian elektronik untuk menghidupkan dioda laser dirancang sesuai

    dengan kemampuan berkecepatan tinggi dari dioda. Untuk itu digunakan metal

    semikonduktor FET. Offset dari arus diatur sedikit lebih besar daripada arus ambang

    dioda laser agar waktu tunda penyalaan laser menjadi lebih singkat. Harus disadari

    bahwa suhu sangat mempengaruhi operasional laser. Oleh sebab itu diperlukan

    rangkaian terpisah untuk memonitor dan meregulasi suhu operasi. Selain itu, umur

    dioda laser menyebabkan meningkatanya kebutuhan arus ambang sehingga daya

    sinar keluaran berkurang.Untuk mengatasinya, rangkaian kendalimemerlukan

    mekanisme feedback untuk pengaturan arus. Rangkaian standar untuk kendali dioda

    laser adalah seperti Gambar 1.8. Feedback dari fotodioda dibandingkan dengan

  • 8

    tegangan Vrefuntuk mengendalikan arus bias Ia. Rangkaian ini mampu menghasilkan

    stabilisasi 1% pada bit rate 270 Mb/s.

    Gambar 1.8 Rangkaian kendali dioda laser dengan feedback.

    1.2 LaserSumur Quantum

    Bila ketebalan daerah aktif dalam dioda laser seperti dalam Gambar 1.4 diperkecil

    hingga sekitar satu panjang gelombang de Broglie dari elektron, maka effek-effek

    kuantum akan menjadi menonjol. Elektron-elektron dan hole-hole dalam GaAs yang

    di-sandwich antara dua lapisan GaAlAs seperti dalam Gambar 1.9 akan terperangkap

    di dalam gap energi GaAlAs yang lebih besar. Sebagai contoh Eg(GaAlAs)=1,65 eV

    dan Eg(GaAs)=1,4 eV sedangkan dengan a=140 Å, dihasilkan sumur potensial dalam

    pita konduksi Voc=220 meV dan sumur potensial dalam pita valensi Vov=30 meV (lihat

    Dingle 1974) .

    Gambar 1.9 Diagram tingkat-tingkat energi suatu sumur kuantum.

    Dalam Fisika Kuantum dikemukakan bahwa suatu partikel di dalam suatu

    sumur potensial yang besarnya Vo dan lebarnya a mempunyai tingkat-tingkat energi

    yang terkuantisasi,

    ......2,1;2 2*

    222 n

    amnEn

    (1.11)

    seperti dalam Gambar 1.10. Jumlah tingkat energi ditentukan oleh besarnya Voa2,

    yakni:

    )2/( *222 eo maV ada satu buah tingkat energi,

    fotodioda

    Ia

    laser

    Vref

    Vcc

    GaAs

    GaAlAs

    GaAlAs

    Eh1

    Eh2

    Ee3

    Ee2

    Ee1

    Eg (GaAlAs) Eg (GaAs)

    Ec

    Ev

    a

  • 9

    )2/(4)2/( *22222 eoe maVm ada dua buah tingkat energi,

    4 )2/(9)2/(*22222

    eoe maVm ada tiga buah tingkat energi.

    Gambar 1.10 Tingkat-tingkat energi elektron dalam sumur potensial dalam satuan

    )2/( *22 em .

    Dengan *

    em =0,0665me maka em2/(22 )=37,6 Å2eV. Jadi dengan Vo=Ec=220

    meV maka untuk contoh di atas diperoleh )2/(/*222

    eo maV 6,7 ada tiga buah

    tingkat energi untuk elektron di pita konduksi, masing-masing Ee1=16 meV, Ee2=61

    meV dan Ee3=132 meV. Untuk hole massa effektif adalah *

    hm =0,71me sehingga

    )2/(22 em 3,8 Å2eV. Dengan Vo=Ev=30 meV maka )2/(/

    *222

    eo maV =10,6

    sehingga ada empat tingkat energi hole di pita valensi, masing-masing Eh1=1,5 meV,

    Eh2=5,2 meV, Eh3=11,9 meV dan Eh4=19,2 meV.

    Jadi, jika lasing terjadi antara Een dan Ehm, maka panjang gelombang laser yang

    dihasilkan adalah

    hmeng EEGaAsE

    )(

    242,1 (1.12)

    dengan dalam m dan semua E dalam eV.

    1.3 Light Emiting Diode (LED)

    Sinar yang dihasilkan oleh suatu LED merupakan hasil dari emisi spontan, yakni emisi

    oleh elektron yang turun secara otomatis ke tingkat energi lebih rendah. Foton-foton

    yang diemisikan oleh beberapa elektron tidak mempunyai hubungan fasa.Oleh sebab

    itu sinar dari suatu LED adalah sinar yang tidak koheren.

    20

    Ea2

    10

    0

    0 10 20

    Voa2

    n=3

    n=2

    n=1

    n=5

    n=4

  • 10

    LED memerlukan sejumlah besar elektron dan hole dalam daerah aktif

    senyawa semikonduktor. Untuk itu diperlukan (i) pn junction dalam daerah aktif untuk

    injeksi elektron-hole, (ii) material mempunyaidirect bandgap agar radiasi cahaya

    berlangsung efisien. Untuk kelangsungan injeksi elektron-hole dan mempertahan-

    kannya, digunakan konsep dioda heterojunction di mana elektron dan hole terinjeksi di

    dalam daerah aktif dari sisi-n dan sisi-p, dan dicegah agar tidak meninggalkan daerah

    itu dengan menggunakan barrier di luar daerah aktif(Keiser 1992, dan Agrawal 2002).

    Ada dua jenis LED, yaitu surface-LED (SLED) dan edge-LED (ELED) seperti

    dalam Gambar 1.11. Bahan LED yang banyak digunakan untuk panjang gelombang

    1,3 m adalah senyawa InGaAsP/InP, baik dalam bentuk SLED maupun ELED. Tebal

    Gambar 1.11 Struktur SLED (a) dan ELED (b).

    n-InP sekitar 2,5 m didop dengan Sn ~21018

    /cm3; tebal InGaAs 0,4-1,5 m didop

    dengan Zn~0,5-21018

    /cm3 berfungsi sebagai lapisan aktif yang memancarkan

    cahaya1,3 m ; p-InP sekitar 1-2 m didop dengan Zn~0,5-21018

    /cm3 sedangkan p-

    InGaAs sekitar 0,2 m berfungsi untuk mengurangi hambatan kontak dengan

    elektroda. ELED memiliki lapisan yang lebih tipis daripada SLED. Cahaya yang

    dihasilkan dipandu keluar melalui satu sisi dan sisilain ditutup dengan reflektor.

    Dengan demikian cahaya yang keluar cukup terarah.

    Daya keluaran sebagai fungsi arus listrik diperlihatkan dalam Gambar 1.12.

    Terlihat kurva P-I itu mendekati linier. Daya keluaran sebagai fungsi suhu pada arus

    I=200 mA diperlihatkan dalam Gambar 1.13. Selain itu, lebar spektral suatu LED dan

    panjang gelombang pusatnya dipengaruhi oleh suhu seperti diperlihatkan

    dalamGambar 1.14. Terlihat bahwa lebar spektral dan panjang gelombang pusat

    masing-masing adalah 20 nm dan 0,85 m pada suhu 0oC, 25 nm dan 0,86 m pada

    suhu 30oC, 30 nm dan 0,875 m pada suhu 60

    oC.

    (a)

    _

    +

    logam

    n-InP

    InGaAsP

    p-InP

    p-InGaAs

    SiO2

    logam

    _

    (b) +

    logam

    n-InP

    InGaAsP

    Reflector

    p-InP

    p-InGaAs

    SiO2

    logam

  • 11

    Gambar 1.12 Karakteristik P-I SLED dan ELED.

    Gambar 1.13 Karakteristik P-T SLED dan ELED.

    Gambar 1.14 Kebergantung lebar spektral dan panjang gelombang pusat sinar LED

    AlGaAs terhadap suhu.

    Rangkaian elektronik untuk menyalakan LED diperlihatkan Gambar 1.15.

    Kebutuhan mendasar bagi suatu LED adalah (i) arus listrik berkisar 50-100 mA, dan

    (ii) switch on-off dilakukan dengan signal input level rendah. Rangkaian ini memiliki

    gain besar, tegangan input rendah dengan bias yang bebas. Kecepatan switch-

    nyadibatasi oleh arus forward,kapasitansi junction dalam LED dan muatan minority

    yang tersimpan di collector-base junction dari transistor. Rise time bisa diperbaiki

    dengan menggunakan kapasior C, sedangkan fall time bisa dikurangi dengan

    mengambil minority carrier yang tersimpan dalam collector-base junction transistor;

    ini dilakukan dengan memasang dioda antara base dan collector.

    Rangkaian kendali berimpedansi rendah yang mensuplai step tegangan pada

    LED dapat juga dipakai untuk operasi berkecepatan tinggi. Salah satu adalah emitter-

    ELED

    SLED

    P(mW)

    1,2

    0,8

    0,4

    0 0 100 200 300 I(mA)

    ELED

    SLED

    P(mW)

    1,0

    0,1

    0,01 0 20 40 60 80 T(oC)

    P (mW)

    1,2

    0,8

    0,4

    0 0,84 0,85 0,86 0,87 0,88 (m)

    60oC

    30oC

    0oC

  • 12

    follower seperti dalam Gambar 1.15b. Rangkaian seperti ini mampu menimbulkan

    suatu pulsa optik yang memiliki rise time beberapa ns dari suatu LED yang

    mempunyai kapasitansi ratusan pF.

    Gambar 1.15 Switch jenis common-emitter untuk kendali LED (a) dan emitter-

    follower (b).

    1.4 Fotodioda

    Fotodioda adalah dioda semikonduktor yang dapat mengubah cahaya menjadi listrik.

    Persyaratan yang diperlukan dari suatu fotodioda adalah (i) kepekaannya tinggi dalam

    daerah panjang gelombang tertentu, (ii) noisnya rendah, (iii) responya cepat, dan (iv)

    tidak peka terhadap variasi suhu. Ada dua jenis fotodioda semikonduktor, yakni

    fotodioda PIN dan fotodioda APD (Keiser 1992, dan Agrawal 2002).

    Fotodioda PIN seperti diperlihatkan dalam Gambar 1.16, dibangun dari

    semikonduktor jenis-p dan jenis-n yang dipisahkan dengan bagian-i yang merupakan

    Gambar 1.16 Fotodioda PIN dengan tegangan terbalik.

    semikonduktor intrinsik yang didop dengan sedikit n. Dalam operasinya, digunakan

    tegangan terbalik yang cukup tinggi skehingga bagian-i kosong (depleted)

    darielektron-lubang atau konsentrasinya sangat rendah dibandingkandengan

    konsentrasi impuritas. Bila foton dengan hv= (gap energi) mengenai bagian-i,maka

    foton itu menciptakan pasangan elektron-hole;elektron naik ke pitakonduksi

    meninggalkan lubang di pita valensi dan selanjutnya bertindak sebagai carrier (disebut

    (b)

    LED

    C

    R1

    R2

    Vin

    Vcc

    (a)

    LED

    Vin

    Vcc

    If

    hv

    RL

    p

    n

    i

  • 13

    photocarrier). Carrier itu selanjutnya berubah menjadi arus listrik If (disebut

    photocurrent) yang mengalir melalui hambatan RL.

    Dalam Gambar 1.17 diperlihatkan daya-daya terkait pada suatu dioda PIN,

    dimana Po adalah daya sinar yang memasuki dioda, Pabsdaya sinar yang terserap dan

    Gambar 1.17 Daya terabsorpsi Pabs dalam daerah-i.

    Pd daya sinar yang keluar dari dioda. Jika d adalah tebal dioda dan adalah

    koefisienabsorpsi bahan-i, maka daya yang keluar adalah

    d

    od ePP (1.11)

    Daya yang diserap oleh bahan adalah

    dodoabs ePPPP 1 (1.12)

    Jadi, semakin tebal bahan dioda semakin besar pula daya yang diabsorpsi. Daya

    terabsorpsi dipakai untuk pembentukan photocarrier, yang selanjutnya menjadi

    photocurrent If. Dengan demikian maka berlaku

    fabs Ie

    hvP (1.13)

    di mana hv sama dengan gap energi bahan semikonduktor.Dari kedua persamaan di

    atas maka diperoleh hubungan

    dof ePhv

    eI 1 (1.14)

    Efisiensi kuantum fotodioda adalah perbandingan antara jumlah photocurrent yang

    dihasilkan dan jumlah foton yang memasuki fotodioda. Jadi

    R

    I

    f Pd Po

    n

    Pabs

    p

  • 14

    e

    hv

    P

    I

    o

    f

    Q (1.15)

    Contoh 1.3

    Misalkan energi gap bahan 1,45 eV, tebal dioda 2 mm, koefisien absorpsi 10/cm, daya

    sinar yang memasuki dioda 0,1 watt, maka daya terserap adalah:

    Pabs=0,1 watt (1-e-2

    )=86,5 mW.

    Photocurrent yang ditimbulkan adalah:

    If=1,610-19

    C 86,5 mW /(1,45 1,6 10-19

    J)=58,7 mA.

    Efisiensi kuantum adalah

    Q=58,710-3

    A 1,451,610-19

    J/(0,1 W1,610-19

    C)=0,85

    Di dalam fotodioda, sekitar 100 foton yang memasuki daerah-i dapat

    menghasilkan 30-95 pasangan elektron-hole sehingga efisiensi kuantum fotodioda

    secara umum berkisar 30-95%. Untuk meningkatkan efisiensi, dalam desainnya

    fotodioda dibuat agak tebal agar daya terabsorpsi menjadi agak besar.

    Kinerja suatu fotodioda PIN seringkali dikarakterisasi dengan responsibilitasR.

    Responsibilitas berkaitan dengan efisiensi kuantum Q, dengan hubungan seperti

    hc

    e

    hv

    e

    P

    IR QQ

    o

    f (1.16)

    Untuk berbagai fotodioda PIN responsibilitas itu diperlihatkan dalam Gambar 1.18.

    Gambar 1.18 Responsivitas berbagai jenis fotodioda PIN.

    Ge

    InGaAs

    Si

    Q=90% 70%

    50%

    30%

    0,5 1,0 1,5 (m)

    R (A/W)

    0,8

    0,6

    0,4

    0,2

    0

  • 15

    Terlihat, untuk efisiensi fofodioda PIN InGaAs pada panjang gelombang antara 1,1

    dan 1,6 m adalah kira-kira 67%; responsivitas pada panjang gelombang 1,3 m

    adalah

    %68/1031063,6

    103,1106,167,0

    834

    619

    smJs

    mCR

    Selain jenis PIN ada pula fotodioda jenis APD (avalanche photodiode).

    Disebut avalanche karena photocurrent primer terlebih dahulu mengalami penguatan

    sebelum keluar ke rangkaian elektronik. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan

    kepekaan penerima, karena penguatan berlangsung sebelum mengalami noise termal

    dalam rangkaian elektronik. Dalam Gambar 1.19 diperlihatkan prinsip dasar suatu

    fotodioda APD.Di antara bagian-n dan –i dibuat bagian-p. Dalam daerah-p ini medan

    listrik lebih besar daripada daerah lain.Inilah yang disebut daerah avalanche.

    Gambar 1.19 Struktur dasar fotodioda APD.

    Elektron danhole (carrier) yang ditimbulkan oleh foton di dalam daerah-i

    (deplesi) bergerak melalui daerah-p sehingga memperoleh tambahan energi. Dengan

    tambahan energi itu carrier mampu menumbuk dan melepaskan elektron yang

    sebelumnya terikat dalam pita valensi. Elektron-elektron itu selanjutnya memperoleh

    tambahan energi danmelepaskan lebih banyak elektron. Jadi, di dalam daerah-p itu

    terjadi penguatanumlah carrier sehingga terjadi penguatan arus primer If menjadi IM.

    dengan faktorpenguatan M=IM/If. Hal ini menyebabkan responsivitas menjadi

    RMRAPD (1.17)

    dengan Rseperti dalam persamaan (1.16).

    Contoh 1.4

    Misalkan fotodioda APD silikon mempunyai efisiensi kuantum 65% pada panjang

    gelombang 0,9 m. Jika daya optik yang memasuki daerah-i adalah 0,5 watt dan arus

    yang dihasilkan dalam rangkaian elektronik 10 A hitunglah faktor penguatannya.

    V

    i

    Medan listrik

    IM p

    n

    p daerah avalanche

    daerah deplesi

  • 16

    AWsmJs

    mCP

    hv

    eI oQf

    235,05,0

    /1031063,6

    109,0106,165,0

    834

    619

    43235,0

    10

    A

    A

    I

    IM

    f

    M

    Faktor penguatan dalam fotodioda APD silikon sebagai fungsi tegangan V

    diperlihatkan dalam Gambar 1.20. Tampak bahwa semakin pendek panjang

    gelombang cahaya semakin kecil faktor penguatan M. Hal itu disebabkan oleh

    semakin besarnya absorpsi foton dalam bahan.

    Gambar 1.20 Faktor penguatan dalam fotodioda APD silicon sebagai fungsi tegangan

    pada berbagai panjang gelombang.

    1,06 m

    0,80 m

    0,57 m

    M

    102

    101

    100

    0 1234 V(volt)

  • 17

    Soal-soal

    1.1 Tentukanlah komposisi InGaAsP agar diperoleh laser yang beroperasi pada

    panjang gelombang 1,3 m.; 1,7 m.

    1.2 Panjang daerahaktif laser InGaAsP yang panjang gelombangnya 1,3 m adalah

    250 m. Andaikan loss internalnya 30/cm indeks bias modus 3,3 dan faktor

    confinement-nya 0,4. Hitunglah gainnya agarlaser mencapai ambangnya.

    1.3 Sebuah fotodioda PIN dari Ga0,47In0,53As dengan luas penampang 0,1 mm2

    menghasilkan arus-foto 0,96 A bila disinari dengan berkas sinar berintensitas 1

    mW/cm2

    dan panjang gelombang 1,3 m. Hitunglah a) efisiensi kuantum, b)

    arus-foto pada 1,5 m an 1,7 m.

    1.4 Daerah i dari fotodioda pin mempunya gap energi 1,45 eV, tebal 1 mm,

    koefisien absorpsi 10/cm. Jika daya sinar yang memasukinya 0,1 watt hitunglah

    a) daya terserap, b) arus-foto yang dihasilkan.

    1.5 Suatu pulsa 100 ns yang mengandung 6106 buah foton berpanjang gelombang

    1,3 m menyinari fotodioda GaAs. Jika tercipta 3,9106 pasangan elektron-

    lubang, hitunglah arus-foto yang terjadi.

    1.6 Misalkan fotodioda pin menerima sinar dari 800 foton/detikberpanjang

    gelombang 1,3 m. Jika dihasilkan 550 elektron per detik hitunglah

    responsivitas fotodioda itu.

    1.7 Efisiensi kuantum sebuah fotodioda InGaAs untuk panjang gelombang antara

    1,1 m dan 1,6 m adalah 0,67. Hitunglah responsivitasnya pada panjang

    gelombang 1,55 m.

    1.8 Sebuah fotodioda APD menerima sinar dari 1,35 m dengan daya 0,2 watt. Jika

    arus-foto yang timbul setelah penguatan adalah 4,9 A dan efisiensi kuantumnya

    0,4 hitunglah faktor penguatannya.

    1.9 Sebuah fotodioda APD mempunyai efisiensi kuantum 0,45 pada panjang

    gelombang 0,85 m dan faktor penguatan 250. Jika disinari dengan panjang

    gelombang itu diperoleh arus-foto 10 A. Hitunglah daya sinar yang

    diterimanya dan hitung pula jumlah foton yang terkandung.

    1.10 Jika sinar dari 1011 foton per detik dengan energi masing-masing 0,8 eV diterima

    oleh fotodiodaAPD yang efisiensi kuantumnya 0,6 dan faktor penguatannya 18,

    hitunglah arus-foto yang dihasilkan.

  • 18

  • 19

    BAB 2

    GELOMBANG OPTIK

    Dalam teori klassik, hukum-hukum kelistrikan dan kemagnetan secara umum

    diungkapkan oleh persamaan-persamaan Maxwell. Persamaan-persamaan itu

    merupakan sintesis dari teori-teori dan hasil-hasil observasi. Karena itulah maka

    persamaan-persamaan Maxwell merupakan kumpulan dari hubungan-hubungan

    sejumlah besaran medan listrik dan medan magnet seperti pergeseran listrik 𝐷 , induksi

    medan magnet 𝐵 , kuat medan listrik 𝐸 , kuat medan magnet 𝐻 , kerapatan muatan

    listrik 𝜌 dan kerapatan arus listrik 𝐽 . Dari persamaan-persamaan Maxwell itu dapat

    diturunkan persamaan gelombangelektromagnet, dan salah satu keberhasilannya dapat

    memperlihatkan gelombangyang bervariasi secara harmonik dalam bahan dielektrik

    (bahan optik). Gelombang itulah yang disebut gelombang optik.

    2.1 Persamaan Maxwell

    Kuat medan listrik E

    di dalam bahan dielektrik isotropik akan menimbulkan apa yang

    disebut pergeseran listrik D

    , dengan hubungan

    ED

    (2.1)

    di mana adalah permittivitas bahan dielektrik yang sama ke semua arah di dalam

    bahan tersebut. Tetapan dielektrik bahan didefenisikan seperti r=/o dengan

    o=8,8520-12

    farad/meter adalah permittivitas ruang hampa.

    Hal mirip, kuat medan magnet H

    dalam bahan dielektrik isotropik akan

    menimbulkan induksi medan magnet B

    , dengan hubungan

    HB

    (2.2)

    di mana adalah permeabilitas bahan. Untuk ruang hampa o=410-7

    henry/meter..

    Persamaan (2.1) dan (2.2) disebut sebagai hubungan konstitutif bahan dielektrik

    isotropik.

    Dalam teori listrik-magnet ada tiga hukum penting. Pertama, hukum Faraday

    yang mengungkapkan induksi gaya-gerak listrik pada suatu kumparan sebagai akibat

    dari perubahan fluks magnet yang melalui kumparan itu:

    AC

    danBt

    ldE ˆ

    (2.3)

  • 20

    Kedua, hukum Ampere yang mengemukakan bahwa integral medan magnet

    sepanjang garis tertutup yang melingkupi suatu arus listrik sebanding dengan besarnya

    arus itu; ini secara umum dirumuskan sebagai berikut

    tIldB e

    C

    (2.4)

    di mana te / adalah variasi fluks listrik terhadap waktu. Karena A

    dAnJI ˆ

    dengan Jadalah rapat arus, dan

    S

    e dAnE ˆ

    , maka hukum Ampere di atas dituliskan

    seperti

    C A

    dAnt

    EJldB ˆ..

    (2.4)

    Ketiga, hukum Gaussuntuk medan listrik dan medan magnet. Tentang medan listrik

    dikemukakan bahwa fluks listrik melalui permukaan tertutup sebanding dengan

    muatan listrik yang terkandung di dalamnya,

    dVdAnEA V

    ˆ.

    (2.5)

    Sehubungan denganinduksi medan magnet hukum ini mengemukakan bahwa fluks

    magnet melalui permukaan tertutup adalah

    A

    dAnB 0ˆ.

    (2.6)

    Untuk memperoleh bentuk umum dari hukum-hukum di atas terlebih dahulu

    diperkenalkan dua buah teorema dalam aljabar vektor. Yang pertama adalah teorema

    Stokes:

    AC

    dAnFldF ˆ..

    (2.7a)

    dan yang kedua teorema divergensi:

    A V

    dVFdAnF

    .. ˆ (2.7b)

    di mana n̂ adalah vektor satuan normal (tegak lurus) pada permukaan A, dan

    kji . Selanjutnya penerapan persamaan (2.7 a-b) pada persamaan

    (2.3) akan menghasilkan

  • 21

    t

    BE

    (2.8a)

    pada persamaan (2.4) menghasilkan

    (2.8b)

    pada persamaan (2.5) menghasilkan

    D

    . (2.8c)

    dan pada persamaan (2.6) menghasilkan

    0. B

    (2.8d)

    Keempat persamaan (2.8a-d) itulah yang disebut persamaan Maxwell dalam satuan SI.

    2.2 Persamaan Gelombang

    Persamaan gelombang elektromagnet diturunkan dari persamaan Maxwell (untuk

    deteilnya lihat Yariv et al. 1984 dan Yeh 1988). Tinjaulah bahan isotropik di mana

    =0, J=0, sedangkan dan berupa skalar. Dari persamaan (2.8a) dan mengingat

    persamaan (2.2) berlaku

    Ht

    E

    1

    Selanjutnya dari persamaan (2.8b) dan mengingat persamaan (2.2) berlaku pula

    2

    2

    t

    EH

    t

    .

    Karena sifat vektor

    EEE

    111

    dan

    EEE

    2)( . maka

    0)(ln .2

    22

    EE

    t

    EE

    .

    Jt

    DH

  • 22

    Dari persamaan (2.8c) 0 EΕΕ

    sehingga

    ln1

    . EEΕ

    maka

    0lnln2

    22

    ΕE

    t

    EE

    . (2.9a)

    Inilah persamaan umum gelombang untuk kuat medan listrik. Untuk medan magnet

    dapat diturunkan

    0lnln2

    22

    HE

    t

    HH

    . (2.9b)

    Di dalam bahan isotropik homogen ln = 0ln sehingga persamaan

    gelombang (2.9a dan b) menjadi lebih sederhana, yakni

    0

    ,0

    2

    22

    2

    22

    t

    HH

    t

    EE

    (2.9c)

    a. Gelombang dalam bahan dielektrik

    Di dalam bahan dielektrik =0 sedangkan tetapan dielektriknya adalah r=/0.

    Karena 00=1/c2, c adalah kecepatan cahaya dalam ruang hampa, maka persamaan

    (2.9c) untuk medan listrikmenjadi lebih sederhana, yakni

    02

    2

    2

    2

    t

    E

    cE r

    (2.10)

    dan medan magnet

    02

    2

    2

    2

    t

    H

    cH r

    (2.11)

    Tinjaulah gelombang bidang

    )(

    0),(ztieEtzE

    (2.12)

    Persamaan (2.10) menjadi

  • 23

    022

    2

    E

    cr

    (2.13)

    sehingga diperoleh bilangan gelombang dalam bahan dielektrik

    2

    22

    cr

    (2.14a)

    Bilangan gelombang dapat dinyatakan sebagai

    ckkr

    00 ; (2.14b)

    di mana k0 adalah bilangan gelombang dalam ruang hampa. Persamaan (2.14b) di atas

    dikenal sebagai hubungan dispersi.

    Dalam prakteknya bahan dielektrik seperti polimer menyerap gelombang

    elektromagnet. Penyerapan itu berlangsung karena tetapan dielektriknya merupakan

    besaran kompleks, misalnya

    "'rrr i (2.15)

    Dengan demikian maka persamaan (2.14a) menjadi

    "'2

    22

    rr ic

    (2.16)

    Nyatakanlah

    ik (2.27)

    di mana 2/1

    2

    '

    "'

    112

    r

    rr

    ck

    (2.18a)

    2/1

    2

    '

    "'

    112

    r

    rr

    c

    (2.18b)

    Gelombang bidang dalam persamaan (2.12) menjadi

    )(

    0),(zktiz eeEtzE

    (2.19)

    Jelas terlihat bahwa bagian imajiner dari tetapan dielektrik menyebabkan amplitudo

    berkurang secara eksponensial sepanjang penjalarannya pada sumbu-z.

  • 24

    Contoh 2.1:

    Pandanglah gelombang bidang dalam bahan untuk medan listrik dan medan magnet

    seperti

    ).(2

    ).(1 ˆ;ˆ

    rktio

    rktio eHuHeEuE

    (2.20)

    di mana Eo dan Ho adalah amplitudo kompleks yang konstan dalam ruang dan waktu.

    Gunakan persamaan Maxwell untuk mengevaluasi arah-arah medan dan hubungan

    kedua amplitudonya.

    Untuk itu, mula-mula gunakan persamaan (2.8c)

    0. E

    rktiozyx

    zkykxkiti

    o eEuikzikyikxeeEuz

    zy

    yx

    x zyx

    .

    11ˆ.ˆˆˆˆ.ˆˆˆ

    sehingga diperoleh

    0. Ek

    (2.22a)

    Selanjutnya dengan persamaan (2.8d)

    0. H

    rktiozyx

    zkykxkiti

    o eHuikzikyikxeeHuz

    zy

    yx

    x zyx

    .

    22ˆ.ˆˆˆˆ.ˆˆˆ

    sehingga diperoleh

    0. Hk

    (2.22b)

    Jadi, kedua medan E

    dan H

    masing-masing tegak lurus terhadap arah penjalaran k

    .

    Kemudian dengan persamaan (2.8a)

    ).(2).(1 ˆˆ rktiorktio eHt

    ueEu

    ).(21 ˆˆˆˆˆ

    rktio

    zkykxkitio eHuieeEu

    zz

    yy

    xx zyx

    ).(2.1 ˆˆˆˆˆ rktiorktiozyx eHuieEuikzikyikx

    sehingga

  • 25

    HEk

    . (2.22c)

    Cara yang sama dengan persamaan (2.8b) dengan J=0,

    ).(1).(2 ˆˆ rktiorktio eEt

    ueHu

    ).(1.2

    ).(

    12

    ˆˆˆˆˆ

    ˆˆˆˆˆ

    rkti

    o

    rkti

    ozyx

    rkti

    o

    zkykxkiti

    o

    eEuieHuikzikyikx

    eEuieeHuz

    zy

    yx

    x zyx

    sehingga dihasilkan hubungan

    EHk

    . (2.22d)

    Dari persamaan (2.22c) dan (2.22d) jelaslah bahwa medan E

    , medan H

    dan k

    tegak

    lurus satu sama lain seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.1.

    Gambar 2.1 Medan E

    , medan H

    dan vektor gelombang k

    dari suatu gelombang

    elektromagnet.

    Besarnya vektor gelombang dalam sesuatu bahan, secara umum adalah

    vk

    (2.23)

    di mana v adalah kecepatan fasa gelombang dalam bahan. Dengan demikian maka

    persamaan (2.22a) menjadi

    H

    k

    Ek

    (2.24)

    Selanjutnya dengan rumusan gelombang bidang dalam persamaan (2. 20), hubungan

    antara vektor-vektor satuan adalah

    1û

    2û k

    E

    H

    E

    E

    H

    H

  • 26

    21 ˆ

    ˆu

    k

    uk

    Oleh sebab itu hubungan antara amplitudo medan listrik dan amplitudo medan magnet

    adalah

    oo HE

    (2.25)

    Dari persamaan (2.25) ini, impedansi yang dialami gelombang di dalam bahan

    dielektrik dapat dikemukakan seperti

    o

    o

    H

    EZ (2.26a)

    Untuk ruang hampa, 0 , 0 , impedansi itu adalah

    377o

    o

    oZ

    (2.26b)

    dan untuk bahan dielektrik adalah

    n

    Z

    H

    EZ o

    r

    o

    o

    o

    0

    (2.26c)

    dengan 𝑛 = 𝜖𝑟 adalah indeks bias bahan dielektrik.

    b. Gelombang dalam bahan konduktif

    Untuk bahan konduktif J0, dan berlaku hukum Ohm

    EJ

    (2.27)

    di mana adalah konduktivitas bahan. Untuk menurunkan persamaan gelombang,

    gunakan kembali persamaan (2.8a) dan (2.8b) seperti

    Ht

    E

    1

    t

    E

    t

    EH

    t

    2

    2

    Mengingata EE

    2 maka persamaan gelombang menjadi

  • 27

    02

    22

    t

    E

    t

    EE

    (2.28)

    Untuk gelombang bidang

    )(

    0),(ztieEtzE

    (2.29)

    maka persamaan (2.28) menjadi

    022 Ei

    sehingga

    i 22

    Untuk itu misalkan hubungan dispersi adalah

    ik (2.30a)

    dengan 2/1

    2

    21 11

    k (2.30b)

    2/12

    21 11

    (2.30c)

    Maka gelombang bidang pada persamaan (2.29) dapat dinyatakan seperti

    )(

    0),(zktizeeEtzE

    (2.32)

    Jadi, seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.2, gelombang dalam bahan konduktif

    mengalami redaman (loss) sepanjang penjalarannya. Jarak yang ditempuh sehingga

    amplitudo menjadi 1/e dari semula disebut kedalaman kulit (skin depth).

    Gambar 2.2 Penggambaran medan harmonik yang teredam; Zsd=1/adalah skindepth.

    0 2 4 6 8 10

    -5

    0

    55

    10-10

    z

    E

    zsd

  • 28

    Kembali ke persamaan (2.29), misalkanlah medan E

    terletak pada sumbu-x,

    yakni

    )(

    0

    )(

    0ˆˆ),( zktizzti eeExeExtzE

    Berdasarkan persamaan (2.22c), maka HEz

    ˆ menghasilkan medan H

    )(

    0

    )(

    0ˆˆ zktizzti eeEyeEyH

    (2.32)

    Karena adalah besaran kompleks, maka boleh dituliskan

    ie (2.33a)

    dengan

    kk

    122 tan; (2.33b)

    Jadi

    )(

    zktiz eeEyH

    (2.34)

    Medan-medan dalam persamaan (2.32) dan (2.34) dilukiskan seperti Gambar 2.3.

    Gambar 2.3 Gambaran gelombang di mana medan H

    mendahului medan E

    dengan

    fasa sebagai akibat dari adanya redaman.

    2.3 Rapat dan Fluks Energi; Teorema Poynting

    Gelombang elektromagnet membawa energi dalam bentuk radiasi elektromagnet. Ada

    dua aspek penting dalam hal ini, yakni (i) rapat energi yang tersimpan dalam

    gelombang EM, dan (ii) fluks energi yang berkaitan dengan gelombang EM tersebut.

    Dari persamaan Maxwell (2.8b) secara umum berlaku hubungan

    t

    DEHEEJ

    ... )( (2.35)

    Dalam analisis vektor berlaku hubungan

    ẑ H

    E

  • 29

    )(

    )()()(

    ..

    ...

    HEt

    BH

    HEEHHE

    (2.36)

    sehingga persamaan (2.35) menjadi

    t

    DE

    t

    BHHEEJ

    .... )(

    Tetapi karena

    DEtt

    DE

    BHtt

    BH

    ..

    ..

    maka

    DEBHt

    HEEJ

    ..)(..

    (2.37)

    Oleh sebab itu rapat energi (joule/m3) adalah

    DEBHU

    .. (2.38)

    Jadi, persamaan (2.37) dapat dinyatakan seperti

    EJt

    UHE

    .. )(

    (2.39)

    Integral volume dari persamaan (2.39) adalah

    VAV

    dVUt

    dAnHEdVEJ ˆ..

    (2.40)

    di mana telah diterapkan

    AV

    dAnHEdVHE ˆ..

    Fihak kiri dalam persamaan (2.40) adalah penurunan energi dalam volume V, suku

    kedua fihak kanan adalah laju peningkatan energi di dalam volume yang sama. Jadi,

    suku pertama fihak kanan adalah daya yang mengalir keluar melalui permukaan A

    yang melingkupi volume V. Oleh sebab itu besaran

    HES

    (2.42)

  • 30

    merupakan daya per satuan luas atau fluks di setiap titik di permukaan A. S

    disebut

    vektor Poynting, dan persamaan (2.39) bisa dituliskan seperti

    EJt

    US

    ..

    (2.42)

    Persamaan (2.42) merupakan persamaan kontinuitas, dan persamaan (2.40) yang

    ditulis ulang seperti

    VAV

    dVUt

    dAnSdVEJ ˆ..

    (2.43)

    merupakan hukum kekekalan daya secara umum untuk gelombang EM; inilah yang

    disebut teorema Poynting.

    Contoh 2.2:

    Sebuah gelombang bidang yang menjalar pada sumbu-z mempunyai medan-medan

    sebagai berikut

    kztZ

    EytrH

    kztExtrE

    y

    y

    cosˆ),(

    cosˆ),(

    0

    0

    Dalam hal ini telah digunakan persamaan (2.33a) di mana ZEH oo / dan

    /Z . Tentukanlah vektor Poynting dan kerapatan energi listrik dan magnet

    yang tersimpan.Andaikanlah suatu volume berukuran x=a, y=b dan z=c, buktikan

    bahwa teorema Poynting terpenuhi.

    Jawab:

    Dari rumus HES

    maka

    kztZ

    Ez

    kztZ

    EyxS

    y

    y

    2

    2

    0

    2

    2

    0

    cosˆ

    cosˆˆ

    Kerapatan energi listrik dan magnet masing-masing adalah

    kztEEDEU ye 22

    021

    2

    21

    21 cos.

    kztEZ

    HHBU ym

    220221

    2

    21

    21 cos.

  • 31

    Selanjutnya, dalam teorema Poynting persamaan (2.46) misalkanlah volume V tidak

    mengandung arus, maka

    0ˆ.

    VA

    dVUt

    dAnS

    kctZ

    Edydxt

    Z

    Edydx

    czSdydxzSdydxdAnS

    ya ba b

    y

    a b

    z

    a b

    z

    A

    22

    0

    0 00 0

    2

    2

    0

    0 00 0

    coscos

    )()0(ˆ.

    tkctZ

    Eab

    y 22

    20

    coscos

    atau

    tkctabZ

    EdAnS

    y

    A

    2cos2cos2

    ˆ

    2

    0.

    Kemudian

    dzkztdydxZ

    EdVU

    cba

    y

    V

    0

    2

    00

    2

    2

    021 cos

    dzkztabEc

    y 0

    2

    021 )(2cos1

    t

    kkct

    kcabEy 2sin

    2

    1)(2sin

    2

    1202

    1

    tk

    kctk

    ct

    abEdVUt

    y

    V

    2sin2

    1)(2sin

    2

    1202

    1

    tkctabZ

    E

    tkctk

    abE

    y

    y

    2cos)(2cos2

    2cos)(2cos

    2

    0

    2

    021

    Jelaslah bahwa teorema Poynting tanpa sumberterpenuhi, yakni.

    0ˆ.

    VA

    dVUt

    dAnS

    2.4 Medan-medan Monokromatik dan Bilangan Kompleks

    Tinjaulah fungsi ril

    tAta cos)( (2.44)

  • 32

    di mana A adalah aplitudo. Jika didefenisikan

    ieAA (2.45)

    maka a(t) dalam bentuk ril dapat dituliskan seperti

    tieAta Re)( (2.46)

    sedangkan dalam bentuk kompleksnya adalah

    tiAeta )( (2.47)

    Fungsi a(t) dalam bentuk kompleks ini disebut fungsi harmonik.

    Selanjutnya tinjaulah dua fungsi sinusoida berikut

    tia eAtAta Re)cos()( ; aieAA (2.48a)

    tib eBtBtb Re)cos()( ; bieBB (2.48b)

    Perkalian keduanya dengan menggunakan fungsi ril adalah

    baba

    ba

    titi

    tBA

    ttBA

    BeAetbta

    2coscos

    coscos

    ReRe)()(

    21

    (2.49)

    Perkalian dengan menggunakan fungsi kompleks adalah

    tieABtbta 2)()( =)2( batieAB

    (2.49)

    Jadi, hasil kali bagian-bagian ril dari dua bilangan kompleks tak sama dengan bagian

    ril dari perkalian kedua bilangan kompleks itu. Dengan perkataan lain, secara umum

    berlaku

    tititi ABeBeAe 2ReReRe (2.50)

    Medan-medan elektromagnet merupakan vektor-vektor yang berubah sangat

    cepat terhadap waktu. Oleh sebab itu, yang sangat penting dari suatu medan adalah

    nilai rata-ratanya terhadap waktu. Perkalian dua fungsi medan selalu diungkapkan

    dalam bentuk nilai rata-rata waktu, misalnya dari persamaan (2.49)

  • 33

    T

    ba dttBtAT

    tbta0

    coscos1

    )()( (2.51)

    di mana T=2/ adalah perioda waktu dari masing-masing fungsi. Dengan persamaan

    (2.51) diperoleh

    )cos()()( 21 baABtbta (2.52)

    Di lain fihak, Re[AB*]=Re ieA bieB =Re ABeAB bai )( di mana tanda * menyatakan konjugasi kompleks; jadi

    *21 Re)()( ABtbta (2.53) atau

    )()(Re)(Re)(Re *21 tbtatbta (2.54)

    Persamaan (2.54) ini sering dipakai dalam teori elektromagnet.

    Dengan menggunakan bentuk kompleks dari medan-medan DHE

    ,, dan B

    ,

    maka nilai rata-rata rapat energi dalam persamaan (2.38) dan vektor Poynting dalam

    persamaan (2.42), mempunyai nilai rata-rata waktu sebagai berikut:

    **41 ..Re HBDEU

    (2.55)

    *21 Re HES

    (2.56)

    Intensitas cahaya didefenisikan sebagai energi cahaya persatuan luas per selang

    waktu. Misalkanlah energi cahaya persatuan volume dalam persamaan (2.55),

    mengalir melalui suatu penampang A selama selang waktu t, maka intensitas cahaya

    itu adalah

    22

    22

    4

    4

    1

    EHc

    tA

    tcAEH

    I

    Tetapi, dengan persamaan (2.28c): HE

    / maka

    2

    21

    2

    21 HcEcI

    (2.57)

    Contoh 2.3:

    Sebagai kelanjutan dari contoh 2.2, tunjukkan bahwa bentuk kompleks dari teorema

    Poynting terpenuhi untuk gelombang bidang.

    Kompleks dari medan-medan adalah sebagai berikut.

  • 34

    )(

    0ˆ),( kztiy eExtrE

    )(0ˆ),( kztiy

    eZ

    EytrH

    Jadi, nilai rata-rata vektor Poynting adalah

    Z

    EzHES

    y

    2

    0

    21*

    21 ˆRe

    Jelas bahwa vektor Poynting ini ril. Karena volume V tidak mengandung arus, maka

    bagian ril dari teorema Poynting dalam persamaan (2.43) adalah nol,

    0ˆ AdanSΑ

    .

    Dengan vektor Poynting di atas, maka

    0

    2

    0

    00

    2

    0

    00

    21

    Z

    Edydx

    Z

    Edydx

    yba

    yba

    Jadi, bagian ril memenuhi teorema Poynting. Selanjutnya, karena S

    ril maka =0.

    Dari persamaan (2.38), harus berlaku Um=Ue. Untuk membuktikan itu

    2

    041

    2

    2

    0

    41

    2

    2

    0

    00 0

    41

    2

    41

    y

    yyca b

    V

    m EabcZ

    Eabc

    Z

    EdzdydxdVHU

    2

    0412

    0

    00 0

    41

    2

    41

    yy

    ca b

    V

    e EabcEdzdydxdVEU

    Terbuktilah Um=Ue. Jadi,bagian imajiner juga memenuhi teorema Poynting.

    2.5 Indeks Bias

    Kehadiran medan listrik dalam bahan optik menyebabkan pergeseran posisi muatan

    positip dan muatan negatif dalam setiap atom. Dalam bahan dielektrik, pergeseran itu

    menginduksikan momen dipol:

    E

    (2.58)

    di mana disebut polarizabilitas atom. Jika N adalah jumlah atom per satuan volume,

    maka polarisasi listrik yang terjadi adalah:

    )SIm(

  • 35

    ENNP

    (2.59)

    Vektor polarisasi listrik biasanya dituliskan seperti

    EP o

    (2.60)

    di mana 0 adalah permittivitas ruang hampa, dan

    o

    N

    (2.62)

    disebut suseptibilitas listrik bahan. Jika susseptibilitas listrik bahan dalam

    persamaan (2.60) tidak bergantung pada medan listrik E

    , maka bahan itu disebut

    bersifat linier secara optik. Tetapi, jika bergantung pada medan listrik E

    , maka

    bahan disebut bersifat nonlinier secara optik.

    Contoh 2.4:

    Suseptibilitas listrik suatu bahan didefinisikan seperti persamaan (2.60), di mana E

    adalah medan listrik makroskopik. Medan lokal, yakni medan listrik yang bekerja

    pada atom adalah

    PEEo

    a

    3

    1

    Karena EP o

    maka

    ao

    o

    ao EPPEP

    )

    31()

    3

    1(

    maka

    aao ENEP

    33

    Karena aENP

    maka akhirnya diperoleh:

    o

    N

    33

    (2.62)

    Inilah yang disebut persamaan Clausius-Masotti.

    Hubungan antara permittivitas dan suseptibilitas bahan adalah sebagai berikut

    1),1( ro (2.63)

  • 36

    di mana r adalah tetapan dielektrik bahan. Indeks bias adalah

    rn (2.64)

    Hubungan antara indeks bias dan suseptibilitas bahan adalah

    o

    Nn

    11 (2.65)

    2.6 Indeks Bias dengan Model Elektron

    Misalkanlah medan listrik luar yang mengenai suatu atom adalah

    ti

    oeEE (2.66)

    Karena medan itu, elektron berosilasi dengan persamaan gerak

    ti

    oo eqExmdt

    dxm

    dt

    xdm 2

    2

    2

    (2.67)

    di mana x adalah posisi elektron relatif terhadap inti atom, m adalah massa elektron,

    q=-e adalah muatan elektron, o frekuensi eigen elektron dan koefisien redaman.

    Dalam persamaan itu𝑚𝜔02 adalah konstanta pegas yang dialami elektron. Misalkan

    solusi persamaan (2.67) adalah

    ti

    oextx)( (2.68)

    Substitusi ke persamaan (2.67) memberikan

    )( 22 im

    qEx

    o

    o

    (2.69)

    Dengan demikian maka momen dipol terinduksi adalah

    Eim

    qqx

    o

    ox)( 22

    2

    (2.70)

    Jadi, berdasarkan persamaan (2.58) polarizabilitas atom adalah

    )( 22

    2

    im

    q

    o (2.71)

  • 37

    Oleh sebab itu, dengan persamaan (2.65) indeks bias bahan adalah

    )(1

    22

    2

    im

    Nqn

    oo (2.72)

    Jika suku ke dua dalam tanda akar sangat kecil terhadap 2, maka

    )(21

    22

    2

    im

    Nqn

    oo (2.73)

    Dalam persamaan (2.73) di atas, N dan o bergantung pada bahan. Jadi, indeks bias

    bahan yang dirasakan oleh cahaya bergantung pada frekuensi cahaya itu, yakni . Jika

    dinaikkan mendekati o, indeks bias juga akan naik. Ini berlaku pada semua bahan

    transparan. Indeks bias untuk cahaya biru lebih besar dari pada indeks bias untuk

    cahaya merah. Fenomena inilah yang disebut dispersi. Karena i, indeks bias menjadi

    kompleks yakni

    222222

    22222

    222

    )(2)(2

    )(1

    oooo

    o

    m

    Nqi

    m

    Nqn (2.74)

    Kebergantungan terhadap menjadi lebih signifikan apabila o. Sebagai

    pendekatan berlaku 22222 )(2)( ooo

    sehingga persamaan (2.74) menjadi

    222

    22

    2

    2/)(82/)(4

    )(1

    oooooo

    o

    m

    Nei

    m

    Nen (2.75)

    Jika persamaan (2.75) dituliskan seperti "' innn kurva-kurva indeks bias ril

    dan imajiner dapat diperlihatkan dalam Gambar 2.4. Terlihat bahwa (n’-1) sebanding

    dengan turunan dari n”.

    Gambar 2.4 Indeks bias kompleks; n’=komponen ril dan n”=komponen imajiner.

    0.5 1 1.5-0.5

    0

    0.5

    w/wo

    1'n "n

    ω/ω0

  • 38

    Jika indeks bias dituliskan seperti "' innn dan andaikan gelombang EM

    menjalar sepanjang sumbu-z,

    )( zti

    oeEE (2.76)

    dengan

    ckkinnnk ooo

    2;)"'( (2.77)

    maka )'(" zokntizokn

    o eeEE

    (2.78)

    Jelas bahwa komponen imajiner dari indeks bias menyebabkan atenuasi amplitudo

    sepanjang penjalaran gelombang.

    2.7 Indeks Bias Logam

    Di dalam logam terdapat banyak elektron bebas yang menyebabkan logam bersifat

    penghantar listrik. Oleh sebab itu, frekuennsi eigen o=0 dan koefisien redaman kecil

    sekali. Dengan gelombang medan listrik luar befrekuensi ω, elektron-elektron bebas

    itu berosilasi. Dari persamaan (2.72) indeks bias menjadi:

    )(1

    2

    2

    im

    Nqn

    o (2.79)

    Jika

  • 39

    Tabel 2.1 Indeks bias beberapa logam pada berbagai panjang gelombang (Yeh 1988)

    Jenis logam 0.6 m 0,8 m 2.0 m

    Aluminium 2,043-i6,568 2,99-i 7,05 2,992-i 9,3

    Tembaga 0,285- i2.98 0,27-i 4,84 0,297-i 6,272

    Emas 0,2- i2,897 0,249-i4,654 0,279-i6,044

    Timah - 2,52-i4,24 2,42-i5,4

    Perak 0,06-i3,75 0,09-i5,45 0,25-i6,82

    Contoh 2.5:

    Persamaan (2.67) bisa juga dipakai untuk mengungkapkan gerakan elektronbebas

    dengan o=0 yang menyatakan tidak adanya gaya pegas, sedangkan koefisien =2/

    dengan adalah waktu tumbukan. Dengan demikian maka persamaan (2.72) menjadi

    /1)()(

    2

    2

    2

    in

    p

    r

    Inilah tetapan dielektrik dari gas elektronbebas sebagai fungsi frekuensi. Besarnya

    frekuensi plasma dalam ionosfer di mana N=2022

    elektron/m3 adalah

    2/1311238211 )101,91085,8/(106,110 p = 28 206 rad/s.

    Jika maka tetapan dielekrik menjadi ril jika >p. Tetapi, jika

  • 40

    ......)()()( 2

    0

    2

    2

    21

    0

    ooo kk

    dk

    dkk

    dk

    dk

    (2.83)

    Jika suku-suku ketiga dan seterusnya dari persamaan (2.83) diabaikan, maka substitusi

    persamaan itu ke persamaan (2.82) menghasilkan

    dkekAetz o

    kkztodkdizoktoi )]()/[()( )(),( (2.84)

    Persamaan (2.84) ini dapat dituliskan seperti

    ])/([),()(

    tdkdzEetz oAzoktoi (2.85)

    dengan

    dkekAtdkdzE o

    kkztodkdi

    oA

    )]()/[()(])/([

    (2.86)

    merupakan fungsi envelop. Gambaran dari persamaan (2.85) di atas diperlihatkan

    dalam Gambar 2.5.

    Dari persamaan (2.86) jelas bahwa pulsa menjalar dengan suatu kecepatan

    o

    gdk

    dv

    (2.87)

    yang disebut kecepatan grup. Rumusan ini mengungkapkan bahwa puncak amplitudo

    A(k) adalah di k=ko, dan frekuensi merupakan fungsi k yang mulus di sekitar ko.

    Gambar 2.5 Pulsa laser pada t=0, dan spektrum Fourier-nya dalam ruang-k.

    Contoh 2.6:

    Persamaan (2.84)-(2.86) adalah deskripsi aproksimasi suatu pulsa laser. Jika

    cos (koz)

    vg

    vf z

    (z,0) EA

    ko k

    A(k)

  • 41

    A(k)=A(ko) exp[-(k-ko)2

    /4q2 ]

    tentukanlah fungsi EA() dengan =z-(d/dk)ot.

    Jawab:

    Dengan

    dkekAtdkdzE o

    kkztodkdi

    oA

    )]()/[()(])/([

    maka

    dkeekAE o

    kkiqokk

    oA

    )(24/2)()()(

    Misalkan x=k-ko,dk=dx, maka

    dxekAE xiqxoA)24/2()()( . Dengan menggunakan

    rumus integral

    4/)( 22 edxe xx

    maka

    22)24/2( )(2)()( qoxiqx

    oA ekAqdxekAE

    Contoh 2.7:

    Pulsa laser satu-dimensi berpusat pada frekuensio dengan bilangan gelombangko dan

    fungsi amplop EA(z-vgt) untuk medan listrik Ex=EA(z-vgt)exp[i(ot-koz)] Tentukanlah

    fungsi amplop untuk medan magnet.

    Jawab:

    Dari persamaan Maxwell (2.8a) t

    BE

    diperoleh

    xoxx

    x

    o

    Eikyz

    Ey

    y

    EzEx

    zz

    yy

    xx

    Bit

    BE

    )(ˆˆˆ)ˆ(ˆˆˆ

    )](exp[)(; zktitvzEk

    HEk

    B oogAo

    o

    yx

    o

    o

    y

    Jadi, medan magnet bersangkutan adalah

    )](exp[ zktiHH ooAy

    dengan fungsi amplop

  • 42

    )( tvzEk

    H gAo

    o

    A

    Di dalam optik, sifat dispersi suatu bahan diungkapkan oleh indeks biasn()

    yang hubungannya dengan bilangan gelombangk adalah

    cnk

    )( (2.88)

    Dalam hal ini, kecepatan fasa adalah

    )(n

    cv f (2.89)

    Selanjutnya, dari persamaan (2.87) dan (2.88), dapat diturunkan kecepatan grup

    seperti

    ddnnc

    vg/

    . (2.90)

    Untuk dipersi normal, jelaslah bahwa kecepatan fasa selalu lebih besar daripada

    kecepatan grup. Dari persamaan di atas jelas pula bahwa kecepatan grup bergantung

    pada frekuensi cahaya. Inilah yang disebut sifat dispersi bahan optik.

    Sebagaimana telah diketahui, berkas cahaya putih yang melalui prisma terurai

    menjadi pelangi. Keluar dari prisma sinar biru membelok dengan sudut yang lebih

    besar daripada sinar merah. Itu berarti, sinar biru mengalami indeks bias lebih besar

    daripada sinar merah, seperti terlihat dalam Gambar 2.6. Dalam komunikasi serat

    optik, pulsa optik mengalami pelebaran karena sifat dispersi dari bahan pandu

    gelombang.

    Gambar 2.6 Indeks bias sebagai fungsi panjang gelombang.

    Kembali ke persamaan (2.83), kalau suku ketiga 22221 / okkdkd tidak diabaikan, maka pulsa akan mengalami pelebaran sepanjang penjalarannya; hal itu

    0,4 0,5 0,6 0,7 (m)

    n

    2,48

    2,47

    2,46

    2,45

  • 43

    akan menyebabkan perubahan bentuk pulsa. Jika k adalah pelebaran spektral, maka

    pelebaran kecepatan grup dirumuskan seperti

    kdk

    dvg 2

    2

    ~

    (2.92)

    Jadi, ketika pulsa menjalar dalam bahan, pelebaran dalam posisi adalah tvg .

    Contoh 2.8:

    Berdasarkan persamaan (2.90), (a) tentukan kecepatan grup sebagai fungsi panjang

    gelombang dan variasinya terhadap panjang gelombang. (b) Tunjukkan bahwa

    koefisien ekspansi Taylor 2221 / dkd berbanding lurus dengan kecepatan grup.

    Jawab:

    (a) ddnnc

    vg/

    Dengan

    cc

    2atau2 maka

    d

    dnc

    d

    d

    d

    dn

    d

    dn2

    2

    d

    dn

    d

    dnc

    d

    dn 2

    ddnnc

    vg/

    (2.92)

    Selanjutnya,

    222

    2

    22

    /

    /

    /

    ///

    ddnn

    dndc

    ddnn

    dndddnddnc

    d

    dvg

    Dvd

    dvg

    g 2 (2.93)

    dengan

    2

    2

    d

    nd

    cD (2.94)

    disebut dispersi material yang satuannya adalah ps/(nm. km).

    (b) c

    n

    d

    dn

    cd

    dk

    cnk

    ddnn

    cv

    dk

    dg

    /

  • 44

    2

    2

    2

    2

    /

    ////

    /

    ddnn

    dkdndddndkddkdnc

    ddnn

    c

    dk

    d

    dk

    d

    d

    dnv

    dk

    d

    d

    dn

    dk

    dng

    2

    22

    d

    ndv

    dk

    dn

    d

    d

    dkd

    ndg

    g

    vddnn

    dndddnc

    dk

    d2

    222

    1

    2

    2

    21

    /

    //

    (2.95)

    Suatu pulsa monokromatik yang menjalar sejauh z sepanjang pandu gelombang

    yang dispersif akan memerlukan waktu

    )()(

    gv

    z .

    Jika signal tidak monokromatik, tetapi mempunyai lebar pita , maka terjadi

    pelebaran pulsa (identik dengn penyebaran waktu tiba di z)

    gvd

    dz

    1.

    Karena 1/vg=dk/d maka

    2

    2

    d

    kdz . (2.96)

    Tetapi

    D

    d

    nd

    c

    cd

    dnn

    d

    d

    d

    kd

    2

    2

    2

    2 1

    .

    Dari persamaan (2.96) maka

    zD (2.97)

    Inilah pelebaran suatu pulsa yang lebar pitanya menjalar sejauh z dalam pandu

    gelombang yang memiliki dispersi material D. Jika 0 adalah pusat panjang

    gelombang dalam suatu pulsa, tiba di z pada saat t, maka gelombang dengan 0 tiba pada waktu t+.. Artinya,

    gelombang dengan

  • 45

    gelombang dengan >0. Misalnya, cahaya biru lebih cepat daripada cahaya merah di

    dalam pandu gelombang yang sama.

    Berdasarkan persamaan (2.97) dapat pula dinyatakan bahwa panjang pandu

    gelombang yang diperlukan hingga mulai terjadi pelebaran pulsa yang melebihi slot

    waktu 2 bit adalah L=2/(BD). Jadi, dengan laju data B=20 Gbit/s, parameter

    dispersi material pandu gelombang D=27 ps/(nm.km) dan lebar pita =0.2 nm,

    panjang L=60 km. Artinya, pada panjangL=60 km itu pulsa sudah rusak dan

    diperlukan pemasangan repeater untuk mengembalikan pulsa ke bentuknya semula.

    2.9 Bahan Optik Nonlinier

    Dalam paragraf 2.5 telah dikemukakan bahwa medan listrik dari cahaya yang datang

    mengenai suatu bahan optik akan menginduksikan polarisasi dalam bahan itu.

    Polarisasi itu selanjutnya menyebabkan dipol-dipol listrik di dalam bahan akan

    meradiasikan cahaya dengan frekuensi dan arah yang sama tapi bergeser fasanya dari

    cahaya datang. Cahaya yang diradiasikan itu menjalar melalui bahan dengan kecepatan

    fasa v=c/ndengan n adalah indeks bias bahan,

    1n

    di mana adalah suseptibilitas listrik bahan. Hubungan antara medan listrik dan

    polarisasi yang diinduksikan di dalam bahan adalah

    xx EP 0

    Secara umum adalah besaran tensor, tapi untuk sederhananya di sini dituliskan

    dalam bentuk skalar.

    Jika medan listrik cahaya cukup kecil, polarisasi listrik Pxberhubungan secara

    linier dengan medan Ex (lihat Gambar 2.7). Tetapi jika medan listrik cukup besar,

    hubungan itu menjadi tidak linier. Pada suatu material yang memiliki kisi dengan

    Gambar 2.7 Untuk medan kecil Px linier terhadap Ex. Untuk medan yang besar

    hubungan itu menjadi nonlinier, (a) untuk bahan yang mempunyai simetri inversi, dan

    (b) bahan yang tidak bersimetri inversi.

    Px

    Ex

    Px

    Ex

    (a) (b)

  • 46

    pusat simetri (centrosymmetric), jika x diganti dengan –x, y dengan –y dan z dengan –

    z, tidak ada perubahan pada material itu. Jika medan Ex diberikan pada arah +xmaka

    polarisasi Pxakan terinduksi pada arah +x itu juga. Jika kisi itu dibalik, tidak akan

    terjadi perubahan polarisasi karena kisi itu tetap saja. Jadi, pembalikan kisi

    menyebabkan Exmenjadi –Exdan Pxmenjadi -Px. Artinya, Pxadalah fungsi ganjil dari

    Exsehingga Pxmengandung Exdan 𝐸𝑥3, tapi tidak 𝐸𝑥

    2 (lihat Gambar 2.7 a).Jika

    Pxmengandung 𝐸𝑥2, tandanya tetap meskipunExdiubah menjadi –Ex. Oleh sebab itu,

    material yang mempunyai pusat simetri tidak memiliki (2)

    . Material yang memiliki

    (2)

    adalah material yang tidak mempunyai pusat simetri (non-centrosymmetric) seperti

    Gambar 27.b.

    2.9.1 Generasi Harmonik Kedua

    Misalkan gelombang optik dari cahaya berfrekuensi menjalar di dalam suatu bahan.

    Pada suatu titik di dalam material itu, medan listrik dari gelombang mempunyai

    kebergantungan waktu seperti

    tAtE cos)(

    (2.98)

    A adalah amplitude medan, dan fasa di set nol di t=0. Medan ini akan menginduksikan

    polarisasi

    tPtPP

    tEtEtP

    2coscos

    )()]([)(

    20

    )2()1(

    0

    (2.99)

    dengan

    2)2(02

    1

    2

    )1(0

    2)2(02

    1

    0

    AP

    AP

    AP

    (2.100)

    Terlihat bahwa polarisasi yang terinduksi mengandung:

    (i) 0P yang merupakan rektifikasi optikdi mana polarisasi yang statik (dc) dihasilkan

    sebagai respon bahan terhadap medan listrik cahaya yang bervariasi cepat;

    (ii) P yang menyebabkan dipol-dipol dalam bahan meradiasikan cahaya berfrekuensi

    , dan ini menghasilkan indeks bias linier.

    (iii) 2P yang menyebabkan dipol-dipol dalam material berosilasi dengan frekuensi 2

    dan akan meradiasikan cahaya berfrekuensi 2.

    Fenomena di mana cahaya yang diradiasikan berfrekuensi dua kali frekuensi cahaya

    yang menyinarinya disebut generasi harmonik kedua(second harmonic generation,

    SHG). Sifat ini dimanfaatkan dalam teknologilaser, untuk menghasilkan berkas laser

    warna biru (532 nm) dari laser inframerah (1064 nm). Material yang memiliki (2)0

  • 47

    tidak mempunyai simetri inversi. Kaca optik yang bersifat isotropis memiliki simetri

    inversi sehingga tidak memiliki suseptibilitas orde-2.

    Sekarang misalkan selain gelombang optik dari cahaya berfrekuensi material

    juga diberikan medan listrik statik,

    tAEtE cos)( 0

    (2.101)

    Polarisasi yang terinduksi adalah

    tPtPP

    tAEtAEtP

    2coscos

    )cos()cos()(

    20

    2

    0

    )2(

    00

    )1(

    0

    (2.102a)

    dengan

    2)2(02

    0)2()1(

    0

    2)2(00

    )1(00

    2

    1

    ]2[

    2

    1

    AP

    AEP

    AEP

    (2.102b)

    Dari P terlihat

    0)2()1( 2 E

    Indeks bias

    )1(

    0

    )2()1(

    0

    )2()1(

    1

    211

    21

    E

    En

    Karena )1(

    0 1 n dan 2

    00

    )2()1(

    0

    )2( /1)1/(21 nEE maka

    0

    0

    )2(

    0n

    Enn

    (2.103)

    Dengan menuliskan

    nnn 0 (2.104a)

    maka

    0

    0)2(

    n

    En

    (2.104b)

    Jadi, medan statik E0menyebabkan timbulnya tambahan indeks bias material SHG.

    Jauh sebelumnya, Pockel menemukan efek elektrooptik terhadapa indeks bias,

    dengan

  • 48

    030

    2

    1rEnn

    (2.105)

    di mana r adalah koefisien Pockel. Beberapa contoh bahan nonlinier order-2

    diperlihatkan dalam Tabel 2.2

    Tabel 2.2 . Beberapa contoh bahan nonlinier order-2 (Quimby, 2006) .

    Kristal Daerah

    transmissi(μm)

    n0 (2)

    (10-12

    m/V)

    Kalium dihidrogen fosfat

    (KDP)

    0,18-1,45

    1,495

    0,86

    Litium niobat (LiNbO3) 0,4-5,5 2,234 12

    Perak gallium selenida

    (AgGaSe)

    0,5-13 2,316 40

    CdGeAs2 2,4-18 3,530 470

    Terlihat dalam tabel bahwa semakin besar n0semakin besar pula (2)

    , dan daerah

    transmissi bergeser ke panjang gelombang lebih besar. Hal ini berkaitan dengan

    bandgap; semakin kecil bandgap semakin kuat interaksi foton-material dan akibatnya

    semakin besar n0 dan (2)

    .

    Salah satu aplikasi efek Pockel adalah switching cahaya dalam pandu

    gelombang planar. Pada suatu interferometer Mach-Zehnder seperti dalam Gambar

    2.8, satu sisinya diisi dengan kristal dari bahan SHG seperti LiNbO3yang

    diperlengkapi dengan sumber tegangan listrik.Kristal diposisikan sedemikian sehingga

    cahaya menjalar sepanjang sumbu x, dengan medan dari tegangan listrik dc dan

    medan listrik dari cahaya tepat pada sumbu z. Misalkan d tebal pandu gelombang,

    sama dengan jarakantarakedua elektroda, danL panjang kristal.Perubahan fasa

    Gambar 2.8 Interferometer Mach-Zehnder dengan pandu gelombang planar; satu sisi

    diisi dengan kristal LiNbO3 dan diperlengkapi dengan sumber tegangan dc (Quimby,

    2006)

    gelombang cahaya karena pemberian medan listrik dc akan mengubah amplitudo

    keluaran.Perubahan fasa itu merupakan akibat dari perubahan indeks bias:

    LnnLk o )(2

    .

    z

    x

    V LiNbO3

  • 49

    Dengan persamaan (2.103), maka beda fasa itu adalah

    LEn

    0

    )2(

    0

    12

    (2.106)

    Medan listrik dc E0 diperoleh dari tegangan V. Karena tegangan itu adalah tegangan

    dc maka E0=V/d, sehingga beda fasa menjadi

    Ld

    V

    n

    )2(

    0

    12

    (2.107)

    Tegangan yang diperlukan agar beda fasa menjadi 1800 adalah

    L

    dnV

    )2(

    0

    2

    (2.108)

    Jelas bahwa dengan tegangan dc bisa dilakukan switching cahaya.

    Sistem yang sama bisa juga dimanfaatkan untuk memodulasi gelombang

    cahaya. Dalam hal ini, tegangan listrik dc diganti dengan tegangan listrik V(m) di

    mana m adalah frekuensi modulasi.

    2.9.2 Generasi Harmonik Ketiga

    Untuk material isotropik seperti glass yang memiliki simetri inversi, polarisasi

    terinduksi oleh medan listrik adalah

    )()]([)( 2)3()1(0 tEtEtP

    Misalkan material disinari dengan medan listrik di suatu titik di dalam material

    tAtE cos)(

    sehingga

    tAtAtP cos])cos([)( 2)3()1(0

    Mengingat 4/)3coscos3(cos3 maka

    tPtPtP 3coscos)( 3

    (2.109a)

    di mana

    3)3(

    03

    2)3()1(

    0

    )4/1(

    ])4/3([

    AP

    AAP

    (2.109b)

  • 50

    Di sini P0 =P2=0 karena material bersimetri inversi. Dalam material terinduksi

    polarisasi berfrekuensi 3 yang akan menimbulkan tambahan cahaya dengan

    frekuensi tiga kali frekuensi cahaya masuk. Ini disebut generasi harmonik ketiga (third

    harmonic generatin, THG). Dari P didapat

    2)3()1( )4/3( A

    (2.110)

    Indeks bias

    0

    2)3(

    0

    )1(

    2)3()1(

    2)3()1(

    8

    3

    1

    )4/3(11

    )4/3(1

    n

    An

    A

    An

    Dengan nnn 0 maka tambahan indeks bias itu adalah

    0

    2)3(

    8

    3

    n

    An

    (2.111)

    Karena intensitas cahaya adalah 2

    00)2/1( AcnI , maka Inn 2 sehingga

    Innn 20 (2.112)

    dengan

    0

    2

    0

    )3(

    24

    3

    cnn (2.113)

    disebut indeks bias nonlinier. Kalau intensitas dalam satuan W/m2 maka n2 bersatuan

    m2/W.Variasi indeks bias dengan intensitas cahaya disebut intensity dependent

    refractive index (IDRI). Beberapa contoh bahan nonlinier order-3 diperlihatkan dalam

    Tabel 2.3 (Boyd et al., 2001).

    Sifat IDRI suatu bahan optik merupakan dasar bagi fenomena degenerate four

    wavemixing. Fenomena ini dapat dipakai dalam penentuan respon nonlinier sangat

    cepat yang diperlukan untuk devais fotonik. Selain itu, sifat ini pula yang mendasari

    self-phase modulation, self-focusing, optical phase conjugation, spatial

    solitondantemporal soliton (Boyd, 1992).

    Jauh sebelumnya Kerr telah menemukan pengaruh listrik dc terhadap indeks

    bias suatu bahan linier orde-3 yang disinari. Pengaruh ini disebut effek elektrooptik

    Kerr. Misalkan bahan dikenai medan listrik seperti persamaan (2.102):

    tAEtE cos)( 0

  • 51

    Tabel 2.3 . Beberapa contoh bahan nonlinier order-3(Quimby, 2006).

    Bahan n0 n2 (cm2/W)

    (3)(esu)

    Al2O3 1,8 2,910-15

    2,210-14

    CdS 2,34 5,110-14

    7,010-12

    GaAs 3,47 3,310-13

    1,010-10

    TiO2 2,48 9,410-15

    1,510-12

    ZnSe 2,7 3,010-14

    4,410-12

    As2S3 2,4 2,010-13

    2,910-11

    BK-7 1,52 3,410-16

    2,010-14

    SF-55 1,73 2,010-15

    1,510-13

    SF-99 1,953 3,310-15

    3,110-13

    Polidiasetilen 1,56 310-12

    610-10

    4BCMU 1,56 -1,510-13

    -9,210-12

    Untuk (3)

    : 1 esu=17,25410-8

    (m/V)2

    Polarisasi terinduksi adalah

    tPtPtPP

    tAEtAEtP

    3cos2coscos

    )cos()cos()(

    320

    3

    0

    )3(

    00

    )1(

    0

    dengan

    3)3(

    03

    2

    0

    )3(

    02

    2)3(

    0

    2

    0

    )3()1(

    0

    2

    0

    )3(

    0

    3

    0

    )3(

    00

    )1(

    00

    4

    1

    2

    3

    )4

    33(

    )2

    3(

    AP

    AEP

    AAEP

    AEEEP

    Dalam hal ini, karena ada medan listrik dc maka P0 dan P2 tidak sama dengan nol.

    Indeks bias bahan karena dikenai medan listrik dc di peroleh dari P

    2

    0

    0

    )3(

    0

    2

    0

    )3()1(

    2

    3

    31

    En

    n

    En

    Dengan nnn 0 , maka

    2

    0

    0

    )3(

    2

    3E

    nn

    (2.114)

    Inilah yang disebut effek elektrooptik Kerr. Effek ini dapat dimanfaatkan untuk

    switching seperti Gambar 2.8.

  • 52

    Jauh sebelumnya, Kerr menemukan efek elektrooptik ini. Dia menggunakan

    rumusan seperti

    2

    0bEn (2.115)

    Untuk beberapa bahan, parameter b adalah seperti Tabel 2.4.

    Tabel 2.4 Parameter elektrooptik Kerr untuk beberapa bahan (Quimby, 2006).

    Bahan b (10-20

    m2/V

    2)

    Nitrobenzen 206

    Air 1,85

    Kaca 10-2

    -1

  • 53

    Soal-soal

    2.1 Tuliskan ungkapan ruang-waktu dari medan-medan listrik kompleks di bawah ini:

    a) ikzexrE ˆ3)(

    ;

    b) ikzeyixrE ˆ2ˆ)(

    ;

    c) ikzeyixrE ˆˆ2)(

    2.2 Dari persamaan-persamaan Maxwell turunkan persamaan gelombang yang

    bergantung waktu untuk medan magnet di dalam bahan dielektrik homogen.

    2.3 Suatu gelombang elektromagnet berosilasi dengan frekuensi sudut 31015 rad/s.

    tentukanlah panjang gelombangnya di dalam (a) ruang hampa, dan (b) bahan

    dengan konstanta dielektrik 2,25.

    2.4 Sebuah gelombang elektromagnet didefenisikan seperti E=Ey0 exp[-ik0(x+√3 z)]

    di mana k0 adalah tetapan penjalaran dalam ruang hampa. Tentukanlah (a) arah

    polarisasi, (b) arah penjalaran dan (c) indeks bias medium.

    2.5 Gelombang optik dengan panjang gelombang 0=0,633 m menjalar dalam bahan

    komlpeks yang tetapan dielektriknya 2,25-i10-8

    . Tentukanlah (a) tetapan

    penjalaran dan koefisien absorpsi, (b) jarak yang dilalui gelombang sehingga

    dayanya 1/e daya semula.

    2.6 Gelombang bidang yang menjalar sepanjang sumbu-z memiliki medan listrik