rahmat rizali bab 8
TRANSCRIPT
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB VIII
PEMBUATAN BRIKET DAN UJI PEMBAKARAN BATUBARA HASIL MIXING
8.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum briket dan uji pembakaran batubara hasil mixing,
yaitu:
1. Praktikan mengerti tentang briket batubara non karbonisai dan briket
batubara karbonisasi.
2. Praktikan mampu melaksanakan proses pembuatan briket batubara non
karbonisasi dan briket batubara kabonisasi.
3. Praktikan mampu menganalisa campuran bahan dalam briket batubara non
karbonisasi dan briket batubara karbonisasi.
4. Praktikan mampu menganalisa kaitan campuran bahan dalam
pembuatan briket batubara non karbonisasi dan briket batubara karbonisasi
dengan hasil pembakarannya.
8.2. Dasar Teori
Secara umum batubara digunakan untuk tujuan pembakaran, memasak,
hydrogenation maupun pyrolysis. Batubara telah digunakan untuk untuk jangka
waktu yang lama sebagai penghasil tenaga, meskipun usaha-usaha yang lebih
besar telah dilakukan untuk memperoleh produk-produk kimia maupun bahan
bakar cair berbahan dasar batubara (Istiadi, 2008).
Sulfur merupakan bagian dari mineral sulfat dan sulfida di dalam
batubara yang sifatnya mudah bersenyawa dengan unsur hidrogen dan oksigen
untuk membentuk senyawa asam, maka keberadaan sulfur diharapkan dapat
seminimal mungkin. Karena hal tersebut dapat memicu polusi udara dari hasil
pembakaran batubara. Untuk menganalisa kandungan sulfur pada batubara
biasanya digunakan alat Furnace Total Sulfur dengan High Temperature
Combustion Method yang sesuai dengan standar ISO 351-1996. Pada alat ini
prosesnya menggunakan sistem pembakaran untuk memperoleh gas sulfur
Rahmat Rizali
H1C111060
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
dengan suhu pembakaran 1250-13500C. Pembakaran ini biasanya
membutuhkan waktu beberapa menit untuk memperoleh total seluruh
kandungan sulfur yang ada pada sampel batubara.
Disamping unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, belerang, dan
nitrogen di dalam batubara ditemukan pula unsur-unsur logam yang berasal
dari pengotor batubara, yaitu lapisan batubara yang tersisip dan terperangkap
diantara lapisan batubara.
Blending merupakan cara terbaik untuk mengatasi masalah ketersediaan
batubara dan ketergantungan terhadap satu sumber pemasok batubara untuk
pembangkit listrik di Indonesia. Batubara peringkat tinggi umumnya
mempunyai sifat ketergerusan rendah atau sulit digerus dan parameter ini perlu
diperhatikan karena cenderung tidak bersifat aditif sehingga hasil blending
dengan batubara peringkat rendah tidak dapat diprediksi menggunakan rumus
linier.
Kokas sebagai bahan baku proses pembuatan baja di dalam blast
furnace, kokas dihasilkan dari pemanasan batubara jenis coking coal. Coking
coal adalah batubara yang ketika dipanaskan pada temperatur tinggi tanpa
udara mengalami tahapan plastis sementara, yaitu secara berurutan mengalami
pelunakan, pengembangan, dan memadat kembali menjadi kokas. Batubara
lainnya yang tidak memiliki kemampuan untuk dijadikan kokas merupakan
batubara jenis non-coking coal. Indonesia memiliki sumberdaya batubara
kualitas rendah dengan jumlah cadangan terbanyak. Batubara kualitas rendah
ini lebih banyak merupakan batubara jenis non-coking coal. Oleh karena itu,
dilakukan pengembangan batubara jenis non-coking coal di Indonesia sebagai
bahan baku industri metalurgi yaitu dengan cara metode coal blending. Metode
coal blending merupakan proses pencampuran batubara jenis coking coal dan
non-coking coal dengan perbandingan komposisi tertentu. Metode ini
dilakukan agar batubara jenis non-coking coal yang melimpah di Indonesia
dapat dimanfaatkan sebagai kokas. Proses pembuatan kokas dilakukan dengan
memanaskan coking coal di dalam coke oven pada suhu 900 – 1100oC. Pada
suhu 900oC, volatile matter mulai menguap jika dipanaskan di dalam tungku
tertutup. Setelah volatile matter menguap semua, bersamaan mulai terbentuk
Rahmat Rizali
H1C111060
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
pula kokas yang stabil. Beberapa kandungan dalam batubara yang
mempengaruhi kualitas pembuatan kokas, diantaranya adalah kandungan
sulfur, kandungan abu (ash) dan bentuk CSN (crucible swelling number).
Batubara dengan kadar sulfur tinggi mempunyai nilai jual yang rendah jika
batubara dipakai sebagai bahan bakar. Apabila dipakai sebagai kokas metalurgi
pada pembuatan baja maka batubara dengan sulfur yang tinggi akan
menimbulkan masalah dengan keberadaan sulfur di dalam produk baja
(Yustanti, 2012).
Secara kimia, batubara terdiri atau tersusun atas beberapa komponen
utama, yaitu :
1. Moisture
Dalam batubara moisture paling sedikit terdiri atas satu senyawa
kimia tunggal. Wujudnya dapat berbentuk air yang dapat mengalir dengan
cepat dari dalam sampel batubara, senyawa teradsorpsi, atau sebagai
senyawa yang terikat secara kimia. Sebagian moisture merupakan
komponen zat mineral yang tidak terikat pada batubara.
Moisture didefinisikan sebagai air yang dapat dihilangkan bila
batubara dipanaskan sampai 105 0C. Semua batubara mempunyai pori-pori
berupa pipa kapiler. Dalam keadaan alami, pori-pori ini dipenuhi oleh air.
Didalam standar ASTM, air ini disebut moisture bawaan (inherent
moisture). Ketika batubara ditambang dan diproses, air dapat teradsorpsi
pada permukaan kepingan batubara, dan standar ASTM menyebutnya
sebagai moisture permukaan (surface moisture).
Moisture yang datang dari luar saat batubara itu ditambang dan
diangkut atau terkena hujan selama penyimpanan disebut free moisture
(istilah ini dikemukakan dalam standar ISO) atau air dry loss (istilah yang
digunakan oleh ASTM). Moisture ini dapat dihilangkan dari batubara
dengan cara dianginkan atau dikering-udarakan. Moisture in air dried
sample (ISO) atau residual moisture (ASTM) ialah moisture yang hanya
dapat dihilangkan bila sampel batubara kering-udara yang berukuran lebih
kecil dari 3 mm (istilahnya batubara ukuran minus 3 mm atau -3 mm)
dipanaskan hingga 105 0C. Penjumlahan antara free moisture dan residual
Rahmat Rizali
H1C111060
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
moisture disebut total moisture. Dalam analisis batubara, yang ditentukan
hanya moisture yang terikat secara fisika, sedangkan yang terikat secara
kimia (air hidratasi) tidak ditentukan.
Jenis-jenis moisture yang biasanya ditentukan dalam analisis
batubara adalah :
a. Total Moisture (TM)
b. Free Moisture (FM) atau Air Dry Loss (ADL)
c. Residual Moisture (RM) atau Moisture in air dried sample (MAD)
d. Equilibrium moisture (EQM) atau Moisture holding capacity (MHC)
e. Moisture in the analysis sample (dalam analisis proksimat, disingkat
Mad).
Total Moisture (TM), disebut pula sebagai as received moisture
(istilah yang digunakan oleh pembeli batubara) atau as sampled moisture
(istilah yang digunakan oleh penjual batubara), menunjukkan pengukuran
jumlah semua air yang tidak terikat secara kimiawi, yaitu air yang
teradsorpsi pada permukaan, air yang ada dalam kapiler (pori-pori)
batubara, dan air terlarut (dissolved water).
2. Zat Mineral
Zat mineral atau mineral matter terdiri atas komponen-komponen
yang dapat dibedakan secara kima dan fisika. Zat mineral terdiri atas ash
(abu) dan zat anorganik yang mudah menguap (inorganic volatile matter).
Apabila batubara dibakar akan terbentuk ash yang terdiri atas berbagai
oksida logam pembentuk batuan, sedangkan zat anorganik yang mudah
menguap akan pecah menjadi gas karbon dioksida (dari karbonat-
karbonat), sulfur (dari pirit), dan air yang menguap dari lempung.
Material anorganik, yaitu mineral bukan karbonat yang merupakan
bagian dari struktur tumbuhan, adalah zat mineral bawaan di dalam
batubara yang persentasenya relatif kecil. Zat mineral dari luar yang
kemungkinana berasal dari debu atau serpih yang tebawa air atau yang
larut dalam air selama pembentukan gambut atau tahapan selanjutnya dari
pembentukan batubara persentasenya lebih besar dan bervariasi, baik
jumlah maupun susunannya.
Rahmat Rizali
H1C111060
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Mineral terbanyak di dalam batubara, yaitu kaolin, lempung, pirit,
dan kalsit. Semua mineral itu akan mempertinggi kadar silikon lainnya.
Oksida alumunium, besi, dan kalsium, di dalam ash. Kemudian menyusul
berbagai senyawa magnesium, natrium, kalium, mangan, fosfor, dan sulfur
yang didapatkan dalam ash dengan persentase yang berbeda-beda.
3. Senyawa batubara
Senyawa batubara terdiri atas zat organik yang mudah menguap
dan fixed carbon. Zat organik yang mudah menguap kebanyakan tersusun
atas (1) gas-gas yang dapat terbakar seperti hidrogen, karbon monoksida,
dan metan, (2) uap yang dapat mengembun, seperti tar dengan sedikit
kandungan gas yang dapat terbakar, dan (3) uap seperti karbon dioksida
dan air, yang terbentuk dari penguraian senyawa karbon secara termis.
Kandungan volatile matter (gabungan zat organik dan anorganik yang
mudah menguap) berkaitan sekali dengan peringkat batubara dan
merupakan parameter yang penting dalam mengklasifikasikan batubara.
(Anonim, 2013)
Blending merupakan cara terbaik untuk memperbaiki dan menyatukan
sifat dan kualitas batubara dari daerah atau dengan jenis yang berbeda,
sehingga memungkinkan dapat memenuhi persyaratan konsumen.
Blending yang dilakukan didasarkan pada pencampuran kalori rendah
dengan kalori tinggi atau antara batubara peringkat rendah dengan peringkat
tinggi. Berdasarkan data kualitas tersebut di atas, blending batubara Indonesia
antara peringkat rendah dan peringkat tinggi dapat dimungkinkan untuk
memenuhi persyaratan nilai kalor sebesar 5.242 kal/g (as received) dan
parameter yang bersifat aditif lainnya, seperti misalnya kadar air, kadar abu dan
kadar belerang.
Biasanya blending dilakukan antara batubara peringkat rendah dan
peringkat tinggi, kadar abu tinggi dan abu rendah, kadar belerang tinggi dan
belerang rendah. Dalam suatu pembangkit listrik, sistem blending dapat
memberikan banyak keuntungan di antaranya:
Rahmat Rizali
H1C111060
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
1. Meningkatkan kelenturan (fleksibilitas) dan memperluas kisaran batubara
yang dapat digunakan.
2. Diversifikasi pasokan batubara untuk keamanan pasokan.
3. membantu mengatasi masalah yang terjadi apabila digunakan batubara
yang di luar pesifikasi.
(Anonim, 2013)
Untuk melakukan pengujian pembakaran maka batubara serbuk dibuat
briket. Dari pertimbangan diatas bahwa pemberian bahan pengikat dapat
meningkatkan nilai kalor bahan bakar briket. Dalam hal ini tentu saja perlu
mengetahui mudah dan tidaknya penyalaan bahan bakar ini. Percobaan
pembakaran ini dilakukan untuk mengetahui kualitas batubara dalam hal proses
penyalaan dan pembakaran (Istiadi, 2008).
Rahmat Rizali
H1C111060
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
8.3. Alat dan Bahan
8.3.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini, diantaranya
adalah:
a. Crusher berfungsi sebagai alat yang mereduksi ukuran dari sampel
batubara.
Gambar 8.1
Sketsa crusher
b. Cetakan briket, digunakan untuk mencetak campuran material
menjadi bentuk briket.
Gambar 8.2
Rahmat Rizali
H1C111060
Crushernya bayangkan sendiri
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Sketsa cetakan briket
c. Timbangan dan neraca analitik, berfungsi untuk mengukur berat
sampel batubara dalam pembuatan briket.
Gambar 8.3
Sketsa timbangan dan neraca analitik
d. Sendok, berfungsi untuk memindahkan material dan batubara
maupun campurannya.
Gambar 8.4
Sketsa Sendok
Rahmat Rizali
H1C111060
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
e. Ember berfungsi sebagai wadah mengaduk dan proses
pencampuran bahan pembuatan briket batubara karbonisasi dan non
karbonisasi serta sebagai wadah atau tempat merendam briket
dalam minyak tanah.
Gambar 8.5.
Sketsa ember
f. Safety tools, digunakan untuk menjadi alat pengaman saat jalannya
praktikum batubara.
Gambar 8.6.
Sketsa safety tools
Rahmat Rizali
H1C111060
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
g. Kompor briket, digunakan sebagai alat untuk proses pembakaran
briket batubara.
Gambar 8.7.
Sketsa kompor briket
h. Korek api, sebagai penyulut api pada pembakaran awal.
Gambar 8.8.
Sketsa Korek Api
Rahmat Rizali
H1C111060
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
i) Stopwatch, digunakan sebagai pengukur lama waktu pembakaran
briket batubara.
Gambar 8.9.
Sketsa stopwatch
5.3.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini,
antara lain:
a. Batubara non karbonisasi kalori 5000 kkal dan batubara karbonisasi
kalori 5250 kkal digunakan sebagai bahan utama dalam briket.
b. Kaolin digunakan sebagai penurun panas yang dihasilkan dari
pembakaran briket.
c. Kanji digunakan sebagai bahan perekat material.
d. Kapur digunakan untuk mengurangi bau saat pembakaran.
e. Serbuk kayu digunakan sebagai material untuk mempercepat
pembakaran batubara.
f. Minyak tanah, penyulut atau pemicu api pada saat pertama kali
pembakaran dan untuk merendam briket batubara non-karbonisasi
dan briket batubara karbonisasi.
Rahmat Rizali
H1C111060
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
8.4. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
8.4.1. Pembuatan Briket
a. Briket Batubara Non Karbonisasi
Adapun prosedur percobaan untuk pembuatan briket
batubara, yaitu:
Gambar 8.10
Flowchart pembuatan briket batubara non-karbonisasi
Langkah kerja:
1) Menyiapkan material batubara non karbonisasi dengan kalori
5000 kkal dari hasil mixing.
2) Mencampurkan batubara dengan kaolin kering, kanji, kapur
gamping, dan serbuk kayu hingga berat totalnya mencapai 100
gram.
3) Mencetak campuran material tadi dengan menggunakan
cetakan briket batubara kemudian mengeringkannya.
4) Mengamati dan mencatat:
5) Campuran bahan briket
6) Kekuatan fisik briket
7) Bentuk hasil akhir cetakan
Rahmat Rizali
H1C111060
Batubara non karbonisasi dengankalori 5000 kkal
Batubara + kaolin + kanji + serbuk kayu + kapur gamping dengan total berat 100 gram
Briket batubara non-karbonisasi
dicampur dan dicetak
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Briket Batubara Karbonisasi
Adapun prosedur percobaan untuk pembuatan briket
batubara, yaitu:
Gambar 8.11
Flowchart Pembuatan Briket Batubara Karbonisasi
Langkah kerja:
1) Menyiapkan material batubara karbonisasi dengan kalori 5250
kkal dari hasil mixing.
2) Mencampurkan batubara dengan kaolin kering, kanji, kapur
gamping, dan serbuk kayu hingga berat totalnya mencapai 100
gram.
3) Mencetak campuran material tadi dengan menggunakan cetakan
briket batubara kemudian mengeringkannya.
4) Mengamati dan mencatat:
5) Campuran bahan briket
6) Kekuatan fisik briket
7) Bentuk hasil akhir cetakan
Rahmat Rizali
H1C111060
Batubara karbonisasi dengankalori 5250 kkal
Batubara + kaolin + kanji + serbuk kayu + kapur gamping dengan total berat 100 gram
Briket batubara non-karbonisasi
dicampur dan dicetak
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
8.4.2. Pembakaran Briket
a. Pembakaran Briket Batubara Non Karbonisasi
Prosedur pada percobaan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 8.12.
Flowchart uji pembakaran briket karbonisasi
Langkah Kerja:
1) Menyiapkan kompor briket di daerah atau tempat terbuka.
2) Memasukkan briket ke dalam ember berisi minyak tanah.
3) Memasukkan briket yang sudah direndam dalam minyak tanah
ke dalam kompor briket.
4) Membakar briket.
5) Menganalisa hasil pembakaran.
6) Memasukkan data hasil analisa ke dalam tabel.
Rahmat Rizali
H1C111060
Briket batubara karbonisasi kalori 5000
kkal
Minyak tanah + ember
Kompor briket
Hasil pembakaran
Dicelupkan
Dimasukan dan dibakar
Dihasilkan
Hasil analisa
Dianalisa
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Pembakaran Briket Batubara Karbonisasi
Prosedur pada percobaan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 8.13.
Flowchart uji pembakaran briket karbonisasi
Langkah Kerja:
1) Menyiapkan kompor briket di daerah atau tempat terbuka.
2) Memasukkan briket ke dalam ember berisi minyak tanah.
3) Memasukkan briket yang sudah direndam dalam minyak tanah
ke dalam kompor briket.
4) Membakar briket.
5) Menganalisa hasil pembakaran.
6) Memasukkan data hasil analisa ke dalam tabel.
Rahmat Rizali
H1C111060
Briket batubara non karbonisasi kalori 5250
kkal
Minyak tanah + ember
Kompor briket
Hasil pembakaran
Dicelupkan
Dimasukan dan dibakar
Dihasilkan
Hasil analisa
Dianalisa