radio farmasi
DESCRIPTION
makalah tugas radiofarmasi S1TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Disadari atau tidak, ilmu dan teknologi nuklir memainkan peranan yang sangat
penting dalam kehidupan manusia sekarang,jauh lebih besar dari sekedar sebagai sumber
energy listrik yang dihasilkan dari pembangkit tenaga nuklir( PLTN ). Hasil survey ekonomi
di Amerika Serikat pada tahun 1992 menunjukkan bahwa,profit ekonomi yang diperoleh dari
pekerjaan yang berhubungan dengan pemanfaatan ilmu dan teknologi nuklir di bidang
kesehatan,manufaktur,penelitian,radiasi makanan,pengolahan limbah,transportasi,dan
sejenisnya mencapai 4 – 5 kali lebih besar dari benefit ekonomi yang dihasilkan oleh PLTN.
Memasuki abad ke 21 ini,peranan tersebut akan makin dominan seiring dengan
kemajuan baik dalam ilmu dan teknologi nuklir itu sendiri maupun pengaruh kemajuan
bidang – bidang lain. Karena banyak persoalan interdisiplin yang hanya bisa dipecahkan
dengan melibatkan teknologi nuklir. Salah satu bidang interdisiplin dari hasil simbiosis
antara teknologi nuklir dan biologi serta farmasi yang selanjutnya melahirkan bidang lain
adalah Radio Farmasi atau Farmasi Nuklir dan Kedokteran Nuklir.
Pencegahan dan pengobatan penyakit merupakan fokus utama dari Kedokteran
Nuklir. Beberapa penyakit yang lazim diobati dengan terapi kedokteran nuklir adalah Thyroid
( kelenjar gondok ), kankes prostat, hyperthyroidism, polycythaemia ( kelainan sel darah
merah dan kenaikan jumlah darah ), dan leukemia ( kenaikan jumalh sel darah putih ) serta
banyak penyakit lainnya. Untuk Eropa terapi Kedokteran Nuklir bahkan sudah lazim
diterapkan dalam pengobatan arthritis ( radang sendi ). Aplikasi secara klinis dari isotop
1
radioaktif dimulai tahun 1973 untuk penanganan penderita leukemia di University of
California di Barkeley.
B.TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami tentang Radio Farmasi Rumah Sakit dan Kedokteran
Nuklir.
2. Sebagai tugas individu pada mata kuliah Radio Farmasi
C.RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
1. Pengertian Radio farmasi dan kedokteran nuklir
2. Aplikasi radiologi dalam kesehatan / rumah sakit
3. Sifat fisik sinar X
4. Prosedur penggunaan radiofarmaka
5. Sifat-sifat ideal radio farmaka Imaging
6. Efek radiofarmasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN RADIO FARMASI DAN KEDOKTERAN NUKLIR
Radio Farmasi adalah suatu bidang ilmu kefarmasian ( penyiapan,pembuatan
sediaan,penyimpanan,pendistribusian,dispensing) yang memanfaatkan unsur/atom radioaktif
yang digunakan baik untuk tujuan diagnosis maupun terapi. Radio farmasi atau Farmasi
nuklir juga didefinisikan sebagai penggunaan prinsip dan cara-cara farmasi dan radiokimia
untuk pembuatan obat yang mengandung atom radioaktif ( radiofarmaka) bagi keperluan
diagnosis dan penyembuhan (terapi) penyakit yang diidap oleh pasien. Senyawa kimia atu
obat , yang salah satu atom penyusun strukturnya adalah nuklida radioaktif ,untuk keperluan
diagnosis atau penyembuhan(terapi) suatu penyakit dan dapat diberikan kepada pasien secara
oral,parenteral,dan inhalasi disebut sebagai Radiofarmaka. Radiofarmaka diformulasikan
dalam berbagai wujud kimia dan fisika untuk mengarahkan keradioaktifan ke bagian-bagian
tertentu dari tubuh dengan harapan bahwa radiasi yang dipancarkan dari radiofarmaka
diagnosa denagn mudah akan keluar dari tubuh sehingga memungkinkan deteksi dan
pengukuran dilakukan diluar tubuh.
Kedokteran Nuklir adalah bidang keahlian dalam kedokteran yang menggunakan
isotop radioaktif secara aman, tanpa sakit,dan murah, baik untuk pencitraan,maupun untuk
pencegahan dan pengobatan penyakit. Jadi ada 2 fokus utama dalam kedokteran nuklir, yaitu
pencitraan organ tubuh serta pencegahan dan pengobatan penyakit. Pencitraan di sini unik
karena dapat menggambarkan fungsi dan struktur organ tubuh sekaligus,sehingga banyak
penyakit yang bisa diseteksi lebih dini ,dengan demikian pengobatannya pun dapat lebih
3
efektif. Untuk tujuan pencegahan dan oengobatan penyakit/ diagnosa , digunakan senyawa
spesifik yang akan masuk ke dalam organ yang akan di diagnosa dimana senyawa tersebut
sebelumnya telah ditandai dengan isotop. Kemudian senyawa tersebut dimasukkan ke dalam
organ yang akan di peiksa ,lalu pasien difoto dengan kamera khusus. Senyawa yang telah
ditandai dengan isotop memiliki waktu paruh yaitu waktu dimana konsentrasi dalam tubuh
tersisa setengahnya. Setiap selang waktu itu, kadar senyawa tersebut berkurang setengahnya
sehingga akhirnya tersisa dalam jumlah yang amat kecil dan akan habis diekskresikan melalui
urin. Selama waktu tersebut pasien harus di observasi di rumah sakit. Tindakan ini hanya
dapat dilakukan di rumah sakit yang memiliki sarana kedokteran nuklir,dan bangunan serta
system drainasenya di rancang khusus sesuai peraturan,sehingga limbah tidak membahayakan
bagi masyarakat.
B.APLIKASI RADIOLOGI DALAM KESEHATAN / RUMAH SAKIT
Dunia medis erat kaitannyadengan diagnosis dan pengobatan (terapi) suatu penyakit.
Berbagai cara dan teknologi diterapkan untuk melakukan keduanya. Ada yang menggunakan
obat-obatan herbal,kimia,hingga ke sinar dari radioaktif. Sinar radioaktif yang umum
digunakan adalah sinar X untuk rontgen. Selain itu ,saat ini juga ada teknologi dengan
menggunakan sinar gamma dan materi bermuatan( alfa dan beta ). Penggunaannya melalui
aliran darah,baik dengan oral,injeksi,maupun diisap/inhalasi.
Sinar X ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen,seorang professor fisika dari
Universitas Wurzburg,Jerman. Saat itu beliau melihat timbulnya sinar fluoresensi yang
berasal dari Kristal Barium Platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik.
Pada tahun 1901 beliau mendapat nobel atas penemuan tersebut. Akhir Desember 1895 dan
awal Januari 1896 , Dr. Otto Walkhoff adalah dokter gigidan orang pertama pertama yang
memakai sinar X pada foto gigi ( premolar bawah ) dengan waktu penyinaran 25 menit.
4
Kemudian seorang ahli fisika Walter Koenig menjadikan waktu penyinaran menjadi 9
menit,dan sekarang waktu penyinaran menjadi 1/10 detik ( 6 impuls ).
Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang listrik,radio,inframerah panas,cahaya,sinar gamma,sinar kosmik,dan sinar
ultraviolet tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Penggunaan sinar X adlah
sesuatu yang sangat penting untuk diagnosa gigi geligi serta jaringan sekitarnya dan
pemakaiannya paling banyak pada diagnostic imaging system. Perbedaan antara sinar X
dengan sinar elektromagnetik lainnya terletak pada panjang gelombang dimana panjang
gelombang pada sinar X lebih pendek yaitu :
1 A = 1/100.000.000 cm = 10-8 cm.
Lebih pendek panjang gelombang dan lebih besar frekuensinya maka energy yang diberikan
lebih banyak. Energy pada sinar X memberikan kemampuan untuk penetrasi khususnya
gigi,tulang dan jaringan di sekitar gigi. Kemampuan sinar X menghasilkan gambar
mengindikasikan sinar X dapat menembus kulit,jaringan,dan tulang.
Sinar X tidak dapat dilihat mata,bergerak lurus yang mana kecepatannya sama
dengan kecepatan cahaya,tidak dapat difraksikan dengan lensa atau prisma tetapi dapat
difraksikan dengan kisi Kristal. Dapat diserap oleh timah hitam, dapat dibelokkan setelah
menembus logam atau benda padat,mempunyai frekuensi gelombang yang tinggi. Sinar X
juga mempunyai beberapa sifat fisik .
5
C.SIFAT FISIK SINAR X
Sinar X memiliki beberapa sinar fisik ,yaitu:
1.Daya Tembus
Sinar X dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus yang
sangat besar seperti tulang dan gigi. Makin tinggi tegangan tabung( besarnya KV )yang
digunakan,makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu
benda,makin besar daya tembusnya.
2.Pertebaran
Apabila berkas sinar X melalui suatu bahan atau suatu zat,maka berkas sinar tersebut
akan bertebaran ke seluruh arah,menimbulkan radiasi sekunder( radiasi hambur ) pada bahan
atau zat yang dilalui. Hal ini akan menyebabkan terjadi gambar radiograf atau pada film akan
tampak pengaburan kelabu senyara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat dari radiasi
hambur ini maka diantara subjek dengan sinar diletakkan timah hitam(grid) yang tipis.
3.Penyerapan
Sinar X salam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai berat atom atau
kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatan atau berat atomnya maka makin
besar penyerapannya.
4.Fluoresensi
Sinar X menyebabkan bahan- bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zinc
sulfide memendarkan cahaya( luminisensi ). Luminisensi ada 2 jenis yaitu
6
a. Fluoresensi yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar X saja.
b. Fosforisensi, dimana pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat
walaupun radiasi sinar X sudah dimatikan ( after-glow ).
5.Ionisasi
Efek primer dari sinar X adalah apabila mengenai suatu bahan atau suatu zat dapat
menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut
6.Efek Biologi
Sinar X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek biologi
ini yang akan dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.
Sinar X yang sering ditemui di rumah sakit adalah pada pesawat rontgen. Suatu
tabung pesawat rontgen mempunyai beberapa persyaratan yaitu:
1.Mempunyai sumber elektron
2.Gaya yang mempercepat elektron
3.Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara
4.Alat pemusat berkas elektron
5.Penghenti gerakan elektron
Tabung sinar X terdiri dari tabung gelas hampa udara,elektroda positif disebut anoda
dan elektroda positif disebut katoda. Katoda dibalut dengan filament,bila diberi arus beberapa
7
mA bisa melepaskan elektron. Dengan memberi tegangan tinggi antara anoda dan katoda
maka elektron katoda ditarik ke anoda. Arus electron ini kemudian dikonsentrasikan dalam
satu berkas dengan bantuan sebuah silinder( focusing cup ). Antikatoda menempel pada
anoda dibuat dari logam dengan titik permukaan lebih tinggi,berbentuk cekungan seperti
mangkuk. Waktu electron dengan kecepatan tinggi di dalam berkas tersebut menumbuk
antikatoda,terjadilah sinar X. makin tinggi nomot atom katoda maka makin tinggi kecepatan
electron,akan makin besar daya tembus sinar X yang terjadi. Antikatoda umumnya dibuat
dari tungsten,sebab elemen ini nomor atomnya tinggi dan titik leburnya juga tinggi(3400`C).
Hanya sebagian kecil energy electron yang berubah menjadi sinar X,kurang dari 1% pada
tegangan 100kV dan sebagian besar berubah menjadi panas waktu menumbuk antikatoda.
Panas yang tinggi pada tabung didinginkan dengan menggunakan pendingin minyak
emersi/air.
D.PROSEDUR PENGGUNAAN RADIOFARMAKA
Prosedur penggunaan radiofarmaka di dalam kedokteran nuklir dapat dibagi dalam
tiga kategori:
1.Prosedur imaging atau pencitraan
Prosedur imaging memberikan informasi diagnose atas dasar pola distribusi
keradioaktifan di dalam tubuh. Dua kajian utama dalam pemberian informasi imaging dalam
tubuh dari radiofarmaka adalah:
a. Kajian dinamik memberikan informasi fungsional melalui pengukuran laju
akumulasi dan laju keluarnya radiofarmaka oleh organ.
b. Kajian statik memberikan informasi morfologi berkenaan dengan
ukuran ,bentuk,dan letak organ atau adanya lesi yang menempati ruang,dan dalam
8
beberapa kasus mengenai fungsi relatif. Pola distribusi radiofarmaka dalam suatu
organ bervariasi dan tergantung organ yang diamati dan ada atau tidak adanya
penyakit.
Adapun 2 jenis pengamatan yang dilakukan melalui imaging atau pencitraan adalah:
1. Citra ( image ) dalam bentuk “ hot spots “ atau adanya keradioaktifan yang merata
disebabkan radiofarmaka terkonsentrasi dengan mudah di dalam organ yang sehat
atau normal,sedangkan jaringan berpenyakit menolak atau mengeluarkan
radiofarmaka tersebut dan lesion muncul dalam bentuk citra yang “cold spots”.
Misalnya pada penatahan(scanning) liver dengan partikel koloid bertanda radioaktif;
setelah partikel koloid tersebut diinjeksikan,pertikel berakumulasi pada sel-sel
Phagocytosis yang terdapat di liver. Bila tumor atau lesi lain berada di dalam
liver,maka sel-sel yang melokalisasi koloid radioaktif akan digantikannya.
2. Citra (image) dalam bentuk “hot spots”atau adanya keradioaktifan yang merata
disebabkan radifarmaka terkonsentrasi dengan mudah di dalam organ berpenyakit
atau lesion,sedangkan jaringan yang sehat atau normal menolak atau mengeluarkan
radiofarmaka tersbut sehingga citra muncul sebagai “cold spots”. Misalnya penatahan
otak dengan menggunakan radiofarmaka yang ditolak oleh “blood-brain-barier”. Bila
otak tersebut berpenyakit sehingga “blood-brain-barrier” menjadi rusak,maka
radiofarmaka dapat meninggalkan ruang vascular dan selanjutnya terlokalisasi di
dalam lesi.
Organ normal bisa mengakumulasi radiofarmaka,tetapi jaringan berpenyakit mampu
mengakumulasikan baik pada tingkat yang lebih tinggi lagi bila fungsi organ berlebihan atau
meningkat,maupun pada tingkat yang lebih rendah daripada organ normal apabila fungsi
9
organ menurun. Misalnya,dalam pencitraan kelenjar thyroid( thyroid gland) dengan
menggunakan iodium radioaktif. Kelenjar thyroid dengan mudah mengakumulasikan
radiofarmaka iodium-131 melalui fungsi normal,tetapi kelenjar yang sakit dengan jaringan
thyroid yang hyperfunction atau hypofunction akan menunjukkan konsentrasi radioiodium-
131 yang meningkat atau menurun .
2.Kajian fungsi in vivo
Mengukur fungsi suatu organ atau system didasarkan atas
absorpsi,pengenceran(dilution),pemekatan,atau ekskresi keradioaktifan setelah pemberian
radiofarmaka ini disebut dengan telaah/kajian radiofarmasi secara in vivo. Radiofarmaka
sendiri harus tidak mempengaruhi ,dalam cara apapun,fungsi system organ yang sedang
diukur. Cara ini tidak memerlukan pencitraan,tetapi analisis dan interpretasi didasarkan atas
pencacahan keradioaktifan yang muncul baik secara langsung dari organ-organ yang berada
di dalam tubuh atau dari cuplikan darah atau urin yang dicacah secara in vitro.
3.Prosedur terapi
Pada prosedur terapi,penggunaan radiofarmaka dimaksudkan untuk melakukan terapi
terhadap suatu penyakit setelah tegaknya diagnose. Penggunaan radiofarmaka dapat secara
oral,intravena,intratekal,intraperitoneal,ataupun inhalasi.
E.SIFAT IDEAL RADIOFARMAKA IMAGING
Beberapa sifat –sifat radiofarmaka diagnostic imaging yang ideal adalah:
10
1.Pemancar gamma murni
Meluruh melalui electron capture atau isomeric transition. Radiasi yang mempunyai
daya tembus rendah,seperti partikel alfa dan beta tidak diinginkan,karena : linear energy
transfer ( LET ) tinggi,fraksi energy yang didepositkan per cm jarak tempuh sangat
tinggi,yang mengakibatkan absorpsi kuantitatif di dalam tubuh ataupun sedikit partikel yang
sampai ke detector,sehinnga partikel alfa dan beta tidak memberikan citra. Partikel dengan
LET yang tinggi mengakibatkan dosis radiasi sangat signifikan terhadap pasien.
2.100keV< energy gamma < 250keV
Umumnya peralatan imaging ( kamera gamma ) didisain untuk berfungsi dengan
baik ,memberikan kualitas citra (image) optimal,di daerah rentang energi ini.
3.Waktu paruh efektif = 1.5 X lamanya pemeriksaan
Batasan waktu ini memberikan kesesuaian antara keinginan meminimalkan dosis
yang diterima pasien dan memaksimalkan dosis yang diinjeksikan agar statistic pencacahan
dan kualitas citra memberikan hasil yang optimal. Gas mulia yang digunakan untuk
ventilation study merupakan pengecualian. Radiofarmaka harus bisa dikeluarkan dari tubuh
secara kuantitatif dalam beberapa menit setelah diagnose selesai. Kebanyakan radiofarmaka
menunjukkan pola “clearance” eksponensial sehingga waktu paruh efektifnya cukup panjang.
( dalam hitungan jam atau hari,bukan detik atau menit ).
4.Target to non target ratio tinggi
11
Jika ratio tidak cukup tinggi,hasil scan menunjukkan adanya “nondiagnostic scan”
dan ini menyulitkan atau tidak memungkinkan untuk membedakan organ berpenyakit dari
latar belakang. Misalnya, untuk “tyrhoid scan “ , idealnya semua radioaktifitas berada dalam
thyroid dan tidak ada di tempat lain di sekitar leher. Rendahnya ratio juga menimbulkan
radiasi yang tidak perlu yang diterima pasien.
5.Dosimetri radiasi internal
Dosimetri radiasi terhadap pasien maupun petugas kedokteran nuklir harus
memerlukan perhatian khusus,terutama dalam memenuhi persyaratan sesuai dengan panduan
ALARA ( As Low As Reasonable Achieveable ). Konsep ALARA didasarkan terhadap
upaya mempertahankan dosis radiasi serendah mungkin yang dapat dicapai. Dengan konsep
ini telah dapat diimplementasikan pengurangan menyeluruh dosis terhadap pekerja radiasi.
Tentunya meskipun dosisi radiasi yang diinjeksikan ke pasien harus sekecil mungkin,tetapi
harus konsisten memberikan kualitas citra yang baik. Untuk pekerja radiasi,Maximum
Permissible Dose(MPD) untuk keseluruhan tubuh adalah 1 Rem per tahun untuk tiap tahun
umur pekerja tersebut.
6.Keselamatan pasien
Radiofarmaka harus memperlihatkan tidak adanya toksisitas terhadap pasien.
Misalnya mengapa kita tidak mempersoalkan Tl dalam bentuk thallous klorida ( TlCl ) yang
sering digunakan pada pasien dengan diagnose kelainan jantung? Dimana diketahui bahwa
ion thallous merupakan kardiotoksin yang potent. Hal ini bisa diterima karena dalam praktek
sehari-hari , karena keaktifan jenis Tl yang bebas pengemban adalah sangat tinggi dan jumlah
Tl yang terkandung dalam sediaan dengan aktifitas 3 mCi hanya sekitar 42 ng, sutau jumlah
12
yang sangat kecil dan berada di bawah tingkat yang signifikan untuk dapat memberikan
respon fisiologis dari pasien.
7.Reaktivitas kimia
Harus tersedia substrat atau tempat di dalam molekul dimana memungkinkan reaksi
penandaan dengan atom radioaktif dapat dilakukan. Tidak setiap senyawa dapat ditandai
dengan setiap isotop. Dalam kenyataannya penandaan sering memerlukan suatu posisi yang
selektif di dalam molekul atau senyawa. Senyawa ynag menunjukkan biodistribusi yang
dapat diterima ,sering menjadi tidak berguna bila telah ditandai logam radioaktif atau telah
mengalami iodinasi. Bahkan perubahan sedikit saja yang dilakukan terhadap struktur molekul
sering akan menyebabkan perubahn biodistribusi yang drastis.
8.Tidak mahal dan tersedia dengan mudah
Radiofarmaka harus stabil baik sebelum dan sesudah proses penandaan. Apabila
suatu senyawa tertentu memperlihatkan kinerja yang baik untuk suatu prosedur tertentu.dan
hanya tersedia di suatu rumah sakit besar,maka penggunaannya dengan jelas akan sangat
terbatas. Karena itu dengan melihat kondisi ekonomi saat ini,maka radiofarmaka yang sangat
mahal tentu penggunaannya akan terbatas dan tidak popular, apalagi bila ada metode
alternative yang lebih murah.
9.Penyiapan serta kendali kualitasnya sederhana jika dibuat di tempat ( Rumah Sakit )
Penyiapan suatu obat tentu harus sederhana dengan tahapan pengerjaan yang relatif
sedikit. Prosedur dengan tahapan lebih dari tiga tahap umumnya tidak memenuhi persyaratan
ini. Disamping itu tidak diperlukan suatu peralatan yang rumit dan tidak ada tahap dengan
13
waktu pengerjaan yang lama. Jika radiofarmaka dibuat di tempat, maka sangatlah penting
kendali kauliti (quality control) dilaksanakan untuk setiap batch yang disiapkan dalam upaya
menjamin bahwa tiap-tiap sediaan akan memberikan citra( image) kualitas tinggi dan bisa
meminimalkan dosis radiasi terhadap pasien.
E.EFEK SAMPING RADIOFARMASI
Penggunaan radiofarmasi untuk terapi mungkin membuat orang awam khawatir pada
efek sampingnya. Namun kenyataannya,jumlah radioaktif yang dimasukkan ke aliran darah
itu sangat kecil dan radiasinya akan hilang seiring selesainya ia bertugas. Masa paruh
radioaktif untuk terapi sekitar dua hari. Sedangkan untuk diagnosis,waktu paruhnya sekitar
dua hingga enam jam. Sistem ini sudah dirancang sedimikian rupa sehingga tidak
memberikan efek farmakologis di tubuh. Ini berbeda dengan obat yang memberikan efek
samping . uji toksisitas telah dilakukan ,hasilnya bahwa toksisitas berada pada tingkat aman
untuk terapi radiofarmasi,yaitu di bawah lethal dosis 50.
14
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Radio farmasi adalah suatu bidang ilmu kefarmasian yang memanfaatkan
unsur/atom radioaktif yang digunakan baik untuk tujuan diagnosa maupun
terapi..
2. Radiofarmaka adalah senyawa kimia atau obat yang salah satu atom
penyusunnya adalah nuklida radioaktif, digunakan untuk keperluan diagnosis
dan penyembuhan penyakit dan diberikan ke pasien secara oral,parenteral,dan
inhalasi.
3. Kedokteran nuklir adalah bidang keahlian dalam kedokteran yang
menggunakan isotop radioaktif secara aman,tanpa sakit,dan murah,baik untuk
pencitraan maupun untuk pencegahan dan pengobatan penyakit. Jadi 2 fokus
utama kedokteraan nuklir adalah pencitraan organ tubuh serta pencegahan dan
pengobatan penyakit.
4. Penerapan radiofarmasi di lingkungan rumah sakit yang paling umum adalah
penggunaan sinar X dan sinar gamma untuk pencitraan organ tubuh,dan
pencegahan serta pengobatan suatu penyakit.
15
DAFTAR PUSTAKA
Leswara ND. 2008. Buku Ajar Radiofarmasi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Saha,GB. 2004. Fundamentals of Nuclear Pharmacy 5th ed. New York : Springer
International Atomic Energy Agency. 2006. Nuclear Medicine Resources Manual. Austria:
IAEA
16