rad mdg revisi buku
DESCRIPTION
Uploaded from Google DocsTRANSCRIPT
1
B A B I
P E N D A H U L U A N
A Kondisi umum pembangunan daerah berkaitan dengan MDGs.
Millenium Development Goals (disingkat MDGs) dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Millenium (TPM) merupakan paradigma
pembangunan global yang disepakati dan dideklarasikan oleh 189 negara anggota PBB
dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium PBB pada bulan September 2000.
MDGs mencakup delapan tujuan pembangunan yaitu : (1) Memberantas kemiskinan
dan kelaparan; (2) Mencapai pendidikan dasar untuk semua; (3) Mendorong kesetaraan
Gender dan pemberdayaan perempuan; (4) Menurunkan angka kematian anak; (5)
Meningkatkan kesehatan Ibu; (6) Mengendalikan HIV/AIDS, Malaria dan penyakit
menular lainnya; (7) Menjamin kelestarian lingkungan hidup, dan (8) Mendukung
percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium dengan mengembangkan
kemitraan global. Setiap tujuan MDGs memiliki satu atau beberapa target berikut
indikatornya.
Indonesia sebagai salah satu Negara yang meratifikasi Deklarasi
Millenium telah mengadopsi tujuan dan target sasaran MDGs ke dalam rencana
pembangunan nasional sebagaimana tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM). Dalam bidang kesehatan, tujuan MDGs berkaitan erat dengan cita-
cita untuk : 1. Memperbaiki gizi masyarakat dengan menurunkan angka gizi kurang dan
2
gizi buruk – Tujuan (1); 2. Menurunkan angka kematian anak – Tujuan (4); 3.
Menurunkan angka kematian Ibu – Tujuan (5); 4. Menurunkan prevalensi penyakit
HIV/AIDS, malaria, TB dan penyakit menular lainnya – Tujuan (6); serta Memperbaiki
kesehatan lingkungan – Tujuan (7).
Gambaran kondisi umum pembangunan kesehatan di Kota Semarang
tahun 2005 – 2009 yaitu : Jumlah kematian ibu melahirkan fluktuatif yaitu tahun 2005
sebesar 15/22.381 KH , tahun 2006 sebesar 15/24.498 KH, tahun 2007 sebesar
20/24.936 KH, tahun 2008 sebesar 27/25.160 KH dan tahun 2009 sebesar 22/25.739
KH (angka ini menjadi 85/ 100.000 KH bila dikonversikan dengan angka kematian
ibu). AKI Kota Semarang di atas masih jauh dibawah dibandingkan dengan target
MDGs Nasional tahun 2015 (102/100.000 KH). Jumlah kematian bayi juga fluktuatif
yaitu pada tahun 2005 sebesar 404/22381 KH, tahun 2006 sebesar 483/24498 KH,
tahun 2007 sebesar 466/24936 KH, tahun 2008 sebesar 496/25.160 KH dan tahun 2009
sebesar 479/25.739 KH (angka ini menjadi 18/ 1.000 KH bila dikonversikan dengan
angka kematian bayi). Sedangkan target AKB nasional tahun 2015 sebesar 23/1.000
KH. Angka kematian balita kota semarang cenderung meningkat tahun 2005 sebesar
25/22.381 KH, tahun 2006 sebesar 73/24.498 KH, tahun 2007 sebesar 113/24.936 KH,
tahun 2008 sebesar 100/25.160 dan tahun 2009 sebesar 126/25.739 KH (angka ini
menjadi 5/ 1.000 KH bila dikonversikan dengan angka kematian balita). Angka
Kematian Balita Kota Semarang di atas masih dibawah target AKABAL nasional tahun
2015 sebesar 32/1.000 KH . Prevalensi gizi kurang pada balita tahun 2005 sebesar
11,09, tahun 2006 sebesar 14 %, tahun 2007 sebesar 15,9 %, tahun 2008 sebesar 13,82
3
% dan tahun 2009 sebesar 8,62 %. Prevalensi gizi buruk cenderung stagnan yaitu tahun
2005 sebesar 0,94 %, tahun 2006 sebesar 1,73 %, tahun 2007 sebesar 1,68 %, tahun
2008 sebesar 1,69 % dan tahun 2009 sebesar 1,62 %. Sedangkan target prevalensi
kekurangan gizi nasional tahun 2015 sebesar 18,4%. Dengan memperhatikan capaian
hasil pelayanan kesehatan ibu dan anak di Kota Semarang dimana permasalahan
kesehatan ibu dan anak sampai saat ini sudah tidak menjadi prioritas karena untuk
target MDGs tahun 2015 Kota Semarang telah melampauinya, namun kita tetap
berupaya meningkatkan derajat kesehatan semaksimal mungkin dengan mengejar target
sampai tidak ada kasus kematian ibu dan anak balita tidak boleh yang tidak
terselamatkan.
Cakupan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular terutama program
penanggulangan penyakit HIV/AIDS, TB dan DBD bervariasi. Penemuan kasus
HIV/AIDS mengalami peningkatan dengan meningkatnya layanan kesehatan melalui
klinik VCT pada masyarakat risiko tinggi. Penemuan kasus HIV tahun 2005 – 2009
berturut-turut: 50 (3,52%), 179 (12,49%), 195 (13,41%), 199 (13,43%) dan 323
(21,77%) dengan jumlah komulatif 997 kasus, sehingga dari data tahun 2005-2009
sudah melebihi target nasional (<0,5%). Sedangkan untuk kasus AIDS dari tahun 2005-
2009 berturut-turut: 11, 25, 33, 15 dan 19 dengan jumlah komulatif 133 kasus dan
kematian 25 kasus. Sedangkan target estimasi kasus HIV Kota Semarang 620. Case
Detection Rate (CDR) Tuberculosis meningkat yaitu tahun 2005 sebesar 38 %, tahun
2006 sebesar 60 %, tahun 2007 sebesar 49 %, tahun 2008 sebesar 48 % dan tahun 2009
sebesar 50 %. Hal ini masih dibawah target CDR nasional (70%). Demikian juga
4
dengan success rate mengalami peningkatan yaitu tahun 2005 sebesar 84 %, tahun 2006
sebesar 84 %, tahun 2007 sebesar 89 %, tahun 2008 sebesar 89 % dan tahun 2009
sebesar 87 %. Angka ini sudah melebihi dari target nasional (85%). Untuk penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) Kota Semarang merupakan daerah dengan angka
kesakitan yang masih tinggi. IR DBD mengalami peningkatan sejak tahun 2005 sebesar
163/100.000 penduduk, tahun 2006 sebesar 130/100.000 penduduk , tahun 2007 sebesar
206/100.000 penduduk, tahun 2008 sebesar 361/100.000 penduduk dan tahun 2009
sebesar 262/100.000 penduduk. Angka ini masih terlalu tinggi dibandingkan dengan
target nasional 55/100.000 penduduk.
Cakupan Program Imunisasi diatas target 90 %. Pada tahun 2009 cakupan BCG
mencapai 110 %, DPT-HB3 : 103 %, HB(0-7 hari) : 91,2 %, Polio 4 : 103 %, Campak :
106 %. Hal ini dimungkinkan Kota Semarang memiliki fasilitas dan tenaga kesehatan
yang cukup sehingga banyak masyarakat di luar Kota Semarang yang mendapatkan
pelayanan imunisasi oleh tenaga kesehatan di Kota Semarang. Disamping cakupan yang
sudah cukup tinggi, secara bertahap pencapaian Universal Child Immunization (UCI)
kelurahan dapat ditingkatkan yaitu tahun 2005 mencapai 79,1 %, tahun 2006 mencapai
76,8 %, tahun 2007 mencapai 78,5 %, tahun 2008 mencapai 90,7 % dan tahun 2009
mencapai 98,9 %. Sedangkan target nasional tahun 2015 adalah 100% .
Pada program penyehatan lingkungan, persentase penduduk yang memiliki akses
terhadap air minum berkualitas mengalami fluktuasi pada tahun 2005 sebesar 92,61%,
tahun 2006 sebesar 85,65 %, tahun 2007 sebesar 92,91 %, tahun 2008 sebesar 92,91 %
dan tahun 2009 sebesar 94,17 % sedangkan prosentase kualitas air minum yang
5
memenuhi syarat juga mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2005 sebesar 97 %, tahun
2006 sebesar 99 %, sedangkan tahun 2007 tidak dilakukan pemeriksaan kualitas air
minum, pada tahun 2008 dilakukan kembali dengan hasil sebesar 96,8 %, dan tahun
2009 sebesar 96,8 %. Untuk prosentase penduduk yang menggunakan jamban sehat di
Kota semarang mengalami peningkatan yaitu tahun 2005 sebesar 82,18 %, tahun 2006
sebesar 89,90 %, tahun 2007 sebesar 94,15 %, tahun 2008 sebesar 94,15 % dan tahun
2009 sebesar 93,89 %. Indikator lain dari kesehatan lingkungan adalah jumlah desa
yang melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) yang baru dimulai pada
tahun 2008 dilaksanakan di 9 kelurahan, tahun 2009 dilaksanakan di 15 Kelurahan.
Sedangkan prosentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas
tahun 2005 sebesar 92,61 %, tahun 2006 sebesar 85,65 %, tahun 2007 sebesar 92,91 %,
tahun 2008 sebesar 92,91 % dan tahun 2009 sebesar 94,17 %. Untuk prosentase kualitas
air minum yang memenuhi syarat tahun 2005 sebesar 97 %, tahun 2006 sebesar 99 %,
tahun 2007 sebesar 98,2 %, tahun 2008 sebesar 96,8 % dan tahun 2009 sebesar 96,8 %.
Program penanggulangan kemiskinan di bidang kesehatan dilaksanakan melalui
Program jaminan pemeliharaan Kesehatan. Tujuannya adalah untuk menjamin
pelayanan kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Implementasi dari program tersebut adalah Program jamkesmas dan Jamkesmaskot.
Kuota keluarga miskin Kota Semarang tahun 2008 sebesar 306.700 jiwa, ada kelebihan
kuota sebanyak 192.285 jiwa, tahun 2009 jumlah kuota keluarga miskin dan tidak
mampu sebesar 306.700, sedangkan jumlah keluarga miskin dan tidak mampu sebanyak
492.900 jiwa. Sehingga ada kelebihan kuota 186.200 jiwa, dan tahun 2010 jumlah kuota
6
tetap 306.700, sedangkan jumlah keluarga miskin dan tidak mampu sebesar 398.009
jiwa, sehingga ada kelebihan kuota 91.309 jiwa.
Program Kebijakan dan manajemen perlu terus dikembangkan dan lebih difokuskan,
terutama peningkatan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pembangunan kesehatan
melalui penguatan manajerial dan sinkronisasi perencanaan kebijakan, program dan
anggaran. Kebijakan dibidang kesehatan telah banyak disusun, baik pada tingkatan
strategis, manajerial maupun teknis seperti Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan yang merupakan penyesuaian (revisi) dari Undang-undang Nomor
23 tahun 1992; Undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran; dan
Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Berbagai Kebijakan
dalam tingkatan menajerial juga tersedia, seperti Sistem Kesehatan Nasional (SKN),
Rencana pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) Tahun 2005-2025,
Rencana Strategis (Renstra) Departemen Kesehatan 2005-2009 dan telah ditetapkannya
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan. Di Kota Semarang pembangunan
kesehatan juga diarahkan.
Untuk lebih menjamin keberhasilan program-program pembangunan kesehatan dalam
mencapai MDGs, maka disusun Rencana Aksi Daerah (RAD) yang merupakan
kumpulan program kesehatan dan kegiatan yang komprehensif untuk menyelesaikan
beberapa permasalahan yang telah diidentifikasi serta ditentukan sasaran capaiannya.
7
B Permasalahan
1 Tingginya angka kesakitan penyakit DBD.
2 Rendahnya penemuan kasus TB Paru
3 Rendahnya penemuan kasus HIV/AIDS
4 Perlu diturunkannya AKI, AKABAL dan AKB serta Prevalensi gizi kurang.
5 Kurang optimalnya pelaksanaan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
keluarga miskin.
6 Rendahnya cakupan indikator kesehatan lingkungan.
C Tantangan
Adanya perubahan iklim menyebabkan beberapa perubahan bionomik
vector yang menyebabkan penyakit lama kembali mengganas (re-emerging disease)
seperti DBD dan TBC. Disamping itu terdapat juga perubahan perilaku yang
menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat yang juga dapat
mempengaruhi meningkatnya angka kesakitan dan kematian seperti penyakit
HIV/AIDS.
Hubungan antara status ekonomi dan kesehatan berlaku secara universal. Tingkat
kematian dan kesakitan ibu dan anak , jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga
serta kekurangan gizi secara konsisten lebih tinggi pada kelompok sosial ekonomi
rendah.
8
D Tujuan
Untuk mendapatkan arah percepatan pencapaian MDGs, mekanisme
pelaksanaan, memberikan petunjuk detail, pelaksana dan penanggung jawab program
kegiatan, sumber dukungan pembiayaan dan partisipasi pemangku kepentingan.
B A B II
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET
9
MDGs
1 KEBIJAKAN
a Pemberdayaan masyarakat dan kemitraan
Pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk mendorong masyarakat agar mampu
secara mandiri menjamin terpenuhinya kebutuhan kesehatan dan
kesinambungan upaya kesehatan. Kemitraan dikembangkan dengan
memberikan kemudahan dalam mengembangkan upaya pelayanan perorangan
tanpa mengabaikan peran pihak ketiga seperti LSM, dunia usaha, dan organisasi
masyarakat dalam upaya kesehatan masyarakat seperti pencegahan penyakit dan
peningkatan derajad kesehatan.
b Pengembangan sumber daya kesehatan
Pengembangan sumber daya manusia kesehatan diarahkan untuk menciptakan
tenaga kesehatan yang bermutu, ahli, terampil, berakhlak mulia sehingga dapat
menyelenggarakan proses pembangunan secara berhasilguna dan berdayaguna.
Untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan tidak bisa
dilepaskan peran pembiayaan kesehatan. Untuk itu diperlikan upaya advokasi,
sosialisasi kepada pengambil keputusan diberbagai tingkat administrasi
sehingga diharapkan pembiayaan kesehatan akan tersedia dalam jumlah
mencukupi dan teralokasi secara adil serta dapat dimanfaatkan secara efektif,
efisien dan akuntabel. Disamping bersumber dari pemerintah sumber
10
pembiayaan kesehatan juga diperoleh melalui sumber masyarakat.
c Peningkatan upaya kesehatan
Upaya kesehatan ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
berhasil guna dan berdaya guna serta terjangkau oleh masyarakat. Upaya
kesehatan perorangan ditingkatkan dengan menyediakan, memantapkan,
mempertahankan jangkauan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. Upaya
kesehatan masyarakat ditingkatkan melalui pencegahan dan penurunan
morbiditas, mortalitas, kecacatan terutama pada bayi, balita, anak, ibu hamil, ibu
melahirkan, usia lanjut, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan
wabah, serta perbaikan status gizi masyarakat. Perhatian khusus diberikan
kepada kelompok masyarakat miskin agar derajad kesehatannya tidak
memburuk dan tetap hidup produktif. Peningkatan upaya kesehatan ini
dilakukan dengan menggalang kemitraan dengan potensi masyarakat dan sektor
swasta
d Pemantapan kerjasama lintas sektor
Untuk mengoptimalkan pembangunan berwawasan kesehatan maka kerjasama
disertai penggalangan kemitraan lintas sektor beserta segenap potensi daerah
merupakan hal yang utama. Oleh karena itu sosialisasi masalah-masalah dan
upaya pembangunan kesehatan perlu dilakukan secara intensif dan
berkesinambungan kepada sektor lain.
e Peningkatan manajemen pembangunan kesehatan
11
Manajemen pembangunan kesehatan yang terdiri dari perencanaan,
penggerakan, pelaksanaan, pengendalian, penilaian perlu diselenggarakan secara
sistematis untuk menjamin berhasilnya berbagai upaya pembangunan kesehatan.
Manajemen kesehatan tersebut harus didukung oleh sistem informasi yang
berkualitas guna membantu proses pengambilan keputusan yang benar, cepat,
akurat dan efektif.
2 STRATEGI
a Memanfaatkan jejaring kerja dan kemitraan yang ada dengan berbagai institusi
pendidikan, dunia usaha, masyarakat serta sektor terkait.
b Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan menggerakkan
sumber daya secara optimal dengan melibatkan peran aktif masyarakat dan
dunia usaha serta dukungan kebijakan pemerintah pusat dan daerah.
c Meningkatkan koordinasi dengan instansi kesehatan vertikal.
d Meningkatkan kemampuan teknis maupun manejerial SDM kesehatan melalui
pelaksanaan berbagai pendidikan dan pelatihan.
e Meningkatkan pengelolaan data dan informasi kesehatan berbasis teknologi
informasi.
f Meningkatkan promosi kesehatan dengan memanfaatkan jejaring kerja yang
ada.
g Meningkatkan kesiapsiagaan sumber daya (tenaga, sarana, obat)
h Meningkatkan advokasi kepada pengambil kebijakan serta sosialisasi ke lintas
sektor.
12
i Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar program dan sektor.
j Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada serta meningkatkan
kesiapsiagaannya guna menghadapi berbagai permasalahan yang timbul.
3 SUMBER DANA DAN DUKUNGAN PEMBIAYAAN
a APBD II : melalui mekanisme penganggaran rutin tahunan (RKA/DPA).
Diharapkan alokasinya meningkat untuk itu diperlukan advokasi kepada
pemegang kebijakan
b APBD I : pengajuan usulan/proposal ke Pemerintah provinsi. Perlu koordinasi
dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah agar mengalokasikan anggaran
untuk percepatan pencapaian berbagai indikator MDG’s bagi kota Semarang
c APBN : pengajuan usulan/proposal ke Kementrian
d BLN :
e Public Private Partnership
f CSR
Untuk itu harus dipersiapkan data kebutuhan pembiayaan/costing atas berbagai
kegiatan MDG’s dan anggaran yang telah dialokasikan untuk tiap kegiatan MDG’s
oleh Pemkot Semarang. Gap/kesenjangan yang ada ini nantinya akan diadvokasikan
pada beberapa penyandang dana diatas untuk didanai.
13
B A B III
PROGRAM DAN KEGIATAN
Program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Rencana Aksi Daerah Kota
Semarang untuk mencapai tujuan MDGs adalah sebagai berikut :
1 Program Penanggulangan kekurangan gizi untuk mendukung tujuan pertama
yaitu memberantas kemiskinan dan kelaparan,terdiri dari kegiatan sebagai
berikut :
a Pembinaan gizi masyarakat
b Penanggulangan KEP, KVA, Anemia Gizi Besi dan GAKI
c Peningkatan keluarga sadar gizi
d Pemantauan status gizi.
2 Program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin untuk
mendukung tujuan pertama yaitu memberantas kemiskinan dan kelaparan
3 Program Peningkatan kesehatan Anak
a Pembinaan Pelayanan Kesehatan Anak
b Pembinaan Pelayanan Kesehatan Bayi
c Pembinaan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
4 Program Peningkatan kesehatan Ibu
a Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu & Reproduksi
b Pelayanan ANC
c Pembinaan Pelayanan KB
d Pelayanan Alat Kontrasepsi
14
e Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja
f Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
g Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
5 Program Pengendalian HIV/AIDS
b VCT
c CST
d Harm Reduction
e PMTCT
f PMTS
g Advokasi dan sosialisasi
h Surveilans
i KIE
j Sarana dan prasarana
6 Program Pengendalian TB
a Penemuan kasus
b Tatalaksana kasus
c Manjemen
d KIE
7 Program Pengendalian DBD
15
a Pengendalian faktor risiko
b Peningkatan surveilans epidemiologi
c Peningkatan penanggulangan fokus, KLB dan tatalaksana kasus
d Peningkatan KIE
e Dukungan administrasi dan manajemen
f Implementasi Perda Pengendalian penyakit DBD
8 Program Peningkatan kualitas kesehatan lingkungan untuk mendukung tujuan
ke-7 MDGs yaitu menjamin kelestarian lingkungan hidup.
a Penyehatan lingkungan
b Peningkatan KIE
c Dukungan administrasi dan manajemen
Rincian lengkap tentang sub kegiatan/tindakan dan target dapat dilihat pada
lampiran.
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
16
A Monitoring :
Dilaksanakan untuk melihat pelaksanaan program dan keberhasilan program
pelayanan kesehatan dengan cara membandingkan antara target yang telah ditetapkan
dalam MDGs Kota Semarang dengan hasil pelaksanaan yang sudah dicapai. Cara
pelaksanaanya yaitu dengan melihat laporan dan supervisi ke Puskesmas, Rumah Sakit dan
sarana pelayanan kesehatan lainnya. Sumber laporan berasal dari sarana kesehatan dan
masyarakat. Monitoring dapat dilakukan secara periodik atau insidental.
B. Indikator Keberhasilan :
Untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan percepatan
pencapaian MDGs di Kota Semarang dibuat indikator target seperti incidance rate DBD,
angka penemuan penderita TB paru, angka kesembuhan TB paru , angka prevalesi HIV dan
AIDS, angka kesakitan Ibu, angka kematian anak, angka kekurangan gizi dan Proporsi
rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum dan sanitasi dasar serta
cakupan jaminan kesehatan penduduk miskin. Informasi lebih lengkap dapat dilihat pada
lampiran matriks RAD.
C. Evaluasi :
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan dan permasalahan yang
17
ditemukan, evaluasi dilaksanakan dengan melihat hasil monitoring dan membandingkan
antara target yang telah ditetapkan dengan hasil pelaksanaan. Evaluasi ini dilaksanakan
dengan cara melakukan pertemuan pada semua pemegang program sebanyak dua kali
setahun yaitu pada akhir semester satu dan akhir semester dua. Evaluasi juga dilaksanakan
dengan memberikan umpan balik pada semua pelaksana program.
Atas dasar evaluasi diambil langkah-langkah agar pelaksanaan program selanjutnya
menunjang dan tidak merugikan upaya pembangunan secara keseluruhan.
D. Pelaporan:
Pelaporan dilaksanakan dengan tujuan untuk menyampaikan informasi tentang
pelaksanaan program pada koordinator program ditataran yang lebih atas. ( puskesmas dan
Rumah sakit melakukan pelaporan kepada Dinas Kesehatan Kota Semarang. Dan Dinas
Kesehatan Kota Semarang melakukan pelaporan kepada Dinas Kesehatan Propinsi).
Pelaporan dilaksanakan secara rutin satu bulan sekali dengan menggunakan form
yang telah disediakan. Selanjutnya untuk kegiatan selama satu tahun dibuat laporan
tahunan dengan menggunakan form yang ada.
Gambar 1. ALUR PELAPORAN
18
Tabel.1. Format laporan
TUJUAN 5 : Meningkatkan kesehatan ibu
Program/Kegiatan/Tindakan
Indikator
Hasil Pencapaian
2011 20 20 20 20
19
12 13 14 15
TARGET 5A : Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990 – 2015
Indikator MDGs : 1. Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
2. Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih
Kegiatan 1 : Pembinaan pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi
1 Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (cakupan PN)
2 Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal (cakupan kunjungan kehamilan ke empat (K4))
3 Persentase fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan KB sesuai standar
4 Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu melaksanakan Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
20
5 Persentase RS yang melaksanakan Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)
B A B V
P E N U T U P
Rencana Aksi Daerah dalam mendukung MDGs di Kota Semarang bertujuan
meningkatkan derajad kesehatan masyarakat yang diharapkan dapat menjadi panduan bagi
para pengelola dan pelaksana program dan juga bagi instansi terkait lintas satuan kerja
perangkat daerah di Kota Semarang. Komitmen seluruh instansi dan pemangku
kepentingan terkait merupakan suatu hal yang mutlak di bangun dan dibina dalam
pelaksanaan upaya keberhasilan peningkatan derajad kesehatan masyarakat dalam rangka
mewujudkan Kota Semarang yang Sehat. Rencana Aksi ini lebih lanjut akan dijabarkan
dalam rencana tahunan yang akan disusun berdasarkan prioritas kebutuhan program
peningkatan derajad kesehatan masyarakat dan sesuai kebijakan pemerintah. Diharapkan
21
rencana ini akan selalu bisa diperbaharui sesuai dengan perkembangan sosial, budaya dan
ekonomi masyarakat kota Semarang di masing-masing wilayah.
RUMAH SAKIT
KEMENDAGRI
KEMENKO
1
DINAS KESEHATAN KOTA
WALIKOTA
GUBERNUR
PUSKESMAS
PRESIDEN
UPK LAIN
DINAS KESEHATAN PROVINSI
KEMENKES
22
9
13
16
20