rabu 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 17 18 19 20 21 22 23 24 ~ 26 o...

2
EPUTAR INDONESIA Senln o Sabtu 0 Minggu o Selasa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat 12 13 14 15 27 28 29 30 31 23 17 18 19 4 5 6 7 8 9 10 11 20 21 22 23 24 ~ 26 OJan OPeb OSep OOId ONov ODes o Mar _Apr OMei OJun OJul 0 Ags Deradikalisasi dan Tindak Pidana .. Terorisme Guru Besar Hukum Pidana Universitas Padjadjaran . Konsekuensi pendekatan barn dalam perang melawan terorisme adalah pernbahan judul UU Anti Terorisme, menjadiUU tentang Pencegahan dan Pemberantasan Terorisme yang memerlukan perluasan substansi hukum mater" dan hukum folnii penegakan hukum terorisme, K onsep deradikalisasi dalam perang terhadap terorisme telah di- kumandangkan oleh peme- rintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Konsep tersebut se- jatinya berbeda dengankonsep terorisme dalam perspektif hu- kum. Konsep pertama men em- bus batas strata sosial masyara- kat untuk menemukan dan se- kaligus membebaskan akar permasalahan penyebab ke- giatan teror yang kini tengah melanda bangsa ini. Konsep ke- dua terbatas dan dibatasi ke- rangkengrambu-rambuhukum normatif yang senyatanya se- jauh ini masih tampak mandul dalam membongkar akar per- masalahan terorisme yang ter- jadi dalam masyarakat, kecuali untuk penghukuman saja. Efektivitas dan dampak ke- dua konsep tersebut dalam me- nuntaskan terorisme jauh ber- beda. Konsep pertama bersifat jangka panjang dan bersifat preventif sedangkan konsep kedua bersifat jangka pendek dan seketika serta bersifat represif tanpa menyentuh akar permasalahan. Sedangkan kegiatan teror- ismediIndonesiasampaisaatini tidak dapat dilihat kasatmata dan bergerilya bak organisasi tanpa bentuk. Sehingga tidak cukup dilihat dari satu sudut pendekatan normatif saja me- lainkan harus diliha t dari sudut pandangan non-hukum. Dalam konteks tersebut maka kegiatan operasi intelijen dengan per- kuatan sarana dan prasarana menjadi ujung tombak pen- cegahan kegiatan terorisme. Pemberantasan Tindak Pidana TerorismeTahun2003 belumju- ga surut bahkan secara perlah- an dan pasti terus menghantui kehidupan dan kenyamanan masyarakat Indonesia sampai sekarang. Antisipasi dan pene- trasi strategi penegakan hu- kum mulai bergeser ke arah strategi penguatan intelijen dan tindakan preventif yang di- dasarkan akurasi informasi yang memadai untuk menang- kal lebih dini gerakan teror- isme. Ancaman terorisme Indo- nesia tidak cukup andal di- lawan dengan penegakan hu- kum semata-mata melainkan harus dilawan dengan konsep deradikalisasi. Namunpada tataran imple- mentasi, konsep deradikalisasi harus di-jadikan "kontra-ideo- logi terorisme" dan melembaga dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sampai pada lapisan masyarakat terbawah. Konsep deradikalisasi perlu diperkuat dengan komitmen pemerintah untuk meniadakan ketidakadil- an sosial dan ekonomi masya- rakatluas. Perkembangan ideologi te- rorisme dan pelembagaan kon- sep deradikalisasi sebagai "kon- tra-ideologi terorisme" memer- lukan landasan konstitusional dan perundang-undangan yang memadai. Untuk tujuan ini maka perlu dilakukan peng- kajian ulang dan merevisi pola pikir dalam strategi penang- gulangan terorisme yang meng- ubah konsep terorisme dengan pendekatan Kelsenian dan po- sitivisme hukum ke arah pen- dekatan "pragmaticZegalreaZism" dan "sociological jurisprudence" yang menitikberatkan pada mengungkap pelanggaran ter- hadap UU Anti Terorisme se- bagai fenomena sosial dan me- Deradikalisasi Perkembangan kegiatan terorismesejak berlakunya UU KUplag Humaa Oapad 2011 T

Upload: truongthien

Post on 12-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rabu 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 17 18 19 20 21 22 23 24 ~ 26 o ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/04/seputarindonesia... · an dan pasti terus menghantui kehidupan dan kenyamanan

EPUTAR INDONESIA• Senln o Sabtu 0 Mingguo Selasa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat

12 13 14 1527 28 29 30 31

2 317 18 19

4 5 6 7 8 9 10 1120 21 22 23 24 ~ 26

OJan OPeb OSep OOId ONov ODesoMar _Apr OMei OJun OJul 0 Ags

Deradikalisasi danTindak Pidana ..

TerorismeGuru Besar Hukum PidanaUniversitas Padjadjaran

. Konsekuensipendekatan barn

dalam perangmelawan terorismeadalah pernbahan

judul UU AntiTerorisme,

menjadiUUtentang

Pencegahan danPemberantasanTerorisme yang

memerlukanperluasan

substansi hukummater" dan

hukum folniipenegakan hukum

terorisme,

Konsep deradikalisasidalam perang terhadapterorisme telah di-

kumandangkan oleh peme-rintah melalui Badan NasionalPenanggulangan Terorisme(BNPT). Konsep tersebut se-jatinya berbeda dengankonsepterorisme dalam perspektif hu-kum. Konsep pertama men em-bus batas strata sosial masyara-kat untuk menemukan dan se-kaligus membebaskan akarpermasalahan penyebab ke-giatan teror yang kini tengahmelanda bangsa ini. Konsep ke-dua terbatas dan dibatasi ke-rangkengrambu-rambuhukumnormatif yang senyatanya se-jauh ini masih tampak manduldalam membongkar akar per-masalahan terorisme yang ter-jadi dalam masyarakat, kecualiuntuk penghukuman saja.

Efektivitas dan dampak ke-dua konsep tersebut dalam me-nuntaskan terorisme jauh ber-beda. Konsep pertama bersifatjangka panjang dan bersifatpreventif sedangkan konsepkedua bersifat jangka pendekdan seketika serta bersifatrepresif tanpa menyentuh akarpermasalahan.

Sedangkan kegiatan teror-ismediIndonesiasampaisaatinitidak dapat dilihat kasatmatadan bergerilya bak organisasitanpa bentuk. Sehingga tidakcukup dilihat dari satu sudutpendekatan normatif saja me-lainkan harus diliha t dari sudutpandangan non-hukum. Dalamkonteks tersebut maka kegiatanoperasi intelijen dengan per-kuatan sarana dan prasaranamenjadi ujung tombak pen-cegahan kegiatan terorisme.

Pemberantasan Tindak PidanaTerorismeTahun2003 belumju-ga surut bahkan secara perlah-an dan pasti terus menghantuikehidupan dan kenyamananmasyarakat Indonesia sampaisekarang. Antisipasi dan pene-trasi strategi penegakan hu-kum mulai bergeser ke arahstrategi penguatan intelijendan tindakan preventif yang di-dasarkan akurasi informasiyang memadai untuk menang-kal lebih dini gerakan teror-isme. Ancaman terorisme Indo-nesia tidak cukup andal di-lawan dengan penegakan hu-kum semata-mata melainkanharus dilawan dengan konsepderadikalisasi.

Namunpada tataran imple-mentasi, konsep deradikalisasiharus di-jadikan "kontra-ideo-logi terorisme" dan melembagadalam kehidupan masyarakatsehari-hari sampai pada lapisanmasyarakat terbawah. Konsepderadikalisasi perlu diperkuatdengan komitmen pemerintahuntuk meniadakan ketidakadil-an sosial dan ekonomi masya-rakatluas.

Perkembangan ideologi te-rorisme dan pelembagaan kon-sep deradikalisasi sebagai "kon-tra-ideologi terorisme" memer-lukan landasan konstitusionaldan perundang-undangan yangmemadai. Untuk tujuan inimaka perlu dilakukan peng-kajian ulang dan merevisi polapikir dalam strategi penang-gulangan terorisme yang meng-ubah konsep terorisme denganpendekatan Kelsenian dan po-sitivisme hukum ke arah pen-dekatan "pragmaticZegalreaZism"dan "sociological jurisprudence"yang menitikberatkan padamengungkap pelanggaran ter-hadap UU Anti Terorisme se-bagai fenomena sosial dan me-

DeradikalisasiPerkembangan kegiatan

terorismesejak berlakunya UU

KUplag Humaa Oapad 2011

T

Page 2: Rabu 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 17 18 19 20 21 22 23 24 ~ 26 o ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/04/seputarindonesia... · an dan pasti terus menghantui kehidupan dan kenyamanan

neliti kembali bekerjanyaundang-uhdang tersebut dalammenumpas kegiatan terorisme.

Implikasi perubahan sudutpendekatan tersebut meng-ubah substansi hukum, struk-tur hukum dan budaya hukumdalam perang melawan teror-isme. Ketiga un sur sistem hu-kum antiterorisme tersebut ha-rus.bermuara pada deradikal-isasi terorisme sebagai sasaranantara menuju "bumi hangusakar terorisme" dalam masya-rakat Indonesia.

Mengapa strategi ini dipan-dang tepat? Hal ini disebabkanVV Pemberantasan TindakPidana Terorisme Tahun 2003yang telah mengkriminalisasisembilan belas kegiatan teror-isme danhukum acara yang ber-sifat khusus dan telah meng-akomodasi tidak kurang seba-nyak dua puluh enam konvensiinternasional terbukti bukanmerupakanjaminankuatuntukmencegah dan menghentikankegiatan terorismediIndonesia.Selain itu, konsep terorismedengan "jihad" -nyamerupakancermin dari dan bersumberpada teori konflik sosial

Merujuk pada kenyataantersebut kiranya saat yang te-pat untuk memperkuat strategipencegahan melalui konsepderadikalisasi. Strategi ini di-laksanakan secara sistematikdan meluas di seluruh provinsidi Indonesia sebagai saranaprimum remedium untuk meng-imbangi strategi penindakanhukum yang telah dijalankandan berhasil membongkar ke-giatan terorisme pada tataranpenghukuman dan sesaat.

.Fencegahan terorisme me-. konsep deradikalisasi me-

rupakan langkah proaktif danmemerlukan kehati-hatian de-ngan pertimbangan kemajemu-

kan masyarakat Indonesia dankerentanan kemajemukan ter-

"hadap konflik sosial masyara-kat. Langkah pencegahan ter-sebut termasuk mencegah se-makin tingginya ketidakadilan .sosial dan hukum di kalanganmasyarakat Indonesia, Seluruhlangkah pencegahan tersebutmerupakan tulang punggungkekuatan konsep deradikalisasisebagai penyeimbang konsep"jihad" dan "radikalisasi".

Sudah tentu langkah pen-cegahan hams mengikutserta-kan secara aktif seluruh ulamadan pemimpin informal masya-rakat. Kesatuan hukum adatdan hak-hak adat masyarakatlokal merupakan faktor yangikut menentukan keberhasilankonsep deradikalisasi. Polit-isasi radikalisme dengan peris-tiwa born bunuh diri harus di-hindari sejauh mungkin de-ngan penegakan hukum yangdapat membongkar tuntas bu-kan hanya jaringan organisasipelaku teror melainkan harusditindaklanjuti oleh mengung-kap tuntas akar terorisme diIndonesia yang terjadi sejakBornBali I.

Konsekuensi pendekatanbaru dalam perang melawan te-rorismeadalah perubahanjudulVUAntiTerorisme,menjadi VUten tang Pencegahan dan Pem-berantasan Terorisme yang me- .merlukan perluasan substansihukum materiil dan hukum for-mil penegakan hukum teror-isme. Mengantisipasi perubah-an mendasat konsep perang ter-hadap terorisme tersebut makapemerintah perlu mempertim-bangkan kembali konsep ope-rasi teritorial dibantu denganopera si "pagar beti ari ka-langan rakyat yang telah ber-hasil dijalankan ketika penum-pasanDITII tahun 1950-an.•