rabu, 16 februari 2011 | media indonesia sunda · sunda kedamaian hutan di lereng gunung...

1
USANTARA 23 RABU, 16 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Sunda KEDAMAIAN hutan di lereng Gunung Tangkubanparahu pernah membuat Iwan Abdur- rachman terpana. Salah satu pendiri Wanadri--perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung pertama di Indonesia- -itu menggoreskan penanya, menguntai kata. Goresan inilah yang kemu- dian menjadi lagu Melati dari Jayagiri. Lewat kelompok vokal Bimbo, gubahan Iwan pun melegenda. Sampai kini, panorama Tang- kubanparahu masih meme- sona. Namun, riwayat pengelo- laannya ternyata tidak seindah alamnya. Tidak ada pengelola yang dipercaya hingga paripurna. Saat Salin penguasa, kebijakan pun berubah arah. Karena itu, tidak banyak yang bisa diperbuat untuk gunung ini. Akses jalan masuk yang buruk, kesemrawutan pedagang kaki lima dan parkir adalah kondisi laten yang be- lum terpecahkan. Ada lagi tambahannya yakni minimnya papan informasi wisata dan pe- ngelola yang kurang ramah. Ini fakta, sekaligus indika- si betapa pemerintah telah mengabaikan potensi kawasan wisata ini. Padahal, Tangkubanparahu sudah puluhan tahun ditetap- kan sebagai kawasan wisata. Penetapan itu adalah upaya un- tuk mengelola kawasan secara baik dan mendatangkan fulus. Bermula dari September 1979, ketika SK Menteri Per- tanian No 528/Kpts/UM-IX menyatakan kawasan di hutan konservasi ini dibuka secara resmi sebagai lokasi wisata umum. Sejak saat itu, setiap pengunjung wajib membeli tiket masuk. Setelah 11 tahun dikuasai De- partemen Pertanian, Perum Per- hutani mendapat tugas untuk mengelola Tangkubanparahu. Kesempatan itu tidak disia- siakan. Perhutani berupaya mengelola secara profesional. Pada 2002, perusahaan pelat merah ini membentuk anak perusahaan bernama PT Palawi yang secara khusus didaulat untuk mengurusi pariwisata alam. Selain Tangkubanparahu, Palawi juga membenahi kawa- san wisata Baturaden di Jawa Tengah dan Cobanrondo di Jawa Timur. Lima tahun berjalan. Saat MS Kaban dipercaya menjadi Menteri Kehutanan, ia me- nilai Palawi gagal. Lewat SK Menteri Kehutanan No 206/ Menhut-II/2007 tertanggal 22 Mei 2007, izin pengusahaan kawasan seluas 250,7 hektare itu dicabut. Departemen Kehutanan, saat itu, memercayakan pengelo- laan Tangkubanparahu untuk sementara kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Kon- servasi Alam. Sampai dua tahun kemudian, tidak banyak perubahan baik yang terjadi. Pedagang yang rese dan mengganggu masih jadi keluh- an utama. Sarana dan prasa- rana lain juga tidak banyak berubah. Juni 2009 dibentuklah Kon- sorsium Peduli Tangkubanpara- hu. Tujuannya, mengembalikan citra positif wisata alam ini. Konsorsium dibentuk be- ranggotakan BBKSDA, Perhu- tani, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat dan Subang, asosiasi perjalanan wisata, pedagang, serta lembaga ma- syarakat hutan. “Kami sepakat menggelar berbagai kegiatan untuk mem- benahi kawasan. Mulai dari pembinaan PKL, perbaikan akses jalan, serta sarana pendu- kung pariwisata lain,” ujar Ke- pala Bidang Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Wawan Irawan. Belum sempat program ber- jalan, keluar SK.306/Menhut- II/2009, 29 Mei 2009. Menteri Kehutanan memberikan izin pengusahaan pariwisata alam kepada PT Graha Rani Putra Persada. “Untuk pembangunan in- frastruktur kawasan wisata, kita tidak bisa mengandalkan dana pemerintah. Karena itu, kita mendatangkan pengem- bang swasta yang secara modal dan kapasitas cukup mampu,” tutur MS Kaban, saat itu. Entah kebetulan atau se- bab lain, bos PT Graha Rani ini adalah Putra Kaban.(AX/ EM/N-2) Pengelolaan tidak Pernah Tuntas MENTERI Kehutanan Zulkifli Hasan (tengah) bersama Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (kiri, depan) meninjau Tangkubanparahu terkait konflik izin pengelolaan taman wisata itu. AKSI para aktivis dari Aliansi Pejuang Lingkungan dan Budaya di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, terkait hak kelola Taman Wisata Alam Tangkubanparahu. KAWASAN Wisata Tangkubanparahu perlu ditata ulang agar indah, bersih, dan nyaman bagi para wisatawan. Untuk itu, berbagai pihak segera mengakhiri konflik dan membangun aset penting tersebut. , menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Gunung dan kawasan ini telah lama menjadi ikon budaya dan wisata alam MI/ERIEZ M RIZAL MI/ALEXANDER MI/ALEXANDER MI/ROMMY PUJIANTO

Upload: others

Post on 31-Oct-2019

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RABU, 16 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Sunda · Sunda KEDAMAIAN hutan di lereng Gunung Tangkubanparahu pernah membuat Iwan Abdur-rachman terpana. Salah satu pendiri Wanadri--perhimpunan

USANTARA 23RABU, 16 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA

Sunda

KEDAMAIAN hutan di lereng Gunung Tangkubanparahu pernah membuat Iwan Abdur-rachman terpana. Salah satu pendiri Wanadri--perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung pertama di Indonesia--itu menggoreskan penanya, menguntai kata.

Goresan inilah yang kemu-dian menjadi lagu Melati dari Jayagiri. Lewat kelompok vokal Bimbo, gubahan Iwan pun melegenda.

Sampai kini, panorama Tang-kubanparahu masih meme-sona. Namun, riwayat pengelo-laannya ternyata tidak seindah alamnya.

Tidak ada pengelola yang dipercaya hingga paripurna. Saat Salin penguasa, kebijakan pun berubah arah.

Karena itu, tidak banyak yang bisa diperbuat untuk gunung ini. Akses jalan masuk yang buruk, kesemrawutan pedagang kaki lima dan parkir adalah kondisi laten yang be-lum terpecahkan. Ada lagi tambahannya yakni minimnya papan informasi wisata dan pe-ngelola yang kurang ramah.

Ini fakta, sekaligus indika-si betapa pemerintah telah mengabaikan potensi kawasan wisata ini.

Padahal, Tangkubanparahu sudah puluhan tahun ditetap-kan sebagai kawasan wisata. Penetapan itu adalah upaya un-tuk mengelola kawasan secara baik dan mendatangkan fulus.

Bermula dari September 1979, ketika SK Menteri Per-

tanian No 528/Kpts/UM-IX menyatakan kawasan di hutan konservasi ini dibuka secara resmi sebagai lokasi wisata umum. Sejak saat itu, setiap pengunjung wajib membeli tiket masuk.

Setelah 11 tahun dikuasai De-partemen Pertanian, Perum Per-hutani mendapat tugas untuk mengelola Tangkubanparahu.

Kesempatan itu tidak disia-siakan. Perhutani berupaya mengelola secara profesional. Pada 2002, perusahaan pelat merah ini membentuk anak perusahaan bernama PT Palawi yang secara khusus didaulat untuk mengurusi pariwisata alam.

Selain Tangkubanparahu, Palawi juga membenahi kawa-san wisata Baturaden di Jawa Tengah dan Cobanrondo di Jawa Timur.

Lima tahun berjalan. Saat MS Kaban dipercaya menjadi Menteri Kehutanan, ia me-nilai Palawi gagal. Lewat SK Menteri Kehutanan No 206/Menhut-II/2007 tertanggal 22 Mei 2007, izin pengusahaan kawasan seluas 250,7 hektare itu dicabut.

Departemen Kehutanan, saat itu, memercayakan pengelo-laan Tangkubanparahu untuk sementara kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Kon-servasi Alam.

Sampai dua tahun kemudian, tidak banyak perubahan baik yang terjadi.

Pedagang yang rese dan mengganggu masih jadi keluh-an utama. Sarana dan prasa-rana lain juga tidak banyak berubah.

Juni 2009 dibentuklah Kon-sorsium Peduli Tangkubanpara-hu. Tujuannya, mengembalikan citra positif wisata alam ini.

Konsorsium dibentuk be-ranggotakan BBKSDA, Perhu-tani, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat dan Subang, asosiasi perjalanan wisata, pedagang, serta lembaga ma-syarakat hutan.

“Kami sepakat menggelar berbagai kegiatan untuk mem-benahi kawasan. Mulai dari pembinaan PKL, perbaikan akses jalan, serta sarana pendu-kung pariwisata lain,” ujar Ke-pala Bidang Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Wawan Irawan.

Belum sempat program ber-jalan, keluar SK.306/Menhut-II/2009, 29 Mei 2009. Menteri Kehutanan memberikan izin pengusahaan pariwisata alam kepada PT Graha Rani Putra Persada.

“Untuk pembangunan in-frastruktur kawasan wisata, kita tidak bisa mengandalkan dana pemerintah. Karena itu, kita mendatangkan pengem-bang swasta yang secara modal dan kapasitas cukup mampu,” tutur MS Kaban, saat itu.

Entah kebetulan atau se-bab lain, bos PT Graha Rani ini adalah Putra Kaban.(AX/EM/N-2)

Pengelolaan tidak Pernah Tuntas

MENTERI Kehutanan Zulkifli Hasan (tengah) bersama Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (kiri, depan) meninjau Tangkubanparahu terkait konflik izin pengelolaan taman wisata itu.

AKSI para aktivis dari Aliansi Pejuang Lingkungan dan Budaya di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, terkait hak kelola Taman Wisata Alam Tangkubanparahu.

KAWASAN Wisata Tangkubanparahu perlu ditata ulang agar indah, bersih, dan nyaman bagi para wisatawan. Untuk itu, berbagai pihak segera mengakhiri konflik dan membangun aset penting tersebut.

, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Gunung dan kawasan ini telah lama menjadi ikon budaya dan wisata alam

MI/ERIEZ M RIZAL

MI/ALEXANDER

MI/ALEXANDERMI/ROMMY PUJIANTO