g. tangkubanparahu, jawa barat
TRANSCRIPT
G. TANGKUBANPARAHU, JAWA BARAT
KETERANGAN UMUM
Nama Kawah : Kawah Ratu, Kawah Upas, Kawah Baru, Kawah Lanang,
Kawah Ecoma, Kawah Jurig, Kawah Siluman, Kawah
Domas, Kawah Jarian dan Pangguyangan Badak
Lokasi
a. Geografi Puncak
b. Administrasi
:
:
6°46’ LS dan 107° 36’BT
Kab. Subang dan Kab. Bandung, Propinsi Jawa Barat.
Kota Terdekat : Parongpong, Lembang
Ketinggian : 2087 m dpl, 1300 m di atas dataran tinggi Bandung
Tipe Gunungapi : Strato
PENDAHULUAN
Cara Mencapai Puncak
Puncak G. Tangkubanparahu dapat dicapai dengan kendaraan bermotor roda 4
dari kota Bandung dan Lembang di sebelah selatan dan kota Subang dan Jalan Cagak di
sebelah utara timurlaut.
Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
Erupsi G.Tangkubanparahu telah menghasilkan banyak batuan yang bernilai
ekonomis. Hasil erupsi tersebut terdiri atas batuan keras (lava), pasir/ tras, lapisan abu
halus warna hitam yang biasa disebut tanah Lembang. Disamping itu juga terdapat
travertin dan mata air panas yang merupakan hasil tidak langsung dari kegiatan
gunungapi.
Wisata
Nama TangkubanPerahu sangat lekat dengan sebuah legenda tanah Sunda yang
sangat terkenal, yaitu Sangkuriang. Tujuan wisata G. Tangkuban Perahu terletak di
beberapa kawahnya. Tangkubanparahu terakhir meletus pada tahun 1910, memiliki 9
kawah yang masih aktif hingga sekarang. Banyaknya erupsi yang terjadi dalam 1,5 abad
terakhirlah yang menyebabkan banyaknya kawah - kawah pada gunung Tangkuban
Perahu. Kawah-kawah tersebut adalah Kawah Ratu, Upas, Domas, Baru, Jurig, Badak,
Jurian, Siluman dan Pangguyungan Badak. Di antara kawah-kawah tersebut, Kawah Ratu
merupakan kawah yang terbesar, dikuti dengan Kawah Upas yang terletak bersebelahan
dengan kawah Ratu. Beberapa kawah mengeluarkan bau asap belerang, bahkan ada
kawah yang dilarang untuk dituruni, karena bau asapnya mengandung racun.
SEJARAH LETUSAN
Erupsi Tangkubanparahu dicirikan oleh erupsi eksplosif berintensitas kecil dan
kadang-kadang diselingi oleh erupsi freatik dengan jarak antar letusan berkisar antara 2 -
50 tahun. Sejarah erupsinya dapat diuraikan sebagai berikut:
1829 1846 1896 1900 1910 1926 1935 1952 1957 1961,1965,1967 1969, 1971 1983 1992 1994 2004
Erupsi abu dan batu dari Kawah Ratu dan Domas Terjadi erupsi, peningkatan kegiatan Terbentuk fumarol baru di sebelah utara kawah Badak Erupsi uap dari Kawah Ratu Kolom asap membubung setinggi 2 km di atas dinding kawah, erupsi berasal dari Kawah Ratu Erupsi freatik di Kawah Ratu membentuk lubang Ecoma Lapangan fumarol baru disebut Badak terjadi, 150 m ke arah selatan baratdaya dari Kawah Ratu Erupsi abu didahului oleh erupsi hidrothermal (freatik) Erupsi freatik di Kawah Ratu, terbentuk lubang kawah baru Erupsi freatik Erupsi freatik didahului oleh erupsi lemah menghasilkan abu Erupsi freatik Awan abu membubung setinggi 159 m di atas Kawah ratu Peningkatan kegiatan kuat dengan gempa seismik dangkal dengan erupsi freatik kecil peningkatan kegempaan
Karakter Letusan
Menurut van Bemmelen (1934, dalam Kusumadinata 1979) bahwa G.
Tangkubanparahu tumbuh di dalam Kaldera Sunda sebelah timur. Berdasarkan coraknya,
erupsi G.Tangkubanparahu dapat dibagi tiga fasa yaitu:
• Fasa eksplosif yang menghasilkan piroklastik dan mengakibatkan terjadinya lahar.
• Fasa efusif yang menghasilkan banyak aliran lava berkomposisi andesit basaltis.
• Fasa pembentukan/pertumbuhan Tangkubanparahu sekarang umumnya eksplosif
kecil-kecil dan kadang diselingi erupsi freatik.
Erupsi G. Tangkubanparahu dapat digolongkan sebagai erupsi kecil. Leleran lava
diperkirakan kemungkinannya terjadi. Berdasarkan pengalaman sejak abad ke 19,
gunungapi ini tidak pernah menunjukkan erupsi magmatik besar kecuali erupsi abu tanpa
diikuti oleh leleran lava, awan panas ataupun lontaran batu pijar. Erupsi freatik umumnya
dominan dan biasanya diikuti oleh peningkatan suhu solfatara dan fumarola di beberapa
kawah yang aktif yaitu Kawah Ratu, Kawah Baru, dan Kawah Domas. Material vulkanik
yang dilontarkan umumnya abu yang sebarannya terbatas di sekitar daerah puncak
hingga beberapa kilometer. Semburan lumpur hanya terbatas di daerah sekitar kawah.
Pada waktu peningkatan kegiatan, asap putih fumarola/solfatara kadang-kadang diikuti
oleh peningkatan gas-gas vulkanik seperti gas racun CO dan CO2. Bila akumulasi gas-
gas racun di sekitar kawah aktif semakin tinggi, daerahnya dapat diklasifikasikan ke dalam
daerah bahaya primer terbatas. Bahaya sekunder seperti banjir lahar tidak pernah terjadi
dalam waktu sejarah. Longsoran lokal terjadi di dalam kawah dan lereng atas yang terjal.
GEOLOGI
Morfologi
Morfologi gunungapi ini dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi utama yaitu:
kerucut strato aktif, lereng tengah dan kaki. Kerucut strato aktif menempati bagian tengah
kaldera Sunda. Kawah- kawah gunungapi ini membentang dengan arah barat-timur.
Beberapa kawah terletak di daerah puncak dan beberapa lainnya terletak di lereng timur.
Kerucut strato aktif ini tersusun dari selang-seling lava dan piroklastik dan di bagian
puncak endapan freatik.
Pola radier dengan bentuk lembah V, beberapa air terjun yang sangat umum
ditemukan pada satuan morfologi ini. Morfologi lereng tengah meliputi lereng timurlaut,
selatan dan tenggara gunungapi ini. Batuannya terdiri atas endapan piroklastik yang
sangat tebal dan lava yang biasanya tersingkap di lembah-lembah sungai yang dalam
dengan pola aliran sungai paralel dan semi memancar (semi radier). Lereng selatan dan
tenggara terpotong oleh sesar Lembang, yang berarah timur-barat.
Kaki selatan menempati bagian lereng tenggara dan selatan, yang terletak pada
ketinggian antara 1200 m hingga 800 m dan antara 1000 hingga 600 m di atas permukaan
laut. Lereng timurlaut mempunyai pusat-pusat erupsi parasit seperti G. malang, G. Cinta
dan G. Palasari. Aliran-aliran lava dan skoria berwarna kemerahan yang menempati
sebagian besar daerah kaki ini adalah berasal dari pusat-pusat erupsi ini. Pola aliran
sungai yang berkembang di daerah ini adalah paralel dengan bentuk lembah U yang
melewati batuan keras.
Lereng selatan terletak antara sesar Lembang dan dataran tinggi Bandung di
selatan. Bagian terbesar daerah ini dibentuk oleh batuan piroklastik dan endapan lahar,
sedangkan lava ditemukan di dasar sungai. Pola aliran sungai yang berkembang adalah
paralel.
Stratigrafi
Secara fisiografi Zona Bandung, Jawa Barat mempunyai kesamaan dengan Zona
Solo di Jawa Timur. Kedua zona tersebut dihubungkan oleh wilayah Jawa Tengah yang
merupakan rangkaian zona Serayu dan Pegunungan Progo Barat.
Lapisan tertua di daerah ini terdiri atas lempung napalan berselingan dengan
perlapisan tufa dan terumbu koral berumur Miosen. Batuan tersebut tersingkap di S.
Citarum di sebelah baratdaya Tangkubanparahu dan di dataran rendah Purwakarta dan
Subang. Di beberapa daerah terumbu koral ini sebagian termalihkan menjadi marmer
karena kontak dengan lava. Lapisan ini kemudian diintrusi (diterobos) oleh batuan vulkanik
berumur Pliosen terdiri atas andesit hornblende dan dasit (Syarifudin, dkk., 1984). Batuan
tersebut tertindih oleh andesit hornblende, breksi kasar dan konglomerat (Bemmelen,
1949).
Produk-produk G. Sunda terdiri atas lava, jatuhan piroklastik, aliran piroklastik,
lahar dan endapan freatik (Hadisantono, 1988). Ada dua macam endapan lain yang tidak
termasuk dalam hasil langsung dari kegiatan vulkanik seperti endapan danau Bandung
yang secara stratigrafi menumpang di atas endapan aliran piroklastik dari erupsi
pembentukan kaldera Sunda, dan endapan fluviatil yang terdiri atas bahan bahan vulkanik
sebagai hasil dari proses sekunder.
Sruktur Geologi
G. Tangkubanparahu dan gunungapi lainnya yang berada di sekitar Bandung
terletak di Zona Bandung (van Bemmelen, 1934 dalam Hadisantono dkk., 1983). Zona
Bandung adalah sebuah cekungan depresi yang memanjang diantara pegunungan.
Cekungan tersebut mempunyai lebar antara 25 - 50 km, sedikit cembung ke utara, terletak
antara Zona Bogor dan Zona Pegunungan Selatan. Bemmelen (1949) menyatakan bahwa
secara umum zona ini berada pada struktur puncak geantiklin P. Jawa, yang tersesarkan
setelah atau pada waktu yang bersamaan dengan pengangkatan yang terjadi pada akhir
Tersier. Sumbu geantiklinnya adalah tempatnya dimana Vulkanisma Kuarter terdapat.
Sabuk gunungapi ini atau jalur magmatik ini membentang dari Teluk Pelabuhan Ratu pada
bagian barat P. Jawa, kemudian melewati antara lembah Cimandiri dengan kota
Sukabumi (600 m), dataran Cianjur (495 m) dan Garut (711 m) ke lembah Citanduy
dengan kota Tasikmalaya (351 m) pada bagian timur, dan berakhir di Segara Anakan di
pesisir selatan P. Jawa. Bagian tengah zona ini ditempati oleh dataran tinggi Bandung dan
Garut.
Sesar Lembang adalah sebuah sesar terbesar di daerah ini, yang melintang dari
barat ke timur. Sesar ini terletak atau melalui Lembang, 10 km sebelah utara Bandung. Ini
adalah sebuah sesar aktif dengan gawir sesar sangat jelas yang menghadap ke utara.
Sesar ini yang panjang seluruhnya kira-kira 22 km dapat diamati sebagai suatu garis lurus
dari G. Palasari di timur ke barat dekat Cisarua. Penyelidikan-penyelidikan terdahulu telah
menghubungkan bahwa sesar Lembang yang dominannya adalah sesar normal terjadi
setelah erupsi besar G. Sunda yang berlangsung pada zaman Kuarter Tua.
Sejarah Geologi
Gunungapi tertua yang telah padam yang disebut G. Sunda mempunyai sebuah
kaldera besar, tetapi hanya sebagian dari pada kaldera ini telah tertutupi oleh endapan-
endapan gunungapi yang lebih muda dan hanya tersisa sebagian dinding kalderanya yang
terdapat antara G. Burangrang dan G. Tangkubanparahu (Hadisantono dan Sutoyo,
1983). Danau (situ) Lembang adalah bagian dari dasar kaldera ini. Menurut van
Bemmelen (1934) bahwa sesar Lembang terbentuk pada tahap paska pembentukan
kaldera Sunda. Kejadian tersebut kemudian diikuti oleh lahirnya G. Burangrang, sekarang
gunungapi tersebut telah padam.
Sejarah G. Tangkubanparahu dimulai dengan adanya komplek gunungapi tua yang
disebut komplek G. Sunda. Komplek G. Sunda adalah sebuah gunungapi majemuk yang
terdiri atas tiga buah gunungapi, dua diantaranya telah padam dan yang ketiga yaitu
Tangkubanparahu masih aktif (Hadisantono, dkk., 1983, dan Kusumadinata, 1979).
Gunungapi ini dibangun di atas batuan dasar sedimen berumur Neogen (Bemmelen,
1949). Dalam sejarah geologi G. Sunda berumur relatif muda. Beberapa dari dari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah ini dapat diukur dalam ribuan tahun.
Suatu periode kegiatan vulkanik (gunungapi) baru dimulai di sebuah komplek
sebelah utara Bandung dalam kurun waktu kuarter. Di sebelah barat sebuah gunungapi
besar (G. Sunda) terbentuk, sedangkan di sebelah timur kegiatan vulkanik terletak di
Sesar Lembang
BURANGRANG
CIREMAI
Tampomas
daerah Bukit Tunggul, Pulusari, dan G. Cangak. Adapun umur periode gunungapi ini
ditentukan oleh tulang-tulang mamalia besar seperti badak, spesies hipopotamus, kerbau,
antelop dan kijang yang terjebak dalam lahar. Dari fosil-fosil ini diketahui bahwa
vulkanisme berlangsung dalam kurun waktu Plistosen Tua (Bemmelen, 1949).
Peta Geomorfologi G. Tangkubanparahu
Peta Geologi Gunungapi Tangkubanparahu
GEOFISIKA
Seismik
Lokasi Seismometer dan Titik GPS.
Grafik Jumlah Gempa Harian G. Tangkubanparahu.
Harian Gempa Vulkanik Dalam (VA) G. Tangkuban Parahu
0
2
4
6
8
10
1-J
an-0
8
1-F
eb-0
8
1-M
ar-
08
1-A
pr-
08
1-M
ay-0
8
1-J
un-0
8
1-J
ul-08
1-A
ug-0
8
1-S
ep-0
8
1-O
ct-
08
1-N
ov-0
8
1-D
ec-0
8
Ju
mla
h G
em
pa
Harian Gempa Vulkanik Dangkal (VB) G. Tangkuban Parahu
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
1-J
an-0
8
1-F
eb-0
8
1-M
ar-
08
1-A
pr-
08
1-M
ay-0
8
1-J
un-0
8
1-J
ul-08
1-A
ug-0
8
1-S
ep-0
8
1-O
ct-
08
1-N
ov-0
8
1-D
ec-0
8
Ju
mla
h G
em
pa
Harian Gempa Tektonik Lokal (TL) G. Tangkuban Parahu
0
2
4
6
8
10
1-J
an
-08
1-F
eb
-08
1-M
ar-
08
1-A
pr-
08
1-M
ay
-08
1-J
un
-08
1-J
ul-
08
1-A
ug-0
8
1-S
ep
-08
1-O
ct-
08
1-N
ov
-08
1-D
ec
-08
Ju
mla
h G
em
pa
Harian Gempa Tektonik Jauh (TJ) G. Tangkuban Parahu
0
2
4
6
8
10
1-J
an-0
8
1-F
eb-0
8
1-M
ar-
08
1-A
pr-
08
1-M
ay-0
8
1-J
un-0
8
1-J
ul-08
1-A
ug-0
8
1-S
ep-0
8
1-O
ct-
08
1-N
ov-0
8
1-D
ec-0
8
Ju
mla
h G
em
pa
Gaya Berat
Hasil pengolahan data gayaberat G. Tangkubanparahu diinterpretasikan bahwa
harga tinggi mendominasi daerah selatan dan secara gradual menurun dari Lembang dan
sekitarnya ke arah utara, timur dan barat. Nilai terendah menduduki bagian utara peta.
Pola anomali gayaberat G. Tangkubanparahu memberi gambaran bahwa kaldera Sunda,
sebagai hasil erupsi paroksisma G. Sunda mempunyai harga positif menyebar dari
selatan-utara-baratlaut dan timurlaut.
Sebaran harga anomali gayaberat rendah di dalam Kaldera Sunda, dapat
diasosiasikan dengan adanya sesar sebagai zona lemah, yang dapat memberikan
kemudahan terjadinya intrusi magma melalui bidang ini, dan menyebabkan terbentuknya
dike.
Geolistrik
Penyelidikan potensial diri/tahanan jenis yang pernah dilakukan di G.
Tangkubanparahu adalah di daerah Kawah Ratu dan Kawah Upas. Hasil penyelidikan
yang dilakukan tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara SP dengan zona panas
sangat erat. Di dalam Kawah Upas tidak didapatkan anomali positif, namun pada batas
antara Kawah Upas dan Ratu terdapat anomali positif tertinggi yang menerus ke kawah
Ratu (L.Ramli dkk, 1984).
DEFORMASI
Pengukuran posisi dengan GPS dilakukan pada tahun 2002 dan tahun 2007.
Tabel Posisi Titik Ukur di G.Tangkubanparahu Hasil Pengukuran April 2007 dalam Koordinat Geodetik
Nama Titik Ukur
Y(Lintang Selatan)
X(Bujur Timur)
Elivasi (m)
Ketelitian (m)
POS 6° 46' 21.96173" S 107° 38' 00.68864" E 1567.8005 0
SADEL 6° 45' 41.05548" S 107° 36' 46.86232" E 1987.585 0.0012
UPAS 6° 45' 22.55681" S 107° 36' 43.54745" E 1870.8829 0.0016
DOMAS 6° 45' 44.99958" S 107° 37' 29.98951" E 1708.008 0.001
PARKIR 6° 45' 32.51606" S 107° 37' 06.84999" E 1849.9242 0.0082
KAWAH BARU 6° 45' 39.93483" S 107° 36' 17.22892" E 2097.2582 0.0006
TVRI 6° 43' 46.16747" S 107° 39' 31.90575" E 1043.6009 0.0009
Tabel posisi titik ukur di G. Tangkubanparahu hasil pengukuran April 2007 dalam koordinat grid.
Nama Titik Ukur
Y(UTM)
X(UTM)
Elivasi (m)
Ketelitian (m)
POS 127782.7024 9250080.109 1567.8005 0
SADEL 125503.9388 9251322.576 1987.585 0.0012
UPAS 125398.0462 9251890.879 1870.8829 0.0016
DOMAS 126830.8795 9251210.482 1708.008 0.001
WARU 126116.7053 9251589.523 1849.9242 0.0082
KAWAH BARU 124592.5045 9251350.69 2097.2582 0.0006
TVRI 130554.4654 9254891.449 1043.6009 0.0009
Tabel posisi titik ukur di G. Tangkubanparahu pengukuran september 2002 dalam koordinat geodetik
Nama Titik Ukur Y(Lintang Selatan)
X(Bujur Timur)
Elivasi (m) Ketelitian
(m)
POS 6° 46' 21.96173" S 107° 38' 00.68864" E 1567.8005 0
SADEL 6° 45' 41.05558" S 107° 36' 46.86232" E 1987.6983 0.001
UPAS 6° 45' 22.55808" S 107° 36' 43.54832" E 1870.9758 0.0008
DOMAS 6° 45' 45.00051" S 107° 37' 29.98965" E 1708.0933 0.0008
WARU 6° 45' 32.51677" S 107° 37' 06.85018" E 1849.9967 0.0008
KAWAHBARU 6° 45' 39.93753" S 107° 36' 17.22812" E 2097.3616 0.0009
TVRI 6° 43' 46.17187" S 107° 39' 31.90168" E 1043.6227 0.0007
GPS1 6° 53' 17.06719" S 107° 36' 32.58341" E 813.5111 0.0021
DP31 6° 45' 55.81374" S 107° 36' 14.46730" E 2048.9839 0.0012
DPR7 6° 45' 51.38899" S 107° 37' 12.43958" E 1796.7454 0.0015
PARK 6° 45' 38.28350" S 107° 37' 06.03188" E 1857.8142 0.0008
TILT 6° 45' 36.44077" S 107° 38' 21.14736" E 1397.0344 0.0007
Tabel posisi titik ukur di G. Tangkubanparahu pengukuran september 2002 dalam koordinat grid
Nama Titik Ukur
Y(UTM) X(UTM) Elivasi (m) Ketelitian
(m)
POS 127782.7024 9250080.109 1567.8005 0
SADEL 125503.9385 9251322.573 1987.6983 0.001
upas 125398.0729 9251890.84 1870.9758 0.0008
DOMAS 126830.8839 9251210.454 1708.0933 0.0008
WARU 126116.7115 9251589.501 1849.9967 0.0008
DPRB 124592.4807 9251350.607 2097.3616 0.0009
TVRI 130554.3414 9254891.312 1043.6227 0.0007
GPS1 125163.6463 9237292.672 813.5111 0.0021
DP31 124511.001 9250861.662 2048.9839 0.0012
DPR7 126292.6148 9251010.197 1796.7454 0.0015
PARK 126092.7834 9251411.944 1857.8142 0.0008
TILT 128402.0645 9251484.642 1397.0344 0.0007
Gambar Vektor Perpindahan Horisontal Hasil Pengukuran GPS tahun 2007 terhadap tahun 2002
Gambar Vektor Perpindahan Vertikal Hasil Pengukuran GPS tahun 2007 terhadap tahun 2002.
GEOKIMIA
Kimia Batuan
Penerapan metoda petrokimia melalui diagram Hutchison (1973) dapat
menjelaskan bahwa proses magmatis gunungapi Sunda dari alkali kapur sangat kaya
U
10.3 cm 11.3 cm
8.5 cm
7.2 cm
9.3 cm
KW. Baru
8,6 cm
Domas
2,9 cm
UPAS
4,7 cm
alkali terutama K2O dan Na2O, sedangkan magma seri toleitik sangat miskin alkali
(Syarifudin, 1984). Seri alkali kapur ini menunjukkan semakin meningkatnya kadar oksida
besi dan oksida MgO relatif tinggi dibandingkan dengan magma seri toleitik, erat
hubungannya dengan terbawanya mineral magnetit, piroksen dan olivin dalam bentuk
asosiasi dengan magma toleitik.
Proses magmatis Gunungapi Tangkubanparahu bersumber pada seri alkali kapur
alumina tinggi dan seri alkali kapur K-tinggi. Magma seri alkali kapur alumina tinggi kaya
akan CaO dan Al2O3. Seri alkali kapur K-tinggi cenderung relatif kaya akan Na2O dan K2O
dibandingkan dengan magma seri alkali kapur alumina tinggi. Ciri lain yang dapat
dijelaskan adalah bahwa seri alkali kapur alumina tinggi relatif kaya akan oksida MgO
sedangkan seri alkali kapur K-tinggi relatif meningkatnya oksida besi FeO.
Secara petrografi, lava Tangkubanparahu terbagi atas lava andesit basal augit
hipersten, lava basal pigeonit enstatit dan andesit augit hipersten. Penghabluran
plagioklas, piroksen augit, hipersten dan olivin serta oksida bijih dalam wujud fenokris
mikro dan makro sebagai massa dasar batuan berbutir agak kasar bersama-sama dalam
masadasar kaca gunungapi. Kenampakan mineral sebagai massa dasar memperlihatkan
tekstur aliran. Beberapa fenokris plagioklas menunjukkan lobang korosi tak teratur diduga
bertindak sebagai mineral bawaan (senokris) (Syarifudin, 1984).
Secara kimia, keaktifan Gunungapi Tangkubanparahu bersumber pada magma:
a. alkali kapur alumina tinggi dari andesit basaltis sampai basal dan
b. alkali kapur K-tinggi dari andesit basaltis sampai basalt
Gunungapi Tangkubanparahu mempunyai ciri petrokimia cenderung pada
kelompok magma dioritik gabro dan magma dioritik (Syarifudin, 1984). Gunungapi
Tangkubanparahu mempunyai sumber keaktifan magma pada kedalaman Zona Beniof
antara 155-205 km. Berdasarkan metoda Indek Mafik oleh Tlley et.al, 1964 dalam
Syarifudin (1984) mempunyai temperatur magma antara 1010° C– 1220° C.
Kimia Gas
Tabel perbandingan komposisi kimia gas vulkanik G.Tangkubanparahu (dalam % molekul)
Unsur Juli 1994 Juni 1997 Nopember 1998
H2 O2 + Ar
N2
CH4 CO CO2 SO2 H2S HCl H2O S/C
HCl/SO2 SO2/H2S
Temperatur (oC)
0,00063 0 0 0 0
0,80 0,28 0,07 0,01 98,80 0,66 0,64 4,0 95
0,01 0,05 0,14
0 0
0,35 0,12 0,25 0,04
99,02 0,64 0,33 0,48 96
0,01 0,04 0,36
0 0,41 0,02 0,10
0,005 0,05
98,95 0,25 0,50 1,0 96
Pengukuran Suhu
Kawah Ratu
Kawah Ratu adalah salah satu kawah terbesar di G. TangkubanParahu.
Pengamatan ke Kawah Ratu dilakukan pada tanggal 30 Nopember 2006 sekitar pukul
08.00. Secara umum cuaca di sekitar kawah cerah dengan suhu udara 23oC. Di dasar
kawah bagian utara-barat teramati beberapa titik tembusan solfatara dengan hembusan
asap berwarna putih tipis – sedang dan tinggi asap berkisar antara 10 – 25 m. Tekanan
gas cukup kuat sehingga terdengar suara blazernya nyaring, suhu yang terukur berkisar
antara 99 - 111 oC.
Tidak jauh dari lokasi tersebut di atas (di lembah maut) terdapat bualan mataair
panas, diameternya lebih kurang 70 cm dengan suhu air 97 oC. Air dari bualan tersebut
menggenangi dasar kawah bagian barat. Bualan lumpur terdapat di bagian utara dari
lokasi solfatara dan mata air panas, mempunyai diameter lk. 2m. Bualan lumpur tersebut
berwarna coklat (warna kopi susu) dengan suhu antara 94 - 95 oC. Di dasar kawah bagian
selatan (dekat Kawah Ecoma), teramati tembusan solfatara baru yang selama ini tidak
ada. Namun hembusan asapnya sangat tipis. Sedangkan di bagian lain tidak menunjukan
adanya perubahan yang mencolok.
Tabel Pengukuran suhu di Kawah Ratu, Tahun 2006
Bulan Tgl Suhu ( °°°°C) Keterangan
Solfatara Fumarola
Januari 9 96 - 98
Februari 25 97 – 109
Maret 31 96 – 111
April 24 99 – 109
Mei 30 110 106
Juni 26 108 99
Juli 27 106 100
Agustus 25 106 95
September 27 102 100
Oktober 31 90 – 100 95 – 96
Nopember 30 99 - 111 96 - 97
Kawah Domas
Kawah Domas merupakan lapangan solfatara dan fumarola yang terletak di
sebelah timur dari Kawah Ratu. Pada lokasi ini terdapat beberapa titik tembusan solfatara
dan bualan mataair panas. Pengamatan ke Kawah Domas dilakukan pada tanggal 2
Desember 2006. Secara umum teramati hembusan asap berwarna putih tipis dengan
ketinggian berkisar antara 5 – 10 m. Dari beberapa tembusan solfatara yang ada,
dilakukan pengukuran suhu pada dua titik dengan temperatur masing-masing 92 oC dan
92,2 oC pada suhu udara 19,8 oC. Selain solfatara, terdapat pula beberapa bualan air
panas tersebar di lokasi ini. Bualan airpanas yang terbesar dan terpanas mempunyai
diameter lk. 2 m, dengan temperatur 88 oC pada suhu udara 19,8 oC. Terdapat juga mata
air panas yang suhunya lebih rendah, yaitu berkisar antara 35 – 40 oC.
Tabel Pengukuran suhu di Kawah Domas, Tahun 2006
Bulan Tgl Suhu ( °°°°C) Keterangan
Solfatara Fumarola
Januari 18 95 93
Februari 7 94 92
Maret 14 94 92
April 1 90.2
22 94 91
Mei 22 94 93
Juni 27 94 93
Juli 29 94 93
Agustus 30 94 93
September 29 93 92
Oktober 29 94 93
Nopember 10 92 91
Desember 2 92 88
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Mitigasi bencana yang dilakukan selain pemantauan menerus secara visual juga
dilakukan pemantauan secara instrumental dan pembuatan Peta Kawasan Rawan
Bencana. Pemantauan secara visual meliputi pengukuran suhu, ketinggian asap, warna
asap, arah tiupan angin dan pH diamati dari Pos Pengamatan G. Tangkubanparahu yang
dibangun di lereng timur gunungapi Tangkubanparahu.
Peralatan pemantau dan sarana penunjangnya menggunakan seismograf jenis PS-
2. Sistim pemantauan ini dioperasikan secara sistem radio telemetri (RTS) dengan
seismometer jenis Ranger ditempatkan di sekitar Kawah Ratu, pada posisi S 06o 45’ 53,5”,
T 107o 36 ‘ 50”, pada ketinggian 2028 m dpl. Sinyal gempa dari sub sistem seismograf di
lapangan tersebut dipancarkan melalui radio yang kemudian direkam dengan rekorder PS-
2 di Pos Pengamatan G. Tangkubanparahu di kampung Cikole (Wates) lebih kurang 2,5
km dari Kawah Ratu.Pos Pengamatan G. Tangkubanparahu dibangun di lereng timur
gunungapi Tangkubanparahu. Pos Pengamatan ini dilengkapi dengan satu unit
seismograf, satu komponen seismometer vertikal, dipasang pada koordinat 06°45’53,50’’
LS dan 107°36’50,30’’ di ketinggian 2015m dpl. Getaran gempa dipancarkan dan direkam
di Pos Pengamatan secara analog.
KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI
Berdasarkan sejarah kegiatannya, sifat erupsi, komposisi kimia dan frekuensi
erupsinya yang tergolong jarang, kawasan rawan bencana G. Tangkubanparahu dapat
dibagi tiga tingkatan yaitu Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II dan
Kawasan Rawan Bencana I.
Kawasan Rawan Bencana III
Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang sangat berpotensi terlanda
awan panas, aliran lava, material lontaran batu pijar, guguran lava, hujan abu lebat dan
atau gas beracun.
Kawasan Rawan Bencana III G. Tangkubanperahu terdiri atas dua bagian, yaitu:
a. Kawasan rawan bencana terhadap awan panas, aliran lava, guguran lava dan gas
beracun.
b. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat.
Kawasan Rawan Bencana II
Secara umum yang disebut kawasan rawan bencana II adalah kawasan yang berpotensi
terlanda oleh awan panas, aliran lava, lontaran atau guguran batu (pijar), hujan abu lebat,
hujan lumpur (panas), aliran lahar dan gas beracun). Kawasan ini dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa awan panas, aliran lava,
guguran batu (pijar), dan aliran lahar.
b. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran dan jatuhan seperti lontaran
batu (pijar), dan hujan abu lebat.
Kawasan Rawan Bencana I
Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar dan tidak
menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava. Kawasan ini
terletak di sepanjang sungai/ di dekat lembah sungai atau bagian hilir sungai yang berhulu
di daerah puncak.
Demografi
Banyaknya penduduk yang bermukim di lereng selatan, timurlaut dan
utara tersebut berkaitan dengan kondisi morfologi, potensi alam seperti wisata,
perkebunan dan kesuburan tanah. Perkembangan penduduk dari waktu ke
waktu, umumnya diikuti oleh perkembangan pemukiman di daerah bersangkutan
sehingga mengakibatkan kepadatan penduduk meningkat.
Di antara kota-kota di sekitarnya Lembang selain merupakan kota dengan
penduduk terbanyak, merupakan kota tujuan wisata dan juga kota transit.
Penduduk Lembang berdasarkan data kependudukan hingga akhir Februari
1999 adalah 127.679 jiwa. Mata pencaharian penduduk pada umumnya
bergerak di bidang pertanian yang terdiri atas petani pemilik (23,82%), petani
penggarap 19,30%, buruh tani 9,93%, peternak 9,57 %, wiraswasta/pedagang
(9,58%), pegawai negeri (3,00 %), pegawai swasta (9,68 %), TNI+ POLRI
(1,58% ), Pensiunan (1,95 %), pertukangan (1,25 %) dan buruh/pekerja lainnya
(10,34%).
Bandung adalah kota terbesar dan terdekat (± 30 km) ke arah selatan,
yang merupakan ibu kota propinsi Jawa Barat. Bandung mungkin merupakan
kota terpadat di Indonesia dengan jumlah penduduk ± 3 juta orang.
DAFTAR PUSTAKA
Blecker, P., 1850 De Tangkoebanparahoe in October 1850. Bronto, S., 1982 Keadaan geologi di kaki G. Tangkubanparahu. Bacharudin, R., 19 Laporan Pendahuluan II Pengecekan data geologi hasil
penafsiran landsat dan potret udara G. Tangkubanparahu dan sekitarnya, Jawa Barat. Dit. Vulkanologi.
Djoharman, L. 1986 Laporan Analisis Hasil Ungkitan Lereng (kelandaian) di G.
Tangkubanparahu. Direktorat Vulkanologi. Djoharman, L.& N. Rahardja, 1992 Laporan perubahan deformasi G.
Tangkubanparahu hasil pengukuran metode ungkit. Djoharman, L., 1969 Laporan para pemeta kemungkinan penyebaran endpan
lahar/banjir daerah sekitar Bandung-Cimahi. Direktorat Geologi, 1974 Tangkubanparahu. Dvorak, J., L. Pardyanto, J. Matahelumual, 1983 Scientific results of the VSI –
USGS Cooperative volcanological program. January 1982 to June 1982 (open file).
Hadisantono, R.D.& Soetoyo, 1983 Laporan Pemetaan Geologi Gunungapi
Tangkubanparahu, Bandung, Jawa Barat. Direktorat Vulkanologi. Hadisantono, R.D., 1988 Some aspects of the nature and origin of the
widespread pyroclastic flow deposits (ignimbrite) surrounding Tangkubanparahu volcano, Bandung, West Java.
Heriman, S. Bronto, 1981 Laporan Kemajuan pemetaan geologi daerah
Tagkubanparahu/ Dit. Vulkanologi. Kadiputra, K.K, 2000 Pengukuran & Interpretasi Anomali Gaya Berat G.
Tangkubanparahu. Thesis. Direktorat Vulkanologi. Kusumadinata, K., 1979 Data Dasar Gunungapi Indonesia. Departemen
Pertambangan dan Energi, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum. Direktorat Vulkanologi.
Kusumadinata, K., 1969 G. Tangkubanparahu. Riwayat letusan dan bahaya-
bahayanya berdasarkan peta dan pustaka. Dit. Vulkanologi. Kusumadinata, K., 1962 Gas racun dan gas lemas di kawah-kawah Tangkuban
Perahu dll.
Kadarsetia, E., R. Wahyuningsih, W, Suherman, 1977 Penyelidikan Kimia Gas
G. Papandayan & G. Tangkubanparahu. Komar, I., 1984 Pengukuran deformasi EDM G. Merapi, G. Galunggung & G.
Tangkubanparahu. Maier, P.J., 19 Mineraal water voorkomde in de Kawah Domas, eene
solfatara van den Tangkoeban Prahoe. Matahelumual, J., 1977 Pengamatan Seismik G. Tangkubanparahu. Dit.
Vulkanologi. Nugraha, J., T. Sriwana, 1984 Laporan penelitian analisis kimia gas vulkanik dan
kondensat G. Tangkubanparahu. Dit. Vulkanologi. Palgunadi, S & Y. Hidayat, 2000 Laporan Penyelidikan Gaya Berat G.
Tangkubanparahu, Jawa Barat. Direktorat Vulkanologi. Palgunadi, S & Y. Hidayat, 2000 Laporan Penyelidikan Magnet G.
Tangkubanparahu, Jawa Barat. Direktorat Vulkanologi. Ramli, L., W.S. Tjetjep, H. Said, S.Dwipa & R.Suparan, 1984 Studi Hubungan
Potensial Diri Dengan Zona Panas/Fumarola, G. Tangkuban- parahu, Jawa Barat. Direktorat Vulkanologi.
Rosadi, U., Rochanan, T. Rukada, 1998 Laporan pengukuran deformasi leveling
G. Tangkubanparahu, Jawa Barat. Direktorat Vulkanologi. Said, H. & D. Mulyadi, 1988 Pengukuran Deformasi G. Tangkubanparahu, Jawa
Barat. Direktorat Vulkanologi. Siswowidjojo, S., 1975 Tangkubanparahu volcano. Sobana, 1982 Laporan kegiatan pengukuran situasi lokasi-lokasi tilting G.
Tangkubanparahu. Dit, Vulkanologi. Solihin, A., 2006 Pemantauan Kegiatan Gunungapi Tangkuban Parahu, Jawa
Barat. Sulaeman, B., 1986 Laporan hasil penyelidikan G. Tangkubanparahu . Suparban, FX., 1969 Ihtisar Penelitian Daerah Bahaya G. Tangkubanparahu . Syarifudin, M.Z, I. Pratomo & R. Partosentiko, 1984 Petrokimia Gunungapi
Sunda dan Gunungapi Tangkubanparahu. Direktorat Vulkanologi.
Tulus, 1986. Laporan pengamatan dan penyelidikan seismik G. Tangkubanparahu.
Tulus, Rochendi, D., Sugiharto, 1999 Laporan Pengamatan G.
Tangkubanparahu. Direktorat Vulkanologi. Tulus, Pasri, N.R., Oman, 1984 Laporan pengamatan visual kegiatan gunungapi
Tangkubanparahu. Wahyudin, D. dkk, 1997 Laporan inventarisasi potensi wisata G.
Tangkubanparahu, Kab, Bandung & Kab. Subang, Jawa Barat. Wasito, 1977 Deteksi gas Radon 222 pada erupsi G. Tangkubanparahu. Wirakusumah, A.D., 1985 Laporan pemasangan seismograf RTS di G.
Tangkubanparahu. Direktorat Vulkanologi. Zaennudin, A., dkk., 2007, Laporan Kegiatan Peringatan Dini
G.Tangkubanparahu, Jawa Barat, PVMBG, Bandung.