quipper-penginderaan jauh.docx

Upload: rahman-fais

Post on 09-Mar-2016

412 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Hasil Pengindraan Jauh Pengidraan jauh merupakan salah satu cara yang dapat kita gunakan untuk melihat suatu obyek yang jauh, dan hasil dari pengindraan jauh adalah citra. Untuk lebih memahami mengenai hasil pengindraan jauh mari kita simak pembahasan berikut ini. Proses pengindraan jauh memberikan keluaran atau hasil yang disebut citra, yaitu gambaran yang tampak dari suatu obyek yang sedang diamati sebagai hasil liputan atau rekaman oleh suatu alat pemantau. Kelengkapan informasi yang disajikan pada citra pengindraan jauh merupakan daya tarik tersendiri bagi para ilmuwan dan peneliti dari berbagai bidang keahlian untuk dapat memanfaatkan secara sendiri (monodispliner) atau gabungan beberapa bidang (multidispliner). Jika dibandingkan dengan survei lapangan, pengindraan jarak jauh jelas lebih unggul dan bermanfaat bagi pengkajian dan pengelolaan wilayah atau sumber daya alam. Survei lapangan memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang lebih besar jika dibandingkan dengan pengindraan jarak jauh. Selain itu, data yang dihasilkan pengindraan jauh lebih valid.Beberapa keistimewaan citra pengindraan jauh dapat dirinci sebagai berikut:a) Menyajikan gambaran obyek secara lengkap dengan kenampakan yang nyata sesuai keadaan di lapangan.b) Waktu pembuatan relatif cepat.c) Biaya relatif murah dibandingkan pengukuran langsung di lapangan.d) Dapat digunakan untuk memonitor obyek lapangan, seperti informasi banjir, gempa bumi, kebakaran hutan, dan bencana alam lainnya.e) Lebih sesuai digunakan untuk daerah yang sarana perhubungannya kurang baik dan sulit untuk dijangkau, seperti hutan, pegunungan, atau daerah rawa.Secara umum, citra yang dihasilkan pengindraan jauh dapat dibedakan atas:1) Citra Foto Dalam pengindraan jauh, citra foto sering disebut dengan foto udara atau potret udara. Citra foto dapat dibedakan berdasarkan:a) Spektrum Elektromagnetik yang DigunakanPenggunaan spektrum elektromagnetik dapat menghasilakan foto yang berbeda-beda, yakni: Foto ultravioletMerupakan foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultraviolet. Spektrum yang dapat digunakan untuk pemotretan saat ini adalah spektrum ultraviolet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. Foto ortokromatikDibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari saluran biru (0,4 - 0.5 mikrometer) hingga saluran hijau (0.56 mikrometer). Foto ini dapat digunakan untuk mendeteksi dasar perairan untuk kegiatan pelayaran. Foto pankromatikDibuat dengan menggunakan seluruh spektrum tampak mata, mulai dari warna merah hingga ungu. Foto pankromatik baik untuk mendeteksi pencemaran air, kerusakan akibat banjir maupun penyebaran air tanah dan air permukaan. Foto inframerah asli (true infrared photo)Dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah dekat (0,9 - 1,2 mikrometer). Foto inframerah asli baik untuk mendeteksi berbagai jenis tanaman, termasuk tanaman yang sehat atau yang sakit. Foto inframerah berwarnaDisebut juga foto berwarna semu. Filmnya dikembangkan untuk kepentingan militer (camouflage detection film). Foto inframerah modifikasiMenggunakan spektrum inframerah dekat dan sebagian spektrum tampak (0,7 - 0,9 mikrometer), ditambah saluran hijau dan merah.b) Sumbu KameraFoto udara dapat dibedakan berdasarkan arah sumbu kamera ke permukaan bumi sebagai berikut: Foto vertikal, apabila sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi termasuk apabila sumbu kamera condong 1-4. Foto condong, apabila sumbu kamera menyudut 10 terhadap permukaan bumi. Foto condong masih dibedakan lagi menjadi foto agak condong (low oblique photograph) yaitu apabila cakrawala tidak tergambar pada foto, serta foto sangat condong (high oblique photograph) yakni jika pada foto tampak cakrawalanya.c) Warna yang Digunakan Foto berwarna semu (false colour), warna obyek tidak sama dengan warna foto. Misalnya, vegetasi yang berwarna hijau, akan tampak merah pada foto. Foto warna asli (true colour), obyek yang terekam pada foto akan menampakan warna sama dengan aslinya.d) Sistem Wahana Foto udara, yakni foto yang direkam dari pesawat atau balon udara. Foto satelit atau foto orbital, yaitu foto yang direkam melalui satelit yang mengelilingi bumi.2) Citra Non-FotoCitra non-foto merupakan citra yang direkam melalui sensor bukan kamera. Citra ini dapat dibedakan berdasarkan:a) SensorBerdasarkan sensor yang digunakan citra non-foto terbagi atas: Citra Tunggal, sensor yang digunakan pada citra ini adalah sensor tunggal dengan saluran lebar. Citra Multi Spektral, sensor yang digunakan pada citra ini adalah sensor jamak multisaluran dengan saluran sempit.b) WahanaBerdasarkan wahana yang digunakan, citra non-foto dapat dibedakan atas: Citra Dirgantara (Airborne Image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara (dirgantara). Citra Satelit (Satellite/Spaceborne Image), yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau angkasa luar. Citra ini dibedakan lagi atas penggunaannya, yaitu citra satelit untuk pengindraan planet, citra satelit untuk pengindraan cuaca, citra satelit untuk pengindraan sumber daya bumi, serta citra satelit untuk pengindraan laut. RANGKUMAN1) Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah untuk mengumpulkan data sumber daya alam dan lingkungan.2) Karakteristik yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut unsur interpretasi citra yang meliputi: rona/warna, ukuran, bentuk, pola, tekstur, bayangan, situs, asosiasi, dan konvergensi bukti.

PENGINDRAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHANPengindraan jauh (atau disingkat indraja) adalah pengukuran atau akuisisi data dari sebuah obyek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan obyek tersebut. Bagaimanakah penerapan pengindraan jauh untuk tata guna lahan? Berikut penjelasannya. TUJUAN PEMBELAJARANSetelah mempelajari bahasan ini, kalian diharapkan mampu memahami mengenai pengindraan jauh untuk tata guna lahan. 1. PENGERTIAN PENGINDRAAN JAUHBeberapa ahli memberikan pengertian pengindraan jauh sebagai berikut: Avery Pengindraan jauh merupakan upaya untuk memperoleh, menunjukkan (mengidentifikasi) dan menganalisis obyek dengan sensor pada posisi pengamatan daerah kajian. Campbell Pengindraan jauh adalah ilmu untuk mendapatkan informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang diperoleh dari jarak jauh. Colwell Pengindraaan jauh yaitu suatu pengukuran atau perolehan data pada obyek di permukaan bumi dari satelit atau instrumen lain di atas atau jauh dari obyek yang diindra. Curran Pengindraan jauh yakni penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi yang berguna. Lillesand dan Kiefer

Pengindraan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, wilayah, atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, wilayah, atau gejala yang dikaji.Sumber tenaga dalam proses indraja terdiri atas :a) Sistem pasif, yakni sistem yang menggunakan sinar matahari.b) Sistem aktif, yaitu sistem yang menggunakan tenaga buatan seperti gelombang mikro.Jumlah tenaga yang diterima oleh obyek di setiap tempat berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: Waktu penyinaranJumlah energi yang diterima oleh obyek pada saat matahari tegak lurus (siang hari) lebih besar daripada saat posisi miring (sore hari). Makin banyak energi yang diterima obyek, makin cerah warna obyek tersebut Bentuk permukaan bumiPermukaan bumi yang bertopografi halus dan memiliki warna cerah pada permukaannya lebih banyak memantulkan sinar matahari dibandingkan permukaan yang bertopografi kasar dan berwarna gelap. Sehingga daerah bertopografi halus dan cerah terlihat lebih terang dan jelas. Keadaan cuacaKondisi cuaca pada saat pemotretan mempengaruhi kemampuan sumber tenaga dalam memancarkan dan memantulkan. Misalnya, kondisi udara yang berkabut menyebabkan hasil indraja menjadi tidak begitu jelas atau bahkan tidak terlihat.2. PENGINDRAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHANManfaat pengindraan jauh untuk tata guna lahan dapat dibedakan atas:a) Pemetaan Penggunaan LahanInventarisasi penggunaan lahan penting dilakukan untuk mengetahui apakah penggunaan lahan yang dilakukan oleh aktivitas manusia sesuai dengan potensi atau pun daya dukungnya. Penggunaan lahan yang sesuai awalnya akan memperoleh hasil yang baik, tetapi lambat laun hasil yang diperoleh akan menurun sejalan dengan menurunnya potensi dan daya dukung lahan tersebut. Teknologi pengindraan jauh dapat diaplikasikan dalam penyusunan arahan penggunaan lahan agar tidak cepat mengalami kemerosotan. Selain itu, juga dapat ditetapkan lahan yang tepat digunakan untuk usaha pertanian, budidaya, industri, maupun permukiman.b) Penentuan Arahan LahanPenentuan batas-batas keserasian sumber daya air merupakan salah satu aspek utama dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), sekaligus sebagai bahan pertimbangan penyusunan konsep tata ruang kawasan. Ketetapan penataan tata ruang didasarkan pada tiga faktor, yaitu lereng lapangan, jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi, dan intensitas hujan harian wilayah yang bersangkutan. Masing-masing faktor ditampilkan dalam tiap-tiap unit lahan untuk mendapatkan angka skor yang secara makro digunakan untuk menetapkan arahan penggunaan lahan sebagai kawasan lindung, kawasan penyangga, kawasan budidaya, atau kawasan pemukiman. Aplikasi pengindraan jauh dapat menyajikan Peta Arahan Penggunaan Lahan yang dibuat dari komposit Peta Kelerengan, Peta Jenis Tanah, dan Peta Curah Hujan. c) Pemanfaatan Lahan PertanianDalam usaha memelihara konsistensi penggunaan lahan sebagai areal pertanian, maka diperlukan suatu sistem pemantauan yang mampu mengamati, menganalisa, menyajikan, serta membuat model-model keputusan sehingga aktivitas pertanian yang berkelanjutan tetap terjaga. Teknologi pengindraan jauh merupakan salah satu pendekatan terintegrasi yang dapat memodelkan masalah-masalah pertanian guna menjaga konsistensi penggunaan lahan (monitoring), proteksi stabilitas lingkungan (analisis degradasi lahan dan identifikasi sumber air), serta analisis keruangan (basis data spasial).d) Eksploitasi HutanBidang kehutanan berkenaan dengan pengelolaan hutan untuk kayu, termasuk perencanaan pengambilan hasil kayu, pemantauan penebangan dan penghutanan kembali, pengelolaan dan pencacahan margasatwa, inventarisasi dan pemantauan sumber daya hutan, serta rekreasi, dan pengawasan kebakaran. Kondisi fisik hutan sangat rentan terhadap bahaya kebakaran maka penggunaan citra pengindraan jauh akan sangat membantu dalam penyediaan data serta informasi dalam rangka pemantauan secara berkesinambungan.e) Pemantauan Pemanfaatan LahanDari citra pengindraan jauh, dapat diketahui pemanfaatan lahan oleh warga masyarakat. Contoh lebih terperinci dapat disimak pada tabel berikut:JENIS PENGGUNAAN LAHAN CIRI-CIRI INTERPRETASIPemukiman Bentuk persegi atau pun limas, rona cerah, pola teratur, tekstur kasar, dan asosiasi dengan jalan.Kebun Tekstur kasar, rona gelap, pola terputus-putus, dan situs dengan sungai.Sawah Rona cerah, tekstur halus, dan situs dengan sungai.Industri Bentuk persegi panjang, warna coklat kekuningan, rona terang, ukuran besar, tekstur kasar.Jalan Bentuk memanjang, ukuran cukup lebar, warna hitam, rona gelap, pola teratur, dan berasosiasi dengan pemukiman.Pepohonan/Hutan Bentuk agak membulat, tekstur kasar, pola tidak teratur, warna hijau tua, dan rona cerah.Sungai Bentuk memanjang, ukuran lebar, warna biru tua, rona terang, situs dengan sungai, dan asosiasi dengan pemukiman.RANGKUMAN1) Pengindraan jauh merupakan upaya untuk memperoleh, menunjukkan (mengidentifikasi) dan menganalisis obyek dengan sensor pada posisi pengamatan daerah kajian.2) Manfaat pengindraan jauh untuk tata guna lahan dapat dibedakan atas pemetaan penggunaan lahan, penentuan arahan lahan, pemanfaatan lahan pertanian, eksploitasi hutan, serta pemantauan pemanfaatan lahan.

PENGINDRAAN JAUH UNTUK TRANSPORTASIPengindraan jauh merupakan upaya untuk memperoleh, menunjukkan (mengidentifikasi) dan menganalisis obyek dengan sensor pada posisi pengamatan daerah kajian. Bagaimanakah penerapan pengindraan jauh untuk transportasi? Berikut penjelasannya. [obyectives]{TUJUAN PEMBELAJARAN}Setelah mempelajari bahasan ini, kalian diharapkan mampu memahami mengenai pengindraan jauh untuk transportasi. [/obyectives]1. PENGERTIAN PENGINDRAAN JAUHBeberapa ahli memberikan pengertian pengindraan jauh sebagai berikut: American Society of Photogrammetry and Remote SensingPengindraan jauh merupakan pengukuran atau perolehan informasi dari beberapa sifat obyek atau fenomena, dengan menggunakan alat perekam yang secara fisik tidak terjadi kontak langsung dengan obyek atau fenomena yang dikaji. Lindgren Pengindraan jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Welson dan Bufon Pengindraan jauh adalah sebagai suatu ilmu, seni, dan teknik untuk memperoleh obyek, area dan gejala dengan menggunakan alat dan tanpa kontak langsung dengan obyek, area dan gejala tersebut.Data pengindraan jauh (citra) menggambarkan obyek di permukaan bumi relatif lengkap, dengan wujud dan letak obyek yang mirip dengan wujud dan letak di permukaan bumi dalam liputan yang luas. Citra pengindraan jauh adalah gambaran suatu obyek, daerah, atau fenomena, hasil rekaman pantulan dan/atau pancaran obyek oleh sensor pengindraan jauh, dapat berupa foto atau data digital.2. PENGINDRAAN JAUH UNTUK TRANSPORTASITransportasi adalah suatu proses pergerakan barang dan manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan bantuan alat (kendaraan). Transportasi juga dapat diartikan sebagai usaha untuk memindahkan menggerakkan, mengangkut, dan mengalihkan suatu obyek dari suatu tempat ke tempat lain. Transportasi dalam pembangunan berfungsi untuk melayani mobilitas orang, barang dan jasa baik lokal, regional, nasional, maupun internasional serta pendukung dalam pembangunan pada sektor lainnya. Melalui transportasi, interaksi antar wilayah dapat berlangsung dengan baik. Mobilitas barang dan jasa pun dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan daerah yang tidak dapat tercukupi oleh daerah itu sendiri.Perkembangan transportasi suatu wilayah mencerminkan perkembangan wilayah yang bersangkutan. Suatu wilayah akan terdorong untuk meraih kemajuan seperti apa yang telah dicapai wilayah tetangganya. Transportasi berperan sebagai penunjang, pendorong, dan penggerak bagi daerah-daerah yang mempunyai potensi tetapi belum berkembang, sekaligus menggairahkan upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya.Jalur jalan dalam wilayah dan jalur-jalur jalan penghubung wilayah dengan daerah di sekitar wilayah sangat berpengaruh dalam ikut meningkatkan arus manusia dan arus barang antar wilayah. Aksesibilitas wilayah menjadi semakin besar dan dengan demikian sangat membuka kemungkinan terjadinya perkembangan wilayah di berbagai daerah. Wilayah yang terletak berdekatan lalu lintas yang ramai akan mengalami perkembangan yang cepat. Adapun pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Jalan umum, menurut statusnya, dikelompokkan sebagai berikut: Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. Jalan provinsi, ialah jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di dalam kota. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.Untuk sektor transportasi, citra pengindraan jauh dapat sangat membantu dalam proses perencanaan, meliputi peta detil jaringan pelayanan transportasi (trayek, jalur, alur), perencanaan struktur tataran transportasi berdasarkan skala pelayanan, rencana induk/rencana proyek, identifikasi dan inventarisasi kawasan prasarana perhubungan dan komunikasi, serta pemetaan infrastruktur. Pemanfaatan citra pengindraan jauh tentunya harus diikuti dengan tersedianya data hasil survei, baik berupa data kependudukan, jumlah kendaraan bermotor, hingga sarana dan prasarana perkotaan/permukiman.Selain itu, pengindraan jauh juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan peta evaluasi fungsi jalan karena mampu memberikan informasi mengenai tingkat keselarasan fungsi jaringan jalan. Data pengindraan jauh menyediakan data spasial secara up to date dan real time sehingga cocok digunakan untuk mengevaluasi fungsi jalan. Contohnya adalah citra dari QuickBird yang merupakan satelit observasi bumi komersial resolusi tinggi, yang dimiliki oleh DigitalGlobe dan diluncurkan pada tahun 2001. QuickBird mengumpulkan resolusi citra komersial tertinggi keempat Bumi setelah WorldView-1, WorldView-2, dan GeoEye-1. QuickBird menawarkan ukuran gambar terbesar dan kapasitas penyimpanan terbesar on-board dibanding satelit apa pun.Proses pengenalan obyek yang terekam pada citra QuickBird pada umumnya dimulai dari yang paling mudah ke arah yang lebih sulit. Obyek jalan merupakan obyek yang mudah dikenali pada citra karena bentuk jalan yang sangat khas, yaitu memanjang dengan lebar jalan relatif seragam. Terdapatnya pohon di sepanjang jalan merupakan asosiasi terhadap obyek jalan.RANGKUMAN1) Data pengindraan jauh (citra) menggambarkan obyek di permukaan bumi relatif lengkap, dengan wujud dan letak obyek yang mirip dengan wujud dan letak di permukaan bumi dalam liputan yang luas.2) Untuk sektor transportasi, citra pengindraan jauh dapat sangat membantu dalam proses perencanaan, meliputi peta detil jaringan pelayanan transportasi (trayek, jalur, alur), perencanaan struktur tataran transportasi berdasarkan skala pelayanan, rencana induk/rencana proyek, identifikasi dan inventarisasi kawasan prasarana perhubungan dan komunikasi, serta pemetaan infrastruktur.