quantitative research methodology task

65
PENGGUNAAN TEKNIK ROLE PLAY DALAM PEMBELAJARAN SPEAKING SKILL PADA SISWA KELAS KELAS III SD NEGERI JIMBE TAHUN AJARAN 2013/2014 Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Metode Penelitian Kuantitatif Disusun Oleh : Hamidah Nur Akhiriyah 1121082128 SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA PONOROGO

Upload: gobedkham-2014

Post on 25-Dec-2014

729 views

Category:

Data & Analytics


5 download

DESCRIPTION

Merupakan tugas di semester 5 saya dan cukup membuat saya gelagapan mengerjakannya. Semoga bermanfaat guys ^0^

TRANSCRIPT

Page 1: Quantitative  Research Methodology Task

PENGGUNAAN TEKNIK ROLE PLAY DALAM PEMBELAJARAN

SPEAKING SKILL PADA SISWA KELAS KELAS III

SD NEGERI JIMBE TAHUN AJARAN 2013/2014

Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah

Metode Penelitian Kuantitatif

Disusun Oleh :

Hamidah Nur Akhiriyah

1121082128

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

PONOROGO

2013

Page 2: Quantitative  Research Methodology Task

ABSTRAK

Hamidah Nur Akhiriyah, 1121082128. Penggunaan Teknik Role play

Dalam Pembelajaran Speaking Skill Pada Siswa Kelas III SD Negeri

Jimbe Tahun Ajaran 2013/2014, Laporan Penelitian Kuantitatif,

Ponorogo: Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Sastra,

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik

Indonesia Ponorogo. Januari 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah

mendapatkan pembelajaran keterampilan berbicara (speaking skill) dengan

menggunakan teknik Role play (bermain peran).

Metode penelitian menggunakan metode eksperimen desain pretest-

posttest satu kelompok atau One Group Pretes-Postes Design, dengan

jumlah sampel 23 orang siswa. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan,

Kemampuan speaking skill siswa sebelum mengikuti pembelajaran speaking

skill dengan menggunakan teknik Role play kurang baik dengan pretes

nilai rata-rata 5,4 . Dan setelah diadakan postes Kemampuan speaking skill

siswa setelah mengukuti pembelajaran speaking skill dengan menggunakan

teknik Role play cukup baik dengan postes nilai rata-rata 6,2.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menganalisis data secara

statistik dengan uji t. Nilai hitung (to) diketahui sebesar 11,36. Dengan db

40 diketahui harga kritik “t” pada taraf signifikansi 5% atau taraf

Page 3: Quantitative  Research Methodology Task

kepercayaan (95%) adalah 2,02. Sedangkan harga kritik “t” pada taraf

signifikansi 1% atau taraf kepercayaan 99% adalah 2,70. Nilai hitung (to)

lebih besar daripada harga kritik t (tt,) yaitu 2,02 <11,36 >2,70. Karena itu,

maka kedua variabel pretes dan postes ada perbedaan, yaitu terdapat

perbedaan yang signifikan keterampilan berbicara (speaking skill) siswa

kelas III SD Negeri Jimbe Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo Tahun

Ajaran 2013/2014 sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan

teknik Role play dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan

teknik Role play. Dengan perkataan lain, hipotesis diterima karena terbukti

kebenarannya.

Dengan uraian di atas terlihat adanya perbedaan nilai dan kemampuan

subjek penelitian dalam speaking skill. Secara umum, kemampuan siswa

dalam speaking skill sesudah mengikuti pembelajaran dengan mengunakan

teknik Role play lebih baik dari pada sebelum menggunakan teknik Role

play. Hal ini menunjukkan bahwa teknik Role play cukup efektif digunakan

dalam pembelajaran keterampilan berbicara (speaking skill) siswa.

Page 4: Quantitative  Research Methodology Task

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Penelitian Kuantitatif dengan judul “Penggunaan Teknik

Role play Dalam Pembelajaran Speaking Skill Pada Siswa Kelas III SD

Negeri Jimbe Tahun Ajaran 2013/2014” telah disetujui dan diterima pada :

Hari :

Tanggal :

Ponorogo, ………….

Dosen Pengampu,

DRA. SITI MUNIFAH, M.Pd

NIP. 19610505 198703 2 001

Page 5: Quantitative  Research Methodology Task

MOTTO

”Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan, maka

kerjakanlah urusanmu dengan sungguh-sungguh, dan hanya kepada Allah

SWT kamu sekalian berharap.” (QS. Al-Insyirah : 6-8)

“Ketahuilah pertolongan itu ada bersama dengan kesabaran, jalan keluar

itu akan selalu beriringan dengan cobaan, dan bersama kesulitan itu ada

kemudahan.” (HR. Tirmidzi)

Orang yang paling beruntung di dunia ialah mereka yang mengembangkan

rasa syukur yang hampir konstan, dalam situasi apapun. (E. Nightingale)

Kebanyakan millionaire mendapat nilai B atau C di kampusnya. Mereka

membangun kekayaan bukan dari IQ semata, melainkan kreatifitas & akal

sehat. (Thomas Stainley)

Kegagalan hanya situasi yang tak terduga. Ingat, Amerika Serikat

merupakan hasil dari kegagalan total. Sebab Columbus sebenarnya ingin

mencari jalan ke Asia. (Eugenio Barba)

Air mata tak selalu menunjukkan kesedihan, terkadang saat kita tertawa

dengan sahabat ia selalu hadir dalam tangis gelak tawa kita . (Penulis)

Jangan mencoba tuk menjadi sempurna, karena sempurna hanya milik

Andra and The Backbone. (Penulis)

Page 6: Quantitative  Research Methodology Task

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan laporan penelitian ini untuk:

Kedua Orang tuaku

Ibu Sutami yang memberikan arti tulusnya kasih sayang tanpa

mengharap balas jasa dan aku selalu berdoa semoga beliau sehat

selalu . Amin.

Bapak Sardi yang memberikan motivasi agar anak-anaknya sukses

selalu semoga beliau juga sehat selalu. Amin.

Kakak-kakakku yang telah mendukung serta membiayai kuliahku.

Seseorang yang selalu memberikan semangat padaku walaupun jauh di

mata namun selalu dekat di hati, semoga kita selamanya. Amin.

Teman-temanku S1 PBI angkatan 2011 khususnya kelas PBI 2011 A dan

adik-adik tingkatku yang banyak membantu dan mendoakanku.

Keluarga besar STKIP PGRI Ponorogo dan almamaterku tercinta

tempatku menimba ilmu untuk masa depan yang cerah.

Page 7: Quantitative  Research Methodology Task

Kata Pengantar

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan nikmat dan karunia-nya kepada kita. Atas kehendaknya pula

laporan penelitian kuantitatif dengan judul “Penggunaan Teknik Role play

Dalam Pembelajaran Speaking Skill Pada Siswa Kelas III SD Negeri

Jimbe Tahun Ajaran 2013/2014” ini dapat terselesaikan dengan baik

untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Metode Penelitian Kuantitatif.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan penelitian ini telah

melibatkan berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan setulus-tulusnya

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya. Ucapan

terimakasih penulis ucapkan kepada yang terhormat :

1. Dr. H. Kasnadi, M.Pd selaku Ketua STKIP PGRI Ponorogo.

2. Dr. Agus Priadi selaku Ketua Program Studi PBI Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan STKIP PGRI Ponorogo.

3. Dra. Siti Munifah, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah

Metodologi Penelitian yang telah memberikan bimbingan,

kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu

dalam penyelesaian laporan penelitian ini.

4. Ria Dwi Febriani, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Jimbe yang

telah memberikan ijin untuk pelaksanaan penelitian.

Page 8: Quantitative  Research Methodology Task

5. Ahmad Nurendy, S.Pd selaku Guru Kelas III SD Negeri Jimbe yang

dengan senang hati membantu penulis dalam menyelesaikan

penelitian.

6. Guru-guru SD Negeri Jimbe yang telah memberikan motifasi dan

sebagai informan terhadap penyusunan laporan penelitian ini.

Penulis telah berupaya untuk berbuat yang terbaik dalam penyusunan

laporan penelitian ini, dan penulis menyadari hasilnya jauh dari

kesempurnaan. Semua ini tidak lain karena keterbatasan penulis baik

pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, segala saran kritik

membangun sangat diharapkan.

Akhirnya penulis tetap berharap semoga laporan penelitian ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca budiman. Semoga kebaikan dan bantuan dari

semua pihak tersebut di atas mendapat pahala dan imbalan dari Allah SWT.

Ponorogo, Januari 2014

Penulis

Page 9: Quantitative  Research Methodology Task

DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………….

Abstrak……………………………………………………………….....

Halaman Pengesahan……………………………………………………

Halaman Motto………………………………………………………….

Halaman Persembahan………………………………………………….

Kata Pengantar………………………………………………………….

Daftar Isi………………………………………………………………...

Bab I : Pendahuluan……………………………………………..

A. Latar Belakang………………………………………

B. Identifikasi Masalah………………………………...

C. Pembatasan Masalah……………………………….

D. Rumusan Masalah………………………………….

E. Tujuan Penelitian……………………………………

F. Manfaat Penelitian…………………………………

G. Batasan Pengertian………………………………..

Bab II : Kajian Teori dan Hipotesis…………………………...

A. Kajian Teori……………………………………….

B. Kerangka Pikir Penelitian…………………………

Page 10: Quantitative  Research Methodology Task

C. Hipotesis Tindakan………………………………..

Bab III : Metode Penelitian……………………………………...

A. Desain Penelitian…………………………………..

B. Tempat dan Waktu Penelitian…………………….

C. Subjek Penelitian…………………………………..

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrument………

E. Teknik Analisis Data……………………………...

Bab IV: Hasil Penelitian ……………………………………….

A. Deskripsi Data…………………………………….

B. Analisis Data……………………………………...

C. Penafsiran Data…………………………………..

D. Kesimpulan Hasil Pengujian Hipotesis………….

Bab V : Penutup……………………………………………….

A. Kesimpulan……………………………………….

B. Implikasi………………………………………….

C. Saran……………………………………………..

Daftar Pustaka……………………………………………………….

Page 11: Quantitative  Research Methodology Task

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa asing mengatakan,

“Manusia adalah hewan atau makhluk hidup yang pandai berbicara.“ Hal itu

menunjukkan bahwa keterampilan berbicara menjadi ciri khas makhluk

yang disebut manusia. Manusia mampu berbicara dalam aneka ragam

bahasa. Kemampuan seperti itu bukanlah sesuatu yang bersifat naluriah

(instinct) seperti halnya pada binatang, tetapi diperoleh melalui proses

belajar dan latihan yang terus menerus. Keterampilan berbicara (speaking

skill) dalam bahasa juga merupakan salah satu kompetensi yang sangat

penting dalam berbahasa Inggris bagi masyarakat saat ini. Hampir semua

kegiatan pendidikan, bisnis, ekonomi, hukum dll menggunakan bahasa

Inggris sebagai alat komunikasi lisan. Dunia saat ini mengharuskan bahwa

tujuan pengajaran berbicara harus meningkatkan kemampuan komunikasi

siswa.

Tujuan pembelajaran speaking menurut Brown (2001: 113) adalah

agar para siswa dapat berpartisipasi dalam percakapan singkat, memberi dan

menjawab pertanyaan, menemukan cara untuk menyampaikan maksud,

mengumpulkan informasi dari yang lain, dan masih banyak lagi. Hal ini

sejalan dengan yang di kemukakan oleh (Halliday in Jack Richard; John

Platt;  Heldi  Weber,1985) bahwa memiliki pengetahuan yang memadai 

Page 12: Quantitative  Research Methodology Task

tentang komponen bahasa  seperti   structure, vocabulary, pronounciation,

intonation,as well as the field, tenor, dan mode dalam berbahasa, akan

menjadikan siswa lebih berhasil dengan menggunakan  bahasa dalam

berkomunikasi.

Kompetensi berbicara pada kenyataannya merupakan salah satu

problem bagi para guru bahasa Inggris dan siswa khususnya di tingkat SD.

Dalam pembelajaran bahasa Inggris sering kali siswa mengalami kesulitan

dalam mengungkapkan  ide atau gagasan yang ada dalam pikirannya

menjadi bahasa lisan. Keadaan itu semakin tidak teratasi karena masih

banyak guru bahasa Inggris yang kurang mampu memilih dan menerapkan

berbagai strategi, metode atau model serta sumber belajar yang cocok untuk

sebuah pembelajaran berbicara (speaking) , bahkan kadang-kadang tujuan

pembelajaran itu terabaikan. Mereka lebih  memilih mengajarkan skill yang

lain, membaca (reading) misalnya. Keadaan ini menyebabkan keterampilan

berbicara (speaking) siswa sangat minim.

Dalam hal ini peneliti mencoba untuk meningkatkan kemampuan

berbicara siswa dengan menggunakan teknik Role play (bermain peran).

Teknik Role play dalam proses pembelajaran digunakan untuk belajar

tentang pengenalan perasaan dan persoalan yang dihadapi siswa, dan untuk

mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah. Teknik Role play

diarahkan pada pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar

manusia, terutama yang menyangkut kehidupan siswa dan untuk

memotivasi siswa agar lebih memperhatikan materi yang sedang diajarkan.

Page 13: Quantitative  Research Methodology Task

Joyce dan Weil (2007: 70) menerangkan bahwa melalui teknik Role

play, siswa dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menghargai diri

sendiri dan perasaan orang lain, mereka dapat belajar perilaku yang baik

untuk menangani situasi yang sulit, dan mereka dapat melatih kemampuan

mereka dalam memecahkan masalah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang sebelumnya, fokus penelitian

ini berkaitan dengan pengaruh penggunaan teknik Role play (bermain peran)

dalam meningkatkan kemampuan berbicara (speaking) siswa. Kemampuan

berbicara (speaking) siswa sangat rendah, sehingga mengakibatkan minimnya

prestasi siswa dalam mata pelajaran bahasa Inggris. Agar pembelajaran

keterampilan berbicara (speaking skill) siswa memperoleh hasil yang baik,

para guru perlu menciptakan proses belajar-mengajar yang lebih

menyenangkan dan lebih praktis dengan menggunakan teknik Role play

(bermain peran).

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah di atas, agar penelitian ini lebih

spesifik, maka peneliti membatasi penelitian yaitu :

1. Apa itu teknik Role play(bermain peran) ?

2. Bagaimana teknik Role play dapat mempengaruhi hasil speaking skill

siswa SD Negeri Jimbe ?

Page 14: Quantitative  Research Methodology Task

D. Rumusan Masalah

Apakah penggunaan teknik Role play (bermain peran) dapat

meningkatkan kemampuan berbicara (speaking) siswa kelas III di SD

Negeri Jimbe?

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mendapatkan

pembelajaran keterampilan berbicara (speaking skill) dengan menggunakan

teknik Role play (bermain peran).

F. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoretis

1. Penelitian ini diharapkan akan menambah citra atau nama baik sekolah

ketika memiliki siswa yang berprestasi tinggi dalam bidang bahasa

Inggris.

2. Sebagai referensi yang bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan.

Manfaat Praktis

1. Siswa dapat meningkatkan keterampilan berbahasa  khususnya

keterampilan berbicara dalam dialog pendek dan pengalaman proses

belajar mengajar yang menyenangkan dalam kelas yang mana dapat

kesempatan yang lebih banyak  untuk melatih ketrampilan  berbicara

(speaking) mereka.

Page 15: Quantitative  Research Methodology Task

2. Guru yang mengajarkan speaking dapat menambah pengetahuan

mereka sepanjang  pengalaman mereka mengajar, terutama dalam

keterampilan berbicara khususnya dalam dialog dengan teknik  bermain

peran (Role play).

G. Batasan Pengertian

Melalui aktivitas speaking atau berbicara bisa melakukan interaksi

dengan masyarakat dunia luas. Dalam speaking kita seolah-olah melakukan

penerjemahan dalam melakukannya yang secara tidak langsung membuat

otak kita bekerja dua kali. Hal ini dapat digambarkan seperti ketika anak

diberikan pertanyaan lalu anda mempersiapkannya terlebih dahulu dalam

tahap persiapannya dalam brntuk bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Lalu memindahkannya atau mentranslatenya kedalam bahasa inggris yang

tentu dalam pola yang benar, dengan demikian otak kita akan bekerja dua

kali.

Role play adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan,

yang bertujuan untuk melatih siswa dalam menghadapi situasi yang

sebenarnya; melatih praktik berbahasa lisan secara intensif; dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan

berkomunikasi. Dengan menggunakan teknik Role play (bermain peran)

siswa diharapkan lebih memiliki percaya diri untuk lebih mendalami

perannya.

Page 16: Quantitative  Research Methodology Task

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran

a. Pengertian

Dalam istilah pembelajaran tercakup dua konsep yang saling terkait,

yaitu belajar dan mengajar. Belajar adalah suatu proses yang ditandai oleh

adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan itu dapat berupa

perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,

kecakapan ketrampilannya, daya kreasinya, daya penerimaannya, dan lain-

lain aspek yang ada pada individu. Sementara itu “mengajar” adalah fasilitas

proses belajar yang membutuhkan perubahan atau peningkataan tersebut.

Mengajar yaitu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada

di sekitar siswa sehingga dapat menimbulkan atau mendorong siswa

melakukan proses belajarnya. (Sudjana 1997: 15-16). Menurut Darsono

(2000: 71) pembelajaran harus mampu membina kemahiran pada peserta

didik untuk secara kreatif sehinggadapat menghadapi situasi sejenis atau

bahkan situasi yang baru sama sekali dengan cara yang memuaskan. Dalam

rangka penyelenggaraaan kehendak tersebut diperlukan perencanaan yang

terpadu atas komponen-komponen dan variabel-variabel yang ada dalam

proses pembelajaran tersebut sehingga aktifitas tujuan dapat tercapai.

Terdapat lima komponen utama yang saling terkait satu dengan lainnya

Page 17: Quantitative  Research Methodology Task

dalam proses pembelajaran, yaitu tujuan, bahan, metode, media, dan

penilaian. (Sudjana 1997: 16).

Dalam pembelajaran perlu memeberdayakan semua potensi siswa agar

dapat menguasai kompetensi yang diharapkan sehingga mereka menjadi

pebelajar sepanjang hayat dan dapat mewujudkan masyarakar belajar. Bruce

Weil (1980) dalam (Sanjaya W, 2008) mengemukakan tiga prinsip penting

dalam proses pembelajaran , yaitu : (1) proses pembelajaran adalah

membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah

struktur kognitif siswa, sehingga proses pembelajaran menuntut aktivitas

siswa secara penuh untuk mencari dan menemukan sendiri ; (2)

pembelajaran adalah berhubungan dengan tipe pengetahuan yang harus

dipelajari, masing-masing pengetahuan fisis, sosial dan logika; dan (3)

proses pembelajaran adalah melibatkan lingkungan sosial. Ketika sedang

mengajar di depan kelas  , terjadi dua proses yang terpadu yaitu dua proses

belajar dan mengajar. Seorang pengajar dapat mengartikan belajar sebagai

kegiatan pengumpulan fakta atau proses penerapan prinsip.

Kontruktivis mengemukakan bahwa belajar merupakan proses aktif

dalam mengkontruksi teks, dialog, pengalaman fisik, dll. Lebih lanjut

dikemukakan bahwa belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan

menghubungkan pengalaman atau apa yang dipelajari dengan apa yang

sudah dipunyai seseorang (Suparno P, 1997).

Page 18: Quantitative  Research Methodology Task

b. Tujuan Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan

sengaja. Tujuan pembelajaran dalam bukunya Sugandi, dkk (2000:25)

adalah membantu siswa pada siswa agar memperoleh berbagai pengalaman

dan dengan pengalaman itu tingkah laku yang dimaksud meliputi

pengetahuan, ketrampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai

pengendali sikap dan prilaku siswa. Tujuan pembelajaran menggambarkan

kemampuan atau tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai oleh siswa

setelah mereka mengikuti suatu proses pembelajaran.

Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang

positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar,

seperti: perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku

(over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik

tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.

c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Prinsip-prinsip pembelajaran dalam bukunya Sugandi, dkk (2000:27)

antara lain :

1) KesiapanBelajar

Faktor kesiapan baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal

suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik dan psikologis ini biasanya sudah

terjadi pada diri siswa sebelum ia masuk kelas. Oleh karena itu, guru tidak

dapat terlalu banyak berbuat. Namun, guru diharapkan dapat mengurangi

Page 19: Quantitative  Research Methodology Task

akibat dari kondisi tersebut dengan berbagai upaya pada saat

membelajarkan siswa.

2) Perhatian

Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek. Belajar

sebagai suatu aktifitas yang kompleks membutuhkan perhatian dari siswa

yang belajar. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui barbagai kiat untuk

menarik perhatian siswa pada saat proses pembelajaran sedang

berlangsung.

3) Motivasi

Motivasi adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang

mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai

tujuan. Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif, saat orang

melakukan aktifitas. Motivasi dapat menjadi aktif dan tidak aktif. Jika

tidak aktif, maka siswa tidak bersemangat belajar. Dalam hal seperti ini,

guru harus dapat memotivasi siswa agar siswa dapat mencapai tujuan

belajar dengan baik.

4) Keaktifan Siswa

Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa sehingga siswa harus aktif. Dengan

bantuan guru, siswa harus mampu mencari, menemukan dan menggunakan

pengetahuan yang dimilikinya .

5) Mengalami Sendiri

Prinsip pengalaman ini sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya

dengan prinsip keaktifan. Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri,

Page 20: Quantitative  Research Methodology Task

akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang

lebih mendalam.

6) Pengulangan

Untuk mempelajari materi sampai pada taraf insight, siswa perlu

membaca, berfikir, mengingat, dan latihan. Dengan latihan berarti siswa

mengulang-ulang materi yang dipelajari sehingga materi tersebut mudah

diingat. Guru dapat mendorong siswa melakukan pengulangan, misalnya

dengan memberikan pekerjaan rumah, membuat laporan dan mengadakan

ulangan harian.

7) Materi PelajaranYangMenantang

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu. Dengan

sikap seperti ini motivasi anak akan meningkat. Rasa ingin tahu timbul

saat guru memberikan pelajaran yang bersifat menantang atau problematis.

Dengan pemberian materi yang problematis, akan membuat anak aktif

belajar.

8) Balikan Dan Penguatan

Balikan atau feedback adalah masukan penting bagi siswa maupun bagi

guru. Dengan balikan, siswa dapat mengetahui sejauh mana kemmpuannya

dalam suatu hal, dimana letak kekuatan dan kelemahannya. Balikan juga

berharga bagi guru untuk menentukan perlakuan selanjutnya dalam

pembelajaran. Penguatan atau reinforcement adalah suatu tindakan yang

menyenangkan dari guru kepada siswa yang telah berhasil melakukan

Page 21: Quantitative  Research Methodology Task

suatu perbuatan belajar. Dengan penguatan diharapkan siswa mengulangi

perbuatan baiknya tersebut.

9) Perbedaan Individual

Masing-masing siswa mempunyai karakteristik baik dari segi fisik

maupun psikis. Dengan adanya perbedaan ini, tentu minat serta

kemampuan belajar mereka tidak sama. Guru harus memperhatikan siswa-

siswa tertentu secara individual dan memikirkan model pengajaran yang

berbeda bagi anak didik yang berbakat dengan yang kurang berbakat.

2. Pembelajaran Speaking (Berbicara)

a. Pengertian

Speaking skill dapat diartikan sebagai kemampuan berbicara, dimana

kemampuan berbicara yang dimaksud adalah berbicara dengan bahasa

inggris. Jika dilihat dari asal katanya, kata “speaking” berasal dari kata

speak yaitu “speak is to express opinions; to say; to converse”. Jadi speak

disini adalah cara mengeluarkan atau mengekspresikan pendapat, perkataan

yang kita ingin utarakan. Itulah pengertian speaking secara sederhana dan

asal kata dari speaking. Tetapi dalam arti luas speaking memiliki cangkupan

yang cukup besar dalam kehidupan kita. Seharinya banyak orang di dunia

ini yang mengeluarkan pendapatnya sehingga kita dapat menyimak,

menyimpulkan dan juga mengambil sikap dari apa yang mereka utarakan.

Melalui aktivitas speaking atau berbicara kita bisa melakukan interaksi

dengan masyarakat dunia luas. Dalam speaking kita seolah-olah melakukan

penerjemahan dalam melakukannya yang secara tidak langsung membuat

Page 22: Quantitative  Research Methodology Task

otak kita bekerja dua kali. Hal ini dapat digambarkan seperti ketika anak

diberikan pertanyaan lalu anda mempersiapkannya terlebih dahulu dalam

tahap persiapannya dalam brntuk bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Lalu memindahkannya atau mentranslatenya kedalam bahasa inggris yang

tentu dalam pola yang benar, dengan demikian otak kita akan bekerja dua

kali. Tetapi berbeda bila kita langsung memikirkan kalimat dalam bahasa

inggris. 

Menurut Thorbury, speaking (berbicara) itu adalah salah satu bagian

kehidupan sehari-hari kita. Pada umumunya manusia menghasilkan puluhan

ribu kata dalam sehari. Bahkan, menurut dia, ada beberapa orang yang

menghasilkan lebih dari puluhan ribu kata sehari seperti seorang politikus

dan tukang lelang. Speaking begitu penting dan alamiah sehingga kita lupa

bagaimana kita bersusah payah untuk mendapatkan kemampuan “speaking”

ini; kita harus mempelajari bagaimana melakukan ‘speaking’ terus menerus

dalam bahasa asing.

b. Tujuan Pembelajaran Speaking

Tujuan pembelajaran speaking menurut Brown (2001: 113) adalah

agar para siswa dapat berpartisipasi dalam percakapan singkat, memberi dan

menjawab pertanyaan, menemukan cara untuk menyampaikan maksud,

mengumpulkan informasi dari yang lain, dan masih banyak lagi. Grauberg

(1997: 201) mengungkapkan bahwa banyak siswa yang menganggap tujuan

utama mempelajari bahasa asing adalah agar bisa berbicara dengan bahasa

tersebut. Oleh karena itu, Grauberg meneruskan, para guru bahasa harus

Page 23: Quantitative  Research Methodology Task

membantu siswa untuk mencapai tujuan siswa tersebut dengan

mengeluarkan segala kemampuan terbaik mereka.

3. Teknik Role Play

a. Definisi Teknik Role play

Wikipedia (2012) menyebutkan bahwa Role play adalah sebuah

permainan yang para pemainnya memainkan peran tokoh-tokoh

khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama.

Jill Hadfield (dalam Santoso, 2011) menyatakan bahwa role playing

adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan

dan sekaligus melibatkan unsur senang.

Hadari Nawawi (dalam Kartini, 2007) menyatakan bahwa bermain

peran (role playing) adalah mendramatisasikan cara bertingkah laku

orang-orang tertentu dalam  posisi yang membedakan peranan

masing-masing dalam suatu organisasi atau kelompok di

masyarakat. Sehubungan dengan itu,

Santoso (2011) mengatakan bahwa teknik Role play adalah adalah

suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui

pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.

Dengan kata lain bahwa teknik Role play adalah suatu teknik

pembelajaran dengan melakukan permainan peran yang di dalamnya

terdapat aturan, tujuan, dan unsur senang dalam melakukan proses belajar-

mengajar.

Page 24: Quantitative  Research Methodology Task

b. Karakteristik Teknik Role play

Hapidin (dalam Kartini, 2007) menyatakan bahwa dalam metode ini

anak diberi kesempatan untuk mengembangkan imajinasinya dalam

memerankan seorang tokoh atau benda-benda tertentu dengan mendapat

ulasan dari guru agar mereka menghayati sifat-sifat dari tokoh atau benda

tersebut. Dalam bermain peran, anak diberi kebebasan untuk menggunakan

benda-benda sekitarnya dan mengkhayalkannya jika benda tersebut

diperlukan dalam memerankan tokoh yang dibawakan. Contoh kegiatan ini

misalnya anak memerankan bagaimana Bapak Tani mencangkul sawahnya,

bagaimana kupu-kupu yang menghisap madu bunga, bagaimana gerakan

pohon yang ditiup angin, dan sebagainya. Baroro (2011) dalam

penelitiannya mengungkapkan bahwa dalam teknik Role play peserta didik

dituntut dapat menjadi pribadi yang imajinatif, mempunyai prakarsa,

mempunyai minat luas, mandiri dalam berfikir, ingin tahu, penuh energi dan

percaya diri.

Sehubungan dengan itu, Nursid Sumaatmadja (dalam Kartini, 2007)

juga menyatakan bahwa metode bermain peran sangat difokuskan pada

kenyataan kenyataan yang terjadi di lingkungan masyarakat. metode ini

berhubungan dengan penghayatan suatu peranan sosial yang dimainkan

anak di masyarakat. Basri Syamsu (dalam Santoso, 2011) menyatakan

bahwa dalam teknik Role play murid dikondisikan pada situasi tertentu di

luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan

menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, Role play sering kali dimaksudkan

Page 25: Quantitative  Research Methodology Task

sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya

seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain. Murid

diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-

praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama

teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari

lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan

Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam

Santoso, 2011).

c. Tujuan Teknik Role play

Menurut Zuthaerini (dalam Santoso, 2011), teknik ini digunakan

apabila pelajaran dimaksudkan untuk: 1) menerangkan suatu peristiwa yang

di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan

didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih

jelas dan dapat dihayati oleh anak; 2) melatih anak-anak agar mereka

mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis; dan 3) melatih

anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi

pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya. Sementara itu, Davies

(dalam Sadali) mengemukakan bahwa penggunaan teknik Role play dapat

membantu siswa dalam mencapai tujuan-tujuan afektif.

d. Manfaat Teknik Role play

Bobby DePorter (Santoso: 2011) mengatakan manfaat yang dapat

diambil dari Role play adalah: 1) Role play dapat memberikan semacam

hidden practise yaitu murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan

Page 26: Quantitative  Research Methodology Task

terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari; 2) Role play

melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar; 3)

Role play dapat memberikan kepada murid kesenangan karena Role play

pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa

senang karena bermain adalah dunia siswa.

e. Langkah-Langkah Teknik Role Play

Djumingin (2011: 174) menyatakan bahwa sintak dari teknik

pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan skenario pembelajaran;

menunjuk beberapa siswa untuk memelajari skenario tersebut; pembentukan

kelompok siswa; penyampaian kompetensi; menunjuk siswa untuk

melakonkan skenario yang telah dipelajari; kelompok siswa membahas

peran yang dilakukan oleh pelakon; presentasi hasil kelompok; bimbingan

penyimpulan; dan refleksi. Secara lebih lengkap, berikut langkah-langkah

sistematisnya:

Guru menyuruh menyiapkan skenario yang akan ditampilkan;

Guru menunjuk beberapa siswa untuk memelajari skenario yang sudah

dipersiapkan dalam beberapa hari sebelum kegiatan belajar-mengajar;

Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya lima orang;

Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai;

Guru memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan

scenario yang sudah dipersiapkan;

Setiap siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang

sedang diperagakan;

Page 27: Quantitative  Research Methodology Task

Setelah selesai ditampilkan, setiap siswa diberikan lembar kerja untuk

membahas penampilan kelompok masing-masing;

Setiap kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya;

Guru memberikan kesimpulan secara umum;

Evaluasi;

Penutup.

f. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Role play

Banyak kelebihan yang dimiliki model pembelajaran teknik Role play.

Kelebihan-kelebihan tersebut diantaranya :

1) Menarik perhatian siswa karena masalah-masalah sosial berguna bagi

mereka;

2) Bagi siswa; berperan seperti orang lain, ia dapat merasakan perasaan

orang lain; mengakui pendapat orang lain itu; saling pengertian;

tenggang rasa; toleransi;

3) Melatih siswa untuk mendesain penemuan;

4) Berpikir dan bertindak kreatif;

5) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan;

6) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan;

7) Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat;

8) Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,

khususnya duniakerja (Djumingin,2011:175-176).

9) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh;

Page 28: Quantitative  Research Methodology Task

10) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan

siswa.Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang

saling untuk dilupakan;

11) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi

dinamis dan penuh antusias;

12) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa

serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial

yang tinggi (Santoso, 2011).

Selain memiliki kelebihan, teknik Role play pun bukanlah model

pembelajaran yang sempurna dan tentu memiliki kekurangan seperti halnya

model pembelajaran lainnya. Kekurangan-kekurangan tersebut di antaranya:

1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini.

Misalnya, Guru harus memahami betul langkah-langkah

pelaksanaannya, jika tidak dapat mengacaukan pembelajaran;

2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih lama (Djumingin, 2011: 175-

176).

3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk

memerlukan suatu adegan tertentu;

4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami

kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi

sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai (Santoso, 2011).

Page 29: Quantitative  Research Methodology Task

B. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti bahwa

keterampilan berbicara (speaking skill) di kelas III SD Negeri Jimbe masih

mengalami kesulitan dan tergolong rendah. Pembelajaran speaking skill

yang selama ini terjadi masih mengalami beberapa hambatan sehingga

menyebabkan rendahnya hasil pembelajaran tersebut.

Bertolak dari permasalahan tersebut, diperlukan suatu tindakan

pembelajaran dengan menggunakan teknik Role play. Dengan teknik ini

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan speaking siswa kelas III SD

Negeri Jimbe, dan pada kondisi akhir dari penelitian ini diharapkan siswa

dapat meningkatkan kemampuan keterampilan berbicara (speaking skill)

mereka serta hasil belajar mereka menjadi meningkat setelah mendapat

pembelajaran speaking dengan menggunakan teknik Role play.

C. Hipotesis Tindakan

Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap keterampilan berbicara

(speaking skill) siswa kelas III SD Negeri Jimbe Kecamatan Jenangan

Kabupaten Ponorogo Tahun Ajaran2013/2014 sebelum mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan teknik Role play dan sesudah mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan teknik Role play.

Page 30: Quantitative  Research Methodology Task

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan positivistik atau

disebut juga dengan penelitian kuantitatif.

2. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen.

Eksperimen itu dimaksudkan sebagai percobaan yang berati disini

peneliti dapat memperoleh data yang meyakinkan mengenai efek dari

teknik Role play dalam pembelajaran Speaking skill bagi kelas III SD

Negeri Jimbe. Metode yang di gunakan adalah metode eksperimen.

Dalam penelitian ini, desain eksperimen yang digunakan ialah desain

pretest-posttest satu kelompok atau One Group Pretes-Postes Design

(Sukmadinata,2005:2008). Skema desain tersebut tampak pada bagan

berikut.

Pretes(T1)

Treatment(Perlakuan)

Postes(T2)

O1 X O2

Tabel 1. Pretes-Postes Satu Kelompok

Keterangan:

O1 = Tes Awal (Pretes)

Page 31: Quantitative  Research Methodology Task

X = Perlakuan (Treatment)

O2 = Tes Akhir (Postes)

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri Jimbe, Kecamatan Jenangan,

Kabupaten Ponorogo pada tanggal 21-23 Januari 2014.

4. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri Jimbe terdiri

dari 23 siswa.

2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Disini

peneliti mengambil seluruh siswa kelas III yang berjumlah 23 siswa.

Dikatakan sebagai sampel jenuh karena semua anggota populasi

dijadikan sampel.

5. Teknik Pengumpulan Data dan Instrument

1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan metode-metode sebagai berikut:

Page 32: Quantitative  Research Methodology Task

a) Metode Observasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan dan

fasilitas yang ada, mengamati segala kejadian yang berhubungan

dengan teknik Role Play, serta hal-hal yang dianggap perlu.

b) Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk

mencari data seperti arsip, teori dan lain-lain yang berhubungan

dengan masalah penelitian. Metode ini digunakan untuk memperoleh

data berupa jumlah dan nama-nama peserta didik serta hal-hal lain.

c) Metode Tes

Metode tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat

yang lain untuk mengatur keterampilan, pengetahuan, inteligensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu/ kelompok.

2. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti untuk

mengumpulkan data (Arikunto, 2009: 134). Jenis-jenis instrumen

penelitian antara lain: 1) tes; 2) angket/kuesioner; 3) wawancara; 4)

skala bertingkat/rating; 5) dokumentasi. Instrument yang digunakan

dalam penelitian ini adalah tes. Tes adalah soal yang dibuat untuk

mengukur perbedaan hasil belajar siswa yang diajar setelah

menggunakan teknik Role Play.

Page 33: Quantitative  Research Methodology Task

3. Kriteria Penelitian

Kriteria dalam penilaian ini yaitu semua yang berkaitan dengan

teknik Role play dan yang berkaitan dengan pembelajaran speaking

skill.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk memperoleh nilai hitung berupa mean

perbedaan nilai pretest dan postest. Rumu s yang digunakan ialah sebagai

berikut:

Keterangan :

t = Mean dari perbedaan pretes dan postes

xd = Deviasi masing-masing subjek (d-Md

Σx²d = Jumlah kuadrat deviasi

N = Subjek pada sampel

d b = Ditentukan dengan N-1

Page 34: Quantitative  Research Methodology Task

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Tabel 2. Distribusi Perbedaan Rata-rata Pretes dan Postes Siswa Kelas III SD

N Jimbe Tahun Ajaran 2013/2014

No.

Subjek

(N)

Pretes

(X1)

Postes

(X2)

Gain(d)

(X2-X1)

Xd

(d-Md).

X²d

1 20 20 0 0 02 25 30 5 1,5 13 25 30 5 1,5 14 35 35 0 0 05 25 30 5 1,5 16 15 25 10 6,5 367 30 30 0 0 08 35 35 0 0 09 30 35 5 1,5 1

10 20 20 0 0 011 35 35 0 0 012 40 45 5 1,5 113 35 40 5 0 014 10 10 0 0 015 15 20 5 1,5 116 25 30 5 1,5 117 20 25 5 1,5 118 40 45 5 1,5 119 25 30 5 1,5 120 35 35 0 0 021 35 40 5 1,5 022 20 25 5 1,5 123 30 35 5 1,5 1

Σ N=23

ΣX1=625

ΣX2=705

Σd= 80 Σx²d=48

X =ΣX:115

X 1 =

5,4X 2 =

6,2

Page 35: Quantitative  Research Methodology Task

Tabel 3. Data Frekuensi Nilai Speaking skill Siswa Kelas III SD N

Jimbe Tahun Ajaran 2013/2014 Pada Pretes dan Postes

No Nilai FrekuensiPretes Postes

1 10 0 22 9 5 23 8 4 64 7 1 45 6 4 46 5 9 5

Jumlah siswa 23 23Siswa tuntas 10 16

Siswa tidak tuntas 13 7Rata-rata 5,4 6,2

Ketuntasan klasikal 52,5% 75%

Dari table 3. Data Frekuensi Nilai Speaking skill Siswa Kelas III SD N

Jimbe Pada Pretes dan Postes di atas dapat dibuat grafik pada gambar

sebagai berikut.

Gambar 1. Grafik Frekuensi Nilai Speaking skill Siswa Kelas III SD N

Jimbe Tahun Ajaran 2013/2014 Pada Pretes dan Postes.

Page 36: Quantitative  Research Methodology Task

B. Analisis Data

1. Mencari rata-rata (mean) hasil pretes dan postes :

X 1 = X 2 =

= =

= 5,4 = 6,13

2. Mencari jumlah selisih (gain) perbedaan skor kedua tes (Σd) setiap

kolom dengan cara nilai-nilai postes dikurangi nilai-nilai pretes (X2-X1)

pada setiap lajur yang sama dan menjumlahkannya. Jumlah gain atau

perbedaan skor kedua tes (Σd) diketahui sebesar 80.

3. Menghitung mean dari perbedaan pretes dengan postes atau mencari Md

dengan rumus :

Md =

Page 37: Quantitative  Research Methodology Task

=

Md =3,478 = 3,5

4. Menghitung deviasi masing-masing subjek atau xd (d-Md).

5. Menghitung jumlah kuadrat deviasi masingmasing subjek atau Σx²d.

Setelah dijumlahkan diketahui Σx²d sebesar 48.

6. Menghitung nilai t untuk mengetahui signifikansi perbedaan nilai pretes

dan postes serta pengujian hipotesis dengan rumus:

Page 38: Quantitative  Research Methodology Task

C. Penafsiran Data

Dengan membandingkan nilai t hitung (to) dengan harga kritik t (tt,)

ternyata nilai hitung (to) lebih besar daripada harga kritik t (tt,) yaitu 2,02 <

11,36 > 2,70. Karena nilai to lebih besar daripada tt, maka kedua variabel

pretes dan postes ada perbedaan, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan

terhadap keterampilan berbicara (speaking skill) siswa kelas III SD Negeri

Jimbe Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo Tahun Ajaran2013/2014

sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik Role play

dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik Role

play. Dengan perkataan lain, hipotesis peneliti terbukti kebenarannya.

D. Kesimpulan Hasil Pengujian Hipotesis

Berdasarkan distribusi nilai, diketahui siswa yang mampu menguasai

speaking skill sebelum menggunakan teknik Role play sebanyak 10 siswa,

sedangkan yang tidak menguasai sebanyak 13 siswa. Distribusi nilai yang

diperoleh adalah lima siswa memperoleh nilai 9; empat siswa memperoleh

nilai 8; satu siswa memperoleh nilai 7; empat siswa memperoleh nilai 6;

sembilan siswa memperoleh nilai 5; Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar

5,4. Dengan demikian, ada 52,5 % yang menguasai speaking skill dan 47,5

Page 39: Quantitative  Research Methodology Task

% yang tidak menguasai speaking skill dengan baik. Hal ini belum

mencapai batas keberhasilan klasikal yang telah ditetapkan sebesar 75 %.

Sementara itu, (pada tabel.3 di atas) siswa yang menguasai speaking

skill setelah menggunakan teknik Role play sebanyak 16 siswa, sedangkan

yang tidak menguasai sebanyak 7 siswa. Distribusi nilai yang diperoleh

adalah dua siswa memperoleh nilai 10; tiga siswa memperoleh nilai 9; enam

siswa memperoleh nilai 8; empat siswa memperoleh nilai 7; empat siswa

memperoleh nilai 6; lima siswa memperoleh nilai 5;. Nilai rata-rata yang

diperoleh adalah 6,2. Dengan demikian, ada 75 % yang mampu menguasai

speking skill dan 25 % yang tidak menguasai speaking skill dengan baik.

Dengan demikian, hasil postes telah mencapai batas keberhasilan klasikal

yang telah ditetapkan sebesar 75 %.

Jumlah nilai postes sebesar 260 dengan nilai rata rata sebesar 6,2

dengan kategori cukup. Dengan demikian membuktikan bahwa hipotesis

diterima, yaitu speaking skill siswa kelas III SD Negeri Jimbe Kecamatan

Jenangan Kabupaten Ponorogo Tahun Ajaran 2013/2014 setelah mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan teknik Role play cukup baik dengan

nilai rata-rata 6,2.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menganalisis data secara

statistik dengan uji t. Nilai hitung (to) diketahui sebesar 11,36. Dengan db

40 diketahui harga kritik “t” pada taraf signifikansi 5% atau taraf

kepercayaan (95%) adalah 2,02. Sedangkan harga kritik “t” pada taraf

signifikansi 1% atau taraf kepercayaan 99% adalah 2,70. Nilai hitung (to)

Page 40: Quantitative  Research Methodology Task

lebih besar daripada harga kritik t (tt,) yaitu 2,02 <11,36 >2,70. Karena itu,

maka kedua variabel pretes dan postes ada perbedaan, yaitu terdapat

perbedaan yang signifikan keterampilan berbicara (speaking skill) siswa

kelas III SD Negeri Jimbe Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo Tahun

Ajaran 2013/2014 sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan

teknik Role play dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan

teknik Role play. Dengan perkataan lain, hipotesis diterima karena terbukti

kebenarannya.

Dengan uraian di atas terlihat adanya perbedaan nilai dan kemampuan

subjek penelitian dalam speaking skill. Secara umum, kemampuan siswa

dalam speaking skill sesudah mengikuti pembelajaran dengan mengunakan

teknik Role play lebih baik dari pada sebelum menggunakan teknik Role

play. Hal ini menunjukkan bahwa teknik Role play cukup efektif digunakan

dalam pembelajaran keterampilan berbicara (speaking skill) siswa.

Page 41: Quantitative  Research Methodology Task

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang telah dilaksanakan

dalam dua siklus dengan menggunakan teknik Role play (bermain peran)

dalam pembelajaran speaking skill pada siswa kelas III SD N Jimbe dapat

disimpulkan bahwa :

1. Kemampuan speaking skill siswa kelas III SD Negeri Jimbe sebelum

mengikuti pembelajaran speaking skill dengan menggunakan teknik

Role play kurang baik dengan nilai rata-rata 5,4 .

2. Kemampuan speaking skill siswa kelas III SD Negeri Jimbe setelah

mengukuti pembelajaran speaking skill dengan menggunakan teknik

Role play cukup baik dengan nilai rata-rata 6,2.

3. Ada perbedaan yang signifikan kemampuan speaking skill siswa

kelas III SD Negeri Jimbe sebelum dan sesudah mengikuti

pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan tenik

Role play. Hal ini dibuktikan setelah nilai hitung (to) diketahui

Page 42: Quantitative  Research Methodology Task

sebesar 11,36 dengan db 40 harga kritik “t” pada taraf signifikansi

5% atau taraf kepercayaan (95%) adalah 2.02, sedangkan harga

kritik “t” pada taraf signifikansi 1% atau taraf kepercayaan (99%)

adalah 2,70. Ternyata, nilai hitung (to) lebih besar daripada harga

kritik t (tt), yaitu 2,02<11,36>2,70. Karena itu, kedua variabel pretes

dan postes ada perbedaan. Dengan kata lain, hipotesis diterima

karena terbukti kebenarannya.

B. Implikasi

Penggunaan teknik Role play terbukti dapat memperbaiki nilai hasil

belajar speaking skill siswa, karena bermain peran merupakan teknik

pembelajaran sambil bermain yang sesuai dengan karakteristik siswa

sekolah dasar. Teknik bermain peran lebih efektif dan efisien dibandingkan

dengan teknik konvensional yang umumnya masih sering digunakan dalam

pembelajaran speaking skill. Dikatakan efektif karena lebih menghemat

waktu, hal ini disebabkan karena siswa dapat tampil praktik secara

kelompok. Sedangkan dikatakan efisien dimungkinkan karena proses

pembelajaran di sekolah dasar lebih banyak dilakukan bermain sambil

belajar atau belajar sambil bermain.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diimplikasikan bahwa teknik

Role play dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan bagi

guru dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara (speaking skill)

siswa. Di samping itu, teknik pembelajaran ini dapat digunakan sebagai

Page 43: Quantitative  Research Methodology Task

metode alternatif yang menyenangkan, kreatif, dan inovatif dalam

pembelajaran keterampilan berbicara (speking skill) tingkat sekolah dasar. ..

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, peneliti dapat

mengajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi siswa :

a. Siswa seharusnya memahami bahwa speaking skill merupakan

hal penting yang harus dikuasai, untuk itu siswa perlu mengikuti

pembelajaran speaking skill dengan penuh kesungguhan agar

siswa memiliki keterampilan berbicara yang baik.

b. Dengan adanya teknik Role play sebaiknya siswa dapat

memanfaatkan dengan baik untuk bekerjasama dalam satu

kelompok, baik dalam diskusi maupun bermain peran sehingga

hasilnya dapat optimal.

2. Bagi guru :

Guru kelas hendaknya menerapkan teknik Role play (bermain peran)

dalam kegiatan belajar-mengajar, khususnya dalam pembelajaran

speaking skill, karena teknik bermain peran lebih efektif dan efisien

dibandingkan dengan teknik konvensional yang umumnya masih sering

digunakan dalam pembelajaran speaking skill.

3. Bagi sekolah:

Page 44: Quantitative  Research Methodology Task

Peneliti menyarankan penggunaan teknik Role play sebagai teknik

alternatif dalam pembelajaran speaking skill di kelas tinggi sekolah

dasar. Penggunaan teknik Role play dapat menciptakan proses

pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar speaking siswa

sehingga sangat bermanfaat dalam meningkatkan hasil speaking skill

bagi anak-anak usia sekolah dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Siti Munifah, 2007. Quantitative Research Methodology. Ponorogo. STKIP PGRI

M. Solahudin. 2008. Kiat-kiat Praktis Belajar Speaking . Jakarta. Diva Press.

PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gillian Brown and George Yule.1983. Teaching the Spoken Language : An

Approach Based on the Analysis of Conversational English. Australia: Cambridge

University Press.

Suhartono. 2005. Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta:

Diknas.

Ministry of National Education. 2003. Kurikulum 2004. Standar Kompetensi

Mata Pelajaran Bahasa Inggris. Jakarta. Depdiknas.

Page 45: Quantitative  Research Methodology Task

Mulyadin, Taufik. 2012. “Bahasa Inggris dan Pembentukan Karakter Anak Sejak

Dini”. (Online) http://pojokkangadin.blogspot.com/2012/02/bahasa-inggris-dan-

pembentukan-karakter.html. Diakses 1 Januari 2014.

Mardalis. 1989. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Sudjana S., D. 2001. Metode &amp; Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung:

Falah Production.