qonita

11
Islam Memandang Perempuan ‘Antara Mengurus Rumah Tangga dengan Menuntut Ilmu’ Oleh : Qonita Fairuz Salsabila A. Sekilas Potret : Pra Islam – Masa Islam Dahulu, sebelum Islam masuk perempuan adalah kaum yang sangatlah tertindas oleh berbagai aturan dalam suku, agama, dan bangsa. Baik di bangsa Arab, bangsa Roma, ajaran Yahudi, dan India pun semua meletakkan kedudukan perempuan layaknya seorang budak. Seorang yang tidak boleh menuntut hak dan kewajibannya. Perempuan seakan merupakan manusia yang tidak diperbolehkan bergerak tanpa ada perintah dari pemiliknya, yaitu ayahnya (ketika ia belum menikah), dan suami (setelah ia menikah). Ketika itu pula perempuan tidak sedikitpun mendapat harta waris ketika salah satu ahlinya wafat. Bahkan, ia pun dijadikan harta waris itu sendiri ketika suaminya telah meninggal. Dan berbagai bentuk penindasan pun terjadi ketika Islam benar-benar belum menyentuh kehidupan manusia di muka bumi ini. 1 Dan hingga akhirnya Islam datang dengan dibawa oleh utusan Allah SWT. Islam memang agama yang lahir dengan membawa rahmat bagi seluruh Kaum Musilimin. Maka benar saja, jika kehidupan umat manusia menjadi jauh lebih baik ketika Islam masuk dalam seluk beluk kehidupan mereka. Dan salah satunya adalah berbagi hak dan kewajiban perempuan akhirnya terjawab. Berbagi ayat dalam Kalam-Nya dan hadits-hadits utusan-Nya memberikan penjelasan terkait berbagai macam hal. Ketika Islam menjadi keyakinan kaum pengikut Rasulullah SAW, perempuan pun dijunjung tinggi dalam kehidupan, dan diberi kesempatan untuk menjalankan segala kewajibannya. Layaknya kaum laki-laki, dalam Islam perempuan pun memiliki kewajiban-kewajiban tertentu yang harus dilakukan setiap harinya. Kewajiban beribadah kepada Allah, seperti 1 Fikih Perempuan ; Bab 12 Perempuan pada Masa Jahiliyah ; halaman 106-108 1

Upload: tindyop

Post on 13-Sep-2015

219 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

makalah seminar santri

TRANSCRIPT

Islam Memandang PerempuanAntara Mengurus Rumah Tangga dengan Menuntut IlmuOleh : Qonita Fairuz SalsabilaA. Sekilas Potret : Pra Islam Masa Islam Dahulu, sebelum Islam masuk perempuan adalah kaum yang sangatlah tertindas oleh berbagai aturan dalam suku, agama, dan bangsa. Baik di bangsa Arab, bangsa Roma, ajaran Yahudi, dan India pun semua meletakkan kedudukan perempuan layaknya seorang budak. Seorang yang tidak boleh menuntut hak dan kewajibannya. Perempuan seakan merupakan manusia yang tidak diperbolehkan bergerak tanpa ada perintah dari pemiliknya, yaitu ayahnya (ketika ia belum menikah), dan suami (setelah ia menikah). Ketika itu pula perempuan tidak sedikitpun mendapat harta waris ketika salah satu ahlinya wafat. Bahkan, ia pun dijadikan harta waris itu sendiri ketika suaminya telah meninggal. Dan berbagai bentuk penindasan pun terjadi ketika Islam benar-benar belum menyentuh kehidupan manusia di muka bumi ini. [footnoteRef:1] [1: Fikih Perempuan ; Bab 12 Perempuan pada Masa Jahiliyah ; halaman 106-108]

Dan hingga akhirnya Islam datang dengan dibawa oleh utusan Allah SWT. Islam memang agama yang lahir dengan membawa rahmat bagi seluruh Kaum Musilimin. Maka benar saja, jika kehidupan umat manusia menjadi jauh lebih baik ketika Islam masuk dalam seluk beluk kehidupan mereka. Dan salah satunya adalah berbagi hak dan kewajiban perempuan akhirnya terjawab. Berbagi ayat dalam Kalam-Nya dan hadits-hadits utusan-Nya memberikan penjelasan terkait berbagai macam hal. Ketika Islam menjadi keyakinan kaum pengikut Rasulullah SAW, perempuan pun dijunjung tinggi dalam kehidupan, dan diberi kesempatan untuk menjalankan segala kewajibannya.Layaknya kaum laki-laki, dalam Islam perempuan pun memiliki kewajiban-kewajiban tertentu yang harus dilakukan setiap harinya. Kewajiban beribadah kepada Allah, seperti sholat 5 waktu, puasa Ramadhan, zakat, juga memenuhi seruan-Nya dalam rangkaian ibadah haji. Tak hanya ibadah mahdhoh saja, sebagai Kaum Muslimin perempuan juga memiliki kewajiban-kewajiban yang lain. Yaitu, mulai dari patuh dan taat kepada orang tua, menutup aurat, mengikuti tatacara syariat Islam ketika bermuamalah, tidak boleh ikhtilat dan berkholwat ketika berinteraksi dengan laki-laki, dan lain sebagainya. Selain itu, ketika seorang perempuan sudah menjadi seorang ibu, maka ia memiliki kewajiban untuk mengatur segala urusan rumah tangganya, juga mendidik anak-anaknya. Disisi lain, perempuan juga diperintahkan Allah untuk mengemban dawah kepada seluruh Umat manusia. Menyampaikan kebenaran sebagaimana yang telah Rasulullah SAW ajarkan.

B. Perempuan dan Menuntut Ilmu

Perempuan juga memiliki kewajiban untuk menuntut ilmu sebanyak-banyaknya. Baik ilmu yang hukumnya fardhu ain ataupun fardhu kifayah. Oleh karenanya, perempuan sedikit pun tak ada larangan untuk berlomba-lomba mencari ilmu dimanapun tempatnya dan kapanpun waktunya. Karena Allah selalu meninggikan derajat Ummat-Nya yang senantiasa memiliki ilmu yang banyak, dan meletakkan kedudukan ilmu pengetahuan pada tingkat yang tinggi.Sebagaimana firman Allah dalam Al-quran surah Al-Jumuah ayat 2, yiatu : Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.(QS.Al-Jumuah :2)Menurut sebagian ahli tafsir dalam Kitab Fikih Perempuan Kontemporer, arti mengajarkan al-kitab adalah mengajarkan menulis, karena menulis adalah suatu pembelajaran yang dapat menghasilkan kitab-kitab. Rasulullah pun juga mengajarkan kepada sahabat-sahabatnya untuk belajar menulis. Dan hal ini sebagaimana diperintahkan oleh Allah dalam kaitannya dengan masalah utang-piutang. ... Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. (QS.Al-Baqoroh : 282)Dan begitu pula dalil yang mewajibkan seluruh Kaum Muslimin untuk menuntut ilmu, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Nabi SAW : Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim . Menuntut ilmu juga tidak memiliki batas waktu yang ditentukan. Rasulullah pun bersabda dalam sebuah hadits: Tuntutlah ilmu dari segumpal darah/ kandungan hingga liang lahat Bahkan Rasulullah SAW memberikan rangsangan bahwa orang yang mau mengajarkan ilmu kepada kaum perempuan, ia akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda diakhirat kelak. Rasulullah pernah bersabda, Barangsiapa memiliki seorang budak perempuan, kemudian ia mengajar dan mendidiknya dengan baik, kemudian memerdekakannya, maka ia memperoleh pahala dua kali lipat. (HR. Bukhari dan Muslim). [footnoteRef:2] [2: Fikih Perempuan Konteporer ; Bab XV Perlindungan Hukum Islam terhadap Hak Perempuan ; halaman 116-117]

Dari semua dalil yang mewajibkan, mendorong, serta menjelaskan keutamaan terkait dengan kewajiban perempuan untuk menuntut ilmu tersebut, ada satu hal penting yang perlu diketahui yang menjadi pertanyaan besar. Ketika seorang perempuan yang sudah memiliki kedudukan menjadi seorang istri, lebih-lebih seorang ibu, apakah diperbolehkan untuk menuntut ilmu diluar rumah ? Sedangkan kewajiban seorang ibu adalah mengurusi segala yang dibutuhkan oleh keluarganaya, dan mendidik anak-anaknya yang jelas identik berada didalam rumah. Mana yang lebih diutamakan antara menuntut ilmu yang diwajibkan bagi setiap individu Muslim atau mengurus segala keperluan keluarga dan rumah tangganya di dalam rumah ?C. Fakta : Perempuan yang Menuntut Ilmu Diluar Rumah

Seiring berjalannya waktu, banyak kejadian yang dahulu belum pernah terjadi namun saat ini sudah marak terjadi. Dalam tema kali ini, akan dibahas bahwa betapa banyak perempuan yang sudah menjadi seorang ibu masih berkeinginan melanjutkan pendidikannya di berabgai Lembaga Pendidikan, seperti Universitas atau sekolah-sekolah tinggi. Hal ini bukanlah merupakan larangan jelas yang sudah Allah tetapkan dalam Al-Quran maupun As-Sunnah. Namun, dari sekian fakta yang nampak di sekitar kehidupan ini, banyak hal-hal yang terjadi, yang hal tersebut merupakan dampak dari kesibukan seorang ibu di dunia luar, terutama menuntut ilmu diluar rumah.

Dari sekian anak-anak yang bermasalah di sekeliling kita, jika dilihat penyebabnya, maka akan banyak ditemukan penyebab utamanya adalah kurangnya perhatian orangtua terutama perhatian seorang ibu. Kurangnya perhatian ini biasaanya dimunculkan karena permasalahan ekonomi yang membuat seorang ibu pun harus bekerja membanting tulang diluar rumah. Namun tak jarang pula, kurangnya perhatian ini disebabkan karena banyak pula ibu yang masih ingin berkancah dalam pendidikan formal disuatu lembaga, yang akan menyita banyak waktunya. Selain itu banyak juga yang cukup sibuk dengan dawah keberbagai tempat.Oleh karena itu, ketiga penyebab permasalahan inilah, (namun yang akan lebih dispesifikkan adalah tentang kewajiban menuntut ilmu), yang perlu dibahas kebolehan dan batasan-batasan yang Islam berikan kepada kaum perempuan, sehingga kewajiban utama seorang ibu sebagai Ummu wa Rabbatul Bait tidaklah terbangkalai. D. Peran Perempuan dalam KeluargaIslam telah menjelaskan dalam berbagai penjelasan, baik di dalam Al-Quran maupun As-Sunnah, bahwasannya perempun adalah seseorang yang dijunjung tinggi dalam sebuah keluarga. Ia memiliki peran yang sangat penting dalam urusan keluarga, baik suami ataupun anak-anaknya.Allah berfirman dalamAl-Quran surah Ar-Rum ayat 21 : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.(Q.S Ar-Rum : 21)Dari ayat- ayat yang tertera diatas, maka dapat diketahui bahwa seorang perempuan memang memiliki andil yang besar dalam keluarga. Ia adalah makhluk yang diciptakan Allah untuk memberi kedamaian dan ketenangan kepada suami dan anak-anaknya. Dan sebagaimana yang diketahui, seorang ibu adalah orang yang sangat berpengaruh pada anak-anaknya. Apapun yang dikatakan dan dilakukan seorang ibu akan sangat mudah untuk diikuti anak-anaknya. Hal ini karena seorang ibu memang memiliki tugas lebih banyak didalam rumah. Masa kecil seorang anak yang cukup lama adalah suatu kesempatan bagi seorang ibu untuk memberikan berbagai bentuk pendidikan.Hal ini sangatlah berbeda ketika seorang anak dititipkan kepada seorang pembantu atau pengasuh yang sama sekali tidak memiliki jalinan kerabat. Sedangkan sang ibu justru sibuk beraktivitas diluar rumah, dan terkadang melalaikan tugas mulianya tersebut. Teladan yang diberikan seorang ibu pasti jelas berbeda dengan teladan perempuan lain yang hanya diupah dengan uang. Pengasuh juga tidak akan memberikan pengajaran atau rasa kasih sayang yang sebanding ketika memberikannya kepada anaknya sendiri. [footnoteRef:3] [3: Fikih Perempuan ; Bab 13 Kewajiban Perempuan ; halaman 119-122]

E. Perempuan antara Mengurus Rumah Tangga dan Menuntut IlmuOleh karenanya, ketika seorang ibu melakukan aktivitas diluar rumah, kemudian hingga ia tersibukkan dengan aktivitas itu, maka ia telah mealalaikan kewajiban utamanya. Dan jika melihat disaat seperti ini, banyak perempuan -ibu- yang menghabiskan waktunya diluar rumah selain untuk berkarier, banyak pula yang berniat menuntut ilmu diluar rumah. Hal ini menyebabkan tugas utamanya, yaitu mengurus rumah tangga dan mendidik serta memperhatikan anak-anaknya terkadang menjadi terabaikan. Memang, Islam tak pernah melarang seorang perempuan -ibu- menuntut ilmu dalam waktu dan tempat tertentu. Allah bersabda di dalam Al- Quran surah An-Nisa ayat 162, Al-Mujadalah ayat 11, dan Al-Fatir ayat 28, yaitu : Artinya : Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. orang-orang Itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar. (An-Nisa ayat 162) Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.( Al-Mujadalah ayat 11) Artinya : Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.( Al-Fatir ayat 28)Dari ayat tersebut dapat diketahui secara jelas bahwa menuntut ilmu adalah perkara yang sangat dijunjung tinggi oleh Allah. Keutamaan bagi orang mukmin yang menuntut ilmu ia akan ditinggikan derajatnya dan dimuliakan kedudukannya. Dan tuntutan ini ditujukan kepada setiap individu muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Serta tidak ada batasan waktu untuk berhenti menuntut ilmu. Karena Allah akan semakin meninggikan derajat Ummat-Nya ketika ilmunya juga semakin banyak.Sedangkan bagi perempuan yang sudah memiliki kedudukan sebagai seorang istri, dan ibu bagi anak-anaknya, ia tetap mendapat tuntutan untuk menuntut ilmu. Tidak ada dalil larangan pula baginya untuk terus berada dalam kancah pendidikan, baik belajar secara otodidak ataupun dalam sebuah lembaga pendidikan formal. Namun, disini ada penjelasan tertentu apabila seorang ibu berkeinginan atau terpaksa harus belajar diluar rumah karena satu dan lain hal.Perempuan ibu- Muslimah tetaplah memiliki tugas utama sebagai seorang istri dan ibu. Ia memiliki peran besar dalam rumah tangganya. Menyiapkan segala yang dibutuhkan keluarganya, dan mendidik anak-anaknya. Maka, terkait permasalahan ini, maka digunakan hukum awlawiyat atau prioritas dalam Islam. Sehingga, untuk masalah menuntut ilmu ini seorang ibu hendaknya tetap meluangkan waktunya. Hanya saja kewajiban utamanya tidak boleh diletakkan pada urutan nomor dua. Setelah seorang ibu sudah menyelesaikan pekerjaan rumah, memenuhi keperluan suami dan anak-anaknya, maka ia boleh untuk belajar, baik didalam atau diluar rumah, dengan niat untuk menuntut ilmu. Dan apabila ia terpaksa untuk menuntut ilmu diluar rumah, maka ia harus mendapat persetujuan dari suaminya. Yang terpenting, hendaknya jangan sampai kekonsentrasian dan mayoritas waktu sang ibu dihabiskan untuk menuntut ilmu. Begitu pula ketika seorang anak membutuhkan bantuan dalam menyelesaikan permasalahan dan membutuhkan perhatian yang lebih, maka seorang ibu harus memenuhinya. [footnoteRef:4]Seorang ibu tidak boleh mengabaikannya dan lebih mendahulukan aktivitas kuliahnya. [4: Kitab Adab dan Akhlak ; Fatwa-fatwa tentang Wanita jilid 3 ; halaman 275-276]

Sehingga, hal ini tidak membuat salah satu kewajiban seorang wanita Muslimah terbengkalai. Dengan membagi waktu yang tersedia secara bijaksana, dan memperhatikan hukum awlawiyat, yaitu kewajiban utamanya sebagai Ummu wa Rabbatul Bait, maka kedua kewajiban tersebut akan terlaksana dengan baik dan sesuai dengan apa yang disyariatkan oleh Allah.F. Tuntutan dan Larangan Ketika Menuntut Ilmu Diluar Rumah

Seperti halnya dengan aktivitas-aktivitas yang lain, ketika seorang perempuan menuntut ilmu diluar rumahnya, dan ditempat yang sangat memungkinkan untuk bertemu dan berinteraksi dengan laki-laki lain, maka Islam pun memberi beberapa peraturan, yang tak lain bertujuan untuk menjaga kehormatan perempuan itu sendiri. Berikut ini beberapa aturan terhadap perempuan ketika ia ingin menuntut ilmu diluar rumah :

1. Apabila perempuan tersebut masih dalam posisi sebagai anak atau belum menikah, maka ia harus mendapat izin dari orang tuanya, terutama dari sang ayah.2. Apabila ia sudah menjadi seorang ibu yang berkewajiban mengurusi rumah tangga dan mendidik anak-anaknya, maka ia harus pula mendapatkan izin dari suaminya.[footnoteRef:5] [5: Fikih Perempuan Kontemporer ;Bab XV Perlindungan Hukum Islam terhadap Hak Perempuan ; halaman 117]

3. Menutup aurat secara syari, yaitu menutup seluruh bagian tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Termasuk tidak tabaruj, yaitu memamerkan perhiasan secara berlebihan, dan tidak menggunakan wewangian yang mencolok.4. Tidak ikhtilat (campur baur dengan laki-laki)5. Tidak berkholwat (berdua-duan dengan laki-laki yang bukan mahrom)6. Menjaga sikap dan lisan ketika harus berinteraksi dengan laki-laki yang bukan mahrom, yaitu dari menjaga pandangan, suara, dan perilaku, dan hal semacamnya.[footnoteRef:6] [6: www.konsultasisyariah.com ; Ustadz Musyaffa Addariny ; Bolehkah Wanita Bekerja ; 07 Januari 2015]

G. Kesimpulan Maka, dalam masalah ini Islam Memandang Perempuan : Antara mengurus rumah tangga dengan menuntut ilmu, Islam tidak memilki dalil, baik berupa nash Al-Quran atau Hadits yang secara jelas melarangnya. Maka hukumnya adalah Mubah. Hal ini dikarenakan Islam tidak pernah memberi batasan kepada siapapun untuk berhenti menuntut ilmu, baik ketika masih dalam usia belia, hingga kapanpun selama dia masih memiliki kesempatan untuk terus mnuntut ilmu. Bahkan Islam mendorong Kaum Muslimin, baik laki-laki atau perempuan untuk terus menuntut ilmu sebanyak ia mampu sepanjang hidupnya. Maka dari itu, perempuan pun juga tak ada larangan untuk menuntut ilmu, baik didalam atau diluar rumah, juga tidak ada pula larangan untuk menuntut ilmu diluar Negeri. Namun, disini ada pengkhususan bagi perempuan yang sudah memiliki kewajiban terhadap keluarga, yaitu sebagai Ummu wa Rabbatul Bait. Walaupun tidak ada larangan pula bagi seorang ibu untuk menuntut ilmu diluar rumah, akan tetapi kewajiban utamanya tetap tidak boleh terbengkalai, dan menjadi urusan yang diakhirkan daripada kewajibannya yang lain.Allahu alamu bish showab...

Daftar Pustaka :1. Buku Fikih Perempuan Kontemporer2. Buku Fikih Perempuan (karya: Syaikh Mutawalli As-Syarawi) 3.Kitab Adab dan Akhlaq : Fatwa-fatwa tentang Wanita jilid 3 (karya : Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Asy-Syaikh)4. www.konsultasisyariah.com ; Ustadz Musyaffa Addariny ; Bolehkah Wanita Bekerja ; 07 Januari 2015

Tentang Penulis :

Nama: Qonita Fairuz Salsabila TTL: Jember, 05 Januari 1999 Alamat: Rt 04/ Rw 01, Dsn.Cerbon, Ds.Cokrokembang, Kec.Ngadirojo, Kab.Pacitan, Jatim Nama Ortu : Ayah: Suyono Rizal YahamziIbu: Siti Marfuah Hoby: Membaca, menulis, menghafal Al-Quran, travelling Cita-cita: Hafidzah, Penulis, Ahli Hadits, Peneliti Ekonomi Islam Motto Hidup: Talk less do more..7