qiraat syaz

6
PENDAHULUAN Al-Qur’an merupakan kitab suci yang tiada sanksi di dalamnya dengan tingkat akurasi kebenaran yang tinggi dan mustahil manusia dapat membuat suatu kitab dengan bahasa yang indah dan juga terbukti kebenarannya sepanjang masa. Hal ini didasari bahwa al-Qur’an bukanlah kitab suci yang penuh dengan kesalahan, namun al-Qur’an menjadi rujukan semua manusia untuk mencari rahasia alam dan misteri apa saja yang akan terjadi. Demikian juga dengan berbagai macam ilmu yang terdapat dalam Al-Qur’an seperti Ilmu tentang Qira’at dan juga yang lainnya. Dalam pemaparan makalha yang singkat ini, penulis akan membahas mengenai hal qiraat, dengan kata lain, ilmu qiraat secara umum merupakan bagian dari ilmu al-Qur’an dengan pembahasan yang mengungkap mengenai perbedaan bacaan antara para imam ahli qiraat (Qurra’). Namun kedepannya dalam makalah ini penulis akan memfokuskan pembahasan mengenai qiraat syadz yang akan dikupas secara mendalam Insya Allah. 1

Upload: abrar-eel-zoldycks

Post on 07-Feb-2016

81 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

saadz

TRANSCRIPT

Page 1: qiraat syaz

PENDAHULUAN

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang tiada sanksi di dalamnya dengan tingkat

akurasi kebenaran yang tinggi dan mustahil manusia dapat membuat suatu kitab

dengan bahasa yang indah dan juga terbukti kebenarannya sepanjang masa. Hal ini

didasari bahwa al-Qur’an bukanlah kitab suci yang penuh dengan kesalahan, namun

al-Qur’an menjadi rujukan semua manusia untuk mencari rahasia alam dan misteri

apa saja yang akan terjadi. Demikian juga dengan berbagai macam ilmu yang terdapat

dalam Al-Qur’an seperti Ilmu tentang Qira’at dan juga yang lainnya.

Dalam pemaparan makalha yang singkat ini, penulis akan membahas

mengenai hal qiraat, dengan kata lain, ilmu qiraat secara umum merupakan bagian

dari ilmu al-Qur’an dengan pembahasan yang mengungkap mengenai perbedaan

bacaan antara para imam ahli qiraat (Qurra’). Namun kedepannya dalam makalah ini

penulis akan memfokuskan pembahasan mengenai qiraat syadz yang akan dikupas

secara mendalam Insya Allah.

1

Page 2: qiraat syaz

PEMBAHASAN

Qira’at merupakan bentuk jama’ dari kata qira’ah yang artinya adalah

bacaan, demikian pengertian tersebut secara bahasa. Dari segi istilah, Qiraat adalah

salah satu madzhab pembacaan al-Qur’an yang dipakai oleh salah satu imam qurra

sebagai suatu madzhab yang berbeda dengan madzhab lainnya1. Perbedaan yang

diterima oleh para imam qurra’ dalam membaca al-Qur’an bukan berarti Rasulullah

SAW, tidak konsisten dalam menyampaikan firman Allah kepada para sahabat, hal

ini didasarkan kepada toleransi bahasa yang dimiliki oleh masing-masing suku,

dengan kata lain mereka membaca al-Qur’an sesuai dengan gaya bahasa mereka,

namun perlu ditekankan bahwa meskipun Rasulullah SAW memperbolehkan

membaca al-Qur’an sesuai dengan gaya bahasa suku masing-masing para sahabat,

akan tetapi mereka tidak boleh membaca al-Qur’an sesuai dengan hawa nafsu

mereka, bacaan tersebut haruslah berasal dari Rasulullah SAW.

Syaikh Manna al-Qaththan menyebutkan bahwa para sahabat yang terkenal

sebagai imam qurra’ adalah Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin

Mas’ud, Abu Musa Al-‘Asy’ari, dan lain-lain2.

Berkaitan dengan eksistensi Ilmu Qira’at, ilmu ini telah sangat berjasa dalam

menggali, menjaga dan mengajarkan berbagai “cara membaca” al-Qur’an yang benar

sesuai dengan yang telah diajarkan Rasulullah SAW. Para ahli qiraat telah

mencurahkan segala kemampuannya demi mengembangkan ilmu ini. Ketelitian dan

kehati-hatian mereka telah menjadikan al-Qur’an terjaga dari adanya kemungkinan

penyelewengan dan masuknya unsur-unsur asing yang dapat merusak kemurnian al-

Qur’an. Tulisan singkat ini akan memaparkan secara khusus tentang Ilmu Qira’at

yaitu tepatnya Qira’at Syadz..3

1 Syaikh Manna’ Al-Qaththan. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Terj. Aunur Rafiq El-Mazni. (Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 2005). Hal 211.2 Syaikh Manna’ Al-Qaththan. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an….. hal 2113 Rahmat Syafei, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung : Pustaka Setia, 2006), hal. 27

2

Page 3: qiraat syaz

A. Qiraat Syadz

Qiraat yang shahih pada dasarnya haruslah memenuhi sesuai dengan kaidah-

kaidah yang ditetapkan dan dikategorikan oleh para ulama tentang keshahihan qiraat

tersebut. Diantaranya adalah kesesuaian qiraat dengan kaidah bahasa Arab sekalipun

dalam satu segi saja, baik fasih maupun lebih fasih. Sebab qiraat haruslah suatu yang

harus diikuti. Kemudian qiraat harus sesuai dengan mushhaf Utsmani4. Abu Amrin

Ad-Dani berkata : “Para imam qurra’ tidak boleh mengubah sedikitpun huruf-huruf

al-Qur’an menurut aturan yang paling popular dalam dunia kebahasaan dan paling

sesuai dengan kaidah bahasa Arab, tetapi menurut yang paling tegas dan shahih

dalam riwayat dan penukilan”. Dalam pendapat Ad-Dani beliau secara kesimpulan

mengatakan bahwa imam qurra’ tidak boleh sembarangan mengubaha huruf-huruf

yang ada di dalam al-Qur’an.

Namun, Qiraat syadz berbeda dengan qiraat yang shahih, seperti diungkapkan

kepada imam Syaikh Manna Al-Qaththan, beliau mengatakan bahwa qiraat syadz

adalah qiraat yang tidak shahih sanadnya. Imam An-Nawawi mengatakan bahwa

Qiraat syadz tidak boleh dibaca dalam shalat dan juga tidak boleh disebarkan dan

dibacakan diluar shalat, karena qiraat tersebut bukanlah al-Qur’an, dan juga

periwayatannya tidak mutawwatir.

Misalnya dalam bacaan Malaka yauma ad-din (Al-Fatihah ayat 4), dengan

bentuk fi’il madhi, padahal yang dimaksud dengan yauma ad-din hari pembalasan

yang akan datang kemudian bukan sesuatu yang sudah terjadi. Diantara macam

qira’at ini adalah: ملك يوم الدين sedangkan qira’at mushaf utsmani ialah: ملك يوم الدين

Kemudian contoh yang lainnya lagi yaitu bacaan yang syadz adalah

المغضوب dengan bacaan ra difathah-kan menjadi غيرالمغضوب qiraat ,غير

4 Syaikh Manna’ Al-Qaththan. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an….. hal 217

3

Page 4: qiraat syaz

ini bukanlah berasal dari Rasulullah SAW, seandainya berasal dari Rasulullah SAW,

Imam asy-Syathibi dan juga Imam al-Jazary akan mengikuti qiraat ini.

Memang qiraat ini ada memunculkan sanad dari sahabat seperti Umar bin

Khaththab, Abdullah bin Zubair, Ali bin Abi Thalib, Khalil bin Ahmad, Mu’dal

riwayat dari Al-‘Amasyh, namun pendapat yang shahih bahwa riwayat tersebut

terputus sanadnya, Imam Ath-Thabari mengatakan bahwa “memfatah huruf ra

merupakan bacaan yang ganjil”5.

Tolak ukur yang dijadikan pegangan para ulama dalam menetapkan qira’at

shahih adalah sebagai berikut:

a.Sesuai dengan kaidah bahasa arab, baik yang fasih atau paling fasih.

b.Sesuai dengan salah satu kaidah penulisan mushaf utsmani walaupun hanya

kemungkinan.

c.Memiliki sanad yang shahih.6

Menurut An-Nawawi qira’at syadz tidak boleh dibaca baik di dalam maupun

di luar shalat karena ia bukan al-Qur’an. Al-qur’an hanya ditetapkan dengan sanad

mutawatir, sedangkan qira’at syadz tidak mutawatir. Orang yang berpendapat selain

ini adalah salah. Apabila seseorang menyalahi pendapat ini dan membaca dengan

qira’at yang syadz, maka tidak boleh dibenarkan baik di dalam maupun diluar shalat.

Para fuqaha Baghdad sepakat bahwa orang yang membaca al-qur’an dengan qira’at

yang syadz harus disuruh bertaubat. Ibnu Abdil Barr menukilkan ijma’ kaum

muslimin tentang al-Qur’an yang tidak boleh dibaca dengan qira’at yang syadz, tidak

sah shalat dibelakang orang yang membaca al-Qur’an dengan qira’at-qira’at yang

syadz itu.7

5 Abdul Latif al-Khatib. Mu’jam Al-Qiraat. (Damaskus : Darul Sa’din, T.th) Hal 23.6 Hasanuddin, Perbedaan Qira’at dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath Hukum Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995), hlm. 205.7 Syaikh Manna’ Al-Qaththan. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an….. hal 212

4