QIRA’AT AL-QUR’AN

Oleh :- M. Abdul Aziz- M. Andri- Nina Karlina- Nurul Latifatuddini- Wifda R. Hasna

TUJUAN

Untuk menambah ilmu pengetahuan kita, dalam memahami tentang ilmu Qiraat Al-qur’anUntuk bahasan mata kuliah Ulumul Qur’an.dalam Untuk memenuhi tugas terstuktur padamata uliah Ulumul Qur’an.

PENGERTIANBahasa

Lafal qira’at ( قراءة) merupakan bentuk masdar dari qara’a ( قرأ) yang artinya bacaan.

IstilahQira'at ialah salah satu aliran dalam pelafalan/pengucapan Al-ur'an yang

dipakai oleh salah seorang imam qura' yang berbeda dengan lainnya dalam hal ucapan Al-Qur'anul Karim. Qira'at ini berdasarkan sanad-

sanadnya sampai kepada Rasulullah SAW.

Dari definisi-definisi tadi, tampak bahwa qira’at al-Qur’an berasal dari Nabi Muhammad SAW, melalui al-sima Berdasarkan uraian di atas .( النقل ) dan an-naql ( السماع )pula dapat disimpulkan bahwa :• Yang dimaksud qira’at dalam bahasan ini, yaitu cara pengucapan lafal-lafal al-Qur’an sebagaimana di ucapkan Nabi atau sebagaimana di ucapkan para sahabat di hadapan Nabi lalu beliau mentaqrirkannya.• Qira’at al-Qur’an diperoleh berdasarkan periwayatan Nabi SAW, baik secara fi’liyah maupun taqririyah.• Qira’at al-Qur’an tersebut adakalanya memiliki satu versi qira’at dan adakalanya memiliki beberapa versi.  

PENGERTIAN (lanjutan)

Sejarah Perkembangan Ilmu Qira’at

Rasulullah menyampaikan bacaan Al-Qur’an kepada  para sahabatnya dalam

7 huruf yang bertujuan agar mempermudah membaca Al-Qur’an

sesuai ungkapan bahasa orang yang membacanya

Dari Ibn Abbas, ia berkata : "Rasulullah berkata: 'Jibril membacakan (Qur'an) kepadaku

dengan satu huruf. Kemudian berulang kali aku mendesak dan meminta agar huruf itu

ditambah, dan iapun menambahnya kepadaku sampai dengan tujuh huruf." (R. Bukhori Muslim)

7 Huruf

1. Al-Qur’an mengandung tujuh bahasa Arab yang memiliki satu makna.2. Tujuh dialek bahasa kabilah Arab yaitu Qurays, Hudzail, Tamim, Tasqif, Hawazin, Kinanah dan Yaman.3. Tujuh aspek kewahyuan seperti perintah, larangan,

janji, halal, haram, muhkam, mutasyabih dan amtsal.4. Tujuh perubahan perbedaan yaitu ism, i’rab, tashrif,

taqdim dan ta’khir, tabdil dan tafkhim.5. Tujuh Qira’at yang disebut dengan Qira’ah Sab’ah.6. Tujuh huruf diartikan tujuh bangsa selain bangsa Arab seperti Yunani, Persia dan lain-lain.

Sejarah Perkembangan Ilmu Qira’at

Para sahabat menyebarkan bacaan qiraat itu pada daerah daerah di

sekitar arab

Kota SahabatMakkah Mujahid, Ikrimah, Thawus, Ibnu Abi Malikah,Ubaid

bin Umair.

Madinah Umar bin Abdul Aziz, Ibnu Al-Musayyab, Zaid binAslam, Urwah bin Zubair, Sulaiman bin Yasar, Az-Zuhri, IbnuSyihab, Abdurrahman bin Hurmuz dan Mu’adz bin Harits.

Bashrah Amir bin Abdul Qais, Abu Aliyah, Nashar binAshim, Yahya bin Ya’mar, Jabir bin Hasan, Ibnu Sirin.

Kufah Abu Abdurrahman As-Salami, Alqamah bin Qais An- Nakha’i, Al-Aswad bin Zaid An-Nakha’i, Sa’id bin Jubair, Umar bin Syarahbil, Amar bin Maimun, Harits bin Qais.

Syam Abu Darda’, Khalid bin Sa’id,Al Mughirah bin Abu Syihab Al-Makhzumi.

Sejarah Perkembangan Ilmu Qira’at

Kitab qiraat dibukukan oleh para sahabat. Hal ini dilakukan karena mulai

munculnya kebohongan dalam ilmu qiraat.

Pengarang KitabAbu Ubaid Al-Qasim bin Salam Al-Qiraa’aat

Ismail bin Ishaq Al-Maliki Al-Jaami

Muhammad bin Ahmad Ad-Dajuni Al-Qiraa’aatuts-Tsamaaniyah

Ahmad bin Jubair

Makki bin Abu Thalib Al-Qaisi Al-Ibaanah ‘An Ma’aanil-Qiraa’aat

Ahmad bin Muhammad Ad-Dimyaathi

Ithaafu Fudhalaa-il Basyar Fil-Qiraa’aatil-Arba’i ‘Asyar

Husain binAhmad bin Khalawih Al-Hujjatu Fil-Qiraa’aatis-Sab’i

SyaikhMahmud Khalil Al-Hushari Al-Qiraa’aatul-‘Asyar

Syaikh Abdul Fattah Al-Qadhi Al-Waafii Fii Syarhisy-Syaathibiyah

Tingkatan Qira’at

Syarat disebut shahihnya suatu qira’at :السند .1 harus memiliki sanad yang , صحةshahihالرسم .2 harus sesuai dengan rasm , مطابقةmushaf salah satu mushaf Utsmaniالعربية .3 harus sesuai dengan , موافقةkaidah Bahasa Arab.

Jika salah satu dari persyaratan ini tidak terpenuhi, maka qira’at itu dinamakan qira’at yang lemah, syadz atau bathil

Tingkatan Qira’at Qira’at yang dinukil oleh sejumlah besar periwayat : المتواتر .1yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta, dari sejumlah orang yang seperti itu dan sanadnya bersambung hingga penghabisannya, yakni Rasulillah. Dan inilah yang umumdalamhalqira’at.2. Qira’at yang shahih sanadnya tetapi tidak mencapai : المشهورderajat mutawatir dan sesuai dengan kaidah Bahasa Arab juga rasm Utsmani, Serta terkenal pula dikalangan para ahli qira’at sehingga karenanya tidak dikategorikan qira’at yang salah atau syadz.3. Qira’at yang shahih sanadnya tetapi menyalahi rasm Utsmani : اآلحدataupun kaidah Bahasa Arab (qira’at ini tidak termasuk qira’at yang diamalkan). Qira’at macam ini tidak termasuk qiera’at yang dapat diamalkan bacaannya.Diantara contohnya ialah seperti yang diriwayatkan dari Abu Bakrah, ان. س0 ر1ي2ح1 ر.و0ع0ب0اق0 ض7 خ9 ار1ف0 ف0 ت?ك1ئ1ين0ع0ل0ىر0 م9مQira’at yang tidak shahih sanadnya, seperti qira’at 0 : الشاذ .4 ي0و7 ل0ك0 م0

الدDي7نversi qira’at yang terdapat dalam firman Allah, berikut: 1 , الدDي7ن1 ي0و7م1 ال1ك1 م0.Qira’at yang tidak ada asalnya : الموضوع .5 Qira’at yang berfungsi sebagai tafsir atau penjelas terhadap : المدرج .6suatu ayat al-Qur’an.

Adab Membaca Al-Qur’an1. Membaca Al-Qur’an sesudah berwudlu karena membaca

Qur’an merupakan dzikir yang paling utama, meskipun boleh membacanya bagi orang yang berhadas.2. Membacanya di tempat yang bersih dan suci untuk menjaga keagungan membaca Qur’an3. Membacanya dengan khusyuk, tenang dan penuh hormat.4. Bersiwak sebelum membaca Al-Qur’an5. Membaca Ta’awudz pada permulaannya6. Membaca Basmallah pada permulaan setiap surat 7. Membacanya dengan tartil 8. Memikirkan serta meresapi setiap ayat-ayat yang dibacanya9. Membaguskan suara saat membaca Qur’an, karena suara yang bagus dan merdu akan lebih berpengaruh dan meresap dalam jiwa

KESIMPULANYang dimaksud qira’at dalam bahasan ini, yaitu cara

pengucapan lafal-lafal al-Qur’an sebagaimana di ucapkan Nabi atau sebagaimana di ucapkan para sahabat di hadapan

Nabi lalu beliau mentaqrirkannya. Qira’at al-Qur’an diperoleh berdasarkan periwayatan Nabi SAW, baik secara fi’liyah

maupun taqririyah. Qira’at al-Qur’an tersebut adakalanya memiliki satu versi qira’at dan adakalanya memiliki beberapa

versi. Rasulullah menyampaikan bacaan Al-Qur’an kepada parasahabatnya dalam 7 huruf yang bertujuan agar

mempermudah membaca Al-Qur’an sesuai ungkapan bahasa orang yang membacanya, akan tetapi bentuk qira’at yang

diterima masing-masing sahabat itu berbeda-beda.

KESIMPULAN

Ada 3 persyaratan bagi qira’at al-Qur’an untuk dapat digolongkan sebagai qira’at shahih, yaitu: harus memiliki

sanad yang shahih, harus sesuai dengan rasm mushaf salah satu mushaf Utsmani, harus sesuai dengan kaidah Bahasa Arab. Jika salah satu dari persyaratan ini tidak terpenuhi,

maka qira’at itu dinamakan qira’at yang lemah, syadz atau bathil.

TERIMA KASIHWassalam