makiyyah madaniyyah dan qiraat al-qur'an

15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua bangsa berusaha keras untuk melestarikan warisan pemikiran dan sendi-sendi kebudayaannya. Demikian juga umat islam sangat memperhatikan kelestarian rislaha nabi Muhammad. Banyak ideologi di bumi ini yang terus berkembang demi melanjutkan dan mempertahankan kehidupan di muka bumi. Hal ini tidak terlepas dari kebutuhan empiris dan rasionalis untuk menjawab tantangan zaman yang terus berjalan. Dimensi ideologi yang kita kenal yaitu Komunisme, Liberalisme, Feodalisme, dan lain-lain. Semua ideologi tersebut sudah dijalankan di beberapa negara tetapi hampir semuanya berdampak negative bagi negara-negara yang menumbuhkan ideologi tersebut. Oleh karena itu kita perlu mempelajari pedoman (alqur’an) yang bisa kita gunakan dalam menjalani hidup yang sesuai dengan ajaran islam sehingga kehidupan kita akan teratur atas dasar bimbingan dari Allah. B. Rumusan Masalah 1. Makiyyah dan Madaniyyah a) Pengertian Makiyyah dan Madaniyyah b) Karakteristik Makiyyah dan Madaniyyah c) Faedah Mengetahui Makiyyah dan Madaniyyah 2. Qira’at a) Pengertian Qira’at b) Macam-Macam Qira’at c) Hikmah diturunkannya al-qur’an dalam 7 huruf C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari makiyyah dan madaniyyah 2. Mengetahui karakteristik apa yang membedakan antara makiyyah dan madaniyyah 3. Mengetahui Faedah apa yang didapatkan jika menetahui lebih mendalam mengenai makiyyah dan madaniyyah 4. Mengetahui pengertian dari Qira’at Al-Qur’an 5. Menetahui macam dari Qira’at al-qur’an 6. Mengetahui hikmah apa saja karena al-qur’an diturunkan dalam 7 huruf

Upload: universitas-islam-negeri-uin-sunan-kalijaga-yogyakarta

Post on 04-Jul-2015

579 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

Makiyyah Madaniyyah dan Qiraat Al-Qur'an

TRANSCRIPT

Page 1: Makiyyah Madaniyyah dan Qiraat Al-Qur'an

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua bangsa berusaha keras untuk melestarikan warisan pemikiran dan sendi-sendi

kebudayaannya. Demikian juga umat islam sangat memperhatikan kelestarian rislaha nabi

Muhammad. Banyak ideologi di bumi ini yang terus berkembang demi melanjutkan dan

mempertahankan kehidupan di muka bumi. Hal ini tidak terlepas dari kebutuhan empiris

dan rasionalis untuk menjawab tantangan zaman yang terus berjalan. Dimensi ideologi

yang kita kenal yaitu Komunisme, Liberalisme, Feodalisme, dan lain-lain. Semua ideologi

tersebut sudah dijalankan di beberapa negara tetapi hampir semuanya berdampak

negative bagi negara-negara yang menumbuhkan ideologi tersebut. Oleh karena itu kita

perlu mempelajari pedoman (alqur’an) yang bisa kita gunakan dalam menjalani hidup yang

sesuai dengan ajaran islam sehingga kehidupan kita akan teratur atas dasar bimbingan

dari Allah.

B. Rumusan Masalah

1. Makiyyah dan Madaniyyah

a) Pengertian Makiyyah dan Madaniyyah

b) Karakteristik Makiyyah dan Madaniyyah

c) Faedah Mengetahui Makiyyah dan Madaniyyah

2. Qira’at

a) Pengertian Qira’at

b) Macam-Macam Qira’at

c) Hikmah diturunkannya al-qur’an dalam 7 huruf

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari makiyyah dan madaniyyah

2. Mengetahui karakteristik apa yang membedakan antara makiyyah dan madaniyyah

3. Mengetahui Faedah apa yang didapatkan jika menetahui lebih mendalam mengenai

makiyyah dan madaniyyah

4. Mengetahui pengertian dari Qira’at Al-Qur’an

5. Menetahui macam dari Qira’at al-qur’an

6. Mengetahui hikmah apa saja karena al-qur’an diturunkan dalam 7 huruf

Page 2: Makiyyah Madaniyyah dan Qiraat Al-Qur'an

BAB II

PEMBAHASAN

A. Makiyyah dan Madaniyyah

1. Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah

Studi tentang ayat-ayat Makkiyah dan Madinyah sesungguhnya tidak lebih dari

memahami pengelompokan ayat- ayat Al-Quran berdasarkan waktu dan tempat turunya

sebuah atau beberapa buah ayat Al-Quran. Al-Qur’an turun kepada Nabi shallallaahu

‘alaihi wa sallam secara berangsur-angsur dalam jangka waktu dua puluh tiga tahun dan

sebagian besar diterima oleh Rasul shallallaahu ‘alaihi wa sallam di Mekah. Allah ‘Azza

wa Jalla berfirman:

“Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan secara berangsur-angsur agar kamu

membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi

bagian.” (QS. Al-Israa’: 106)

Maka ada empat perspektif dalam mendefinisikan Makiyyah dan Madaniyyah, yaitu

secara :

a. Zaman an-nuzul (Waktu Turun)

Menurut Waktu Turun yang disebut Makkiyah oleh sebagian ulama 1 adalah ayat-

ayat Al Quran yang diturunkan sebelum Rasullah hijrah ke Madinah meskipun

turunnya di luar Makkah

Sedangkan Madaniyah adalah Ayat-ayat Al Quran yang diturunkan setelah

Rasullah hijrah ke Madinah meskipun turunnya diluar Madinah

Pembagian ini adalah pembagian yang benar dan selamat dari cacat, karena di

sini terdapat patokan dan batasan yang barlaku secara umum.Oleh karena

itu,kebanyakan ulama’ berpegang pada pendapat ini. Sebagaimana firman Allah

SWT:

“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamu,dan telah Ku-cukupkan

kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam itu menjadi agama bagimu.”(Al-

maidah:3)

Ayat ini diturunkan pada hari Jum’at di Arafah ketika haji Wada’, tetapi ayat ini

termasuk ayat Madaniyah.

b. Makan an-nuzul (Tempat turun)

Menurut Tempat Turun yang disebut Makkiyah adalah ayat-ayat Al Quran yang

diturunkan di Mekkah meskipun turunnya setelah Nabi hijrah,

Sedangkan yang disebut Madaniyah adalah ayat-ayat Al Quran yang diturunkan

di Madinah

1 Pengantar Ulmul Quran ,Prof Drs H Masjtuk Zubdi ,hlm 69

Page 3: Makiyyah Madaniyyah dan Qiraat Al-Qur'an

Dalam definisi ini terdapat kelemahan (tidak jami’ dan mani’) 2 karena hanya

mencakup semua ayat yang turun di daerah Mekkah termasuk Mina ,Arafat dan

sebagainya, dan juga mencakup semua ayat dan surat yang turn di daerah

Madinah,termasuk pula Uhud dan Badar.

Tetapi definisi ini tidak mencangkup ayat atau surat yang turun di luar daerah

Mekkah dan Madinah. Misalnya : Surat At Taubah ayat 45 yang turun di Tabuk ,dan

surat Al Zuhruf ayat 45 yang turun di Baitul Maqdis pada malam Nabi melakukan

Isra’.

c. Mukhatthab (Obyek Pembicaraan)

Menurut Objek yang dibicarakan (seruan) yang dimaksud dengan Makkiyah

adalah seruan atau sasaran turunnya kepada penduduk Mekkah.

Sedangkan Madaniyah sasaran turunnya adalah kepada penduduk Madinah

Dengan definisi ini bahwa yang dimaksud dengan Makiyah adalah surat/ayat

yang diawali dengan ”ya ayyuha an nas" karena penduduk Mekkah pada waktu itu

sedangkan yang dimaksud dengan Madaniyah adalah yang diawali dengan " ya

ayyuha al ladzina amanu" karena pada umumnya penduduk Madinah pada waktu itu

sudah beriman.

Definisi tersebut terdapat kelemahan antaranya:

a) Tidak selalu surat/ayat dimulai dengan seruan ”ya ayyuha an nas" atau " ya

ayyuha al ladzina amanu" .Misalnya surat Al Azhab ayat 1

b) Tidak selalu surat/ayat Makiyah adalah surat/ayat yang diawali dengan ”ya

ayyuha an nas" ,atau Madaniyah adalah yang diawali dengan " ya ayyuha al

ladzina amanu".

Misalnya surat An Nisa adalah Madaniyah padahal permulaannya adalah ”ya

ayyuha an nas" ,begitu juga dengan surat Al Baqarah adalah surat Madaniyah

padahal didalamnya terdapat seruan ”ya ayyuha an nas" pada ayat 21.

Sebaliknya surat Al Hajji adalah Makiyah meskipun didalamnya terdapat seruan "

ya ayyuha al ladzina amanu".

2Jami’ artinya bahwa definisi harus mampu memuat dan menggambarkan seluruh aspek obyek kajian. Mani’ berarti

menutup pintu bagi aspek-aspek yang bukan termasuk obyek kajian untuk turut dibahas di dalamnya.

Page 4: Makiyyah Madaniyyah dan Qiraat Al-Qur'an

2. Karakteristik Makkiyah dan Madaniyyah

Dalam penetapan Surat Makiyyah dan Madaniyah para ulama mengambil keputusan,

menetapkan secara kias bagi tiap-tiap karakteristik 3

Sesuai dhabit qiyasi yang sudah di tetapkan ciri-ciri khas pasa surat Makkiyah ada 2

,yaitu 4:

a) Ciri khas bersifat qathi5 ,diantaranya :

1. Tiap-tiap surat yang di dalamnya ada lafafadz Sajdah, Sebagian Ulama

mengatakan bahwa umlah ayat sajdah ada 16 ayat.

2. Tiap-tiap surat yang di dalamnya ada lafafadz “Kalla”

3. Al-Ummani menerangkan bahwa bagian Al Quran yang terakhir itu sebagian besar

turun ddi Mekkah dan sasarannya pada umumnya kaum yang keras kepala

menentang ajaran Islam,maka lafadz “kalla” dipakai untuk memberi peringatan ang

tegas dank eras pada mereka.

4. Di mulai dengan ungkapan”Ya ayyuhannas, Ya bani Adam ,kecuali surat Al al Hajj

ini sekalipun pada ayat 77 terdapat “ya ayyuha al ladzina amanu” tetapi surat ini

dipandang sebagai Makkiyah

5. Setiap surat terdapat kisah-kisah para Nabi dan umat manusia yang terdahulu

(kecuali surat Al Baqarah).

6. Setiap surat terdapat didalamnya kisah Nabi Adam dan Iblis (kecuali surat Al

Baqarah)

7. Setip surat dimulai dengan huruf Tahajj (huruf abjad) ,kecuali surat Al Baqarah dan

Ali Imron.

b) Ciri khas bersifat aghlabi6

1. Ayat dan suratnya pendek-pendek,nada perkataannya keras dan agak bersajak.

2. Mengandung seruan untuk beriman kepada Allah dan Hari Qiyamat dan

menggambarkan surge & neraka

3. Mengajak manusia untuk berakhlahk muli dan berjalan di jalan yang benar/baik

4. Membantah orang-orang musyrik dan menerangkan kesalahan kepercayaan dan

perbuatnnya

5. Terdapat banyak lafadz sumpah

3Pebahasan Ilmu Al Quran ,Pembahasan Ilmu Alquran . Mana’ul Quthan hlm 66

4 Pengantar Ulmul Quran ,Prof Drs H Masjtuk Zubdi ,hlm 74

5qathi(bersifat jelas dan pasti)

6aghlabi (berlaku kepada sebagian besar kasus, dengam berbagai perkecualian/ciri umum)

Page 5: Makiyyah Madaniyyah dan Qiraat Al-Qur'an

Dan di tetapkan ciri-ciri khas pasa surat Makkiyah ada 2 ,yaitu :

a) Ciri khas bersifat qathi ,diantaranya:

1. Setiap surat mengandung izin berjihad (berperang) atau menyebut hal-hal perang

dan enjelaskan hukumnya

2. Setiap surat menjelaskan secra terperinci tentnag Hukum Pidana,Hukum Waris

,Hukum Perdata,Kemasyarakatan ,Kenegaraan.

3. Setiap ayat yang menyinggung hal orang-orang munafik ,kecuali surat Al Ankabut

,yang hanya 11 ayat pertama yang merupakan Madaniyah karena menjelaskan

orang-orang munafik

4. Setiap surat membantah kepercayaan/agama Ahlul Kitab (Kristen &Yahudi) yang

dipandang salah dan mengajak mereka agar tidak berlebih-lebihan dalam

menjalankan agamanya (Al Baqarah,Al Imran,An Nisa,Al Maidah,At Taubah)

b) Ciri khas bersifat aghlabi ,diantaranya :

1. Sebagian surat-suratnya panjang-panjang sebagian ayat-ayatnya pun panjang-

panjang (Ithbab) dan gaya bahasanya cukup jeas dalam menerangkan hukm-

hukum agama

2. Menerangkan secra terperinci bukti-bukti dan dalil-dalil yang menunjukan hakekat

keagamaan.

3. Faedah Mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah

Faedah atau manfaat penting dari mengetahui Makiyyah dan Madaniyah bagi umat

islam7 diantaranya :

a) Pembedaan nasikh dan mansukh ,karena yang terakhir adalah mansukh bagi yang

terdahulu

b) Merupakan bantuan dalam penafsiran Al Quran.Dengan mengetahui lokasi turunnya

ayat ,dapat membantu memahai maksud ayat dan mengetahui ayat yang ditunjuk

(madlu) serta isyarat-isyarat yang dikemukakan

c) Pengetahuan terhadap sejarah pembentukan hukum (tarikh at tasyi) dan fase-fase

pembedahan (tajridah) yang di iringi oleh keyakinan terhadap kenyataan bahwa fase-

fase tersebut pasti berasal dari Allah Yang Maha Esa ,Maha Pengasih ,Maha

Penyayang

d) Meresapi gaya bahasa Al-Qur’an dan memanfaatkannya dalam metode berdakwah

menuju jalan Allah, sebab setiap situasi mempunyai bahasa sendiri.

e) Agar dapat meningkatkan keyakinan terhadap kebenaran, kesucian dan keaslian al-

Qur’an

7Ulumul Quran Studi Kompleksitas Al-Quran ,Dr. Fahd Bin Abdurrahmab Ar-Rumi hlmn 176

Page 6: Makiyyah Madaniyyah dan Qiraat Al-Qur'an

f) Percaya bahwa AL-Qur’an telah sampai kepada kita terhindar dari perubahan dan

pembelokan. Oleh karena itu perlu bagi orang-orang islam mengetahuinya dengan

seksama, sehingga mereka bisa mengatahui, dan kemudian beralih mengetahui ayat-

ayat yang diturunkan sebelum hijrah dan sesudah hijrah, ayat-ayat yang diturunkan

pada siang hari dan pada malam hari,dst.

Page 7: Makiyyah Madaniyyah dan Qiraat Al-Qur'an

B. Qira’at

1. Pengertian Qira’at

Berdasarkan etimologi (bahasa), qiraah merupakan bentuk jamak (mashdar) dari kata

kerja qiraah (membaca), jamaknya yaitu qiraat. Bila dirujuk berdasarkan pengertian

terminology (istilah), ada beberapa definisi yang dikemukaakan oleh para ulama :

a. Ibn Al Jarazi , mengemukakan bahwa qira’at merupakan pengetahuan tentang cara-cara

mengucapkan kalimat-kalimat Al Qur’an dan perbedaannya.

b. Az-Zarqani.

Az-Zarqani mendefinsikan qiraah dalam terjemahan bukunya yaitu : mazhab yang

dianut oleh seorang imam qiraat yang berbeda dengan lainnya dalam pengucapan al-

Qur’an serta kesepakatan riwayat-riwayat dan jalur-jalurnya, baik perbedaan itu

dalampengucapan huruf-huruf ataupun bentuk-bentuk lainnya.

c. Ibn al Jazari

Ilmu yang menyangkut cara-cara mengucapkan kata-kata al-Qur’an dan perbedaan-

perbedaannya dengan cara menisbatkan kepada penukilnya8

d. Al-Qasthalani :

Suatu ilmu yang mempelajari hal-hal yang disepakati atau diperselisihkan ulama yang

menyangkut persoalan lughat, hadzaf, I’rab, itsbat, fashl, dan washl yang kesemuanya

diperoleh secara periwayatan.9

e. Menurut az-Zarkasyi :

Qiraatadalah perbedaan cara mengucapkan lafaz-lafaz al-Qur’an, baik menyangkut

huruf-hurufnya atau cara pengucapan huruf-huruf tersebut, seperti takhfif(meringankan),

tatsqil (memberatkan), dan atau yang lainnya

f. Menurut Ibnu al-Jazari

Qira’atadalah pengetahuan tentang cara-cara melafalkan kalimat-kalimat Al-Qur’an

dan perbedaannya dengan membangsakaanya kepada penukilnya.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa, Ilmu Qira’at adalah ilmu yang

mempelajari bagaimana cara membaca Al Qur’an dengan pengucapan lafal-lafal yang baik

dan benar. Qira’at adalah bentuk jamak dari kata qira’ah yang secara bahasa artinya

bacaan.

Dalam pembahasan ilmu qira’at, sering didapatkan bercampur baurnya pengertian antar

qira’at sa’bah dengan diturunkannya Al Qur’an atas tujuh huruf. Orang-orangberanggapan

bahwa sa’bah (tujuh huruf) itu identik dengan qira’ah sa’bah (imam tujuh).Perbedaan cara

pendefenisian di atas sebenarnya berada pada satu kerangka yangsama, yaitu bahwa ada

8Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an, (Bandung : Pustaka Setia, 2000). Hal. 147

9Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an, (Bandung : Pustaka Setia, 2000). Hal. 147

Page 8: Makiyyah Madaniyyah dan Qiraat Al-Qur'an

beberapa cara melafalkan Al-Qur’an walaupun sama-sama berasaldari satu sumber, yaitu

Muhammad. Dengan demikian, dari penjelasan-penjelasan di atas,maka ada tiga qira’at

yang dapat ditangkap dari definisi diatas yaitu :

1. Qira’at berkaitan dengan cara penafalan ayat-ayat Al-Qur’an yang dilakukan salah

seorang iman dan berbeda cara yang dilakukan imam-imam lainnya.

2. Cara pelafalan ayat-ayat Al-Qur’an itu berdasarkan atas riwayat yang bersambung

kepada Nabi. Jadi, bersifat tauqifi, bukan ijtihadi.

3. Ruang lingkup perbedaan qira’at itu menyangkut persolan lughat, hadzaf, I’rab, itsbat,

fashl, dan washil.

2. Macam-Macam Qira’at

Pertama, macam-macam Qira’at dari segi kuantitas atau jumlahnya.

Adapun sebutan qira`at dari segi jumlah qira’at ada bernacam-macam. Ada yang

bernama qira`at tujuh, qira`at delapan, qira`at sepuluh, qira`at sebelas, qira`at tiga belas, dan

qira`at empat belas. Tetapi dari sekian macam jumlah qira`at yang dibukukan, hanya tiga

macam qira’at yang terkenal yaitu:

1. Qira`at al-Sab’ah: ialah qira`at yang dinisbatkan kepada para imam qurra’ yang tujuh yang

masyhur.10

No Tempat Imam Qurra’

1 Madinah Nafi' (169H/785M)

2 Mekah Ibn Katsir (120H/737M)

3 Damaskus Ibn 'Amir (118H/736M)

4 Basrah Abu 'Amru (148H/770M)

5 Kufah 'Asim (127H/744M)

6 Kufah Hamza (156H/772M)

7 Kufah Al-Kisa'i (189H/804M)

2. Qira`at ‘asyroh: ialah qira`at sab’ah diatas ditambah dengan tiga qira`at lagi.

No Tempat Imam Qurra’

8 Madinah Abu Ja'far (130M/747H)

9 Basrah Basrah Ya'qub (205M/820H)

10 Kufah Kufah Khalaf al-Asyir (229M/843H)

10

Ahmad Von Denffer, 'Ulum al-Qur'an An Introduction to Sciences of the Qur'an, Liecester: The Islamic Foundation, 1989. hlm. 83.

Page 9: Makiyyah Madaniyyah dan Qiraat Al-Qur'an

3. Qira`at arba’ah asyrah: ialah qira`at ‘asyrah yang lalu ditambah dengan empat qira’ah lagi.

No Tempat Imam Qurra’

11 Basrah Hasan al Basri (110H/728M)

12 Mekah Ibn Muhaisin (123H/740M)

13 Basrah Fahya al-Yazidi (202H/817M)

14 Kufah Al-A’masy (148H/765M)

Kedua,dari segi kualitas, qira`at berdasarkan kualitas dapat dikelompokkan dalam lima

bagian:

1. Qira`at Mutawatir, yaitu qira`at yang diriwayatkan oleh orang banyak dari orang banyak

yang tidak mungkin terjadi kesepakatan di antara merekauntuk berbohong.

2. Qira`at Masyhur, yakni qira’at yang memilki sanad sahih, tetapi tidak sampai kepada

kualitas mutawatir. Qira`at ini sesuai dengan kaidah bahasa Arab dan tulisan

3. Qira`at Ahad, yakni yang memiliki sanad sahih, tetapi menyalahi tulisan Mushaf ‘Utsmani

dan kaidah bahasa Arab, tidak memilki kemasyhuran, dan tidak dibaca. (Qira’at Aisyah

dan Hafsah, Ibn Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Sa’ad bin Abi Waqqash, Ibn Abbas)

4. Qira’at Syadz (menyimpang), yakni qira’at yang sanadnya tidak sahih.

5. Qira’at Maudhu’(palsu), yaitu qira’at yang dibuat-buat dan disandarkan kepada seorang

tanpadasar. Seperti qira’at yang disusun oleh Abu Al-Fadhl Muhammad bin Ja’far dan

mensbtkannya kepada Imam Abu Hanifah.

6. Qira’at Syabih bi al-mudroj, yaitu qira’at yang mirip dengan mudroj dari macam-macam

hadis. Dia adalah qira’at yang didalamnya ditambah kalimat sebagai tafsir dari ayat

tersebut.

Tolak ukur yang dijadikan pegangan para ulama’ dalam menetapkan qira’atyang sahih

adalah sebagai berikut :11

1. Bersesuaian dengan kaidah bahasa Arab, baik yang fasih atau paling fasih. Sebab, qora`at

adalah sunnah yang harus diikuti, diterima apa adanya dan menjadi rujukan dengan

berdasarkan pada isnad, bukan pada rasio.

2. Bersesuai dengan salah satu kaidah penulisan Mushaf ‘Ustmani walaupun hanya

kemungkinan (ihtimal) atau mendekati.

3. Memiliki sanad yang sahih atau jalan periwayatannya benar, sebab qira`at merupakan

sunnah yang diikuti yang didasarkan pada penukilan dan kesahihan riwayat.

11

Ahmad Von Denffer, 'Ulum al-Qur'an An Introduction to Sciences of the Qur'an, Liecester: The Islamic Foundation, 1989. hlm. 84.

Page 10: Makiyyah Madaniyyah dan Qiraat Al-Qur'an

3. Hikmah turunnya Al-Qur’an dalam 7 Huruf

Perbedaan Pendapat Seputar Makna “Tujuh Huruf”

Para Ulama berbeda pendapat dalam menafsiran maksud tujuh huruf ini dengan

pendapat yang bermacam-macam. Sehingga Ibnu Hayyan rahimahullah mengatakan:”Ahli

Ilmu berbeda pendapat tentang arti kata tujuh huruf ini menjadi tiga puluh lima

pendapat.” Namun kebanyakan pendapat-pendapat itu saling tumpang tindih. Diantaranya

adalah:12

Pertama: Sebagian besar Ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf

adalah tujuh macam bahasa (dialek) dari bahasa-bahasa (dialek-dialek) Arab dalam satu

makna. Dalam artian, jika bahasa mereka berbeda dalam mengungkapkan satu makna, maka

al-Qur’an pun diturunkan dengan sejumlah lafazh sesuai dengan ragam bahasa tersebut

tentang satu makna itu. Dan jika tidak terdapat perbedaan, maka al-Qur’an hanya

mendatangkan satu lafazh atau lebih saja. Kemudian mereka berbeda pendapat juga dalam

menentukan ketujuh bahasa (dialek) tersebut. Dikatakan bahwa ketujuh dialek tersebut adalah

dialek Quraisy, Hudzail, Tsaqif, Hawazin, Kinanah, Tamim dan Yaman.

Menurut Abu Hatim as-Sijistani, Al-Qur’an diturunkan dalam dialek Quraisy, Hudzail,

Tamim, Azad, Hawazin, dan Sa’ad bin Abi Bakar. Dan diriwayatkan pula pendapat yang lain.

(lihat al-Itqaan)

Kedua: Yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-

bahasa Arab yang ada, yang mana dengannyalah al-Qur'an diturunkan. Dalam artian bahwa

kata-kata dalam al-Qur’an secara keseluruhan tidak keluar dari ketujuh macam bahasa tadi,

yaitu bahasa yang paling fasih di kalangan bangsa Arab, meskipun sebagian besarnya dalam

bahasa (dialek) Quraisy. Sedang sebagian yang lain dalam bahasa Hudzail, Tsaqif, Hawazin,

Kinanah, Tamim atau Yaman, karena itu maka secara keseluruhan al-Qur’an mencakup

ketujuh bahasa tersebut. Pendapat ini berbeda dengan pendapat sebelumnya, karena yang

dimaksud dengan tujuh huruf dalam pendapat ini adalah tujuh dialek yang bertebaran di

berbagai surat al-Qur’an, bukan tujuh bahasa yang berbeda tetapi sama dalam makna.

Menurut Abu Ubaid, yang dimaksud bukanlah setiap kata boleh dibaca dengan tujuh

bahasa, tetapi tujuh bahasa (dialek) tersebut bertebaran dalam al-Qur’an. Sebagiannya

bahasa Quraisy, sebagian yang lain Hudzail, Hawazin, dan Yaman. Dan selain mereka

berkata:”Sebagian bahasa-bahasa itu lebih beruntung dari yang lain dan lebih banyak

persentasenya dalam al-Qur’an.”

Ketiga: Sebagian Ulama menyebutkan, yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh

segi/sisi,yaitu: amr (perintah), nahyu (larangan), wa’d (janji), wa’iid (ancaman), jadal (debat),

qashash (kisah),dan matsal (perumpamaan) atau amr, nahyu, halal,haram, muhkam,

mutasyabih, dan amtsal.

12

Muhammad Ali al-Sabuni, Studi Ilmu al-Qur’an, Terj. Aminuddin, (Bandung: Pustaka Setia, 1999). 363.

Page 11: Makiyyah Madaniyyah dan Qiraat Al-Qur'an

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: ”Kitab umat

terdahulu diturunkan dari satu pintu dan dengan satu huruf, sedang al-Qur’an diturunkan

melalui tujuh pintu dan tujuh huruf, yaitu; zajr (larangan), amr, halal, haram, muhkam,

mutasyabih dan amtsal.” (HR. al-Hakim dan al-Baihaqi)

Keempat: Segolongan ulama berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan huruf adalah

tujuh macam hal yang di dalamnya terjadi ikhtilaf (perbedaan), yaitu:

1. Perbedaan asmaa’ (perbedaan kata benda); dalam bentuk mufrad (tunggal), mudzakar

(menunjukkan laki-laki) dan cabang-cabangnya seperti tatsniyyah (menunjukkan dua),

jama’ (menunjukkan lebih dari dua), dan ta’nits (menunjukkan perempuan).

2. Perbedaan dalam segi I’rab (akhir harakat dari kata dalam bahasa Arab), seperti rafa’

(dhammah), nashab (fathah), majrur (kasroh) dan majzum (sukun). Karena dalam masalah

ini para Qari’ berbeda pendapat dalam membacanya.

3. Perbedaan dalam tashrif (perubahan posisi dan bentuk dalam ilmu nahwu/tata bahasa

Arab).

4. Perbedaan dalam taqdim (mendahulukan suatu kalimat atas kalimat yang lain)

danta’khir (mengakhirkan).

5. Perbedaan dalam segi ibdal (penggantian), baik penggantian huruf dengan huruf, ataupun

penggantian lafazh dengan lafazh, dan bisa jadi penggantian pada perbedaan makhraj

(tempat keluarnya huruf).

6. Perbedaan dengan sebab adanya penambahan dan pengurangan.

Perbedaan lahjah (dialek) dengan pembacaan tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis),fathah,

dan imalah, izhar dan idgham, hamzah dan tashiil, isymam dan lain-lain.

Kelima: Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa bilangan tujuh itu tidak bisa

diartikan secara harfiah, tetapi angka tujuh tersebut hanya sebagai simbol kesempurnaan

menurut kebiasaan orang Arab. Dengan demikian, maka kata tujuh adalah isyarat bahwa

bahasa dan susunan al-Qur’an merupakan batas dan sumber utama bagi semua perkataan

orang Arab yang telah mencapai puncak kesempurnaan tertinggi. Sebab, lafazh sab’ah (tujuh)

dipergunakan pula untuk menunjukkan jumlah banyak dan sempurna dalam bilangan satuan,

seperti tujuh puluh dalam bilangan puluhan, dan tujuh ratus dalam ratusan. Kata-kata itu tidak

dimaksudkan untuk bilangan tertentu.

Keenam: Ada juga ulama yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf

adalah qira’at sab’ah (model bacaan yang tujuh).

Page 12: Makiyyah Madaniyyah dan Qiraat Al-Qur'an

Hikmah turunnya Al-Qur’an dengan tujuh huruf bisa disimpulkan dalam beberapa

perkara:13

1. Memberikan kemudahan dalam membaca dan menghafal bagi kaum yang masih umi (tidak

bisa membaca dan menulis), yang masing-masing Kabilah (suku) dari mereka memiliki

bahasa (dialek) tersendiri, dan mereka tidak terbiasa untuk menghafal syar’iat, terlebih lagi

untuk menjadikan hal itu sebagai kebiasaannya. Hikmah ini ditunjukkan dengan jelas dalam

beberapa hadits dengan bermacam-macam redaksi.

2. Kemukjizatan Al-Qur’an terhadap fitrah bahasa bagi bangsa Arab, karena bermacam-

macamnya susunan bunyi Al-Qur’an menjadikannya sebagai keberagaman yang mampu

mengimbangi beragamnya cabang-cabang bahasa (dialek) yang di atasnya fitrah bahasa di

kalangan Arab berada. Sehingga setiap orang Arab mampu untuk mengucapkannya

dengan huruf-huruf dan kalimatnya sesuai dengan masing-masing lahjah (logat) alami dan

dialek kaumnya, namun dengan tetap terjaganya kemukjizatan Al-Qur’an yang dengannya

Rasulullah SAW menantang orang-orang Arab (untuk membuat yang serupa dengan Al-

Qur’an). Dan dengan keputusasaan mereka untuk melawan Al-Qur’an, maka hal itu tidak

hanya menjadikannya menjadi mukjizat bagi satu bahasa saja, namun ia menjadi mukjizat

bagi fitrah bahasa itu sendiri di kalangan bangsa Arab.

3. Menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an dalam makna dan hukum-hukumnya, karena

perubahan bentuk suara dalam sebagian huruf dan kalimatnya menjadikan Al-Qur’an siap

untuk diambil (disimpulkan) hukum-hukumnya, yang menjadikan Al-Qur’an tepat untuk

semua zaman. Oleh sebab itu para ulama ahli fiqih berdalil dengan Qira’at Sab’ah (tujuh

model bacaan) dalam ber-istinbath(menyimpulkan hukum dari dalil) dan ijtihad mereka.”

4. Di dalamnya juga menunjukkan keistimewaan Al-Qur’an dibandingkan dengan kitab-kitab

samawi yang lain, karena kitab-kitab tersebut diturunkan sekaligus dengan satu huruf

sedangkan Al-Qur’an dengan tujuh huruf.

5. Di dalam turunnya Al-Qur’an dalam tujuh huruf ada kemuliaan yang diberikan oleh Allah

kepada umat ini, dan penjelasan tentang luasnya rahmat Allah terhadap mereka, yaitu

dengan memudahkan bagi mereka untuk mempelajari kitab-Nya dengan kemudahan yang

semaksimal mungkin.

6. Di dalamnya adalah permulaan untuk menyatukan bahasa-bahasa (dialek) Arab menjadi

satu bahasa terpilih yang paling fasih. Dan itu adalah permulaan dalam proses tahapan-

tahapan penyatuan umat Islam di atas satu bahasa yang menyatukan mereka.

7. Bentuk perhatian terhadap kondisi kehidupan suku-suku di jazirah Arab yang berdiri di atas

fanatisme penuh terhadap segala sesuatu yang ada kaitannya dengan suku, seperti nasab

(garis keturunan), tempat tinggal, maslahat dan bahasa, yang susah untuk berubah

(berpindah) darinya dalam waktu yang singkat.

13

Syaikh Manna al-Qaththan, Maktabah Ma’arif Linasyr wat Tauzi’ Riyadh, hal 169-170

Page 13: Makiyyah Madaniyyah dan Qiraat Al-Qur'an

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan:

1. .

2. Lafal Qira’at adalah bentuk jamak dari Qira’ah yang merupakan bentuk masdar dari Fi’il

Madi Qara’a. Menurut bahasa qira’ah artinya becaan, para ahli mengemukakan menurut

istilah secara berbeda-beda, antara lain:

a. Ibn Al Jarazi

mengemukakan bahwa qira’at merupakan pengetahuan tentang cara-cara

mengucapkan kalimat-kalimat Al Qur’an dan perbedaannya.

b. Az-Zarqani.

Az-Zarqani mendefinsikan qiraah dalam terjemahan bukunya yaitu : mazhab yang

dianut oleh seorang imam qiraat yang berbeda dengan lainnya dalam pengucapan al-

Qur’an serta kesepakatan riwayat-riwayat dan jalur-jalurnya, baik perbedaan itu

dalampengucapan huruf-huruf ataupun bentuk-bentuk lainnya.

c. Ibn al Jazari

Ilmu yang menyangkut cara-cara mengucapkan kata-kata al-Qur’an dan perbedaan-

perbedaannya dengan cara menisbatkan kepada penukilnya14

d. Al-Qasthalani

Suatu ilmu yang mempelajari hal-hal yang disepakati atau diperselisihkan ulama yang

menyangkut persoalan lughat, hadzaf, I’rab, itsbat, fashl, dan washl yang kesemuanya

diperoleh secara periwayatan.15

e. Menurut az-Zarkasyi :

Qiraatadalah perbedaan cara mengucapkan lafaz-lafaz al-Qur’an, baik menyangkut

huruf-hurufnya atau cara pengucapan huruf-huruf tersebut, seperti

takhfif(meringankan), tatsqil (memberatkan), dan atau yang lainnya

f. Menurut Ibnu al-Jazari

Qira’at adalah pengetahuan tentang cara-cara melafalkan kalimat-kalimat Al-Qur’an

dan perbedaannya dengan membangsakaanya kepada penukilnya.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa, Ilmu Qira’at adalah ilmu yang

mempelajari bagaimana cara membaca Al Qur’an dengan pengucapan lafal-lafal yang

baik dan benar. Qira’at adalah bentuk jamak dari kata qira’ah yang secara bahasa artinya

bacaan.

3. Hikmah turunnya al-qur’an dalam 7 huruf antara lain:

a. Kemukjizatan Al-Qur’an terhadap fitrah bahasa bagi bangsa Arab, karena bermacam-

macamnya susunan bunyi Al-Qur’an menjadikannya sebagai keberagaman yang

14

Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an, (Bandung : Pustaka Setia, 2000). Hal. 147 15

Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an, (Bandung : Pustaka Setia, 2000). Hal. 147

Page 14: Makiyyah Madaniyyah dan Qiraat Al-Qur'an

mampu mengimbangi beragamnya cabang-cabang bahasa (dialek) yang di atasnya

fitrah bahasa di kalangan Arab berada.

b. Memberikan kemudahan dalam membaca dan menghafal bagi kaum yang

masih umi (tidak bisa membaca dan menulis), yang masing-masing Kabilah (suku) dari

mereka memiliki bahasa (dialek) tersendiri, dan mereka tidak terbiasa untuk menghafal

syar’iat, terlebih lagi untuk menjadikan hal itu sebagai kebiasaannya.

c. Di dalamnya adalah permulaan untuk menyatukan bahasa-bahasa (dialek) Arab

menjadi satu bahasa terpilih yang paling fasih. Dan itu adalah permulaan dalam proses

tahapan-tahapan penyatuan umat Islam di atas satu bahasa yang menyatukan

mereka.

d. Bentuk perhatian terhadap kondisi kehidupan suku-suku di jazirah Arab yang berdiri di

atas fanatisme penuh terhadap segala sesuatu yang ada kaitannya dengan suku,

seperti nasab (garis keturunan), tempat tinggal, maslahat dan bahasa, yang susah

untuk berubah (berpindah) darinya dalam waktu yang singkat.

Page 15: Makiyyah Madaniyyah dan Qiraat Al-Qur'an

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

a) Zubdi .Prof Drs H Masjtuk.1993 Pengantar Ulmul Quran. PT Binailmu: Malang

b) Quthan .Mana’ul 1993. Pebahasan Ilmu Al Quran ,Pembahasan Ilmu Alquran. Rineka

Cipta :Jakarta

c) Ar-Rumi .Dr. Fahd Bin Abdurrahmab.1997.Ulumul Quran Studi Kompleksitas Al-Quran

.Titiap Illahi Press :Yogyakarta

d) Anwar, Dr. Rosihon M.Ag .2000. Ulumul Qur’an .Pustaka Setia :Bandung

e) Von Denffer, Ahmad .1989 .'Ulum al-Qur'an An Introduction to Sciences of the Qur'an,: The

Islamic Foundation: Liecester.

f) Ali al-Sabuni, Muhammad.1999. Studi Ilmu al-Qur’an, Terj. Aminuddin. Pustaka Setia:

Bandung

Web:

a) http://makalahtoher.blogspot.com/2011/12/makalah-qiraat.html diakses pada 1 Maret 2014

b) http://zenyqq.wordpress.com/2012/12/28/makiyah-dan-madaniyah/ diakses pada 1 Maret

2014

c) http://alsofwah.or.id/?pilih=lihatquran&id=200 diakses pada 2 Maret 2014