pusat data dan informasi energi dan sumber daya
TRANSCRIPT
PUSAT DATA DAN INFORMASI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
MAKASAR, 18 OKTOBER 2010
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
OUTLINE
I. KONDISI DAN TANTANGAN SEKTOR ENERGI
II. PRINSIP KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL
III. KONSEP RENCANA UMUM ENERGI
IV. PENUTUP
2
Peran minyak bumi dalam bauran energi primer masih besar
Pemanfaatan EBT masih terlalu kecil
Keterbatasan Infrastruktur energi yang menyebabkan rendahnya akses mayarakat terhadap energi.
Penggunaan energi yang belum efisien
I. KONDISI DAN TANTANGAN ENERGI SAAT INI
25.1%
50.9%
20.0%
2.8% 1.20%
2009 *)
*) Data sementaraDiolah oleh Pusdatin ESDM
Peran minyak bumi dalambauran energi primer masihbesar
Pemanfaatan EBT masihterlalu kecil
Keterbatasan Infrastrukturenergi yang menyebabkanrendahnya akses mayarakatterhadap energi.
Penggunaan energi yang belum efisien
I. KONDISI DAN TANTANGAN ENERGI SAAT INI (lanjt..)
5%
95%
1990
Total Non Fosil
Total Fosil4%
96%
2009 *)
*) Data sementaraDiolah oleh Pusdatin ESDM
Peran minyak bumi dalambauran energi primer masihbesar
Pemanfaatan EBT masihterlalu kecil
Keterbatasan Infrastrukturenergi yang menyebabkanrendahnya akses mayarakatterhadap energi.
Penggunaan energi yang belum efisien
NAD
74,91%
North
Sum
69,32
%
West
Sum
68.72%
Riau + Kepri
54,66%
Sumse
l
49,80
%
Bengkulu
50.08%
Babel
72,45
%
Lampung
47,66%
Jakarta
100%
Banten
72,11%West
Java
64,95%
Jambi
48.85%
Jogya
79,64%
East
Java
71,08
%
Bali
74,42%
NTB
31.99
%
NTT
24.24
%
Kalbar
45,65%
Central
Kal
44,33%
South
Kal
71,39%
East
Kal
68,37
%Sulut
66,62%
Gorontalo
48,70%
Central
Sul
47,64%
Sultra
38,21%
South
Sul
54,90
%
North
Maluku
47,81%
Maluku
55,36%
Papua + Papua
Barat 32,05%
Category :
> 60 %
41 - 60 %
20 - 40 %
Rasio Elektrifikasi Nasional 65%*
I. KONDISI DAN TANTANGAN ENERGI SAAT INI (lanjt..)
Peran minyak bumi dalambauran energi primer masihbesar
Pemanfaatan EBT masihterlalu kecil
Keterbatasan Infrastrukturenergi yang menyebabkanrendahnya akses mayarakatterhadap energi.
Penggunaan energi yang belum efisien
1.841.69
1.36
1.161.05
0.73
0.47
0.260.17
0.10
(0.03)(0.12)
(0.50)
-
0.50
1.00
1.50
2.00
Sumber: Handbook of Energy & Economic Statistic in Japan 2008
I. KONDISI DAN TANTANGAN ENERGI SAAT INI (lanjt..)
Kehutanan 14%
Energi 6%
Sampah 6%
Melalui pengembangan energi baru terbarukan
dan pelaksanaan konservasi energi dari
seluruh sektor
Komitmen Presiden pada G-20 Pittsburgh dan COP15
Untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pada tahun 2020
26% 41%Upaya sendiri
Upaya sendiri dandukungan
internasional
KOMITMEN PADA PERUBAHAN IKLIM
I. KONDISI DAN TANTANGAN ENERGI SAAT INI (lanjt..)
II. PRINSIP KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL
KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL(Berdasarkan UU Energi No. 30 tahun 2007)
Peningkatan
Kegiatan
ekonomi
Ketahanan
Nasional
P E
R A
N E
N E
R G
I
KE
TA
HA
NA
N
EN
ER
GI
EKSPLORASI
PRODUKSI
KONSERVASI(OPTIMASI PRODUKSI)
SUBSIDI
LANGSUNG
DIVERSIFIKASI
KONSERVASI
(EFISIENSI)
SUPPLY SIDE
POLICY
DEMAND SIDE
POLICY
JAMINAN
PASOKAN
KESADARAN
MASYARAKAT
HARGA ENERGI
SH
IFT
ING
PA
RA
DIG
M
1. Tercapainya perubahan paradigma dalam memandang sumber daya
energi sebagai komoditas menjadi sumber daya energi sebagai
modal pembangunan;
2. Tercapainya optimalisasi pemanfaatan sumber daya energi yang
memberikan dampak berganda (multiplier effect) bagi pembangunan
ekonomi nasional;
3. Tercapainya bauran energi yang optimal, dengan adanya
peningkatan peran EBT.
4. Penerapan harga energi sesuai dengan nilai keekonomian
berkeadilan dan subsidi harga dihilangkan secara bertahap dan
menjadi nihil paling lambat pada tahun 2014;
5. Tercapainya penurunan intensitas energi final sebesar 1%/tahun.
6. Tercapainya peningkatan cadangan terbukti energi fosil dan non fosil;
7. Terwujudnya pembangunan infrastruktur energi yang mampu
memaksimalkan akses masyarakat terhadap energi;
8. Tercapainya peningkatan kemandirian pengelolaan energi,
penciptaan lapangan kerja, pengembangan kemampuan dan peranan
industri dan jasa energi dalam negeri;
PRINSIP DASAR KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL
Batubara; 34,6%
Gas Bumi; 20,6%
Minyak Bumi; 41,7%
EBT; 3,1%
Batubara; 33%
Gas Bumi; 30%
Minyak Bumi; 20%
EBT; 17%
Batubara; 32%
Gas Bumi; 23%
MinyakBumi; 20%
EBT; 25%
Batubara; 30,7%
Gas Bumi; 21,0%
Minyak Bumi; 43,9%
EBT; 4,4%
ARAH KEBIJAKAN ENERGI
EBT
Gas Bumi
Batubara
M. Bumi
21 %
30,7 %
43,9%
4,4 %
EBT
Gas Bumi
Batubara
M. Bumi
2010* 2015 2020
2025
KONSERVASI
ENERGI (37,25%)
DIV
ER
SIF
IKA
SI
EN
ER
GI
BAU**
Sumber: *DEN, **Blueprint PEN 2006-2025
PERPRES 5/2006 VISI 25/25
25 %
32 %
1131,3
SBM
20 %
23 %
41.7%
20,6%
34.6%
3,1%
5100
SBM
3200
SBM
3200
SBM
1982
1991
1995
2005
2006
KEBIJAKAN KONSERVASI
ENERGI
2007
Instruksi Presiden No. 9 Tahun 1982 tentang Konservasi Energi
Keputusan presiden No. 43 Tahun 1991 tentang Konservasi Energi (dicabut)
Rencana Induk Konservasi Energi Nasional Tahun 1995 dan revisinya Tahun 2005
Instruksi Presiden No. 10 Tahun 2005 tentang Penghematan Energi dan Peraturan MESDM No. 0031 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghematan Energi (dicabut)
Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi
Instruksi Presiden No. 2 Tahun 2008 tentang Penghematan Energi dan Air
2008
Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional
2009 Peraturan Pemerintah No.70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi
2002 Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI
Perlunya Pemerintah Daerah memasukkan SNI Konservasi Energi dalam proses Izin
Mendirikan Bangunan
“Sistem penghawaan dan pencahayaan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematanenergi dalam bangunan gedung”
Sebagai turunannya adalah PP No. 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.28/2002
Permen PU No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedungyang antara lain berisi “Persyaratan teknis sistem ventilasi, kebutuhan ventilasi harusmengikuti SNI 03-6390-2000 Konservasi Energi Sistem Tata Udara” dan “Persyaratanpencahayaan harus mengikuti SNI 03-6197-2000 tentang Konservasi Energi SistemPencahayaan pada Bangunan Gedung”
SNI Konservasi di Bangunan Gedung
SNI 03-6390-2000 Konservasi Energi Sistem Tata Udara pada Bangunan
Gedung
SNI 03-6197-2000 Konservasi Energi Sistem Pencahayaan pada Bangunan
Gedung
SNI 03-6389-2000 Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan
Gedung
SNI 03-6196-2000 Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung
UU NO. 28/2002
TENTANG BANGUNAN GEDUNG
Kebijakan Energi Baru Terbarukan … (1)
No Regulasi Deskripsi
1. Kebijaksanaan Umum BidangEnergi (KUBE)/KEN 2003-2020
Kebijakan Diversifikasi Energi mendorong PemanfaatanEnergi Baru Terbarukan
2. Perpres No. 5/2006 tentang
Kebijakan Energi Nasional
Energy mix yang optimal, Target EBT sebesar 17% pada tahun
2025
3. UU No. 30/2007 tentangEnergi
Mengatur penyediaan dan pemanfaatan energi secaraberkelanjutan;
Pemerintah dan pemerintah daerah berkewajibanmeningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan sesuaidengan kewenangannya.
Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan insentifuntuk pemanfaatan energi baru terbarukan sampai denganwaktu tertentu sampai tercapai keekonomiaannya.
4. UU No. 30/2009 tentang
Ketenagalistrikan
Memprioritas penggunaan energi terbarukan yang tersediasetempat untuk pembangkit listrik
Proses pembelian listrik dari energi baru terbarukan melaluipenunjukan langsung (tanpa lelang)
Kebijakan Energi Baru Terbarukan … (2)
No Regulasi Deskripsi
5. UU No. 27/2003 tentangPanas Bumi PP No. 59/2007 tentang
Kegiatan Usaha Pabum Permen 32/2009 tentang
harga Harga PatokanPembelian TL oleh PT. PLN (Persero) dari PLTP
Mengatur pengelolaan dan pengembangan sumber energipanas bumi untuk pemanfaatan langsung dan tidak langsung
Berdasarkan Peraturan Menteri No. 32/2009, harga patokantertinggi pembelian tenaga listrik dari pembangkit panasbumi sebesar US$ 9,70 cent/kWh.
6. Instruksi Presiden No. 1/2006 tentangPenyediaan danPemanfaatan BBN sebagaiBahan Bakar Lain
Permen 32 Tahun 2008 tentang Mandatory BBN
Menginstruksikan menteri-menteri terkait, gubernur danbupati/walikota untuk mengambil langkah-langkahpercepatan penyediaan dan pemanfaatan biofuel
Berdasarkan Peraturan Menteri No. 32/2008, menetapkanpentahapan kewajiban penggunaan biofuel (biodiesel, biooil, bioethanol). Target Biodiesel, Bioethanol dan Biooil padatahun 2025 masing-masing sebesar 20%, 15% dan 10%
Kebijakan Energi Baru Terbarukan … (3)
No Regulasi Deskripsi
7. Peraturan Menteri No. 31/2009 tentang HargaPembelian Tenaga Listrik olehPLN dari PLT yang Menggunakan EBT Skala Kecil dan Menengah ataukelebihakan tenaga listrik
Kepmen No. 1122K/30/ MEM/2002 (PSK Tersebar)
Permen No. 002/2006 (PSM ET)
PT. PLN berkewajiban membeli listrik dari pembangkityang menggunakan EBT skala kecil dan menengah dengankapasitas : ≤ 10 MW atau kelebihan tenaga listrik dariBUMN, BUMD, swasta, koperasi dan swadaya masyarakat
Harga: Rp. 656/kWh x f, jika terinterkoneksi padategangan menengah; Rp. 1,004/kWh x f, jikaterinterkoneksi pada tegangan rendah;
f = 1.0, 1.2, 1.3, 1.5 PT. PLN dapat membeli listrik dari pembangkit EBT dengan
harga melebihi ketentuan di atas berdasarkan HargaPerkiraan Sendri dan wajin mendapat persetujuan Menteri
8. Peraturan Menteri KeuanganNo. 21/PMK.011/2010 tentangPemberian Fasilitas Perpajakandan Kepabeanan untuk KegiatanPemanfaatan Sumber EBT
Pemberian fasilitas perpajakan untuk pengem-banganenergi terbarukan dalam bentuk: fasilitasi PPh; PPN; beamasuk dan pajak ditanggung Pemerintah.
III. KONSEP RENCANA UMUM ENERGI
Pendahuluan
1. Pengertian
Rencana Umum Energi adalah rencana pengelolaan energi untuk memenuhikebutuhan energi di suatu wilayah, antarwilayah, atau nasional [ps 1 angka 27].
2. Ruang Lingkup
Rencana Umum Energi terdiri atas :
a. Rencana Umum Energi Nasional (RUEN)
b. Rencana Umum Energi Daerah (RUED)
Landasan penyusunan RUEN (pasal 17)
- Pemerintah menyusun rancangan rencana umum energi nasional berdasarkan kebijakan energi nasional
- Dalam menyusun RUEN, pemerintah mengikutsertakan pemerintah daerah sertamemperhatikan pendapat dan masukan dari masyarakat
- Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan RUEN ditetapkan dengan PeraturanPresiden
Maksud dan Tujuan RUEN dan RUED (draft Pedoman RUEN)
• RUEN dimaksudkan sebagai acuan dan pedoman dalam pengelolaan energi di tingkat nasional yang bersifat lintas sektor, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri secara berkelanjutan, berkeadilan dan optimal dalam rangka mencapai ketahanan energi nasional.
• RUED dimaksudkan sebagai acuan dan pedoman dalam pengelolaan energi di tingkat daerah yang bersifat lintas sektor, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan energi di daerah secara berkelanjutan, berkeadilan dan optimal dalam rangka mencapai ketahanan energi daerah dan sesuai dengan tujuan pengelolaan energi secara nasional.
RUEN dan RUED disusun berdasarkan prinsip-prinsip pembangunanberkelanjutan dengan sasaran (draft pedoman RUEN):• tercapainya keamanan pasokan energi domestik dengan cara
pengalokasian energi untuk kebutuhan domestik (bahan baku danbahan bakar) dan ekspor serta pengalokasian energi per wilayahdengan tetap mengutamakan keberpihakan kepada masyarakat tidakmampu;
• tercapainya pemenuhan kebutuhan energi domestik (energi tersediadalam jumlah yang cukup);
• tercapainya nilai tambah ekonomi yang maksimal;• tercapainya pengelolaan, penyediaan dan pemanfaatan sumber
dayadan sumberenergi secara optimal, terpadu,efisiendanberkelanjutan;
• tercapainya pembangunan infrastruktur energi;• terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidup;• tercapainya kemandirian pengelolaan energi.
Format RUEN (draft pedoman RUEN)• Pendahuluan
Latar belakang, tujuan, dasar hukum, sasaran pengelolaan energi, kebijakan energi, dan lintassektor
• Metodologi Perencanaan Energi
Model,asumsi dan skenario
• Kondisi Energi Nasional
Kondisi energi saat ini dan yang diharapkan (potensi dan cadangan energi, konsumsi energifinal, bauran energi, infrastruktur)
• Proyeksi Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi per jenis, sektor, dan wilayah
• Proyeksi Penyediaan Energi
Energi per jenis, pasokan bahan bakar pembangkit, infrastruktur
• Cadangan Penyangga Energi Nasional
BBM, LPG, gasbumi/LNG, batubara, listrik (reservemargin)
• Neraca Energi Nasional
Arus energi mulai dari penyediaan pasokan energi,proses transformasi hingga konsumsi energi
• Strategi dan Program Implementasi (utama dan pendukung)
• Aspek Lingkungan
Emisi per jenis bahan bakar dan per kapita
• Biaya dan Pendanaan
Sumber pendanaan APBN dan NonAPBN yang sah
Format RUED (draft pedoman RUEN)• Pendahuluan
Latar belakang, tujuan, dasar hukum, sasaran pengelolaan energi, kebijakan energi
• Metodologi Perencanaan Energi
Model,asumsi dan skenario
• Kondisi Energi Daerah
Kondisi energi saat ini dan yang diharapkan (potensi dan cadangan energi, konsumsi energifinal, bauran energi, infrastruktur)
• Proyeksi Kebutuhan Energi Daerah
Kebutuhan energi per jenis, sektor, dan wilayah
• Proyeksi Penyediaan Energi Daerah
Energi per jenis, pasokan bahan bakar pembangkit, infrastruktur
• Strategi dan Program Implementasi (utama dan pendukung)
• Aspek Lingkungan
Emisi per jenis bahan bakar dan per kapita
• Biaya dan Pendanaan
Sumber pendanaan APBD dan NonAPBD yang sah
PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA
UMUM ENERGI NASIONAL
RUEN
23
KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL
KETERKAITAN KEN, PEDOMAN RUEN, RUEN DAN RUED
PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH
RUED
PEDOMAN PENYUSUNAN
RENCANA UMUM ENERGI
• Kebutuhan energi akan semakin tinggi untuk mengimbangi pertumbuhanpenduduk, membaiknya akses infrastruktur energi daerah danpeningkatan industri.
• Untuk menjamin keamanan pasokan energi di masa depan, perlu adanyapeningkatan peran daerah baik dalam penyediaan dan pemanfaatanenergi terbarukan maupun dalam peningkatan konservasi dan efisiensienergi.
• Koordinasi pusat dan daerah perlu terus ditingkatkan dalam rangkamenjamin keamanan pasokan energi untuk mendukung peningkatanpembangunan daerah.
IV. PENUTUP
www.esdm.go.id
TERIMA KASIH
KETAHANAN
ENERGI
• Kemampuan untuk merespon
dinamika perubahan energi
global (eksternal)
• Kemampuan untuk menjamin
ketersediaan energi dengan
harga yang wajar (internal)
KEMANDIRIAN ENERGI
KETAHANAN ENERGI vs KEMANDIRIAN ENERGI
KEMANDIRIAN ENERGI
1. Ketersediaan
Kemampuan untuk memberikan jaminan pasokan energi
(security of energy supply)
2. Aksesibilitas
Kemampuan untuk mendapatkan akses terhadap energi
(infrastructure availability)
3. Daya beli
Kemampuan untuk menjangkau harga (keekonomian)
energi (willingness to pay)
(Sumber: APERC & IEA)
ENERGI NON FOSIL SUMBER DAYA KAPASITAS TERPASANG
Tenaga Air 75.670 MW (e.q. 845 juta SBM) 4.200 MW
Panas Bumi 27.510 MW (e.q. 219 juta SBM) 1.052 MW
Mini/Micro Hydro 500 MW 86,1 MW
Biomass 49.810 MW 445 MW
Tenaga Surya 4,80 kWh/m2/hari 12,1 MW
Tenaga Angin 9.290 MW 1,1 MW
Uranium 3.000 MW (e.q. 24,112 ton) untuk 11 tahun*) 30 MW
*) Hanya di Kalan – Kalimantan Barat
CADANGAN DAN PRODUKSI ENERGI INDONESIA(2008)
ENERGI FOSIL SUMBER DAYA CADANGAN PRODUKSIRASIO
CAD/PROD(TAHUN)*)
Minyak Bumi 56,6 miliar barel 8,2 miliar barel**) 357 juta barel 23
Gas Bumi 334,5 TSCF 170 TSCF 2,7 TSCF 63
Batubara 104,8 miliar ton 18,8 miliar ton 229,2 juta ton 82
Coal Bed Methane (CBM) 453 TSCF - - -
*) Dengan asumsi tidak ada penemuan cadangan baru
**) Termasuk Blok Cepu
Sumber: Kementerian ESDM
PRODUKSI ENERGI FOSIL INDONESIA
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
rib
u b
oe
ph
Minyak Bumi Gas Bumi Batubara
Sumber: Kementerian ESDM
ERA MINYAK BUMI SUDAH BERLALU…..
Prediksi produksi minyak Indonesia (Metoda M. King Hubbert)
PRODUKSI MINYAK BUMI INDONESIA
Catatan :
1. 1995 – Mulai mengalami penurunan secara alamiah
2. 1997 – Krisis ekonomi (tidak ada investasi)
3. 1998 – s.d. 2001 : Terjadi empat kali ganti pemerintah
4. 2001 – Undang-undang Migas terbit, masuk Mahkamah Konstitusi s.d. 2004
5. 2004 – Pemilihan Umum
0.0
200.0
400.0
600.0
800.0
1,000.0
1,200.0
1,400.0
1,600.0
1,800.0
2,000.0
19
70
19
71
19
72
19
73
19
74
19
75
19
76
19
77
19
78
19
79
19
79
19
80
19
81
19
82
19
83
19
84
19
85
19
86
19
87
19
88
19
89
19
90
19
91
19
92
19
93
19
94
19
95
19
96
19
97
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
RIB
U B
PD
INDUSTRI MINYAK INDONESIA SUDAH 100 TAHUNSebagian besar lapangan minyak sudah tua (mature)
TIM TEKNIS ENERGI*)
MASYARAKAT INDUSTRI
•Menyediakan pandangan individu dan data serta informasi sektor yang diperlukan dalam penyusunan
skenario pengembangan energi di masa y.a.d
• Membahas isu-isu aktual dan menyediakan input bagi model dan asumsi
• Mendiskusikan tujuan dan implikasi skenario
•Memberikan rekomendasi skenario yang akan dianalisis
•Menyiapkan berbagai pemikiran-pemikiran baru atau terobosan
FORUM ENERGI DAERAH
•Kesamaan persepsi yang komprehensif terhadap permasalahan dan kemungkinan
perkembangan energi daerah di masa y.a.d
•Kesepakatan proyeksi skenario energi dan kebijakan, strategi serta program
pengembangan energi daerah
•Model ekonomi-energi terpadu
•Tenaga ahli ekonomi / teknologi dan
input untuk pembahasan
•Dukungan logistik
PEMERINTAH
Catatan:
*) Didukung oleh Perguruan Tinggi / lembaga penelitian setempat
STRUKTUR KEANGGOTAAN
FORUM ENERGI DAERAH
KEPUTUSAN GUBERNUR
FORUM ENERGI DAERAH
KETUA/WAKIL KETUA : UNSUR PEMERINTAH
DAERAH
ANGGOTA:
- WAKIL DARI PEMERINTAH DAERAH
- WAKIL DARI LEMBAGA DAN ORGANISASI NON-PEMDA
- WAKIL DARI AKADEMISI
- WAKIL DARI SWASTA (PRODUSEN)
- WAKIL DARI KONSUMEN
TIM TEKNIS ENERGI
FORUM ENERGI DAERAH• Menyelaraskan kebijakan pengelolaan energi dengan RUEN
• Mengembangkan program energi daerah yang terkait dengan strategi dan KEN
• Memfasilitasi pembentukan kemitraan antara masyarakat dan investasi swasta.
• Memfasilitasi tersedianya mekanisme pendanaan untuk proyek energi
• Meningkatkan keterjangkauan energi
• Mengkoordinasikan stakeholder dalam penyusunan kebijakan umum energi daerah
• Menyediakan rekomendasi kepada pemerintah daerah dalam pengembangan dan pemanfaatan energi
• Merumuskan program dan kebijakan pengembangan energi daerah terpadu
• Mengkoordinasikan program dan kebijakan energi yang akan dilaksanakan oleh lembaga terkait
LINGKUP KERJA FORUM ENERGI DAERAH DAN TIM TEKNIS
ENERGI
PEMERINTAH DAERAH PROPINSI
(RUED)
TIM TEKNIS ENERGI• Merumuskan rancangan RUED yang akan dibahas oleh Forum Energi Daerah.
• Merumuskan rancangan prioritas pembangunan energi dan prioritas pemanfaatan sumber daya energi yang
akan dibahas oleh Forum Energi Daerah.
• Merumuskan rancangan peraturan dan pedoman pengawasan pelaksanaan program pengembangan
pemanfaatan energi yang akan dibahas oleh Forum Energi Daerah.
• Penyediaan dana untuk mendukung keberlanjutan Forum Energi Daerah dan Tim Teknis Energi Daerah.
• Menjaga keberlanjutan kerja sama antara anggota Tim Teknis Energi Daerah yang berasal dari berbagai
lembaga
PERAN FORUM ENERGI DAERAH DALAM PENYUSUNAN RUED
• Menyediakan data dan Informasi yang diperlukandalam skenario pengembangan energi
• Membahas isu-isu aktual tentang energi danmemberikan asumsi-asumsi untuk pemodelanenergi.
• Membahas tujuan dan implikasi dari kebijakanenergi
• Memberikan rekomendasi tentang skenario energiyang akan dikaji
• Memberikan berbagai gagasan baru atau terobosandalam pengembangan energi