pungutan pajak perdagangan melalui elektronik...pungutan pajak perdagangan melalui elektronik...

100
PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : FUZZY KARTIKA CANDRA DEWI NIM : 11150480000097 P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 12-Jul-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK

(E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM

PERPAJAKAN DI INDONESIA

Skripsi

Diaajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

FUZZY KARTIKA CANDRA DEWI

NIM : 11150480000097

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

i

PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK

(E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM

PERPAJAKAN DI INDONESIA

Skripsi

Diaajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

FUZZY KARTIKA CANDRA DEWI

NIM : 11150480000097

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 3: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan
Page 4: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan
Page 5: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan
Page 6: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

v

ABSTRAK

Fuzzy Kartika Candra Dewi, NIM 11150480000097, REGULASI PAJAK

PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR

NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA,

Strata Satu (S1), Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis,

Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan perpajakan yang

berlaku di Indonesia terhadap e-commerce atau pelaku usaha e-commerce anatar

negara, secara khusus skripsi ini mencoba mendalami muata aturan hingga

harmonisasi regulasi dengan aturan yang berkaitan dengan e-commerce.

disamping itu skripsi ini juga mengupas secara khusus aturan yang dapat

dikenakan kepada pelaku usaha e-commerce, pengaturan pajaknya, kualifikasi

subjek pajaknya, dan objek pajak yang dapat ditarik dari pelaku usaha e-

commerce antar negara tersebut. Terkahir penulis juga mencoba mencari

urgensitas pemberlakuakn pajak diberbagai negara untuk mengatur pajak bagi

pelaku usaha e-commerce gunna menjadi perbandingan bagi pengaturan

kedepannya

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research)

melalui pendekatan perundang-undangan (statute approach). Penelitian ini

menggunakan metode pengumpulan data berupa studi pustaka. Melalui studi

pustaka peneliti mengumpulkan dokumen dan data untuk diolah menggunakan

metode analisis isi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Indonesia telah memiliki aturan secara

genera mengenai pajak untuk subjek pajak luar negeri, sehingga bila terdapat

pelaku usaha e-commerce antar negara yang memiliki sumber yang berasal dari

negara Indonesia maka pelaku usaha e-commerce antar negara tersebut dapat

dikatakan sebagai wajib pajak luar negeri dengan kualifikasi pasal 26 Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat

Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan, namum

keberadaan pajak penghasilan tersebut dapat berbenturan dengan pajak berganda

yang mengharuskan terdapatnya bentuk usaha tetap ( BUT) sebagai syarat

terbenttuknya perjanjian penghindaran pajak antar negara, dan pelaku usaha e-

commerce antar negara tidak memiliki BUT yang jelas sehingga pemungutan

pajaknya pun masih mengalami kendala dari regulasinya sendiri.

Kata Kunci : Pajak e-commerce, e-commerce antar negara

Pembimbing : M. Yasir S.H., M.H.

Daftar Pustaka : Tahun 1977 s.d Tahun 2019

Page 7: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan
Page 8: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan
Page 9: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

viii

DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN ....................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 10

D. Metode Penelitian ............................................................................ 10

E. Sistematika Penulisan ...................................................................... 13

BAB II : TINJUAN PUSTAKA PERPAJAKAN DAN PERDAGANGAN

MELALUI ELEKTRONIK ( E-COMMERCCE)

A. Kerangka Konseptual ...................................................................... 14

1. Pajak ......................................................................................... 15

2. E-Commerce ............................................................................. 23

B. Kerangka Teori ................................................................................ 26

1. Teori Keadilan .......................................................................... 27

2. Teori Kepastian Hukum ........................................................... 28

3. Teori Pungutan Pajak ............................................................... 28

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ............................................... 29

BAB III : REGULASI PAJAK UNTUK E-COMMERCE ANTAR NEGARA

MENURUT HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA

A. Sejarah hukum perpajakan di Indonesia ....................................... 32

B. Hakikat Dan Fungsi Pajak ............................................................ 35

1. Fungsi Pajak Bagi Pembangunan Perekonomian Negara ..... 36

2. Fungsi Pajak Bagi kemakmuran Rakyat ............................... 38

C. E-commecer Dalam Perspektif Hukum Di Indonesia. ................. 40

Page 10: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

ix

1. E-commecer Dalam Perspektif Hukum Perdata ....................... 42

2. E-commecer Dalam Perspektif Undang-Undang No. 11 Tahun

2008 yang telah dirubah dalam Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ........ 42

3. E-commecer Dalam Perspektif Undang-undang Nomor 7 Tahun

2014 Tentang Perdagangan. ..................................................... 43

4. E-commecer Dalam Perspektif Surat Edaran Direktur Jenderal

Pajak Nomor SE/62/PJ/2013 tentang Penegasan Ketentuan

Perpajakan Atas Transaksi e-Commerce .................................. 44

BAB VI : KEDUDUKAN PELAKU USAHA E-COMMERCE ANTAR

NEGARA DALAM HUKUM PERPAJAKAN INDONESIA

YAKNI HUKUM PAJAKPENGHASILAN

A. Pungutan pajak untuk Pelaku E-Commerce antar negara

berdasakan Hukum Islam ............................................................ 46

B. Keberlakuan asas hukum perpajakan di indonesia sebagai

landasan penarikan pajak untuk pelaku E -commerce antar

negara .......................................................................................... 49

C. Tax Treaty sebagai Upaya penhindaran pajak bergangan bagi

pelaku E-Commerce antar negara ............................................... 58

D. Bentuk Usaha Tetap Sebagai Syarat Dalam Pungutan Pajak

Untuk Pelaku E-Commerce Antar Negara .................................. 72

E. Sistem Pungutan pajak untuk E-commecer antar negara di negara

yang sudah sukses dalam pengimplementasiannya .................... 76

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 82

B. Rekomendasi ............................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 85

Page 11: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi zaman telah membuka celah bagi negara negara untuk saling

bekerjasama dalam membangun dan memajukan negara, hal inipun seiringan

dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih dengan keberadaan internet yang

dewasa ini merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, yang hal ini pula telah

mengubah pola prilaku para pelaku usaha dalam bertransaksi/ berdagang.

Kecanggihan teknologi ini semakin mengalami kopleksitas dalam kepastian

hukumnya, sehingga adanya kekosongan hukum untuk mengatur jalanya sirkulasi

transaksi dagang dalam E-Commerce ini.

Kehadiran dan kemajuan teknologi internet ini telah membuka celah bagi

para pengembanganya untuk membantu dan menyeselsaikan keluhan masyarakat

sehingga kehadiran internet ini sangat berguna dan tidak dapat ditutup atau dihindari

oleh negara Indonesia, dimana setiap negara pun mengalami hal yang sama,

kemajuan teknologi ini membuat banyak norma hukum yang sebelumya tidak ada

dibentuk agar kemajuan teknologi tersebut diatur oleh peraturan dan mempunyai

kepastian hukum yang dapat menjadi jamina bagi masyarakat dalam transksi

elektronik tersebut.

kehadiran internet ini berawal dari proyek riset yang disponsori oleh militer

Amerika Serikat pada tahun 1960 bernama ARPANET (Advanced Research

Projects Agency Network). Proyek ini dibentuk untuk membangun komunikasi yang

baik antar negara dan terdapatnya komunikasi yang baik dalam lingkup militer itu

sendiri.1 Dengan terdapatnya internet berbagai sektor saat ini, menjadikan dunia

tanpa batas baik dari segi komunikasi, perekonomian dan lainnya, yang paling

marak saat ini adalah dengan adanya internet telah mengubah sektor perekonomian

yang kian besar dan pesat mulai dengan banyaknya dibentuk berbagai kegiatan

dibidang finansial, investasi dan perdagangan secara global yang mampu ditembus

1 Suseno Sigit, Yurisdiksi Tindak Pidana Siber, (Bandung: Refika Aditama, 2012.) h.1

Page 12: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

2

oleh berbagai negara, untuk menciptakan persaingan usaha dan menyatukan

kegiatan ekonomi tanpa berlaku lagi batas antar negara.2

Dengan kehadiran internet telah mengubah pula pratik bisnis dengan melaui

internet yang sekaranf sering disebut dengan e-commerce. Kompleksitas yang

berbeda apabila E-commerce ini digunakan sebagai ajang perdagangan, dimana

karakteristik dari E-commerce dalam dunia perdagangan mempunyai sifat yang

bebeda dimana antar E-merchant ( pihak yang menwarkan barang atau jasa di

internet) dengan E-Costemer ( pihak yang memakai atau membeli barang atau jasa

melalui internet). E-commerce pada umumnya berlangsung secara paperless

transacsion ( transaksi tanpa menggunakan kertas), sehingga dalam transaksi

tersebut tidak menggunakan dokumen kertas melainkan menggunakan dokumen

elektronik.3

Indonesia selaku negara yang mengikuti dan tidak tertutup dari berbagai

kemajuan didunia telah disusupi dengan kemajuan dibidang bisnis. Dalam bidang

bisnis di Indonesia sendiri pun telah terpengaruh dengan kemajuan global yakni

penggunanan internet dalam transaksi jual beli. Perdagangan yang disebut sebagai E-

commerce itu sendiri telah merasuki bidang perdagangan yang bukan hanya merubah

pratik perdagangan namum pula telah merubah ekosistem keuangan negara saat ini.

Kalau dicermati bersama nilai transaksi bisnis e-commerce secara global telah

mencapai 1,25 triliun dolar AS pada tahun 2013. Wilayah regional Asia Tenggara

menjadi sebuah gambaran kesuksesan era modern. Telah diramalkan bahwa

kesuksesan dari penggunaan E-commerce pada tahun 2030 dapat mencapai 64% dan

dapat memakmuran kelas menengah yang terdapat di sekitar negara Asia.4

2 Hendra Halwani , EKonomi Internasional & Globalisasi Ekonomi , (Bandung, Widya

Padjajaran, 2009). h. 1

3 Tansah Rahmatullah, Analisis Yuridis Atas Perlakuan Pajak Terhadap Transaksi E-

Commerce, (Agustus, 2018), h. 3

4 Felicia-Moursalien, 10 Trends That Will Shape Southeast Asian E-Commerce In 2015 ,

https://www.techinasia.com/10-trends-shape-southeast-asian-ecommerce-2015, (Diakses 02 Desember

2018, Pukul 23. 15)

Page 13: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

3

Kalau dilihat dari perkembanganya, kemajuan teknolgi yang menjarah

sampai ke dalam perdaganagn merupakan kemajuan yang telah memberikan

kepuasaan dan kemudahaan bagi para penggunanya, dimana perusahaan seperti

Amazon dan London-based ASOS telah memperhitungkan Asia Tenggara seperti

Singapura, Thailand, dan Indonesia sebagai pertumbuhan pasar tercepat di Asia

Oleh karenanya hal ini vital untuk kemajuan bisnis agar dapat menyesuaikan

permintaan konsumen dan membuat kegiatan belanja menajdi lebih baik.5

Perlu diwajibkanya pajak terhadap para pelaku usaha dalam transaksi E-

commerce agar dapat membuahkan hasil yang dapat membantu perekonomian

negara, dikarenakan banyaknya transaksi yang dilakukan dalam teknologi tersebut

dan banyaknya E-commerce yang telah menjarah masuk dalam lingkup ruas pabean

negara Indonesia yang selayaknya memang harus dikenakan pajak. Bahkan pada

tahun 2018 ini saja perusahaan Alibaba telah berniat dan mempunyai rencana untuk

mengekspansi perusahaan mereka ke negara Indonesia untuk dijadikan pasar yang

sangat pesat bagi kemajuan dari perusahaan starup ini.6

Di Indonesia sediri pun, mayarakatnya telah menemukan kemudahan dan

kenyamanan konsumen dalam melakukan transaksi jual beli melalui e-commerce

(electronic commerce atau perdagangan elektronik), membuat transaksi

perdagangan konvensional turun secara signifikan. Data Pertumbuhan Nilai

Transaksi e-commerce di Indonesia menunjukkan pada tahun 2011 sebesar Rp13,5

triliun. Nilai tersebut terus merangkak naik menjadi Rp47 triliun pada tahun 2015,

Rp75 triliun pada tahun 2016, dan diproyeksikan pada tahun 2018 menjadi Rp102

triliun. Pun hal ini semakin diperkuat manakala penggunaan internet yang berada di

Indonesia mencapai 132.7 Juta.7 Hal ini tentu memberikan keuntungan bagi negara

5 Bruno Sidler,Asean Positions Itself As, Asia’s “Third Force”,

Http://Www.Acommerce.Asia/Asean-PositionsItself-As-Asias-Third-Force/,(Diakses02 Desember 2018,

Pukul 23. 15)

6 Sheji Ho10 e-commerce trends that will shape Southeast Asia in 2018 (Part 1),

https://technode.com/2018/01/02/10-e-commerce-trends-will-shape-southeast-asia-2018-part-1/, (Diakses

02 Desember 2018, Pukul 23. 15)

7 Jurnal Media Keuangan Transparansi Dan Kebijaka Fiskal, Kesetaraan Pajak Untuk E-

commerce, Volume XIII, 126 (Maret 2018). h 8 - 10

Page 14: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

4

manakala negara dapat memjadikan E-commerce menjadi objek serta subjek dari

perpajakan itu sendiri.

Direktorat Jendral Perpajakan telah memetakan empat model transaksi e-

commerce, yaitu Online Marketplace, Classified Ads, Daily Deals dan Online

Retail.8 Dalam keempat model transaksi e-commerce ini, terdapat suatu pembayaran

imbalan atau penghasilan karena jual-beli barang/atau jasa yang merupakan objek

pajak Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang akan

dikenakan pajak menurut aturan perpajakan yang berlaku. Karena kemajuan dari

teknologi ini tidak dapat dihindari, maka pengaturan yang baik agar kemajuan

tekonolgi ini dapat membantu negara maka diperlukanya pengaturan pajak yang

tepat bagi para pengguna teknologi ini.

Apabila kita telaah lebih lanjut bahwasanya terdapatnya beberapa sumber

penghasilan negara (Public Revenues), antara lain: 1. Kekayaan alam, 2 laba

pengusaha negara, 3. Royalti, 4. Retribusi, 5. Kontribusi, 6. Bea, 7. Cukai, 8. Denda,

9. Pajak.9. maka pantaslah manakala pengaturan lebih lanjut untuk pajak yang

diberlakukan bagi para pelaku usaha E-commerce harus diadakan, karena setiap

orang yang berkegiatan ekonomis yang mencapai pabean negara Indonesia harus

dikenakan pajak sesuai dengan asas sumber yang dianut oleh hukum perpajakan

Internasional.

Penetapan pajak untuk E-commerce merupakan hal yang sangat dibutuhkan

saat ini dikarenakan perkembangan E-commerce yang kian meningkat telah

mengubah pola perdagangan yang konvensional menjadi perdagangan melalui

internet atau media sosial, kalau dilihat secara data saja dalam transaksi E-commerce

melalui salah satu perusahaan E-commerce yakni Tokopedia saja terdapat 1,3 juta

merchant, dan Bukalapak mencapai 2,2 juta merchant10

yang apabila kita tarik

8 Chandra Budi, Menyasar Pajak Transaksi e-Commerce, (April 2014). h. 2

9 Safri Nurmantu, Pengantar Perpajakan, (Jakarta, Granit, 2005). h. 4

10

Jurnal Media Keuangan Transparansi Dan Kebijaka Fiskal , Kesetaraan Pajak Untuk E-

commerce, XII , 126 (Maret 2018). h. 10

Page 15: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

5

sebagai pemasukan negara berupa pajak baik PPh atau PPN maka hal ini merupakan

hal yang dapat menguntungkan untuk meningkatkan perekonomian negara.

Pajak memegang peranan yang sangat penting sebagai salah satu sumber

pendapatan negara, dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengatur kegiatan

ekonomi dan pajak berfungsi sebagai alat atau instrumen yang digunakan untuk

memasukan dana secara optimal ke dalam kas negara . dalam hal ini fungsi pajak

lebih diarahkan sebagai instrumen penarik dana dari masyarakat untuk dimasukan

ke dalam kas negara. Dana yang berasal dari pajak dipergunakan bagi

penyelenggaraan dan aktivitas pemerintahan.11

Menurut Prof. William Fox dan Donald Bruce dari Universitas Tennessee, e-

commerce telah menyebabkan dua kehilangan pajak sekaligus. Pertama, e-

commerce merupakan pengganti dan perluasan dari remote sales yang pajaknya

tidak pernah dikumpulkan. Kedua, e-commerce yang merupakan subtitusi atau

perluasan juga tidak terjangkau oleh peraturan pajak atau retribusi lokal, sekalipun

yang terbaru. Inilah yang ditunding mengapa banyak pemerintah melihat e-

commerce sebagai salah satu penyebab terbesar hilangnya penerimaan negara yang

amat signifikan.12

Keberadaan E-commerce pun dampak negatif dalam e-commerce

(aspek pajak terutama). Dampak paling signifikan adalah pengurangan dalam

pengumpulan pajak di Negara . oleh karenanya transaksi e-commerce harus dikenai

pajak karena pada akhirnya akan mengurangi penerimaan pajak negara13

Apabila pengenaan pajak untuk E-commerce dilakuakan dapat

meninngkatkan pemasukan pajak pada globalisasi zaman saat ini bagi negara,

sehingga diperlukanya pengenaan pajak untuk E-commerce baik lokal maupun antar

negara, karena pada prinsipnya kegiatan usaha atau perdagangan yang dilakukan

melaui E-commerce merupakan kegiatan perdaganan yang harus dikenakan pajak

11

Ali Chidir, Hukum Pajak Elementer, (Bandung , PT Eresco, 2007). h. 17

12

Al Adib Edi Susilo, Pajak Untuk E-Commerce, Edi Artikel, (12 Maret 2010).

13 Andrew, The Final Frontier, Journal of Accountancy, (Agutsus, 1999). h. 33-36

Page 16: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

6

sama dengan perdagangan konvensional lainya, pun tak adanya pajak khusus yang

didapatkan oleh para pedagang yang berdangan melalui E-commerce.14

Rochmat Soemitro telah menjelaskan bahwa pengenaan pajak kepada setiap

wajib pajak merupakan suatu bentuk tabungan masyarakat yang diberikan kepada

negara untuk diputar balik lagi kepada masyarakat dalam bentuk infrastruktur,

pelayanan pemerintahan dan lain sebagainya.15

Sehingga tentu pengenaan pajak

dalam bentuk transkasi E-commerece ini akan memberikan kemanfaatan yang

sebesar-besarnya pula bagi masyarakat luas karena, pajak yang kita berikan akan

dikemablikan oleh negara dalam bentuk infratruktur yang dapat memberikan

kesejahteraan bagi masyarakat.

Pemasukan negara berupa pajak pun mempunyai fungsi yang bukan hanya

untuk pemasukan pemerintahan namun pula dalam mengatur perekonomian negara

(Reguler End).16

Pengaturan perekonomian yang saat ini dibutuhkan oleh negara

akan teratasi manakala kita dapat menjadikan para pelaku usaha yang melakukan

transaksi menggunakan E-commrece menjadi salah satu subjek pajak baik dalam

negeri maupun luar negari yang dapat menjadi pemasukan negara secara masif

melalui kewajiban pajak itu sendiri.

Seiring dengan kemajuan teknologi dan semakin banyaknya perpindahan

perdagangan dari kovnesional ke perdagangan elektronik berdampak pada

pengurangan pemasukan negara yang berasal dari pajak. Sehingga pengkajian pun

dilakukan baik dari Diktorat Jendral Perpajak sendiri maupun Menteri Keuangan

dalam penetapan pajak seperti apakah yang pantas dikenakan untuk para pelaku E-

commerce terutama untuk para pelaku E-commerce yang tidak mempunyai BUT (

Bentuk Usaha Tetap) di indonesia namum telah berkegiatan ekonomis di Indonesia.

14

Nufransa Wira Sakti, Buku Pintar Pajak E-Commerce, (Jakarta : Visi Media, 2014). h. 72

15

Rochmat Soemitro, Pajak Dan Pembangunan, (Bandung : Eresco, 1988). h. 10

16

Soemarso S.R, Perpajakan Pendekatan Konperhensif, (Jakarta Selatan : Salemba Empat

2007). h. 4

Page 17: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

7

Apabila ditelaah secara umum, dimana suatu negara mempunyai hak dalam

pemajakan terhadapat setiap individu atau badan berdasarkan dua hal yakni

Personal Attachment atau keterkaitan suatu negara dengan subjek pajak dan

Terittorial Attachment atau keterkaitan suatu negara dengan teritorial dengan negara

tersebut.17

Maka secara implisit negara pula mempunyai hak kepada para pedagang

yang terdapat dalam E-commerce (E-Merchant) dalam menarik pajak terhadap

mereka maupun terhadap perusahaan E-commerce tersebut yang berkegiatan

ekonomis di Indonesia.

Pasal 26 Undang-Undang Nomor. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan

Keempat Atas Undang-Undang Nomor. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

telah memberikan penjelasan mengenai Subjek Pajak luar Negeri yang dapat

dikenakan pajak, Presiden Jokowi pada tanggal 21 Juli 2017 telah mengeluarkan

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 74 Tahun 2017 tentang Peta Jalan Sistem

Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (SPNBE) / Road Map e-commerce

Tahun 2017-2019. Perpres tersebut dikeluarkan dengan menggunakan pertimbangan

bahwa ekonomi berbasis elektronik mempunyai potensi ekonomi yang besar dan

merupakan salah satu tulang punggung perekonomian nasional. Terkait dengan jenis

pajak untuk e-commerce, Direktur Peraturan Perpajakan II (PP II), Yunirwansyah,

menjelaskan bahwa sebenarnya tidak ada jenis pajak baru. Dalam hal ini, penerapan

pajak e-commerce hanya akan melaksanakan ketentuan dalam peraturan yang telah

ada saat ini, yaitu Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan (KUP), Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh), Undang-Undang

Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun

2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau

Diperoleh wajib pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.18

Dimana dalam Lampiran Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-

62/PJ/2013 tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi E-Commerce

17

Wolfgang Schon, Person And Territories on the international Allocation Of Taxing Rights

,(VI , 2010). h. 544

18

Jurnal Media Keuangan Transparansi Dan Kebijaka Fiskal , Kesetaraan Pajak Untuk E-

commerce, XII , 126 (Maret 2018). h. 11

Page 18: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

8

ini memperinci dua jenis pajak yang dapat dibebankan kepada pelaku transaksi E-

Commerce, yaitu pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai. Penetapan pajak

untuk E-commerce pun menemukan polemik apakah memang Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Sebagai negara

yang masih mengkaji akan perpajakan untuk E-commerce perlulah negara Indonesia

berguru pada negara yang telah sukses dalam menentukan Pajak sampai pada tahap

pemungutan Pajak untuk E-commerce antar negara, seperti yang sudah sukses

memberlakukan pajak untuk e-commerce.19

Berdasarkan berbagai irisan pemikiran tersebut, peneliti akan meneliti dan

mengupas secara mendalam terkait bagaimanakah pengaturan pajak untuk E-

commerce antar negara. Dari hasil penelitian tersebut akan penulis paparkan dalam

sebuah skripsi yang berjudul, “PUNGUTAN PAJAK UNTUK E-COMMERCE

ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN”

B. Identifikasi Masalah,Pembatasan, Dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah

sebagai berikut:

a. Pancasila sebagai landasan ideologi bangsa telah menetapkan dalam sila ke 5

nya yakni keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, maka pengenaan pajak

untuk setiap wajib pajak harus ditegakan untuk menyetarakan setiap

orang/badan yang terkualifikasi sebagai wajib pajak.

b. Adanya transaksi melalui E-commerce ternyata telah berdampak pada

penurunan penghasilan negara bersumber dari pajak dikarenakan banyaknya

penjual konvensional yang beralih kepada perdagangan melalui elektronik.

c. Pengenaan pajak terhadap E-commerce antar negara menemui kesulitan

manakala dalam Undang-Undang Nomor. 36 Tahun 2008 Tentang

Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor. 7 Tahun 1983 Tentang

19

Resha Dwiayu Pangesti, Menguak Permasalahan Perpajakan E- Commerce Di Indonesia Dan

Solusi Pemecahannya, Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis Airlangga , 2, 1, (Surabaya 2017). h. 189

Page 19: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

9

Pajak Penghasilan mengharusnkan adanya BUT ( bentuk usaha tetap) agar

dapat dikenakan pajak.

d. Tercederainya asas sumber dalam perpajakan, dalam hal E-commerce antar

negara para subjek pajak tidak bertempat tinggal Di Indoensia namun

berkegiatan ekonomis di Indoensia yang dapat disebut sebagia subjek pajak

luar negeri.

e. Tercederainya asas Equality dimana dalam perpajakan perlunya kesetaraan

antara setiap pedagang yang memiliki hasik untuk dikenakan pajak sebagai

pemasukan untuk negara.

f. Adanya Pajak Berganda yang semakin mepersulit untuk memberikan pajak

atas penghasilan yang diperoleh dari subjek pajak luar negeri untuk

membayar pajak atas pengahasilan yang diterima dinegara indonesia.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta masalah yang berhasil diidentifikasi peneliti,

maka tampak begitu kompleksnya persoalan yang timbul terkait sistem integrasi

notifikasi merger. Untuk itu peneliti memberi batasan-batasan demi

mempertajam bahasan dalam penelitian ini, dimana skripsi ini berpijak pada

pengaturan pungutan pajak bagi para pelaku e-commerce antar negara yang

tidak memiliki BUT (bentuk usaha tetap) di Indonesia dan e-commerce dengan

model Online Marketplace. Sumber hukum yang digunakan skripsi ini yakni

Pasal 26 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang

Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak

Penghasilan.

3. Perumusan Masalah

Masalah utama yang menjadi fokus pembahasan dan penelitian terkait

dengan pengaturan hukum pajak pengahsilan terhadap pelaku usaha yang tidak

berdomisili di Indonesia atau asing. Untuk mempertegas masalah utama maka

akan dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana regulasi pungutan pajak penghasilan untuk pelaku E-commerce

antar negara berdasarkan hukum perpajakan di Indonesia?

b. Faktor- faktor apakah yang menghambat atau mempengaruhi pungutan

pajak untuk pelaku E-commerce antar negara di Indonesia?

Page 20: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

10

C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini peneliti mencoba

menggambarkan tujuan yang dapat dihasilkan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengaturan hukum pajak penghasilan kepada para pelaku

usaha E-Commerce antar negara.

b. Untuk mengetahui faktor yang menghambat atau mempengaruhi pungutan

pajak untuk pelaku pelaku E-commerce antar negara di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Selain tujuan yang ingin dicapai, tentunya peneliti berharap hasil penelitian ini

juga dapat memberi manfaat yang nyata untuk penyempurnaan aturan hukum

perpajakan di Indonesia. Adapun manfaat penelitian yang ingin dihadirkan peneliti

sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas khazanah keilmuan

dalam bidang hukum perpajakan, lebih spesifiknya terkait berbagai sistem

penetapan hukum perpajakan di Indonesia.

b. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini, besar harapan peneliti perumus undang-undang

ke depannya mendapat masukan yang berarti terkait bagaimana penetapan pajak

yang tepat untuk E-commerce antar negara yang dapat diaplikasikan dan

diundangkan di Indonesia.

D. Metode Penelitian

Jenis dan Pendekatan Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah

dengan jenis pendekatan penelitian yakni normatif-empiris dengan jenis penelitian

kualitatif, Objek penelitian yang dikaji peneliti terfokus pada literatur (kepustakaan)

berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, baik

dokumen cetak maupun elektronik serta berbagai hasil penelitian terdahulu yang

membahas persoalan terkait Hukum Perpajakan yakni Pajak Pengahsilan (PPh).

Sedangkan untuk pendekatan yang digunakan meliputi 2 jenis pendekatan, yakni;

Page 21: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

11

1. Jenis Pendekatan Penelitian

a. Pendekatan Perundang-undangan (statute approach), mengingat peneliti

berusaha menganalisis beberapa peraturan perundang-undangan sebagai

fokus penelitian, yakni Pasal 26 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

b. Pendekatan Konseptual (conceptual approach), mengingat peneliti berusaha

menemukan konsep yang sesuai dalam pengaturan terkait Hukum

Perpajakan Di Indoensia.

2. Data, Sumber Data, dan Metode Pengumpulan Data

Yang penulis gunakan dalam penelitian ini berupa informasi terkait Penetapan

hukum perpajakan yang digunakan di Indonesia, seperti pengaturan pajak

pengahasilan dalam penetapan pajak untuk E-commerce, kewajiban melakukan

pembayaran pajak ke negara mana apakah negara pembeli atau penjual, kepada

otoritas siapakah yang berhak menarik pajak, bagaimanakah perhitungan dalam

pemotongan pajak, bagaimanakah sistem atau alat yang digunakan dalam

pemotongan pajak.

Penelitian ini menggunakan sumber penelitian yang berdasarkan hukum

perpajakan yang berlaku di Indonesia. Informasi tersebut kemudian

dikelompokkan menjadi 2 (dua) sumber sebagai berikut:

a. Sumber Primer

Sumber primer dari penelitian ini yakni sejumlah undang-undang

yang berlaku di Indonesia, yakni Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 26.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yakni

sejumlah undang-undang, peraturan pelaksana (PP) yang berisi mekanisme

pelaksanaan undang-undang serta berupa dokumen yang berisi pedoman

pelaksana dan pengawasan pengawasan yang dikeluarkan oleh lembaga

resmi negara. Adapun sumber sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini

sebagai berikut:

Page 22: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

12

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi Dan Transaksi Elektronik

2) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor. 210/ PMK. 010/

2018 Tentang Perlakuan Perpajakan Atas Transaksi Perdagangan Melalui

Sistem Elekteonik ( E-Commerce )

3) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak

Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh

wajib pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

4) Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 74 Tahun 2017 tentang Peta Jalan

Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (SPNBE) / Road Map

e-commerce Tahun 2017-2019.

Selanjutnya peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa

observasi dan komunikasi. Melalui studi pustaka peneliti mengumpulkan

berbagai referensi terkait, baik dalam bentuk buku-buku, dokumen, media cetak

maupun elektronik yang memiliki relevansi dengan permasalahan yang sedang

diteliti.

3. Metode Analisis Data

Dari seluruh data yang didapatkan, penulis mengolah data dengan

mengklasifikasikan seluruh data ke dalam beberapa kategori tertentu

berdasarkan permasalahan yang dirumuskan secara induktif. Dari data tersebut

selanjutnya dianalisa secara yuridis untuk kemudian dikomparasikan dengan

data berupa muatan aturan hukum Pajak Penghasilan. Data yang diperoleh dari

Studi Kepustakaan kemudian diolah lebih lanjut menggunakan metode analisis

isi, yakni dengan cara memahami serta mengkonstruksi pemikiran baru untuk

menghasilkan gagasan-gagasan baru yang lebih konkrit.

4. Teknik Penulisan

Sedangkan teknik penyusunan dan penulisan skripsi ini berpedoman ada

buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan pada tahun 2017.

Page 23: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

13

E. Sistematika Penulisan

Untuk menjelaskan isi skripsi secara menyeluruh ke dalam penulisan yang

sistematis dan terstruktur maka pada skripsi ini penulis susun dengan sistematika

penulisan yang terdiri dari lima bab yaitu sebagai berikut:

BAB I : Berisi mengenai uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Dalam bab ini akan membahas tinjauan yang berisi teori-teori yang

digunakan untuk menganalisis dan menginterprestasikan data

penelitian. Kajian Pustaka ini diawali dengan pemaparan kerangka

konsep yang kemudian diikuti dengan pemaparan dari kerangka teori.

Kajian Pustaka yang baik akan membantu peneliti dalam merumuskan

hipotesis dari penelitian tersebut. Selain itu, juga terdapat review

(tinjauan ulang) hasil studi terdahulu pada sub bab kedua dari Bab II,

di mana peneliti menelusuri dan mendeskripsikan hasil

penelusurannya terhadap penelitian terdahulu yang serumpun.

BAB III : Dalam bab ini akan lebih mengupas sistem-sistem perpajakan yang

diterapkan di Indonesia baik dari aspek muatan regulasi maupun

keharmonisan aturan. Disamping itu juga membahas perkembangan

pengaturan perpajakan dalam lintasan sejarah.

BAB IV : Dalam bab ini akan memuat analisis dan interpretasi peneliti terkait

sistem perpajakan di Indonesia berikut analisis terhadap aturan

perpajakan di Indonesia dan Internasional. Bab ini juga membahas

persamaan dan perbedaan serta kelebihan dan kekurangan sistem

perpajakan berdasarkan hukum perpajakan di Indonesia.

BAB V : Bab ini berisikan kesimpulan dan rekomendasi atas temuan yang

diperoleh peneliti dari permasalahan yang diangkat pada penelitian

ini.

Page 24: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

14

BAB II

TINJUAN PUSTAKA PERPAJAKAN DAN PERDAGANGAN MELALUI

ELEKTRONIK ( E-COMMERCCE)

A. Kerangka Konseptual

Dalam pembahasan ini, akan diuraikan beberapa konsep terkait beberapa

istilah yang akan sering digunakan, sehingga dalam hal ini penulis mencoba

untuk memberikan berbagai kerangka konseptual dalam rangka

menyederhanakan pemahaman terhadap penelitian ini berupa :

1. Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara

untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk

public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public

investment.

2. Pajak penghasilan adalah jenis pajak yang dikenakan atas subjek pajak

dari penghasilan yang dihasilkan atau diperoleh melalui usaha yang

dilakukannya yang diberikan kepada Dirjen pajak pada tiap tahunya.1

3. Subjek pajak adalah orang/pihak yang dituju oleh undang-undang perpajakan

untuk dikenakan pajak.

4. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak

dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

5. Penerimaan Pajak adalah sumber penerimaan yang dapat diperoleh

secara terus-menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai

kebutuhan pemerintah serta kondisi masyarakat.2

6. E-Commerce adalah perdagangan elektronik atau e-dagang (Electronic

Commerce) yaitu penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang,

dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, www,

atau jaringan komputer lainnya. E-dagang dapat melibatkan transfer

1 Jamaluddin, Pengantar Perpajakan, (Makassar : Alauddin Press, 2011). h. 86

2 John Hutagaol, Perpajakan Isu-isu Kontemporer, (Jakarta: Graha Ilmu, 2007). h. 325

Page 25: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

15

dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori

otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis.

7. E-Commerce antar negara adalah perdagangan yang dilakukan melalui

internet yang dilakukan melalui crossborder atau dilintas negara.

8. E-merchant adalah pihak yang melakukan usaha jual beli baik barang

atau jasa dengan menggunakan internet

9. E-costemer adalah pihak yang melakukan pembelian kepada pihak yang

menawarkan barang atau jasa melalui internet.

Secara garis besar pajak telah diatur dan didefinisakn dan dijelaskan

secara rinci baik melalui perundang-udnagan dan menurut beberapa ahli

pajak, begitu pula dengan pengertian E-commerce sudah banyak buku yang

membahas mengenai transaksi E-commerce menurut perundang-undangan

atau menurut para ahli yang akan dijelasskan dibawah ini.

a. Pajak

1) Pengertian pajak Secara Normatif dan Menurut Para Ahli.

Pajak merupakan salah satu dari sekian pemasukan negara yang

dapat membantu pembangunan perekonomian negara, melalui pajak

secara tidak langsung masyarakat telah membantu negara dalam

membangun kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Dengan membayar

pajak maka masyarakat telah menabung agar terfasilitasisanya segala

kebutuhan mereka yang dapat mempermudah aktivitas mereka sendiri

sendiri.3

Wajib pajak mempunyai tertib wajib pajak berupa kepatuhan

wajib pajak yang harus dipatuhi oleh wajib pajak yang sadar bahwa

setiap penghasilan atas royalti yang mereka dapatkan mempunyai nilai

pajak yang harus dibayarkan kepada negara. Menurut Menurut Erard

dan Feinstein pengertian wajib pajak adalah rasa bersalah dan rasa malu

atas pendapatan yang mereka hasilkan guna memberikan keadilan

3 Muhammad Zain, Manajemen Perpajakan, ( Jakarta: Salemba Empat, 2008). h. 48

Page 26: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

16

beban pa jak yang mereka tanggung yang berpengaruh terhadap

kepuasaan pribadi atas pelayan publik yang di berikan4. Kepatuhan

wajib pajak yang dibebani kepada wajib pajak sendiri pun terkadang

masih memiliki kendala dan halangan berupa ketidakpatuhan wajib

pajak, yakni seorang wajib pajak yang tidak menjalankan kewajibanyan

untuk membayarkan pajak kepada negara sesuai dengan nominal yang

sudah ditentukan oleh negara yang tercantum didalam Undang-Undang

tentang perpajakan.

Apabila kita melihat dalam konteks yuridis makna ataupun arti

dari pajak itu sendiri sebagaimana yang terdapat dalam pasal 1 ayat

1 Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 pajak adalah kontribusi wajib

kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang–Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar–besarnya kemakmuran rakyat. Maka penafsiran

yang kita temukan adalah pajak merupakan kewajiban membayar

royalti atas pendapatan seseorang yang dipaksakan oleh negara kepada

orang tersebut yang wajib dibayarkan dengan jumlah yang sudah

ditentukan oleh Undang-Undang.

Banyak para ahli memberikan pengertian tentang pajak, adapun

pengertian pajak yang dikemukakan oleh Waluyo pengertian pajak

adalah sebagai berikut, Pajak adalah tagihan masyarakat kepada negara

(yang dipaksakan) yang terutang oleh pihak wajib pajak yang

membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang)

dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk

dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan

pemerintahan.5

4 Devano, Sony Dan Siti Kurnia Rahayu, Perpajakan Konsep, Teori, Dan Isu. ( Jakarta :

Kencana Prenada Media Grup, 2006). h. 111

5 Waluyo. Akuntansi Pajak (Jakarta : Salemba Empat, 2009). h. 2

Page 27: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

17

C. F. Bastable menyatakan pajak adalah a complusory

contribution of the wealth of a person or body of persons for the service

of the public powers6. Sedangkan menurut H. C Adams seorang

ekonom dan filsuf bangsa amerika merumuskan makna pajak adalah : a

contribution of the citizen to the support of the state7. Dari kedua

pengertian diatas baik C. F. Bastable ataupun H. C Adams sama-sama

memilki pengertian bahwa pajak merupakan kontribusi masyrakat

kepada negara untuk mendapatkan pelayana yang baik oleh negara.

Adapun menurut guru besar hukum pajak Universitas

Padjajaran, bandung yakni Prof. Dr. Rochmat Soemitro S.H.

mendefinisikan pajak sebagai berikut, pajak merupakan iuran atau

sumbangan kepada kas negara berupa peralihan kekayaan dari sektor

praktikulir ke sektor pemerintah berdasarkan undang-undang yang

dapat dipaksakan dengan tiada jasa timbal.8 Sedangkan menurut Prof

Dr. P.J.A Andiani merumuskan frasa pajak adalah iuran kepada

pemerintah dengan pemaksaan yang berbentuk hutang dengan tidak

mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan

berguna untuk membiyai segala bentuk pengeluaran negara yang

berhubungan dengan tugas negara untuk mensejahterkana rakyatnya9.

Dari kedua pendapat yang dipaparkan diatas terlihat jelas bahwa pajak

merupakan suatu bentuk iuran masyarakat terhadap negara guna

membantu pemerintah menjalankan fungsinya sebagai administrasi

publik yang melayani masyrakat yang dapat memberikan kesejahteraan

bagi rakyatnya.

6 C. F. Bastable, Public Finance, ( London, Macmillan And Co., 1993). h. 263

7 H. C Adams, The Science Of Finance, (New York, 1989). h. 302

8 Safri Nurmatu. Pengantar Perpajakan ( Jakarta : Granit, 2005). h. 12

9 R. Santoso Brotodiharjo S.H, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, ( Bandung, Eresco, 1989)

h. 2 .

Page 28: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

18

2) Subjek pajak Secara Umum.

a) Subjek Pajak Penghasilan

Dalam Undang-Undang Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan, telah

mendefiniskan bahwa subjek pajak adalah ketenuan mengenai siapa

saja yang diperintahkan oleh negara untuk membayar pajak atas

sebagaian pengahasilan yang diperolehnya.

Adapun pihak yang menjadi sasaran sebagi subjek pajak

adalah10

:

(1) Orang pribadi yaitu manusia yang masih hidup, yakni individu

yang dewasa yang sudah atau belum menikah dapat berupa

keluarga yang belum bercerai dan tidak terdapanya perjanjian

antara keduanya dengan perjanjian pisah harta.

(2) Badan yang terdiri dari sekumpulan orang atau modal yang

melakukan usaha, meliputi perseroan terbatas, perseoran

komandeter, yang modalnya terbagi atas saham-saham, perseroan

lainya,baik BUMN atau pun BUMD dan dapat pula dalam bentuk

koprasi, dana pensiun benbentuk PT, bentuk usaha tetap dan badan

lainya termasuk reksadana berbentuk PT, CV atau perseroan

komandeter yang modalnya terbagi atas saham

(3) Bentuk usaha tetap (BUT) Adalah bentuk usaha yang

dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di

Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari

183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua

belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat

kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan

kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:

10

Muda Markus, Perpajakan Indonesia Suatu Pengantar, ( Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama, 2005 ). h. 13-14

Page 29: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

19

(a) empat kedudukan manajemen;

(b) cabang perusahaan;

(c) kantor perwakilan;

(d) gedung kantor;

(e) pabrik;

(f) bengkel;

(g) gudang;

(h) ruang untuk promosi dan penjualan;

(i) pertambangan dan penggalian sumber alam;

(j) wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

(k) perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau

kehutanan;

(l) proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

(m) pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau

orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh)

hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan;

(n) orang atau badan yang bertindak selaku agen yang

kedudukannya tidak bebas;

(o) agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang

menerima premi asuransi atau menanggung risiko di

Indonesia; dan

(p) komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang

dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi

elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet.

(4) Dalam hukum perpajakan terdapatnya 2 subjek pajak yakni :

(a) Subjek pajak dalam negeri adalah:

A. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang

pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus

delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua

Page 30: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

20

belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun

pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk

bertempat tinggal di Indonesia;

B. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di

Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah

yang memenuhi kriteria:

1. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

2. pembiayaannya bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah;

3. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah; dan

4. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan

fungsional negara; dan

C. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan

menggantikan yang berhak.

(b) Subjek pajak luar negeri adalah:

A. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,

orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari

183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu

12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan

tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui

bentuk usaha tetap di Indonesia; dan

B. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,

orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari

183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu

12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan

tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat

menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia

Page 31: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

21

tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan

melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

b) Subjek Pajak Pertambahan Nilai.

Pajak pertambahan nilai (PPN) merupakan pajak tidak

langsung, artinya pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

dialihkan kepada orang lain atau pihak ketiga. pihak-pihak yang

mempunyai kewajiban memungut, menyetor, dan melaporkan PPN

terdiri atas11

:

(a) Pengusaha kena pajak (PKP) yang melakukan penyerahan

barang kena pajak/jasa kena pajak didalam daerah pabean dan

melakukan ekspor barang kena pajak berwujud/barang kena

pajak tidak berwujud/jasa kena pajak.

(b) Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai

pengusa kena pajak (PKP)

3) Objek Pajak Secara Umum.

Objek pajak adalah segala ketentuan yang telah diatur dalam

Undang-Undang sebagai bentuk legalitas dalam pungutan pajak.

Pengenanaan pajak atas suatu objek harus mempertimbangkan

kemaslahatan rakyat agar tidak terjadinya konflik sosial antara

pemerintah dengan masyarakat. Oleh karena itu penetuan objek pajak

dilakukan penelitian secara mendalam agar dapat menciptakan

kemanfaatan bagi megara maupun daerah yang memungut pajak.

a) Objek Pajak Penghasilan

Objek pajak penghasilan adalah pengahasilan, yaitu setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib

pajak, baik yang berasal dari Indoensia maupun dari luar negeri, yang

dapat digunakan atau dikonsumsi oleh wajib pajak tersebut berbentuk

11

Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi 6, Buku 2 ( Jakarta: Salemba Empat,

2011). h. 5

Page 32: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

22

fasilitas dari negara.12

dari pengertian diatas dapat ditarik bahwa objek

dari pajak adalah pengasilan atau upah yang diberikan oleh seseorang

kepada baik kepada pekerja maupun pelaku usaha.

Penghasilan sebagai objek pajak dapat diperoleh melalui Indonesia

maupun dari luar Indonesia, berdasarkan asal negara sumber

penghasilan tersebut didapat, maka objek pajak dapat menjadi 2 yakni

objek pajak dalam negeri dan objek pajak luar negeri, adapun objek

pajak dalam negeri adalah penghasilan yang diperoleh oleh pelaku usaha

atau pekerja termasuk BUT maupun subjek pajak luar negeri yang hasil

usahanya berasal dari Indonesia, sedangkan objek pajak luar negeri

yakni penghasilan yang diperoleh adalah penghasilan yang diperoleh

oleh pelaku usaha atau pekerja termasuk BUT yang berasal dari luar

Indonesia, pengahasilan yang sudah atau belum dipotong pajak di

tempat penghasilan tersebut didapat, tetap merupakan objek pajak

penghasilan di Indoensia13

.

b) Objek Pajak Pertambaha Nilai.

Objek pertambahan nilai merupakan satu diantara dua jenis pajak

yang diatur dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai. Selain

pajak pertambahan nilai terdapat pula pajak penjualan atas barang

mewah yang merupakan satu kesatuan dari pajak atas konsumsi dalam

negeri. Sekalipun mereka meupakan satu kesatuan namun secara objek

pajak pertambahan nilai dan pajak atas barang mewah mempunyai

objek yang berbeda.

Adapun objek pajak pertambahan nilai yang terdapat dalam Pasal 4

Ayat (1) Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 tentang Pajak

pertambahan nilai:

12

Eka An Aqimudin dan Marye Agung Kusuma, Solusi Bila Terjerat Kasus Bisnis,

(Jakarta : Raih Asa Sukses, 2010). h. 267

13

Djoko Muljono, Panduan Brevet Pajak Penghasila, ( Yogyakarta : Cv. Andi Offset,

2010). h. 11

Page 33: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

23

(1) Penyerahan barang kena pajak didalam daerah pabean yang

dilakukan oleh pengusaha

(2) Impro barang kena pajak

(3) Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan

oleh pengusaha

(4) Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah

pabean didalam daerah pabean

(5) Pemnfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean didalam daerah

pabean

(6) Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.

b. E-Commerce.

1) Pengertian E-Commerce Menurut Para Ahli

E-Commerce adalah proses hubungan dagang bisnis ke bisnis, untuk

memudahkan pembelian atau penjualan antar perusahaan-perusahaan, yang

dalam pembayaran terkadang menggunakan Online Processing Credit Card,

Money Transfer, atau Cash On Delivery jika alamat konsumen satu kota dengan

penjual. Sebagian orang berpikir bahwa ECommerce adalah shooping online,

belanja, atau membeli sesuatu di internet.Transaksi online hanyalah sebagian

kecil dari tujuan E-Commerce. Dikarenakan memang sebagain besar fungsi dari

pada E-Commerce itu sendiri adalah sarana untuk berbisnis.

Electronic Commerce (E-Commerce) adalah proses pembelian,

penjualan atau pertukaran produk, jasa dan informasi melalui jaringan

komputer. E-Commerce merupakan bagian dari e-business, di mana

cakupan e-business lebih luas, tidak hanya sekedar perniagaan tetapi

mencakup juga pengkolaborasian mitra bisnis, pelayanan nasabah,

lowongan pekerjaan dll. Selain teknologi jaringan www, E-Commerce

juga memerlukan teknologi basis data atau pangkalan data (database), e-

surat atau surat elektronik (e-mail), dan bentuk teknologi non komputer

Page 34: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

24

yang lain seperti halnya sistem pengiriman barang, dan alat pembayaran

untuk E-Commerce ini.14

Menurut para Ahli yakni turban dan kawan-kawan yang memaknai E-

Commerce ialah proses jual beli atau tukar menukar produk,jasa atau informasi

melalui komputer15

. Sedangkan Laudon memberikan definisi E-Commerce

adalah transaksi bisnis yang dilakukan melalui internet atau web atau transaksi

perdagangan yang dilakukan melalui alat digital antar organisasi dengan

organisasi atau dengan individu atau antar individu itu sendiri.16

Dari kedua

definisi diatas dapat kita tarik bahwa E-Commerce merupakan suatu kegiatan

jual beli atau tukar menukan barang yang dilakukan secara tidak langsung atau

tidak bertatap muka, namun digunakan dengan menggunakan internet atau alat

digital lainya.

Menurut Kotler & Amstrong E-Commerce adalah saluran online

yang dapat dijangkau seseorang melalui alat elektronik seperti komputer

atau handphone, yang digunakan oleh penjual dalam melakukan usahanya

dan digunakan konsumen untuk mendapatkan informasi dengan

menggunakan jasa internet yang dalam prosesnya diawali dengan

memberi jasa informasi pada konsumen dalam menentukan pilihan17

.

Sedangkan menurut Jony Wong E-Commerce adalah proses jual beli dan

memasarkan barang serta jasa melalui sistem elektronik, seperti radio,

televisi dan jaringan komputer atau internet18

. Dari kedua pengertian

tersebut maka dapat ditarik kesimpulan kembali bahwa E-Commerce

14

Ripah Karyatiningsih, Penerapan E-Commerce dalam Menunjang Strategi Bisnis

Perusahaan Kasus di PT. Cheil Jedang Superfeed (CJS), Makalah, Program Pasca Sarjana

Manajemen dan Bisnis ITB, Bogor, 2011, hlm. 3

15

Turban, Efrain, Linda Volonino, Information Technology for Management, Asia, 7th

Edition John Willey & Sons, 2010).h. 46

16

Laudon, K, & J.P. Laudon, Management Informtaion System: Managing the Digital

Firm, ( New York : 11th edition. New Jersey: Prentice Hall , 2010). h. 8

17

Kotler, Philip, dan Gary Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta : Erlangga

2012).

18

Jony Wong, Internet Marketing for Beginners,(Jakarta : Elex Media Komputindo,

2010).

Page 35: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

25

merupakan situs yang digunakan seseorang dalam melakukan transaksi

jual beli yang dilakukan didunia maya, tanpa bertemu secara langsung.

2) Karakteristik E-Commerce.

Berbeda dari perdangan biasa E-Commerce mempunyai beberapa

karakteristik, Adapun karakteristiknya adalah19

:

(a) Transaksi Tanpa Batas.

Yang dimaksudkan oleh transaksi tanpa batas yakni, perdagangan

yang dilakukan melalui E-Commerce tidak terhalangi oleh

perusahaan dan dapat mencakup segala aspek perusahan dari usaha

kecil hingga usaha besar sekali pun, bahkan perdagangan melalui E-

Commerce tidak terhalangi dengan batas negara, setiap orang dengan

bebas berbelanja hanya dengan menggunakan internet sampai ke luar

Indonesia.

(b) Transkasi Anonim.

Maksud dari transaksi anonim adalah transaksi yang dilakukan tanpa

adanya pertemuan antara penjual dan pembeli secara langsung atau

tanpa tatap muka, bahkan pembeli tidak memerlukan identitas asli

selama pembayaran telah diotoritas.

(c) Produk Digital Dan Non Digital

Dengan menggunakan E-Commerce produk yang akan ditawarkan

beragam, mualai dari kebutuhan rpimer hingga kebutuhan sekunder.

(d) Produk Barang Tak Berwujud

Segala bentuk barang seperti data, software atau ide-ide lainya pun

juga dalam dijual secara online atau dalam jaringa.

3) Empat model transaksi E-Commerce20

:

(a) Online Marketplace adalah kegiatan menyediakan tempat kegiatan

usaha berupa toko internet sebagai Online Marketplace Merchant

19

Rintho Rante Renung, E-commerce Menciptakan Daya Saing Melalui Teknologi

Informasi, ( Sleman : CV Budi Utama, 2012). h. 19-20

20

Jurnal Chandra Budi, “Menyasar Pajak Transaksi e-Commerce”, (April 2014). hlm 2

Page 36: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

26

untuk menjual barang dan/atau jasa. Dalam model transaksi ini, ada

imbalan, dalam bentuk rent fee atau registration fee, atas jasa

penyediaan tempat dan/atau waktu. Berikut contoh dari transakasi ini

adalah tokopedia, bukalapak, shoope, dll.

(b) E-Commerce Classif ied Ads adalah kegiatan menyediakan tempat

dan/atau waktu untuk memajang iklan barang dan/atau jasa yang

dilakukan oleh pengiklan melalui situs yang disediakan oleh

Penyelenggaran Classified Ads. Berikut contoh dari transakasi ini

adalah Olx, Kaskus dll.

(c) Daily Deals adalah kegiatan menjual barang dan/atau jasa yang

dilakukan secara langsung oleh penyelenggara Daily Deals kepada

pembeli di situs Daily Deals dengan menggunakan vocher pembeli.

Berikut contoh dari transakasi ini adalah allians, adira, alfaonline dll.

(d) Online Retail adalah kegiatan menjual barang dan/atau jasa yang

dilakukan secara langsung oleh penyelenggara Online Retail kepada

pembeli di situs Online Retail. Berikut contoh dari transakasi ini

adalah lakupon dan dealgoing.

B. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan pemikiran atau butir-butir pendapat, teori,

skripsi, mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang dapat

dijadikan sebagai bahan perbandingan, pandangan teoritis, yang mungkin ia

setujui atau pun tidak di setujuinya dan ini merupakan masukan eksternal bagi

pembaca.21

Di dalam penelitian diperlukan adanya kerangka teoritis sebagaimana yang

dikemukakan oleh Ronny H. Soemitro bahwa untuk memberikan landasan

yang mantap pada umumnya setiap penelitian haruslah selalu disertai dengan

pemikiran-pemikiran teoritis.22

Sejalan dengan Kaelan M,S dimana

21

Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, (Bandung : Mandar Maju, 1994), h. 80

22

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia, 1982), h. 37

Page 37: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

27

menurutnya landasan teori pada suatu penelitian merupakan dasar-dasar

operasional penelitian. Landasan teori dalam suatu penelitian adalah bersifat

strategis artinya memberikan realisasi pelaksanaan penelitian.23

1. Teori keadilan

Dalam pungutan pajak untuk pelaku E-Commerce antar negara

pelaku usaha tidak berdomisili di Indonesia namun berkegiatan ekonomis

dinegara Indonesia, maka secara hukum setiap orang yang berkegiatan

ekonomis atau berpenghasilan dari suatu negara maka orang tersebut

berhak pengenaan pajak atasnya. Hal ini merupakan wujud dari persamaan

dimata hukum, Hal ini guna memberikan keadilan bagi pelaku usaha

dalam negeri maupun luar negeri.

Penegakan keadilan bagi para pelaku usaha baik dalam negeri

maupun luar negeri sudah selayaknya ditegakan demi terwujudnya Equalty

before the law yang berbasiskan keadilan, hal ini sesuai dengan teroi

keadilan yang diungkapkan oleh Aristoteles ialah perlakuan yang sama

bagi mereka yang sederajat di depan hukum, tetap menjadi urusan tatanan

politik untuk menentukan siapa yang harus diperlakukan sama atau

sebaliknya.24

Pungutan pajak yang dikenakan terhadap pelaku usaha asing melalui

transaksi E-Commerce memang belum diatur secara konperhensif dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang

Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang

Pajak Penghasilan, namun demi menjaga keutuhan bangsa melalui

pemenuhan akan keadilan maka diperlukan pemajakan atas kegiatan

ekomonis yang dilakukan para pelaku usaha asing ini.

23

Kaelan M.S, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat (Paradigma Bagi

Pengembangan Penelitian Indiplisiner Bidang Filsafat, Budaya, Sosial, Semiotika, Sastra, Hukum,

Dan Seni), (Yogyakarta: Paradigma, 2005), h. 239

24

Lawrence. M. Friedman, American Law an Introduction, Terjemahan Wisma Bhakti,

(Jakarta: PT. Tata Nusa, 2001), h. 4

Page 38: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

28

2. Teori kepastian Hukum

Demi mencapai sebuah keadilan yang dapat dirasakan tentu

diperlukanya sebuah norma hukum yang dapat mengatur jalannya proses

penegakan hukum, aturan hukum yang ada saat ini belum mengatur secara

komperhensif mengenai pungutan pajak untuk pelaku E-Commerce antar

negara, ketiadaan norma hukum ini telah berpengaruh pada berkurangnya

kepastian hukum yang dirasakan bagi pelaku usaha E-Commerce antar

negara dan bagi penegak pajak di Indonesia, dalam teori kepastian hukum

yang diungkapkan oleh Utrecht menurutnya kepastian hukum mengandung

dua pengertian, yaitu pertama, terdapatnya sebuah aturan yang bersifat

umum yang dapat membuat setiap orang mengetahui perbuatan apa yang

boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan hukum bagi

setiap orang dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan

yang bersifat umum itu setiap orang dapat mengetahui apa saja yang boleh

dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap setiap orang.25

3. Teori Pungutan Pajak

teori mengenai pembenaran pemungutan pajak menurut Erly Suandy

terdapat beberapa teori tentang pungutan pajak antara lain26

:

a. Teori Asuransi, Negara dalam melaksanakan tugasnya, mencakup pula

tugas melindungi jiwa raga dan harta benda perseorangan. Oleh sebab

itu, Negara disamakan dengan perusahaan asuransi, untuk mendapat

perlindungan warga Negara membayar pajak sebagai premi. Teori ini

sudah lama ditinggalkan dan sekarang praktis tiada ada pembelanya lagi,

sebab selain perbandingan ini tidak cocok dengan kenyataan, yakni jika

orang misalnya meninggal, kecelakaan atau kehilangan, Negara tidak

akan mengganti rugi seperti halnya dalam asuransi. Di samping itu,

tidak ada hubungan langsung antara pembayaran pajak dengan nilai

perlindungannya terhadap pembayar pajak.

25

Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, ( Bandung : Citra Aditya Bakti,

1999 ). h. 23

26

Erly Suandy, Hukum Pajak Edisi 5 , ( Jakarta: Salemba Empat, 2011). h. 26

Page 39: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

29

b. Teori Kepentingan Menurut teori ini pembayaran pajak mempunyai

hubungan dengan kepentingan individu yang diperoleh dari pekerjaan

Negara. Makin banyak individu mengenyam atau menikmati jasa dari

pekerjaan pemerintah, makin besar juga pajaknya. Teori ni meskipun

masih berlaku pada retribusi sukar pula dipertahankan, sebab seorang

miskin dan penganggur yang memperoleh bantuan dari pemerintah

menikmati banyak sekali jasa dari pekerjaan Negara, tetapi mereka

justru tidak membayar pajak.

c. Teori Kewajiban Mutlak atau Teori Bakti Teori ini didasari paham

organisasi Negara (organische staatsleer) yang mengajarkan bahwa

Negara sebagai organisasi mempunyai tugas untuk menyelenggarakan

kepentingan umum. Negara harus mengambil tindakan atau keputusan

yang diperlukan termasuk keputusan di bidang pajak. Dengan sifat

seperti itu maka Negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak

dan rakyat harus membayar pajak sebagai tanda baktinya. Menurut teori

ini dasar 18 hukum pajak terletak pada hubungan antara rakyat dengan

Negara, dimana Negara berhak memungut pajak dan rakyat

berkewajiban membayar pajak.

d. Teori Daya Beli Teori ini adalah teori modern, teori ini tidak

mempersoalkan asal mulanya Negara memungut pajak melainkan

banyak melihat kepada “efeknya” dan memandang efek yang baik itu

sebagai dasar keadilannya.

C. Tinjauan (Review ) Kajian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan peneliti, penelitian tentang

penetapan hukum perpajakan untuk E-Commerce sudah pernah dilakukan

oleh sejumlah kalangan, namun penelitian-penelitian tersebut memiliki

perbedaan fokus penelitian dengan skripsi peneliti. Adapun sejumlah

penelitian yang ditemukan peneliti sebagai berikut:

1. Andi Tenri Ajeng dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum

Perjanjian Jual-Beli Melalui E-Commerce (Fakultas Syari’ah Dan

Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 2017)” yang

Page 40: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

30

membahas tentang apakah dalam jual beli yang dilakukan melalui E-

Commerce sesuai dengan akad perjanjian pada perdagangan kovensional

biasanya yang tertera dalam KUHPerdata pasal 1320. Skripsi ini

terfokus dalam meneliti mengenai Tinjauan Hukum dalam perjanjian

jual-beli melalui E-Commerce. yang memiliki persamaan dimana kami

sama-sama membahas mengenai transaksi yang dilakuakn melaui E-

Commerce, dan yang membedakan dengan penelitian peneliti yang

lebih terfokus pada pengaturan pajak untuk pelaku E-Commerce antar

negara.

2. Mellisa Rahmaini Lubis dalam skripsinya yang berjudul “Kebijakan

Pengaturan Pajak Penghasilan Dan Pajak Pertambahan Nilai Terhadap

Transaksi E-Commerce (Fakultas Hukum Universitas Lampung Bandar

Lampung 2017)” yang membahas tentang kebijakan penetapan pajak

yang dilakukan di Indonesia berupa PPh dan PPn yang diperuntukan

untuk E-Commerce di indonesia. Persamaan penelitian kami yakni, kami

sama-sama membahas tentang pengenaan pajak untuk E-Commerce, dan

yang membedakan dengan skripsi penelitian peneliti yang terfokus pada

tinjauan yuridis Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 26 yang dapat dijadikan

acuan untuk diberlakukan bagi E-Commerce antar negara

3. Nufransa Wira Sakti dalam bukunya yang berjudul “Buku Pintar Pajak

E-Commerce” Jakarta, Visimedia, 2014, buku ini membahas tentang

kompleksitas E-Commerce dalam aturan pajak yang berlaku. Persamaan

penelitian kami adalah kami sama-sama membahas tentang pajak untuk

E-Commerce dan yang membedakan dengan penelitian peneliti yang

lebih membahas pelaku usaha dalam transaksi E-Commerce yang sesuai

pada pasal 26 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan tentang subjek pajak luar negeri.

Page 41: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

31

4. Resha Dwiayu Pangesti dalam jurnalnya yang berjudul “Menguak

Permasalahan Perpajakan E- Commerce Di Indonesia Dan Solusi

Pemecahannya ( Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 2017)” yang

terfokus pada permasalahan hukum perpajakan atas kehadiran E-

Commerce dalam bentuk pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai

secara luas. Persamaan penelitian kami yakni kami sama-sama

membahas mengenai ketentuan hukum pajak yang berlaku bagi E-

Commerce. dan yang membedakan dengan penelitian peneliti yang lebih

terfokus pada pasal 26 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36

Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan tentang subjek pajak

luar negeri dan transaksi yang dilakukan melalui E-Commerce antar

negara.

5. Emma Rosalina Wati dalam Jurnalnya yang berjudul “ Analisis Pajak

Penghasilan Atas Transaksi E-Commerce Di Kabupaten Gersik (

Faktultas Ekonomi Bisnis Universitas Muhammadiyah Gersik)” yang

terfokus pada pembahasan tentang hukum Pajak penghasilan untuk E-

Commerce yang berda digersik. Persamaan penelitian kami yakni, kami

sama-sama membahas tentang pengaturan pajak yang berada dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang

Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1983 Tentang Pajak Penghasilan. berbeda dengan peneliti yang

membahas pajak penghasilan untuk pelaku E-Commerce antar negara

yang terfokus pada pasal 26 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

Page 42: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

32

BAB III

REGULASI PAJAK UNTUK E-COMMERCE ANTAR NEGARA

MENURUT HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA

A. Sejarah Hukum Perpajakan di Indonesia

Pada masa kerajaan dahulu pemungutan pajak di hasilkan melalui upeti

yaitu pemberian secara cuma-cuma yang dilakukan oleh rakyat kepada

seorang raja selaku penguasa wilayah, namun dalam perkembanganya, upeti

yang hanya bersifat sukarela menjadi suatu kewajiban yang diberikan rakya

kepada penguasa.

Di Indonesia sendiri pajak mulai dikenal sejak abad ke-19 bersamaan

dengan pengenaan pajak yang berada di negeri Belanda berdasarkan asas

kondordasi.1 Begitu pula dengan perkembangan hukumnya berbagai cara dan

upaya dilakukan untuk memodifikasi hukum pajak melalui berbagai peraturan

perundang-undangan, yang berdasarkan sejarah dapat dibagi menjadi : masa

penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, masa kemerdekaan Republik

Indoensia. Yang akan diuraikan sebagai berikut :

1. Masa Penjajahan Belanda.

Pada masa ini, sistem perpajakan berfungsi sebagai pemasukan

keuangan (budgeter) untuk keperluan penjajahan di negeri belanda,

dengan membentuk ordinatie atau ordonansi ( peraturan perundang-

undangan pemerintah atau surat ketetapan pemerintah) ordinatie dibuat

oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda bersama Volkstraad atau dewan

rakyat Hindia-Belanda, sebagai lembaga lesgislatif tertinggi pada zaman

penjajahan di Indoensia kala itu.

Pada zaman tersebut pajak ditarik dari rakyat untuk kepentingan

pembangunan negeara Belanda yang menggunakan sistem pungutan pajak

1Konkordasi adalah asas yang melandasi untuk diberilakukannya hukum Eropa atau Hukum Belanda pada masa itu untuk diberlakukan juga kepada bangsa atau pribumi Indoensia, sehingga Hukum Eropa yang diberlakukan Kepada pihak belanda pada masa penjajahan diberlakukan pula kepada rakyat indoensia. Jonaedi Effendi, Kamus Istilah Hukum Populer , Cet. Ke-I, ( Jakarta, Predana Media Group, 2016). h. 237-238

Page 43: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

33

berupa (official assestment system) yang berarti meletakan dasar kekuatan

administrasi pemungutan pajak melalui penetapan secara sepihak yang

dilakukan oleh pemerintah, adapun kelemahan sistem ini adalah wajib

pajak tidak diberikan kepercayaan sama seklai dalam perhitungan utang

pajak, namun sebaliknya aparat penegak hukumlah yang dapat

melakukan perhitungan pajak, sehingga sistem ini dapat merugikan para

wajib pajak.

2. Masa Penjajahan Jepang.

Pada zaman penjajahan jepang yang singkat, pada masa itu tidak

dapat mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan kecuali

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1942 tentang Undang-Undang

Balatentara Jepang (Osamu Sirai) yang bersisi peraturan perundnag-

undnagan yang tidak melanggar atau bertentangan dengan kekuasaan

militer Jepang2, sebagai dasar masa transisi hukum dibawah pemerintahan

Jepang yang berlaku di wilayah jawa dan madura.

Masa penjajahan yang relatif singkat membuat pada masa tersebut

tidak terjadi perombakan hukum yang sangat signifikan, karena militer

jepang saat itu sangat berorientassi pada kemenangan perang melawan

sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Karena tidak banyak

melakukan perubahan maka lembaga/ instansi yang memungut pajak dan

peraturan hukum dibidangperpajakan seperti, sistem pajak sewa tanah

yang dahulunya berada di tangan belanda diambil alih dan diubah

namnaya menjadi pajak tanah (1942), kemudian ordonansi pajak

pendapatan diganti menjadi “pajak perang”(Oorlogsbelasting) atau pajak

peralihan 1944 (Overgangsbelasting 1944).3

2 C.S.T. Kansil Dan Christine S. T. Kansil, Sejarah Hukum Di Indoensia, Cet. Ke-2, (

Jakarta : PT Suara Harapan Bangsa, 2016). h. 170 3 M. Faruq, Hukum Pajak DI Indoensia Suatu Pengantar Ilmu Hukum Terapan Di Bidang

Perpajakan, ( Jakarta, Kencana, 2018). h. 23-24

Page 44: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

34

3. Masa Kemerdekaan Republik Indoensia

Awal kemerdekaan undang-undang perpajakan yang diterapkan di

Negara Indoensia adalah undang-undang pada zaman kolonial belanda

dengan menerapkan asas konkordasi, oleh karenya perpajakan saat itu

menggunakan sistem official assesment , dan ketentuan pajak materiil dan

formil diatur dalam satu undang-undnag, kecuali undang-undang

penagihan pajak dan peradilan pajak.

Pada tahun 1945-1960 mulailah diterapkannya berbagai peraturan

perundnag-undnagan perpajakan berdasarkan ketentuan pajak yang

berada di Republik Indonesia. Pada tahun 1960-1980 setidaknya terdapat

tiga kebijakan perpajakan. Pertama, pemungutan pajak dengan sistem

ofiicial assesment diubah menjadi self assasment system untuk

pemungutan pajak berupa pajak perseroan, pajak pendapatan dan paka

kekayaan yang terkenal dengan MPS-MPO. MPS adalah menghitung

pajak sendiri sedangkan MPO adalah menghitung pajak orang lian.4

Kedua , akhir 1960 dan awal 1970 negara Indonesia mengundang

berbagai investor agar menanamkan modal di Indonesia dengan strategi

berupa peringanan pajak yaitu fasilitas pembebasan pajak dalam jangka

waktu tertentu. Ketiga, priode 1980-an adalah pernyarahan pajak negara

kepada kepala daerah berupa : Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan

Pajak Bangsa Asing dan Pajak Radio.

Adapun pada masa reformasi perpajakan ditandai dengan terbitnya

beberapa undang-undang perpajakan pada akhir tahun 1983 yaitu:

a. Disahkannya Undang-Undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan

umum dan tata cara perpajakan yang berlaku sejak tanggal 1 januari

1984 dan mencabut Undang-Undang sebelumnya.

b. Disahkannya Undang-undang No. 7 tahun 1983 tentang pajak

penghasilan yangmulai berlaku sejak 1 januari 1984.

4 Rochmat Soemitro, Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1944, ( Bandung

: Eresco, 1977). h. 48

Page 45: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

35

c. Disahkannya Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 tentang pajak

pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah dan

mencabut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1953 tentang Pajak

Penjualan 1951 dan segala perubahanya. Dan mulai berlaku sejak 1

April 1985.

d. Disahkanya Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 Tentang Pajak

Bumi dan Bagungan.

e. Disahkanya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 Tentang Bea

Meterai dan mencabut aturan Bea Meterei 1921 dan segala

perubahanya.

f. Disahkanya Undang-Undang Nomor 10 tahun 1995 Tentang

Kepabean.

g. Disahkanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai

h. Disahkanya Undang-Undang Nomor 17 tahun 1997 tentang Badan

Penyelesaian Sengketa Pajak

i. Disahkanya Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 Tentang Pajak

Daerah dan Rettribusi Daerah

j. Disahkanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997Tentang

Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa dan Menyatakan Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara

dengan surat Paksa tidak Berlaku lagi.

k. Disahkanya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Selanjutnya dilakukan berbagai penyempurnaan hukum perpajakan

hingga sampai saat ini.

B. Hakikat Pajak.

Pada dasarnya pajak merupakan pembayaran atas hasil usaha yang

diberikan kepada negara hal ini sesuai dengan hakikat pajak yang merupakan

peralihan sumber daya dari sektor privat ke sektor publik. Pada hakikatnya

pula tujuan utama dari perpajakan adalah untuk memberikan kemakmuram

Page 46: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

36

dan kesejahteraan bagi masyarakat Indoensia baik yang berada di pedesaan

maupun diperkotaan. Hal ini terlihat dari berbagai penyediaan baranf dan jasa

publik yang disediakan oleh negara untuk masyarakatnya, kontribusi wajib

pajak inipun semakin diperjelas dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang

menjelaskan:

“kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”

Dari ketentuan hukum diatas menggambarkan secara jelas bahwa setiap

pemasukan negara yang berasal dari perpajakan akan memiliki timbal balik

secara tidak angsung karena timbal baik yang akan diberikan oleh negara

adalah pemenuhan atas kemakmuran rakyat indonesia.

C. Fungsi Pajak

1. Fungsi Pajak Fungsi Pajak Bagi Pembangunan Perekonomian Negara.

Dalam konteks ini terdapat beberapa fungsi pajak sebagai sumber

pendapatan negara yang berguna dalam membiayai semua pengeluaran

termasuk pengeluaran pembangunan, yaitu fungsi anggaran (budgeter),

bahwa pajak sebagai sumber pendapatan negara berfungsi untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran negara seperti untuk pembiayaan rutin

seperti belanja negara untuk pembiayaan pembangunan, uang yang

dikeluarkan dari tabungan pemerintah tersebut dihitung dengan cara

penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. 5

Pemerintah dapat mengatur pertumbuhan ekonomi melalui

kebijaksanaan pajak. Sebagai contoh dalam rangka meningkatkan minat

penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan

5 Thomas Sumarsan, Tax Review Dan Strategi Perencanaan Pajak,( Jakarta : PT Indeks,

2013). h. 4

Page 47: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

37

berbagai macam fasilitas dalam bentuk keringanan pajak. Fungsi pajak di

sini adalah sebagai fungsi mengatur (regulerend). 6

Selain dua fungsi di atas pajak juga mengenal fungsi adanya

stabilitas, di mana pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan

yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat

dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan pemungutan pajak,

penggunaan pajak yang efektif dan efisien. 7

Selanjutnya adalah fungsi redistribusi pendapatan, yaitu pajak yang

sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua

kepentingan umum, sebagai upaya penyediaan layanan negara kepada

masyarakat.8 Dan yang terkahir adalah pajak yang mengenal fungsi

Demokrasi yang merupakan wujud penjelmaan dari adanya pemasukan

pemerintahan melalui pajak yang mengharuskan negara untuk memberikan

pelayanan yang baik bagi masyrakat, sehingga manakala negara tidak dapat

memenuhi kebutuhan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat maka

masyarakat dapat memberikan aduan (Complaint) kepada pemerintahan.

Sistem ini disebut juga sebagai sistem gotong royong dalam membangun

kemaslahatan baik kepada negara maupun kepada masyarakat.9

Fungsi-fungsi diatas sangat berkaitan erat dengan pembanguna

perekonomian bangsa, meskipun perekonomian negara telah berjalan

seiring dengan pertumbuhan pasar bebas namun untuk tetap

mengefektifkan roda pemerintahan dalam pembenahan pasar bebas maka

pemerintah memerlukan pemasukan berupa pajak yang berasal dari

masyarakat. Dalam hal memajukan pasar bebas masyarakat akan menuntut

6 Thomas Sumarsan, Tax Review Dan Strategi Perencanaan Pajak,( Jakarta : PT Indeks,

2013). h. 4 7 Ifti Khori Royhan, Peranan Pajak terhadap Penerimaan Negara. h. 2 8 Muhammad Djafar Saidi, Pembaharuan Hukum Pajak, ( Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2007). h. 33 9 Wirawan B Ilayas dan Richard Burton, Hukum Pajak, ( Jakarta : Salemba Empat, 2007).

h. 11

Page 48: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

38

adanya sarana dan prasarana dari pemerintah yang memadai dan

menunjang laju ekonomi bebas yang sedang berjalan dimasyarakat, karena

apabila prasarana dan sarana tersebut tidak memadai maka akan

terhambanya perkembangan ekonomi itu sendiri.

2. Fungsi Pajak Bagi kemakmuran Rakyat

Tidak dapat dipungkiri bahwa pajak merupakan penerimaan negara

yang tidak dapat dihentikan karena pajak selalu dapat memberikan

pertumbuhan perkonomian yang meningkat dikarenakan Keberhasilan

pelaksanaan pembangunan memerlukan dana yang tidak sedikit, kebutuhan

untuk pembangunan yang sifatnya proporsional akan disesuaikan dengan

kebutuhan pembangunan yang sedang dan akan berlangsung. Dari hasil

perokoniam yang meningkat maka negara dapat membangun berbagai

macam fasilitas yang berdaya guna bagi masyarakat seperti alokasi

anggaran pendidikan 20% dari APBN, Jamkesmas, PNPM, pembangunan

infrastruktur, pembangunan kawasan ekonomi khusus dan sebagainya,

yang semuanya merupakan wujud dari pelayanan pemerintahan kepada

masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.10 Untuk dapat

melaksanakan berbagai kewajiban tersebut, negara membutuhkan sumber

penghasilan seperti penghasilan orang pribadi, penghasilan perusahaan

yang didirikan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah, penghasilan

dari barang-barang milik negara, penghasilan dari denda dan sitaan barang

karena suatu pelanggaran, hibah dan sumbangan dari negara lain atau

organisasi internasional maupun penghasilan dari hak-hak waris dan

penerimaan dari berbagai macam pajak, retribusi, bea dan cukai serta

bentuk-bentuk pungutan lainnya.

Pajak tidak mendapatkan imbalan langsung sebagai mana yang

diungkapkan diatas dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat. Walaupun tidak dapat dirasakan langsung

10 Bambang S, Pengawasan Intensifikasi Pembayaran PPh pasal 21dalam upaya

Intensifikasi padaKPP Solo , (Surakarta: Skripsi UMS, 2004). h.16

Page 49: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

39

namun pajak seperti yang disebutkan dapat digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat.

Jadi jelas bahwa fungsi pajak selain untuk fungsi budgeter yaitu fungsi paja

k bertujuan untuk memasukan penerimaan uang untuk Kas Negara

sebanyak-banyaknya dalam mengisi RAPBN, sesuai dengan penerimaan

pajak yang telah ditetapkan.11 Sesuai dengan yang diungkapkan oleh

menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH : “Pajak adalah iuran kepada kas

negara berdasarkan Undang-undang (yang dapatdipaksakan) dengan tidak

mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukan

dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.12

Dari Jumlah penduduk Indonesia per 30 Juni 2016 yang mencapai

257.912.349 jiwa merupakan suatu penduduk yang Tidak hanya besar,

namun penduduk Indonesia juga tergolong konsumtif atau gemar belanja.13

Ini terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh MasterCard pada tahun

2015 mencatat 55,5% penduduk Indonesia hobi menggunakan telepon

pintar (smartphones) untuk belanja online, jauh diatas Singapura dan

Jepang yang hanya 48,5% dan 31,3 %.14 Maka sebagai salah satu

pemasukan APBN yang dananya berasal dari penerimaan pajak maka

negara berkewajiban dalam mengonversikan pajak tersebut kedalam bentuk

fasilitas baik bagi penyelenggaraan negara maupun dalam pembangunan

nasional. Hal tersebut merupak wujud atas pengimplementasian tujuan

negara yang terdapat dalam preamblue Undang-Undang Dasar 1945 yaitu

untuk melindungi segenap bangsa Indoensia, Memajukan Kesejateraan

umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan

11 Imam Wahyuni. Pajak, ( Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 1994). h. 7-8 12 Mardiasmo, Pajak Dan Perpajakan, (Yogyakarta : Andi, 2009). h. 1 13 Tribun Jateng. “Jumlah Penduduk Indonesia Lebih Dari 262 Juta Jiwa”,

http://jateng.tribunnews.com/2016/09/01/data-terkini-jumlah-penduduk-indonesia-2579-juta-yangwajib-ktp-1825-juta diakses tanggal 29 Juni 2019, pukul 14.04 WIB

14 Penduduk Indonesia Gemar Belanja

Online.com/read/detail/2278272/mastercardpenduduk-indonesia-gemar-belanjaonline diakses tanggal 29 Juni 2019, pukul 14.04 WIB

Page 50: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

40

ketertiban berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial.15 Pajak untuk kesejahteraan masih menjadi prioritas utama oleh

karenanya setiap orang yang membayar pajak dapat merasakan fasilitas

akan hasil timbal balik yang dihasilkan atas pajak yang diberikan kepada

negara.

D. E-commecer Dalam Perspektif Hukum Di Indonesia.

1. E-commecer Dalam Perspektif Hukum Perdata

Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan hukum

perjanjian di Indonesia adalah bidang perdagangan, Dalam hubuangannya

tentang suatu perdagangan dalam kitab Undnag-Undang hukum perdata

mengenal adanya asas-asas hukum perjanjian. Ini di jelaskan dalam Buku

III KUH Perdata mengenal tiga asas pokok dalam membuat dan

melaksanakan suatu perjanjian. Ketiga asas tersebut adalah: a) Asas

kebebasan berkontrak atau sistem terbuka, b) Asas konsensualisme, c)

Asas iktikad baik.

Dalam asas kebebasan berkontrak (freedom of contract )

Artinya para pihak bebas membuat suatu perjanjian dan mengatur sendiri

isi perjanjian itu, sepanjang memenuhi ketentuan sebagai berikut: a),

memenuhi syarat sebagai perjanjian. b), tidak dilarang oleh undang-

undang; c), sesuai dengan kebiasaan yang berlaku; d), sepanjang perjanjian

tersebut dilaksanakan dengan iktikad baik. Asas kebebasan berkontrak ini

merupakan refleksi dari sistem terbuka (open system) dari hukum

perjanjian.16

Asas kebebasan berkontrak inilah yang menjadikan para pihak

dapat mengatur dan membuat kontraknya sendiri, dalam hubunganya

dengan transaksi E-commerce para pelaku baik penjjal maupun pembeli

15 Preambule Undang-Undang Dasar Negara Republik Indoensia Tahun 1945 16 Munir Fuady, Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, (Bandung: PT Citra

Aditya Bakti, 2001), h. 30

Page 51: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

41

akan melakukan kesepatan tanpa adanya pertemuan langsunng atau tatap

muka secara langsung, yang kemudian perjanjian tersebut dituangkan

dalam sebuah kontrak elektronik yang mengikat bagi kedua belah pihak,

sehingga secara otomatis bentuk kontrak tersebut telah sah dan dapat

diberlakukan. 17

Kalau diperhatikan Pasal 1320 KUH Perdata, yang membahas

mengenai sah atau tidak sahnya suatu perjanjian diperlukan syarat-syarat

sebagai berikut:

a) Sepakat mereka yang mengikatkan diri/adanya kesepakatan para pihak

b) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

c) Suatu hal tertentu/adanya obj ek tertentu.

d) Suatu sebab yang halal.18

Dua syarat yang pertama adalah syarat subjektif karena

merupakan syarat mengenai pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.

Sedangkan kedua syarat yang terakhir adalah syarat objektif karena

merupakan syarat mengenai objek perjanjian. Jika syarat subjektif tidak

terpenuhi, perjanjian dapat dibatalkan atas permintaan pihak yang berhak

atas suatu pembatalan. Namun apabila para pihak tidak ada yang

keberatan, maka perjanjian tersebut dianggap sah. Jika syarat obyektif

tidak terpenuhi, perjanjian dapat batal demi hukum yang berarti sejak

semula dianggap tidak pernah diadakan perjanjian. Maka dalam perjanjian

yang dilakukan oleh kedua belah pihak tetap sah selam kedua belah pihak

saling menyadari perbuat hukum yang dilakukan.

Dalam kaitanya dengan tarnsaksi E-commerce, selama para pihak

yang saling bertaransaksi sesuai dengan pasal 1320 Kitab Undang-Undang

17 Margaretha Rosa Anjan dan Budi Santoso, Urgensi Rekonstruksi Hukum E-commerce

Di Indonesia, Jurnal Law Reform, Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018. 18 Tim Visi Yustisia , Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Dan KUHA Perdata Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Perdata ( Reglemen Op De Rechtsvordering), (Jakarta : Visimedia, 2015). h. 346

Page 52: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

42

Hukum Perdata tentang sah atau tidaknya suatu perjanjian maka para pihak

dapat disebut juga telah melakukan suatu perjanjian yang sah dan dapat

dikategorikan dalam perdagangan atau transaksi jual beli hanya saja yang

membedakan adalah transaksi tersebut dilakukan melalui internet atau

Online, sehingga transaksi E-commerce dapat pula disebut sebagai suatu

upaya perdagangan yang dilakukan melalui internet.

2. E-commecer Dalam Perspektif Undang-Undang No. 11 Tahun 2008

yang telah dirubah dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Dewasa ini, teknologi informasi berkenaan dengan cyberspace

(dunia maya) telah digunakan di banyak sektor kehidupan. Menurut

Wiradipradja dan Budhijanto:19

“Sistem informasi dan teknologinya telah digunakan di banyak

sector kehidupan, mulai dari perdagangan/bisnis (electronic

commerce/ecommerce) pendidikan (electronic education), kesehatan (tele-

medicine), telekarya, transportasi, industri, pariwisata, lingkungan sampai

ke sector hiburan, bahkan sekarang timbul pula untuk bidang pemerintahan

(egovernment).”

Maka dalam pemenuhan globalisasi zaman untuk pemenuhan

legalitas kegiatan perdagangan melalui internet dibentuklah Undang-

undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) Nomor 11 Tahun

2008 yang telah dirubah dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016

merupakan dasar hukum utama bagi e-commerce di Indonesia. UU ITE

berlaku bagi setiap orang yang melakukan perdagangan, baik yang berada

di wilayah Indonesia maupun diluar Indonesia. Sehingga jangkauan UU ini

tidak hanya bersifat lokal saja tetapi juga Internasional (Pasal 2 ITE).

Dengan munculnya undang-undang No 11 tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) memberikan dua hal penting

yakni, pertama pengakuan transaksi elektronik dan dokumen elektronik

19 E.S. Wiradipradja dan D. Budhijanto, Perspektif Hukum Internasional tentang Cyber

Law, dalam Kantaatmadja, et al, Cyberlaw : Suatu Pengantar, ( Jakarta : Elips 11, 2002). h.88.

Page 53: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

43

dalam kerangka hukum perikatan dan hukum pembuktian, sehingga

kepastian hukum transaksi elektronik dapat terjamin, dan yang kedua

diklasifikasikannya tindakan-tindakan yang termasuk kualifikasi

pelanggaran hukum terkait penyalahgunaan TI (Teknologi Informasi)

disertai dengan sanksi pidananya. Dengan adanya pengakuan terhadap

transaksi elektronik dan dokumen elektronik maka setidaknya kegiatan

ecommerce mempunyai basis legalnya.

Hukum pembuktian yang terdapat dalam UU ITE yang bersifat lex

Specialis bertujuan untuk mengatur ranah transaksi elektronik dalam aspek

pidana, perdata dan administrasi negara dan beberapa aspek lainya yang

berkenaan dengan perbuat hukum diranah cyber.

3. E-commecer Dalam Perspektif Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014

Tentang Perdagangan.

Dalam Pasal 1 ayat 1 Undnag-Undang Perdagangan menerangkan

bahwa :

“Perdagangan adalah tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi

Barang dan/atau Jasa di dalam negeri dan melampaui batas wilayah

negara dengan tujuan pengalihan hak atas Barang dan/atau Jasa untuk

memperoleh imbalan atau kompensasi.”

Dalam Undang-Undang Perdagangan tersebut menjelaskan bahwa

kegiatan yang terkait dengan transaksi barang atau jasa yang mendapatkan

imbalan atau konpensasi baik yang dilakukan dalam negeri maupun di luar

negeri sama-sama dapat dikategorikan dalam bantuk suatu perdagangan.

Maka keberadaan e-commerce tatanan baru dalam bertransaksi yang dapat

dilakukan lintas negara dapat pula dikenakan pajak karena sesuai dengan

kategorri perdagangan yang sah dan mempunyai legalitas yang jelas dalam

Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan.

Payung hukum inilah yang memberikan kepastian Hukum baik bagi

pelaku usaha maupun pembeli bahwa transaksi yang dilakukan melaui E-

commerce yang dilakukan antar negara dapat dikualifikasikan dalam

Page 54: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

44

bentuk perdagangan yang sah dan patut untuk tunduk terhadap payung

hukum yang diberlakukan dinegara Indoensia.

4. E-commecer Dalam Perspektif Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak

Nomor SE/62/PJ/2013 tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan Atas

Transaksi E-commerce.

Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor

SE/62/PJ/2013 tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi e-

commerce sebagai kebijakan untuk mengoptimalkan penerimaan negara

atas Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap

transaksi e-commerce.20 Terbitnya Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XIV

oleh pemerintah yang di antaranya memuat kebijakan pajak e-commerce,

membagi transaksi e-commerce ke dalam 4 model transaksi e-commerce,

yaitu Online Marketplace, Classified Ads, Daily Deals, dan Online Retail.

Dengan diaturnya perpajakan dalam transkasi E-commerce telah

menandakan bahwa kegiatan jual beli yang dilakukan dalam jaringan atau

internet mempunyai kedudukan yang sama dalam hukum pajak sebagai

salah satu subjek dari perpajakan itu sendiri yakni, pajak penghasilan atas

kegiatan ekonomis yang dilakukan oleh para pelaku usaha dalam

marketplace tersebut. Hubungan perpajakan pelaku usaha E-commerce

antar negara pula dapat dilihat dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan

Pasal 2 Ayat (4) yang memberikan legalitas kepada para subjek pajak luar

Negeri untuk turut serta dalam pembayaran pajak atas hasil yang

didapatkan melalui kegiatan jual beli yang dilakukan di Indonesia. Hal ini

susuai dnegan keberlakukan asas-asas pungutan pajak yang diberikan

negara kepada pemerintah untuk melakukan penarikan pajak.

Menkominfo Rudiantara menargetkan, pada tahun 2020 transaksi

bisnis e-commerce bisa menembus nilai US$ 130 miliar. Sementara

menurut e-marketer, penjualan ritel e-commerce di Indonesia diperkirakan

20 Ririn PuspitaSari,Kebijakan perpajakan atas transaksi e-commerce,Samarinda

Kalimantan Timur, 2018 hlm.67

Page 55: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

45

mencapai US$ 5,29 miliar pada tahun 2017 ini.21 Pertumbuhan tersebut

tidak lepas dari semakin banyaknya pemain asing yang ikut meramaikan

bisnis e-commerce di Indonesia sebab melihat trend perkembangan yang

positif dari tahun ke tahun.

Jumlah pembeli dan transaksi jual beli online yang terus meningkat

drastis dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa bisnis online akan terus

berkembang, dan diperkirakan trend positif tersebut akan terus berlanjut

setidaknya lima tahun ke depan. Data dan fakta tentang semakin

meningkatnya jumlah transaksi online membuat banyak pebisnis yang

mulai melirik dan bahkan beralih ke 14 bisnis online. Dari data yang dirilis

oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo), Indonesia

kini menjadi salah satu raksasa bisnis online atau e-commerce di wilayah

Asia Pasifik. Dalam lima tahun terakhir, terhitung sejak tahun 2011, bisnis

online terus berkembang. Bahkan saat ini dirjen pajak telah memiliki 1000

data pelaku usaha e-commerce yang telah memiliki NPWP.

Penarikan pajak tersebut merupakan bentuk dari pada kesetaraan

pajak yang harus diberlakukan kepada setiap orang yang memiliki sumber

penghasilan baik dari wilayah negaranya sendiri maupun dari negara lain..

Seperti yang telah diatur sebelumnya oleh pemerintah dalam dalam surat

Direktur Jendral Pajak nomor S-702/PJ.332/2006, tentang legalitas tentang

Penegasan Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi E-commerce. Isi dari surat

tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan perlakuan perpajakan

antara transasksi e-commerce dan transaksi perdagangan barang dan/atau

jasa lainnya. Sesuai dengan ketentuan tersebut, maka tidak ada alasan

apapun bagi para pelaku e-commerce untuk menghindari kewajiban

perpajakannya.22

21 Skirpsi Anggia Yustika Sari, Analisis Terhadap Penerapan Pajak Atas Transaksi E-

commerce, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2018, h. 15

22 Anita Aprilia, Endang Siti Astuti, dan Nila Firdausi Nuzula, Penanganan Dan

Pengawasan Perpajakan Dalam Rangka Intensifikasi Di Bidang E-commerce, Universitas Brawijaya, Malang, 2014

Page 56: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

46

BAB IV

KEDUDUKAN PELAKU USAHA E-COMMERCE ANTAR NEGARA

DALAM HUKUM PERPAJAKAN INDONESIA YAKNI HUKUM PAJAK

PENGHASILAN

A. Pungutan pajak untuk Pelaku E-Commerce antar negara berdasakan

Hukum Islam.

Saah satu mua’malah dalam bidang ekonomi yakni transkasi jualbeli yang

dapat diakses menggunakan berbagai media elektronik telahmengubah pola

perjanjiannya, yang mana trankasaksi jual beli secara onlie sering disebut

sebagai E-commercce, dan E-Commerce tersebut terbagi atas dua segmen

yaitu business to business e-Commerce (perdagangan antar pelaku usaha) dan

business to consumer e-Commerce. (perdagangan antar pelaku usaha dengan

konsumen).

Orang yang melakukan jual beli, berkewajiban mengetauhi hal-hal

yang dapat mengakibatkan rusaknya atau sahnya suatu perjanjian jual beli

yang sedang dilakukanya, hal ini dimaksudkan agra muamalah yang terjadi

antara penjual dan pembeli mendapatkan hukum atau legalitas yang sah baik

secara hukum islam maupun secara hukum konvensional. Adapun keterkaitan

yang dapat kita lihat adalah terdapatnya bai assalam dalam hukum isaam

yang bisa kita sandingkan dengan Transaksi E-Commerce. Transaksi (akad)

merupakan unsur penting dalam suatu perikatan. Dalam Islam persoalan

transaksi sangat tegas dalam penerapannya, dan ini membuktikan bahwa

keberadaan transaksi tidak boleh dikesampingkan begitu saja dalam setiap

bidang kehidupan manusia (umat Islam), karena begitu pentingnya transaksi

dalam suatu perjanjian.1

Secara umum dapat diperhatikan bahwa perdagangan secraa islam

sangat mendetail menjelaskan tentang adanya transaksi yang bersifat fisik,

dengan menghadirkan benda secara langsung, atau tanpa menghadrikan benda

1 Fathurrahman Djamil, Hukum Perjanjian Shariah, dalam Mariam Darus Badrulzaman

dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), h. 252

Page 57: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

47

yang dipesan, namun ketentuan atau perjanjian yang dilakukan haruslah

bersifat konkret.baik diserahkan secara langsung atau ditangguhkan terlebih

dahulu hingga waktu tertentu. Seperti dalam transaksi al-salam dan transaksi

al-istisna’. Transaksi al-salam merupakan bentuk transaksi dengan sistem

pembayaran secara tunai/disegerakan tetapi penyerahan barang ditangguhkan.

Sedang transaksi al-istisna‘ merupakan bentuk transaksi dengan sistem

pembayaran secara disegerakan atau secara ditangguhkan sesuai kesepakatan

dan penyerahan barang ditangguhkan.2

Transaksi al-salam disebut juga al-salaf seperti halnya model

transaksi jual beli lainnya, telah ada bahkan sebelum kedatangan Nabi

Muhammad SAW.3 Hal tersebut merupakan bentuk keringanan

bermua’malah untuk memberikan kemudahan kepada umat manusia dalam

bertransaksi jual beli, dalam transaksi al-salam terlihat terdapatnya asas gtong

royong dan tolong menolong dari kedua belah oihak baik penjual maupun

pembeli. Dalam transaksi as-salam yang disamakan dengan transaksi e-

commerce ini memberikan keuntungan pembeli dapat mebeli barang dengan

harga yang lebih murah, dan penjual mendapatkan keuntungan terlebih

dahulu dari kontrak yang dibuat. Dengan pembayaran itu berarti didapat

tambahan modal yang berguna untuk mengelola dan mengembangkan

usahanya. Transaksi al-salam dibolehkan berdasarkan al-Qur’an dan al-

Sunnah. Ibn ‘Abbas berkata: ”Saya bersaksi bahwa salaf yang dijamin untuk

waktu tertentu, telah dihalalkan oleh Allah dalam Kitab-Nya dan diijinkan-

Nya”. Kemudian dia membaca firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 282:

ى سم( أیھا ٱلذین ءامنوا إذا تداینتم بدین إلى أجل م ی

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak

secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.”

2 Muhammad Taufiq Ramadhan Al-Buyu‘al-Shai‘ah, cet. 1 (Beirut: Dar al-Fikr, 1998),

h. 140 dan166. 3 S. M. Hasanuz Zaman, “Bay al-Salam: Principles and TheirPracticalApplications”,

dalam Sheikh Ghazali Sheikh Abod dkk (Ed.), An Introduction to Islamic Finance, (Kuala Lumpur: Quill Publishers, 1992), h. 225.

Page 58: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

48

Dalam implementasi mua’malah yang dilakukan secara online atau e-

commercce hampir sama dengan al-salam yang mana dalam penyerahan

barangnya ditangguhkan dan dalam pembayarannya didahulukan. Untuk

karena itu e-commerce melalui internet tersebut dapat disejajarkan dengan

prinsip-prinsip transaksi yang ada dalam transaksi al-salam. Yang mana

masing-masing pihak dapat mencermati pihak-pihak yang terlibat dalam

transaksi, proses pernyataan kesepakatan transaksi dan melalui obyek

transaksi.Hadis Nabi di antaranya adalah Nabi ditanya tentang mata

pencaharian yang paling baik, beliau menjawab, “seseorang bekerja dengan

tangannya dan setiap jual beli yang mabrur”. (HR. Bajjar, Hakim

menyahihkannya dari Rifa’ah Ibn Rail’) Maksud mabrur dalam hadis di atas

adalah jual beli yang terhindar dari usaha tipu menipu dan merugikan orang

lain. Juga diterangkan dalam hadis lain:

و ا نما ا لبیع عن ترا ض ( روه ا لبیحقى وا بن ما جھ)

“Jual beli harus dipastikan harus saling meridhai”. (HR: Baihaqi dan Ibnu

Majjah).4

Hadis ini memberikan prasyarat bahwa akad jual beli harus dilakukan

dengan adanya kerelaan masing-masing pihak ketika melakukan transaksi.

Segala ketentuan yang terdapat dalam jual beli, harus terdapat persetujuan

dan kerelaan antara baik penjual maupun pembeli dan tidak boleh hanya

kerelaan satu pihak saja, dikarenakan transaksi jual beli harusdilakukan atas

kesepakatakn kedua belah pihak atass transaksi dari pembayaran hingga

perolehan barang yang akan didapatkan hingga selesai, sehingga kesepakatan

yang dibentuk harus sesuai dengan kesepakatan atau kerelaan kedua belah

pihak.

Ijma’; ulama’ telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan

alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya,

4Rachmat Syafe'i, Fiqih Muamalah,(Bandung: Pustaka Setia, 2001 ). h.74-75.

Page 59: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

49

tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang

lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang

sesuai.5

Berdasarkan atas dalil-dalil yang diungkapkan, jelas sekali bahwa praktek

akad/kontrak jual beli mendapatkan pengakuan dan legalitas dari syara’, dan

sah untuk dilaksanakan dan bahkan dioperasionalkan dalam kehidupan

manusia.6 Pada dasarnya pernyataan kesepakatan pada transaksi e-Commerce

sama dengan pernyataan kesepakatan sebagaimana transaksi dalam perikatan

Islam, pernyataan kesepakatan dapat dilakukan dengan berbagai cara dan

melalui berbagai media, namun substansinya adalah pernyataan tersebut dapat

dipahami maksudnya oleh kedua pihak yang melakukan transaksi, sehingga

dapat dijadikan manifestasi dari kerelaan kedua pihak.

Ketika kesepakatan dari suatu bentuk perjanjian e-commercce dalam

hukum islam sudah disamakan dengan bai salam, maka perjanjian yang

terdapat dalam jual beli online secara tidak langsung sudah sah. Maka legaitas

kesahan nya pun mengakibatkan suatu praktek jual bei secara online harus

dipajaki, hal ini guna memberikan kesetaran dengan praktek jual beli secara

konvensional yang ditetapkan sebagai subjek pajak.

B. Keberlakuan Asas Hukum Perpajakan Di Indonesia Sebagai Landasan

Pungutan Pajak Untuk Pelaku E -Commerce Antar Negara

Kebayakan negara, penerimaan pajak dijadikan sebagai salah satu sumber

penerimaan negara yang cukup penting, agar negara dapat mengenakan pajak

kepada warga negaranya atau kepada orang pribadi datau badan lain yang

bukan warga negaranya, tetapi mempunyai keterkaitan erat dengan negara

tersebut, tentu saja harus ada pengaturan yang mengatur pemungutan atas

pajak tersebut, karena dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945

menerangkan bahwa segala pajak untuk keuangan negara ditetapkan

5Jalaluddin al-Suyuthi, Jami ’ al-Ahadith, Maktabah Shamilah 6 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)

h. 73.

Page 60: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

50

berdasarkan undang-undang. Dalam pengaturan pajak maka diperlukanya

asas-asasatau dasar yang dijadikan landasan dalam pengaturannya. Terdapat

beberapa asa yang menjadi landasan dasar atau tumpuan dalam

pengimplematasiannya, Asas-asas perpajakan antara lain adalah asas

Rechtsfilosofis, asas pembagian beban pajak, asas pengenaan pajak, dan asas

pelaksanaan pemungutan pajak.

1. Asas Rechtstfilosofis

Asas ini mencari dasar pembenar terhadap pungutan pajak yang

dilakukan negara kepada masyarakatnya. Oleh karena itu yang menjadi

pertanyaan dasarnya adalah, “ mengapa negara memungut pajak terhadap

rakyat?” atau atas dasar apa pemerintah mempunyai kewenangan dalam

pemungutan pajak dari rakyat?’. Pertanyaan mendasar inilah yang

menjadi dasar negara diperboleh kan dalam memungut pajak.7

Dalam menjawab pertanyaan di atas maka dapat dikorelasikan

terhadap beberapa teori, pertama, teroi asuransi, dalam teori tersebut

negara untuk melindunngi setiap warga dan segala kepentinganya, maka

diperlukanya pembayaran premi yang dilakukan oleh masyarakat, dalam

hal ini pajak lah yang dianggap sebagai preminya, yang pada waktu

tertentu harus dibayar oleh masing-masing.

Kedua, teori kepentingan yang leboh menekankan pada pembagian

beban pajak harusdipungut dari rakyat seluruhnya, pembagian beban ini

harus didasarkan atas kepentingan orang masing-masing dalam tugas

pemerintahan yang bermanfaat bagi para wajib pajak. Namun teroi ini

masih mengalami pertentangan dikarenakan sering dikacaukan kepada

pajak retribusi. Sehingga masih terdapat kesukaran dalam penerapan

hukum yang tegas untuk pemeberlakukannya.

Ketiga, teori kewajiiban pajak mutlak, teori ini dapat disebut juga

sebagai teori bakti yang menyatakan bahwa negara dan warga negara

merupakan satu kesatuan yang didalamnya negara dalam fungsi

7 Rochmat Soemitro dan Kania Sugiarti ,Asas dan Dasar Perpajakan, (Refika Aditama,

2004). h. 3.

Page 61: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

51

perlindungan untuk memberikan penghidupan yang layak bagi

masyarakatnya maka warga negara dibebani beberapa kewajiban yang

salah satunya adalah kewajiban membayar pajak dan kewajiban

mempertahankan hidup masyarakat dan negara dengan wajib militer.

Keempat, teori daya beli, teroi ini menjadikan pajak sebagai alat

penyedot agar masyrakat melakukan pembelian yang kemudian

pemajakannya akan dikembalikan kepada masyarakat dengan bentuk

yang lainya.sehingga pajak ini hanya disebut sebagai pompa, yang

menyedot uang dari rakyat atas hasil yang didapatkan melalui daya beli

yang dilakukan, sehingga pajak yang hakikatnya tidaklah merugikan

rakyat karena setiap pemasukan berupa pajak akan dikembalikan dalam

bentuk seperti infrasutuktur dan lain sebagainya.

Dari teori tersebut dapat digambarkan bahwa bentuk transaksi jual

beli yang dilakukan antara pelaku usaha baik secara konvensional

maupun secara online harus dikenakan pajak dikarenakan teori tersebut

mengambarkan funngsi pajak akan dikembalikan dalam bentuk fasilitas

yang dapat memudahkan penjualan dan meningkatkan daya beli

masyarakat atas kenyamaman fasilitas yang diberikan pemerintah dari

hasil pajak yang diberikan rakyatnya.

Kelima, teroi pembenaran pajak menurut pancasila, dalam teroi ini

mengandung sifat gotong royong bagi sesama manusia dimana setiap

warga yang mempunyai kewajiban dana wajib pajak harus membayar

pajak untuk membantu negara dalam menetas kemiskinan yang berada di

negara Indoensia..

Dalam hal ini pajak yang dijadikan sebagai sumber perekonomian

negara mmepunyai fungsi sebagai penetas tingkat kemiskinan dinegara

Indoensia, sehingga pemasukan pajak merupakan fungsi utama dalam

pembanguan perekonomian dan bagi peningkatan sumber daya masnuaia

yang lebih baik lagi.8

8 Y. Sri Pudyatmoko, Pengantar Hukum Pajak ,( Yogyakarta: Andi, 2009). h. 24

Page 62: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

52

Asas rechtfilosofis memberikan dasar bahwa negara dalam

menjalankan fungsinya harus dibantu atas pemasukan pajak yang

diberikan oleh warga negara, mengapa setiap warga negara yang

memiliki penghasilan harus membayar pajak, asas ini pula berlaku bagi

setiap wajib pajak luar negeri yang memiliki sumber pengahasilan dari

negara Indonesia atas teroi daya beli, yang menjadikan pajak sebagai alat

pompa untuk memberikan fasilitas yang baik dalam pelayanan

peningkatan daya beli warga kepada pelaku usaha.

Hal ini pula yang dilakukan di Indoenesia, dimana negara Indonesia

memperbolehkan dan mengizinkan setiap perusahaan E-commerce untuk

membangun bentuk usaha tetapnya di Indoensia dan menyiapkan

marketplace yang baik guna dijadikan alat transaksi jual beli secara

online yang dapat dilakukan baik secara lokal maupun lintas negara.

2. Asas Pembagian Beban Pajak.

Berbeda dengan asas sebelumnya yang mencari dasar pembenar

dalam pemungutan pajak oeh negara, asas ini mencari jawaban atas

pertanyaan bagaimana beban pajak dapat diberlakukan secara adil kepada

setiap warga negara.

Adapun permasalahan dari pertanyaan tersebut maka dapat dijawab

melalui, pertama, teori daya pikul, Menurut teori ini setiap orang wajib

membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing. Daya pikul

menurut De langen, adalah : “Kekuatan seseorang untuk memikul suatu

beban dari apa yang tersisa, setelah seluruh penghasilan dikurangi dengan

pengeluaran-pengeluaran yang mutlak untuk kehidupan primer diri

sendiri beserta keluarga”.

Dari pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa yang dimaksud

dengan daya pikul bukan hanya dilihat dari keseluruhan penghasilan

yang diperoleh oleh orang yang bersangkutan, melainkan terlebih dahulu

dikurangi dengan pengeluaranpengeluaran tertentu yang memang secara

mutlak harus dikeluarkan untuk memenuhi kehidupan primernya sendiri

beserta keluarga yang menjadi tanggungannya, sehingga disini terdapat

Page 63: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

53

suatu keadilan yang dapat dirasakan oleh rakyar atas perhitunganpajak

yang dilakukannya sendiri.

Kedua, Prinsip Benefit (benefit principle) Santoso Brotodiharjo

menyebutnya sebagai asas kenikmatan. Menurut asas ini pengenaan

pajak seimbang dengan benefit yang diperoleh wajib pajak dari jasa-jasa

publik yang diberikan oleh pemerintah. Berdasarkan kriteria ini, maka

pajak dikatakan adil bila seseorang yang memperoleh kenikmatan lebih

besar dari jasa-jasa publik yang dihasilkan oleh pemerintah dikarenakan

proporsi beban pajak yang lebih besar.

Berdasarkan atas prinsip benefit ini, pelaku usaha E-commerce antar

negara yang melakukan usaha diluar negaranya akan mendapatkan

benefit berupa fasilitas seperti kemudahan dalam penjualan, dalam

melakukan transaksi keuangan dan lain sebagainya, sehingga para pelaku

usaha diwajibkan mebayar pajak atas hasil usaha yang didapatkan nya

yang kemudaian dari pembayaran pajak tersebut akan dikembalikan

berupa fasilitas-fasilat publik yang dapat dirasakan bagi setiap kalangan.

3. Asas Pungutan Pajak

Dalam penerapannya hukum perpajakan di Indonesia

memnggunakan beberapa asa dalam melakukan pungutan pajak antara

lain:9

a. Asas Domisili

Asas ini memberikan kewenangan kepada negara untuk

melakukan pungutan pajak kepada Wajib Pajak (tax payer) yang

bertempat tinggal di negaranya. Hal tersebut menandakan

pemungutan pajak didasarkan atas tempat tinggal atau domisili Wajib

Pajak. Misalnya, apabila seorang Warga Negara Indonesia (WNI)

memperoleh penghasilan dari Indonesia dan dari luar Indonesia maka

pemerintah Indonesia berwenang memungut pajak kepada WNI yang

9 Suparnyo, Hukum Pajak Suatu Sketsa Asas, (Semarang : Pustaka Magister, 2012). h. 26

Page 64: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

54

bersangkutan baik atas penghasilan yang diperoleh dari Indonesia

maupun dari luar tersebut.

Dengan kata lain dalam asas domisili ini dapat memungut pajak

kepada setiap subjek pajak dalam negeri yang memiliki penghasilan

baik bersalah dari Ineonesia maupaun dari negara lain. Yang menjadi

Subjek pajak disini adalah subjek pajak dalam negeri seperti orang

pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari

dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang

dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat

untuk bertempat tinggal di Indonesia, atau badan yang didirikan atau

bertempat kedudukan di Indonesia atau dapat pula berupa warisan

yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

Berdassarkan asas domisili, negara dapat mengenakan pajak atas

suatu penghasilan yang diterima oleh orang pribadi atau badan, untuk

kepentingan perpajakan apabila orang tersebut merupakan penduduk

(resident) atau berdomisisli di negara tersebut atau apabila badan

yang bersangkutan berkependudukan di negara itu. Dalam asas

domisili ini tidak dipersoalkan dari mana penghasilan itu berasal, itu

sebabnya bagi negara yang menganut asas ini dalam sistem

perpajakanya, akan menggunakan konsep pengenaan pajak atas

penghasilan baik yang diperoleh di negara sendiri maupun di negara

asing (world-wide income), Adapun pungutan dan penganturan atas

Subjek pajak dalam negeri antara lain10:

1) Dikenakan pajak atas penghasilan baik yang diterima dari

Indoensia atau luar negeri

2) Dikenakan pajak atas penghasilan neto

3) Tarif yang digunakan adalah tarif yang terdapat didalam Pasal 17

Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

10 Supramono dan Theresia Woro Damayanti, Perpajakan Indoensia, ( Yogyakarta : CV

Andi, 2010). h. 39

Page 65: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

55

4) Wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)

b. Asas Sumber

Asas ini memberikan kewenangan kepada negara asal sumber

pendapatan yang diperoleh oleh Wajib Pajak untuk memungut pajak

atas hasil yang bersumber dari negaranya. Hal tersebut berarti

pemungutan pajak didasarkan atas letak sumber pendapatan yang

diperoleh tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

Misalnya, jika seorang Warga Negara Asing (WNA) memperoleh

penghasilan dari Indonesia, maka berdasar atas asas ini pemerintah

Indonesia berwenang memungut pajak kepada WNA tersebut.

Dengan kata lain bahwa setiap kegiatan ekonomis yang

dilakukan oleh setiap pelaku usaha yang mengambil sumber

penghasilan dari luar negaranya atau telah melewati lintas negara

maka pungutan pajak dapat dikenakan atas penghasilan yang

dipreoleh oleh pelaku usaha asing tersebut. Dengan demikian subjek

pajak yang dapat dikenakan kedalam asas sumber ini adalah ini

subjek pajak luar negeri seperti orang pribadi yang tidak bertempat

tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak

lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu

12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; atau

orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang

pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan

puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan

yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,

yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia

tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui

bentuk usaha tetap di Indonesia. Disinilah terdapatnya kepastian

hukum atas tindakan ekonomis yang dilakukan oleh pelaku usaha E-

Page 66: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

56

commerce antar negara agar dapat dikenakan pajak atas hasil yang

bersumber dari negara Indoensia.

Negara yang menganut asas sumber ini akan mengenakan pajak

atas suatu penghasilian yang diterima atau diperoleh orang pribadi

atau badan, apabila penghasilan yang dikenakan akan pajak tersebut

berasal dari sumber-sumber negara tersebut. Dalam asas ini tidak

menjadikan persoalan kepada siapa dan apa status dari orang atau

badan yang dienakakan pajak sebab yang dijadiakan landasan dalam

pengenanaan pajaknya adalah objek pajak yang bersumber dari

negara tersebut. Adapun pungutan dan penganturan atas Subjek pajak

dalam negeri antara lain:

1) Dikenakan pajak atas penghasilan atas sumber penghasilan dari

Indonesia

2) Dikenakan pajak atas penghasilan bruto

3) Tarif yang digunakan adalah tarif yang terdapat didalam Pasal 26

Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

4) Tidak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)

c. Asas Kebangsaan

Asas kebangsaan ini menghubungkan pengenaan pajak dengan

kebangsaan wajib pajak sehingga pengenaan/ pemungutan pajak

didasarkan atas kebangsaan Wajib Pajak . Asas ini mengandung dua

arti yaitu : 1) Dalam arti aktif , artinya negara berwenang memungut

pajak kepada semua warga negaranya dimana pun berada. 2) Dalam

arti pasif ; artinya negara berwenang untuk memungut pajak terhadap

warga negara asing yang tinggal di wilayah negaranya.

Dengan kata lain dalam asas kebangsaan juga merupakan subjek

pajak dalam negeri yang memiliki penghasilan baik berasal dari

Indonesia maupun dari negara lain. yang menjadi Subjek pajak disini

adalah subjek pajak dalam negeri yang didalam seperti orang pribadi

yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di

Page 67: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

57

Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam

jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam

suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk

bertempat tinggal di Indonesia, atau badan yang didirikan atau

bertempat kedudukan di Indonesia atau dapat pula berupa warisan

yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

Negara yang menganut asas kebangsaan ini akan mengenakan

pajak atas suatu penghasilan apabila penghasilan tersebut diperoleh

warga negaranya. Dalam asas ini yang menjadi landasan dalam

pengenanaannya adalah status kewarganegaraanya dari orang atau

badan yang memiliki penghasilan tersebut. Atas dasar asas ini tidak

menjadikan persoalan dari mana penghasilan itu didapatkan, asas ini

dapat disamakan dengan asas domisili, sistem pengenaan pajak

berdasarkan asas nasionalitas ini dilakukan dengan cara

menggabungkan keduanya dengan konsep pengenaan pajak secara

world wide income.

Terdapat beberapa perbedaaan prinsipil antara asas domisili,

asas kebangsaan, dan asas sumber, pada asas domisili dan asas

kebangsaan, kriteria yang dijadikan pijakan kewenagan negara dalam

melakukan pungutan pajak adalah subjek pajak yaitu apakah wajib

pajak tersebut sebagai penduduk atau berdomisili di negara setempat,

disini asal muasal penghasilan yang menjadi objek pajak tidaklah

begitu penting dan pajak yang dikenakan terhdapanya adalah worl

wide income. Sementara itu, pada asas sumber, yang menjadi pijakan

adalah suatu objek yang akan dikenakan pajak adalah hasil yang

berseumber dari negara tersebut, sedangkan status dari orang atau

badan penghasilan tidak begitu dipentingkan dan penghasilan yang

dinekakan pajak hanya terbatas pada penghasilan-penghasilan yang

diperoleh dari sumber-sumber negara yang bersangkutan.

Berbagai asas di atas tentu menjadi awal legalitas keberlakuan

pemajakan bagi para pelaku usaha e-commerce baik yang berada

Page 68: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

58

dalam negeri maupun yang berada di luar negeri, karena jika kita

melihat ketiga asas dari pungutan pajak ini yang secara

implementasiannya ketiga asas tersebut dapat berjalan sendiri-sendiri,

sehingga pemakaian asas tersebut bukanlah bersifat kumulatif. Pun

ketika pemajakan dilakukan kepada semua pelaku usaha e-commerce

tentu hal ini akan menimbulkan suatu kesetaraan bagi para pelaku

usaha itu sendiri. Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada bab

sebelumnya bahwa fungsi pajak itu sendiri untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat serta membangun perekonomian negara dengan

memperbaiki model pelayanan adaministrasi publik yang lebih baik

lagi.

C. Tax Treaty Sebagai Upaya Penghindaran Pajak Berganda Bagi Pelaku E-

Commerce Antar Negara.

Pajak ganda internasional merupakan suatu hal yang tak bisa dihindarkan,

karena pajak ganda internasional akan terjadi manakala dua negara masing-

masing mengenakan pajak yang sama atau jenisnya sama, diwaktu yang

bersamaan dengan objek yang sama pula, seperti halnya p enarikan pajak

untuk pelaku e-commerce antar negara, seorang pelaku usaha tersebut

mempunyai kegiatan ekonomis di negaranya dan juga di negara orang lain.

Pemajakan berganda akan muncul ketika tidak adanya aturan yang tegas yang

dibuat pemrintah, sehingga terjadinya suatu bentuk tumpang tindih hukum

antara dua negara atau lebih. Berdasarkan pengertian pajak berganda, Jaja

zakaria memberikan kesimpulan atas unsur-unsur dari definisi pajak berganda

itu sendiri,:11

1. Terdapat dua negara atau lebih yang menerapkan pajak

2. Pajak tersebut dikenakan kepada subjek pajak yang sama

3. Objek pajak yang dikenakan adalah sama

4. Adanya kesamaan jenis pajak yang dikenakan

5. Pajak tersebut dikenakan dalam priode atau masa yang identik

11 Muhammad Djafar Saidi, Pembaruan Hukum Pajak, ( Jakarta : PT RajaGrafindo

Persada, 2007). h. 284

Page 69: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

59

Terjadinya pajak ganda Internasional karena tidak ada suatu hukum yang

mengatur secara umum bagi negara dalam memungut pajak, sehingga setiap

negara yang dijadikan sumber penghasilan dan memiliki asas sumber dalam

penerapan hukumnya memiliki hak dalam memungut pajak atas hasil yang

berasal dari negaranya. Maka negara tempat tinggal harus memberikan

prioritas terhadap negara sumber untuk memungut pajak tersebut. Adapun

beberapa konflik terjadinya pengenaan pajak berganda antara lain :

1. Konflik antar asas domisili dengan asas sumber

Penyebab terjadinya pengenaan pajak berganda bisanya karena

bertemunya asas domisili dengan asas sumber, dimana negara yang

memiliki asas domisili memungut secara penuh terhadap penghasilan

yang dihasilkan melalui negaranya sedangkan negara yang menerapkan

asas sumber menerapkan pajak atas sumber penghasilan yang berasal dari

negaranya.

2. Konflik karena perbedaan definisi penduduk

Seorang pribadi atau badan pada saat bersamaan seringkali dapat

didefinisikan sebagai penduduk dari dua negara yang menerapkan asas

kewarganegaran dalam pemungutan pajak di negaranya, hal inilah yang

memperburuk pengenaan pajak berganda sebab penganaan pajak

penduduk tersebut dapat dikenakan dua kali.

3. Perbedaan definisi tentang sumber penghasilan

Sebab ketiga yang menjadi penyebab adanya pengenaan pajak

berganda adalah bila dua negara atau lebih memberlakukan suatu jenis

penghasilan sebagai salah satu sumber pajak dinegaranya, hal ini pula

dapat membuat penghasilan yang sama dikenakan terhadap pajak pada

dua negara atau lebih.

Dari beberapa penyebab konflik di atas maka dapat diperhatikan bahwa

dengan adanya kemajuan dibidang teknologi yakni e-commerce yang dapat

memberikan akses kepada penjual untuk memjual produknya bahkan sampai

lintas negara, dapat ditetapkan sebagai salah satu subjek pajak luar negeri

Page 70: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

60

dikarenakan dia telah mendapatkan penghasilan dari negara Indonesia. Menurut

prof. Rochmat Soemitro S.H terjadinya konflik hukum pajak sangat tergantung

atas asas-asas pengenaan pajak yang dianut oleh masing-masing negara. bila

terdapat dua negara yang menganut asas berlaian maka besar kemungkinan pajak

berganda dapat terjadi, disamping itu apabila masing-masinng negara menganut

asas pengenaan pajak yang sama namun definisinya yang diberikan berbeda besar

kemunngkinan juga dapat menimbulkan pajak ganda itu sendiri.12

Penganaan pajak berganda yang dilakukan oleh dua negara tentu akan

memberatkan wajib pajak dan dapat berdampak lebih yakni menimbulkan

kerugian bagi negara-negara penerimma pajak, sehingga dibuatlah berbagai upaya

yang dapat meminimalisir kerugian yang akan dialami negara atau dialami oleh

wajib pajak tersebut dengan menggunakan beberapa cara :

1. Upaya penghindara pajak berganda secara unilateral

Ketika kita melihat pasal 24 Undang-Undang No 36 Tahun 2008 tentang

pajak penghasilan yang berbunyi :

a) Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar

negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri boleh

dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan Undangundang ini

dalam tahun pajak yang sama.

b) Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar

pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak

boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-

undang ini.

c) Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber

penghasilan ditentukan sebagai berikut:

1) penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari

pengalihan saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan

12 Soemitro Rochmat, Indonesia Dalam Perkembangan Hukum Pajak Internasional,

(Jakarta:1970)

Page 71: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

61

yang menerbitkan saham atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat

kedudukan;

2) penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan

penggunaan harta bergerak adalah negara tempat pihak yang membayar

atau dibebani bunga, royalti, atau sewa tersebut bertempat kedudukan

atau berada;

3) penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak

gerak adalah negara tempat harta tersebut terletak;

4) penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan

kegiatan adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani

imbalan tersebut bertempat kedudukan atau berada;

5) penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap

tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan;

6) penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan

atau tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam

perusahaan pertambangan adalah negara tempat lokasi penambangan

berada;

7) keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta

tetap berada; dan

8) keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu

bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.

d) Penentuan sumber penghasilan selain penghasilan sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) menggunakan prinsip yang sama dengan prinsip yang

dimaksud pada ayat tersebut.

e) Apabila pajak atas penghasilan dari luar negeri yang dikreditkan ternyata

kemudian dikurangkan atau dikembalikan, maka pajak yang terutang

menurut Undang-undang ini harus ditambah dengan jumlah tersebut pada

tahun pengurangan atau pengembalian itu dilakukan.

f) Ketentuan mengenai pelaksanaan pengkreditan pajak atas penghasilan dari

luar negeri diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Page 72: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

62

Berdasarkan ketentuan dalam pasal diatas Indoensia memberikan kredit

pajak kepada luar negeri terhadap penghasilan yang diterima atau diperoleh

dalam negeri. Pajak tersebut dapat dikreditkan keseluruhanya atas penghasilan

kena pajak yang dikenakan setiap satu tahun sekali. Dengan terdapatnya pasal

24 tersebut maka wajib pajak akan dikenakan pajak berganda atas hasil

usahanya untuk dibayarkan dapatdikurangi atas dasar pasal 24 tersebut.

Adapun keutungan dari perjanjian unilateral adalan pembuatan ketentuan

relatif sudah karena tidak perlu melibatkan atau ketergantungan dengan negara

lain dan penerapanya pun mudah karena sesuai dengan aturan nasional. Namun

kerugian yang akan dimiliki adalah pajak berganda ini tentu tidak dapat

dipercahkan secara sepihak dan pula ketentuan perjanjian pajak secara

unilateral hanya mengatur tentang penghindaran pajak untuk wajib pajak dalam

negeri saja dan tidak mengatur penghirndaran pajak untuk wajib pajak luar

negeri.13

Pemerintah yang melakukan penghindaran pajak dengan menggunakan

cara unilateral atau perjanjian yang dibentuk sepihak oleh pemerintah akan

selalu diisyaratkan dengan adanya reciprocity atau timbal balik yang bermakna

suatu hubunngan timbal balik antar kelompok14, menandakan pula bahwa

negara hanya akan membebasakan suatu pajak yang ditanggung oleh wajib

pajak bilamana negara tersebut memberikan kebebasan pula. Jika negara tidak

memebrikan syarat reciprocity ini kepada wajib pajak luar negeri yang berada

diluar negaranya, maka negera yang memiliki perjanjian unilateral tidak dapat

meakukan pembebasan pula terhadap wajib pajak yang berada dinegaranya.

Namun reciprocity ini lambat laun sudah tidak dapat digunakan kembali atas

keberlakuakn traktat pajak yang dilakukan oleh negara secara sepihak, dimana

negara akan membuat peraturan yang dapat memebatasi diri dalam

13Jaja Zakaria, Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda: Serta Penerapannya di

Indonesia, ( Jakarta : Persada Grafindo, 2005). h. 12

14 Rahel Widiawati Kimbal, Modal Sosial dan Ekonomi Industri Kecil: Sebuah Studi

Kualitatif, ( Yogyakarta : CV Budi Utama, 2015). h. 60

Page 73: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

63

menggunakan wewenanganya untuk memungut pajak, seperti membebaskan

pajak yang ditanggung oeh wajib pajak luar negeri atas penghasilan yang

bersumber dari negaranya. Adapun cara tersebut dilakukan untuk menjaga

suatu kedaulatan negara dalam mengatur sendiri masalah pungutan pajak yang

terdapat dalam suatu peraturan yang dimiliki oleh negara tersebut. Tujuan dari

ketentuan atau perngauran yang dilakukan secara sepihak adalah :

a) Melindungi wajib pajak dalam negeri yang melakukan usaha/ mempunyai

kekayaan di negara lain

b) Mengikuti kebiasaan Internasional

c) Mengikuti Internasional courtesy ( sopan santun Internasional)

d) Menarik modal asing

e) Menarik ahli dari luar negeri.15

Adapun metode yang digunakan dalam penghindaran pajak berganda

secara unilateral terdiri dari exemption method dan credit method.

a) Exemption method

Metode ini memberikan kewenangan kepada negara yang

menerapkan asas domisili untuk dengan rela memberikan kebebasan pajak

untuk diberikan kepada negara atas sumber hasil yang diperoleh dari negara

lain yang menganut asas sumber.

b) Credit Method

Metode ini memebrikan keringanan pajak berganda internasional

dengan cara memberikan kredit atau mengurangi pajak luar negeri atas

pajak penghasilan yang diterima secara global atau lintas wilayah. Adapun

tujuan Credit Method ini adalahuntuk memelihara keseimbangan antara

wajib pajak luar negeri dan wajib pajak dalam negeri yang tidak meliki

pendapatan yang bersumber dari luar negeri, hal ini menandakan bahwa

pengurangan pajak ini hanya akan diberikan sepanjuang jumlah pajak yang

dikenakan negara sumber tidak lebih besar dari pada yang dikenakan oleh

negara domisili.

15 Rochmad Soemitro, Asas dan Dasar Perpajakan ( Bandung : PT Eresco,.1986). h. 98

Page 74: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

64

2. Upaya Penghindaran pajak Berganda secara Bilateral/ Multilateral

dengan traktat/ tax treaty

Penghinndaran pajak yang dilakukn melalui bilaterla atau mutilateral

dilakukan dengan cara melakukan perudangan antar negara yang

berkepentingan untuk mereguasi penghindaran pajak berganda tersebut.

Perjanjian bilateral dilakukan dnegan perjanjian yang dilakukan oleh dua

negara meleaui suatu perjanjian khusus yang disebut sbegai convention atau

agreement16

. Sedangkan perjanjian secara multilateral adalah perjanjian yang

dilakukan oleh beberapa negara untuk melakukan suatu penghinndaran pajak,

adapun tujan dari perjanjian secara multilaterl ini adalah tidaklah semata-mata

untuk meregulasi penghindaran pajak berganda namun pula dapat

mengalokasikan hak pemajakan antara negara-negara yang bersepakat,

mendorong perdagangan dan penanaman modal antar negara dan pencegahan

penyelundupan pajak internasional atau prevition of fiscal evasion. 17

Perjanjian tersebut merupakan suatu perjanjian yangdapatdisebut pula sebagai

tax treaty, Dengan berlakunya tax treaty maka dalam suatu negara terdapat

dua sumber hukum dalam perpajakan yang pertama adalah ketentuan dalam

tax treaty dan yang kedua adalah ketentuan dalam UU perpajakan domestik .

Sehubungan dengan tax treaty yang perlu diperhatikan adalah:

a) Tax treaty memberikan hak pemajakan kepada salah satu negara

perjanjian, maka ketentuan dalam undang-undang perpajakan

undangundang domestik yang seterusnya akan berlaku.

b) Perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) lebih diutamakan dari

pada undang-undang domestik. Sehingga jika terjadi benturan antara

undang-undang domestik dan perjanjian penghindaran pajak berganda

(P3B) , maka yang superior adalah ketentuan dalam P3B.

16 Safri Nurmantau, Pengantar Perpajakan, (Jakarta : Granit, 2005). h. 171

17 Jaja Zakaria, Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda: Serta Penerapannya di

Indonesia, ( Jakarta : PT Raja Grafindo, 2005). h. 13

Page 75: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

65

c) Perjanjian penghindaran pajak berganda tidak menciptakan pajak baru.

Sehingga jika dalam pasal-pasal Perjanjian Penghindaran pajak berganda

tercantum jenis-jenis pajak lain diluar yang telah mempunyai dasar

hukum dalam bentuk undang-undang di Indonesia, maka pajak tersebut

tidak berlaku bagi Indonesia.18

Penghindaran pajak berganda secara bilateral diwujudkan dalam bentuk

penutupan penghindaran pajak berganda Internasional. Sebagai perumusan

penghindran pajak berganda Internasional terdapat beberapa model yaitu:

a) OCED ( Organization for Ekonomic Cooperation and Development )

OCED model memberikan dua alternatif, yaitu exemption method dan

credit method.

b) UN Model ( United Nations )

c) US Model ( United State)

Adapun Perbedaan Model Tax Treaty OECD, United Nations dan

United State dapat dilihat dari sejarah yang melatarbelakangi pembentukan

konvensi pajak internasional. Model OECD dilatarbelakangi oleh

peningkatan jumlah perdagangan antar negara maju yang memberikan

dampak negatif terhadap perpajakan nasional, dengan perjanjian pajak yang

dibentuk oleh anggota OECD penghindarana pajak dilakukan dengan cara

penyesuaian dengan kebutuhan negara yang menjadi anggotanya. Model

United Nation dilatarbelakangi atas derasnya arus penanaman modal yang

berkembangan anatar negara maju ke negara berkembang hal tersebut

menimbulkan permasalah pajak secara internasional, adapun perjanjian yang

dilakuakn oleh UN adalah guna melindungi kepentingan negara berkembang

dalam masalah perpajakan intenasional. Sedangkan model United State

dilatarbelakangi karena kebutuhannegara Amerika sendiri untuk mengatur

hukum pajaknya, penganturan tersebut bertujuan untuk menjaga kepentingan

negaranya sendiri.

18 Safri Nurmantau, Pengantar Perpajakan, (Jakarta : Granit, 2005). h. 171

Page 76: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

66

Adapun struktur persetujuan penghindaran pajak berganda pada

umumnya menjelaskan tentang yang dibuat melalui OECD19 :

a) Subjek Pajak, Jenis Pajak, Istilah Umum, Penduduk

b) Jenis-jenis Penghasilan.

1) Laba Bentuk Usaha Tetap

2) Laba Harta Tidak Bergerak

3) Laba Usaha

4) Laba Usaha Perkapalan dan Penerbangan

5) Dividen

6) Bunga

7) Royalti

8) Harta Bergerak

9) Pendapatan Lain-lain

10) Kekayaan

c) Hal-hal yang terkait dengan pekerjaana.

1) Pekerjaan Bebas

2) Pegawai Swasta

3) Direktur

4) Artis dan Atlet

5) Pensiun

6) Pegawai Negeri

d) Hubungan Istimewa

e) Metode Penghindaran Pajaka.

1) Penghapusan Pajak

2) Pengkreditan Pajak

f) Pendidikan dan Pelatihana.

1) Guru / Peneliti

2) Mahasiswa atau Pelatihan Karyawan

g) Ketentuan Lain-laina

19 Syamsul Bahri, Pasal-Pasal Tax Traety Dan Penjelasnya . h. 73

Page 77: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

67

1) Non Diskriminasi

2) Tatacara Persetujuan Bersama

3) Pertukaran Informasi

4) Perluasan Wilayah Ketentuan

5) Berlakunya Perjanjian

6) Berakhirnya Perjanjian

Secara garis besar sistematika P3B terdiri dari, (1) bagian

pendahuluan yang berisiruang lingkup P3B dan beberapa definisi, (2) bagian

tentang perpajakan atas jenis penghasilan dan metode penghindaran pajaknya

(3) bagian pengaturan khusus, dan (4) merupakan bagian ketentuan umum

keberakukan dan masa berkahirnya perjanjian tersebut.20

Ketentuan perjanjian pajak berganda tersebut mengharuskan adanya

bentuk usaha tetap dalam pemajakannya hal tersebut guna mmeberikan

kepasstian terhadap suatu negara atas sumber penghasilan yang dihasilakan

oleh wajib pajak luar negeri, jika terdapat BUT maka negara dapat

memberikan pajak atasnya yang atas regulasi yang berada dinegaranya atau

ketentuan yang termuat dalam P3B. Untuk active income biasanya negara

sumber akan memajaki penghasilan dari cabang perusahaan yang berbentuk

BUT dan penghasilan dari aset tak bergerak yang berhasil dari negara sumber

tersebut.21 Adapun ekspor serta import yang dilakukan tanpa BUT seperti

transaksi pelaku usaha dalam e-commerce maka negara sumber saat ini tidak

dapat melakukan pemotongan pajak atas penghasilan yang bersumber dari

negaranya yang telah dihaasilkan oleh wajib pajak luar negeri.

Pasal 26 merupakan pengenaan pajak untuk jenis-jenis penghasilan

tertentu yang dibayarkan dari sumber di Indonesia kepada wajib pajak luar

negeri, meliputi dividen, bunga termasuk premium dan imbalan sehubungan

dengan jaminan pengembalian utang, royalty, sewa, dan penghasilan lainnya,

20 Gunawan Pribadi, Rekonstruksi Kebijakan P3B Indonesia, Pusat Kebijakan Pendapatan

Negara, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan. 21 Nur Diana, Perpajakan Internasional, Jurusan Akutansi, Fakultas Ekonomi,

Universitas Malang, 2016. H. 3

Page 78: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

68

sehubungan dengan penggunaan harta, imbalan sehubungan dengan jasa,

pekerjaan, dan kegiatan, hadiah dan penghargaan, pensiun dan pembayaran

berkala.

Pemotongan PPh Pasal 26 jika ada pembayaran oleh wajib pajak

dalam negeri kepada wajib pajak luar negeri adalah 20%. Dalam praktek ini

dapat menjadi kekeliruan jika tidak meneliti lebih dahulu status wajib pajak

luar negeri yang menerima potongan 20% ini. Pemotongan pajak sebesar

20% ini benar adanya jika wajib pajak luar negeri tersebut berdomisili di

negara-negara yang tidak mempunyai tax treaty dengan Indonesia. Namun

apabila yang menerima pembayaran tadi adalah wajib pajak yang berdomisili

di negara yang mempunyai tax treaty dengan Indonesia, maka ketentuan di

dalam tax treaty yang berkaitan dengan jenis penghasilan tersebut harus

menjadi rujukan. Suatu treaty pada dasarnya adalah mencegah terjadinya

legal double taxation, yang ditempuh dengan membagi hak pemajakan antara

negara domisili dan sumber. Dalam hubungannya dengan penerapan Pasal 26,

treaty sudah mengelompokannya sesuai dengan masing-masing jenis

penghasilan. Pembagian hak pemajakannya diatur pada pasal di dalam treaty

sesuai dengan jenisnya.

3. Kedudukan P3B

Perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) setalh disahakan akan

memiliki kedudukan yang sama dengan peraturan undang-undang yang ada

dinegara tersebut. Perjanjian yang telah sah dapat dijalankan oleh antar negara

terhadap negaranya masing-masing dan dapat diperkuat oleh negaranya, yang

mana dalam hal ini DPR atau presiden dapat menguatkannya melalui ratifikasi

dengan beberapa cara, yaitu:

a) Ratifikasi semata-mata untuk badan eksekutif,

b) Ratifikasi semata-mata untuk badan legislatif, dan

c) Ratifikasi campuran eksekutif dan legislatif.

Ratifikasi yang lazim untuk saat ini adalah ratifikasi yang dilakukan

bersama-sama oleh badan legislatif dan eksekutif yakni DPR serta presiden itu

Page 79: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

69

sendiri. Perjanjian penghindaran pajak berganda (Tax Treaty) pun telah diatur

dalam Pasal 32 A Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008

Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1983 Tentang Pajak Penghasilan berbunyi “pemerintah berwenang untuk

melakukan perjanjian dengan pemerintah negara lain dalam rangka

penghindaran pajak berganda dan pencegahan pengelakkan pajak”.

Dalam penjelasan Pasal 32 A Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan menyatakan bahwa “Dalam rangka

peningkatan hubungan ekonomi dan perdagangan dengan negara lain

diperlukan suatu perangkat hukum yang berlaku khusus (lex spesialis) yang

mengatur hak-hak pemajakan dari masing-masing negara guna memberikan

kepastian hukum dan menghindarkan pemajakan berganda serta mencegah

pengelakkan pajak. Maka kedudukan tax treaty dalam pelaksanaannya lebih

diutamakan dari undang-undang PPh, oleh karena itu sepanjang diatur dalam

tax treaty, maka pemajakan atas penduduk asing atau badan asing mengikuti

ketentuan yang diatur dalam tax treaty.

4. Dampak adanya perjanjian pajak berganda.

a) Dampak adanya perjanjian pajak berganda bagi Penanam modal

asing

Terdapat beberapa macam serta bentuk pemajakan yang dapat

dipungut oleh negara secara bersamaan, yaitu mellaui adanya asas sumber

dan asas domisili. Hal ini disebabkan karena setiap negara menerapkan

asas hukum pajak yang sama dan sekaligus sehingga menimbulkan

bentrok antar hukum pajak diberbagai negara. kalau di tinjau secara

hukum pajak, adanya persamaan asas hukum pajak diberbagai negara

menimbulkan tekanan yang berat, yang dapat mempengaruhi keinginan

para investor untuk memperlebar sayap usahanya hingga ke berbagai

negara karena berakibat pada pemajakan berganda.

Page 80: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

70

Hal di atas dapat mempengaruhi pergolakan pasa modal disuatu

negara lainya, Indonesia sebagai negara yang cukup terbilang diminati

oleh para penanam modal luar sangat memahami dengann benar keadaan

tersebut, belum lagi jika di ingat bahwa Indoensia adalah negara yang

sedang berkembang dan sedang mengalami pembangunan secara besar-

besaran, tentu hal tersebut sangat membutuhkan penanam modal asing dari

luar negeri, tenag ahli, teknologi sehinggaa tanpa ketergantungan oleh

negara lain, dengan demikian untuk mengatasi hal tersebut tentu Indonesia

telah mengatur secara unilateral telah memberikan setimulus bagi para

penanam modal asing dengan memberikan pembebasan pajak atau

keringan pajak yang sangat menguntungkan guna menarik penanam modal

asing ke Indonesia.

Pergerakan penanaman modal dewasa ini dilakukan dengan

pergerakan satu arah (one way traffic) yaitu dari negara yang sudah maju

berinvestasi ke negara-negara yang sedang berkembang, sehingga jika

ditimbang, maka perjanjian pencegahan pajak berganda lebih memberikan

manfaat kepada penanam modal asing yang bertempat tinggal di luar

negeri dari pada penanam modal yang bertempat tinggal di Indonesia,

karena hampir tidak ada penanam modal di Indonesia yang menanam

modalnya di luar negeri.

b) Dampak adanya perjanjian pajak berganda bagi Kepastian sikap

Indonesia.

Bila dilihat dari segi hubungan internasional atau dalam hubunngan

negara dengan negara-negara lain mengingikan Indonesia mengikuti

berbagai perjanjian perpajakan baik dalam konteks perdagangan

inetrnasional, karena melalui perjanjian yang sudah diatur dalam

perjanjian pajak internasional, negara dunuai sudah sangat mengenal

Indonesia, dengan melakukan perjanjian pajak internasional dengan satu

negara, dapat dipastikan bahwa negara-negara lain pun akan mengikuti

langkah yang dilakukan oleh negara lainya, karena perlu di ingat bahwa

negara Indoensia dengan sumber daya alam yang melimpah dan jumlah

Page 81: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

71

penduduk yang banyak, tentu akan memberikan keuntungan bagi para

penanam modal asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Dalam perjanjian pajak berganda internasional untuk menghindari

dari politisasi neger-negara internasioanl yang dapat menghambat hukun

nasional harus dapat dihindarkan, seperti masalah teritorial dan masalah

nusantara (archipelago)22, dengan adanya perjanjian pencegahan pajak

berganda inetrnasional, maka segala bentuk kekosongan hukum yang yang

tidak diatur secara unilateral dalam perundang-undangan pajak Indoensia,

akan mengalami kepastian hukum baru yang diperoleh melalui perjanjian

tersebut, seperti permanen establishment, pemecahan laba, pemajakan

business profit, pemajakan hasil dari lalu lintas internasional dan

sebagainya, Dengan demikian maka hukum pajak internasional di

Indonesia mulai menampakkan tanda-tanda kehidupan dan perkembangan

yang sebelumnya merupakan hal yang statis.23

c) Dampak adanya perjanjian pajak berganda bagi pelaku Pengelak

Pajak

Berhubungan dengan hal ini soal yang perlu diperhatikan oleh

negara-negara yang sedang berkembang ialah mengalirnya modal ke luar

negeri. Lazimnya di negara-negara yang sedang berkembang terdapat

pengawasan atas lalu lintas devisa ke luar negeri dan dari luar negeri. Hal

tersebut haruslah dijaga dengan ketat supaya modal nasional yang ada di

dalam negeri tidak mengalir ke luar negeri. Sebaliknya pemasukan modal

asing ke dalam negeri untuk keperluan penanaman dapat mempertinggi

kemakmuran, dan harus benar-benar diawasi supaya modal itu digunakan

untuk maksud yang produktif dan membantu pembangunan negara yang

sedang berkembang. Modal yang telah ditanam supaya tidak

22 Archipelago adalah kesatuan antara lautan dan daratan serta udara yang ada di atasnya, dimana ratio laut adalah lebih besar dari ratio darat, dengan demikian archipelago merupakan bentuk negara kepulauan. Dalam karya Johanis Leatemia, Pengaturan Hukum Daerah Kepulauan ( Sleman : CV Budi Utama, 2019). h. 5

23Dewi Anggraeni Putri, Aspek Hukum Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak

Berganda Internasional , Jurnal Ilmu Hukum, 2014.

Page 82: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

72

direpatriasikan dalam waktu yang singkat tetapi diusahakan dalam waktu

yang cukup lama, dan juga harus diawasi bahwa transfer keuntungan yang

diperoleh dilakukan secara wajar dan tidak berlebih-lebihan.24

Secara ekonomis pajak merupakan pengorbanan hasil sumber daya

yang harus ditanggung oleh pengusaha dan masyarakat. Pajak berganda

sebagai akibat dari pemajakan oleh dua ketentuan pemajakan (dari dua

Negara) memberikan beban terhadap pengusaha sebagai wajib pajak.

Sementara, pergerakan usaha ke mancan negara sudah berdampak resiko

tersendiri dibanding dengan usaha yang dilakukan di dalam negeri,

pemajakan ganda telah memperbesar resiko tersebut. Oleh karena itu,

merupakan kebutuhan Internasional antar negara untuk mengupayakan

agar kebijakan perpajakannya bersifat netral terhadap kompetisi

Internasional.

Tax treaty atau Perjanjian Penghindaran Pajak berganda (P3B)

dapat mempermudah dan mendorong investasi asing di Indonesia dengan

menghilangkan perpajakan berganda (double taxation) dan membagi hak

pemajakan untuk jenis penghasilan tertentu antara dua negara. Namun tax

treaty juga memberi kesempatan bagi investor untuk menggunakan

holding company (perusahaan induk biasa dipakai perusahaan

multinasional dalam berinvestasi untuk memegang saham anak

perusahaan) di negara mitra P3B untuk berinvestasi di Indonesia dan

memperoleh keuntungan pajak. Hal ini merupakan langkah untuk tidak

memberikan beban pajak yang berat kepada para wajib pajak dan

menghindari adaya pengelakan serta penghindaran pajak yang dilakukan

oleh para pengusaha yang merasa terbebani.

D. Bentuk Usaha Tetap Sebagai Syarat Dalam Pungutan Pajak Untuk

Pelaku E-Commerce Antar Negara.

Seiring dengan perkembangan di bidang transaksi Internasional yang

meliputi perdagangan, jasa, dan modal, maka pajak menjadi masalah baru

24 Rochmat Soemitro, Hukum Pajak Internasional Indonesia : Perkembangan dan

Pengaruhnya, Cet. 2, (Bandung : Eresco, 1986). h. 343-348

Page 83: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

73

untuk mengatasi ketiadaan reguasi mengenai negara mana yang berhak

memberikan pajak atas penghasilan yang timbul dari transaksi internasional,

transfer pricing, penyelundupan dan penggelapan pajak, dan lain-lain. Untuk

mencegah masalah perpajakan yang timbul dari transaksi internasional itu

diperlukan kerjasama di antara negara-negara dan salah satu bentuk kerjasama

tersebut adalah perjanjian bilateral di bidang perpajakan, yang dikenal dengan

Perjanjian penghindaran pajak berganda (Tax Treaty).

Tax Treaty seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya berisikan ketentuan

yang mengatur mengenai pembagian hak pemajakan dari masing-masing

negara atas penghasilan yang timbul dari transaksi internasional sehingga

pengenaan pajak berganda dapat dihindari. Selain itu, tax treaty dapat pula

mengatur mengenai pertukaran informasi yang dibutuhkan untuk mencegah

timbulnya penyelundupan pajak melalui praktek-praktek transfer pricing.

Berkaitan dengan Tax Treaty kemudian munculah suatu model subjek

pajak baru yang sering kita kenal dengan istilah Bentuk Usaha Tetap. Bentuk

Usaha Tetap sekarang ini sudah menjadi pengertian yang mutlak dalam

ketentuan Pajak Internasional. Adanya Bentuk Usaha Tetap ini mempengaruhi

Hak suatu negara untuk mengenakan pajak terhadap obyek yang telah

disesuaikan. Dalam prakteknya, di negara Indonesia ternyata konsistensi

secara hukum berkaitan dengan status bentuk usaha tetap yang diperlakukan

sebagai subjek pajak luar negeri masih kurang memadai. Yang dalam Undang-

undang No. 8 Tahun 1967 tentang perubahan dan penyempurnaan Pajak

Pendapatan 1944, Pajak Kekayaan 1932, Pajak Perseroan 1925 menempatkan

BUT sebagai subjek pajak luar negeri, kemudian Undang-undang No. 7 Tahun

1983 dalam pasal 2 ayat 3 (c) menempatkan BUT sebagai subjek pajak dalam

negeri, di dalamnya menyebutkan yang menjadi subjek pajak dalam negeri

adalah sebagai berikut

“Bentuk usaha tetap yaitu bentuk usaha yang dipergunakan untuk

menjalankan kegiatan usaha secara teratur di Indonesia, oleh badan atau

perusahaan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia,

yang dapat berupa tempat kedudukan manajemen, kantor cabang, kantor

perwakilan, agen, gedung kantor, pabrik, bengkel, proyek kontruksi,

Page 84: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

74

pertambangan dan penggalian sumber alam, perikanan, tenaga ahli, pemberian

jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai, atau oleh orang lain atau badan yang

berkedudukan tidak bebas yang bertindak atas nama badan tau perusahaan

yang tidak didirikan atau tidak berkedudukan di Indonesia dan perusahaan

asuransi yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia

yang menerima premi asuransi atau menanggung resiko di Indonesia”.

Electronic commerce (e-commerce) yang merupakan salah satu dari

bentuk kemajuan teknologi tersebut, tentu akan mempengaruhi sistem

perdagangan yang ada selama ini. Walaupun kemunculan e-commerce masih

baru, namun potensi yang dijanjikan dalam perdagangan e-commerce ini

cukup menjanjikan. Salah satu penelitian (Forrester Research) memprediksi

bahwa total pembelanjaan dalam e-commerce yang dalam tahun 1996 kurang

dari 500 juta US dolar akan meningkat menjadi 6,5 milyar US Dolar dalam

tahun 2000. Koran Media Indonesia edisi 9 Agustus 2001 melaporkan tentang

hasil penelitian Gartner Dataquest yang memprediksikan pada tahun 2003

jumlah pelanggan internet (yang merupakan pangsa pasar e-commerce) di

wilayah Asia Pasifik akan berjumlah sebesar 183,3 juta, Amerika sebesar

162,8 juta dan 162,2 juta di Eropa Barat. Apabila angka-angka tersebut

dibandingkan dengan saat awal-awal digunakannya internet pada tahun 1988

sampai dengan tahun 1994 yang tumbuh dari nol sampai 3 juta pemakai

internet, maka prediksi jumlah pemakai internet pada tahun 2003 tersebut

sangat fantastik.25

Dengan munculnya dan makin berkembangnya transaksi e-commerce

tersebut, menimbulkan permasalah sebagai berikut: bagaimanakah

administrasi pajak mengantisipasi cara pemajakan (tax treatment) atas

penghasilan dari transaksi e-commerce yang tidak mengenal batas geografis

tersebut? dan apakah ketentuan perpajakan yang ada sekarang ini telah

memadai atau belum cukup memadai untuk mengantisipasi penghasilan dari

transaksi e-commerce?

25 Paulus Aluk Fajar Dwi Santo, Aspek Hukum Subjek Pajak Bentuk Usaha Tetap

Menurut Hukum Positif Di Indonesia, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Bina Nusantara

Page 85: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

75

Iwan Juniardi, Staf Ditjen Departemen Keuangan, mengatakan bahwa

kesulitan penerapan PPh dan PPN bagi bisnis sistem informasi ini dikarenakan

Ditjen Pajak tidak mempunyai akses terhadap data transaksi. Kesulitan ini

semakin meningkat bila dikaitkan dengan transaksi software yang memberi

kemudahan bagi pembeli untuk men-download software langsung dari Internet

dan penentuan suatu web server sebagai bentuk usaha tetap (BUT) atau tidak

juga menimbulkan masalah mengingat batasan yang terjadi belum jelas.

Namun bila web server hanya dapat dugunakan untuk menampilkan iklan

atau informasi lain sehubungan dengan produk yang diperdagangkan maka

tidak akan menimbulkan suatu BUT seperti halnya model e-commerce Clasfi

Ads.

Namun, bila web server tersebut dapat menjalankan fungsi penerimaan

pesanan dan pembayaran serta pengiriman produk digital atau jasa, termasuk

bila konsumen membeli dan sekaligus men-download software maka web

server tersebut merupakan BUT. Sikap Ditjen Pajak menyikapi permasalahan

di atas dengan melakukan analisa yang terus-menerus terhadap e-commerce

yang melibatkan sejumlah pihak terkait sehingga pelaksanaan peraturan

perpajakan berjalan efektif. Peraturan yang akan ditetapkan nanti sebaiknya

merupakan kesepakatan internasional. Karena pengenaan pajak atas pelaku

usaha e-commerce dapat dilakukan secara lintas negara, maka demi

kenyamanan bersama antar negara diperlukanya regulasi Internasional yang

dapat menguntungkan semua pihak negara. Terdapat Lima prinsip perpajakan

e-commerce yang dijadikan pedoman dalam meregulasi transaksi e-commerce

yang dikutip dari OECD dalam laporan yang dibuat oleh Committee of Fiscal

Affairs meliputi26:

1. Kenetralan, ketentuan pajak harus bersifat netral untuk seluruh bentuk

perdagangan, baik elektronik maupun tradisional

26 Diah Vitaloka Adam Dan Intan Puspita Astin, Kebijakan Pengenaan Pajak Atas

Transaksi Perdagangan Online (E-Commerce), Studi Akuntansi Stembi Bandung Business School, Frima, 2019

Page 86: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

76

2. Efisiensi, adanya biaya seperti biaya kepatuhan untuk wajib pajak dan

biaya administrasi untuk Direktorat Jenderal Pajak harus benar-benar

diminimalkan

3. Kepastian dan Kesederhanaan, peraturan perpajakan harus jelas dan

mudah di mengerti sehingga wajib pajak mengetahui pengenaan pajak

ketika transaksi di lakukan

4. Efektifitas dan Keadilan, perhitungan pajak harus benar-benar tepat pada

saat yang tepat

5. Fleksibel, sistem perpajakan harus fleksibel dan dinamis untuk

memastikan bahwa sistem dapat mengikuti perkembangan teknologi dan

perdagangan.

Terkait Syarat yang telah ditetapkan oleh Negara-negara OECD yang

menyepakati untuk pemungutan pajak penghasilan atas transaksi e-commerce

yang memiliki Bentuk Usaha Tetap menggunakan asas sumber, apabila tidak

memiliki BUT maka menggunakan asas domisili. Maka kesepakatan tersebut

menjadikan negara yang menjadi sumber penghasilan atas kegiatan usaha

yang dilakukan oleh pelaku usaha e-commerce antar negara tidak dapat

dipajaki karena kesepakatan sementara tersebut belum meregulasi dengan baik

keberadaan serta urgensitas kegiatan pelaku usaha yang dilakuakn secara

lintas negara.

E. Sistem Pungutan Pajak Untuk E-Commecer Antar Negara Di Negara-

Negara Yang Sudah Sukses Dalam Pengimplementasiannya.

1. Uni Eropa

Sejak tahun 2008 sampai 2016 pertumbuhan pendapatan yang

dimiliki e-commerce memberikan pertumbuhan mencapai 32 persen, hal

tersebut berbading terbalik dengan penjual konvensional yang hanya naik

satu persen. Setelah melihat perkembangan pesat perdaganagn melalui e-

commerce , Uni Eropa menganggap perlu adanya pemajakan yang sesuai

dengan perkembangan zaman, dikarenakan asosiasi pelaku bisnis di Uni

Eropa memberikan data bahwa pada tahun 2016 perdagangan online

mencapai 350 miliar euro.

Page 87: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

77

Pada 2015, Uni Eropa memperkenalkan skema khusus

bernama mini one stop shop (MOSS). MOSS difungsikan untuk

mempermudah perusahaan dalam mengelola penarikan pajak dari

konsumen. MOSS merupakan layanan online yang memberikan jasa

platform bagi perusahaaan untuk mematuhi regulasi perpajakan baik

pertambahan nilai mupun pajak penghasilan dinegara tempat

diperdagangakan dalam arti di negara sumber atau konsumen berada.27

Uni eropa membuat 2 Skema, pertama, regulai pajak pertambahan

niai yang mengatur bahwa pajak baru bisa dikenakan apabila niali

transaksi sesuai dengan ambang batas yang telah ditentukan dinegara

tempat konsumen berada, perdaganagn ini dilakukan melalui perdagangan

dengan sistem business to cosetemer yang memperdagangkan barang

berwujud. Begitupun ketikan perusahaan tersebut ternyata tidak berada di

Uni Eropa maka apabila nilai barang sesuai ambang batas maka negara

konsumen berhak menarik pajak pertmabhaan nilai sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. kedua, perusahaan yang terintegrasi dengan

sistem pajak pertambahan niai Uni Eropa wajib meminjamkan dana

sebesar 8 euro kemasing-masinng negara tempat mereka menjual barang.

Skema yang kedua ini diterapkan untuk barang tidak berwujud seperti

game, penyedia layanan musik, film dan software. Ketika suatu

perusahaan berasal atau tidak berasal dari negaranya dan berada atau

tidak berada dinegaranya maka hukum yang berlaku adaah hukum pajak

pertambahan nilai yang ada di negara konsumen.28

2. Australia

Australia merupakan salah satu negara yang terbilang cukup baik

dalam bidang perpajakn dalam sistem transaksi jual-beli online. Pada

27 The European mini one-stop shop: A model for future indirect tax compliance?,

https://www.thetaxadviser.com/issues/2017/jun/european-mini-one-stop-shop-indirect-tax-compliance.html, ( Diakses Tanggal 29 Juni 2019, Pukul 17. 35)

28 European Commission Directorate-General Taxation And Customs Union Indirect

Taxation And Tax Administration, Guide To The Vat Mini One Stop Shop, Brussels, 23 October 2013

Page 88: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

78

tahun 2017 Menunjukan nilai total perdagangan online yang berada di

Autralia mencapai USD 22,3 miliar, dalam konteks internasional Autralia

termasuk dalam 10 negara besar dengan nilai perdagangan online yang

tinggi. Pun data tersebut semakin diperkuat dengandata yang dipaparkan

oleh ecommerce foundation, setidaknya 65 persen warga Australia gemar

dalam berbelanja online.29

Atas kemajuan perdagangan onlien tahun 2017 parlemen Australia

mengesahkan perluasan penerapan pajak barang dan jasa ke sektor jual-

beli online barang dan jasa impor bernilai rendah. Dalam aturan tersebut

ditetapkan ambang batas bawah nilai transaksi jual beli online yang akan

dikenai pajak, yakni sebesar AUD 10 ribu. Artinya, semua transaksi e-

commerce yang bernilai di atas AUD 10 ribu akan dikenai pajak barang

dan jasa sebesar 10 persen dari total nilai transaksi.

Pemerintah Australia juga mewajibkan kepada perusahaan

perdagangan online dengan nilai pendapatan mencapai AUD 75 ribu per

tahun untuk melakukan registrasi ke kantor pajak Australia dan dapat

menarik pajak kepada para konsumen sesuai dengan pemajakan Australia.

Pemerintah Australia pula memberikan himbauan kepada para perusahaan

online yang berjualn mencapai negaranya untuk menjual produknya

dengan menyertakan keterangan harga yang telah disesuaikan dengan

pajak barang dan jasa, seperti yang dilakukan oleh perusahan online

domestik yang ada dinegaranya, serta berkewajiban membayar pajak ke

kantor pajak Autralia.

3. Korea Selatam

Trankasi jula-beli secara online sedang bertumbuh pesat di negara

Korea selatan pada tahun 2016, dirilis melalui global conncted commerce

report 2016 yang ditulis oleh Neilsen, yang memberikan laporan bahwa

penduduk Korea selatan memiliki kegemaran untuk belanja onlie mulai

dari pakaian mencapai 77%, perlengkapan rumah 52%, makanan kemasan

29 Australia B2C Ecommerce Country Report 2016, https://www.ecommercewiki.org/reports/45/australia-b2c-ecommerce-country-report-2016 (Diakses Tanggal 29 Juni 2019, Pukul 17. 35)

Page 89: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

79

51%, alat Make up dan perwatan tubuh 65%, dan sayur mayur mencapai

37%.30 Dari laporan tercatat nilai transaksi perdaganagn online yang

dilakukan di Korea selatan mencapai USD 46,5 Miliar, dan sejak saat

itulah pemerintah korea selatan memperluas cakupan pajak dan

meregulasi dan memasukan perdagangan online sebagai salah satu objek

pajaknya.

Dalam regulasinya Korea Selatan mengharuskan kepada setiap

perusahan baik yang terdapat dinegaranya ataupun tidak berada di

negaranya untuk meregistrasi perusahaanya agar dapat dikenakan pajak

pertambahan nilai, namun berbeda halnya dengan Australia, Korea

Selatan tidak memebrikan ambang batass kepada setiap perusahan agar

dapat meakukan registrasi dan akan dikenakan regulasi pajak

pertambahan nilai sebesar 10 persen, Hal ini juga berlaku apabila barang

yang dijual tidak memiliki wujud fisik. Pajak tersebut harus dibayarkan

setiap tiga bulan ke Woori Bank, bank yang melayani perpajakan Korea

Selatan. Pajak yang dibayarkan juga harus menggunakan mata uang Won.

Sehingga pemajakan yang dilakukan dinegara korea selatan tidak dengan

mudah dilepaskan karena pengaturannya yang ketat

4. Jepang

Sejak tahun 2002 pemerintahaan Jepang membentuk tim dengan

nama Professional Team for e-Commerce Taxation (Protect) sebuah unit

khusu di National Tax Agency yang bertugas medeteksi transaksi e-

commerce , hal tersebut merupakan keseriusan pemerinntahan jepang saat

ini, dikeranakan peredaran transaksi e-commerce di Jepang mencapai

sekita 20 ribu triliun rupiah. 31 pemerintah jepang pula telah berniat

unntuk meningkatkan potensi pajak dalam bidang e-commerce yang

30 Ragam Regulasi Pajak E-commerce di Dunia,

https://kumparan.com/@kumparanbisnis/ragam-regulasi-pajak-e-commerce-di-dunia, (Diakses Tanggal 29 Juni 2019, Pukul 18. 57)

31 Direktorat Jendral Pajak Kementrian Keuangan, Menelusur Pajak atas Transaksi E-

Commerce, http://www.pajak.go.id/content/article/menelusur-pajak-atas-transaksi-e-commerce diakses tanggal 29 Juli 2019, pukul 19:36 WIB

Page 90: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

80

diperkirakan pengenaan pajak konsumsi sebesar 8% sekita 1600 triliun

rupiah, yang mana pada tahun 2015 pemasukan pajak jepang mencapai

5.452 triliun rupiah.

Melalui tim khusu yang dibentuk oleh jepang tersebut yang

berguna menyusuri transaksi online yang berkembang di Jepang

terdapatnya alasan mengenai terbentuknya tim tersebut antara lain, tingkat

kesulitan untuk mengindentifikasi pelaku e-commerce , wajib pajak yang

banyak jumlahnya berfuktuasi karena kemudahan untuk masuk dan keluar

dari server, adanya cross border dan semua transaksi tercatat secara

online yang tidak dapat dilihat secara nyata, sehingga diperlukanya

keahlian dibidang teknoogi informasi utnuk membuka atau mendapatkan

data tersebut.

Selain dibentuknya tim Protect pemerintah jepang juga telah

membentuk peraturan perundnag-undangan e-commerce yang

memudahkan petugas perpajakan dalam mengumpulkan data dari pihak

ketiga. Berbgaai regulasi tersebut dapat berjalan efektif apabila adanya

kerjasama anatar pemerintahan serta swasta. Kesuksesan tim protect

dalam menyususri pajak dapat dilihat dari adanya supplay data dari pihak

ketiga yang dapat dijadikan bank data untuk memonitori setiap wajib

pajak demi kepatuhan pajak. Karena data tersebut sangat memudahkan

dirjen pajak jepang dalam mengindentifikasi jumlah penghasilan setiap

wajib pajak. Selain itu dirjen pajak jepang juga sangat membutuhkan

teknologi informasi yang memadai melalui transaksi keuangan dari para

pelaku wajib pajak yang terdapat dalam e-commerce.

Kesulitan lain yang terdapat dijepang adalah mengenaai transaksi

cross border yakni transaksi lintas negara tersebut dapat dikurangi dan

dipermudah dengan adanya National Payment Gateway ( NGP) yakni

sistem yang terdiri atas standar, switching, dan services yang dibangun

melalui seperangkat aturan dan mekanisme (arrangement) untuk

mengintegrasikan berbagai instrumen dan kanal pembayaran secara

nasional. Sistem tersebut dapat mendeteksi segala transaksi yang

Page 91: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

81

dilakukan secara terorganisir dan diawasi dengan mudah serta

pembayaranya akan terhubung menjadi satu, sehingga melalui NPG maka

potensi pajak dapat terlihat dan terdeteksi.

5. Indonesia

Secara sumber daya alam dan sumber daya manusia yang banyak

indonesia tentu akan ddijadikan target pasar oleh perdagangan

internasional saatini dan dikemudian hari, untuk mengantisipasi segala

kerugian yang dihasilkan dari perdagangan melalui e-commercce yang

justru lebih dapat memberikan keuntungan bagi Indoensia dalam

pemasukan pajak maka saat ini diperlukannya pengaturan pajak mengenai

e-commercce yang dilakukan oleh pelaku usaha antar negara atau intas

negara.

Setelah adanya peraturan yang ditetapkan melalui Peraturan

Menteri Keuangan (PMK) Nomor 210/PMK.010/2018 tentang Perlakuan

Perpajakan atas Transaksi Perdagangan melalui Sistem Elektronik (e-

commerce) yang mulai berlakuk pada 1 April 2019 yang khusus

mengatur masalah perpajakan untuk e-commercce untuk pelaku usaha

dalam negeri, pemerintah dan jajarannya pun saat ini masih tetap

membuat skema perpajakan e-commerce yang dilakuakn secara lintas

negara, melalui Direktur Perpajakan Arif Yanuar mengatakan bahwa

Indoensia saat ini masih menggarap pemajakan e-commerce yang

dilakuakn secara lintas negara dan akan melakukan pertemuan dengan

negara Autralia untuk membahas pemajakan atas pelaku usaha e-

commerce yang dilakuakn secara lintas negara.

Page 92: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan dan analisis yang telah dipaparkan pada

bab sebelumnya, maka terdapat beberapa kesimpulan yang dapat penulis

rumuskan, yakni sebagai berikut:

1. Pengaturan hukum pajak penghasilan untuk pelaku E-commerce antar

negara di Indonesia.

Dalam Pasal 26 Undang-Undang Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh wajib pajak luar

negeri dari Indonesia melalui sistem e-commerce dengan pelaku usaha

yang tidak mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia namum dapat

melakukan kegiatan usaha jual beli hingga lintas negara, pasal

tersebutlah yang menjadi legalitas pengenaan pajak atas pelaku e-

commerce antar negara. Adapun yang menentukan seorang pelaku

usaha e-commerce dikatakan sebagai wajib pajak luar negeri adalah

Pasal 2 Ayat (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

Namun pada permasalahnya e-commerce yang dapat dikatagorikan

sebagai transaksi perdagangan barang atau jasa lainya yang sama

dengan perdagangan kovensional hanya yang membedakanya adalah

cara atau terdapatnya alat yang digunakan saat bertransaksi melalui e-

commerce, sehingga perlakukan pajak antara keduanya haruslah

disamakan demi terwujudnya sebuah kesetaraan dalam perlakuakn

pajak dalam bidang perdagangan.

Page 93: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

83

2. Faktor yang mempengaruhi atau menghambat pungutan pajak

penghasilan bagi pelaku E-commerce antar negara di Indonesia

Adapun terdapat beberapa yang meberatkan kondisi pungutan

pajak untuk e-commerce itu sendiri antara lain tingkat anomitas yang

tinggi, mudahnya terjun dalam dunia bisnis e-commerce, transaksi

dapat dilakukan dengan cara croos border atau lintas negara, data

dalam transkasi elektronik tidak serta merta dapat dipercaya dan masih

belum adanya harmonisasi regulasi serta kerjasama yang baik antara

lembaga negara serta badan usaha yang memiliki platform E-

commerce itu sendiri.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis sampaikan dari bab

I hingga bab IV, maka penulis akan mengemukakan saran-saran sebagai

berikut:

1. Setelah melakukan analisis terkait pungutan pajak untuk pelaku e-

commerce antar negara, penulis berpendapat bahwa legalitas

keberlakukan pajak untuk pelaku usaha e-commerce antar negara

termasuk dalam wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap yang

terdapat dalam pasal 26 Undang-Undang Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan,

sehingga saat ini perlunya penegasan mengenai pelaku usaha yang

tidak mempunyai bentuk usaha tetap dalam Undang-Undang Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan

Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak

Penghasilan sehingga jelas legalitas pungutan pajak untuk pelaku e-

commerce antar negara.

2. Adapun pencegahan terjadinya pajak berganda yang dilakukan melalui

perpanjian bilateral/ multilateral atau tax treaty maka yang diperlukan

pemerintah saat ini adalah dengan merevisi definisi dari Bentuk usaha

Tetap dengan mengecualikan pelaku e-commerce antar negara sebagai

Page 94: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

84

salah satu yang dapatdijadikan sebagai alasan dibentuknya suatu

perjanjian bilateral/multilateral atau tax treaty.

3. Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk yang

banyak bukan suatu yang mustahil kalau negara ini akan dijadikan

sebagai punggung pasar dunia sehingga berbagai peluang atas

kecanggihan teknologi dan dinamisme perkembangan zaman haruslah

diharmonisasikan dengan peraturan yang ada dan berlaku agar

kedepanya kemajuan zaman tidak menjadi kemunduran bagi negara

Indonesia dalam bidang ekonomi yang tentu dapat membantu untuk

meningkatkan pemasukan negara yang didapat melalaui pajak itu

sendiri, sehingga saat ini diperlukanya pengkajian yang lebih

konperhensif yang dilakukan oleh pemerintah untuk dapat mengambil

peluang yang dapat menguntungkan negara demi mesejahterakan

rakyat Indonesia.

Akhirnya, semoga melalui skripsi ini dapat memberikan manfaat yang

nyata dalam pengembangan hukum dibidang persaingan usaha serta dapat

membuka pintu bagi lahirnya pengetahuan-pengetahuan baru. Amiin.

Page 95: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

85

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

An Aqimudin Eka dan Marye Agung Kusuma, Solusi Bila Terjerat Kasus Bisnis,

Jakarta : Raih Asa Sukses, 2010

Brotodiharjo Santoso R , Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung, Eresco, 1989.

Chidir Ali, Hukum Pajak Elementer, Bandung , PT Eresco, 2007

Devano, Sony Dan Siti Kurnia Rahayu, Perpajakan Konsep, Teori, Dan Isu.

Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2006

Djamil Fathurrahman , Hukum Perjanjian Shariah, dalam Mariam Darus

Badrulzaman dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2001.

Djuwaini Dimyauddin, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2008.

Effendi Jonaedi, Kamus Istilah Hukum Populer , Cet. Ke-I, Jakarta, Predana

Media Group, 2016

Faruq M., Hukum Pajak DI Indoensia Suatu Pengantar Ilmu Hukum Terapan Di

Bidang Perpajakan, Jakarta, Kencana, 2018.

Friedman M. Lawrence, American Law an Introduction, Terjemahan Wisma

Bhakti, Jakarta: PT. Tata Nusa, 2001

Halwani Hendra , EKonomi Internasional & Globalisasi Ekonomi , Bandung :

Widya Padjajaran, 2009.

Hutagaol John , Perpajakan Isu-isu Kontemporer, Jakarta: Graha Ilmu, 2007.

Ilayas B Wirawan dan Richard Burton, Hukum Pajak, Jakarta : Salemba Empat,

2007.

Jamaluddin, Pengantar Perpajakan, Makassar : Alauddin Press, 2011.

Kansil C.S.T. Dan Christine S. T. Kansil, Sejarah Hukum Di Indoensia, Cet. Ke-

2, Jakarta : PT Suara Harapan Bangsa, 2016.

Kotler, Philip, dan Gary Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, Jakarta :

Erlangga 2012.

Page 96: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

86

Leatemia Johanis, Pengaturan Hukum Daerah Kepulauan, Sleman : CV Budi

Utama, 2019

Lubis Solly , Filsafat Ilmu Dan Penelitian, Bandung : Mandar Maju, 1994.

M.S Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat (Paradigma Bagi

Pengembangan Penelitian Indiplisiner Bidang Filsafat, Budaya,

Sosial, Semiotika, Sastra, Hukum, Dan Seni), Yogyakarta: Paradigma,

2005.

Mardiasmo, Pajak Dan Perpajakan, Yogyakarta : Andi, 2009.

Markus Muda, Perpajakan Indonesia Suatu Pengantar, Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama, 2005.

Muljono Djoko, Panduan Brevet Pajak Penghasila, Yogyakarta : Cv. Andi

Offset, 2010.

Munir Fuady, Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Bandung: PT

Citra Aditya Bakti, 2001.

Nurmatu Safri Nurmatu, Pengantar Perpajakan , Jakarta : Granit, 2005.

Renung Rante Rintho, E-commerce Menciptakan Daya Saing Melalui Teknologi

Informasi, Sleman : CV Budi Utama, 2012.

Resmi Siti, Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi 6, Buku 2 , Jakarta: Salemba

Empat, 2011.

S.R Soemarso, Perpajakan Pendekatan Konperhensif, Jakarta Selatan : Salemba

Empat 2007.

Saidi Djafar Muhammad , Pembaharuan Hukum Pajak, Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada, 2007.

Sakti Wira Nufransa, Buku Pintar Pajak E-Commerce, Jakarta : Visi Media,

2014.

Sigit Suseno , Yurisdiksi Tindak Pidana Siber, Bandung: Refika Aditama, 2012.

Soemitro Hanitijo Ronny, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia, 1982.

Soemitro Rochmat, Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1944,

Bandung : Eresco, 1977

Soemitro Rochmat, Pajak Dan Pembangunan, Bandung : Eresco, 1988

Page 97: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

87

Suandy Erly , Hukum Pajak Edisi 5 , Jakarta: Salemba Empat, 2011.

Sumarsan Thomas, Tax Review Dan Strategi Perencanaan Pajak, Jakarta : PT

Indeks, 2013.

Syafe'i Rachmat, Fiqih Muamalah,Bandung: Pustaka Setia, 2001.

Syahrani Riduan, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Bandung : Citra Aditya

Bakti, 1999 .

Taufiq Muhammad Ramadhan , Al-Buyu‘al-Shai‘ah, cet. 1 , Beirut: Dar al-Fikr,

1998

Wahyuni Imam. Pajak, Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 1994.

Waluyo. Akuntansi Pajak , Jakarta : Salemba Empat, 2009.

Wiradipradja E.S. dan D. Budhijanto, Perspektif Hukum Internasional tentang

Cyber Law, dalam Kantaatmadja, et al, Cyberlaw : Suatu Pengantar,

Jakarta : Elips 11, 2002.

Wong Jony, Internet Marketing for Beginners, Jakarta : Elex Media Komputindo,

2010

Zain Muhammad, Manajemen Perpajakan, Jakarta: Salemba Empat, 2008.

Zaman Hasanuz S. M., “Bay al-Salam: Principles and Their Practical

Applications”, dalam Sheikh Ghazali Sheikh Abod dkk (Ed.), An

Introduction to Islamic Finance, Kuala Lumpur: Quill Publishers,

1992.

UNDANG-UNDANG

Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/8/Pbi/2017 Tentang Gerbang Pembayaran

Nasional (National Payment Gateway)

Preambule Undang-Undang Dasar Negara Republik Indoensia Tahun 1945.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE/62/PJ/2013 tentang Penegasan

Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi e-Commerce

Tim Visi Yustisia , Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Dan KUHA Perdata

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata ( Reglemen Op De

Rechtsvordering), Jakarta : Visimedia, 2015.

Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 yang telah dirubah dalam Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Page 98: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

88

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan

Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan

Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak

Penghasilan

INTERNET

Australia B2C Ecommerce Country Report 2016,

https://www.ecommercewiki.org/reports/45/australia-b2c-ecommerce-

country-report-2016 ( Diakses Tanggal 29 Juni 2019, Pukul 17. 35)

Bruno Sidler,Asean Positions Itself As, Asia’s “Third Force”,

Http://Www.Acommerce.Asia/Asean-PositionsItself-As-Asias-Third

Force/, (Diakses 02 Desember 2018, Pukul 23. 15)

Direktorat Jendral Pajak Kementrian Keuangan, Menelusur Pajak atas Transaksi

E- Commerce, http://www.pajak.go.id/content/article/menelusur-pajak-

atas-transaksi-e-commerce diakses tanggal 29 Juli 2019, pukul 19:36 WIB

Felicia-Moursalien, 10 Trends That Will Shape Southeast Asian E-Commerce In

2015,https://www.techinasia.com/10-trends-shape-southeast-asian

ecommerce 2015 ,(Diakses 02 Desember 2018, Pukul 23. 15)

Penduduk Indonesia Gemar Belanja

Online.com/read/detail/2278272/mastercardpenduduk-indonesia-gemar-

belanjaonline (diakses tanggal 29 Juni 2019, pukul 14.04 WIB)

Ragam Regulasi Pajak E-commerce di Dunia,

https://kumparan.com/@kumparanbisnis/ragam-regulasi-pajak-e-

commerce-di-dunia, ( Diakses Tanggal 29 Juni 2019, Pukul 18. 57)

Sheji Ho10 e-commerce trends that will shape Southeast Asia in 2018 (Part

1),https://technode.com/2018/01/02/10-e-commerce-trends-will-shape

southeast-asia 2018-part-1/, (Diakses 02 Desember 2018, Pukul 23. 15)

The European mini one-stop shop: A model for future indirect tax compliance?,

https://www.thetaxadviser.com/issues/2017/jun/european-mini-one-stop-

shop-indirect-tax-compliance.html, ( Diakses Tanggal 29 Juni 2019, Pukul

17. 35)

Page 99: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

89

Tribun Jateng. “Jumlah Penduduk Indonesia Lebih Dari 262 Juta Jiwa”,

http://jateng.tribunnews.com/2016/09/01/data-terkini-jumlah-penduduk-

indonesia-2579-juta-yangwajib-ktp-1825-juta diakses tanggal 29 Juni

2019, pukul 14.04 WIB

KARYA TULIS

Adams H. C, The Science Of Finance, New York, 1989.

Adam Vitaloka Diah Dan Intan Puspita Astin, Kebijakan Pengenaan Pajak Atas

Transaksi Perdagangan Online (E-Commerce), Studi Akuntansi Stembi

Bandung Business School, Frima, 2019

Al Adib Edi Susilo, Pajak Untuk E-Commerce, Edi Artikel, 12 Maret 2010.

al-Suyuthi Jalaluddin, Jami ’ al-Ahadith, Maktabah Shamilah

Andrew, The Final Frontier, Journal of Accountancy, Agutsus, 1999.

Anjan Rosa Margaretha dan Budi Santoso, Urgensi Rekonstruksi Hukum E-

Commerce Di Indonesia, Jurnal Law Reform, Volume 14, Nomor 1,

Tahun 2018.

Aprilia Anita, Endang Siti Astuti, dan Nila Firdausi Nuzula, Penanganan Dan

Pengawasan Perpajakan Dalam Rangka Intensifikasi Di Bidang E-

Commerce, Universitas Brawijaya, Malang, 2014

Bastable C. F., Public Finance, London, Macmillan And Co., 1993

Budi Chandra, Menyasar Pajak Transaksi e-Commerce, April 2014

European Commission Directorate-General Taxation And Customs Union Indirect

Taxation And Tax Administration, Guide To The Vat Mini One Stop

Shop, Brussels, 23 October 2013

Jurnal Media Keuangan Transparansi Dan Kebijaka Fiskal , Kesetaraan Pajak

Untuk E-commerce, XII , 126, Maret 2018

Karyatiningsih Ripah, Penerapan E-Commerce dalam Menunjang Strategi Bisnis

Perusahaan Kasus di PT. Cheil Jedang Superfeed (CJS), Makalah,

Program Pasca Sarjana Manajemen dan Bisnis ITB, Bogor, 2011.

Laudon, K, & J.P. Laudon, Management Informtaion System: Managing the

Digital Firm, New York : 11th edition. New Jersey: Prentice Hall ,

2010

Page 100: PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK...PUNGUTAN PAJAK PERDAGANGAN MELALUI ELEKTRONIK (E-COMMERCE) ANTAR NEGARA BERDASARKAN HUKUM PERPAJAKAN DI INDONESIA Skripsi Diaajukan

90

Pangesti Dwiayu Resha, Menguak Permasalahan Perpajakan E- Commerce Di

Indonesia Dan Solusi Pemecahannya, Jurnal Riset Akuntansi dan

Bisnis Airlangga , 2, 1, Surabaya 2017.

Rahmatullah Tansah, Analisis Yuridis Atas Perlakuan Pajak Terhadap Transaksi

E-Commerce, Agustus, 2018.

Royhan Khori Ifti, Peranan Pajak terhadap Penerimaan Negara.

S. Bambang, Pengawasan Intensifikasi Pembayaran PPh pasal 21dalam upaya

Intensifikasi padaKPP Solo , Surakarta: Skripsi UMS, 2004

Santo Dwi Fajar Aluk Paulus, Aspek Hukum Subjek Pajak Bentuk Usaha Tetap

Menurut Hukum Positif Di Indonesia, Jurusan Manajemen, Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Bina Nusantara

Sari Puspit Ririn ,Kebijakan perpajakan atas transaksi e-commerce,Samarinda

Kalimantan Timur, 2018 .

Schon Wolfgang, Person And Territories on the international Allocation Of

Taxing Rights ,VI , 2010.

Sari Yustika Anggia , Analisis Terhadap Penerapan Pajak Atas Transaksi E-

Commerce, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta,

2018.

Turban, Efrain, Linda Volonino, Information Technology for Management, Asia,

7th Edition John Willey & Sons, 2010.