puisi dongjitdal , hestiara prasasti, fib ui,...

21
1 Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Upload: phamnguyet

Post on 15-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

1

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 2: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

2

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 3: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

3

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 4: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

4

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 5: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

5

PUISI DONGJITDAL GINAGIN BAMEUL KARYA HWANG

JIN YI:

ANALISIS SOSIOLOGIS

Hestiara Prasasti

Departemen Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,

Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

E-mail : [email protected]

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang sebuah sijo karya seorang gisaeng. Sijo ini berjudul dongjitdal

Ginagin Bameul – malam bulan November yang panjang. Metodologi yang digunakan adalah

analisis sosiologis. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan unsur-unsur yang mempengaruhi

terbentuknya sijo ini. Melalui analisis sosiologis, dapat disimpulkan bahwa sijo karya Hwang Jin

Yi menentang ajaran Neo-Konfusianisme, dan sijo ini dipengaruhi oleh latar belakang, ideologi

dan status sosial Hwang Jin Yi sebagai seorang gisaeng sekaligus penganut agama Budha. Puisi ini

bertemakan cinta yang seharusnya tidak boleh digunakan sebagai tema untuk penulisan sijo.

Kata kunci: Hwang Jin Yi; sijo; choeson; gisaeng

A POEM ENTITLED DONGJITDAL GINAGIN BAMEUL BY HWANG

SOCIOLOGY ANALYSIS

Abstract

This study examines about sijo created by a gisaeng. This sijo is called Dongjitdal Ginagin

Bameul – a very long long November night. The method use is sociolgy analysis. This study

attemps to find which element that make contribution to this sijo. Using this method, it can be

concluded that sijo by Hwang Jin Yi is against Neo-Confucianism, and this sijo is influenced by

her social background, ideology, and her social status as a gisaeng and an adherent of a teaching of

budhism. The theme of this sijo is love, which is restrictid theme to write a sijo.

Keywords: Hwang Jin Yi;sijo; cheoson; gisaeng;

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 6: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

6

1. Pendahuluan

Sebelum masuknya Neo-Konfusianisme, wanita di Korea memiliki hak

sepenuhnya atas apa yang ingin mereka lakukan, akan tetapi memasuki dinasti

Choseon, ajaran neo-Konfusianisme masuk dan diterapkan dengan prinsip patuh

pada negara, patriarki, dan menghormati alam.1 Neo-Konfusianisme bersumber

dari ajaran Budhisme dan Taoisme menghormati hierarki bermasyarakat yang

membagi kelas masyarakat menjadi dua, yaitu kaum Yangban (masyarakat kelas

atas) dan Chomin (masyarakat kelas bawah).

Neo-Konfusianisme membatasi hak-hak kaum kelas bawah, terutama wanita.

Menurut paham Neo-Konfusianisme, wanita dilarang menikah lagi jika suami

sudah meninggal, kontrol atas properti dan anak berkurang, dan wanita dari kelas

sosial bawah dilarang menikah dengan pria dari kelas yangban dan anak laki-laki

dari selir dilarang ikut ujian pegawai negeri. Pada jaman ini, wanita terbagi dalam

beberapa kelas: wanita yang berasal dari keluarga kerajaan yaitu ratu dan selir raja,

istri dari para yangban, rakyat jelata, petani, dan beberapa wanita yang memiliki

keahlian khusus seperti dukun, penghibur, dan terakhir yaitu wanita kelas bawah

atau budak (chonin). Wanita yang tergolong kelas chonin salah satunya adalah

gisaeng.

Gisaeng atau wanita penghibur, dipekerjakan oleh negara dan menjadi milik

negara. Para gisaeng ini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka

memiliki keahlian seperti menulis puisi, menari, dan memainkan alat musik

walaupun keahlian mereka dipandang sebelah mata karena status sosialnya yang

rendah. Beberapa gisaeng yang terkenal karena karya sastranya pada dinasti

Choseon yaitu Yi Mae Chang, Hong Rae dan Hwang Jin Yi. Hwang Jin Yi yang

juga dikenal dengan nama Myeongwool adalah seorang gisaeng terkenal pada

1 http://www.ktlit.com/korean-literature/ideology-culture-han-and-the-female-writer-in-korea

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 7: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

7

dinasti Choseon karena kecantikannya dan keahliannya dalam memainkan alat

musik serta menulis puisi. Ia lahir di Kaesong pada tahun 1506. Hwang Jin Yi

adalah keturunan tidak sah dari seorang yangban yang pada saat itu tergoda oleh

kecantikan ibu Hwang Jin Yi.

Hidup sebagai seorang gisaeng berarti hidup tanpa memiliki hubungan yang

berarti dengan seorang pria dan hal ini juga yang menjadi salah satu alasan kenapa

Hwang Jin Yi menjadi seorang gisaeng. Sewaktu ia remaja, kecantikan yang

dimilikanya menarik perhatian seorang anak yangban. Keduanya jatuh cinta,

tetapi karena status Hwang Jin Yi sebagai anak tidak sah dan berasal dari kelas

bawah, hubungan mereka merupakan sebuah kesalahan dari awal. Hingga

terjadilah kematian mendadak anak dari yangban tersebut. Kematian kekasihnya

mengubah pandangan Hwang Jin Yi terhadap pria dan cinta.

Hwang Jin Yi memutuskan untuk menjadi seorang gisaeng ketika datang seorang

pemuda yang melihat kecantikannya kemudian meninggal dan Hwang Jin Yi

meletekkan sebuah sapu tangan putih sebagai tanda ia turut berduka atas

kematiannya. Hwang Jin Yi adalah gisaeng yang paling terkenal di eranya karena

ia memilih cara hidupnya sendiri sehingga berbeda dari gisaeng yang lain serta

memiliki ketertarikan terhadap kehidupan masyarakat sosial.

Garis pemisah antara laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, sangatlah kuat

pada jaman dinasti Cheoson. Korea menjadikan Konfusianisme sebagai panutan

dalam menjalani hidup. Berdasarkan Konfusianisme (Lee, Ki Baek, 175-174),

peran seorang perempuan adalah tinggal di rumah, memasak, dan mengurus suami

serta anaknya, sedangkan peran lelaki adalah mencari kerja dan bersosialisasi.

Pencipta kelas sosial tersebut adalah masyarakat kelas yangban yang hidupnya

dibiayai oleh pemerintah. Gisaeng, sebaliknya, adalah perempuan simpanan lelaki

kelas Yangban yang dibayar untuk memuaskan nafsu dan menghabiskan dompet

mereka sebagai imbalannya. Seorang gisaeng memiliki kehidupan yang lebih

bebas dibandingkan wanita biasa. Konfusianisme memandang profesi sebagai

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 8: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

8

gisaeng adalah hal yang memalukan karena seorang wanita seharusnya hanya

dilatih untuk memasak dan membersihkan rumah.

Selain karena kecantikannya, Hwang Jin Yi juga adalah seorang yang sukses

dalam memainkan alat musik geomungo dan menulis sijo. Geongmungo adalah

alat musik petik yang bentuknya seperti kecapi. Geongmungo adalah salah satu

alat musik yang dibuat pada masa dinasti Choseon. Sijo adalah jenis puisi yang

paling berkembang pada periode ini. Sijo adalah bentuk puisi yang terdiri dari tiga

baris. Alunan musik yang indah ikut menemani saat membaca sijo.

Sijo karya Hwang Jin Yi mendapat pengaruh dari berbagai hal, khususnya

mendapat pengaruh dari paham neo Konfusianisme yang mempengaruhi

kehidupannya sebagai wanita penghibur, serta keindahan alam di sekelilingnya.

Banyak puisi-puisinya mengambil tema mengenai keindahan alam, tetapi penulis

lebih menitikberatkan pada salah satu puisi Hwang Jin Yi yang berjudul 동짓달

기나긴 밤을 (dongjitdal ginagin bameul- malam bulan November yang panjang)

dan menganalisisnya dengan analisis sosiologis sastra. Menurut Junus, dikutip

dalam Sawadi (2011), metode analisis sosiologi terbagi menjadi dua, yaitu (1)

sociology of literature dan (2) literary sociology. Dalam jurnal ini, penulis

menggunakan metode kedua, yaitu literary sociology yang menjelaskan mengenai

keadaan sosial suatu masyarakat yang mempengaruhi sebuah karya sastra.

2. Tinjauan Teoritis

2.1 Pengertian Sosiologi Sastra

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan

hasil terakhir daripada perkembangan ilmu pengetahuan. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (1989:855). Sosiologi sastra merupakan pengetahuan tentang

sifat dan perkembangan masyarakat dari atau mengenai sastra karya para kritikus

dan sejarawan, terutama mengungkapkan pengarang yang dipengaruhi oleh status

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 9: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

9

lapisan masyarakat tempat ia berasal, ideologi politik dan soaialnya, kondisi

ekonomi serta khalayak yang ditujunya. Sosiologi lahir pada saat-saat terakhir

perkembangan ilmu pengetahuan, oleh karena sosiologi didasarkan pada

kemajuan-kemajuan yang telah dicapai ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.

Selanjutnya Camte berkata bahwa sosiologi dibentuk berdasarkan pengamatan

dan tidak pada spekulasi-spekulasi perihal keadaan masyarakat dan hasil-hasil

observasi tersebut harus disusun secara sistematis dan motodologis (Suekanto,

1982:4).

Menurut Damono dalam (Suwadi, 2011:8) dapat dijelaskan secara singkat bahwa

sosiologi adalah studi objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat;

telaah tetang lembaga dan proses sosial. Seperti halnya sosiologi, sastra memiliki

hubungan dengan manusia dalam masyarakat, bagaimana manusia berperilaku

dalam kehidupan sosialnya, sehingga hal inilah yang membuat sosiologi dan

sastra saling berhubungan. Dalam hal ini, sastra dan sosiologi berbagi masalah

yang sama. Sastra tidak akan lepas dari masalah sosial karena itu studi sosiologi

merupakan hal yang tepat untuk membahas hubungan antara sastra dan hal-hal

lain di luar sastra.

Sosiologi sastra adalah ilmu yang memanfaatkan faktor sosial sebagai pembangun

sastra. Faktor sosial diutamakan untuk mencermati karya sastra (Suwadi, 2011).

Sosiologi dan sastra memiliki pandangan yang sama tentang fakta kemanusiaan.

Menurut Junus (1986:2) metode sosiologi sastra sendiri ada dua corak, yaitu (1)

sociology of literature dan (2) literary sociology. Sociology of literature adalah

sebuah pandangan mengenai sosiologi yang mempengaruhi sastra, masyarakat

yang membentuk sebuah karya sastra. Literary sociology menekankan bahwa

sebuah karya sastra dapat menggambarkan situasi atau keadaan masyarakat.

Perspektif dari jurnal ini adalah literary sociology yang menitik beratkan pada

karya sastra yang menggambarkan keadaan sosial.

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 10: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

10

Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis pada suatu

kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat

zaman itu. Pengarang mengubah karyanya selaku seorang warga masyarakat pula

(Luxenburg, Bal, dan Willem G. W. terjemahan Dick Hartoko. 1084:23).

Pendekatan sosiologi sastra melihat sastra dari berbagai struktur sosial, hubungan

kekeluargaan, pertentangan kelas dan juga menghubungkan pengalaman tokoh-

tokoh ciptaan pengarang dan situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah

pada saat karya dibuat.

Lebih lanjut dikatakan bahwa hubungan antara sastra dan masyarakat dapat diteliti

dengan cara:

1. Faktor-faktor di luar teks, gejala kontek sastra, teks itu tidak ditinjau.

Penelitian ini menfokuskan pada kedudukan pengarang dalam masyarakat,

pembaca, penerbitan dan seterusnya. Faktor-faktor konteks ini dipelajari

oleh sosiologi sastra empiris yang tidak dipelajari, yang tidak

menggunakan pendekatan ilmu sastra.

2. Hal-hal yang bersangkutan dengan sastra diberi aturan dengan jelas, tetapi

diteliti dengan metode-metode dari ilmu sosiologi. Tentu saja ilmu sastra

dapat mempergunakan hasil sosiologi sastra, khususnya bila ingin meniti

persepsi para pembaca.

3. Hubungan antara (aspek-aspek) teks sastra dan susunan masyarakat sejauh

mana system masyarakat serta jaringan sosial dan karyanya, melainkan

juga menilai pandangan pengarang.

Pendekatan sosiologi sastra jelas merupakan hubungan antara sastra dan

masyarakat, literature is an exspreesion of society, artinya sastra adalah ungkapan

perasaan masyarakat. Maksudnya, masyarakat mau tidak mau harus

mencerminkan dan mengespresikan hidup (Wellek and Werren, 1990:110).

Hubungan yang nyata antara sastra dan masyarakat oleh Wellek dan Werren dapat

diteliti, salah satunya melalui sosiologi pengarang. Sosiologi pengarang

menyangkut masalah pengarang sebagai penghasil karya sastra.

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 11: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

11

Mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial pengarang, dan ketertiban

pengarang di luar karya sastra.

2.2. Pengertian Puisi

Puisi adalah sebuah imajinasi yang kata yang didapat dari sebuah kesadaran

manusia, baik berupa gagasan atau pengalaman yang disusun sedemikian rupa

serta menonjolkan keindahannya dalam susunan kata serta irama. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, puisi adalah gubahan di bahasa yang bentuknya dipilih

dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan

pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama,

dan makna khusus (Departemen Pendidikan Nasional, 2005:903).

2.3. Pengertian Sijo

Asal mula munculnya sijo belum diketahui secara jelas oleh para cendikiawan,

namun beberapa teori mengatakan sijo adalah bagian dari hyangga di jaman

kerajaan Silla; kedua, puisi budha yang di impor di jaman dinasti Ming; ketiga,

puisi ini merupakan bentuk baru yang ditemukan dalam proses penerjemahan

puisi Cina ke dalam bahasa Korea; keempat, puisi ini adalah modifikasi dari puisi

pendek pada jaman dinasti Koryo; kelima, puisi ini dinyanyikan oleh shaman dan

mengandung unsur-unsur shamanism.2

Sijo adalah puisi dalam bentuk pendek yang biasanya berjumlah tiga baris yang

terdiri dari empat belas hingga enam belas suku kata, tidak memiliki ritme, dan

setiap kata didalamnya memiliki makna yang dalam.3

Sijo menggambarkan

perasaan atau emosi seperti kesedihan, kegembiraan, kemarahan, penyesalan, dan

kenyataan. Pada awalnya sijo adalah sebuah jenis lagu yang dinyanyikan diiringi

dengan seruling. Banyak sijo mengambil tema alam dan menggunakan simbol-

2 Peter H. Lee (trans.), Anthology of Korean Poetry. New York: The John Day Company, 1964

3 Idem

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 12: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

12

simbol alam. Pada abad ke-18, tema humor dan kesederhanaan menjadi bagian

dari sijo.

3. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode analisis sosiologis.

Metode analisis sosiologis ini menganalisis karya sastra dilihat dari sosiologi

pengarang, yaitu metode analisis yang melihat dari segi kepengarangannya.

Analisis sosiologis pengarang tidak lepas dari unsur-unsur ekstrinsik yang

membangun karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang terdapat di

luar karya tersebut. Unsur ekstrinsik ini tidak berhubungan secara langsung dalam

menulis sebuah karya. Unsur ekstrinsik berperan sebagai unsur yang

memengaruhi bagan sebuah cerita. Oleh karena itu untuk dapat menganalisis

unSur ekstrinsik tentunya harus mencari informasi mengenai seniman sosok

seniman tersebut (Sutarni dan Sukardi, 2008: 87-88).

Sehubungan dengan tujuan penulisan ini, penulis hanya menganalisis dari status

sosial, ideologi sosial, dan latar belakang sosial budaya pengarang yang

mempengaruhi karya sastra pengarang tersebut.

2. ANALISIS SOSIOLOGIS PUISI KARYA HWANG JIN YI <동짓달

기나긴 밤을> (Dongjitdal Ginagin Bameul – Malam Musim Dingin yang

Panjang)

Pada karya ini penulis akan meneliti mengenai latar belakang sosial, ekonomi,

budaya, dan pendidikan penyair saat ia menulis puisi tersebut kemudian

mengaitkannya dengan puisi <동짓달 기나긴 밤을> (Dongjitdal Ginagin Bameul

– malam bulan November yang panjang).

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 13: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

13

2.1 Kehidupan Hwang Jin Yi Sebagai Gisaeng

Hwang Jin Yi lahir pada tahun 1506 pada dinasti Choseon. Ia lahir dari ibu

seorang gisaeng yang berselingkuh dengan lelaki dari golongan Yangban. Pada

masa itu, pengaruh Neo-Konfusianisme sangat kental. Neo-Konfusianisme

mengatur hampir segala aspek dalam dinasti Choseon, seperti ekonomi, sosial dan

pendidikan. Diskriminasi status sosial seperti membagi jurang pemisah antara

kaum yangban (golongan atas) dan chonin (golongan bawah) memberi pengaruh

yang besar terhadap pertumbuhan Hwang Jin Yi.

Penting untuk mengetahui apa yang membentuk Hwang Jin Yi sebagai seorang

gisaeng yang terpandang. Pertama penulis akan membahas peristiwa-peristiwa

penting yang terjadi dalam hidupnya. Hwang Jin Yi lahir pada jaman dinasti

Choseon. Dinasti Cheoson dipimpin oleh raja Jungjong yang membawa ajaran

Neo-Konfusianisme yang sangat mempengaruhi bakat Hwang Jin Yi dalam

berkarya.

Dapat dimengerti jika hubungan sosial bagi gisaeng tidak bermakna karena

hubungan seorang gisaeng dan para lelaki hampir hanya seperti hubungan

prostitusi. Akan tetapi mungkin hal ini yang membuat Hwang Jin Yi memutuskan

menjadi seorang gisaeng. Alkisah ketika ia masih remaja, kecantikannya sangat

terkenal dan membuat seorang pemuda yangban jatuh cinta kepadanya. Mereka

saling jatuh cinta, tetapi karena status Hwang Jin Yi yang berasal dari golongan

rakyat jelata, hubungan mereka terpaksa berkahir. Pemuda yangban tersebut

meninggal karena sakit. Hal ini mungkin penyebab utama yang membuat Hwang

Jin Yi merubah pandangannya terhadap cinta dan lelaki dan ia memutuskan

menjadi seorang gisaeng.

Pandangannya terhadap laki-laki tidak sepenuhnya buruk berkat kehadiran

seorang cendikiawan bernama Seo Kyung Duk. Seo Kyung Duk berhasil

mengubah pandangan Hwang Jin Yi terhadap cinta dan lelaki. Tidak seperti

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 14: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

14

sebelumnya, kali ini cinta Hwang Jin Yi terhadap Seo Kyung Duk bertepuk

sebelah tangan. Seo Kyung Duk adalah seorang cendikiawan terkenal yang hidup

sederhana dan belajar tentang filosofi manusia. Ia memiliki sebuah kelompok

belajar yang terdiri dari beberapa murid, termasuk Hwang Jin Yi. Hwang Jin Yi

menamai Seo Kyung Duk dengan sebutan “tiga keajaiban Kaesong” termasuk

Hwang Jin Yi sendiri dan air terjun Pakyon yang terkenal.

Seo Kyung Duk adalah satu-satunya lelaki yang tidak jatuh dalam pelukan Hwang

Jin Yi dan hal itulah yang justru membuat Hwang Jin Yi semakin tertarik. Kisah

cinta pertama Hwang Jin Yi yang berakhir tragis membuatnya merasa dikhianati,

terutama oleh kaum yangban yang memandangnya sebelah mata. Tetapi, Kyung

Duk juga adalah satu-satunya lelaki dari kaum yangban yang tidak

memandangnya sebelah mata.

Selama karirnya sebagai gisaeng, Hwang Jin Yi banyak bertemu dengan lelaki,

diantaranya adalah SoSeyang, seorang bangsawan kaum Yangban yang akhirnya

menyesal ketika ia harus menelan ludahnya sendiri pada saat ia berkata, “laki-laki

yang jatuh kepelukan wanita bukanlah laki-laki”. Ia memutuskan untuk tinggal

selama sebulan dengan Hwang Jin Yi dan berencana meninggalkannya. Namun,

hal yang terjadi adalah ia menyesal meninggalkan Hwang Jin Yi.

Berikutnya adalah seorang penyanyi dan artis terkenal bernama Yi Sajong. Yi

Sajong dan Hwang Jin Yi berjanji untuk hidup bersama selama satu tahun akan

tetapi, Hwang Jin Yi kemudian meninggalkannya. Kemudian, muncullah sosok Yi

Saeng, seorang body guard yang menemani Hwang Jin Yi dalam perjalanannya.

Yi Saeng merupakan seorang figure ayah yang tidak pernah Hwang Jin Yi

temukan sebelumnya.

2.2 Neo-Konfusianisme

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 15: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

15

Neo-Konfusianisme bertujuan untuk membuat paham yang lebih rasional dan

sekuler dari Konfusianisme dengan cara menolak takhayul dan elemen mistis dari

ajaran Taoisme dan Buddhisme yang mempengaruhi Konfusianisme selama dan

setelah dinasti Han.4 Neo-konfusianisme masih menggunakan beberapa unsur dari

Taoisme dan Budha ke dalam konsep dan filosofinya.

Neo-konfusianisme merupakan ideologi yang utama pada masa dinasti Joseon

(1392-1910). Penemu dinasti Joseon adalah atas koalisi kaum cendikiawan

Konfusianisme dan kaum militer. Raja pertama dinasti Joseon, Yi, membuang

agama Budha yang merupakan agama pada saat dinasti Koryo. Yi mengadopsi

filosofi neo-Konfusianisme dan menjadikannya sebagai ideologi negara dan

menggunakannya untuk kekuatan sosial dan politiknya.

Dalam mengaplikasikan paham Neo-Konfusianisme, dinasti Joseon sangat

dogmatis dan ketat. Pada dinasti Joseon, hanya pria dari kelas yangban (kaum

kelas atas) yang boleh mengikuti ujian pegawai pemerintahan meskipun jumlah

yangban kurang dari 10% populasi Joseon. Kaum yangban terbagi dalam dua

kelas, yaitu sadaebu dan sonbi. Sadaebu berasal dari kata taebu yang berarti

pejabat ranking empat dan ke atas, sedangkan sa, adalah pejabat ranking lima

kebawah. Digabungkan, sadaebu mewakili tingkatan kelas pejabat.5

Dibandingkan dengan sadaebu, yangban lebih mengarah ke politik. Saat kaum

sadaebu ini menyerang kaum yangban, jika berhasil, sadaebu yang bukan bagian

dari pemerintahan nantinya akan menjadi kaum aristokratrat dan kekuatan

konservatif dalam pemerintahan. Dalam masa dinasti Joseon, sadaebu adalah

birokrat dan cendikiawan terdidik yang menjadi terkenal dengan melewati ujian

pegawai kerajaan tetapi status mereka tidak dipertimbangkan sebagai aristokrat

(bangsawan). Dalam sejarahnya, sadaebu adalah kaum intelektual yang mengatur

kelas di Asia timur. Di Cina, setelah dinasti Sung, sadaebu memiliki arti sebagai

“seorang birokrat yang lolos ujian pemerintahan, dan tuan tanah”. Di Korea,

4Blocker, H. Gene; Starling, Christopher L. (2001). Japanese Philosophy. SUNY Press. p. 64.

5 Deuchler, Martina.(1992). The Confucian Transformation of Korea: A Study of Society and

Ideology. Harvard-Yenching institute monograph series. p. 92.

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 16: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

16

sadaebu adalah sebutan yang digunakan untuk “pria terdidik yang membawa

politik di bahu mereka”.6

Bidang ekonomi dan sosial, penguasaan tanah diatur oleh kelas atas dan sisanya,

yaitu kaum kelas bawah yang menggarap tanah tersebut. Fundamental

karakteristik dari feudalisme terpusat menjadi lebih terkonsolidasi di bawah

kekuasaan kerajaan. Contohnya seperti monopoli dalam sektor kerajinan tangan

dan perdagangan.

2.3 Puisi <동짓달 기나긴 밤을 > (Dongjitdal Ginagin Bameul – malam

musim dingin yang panjang)

Puisi ini merupakan salah satu puisi terkenal karya Hwang Jin Yi yang

bertemakan cinta. Puisi-puisi karya Hwang jin Yi bertemakan cinta dan keindahan

alam. Puisi <동짓달 기나긴 잠을> (Dongjitdal Ginagin Bameul) ini berjenis sijo

dan bertemakan cinta. Pada abad ke-13 sampai abad ke-14, berkembanglah model

puisi yaitu sijo yang ditulis mengunakan bahasa Korea dan terdiri dari suku kata

berjumlah 12 hingga 15 suku kata dalam tiga baris. Suku katanya tidak pernah

lebih dari lima belas suku kata. Sijo karya Hwang Jin Yi ini menjadi sangat

terkenal karena sijo seharusnya tidak boleh ditulis oleh wanita, melainkan oleh

para sadaebu. Kedua, meskipun bukan penganut buddhisme, tetapi ia mempelajari

dan mengaplikasikan ajaran budhisme dalam kehidupan sosialnya. Ketiga, Sijo

tersebut juga harus menggunakan aturan penulisan dan tema tertentu.

“동짓달 기나긴 밤을 한 허리를 버혀 내여

춘풍 이불 아래 서리서리 넣었다가

어론 님 오신 날 밤이여든 굽이굽이 펴리라”

Terjemahan bebas :

“ Aku akan memotong sebagian dari malam musim dingin yang panjang

Dan menyimpnnya di balik selimut yang hangat pada musim semi yang menyenangkanku

6 http://www.newworldencyclopedia.org/entry/yangban

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 17: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

17

kemudian menyibakan musim semi itu pada malam kekasih hatiku datang

Puisi ini ditujukan kepada So Kyeongduk, seorang cendikiawan terkenal di masa

itu sekaligus sebagai lelaki yang menolak cinta Hwang Jin Yi. Kalimat pertama

pada puisi ini, 동짓달 기나긴 밤을 한 허리를 버혀 내여 (dongjitdal ginagin

bameul han horirel beohyeo naeyeo) kalimat ini menggambarkan malam musim

dingin pada bulan november, Hwang Jin Yi merasakan kesepian dan kesedihan

merindukan So Kyeongduk. Kata (동짓달 - dongjit) memiliki arti kesendirian,

kesedihan dan dingin. Kejenuhan (기나긴 - ginagin) menunggu kekasih yang tak

datang, dan malam (밤 - bam) kegelapan karena hilangnya kekasih hati.

Kalimat pada bait kedua, 춘풍 이불 아래 서리서리 넣었다가 (chunphung ibul

arae sorisori nootdaga) memiliki makna menunggu datangnya musim semi.

Kata 이불 아래 서리서리( ibul arae sori sori) yang artinya menumpukan sesuatu

diatas sesuatu memiliki makna tersirat musim dingin yang indah menunggu

digantikan dengan datangnya musim semi.

Kalimat pada bait terakhir, 어론 님 오신 날 밤이여든 굽이굽이 펴리라 (oron nim

osin nal bamioden gupi gupi phyeorira) memiliki makna ingin bersama dengan

orang yang dicintainya (어런님- oron nim) dan rasa rindu yang

memuncakdan. Kata malam (밤 – bam) disini memiliki dua arti. Malam pada

bait kedua menggambarkan malam musim dingin panjang saat Hwang Jin Yi

sendiri dan kesepian menunggu kekasih. Malam di bait kedua menggambarkan

malam yang pendek saat ia bertemu kekasih. Pada bait kedua dan ketiga

menggambarkan perbedaan yang mencolok.

Puisi ini ditulis pada suatu bulan dalam setahun dimana Hwang Jin Yi sangat

merindukan orang yang dicintainya sehingga ia tidak bisa tidur. Hwang Jin Yi

kemudian menuangkan perasaannya kedalam puisi. Ia mengungkapkan secara

implisit, yakni kalimat “동짓달 기나긴 밤을 한 허리를 버혀 내여춘풍 이불 아래

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 18: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

18

서리서리 넣었다가” yang memiliki arti kesunyian yang panjang kemudian

menggantinya dengan waktu (musim semi) ketika bertemu dengan sang kekasih

dan menginginkan agar dapat lebih lama menghabiskan waktu bersama kekasih.

Sijo ini sangat sederhana dan gambaran utama dalam puisi ini adalah malam.

Malam bulan November yang panjang ini dibagi menjadi dua malam. Malam

yang pertama adalah malam yang dingin dan tidak ada cinta, tetapi malam pada

bait kedua berubah menjadi malam musim semi yang penuh cinta dan

kebahagiaan (A Hundred love poems from old Korea, hlm.45). Proses dalam

mengungkapkan makna kata “malam”, menggabungkan perasaan dan peristiwa

yang kontras, seperti; gelap dan terang, hangat dan dingin yang juga digunakan

sebagai pengungkapan waktu dalam puisi tersebut.

Kesetiaan Hwang Jin Yi mencerminkan kendala dalam kehidupan sosialnya

sendiri. Ia menjalani kehidupan sosialnya sambil menyandang status seorang

gisaeng7

. Hwang Jin Yi mendapat kebebasan dalam bersosialisasi dengan

berbagai golongan kelas sosial. Puisi Hwang jini adalah sebagai pengaruh dari

kompleksnya kehidupan sosial dan norma pada era dinasti Choseon.

Penulisan puisi ini dipengaruhi oleh berbagai hal yang dialami Hwang Jin Yi. Ia

menuliskan puisi ini pada saat ia merindukan kekasihnya yang telah meninggal.

Hwang Jin Yi menaruh dendam pada sistem pemerintahan yang telah

memisahkannya dengan cinta sejatinya akibat perbedaan status sosial. Percintaan

antara kaum yangban dan kelas bawah tidak disetujui oleh ideologi Neo-

Konfusianisme. Hwang Jin Yi juga mendapatkan pengajaran mengenai Buddha

ketika ia berkelana8. Hwang Jin Yi, dapat bergaul dengan lelaki dari kelas

yangban dan dapat membuktikan bahwa dirinya adalah seorang wanita yang

bebas, elegan dan yang paling penting, menampik ideologi Neo-Konfusianisme.

7 Constantine Contogenis and Wolhee Choe, Songs of the Kisaeng: Courtesan Poetry of the Last

Korean Dynasty, pp. 14-15 8 http://www.asiae.co.kr/news/view.htm?idxno=2011122311260029128

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 19: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

19

3. Simpulan

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Hwang Jin Yi lahir pada masa

pemenrintahan raja yang korup. Raja penggantinya, raja JungJong membawa

ideologi neo Konfusianisme kedalam dinasti Choseon. Ideologi inilah yang

membentuk Hwang Jin Yi menjadi seorang gisaeng yang bebas bergaul dengan

setiap lelaki yang ia mau. Keadaan sosialnya membentuk doktrin di dalam

pikirannya, bahwa ia membenci neo Konfusianisme dan tidak peduli batasan yang

ditetapkan oleh Neo-Konfusianisme. Ketika Hwang Jin Yi meninggal pun, ia

ingin abunya dibuang ke sungai dan bebas tanpa perlu harus melakukan upacara-

upacara kematian seperti peraturan Neo-Konfusianisme bahwa kematian

merupakan tanggung jawab masyarakat sosial.

Neo Konfusianisme banyak mempengaruhi kehidupan sosial dinasti Choseon dan

neo Konfusianisme juga yang mengekangnya sebagai seorang gisaeng yang

kurang nilai-nilai tradisional. Secara alamiah, tentu Hwang Jin Yi akan membenci

ajaran Konfusianisme, seperti pandangan Konfusianisme tentang kelas sosial.

Karakter dan peran Hwang Jin Yi menjadikannya sebagai sebuah simbol

kebebasan, sebuah jiwa yang tersesat yang akhirnya menemukan puisi sebagai alat

untuk mengespresikan dirinya.

Sijo yang berjudul 동짓달 기나긴 밤을 (dongjitdal ginagin bameul) ini terkenal

bukan hanya karena ditulis oleh seorang gisaeng tetapi juga karena ia beda dengan

sijo pada umumnya. Sijo ini menggunakan tema cinta, kerinduan terhadap

seseorang yang bahkan pada masa itu, tema seperti ini dilarang digunakan dalam

menulis sijo. Hwang Jin Yi yang seorang gisaeng menambah minat orang-orang

untuk mengetahui sijo tersebut karena pada masa itu sijo hanya boleh ditulis oleh

kalangan cendikiawan.

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 20: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

20

Dapat disimpulkan bahwa latar belakang sosial, ekonomi, dan ideologi Hwang Jin

Yi, memberikan peran dalam penulisan sijo tersebut. Sijo karya Hwang Jin Yi

membuka era baru dalam perkembangan sijo, sehingga mulai banyak masyarakat

awam yang juga menulis sijo. Hwang Jin Yi memang bukan seorang penganut

Budha, tetapi ia memasukan unsur Budha kedalam sijo tersebut untuk

menunjukan ketidak sukaannya terhadap ideologi Neo-Konfusianisme.

Daftar Referensi

오세영. (2007). 한국 현대詩 사. 서울. 민음사.

Duncan, John B. (2000). The Origins of the Chosŏn Dynasty. Seattle: University

of Washington.

Eckert, Carter J. (1990). Korea, Old and New: A History. Seoul: Ilchokak.

Hadlock, Heather. The Courtesan's Arts: Cross-Cultural Perspectives/Music of

the Sirens.

Kendall, Laurel, and Mark Peterson, eds. (1983). Korean Women: View from the

Inner Room. New Haven: East Rock.

Kim-Renaud, Young-Key. (2004). Creative Women of Korea: The Fifteenth

Through the Twentieth Centuries. Armonk: M.E. Sharpe.

Kim-Unsong. (1987). Classical Korean Poems (SIJO). One mind press.

Kwon Dobbs, Jennifer. Paper Pavillion. (2007). 1st ed. Vol. 12. Buffalo: White

Pine, Print. The White Pine Press Poetry Prize.

Lee, Insuk. Convention and Innovation: The Lives and Cultural Legacy of the

Kisaeng in Lee, Ki-baek. (1984). A New History of Korea. Trans. Edward W.

Wagner. Seoul: Ilchokak.

Lee, Peter H. (1990). Anthology of Korean Literature: From Early Times to the

Nineteenth Century. Honolulu: University of Hawaii.

Dokumen Online

Colonial Korea (1910-1945). Seoul Journal of Korean Studies 23.1 (2010): 71-

93. S-Space Open Repository and Archive. Seoul National University. Web.

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014

Page 21: Puisi Dongjitdal , Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369080-MK-Hestiara Prasasti.pdfini mendapatkan pelatihan sehingga tidak heran jika mereka . memiliki

21

<http://sspace.snu.ac.kr/bitstream/10371/71074/1/Convention%20and%20In

novation.pdf>.

Journal of the American Musicological Society 61.3 (2008): 633-87. Web.

Artikel, Blog, Forum Online

http://tidarvi.blogspot.com/2011/11/unsur-ekstrinsik-karya-sastra.html. Accesed on

December 16, 2013.

http://clupst3r.wordpress.com/2012/10/23/100-pengertian-puisi-menurut-para-ahli/.

Accesed on December 16, 2013.

http://hamsmars.wordpress.com/2011/01/27/analisis-sosiologi-sastra-antara-

religiusitas-pengarang-dengan-karyanya-sebuah-studi-literatur-terhadap-novel-

ayat-ayat-cinta-karya-habiburrahman-el-shirazy/. Accesed on December 10, 2013.

Korean Perspective on Poetry. Accesed on December 16, 2013 from

http://hompi.sogang.ac.kr/anthony/Outline.htm

http://blog.naver.com/PostView.nhn?blogId=in_sunlight&logNo=80187752726&redir

ect=Dlog&widgetTypeCall=true. Accesed on December 16,2013.

http://blog.naver.com/PostView.nhn?blogId=kstcher&logNo=130152060614. Accesed

on January 19, 2014.

http://blog.naver.com/PostView.nhn?blogId=meaculpa3&logNo=140150512230.

Accesed on January 19, 2014.

Puisi Dongjitdal ..., Hestiara Prasasti, FIB UI, 2014