puing2 hati

2
Puing-Puing Hati (Gusti Omkang Hingmane) Bola mata John pada saat itu sedang menatap seorang gadis yang melewatiya, membelalak tanpa berkedip, tanpa takut pada debu jalanan yang beterbangan. Ia hanya terus menatap gadis itu dari jauh di sela keramaian. Matanya memerintah kakinya untuk mengikuti jejak ‘bidadari’ itu; mau kenalan, maksudnya. Ketika gadis itu menyusuri jalan raya, John pun tetap memfokuskan pandangannya pada gadis itu. Banyak kendaraan lalu lalang menghalangi pandangannya tetapi ia tetap berusaha menjangkau gadis itu pada jarak kurang dari 100 meter. Gadis itu menuju kantor Telkom, John dengan langkah seribu mulai menyusurii jalan raya, membuntuti gadis tersebut di tengah kebisingan mesin beroda empat dan dua. John pun memasuki kantor tersebut, dengan malu ia mendekati gadis itu. Secara diam-diam John menatapnya dan berdengum, inilah cinderelaku! Betapa agung karya ciptaan Tuhanku… Hatinya mulai berbunga asmara. Beberapa saat kemudian gadis itu keluar dari kantor Telkom tapi penanya ketinggalan. Kata seorang pegawai Telkom “Nona, penanya ketinggalan nih.” Namun gadis itu tidak mendengarnya. John segera menghampiri pegawai tersebut dan berkata, “ Biar aku yang berikan padanya, Pa”. Lalu John mulai mengejar gadis tersebut, tetapi sang gadis telah melewati jalan raya dan hendak menumpang Damri dengan tujuan kampus. John merasa ketinggalan kesempatan kali pertama. Tapi dengan segera ia menyeberangi jalan raya tersebut, hendak menumpang bus yang sama, mau memburu kesempatan berikutnya. Setibanya di atas bus itu, ia mencari gadis yang diincarnya. Pada saat itu gadis itu duduk sendirian di deretan kedua dari depan kemudi. John pergi mendekati gadis tersebut lalu duduk di samping si gadis. Setelah menarik nafas dalam-dalam, John mulai membuka pembicaraan, “ Ini penamu yang tertinggal di kantor Telkom, benar?” Gadis itu pun langsung mengecek tasnya dan menjawab,“Ya, benar, itu penaku, trima kasih ya!”. Keduanya terlibat pembicaraan singkat. Sekedar basa basi ringan yang sudah dikonsepkan John sebelumnya. “Nama saya Mia, semester IV FISIP” gadis itu mulai memperkenalkan dirinya,. Dan John pun mulai mengupas jati dirinya, “Saya John, FKIP Bahasa Inggris semester VI”.

Upload: gusti

Post on 08-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PUING-PUING HATI

TRANSCRIPT

Puing-Puing Hati

(Gusti Omkang Hingmane)

Bola mata John pada saat itu sedang menatap seorang gadis yang melewatiya, membelalak tanpa berkedip, tanpa takut pada debu jalanan yang beterbangan. Ia hanya terus menatap gadis itu dari jauh di sela keramaian. Matanya memerintah kakinya untuk mengikuti jejak bidadari itu; mau kenalan, maksudnya. Ketika gadis itu menyusuri jalan raya, John pun tetap memfokuskan pandangannya pada gadis itu. Banyak kendaraan lalu lalang menghalangi pandangannya tetapi ia tetap berusaha menjangkau gadis itu pada jarak kurang dari 100 meter.Gadis itu menuju kantor Telkom, John dengan langkah seribu mulai menyusurii jalan raya, membuntuti gadis tersebut di tengah kebisingan mesin beroda empat dan dua. John pun memasuki kantor tersebut, dengan malu ia mendekati gadis itu. Secara diam-diam John menatapnya dan berdengum, inilah cinderelaku! Betapa agung karya ciptaan TuhankuHatinya mulai berbunga asmara. Beberapa saat kemudian gadis itu keluar dari kantor Telkom tapi penanya ketinggalan. Kata seorang pegawai Telkom Nona, penanya ketinggalan nih. Namun gadis itu tidak mendengarnya. John segera menghampiri pegawai tersebut dan berkata, Biar aku yang berikan padanya, Pa. Lalu John mulai mengejar gadis tersebut, tetapi sang gadis telah melewati jalan raya dan hendak menumpang Damri dengan tujuan kampus. John merasa ketinggalan kesempatan kali pertama. Tapi dengan segera ia menyeberangi jalan raya tersebut, hendak menumpang bus yang sama, mau memburu kesempatan berikutnya. Setibanya di atas bus itu, ia mencari gadis yang diincarnya. Pada saat itu gadis itu duduk sendirian di deretan kedua dari depan kemudi. John pergi mendekati gadis tersebut lalu duduk di samping si gadis.Setelah menarik nafas dalam-dalam, John mulai membuka pembicaraan, Ini penamu yang tertinggal di kantor Telkom, benar? Gadis itu pun langsung mengecek tasnya dan menjawab,Ya, benar, itu penaku, trima kasih ya!. Keduanya terlibat pembicaraan singkat. Sekedar basa basi ringan yang sudah dikonsepkan John sebelumnya. Nama saya Mia, semester IV FISIP gadis itu mulai memperkenalkan dirinya,. Dan John pun mulai mengupas jati dirinya, Saya John, FKIP Bahasa Inggris semester VI. Keduanya mulai bercakap-cakap dengan penuh canda tawa, John mulai akrab dengan Mia di sepanjang jalan Halte-Kampus. Mia pun merasa senang karena dapat dihibur dengan humor-humor John. Setibanya di Oesapa, tepatnya di depan Unkris, John merasa tidak ingin berpisah dengan Mia nantinya. John pun tiba-tiba melontarkan tanya, Bolehkah kita berjumpa lagi?Mia menjawab, Boleh, kapan?Kapan saja kalau kau mau, kata John.Mia pun berpikir, lanjutnya, HariSabtu? Boleh jawab John. Mereka pun saling tukar nomor Hp. Setiba di kampus, tepatnya di cabang FKIP, John turun.Ingat ya, jangan lupa kontak lewat Hp!OK! jawab Mia.Dua hari kemudian, tepatnya hari Sabtu mereka saling berkomunikasi lewat Hp untuk menentukan jam berapa dan di mana mereka harus bertemu. Terjadilah perang pikiran untuk menentukan jadwal dan tempat yang tepat.Di pantai Tedis?OK! kata Mia, lanjutnya, Jam berapa?Jam empat.Boleh.Pukul tiga John telah tiba di pantai Tedis, dengan berbagai persiapan, bahkan telah menyiapkan sekuntum bunga segar buat Mia. Tapi John meragukan bagaimana cara berbicara saat menyerahkan bunga ini. Waktu terus berlari,tepat pada pukul lima Mia belum tiba juga. John mulai tidak sabar menunggu. John mengangkat hp-nya dan menghubungi Mia tapi nomor yang dituju itu tidak aktif. John mulai bertanya-tanya dalam hatinya. Apakah ia hanya mempermainkan aku? Bunga di genggaman John mulai layu. Bagai kehancuran Hirosima dan Nagasaki itu, pikirnya. Sekali lagi ia menghubungi nomor Mia, tetapi nomor itu tetap belum aktif. John mulai kesal dan pada puncaknya ia melemparkan bunga itu pada gulungan ombak yang segera melumatnya. Nomor Mia segera ia hapus dari memori Hp dan ingatannya. Diraihnya kerikil kecil yang ada di dekatnya dan dilemparkannya ke arah bibir pantai.

Teganya kau Mia, gumamnya. John pulang menggantung air mata. Sekarang John sendirian. Menjauhi gadis itu, malah berharap tak lagi bersuah dengannya. Satu hal yang John paling benci, dibohongi.