Oleh : Ardhianto Murcahya, S.Psi

Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak. Ketahuilah, dia itu adalah hati.'" (HR. Bukhari)

Ibnul Qoyyim Al Jauziyah : Hati Yang Sehat ( Qolbun Salim) Hati Yang Sakit ( Qolbun Marid ) Hati Yang Mati ( Qolbun Mayyit )

Hati yang sakit terindikasi dengan banyaknya penyakit yang bersarang didalamnya

Penyakit hati inilah yang sering disebut dosa

Tamaknya seseorang akan dunia contohnya. Dapat pula melahirkan  kedengkian terhadap saudaranya yang memperoleh kelebihan dari sisi materi duniawi seperti kekayaan, pangkat dan jabatan.  Ketamakan juga melahirkan hasrat ingin dipuji , Ujub dan Riya’

Rasa dengki yang bercokol dihati kemudian berubah menjadi rasa hasad, upaya untuk menghilangkan sebuah nikmat yang diperoleh saudaranya. Beragam cara dilakukannya salah satunya dengan mengunjing atau membincangkan aib-aib yang seharusnya ditutupnya. Atau dikenal dengan ghibah. Ber Tajassus, mencari kesalahan orang lain

"Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya". ( QS. Al Hujurat : 12 )

Dan ketamakan , kedengkian  tersebut itu bisa menjadikan seseorang menolak kebenaran yang membuat pelakunya terjatuh dalam lubang kekufuran atau minimal  terjatuh kedalam lubang kemunafiqan yang membuat amal-amal terberangus habis. Sejarah mencatat peristiwa-peristiwa kepongahan yang menjadikan kedengkian hingga menolak menerima kebenaran, padahal kebenaran itu dari Allah.

Kepongahannya melahirkan rasa dengki terhadap Adam. Sehingga perintah Allah untuk bersujud sebagai bentuk tahiyat penghormatan  bukan penghambaan kepada Adam, ditolaknya.  Sehingga harus menangung akibat terlaknatlah iblis dan menjadi penghuni neraka. Kepongahan itu bersumber merasa diri lebih baik dari Adam, karena  iblis diciptakan dari api dan adam hanya dari tanah ( QS. Al 'Araf : 12 ).

Kepongahan iblis dan  kedengkian nya terhadap Adam semakin menjadi-jadi  bahkan berubah menjadi perilaku hasud, untuk menggoda anak cucu adam agar mengikut i jejak sesatnya ke neraka. Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan men-dapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at).’” (QS. Al A’raf : 16-17)

Kemudian kita menuju jaman keemasan islam ketika diutusnya Rasulullah Muhammad SAW. Paman beliau adalah seteru yang memusuhi dakwah beliau. Abu Jahl dan Abu Lahab. Abu Jahl, bukanlah seorang yang bodoh. Dia sangat memahami makna syahadat tapi mengapa enggan berislam? jawabnya satu, faktor dengki. Abu Jahl adalah seorang wirausaha yang bergerak dibidang bisnis perlengkapan peribadahan kaum paganis di jazirah Arab. Tentulah sudah menjadi konsekuensi bila mengikuti kebenaran yang dibawa oleh sang keponakan, bisnis yang menjadi penghidupan selama ini harus gulung tikar. Hal inilah yang mendasari keengananny mengikuti sang keponakan bahkan sekuat tenaga memusuhi dakwahnya.

Abdullah Ibn Ubay Ibn Sahlul. Seorang munafiqin di tubuh kaum muslimin. Peristiwa itu terjadi ketika perang bani musthaliq. Hanya karena masalah kecil Abdullah Ibn Ubay Ibn Sahlul berusaha mengadu domba muhajirin dan anshar. Semua  itu dilakukan  karena kedengkiannya terhadap Rasulullah SAW. Mengapa ? ya karena  Abdullah Ibn Ubay Ibn Sahlul pernah akan dinobatkan sebagai raja madinah sebelum  Rasulullah dan para muhajirin masuk madinah. Abdullah Ibn uba Ibn Sahlul merasa tahtanya direbut oleh rasulullah. sehingga timbul kedengkian di hatinya terhadap rasulullah, dan menjadikannya sebagai seorang munafiq.

Demikianlah kita belajar bahwa barisan sakit hati selalu ada di sepanjang sejarah hidup manusia. bisa dilihat dari karkternya yang pendengki, pendendam, suka menebar fitnah, membincangkan aib saudaranya. Tapi semuanya adalah berakar dari sebuah ketamakan dan kepongahan diri. Merasa paling baik, merasa paling mulia. Semoga Allah mengindarkan penyakit hati tersebut dari hati.