ptun (1)

Upload: keko-arantasari

Post on 07-Jul-2015

304 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG Pada saat ini korupsi merupakan permasalah yang harus diatasi, hal ini dimaksudkan agar tercapai pertumbuhan ekonomi yang sehat. Kenyataan yang berkembang saat ini, tergambar adanya peningkatan dan pengembangan model-model korupsi. Retorika anti korupsi tidak cukup ampuh untuk memberhentikan praktek tercela ini. Peraturan perundang-undang yang merupakan bagian dari politik hukum yang dibuat oleh pemerintah, menjadi meaning less, apabila tidak sertai dengan kesungguhan untuk manifestasi dari peraturan perundang-undangan yang ada. Politik hukum tidak cukup, apabila tidak ada recovery terhadap para eksekutor atau para pelaku hukum. Konstelasi seperti ini mempertegas alasan dari politik hukum yang dirancang oleh pemerintah tidak lebih hanya sekedar memenuhi meanstream yang sedang terjadi. Selain itu korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Dalam politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Salah satu contohnya adalah korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi. Dari penjabaran diatas maka makalah ini dimaksudkan membahas mengenai korupsi di sistem pengadilan yang dapat menghentikan ketertiban hukum. Sistem pengadilan yang akan dibahas adalah Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang tidak mempunyai kaitan langsung dalam memberantas korupsi. Tema yang dimaksudkan adalah Harapan akan peran PTUN dalam menciptakan pemerintahan yang bersih . Dengan adanya makalah ini

diharapkan adanya suatu kontribusi dari PTUN untuk masalah korupsi yang dianggap sudah sangat menjamur dan merukan sistem perintahan Indonesia.

II. PERMASALAHAN Jika dilihat dari maraknya kegiatan korupsi yang terjadi saat ini di Indonesia, terutama yang dilakukan oleh para pejabat publik yang mempunyai kekuasaan terhadap kebijakan kebijakan yang diterapkan pada masyarakat, berikut permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini : 1. Bagaimana peranan PTUN dalam pemberantasan korupsi sehingga menciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN? 2. Bagaimana fungsi penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara hingga memperkecil kemungkinan seorang pejabat publik melakukan korupsi?

BAB II DASAR TEORI

Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur sebagai berikut: y y y y perbuatan melawan hukum; penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana; memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi; merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali. Peradilan administrasi negara (PTUN) yang terpisah dari peradilan umum. Tujuan pengadilan administrasi negara (PTUN) ialah memberikan pengayoman hukum dan kepastian hukum, tidak hanya untuk rakyat semata-mata melainkan juga bagi administrasi negara dalam arti menjaga dan memelihara keseimbangan kepentingan masyarakat dengan kepentingan individu. Untuk administasi negara akan terjaga ketertiban, ketentraman dan keamanan dalam melaksanakan tugas-tugasnya demi terwujudnya pemerintahan yang kuat bersih dan berwibawa dalam negara hukum berdasarkan Pancasila. Dengan demikian lembaga pengadilan administrasi

negara (PTUN) adalah sebagai salah satu badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman, merupakan kekuasaan yang merdeka yang berada di bawah Mahkamah Agung dalam rangka menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Penegakan hukum dan keadilan ini merupakan bagian dari perlindungan hukum bagi rakyat atas perbuatan hukum publik oleh pejabat administrasi negara yang melanggar hukum. PTUN diadakan dalam rangka memberikan perlindungan (berdasarkan keadilan, kebenaran dan ketertiban dan kepastian hukum) kepada rakyat pencari keadilan (justiciabelen) yang merasa dirinya dirugikan akibat suatu perbuatan hukum publik oleh pejabat administrasi negara, melalui pemeriksaan, pemutusan dan penyelesaian sengketa dalam bidang administrasi negara. Oleh karena itu meskipun segala bentuk tindakan pejabat administrasi negara telah diatur dalam norma-norma hukum administrasi negara akan tetapi bila tidak ada lembaga penegak hukum dari hukum administrasi negara itu sendiri, maka norma-norma tersebut tidak mempunyai arti apa-apa. Oleh sebab itu eksistensi pengadilan administrasi negara (PTUN) sesuatu yang wajib, dengan maksud selain sebagai sarana kontrol yuridis terhadap pelaksana administrasi negara juga sebagai suatu bentuk atau wadah perlindungan hukum bagi masyarakat karena dari segi kedudukan hukumnya berada pada posisi yang lemah.

BAB III PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

I. PEMBAHASAN Pengaturan tentang korupsi diatur dalam Hukum Pidana, dan diadili di peradilan umum, sedangkan penegakan hukum yang dilakukan oleh PTUN berupa hal-hal dibawah ini : a. Teguran peringatan supaya menghentikan pelanggaran dan jangan berbuat lagi. b. Pembebanan kewajiban tertentu (ganti kerugian dan atau denda). c. Pencabutan hak-hak tertentu (sanksi administrasi ringan, sedang, dan berat seperti : berupa pencopotan jabatan atau pemberhentian dengan tidak hormat). d. Publikasi kepada masyarakat umum (media cetak dan atau elektronik). e. Rekomendasi black list secara politis (kepada lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif terutama apabila yang bersangkutan akan menjalani fit and proper test). f. Pengenaan sanksi badan (pidana penjara). PTUN tidak dapat mengadili tindak korupsi secara langsung yang dapat dilakukan hanya berupa pencegahan agar keputusan yang dibuat oleh pejabat publik tidak sewenangwenang. Hal serupa dikemukan oleh wakil Ketua Hakim PTUN menurut beliau Apabila keputusan yang dihasilkan oleh para pejabat publik sudah tepat penerapannya, maka kemungkinan untuk pejabat publik melakukan korupsi akan semakin kecil. Pemberantasan secara langsung bukanlah kewenangan PTUN, namun dengan memeriksa ketetapan ataupun keputusan yang dibuat oleh pejabat publik yang dikeluarkan dan dirasakan merugikan kepentingan rakyat merupakan suatu pencegahan untuk perbuatan lebih lanjut yang mengarah pada korupsi. Selain itu PTUN merupakan control yuridis terhadap putusanputusan atas perbuatan hukum publik ataupun pejabat administrasi Negara. Oleh karena itu eksistensi pengadilan administrasi negara (PTUN) adalah memberikan perlindungan hukum kepada masyarakat serta aparatur pemerintahan itu sendiri karena

pengadilan administrasi negara (PTUN) melakukan kontrol yuridis terhadap perbuatan hukum publik badan atau pejabat administrasi negara. Kaitannya dengan prinsip-prinsip dalam good governance pada dasarnya menjadi pedoman bagi pejabat administrasi negara dalam melaksanakan urusan pemerintahan yaitu mencegah terjadinya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), menciptakan birokrasi yang semakin baik, transparan, dan effisien, serta membangun prinsip-prinsip yang lebih demokratis, objektif dan profesional dalam rangka menjalankan roda pemerintahan menuju terciptanya keadilan dan kepastian hukum dalam masyarkat. Fungsi lain PTUN dalam tindak korupsi adalah dengan adanya penyelesaian sengketa maka masyarakat yang merasa dirugikan akan merasa mendapatkan perlindungan hukum. Hal ini memperkecil kemungkinan pejabat Negara yang berbuat sewenang wenang baik yang

menguntungkan dirinya sendiri maupun kelompoknya. Perbuatan menguntungkan diri sendiri ataupun kelompoknya termasuk kategori perbuatan korupsi. Maka dengan demikian penyelesaian sengketa yang sesuai ketentuan peradilan dan dilaksanakan berdasarkan putusan yang ada akan mengurangi kemunginan pejabat publik untuk melakukan korupsi.

II. KESIMPULAN 1. PTUN tidak mempunya wewenang dalam penanganan kasus korupsi, karena korupsi masuk kedalam peradilan umum dimana peradilan pidana yang berhak menangani kasus tersebut. Namun bila dilihat dari peranan PTUN dalam penanganan korupsi, maka dapat dilihat bahwa PTUN mempunya peranan dalam hal pencegahan. Pencegahan yang dimaksudkan adalah berupa pemeriksaan atas ketentuan ataupun kebijakan yang melanggar hukum sehingga korupsi dapat dilakukan. Ketentuan ataupun kebijakan yang diperiksa oleh PTUN meliputi keputusan ataupun kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat Negara. 2. Dengan adanya penyelesaian sengketa maka masyarakat yang merasa dirugikan akan merasa mendapatkan perlindungan hukum. Hal ini memperkecil kemungkinan pejabat Negara yang berbuat sewenang wenang baik yang menguntungkan dirinya sendiri

maupun kelompoknya. Perbuatan menguntungkan diri sendiri ataupun kelompoknya termasuk kategori perbuatan korupsi. Maka dengan demikian penyelesaian sengketa yang sesuai ketentuan peradilan dan dilaksanakan berdasarkan putusan yang ada akan mengurangi kemunginan pejabat publik untuk melakukan korupsi.