pterigium

25
PTERIGIUM Lita Yanuarti 20050310043

Upload: lita-yanuarti

Post on 26-Jun-2015

1.452 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Mata, pterigium

TRANSCRIPT

Page 1: PTERIGIUM

PTERIGIUMLita Yanuarti 20050310043

Page 2: PTERIGIUM
Page 3: PTERIGIUM

PENDAHULUAN

Pterigium adalah sebuah massa wing shaped okular eksternal yang meninggi dan terletak superfisial yang biasanya terbentuk diatas konjungtiva perilimbus dan meluas hingga ke permukaankornea.

Pterigia bermacam-macam mulai dari lesi kecil hingga besar, agresif, dan bertumbuh cepat.

Pada kasus lebih lanjut, bisa menutupi pupil dan mengganggu pandangan penglihatan.

Page 4: PTERIGIUM

ETIOLOGI

Faktor risiko pterigium adalah sebagai berikut:

o Frekuensi terpajan dengan sinar ultraviolet yang tinggi, termasuk tinggal di daerah subtropis dan tropis

o Beraktivitas diluar ruangan Predisposisi genetik dari pterigium muncul

padabeberapa keluarga

Page 5: PTERIGIUM

PATOFISIOLOGI Sinar UV-B merupakan sinar yang dapat

menyebabkan mutasi pada gen suppressor tumor p53 pada sel-sel benih embrional di basal limbus kornea. Tanpa adanya apoptosis (program kematian sel), perubahan pertumbuhan faktor Beta akan menjadi berlebihan dan menyebabkan pengaturan berlebihan pula pada sistem kolagenase, migrasi seluler dan angiogenesis. Perubahan patologis tersebut termasuk juga degenerasi elastoid kolagen dan timbulnya jaringan fibrovaskular, seringkali disertai dengan inflamasi

.

Page 6: PTERIGIUM

Histopatologi dari kolagen abnormal pada area degenerasi elastik menunjukkan basofilia dengan pewarnaan hematoksilin dan eosin. Kornea menunjukkan destruksi pada lapisan membrana Bowman akibat pertumbuhan fibrovaskular, disertai dengan peradangan ringan. Epitelnya dapat normal, tipis atau menebal kadang disertai displasia

Page 7: PTERIGIUM
Page 8: PTERIGIUM

EPIDEMIOLOGI Frekuensi

Angka kejadian pterigium paling tinggi terjadi pada daerah dengan iklim tropis.

Mortalitas dan MorbiditasPterigium bisa menyebabkan perubahan yang signifikan pada fungsi penglihatan pada kasus lanjut. Bisa juga terjadi inflamasi yang terlihat sebagai kemerahan dan iritasi

SexPterigium dilaporkan terjadi pada pria dua kali lipat lebih banyak dari wanita

UsiaPterigium jarang dikeluhkan pada pasien berusia dibawah 20 tahun. Pasien berusia lebih dari 40 tahun merupakan prevalensi tertinggi dari pterigium.

Page 9: PTERIGIUM

KLINISAnamnesis Pasien dengan pterigium datang

dengan keluhan yang bermacam, mulai dari tak adagejala hingga keluhan seperti mata kemerahan, membengkak, gatal, iritasi, pandangan kabur yang berhubungan dengan lesi yang meninggi pada satu atau kedua mata

Page 10: PTERIGIUM

Pemeriksaan Fisik Pterigium muncul dengan perubahan

fibrovaskular yang beragam pada permukaan konjungtiva dan kornea. Lebih sering muncul dari daerah konjungtiva nasal dan meluas hingga ke kornea nasal, walaupun bisa juga bisa dari lokasi lain misal temporal.

Page 11: PTERIGIUM

Tampilan klinis bisa dibedakan menjadi dua kategori umum, yaitu:o Pasien dengan proliferasi minimal dan tampilan atrofik. Pterigia pada grup ini tampak lebih datar dan tumbuh lambat dan memiliki insidensi kekambuhan yang lebih rendah setelah dieksisio Grup kedua datang dengan riwayat pertumbuhan cepat dan komponen fibrovaskular yang meninggi secara signifikan. Pterigium pada grup ini memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi setelah dieksisi

Page 12: PTERIGIUM

JENIS-JENIS PTERYGIUM

Vaskuler : pterygium tebal, merah, progresif, ditemukan pada anak muda (tumbuh cepat karena banyak pembuluh darah.

Membrannaceus : pterygium tipis seperti plastik, tidak terlalu merah, terdapat pada orang tua.

Page 13: PTERIGIUM

STADIUM PTERYGIUM

Stadium I : Belum melewati limbus Stadium II : Sudah melewati limbus dan

belum mencapai pupil Stadium III : Sudah menutupi pupil Stadium IV : Sudah melewati pupil

Page 14: PTERIGIUM

DIAGNOSIS BANDING

Pseudopterygia (misal luka akibat kimia atau suhu, trauma, penyakit kornea marginal)

Neoplasia (karsinoma in situ, squamous cell carcinoma)

Pinguekula (lesi pada konjungtiva perilimbik yang tidak meluas ke kornea)

Page 15: PTERIGIUM

o Pinguekulae biasa muncul sebagai lesi kecil dan asimtomatik (biasanya berwarna kuning) pada permukaan konjungtiva. Ditemukan Lebih sering pada sisi nasal, namun bisa juga muncul di sisi temporal ataupun kedua sisi.

o Pinguekula dipikirkan sebagai lesi yang muncul akibat aktivitas sinar UV

Page 16: PTERIGIUM

TATA LAKSANA Medical Care Terdapat beberapa terapi untuk pterygium.

Secara umum pterygium primer diterapi secara konservatif dan hal ini merupakan rekomendasi pertama pada kebanyakan orang. Air mata buatan  dapat membuat perasaan nyaman pada penderita dan menyingkirkan adanya sensasi adanya benda asing pada mata. Biasanya proses inflamasi pada lesi menjadi berkurang, pada kasus ini pemberian dekongestan optik ringan  atau yang lebih jarang, obat anti inflamasi juga dapat diberikan.

Page 17: PTERIGIUM

Pterygium  atrofik yang berukuran kecil dapat diobservasi secara teratur. Cairan pelumas dapat digunakan untuk mengatasi iritasi.

Pterygium aktif dapat diterapi awal dengan vasokonstriktor, obat-obat anti inflamasi non steroid atau tetes mata steroid. Semua hal ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau sebelum dilakukan eksisi bedah.

Page 18: PTERIGIUM

Pembedahan Jika pterigium membesar dan meluas

sampai ke daerah pupil, lesi harus diangkat secara bedah bersama sebagian kecil kornea superfisial bening yang melewati daerah pelanggaran ini. Untuk mencegah perkambuhan, khususnya bagi orang yang bekerja di luar, yang bersangkutan harus memakai kacamata anti-UV.

Page 19: PTERIGIUM

Pembedahan untuk eksisi pterigium dilakukan pada pasien rawat jalan dibawah sedasi anestesia lokal maupun topikal jika perlu. Setelah operasi, mata diperban selama satu malam dan diobati dengan antibiotik topikal dan tetes antiinflamasi

Page 20: PTERIGIUM
Page 21: PTERIGIUM

FOLLOW UP DAN PENCEGAHAN

Follow-upSetelah eksisi pterigium, pasien diberikan steroid topikal. Hal ini perlu diperhatikan dari peninggian TIO

PencegahanSecara teori, meminimalkan eksposur dengan radiasi ultraviolet menurunkan risiko perkembangan pterigium. Pasien disarankan menggunakan topi, dan kacamata anti-UV.

Page 22: PTERIGIUM

KOMPLIKASI· Komplikasi dari pterigium bisa sebagai berikut:

o Mata kemerahano Iritasio Luka kronik dari konjungtiva dan kornea

· Pada pasien dengan pterigia yang meninggi, bisa terjadi mata kering danpenipisan dari kornea

· Komplikasi post-operatif bisa sebagai berikut:o Infeksio Diplopiao Luka kornea

· Lebih jarang: perdarahan vitreus dan ablasio retina· Yang paling sering dari komplikasi bedah pterigium adalah

kekambuhan. Eksisi bedah simpleks memiliki angka kekambuhan yang tinggi, sekitar 50-80%. Angka ini bisa dikurangi sekitar 5-15% dengan penggunaan autograft dari konjungtiva atau transplant membran amnion pada saat eksisi

Page 23: PTERIGIUM

PROGNOSIS

Prognosis visual dan kosmetik dari eksisi pterigium adalah baik. Prosedur dapatditoleransi dengan baik oleh pasien, dan disamping rasa tak nyaman pada hari-hari pertama post-operatif, pasien bisa melanjutkan aktivitas secara penuh dalam 48 jam

Angka kekambuhan bersifat signifikan, dan pterigia rekuren sering lebih buruk daripada yang primer pterigia

Page 24: PTERIGIUM
Page 25: PTERIGIUM

REFERENSI

Jerome P Fisher, PTERYGIUM. http://emedicine.medscape.com/article/1192527-overview

http://www.baysideeyes.com.au/eye specialists/pterygium.htm

http://www.uic.edu/depts/mcpt/eyepath/specco4.htm http://www.rhmis.kerala.gov.in/Health-Care-CDAC-Kol-

gksaha-v2.0/Zoom-Eye%20Problem-Pterygium-Sty-Cataract.html

http://torontoeyeclinic.com/index.php?option=com_content&view=article&id=54&Itemid=73

http://www.missionforvisionusa.org/anatomy/2006/06/what-is-pterygium.html