pt. pengembangan pariwisata indonesia (persero) - … · hidup dilaksanakan oleh komisi penilai...

375

Click here to load reader

Upload: vanxuyen

Post on 27-Mar-2019

310 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA

(PERSERO)P.O. BOX 3 NUSA DUA Bali – Indonesia,

Telp. (0361)771010, Fax (0361) 771014.

ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL

PEMBANGUNAN KAWASAN PARIWISATA

MANDALIKA RESORT DI KABUPATEN LOMBOK

TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

TAHUN 2018

Page 2: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

BAB IPENDAHULUAN

Page 3: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 1

1.1.LATAR BELAKANG

Kawasan Pariwisata Mandalika yang terletak di Kabupaten Lombok

Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan kawasan yang

sangat unik dan menarik karena menggabungkan keindahan alam pesisir

dengan keunikan budaya masyarakat dan keragaman biodiversitas sumber

daya flora dan fauna. Kawasan ini sejak tahun 1987 sudah direncanakan akan

dikembangkan sebagai kawasan pariwisata unggulan di Pulau Lombok.

Secara sporadis di beberapa tempat sudah mulai dibangun home stay,

penginapan, restoran dan jasa pelayanan wisatawan lainnya.

Pada pertengahan tahun 2011, Pemerintah Republik Indonesia

meluncurkan kebijakan pembangunan nasional yang dikenal dengan Master

Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Kebijakan pemerintah ini ditidaklanjuti dengan dilaksanakannya beberapa

pembangunan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan dan bandar udara. Pada

tanggal 20 Oktober 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresemikan

beroperasinya Bandar Udara Internasional Lombok di Kecamatan Pujut,

Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi NTB. Keberadaan bandara ini sangat

mendukung akses wisatawan untuk mencapai lokasi Kawasan Pariwisata

Mandalika.

Dukungan pemerintah terhadap pengembangan Kawasan Pariwisata

Mandalika semakin bertambah dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah

(PP) Nomor 52 Tahun 2014 yang menetapkan Kawasan Pariwisata Mandalika

sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Berlandaskan PP tersebut,

investor yang ingin membangun di Kawasan Pariwisata Mandalika akan

mendapatkan insentif kemudahan pajak dan non pajak. Insentif ini diberikan

sebagai dukungan dari Pemerintah Indonesia agar kegiatan investasi tumbuh

dan berkembang yang pada akhirnya dapat memberikan multifier effect yang

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTB.

Berbagai keunggulan Kawasan Pariwisata Mandalika menjadi daya

tarik para wisatawan nusantara maupun mancanegara. Keindahan alam di

pantai Kuta yang terbilang luas dengan garis pantai berpasir putih bersih

dibayangi dengan Bukit Mandalika yang berdiri kokoh menampilkan

eksotisme alam yang menakjubkan. Di sebelah baratnya terhampar Pantai

Seger dengan Monumen Putri Mandalika yang memiliki even tahunan Festival

Page 4: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 2

Bau Nyale, yakni perayaan terhadap legenda Putri Mandalika. Terdapat juga

Pantai Tanjung Aan dengan variasi pasir pantainya yang bulat seperti merica

dan lembut seperti tepung.

PT. Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau umumnya

disebut Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) merupakan satu-

satunya perusahaan Negara yang bergerak dibidang usaha pengembangan

Kawasan Pariwisata. Sejak tahun 1972 ITDC mengembangkan dan mengelola

Kawasan Pariwisata Nusa Dua di Provinsi Bali. Pengalaman dan keberhasilan

ITDC dalam mengelola Kawasan Pariwisata Nusa Dua hingga menjadi

kawasan pariwisata yang sangat dikenal di dunia menyebabkan pemerintah

Indonesia kembali memberikan kepercayaan kepada ITDC untuk mengelola

kawasan lainnya di Indonesia.

Sejak tahun 2008, ITDC ditugaskan oleh pemerintah Republik Indonesia

untuk mengelola lahan seluas 1.175 Ha di Kawasan Pariwisata Mandalika

(Mandalika Resort), Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi

NTB untuk dikembangkan menjadi Kawasan Pariwisata Terpadu. Untuk

mendukung dan mempercepat rencana pengembangan Mandalika Resort,

ITDC melaksanakan beberapa program akselerasi yang diharapkan dapat

memberikan dampak secara langsung untuk terwujudnya pembangunan dan

pengembangan Mandalika Resort.

PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) pada tahun 2012

merencanakan kegiatan pembangunan dengan mengacu pada Master Plan

Pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika. Deskripsi kegiatan yang

akan dilakukan adalah membangun kamar sebanyak 10.335 buah, 1.585 unit

residensial, dan fasilitas penunjang ( jalan sepanjang 10 km, jaringan air kotor

26 km, IPAL kapasitas 320 m3/hari, kapasitas listrik 123 MVA, dan lainnya)

pada lahan seluas 1250 ha. Kegiatan pengembangan tersebut telah

mendapatkan Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup (SKKLH)

No.660 Tahun 2012 yang selanjutnya mendapatkan Ijin Lingkungan

berdasarkan Keputusan Gubernur NTB Nomor 48 Tahun 2013.

Pada tahun 2018, berdasarkan perkembangan dan perubahan pasar

pariwisata dunia, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero)

berencana melakukan perubahan pengembangan Kawasan Pariwisata

Mandalika agar sesuai dengan Master Plan yang baru. Deskripsi perubahan

meliputi penambahan jumlah kamar menjadi 26.737 buah, 5.384 unit

residential dan fasilitas penunjang ( jalan sepanjang 50 km, jaringan air kotor

34 km, IPAL kapasitas 1.800 m3/hari, kapasitas listrik 260 MVA dengan

penambahan Pembangkit Listrik Tenaga Surya, Sumber Air dengan Sea

Water Reverse Osmosis, Monorail Kawasan, dan lainnya). Adanya

Page 5: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 3

perubahan rencana kegiatan dan/atau usaha yang dilakukan oleh ITDC ini

memerlukan harmonisasi perizinan yang sudah dimiliki.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin

Lingkungan,Pasal 50 Ayat (1) menyebutkan Penanggungjawab Usaha

dan/atau Kegiatan wajib mengajukan permohonan perubahan Izin Lingkungan

apabila Usaha dan/atau Kegiatan yang telah memperoleh Izin Lingkungan,

direncanakan untuk dilakukan perubahan. Ayat (4) menyebutkan Penerbitan

Perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup dilakukan melalui: a.

penyusunan dan penilaian dokumen Amdal baru; atau b. penyampaian dan

penilaian terhadap dokumen adendum Andal dan RKL-RPL. Oleh karena

kegiatan Pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika sudah memiliki Izin

Lingkungan berdasarkan Keputusan Gubernur NTB Bali Nomor 48 Tahun

2013, maka adanya tambahan pembangunan memerlukan perubahan Izin

Lingkungan tersebut melalui pengajuan dokumen Adendum Andal dan RKL-

RPL. Format penulisan dokumen Adendum Andal dan RKL-RPL

menggunakan modifikasi yang mengacu pada Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012, tentang Pedoman Penyusunan

Dokumen Lingkungan Hidup, Lampiran I, Lampiran II dan Lampiran III.

Selanjutnya, dengan mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor 08 Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian dan

Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup dan Penerbitanan Izin Lingkungan

Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB.

1.2.TUJUAN DAN MANFAAT

1.2.1.Tujuan

Tujuan dari pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika Kabupaten

Lombok Tengah, Provinsi NTB adalah:

a. Membangun penambahan jumlah kamar menjadi 26.737 buah, 5.384 unit

residential dan fasilitas penunjang ( jalan sepanjang 50 km, jaringan air

kotor 34 km, IPAL kapasitas 1.800 m3/hari, kapasitas listrik 260 MVA

dengan penambahan Pembangkit Listrik Tenaga Surya, Sumber Air

dengan Sea Water Reverse Osmosis, Monorail Kawasan, dan lainnya).

b. Meningkatkan wisatawan lokal dan asing berkunjung ke Pulau Lombok;

1.2.2. Manfaat

Manfaat pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika Kabupaten

Lombok Tengah, Provinsi NTB bagi pemerintah adalah meningkatkan

pendapatan negara di sektor non migas, terutama bidang pariwisata.

Page 6: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 4

Sedangkan bagi masyarakat, kegiatan ini akan menciptakan peluang kerja

dan usaha baru bagi masyarakat sekitar dalam skala lokal di tingkat desa,

kecamatan, dan kabupaten. Selain itu daerah ini akan lebih terbuka, sehingga

lebih memudahkan akses perekonomian dan peningkatan taraf hidup dengan

adanya kegiatan CSR dari ITDC.

1.3. IDENTITAS PELAKSANA

1.3.1. Pemrakarsa

Pemrakarsa kegiatan penyusunan Dokumen Adendum Andal dan RKL-

RPL Pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika adalah:

1). Nama Lembaga : PT Pengembangan Pariwisata Indonesia

(Persero)

2). Jenis Kegiatan : Kawasan Pariwisata

3). Penanggungjawab : Abdulbar M. Mansoer

4). Jabatan : Direktur Utama

5). Alamat : P.O. BOX 3 NUSA DUA Bali – Indonesia,

6). Telpon/Fax : (0361) –771010/ (0361) 771014

1.3.2. Penyusun

Tim penyusun Dokumen Adendum Andal dan RKL-RPL

Pengembangan kawasan Pariwisata Mandalika dilaksanakan oleh penyusun

perorangan. Hal tersebut mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

dan Kehutanan RI No P.102/ MENLHK/SETJEN/ KUM.1/12/ 2016 Pasal 4 (2)

serta mengadopsi Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 7 Tahun

2010 tentang Sertifikasi Persyaratan Kompetensi dan Penyusunan Dokumen

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Persyaratan Lembaga

Kompetensi Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Hidup. Pada Pasal 4 ayat 1 menguraikan bahwa penyusunan dokumen

Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilaksanakan oleh tim penyusun

yang ditetapkan oleh pemrakarsa. Dalam hal ini, pemrakarsa kegiatan telah

menetapkan susunan tim penyusun sebagai berikut:

Page 7: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 5

1).Ketua : Dr. Drs.Ketut Gede Dharma Putra,M.Sc

(KTPA) Alamat : Jl.Gutiswa No 24 Denpasar Bali

Telpon/HP : 08123970922

Sertifikat KTPA No 71201 2133 6 000147 2017

2).Anggota : Ir.Nyoman Parining,M.Rur.M

(ATPA) Alamat : Perum Bhuana Permai I No 3 Denpasar Bali

Telpon/HP: 08123986017

Sertifikat ATPA No 74909 2133 6 0000138 2017

3).Anggota : Parinatra Candrarka Nugraha,SE.,MAB

(ATPA) Alamat : Banjar Tusan Blahbatuh Gianyar Bali

Telpon/HP 082112570874

Sertifikat ATPA No 74909 2133 6 0000137 2017

4). Tim Ahli :

1. Fisik-Kimia : Ni Putu Indria Novitasari,ST 2. Biologi : Drs.Job Nico Subagyo,M.Si 3. Sosial Ekonomi : Dra. Ida Ayu Suryasih,MP 4. Sosial Budaya : Virgina Dharmasasmitha,S.Psi.M.Si. 5. Hidrooceanography : Ir. Nyoman Surayasa,M.Si 6. Kesehatan Masyarakat : dr.Indira Dharmasamitha,S.Ked. 7. Tanah : Ir. Padusung,MP 8. Manajemen Lingkungan : Rani Ekawaty,S.Pi.,M.Env.M 9. Geologi : Gede Yatha Pradipta,ST.,MT. 10. Sipil Transportasi : Ir. Putu Preantjaya Winaya,MT

5). Tenaga Pendukung :

1. Administrasi : Gede Wahyu Yoga Dana,ST 2. Operator Komputer : I Ketut Suwastika,ST

1.4. OPERASIONAL KAWASAN PARIWISATA MANDALIKA

Operasional Kawasan Pariwisata Mandalika dilaksanakan oleh PT

Pengembangan Pariwisata Indonesia Persero) berdasarkan beberapa

kebijakan diantaranya : Surat Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik

Negara Nomor : SK – 198/MBU/10/2015 tanggal 22 Oktober 2015 tentang

Pemberhentian, Perubahan Nomenklatur Jabatan dan Pengangkatan

Page 8: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 6

Anggota-Anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT.

Pengembangan Pariwista Indonesia; Keputusan Menteri Badan Usaha Milik

Negara Nomor : KEP-75/MBU/2011 Tanggal 21 Maret 2011 Tentang

Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaan

Perseroan (Persero) PT Pengembangan Pariwisata Bali, oleh karena itu sah

untuk dan atas nama mewakili PT Pengembangan Pariwisata Indonesia

(Persero) / Indonesia Tourism Development (ITDC) merupakan badan hukum

yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, sesuai dengan Anggaran Dasar

Perseroan yang telah beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir sesuai

dengan akta nomor 40 tanggal 15 Mei 2009 dibuat dihadapan Notaris Evi

Susanti Panjaitan, SH., dan telah memperoleh pengesahan dari Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat

Keputusan Nomor : AHU.39726.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 14 Agustus

2009 dan perubahan terakhir Anggaran Dasar dibuat dengan Akta Notaris

Nomor 63 tanggal 24 Maret 2014 dibuat dihadapan Evi Susanti Panjaitan, SH.,

dan telah memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Nomor : AHU-

15415.AH.01.02.Tahun 2014 tanggal 16 Mei 2014 dengan Akta Nomor 63

tanggal 24 Maret 2014 yang dibuat dihadapan Evi Susanti Panjaitan, S.H.,

Notaris dan telah memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Nomor: AHU-

15414.AH.01.02.Tahun 2014 tanggal 16 Mei 2014.

Kegiatan operasional Kawasan Pariwisata Mandalika terdiri atas

kegiatan penyiapan sarana dan prasarana kawasan, serta pelaksanaan

program pemberdayaan masyarakat. Deskripsi kegiatan operasional meliputi

kegiatan yang berlangsung pada lahan dengan rincian seperti pada Tabel 1.1.

Page 9: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 7

Tabel 1.1.Deskripsi Penggunaan Areal Kawasan Pariwisata Mandalika Sesuai Master Plan Tahun 2015

PERUNTUKAN LAHAN KAWASAN PARIWISATA

SUB KOMPONEN PENGGUNAAN LAHAN Luas (Ha) Persentase (%)

Distrik A - Pusat Transportasi Kuta Permukiman (Residential)

Perumahan (Affordable Housing) 6,0

Total Permukiman 6,0 6,0%

Penggunaan Bersama (Permukiman/Hotel/Office/Pertokoan) (Mixed Use (Residential/Hotel/Office/Retail))

Perluasan Desa (Existing Village Expansion) (Kuta Downt) 34,8

Pusat Tranportasi (dengan hotel) (Transportation HUB (with hotel))

14,6

Total Penggunaan Bersama (Mixed Use Total) 49,4 49,8%

Pertokoan / Perniagaan (Retail / Commercial)

Perniagaan (Commercial) 5,0

Total Pertokoan / Perniagaan (Retail / Commercial Total) 5,0 5,0%

Fasilitas Publik (Public Facility)

Fasilitas Keagamaan (Religious facilities) 1,0

Total Fasilitas Publik (Public Facility Total) 1,0 1,0%

Infrastruktur (Infrastructure)

Jalan (Road) 11,1

Utilitas (Utility) 2,4

Page 10: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 8

PERUNTUKAN LAHAN KAWASAN PARIWISATA

SUB KOMPONEN PENGGUNAAN LAHAN Luas (Ha) Persentase (%)

Total Infrastruktur (infrastructure Total) 13,5 13,6%

Ruang Terbuka (Open Space)

Pertanian (Perkebunan) (Agriculture (Plantation)) 3,1

Badan Air (Danau, Laguna, dll) (Water Body (lake, lagoon etc.))

2,4

Penghijauan (Taman, Jalan, Headland, dll) (Green (Park,Trails, Headland etc.))

18,8

Total Ruang Terbuka (Open Space Total) 24,3 24,5%

Perkiraan Lahan Distrik (Estimated District Land) 99,0 100,0%

Distrik B – Gerbang Pertokoan / Perniagaan (Retail / Commercial)

Perniagaan (Commercial) 5,0

Total Pertokoan / Perniagaan (Retail / Commercial Total) 5,0 9,5%

Tempat Bersantai / Rekreasi (Leisure / Recreation)

Tempat Bersantai (Leisure Zone) 3,0

Total Distrik Rekreasi (Recreational District Total) 3,0 5,7%

Fasilitas Publik (Public Facility)

"Gerbang" pusat kebudayaan ("The Gateway" cultural centre)

1,7

Pertahanan Sipil (Civil Defence) 1,6

Total Fasilitas Publik (Public Facility Total) 3,2 6,2%

Page 11: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 9

PERUNTUKAN LAHAN KAWASAN PARIWISATA

SUB KOMPONEN PENGGUNAAN LAHAN Luas (Ha) Persentase (%)

Infrastruktur (Infrastructure)

Jalan (road) 7,2

Total Infrastruktur (Infrastructure Total) 7,2 13,7%

Ruang Terbuka (Open Space)

Pertanian (Perkebunan) (Agriculture (Plantation)) 2,6

Penghijauan (Taman, Jalan, Headland, dll) (Green (Park,Trails, Headland etc.))

31,6

Total Ruang Terbuka (Open Space Total) 34,1 64,9%

Perkiraan Lahan Distrik (Estimated District Land) 52,6 100,0%

Distrik C - Quiet Gateway Permukiman (Residential)

Laguna Permukiman (termasuk air) (Lagoon Residential (Includes Water))

20,1

Perkebunan Permukiman (Plantation Residential) 13,9

Total Permukiman (Residential Total) 34,0 38,2%

Hotel

Quiet Getaway 11,2

Laguna Resort (termasuk air) (Lagoon Resort (Includes Water))

4,5

Novotel 2,0

Total Hotel 15,7 17,6%

Page 12: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 10

PERUNTUKAN LAHAN KAWASAN PARIWISATA

SUB KOMPONEN PENGGUNAAN LAHAN Luas (Ha) Persentase (%)

Pertokoan / Perniagaan (Retail / Commercial)

Pusat Sosial (Neighbourhood centre) 0,1

Total Pertokoan / Perniagaan (Retail / Commercial Total) 0,1 0,1%

Infrastruktur (Infrastructure)

Jalan (road) 8,7

Total Infrastruktur (Infrastructure Total) 8,7 9,8%

Ruang Terbuka (Open Space)

Pertanian (Perkebunan) (Agriculture (Plantation)) 5,0

Penghijauan (Taman, Jalan, Headland, dll) (Green (Park,Trails, Headland etc.))

19,4

Pantai umum (Public Beach) 6,1

Total Ruang Terbuka (Open Space Total) 30,5 34,2%

Perkiraan Lahan Distrik (Estimated District Land) 89,0 100,0%

Distrik D - Desa Budaya Penggunaan Bersama (Permukiman/Hotel/Office/Pertokoan) (Mixed Use (Residential/Hotel/Office/Retail))

“Desa Budaya” (The "Cultural Village") 14,4

Total Penggunaan Bersama (Mixed Use Total) 14,4 22,8%

Tempat Bersantai / Rekreasi (Leisure / Recreation)

Page 13: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 11

PERUNTUKAN LAHAN KAWASAN PARIWISATA

SUB KOMPONEN PENGGUNAAN LAHAN Luas (Ha) Persentase (%)

Tempat Bersantai (Leisure Zone) 1,6

Aquarium 2,4

Total Distrik Rekreasi (Recreational District Total) 4,0 6,3%

Infrastruktur (Infrastructure)

Jalan (road) 4,3

Utilitas (Utility) 0,0

Total Infrastruktur (Infrastructure Total) 4,3 6,8%

Ruang Terbuka (Open Space)

Badan Air (Danau, Laguna, dll) (Water Body (lake, lagoon etc.))

5,9

Penghijauan (Taman, Jalan, Headland, dll) (Green (Park,Trails, Headland etc.))

30,1

Pantai umum (Public Beach) 4,5

Total Ruang Terbuka (Open Space Total) 40,5 64,1%

Perkiraan Lahan Distrik (Estimated District Land) 63,1 100,0%

Distrik E - Zona Keluarga Permukiman (Residential)

Perkebunan Permukiman (Plantation Residential) 13,3

Total Permukiman (Residential Total) 13,3 26,0%

Hotel

Resort Keluarga (Family Resort) 29,6

Page 14: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 12

PERUNTUKAN LAHAN KAWASAN PARIWISATA

SUB KOMPONEN PENGGUNAAN LAHAN Luas (Ha) Persentase (%)

Total Hotel (Hotel Total) 29,6 57,8%

Infrastruktur (Infrastructure)

Jalan (road) 2,5

Utilitas (Utility) 0,0

Total Infrastruktur (Infrastructure Total) 2,5 4,9%

Ruang Terbuka (Open Space)

Pertanian (Perkebunan) (Agriculture (Plantation)) 1,2

Penghijauan (Taman, Jalan, Headland, dll) (Green (Park,Trails, Headland etc.))

0,8

Pantai umum (Public Beach) 5,5

Total Ruang Terbuka (Open Space Total) 5,8 11,4%

Perkiraan Lahan Distrik (Estimated District Land) 51,2 100,0%

Distrik F - Zona Perbukitan (The Hill Zone) (F1)

Permukiman (Residential)

Permukiman di Puncak Bukit (Hilltop Residential) 5,8

Total Permukiman (Residential Total) 5,8 10,8%

Infrastruktur (Infrastructure)

Jalan (road) 1,2

Total Infrastruktur (Infrastructure Total) 1,2 2,2%

Ruang Terbuka (Open Space)

Page 15: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 13

PERUNTUKAN LAHAN KAWASAN PARIWISATA

SUB KOMPONEN PENGGUNAAN LAHAN Luas (Ha) Persentase (%)

Penghijauan (Taman, Jalan, Headland, dll) (Green (Park,Trails, Headland etc.))

45,2

Pantai umum (Public Beach) 1,1

Total Ruang Terbuka (Open Space Total) 46,4 87,0%

Perkiraan Lahan Distrik (Estimated District Land) 53,3 100,0%

Distrik F - Zona Perbukitan (The Hill Zone) (F2)

Permukiman (Residential)

Permukiman di Puncak Bukit(Hilltop Residential) 1,1

Total Permukiman (Residential Total) 1,1 5,3%

Tempat Bersantai / Rekreasi (Leisure / Recreation)

Golf Club House 2,1

Total Rekreasial Distrik (Recreational District Total) 2,1 9,8%

Infrastruktur(Infrastructure)

Jalan (road) 1,7

Total Infrastruktur (Infrastructure Total) 1,7 7,8%

Ruang Terbuka (Open Space)

Penghijauan (Taman, Jalan, Headland, dll) (Green (Park,Trails, Headland etc.))

16,5

Total Ruang Terbuka (Open Space Total) 16,5 77,1%

Perkiraan Lahan Distrik (Estimated District Land) 21,4 100,0%

Page 16: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 14

PERUNTUKAN LAHAN KAWASAN PARIWISATA

SUB KOMPONEN PENGGUNAAN LAHAN Luas (Ha) Persentase (%)

Distrik F - Zona Perbukitan (The Hill Zone)(F3)

Hotel

Resort 6,4

Total Hotel (Hotel Total) 6,4 32,20%

Infrastruktur (Infrastructure)

Jalan (road) 0,6

Total Infrastruktur (Infrastructure Total) 0,6 2,90%

Ruang Terbuka

Penghijauan (Taman, Jalan, Headland, dll) 12,9

Total Ruang Terbuka (Open Space Total) 12,9 64,90%

Perkiraan Lahan Distrik (Estimated District Land) 20,0 100,00%

Distrik F - Zona Perbukitan (The Hill Zone)(F4)

Permukiman (Residential) 12,4

Total Permukiman (Residential Total) 12,4 24,4%

Hotel

Resort 2,4

Total Hotel (Hotel Total) 2,4 4,8%

Pertokoan / Perniagaan (Retail / Commercial)

Page 17: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 15

PERUNTUKAN LAHAN KAWASAN PARIWISATA

SUB KOMPONEN PENGGUNAAN LAHAN Luas (Ha) Persentase (%)

Pusat Sosial (Neighbourhood Centre) 0,2

Total Pertokoan / Perniagaan (Retail / Commercial Total) 0,2 0,3%

Infrastruktur (Infrastructure)

Jalan(road) 6,0

Total Infrastruktur (Infrastructure Total) 6,0 11,8%

Ruang Terbuka (Open Space)

Penghijauan (Taman, Jalan, Headland, dll)) (Green (Park,Trails, Headland etc.))

29,2

Perkebunan (Plantation) 0,6

Pantai umum (Public Beach) 0,0

Total Ruang Terbuka (Open Space Total) 29,8 58,7%

Perkiraan Lahan Distrik (Estimated District Land) 50,8 100,0%

Distrik F - Zona Perbukitan (The Hill Zone)(F5)

Hotel

Resort 1,2

Total Hotel 1,2 10,4%

Infrastruktur (Infrastructure)

Jalan(road) 1,3

Total Infrastruktur (Infrastructure Total) 1,3 11,6%

Ruang Terbuka (Open Space)

Page 18: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 16

PERUNTUKAN LAHAN KAWASAN PARIWISATA

SUB KOMPONEN PENGGUNAAN LAHAN Luas (Ha) Persentase (%)

Penghijauan (Taman, Jalan, Headland, dll) (Green (Park,Trails, Headland etc.))

9,0

Total Ruang Terbuka (Open Space Total) 9,0 78,1%

Perkiraan Lahan Distrik (Estimated District Land) 11,5 100,0%

Distrik G- Zona Permainan Golf (Golf Zone) Distrik G-1

Permukiman (Residential)

Golf Course Residential 24,1

Total Permukiman (Residential Total) 24,1 18,7%

Lapangan Golf (Golf Course)

Lapangan Golf (Golf Course) 59,1

Total Lapangan Golf (Golf Course Total) 59,1 45,9%

Infrastruktur (Infrastructure)

Jalan (road) 15,5

Total Infrastruktur (Infrastructure Total) 15,5 12,1%

Ruang Terbuka (Open Space)

Pertanian (Perkebunan) (Agriculture (Plantation)) 4,7

Badan Air (Danau, Laguna, dll) (Water Body (lake, lagoon etc))

1,8

Penghijauan (Taman, Jalan, Headland, dll) (Green (Park,Trails, Headland etc.))

23,5

Total Ruang Terbuka (Open Space Total) 30,1 23,4%

Page 19: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 17

PERUNTUKAN LAHAN KAWASAN PARIWISATA

SUB KOMPONEN PENGGUNAAN LAHAN Luas (Ha) Persentase (%)

Perkiraan Lahan Distrik (Estimated District Land) 128,8 100,0%

Distrik G-2

Permukiman (Residential)

Golf Course Residential 9,2

Total Permukiman (Residential Total) 9,2 8,4%

Lapangan Golf (Golf Course)

Lapangan Golf (Golf Course) 82,5

Total Lapangan Golf (Golf Course Total) 82,5 74,9%

Infrastruktur (Infrastructure)

Jalan (road) 9,0

Total Infrastruktur (Infrastructure Total) 9,0 8,2%

Ruang Terbuka (Open Space)

Badan Air (Danau, Laguna, dll) (Water Body (lake, lagoon etc))

4,3

Penghijauan (Taman, Jalan, Headland, dll) (Green (Park,Trails, Headland etc.))

3,5

Pantai umum (public beach) 1,6

Total Ruang Terbuka (Open Space Total) 9,4 8,6%

Perkiraan Lahan Distrik (Estimated District Land)

110,2 100,0%

Page 20: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 18

PERUNTUKAN LAHAN KAWASAN PARIWISATA

SUB KOMPONEN PENGGUNAAN LAHAN Luas (Ha) Persentase (%)

Distrik H- Pusat

Permukiman (Residential)

Medical Residential 5,0

Total Permukiman (Residential Total) 5,0 9,5%

Penggunaan Bersama (Permukiman/Hotel/Kantor/Pertokoan) (Mixed Use (Residential/Hotel/Office/Retail))

“Pusat” (The "Heart") 11,7

M.I.C.E 5,8

Penggunaan BersamaTotal (Mixed Use Total) 17,5 33,0%

Pusat Kesehatan/Kesejahteraan (Medical/welfare Centre)

Pusat Kesehatan/Kesejahteraan (Medical/welfare Centre) 2,8

Total Pusat Kesehatan/Kesejahteraan (Medical / Welfare Centre Total)

2,8 5,3%

Infrastruktur (Infrastructure)

Jalan (road) 6,6

Utilitas (Utility) 0,0

Total Infrastruktur (Infrastructure Total) 6,6 12,4%

Ruang Terbuka (Open Space)

Mangrove 4,6

Page 21: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 19

PERUNTUKAN LAHAN KAWASAN PARIWISATA

SUB KOMPONEN PENGGUNAAN LAHAN Luas (Ha) Persentase (%)

Badan Air (Danau, Laguna, dll) (Water Body (lake, lagoon etc))

7,7

Penghijauan (Taman, Jalan, Headland, dll) (Green (Park,Trails, Headland etc.))

8,9

Total Ruang Terbuka (Open Space Total) 21,1 39,8%

Perkiraan Lahan Distrik (Estimated District Land) 53,1 100,0%

Distrik I - Zona Hijau

Hotel

Eco Resort (Mangrove) 3,2

Hotel Total 3,2 3,9%

Penggunaan Bersama (Permukiman/Hotel/kantor/Pertokoan) (Mixed Use (Residential/Hotel/Office/Retail))

Desa Gerupuk Desa Marina (Gerupuk Village Marina Village)

1,3

Penggunaan BersamaTotal (Mixed Use Total) 1,3 1,6%

Tempat Bersantai / Rekreasi (Leisure / Recreation)

Kebun Mangrove & Pusat Pendidikan (Mangrove Zoo & Education Centre)

18,0

Rekreasi Distrik Total (Recreational District Total) 18,0 22,1%

Infrastruktur (Infrastructure)

Page 22: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 20

PERUNTUKAN LAHAN KAWASAN PARIWISATA

SUB KOMPONEN PENGGUNAAN LAHAN Luas (Ha) Persentase (%)

Jalan (road) 4,5

Total Infrastruktur (Infrastructure Total) 4,5 5,5%

Ruang Terbuka (Open Space)

Mangrove 41,6

Badan Air (Danau, Laguna, dll) (Water Body (lake, lagoon etc))

4,2

Penghijauan (Taman, Jalan, Headland, dll) (Green (Park,Trails, Headland etc.))

8,6

Total Ruang Terbuka (Open Space Total) 54,5 66,9%

Perkiraan Lahan Distrik (Estimated District Land) 81,3 100,0%

Distrik J - Agro Zona

Permukiman (Residential)

Permukiman dekat pantai (Beach Residential) 36,2

Perkebunan Permukiman (Plantation Residential) 63,0

Total Permukiman (Residential Total) 99,2 48,9%

Pertokoan / Perniagaan (Retail / Commercial)

Pusat Sosial (Neighbourhood Centre) 1,3

Pertokoan / Perniagaan Total (Retail / Commercial Total)

1,3 0,6%

Tempat Bersantai / Rekreasi (Leisure / Recreation)

Equestrian Stable 3,0

Page 23: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 21

PERUNTUKAN LAHAN KAWASAN PARIWISATA

SUB KOMPONEN PENGGUNAAN LAHAN Luas (Ha) Persentase (%)

Rekreasial Distrik Total (Recreational District Total) 3,0 1,5%

Infrastruktur (Infrastructure)

Jalan(road) 18,9

Total Infrastruktur (Infrastructure Total) 18,9 9,3%

Ruang Terbuka (Open Space)

Salt Flat 12,0

Badan Air (Danau, Laguna, dll) (Water Body (lake, lagoon etc))

5,8

Pertanian (Perkebunan) (Agriculture (plantation)) 31,5

Penghijauan (Taman, Jalan, Headland, dll) (Green (Park,Trails, Headland etc.))

31,2

Total Ruang Terbuka (Open Space Total) 80,5 39,7%

Perkiraan Lahan Distrik (Estimated District Land) 202,9 100,0%

Distrik K- 'The Enclave'

Permukiman (Residential)

Beach Residential 8,1

Plantation Residential 16,9

Total Permukiman (Residential Total) 25,0 27,1%

Hotel

The Enclave 24,1

Total Hotel 24,1 26,1%

Page 24: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 22

PERUNTUKAN LAHAN KAWASAN PARIWISATA

SUB KOMPONEN PENGGUNAAN LAHAN Luas (Ha) Persentase (%)

Infrastruktur (Infrastructure)

Jalan (road) 6,0

Utilitas (Utility) 0,0

Total Infrastruktur (Infrastructure Total) 6,0 6,5%

Ruang Terbuka (Open Space)

Penghijauan (Taman, Jalan, Headland, dll)) (Green (Park,Trails, Headland etc.))

28,1

Pantai umum (Public Beach) 9,0

Total Ruang Terbuka (Open Space Total) 37,2 40,3%

Perkiraan Lahan Distrik (Estimated District Land) 92,3 100,0%

Distrik L- The 'Conservative Quarter'

Permukiman (Residential)

Permukiman Konservatif (Conservative Residential) 11,7

Total Permukiman (Residential Total) 11,7 34,7%

Hotel

Conservative Quarter 10,1

Hotel Total 10,1 29,9%

Pertokoan / Perniagaan (Retail / Commercial)

Neighbourhood Centre 1,3

Pertokoan / Perniagaan Total (Retail / Commercial Total) 1,3 3,8%

Page 25: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 23

PERUNTUKAN LAHAN KAWASAN PARIWISATA

SUB KOMPONEN PENGGUNAAN LAHAN Luas (Ha) Persentase (%)

Infrastruktur (Infrastructure)

Jalan (road) 1,5

Total Infrastruktur (Infrastructure Total) 1,5 4,6%

Ruang Terbuka(Open Space)

Penghijauan (Taman, Jalan, Headland, dll)) (Green (Park,Trails, Headland etc.))

5,5

Pantai Pribadi (Private Beach) 3,7

Total Ruang Terbuka (Open Space Total) 9,1 27,0%

Perkiraan Lahan Distrik (Estimated District Land) 33,8 100,0%

Distrik M- Marina Beach

Permukiman (Residential)

Permukiman dekat pantai (Beach Residential) 22,6

Total Permukiman (Residential Total) 22,6 64,6%

Penggunaan Bersama(Permukiman/Hotel/Office/Pertokoan) (Mixed Use (Residential/Hotel/Office/Retail))

"Desa"Marina (Marina "Village") 3,7

Penggunaan BersamaTotal (Mixed Use Total) 3,7 10,7%

Infrastruktur (Infrastructure)

Jalan(road) 0,7

Page 26: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 24

PERUNTUKAN LAHAN KAWASAN PARIWISATA

SUB KOMPONEN PENGGUNAAN LAHAN Luas (Ha) Persentase (%)

Total Infrastruktur (Infrastructure Total) 0,7 1,9%

Ruang Terbuka (Open Space)

Penghijauan (Taman, Jalan, Headland, dll)) (Green (Park,Trails, Headland etc.))

0,9

Pantai Umum (Public Beach) 7,1

Total Ruang Terbuka (Open Space Total) 8,0 22,8%

Perkiraan Lahan Distrik (Estimated District Land) 35,0 100,0% Sumber: ITDC,2018

Page 27: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 25

116o15’00” 116o22’30”

8o52’30”

ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL

PT PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO)_

Gambar 1.1 Peta Rencana Lokasi Kegiatan Kawasan Pariwisata Mandalika

Lombok

Sumber : RTRW Kabupaten Lombok Tengah, 2011

1 2 3 Cm 0 1 2 3

Km 0

Lokasi Kawasan Pariwisata Mandalika

Page 28: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 26

8o52’30”

PT PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO)

Gambar 1.2 Site Wide Structure Kawasan

Pariwisata Mandalika Lombok

Sumber : ITDC, 2017

ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL

LEGENDA : LOKAS

STP 2

Page 29: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 27

8o52’30” ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL

LEGENDA :

PT PENGEMBANGAN PARIWISATA

INDONESIA (PERSERO)

Gambar 1.3. Nama Distrik-Distrik

Page 30: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 28

1.4.2.Pelaksanaan RKL-RPL

Operasional Pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika yang

dilaksanakan oleh PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero)

mengacu pada Master Plan Pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika.

Deskripsi kegiatan yang dilakukan adalah membangun kamar sebanyak

10.335 buah, 1.585 unit residensial, dan fasilitas penunjang ( jalan sepanjang

10 km, jaringan air kotor 26 km, IPAL kapasitas 320 m3/hari, kapasitas listrik

123 MVA, dan lainnya) pada lahan seluas 1250 ha. Kegiatan pengembangan

tersebut telah mendapatkan Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup

(SKKLH) No.660 Tahun 2012 yang selanjutnya mendapatkan Ijin

Lingkungan berdasarkan Keputusan Gubernur NTB Nomor 48 Tahun 2013.

Sejak diterbitkannya Ijin Lingkungan, maka secara rutin ITDC telah

melaksanakan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup terhadap dampak

penting yang terjadi. Pelaporan pelaksanaan RKL-RPL telah secara rutin

dilakukan setiap 6(enam) bulan.

1.5. PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA MANDALIKA TAHUN

2018.

Gambaran umum perubahan yang dilaksanakan oleh ITDC terhadap

kegiatan Pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika diuraikan secara

umum. Deskripsi perubahan meliputi penambahan jumlah kamar menjadi

26.737 buah, 5.384 unit residential dan fasilitas penunjang ( jalan sepanjang

50 km, jaringan air kotor 34 km, IPAL kapasitas 1.800 m3/hari, kapasitas listrik

260 MVA dengan penambahan Pembangkit Listrik Tenaga Surya, Sumber Air

dengan Sea Water Reverse Osmosis, Monorail Kawasan, dan lainnya).

Perbandingan perubahan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Page 31: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 29

Tabel 1.2. Perbandingan Data Pengembangan

No Variabel Pengembangan Awal Pengembangan Tahun 2018

1 Lahan 1250 Ha 1175 ha

2 Jumlah Kamar 10.533 Kamar (hal 2-73) 26.737 kamar (hal 125)

3 Jumlah Residensial 1.585 Unit (hal 2-73) 5.384 Unit (hal 125)

4 Sellable Area 56% (hal 2-73) 65.70% (hal 125)

Berdasarkan pengembangan pada tahun 2018, aspek arsitektur kawasan

juga mengalami pengembangan, seperti ditampilkan pada Tabel 1.5.

Tabel 1.3. Perbandingan Data Arsitektur

No Variabel Bita Jv Egis PT. Pede

1 Jumlah Distrik 16 14

2 Jumlah Lot - 179

3 Perubahan Nama Lot Contoh: H17 Menjadi TTA 1

4 RDGL Contoh: PF 2 Menjadi MR

5 LDGL

Perubahan dari sisi perencanaan arsitektur antara Master Plan Awal

dengan Master Plan yang Baru adalah pada jumlah distrik. Pada

perencanaan awal jumlah distrik sebanyak 16 buah, sedangkan pada

perencanaan yang baru berjumlah 14 buah. Nama-nama distrik pada master

plan awal adalah sebagi berikut:

1) Cultural village renewal

2) The gateway

3) The lagoon

4) The cultural village

5) The family district

6) The hill top west

7) The golf distrik

Page 32: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 30

8) The heart west 9) The hill top east 10) The heart east 11) Luxurious enclave 12) The conservative 13) Theme park 14) Fisherman wharf district 15) The mangrove 16) The buffer

Nama-nama distrik yang menjadi arahan desain arsitektur pada master plan awal dapat dilihat pada Gambar 1.4.

Page 33: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 31

Gambar 1.4. Lay Out Distrik Master Plan

Page 34: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 32

Sementera itu, nama-nama distrikpada Master Plan yang baru sebanyak 14

buah adalah sebagai berikut:

1) The breze

2) The festival

3) The alun-alun

4) The laguna

5) The serenity

6) West amenity

7) The west circle hub

8) The scenary

9) Villa on the hill

10) East amenity

11) The east circle hub

12) The trainquil

13) The rainbow

14) The sanctuary

Perubahan yang sangat signifkan dapat dilihat dari jumlah lot yang

tersedia. Contoh perubahan lot dapat dilihat dari area luxurious enclave serta

the conservative(Bita) dan area The trainquil (Pede). Pada DMP 2015 total lot

dari dua area tersebut berjumlah 17 lot, sedangkan lot pada masterplan 2018

berjumlah 4 lot. Perbandingan lot-lot dapat dilihat pada Gambar 1.5 dibawah

ini.

Page 35: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 33

Gambar 1.5. Lay Out Distrik Master Plan

Page 36: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 34

Gambar 1.6. Perbandingan jumlah lot pada lot disekitar Pantai Tanjung Aan

Page 37: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 35

Perbedaan lot diatas hanya merupakan salah satu contoh zona yang ada

dalam point 2 ini. Perubahan nama-nama Lot Selain pertambahan lot dan

perubahan nama distrik, perubahan lainnya terdapat dalam perubahan nama-nama

lot. Salah satu contoh perubahan nama lot dilokasi yang sama dapat dilihat pada

nama lot H17(Bita) dan TTA 1(Pede). Perbandingan nama lot dapat dilihat pada

gambar 2.4 dibawah ini. RDGL merupakan suatu panduan untuk membangun suatu

kawasan. Panduan itu terdiri dari :

Fungsional lot

Luasan

KDB (koefisien dasar bangunan)

KLB (koefisien lantai bangunan)

GSB (garis sempadan bangunan)

Garis sempadan pantai

Allowable Room (AR)

Pada pembahasan mengenai perbedaan menurut RDGL ini salah satu

contoh perbedaan yang akan ditampilkan merujuk pada point nomor a yaitu

fungsional lot (Contoh lain dapat dilihat pada lampiran). Pada DMP 2015 PF2

yang berada pada distrik the cultural village renewal merupakan public

facilities (sekolah tinggi Pariwisata) dengan lahan yang sangat luas,

sedangkan pada MP 2018 daerah PF 2 berubah menjadi MR (Masjid Raya) .

Selain itu penempatan hotel syariah disekitar masjid juga telah didefinisikan

dalam MP 2018 ini. Perbandingan RDGL dapat dilihat pada gambar 2.5

dibawah ini.

Page 38: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 36

Gambar 1.7. Posisi Lot

Page 39: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 37

Gambar 1.8. Perbandingan Perubahan Fungsi Lot

Page 40: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 38

Data kepemilikan tanah juga berpengaruh dalam perubahan MP ini.

Update tentang pertanahan selalu dilakukan guna mengetahui daerah-

daerah yang benar-benar dimiliki oleh ITDC sepenuhnya. Hal ini

menyebabkan adanya pertambahan lot-lot baru seperti adanya lot BKC1-

BKC3 di daerah Kuta. pertambahan lot dapat dilihat pada gambar 2.6

dibawah ini.

Gambar 1.9 Penambahan Lot Baru

Page 41: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 39

Meningkatnya jumlah kamar pada kawasan otomatis akan

berpengaruh pada kapasitas infrastruktur kawasan. Berikut pada Tabel 1.4

terlampir perubahan kapasitas infrastruktur Mandalika resort.

Tabel 1.4 Perbandingan kapasitas Infrastruktur

No Variabel Bita Jv Egis PT. Pede

1 Jaringan Jalan dan PJU ±34 Km ±50 Km

2 Drainase Swale sistem Modular tank

3 Box Utility ±34 Km (kiri dan kanan) ±50 Km (satu sisi)

4 Jaringan Air Bersih ±26 Km ±34 Km

5 Jaringan Air Kotor ±26 Km ±34 Km

6 Jaringan Air Irigasi ±26 Km ±34 Km

7 Jaringan Listrik ±110 MVA ±260 MVA

8 Jaringan ICT, CCTV, SCADA

Mengikuti Jalan Mengikuti Jalan

9 Jaringan Gas Mengikuti Jalan Mengikuti Jalan

10 A.WWTP ±14000m3/hari ±18000m3/hari

B.SWRO ± 17000 M3/HARI ATAU ± 245

LITER/DETIK ± 22500 M3/HARI ATAU ± 312

LITER/DETIK

11 TPS - ±185m3/hari

12 West circle Hub - Street Race Cirkuit (Vinci)

13 Konsep Monorail - Monorail Kawasan

Untuk detail perubahan dari poin infrastruktur dapat dilihat pada uraian berikut

ini:

1). Jaringan Jalan dan PJU

Jaringan jalan dan PJU sangat dibutuhkan untuk akses menuju lot-lot

yang diminati oleh investor. Seiring dengan bertambahnya jumlah kamar maka

terjadilah peningkatan kapasitas jalan. Pertambahan panjang jalan ini terjadi

di area Backbone (menghubungkan west-east), area villa on the hills dan jalan

di area gerupuk. Jalan area gerupuk bertujuan untuk memberi akses untuk

warga yang menuju daerahnya tanpa melewati kawasan Mandalika. Berikut

pada Gambar 1.10 dan 1.11 terlampir perbandingan layout jalan Kawasan

Pariwisata Mandalika.

Page 42: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 40

Gambar 1.10. Layout jalan (Bita) sepanjang ±34 Km

Page 43: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………. I - 41

Gambar 1.11. Lay Out Jalan Master Plan Baru

Page 44: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 42

2). Drainase

Sistem drainase yang digunakan pada design awal adalah saluran

swale biasa. Pada MP 2018 ini sistem drainase dimodifikasi dengan swale

ditambah dengan pemakaian modular tank disepanjang ruas jalan. Selain itu

pembuatan retention pond yang dilengkapi dengan sistem wetland berada

pada area kuta. Pada Gambar 1.12 dibawah ini terlampir keterangan posisi

retention pond dan jalur modular tank

Gambar 1.12 Layout drainase dan posisi retention pond

Page 45: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 43

3). Box Utility

Box utility berfungsi sebagai tempat diletakkan semua jaringan utilitas.

Baik jaringan kabel ataupun jaringan air. Perbedaan design untuk box utility

terletak pada posisi atau perletakan box. Pada DMP 2015 box utility diletakkan

disisi kanan dan kiri jalan, sedangkan pada MP 2018 Box utility diletakkan

pada satu sisi saja. Untuk mencapai lot-lot yang diinginkan, crossing box utility

sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan konstruksi nantinya. Detail crossing

box utility dapat dilihat pada Gambar 1.13 dibawah ini.

Gambar 1.13 Detail Crossing Box Utility

Page 46: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 44

4). Jaringan Air Bersih

Jaringan air bersih berfungsi sebagai penyalur air bersih untuk hotel

yang ada di Mandalika. Supply air bersih sepenuhnya dilakukan oleh SWRO

sedangkan PDAM hanya digunakan sebagai supporting. SWRO disupply ke

GWT kemudian dialirkan ke hotel-hotel dengan sistem gravitasi. Layout

jaringan air bersih dapat dilihat pada Gambar 1.14 dan 1.15 dibawah ini.

Gambar 1.14 Layout jaringan air bersih (Bita) ±26 Km

Gambar 1.15 Layout jaringan air bersih (Pede) ±34 Km

Page 47: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 45

5). Jaringan Air Kotor

Jaringan kotor berfungsi untuk mengalirkan air kotor (Black and Gray

Water) dari Tenant. Pada setiap lot-lot hotel dipasang SLS (sewage liftpump

station). Berikut pada Gambar 1.16 dan 1.17 dapat dilihat layout jaringan air

kotor Kawasan Pariwisata Mandalika.

Gambar 2.12 Layout jaringan air kotor (Bita) ±26 Km

Gambar 1.16 Layout Jaringan Air Kotor Desain Awal

Gambar 1.17 Layout Jaringan Air Kotor (Pede) ±34 Km

Page 48: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 46

6). Jaringan Air Irigasi

Jaringan air irigasi bersumber dari olahan dari WWTP. Jaringan air

irigasi berfungsi untuk area landscape (siram tanaman). Tidak ada perubahan

mendasar pada sistem jaringan ini, hanya saja terjadi pertambahan jangkauan

area. Berikut pada Gambar 1.18 dan 1.19 terlampir layout jaringan air kotor

Kawasan Pariwisata Mandalika

Gambar 1.18 Layout jaringan air irigasi (Bita) ±26 Km

Gambar 1.19 Layout jaringan air irigasi(Pede) ±34 Km

Page 49: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 47

7). Jaringan Listrik

Secara sistem kelistrikan design DMP 2018 dan MP 2018 masihlah

sama. Pendistribusian dilakukan dari gardu induk menuju MPC ( Main Panel

Contol) kemudian didistribusikan lagi menujugardu distribusi. Perbedaan

terjadi pada penempatan MPC dan kapasitas listrik yang dibutuhkan. Bita

mendesign kebutuhan listrik sebesar ±110 MVA sedangkan Pede mendesign

dengan ±260 MVA. Berikut pada Gambar 1.20 dan 1.21 terlampir layout

jaringan listrik Kawasan Pariwisata Mandalika.

Gambar 2.15 Layout jaringan Litrik (Bita)

Gambar 1.20 Layout jaringan Listrik (Pede)

Gambar 1.21 Layout jaringan Listrik (Pede)

Main Panel Contorol(MPC)

Page 50: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 48

8). Jaringan ICT , CCTV, EWS, dan Scada

Adapun produk dari sistem ICT dan CCTV adalah sebagai berikut:

Data telepon

Mobile phone

Media information

Advertisement

Security sistem

Network sistem

Monitoring kawasan

Monitoring and control

Display and recording

Perbedaan untuk jaringan tidak terlalu mendasar, hanya saja terjadi

perubahan jangkauan area

Gambar 1.22 Layout jaringan ICT, CCTV dan Scada (Bita)

Gambar 1.23 Layout jaringan ICT, CCTV dan Scada (Pede)

Page 51: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 49

9). Jaringan Gas

Perbedaan pada jaringan gas terletak pada posisi gas facilities. Pada

DMP 2015 posisi gas facilities berada didaerah gerupuk, sedangkan pada

design MP 2018 Gas Facilities terletak di land utility utara jalan provinsi.

Berikut pada Gambar 1.24 terlampir layout jaringan listrik Kawasan

Pariwisata Mandalika.

Gambar 1.24 Layout jaringan gas (bita dan pede)

Page 52: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 50

10). Waste Water Treatment Plan dan Sea Water Reverse Osmosis a). Waste Water Treatment Plan (WWTP)

WWTP berfungsi untuk mengolah air kotor menjadi air irigasi yang bisa

digunakan untuk penyiram tanaman. WWTP dibagi menjadi 2 area. Area barat

dengan kapasitas ±10.000 m3/hari dan area timur ±9000 m3/hari. Jadi total

estimasi untuk air kotor Mandalika resort sebesar ±18000 m3/hari.

b).Sea Water Reverse Osmosis (SWRO)

SWRO adalah plan untuk mengolah air laut menjadi air minum. Konsep

yang digunakan DMP 2015 dan MP 2018 pada prinsipnya tidaklah berbeda

karena sama-sama menggunakan air bersumber dari SWRO. adapun

kebutuhan air minum dengan design Pede sebesar ±312 ltr/detik.

Berikut pada Gambar 1.25 dan Gambar 1.26 terlampir layout WWTP dan

SWRO kawasan pariwisata Mandalika.

Gambar 1.25 layout WWTP dan SWRO (bita)

Page 53: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 51

Gambar 1.26 layout WWTP dan SWRO (pede)

Page 54: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 52

11.Tempat Pembuangan Sampah (TPS)

Ada hal yang berbeda dari sistem pengolahan sampah yang terjadi

pada design pede. Sistem pengolahan sampah yang didesign oleh pede

menggunakan sistem pengolahan yang dilakukan secara mandiri (contoh:

penggunanaan incinerator) dan pembagian area TPS pun dibagi menjadi 2

area. Berikut pada Gambar 1.27 dan 1.28 terlampir proses pengolahan

sampah dan layout.

Gambar 1.27 layout TPS (Bita VS pede)

Gambar 1.28 Proses Pengolahan Sampah(pede)

Page 55: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 53

12). Street Race Area (BY Vinci)

Adanya street race circuit pada MP 2018 merupakan perbedaan yang

sangat signifikan. Pada DMP 2015, area tersebut hanya digunakan untuk

akses biasa. Luas lahan yang digunakan untuk street race itu sebesar ± 160

Ha dengan panjang lintasan ±4.32 Km dengan 17 tikungan. Konsep street

race mengacu kepada circuit dimonaco. Jika race tidak diselenggarakan, jalan

circuit bisa digunakan sebagai jalan umum. Berikut pada Gambar 1.29

terlampir street race Circuit.

Gambar 1.29 layout street race circuit

Page 56: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 54

13). Konsep Monorail

Sistem transportasi missal dengan menggunakan monorail digunakan

untuk melayani pergerakan pengunjung dalam jumlahyang cukup besar

dengan tingkat ketepatan waktu dan kenyamanan yang tinggi. Sistem

pembangunan jalur monorail ini berupa jalan rel laying (elevated track). Berikut

terlampir pada Gambar 1.30 kriteria design monorail dan layout jalur monorail

pada Gambar 1.31.

Gambar 1.30 Kriteria Design Monorail

Page 57: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 55

Gambar 2.25 Layout Jalur Monorail

Gambar 1.31. Lay Out Monorail

Page 58: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 56

1.5.2. Tahap Kegiatan

Kegiatan Pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika oleh ITDC

akan dilakukan setelah semua persyaratan perizinan terkait telah dimiliki.

Tahap kegiatan pembangunan disajikan pada Tabel 1.5.

Tabel 1.5. Tahap Kegiatan

No Tahap Kegiatan Jenis Kegiatan

I Prakonstruksi 1. Pengurusan Perizinan

2. Sosialisasi Rencana Kegiatan

II Konstruksi

1. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi

2. Mobilisasi Peralatan, Material

3. Operasional Base Camp

4. Pembersihan/Penyiapan Lahan

5. Pembangunan Hotel dan Residential

6. Pembangunan Fasilitas Pendukung

7. Pembersihan Material Galian/Sisa

8. Penghijauan dan Pertamanan

9. Demobilisasi Peralatan

10. Pelepasan Tenaga Kerja Konstruksi

III Operasional

1. Penerimaan Tenaga Kerja Operasional

2. Operasional Kawasan Pariwisata Mandalika

3. Pemeliharaan Kawasan Pariwisata Mandalika

4. Program Pengembangan Masyarakat

(Community Development)

IV Pasca

Operasional

1. Penghentian Operasional

2. Pemutusan Hubungan Kerja

Tahap kegiatan pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika yang

diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan adalah sebagai

berikut

Page 59: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 57

I.Tahap Prakonstruksi

Kegiatan pada tahap prakonstruksi yang berpotensi menimbulkan

dampak lingkungan adalah:

1).Pengurusan Perizinan

Izin-izin yang dibutuhkan untuk kegiatan pengembangan Kawasan

Pariwisata Mandalika akan diurus agar dalam pelaksanaan pembangunan

tidak terjadi hambatan dan masalah yang dapat merugikan berbagai pihak,

baik pemrakarsa, pemerintah, masyarakat maupun lingkungan. Pada saat ini,

pemrakarsa telah memiliki Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup

(SKKLH) No.660 Tahun 2012 yang selanjutnya mendapatkan Ijin

Lingkungan berdasarkan Keputusan Gubernur NTB Nomor 48 Tahun 2013.

Izin-izin lain yang terkait dengan pengembangan Kawasan Pariwisata

Mandalika lainnya akan diurus kemudian setelah dokumen Adendum Andal

dan RKL-RPL ini mendapatkan penetapan kelayakan lingkungan dan Izin

Lingkungan.

2).Sosialisasi Rencana Kegiatan

Sosialisasi rencana kegiatan merupakan kegiatan awal dari proses

pengurusan izin lingkungan seperti tertuang di dalam Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan

Masyarakat dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Izin

Lingkungan. Sosialisasi ini dilakukan untuk memberikan informasi yang

lengkap tentang rencana kegiatan kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait.

Pelaksanaan keterlibatan masyarakat dalam proses analisis mengenai

dampak lingkungan hidup dan izin lingkungan ini berdasarkan prinsip dasar

yang meliputi pemberian informasi yang transparan dan lengkap, kesetaraan

posisi antara pihak-pihak yang terkait, penyelesaian masalah yang bersifat adil

dan bijaksana, serta koordinasi, komunikasi dan kerjasama di kalangan pihak-

pihak yang terkait.

II.Tahap Konstruksi

1). Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi

Pada tahap konstruksi akan dibutuhkan sejumlah tenaga kerja baik

tenaga kerja luar (terutama tenaga ahli) maupun tenaga kerja lokal. Tenaga

kerja lokal akan diambil dari tenaga kerja setempat sesuai dengan

keterampilan yang dimilikinya. Kebutuhan tenaga kerja antara lain meliputi

pimpinan proyek, manajer, pengawas, teknisi sipil, mesin, listrik, buruh dan

tenaga penunjang lainnya. Pada saat kegiatan puncak, jumlah tenaga kerja

Page 60: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 58

yang dibutuhkan diperkirakan akan mencapai 2000 orang seperti terlihat pada

Tabel 1.6.

Tabel 1.6. Jumlah Tenaga Kerja pada Tahap Konstruksi

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Pekerja (orang)

I. PEREKAYASA DAN PENGAWAS

1. Rekayasa Sipil dan transpotasi/jalan 100

2. Rekayasa Kelautan 15

3. Rekayasa Mekanik 20

4. Rekayasa lingkungan 20

4. Rekayasa Listrik 70

5. Rekayasa arsitek dan lansekap 10

7. Commisioning 15

II. TEKNISI DAN PEKERJA

1. Teknisi Sipil 160

2. Teknisi Kelautan 50

3. Teknisi Mekanik 40

4. Teknisi Listrik 150

5. Teknisi lingkungan (IPAL, air bersih dsb) 30

6. Intrumentasi 40

7. Teknisi arsitek dan lansekap 40

8. Langging Worker 30

9. Pengendali Material 30

10. Mill Wight 60

11. Tukang Cat 50

12. Pemasang Pipa 60

13. Operator Alat Pengangkat/Alat Berat 60

14. Sopir dan Kernet 140

15. Pengelas 80

16. Perlengkapan 80

17. Pekerjaan Umum 500

18. Jumlah 2.000 Sumber : ITDC, 2017

Mekanisme penerimaan tenaga kerja lokal dengan cara berkoordinasi

dengan aparat desa/tokoh masyarakat dan memasang pengumuman di kantor

desa yang mencantumkan persyaratan keahlian dan jumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan. Selanjutnya pihak desa mengusulkan tenaga kerja kepada

kontraktor/ PT. Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) dan dilakukan

seleksi. Sedangkan untuk tenaga kerja yang mempunyai keahlian dilakukan

dengan cara mengumumkan di koran jumlah tenaga yang dibutuhkan dan

persyaratannya. Selanjutnya dilakukan seleksi hingga terpilih tenaga kerja

yang dibutuhkan. Prosentase tenaga kerja tahap konstruksi adalah 800 orang

(40%) dari Kecamatan Pujut, 400 orang (20%) dari Lombok Tengah, 400

orang (20%) dari Pulau Lombok, 400 orang (20%) Luar Pulau Lombok. Bila

Page 61: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 59

proyek sudah selesai, maka akan dilakukan pelepasan tenaga kerja dengan

mengacu pada kontrak yang sudah disepakati dan pelepasan tenaga kerja ini

mengikuti peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.

2).Mobilisasi Peralatan dan Material Bangunan

Mobilisasi material tahap konstruksi yang akan digunakan dalam

pembangunan sarana dan prasarana Pariwisata Mandalika akan didatangkan

dari Kota Praya atau dari Kota Mataram dan sebagian dari luar wilayah Nusa

Tenggara Barat (dari Surabaya, Jawa Timur misalnya batu) sedangkan bahan

yang didatangkan dari lokasi adalah pasir, kerikil dengan perkiraan seperti

terlihat pada Tabel 1.7. Material dalam pembangunan akan diambil dari

pengusaha yang telah memiliki perizinan. Mobilisasi alat dan bahan yang

berasal dari wilayah Nusa Tenggara Barat akan menggunakan akses jalan

yang ada dan yang akan dibangun menuju rencana kegiatan, sedangkan

pengangkutan dari luar wilayah akan menggunakan jalur laut. Perkiraan jenis

peralatan berat yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.8.

Untuk meminimisasi kerusakan jalan maka dipilih jalur mobilisasi yang

sesuai dengan memperhitungkan kapasitas maksimum beban barang yang

akan diangkut dan kelas jalan yang akan dilalui. Disamping itu mobilisasi juga

akan menggunakan kendaraan bersumbu banyak/lebih dari 3 agar tingkat

kerusakan jalan dapat diminimisasi. Jika ada lokasi yang berpotensi

menyebabkan bangkitan debu yang dapat mengganggu lingkungan sekitar,

PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) akan melakukan

penyiraman secara berkala. Penyiraman secara berkala dilakukan pada ruas

jalan yang berpotensi menimbulkan bangkitan debu secara signifikan.

Penyiraman dilakukan beberapa saat sebelum jalan dilalui oleh kendaraan

pengangkut peralatan dan material.

Page 62: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 60

Tabel 1.7 Prakiraan Kebutuhan Material Kegiatan Pembangunan Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok

ANALISA MATERIAL BANGUNAN

DALAM 1 M2

PERKIRAAN MATERIAL PADA SETIAP TAHAP KONSTRUKSI

No Bahan & Upah Satuan

2018 2020 2025

Room Room Room Room

260 160 1480 160 2560 160 12290

A Bahan Pasangan Luas Lantai

Luas Lantai

Luas Lantai

Luas Lantai

1 Pasir beton M3 41600 7.350,72 236800 41.842,56 409600 72.376,32 1966400 2 Pasir pasang M3 41600 6.323,20 236800 35.993,60 409600 62.259,20 1966400 3 Pasir urug M3 41600 6.739,20 236800 38.361,60 409600 66.355,20 1966400 4 Semen PC Zak 41600 124.750,08 236800 710.115,84 409600 1.228.308,48 1966400 5 Kerikil Beton M3 41600 56.259,84 236800 320.248,32 409600 553.943,04 1966400 6 Kerikil Koral M3 41600 56.259,84 236800 320.248,32 409600 553.943,04 1966400

B Bahan Pasangan 1 Batu kali/Batu

belah/batu gunung M3 41600 3.902,08 236800 22.211,84 409600 38.420,48 1966400

C Bahan Lantai

1 Granito M2 41600 40.360,32 236800 229.743,36 409600 397.393,92 1966400

D Bahan Dinding 1 Batako Uk 20x40x40 BTNG 41600 336.535,68 236800 1.915.664,64 409600 3.313.582,08 1966400 2 Batu bata Uk

5,5x11x23 BTNG 41600 3.618.093,44 236800 20.595.301,12 409600 35.624.304,64 1966400

3 Batu tela Uk 20x30x10

BTNG 41600 448.714,24 236800 2.554.219,52 409600 4.418.109,44 1966400

Page 63: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 61

ANALISA MATERIAL BANGUNAN

DALAM 1 M2

PERKIRAAN MATERIAL PADA SETIAP TAHAP KONSTRUKSI

E Bahan Penutup Plafond

1 Kayu lapis 4 mm 120 LBR 41600 3.806,40 236800 12.667,20 409600 37.478,40 1966400

F Bahan Penutup Atap

1 Bubungan genteng plentong S

Buah/unit 41600 3.806,40 236800 21.667,20 409600 37.478,40 1966400

2 Genteng Plentong S Buah/unit 41600 583.157,12 236800 3.319.509,75 409600 5.741.854,72 1966400 G Struktur Kayu

1 Kayu balok kelas I M3 41600 70,72 236800 402,56 409600 696,32 1966400 2 Kayu balok kelas II M3 41600 6.905,60 236800 39.308,80 409600 67.993,60 1966400

3 Kayu papan kelas II M3 41600 49,92 236800 284,16 409600 491,52 1966400 4 Kayu papan kelas III M3 41600 4.164,16 236800 23.703,68 409600 41.000,96 1966400 5 Kayu papan kelas IV M3 41600 91,52 236800 520,96 409600 901,12 1966400 6 Kayu lapis 4 MM UK

8” x 4” LBR 41600 7.188,48 236800 40.919,04 409600 70.778,88 1966400

7 Kayu lapis 12 MM UK 8” x 4”

LBR 41600 104,00 236800 592,00 409600 1.024,00 1966400

H Bahan Besi

1 Besi beton polos DIA. 1 mm

KG 41600 417.501,76 236800 2.376.548,48 409600 4.110.786,56 1966400

2 Besi ulir DIA. 13 mm”

KG 41600 827.220,16 236800 4.708.791,68 409600 8.144.936,96 1966400

3 Kawat bendrat beton KG 41600 113.825,92 236800 647.932,16 409600 1.120.747,52 1966400 4 Paku Uk 3cm - 7 cm KG 41600 10.716,16 236800 60.999,68 409600 105.512,96 1966400

Page 64: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 62

ANALISA MATERIAL BANGUNAN

DALAM 1 M2

PERKIRAAN MATERIAL PADA SETIAP TAHAP KONSTRUKSI

I Bahan Sanitair

1 Bak Reservoir Fibre glass kap 1000 ltr

UNIT 41600 54,08 236800 307,84 409600 532,48 1966400

2 Buis beton ½ Dia 20 cm

UNIT 41600 2.558,40 236800 14.563,20 409600 25.190,40 1966400

3 Pipa GIP Dia 1” M1 41600 5.229,12 236800 29.765,76 409600 51.486,72 1966400 4 Pipa GIP Dia 1 1/2” M1 41600 58,24 236800 331,52 409600 573,44 1966400 5 Pipa GIP Dia 2” M1 41600 12.887,68 236800 73.360,64 409600 126.894,08 1966400 6 Pipa GIP Dia 2” M1 41600 170,56 236800 970,88 409600 1.679,36 1966400 7 Pipa GIP Dia 4” M1 41600 341,12 236800 1.941,76 409600 3.358,72 1966400

8 Kloset duduk UNIT 41600 45,76 236800 260,48 409600 450,56 1966400 9 Urinoir standard UNIT 41600 282,88 236800 1.610,24 409600 2.785,28 1966400

10 Washtafel gantung keramik

UNIT 41600 49,92 236800 284,16 409600 491,52 1966400

J Bahan Finishing

1 Cat besi KG 41600 507,52 236800 2.888,96 409600 4.997,12 1966400

2 Cat dinding KG 41600 18.536,96 236800 105.518,08 409600 182.517,76 1966400 3 Cat kayu KG 41600 8.340,80 236800 47.478,40 409600 82.124,80 1966400

K Bahan lain-lain 1 Kaca bening 5 mm M2 41600 2.184,00 236800 12.432,00 409600 21.504,00 1966400 2 Instalasi listrik TTK 41600 54,08 236800 307,84 409600 532,48 1966400 3 Bahan lain-lain 41600 540,80 236800 3.078,40 409600 5.324,80 1966400

Sumber : ITDC, 2017

Page 65: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 63

Tabel 1.8 Prakiraan Kebutuhan Peralatan Kegiatan Pembangunan Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok.

No. Nama Peralatan Kapasitas Satuan Volume

1. Bulldozer 160 Hp unit 10

2. Excavator 130 Hp unit 10

3. Motor grade 145 Hp unit 3

4. Hydraulic submersible pump unit 2

5 Dump truck 18 ton unit 30

7. Tronton 8 ton unit 25

8. Trailer 10 ton unit 15

9. Truck 5 m3 unit 50

10. Concrete mixer 0,3 m3 unit 10

11. Alat pengangkat unit 10

Sumber : ITDC, 2017

Page 66: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 64

3). Pengoperasian Base Camp

Untuk menampung tenaga kerja konstruksi, terutama yang berasal dari

luar daerah, akan dibangun base camp. Di dalam base camp terdapat

kegiatan kantor developer/kontraktor, gudang dan bengkel. Selain itu, base

camp juga berfungsi sebagai barak tempat istirahat tenaga kerja yang terlibat

dalam kegiatan konstruksi. Lokasi base camp berada di lokasi proyek pada

lahan yang tidak terisi bangunan. Di dalam lokasi ini juga akan dilengkapi

dengan fasilitas MCK untuk seluruh tenaga kerja konstruksi yang berjumlah

10 buah.

Dalam pengoperasian base camp akan dihasilkan sampah, baik sampah

basah maupun sampah kering, yang seluruhnya akan diangkut keluar tapak

kegiatan/proyek dengan bekerjasama dengan pihak ketiga, yang akan

ditangani sepenuhnya oleh pihak kontraktor yang menangani kegiatan

konstruksi.

4).Pembersihan/Penyiapan Lahan

Kegiatan pembersihan lahan dan perataan lahan di lokasi kegiatan

dilaksanakan untuk menghilangkan vegetasi yang ada di lokasi kegiatan.

Vegetasi yang ada di lokasi kegiatan berupa pohon, perdu, dan semak

belukar. Kegiatan pembersihan lahan ini membutuhkan alat berat seperti

buldozer, excavator dan lain-lain. Setelah lahan dibersihkan dilakukan

kegiatan cut and fill di beberapa lokasi. Kegiatan utama pada tahap ini adalah

penimbunan lahan untuk meratakan ketinggian. Sebagian tanah untuk

pengisian dan penimbunan diambil dari lahan di dalam lokasi rencana

kegiatan yang akan diratakan.

5).Pembangunan Hotel dan Residential

Pembangunan hotel dan residential di kawasan Pariwisata Mandalika

disesuaikan dengan perencanaan dalam Master Plan Kawasan Pariwisata

Mandalika. Jumlah kamar hotel yang akan dibangun berjumlah 26.737 kamar

dan residential sebanyak 5.384 unit. Masing-masing pembangunan akan

dilaksanakan pada lokasi lot yang sudah ditetntukan. Pada setiap

pembangunan, maka ada beberapa tahapan kegiatan yang akan dilakukan,

yang meliputi:

Page 67: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 65

Pembangunan di Basement

Luas basement yang akan dibangundisesuaikan dengan rencana

bangunan pada masing-masing lot. Akan dilakukan penggalian tanah untuk

bangunan basement dan tanah galian dibuang keluar site (dijual kepada

masyarakat umum yang membutuhkan atau ke proyek lain yang dimiliki oleh

pemrakarsa/kontraktor). Volume galian tanah secara bertahap akan diangkut

keluar site menggunakan truk dengan kapasitas maksimal 4 ton untuk

menghindari kerusakan sarana jalan di sekitar lokasi pembangunan. Untuk

pekerjaan tersebut, kontraktor akan menggunakan standar konstruksi yang

dipersyaratkan bagi kegiatan penggalian sesuai dengan Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum RI Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaran Sistem

Drainase Perkotaan dan SNI 03-6456.1-2000 tentang Pedoman Pekerjaan

Dewatering. Pengelolaan terhadap potensi genangan air di areal galian

dilakukan dengan sistem pemasangan tanggul sementara dari baja, sehingga

air yang masuk sangat sedikit dan akan dikeluarkan dengan sistim dewatering,

dinding basement dibuat kedap-air, didalam ruangan basement tersebut

dibuat/dipasang sump-pit lengkap dengan pompa penyedotnya. Bilamana

ternyata di dalam lantai bawah tersebut masih terdapat air, air tersebut

mengalir ke sump-pit yang sudah disiapkan, dan secara otomatis pompa yang

tersedia akan menyedotnya dan membuangnya ke saluran luar. Sebelum

pembuangan ke saluran drainase, diupayakan agar tidak terdapat kandungan

lumpur dari air buangan untuk mencegah sedimentasi atau pendangkalan.

Pompa yang dipasang tersebut selalu minimal satu pasang (dua unit) yang

bekerja secara parallel-alternate.

Pembangunan di bawah tanah berupa pekerjaan pemasangan

pondasi (tiang pancang) yang direncanakan menggunakan struktur dengan

ketentuan sebagai berikut:

Struktur pondasi: jenis pondasi yang dipilih adalah “bore pile” dengan

dimensi Ø 50-55 cm dimana pondasi bangunan disesuaikan dengan

kondisi struktur tanah yang ada, berapa besar beban yang disangga dan

klasifikasi bangunannya. Dengan demikian rencana pembangunan telah

dilakukan dengan mempertimbangkan lingkungan di sekitar yang sebagian

berbatasan dengan bangunan-bangunan permukiman penduduk dan

bangunan lainnya yang sensitif terhadap getaran. Dinding bangunan

bunker dan ruang genset terbuat dari beton yang pelaksanaannya

langsung di lokasi, dimana galian tanah langsung ditahan oleh dinding

penahan tanah dengan sistem soldier pile. Konstruksi soldier pile

merupakan sistem konstruksi dinding beton bertulang yang dicor secara

insitu dan secara kontinyu di sepanjang tepi galian dengan tebal dinding Ø

60 cm, agar mempunyai kekedapan yang baik dan dibuat dengan mutu

Page 68: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 66

beton yang tinggi dengan rasio tulangan baja yang cukup aman dalam

menahan lenturan.

Pekerjaan struktur atas di bawah tanah: struktur utama dari konstruksi

adalah kombinasi struktur Portal Terbuka (open-frame structures) dengan

dinding geser (shear-wall) dan berdaktilitas penuh. Keduanya disatukan

oleh plat yang berfungsi sebagai diafragma kaku, sehingga pergerakan

bangunan, baik translasi maupun rotasi pada setiap lantai akan sama.

Struktur terbuat dari bahan utama beton bertulang yang dicor di lokasi.

Untuk penutup atap dipasang struktur ringan dari baja profil dengan

struktur rafter.

Kriteria desain: bentuk bangunan yang direncanakan didasarkan atas

pertimbangan segi estetika, tapak bangunan dan tampak bangunan,

berdasarkan konsep rumah tradisional Sasak. Untuk itu, sebelum

melakukan kegiatan, pemrakarsa akan berkonsultasi dengan instansi

teknis terkait masalah pembangunan gedung. Berbagai jenis dampak

diperkirakan akan muncul sebagai akibat dari kegiatan ini, yang meliputi:

meningkatnya kebisingan, menurunnya kualitas udara, dan meningkatnya

getaran.

Pembangunan di atas tanah (super structure)

Kegiatan pembangunan di atas tanah meliputi: pembuatan pagar areal,

paving block, bangunan gedung , serta rangka atap baja dan ACP (alluminium

composite panel). Kegiatan tersebut banyak membutuhkan bahan-bahan

bangunan seperti: semen, koral, kerikil, pasir dan alat-alat sipil berat yang

akan berdampak terhadap meningkatnya kadar debu, kebisingan, dan

kesehatan serta keselamatan tenaga kerja.

Berbagai jenis dampak diperkirakan akan muncul sebagai akibat dari kegiatan

ini, yang meliputi: peningkatan kebisingan, penurunan kualitas udara, dan

timbulnya kecelakaan kerja.

Pemasangan dan uji coba instalasi

Pemasangan dan uji coba instalasi Mechanical Electrical (ME)

bangunan direncanakan sebagai berikut:

Sistem mekanikal, terdiri dari instalasi plambing (air bersih, air kotor, air

panas dan air hujan), instalasi kebakaran (sprinkler, hydrant), dan instalasi

kolam renang.

Sistem ventilasi dan air conditioning, terdiri dari instalasi ventilasi mekanis

(dapur, toilet, parkir, pressurized tangga kebakaran, fresh air AC) dan

instalasi air conditioning.

Sistem transportasi vertikal, terdiri dari lift, stair dan janitor.

Page 69: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 67

Sistem elektrikal, terdiri dari instalasi TM & trafo distribusi, instalasi genset,

instalasi distribusi daya dan penerangan, instalasi penerangan dalam dan

luar gedung, instalasi penangkal petir dan grounding.

Sistem elektronik, terdiri dari instalasi telpon dan data, instalasi fire alarm,

instalasi tata surya, instalasi BAS (building automation system), instalasi

MATV (master antena television) serta instalasi CCTV (closed circuit

television).

Untuk aspek keselamatan bangunan akan dilengkapi dengan pintu

darurat dan disediakan jalan untuk mobil pemadam kebakaran yang dapat

digunakan apabila terjadi situasi dan kondisi yang dapat membahayakan

keselamatan dan keamanan pengunjung dan/atau penghuni serta karyawan,

seperti: kebakaran, gempa bumi, hingga teror bom. Bangunan juga akan

dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran yang diletakkan pada lokasi-

lokasi yang dinilai strategis dan mudah dijangkau untuk penanganan pertama

apabila terjadi kebakaran.

6).Pembangunan Fasilitas Pendukung

Beberapa fasilitas pendukung yang akan dibangun meliputi:

Sarana Air Bersih

Kebutuhan air untuk tahap konstruksi akan dipenuhi dari PDAM dan dari

sumur gali di lokasi kegiatan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada saat

operasional akan berasal dari PDAM. Untuk mengatasi keterbatasan pasokan

air PDAM, maka di Kawasan Pariwisata Mandalika akan dibangun sumber air

dengan penggunaan Sea Water Reverse Osmosis (SWRO). Operasional

SWRO akan dilaksanakan oleh pihak ketiga yang melakukan kerjasama

dengan manajemen ITDC untuk melayani kebutuhan air di seluruh kawasan.

Proses pengurusan perizinan untuk operasional SWRO dilakukan oleh

perusahaan yang mengelolanya termasuk aspek pengelolaan limbah yang

dihasilkan dari kegiatan SWRO tersebut.

Kebutuhan air pada tahap konstruksi diperlukan untuk pemenuhan

kebutuhan air pengecoran, diperkirakan kebutuhan air tiap 1 m2 bangunan

adalah 215 liter, sedangkan untuk air untuk tenaga kerja konstruksi adalah

100 liter/orang. Proses pembangunan ini dilakukan dengan sistem shift. Luas

lantai adalah 4.274,41 m2 maka kebutuhan air untuk konstruksi diperkirakan

sebesar 918.998,15 liter, apabila diasumsikan pengerjaan konstruksi

bangunan selama 1 tahun, maka diperkirakan kebutuhan air untuk konstruksi

sebesar 2552,67 liter per hari. Kebutuhan air untuk penyiraman adalah 10 %

x 2552,67 = 255,3 liter per hari. Kebutuhan air untuk pekerja adalah 100 x

Page 70: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 68

100 liter = 10.000 liter per hari. Jadi total air yang dibutuhkan untuk kegiatan

konstruksi adalah 12.807,8 liter per hari atau 12 m3 per hari.

Drainase dan Resapan

Drainase dan resapan dibuat untuk pengelolaaan air hujan dan

pencegahan banjir, terutama di sekitar lokasi kegiatan. Di samping itu, sumur

resapan mempunyai fungsi untuk menjaga keseimbangan siklus hidrologi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No.12 Tahun

2009, tentang Pemanfaatan Air Hujan, maka setiap jenis usaha dan atau

kegiatan yang menutup permukaan tanah yang menyebabkan air hujan tidak

dapat masuk ke dalam tanah atau infitrasi, diwajibkan untuk membuat kolam

penampungan air hujan atau sumur resapan biopori yang jumlah, ukuran dan

kapasitasnya didasarkan pada luasan tutupan lahan oleh bangunan. Luas

penutupan lahan yang digunakan untuk lantai 1 adalah 1047,61 m2, maka

berdasarkan peraturan tersebut mengisyaratkan bahwa setiap penutupan

seluas 1.000 m2 diperlukan sumur resapan dengan kapasitas 40 m3.

Sarana Proteksi Kebakaran (fire alarm, sprinkler, box tools)

Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran menggunakan

sistem penyediaan alat pemadam kebakaran portable yaitu APAR, hydrant

kebakaran gedung, smoke detector, heat detector, terminal box fire alarm 1

titik dan splinker head. Laju aliran hydrant dihitung berdasarkan jumlah riser

(SNI 03-1745-2000) yaitu 1.250 GPM. Indoor hydrant box menggunakan class

III NFPA, sedangkan Outdoor hydrant box menggunakan class I NFPA.

Kebutuhan air untuk pemadam sebesar ± 568 m3.

Sarana Daya Listrik

Sumber daya listrik diambil dari 3 sumber yaitu sumber normal (PLN)

dan sumber emergency (genset) dan Pembangkit Listrik tenaga Surya (PTLS).

Kebutuhan energi listrik akan dipasok dari PLN dengan tegangan menengah

(TM) dari PLN 20 kV diturunkan ke tegangan rendah (TR) 380/220 V melalui

trafo kering (dry type) 2 x 20MW. Apabila pasokan dari PLN tidak mencukupi

pada penggunaan puncak maupun terhentinya pasokan listrik, maka akan

dioperasikan genset pada masing-masing lot/hotel dan sarana penunjang

kawasan dengan tegangan 380/220 V. Kapasitas genset adalah 150% dari

kebutuhan normal, jumlah genset pada tiap-tiap lot dan fasilitas penunjang

adalah 2 x 1250 kVA. Ruangan genset akan dibuat dengan sistem kedap

suara untuk meredam suara bising yang ditimbulkan pada saat

Page 71: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 69

pengoperasiannya. Pengurusan izin yang dibutuhkan terkait dengan

pengoperasian genset ini akan dilakukan oleh pemrakarsa.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dibangun sebagai

komplementer dari sumber listrik PLN. Sistem distribusi dari PLTS akan

masuk ke Gardu Induk PLN, kemudian dialirkan ke fasilitas yang

membutuhkan.

Pengelolaan Limbah

a).Air Limbah

Air limbah yang dihasilkan pada umumnya mempunyai sifat-sifat yang

dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) sifat fisik meliputi warna dan

mengandung padatan; 2) sifat kimia organik meliputi kandungan karbohidrat,

minyak dan lemak, protein dan unsur surfaktan (sabun dan deterjen); 3) sifat

kimia inorganik meliputi kandungan alkalinitas, khlorida, nitrogen, fospor dan

sulfur; dan 4) sifat/unsur biologi meliputi bakteri, protista dan virus. Dari

unsur/sifat tersebut, rata-rata karakteristik air limbah adalah mengandung

BOD berkisar antara 200 – 300 mg/lt dan kandungan TSS berkisar antara 200

– 250 mg/lt. Untuk menentukan sistem pengolahan air limbah, diperlukan

teknologi yang tepat untuk memenuhi aspek efektif dan murah dalam

investasi, operasional dan perawatan IPAL-nya. Bagian yang terpenting

adalah hasil olahannya memenuhi baku mutu limbah yang dapat dibuang ke

lingkungan. Adapun baku mutu limbah cair yang berlaku adalah Peraturan

Gubernur Bali No 16 tahun 2016, dengan ketentuan parameter kunci yaitu:

kadar maksimum BOD adalah 30 mg/L, kadar maksimum COD adalah 50

mg/L, kadar maksimum TSS adalah 500 mg/L, dengan pH antara 6 – 9.

Seluruh air limbah yang dihasilkan disalurkan melalui pemipaan dan

dilengkapi dengan flow meter, dialirkan ke IPAL dengan cara kerja sebagai

berikut : bak pengendap awal (pengendapan partikel lumpur, pasir dan organik

tersuspensi). Bak ini juga berperan sebagai pengontrol aliran, dan pengurai

padatan organik. Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan

ke bak konfaktor anaerobik dengan sistem aliran bawah ke atas. Bak ini

dilengkapi dengan matrik/sarang tawon (attachment microorganism) dengan

jumlah bak 3 buah. Bak ini berfungsi untuk mengurangi beban (massa) limbah

dengan penguraian mikroorganisme anaerob dan fakultatif, yang akan

membentuk lapisan film yang berperan sebagai biofiltrasi.

Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor

aerob. Bak kontaktor aerob terdiri dari tangki aerasi dan biofilter aerob. Dalam

bak biofilter aerob juga dilengkapi dengan matrik/sarang tawon (attachment

microorganism), dimana mikrorganisme aerob akan membentuk lapisan film

Page 72: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 70

yang merupakan media penyaring/pengurai polutan secara aerobik.

Penguraian akan terjadi melalui kontak polutan dalam padatan tersuspensi

dengan mikroorganisme dalam biofilm. Hal ini akan mengefektifkan

penguraian zat organik, deterjen, dan nitrifikasi (penghilangan amonia).

Selanjutnya, air limpasan dari bak kontaktor aerob dialirkan ke bak

pengendapan akhir. Dalam bak ini, lumpur aktif yang berperan dalam proses

penguraian bahan pencemar akan diendapkan, dan ini merupakan sumber

lumpur aktif yang dapat disirkulasikan kembali, sedangkan air limpasan hasil

dari proses bak ini selanjutnya dialirkan ke bak klorinasi untuk membunuh

kuman yang masih ada. Air olahan dari bak klorinasi dapat langsung dibuang

ke saluran umum atau dapat dipakai untuk menyiram tanaman.

Spesifikasi sesuai dengan jumlah limbah dengan kapasitas IPAL yaitu:

- BOD masuk = 200 – 300 mg/L

- SS masuk = 200 – 250 mg/L

- BOD keluar = 20 – 30 mg/L

- SS keluar = 20 – 30 mg/L

Pengolahan Sampah

Sampah yang dihasilkan dari aktivitas di Kawasan Pariwisata Mandalika

akan dikumpulkan dalam suatu sistem pengelolaan sampah terpadu. Kegiatan

tahap operasional diperkirakan akan menghasilkan sampah sebanyak rata-

rata 2500 liter per hari. Perkiraan timbulan sampah tersebut berdasarkan SNI

19-3242-1994 : Tata Cara Pengelolaan Sampah Perkotaan dan UU LH

18/2008 tentang Pengelolaan Sampah yakni 2,5 liter/orang/hari.

Adapun jenis sampah yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah sampah

organik, dan anorganik. Sampah organik (sampah basah) berasal dari

aktivitas kafetaria, sisa makanan dan minuman pengunjung, sisa-sisa

sayuran, buah, bunga dan sampah dedaunan dari taman. Diasumsikan jumlah

sampah yang dihasilkan hotel sebesar 26.737 kamar x 2,5 kg/hari = 66.843

kg/hari. Jumlah sampah yang dihasilkan oleh unit residential sebesar 5384 x

3 kg/hari = 16.152 kg/hari. Secara keseluruhan kawasan Mandalika akan

menghasilkan sampah sebesar 82.995 kg/hari. Apabila diasumsikan

kawasan yang didatangi oleh masyarakat umum dan aktivitas perdagangan

yang sudah ada di dalam kawasan, maka total sampah yang dihasilkan +

100 ton/hari. Jumlah sampah tersebut akan dikelola dengan menggunakan

metode waste to energi. Pengelolaan sampah akan dilakukan oleh pihak

ketiga yang bekerjasama dengan manajemen ITDC.

Pengelolaan sampah di beberapa unit yang masih memungkinkan

menggunakan metode 3R, untuk mereduksi/ memanfaatkan sampah dari

Page 73: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 71

jenis organik akan dikelola dengan menyediakan sarana komposting. Sistem

pengelolaan sampah akan mengacu ketentuan dalam Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Sampah yang

dihasilkan dari aktivitas operasional diangkut oleh pihak ketiga yang memiliki

izin pengangkutan sampah menuju TPA.

7). Pembersihan Material Galian/Sisa

Pembersihan material galian dan sisa bongkaran yang sudah tidak

dimanfaatkan akan dilakukan pada tempat disposal area yang sudah

dipersiapkan oleh kontraktor ditempat lain. Berbagai bahan sisa seperti

batuan, sisa semen dan pecahan keramik, batu bekas, kawat dan kabel-kabel

bekas/rusak akan dibuang ke disposal area dan atau dijual kepihak ketiga

sehingga dapat digunakan sebagai bahan urugan di tempat lain. Beberapa

material yang masih bisa dimanfaatkan untuk bahan bangunan diupayakan

untuk digunakan kembali agar dapat mengurangi jumlah limbah bahan

galian/bongkaran. Kegiatan pembersihan material sisa/galian diperkirakan

akan menimbulkan dampak penurunan kualitas udara, peningkatan

kebisingan, timbulnya sampah dan gangguan K-3.

8). Penghijauan dan Pertamanan

Penghijauan akan difokuskan dengan penanaman tumbuhan yang

dapat mengurangi /mereduksi pencemaran udara khususnya untuk mereduksi

CO2. Beberapa contoh tumbuhan beserta kemampuannya untuk mereduksi

CO2 adalah Trembesi/Ki Hujan (Samanea saman) 28.448,39 Kg/pohon/tahun,

Cassia (Cassia sp.) 5.295,47 Kg/pohon/tahun, Kenanga (Canangium

odoratum) 756,59 Kg/pohon/tahun, Mahoni (Swettiana mahagoni) 295,73

Kg/pohon/tahun, serta tanaman lain untuk menambah keindahan dan

kenyamanan di sekitar lokasi kegiatan. Pemilihan pohon akan disesuaikan

dengan desain dan rancangan estetika dari sub-kontraktor yang menangani

pertamanan.

Areal yang digunakan untuk pembangunan di Kawasan Pariwisata

Mandalika yang sudah memiliki areal pertaman. Sementara areal y ruang

terbuka hijau akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk pertamanan dan

penghijauan. Jenis pohon yang ditanam menyesuaikan dengan kondisi lahan

yang ada. Kegiatan penghijauan dan pertamanan ini diperkirakan akan

menimbulkan dampak gangguan flora akibat introduksi tanaman baru di lokasi

pembangunan.

Page 74: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 72

9).Demobilisasi Material dan Peralatan

Demobilisasi material dan peralatan merupakan pekerjaan pengeluaran

material dan peralatan yang sudah tidak digunakan peralatan dari dalam tapak

proyek sehingga bangunan proyek dapat beroperasi. Tidak banyak material

dan peralatan yang harus dikeluarkan karena volume pekerjaan bangunan

relatif kecil. Namun, karena akan mulai dilakukan operasional kegiatan maka

kawasan tersebut harus bersih dan siap beroperasi. Kegiatan demobilisasi

material dan peralatan ini diperkirakan akan menimbulkan dampak penurunan

kualitas udara akibat debu dan peningkatan kebisingan.

10). Pelepasan Tenaga Kerja Konstruksi

Pelepasan tenaga kerja konstruksi berhubungan dengan pemutusan

hubungan kerja karena mengingat pekerjaan fisik bangunan sudah selesai.

Kontraktor diwajibkan mengembalikan tenaga kerja yang berasal dari daerah

lain agar tidak menetap di sekitar lokasi proyek. Kegiatan ini akan

menyelesaikan segala urusan yang berhubungan pelunasan gaji/upah

sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Dampak dari kegiatan

pelepasan tenaga kerja konstruksi yang diperkirakan adalah timbulnya

kekhawatiran masyarakat terkait hilangnya pekerjaannya.

III.Tahap Operasional

1).Penerimaan Tenaga Kerja Operasional

Kebutuhan tenaga kerja untuk operasional Kawasan Pariwisata

Mandalika sekitar ± 10.020 orang, dimana sebagian kebutuhan tenaga kerja

tersebut akan menyerap tenaga kerja lokal yang sesuai dengan kebutuhan

dan memenuhi syarat untuk memenuhi kekurangan tenaga kerja yang sudah

ada. Penyerapan tenaga lokal ini akan berdampak positif bagi kegiatan proyek

dan perekonomian lokal.

Page 75: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 73

Tabel 1.9. Perkiraan Jumlah Tenaga Kerja Pada Tahap Operasional

No Keahlian Jumlah

1. Manajemen Estate 150

2. Manajemen Pariwisata 50

3. Manajemen Perhotelan 100

4. Lansekap dan Pertamanan dan tim 200

5. Rekayasa Lingkungan 30

6. Karyawan Hotel dan resort 3000

7. Karyawan Restoran, kafe, dll 2000

8. Koki dan ahli boga 300

9. Mechanical electrical 50

10. Ahli Plumbing (perpipaan) 40

11. Art and Interior 100

12. Outbond, watersports, extreme sports dsb 300

13. Karyawan Lapangan Golf, caddy dll 200

14. Souvenir shops dll 1000

15. Tour Guide 200

16. Pekerja Seni dan hiburan 300

17. Driver, montir, parkir 300

18. Klinik dan kesehatan 200

19. Travel agent dsb 500

20. Operasi dan Pemeliharaan 200

21. Cleaning service 500

22. Security 300

TOTAL 10.020

Sumber : ITDC, 2017

Mekanisme penerimaan tenaga kerja lokal dengan cara berkoordinasi

dengan aparat desa dan memasang pengumuman di kantor desa yang

mencantumkan persyaratan keahlian dan jumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan. Selanjutnya pihak desa mengusulkan tenaga kerja dan dilakukan

seleksi. Sedangkan untuk tenaga kerja yang mempunyai keahlian dilakukan

dengan cara mengumumkan di koran jumlah tenaga yang dibutuhkan dan

persyaratannya. Selanjutnya dilakukan seleksi hingga terpilih tenaga kerja

yang dibutuhkan. Selain itu juga ITDC akan bekerjasama dengan Pemda

untuk membangun sekolah pariwisata dan SMK industri.

Prediksi konfigurasi proporsi tenaga kerja di Kawasan Pariwisata

Mandalika Lombok pada tahap opersional kurang lebih tercermin pada

diagram berikut, yang diasumsikan dari konfigurasi proporsi tenaga kerja di

Nusa Dua, Bali sebagai analogi. Dimana sebagian besar tenaga kerja berasal

Page 76: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 74

dari Pulau Lombok (65 %), sedangkan dari Lombok Tengah sekitar 22%, dari

luar Pulau Lombok sebesar 12%, dan dari tenaga kerja asing sebesar 1%.

2). Operasional Kawasan Pariwisata Mandalika

Areal hasil pembangunan kawasan Pariwisata akan dimanfaatkan untuk

berbagai macam pembangunan sarana dan prasarana untuk menunjang

pengembangan kawasan pariwisata Lombok. Dari berbagai kegiatan yang

akan beroperasi di kawasan pariwisata tersebut di prakirakan menimbulkan

dampak.

a).Penanganan Limbah

Penanganan Limbah Padat (sampah)

Seperti sudah diuraikan pada tahap konstruksi, pengelolaan sampah

di kawasan akan dilaksanakan oleh pihak ketiga yang akan melakukan

pengelolaan sampah dengan metode waste to energy. Total sampah yang

dihasilkan sebesar 100 ton/hari akan di kelola untuk menghasilkan listrik

menggunakan incinerator.

Penanganan Limbah Cair

Penanganan limbah cair terutama yang berasal dari hotel dan restaurant

akan diolah menggunakan metode IPAL terpadu. Gambaran tentang skematik

sistem kolam pengolahan limbah sebagai berikut.

Page 77: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 75

Gambar 1.33. Bagan Pengaliran Limbah Tiap Hotel

Dalam implementasinya kelak, sistem kolam pengolahan limbah cair

komunal (IPAL Komunal) yang akan digunakan pada KPML akan

mempedomani model system kolam pengolahan limbah cair sebagaimana

yang diterapkan di ITDC Nusa Dua Bali sebagai berikut

Page 78: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 76

Gambar 1.34. Skema Penyaluran Limbah Cair Ke lagoon

Tabel 1.10. Data Teknis IPAL

URAIAN KAPASITAS KETERANGAN

Cell 1 300 x 120 m Persegi empat

Cell 2a 120 x 150 m Trapesium

Cell 2b 120 x 180 m Persegi empat

Cell 3 120 x 100 m Persegi empat Aerator 120 x 160 m 8 buah aerator

Sedimentasi 25 x 35 m 2 buah

Sand filter 70 liter/detik 1 unit

Rapid sand filter 3 buah Liftpump station 3 buah

Pompa limbah : LPS 1

LPS 2

LPS

Kapasitas 11,5 m3/min Kapasitas 1,5 m3/min Kapasitas 1,2 m3/min

3 buah 2 buah 3 buah

Pompa air irigasi Kapasias 100 m3/min 6 buah

Untuk menjaga keseimbangan lingkungan di kawasan, ITDC sebagai

pengelola kawasan akan melengkapi KPML dengan fasilitas pengolahan

limbah cair dan berusaha mengoptimalkan pemanfaatan air hasil olahan untuk

Page 79: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 77

air penyiram di dalam kawasan. Hal tersebut untuk memanfaatkan

sumberdaya air dengan efisien serta menjaga citra kawasan yang

berwawasan lingkungan. Untuk pengelolaan air limbah dan lagoon ITDC akan

mempunyai suatu unit khusus yaitu Unit Pengelolaan Air Limbah yang memiliki

tugas pokok: mengawasi pengaliran limbah cair dari hotel dalam kawasan

sampai ke lagoon pengolahan limbah ITDC sampai memenuhi standar

kualitas sebagai air irigasi untuk penyiraman taman dalam kawasan.

IPAL ITDC yang sering disebut Lagoon dengan rencana kapasitas

15.000m3/hari. Luas area Lagoon adalah 30 Ha. Pemanfaatan lahan untuk

instalasi dan rumah pompa sekitar 17 Ha. Lagoon ITDC akan terdiri dari 2

instalasi : Instalasi untuk pengolahan limbah (Cell 1, 2a, 2b dan 3) dan instalasi

untuk produksi air irigasi (kolam, aerator, sedimentasi dan filtrasi). Limbah cair

yang akan diolah di Lagoon ITDC adalah limbah cair domestik yang masing-

masing berasal dari bagian dalam hotel seperti : kamar mandi, toilet, laundry,

kolam renang, pendingin ruangan (AC), dapur dan semua kegiatan hotel yang

menggunakan air.

Setiap hotel menampung limbah dari masing-masing bagian

hotel/restoran dalam suatu collection pit yang selanjutnya dipompa ke saluran

pipa limbah utama. Dari pipa limbah utama tersebut limbah cair mengalir

secara gravitasi menuju ke lift purn station (LPS) yang terdekat dan pompa

submersible di LPS akan bekerja secarah otomatis memompa limbah tersebut

ke Lagoon. Sistem pengolahan limbah cair yang diterapan adalah Waste

Stabilization Pond (Kolam Stabilisasi). Limbah segar dari LPS keluar lewat

inlet di Cell 1 dan mengalami proses oksidasi. Cell 1 terdiri dari 2 bagian (1a

dan 1b) yang dipisahkan oleh fiber glass pada bagian atas yang berfungsi

sebagai alat penangkap lemah (greasetrap) untuk mengurangi lemak dan

kotoran terapung masuk ke cell-cell berikutnya. Lemak dan kotoran yang

tertahan pada perangkap lemak secara rutin akan dibersihkan oleh pekerja di

Lagoon. Setelah melewati cell 1 maka air menglir masuk ke cell 2a, selanjutya

mengalir ke cell 2 b (cell terluas). Di cell 2b proses oksidasi akan berlangsung

cukup lama (karena sangat luas). Untuk memantau toksitas/kadar racun air,

di cell ini telah dilepaskan ikan-ikan mujair yang dapat dipakai sebagai

indikator biologis untuk mengetahui perubahan kualitas didalamnya.

Selanjutnya air mengalir ke dalam cell 3, air di cell ini sudah tidak berbau dan

berwarna kehijauan. Dalam cell ini juga dilepaskan ikan mujair untuk

memantau perubahan kualitas air dalam cell.

Page 80: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 78

Untuk meningkatkan kualitas air setelah proses oksidasi alami

selanjutnya diproses kembali di kolam aerasi dengan 8 buah mekanik aerator

yang menyala selama 8 jam/hari untuk menambah oksigen terlarut dalam air.

Setelah itu air dialirkan ke kolam sedimentaasi/pengendapan (tersedia 2

buahn kolam) untk mengendapkan lumpur dan kotoran lain yang ikut terbawa

ke kolam ini. Lumpur di kolam sedimentasi akan dikuras/dikeringkan secara

berkala (sludge drying bed). Setelah keluar air kolam sedimentasi air akan

difiltrasi/disaring dengan sand filter supaya air yang dihasilkan tingkat

kekeruhannya lebih rendah. Setelah proses filtrasi air masuk ke reservoar,

dimana air dari reservoar ini merupakan air irigasi yang sudah siap

didistribusikan ke konsumen melalui instalasi pipa air irigasi sebagai air

penyiraman untuk landscape yang ada di Kawasan Pariwisata Mandalika

Lombok dan dalam hotel-hotel.

Gambar 1.35 Skema Rencana Sistem Pembuangan Air.

Page 81: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 79

Penanganan Limbah B3

Pengelolaan limbah B3 dilakukan bekerja sama dengan pihak ketiga

yang telah mendapatkan izin operasi dari instansi terkait, sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 18 jo Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No. 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 74

Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Jenis –

jenis limbah B3 yang dihasilkan yaitu aki bekas, oli bekas, sisa cairan

pembersih, radioaktif dari poliklinik atau laboratorium kesehatan, dan sisa

kemasan. Limbah B3 yang dihasilkan akan dikumpulkan di tempat

penyimpanan sementara (Gudang Limbah B3) yang akan mengikuti

spesifikasi yang ditentukan oleh peraturan perundangan yang berlaku. Untuk

selanjutnya limbah B3 ini akan dimusnahkan melalui kerjasama dengan pihak

ketiga (lembaga pengelola dan pemusnah limbah B3 yang sudah

bersertifikasi).

Bangunan tempat penyimpanan sementara limbah B3 akan memiliki

spesifikasi sbb:

a. memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai

dengan jenis, karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan/akan

disimpan;

b. terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun tidak

langsung;

c. dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang memadai

untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang

penyimpanan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah

masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang

penyimpanan;

d. memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai

untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika

menggunakan lampu, maka lampu penerangan harus dipasang

minimal 1 meter di atas kemasan dengan sakelar (stop contact) harus

terpasang di sisi luar bangunan.

e. dilengkapi dengan sistem penangkal petir;

f. pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol)

sesuai dengan tata cara yang berlaku.

Page 82: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 80

g. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang,

kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun

kearah bak penampungan dengan kemiringan maksimum 1 % pada

bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa

sehingga air hujan dapat mengalir kearah menjauhi bangunan

penyimpanan.

3)Pemeliharaan Gedung

Kegiatan pemeliharaan bangunan yang ada di Kawasan Pariwisata

Mandalika termasuk juga pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan

lingkungan yang meliputi kegiatan terpadu dalam menjaga keberlanjutan

umur bangunan dan sarana prasarana yang ada. Berbagai kegiatan yang

berkaitan dengan pemeliharaan ini meliputi perawatan gedung/bangunan,

perawatan berbagai peralatan dan perabotan, dan perawatan instalasi dan

utilitas. Di samping pemeliharaan tersebut, juga dilakukan upaya perbaikan

agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah.

Pelaporan terhadap pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan

pemantauan lingkungan hidup merupakan bagian yang secara terpadu

dilaksanakan dengan rutin sebagai komitmen pentaatan terhadap peraturan

perundangan yang berlaku. Pihak manajemen diharapkan memenuhi semua

peraturan operasional termasuk standarisasi dan sertifikasi karyawan

maupun usaha sesuai peraturan perundangan yang ada baik di tingkat

pemerintah daerah, pemerintah pusat maupun tuntutan lembaga-lembaga

internasional. Kegiatan pemeliharaan gedung diperkirakan akan

menimbulkan dampak perubahan kualitas udara, peningkatan kebisingan, dan

timbulnya masalah K3.

4). Program Pengembangan Masyarakat

Kegiatan pembangunan masyarakat (Community Development) adalah

kegiatan kemitraan antara manajemen ITDC dengan masyarakat. Masyarakat

yang menjadi sasaran adalah masyarakat lokal terutama yang ada di

Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah dan sekitarnya. Beberapa

kegiatan pengembangan masyarakat yang mungkin untuk dilakukan antara

lain adalah pendampingan usaha kesehatan masyarakat dan bantuan sosial

bagi masyarakat yang memerlukan layanan kesehatan. Kegiatan

pembangunan masyarakat diperkirakan akan menimbulkan dampak timbulnya

persepsi dan sikap masyarakat.

Page 83: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 81

IV.Tahap Pasca Operasional

1).Penghentian Operasional

Tahap kegiatan ini berkaitan dengan proses penghentian operasional

Kawasan Pariwisata Mandalika yang terkait dengan aspek legal dan masalah

lahan. Berdasarkan ketentuan maka pemanfaatan lahan yang sudah tidak

difungsikan lagi harus dikembalikan pada fungsi untuk kegiatan semula, atau

ada proses penyerahan permasalahan penghentian operasional terkait

kewenangan kepemilikan lahan. Kegiatan ini diperkirakan akan menimbulkan

dampak perubahan persepsi dan sikap masyarakat.

2).Pemutusan Hubungan Kerja

Tahap kegiatan ini berkaitan dengan permasalahan ketenaga kerjaan

sebagai akibat terhentinya operasional Kawasan Pariwisata Mandalika.

Aktivitas yang terkait persoalan ketenagakerjaan akan berpotensi

menimbulkan dampak timbulnya kekhawatiran masyarakat.

1.6. DAMPAK PENTING HIPOTETIK YANG DIKAJI

Dampak penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat

mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan. Sebelum

menentukan dampak penting terlebih dahulu akan ditentukan dampak

penting hipotetik (DPH) yang dievaluasi dari dampak potensial. Proses

evaluasi dilakukan dengan melihat dampak yang akan timbul yang

dihubungkan dengan kriteria dampak penting.

DPH dapat diperoleh dengan menelaah hubungan interaksi antara

rencana kegiatan dengan komponen lingkungan hidup yang mungkin terkena

dampak baik pada komponen geofisik-kimia, biologi maupun komponen sosial

ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat. Juga menelaah dampak pada

lingkungan hidup yang paling kuat yang dihubungkan dengan rencana

kegiatan, mengevaluasi dampak potensial yang mungkin terjadi, atau

melakukan analogi (merujuk pada kegiatan sejenis yang pernah diakukan

ditempat lain).

1.6.1. Identifikasi Dampak Potensial

Semua dampak yang mungkin terjadi diidentifikasi tanpa

mempertimbangkan pentingnya dampak. Pada saat identifikasi dampak

potensial, maka tidak ada penekanan pada pentingnya dampak atau semua

dampak akan diidentifikasi. Untuk mengidentifikasi dapat menggunakan

Page 84: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 82

matrik. Pada matrik ini memuat tentang dampak yang potensial tanpa

menentukan pentingnya dampak. Dari Tabel 1.11 dapat dilihat hubungan

antara aktivitas pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika dengan

komponen lingkungan yang diperkirakan terdampak sehingga dapat

diperkirakan dampak potensial yang mungkin timbul baik pada tahap

prakonstruksi, tahap konstruksi, tahap operasional, dan tahap pasca

operasional.

Page 85: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 83

Tabel 1.11 Matrik Identifikasi Dampak Potensial

No Komponen Lingkungan

Komponen Tahap Kegiatan

TA

HA

P P

RA

KO

NS

TR

UK

SI

TA

HA

P

KO

NS

TR

UK

SI

TA

HA

P

OP

ER

AS

ION

AL

T

ah

ap

Pa

sca

Op

era

sio

na

l

Penguru

san P

eiz

inan

Sosi

alis

asi

i Renca

na K

egia

tan

Penerim

aan

Tenaga K

erja

Konst

ruksi

Mobili

sasi

Pera

lata

n D

an

Mate

rial

Opera

sional Base

Cam

p

Pem

bers

ihan/P

enyia

pan

Lahan

Pem

bangunan

Hote

l dan

Resi

dential

Pem

bangunan F

asi

litas

Pendukung

Pem

bers

ihan M

ate

rial

Galia

n/S

isa

Penghijauan d

an P

ert

am

anan

Dem

obili

sasi

Mate

rial dan

Pera

lata

n

Pele

pasa

n

tenaga K

erja

Konst

ruksi

Penerim

aan

Tenaga K

erja

Opera

sional

Opera

sional K

aw

asa

n

Pariw

isata

Mandalik

a

Pem

elih

ara

an K

aw

asa

n

Pariw

isata

Mandalik

a

Pengem

bangan M

asy

ara

kat

Penghentian O

pera

sional

Pem

utu

san H

ubungan K

erja

I Komponen Lingkungan Geofisik-Kimia

1 Kualitas Udara √ √ √ √ √ √ √

2 Kebisingan √ √ √ √ √ √ √

3 Kuantitas Air √ √ √

4 Kualitas Air √ √

5 Sedimentasi √

6 Sampah √ √

7 Limbah Cair √ √

8 Limbah B-3 √

9 Lalu Lintas √ √ √ √

Page 86: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 84

No Komponen Lingkungan

Komponen Tahap Kegiatan

TA

HA

P P

RA

KO

NS

TR

UK

SI

TA

HA

P

KO

NS

TR

UK

SI

TA

HA

P

OP

ER

AS

ION

AL

T

ah

ap

Pa

sca

Op

era

sio

na

l

Penguru

san P

eiz

inan

Sosi

alis

asi

i Renca

na K

egia

tan

Penerim

aan

Tenaga K

erja

Konst

ruksi

Mobili

sasi

Pera

lata

n D

an

Mate

rial

Opera

sional Base

Cam

p

Pem

bers

ihan/P

enyia

pan

Lahan

Pem

bangunan

Hote

l dan

Resi

dential

Pem

bangunan F

asi

litas

Pendukung

Pem

bers

ihan M

ate

rial

Galia

n/S

isa

Penghijauan d

an P

ert

am

anan

Dem

obili

sasi

Mate

rial dan

Pera

lata

n

Pele

pasa

n

tenaga K

erja

Konst

ruksi

Penerim

aan

Tenaga K

erja

Opera

sional

Opera

sional K

aw

asa

n

Pariw

isata

Mandalik

a

Pem

elih

ara

an K

aw

asa

n

Pariw

isata

Mandalik

a

Pengem

bangan M

asy

ara

kat

Penghentian O

pera

sional

Pem

utu

san H

ubungan K

erja

10 Sarana Jalan √

Komponen Lingkungan Biologi

11 Flora √ √

12 Fauna √

13 Biota Perairan

III Komponen Lingkungan Sosekbudkesmas

14 Kesempatan Kerja √ √

15 Pendapatan Daerah √

16 Persepsi dan Sikap Masyarakat √ √ √ √

17 Warisan Budaya √ √ √ √ √ √

18 Keamanan dan Ketertiban Masyarakat √

Page 87: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ………………………. I - 85

No Komponen Lingkungan

Komponen Tahap Kegiatan

TA

HA

P P

RA

KO

NS

TR

UK

SI

TA

HA

P

KO

NS

TR

UK

SI

TA

HA

P

OP

ER

AS

ION

AL

T

ah

ap

Pa

sca

Op

era

sio

na

l

Penguru

san P

eiz

inan

Sosi

alis

asi

i Renca

na K

egia

tan

Penerim

aan

Tenaga K

erja

Konst

ruksi

Mobili

sasi

Pera

lata

n D

an

Mate

rial

Opera

sional Base

Cam

p

Pem

bers

ihan/P

enyia

pan

Lahan

Pem

bangunan

Hote

l dan

Resi

dential

Pem

bangunan F

asi

litas

Pendukung

Pem

bers

ihan M

ate

rial

Galia

n/S

isa

Penghijauan d

an P

ert

am

anan

Dem

obili

sasi

Mate

rial dan

Pera

lata

n

Pele

pasa

n

tenaga K

erja

Konst

ruksi

Penerim

aan

Tenaga K

erja

Opera

sional

Opera

sional K

aw

asa

n

Pariw

isata

Mandalik

a

Pem

elih

ara

an K

aw

asa

n

Pariw

isata

Mandalik

a

Pengem

bangan M

asy

ara

kat

Penghentian O

pera

sional

Pem

utu

san H

ubungan K

erja

18 Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K-3) √ √ √ √ √

19 Sanitasi Lingkungan √ √

20 Penyakit Menular √ √

Page 88: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………………..I - 86

1.6.2.Evaluasi Dampak Potensial

Evaluasi dampak potensial untuk menentukan dampak penting

hipotetik dilakukan dengan bagan alir dan matrik. Diagram alir dampak dapat

memberikan arahan untuk menelusuri dampak potensial dan dampak

sekunder dan seterusnya dapat menggunakan bagan alir dampak tersebut

untuk menentukan dampak penting hipotetik (DPH). Bagan alir dapat dipilah

berdasarkan tahapan pembangunan yaitu pada tahap prakonstruksi, tahap

konstruksi, tahap operasional dan tahap pasca operasional.

I.Tahap Prakonstruksi

Pada tahap prakonstruksi ada 2 kegiatan yang diperkirakan akan

menimbulkan dampak pada komponen lingkungan hidup. Bagan alir dampak

pada tahap prakonstrusi seperti pada Gambar 1.37.

Komponen

Kegiatan

Dampak Primer Dampak

Sekunder

Dampak

Penting

Hipotetik

Gambar 1.37.Bagan Alir Dampak pada Tahap Prakonstruksi

Timbulnya Kekhawatiran Masyarakat

Gangguan Kamtibmas

Timbulnya Persepsi &Sikap Negatif Masyarakat

Timbulnya Kekhawatiran Masyarakat

Timbulnya Persepsi & Sikap Negatif Masyarakat

Proses Perizinan

Sosialisasi Rencana

Kegiatan

Page 89: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………………..I - 87

II.Tahap Konstruksi

Pada tahap konstruksi ada 9 kegiatan yang diperkirakan akan menimbulkan

dampak pada komponen lingkungan hidup Bagan alir dampak pada tahap Konstrusi

seperti pada Gambar 1.37.

Komponen

Kegiatan

Dampak Primer Dampak Sekunder Dampak Penting

Hipotetik

Gambar 1.38 Bagan Alir Dampak pada Tahap Konstruksi

Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi

Peningkatan Kesempatan kerja

Timbulnya Kekhawatiran Masyarakat

Peningkatan Pendapatan masyarakat

Peningkatan Kesempatan Kerja

Mobilisasi Peralatan, Material

Penurunan Kualitas Udara

Peningkatan Kebisingan

Gangguan Lalu Lintas

Rusaknya Sarana Jalan

Gangguan Kenyamanan Masyarakat Sekitar

Timbulnya Kecelakaan Lalu lintas

Peningkatan Kebisingan

Operasional Base Camp

Timbulnya Sampah

Gangguan Sanitasi Lingkungan

Timbulnya Penyakit Menular

Timbulnya Limbah Cair

Gangguan Kesehatan Lingkungan lingkungan

Penurunan Estetika

Timbulnya Vektor Penyakit

Gangguan Sanitasi Lingkungan

Gangguan Lalu Lintas

Timbulnya Penyakit Menular

Page 90: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………………..I - 88

Lanjutan Gambar 1.38

Komponen

Kegiatan

Dampak Primer Dampak Sekunder Dampak Penting

Hipotetik

Pembersihan dan Penyiapan Lahan

Penurunan Kualitas Udara

Peningkatan Kebisingan

Timbulnya Sedimentasi

Perubahan Tata Guna Lahan

Gangguan Kenyamanan

Penurunan Kualitas Udara

Gangguan Lalu Lintas

Gangguan K-3

Pembangunan Fisik

Penurunan Kualitas Udara

Peningkatan Kebisingan

Gangguan Kuantitas Air

Penurunan Kualitas Air

Gangguan Lalu Lintas

Penurunan Kualitas Sanitasi Lingkungan

Gangguan Kamtibmas

Gangguan K-3

Timbulnya Persepsi dan Sikap Negatif Masyarakat

Gangguan Flora

Timbulnya Pencemaran air

Peningkatan Kebisingan

Penurunan Kualitas Udara

Peningkatan

Kebisingan

Penurunan Kualitas Air

Gangguan Lalu Lintas

Gangguan K-3

Gangguan Kenyamanan

Timbulnya Kemacetan

Timbulnya Kecelakaan Kerja

Gangguan Fauna

Gangguan aktivitas sekitar

Gangguan Aktivitas Sekitar

Page 91: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………………..I - 89

Lanjutan Gambar 1.38

Komponen

Kegiatan

Dampak Primer Dampak Sekunder Dampak Penting

Hipotetik

Pembangunan Jaringan Utilitas

Gangguan K-3

Penurunan Kualitas Air

Peningkatan Kebisingan

Gangguan Kenyamanan

Peningkatan Kebisingan

Pembersihan Material Galian/ sisa

Penurunan Kualitas Udara

Peningkatan Kebisingan

Gangguan K-3

Gangguan Kesehatan

Penurunan Kualitas Sanitasi Lingkungan

Penurunan Kualitas Udara

Penghijauan dan Pertamanan

Gangguan Kuantitas Air

Demobilisasi Peralatan dan Material

Gangguan Lalu Lintas

Gangguan Flora

Kerusakan Prasarana jalan

Gangguan K-3

Timbulnya Kekhawatiran Masyarakat

Gangguan Lalu Lintas

Peningkatan Kebisingan

Gangguan Kenyamanan

Pelepasan Tenaga Kerja Konstruksi

Page 92: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………………..I - 90

III.Tahap Operasional

Pada tahap operasional ada 4 kegiatan yang diperkirakan akan menimbulkan

dampak pada komponen lingkungan hidup. Bagan alir dampak pada tahap operasi

seperti pada Gambar 1.39.

Komponen

Kegiatan

Dampak Primer Dampak Sekunder Dampak Penting

Hipotetik

Gambar 1.39. Bagan Alir Dampak pada Tahap Operasional

Penerimaan Tenaga Kerja Operasional

Peningkatan Kesempatan Kerja

Timbulnya Lowongan Kerja

Peningkatan Kesempatan Kerja

Timbulnya Kekhawatiran Masyarakat

Timbulnya Persepsi&Sikap Negatif Masyarakat

Gangguan Kesehatan

Penurunan Kualitas Udara

Operasional Pengolahan Sampah medis

Peningkatan Kebisingan

Gangguan Kenyamanan

Gangguan Kesehatan

Gangguan Kuantitas Air

Timbulnya Sampah

Gangguan Lalu Lintas

Peningkatan Pendapatan Daerah

Penurunan Kualitas

Sanitasi Lingkungan

Timbulnya Penyakit Menular

Timbulnya Kemacetan Lalu Lintas

Timbulnya Vektor Penyakit

Timbulnya

Kecemburuan Sosial

Timbulnya Kekhawatiran Masyarakat

Penurunan Kualitas Air

Timbulnya Limbah Cair

Timbulnya Limbah B-3

Penurunan Kualitas Udara

Peningkatan Kebisingan

Timbulnya Sampah

Timbulnya Limbah Cair

Timbulnya Limbah B-3

Penurunan Kualitas Sanitasi Lingkungan

Penurunan Kualitas Air

Gangguan Estetika

Gangguan Lalu Lintas

Page 93: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………………..I - 91

Lanjutan Gambar 1.39

Komponen

Kegiatan Dampak Primer Dampak Sekunder

Dampak Penting

Hipotetik

Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Sampah medis

Penurunan Kualitas Udara Gangguan

Kenyamanan

Gangguan K-3

Peningkatan Kebisingan

Timbulnya Kecelakaan Kerja

Peningkatan Kebisingan

Pengembangan Masyarakat

Timbulnya Persepsi dan Sikap Negatif Masyarakat

Timbulnya Pemberdayaan Masyarakat

Gangguan Kamtibmas

Timbulnya Partisipasi Masyarakat

Timbulnya Persepsi dan Sikap Negatif Masyarakat

Gangguan K-3

Page 94: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………………..I - 92

IV.Tahap Pasca Operasional.

Pada tahap pasca operasional ada 2 kegiatan yang diperkirakan akan

menimbulkan dampak pada komponen lingkungan hidup. Bagan alir dampak

pada tahap pasca operasional seperti pada Gambar 1.40.

Komponen Kegiatan

Dampak Primer

Dampak Sekunder

Dampak Penting

Hipotetik

Gambar 1.40 Bagan Alir Dampak pada Tahap Pasca Operasional

Evaluasi dampak potensial juga dilakukan dengan menampilkan matrik

evaluasi dampak. Berdasarkan hasil evaluasi dampak potensial telah

Penghentian

Operasional

Pemutusan Hubungan Kerja

Timbulnya Persepsi dan Sikap Negatif Masyarakat

Timbulnya Kekhawatiran Masyarakat

Hilangnya

Pendapatan

Timbulnya Kekhawatiran Masyarakat

Timbulnya Kekhawatiran Masyarakat

Hilangnya Pendapatan Timbulnya

Kekhawatiran Masyarakat

Page 95: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………………..I - 93

didapatkan beberapa dampak penting hipotetik (DPH) yang selanjutnya akan

dievaluasi melalui penilaian dan/atau penapisan dengan menggunakan 4

pertanyaan berikut :

1. Apakah beban terhadap lingkungan tertentu sudah tinggi ? (Pertanyaan

ini bisa dijawab dengan pendekatan terhadap hasil analisis data sekunder

dan pengamatan/kunjungan lapangan).

2. Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting

dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat sekitar (nilai sosial dan

ekonomi) dan terhadap komponen lingkungan hidup lainnya (nilai

ekologis) sehingga perubahan besar pada kondisi lingkungan tersebut

akan sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat dan keutuhan

ekosistem ? (Pertanyaan ini dapat dijawab dengan pendekatan terhadap

hasil pengamatan/kunjungan lapangan).

3. Apakah ada kehawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen

lingkungan tersebut? (Pertanyaan ini dapat dijawab dengan pendekatan

terhadap pemahaman atas hasil sosialisasi dan/atau konsultasi publik).

4. Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan/atau

dilampaui oleh dampak tersebut? (Pertanyaan ini dapat dijawab dengan

pendekatan terhadap peraturan-peraturan yang menetapkan baku mutu

lingkungan, baku mutu emisi/limbah, tata ruang dan sebagainya).

Apabila pada setiap dampak yang dievaluasi terdapat jawaban (ya)

maka dampak potensial tersebut adalah dampak penting hipotetik, sehingga

akan dikaji dalam Andal. Berdasarkan penilaian dengan cara sebagaimana

diuraikan di atas maka dampak penting hipotetik (DPH) yang dihasilkan pada

masing-masing tahapan kegiatan (prakonstruksi, konstruksi, operasional dan

pasca operasional) disajikan seperti pada Tabel 1.12 berikut.

Page 96: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………………..I - 94

Tabel 1.12 Evaluasi Dampak Penting Hipotetik

No

Sumber Dampak Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria DPH

DTPH Komponen Jenis Dampak 1 2 3 4

I Tahap Pra-konstruksi

1 Pengurusan Perizinan Persepsi dan Sikap Masyarakat

Timbulnya Persepsi dan Sikap Negatif Masyarakat

Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

2 Sosialisasi Rencana Kegiatan Persepsi dan Sikap Masyarakat

Timbulnya Persepsi dan Sikap Negatif Masyarakat

Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Kekhawatiran Masyarakat

Timbulnya Kekhawatiran Masyarakat

Ya Ya Tidak Tidak DPH

II Tahap Konstruksi

1 Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi

Kesempatan Kerja Peningkatan Kesempatan Kerja

Ya Tidak Ya Tidak DPH

Kekhawatiran Masyarakat

Timbulnya Kekhawatiran Masyarakat

Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

2 Mobilisasi Peralatan dan Material

Kualitas Udara Penurunan Kualitas Udara Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Kebisingan Peningkatan Kebisingan Ya Tidak Tidak Tidak DPH

Lalu lintas Gangguan Lalu Lintas Ya Tidak Tidak Tidak DPH

Sarana Jalan Rusaknya Sarana Jalan Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

3 Operasional Base Camp Sampah Timbulnya Sampah Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Limbah Cair Timbulnya Limbah Cair Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Sanitasi Lingkungan Gangguan Sanitasi Lingkungan

Ya Ya Ya Tidak DPH

Penyakit Menular Timbulnya Penyakit Menular

Ya Ya Ya Tidak DPH

4 Pembersihan dan Penyiapan Lahan

Kualitas Udara Penurunan Kualitas Udara Ya Tidak Tidak Tidak DPH

Kebisingan Peningkatan kebisingan Ya Ya Ya Tidak DPH

Page 97: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………………..I - 95

No

Sumber Dampak Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria DPH

DTPH Komponen Jenis Dampak 1 2 3 4

Sedimentasi Timbulnya Sedimentasi Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Tata Guna Lahan Perubahan Tata Guna Lahan Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Lalu Lintas Gangguan Lalu Lintas Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

K-3 Gangguan K-3 Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

5 Pembangunan Hotel dan Residential

Kualitas Udara Penurunan Kualitas Udara Ya Ya Ya Tidak DPH

Kebisingan Peningkatan Kebisingan Ya Ya Ya Tidak DPH

Kuantitas Air Gangguan Kuantitas Air Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Kualitas Air Penurunan Kualitas Air Ya Ya Ya Tidak DPH

Lalu Lintas Gangguan Lalu Lintas Ya Ya Ya Tidak DPH

Sanitasi Lingkungan Gangguan Sanitasi Lingkungan Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Fauna Gangguan Fauna Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Flora Gangguan Flora Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Kamtibmas Gangguan Kamtibmas Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

K-3 Gangguan K-3 Ya Ya Tidak Tidak DPH

Persepsi dan Sikap Masyarakat

Timbulnya Persepsi dan Sikap Negatif Masyarakat

Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

6 Pembangunan Fasilitas Pendukung

Kualitas Air Penurunan Kualitas Air Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Kebisingan Peningkatan Kebisingan Ya Ya Ya Tidak DPH

K-3 Peningkatan Kecelakaan Kerja Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

7 Pembersihan Material Galian/Sisa

Kualitas Udara Penurunan Kualitas Udara Ya Ya Ya Tidak DPH

Kebisingan Peningkatan Kebisingan Ya Ya Ya Tidak DPH

K-3 Peningkatan Kecelakaan Kerja Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Sanitasi Lingkungan Penurunan Kualitas Sanitasi Lingkungan

Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Page 98: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………………..I - 96

No

Sumber Dampak Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria DPH

DTPH Komponen Jenis Dampak 1 2 3 4

8 Penghijauan dan Pertamanan Kuantitas Air Perubahan Kuantitas Air Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Flora Gangguan Flora Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

9 Demobilisasi Material dan Peralatan

K-3 Gangguan K-3 Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Lalu Lintas Gangguan Lalu Lintas Ya Tidak Tidak Tidak DPH

10 Pelepasan Tenaga Kerja Konstruksi

Kekhawatiran Masyarakat

Timbulnya Kekhawatiran Masyarakat

Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Kamtibmas Gangguan Kamtibmas Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

III Tahap Operasional

1 Penerimaan Tenaga Kerja Operasional

Kesempatan Kerja Peningkatan Kesempatan Kerja

Ya Ya Ya Tidak DPH

Persepsi Dan Sikap Masyarakat

Timbulnya Persepsi Dan Sikap negatif Masyarakat

Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Kekhawatiran Masyarakat

Timbulnya Kekhawatiran Masyarakat

Ya Ya Ya Tidak DPH

2 Operasional Kawasan Pariwisata Mandalika

Kualitas Udara Penurunan Kualitas Udara Ya Ya Ya Tidak DPH

Kebisingan Peningkatan Kebisingan Ya Ya Ya Tidak DPH

Kuantitas Air Gangguan Kuantitas Air Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Kualitas Air Penurunan Kualitas Air Tidak Ya Tidak Tidak DPH

Sampah Timbulnya Sampah Ya Ya Ya Tidak DPH

Limbah Cair Timbulnya Limbah Cair Ya Ya Ya Tidak DPH

Limbah B-3 Timbulnya Limbah B-3 Ya Ya Ya Tidak DPH

Lalu Lintas Peningkatan Kepadatan Lalu Lintas

Ya Tidak Tidak Tidak DPH

Pendapatan Daerah Peningkatan Pendapatan Daerah

Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Page 99: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………………..I - 97

No

Sumber Dampak Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria DPH

DTPH Komponen Jenis Dampak 1 2 3 4

Sanitasi Lingkungan Penurunan Kualitas Sanitasi Lingkungan

Ya Ya Ya Tidak DPH

Penyakit Menular Timbulnya Penyakit Menular Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

3 Pemeliharaan Kawasan Pariwisata Mandalika

Kualitas Udara Penurunan Kualitas Udara Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Kebisingan Peningkatan Kebisingan Tidak Tidak Tidak Tidak DPH

K-3 Gangguan K-3 Ya Ya Ya Tidak DPH

4 Program Pengembangan Masyarakat (Community Development)

Persepsi Dan Sikap Masyarakat

Timbulnya Persepsi Dan Sikap Negatif Masyarakat

Ya Tidak Ya Tidak DPH

Kamtibmas Gangguan Kamtibmas Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

Iv Tahap Pasca Operasional

1 Penghentian Operasional Persepsi Dan Sikap Masyarakat

Perubahan Persepsi Dan Sikap Masyarakat

Tidak Tidak Tidak Tidak DTPH

2 Pemutusan Hubungan Kerja Kekhawatiran Masyarakat

Timbulnya Kekhawatiran Masyarakat

Ya Tidak Ya Tidak DPH

Page 100: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………………..I - 98

1.6.2.Dampak Penting Hipotetik

Berdasarkan hasil evaluasi dampak potensial maka dapat dirumuskan

dampak penting hipotetik (DPH) yang perlu di kaji dalam adendum Andal.

Adapun dampak penting hipotetik tersebut adalah:

I..Dampak Penting Hipotetik pada Tahap Pra Konstruksi

1) Timbulnya Kekhawatiran Masyarakat.

II.Dampak Penting Hipotetik pada Tahap Konstruksi

1) Peningkatan Kesempatan Kerja

2) Penurunan Kualitas Udara

3) Peningkatan Kebisingan

4) Penurunan Kualitas Air

5) Penurunan Kualitas Sanitasi Lingkungan

6) Gangguan Lalu Lintas

7) Gangguan K-3

8) Timbulnya Penyakit Menular

III.Dampak Penting Hipotetik pada Tahap Operasional

1) Peningkatan Kesempatan Kerja

2) Timbulnya Persepsi dan Sikap Negatif Masyarakat

3) Timbulnya Kekhawatiran Masyarakat

4) Penurunan Kualitas Udara

5) Peningkatan Kebisingan

6) Penurunan Kualitas Air

7) Timbulnya Sampah

8) Timbulnya Limbah Cair

9) Timbulnya Limbah B-3

10) Penurunan Kualitas Sanitasi Lingkungan

11) Gangguan K-3

IV.Dampak penting Hipotetik pada Tahap Pasca Operasional

1) Timbulnya Kekhawatiran Masyarakat

Page 101: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………………..I - 99

1.7 Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian

1.7.1.Batas Wilayah Studi

Batas wilayah studi ditentukan atas dasar batas proyek, batas ekologis,

batas sosial, dan batas administratif.

a.Batas Kegiatan/Proyek

Batas proyek yaitu ruang dimana seluruh komponen kegiatan akan

dilakukan, termasuk komponen kegiatan tahap pra-konstruksi, konstruksi,

operasional, dan pasca-operasional. Batas tapak proyek Kegiatan

Pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika yang akan mengambil

tempat pada areal seluas 1175 Ha yang berada di wilayah Kecamatan

Pujut,Kabupaten Lombok Tengah,Provinsi NTB.

b. Batas Ekologis

Batas ekologis, yaitu ruang terjadinya sebaran dampak-dampak

lingkungan dari rencana pembangunan yang akan dikaji, mengikuti media

lingkungan masing-masing (seperti air dan udara), dimana proses alami yang

berlangsung dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan

mendasar. Batas ekologi wilayah daratan terkait dengan sebaran dampak

lingkungan di sekitar tapak proyek. Batas ekologi yang dipergunakan dalam

kajian ini, untuk dampak terkait penurunan kualitas udara dan peningkatan

kebisingan yang bersumber dari aktivitas tahap konstruksi akan meliputi

wilayah di sekitar pembangunan yaitu + 1 - 1,5 km dari tapak proyek.

Terhadap dampak penurunan kualitas air yang bersumber dari tahap kegiatan

konstruksi akan meliputi areal di sekitar lokasi kegiatan, pada radius + 1-1,5

km karena adanya aliran air sungai yang menuju kawasan sekitarnya.

Sementara itu, pada tahap operasional, terkait dampak penurunan kualitas

udara akan diperkirakan menimbulkan dampak bagi areal + 1,5 km sesuai

dengan pergerakan arah angin. Sementara itu, penurunan kualitas air akan

sampai mencapai kawasan pesisir dan pantai di sekitar Kawasan Pariwisata

Mandalika sebagai akibat adanya perkiraan timbulan sampah dan limbah,

sehingga memerlukan pengelolaan lingkungan yang memadai.

c. Batas sosial

Batas sosial, yaitu ruang di sekitar rencana pembangunan yang

merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang

mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem

dan struktur sosial), sesuai dengan proses dan dinamika sosial suatu

kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami perubahan

mendasar akibat rencana pembangunan. Berdasarkan dampak penting

hipotetik, maka batas sosial dalam kajian ini, akan terkait langsung dengan

Page 102: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………………..I - 100

ruang tempat berlangsungnya kegiatan pemukiman, perdagangan,

pendidikan, peribadatan, pelayanan dan kegiatan sosial pemerintahan di

wilayah Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi NTB.

Pertimbangan yang mendasari ruang yang ditetapkan sebagai batas sosial

meliputi perubahan yang terjadi terkait timbulnya persepsi dan sikap negatif

masyarakat, timbulnya kekhawatiran masyarakat, peningkatan kesempatan

kerja, timbulnya penyakit menular, dan penurunan kualitas sanitasi

lingkungan.

d.Batas administratif

Batas administratif, yaitu wilayah administratif terkecil yang relevan yang

wilayahnya tercakup dalam batas proyek, ekologis dan sosial. Wilayah

administratif yang dibahas dalam studi ini adalah wilayah administrasi di

Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi NTB.

1.7.2.Batas Waktu Kajian

Batas waktu kajian yang akan digunakan dalam melakukan prakiraan dan

evaluasi dampak yang dilakukan untuk penyusunan dokumen Adendum Andal

dan RKL-RPL Pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika adalah pada

tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasional, dan tahap pasca

operasional.

Page 103: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………………..I - 101

Page 104: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Pendahuluan ……………………………..I - 102

Page 105: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

BAB IIRONA LINGKUNGAN HIDUP

Page 106: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 1

2.1.KOMPONEN LINGKUNGAN GEO FISIK KIMIA

2.1.1.Klimatologi

Keadaan iklim di wilayah sekitar Kawasan Pariwisata Mandalika

Lombok akan digambarkan dengan keadaan Kelembaban Relatif (RH),

temperatur udara, angin dan keadaan curah hujan diperoleh dari data

sekunder hasil pencatatan yang dilakukan Stasiun Meteorologi Selaparang

Ampenan Prop. NTB dalam periode 10 tahun (2007 – 2017). Stasiun

pengamatan tersebut dianggap representatif mewakili daerah lokasi kegiatan

karena memiliki karakteristik area yang relatif sama dan berjarak dekat secara

klimatologi. Pengolahan dan penafsiran data sekunder tersebut akan

memberikan gambaran keadaan iklim secara umum, sedangkan untuk

kepentingan gambaran mikroklimatologi akan didasarkan pada data primer

hasil pengamatan.

a. Jenis Iklim

Berdasarkan data pengamatan hujan selama periode 10 tahun, wilayah

studi dikategorikan memiliki jenis iklim tipe C (agak basah), yaitu memiliki nilai

Q antara 33.3 dan 60 dengan nilai Q = 58.4 % berdasarkan perhitungan

metoda Schmidt & Ferguson, dimana nilai Q adalah jumlah rata-rata bulan

kering dibagi dengan jumlah rata-rata bulan basah selama periode

pengamatan. Rata-rata jumlah bulan kering tahunan adalah 3.8 bulan dan

rata-rata bulan basah adalah 6.5 bulan.

b. Keadaan Hujan

Dilihat dari pola curah hujan yang meliputi Indonesia khususnya Bagian

Timur termasuk pada pola curah hujan jenis Monsun yang dicirikan memiliki

distribusi curah hujan bulanan berbentuk ’V’ dalam satu tahun dari Januari

sampai Desember. Pada saat musim Monsun Barat jumlah curah hujan

melimpah yaitu pada bulan-bulan Desember, Januari dan Februari sedangkan

pada Monsun Timur jumlah curah hujan sedikit terutama pada bulan-bulan

Juni, Juli dan Agustus. Dari data pengamatan periode 10 tahun (2007-2017)

pada Stasiun Meteorologi Selaparang Ampenan Prop. NTB, Jumlah curah

hujan rata-rata tahunan yang tercatat 1.558 mm dengan jumlah hari hujan 65

hari.

Page 107: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 2

Distribusi curah hujan bulanan rata-rata untuk stasiun pengamatan

Selaparang Ampenan selama periode pengamatan dapat dilihat pada

Tabel 2.1 dan Gambar 2.1

Sumber : Stasiun Meteorologi Selaparang Ampenan Prop. NTB

Gambar 2.1

Distribusi Curah Hujan Bulanan Rata-rata pada Tahun 2007 – 2017

c. Temperatur Udara

Keadaan temperatur udara tahunan rata-rata di lokasi kegiatan

berdasarkan data (BMG) di Stasiun Meteorologi Selaparang Ampenan Prop.

NTB adalah 31,7 oC untuk temperatur maksimum dan 23,2oC untuk temperatur

minimum, sedangkan temperatur rata-rata daerah tapak kegiatan adalah 26,6 oC.

Berdasarkan pengamatan, temperatur udara pada jam-jam terjadinya

temperatur maksimum relatif tinggi, mencapai 33oC. Pengukuran temperatur

udara yang dilakukan dalam kondisi tersebut di atas sangat memungkinkan

untuk mendapatkan temperatur yang ekstrim. Relatif tingginya temperatur

udara di lokasi kegiatan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain

lokasi tersebut merupakan tanah terbuka dimana intensitas penyinaran

matahari menjadi tinggi.

Page 108: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 3

d. Kelembaban Udara

Gambaran keadaan kelembaban udara (RH) berdasarkan data

sekunder, kelembaban udara relatif (RH) tahunan rata-rata di lokasi kegiatan

rencana Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok adalah 79 %.

e. Keadaan Angin

Berdasarkan hasil pencatatan angin di Stasiun Meteorologi Selaparang

Ampenan Prop. NTB periode 10 tahun, Wind Rose menunjukkan arah angin

dominan tahunan, yaitu dari arah Barat dengan berkisar antara 7-11 knot,

Kecepatan angin maksimum 11.4 knots dengan kecepatan rata-rata 6.5 knots

pertahunnya.

Page 109: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 4

Tabel 2.1 Suhu Udara Harian Rata-Rata Maksimum, Minimum dan Kelembaban Relatif pada Tahun 2007 –2017

No Bulan

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-Rata

Tm

a Tmi RH

Tm

a Tmi RH

Tm

a Tmi RH Tma Tmi RH Tma Tmi RH Tma Tmi RH

Tm

a Tmi RH

Tm

a Tmi RH

Tm

a Tmi RH

Tm

a Tmi RH

Tm

a Tmi RH

1 Januari 31.7 24.2 83 31.7 24.

6 84 31.8 24.4 82 31.9 24.9 80 30.8 24.6 84 31.7 24.7 78 31.5 24.5 80 31.3 24.5 81 31.8 24.6 82 31.7 24.2 80 31.6 24.5 81

2 Februari 31.2 24.7 81 31.8 24.

4 83 31.8 24.8 80 32.5 24.4 83 31.6 24 82 32.1 24.3 82 31.4 24.2 81 31.1 24.4 81 32.6 24.6 82 31.6 24.5 79 31.8 24.4 81

3 Maret 31.9 24 84 32.4 24 81 31.8 25 83 32.1 24.3 83 31.3 24.4 83 31.5 25 79 31.4 23.3 84 32.2 23.6 80 33 24 80 31.8 24.1 81 31.9 24.2 82

4 April 32.5 23.4 81 32.9 23.

9 80 32.9 23.4 80 32 23.7 83 31.5 24 83 31.8 23.6 85 32 23 81 33 23.6 80 32.9 24.5 81 31 23.8 85 32.3 23.7 82

5 Mei 32.2 22.3 80 31.6 22.

5 81 32.2 23.6 80 32.6 22.1 77 31.7 23.2 82 32.2 23.3 81 31.6 22.4 78 32.2 23.2 81 32.1 24.5 85 31.8 22.8 82 32.0 23.0 81

6 Juni 31.1 21.4 77 31.3 21.

5 80 31.2 20.2 76 32.4 22.3 80 30.6 22.2 79 30.7 23.4 80 30.8 21.8 78 32.3 21.6 76 31.8 23 81 30.4 20.7 78 31.3 21.8 79

7 Juli 31.1 20.8 79 30.5 20.

9 78 31.1 20.9 77 31.7 21.5 77 30.3 20.9 79 30.7 21 77 30.2 21.3 75 31.5 20.9 74 31.1 22.8 82 30.9 21 76 30.9 21.2 77

8 Agustus 30.8 20.1 36 30.9 21.

1 76 31.1 20.7 74 31.3 21.8 76 31 20.1 74 30.6 21.5 75 30.8 21.9 76 31.6 21.3 75 31.1 22.9 79 31.1 20.4 77 31.0 21.2 72

9 September 31.5 22.2 78 30.7 22.

6 79 31.9 22 75 32.3 22.9 75 31.7 21.6 74 31.6 22.4 75 31.9 23.1 76 31.5 23 79 31.3 23.5 84 31.8 22.1 76 31.6 22.5 77

10 Oktober 32.3 23.3 78 31.9 23.

7 77 32.1 23.5 78 31.9 24.3 80 32.9 22.9 75 32.7 23.9 76 32.7 24 79 31.9 23.7 78 32.2 24 82 32.5 23.7 79 32.3 23.7 78

11 November 32.7 24.6 81 32.7 24.

3 82 32.3 24.3 83 31.8 24.1 78 32.9 24.4 78 32.1 24.3 81 31.8 24 84 33 23.5 77 32.4 24.2 81 32.4 24.2 81

12 Desember 32.2 24.3 84 30.9 24.

7 85 31.8 24.4 85 31.3 24.2 84 32.7 24.7 82 31.7 24.1 84 31.4 24.5 80 32.2 24.5 80 31 24.3 82 31.7 24.4 83

Rata-rata 31.8 22.9 77 31.6 23.

2 81 31.8 23.1 79 32.0 23.4 80 31.6 23.1 80 31.6 23.5 79 31.5 23.2 79 32.0 23.2 79 31.9 23.9 82 31.5 22.7 79 31.7 23.2 79

Sumber: Stasiun Meteorologi Selaparang Ampenan Prop. NTB

Keterangan :

Tma : Suhu Maksimum

Tmi : Suhu Minimum

RH : Kelembaban Udara

Page 110: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 5

Tabel 2.2 Kecepatan Angin Rata-Rata dan Arah Angin pada Tahun 2007 – 2017

THN/BLN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP OKT NOV DES

R AB R AB R AB R AB R AB R AB R AB R AB R AB R AB R AB R AB

2002 3.6 B 6.2 U 3.0 B 3.6 TG 3.3 TG 5.4 TG 5.4 TG 6.0 TG 6.2 TG 7.5 B 7.6 B 7.4 B

2003 7.7 B 8.7 U 8.4 B 7.3 B 6.4 TG 6.6 TG 6.9 TG 6.4 TG 6.7 TG 6.9 TG 4.2 B 4.1 B

2004 3.9 B 5.4 B 3.9 B 3.9 TG 6.2 TG 4.8 TG 4.0 TG 5.9 TG 5.6 TG 4.7 TG 3.5 TG 3.5 B

2005 4.1 B 4.0 B 3.2 B 2.2 B 2.7 B 7.1 B 7.4 TG 7.9 TG 7.9 TG 6.2 TG 8.6 BD 7.9 B

2006 8.5 B 8.3 B 8.7 B 7.7 B 6.7 TG 8.3 TG 7.0 TG 8.0 TG 8.0 TG 8.2 S 8.5 B 9.6 B

2007 7.3 B 8.0 B 11.4 BL 6.5 BL 6.0 B 7.1 TG 6.3 TG 6.8 TG 7.5 TG 7.5 B 7.3 B 6.5 B

2008 6.5 B 9.2 BL 7.2 B 6.6 B 6.8 TG 6.1 TG 6.3 TG 5.8 TG 6.5 TG 6.3 B 6.1 B 5.9 B

2009 7.2 B 9.0 B 7.8 B 7.5 B 6.9 E 6.6 B 6.6 TG 6.5 TG 6.7 TG 6.9 TG 7.4 B 6.9 B

2010 7.2 B 6.8 B 6.9 B 6.7 B 6.4 B 5.9 TG 6.5 TG 6.0 E 5.9 TG 6.4 TG 7.1 B 6.9 B

2011 7.8 BL 7.7 BL 7.2 B 6.3 B 7.0 B 6.3 TG 6.5 TG 7.0 TG 6.3 TG 7.2 TG Sumber: Stasiun Meteorologi Selaparang Ampenan Prop. NTB

Keterangan:

R : Kecepatan Angin Rata-rata (Knots)

AB: Arah Angin Terbanyak (Dominan)

U : Utara TG : Tenggara B : Barat

TL : Timur Laut S : Selatan BL : Barat Laut

T : Timur BD : Barat Daya

Page 111: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 6

Gambar 2.2 Wind Rose Daerah Wilayah Studi

Tabel 2.3. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin (%) Tahunan

Periode 2007 – 2017

Sumber : Stasiun Meteorologi Selaparang Ampenan Prop. NTB

Keterangan : 1 Knot ~ 0,5 m/s

Page 112: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 7

2.1.2.Kualitas Udara dan Kebisingan

a. Kualitas Udara

Pengambilan sampel kualitas udara dilakukan 7 lokasi diantaranya Dusun

Katapang, Dusun Rangkap I, Teluk Seger, Persimpangan Jalan Ebunut,

Lapangan Sungai Gerupuk, Dusun Gerupuk dan Teluk Molok Dusun Gerupuk.

Pemeriksaan kualitas udara ambien meliputi kondisi lingkungan, pengukuran

tingkat polutan (NO2, SO2, CO, HC dan debu). Untuk lebih jelas mengenai

hasil pengukuran kualitas udara di sekitar rencana lokasi kegiatan dapat dilihat

pada Tabel 2.4.

Hasil pengukuran kualitas udara ambient disekitar rencana lokasi kegiatan

menunjukan kualitas udara yang baik, dimana tidak ada satu parameterpun

yang melebihi baku mutu sesuai PP nomor 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara. Peta lokasi pengambilan sampel udara

dapat dilihat pada Gambar 2.3 Masing-masing parameter polutan

sebagaimana disebutkan di atas memiliki karakteristik dan pengaruhnya

terhadap lingkungan sebagai berikut:

Sulfur dioksida

Polusi oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh komponen gas yang

tidak bewarna ,yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3) dan

keduanya disebut sebagai SOx. Sulfur Dioksida mempunyai karakteristik bau

yang tajam dan tidak terbakar di Udara , sedangkan sulfur trioksida merupakan

komponen yang tidak reaktif.

Pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur akan menghasilkan

kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak

dipengaruhi oleh oksigen yang tersedia, meskipun jumlah udara yang tersedia

dalam jumlah cukup. SO2 selalu terbentuk dalam jumlah tersebesar, jumlah

SO3 yang terbentuk dipengaruhi oleh kondisi reaksi, terutama suhu, dan

bervariasi dari 1 sampai 10 % dari total SO2

Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua persamaan berikut

:

S + O2 ------------ SO2

2SO2 + O2 ---------- 2 SO3

SO3 + H2O ----------------H2SO4

Page 113: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 8

Tabel 2.3 Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien

NO PARAMETER SATUAN BAKU

MUTU

HASIL PENGUJIAN

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 Lokasi 5 Lokasi 6 Lokasi 7

Kondisi Lingkungan

1 Suhu ºC - 30,6 30,5 29,8 29,35 31,05 29,9 30,8

2 Kecepatan Angin m/det - 2,5 2,3 5,4 0,7 2,25 1,6 1,7

3 Arah Angin Dominan - Selatan Barat Barat Barat Utara Utara Utara

4 Kelembaban % - 66,3 66,1 66,25 66,3 64,25 68,4 67,4

5 Tekanan kPa - 100,68 100,66 100,63 100,61 100,62 100,68 100,68

KIMIA

1 NO2 µg/Nm3 400 < 10 < 10 < 10 < 10 < 10 < 10 < 10

2 SO2 µg/Nm3 900 94,76 71,06 < 25 < 25 < 25 < 25 40,06

3 CO µg/Nm3 30.000 180 220 145 165 155 165 250

4 HC µg/Nm3 - < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1

FISIKA

1 Debu (TSP) µg/Nm3 230 12 8 14 16 14 16 11

Sumber : Data Primer, 04 – 11 Juni 2017 Baku mutu : PPRI No. 41 tahun 1999

Keterangan :

Lokasi 1 : Dusun Katapang ( S 08o 53' 31,3'' & E 116o 16' 23,0'' )

Lokasi 2 : Dusun Rangkap I (S 08o 53' 45,1'' & E 116o 17' 37,6'')

Lokasi 3 : Teluk Seger ( S 08o 54' 11,6'' & E 116o 17' 43,3'' )

Lokasi 4 : Persimpangan Jalan Ebunut ( S 08o 54' 00,2'' & E 116o 18' 21,6'' )

Lokasi 5 : Lapangan Sungai Gerupuk ( S 08o 54' 06,0'' & E 116o 19' 42,5'' )

Lokasi 6 : Dusun Gerupuk ( S 08o 54' 34,9'' & E 116o 20' 36,7'' )

Lokasi 7 : Teluk Molok Dusun Gerupuk ( S 08o 54' 57,0'' & E 116o 20' 12,0'' )

Page 114: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 9

Gambar 3.3 Peta Lokasi Pengambilan Sampel

PETA LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL

Page 115: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 10

Pengaruh Sulfur Dioksida Terhadap tanaman

Kerusakan tanaman oleh SO2 dipengaruhi oleh dua faktor,yaitu

konsentrasi SO2 dan waktu kontak. Kerusakan tiba-tiba(akut) terjadi jika terjadi

kontak dengan SO2 pada konsentrasi tinggi dalam waktu sebentar, dengan

gejala beberap daun menjadi kering dan mati,dan biasanya warnanya

memucat. Kontak dengan SO2 pada konsentrasi yang rendah dalam waktu

yang lama menyebabkan kerusakan kronis, yang ditandai dengan

menguningnya warna daun karena terhambatnya pembentukan khlorofil.

Pengaruh Sulfur Diokasida pada manusia

Polutan SOx mempunyai pengaruh terhadap manusia dan hewan pada

konsentrasi yang jauh lebih tinggi daripada yang diperlukan untuk merusak

tanaman. Kerusakan pada tanaman terjadi pda konsentrasi 0,5 ppm,

sedangkan pada konsentrasi yang berpengaruh pada manusia dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.5. Pengaruh Sulfur Diokasida pada manusia

Konsentrasi (ppm) Pengaruh

3-5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya

8-12 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi

tenggorokan

20 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi

mata

20 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan batuk

20 Maksimum yang diperbolehkan untuk kontak

dalam jangka waktu lama

50-100 Maksimum yang diperbolehkan untuk kontak

dalam waktu singkat (30 menit)

400-500 Berbahaya meskipun kontak secara singkat

Pengaruh SOx terhadap Bahan Lain

Kerusakan akibat polutan SO2 terhadap bahan lain terutama

disebabkan oleh sama sulfat yang diproduksi jika SO3 beraksi dengan uap air

di atmosfir. Salah satu pengaruh SO2 terhadap bahan lain adalah terhadap

cat, dimana jangka waktu pengeringan dan pengerasan beberapa cat

meningkat jika mengalami kontak dengan SO2.Beberapa fil cat menjadi lunak

dan rapuh jika dikeringkan dengan adanya SO2. Kecepatan korosi

kebanyakan metal, terutama besi, baja dan seng dirangsang pada kondisi

lingkungan yang terpolusi SO2.

Page 116: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 11

Sulfur dioksida merupakan salah satu komponen polutan udara hasil

pembakaran pada proses industri, kendaraan bermotor, generator listrik, atau

sampah organik. Gas ini mudah menempel pada partikel udara dan masuk ke

saluran pernafasan dan sulit hilang serta bila bereaksi dengan air

menghasilkan asam sulfat yang dapat menyebabkan iritasi. Disamping itu,

bilamana SO2 bereaksi dengan air di atmosfir menghasilkan asam sulfat yang

dapat mengakibatkan hujan asam. Pengaruh SO2 terhadap vegetasi berupa

pembentukan noda pucat pada daun. Nilai ambang batas gas SO2 di udara

adalah 900 µg/Nm3. Hasil pengamatan konsentrasi kandungan SO2 di lokasi

Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok masih di bawah baku mutu.

Nitrogen dioksida

Nitrogen oksida (NOx) adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfir

yang terdiri dari gas nitrik oksida (NO) dan Nitrogen Dioksida (NO2). Walaupun

bentuk nitrogen oksida lainnya ada, akan tetapi kedua gas ini yang paling

banyak ditemui sebagai polutan udara .Nitrik Oksida merupakan gas yang

tidak bewarna dan tidak berbau,sebaliknya Nitorogen Dioksida mempunyai

warna coklat kemerahan dan berbau tajam.

Oksida yang lebih rendah, yaitu NO terdapat di atmosfir dalam jumlah

lebih besar dari NO2. Pembentukan NO dan NO2 mencakup reaksi antara

nitrogen dan oksigen di udara sehingga membentuk NO, kemudian reaksi

selanjutnya antara NO dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2.

Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :

N2 + O2 ------------------- 2 NO

2 NO + O2 ------------------2 NO2

Pengaruh NOx terhadap Tanaman

Adanya NOx di atmosfir akan mengakibtkan kerusakan tanaman, tetapi

sukar ditentukan apakah kerusakan tersebut disebabkan langsung oleh NOx

atau polutan yang sekunder yang diproduksi dalam siklus fotolitik NO2.

Percobaan dengan cara fumigasi tanam-tanaman dengan NO2 menunjukkan

terjadinya bintik-bintik pada daun jika digunakan pada konsentrasi 1,0 ppm ,

sedangkan pada konsentrasi yang lebih tinggi (3,5 ppm atau lebih) terjadi

nekrosis atau kerusakan tenunan daun (Stoker and Seager,1972).

Pengaruh NOx terhadap Manusia.

Kedua bentuk Nitrogen Oksida ,yaitu NO dan NO2 sangat berbahaya

terhadap manusia. Penelitian aktivitas mortalitas kedua komponen tersebut

menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun dari NO. Selama ini belum

Page 117: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 12

pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian.

Pada konsentrasi yang normal ditemukan di atmosfir, NO tidak mengakibatkan

iritasi dan tidak berbahaya ,tetapi pada konsentrasi udara ambbien yang

normal NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang lebih beracun.

Senyawa nitrogen dioksida dihasilkan dari pembakaran/oksidasi bahan-

bahan organik. Gas ini dapat menimbulkan iritasi paru-paru dan diketahui

dapat menyebabkan edema dan pendarahan paru-paru. Di samping itu NO2

berkontribusi pada hujan asam. Terhadap vegetasi, efek gas ini berupa luka

berwarna putih atau coklat pada pangkal daun. Nilai ambang batas gas NO2

di udara adalah 400 µg/Nm3. Hasil pengukuran nitrogen dioksida pada semua

titik sampling menunjukkan pada titik depan lokasi kegiatan masih di bawah

baku mutu.

Karbon monoksida

Gas CO tidak berwarna dan tidak berbau tetapi sangat beracun.

Senyawa ini terbentuk dari pembakaran tidak sempurna bahan yang

mengandung unsur karbon, seperti bensin, batu bara, kayu dan lain-lain. Gas

ini bersifat racun karena dapat diikat oleh hemoglobin sehingga transpor

oksigen ke jaringan terhalangi. Konsentrasi 100 ppm dapat menimbulkan sakit

kepala, pusing, pening, dan susah bernafas. Efek konsentrasi rendah jangka

panjang belum diketahu secara pasti, namun diduga memperburuk gangguan

jantung dan pernafasan. Nilai ambang batas gas CO di udara adalah 30000

µg/Nm3. Hasil pengukuran Karbon Monoksida di lokasi kegiatan masih di

bawah baku mutu.

Pengaruh CO terhadap tanaman

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian CO selama 1

sampai 3 minggu pada konsentrasi sampai 100 ppm tidak memberikan

pengaruh yang nyata terhadap tanam-tanaman tingkat tinggi.Akan tetapi

kemampuan fiksasi nitrogen akan terhambat dengan pemberian CO selama

35 jam pada konsentrasi 2000 ppm.Demikian pula kemampuan fiksasi

nitrogen oleh bakteri yang terdapat pada akar tanaman juga akan terhambat

dengan pemberian CO sebesar 100 ppm selama satu bulan. Karena

konsentrasi CO di udara jarang mencapai 100 ppm, meskipun dalam waktu

sebentar ,maka pengaruh CO terhdapat tanam-tanaman biasanya tidak

terlihat secara nyata.

Pengaruh CO terhadap Manusia

Pengaruh beracun CO terhadap tubuh manusia terutama disebabkan

oleh reaksi antara CO dengan hemaglobin (Hb) di dalam darah, Hemoglobin

di dalam darah secara normal berfungsi dalam sistem transpor untuk

Page 118: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 13

membawa oksigen dalam bentuk oksihemoglobin (HbO2) dari paru-paru ke

sel-sel tubuh, dan membawa CO2 dalam bentuk HbCO2 dari sel-sel tubuh ke

paru-paru. Dengan adanya CO, hemoglobin dapat membentuk

karboksihemoglobin. Jika reaksi demikian terjadi, maka kemampuan darah

untuk mentranspor oksigen menjadi berkurang. Afinitas CO terhadap

hemoglobin adalah 200 kali lebih tinggi dari afinitas oksigen terhadap

hemoglobin,akibatnya juka CO2 dan O2 terdapat bersama-sama di udara akan

terbentuk HbCO dalam jumlah yang lebih banyak dari pada HbO2.

Faktor penting yang menentukan pengaruh CO terhadap tubuh

manusia adalah konsentrasi HbCO yang terdapat dalam darah, dimana

semakin tinggi persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk HbCO

,semakin parah pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Hubungan antara

konsentrasi HbCO di dalam darah dan pengaruhnya dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 2.6. Pengaruh Karbon Diokasida pada manusia

Konsentrasi

HbCO dalam

darah (%)

Pengaruhnya terhadap kesehatan

<10 Tidak ada pengaruh

1,0-2,0 Penampilan agak tidak normal

2,0-5,0 Pengaruhnya terhadap sistem syaraf central, reaksi

panca indera tidak normal,benda terlihat agak kabur

>5,0 Perubahan fungsi jantung dan pulmonari

10,0-80,0 Kepala pening,mual ,berkunang-kunang, pingsan,

kesukaran bernafas, kematian

Partikel Debu

Partikel atau disebut juga debu dihasilkan oleh kegiatan mekanis atau

alami berupa penghancuran, peledakan, grinding dan sebagianya. Ukuran

partikel bervariasi, mulai dari 0,1 sampai 25 µm. Partikel berukuran 5 – 10 µm

ditahan oleh sistem pernafasan bagian atas; partikel berukuran 3 – 5 µm

ditempatkan langsung pada bagian alveoli paru; partikel berukuran dibawah

0,1 µm menimbulkan gerak brown. Nilai ambang batas partkel di udara adalah

230 µg/Nm3 menurut PP. Nomor : 41 Tahun 1999, tentang Baku Mutu Udara

Ambien Nasional dan KEPMEN Negara Lingkungan Hidup No : KEP-

50/MENLH/II/1996. Hasil pengukuran Partikel debu di lokasi kegiatan masih

sesuai dengan baku mutu.

Page 119: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 14

Pengaruh Partikel Debu terhadap Tanaman

Pengaruh partikel terhadap tanaman terutama adalah dalam bentuk

debunya,dimana debu tersebut jika bergabung dengan uap air atau air hujan

gerimis,membentuk kerak yang tebal pada permukaan daun,dan tidak dapat

tercuci dengan air hujan kecuali dengan menggosoknya. Lapisan kerak

tersebut akan menganggu proses fotosintesinya pada tanaman karena

menghambat masuknya sinar matahari dan mencegah pertukaran CO2

dengan atmosfir,akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terganggu.

Pengaruh Partikel Debu terhadap Manusia

Polutan partikel masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui

sistem pernafasan, oleh karena itu pengaruh yang merugikan langsung

terutama terjadi pada sistem pernafasan. Faktor yang paling berpenagruh

terhadap sistem pernafasan terutama adalah ukuran partikel, karena ukuran

partikel yang menentukan seberapa jauh penetrasi partikel ke dalam sistem

pernafasan.

Sistem pernafasan mempunyai beberapa sistem pertahanan yang

mencegah masuknya partikel-partikel, baik berbentuk padat maupun cair,

kedalam paru-paru. Bulu-bulu hidung akan mencegah masuknya partikel-

partikel berukuran besar, sedangkan partikel-partikel yang lebih kecil akan

dicegah masuk oleh membran mukosa yang terdapat di sepanjang sistem

penrnafasan yang merupakan tempat partikel menempel. Pada beberapa

bagian sistem pernafasan terdapat bulu-bulu halus (silia) yang bergerak ke

depan dan ke belakang bersama-sama mukosa sehingga membentuk aliran

yang membawa partikel yang ditangkapnya ke luas dari sistem pernafasan ke

tenggorokan, dimana partikel tersebut tertelan.

Pengaruh Partikel Terhadap Bahan Lain

Partikel – partikel yang terdapat di udara dapat mengakibatkan

berbagai kerusakan pada berbagai bahan. Jenis dan tingkat kerusakan yang

dihasilkan oleh partikel dipengaruhi oleh komposisi kimia dan sifat fisik partkel

tersebut. Kerusakan pasif terjadi jika partikel menempel atau mengendap

pada bahan-bahan yang terbuat dari tanah sehingga harus sering dibersihkan.

Kandungan partikel udara pada lokasi pengamatan berkisar antara

57,49 – 417,18 µg/Nm3, konsentrasi partikel tertinggi ditemukan di lokasi

pemukiman masyarakat. tingginya di pintu masuk dalam lokasi pemukiman

Page 120: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 15

masyarakat sebagian besar diakibatkan dari tekanan kendaraan roda dua

masyarakat yang keluar masuk dalam kondisi jalan yang berdebu. Konsentrasi

terendah ditemukan di dalam lokasi kegiatan, rendahnya partikel debu dalam

lokasi diakibatkan tidak adanya aktifitas serta lahan yang terbuka sudah

tertutup dengan konstruksi kedap air dan sebagian lagi ditumbuhi oleh

tanaman gramine dengan kerapatan yang tinggi. Kondisi lahan dalam lokasi

kegiatan yang tertutup oleh aspal dan tanaman mengakibatkan butiran-butiran

tanah dan pasir tidak dapat terangkat keudara.

b. Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki (unwanted sound), dapat

secara kontinyu maupun impulsif. Pemaparan kebisingan secara terus

menerus pada intensitas tinggi dapat menyebabkan ketulian baik tuli

sementara (temporary threshold shift) maupun ketulian menetap (permanently

threshold shift). Lokasi pengambilan sampel kebisingan sama halnya dengan

kualitas udara di 7 titik. Pengukuran kebisingan menggunakan metode manual

alat, sampling dilakukan selama 5 detik selama 10 menit. Untuk lebih jelas

mengenai hasil pengukuran kebisingan di lokasi kegiatan dan sekitarnya dapat

dilihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Hasil Pengukuran Kebisingan

No. Lokasi Satuan Baku Mutu Hasil Pengukuran

1. Dusun Katapang

( S 08o 53' 31,3'' & E 116o 16' 23,0'' ) dBA 55* 57,16

2. Dusun Rangkap I

(S 08o 53' 45,1'' & E 116o 17' 37,6'') dBA 55* 53,78

3. Teluk Seger

( S 08o 54' 11,6'' & E 116o 17' 43,3'' ) dBA 70** 55,43

4. Persimpangan Jalan Ebunut

( S 08o 54' 00,2'' & E 116o 18' 21,6'' ) dBA 60*** 49,03

5. Lapangan Sunagi Gerupuk

( S 08o 54' 06,0'' & E 116o 19' 42,5'' ) dBA 60*** 30,83

6. Dusun Gerupuk

( S 08o 54' 34,9'' & E 116o 20' 36,7'' ) dBA 55* 58,53

7. Teluk Molok Dusun Gerupuk

( S 08o 54' 57,0'' & E 116o 20' 12,0'' ) dBA 70** 48,01

Sumber : Data Primer, 04 – 11 Juni 2017

Keterangan : Baku mutu : Kep. Men. LH No. Kep-48/MENLH/11/1996

(Peruntukan Kawasan Perumahan dan Pemukiman) *

(Peruntukan Kawasan Rekreasi) **

(Peruntukan Kawasan Pemerintahan dan Fasilitas Umum) ***

Page 121: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 16

Dari hasil pengukuran di delapan titik, tingkat kebisingan yang terukur

masih memenuhi baku mutu kecuali di Dusun Katapang dan Dusun Gerupuk.

Untuk peta lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Page 122: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 17

Gambar. 2.4. Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Udara Ambien dan Kebisingan

8o52’30”

Sumber

: RTRW

Kabupaten Lombok Tengah, 2011

116o19’30”

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

KAWASAN PARIWIISATA

MANDALIKA LOMBOK

PT PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI

Gambar 3.4 Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas

Udara Ambien dan Kebisingan

LEGENDA :

1 2 3 Cm 0

0,5

0

1,00 1,50 Km 0

Lokasi sampel kualitas udara ambien dan kebisingan

Sumber : RTRW Kabupaten Lombok Tengah, 2011

Page 123: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 18

2.1.3.Fisiografi dan geologi

a. Fisiografi Tapak Proyek

Fisiografi merupakan bentukan alami yang di permukaan bumi, baik di

daratan maupun di bawah permukaan air yang dibedakan berdasarkan

proses-proses pembentukan dan evolusinya. Komponen yang ditelaah

meliputi topografi bentukan lahan (morfologi), struktur geologi, jenis tanah,

kelongsoran, keunikan, kerawanan bentuk lahan dan batuan secara geologis.

Fisiografi Lembar Lombok termasuk dalam Busur Bergunung api Nusa

Tenggara yang merupakan bagian dari Busur Sunda sebelah timur dan Busur

Banda Dalam Bergunungapi sebelah barat. Busur tersebut terbentang mulai

dari pulau Jawa ke Nusa Tenggara dan selanjutnya melengkung mengitari laut

Banda.

Fisiografi lokasi kegiatan pembangunan Kawasan Pariwisata

Mandalika Lombok dan sekitarnya merupakan daerah berombak hingga

bergelombang dengan ketinggian asli 0 hingga 10 meter di atas permukaan

laut (dpl). Secara regional lokasi tapak proyek terletak pada daerah angkatan

(uplifted landforms). Wilayah ini merupakan hasil proses angkatan dengan

permukaan yang bergelombang. Bentuk wilayah (morfologi) lokasi tapak

proyek dan sekitarnya merupakan daerah berombak perbukitan (peta

geomorfologi ).

b. Geologi Tapak Proyek

Berdasarkan peta geologi RTRW Lombok Tengah, daerah studi ditutupi

endapan aluvial. Berdasarkan geologi regional terdapat 2 satuan batuan di

Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok ini disajikan dalam gambar (peta

Geologi):

Endapan Aluvial, Endapan Aluvial terletak tidak selaras di atas batuan

yang lebih tua (batuan Gunungapi Baturape-Cindako), penyebarannya sangat

luas terutama di lokasi tapak proyek dan sekitarnya. Batuan ini terbentuk pada

zaman Kuarter (Aluvium) dan dalam geologi regional endapan aluvial sungai,

rawa dan pantai (Qac). Berdasarkan sifat fisik litologi penyusun dan posisi

terdapatnya, endapan aluvial merupakan batuan termuda di kawasan ini.

Umumnya satuan batuan ini terdiri atas pasir kasar, pasir halus, lempung dan

liat, serta beberapa tempat ditemukan pecahan binatang laut.

Batuan-batuan Terobosan (Tmi), terdiri atas batuan terobosan

berkomposisi andesitik dan dasitik, diperkirakan terbentuk pada Miosen.

Terdapat di beberapa tempat di pulau Lombok bagian selatan antara lain

Silong Blanak, Mereje Barata, Pengulu, Sekotong Barat dan Janggala di

Lombok Utara.

Page 124: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 19

Gambar.2.5. Peta Kelerengan Kawasan Pariwisata Mandalika dan Sekitarnya

Page 125: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 20

ALBUM PETA

Gambar.2.6. Peta Geologi Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok

Page 126: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 21

c. Gempa Bumi dan getaran

Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 (enam) wilayah gempa, dalam hal

ini wilayah gempa 1 adalah wilayah dengan kegempaan paling rendah dan

wilayah gempa 6 dengan kegempaan paling tinggi. Untuk jelasnya dapat

dilihat pada Gambar 2.7. Pembagian Wilayah Gempa ini, didasarkan atas

percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan

periode ulang 500 tahun yang dinilai rata-ratanya untuk setiap wilayah gempa.

Tinjauan terhadap faktor kegempaan ini dimaksudkan agar struktur

bangunan yang direncanakan memiliki ketahanan gempa sesuai dengan yang

direncanakan berdasarkan standar yang berlaku dan dapat berfungsi:

a. Menghindari terjadinya korban jiwa manusia oleh runtuhnya struktur

bangunan akibat gempa yang kuat.

b. Membatasi kerusakan struktur bangunan akibat gempa ringan sampai

sedang, sehingga masih dapat diperbaiki.

c. Membatasi ketidaknyamanan penghunian bagi penghuni struktur

bangunan ketika terjadi gempa ringan sampai sedang.

d. Mempertahankan setiap saat layanan vital dari fungsi struktur

bangunan.

Berdasarkan studi pustaka kegempaan yang telah dilakukan

menunjukkan, bahwa pengaruh struktur geologi seperti sesar aktif, tidak

nampak berperan terhadap kejadian gempa di daerah lokasi tapak proyek

pembangunan Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok dan sekitarnya.

Berdasarkan Peta Pembagian Wilayah Gempa Indonesia Gambar 3.7, lokasi

tapak proyek tersebut terdapat pada wilayah gempa 4 (dua), berwarna kuning

(0,20 g) termasuk kriteria sedang. Bila mengacu pada Peta Zonasi Gempa

Indonesia (Pekerjaan Umum, 2010) daerah lokasi tapak proyek pembangunan

kawasan pariwisata Mandalika Lombok dan sekitarnya termasuk (0,30-040) g

masih termasuk kriteria sedang, Gambar 2.8

Page 127: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 22

16o

14o

12o

10o

8o

6o

4o

2o

0o

2o

4o

6o

8o

10o

16o

14o

12o

10o

8o

6o

4o

2o

0o

2o

4o

6o

8o

10o

94o

96o

98o

100o

102o

104o

106o

108o

110o

112o

114o

116o

118o

120o

122o

124o

126o

128o

130o

132o

134o

136o

138o

140o

94o

96o

98o

100o

102o

104o

106o

108o

110o

112o

114o

116o

118o

120o

122o

124o

126o

128o

130o

132o

134o

136o

138o

140o

Banda Aceh

Medan

Padang

Bengkulu

Jambi

Palangkaraya

Samarinda

BanjarmasinPalembang

Bandarlampung

Jakarta

Sukabumi

Bandung

Garut Semarang

Tasikmalaya Solo

Blitar Malang

BanyuwangiDenpasar Mataram

Kupang

Surabaya

Jogjakarta

Cilacap

Makasar

Kendari

Palu

Tual

Sorong

Ambon

Manokwari

Merauke

Biak

Jayapura

Ternate

Manado

Gambar 2.1. Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun

Pekanbaru

: 0,03 g

: 0,10 g

: 0,15 g

: 0,20 g

: 0,25 g

: 0,30 g

Wilayah

Wilayah

Wilayah

Wilayah

Wilayah

Wilayah

1

1

1

2

2

3

3

4

4

56

5

1

1

1

1

1

1

2

2

2

22

2

3

3

3

33

3

4

4

4

44

4

5

5

5

55

5

6

6

6

4

2

5

3

6

0 80

Kilometer

200 400

Gambar 2.7. Peta Pembagian Wilayah Gempa Indonesia

Page 128: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 23

Gambar 3.8. Peta zonasi Gempa Indonesia (kementrian Pekerja Umum, 2010)2.1.5.

Page 129: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 24

2.1.5. Hidrologi

a. Kualitas Air Sungai

Untuk mengetahui kualitas air sungai yang ada di sekitar rencana lokasi

kegiatan, dilakukan pengambilan sampel air di Sungai Ai Lengis 1, Sungai Ai

Lengis 2, Sungai Nyarak 1, Sungai Nyarak 2, Sungai Tanjung Aan 1, Sungai

Tanjung Aan 2, Sungai Gerupuk 1 dan Sungai Gerupuk 2. Sampel air tersebut

kemudian dianalisis di laboratorium dan dibandingkan dengan baku mutu

berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Karena

hingga saat ini belum ada peraturan daerah yang mengatur kelas peruntukan

air sungai di Kabupaten Lombok Tengah, maka klasifikasi sungai sesuai

Peraturan Pemerintah tersebut harus dimasukkan sebagai sungai dengan

peruntukan Kelas II. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 2.8.

Page 130: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 25

Tabel 2.8. Hasil Pengukuran Kualitas Air Sungai

NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU

HASIL PENGUJIAN

METODA

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Lokasi

4

Lokasi

5

Lokasi

6

Lokasi

7

Lokasi

8

FISIKA

1. Bau - -

Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak

berbau

Tidak

berbau

Tidak

berbau

Tidak

berbau

Tidak

berbau

organoleptik

2. Residu Terlar ut (TDS) mg/L 1.000 465,7 1.720 714,1 985 865 765 855 765 SNI 06.6989.27-2005

3. Daya Hantar Listrik µmhos/cm - 546,8 3.751 1.567 1.585 1.650 1.560 1.655 1.240 SNI 06-6989.1-2004

4. Kekeruhan NTU - 3,62 3,14 8,29 3,50 30,7 82,1 83,2 82,,3 SNI 06.6989.25-2005

5. Rasa - - Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa Tidak

berasa

Tidak

berasa

Tidak

berasa

Tidak

berasa

Tidak

berasa

Organoleptik

6. Suhu ºC Deviasi 3 25 24 25 25 25 25 25 25 SNI 06.6989.24-2005

7. Warna TCU - 15 <5 <5 12 15 10 15 10 NI 06.6989.23-2005

KIMIA

1. Alumunium (Al)* mg/L - <0,02 <0,02 <0,02 <0,02 <0,02 <0,02 <0,02 <0,02 SNI 06 - 6989.35 -2005

2. Amoniak (NH3-N) mg/L - 0,35 0,45 0,38 0,18 0,22 0,1 0,12 0,18 SNI 06-6989.30-2005

3. Arsen (As) mg/L 1 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 SM 3114 –C **

4. Fesi (Fe) mg/L - <0,01 0,29 0,20 0,1 0,05 0,12 0,18 0,18 SNI 06.6989.4-2009

5. BOD5 mg/L 6 4,8 4,5 4,8 5 5 12 18 10 SNI 6989.72:2009

6. COD mg/L 50 <5 <5 <5 24,85 24,5 34,5 42,2 39,5 SNI 6989.2:2009

7. Oksigen Terlarut (DO) mg/L >3 12,46 12,49 14,33 6,27 14,38 19,53 19,57 14,29 SNI 06-2424-1991

8. Fenol mg/L 0,001 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 SNI 06-6989.21-2004

9. Kadmium (Cd)* mg/L 0,01 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 SNI 6989.16:2009

10. Klorida (Cl-) mg/L - 531,75 283,6 673,58 235 285 198,5 98,5 184,3 SNI 6989.19:2009

11. Kobalt (Co) mg/L 0,2 <0,01 <0,01 <0,01 0,02 0,02 0,02 0,05 <0,02 Hach Method 8078

12. Krom Total (Cr) mg/L - <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 SNI 6989.17:2009

13. Mercury (Hg) mg/L 0,002 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 SNI 6989.78:2011

14. Minyak dan Lemak mg/L 1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 SNI 06-6989.10-2004

15. Nitrit (NO2) mg/L 0,06 0,37 0,02 0,11 0,12 0,08 0,18 0,18 0,19 SNI 06-6989.9-2004

Page 131: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 26

NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU

HASIL PENGUJIAN

METODA

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Lokasi

4

Lokasi

5

Lokasi

6

Lokasi

7

Lokasi

8

16. Seng (Zn) mg/L 0,05 0,06 0,28 0,78 0,12 0,10 0,08 0,08 0,10 SNI 6989.7:2009

17. Timbal (Pb) mg/L 0,03 0,02 0,01 0,04 0,05 0,06 0,04 0,08 0,08 SNI 6989.8:2009

Sumber: Data Primer, 04 – 11 Juni 2017

Baku mutu : PP No 82 Tahun 2001 Kelas III tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Keterangan : *Nilai hasil uji parameter tersebut merupakan nilai total kandungan **Standar Methode Edisi ke 21 Tahun 2005

Lokasi 1 : Sungai Ai Lengis 1 ( S 08o 53' 31,1'' & E 116o 16' 23,5'' ) Lokasi 5 : Sungai Tanjung Aan 1 ( S 08o 54' 26,8'' & E 116o 18' 11,2'' )

Lokasi 2 : Sungai Ai Lengis 2 (muara) (S 08o53'34,9" & E 116o16'43,0") Lokasi 6 : Sungai Tanjung Aan 2 ( S 08o54'31,4" & E 116o19'14,9")

Lokasi 3 : Sungai Nyarak 1 ( S 08o 53' 58,1'' & E 116o 18' 11,2'' ) Lokasi 7 : Sungai Gerupuk 1 ( S 08o 54' 08,4'' & E 116o 19' 31,2'' )

Lokasi 4 : Sungai Nyarak 2 (muara) ( S 08o54'24,1" & E 116o17'56,8") Lokasi 8 : Sungai Gerupuk 2 ( S 08o 54' 18,4'' & E 116o 20' 22,6'' )

Page 132: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 27

Sungai Ai Lengis 1

Hasil pengukuran kualitas air di Sungai Ai Lengis 1, secara fisik masih

memenuhi baku mutu yaitu tidak berasa dan tidak berbau. Parameter yang

melebihi baku mutu adalah parameter Nitrit dan Seng hal ini disebabkan oleh

adanya limbah organik dan aktifitas manusia lainnya. Sedangkan parameter

terukur lainnya masih memenuhi baku mutu.

Sungai Ai Lengis 2 (Muara)

Kualitas air di Sungai Ai Lengis 2 (muara), parameter residu terlarut

(TSS) tidak memenuhi baku mutu, hal ini disebabkan oleh adanya

sedimentasi. Begitu juga dengan logam berat Seng tidak memenuhi baku

mutu, sedangkan parameter lain yang terukur masih memenuhi baku mutu

yang telah ditetapkan.

Sungai Nyarak 1

Sama halnya dengan Sungai Ai Lengis 1, parameter yang melebihi

baku mutu di Sungai Nyarak 1 adalah parameter Nitrit, Seng dan Timbal, yang

ditimbulkan karena adanya aktifitas manusia. Sedangkan untuk parameter

secara fisik dan kimia lain yang terukur masih memenuhi baku mutu.

Sungai Nyarak 2 (Muara)

Begitu juga dengan Sungai Nyarak 2, secara fisika masih memenuhi

baku mutu tidak berbau dan tidak berasa. Sedangkan parameter kimia yang

terukur juga masih memenuhi baku mutu kecuali parameter Nitrit, Seng dan

Timbal yang disebabkan oleh limbah domestik dari aktifitas manusia.

Sungai Tanjung Aan 1

Sama halnya dengan Sungai Nyarak 1 dan 2, parameter yang melebihi

baku mutu di Sungai Tanjung Aan 1 adalah parameter Nitrit, Seng dan Timbal.

Sungai Tanjung Aan 2

Berdasarkan hasil analisis laboratorium, parameter yang melebihi baku

mutu adalah BOD dan Nitrit yang disebabkan adanya limbah domestik.

Sedangkan logam berat yang tidak memenuhi baku mutu adalah parameter

Seng dan Timbal.

Sungai Gerupuk 1 dan 2

Berdasarkan hasil analisis laboratorium, parameter yang melebihi baku

mutu adalah BOD dan Nitrit yang disebabkan adanya limbah domestik.

Page 133: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 28

Sedangkan logam berat yang tidak memenuhi baku mutu adalah parameter

Seng dan Timbal.

Dari hasil analisis kualitas air sungai tersebut, terlihat bahwa hampir di

setiap titik sampling memperlihatkan parameter Timbal (Pb) dan Nox, Zn yang

berada di atas baku mutu yang ditetapkan. Tingginya hasil analisis untuk

parameter-parameter tersebut diduga berasal dari kegiatan pertambangan

emas tradisional yang berada di bagian Utara-Timur Kawasan Mandalika

selain diduga dari jenis batuan pada sungai-sungai yang disampling, terutama

karena pada saat sampling dilakukan beberapa sungai relatif kering dan tidak

mengalir sehingga meningkatkan konsentrasi parameter-parameter tsb.

b. Kualitas Air Tanah

Untuk mengetahui kualitas air tanah dilakukan dengan pengambilan

sampel air yang diambil langsung dari titik tertentu yang representatif dengan

cara grab sampling. Kemudian sampel tersebut diperiksa di laboratorium,

tetapi untuk parameter-parameter yang cepat berubah seperti temperatur dan

pH diukur langsung di lapangan.

Air tanah yang diamati berasal dari air sumur penduduk terdekat

dengan lokasi kegiatan. Hasil analisis air tanah tersebut kemudian

dibandingkan dengan Persyaratan Kualitas Air Bersih Indonesia berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416/MENKES/IX/1990.

Hasil analisis kualitas air tanah dapat dilihat pada Tabel 2.9.

Sumur Bor Bapak Agus, Dusun Katapang, Desa Kuta

Secara fisika, kimia dan mikrobiologi, Sumur Bor Bapak Agus masih

memenuhi baku mutu tidak berasa dan tidak berbau serta mempunyai pH

normal yaitu 7,52. Kedalaman sumur tersebut 8 m.

Sumur Bor Bapak Giri, Dusun Rangkap I, Desa Kuta

Secara fisik maupun kimia, dan mikrobiologi kualitas air sumur bor

Bapak Giri di Dusun Rangkap I Desa Kuta masih memenuhi baku mutu

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Men-Kes/PER/IX/1990.

Kedalaman sumur tersebut 10 m.

Sumur Bor Mushola Ebunut, Dusun Ebunut, Desa Kuta

Dari hasil pengukuran kualitas air sumur bor Mushola Dusun Ebunut

Desa Kuta, masih memenuhi baku mutu, tetapi untuk parameter klorida

melebihi baku mutu hal ini dikarenakan oleh mineral tanah. Kedalaman sumur

tersebut 6 m

Page 134: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 29

Sumur Bor Bapak Saidin, Dusun Gerupuk, Desa Kuta

Parameter yang melebihi baku mutu untuk kualitas air sumur Bapak

Saidin, Dusun Gerupuk, Desa Kuta adalah parameter klorida dan coliform.

Tingginya nilai coliform disebabkan air sumur tersebut telah tercemar oleh

limbah domestik. Sedangkan parameter lain yang terukur baik secara fisik

maupuk kimia masih memenuhi baku mutu. Kedalaman sumur 6 meter.

Page 135: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 30

Tabel 2.9. Hasil Pengukuran Kualitas Air Tanah

NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU HASIL PENGUJIAN

METODA Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4

FISIKA

1. Bau - Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Organoleptik

2. Residu Terlar ut (TDS) mg/L 1.500 693,2 393,3 1.261 873,4 SNI 06.6989.27-2005

3. Kekeruhan NTU 25 3,08 5,28 4,15 4,65 SNI 06.6989.25-2005

4. Rasa - Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa Organoleptik

5. Suhu ºC Suhu udara ± 3 24,3 24,8 24,4 24,5 SNI 06.6989.24-2005

6. Warna TCU 50 <5 40 20 20 SNI 06.6989.23-2005 KIMIA

1. Arsen (As)* mg/L 0,05 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 SM 3114 - C **

2. Fesi (Fe) mg/L 1 0,06 0,05 <0,01 0,01 SNI 06.6989.4-2009

3. Fenol mg/L - <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 SNI 06-6989.21-2004

4. Kadmium (Cd)* mg/L 0,005 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 SNI 6989.16:2009

5. Klorida (Cl-) mg/L 600 319,5 496,3 638,1 673,55 SNI 6989.19:2009

6. Krom Total (Cr) mg/L - <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 SNI 6989.17:2009

7. Mangan (Mn) mg/L 0,5 0,08 0,08 0,08 0,08 SNI 06-6855-2002

8. Mercury (Hg) mg/L 0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 SNI 6989.78:2011

9. Minyak dan Lemak mg/L - <1 <1 <1 <1 SNI 06-6989.10-2004

10. Nitrit (NO2) mg/L 1 0,12 0,10 0,15 0,16 SNI 06-6989.9-2004

11. pH - 6,5 - 9,0 8,32 8,44 8,24 8,44 SNI 06-6989.11-2004

12. Salinitas ‰ - 7,52 4,31 16,54 1,0 Potensiometri

13. Selenium (Se) mg/L 0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 SM 3114 - C **

14. Sulfat (SO42-) mg/L 400 226,8 134,08 25,44 52,32 SNI 06-6989.20-2009

15. Timbal (Pb) mg/L 0,05 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 SNI 6989.8-2009

16. Nilai Permanganat (KmnO4) mg/L 10 <0,1 <0,1 <0,1 <0,1 SNI 06-6989.22-2004 MIKROBIOLOGI

Page 136: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 31

NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU HASIL PENGUJIAN

METODA Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4

1. Coliform Jml/100mL 50 14 20 4 1,1 X 103 SM 9221 B **

Sumber: Data Primer, 04 – 11 Juni 2017

Baku mutu : Permenkes No. 416/Men-Kes/PER/IX/1990 Tentang Air Bersih

Keterangan : *Nilai hasil uji parameter tersebut merupakan nilai total kandungan

**Standar Methode Edisi ke 21 Tahun 2005

Lokasi 1 : Sumur Bor Bapak Agus Dusun Katapang Desa Kuta ( S 08o 53' 35,1'' & E 116o 17' 08,3'' )

Lokasi 2 : Sumur Bor Bapak Giri Dusun Rangkap I Desa Kuta (S 08o 53' 41,5'' & E 116o 17' 17,3'')

Lokasi 3 : Sumur Bor Mushola Ebunut Dusun Ebunut Desa Kuta ( S 08o 53' 39,4'' & E 116o 18' 25,5'' )

Lokasi 4 : Sumur Bor Bapak Saidin Dususn Gerupuk Desa Kuta ( S 08o 54' 35,7'' & E 116o 20' 37,6'' )

Page 137: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 32

Gambar. 2.9. Peta Lokasi Sampling Kualitas Air Sungai dan Tanah

8o52’30”

Sumber : RTR W

Kabupaten Lombok Tengah, 2011

116o19’30”

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

KAWASAN PARIWIISATA

MANDALIKA LOMBOK

PT PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI

Gambar 3.9 Peta Lokasi Sampling Kualitas Air

Sungai dan Air Tanah

LEGENDA :

1 2 3 Cm 0

0,5

0

1,00 1,50 Km 0

Lokasi sampel Air Sungai

Lokasi sampel Air Tanah Sumber : BTDC, 2011 Sumber : RTRW Kabupaten Lombok Tengah, 2011

Page 138: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 33

2.1.6.Hidrooseanografi

a. Bathimetri

Kondisi Perairan di bagian Selatan Pulau Lombok memiliki karakteristik

pantai seperti wilayah Selatan pada umumnya di Indonesia yaitu dengan ciri

khas pantai berpasir, bertebing, dan profil kedalaman perairan yang curam.

Informasi bathimetri wilayah studi diperoleh dari peta No 291 Selat Lombok

Skala 1:200.000 Dinas Hidro Oseanografi TNI AL. Kondisi bathimetri di

wilayah Mandalika memiliki karakteristik kedalaman perairan yang curam

dimana kedalaman 10 m berada pada jarak + 100 m, kedalaman >30 m dapat

ditemui pada jarak + 150 m dari garis pantai dengan nilai kemiringan > 20 %.

Berikut Gambar 2.9 peta bathimetri wilayah studi.

b. Gelombang

Gelombang laut merupakan fenomena alam yang tidak asing bagi kita

semua terutama bagi mereka yang hidup dipinggir pantai. Angin adalah

penyebab utama terjadinya gelombang di laut berupa sea/wind wave

(ombak) dan swell (gelombang/alun). Berdasarkan informasi dari BMKG data

tanggal 23-30 Oktober 2017 di wilayah Selatan dari Pulau Lombok memiliki

tinggi signifikan rata-rata antara 0.3-1.5 meter dan tinggi maksimum rata-rata

antara 0.75-2 meter. Dengan melihat morfologi pantai wilayah studi dimana

terdiri dari beberapa tanjung maka pada musim-musim tertentu tinggi

gelombang diatas 2 meter. Kondisi ini terjadi akibat daerah tanjung

cenderung mengalami pukulan gelombang yang lebih besar dari pada

daerah teluk.

Berikut ini prakiraan tinggi gelombang mingguan untuk tinggi gelombang

signifikan dan maksimum area studi.

Page 139: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 34

Gambar 2. 1 Peta Bathimetri Wilayah Studi

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

KAWASAN PARIWIISATA MANDALIKA

LOMBOK

PT PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI

Gambar 3.10.

Peta Batimetri Wilayah Studi

Sumber : Dinas Hidro - Oseanografi, 2003

9o00’00”

116o20’00”

Page 140: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 35

Gambar 2.11. Refraksi Gelombang di Sekitar Teluk dan Tanjung

c. Arus Laut

Arus laut merupakan parameter yang sangat penting dalam kajian

wilayah pesisir dan laut, karena arus laut dapat mentransportasikan dan

mendistribusikan zat yang berada dalam air laut, terutama yang keluar masuk

daerah pantai. Dari hasil data sekunder dalam laporan pelayaran INSTANT

Rotation Cruise 2005 LEG 1 (Jakarta-Selat Lombok-Lintasan Timor-Kupang)

didapat bahwa kecepatan arus di wilayah Selatan Pulau Lombok berkisar

antara 0.1-0.3 m/s.

Hasil pengukuran arus laut tentu saja tidak dapat meliputi setiap titik di

suatu daerah studi, karena pengukuran semacam itu pastilah akan sangat

mahal. Untuk mendapatkan gambaran sirkulasi arus lebih menyeluruh di suatu

daerah studi umumnya dilakukan studi dengan model simulasi hidrodinamik,

dan hasil pengukuran dapat digunakan untuk memverifikasi hasil model,

sehingga akhirnya didapat suatu model simulasi hidrodinamika yang cocok

untuk daerah itu. Model simulasi semacam ini dapat diterapkan untuk skala

besar maupun kecil bergantung kepada keperluannya.

Pola arus di perairan Indonesia sangat dipengaruhi oleh musim. Oleh

karena itu informasi mengenai pola arus harus dilakukan secara seksama.

Model hidrodinamika dua dimensi dapat digunakan untuk mempelajari

dinamika arus .Model hidrodinamika dua dimensi dapat mensimulasi pola arus

dan dapat memprediksi apa yang akan terjadi terhadap arus bila kekuatan

Page 141: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 36

angin, misalnya berubah. Informasi dasar mengenai arus laut ini sangat

diperlukan untuk kepentingan perencanaan dan pemanfaatan sumberdaya

kelautan di wilayah pesisir dan laut.

d. Pasang Surut

Pasang surut laut (Pasut) adalah suatu fenomena naik turunnya muka air

laut yang disertai oleh gerakan horizontal dari massa air laut secara periodik.

Karakteristik pasang surut di daerah studi ditetapkan berdasarkan persamaan

yang direkomendasikan oleh seorang physicist dari Belanda, P. Van Der Stock

yang mengklasifikasikan karakteristik pasut suatu daerah berdasarkan

perbandingan amplitudo dari komponen diurnal dan semidiurnalnya, yang

dirumuskan sebagai :

FK O

M S

1 1

2 2

Tipe pasang surut di suatu daerah diklasifikasikan sebagai berikut:

Semi Diurnal, bila 0 < F < 0.25

Campuran Semidiurnal, bila 0.25 < F < 1.5

Campuran Diurnal, bila 1.5 < F < 3.0

Diurnal, bila > F > 3.0

Berikut ini komponen pasang surut wilayah studi.

Tabel 2.10 Komponen Pasang surut Pulau Lombok

Konstituen SO M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4

Amplitudo (cm) 110 27 16 - 11 36 24 13 - -

Beda Fasa (o) 52 43 - 42 76 96 77 - -

Sumber : Data sekunder, Daftar Pasang Surut, Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL

M2 = komponen utama bulan (semi diurnal).

S2 = komponen utama matahari (semi diurnal).

N2 = komponen eliptis bulan.

K2 = komponen bulan.

K1 = komponen bulan.

O1 = komponen utama bulan (diurnal).

P1 = komponen utama matahari (semi diurnal).

M4 = komponen utama bulan (kuarter diurnal).

MS4 = komponen utama matahari-bulan.

SO = Mean Sea Level (MSL).

Page 142: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 37

Pasang surut di lokasi ini termasuk jenis campuran semiduurnal dengan

nilai Folmz 1,39 dimana pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut

dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut

dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda.

e. Kualitas Air Laut

Untuk mengetahui kualitas air laut yang ada di sekitar rencana lokasi

kegiatan, dilakukan pengambilan sampel air laut di tujuh titik yaitu Air Laut

Teluk Seger, Air Laut Teluk Serenting, Air Laut Teluk Aan, Air Laut Teluk Kelili,

Air Laut Teluk Gerupuk, Air Laut Teluk Kuta 1 dan 2. Sampel air tersebut

kemudian dianalisis di laboratorium dan dibandingkan dengan Keputusan

Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Lamp. III Tentang Baku Mutu

Untuk Biota Laut. Hasil analisis dapat dilihat di Tabel 2.11. Sedangkan gambar

titik sampling disajikan pada Gambar 2.12.

Air Laut Teluk Seger

Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air laut di Teluk Seger,

mempunyai sifat fisika yang masih memenuhi baku mutu. Sedangkan

pengukuran secara kimia yang tidak memenuhi baku mutu diantaranya

parameter Fosfat, Nitrat, Seng, Sulfida, Tembaga dan Timbal.

Air Laut Teluk Serenting

Sama halnya dengan kualitas air laut di Teluk Seger, kualitas air laut di

Teluk Serenting mempunyai sifat fisika yang masih memenuhi baku mutu.

Sedangkan pengukuran secara kimia yang tidak memenuhi baku mutu

diantaranya parameter Fosfat, Nitrat, Oksigen terlarut (DO), Seng, Sulfida,

Tembaga dan Timbal.

Air Laut Teluk Aan

Secara fisika kualitas air laut di Teluk Aan masih memenuhi baku mutu

yaitu kecerahan dan kekeruhan masih normal serta pH 7,29. Sedangkan

parameter yang melebihi baku mutu adalah Amoniak, Fosfat, Nitrat yang

disebabkan oleh banyaknya kandungan organik dalam teluk tersebut.

Sedangkan logam berat yang melebihi baku mutu adalah Sulfida, Tembaga

dan Timbal.

Air Laut Teluk Kelili

Pengukuran kualitas air laut di Teluk Kelili, parameter yang tidak

memenuhi baku mutu adalah kekeruhan, Amoniak, Fosfat, Nitrat, Seng,

Page 143: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 38

Sulfida, Tembaga dan Timbal sedangkan parameter lainnya masih memenuhi

baku mutu.

Air Laut Teluk Gerupuk

Sama halnya dengan kualitas air laut di Teluk Kelili, pengukuran

kualitas air laut yang melebihi baku mutu adalah kekeruhan, Amoniak, Nitrat,

Seng, Sulfida, Tembaga dan Timbal sedangkan parameter lainnya masih

memenuhi baku mutu.

Air Laut Teluk Kuta 1 dan 2

Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air laut di Teluk Kuta 1 dan 2,

mempunyai sifat fisika yang masih memenuhi baku mutu. Sedangkan

pengukuran secara kimia yang tidak memenuhi baku mutu diantaranya

parameter Fosfat, Nitrat, Sulfida, Tembaga dan Timbal.

Dari hasil analisis kualitas air laut tersebut terlihat bahwa hampir di

setiap sampling memperlihatkan parameter PO4, NO3, Zn, CN, H2S, Cu dan

Pb yang tidak memenuhi baku muru. Hal ini dikarenakan adanya pengatuh

dari sifat batuan alami setempat maupun dari kegiatan lain di sekitar rencana

kegiatan misalnya kegiatan pertambangan emas tradisional.

f. Sedimentasi

Untuk mengetahui kualitas sedimen maka dilakukan pengambilan

sampel di beberapa titik diantaranya Tj. Aan, Tj. Seger (Medas), Teluk Kuta

(Scorpion), Gerupuk 1, Gerupuk 2 dan Palawang. Untuk lebih jelasnya hasil

analisa dapat dilihat pada Tabel 2.12.

Hasil pengujian sedimen di lokasi Tj. Aan, Tj. Seger (Medas), Teluk

Kuta (Scorpion), Gerupuk 1, Gerupuk 2 dan Palawang menunjukkan bahwa

lokasi tersebut memiliki tekstur pasir dan Liat yang berbeda - beda yaitu Tj.

Aan (tekstur pasir (kasar = 2 %, sedang = 36 %, halus = 54 %) dan liat = 7 %);

Tj. Seger (Medas) (tekstur pasir (kasar = 5 %, sedang = 62 %, halus = 27 %)

dan liat = 5 %); Teluk Kuta (Scorpion) (tekstur pasir (kasar = 79 %, sedang =

9 %, halus = 5 %) dan liat = 6 %); Gerupuk 1 (tekstur pasir (kasar = 80 %,

sedang = 7 %, halus = 8 %) dan liat = 8 %); Gerupuk 2 (tekstur pasir (kasar =

82 %, sedang = 7 %, halus = 5 %) dan liat = 5 %); Pelawang (tekstur pasir

(kasar = 77 %, sedang = 7 %, halus = 9 %) dan liat = 5 %). Sedangkan untuk

tekstur debu, disemua lokasi memiliki karekteristik yang sama yaitu debu = 1

%.

Page 144: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 39

Tabel 2.11. Hasil Pengukuran Kualitas Air Laut

NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU

HASIL PENGUJIAN

METODA

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Lokasi

4

Lokasi

5

Lokasi

6

Lokasi

7 FISIKA

1. Kecerahan m >3 3,5 3,4 3,5 2,55 3,65 2,55 2,75 Secci Disk

2. Kekeruhan NTU <5 3,19 2,23 2,24 42,8 15,5 2,65 2,85 SNI 06-6989.25-2005

3. Residu Tersuspensi (TSS) mg/L 80 45 38 48 78 74 37 42 SNI 06-6989.3-2004

4. Suhu ºC 28 - 32 28,7 28,6 28,6 28,7 28,6 28,7 28,7 SNI 69-6989.23-2005 KIMIA

1. Amoniak (NH3-N) mg/L 0,3 0,12 0,12 0,45 0,38 0,44 0,11 0,12 SNI 06-6989.30-2005

2. Arsen (As)* mg/L 0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 < 0,005 < 0,005 SM 3114 - C **

3. BOD5 mg/L 20 18 18 20 20 20 15 16 SNI 6989.72:2009

4. Fenol mg/L 0,002 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 < 0,005 < 0,005 SNI 06-6989.21-2004

5. Fosfat (PO4) mg/L 0,015 0,05 0,04 0,3 0,56 <0,01 0,03 0,01 SM 4500 - P. D **

6. Kadmium (Cd)* mg/L 0,001 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 < 0,003 < 0,003 SNI 6989.16:2009

7. Khromium (Cr)6+ mg/L 0,002 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 < 0,01 < 0,01 SNI 6989.71:2009

8. Mercury (Hg)* mg/L 0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 < 0,001 < 0,001 SNI 6989.78:2011

9. Minyak & Lemak mg/L 1 <1 <1 <1 <1 <1 < 1 < 1 SNI 06-6989.10-2004

10. Nikel (Ni)* mg/L 0,05 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 < 0,005 < 0,005 SNI 6989.18:2009

11. Nitrat (NO3) mg/L 0,002 1,35 2,33 1,18 2,28 0,98 1,15 1,65 SNI 6989.79:2011

12. Oksigen Terlarut (DO) mg/L >6 6,77 1,79 13,54 6,85 6,90 6,77 5,76 SNI 06-2425-1991

13. pH - 7,0 - 8,5 7,95 7,24 7,29 8,04 7,9 7,85 7,65 SNI 06-6989.11-2004

14. Salinitas ‰ 33 - 34 32 35 34 34 32 30 31 Potensiometri

15. Seng (Zn)* mg/L 0,05 0,10 0,58 0,30 0,07 0,11 0,05 0,05 SNI 6989.7:2009

16. Sianida (CN)* mg/L 0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 < 0,05 < 0,05 SNI 6989.77:2011

Page 145: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 40

NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU

HASIL PENGUJIAN

METODA

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Lokasi

4

Lokasi

5

Lokasi

6

Lokasi

7

17. Sulfida sebagai H2S mg/L 0,0002 0,01 0,02 0,02 0,06 0,05 0,01 0,01 SNI 6989.70:2009

18. Tembaga (Cu)* mg/L 0,008 0,02 0,02 0,02 0,03 0,01 0,01 0,02 SNI 6989.67:2009

19. Timbal (Pb)* mg/L 0,008 0,01 0,01 0,02 0,01 0,02 0,01 0,02 SNI 6989.8:2009

Sumber:: Data Primer, 04 – 11 Juni 2017

Baku mutu : KepMenLH No. 51 Tahun 2004 Lamp. III Tentang Baku Mutu Untuk Biota Laut

Keterangan : *Nilai hasil uji parameter tersebut merupakan nilai total kandungan **Standar Methode Edisi ke 21 Tahun 2005

Lokasi 1 : Air Laut Teluk Seger (S 08o 54' 33,5'' & E 116o 17' 51,7'') Lokasi 5 : Air Laut Teluk Gerupuk (S 08 o 54' 34,7'' & E 116 o 20' 38,3'')

Lokasi 2 : Air Laut Teluk Serenting (S 08o 54' 26,5'' & E 116o 18' 37,0'') Lokasi 6 : Air Laut Teluk Kuta 1 (S 08 o 53' 58,62'' & E 116 o 16' 42,47'' )

Lokasi 3 : Air Laut Teluk Aan (S 08o 54' 30,2'' & E 116o 19' 41,5'') Lokasi 7 : Air Laut Teluk Kuta 2 (S 08 o 53' 59,17'' & E 116 o 17' 16,98'' )

Lokasi 4 : Air Laut Teluk Kelili (S 08 o 54' 58,0'' & E 116 o 20' 11,8'' )

Page 146: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 41

Sumber: Data Primer, 04 – 11 Juni 2017

Keterangan :

Kode Lapang

No.

LAB

TEKSTUR Eks. 1:2.5 Terhadap bahan kering 1050C

Pasir

Debu Liat pH

C N C/N

Bray 1 Olsen

MVK

HCl 25 % KCl 1N Eks. Amonium Acetat 1N pH 7

KB EC Kasar Sedang Halus

H2O KCl P2O5 P2O5 K2O Al.00

H. 00

Ca Mg K Na Jml

KTK

Pipet (gravimetri) pH Meter Spekto Kjeldahl Spektrofometer Flame Spektro Flame Tirtasi AAS Dest.

%

%

Ppm me/100g % mS/m

1. Tj. Aan FBR 1 2 36 54 1 7 8,9 8,8 - 0,04 - - 30,5 372,8 - - - - - - - - - - - -

2. Tj. Seger (Medas) FBR 2 5 62 27 1 5 9,0 9,0 - 0,03 - - 16,4 186,0 - - - - - - - - - - - -

3. Teluk Kuta (Scorpion) FBR 3 79 9 5 1 6 9,0 9,0 - 0,05 - - 15,9 209,3 - - - - - - - - - - - -

4. Gerupuk 1 FBR 4 80 3 8 1 8 9,0 9,0 - 0,06 - - 15,4 170,2 - - - - - - - - - - - -

5. Gerupuk 2 FBR 5 82 7 5 1 5 9,0 8,9 - 0,10 - - 30,8 158,0 - - - - - - - - - - - -

6. Pelawang FBR 6 77 7 9 1 5 8,9 8,9 - 0,08 - - 17,9 229,1 - - - - - - - - - - - -

Lokasi 1 : Tanjung Aan (S 08o 55' 04,9" & E 116o19' 39,2")

Lokasi 2 : Tanjung Seger (S 08o 54' 49,1" & E 116o 17' 31,8")

Lokasi 3 : Teluk Kuta (S 08o 53' 57,9"& E 116o 16' 48,5")

Lokasi 4 : Gerupuk 1 (S 08o 54' 53,0" & E 116o 22' 09,0")

Lokasi 5 : Gerupuk 2 (S 08° 54' 4,08" & E 116° 20' 36,20")

Lokasi 6 : Pelawang (S 08o 54' 37,0" & E 116o 16' 41,0")

Page 147: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 42

Gambar 2.12. Lokasi Pengambilan Sampel Air Laut dan Sedimen.

8o52’30”

116o19’30”

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

KAWASAN PARIWIISATA

MANDALIKA LOMBOK

PT PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI

Gambar 3.12 Lokasi Pengambilan Sampel Air Laut

dan Sedimentasi

LEGENDA :

1 2 3 Cm 0

0,5

0

1,00 1,50 Km 0

Lokasi Sampel Air Laut dan

Sedimentasii

Sumber : BTDC, 2011 Sumber : RTRW Kabupaten Lombok Tengah, 2011

Page 148: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 43

2.1.7.Ruang, Lahan dan Tanah

a. Ruang

Kawasan Strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung

kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap :

A. Tata ruang di wilayah sekitarnya;

1. Kegiatan lain dibidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya;

dan/atau

2. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Nilai strategis kawasan tingkat nasional, provinsi dan kabupaten diukur

berdasarkan aspek eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi penanganan

kawasan. Dalam penataan ruang wilayah Kabupaten Lombok Tengah

pendekatan sistem perwilayahan yang dipergunakan merupakan kombinasi

dari pendekatan geografis (fisik kawasan), fungsional dan administratif.

Berdasarkan kombinasi tersebut maka pembagian Satuan Wilayah

Pengembangan (SWP) di Kabupaten Lombok Tengah adalah sebagai

berikut :

1. Wilayah Pengembangan (WP) Lombok Tengah Bagian Utara meliputi:

Kecamatan Batukliang Utara, Kecamatan Batukliang, sebagian

Kecamtan Kopang (meliputi : Desa Wajageseng, Desa Lendangare,

Desa Bebuak, Desa Kopang Rembiga, Desa Montong Gamang, Desa

Dasan Baru), dan sebagian Kecamatan Pringgarata (meliputi: Desa

Pemepek, Desa Sepakek, Desa Murbaya, Desa Pringgarata, Desa

Sintung) dengan pusat pengembangan di Desa Mantang. Fungsi

utama WP Lombok Tengah Bagian Utara adalah konservasi dan

pertanian yang mendukung fungsi konservasi;

2. Wilayah Pengembangan (WP) Lombok Tengah Bagian Tengah

meliputi: Kecamatan Jonggat, Kecamatan Praya, sebagian

Kecamatan Praya Barat (meliputi: Desa Batujai, Desa Bonder, Desa

Kateng, Desa Penujak, dan Desa Setangor), sebagian Kecamatan

Praya Tengah (meliputi: Desa Batunyala, Kelurahan Gerantung,

Kelurahan Jontlak, Desa Kelebuh, Desa Lajut, Desa Pejanggik, dan

Kelurahan Sesake), sebagian Kecamatan Praya Timur (meliputi: Desa

Marong, Desa Sukaraja, Desa Ganti, Desa Sengkerang, dan Desa

Mujur) , sebagian wilayah Kecamatan Praya Barat Daya (meliputi:

Desa Darek, Desa Pelambik, dan Desa Pandan Indah) sebagian

Kecamatan Pujut (meliputi : Desa Pengembur, Desa Segala Anyar,

Desa Tanak Awu dan sebagian wilayah Desa Sengkol), sebagian

wilayah Kecamatan Kopang (meliputi: Desa Muncan, Desa Darmaji,

Page 149: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 44

dan Desa Monggas), dan sebagian Kecamatan Pringgarata (meliputi:

Desa Bagu dan Desa Bilebante) dengan pusat pengembangan di Kota

Praya. Fungsi utama WP Lombok Tengah Bagian Tengah adalah

pusat pelayanan umum skala kabupaten, pusat pelayanan

perhubungan udara Internasional dan kegiatan pertanian.

3. Wilayah Pengembangan (WP) Lombok Tengah Bagian Selatan

meliputi : sebagian Kecamatan Praya Barat Daya (meliputi: Desa

Serage, Desa Montong Sapah, Desa Kabul, Desa Montong Ajang, dan

Desa Batu Jangkih), sebagian wilayah Kecamatan Praya Barat

(meliputi: Desa Selong Belanak, Desa Mangkung, Desa Banyu Urip,

Desa Mekarsari dan sebagian Desa Kateng), sebagian wilayah

Kecamatan Pujut (meliputi: Desa Pengembur, Desa Tumpak, Desa

Prabu, Desa Kuta, Desa Rembitan Desa Sukadana, Desa Pengenget,

Desa Truwai, Desa Mertak dan sebagian wilayah Desa Sengkol), dan

sebagian wilayah Kecamatan Praya Timur (meliputi: Desa Kidang dan

Desa Bilelando) dengan pusat pengembangan di Desa Sengkol.

Fungsi utama WP Lombok Tengah Bagian Selatan adalah kegiatan

pariwisata dan pertanian.

Adapun kebijakan pengembangan Kabupaten Lombok Tengah, berdasarkan

sistem perwilayahan di atas adalah sebagai berikut:

a. Kebijakan Pengembangan WP Lombok Tengah Bagian Utara

Kebijakan pengembangan WP Lombok Tengah Bagian Utara adalah

:

Mempertahankan Lombok Tengah Bagian Utara sebagai kawasan

resapan air (fungsi konservasi);

Mengembangkan pertanian dengan sistem wanatani (campuran

tanaman semusim dan tahunan) sebagai kegiatan budidaya utama;

Mengembangkan agrowisata dan agroindustri yang menunjang

kegiatan pertanian.

b. Kebijakan Pengembangan WP Lombok Tengah Bagian Tengah

Kebijakan pengembangan WP Lombok Tengah Bagian Tengah,

adalah sebagai berikut :

Memantapkan fungsi dan peran Kota Praya sebagai Pusat

Kegiatan Wilayah (PKW);

Mempertahankan wilayah Lombok Tengah Bagian Tengah sebagai

kawasan pertanian dalam arti luas ;

Mencegah alih fungsi lahan sawah dengan meningkatkan

produktivitas dan pendapatan petani.

Page 150: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 45

c. Kebijakan Pengembangan WP Lombok Tengah Bagian Selatan

Kebijakan pengembangan WP Lombok Tengah Bagian Selatan,

adalah sebagai berikut:

Mengembangkan dan memantapkan wilayah Lombok Tengah

Bagian Selatan sebagai kawasan pariwisata;

Mengembangkan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu dan

berkelanjutan;

Mengembangkan pertanian dengan sistem wanatani (campuran

tanaman semusim dan tahunan) sebagai kegiatan budidaya utama.

Berdasarkan kebijakan pengembangan kabupaten Lombok, kegiatan

Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok tidak bertentangan dengan

Rencana Tata Ruang, hal ini dapat dilihat dengan mengoverlay antar

lokasi kawasan dengan peta pembagian wilayah kabupaten Lombok

Tengah pada Gambar 2.13.

b. Lahan

Lahan di Kecamatan Pujut didominasi oleh lahan hutan, persawahan

dan lahan kering. Kondisi lahan telah mengalami perubahan yaitu perubahan

peruntukan lahan dari daerah pertanian yang bercirikan pedesaan menjadi

daerah permukiman yang bercirikan perkotaan.

Lokasi Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok berada di Desa Kuta,

Desa Mertak, Desa Sengkol, Desa Sukadana, Desa Truwai di Kecamatan

Pujut. Tata guna lahan di sekitar Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok saat

ini berupa lahan perkebunan (peta Penggunaan Lahan)

Berdasarkan data dari Kecamatan Pujut Dalam Angka Tahun 2010 dapat

dilihat bahwa :

1. Pemanfaatan lahan di Desa Kuta didominasi oleh tanah kering seluas

1.446 Ha atau 61,12% dari total luas desa keseluruhan, jenis lahan

terluas kedua adalah hutan seluas 718 Ha atau 30,35% dari total luas

desa.

2. Pemanfaatan lahan di Desa Mertak didominasi oleh lahan hutan seluas

792 Ha atau 55,50% dari total luas desa keseluruhan, jenis lahan

terluas kedua adalah tanah kering seluas 286 Ha atau 20,04% dari total

luas desa.

3. Pemanfaatan lahan di Desa Sengkol didominasi oleh Persawahan

seluas 725 Ha atau 28,51% dari total luas desa keseluruhan, jenis

Page 151: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 46

lahan terluas kedua adalah tanah kering seluas 719 Ha atau 28,27%

dari total luas desa.

4. Pemanfaatan lahan di Desa Sukadana didominasi oleh bangunan

seluas 494 Ha atau 51,57% dari total luas desa keseluruhan, jenis

lahan terluas kedua adalah sawah seluas 196 Ha atau 20,48% dari total

luas desa.

5. Pemanfaatan lahan di Desa Truwai didominasi oleh hutan seluas 3.501

Ha atau 59,02 % dari total luas desa keseluruhan, jenis lahan terluas

kedua adalah tanah kering seluas 1.424 Ha atau 14,63 % dari total luas

desa. Jenis penggunaa lahan di lokasi tapak proyek adalah:

Tabel 2.13. Luas Penggunaan Lahan di Dalam Kawasan

Jenis Penggunaan lahan Persentase

Pertanian Lahan kering 28,80

Semak/Belukar 45,19

Tambak 6,65

Hutan Lahan Kering 6,51

Tanah Terbuka 10,09

Rawa 2,73

Jumlah 100

Sumber: Hasil analisis GIS

Berdasarkan data tersebut penggunaan lahan terbesar adalah Semak

Belukar dengan persentase penutupan 45, 19% dengan luas 645 Ha,

kemudian disusul dengan penggunaan lahan Pertanian lahan kering dengan

persentase 28,8% dengan luas 411 ha. Sedangkan luas hutan lahan kering di

dalam lokasi sebesar 93 Ha. Jenis penggunaan lahan di dalam lokasi tapak

proyek dapat dilihat pada Gambar 2.13.

Page 152: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 47

ALBUM PETA

Gambar. 3.13. Peta Lokasi Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok Berdasarkan Pembagian Wilayah Kab. Lombok Tengah Tahun 2011

Page 153: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 48

Gambar. Overlay Rencana Lokasi Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok dengan Pembagian Wilayah Kabupaten

Lombok Tenga

ALBUM PETA

Gambar.3.14. Peta Penggunaan Lahan di Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok dan Sekitarnya

Page 154: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 49

c. Erosi Tanah

Erosi adalah suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian

tanah dari suatu tempat yang terangkut ke tempat lain, yang disebabkan oleh

pergerakan air. Di daerah tropis basah, seperti Indonesia, erosi terutama

disebabkan oleh air. Erosi air timbul apabila terdapat aksi dispersi dan tenaga

pengagkut oleh air hujan yang mengalir dipermukaan tanah.

Metode untuk menghitung laju erosi tanah digunakan metode USLE (Universal

Soil Loss Equation) Wischmeier dan Smith (1978).

A = R.K.L.S.C.P

Untuk memperkirakan kerusakan tanah akibat erosi (tingkat bahaya

erosi), akan dievaluasi beberapa faktor penentu erosi, yaitu faktor R (erosivitas

hujan), faktor jenis tanah (K), faktor panjang lereng (L), faktor kemiringan

lereng (S), faktor C (penutupan lahan), dan faktor P (macam tindakan

konservasi). Nilai-nilai parameter tersebut di atas yang menentukan tingkat

bahaya erosi, dapat ditentukan berdasarkan data skunder yang telah

dihimpun.

Dengan menggunakan rumus Lainvain (1975) Pusat Penelitian Tanah

Bogor (1994), maka nilai erosivitas hujan (R) di daerah studi diperoleh sebesar

1257. Nilai kepekaan erosi tanah di lokasi tapak proyek didekati berdasarkan

nilai Tabel K dengan memperhatikan karakteristik tanah di lokasi tapak proyek.

Nilai faktor lereng (LS) dihitung dengan memperhatikan parameter panjang

lereng dan kemiringan lereng. Untuk nilai faktor tutupan lahan (C) diperoleh

dari hasil identifikasi di lapangan, kemudian membandingkan nilai C

berdasarkan nilai Tabel C. Demikian halnya nilai faktor pengelolaan (P)

digunakan nilai Tabel P , dengan kondisi lapangan tanpa pengelolaan. Dengan

menggunakan rumus USLE (Universal Soil Loss Equation), maka diperoleh

besarnya erosi pada tahap rona awal sebagaimana Tabel 2.14.

Page 155: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 50

Tabel 2.14. Prediksi Laju Erosi (ton/ha/tahun) pada Rona Awal Tapak

Proyek Rencana Pembangunan Kawasan Pariwisata

Mandalika Lombok

Jenis Tutupan

Lahan R K LS C P

A

ton/ha/thn

Kualitas

Lingkungan

Semak

Belukar 1257 0,2 6,95 0,2 0,35 122,3061 3

Keterangan: Skala Kualitas Lingkungan: 5: sangat baik (0-15 ton/ha/th); 4: baik (15-60 ton/ha/th), 3:

sedang (60-180 ton/ha/th); 2: buruk (180-460 ton/ha/th); dan 1: sangat buruk (>460 ton/ha th).

Berdasarkan nilai-nilai parameter terukur tersebut di atas (Tabel 3.15),

maka dapat disimpulkan bahwa tingkat erosi tanah di lokasi tapak proyek

Rencana Pembangunan Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok, bahwa

kondisi rona awal tergolong sedang yaitu 122 ton/ha/tahun, sehingga kualitas

lingkungannya tergolong sedang (skala: 3).

2.1.8.Transportasi

Setiap kegiatan pembangunan akan memerlukan akses jaringan jalan,

baik berupa jaringan baru maupun jalan yang sudah ada. Adanya rencana

pembangunan kawasan pariwisata yang berlokasi di Kecamatan Pujut,

Kabupaten Lombok Tengah, NTB setidaknya akan terkait dengan jaringan

jalan yang sudah ada. Untuk menyesuaikan jaringan jalan dengan jalan yang

ada baik pada tahap pra konstruksi, konstruksi dan tahap operasi maka akan

dilakukan kajian megenai kondisi transportasi di sekitar wilayah studi

diantaranya kondisi dan jaringan jalan diwilayah studi, pola pergerakan lalu

lintas, jenis kendaraan yang ada di wilayah studi, dan marka jalan yang ada di

ruas jalan di wilayah studi.

a. Kondisi Jaringan Jalan dan Sarana Angkutan di Wilayah Studi

Berdasarkan letak geografis, lokasi Kawasan Pariwisata Mandalika

dihubungkan oleh 2 (dua) ruas jalan utama yaitu Jalan Raya Kuta dan Jalan

By Pass. Untuk lebih jelasnya mengenai jaringan jalan yang ada dapat dilihat

pada Gambar 2.15.

Jalan Raya Kuta merupakan jalan utama di lokasi Kawasan Pariwisata

Mandalika dimana di ruas jalan ini terdapat tujuan utama lokasi wisata yakni

Kawasan Pantai Kuta. Jalan ini berfungsi sebagai jalan lokal dengan lebar

Page 156: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 51

5,5 meter. Karena ruas jalan ini merupakan pusat lokasi wisata, maka ruas

jalan ini juga merupakan lokasi pusat kegiatan jasa yang mendukung lokasi

pariwisata yaitu hotel, penginapan dan pasar.

Sementara Jalan By Pass merupakan jalan utama yang berfungsi

sebagai jalan kolektor primer dengan lebar 10 meter yang menghubungkan

kawasan kegiatan kota ke pusat-pusat lingkungan perumahan dan fasilitas

sosial lainnya. Ruas jalan ini juga merupakan jalan utama yang

menghubungkan ruas jalan lain untuk menuju lokasi Kawasan Pantai Kuta dan

jalan utama untuk menuju ke Sengkol.

Page 157: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 52

Gambar 2.15. Peta Jaringan Jalan Wilayah Studi

Gambar 2. 2 Peta Penggunaan Lahan

Lokasi Rencana Kegiatan

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

KAWASAN PARIWIISATA MANDALIKA

LOMBOK

PT PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI

Gambar 3.15

Peta Jarinagn Jalan Wilayah

Studi

Sumber : RTRW Kabupaten Lombok Tengah, 2011

116o15’00” 116o22’30”

8o52’30”

LOKASI RENCANA KEGIATAN

Page 158: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 53

Lokasi Kawasan Pariwisata Mandalika terletak di kawasan strategis

sehingga akses dalam mencapai lokasi terbilang mudah. Selain kendaraan

pribadi, kawasan ini juga dilayani oleh angkutan umum berupa angkutan kota

dan delman/cidomo.

b. Volume Lalu Lintas Eksisting

Perhitungan LHR (Lalu Lintas Harian Rata-rata) dihitung dengan tujuan

untuk memberikan gambaran volume lalu lintas di daerah tersebut. Salah satu

tempat/kegiatan yang mendatangkan bangkitan lalu lintas adalah

kegiatan/kawasan pariwisata. Oleh karena itu sangat penting diketahui

besarnya volume lalu lintas yang melewati daerah Jalan Raya Kuta dan Jalan

By Pass sebelum ada pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika.

Dengan demikian bisa diperkirakan besarnya volume lalu lintas pada masa

yang akan datang setelah Kawasan Pariwisata Mandalika ini dikembangkan

agar kita mengetahui sejauh mana lalu lintas yang diakibatkan oleh kegiatan

tersebut berpengaruh pada kondisi lalu lintas secara keseluruhan.

Perhitungan lalu lintas dilakukan 3 (tiga) kali pada jam puncak yaitu pagi, siang

dan sore hari dengan lokasi titik pengamatan berada di Jalan Raya Kuta dan

Bundaran Jalan By Pass.

Jalan Raya Kuta

Lalu lintas harian rata-rata kendaraan di Jalan Raya Kuta pada pagi hari

mencapai 367 kendaraan/jam yang didominasi oleh kendaraan roda dua

berupa sepeda motor yaitu sebanyak 289 kendaraan/jam. Pada siang hari lalu

lintas harian rata-rata berkurang menjadi 316 kendaraan/jam untuk kendaraan

yang mendominasi masih sepeda motor sebanyak 246 kendaraan/jam di

tambah dengan mobil pribadi yaitu sebanyak 36 kendaraan/jam. Untuk sore

hari lalu lintas harian rata-rata meningkat kembali menjadi 428 kendaraan/jam

dengan kendaraan yang banyak melewati adalah sepeda motor sebanyak 332

kendaraan/jam disusul oleh kedaraan pribadi berupa mobil pribadi sebanyak

48 kendaraan/jam.

Bundaran Jalan By Pass

Lalu lintas harian rata-rata kendaraan yang lewat di bunderan Jalan By

Pass pada pagi hari cukup tinggi dimana aktivitas penduduk seperti pergi

untuk bekerja dan belajar (ke sekolah). Lalu lintas harian rata-rata di bunderan

Jl. By Pass ini pada pagi hari tercatat 1217 kendaraan/jam yang banyak

didominasi oleh kendaraan roda dua yaitu sepada motor sebanyak 924

kendaraan/jam dan mobil pribadi sebanyak 187 kendaraan/jam. Pada siang

hari lalu lintas harian rata-rata di bunderan Jl. By Pass berkurang yaitu menjadi

Page 159: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 54

935 kendaraan/jam dan masih didominasi oleh kendaraan roda dua yaitu

sepeda motor sebanyak 711 kendaraan/jam. Sementara untuk lalu lintas

harian rata-rata pada sore hari menjadi bertambah lagi dan tercatat sebanyak

1073 kendaraan/jam dan masih didominasi oleh sepeda motor yaitu sebanyak

817 kendaraan/jam dan mobil pribadi sebanyak 145 kendaraan/jam.

Melihat dari angka-angka lalu lintas harian rata-rata di setiap ruas yang

diteliti dapat dijelaskan bahwa aktivitas yang banyak dilakukan oleh warga

adalah pada pagi dan sore hari. Hal ini menunjukkan bahwa jam puncak di

wilayah studi adalah pada pagi dan sore hari. Untuk lebih jelasnya mengenai

jumlah lalu lintas harian rata-rata di masing-masing ruas jalan yang diteliti

dapat dilihat pada Tabel 2.15.

.

Tabel 2.15 Volume Lalu Lintas Jam Puncak Pada Ruas Jalan di Wilayah

Studi

Titik

Pengamat

an

Kendaran

Ringan

Kendaraan Barang &

Penumpang Kendaraan Non Mesin

Total

(knd/ja

m) Mob

il

Moto

r

Angk

ot

Tax

i

Tru

k

Kec

il

Truk

Besa

r

Bi

s

Seped

a

Delma

n

Rod

a

Pagi

1. Jalan

Raya Kuta 42 289 10 0 21 0 0 2 2 1 367

2. Bundaran

Jalan By

Pass

187 924 40 5 56 0 1 4 0 0 1217

Siang

1. Jalan

Raya Kuta 36 246 8 0 18 0 0 3 4 1 316

2. Bundaran

Jalan By

Pass

144 711 31 5 43 0 1 0 0 0 935

Sore

1. Jalan

Raya Kuta 48 332 13 0 24 0 0 6 3 2 428

2. Bundaran

Jalan By

Pass

145 817 54 3 49 0 2 3 0 0 1073

Sumber:: Hasil Survey LHR, 2017

Page 160: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 55

Gambar 2.16. Lokasi Pengambilan Sampel Transportasi

Gambar 2. 3 Peta Penggunaan Lahan

Lokasi Rencana Kegiatan

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

KAWASAN PARIWIISATA MANDALIKA

LOMBOK

PT PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI

Gambar 3.16

Lokasi Pengambilan Sampel

Transportasi

Sumber : RTRW Kabupaten Lombok Tengah, 2011

116o15’00” 116o22’30”

8o52’30”

Lokasi Sampel Transportasi

DESA

PRABU

DESA SENGKOL ( DUSUN

GERUPUK)

Page 161: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 56

Kinerja Jalan Eksisting

Kinerja jalan akan dihitung melalui volume per kapasitas atau VCR

dengan bersumber pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia untuk perkotaan.

Kapasitas dihitung dengan formula atau persamaan;

C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs

Dengan :

C : Kapasitas smp/jam

Co : Kapasitas dasar untuk kondisi ideal

FCW : Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas

FCSP : Faktor penyesuaian pemisah arah

FCSF : Faktor penyesuaian hambatan samping

FCCS : Faktor penyesuaian ukuran kota

(sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997)

Melihat dari lebar dan keadaan lingkungan jalan ditiap-tiap ruas jalan yang

diteliti relatif hampir sama sehingga kapasitas jalan untuk kedua ruas jalan

diasumsikan sama yaitu dengan perhitungan sebagai berikut yang dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.16. Perhitungan Kapasitas Jalan

No. Ruas Jalan Co Faktor Hambatan Samping

C FCw FCsp FCsf FCcs

1 Jl. Raya Kuta 2900 0,87 0,88 0,82 0,86 1565,71

2 Bunderan Jl By

Pass

2900 1,29 1 0,86 0,86 2766,84

Sumber: Hasil analisis, 2017

Berdasarkan tabel kapasitas tersebut maka nilai VCR dari tiap-tiap ruas

jalan yang diteliti adalah sebagai berikut.

Tabel 2.17. Kinerja Lalu Lintas Eksisiting Dilihat dari Nilai VCR

Titik Pengamatan Volume

(smp)

Kapasitas VCR

1. Jalan Raya Kuta 428,00 2445,12 0,2

2. Bunderan Jalan By Pass 1217,00 3141,00 0,4 Sumber : Hasil analisis, 2017

Page 162: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 57

Berdasarkan hasil tabel di atas maka kinerja jalan eksisting di ruas

Jalan Raya Kuta dan Jalan By Pass masih dalam keadaan stabil artinya arus

kendaraan masih dalam keadaan normal dengan nilai volume capasitas ratio

(VCR) masih di bawah 1.

2.2.KOMPONEN LINGKUNGAN BIOLOGI

2.2.1.Flora

Survey analisis vegetasi di kawasan mandalika dilakukan terutama di

daerah-daerah perbukitan yang merupakan hutan hasil penghijauan. Selain

itu juga diakukan inventarisasi tumbuhan di sekitar pekarangan, kebun dan

pantai serta mangrove. Hasil analisi vegetasi di beberapa lokasi perbukitan

yang tumbuhannya cukup lebat dan beragam dapat dilihat pada Tabel 2.18.

Dari Tabel 2.18 nampak jenis dari pohon akasia (Acacia auriculiformis)

dan tumbuhan pionir (Macaranga dan Mallothus) merupakan jenis-jenis yang

banyak dijumpai di berbagai lokasi pengamatan (INP terbesar). Namun pada

beberapa lokasi perbukitan yang dekat ke laut, pada umumnya berupa padang

rumput yang hijau dan banyak dijumpai hewan ternak sedang digembalakan.

Sementara itu hasil inventarisasi jenis-jenis tumbuhan di sekitar

pekarangan dan kebun adalah seperti yang tercatat pada Tabel 2.19. dan

Tabel 2.20.

Page 163: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 58

Tabel 2.18. Jenis-jenis Tumbuhan Hasil Analisis Vegetasi di Perbukitan, Kawasan Mandalika - Lombak Tengah

No Nama Jenis Nama Suku INP Bukit

Kuning

Bukit

Benjon

Bukit

Tajam

Bukit

Batik

Bantar

Gunung

Siwak Keterangan

1 Abutilon indicum Malvaceae 8.22 v Semak

2 Acacia auriculiformis Mimosaceae 39.35 v v v v Pohon

3 Alstonia scholaris Apocynaceae 8.95 v Pohon

4 Anacardium occidentale Anacardiaceae 4.77 v Pohon

5 Athrophyllum diversifolium Asteraceae 44.91 v v v v v Semak

6 Breynia racemosa Euphorbiaceae 18.37 v v v Semak

7 Bridelia monoica Euphorbiaceae 30.18 v v v v Semak

8 Caesalpinia bonduch Caesalpiniaceae 17.48 v v v Semak

9 Cassia siamea Caesalpiniaceae 4.94 v Pohon

10 Chromolaena odorata Asteraceae 52.25 v v v v v Semak

11 Dalbergia latifolia Fabaceae 5.78 v Pohon

12 Euphorbia tirucali Euphorbiaceae 16.43 v v Semak

13 Ficus adanospara Moraceae 19.08 v v v v Pohon

14 Ficus septic Moraceae 13.81 v v v Pohon

15 Grewia excelsa Tiliaceae 35.26 v v v v v Pohon

16 Homalanthus populneus Euphorbiaceae 28.60 v v v v v Pohon

17 Lannea coromandelica Anacardiaceae 32.86 v v v v Pohon

18 Lantana camara Verbenaceae 52.25 v v v v v Semak

19 Macaranga triloba Euphorbiaceae 35.37 v v v v v Pohon

20 Mallothus paniculatus Euphorbiaceae 36.09 v v v v v Pohon

21 Opuntia sp Cactaceae 7.32 v Semak

22 Orophaea sp Annonaceae 20.62 v v v Semak

Page 164: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 59

23 Schleichera oleosa Sapindaceae 15.04 v v Pohon

24 Sesbania grandiflora Fabaceae 6.70 v Pohon

25 Vitex pubescens Verbenaceae 13.40 v v Pohon

26 Zizyphus canoplea Tiliaceae 31.97 v v v v Semak

Catatan :

INP = Indeks Nilai Penting

Vegetasi di perbukitan (terutama yang menghadap ke laut), sebagian besar ditumbuhi rumput/ berupa padang rumput, adapun jenis-jenis

rumputnya antara lain adalah :

Chloris barbata Eleusine indica

Chrysopogon aciculatus Eragrostis tenella

Cynodon dactylon Paspalum conjugatum

Page 165: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 60

Tabel 2.19. Jenis-jenis Tumbuhan yang Tercatat di Sekitar

Pekarangan

No Nama Jenis Nama Suku Nama Indonesia

1. Amorphophallus sp. Araceae Suweg

2. Ananas comosus Bromeliaceae Nanas

3. Annona squamosa Annonaceae Srikaya

4. Areca catechu Arecaceae Pinang

5. Artocarpus heterophylla Moraceae Nangka

6. Capsicum frutescens Solanaceae Cabe rawit

7. Carica papaya Caricaceae Pepaya

8. Ceiba pentandra Bombacaceae Randu

9. Citrus maxima Rutaceae Jeruk besar

10. Cocos nucifera Arecaceae Kelapa

11. Colocasia esculenta Araceae Talas

12. Jatropha curcas Euphorbiaceae Jarak pagar

13. Lannea coromandelica Anacardiaceae Kayu banten

14. Leucanea leucocephala Mimosaceae Lamtoro

15. Mangifera indica Anacardiaceae Mangga

16. Mirabilis jalapa Nyctaginaceae Bunga pukul 4

17. Musa paradisiaca Musaceae Pisang

18. Persea americana Lauraceae Alpukat

19. Psidium guajava Myrtaceae Jambu biji

20. Riccinus communis Euphorbiaceae Jarak

21. Sauropus androgynus Euphorbiaceae Katuk

22. Schleichera oleosa Sapindaceae Kesambi

23. Sesbania grandiflora Fabaceae Turi

24. Syzygium aqueum Myrtaceae Jambu air

25. Tamarindus indica Caesalpiniaceae Asam

Sumber: Hasil Pengamatan, Juni 2017

Page 166: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 61

Tabel 2.20. Jenis-jenis Tumbuhan yang Tercatat di Sekitar Kebun

No Nama Jenis Nama Suku Nama Indonesia

1 Acacia auriculiformis Mimosaceae Akasia

2 Achras zapota Sapotaceae Sawo

3 Alstonia scholaris Apocynaceae Pulai

4 Amorphophallus sp. Araceae Suweg

5 Ananas comosus Bromeliaceae Nanas

6 Annona squamosa Annonaceae Srikaya

7 Areca catechu Arecaceae Pinang

8 Arenga pinnata Arecaceae Aren

9 Artocarpus altilis Moraceae Sukun

10 Artocarpus heterophylla Moraceae Nangka

11 Callophyllum inophyllum Clusiaceae Nyamplung

12 Canna edulis Cannaceae Ganyong

13 Carica papaya Caricaceae Pepaya

14 Ceiba pentandra Bombacaceae Randu

15 Citrus maxima Rutaceae Jeruk besar

16 Cocos nucifera Arecaceae Kelapa

17 Coffea canefora Rubiaceae Kopi

18 Colocasia esculenta Araceae Talas

19 Dioscorea alata Dioscoreaceae Gadung

20 Erythryna variegata Fabaceae Dadap

21 Gigantochloa apus Poaceae Bambu

22 Hibiscus tiliaceus Malvaceae Waru

23 Jatropha curcas Euphorbiaceae Jarak pagar

24 Lannea coromandelica Anacardiaceae Kayu banten

25 Leucanea leucocephala Mimosaceae Lamtoro

26 Mangifera indica Anacardiaceae Mangga

27 Morinda citrifolia Rubiaceae Mengkudu

28 Moringa pterygosperma Moringaceae Kelor

29 Muntingia calabura Tiliaceae Kersen

30 Musa paradisiaca Musaceae Pisang

31 Persea americana Lauraceae Alpukat

32 Phyllanthus acidus Euphorbiaceae Ceremey

33 Psidium guajava Myrtaceae Jambu biji

34 Riccinus communis Euphorbiaceae Jarak

35 Saccharum officinarum Poaceae Tebu

36 Sauropus androgynus Euphorbiaceae Katuk

37 Schleichera oleosa Sapindaceae Kesambi

38 Sesbania grandiflora Fabaceae Turi

39 Syzygium aqueum Myrtaceae Jambu air

Page 167: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 62

No Nama Jenis Nama Suku Nama Indonesia

40 Tamarindus indica Caesalpiniaceae Asam

Sumber: Hasil Pengamatan, Juni 2017

Kawasan mangrove yang teramati adalah merupakan sisa-sisa hutan

mangrove yang telah rusak, seperti mangrove di dekat Hotel Novotel, juga di

sekitar Teluk Ann, terkecuali tumbuhan mangrove di dekat Bukit Benjon yang

nampak tidak berubah. Mangrove di sekitar Pantai Gerupuk juga sudah mulai

terdesak oleh permukiman, nampak pada beberapa sudut sudah ada

pengurugan.

Page 168: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 63

Tabel 2.21 Jenis Tumbuhan Mangrove dan Tumbuhan Pantai yang Teramati

No Nama Jenis Nama Suku

Pantai

sekitar

Bukit

Benjon

Pantai

Seger

Mangrove

sekitar Teluk

Ann

Pantai

Teluk

Ann

Mangrove

sekitar

Grupuk

Mangrove

sekitar

Novotel

1. Sonneratia alba Sooneratiaceae v v

2. Avicenia alba Aviceniaceae v v

3. Lumnitzera racemosa Myrsinaceae v

4. Excoecaria agallocha Euphorbiaceae v

5. Clerodendrum inerme Verbenaceae v

6. Xylocarpus moluccensis Meliaceae v

7. Ceriops tagal Rhizophoraceae v

8. Crinum asiaticum Amarylidaceae v v

9. Pandanus tectorius Pandanaceae v v

10. Premna integrifolia Verbenaceae v

11. Scaveola taccada Scaveolaceae v

12. Spinifex littoreus Poaceae v

13. Rhizophora mucronata Rhizophoraceae v

14. Pongamia pinnata Fabaceae v

15. Tacca palmata Taccaceae v

16. Amorphophalus sp. Araceae v v

17. Calotropis gigantea Asclepiadaceae v v v

18. Cerbera odolam Apocynaceae v

19. Vitex trifolia Verbenaceae v

20. Ipomoea pres-caprae Convolvulaceae v v

21. Casuarina equisetifolia Casuarinaceae v

Sumber: Hasil Pengamatan, Juni 2017

Page 169: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 64

2.2.2.Fauna

Pengamatan dilakukan pada saat musim penghujan, dengan kondisi hujan-

berawan dan satu hari cerah. Berdasarkan informasi penduduk setempat,

angin laut sedang dalam kondisi Baratan yang dapat diartikan kondisi sedang

berombak/riak besar.

Secara umum survey lapangan digunakan untuk mengumpulkan data

gambaran kondisi dan komposisi fauna yang berada pada setiap tataguna

lahan. Transek utama pengamatan mengikuti jalur setapak yang tersedia

diletakan pada setiap lokasi survey yang mewakili tipe habitat yang ada. Pada

jalur transek tersebut, dilakukan pengambilan data fauna dengan teknik Belt

transect dan Rapid Assessment Survey. Metode Visibility Encounter Sampling

(VES) ditambahkan untuk pengambilan data reptil, amphibi, dan mammalia.

Dilakukan pula pendataan pada setiap perpindahan lokasi (antar lokasi) dan

diluar transek pengamatan yang ditentukan dengan mencatat setiap jenis dan

individu fauna yang teramati. Pengamatan yang dilakukan pada survey ini,

hanya terbatas pada fauna diurnal dan beberapa amphibi nokturnal.

Interview/wawancara melalui informan kunci dari masyarakat lokal dan tokoh

masyarakat setempat juga dilakukan untuk menggali informasi lebih jauh

mengenai jenis fauna yang ada di setiap lokasi pengamatan.

Topografi umum daerah pengamatan adalah berupa daerah perbukitan

dengan ketinggian mencapai 100 m diatas permukaan laut. Sebagian besar

wilayah pengamatan merupakan daerah binaan atau daerah bekas hutan

sekunder yang telah menjadi padang rumput atau semak. Daerah-daerah

tersebut saat ini lebih banyak digunakan sebagai area penggembalaan ternak,

seperti kambing dan kerbau. Beberapa bagian hutan primer telah dikonversi

menjadi kawasan budidaya dan dearah peruntukan pemukiman. Diantara

peralihan antar tipe habitat binaan, terdapat patch sisa kawasan hutan

sekunder atau hasil reboisasi di bagian utara lokasi proyek (Bukit Sekar

Kuning). Gambaran mengenai daerah yang dilalui dalam survey dapat dilihat

pada Gambar 2.17.

Page 170: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 65

Gambar 2.17

Daerah pengamatan Kajian Kehati Fauna

(Garis biru menunjukkan jalur yang dilalui dalam transek)

Gambar berikut menunjukkan bagaimana penampakan dari citra satelit

Google Earth pada kondisi kemarau dengan pemandangan yang gersang

berubah menjadi sangat hijau dan ditumbuhi oleh rumput dan ilalang di musim

hujan. Gambaran seperti ini banyak dijumpai di hampir semua lokasi

pengamatan, yang menandakan daerah tersebut sangat dipengaruhi oleh

musim. Dengan demikian, maka daerah pengamatan memiliki catatan

perbedaan satwa pada musim yang berbeda.

Page 171: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 66

Daerah pengamatan dilakukan di 5 lokasi (Sekar Kuning, Bukit Benjon,

Bukit Tajam, Bukit Pedau, Gunung Siwak) yang meliputi daeah-daerah

pegunungan dengan tutupan lahan berupa hutan sekunder, daerah padang

rumput dan semak-semak, serta kawasan binaan. Sedangkan kawasan

mangrove, dilakukan pengamatan di 6 lokasi yakni Pantai Benjon, Pantai

Seger, Pantai Teluk Aan, Pantai Mrisik, Pantai Grupuk, dan Sekitar Novotel.

Daerah-daerah pengamatan tersebut tampak pada titik lokasi pengamatan

dibawah ini.

Daerah Pengamatan Tanjung Mrisik di Musim

Kemarau pada Citra Google Earth Daerah yang Sama dengan Gambar 3 .14. pada Musim Hujan menunjukkan

Perubahan Tutupan Lahan

Page 172: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 67

Gambar 2.18.

Gambaran Titik dan Jalur Pengamatan di Rencana Pengembangan

Kawasan Pariwisata Mandalika, Lombok Tengah

Setiap lokasi pengamatan umumnya memiliki karakteristik tersendiri

yang menarik untuk dijelajahi, karena diperkirakan masih menyimpan

kekayaan kehati yang tersisa. Berdasarakan informasi dari masyaralat sekitar,

daerah berbukit yang berisi semak, dahulu merupakan kawasan hutan primer

dengan tegakan tinggi, seperti jenis kayu Dalbergia sp dan dari jenis

Dipterocarpaceae. Sedangkan jenis mangrove besar yang masih tersisa

adalah jenis Soneratia alba dengan diameter batang mencapai 70 cm.

Gambaran mengenai setiap lokasi pengamatan, dapat dilihat pada Tabel 2.22

berikut.

Page 173: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 68

Tabel 2.22. Gambaran Formasi Vegetasi Lokasi Pengamatan

Vegetasi pantai pada daerah

berbukit di sekitar Pantai

Novotel

Vegetasi hutan sekunder di

daerah bukit Sekar Kuning

Kawasan hutan mangrove

alami yang masih tersisa di

daerah Bukit Benjon dengan

populasi utama dari jenis

Sonneratia alba

Page 174: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 69

Kawasan tanjung yang berisi

padang rumput dan semak,

namun telah dikonversi

menjadi kawasan budidaya

di daerah Teluk Ann.

Kawasan di sekitar Gunung

Siwak merupakan daerah

dengan bermacam-macam

tipe habitat. Saat ini,

komunitas kebun kelapa

telah diganti oleh tanaman

anual yang memiliki masa

panen cepat.

Vegetasi Bakau di daerah

Kampung Grupuk

Page 175: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 70

Vegetasi sawah dan

pertanian lainnya di sekitar

Grupuk

Inventarisasi data pengamatan fauna yang berhasil dikumpulkan

selama periode pengamatan, dapat dilihat pada Tabel 2.23 dan Tabel 2.24.

Tabel 3.23. Data Pengamatan Keanekaragaman Jenis Mamalia, Reptil

dan Amphibi

Nama jenis Nama

Indonesia/lokal Lokasi Penemuan

Mamalia Sus scrova* Babi hutan Hutan sekunder

Macaca fascicularis monyet Seluruh lokasi

Hystrix javanica* Landak Hutan sekunder

Tragulus sp* Kancil Hutan sekunder

Muntiacus muntjak* Kijang Hutan sekunder

Microchiroptera Kelelawar gua Daerah gua

Reptil Varanus salvator Biawak Mangrove

Naja sp* kobra Hutan sekunder

Emoia sp Kadal bakau Mangrove

Mabuya multifasciata Kadal Seluruh lokasi

Gecko sp Tokek Seluruh lokasi

Chelonia mydas* Penyu hijau Pantai Gunung Siwak

Dermochelys coreacea* Penyu belimbing Pantai Gunung Siwak

Amphibi Bufo melanostictus Kodok Seluruh lokasi

Fajervarya sp Katak Seluruh lokasi

Limnonectes sp Katak Seluruh lokasi

*laporan dari penduduk

Page 176: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 71

Tabel 2.24. Data pengamatan keanekaragaman jenis burung

No Nama Ilmiah Nama Indonesia lokasi

1 Alcedo coerulescens Rajaudang Biru Mangrove

2 Amaurornis phoenicurus Kareo Padi Sawah dan mangrove

3 Anthus novaeseelandiae Apung Tanah Sawah dan ladang

4 Ardea alba Cangak Besar Mangrove

5 Ardea cinerea Cangak Abu Mangrove

6 Ardea purpurea Cangak Merah Mangrove

7 Ardeola speciosa Blekok Sawah Mangrove

8 Artamus leucorynchus Kekep Babi Semua lokasi

9 Cacomantis sepulcralis Wiwik Uncuing Semua lokasi

10 Caradrius alexandrinus cerek tilil Semua lokasi

11 Centropus bengalensis Bubut Alang-alang Semua lokasi

12 Chalcophaps indica Delimukan Zamrud Semua lokasi

13 Cisticola juncidis Cici Padi Sawah dan padang rumput

14 Cisticola exilis Cici merah Sawah dan padang rumput

15 Collocalia esculenta Walet Sapi Semua lokasi

16 Collocalia fuciphagus Walet Sarang-putih Semua lokasi

17 Corvus macrorhynchos Gagak Kampung Semua lokasi

18 Coturnix chinensis Puyuh Batu Sawah dan ladang

19 Egretta garzetta Kuntul kecil Mangrove dan sawah

20 Falco molucensis alap sapi Hutan sekunder

21 Freata andrewsi Cikalang christmas Pantai

22 Halcyon chloris Cekakak Sungai Semua lokasi

23 Heteroscelus brevipes Trinil ekor kelabu Semua lokasi

24 Hirundo rustica Layanglayang Asia Semua lokasi

25 Hirundo tahitica Layanglayang Batu Semua lokasi

26 Ictinaetus malayensis Elang hitam Hutan sekunder

27 Ixobrychus cinnamomeus Bambangan Merah Sawah

28 Lalage sueurii Kapasan Sayap-putih Semua lokasi

29 Lanius schach Bentet Kelabu Semua lokasi

30 Lichmera lombokia Isapmadu Topi-sisik Semua lokasi

31 Lonchura leucogastroides Bondol Jawa Semua lokasi

32 Lonchura pallida Bondol Kepala-pucat Semua lokasi

33 Lonchura punctulata Bondol Peking Semua lokasi

34 Lonchura quinticolor Bondol pancawarna Semua lokasi

35 Merops ornatus Kirik-kirik Australia Semua lokasi

36 Motacilla flava Kicuit Kerbau Semua lokasi

37 Nectarinia jugularis Burungmadu Sriganti Semua lokasi

38 Orthotomus sepium Cinenen Jawa Semua lokasi

39 Padda oryzivora Gelatik Jawa Semua lokasi

Page 177: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 72

No Nama Ilmiah Nama Indonesia lokasi

40 Parus major Gelatikbatu Kelabu Semua lokasi

41 Passer montanus Burunggereja Erasia Semua lokasi

42 Phylloscopus trivirgatus Cikrak Daun Semua lokasi

43 Ploceus philippinus Manyar Tempua Sawah dan ladang

44 Pycnonotus aurigaster Cucak Kutilang Hutan sekunder

45 Pycnonotus goiavier Merbah Cerukcuk Semua lokasi

46 Rhipidura rufifrons Kipasan Dada-hitam Semua lokasi

47 Streptopelia chinensis Tekukur Biasa Semua lokasi

48 Turnix suscitator Gemak Loreng Ladang dan padang rumput

49 Zosterops chloris Kacamata Laut Hutan sekunder dan mangrove

Sumber: Hasil Pengamatan, Juni 2017

Lokasi pengamatan merupakan kawasan pariwisata yang sejak dulu

dikenal memiliki keindahan alam terutama pantai. Pantai yang menghadap ke

Samudra Hindia menjadikan karakteristik pantai dengan ombak yang

kencang. Kondisi ombak dan gelombang yang tinggi ini menarik para turis

untuk berolahraga selancar sebagai bagian alternatif pilihan lokasi setelah

Bali. Morfologi pantai yang ada di sekitar Kecamatan Pujut. Kabupaten

Lombok Tengah ini memiliki variasi yang sangat tinggi mulai dari pantai landai

hingga bukit karang yang terjal, yang menyajikan salah satu persyaratan

keindahan alam dengan nilai jual tinggi.

Pemandangan Pantai dari Salah

Satu Bukit di Sekitar Teluk Aan

Pemandangan Pantai Kuta dilihat dari

Bukit Sekar Kuning Sebelah Utara

Page 178: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 73

Pada saat dilakukan survey, kenampakan vegetasi yang ada tidak

menunjukkan kondisi vegetasi alami, namun telah beralih menjadi lahan

pertanian dan perkebunan. Beberapa bagian wilayah studi masih nampak

vegetasi pepohonan alami namun telah lebih banyak disisipi oleh vegetasi

reboisasi seperti jenis Akasia dan Sengon.

Hasil studi vegetais menunjukkan jenis-jenis tumbuhan utama yang ada

merupakan jenis sekunder. Berdasarkan wawancara dengan penduduk yang

merintis desa disekitar Desa Grupuk, daerah Gunung Siwak dan Bukit Sekar

Kuning banyak ditumbuhi jenis pohon kayu besar, namun tidak dapat

diidentifikasi lebih lanjut jenis pohon yang ada (kemungkinan dari jenis

Dipterocarpacea, dengan kualitas kayu kelas I hingga kelas II).

Page 179: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 74

Tabel 2.25. Jenis-jenis Tumbuhan Hasil Analisis Vegetasi di Perbukitan, Kawasan Mandalika-Lombok Tengah

No Nama Jenis Nama Suku INP Bukit

Kuning

Bukit

Benjon

Bukit

Tajam

Bukit

Batik Bantar

Gunung

Siwak Keterangan

1 Abutilon indicum Malvaceae 8.22 v Semak

2 Acacia auriculiformis Mimosaceae 39.35 v v v v Pohon

3 Alstonia scholaris Apocynaceae 8.95 v Pohon

4 Anacardium occidentale Anacardiaceae 4.77 v Pohon

5 Athrophyllum diversifolium Asteraceae 44.91 v v v v v Semak

6 Breynia racemosa Euphorbiaceae 18.37 v v v Semak

7 Bridelia monoica Euphorbiaceae 30.18 v v v v Semak

8 Caesalpinia bonduch Caesalpiniaceae 17.48 v v v Semak

9 Cassia siamea Caesalpiniaceae 4.94 v Pohon

10 Chromolaena odorata Asteraceae 52.25 v v v v v Semak

11 Dalbergia latifolia Fabaceae 5.78 v Pohon

12 Euphorbia tirucali Euphorbiaceae 16.43 v v Semak

13 Ficus adanospara Moraceae 19.08 v v v v Pohon

14 Ficus septica Moraceae 13.81 v v v Pohon

15 Grewia excelsa Tiliaceae 35.26 v v v v v Pohon

16 Homalanthus populneus Euphorbiaceae 28.60 v v v v v Pohon

17 Lannea coromandelica Anacardiaceae 32.86 v v v v Pohon

18 Lantana camara Verbenaceae 52.25 v v v v v Semak

19 Macaranga triloba Euphorbiaceae 35.37 v v v v v Pohon

20 Mallothus paniculatus Euphorbiaceae 36.09 v v v v v Pohon

21 Opuntia sp Cactaceae 7.32 v Semak

22 Orophaea sp Annonaceae 20.62 v v v Semak

23 Schleichera oleosa Sapindaceae 15.04 v v Pohon

Page 180: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 75

24 Sesbania grandiflora Fabaceae 6.70 v Pohon

25 Vitex pubescens Verbenaceae 13.40 v v Pohon

26 Zizyphus canoplea Tiliaceae 31.97 v v v v Semak

Catatan :

INP = Indeks Nilai Penting

Page 181: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 76

Dari hasil analisis vegetasi, dapat diketahui, perubahan yang telah terjadi

di sekitar daerah studi, sehingga hal ini mempengaruhi komposisi jenis satwa

yang ada di dalamnya. Hasil pengamatan kondisi satwa juga menunjukkan

tidak adanya perbedaan yang signifikan pada komposisi jenis satwa yang ada

di setiap lokasi yang disurvey.

a. Mamalia

Jenis mamalia yang dijumpai secar langsung adalah jenis monyet ekor

panjang (Macaca fascicularis) dan kelelawar Microchiroptera. Monyet ekor

panjang tersebar hampir di semua daeah yang masih menyisakan vegetasi

rapat, seperti di sekitar Bukit Benjon, Tanjung Ann, Gunung Siwak dan

sekitaran Bukit Sekar Kuning.

Dari studi yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui terdapat jenis

landak (Hystrix javanica). Hal ini diakui oleh masyarakat sekitar Benjon dan

Gunung Siwak, namun jenis ini telah punah (sulit sekali dijumpai) karena

perburuan masyarakat yang mengkonsumsi dagingnya. Sisa-sisa hutan di

daerah Gunung Siwak dan pantai sekitaran Mawun dan Selongbelanak. Jenis

mamalia lain juga diperoleh dari wawancara dengan petani. Gembala, dan

penduduk sekitar lokasi survey. Penduduk mengatakan bahwa di daeah studi

pernah terdapat jenis kijang (Muntiacus muntjak), kancil (Tragulus sp) dan

babi hutan (Sus scrofa). Penduduk dan penggembala masih cukup sering

menemukan kawanan babi hutan yang melintas di area terbuka daerah jelajah

para gembala. Jenis hewan ternak yang umum digembala di lokasi sampling

adalah jenis kerbau (Bubalus sp).

Macaca Fascicularis di sekitar Tanjung Ann

dan kawasan mangrove Benjon

Page 182: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 77

Daerah jelajah kerbau yang cukup luas juga memberikan tekanan

tersendiri terhadap keberadaan jenis mamalia liar berukuran besar. Dengan

adanya kawanan gembala kerbau dalam jumlah besar yang mengekplorasi

hampir seluruh bagian kawasan sisa hutan menjadikan jenis hewan liar,

terutama kijang dan herbivora lainnya semakin tersingkir.

b. Burung

Dari hasil survey, berhasil ditemukan 50 jenis burung, yang umumnya

adalah tipe generalis. Jenis burung ini dapat menggunakan sumber daya

serangga, buah-buahan dan nektar (polen). Hal ini berkaitan dengan tipe

habitat yang umumnya telah teralterasi menjadi daerah terbuka dan padang

rumput.

Vegetasi di perbukitan (terutama yang menghadap ke laut), sebagian

besar ditumbuhi rumput / berupa padang rumput, adapun jenis-jenis

rumputnya antara lain adalah :

Chloris barbata

Chrysopogon aciculatus

Cynodon dactylon

Eleusine indica

Eragrostis tenella

Paspalum conjugatum

Kawanan Ternak Kerbau yang Digembala Kawasan Gunung Siwak

Page 183: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 78

Jenis vegetasi saliara (Lantana camara) dan waru (Hibiscus tiliceus)

memberikan sumberdaya yang melimpah secara langsung untuk jenis burung

madu sriganti (Nectarinia jugularis) dan isapmadu topisisik (Lichmera

lombokia). Jenis insectivora lainnya memanfaatkan serangga yang datang ke

bunga waru dan saliara sebagai sumber pakan harian. Jenis yang

memanfaatkan serangga ini adalah Merbah terucuk (Pycnonotus goaivier),

kapasan sayap putih (Lalage sueurii), kacamata laut (Zosterops chloris) dan

jenis burung walet dan layang-layang.

.

Jenis burung umum lainnya adalah yang mendiami kawasan berair

(lahan basah), sebagaiamana tergambar apda daerah studi yang berada di

sekitaran pesisir. Genangan-genangan air sisa pembukaan hutan bakau dan

bekas tambak merupakan daerah utama jenis burung air mencari makan.

Selain genangan, kehadiran jenis burung air juga teramati di sekitar area

persawahan.

Burung isapmadu topisisik

(Lichmera lombokia) Burung madu sriganti

(Nectarini jugularis)

Merbah cerukcuk

(Pycnonotus goaivier) Kapasan sayap belang

(Lalage sueurii)

Page 184: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 79

Daerah lahan basah ini banyak dijumpai burung jenis blekok sawah

(Ardeola speciosa), Kuntul Besar (Ardea alba), cangak abu (Ardea cinerea),

Cekakak sungai (Halcyon chloris), Raja udang biru (Alcedo coerulescens).

Jenis burung ini memanfaatkan serangga, amphibi dan reptil kecil serta ikan

kecil dan udang-udangan yang ada di sekitar lahan basah.

Daerah Lahan Basah yang Ditinggalkan oleh Petani Tambak Sekitar Pantai Mertak

Kawasan Lahan Basah di Sekitar Pantai Novotel

Cekakak Sungai

(Halcyon cyanoventris) Blekok sawah

(Ardeola speciosa)

Sekitar Lahan Basah Pantai Novotel

Page 185: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 80

Pada daerah lahan basah, juga terdapat jenis burung pemakan

serangga lain yang umum juga ditemukan di semua lokasi, seperti jenis cici

padi (Cisticola juncidis), cici merah (Cisticola exilis), kirik-kirik australia

(Merops ornatus), bentet (Lanius schach) dan Cinenen jawa (Orthotomus

sepium). Kawasan sekitar rencana resort juga masih memiliki beberapa petak

sawah yang dikelola oleh masyarakat, meskipun tanah tersebut telah dibeli

oleh pengembang. Kawasan sawah tersebut masih menyediakan tempat atau

setidaknya masih menjadi koridor pergerakan burung-burung sawah dari

beberapa lokasi persawahan di luar kawasan rencana resort Mandalika

dengan daerah sekitarnya. Jenis burung sawah yang ditemukan adalah

bondol pucat (Lonchura pallida), bondol jawa (Lonchura leucogastroides),

bondol pancawarna (Lonchura quinticolor), bondol lurik (Lonchura punctulata),

mayar tempua (Ploceus philippinus), gelatik (Padda oryzivora), dan jenis

apung (Anthus novaeseelandiae).

Raja Udang biru

(Alcedo coerulescens) Cangak Abu

(Ardea cinerea)

Sekitar Pantai Mertak

Page 186: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 81

Burung Banyak dijumpai di Areal Terbuka, Padang Rumput, Sawah dan

Kebun

Bentet

(Lanius scach) Kirik-kirik australia

(Merops ornatus)

Cici merah

(Cisticola exilis) Cinenen padi

(Cisticola juncidis)

Cinenen jawa

(Orthotomus sepium)

Page 187: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 82

Jenis-jenis Burung yang Umum Dijumpai di Daerah Persawahan dan

Ladang

bondol pucat (Lonchura pallida)

bondol pancawarna (Lonchura quinticolor)

bondol lurik (Lonchura punctulata)

bondol jawa (Lonchura leucogastroides)

apung

(Anthus novaeseelandiae) mayar tempua

(Ploceus philippinus)

Page 188: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 83

Untuk jenis burung pemangsa, tidak banyak dijumpai jenis ini. Hal ini

diduga karena keterbatasan mangsa dan daerah jelajah. Pada saat

survey, hanya ditemukan 2 jenis burung pemangsa, yakni Burung alap

sapi (Falco moluccensis) dan elang hitam (Ictinaetus malayensis). Jenis

burung ini ditemukan di sekitar Gunung Siwak dan Bukit Tajam dekat

pantai Mertak. Burung alap sapi ditemukan sepasang tengah soaring dan

hinggap diantara dahan kelapa. Daerah tersebut diduga masih banyak

menyediakan mangsa, seperti : mamalia kecil, kelelawar, burung, kadal,

dan bahkan serangga. Kawasan Gunung Siwak dan Bukit Tajam yang

memiliki relief bukit cadas terjal, merupakan salah satau habitat bersarang

yang disukai jenis burung alap.

Bukit Tajam Dilihat dari Arah Selatan

(jalan raya)

Page 189: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 84

Survey yang dilakukan oleh Flora Fauna Indonesia (2011)

menunjukkan daerah downstream dari DAS Renggung dan Palung (bermuara

di sekitar pantai Kuta), menemukan 4 jenis burung pemangsa diantaranya

adalah jenis elang bondol (Haliastur indus) dan elang laut (Haliaeetus

leucogaster). Kedua jenis burung ini merupakan jenis yang paling umum dan

tersebar di semua pantai Indonesia. Namun pada saat survey, tidak satupun

dijumpai jenis burung ini. Diduga erat kaitannya dengan musim baratan yang

menyebabkan gelombang dan angin buruk di sekitar Teluk Kuta dan

sekitarnya.

Jenis burung lain yang dijumpai pada saat survey adalah famili

Cokumbidae, seperti tekukur (Streptopelia chinensis) dan delimukan zamrud

(Chalcopaps indica), jenis burung insektivora seperti kacamata laut (Zosterops

chloris) dan kekep babi (Arthamus leucorhyncus). Sedangkan jenis trinil

merupakan jenis yang paling banyak dijumpai di pantai-pantai pasir sekitar

lokasi kegiatan seperti cerek tilil (Caradrius alexandrinus) dan trinil ekor kelabu

(Heteroscelus brevipes).

Alap Sapi (Falco moluccensis) sedang Soaring dan Perching di Pelepah Pohon Kelapa

Page 190: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 85

Burung yang Banyak dijumpai di Sekitar Semak Pendek

Cakalang Christmas (Fregata anderwesi)

kekep babi (Arthamus leucorhyncus)

kacamata laut

(Zosterops chloris)

bubut alang-alang

(Centropus bengalensis)

layang api

(Hirundo rustica)

tekukur

(Streptopelia chinensis)

Page 191: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 86

Burung yang Dijumpai di Sekitar Pantai

Untuk jenis pakan, burung memiliki tingkat kesukaan terhadap jenis

pakan tertentu, sehingga dalam memenuhi kebutuhan pakan, burung akan

mencari habitat yang mampu menyediakan jenis pakan yang sesuai. Jenis

burung yang ditemukan di lokasi survei dapat dikelompokkan menjadi 5

kelompok berdasarkan jenis pakannya, yaitu pemakan daging (karnivora),

pemakan biji (granivora), pemakan buah (frugivora), pemakan nectar

(nectarivora), pemakan ikan (piscivora), dan pemakan serangga (insectivora)

seperti tergambar pada grafik dibawah ini.

Gambar 3.19.

Diagram Komposisi Jenis Burung berdasarkan Tipe Makanan

Series1; karnivora; 2;

4%

Series1; nectarivora; 2;

4%Series1;

frugivora; 3; 6%

Series1; granivora; 11;

22%

Series1; piscivora; 12;

25%

Series1; insectivora;

19; 39%

karnivora

nectarivora

frugivora

granivora

piscivora

insectivora

cerek tilil

(Caradrius alexandrinus)

gagak

(Corvus macrorhynchos)

Page 192: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 87

Dari grafik, dapat diketahui bahwa jenis insectivora cukup mendominasi

jenis burung yang ada di seluruh lokasi pengamatan. Jenis burung pemakan

serangga dibedakan menjadi burung pemakan serangga sejati yang artinya

jenis tersebut hanya mengkonsumsi satu jenis makanan dan jenis burung

yang mengkonsumsi makanan lain selain serangga. Jenis-jenis serangga

yang dimanfaatkan oleh burung antara lain belalang, ulat, kupu-kupu, dan

capung. Beberapa serangga seperti kupu-kupu sangat berpengaruh terhadap

kehadiran burung disuatu tipe habitat tertentu. Menurut Winarni (2007) dalam

Indrawan et al (2007), menyatakan bahwa jika di suatu tempat memiliki

keragaman kupu-kupu yang tinggi maka keanekaragaman jenis burung pun

akan tinggi.

Herpetofauna

Jenis herpetofauna yang ditemukan langsung adalah jenis kadal bakau

(Emoia sp), biawak (Varanus salvator), tokek (Gecko sp), kodok (Bufo

melanostictus) dan katak dari genus Limnonectes dan Fajervarya. Laporan

masyarakat menyebutkan masih dijumpai jenis penyu hijau (Chelonia mydas)

dan penyu belimbing (Dermochelys coreacea). Hal ini didasarkan pada

pengakuan penjual telur penyu yang ada di sekitar Teluk Ann yang telah

mengambil dari sarang penyu.

Salah satu hal yang unik dari herpetofauna, terutama amphibi, yaitu

memiliki kulit yang permeable. Kondisi tersebut membuat herpetofauna sangat

senstifif terhadap kualitas air dan radiasi sinar ultra violet (Vitt et al., 1990),

sehingga sebagian besar jenis herpetofauna hidup di habitat yang baik, seperti

hutan primer. Semua jenis amphibi yang ditemukan dalam pengamatan ini

termasuk kedalam jenis non hutan. Bufo melanostictus merupakan salah satu

amphibi yang termasuk kedalam jenis tersebut. Kodok jenis ini merupakan

jenis yang sangat adaptif. Kodok ini umumnya ditemukan di daerah dataran

rendah yang terganggu, mulai dari pantai, daerah pertanian, hingga

pemukiman. Kodok ini sangat tidak umum di hutan yang memiliki kondisi

habitat yang bagus. Selain itu jenis Limnonectes dan Fajervarya juga

merupakan jenis non hutan yang banyak dijumpai di kawasan pemukiman

atau daerah binaan lainnya.

Page 193: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 88

Keberadaan penyu di sekitar lokasi kegiatan cukup menarik. Hal ini

diakui oleh banyak nelayan yang ada di sekitar pantai Benjon dan Grupuk

(Gunung Siwak). Perairan samudra hindia memang memiliki akses yang

sangat luas dengan pulau-pulau kecil, yang kemungkinan digunakan penyu

sebagai bagian dari jalur pertumbuhannya. Pegamatan daerah pendaratan

penyu di Derawan, Kalimantan Timur (Suwelo, 1988) menunjukkan preferensi

penyu terhadap pantai dengan kemiringan landai dan memiliki lebar pantai

antara 30-50 m serta pada umumnya ditumbuhi vegetasi pandan (pandanus

tectorius).

Pantai di sekitar Bukit Benjon dan Gunung Siwak memiliki bulir pasir

yang halus serta memiliki vegetasi yang rimbun. Hal ini cukup dapat dimengerti

bagaimana penyu akan memilih loksi di kedua pantai ini sebagai daerah

pendaratan dan bertelur. Selain itu, kedua daerah ini juga masih dapat

dikatakan sebagai daerah alami yang minim gangguan.

Kadal jenis Emoia sp Katak

(Limnonectes sp) kodok

(Bufo melanostictus)

Jenis Herpetofauna yang Ditemukan

Page 194: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 89

Dari semua pantai yang telah dilakukan survey, maka pantai di Gunung

Siwak merupakan pantai dengan potensi terbesar sebagai daerah pendaratan

penyu. Hal ini juga didukung dengan kondisi pantai yang banyak menyediakan

salah satu komposisi pakan penyu, yakni lamun.

Pantai Benjon sebagai Salah Satu Daerah

yang Diduga sebagai Daerah Pendaratan

Penyu Hijau (Chelonia mydas)

Pantai Siwak di Gunung Siwak sebagai salah satu

daerah yang diduga sebagai daerah pendaratan Penyu

Hijau (Chelonia mydas) dan penyu belimbing

(Dermochelys coreacea)

Pantai Siwak di Gunung Siwak

Menyediakan Salah Satu Jenis Pakan Alami

Penyu, yakni Komunitas Lamun

Page 195: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 90

Jenis-jenis satwa yang teramati dan memiliki nilai konservasi dapat dilihat

Tabel 3.26.

Tabel 3.26. Jenis-jenis Hewan Bernilai Konservasi di Kawasan

Mandalika –

Lombok Tengah

kelompok spesies IUCN CITES

Peraturan Pemerintah

(PP)

Mamalis Hystrix javanica LC PP No. 7 Tahun 1999

Muntiacus muntjak PP No. 7 Tahun 1999

Tragulus sp PP No. 7 Tahun 1999

reptil Chelonia mydas EN

appendix

I PP No. 7 Tahun 1999

Dermochelys

coreacea EN

appendix

I PP No. 7 Tahun 1999

Burung

Alcedo

coerulescens LC PP No. 7 Tahun 1999

Ardea purpurea LC PP No. 7 Tahun 1999

Ardeola speciosa LC PP No. 7 Tahun 1999

Artamus

leucorynchus LC PP No. 7 Tahun 1999

Cacomantis

sepulcralis LC PP No. 7 Tahun 1999

Egretta garzetta LC PP No. 7 Tahun 1999

Falco molucensis LC PP No. 7 Tahun 1999

Freata andrewsi LC PP No. 7 Tahun 1999

Halcyon chloris LC PP No. 7 Tahun 1999

Ictinaetus

malayensis LC PP No. 7 Tahun 1999

Lichmera lombokia LC PP No. 7 Tahun 1999

Nectarinia jugularis LC PP No. 7 Tahun 1999

Padda oryzivora VU PP No. 7 Tahun 1999

Page 196: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 91

Status konservasi pada jenis-jenis hewan yang dijumpai mengacu

pada PP nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan

Satwa, CITES dan IUCN Red Data Book. Keterangan untuk setiap tabel

adalah sebagai berikut :

PP : PP No 7 Tahun 1999

EN : ENDANGERED, TERANCAM PUNAH

VU : VULNERABLE, RENTAN

NT : NEAR THREATENED, HAMPIR TERANCAM

LC : LEAST CONCERN, BERESIKO RENDAH

Berdasarkan Red List of Threatened Species (IUCN, 2002) jenis-jenis fauna

penting tersebut

diklasifikasikan menurut tingkat keterancamannya berdasarkan kategori :

a. Critically Endangered (CR), yaitu jenis-jenis kritis yang paling tinggi tingkat

keterancaman akan kepunahannya;

b. Endangered (EN), yaitu jenis-jenis yang tertinggi kedua tingkat

keterancaman akan kepunahannya;

c. Vulnerable (VU), yaitu jenis-jenis rentan akan kepunahan;

d. Lower Risk (Conservation dependent; Near threatened; Least Concern,

LR/nt), yaitu jenis- jenis yang rendah resiko kepunahannya.

Berdasarkan status pemanfaatannya menurut CITES, terdapat tiga kategori

jenis-jenis avifauna penting, yaitu :

a. Apendiks I : Kategori ini memuat jenis-jenis yang dianggap sangat langka,

sehingga pemanfaatannya hanya pada hal-hal yang luar biasa sifatnya

(bukan untuk kepentingan komersial) dan pengaturan mengenai

perdagangan pada kategori ini diatur oleh pengaturan yang ketat. Peranan

pemegang otoritas keilmuan dalam proses pemberian ijin ekspor dan impor

sangat penting.

b. Apendiks II : Kategori ini memuat jenis-jenis yang dianggap langka, tetapi

masih dapat dimanfaatkan secara terbatas, antara lain melalui sistem

penjatahan (kuota) dan pengawasan. Dalam kategori ini otoritas keilmuan

dan otoritas manajemen berperan besar dalam proses perizinan.

c. Apendiks III : Kategori ini memuat jenis-jenis yang dianggap sangat langka

bagi negara/kawasan tertentu sehingga perlu dilindungi dari eksploitasi.

Page 197: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 92

2.2.3.Biota Laut

a. Plankton

Plankton adalah organisme air yang hidup melayang secara pasif dan

penyebarannya tergantung pada aliran atau arus. Plankton lebih berkembang

di dalam perairan tergenang daripada air yang mengalir apalagi deras.

Organisme ini sangat penting dalam keseimbangan ekosistem perairan

karena peranannya dalam rantai makanan dan pengurai bahan organik. Oleh

karena itu plankton menjadi indikator tingkat pencemaran dan menjadi

parameter kunci dalam penentuan kualitas perairan secara biologis.

Kelimpahan plankton akan menentukan produktivitas suatu perairan.

Kehidupan plankton dipengaruhi oleh banyak faktor meliputi musim, arus air,

kecerahan, daya hantar listrik atau konduktivitas, sumber nitrogen terutama

nitrat. Komposisi plankton keseluruhan disajikan pada Tabel 2.27 dan Tabel

2.28.

Page 198: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 93

Tabel 2.27. Hasil Analisis Plankton Pesisir Pantai

Kawasan Pariwisata Mandalika, Lombok

KELAS NAMA

TAKSA

KODE LOKASI

PB

1

PB

2

PB

3

PB

4

PB

5

PB

6

PB

7

PH

YT

OP

LA

NT

ON

BACILLARIOPHYCE

AE

Bacillaria sp.

0 142

1

135 0 192

6

0 0

Biddulphia

sp.1

0 299 92 86 544 0 0

Biddulphia

sp.2 0 673

0 0 133

3 0 0

Chetoceros

sp.1 819 449 165 90

103

3

416 249

9

Chetoceros

sp.2 0

104

7

98 0 832 0

112

6

Chaetoceros

sp. 3 177 0 0 135 599 0 0

Coscinodiscu

s sp. 251

134

6 300

691 113

1

808 782

Hyalodiscus

sp. 0

0 0 0 0

0 448

Hyalotheca

sp. 0 0 0

300 0 0 0

Navicula sp.1 128 73 116 0 238 542 681

Navicula sp.2 0 177 0 0 275 0 0

Nitzschia

sp.1 770 374 86 391 0 268 243

Nitzschia

sp.2 0 897 0 0 783 0 0

Rhizosolenia

sp. 110 523 0 893 526 514

107

7

Streptotheca

sp. 92 897 177 575

119

2 838 720

Thallasiosirra

sp. 0 0 0 0 0 661 929

Thallasiothrix

sp. 697

157

0 92 0

140

0 0 0

ZO

OP

LA

NK

TO

N

CILLIATA

Cilliata sp.1 135 0 61 0 0 0 0

Tintinopsis

sp. 49 98

0

128

214

117 216

CRUSTACEA

Copepoda 98 150 79 300 465 170 193

Crustacea

sp.1

55

0 0 190 177

227

184

Crustacea

sp.2

0

0 0 0

92 0

0

Nauplius 1 98 449 49 73 147 158 439

DINOFLAGELLATA Ceratium sp. 0 0 0 153 110 0 95

Page 199: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 94

KELAS NAMA

TAKSA

KODE LOKASI

PB

1

PB

2

PB

3

PB

4

PB

5

PB

6

PB

7

Leprotintinop

sis sp. 0 150 0 73

0

710

102

8

Chrolococcu

s sp. 0 0 0 0

0

94 880

Jumlah Individual Total (Ind/L) 0 150 0 226 110 804 200

3

Indeks Keanekaragaman (H’) Shannon -

Wiener

2.1

2

2.5

4

2.3

6

2.3

2

2.6

6

2.3

7

2.5

0

Keteranga

n:

1. PB 1 (Tanjung Aan 1) - (S080 55’

04,9 ‘’ & E 1160 19’ 39,2 ‘’)

5. PB 5 (Pelawang) - (S080 54’ 37,0 ‘’ & E

1160 16’ 41,0 ‘’)

2. PB 2 (Tanjung Aan 2) - (S080 54’

48,7 ‘’ & E 1160 19’ 19,4 ‘’)

6. PB 6 (Gerupuk 1) - (S080 54’ 53,0 ‘’ & E

1160 22’ 09,0 ‘’)

3. PB 3 (Medas) - (S080 54’ 49,1 ‘’

& E 1160 17’ 31,8 ‘’)

7. PB 7 (Gerupuk 2) - (S080 54’ 04,08 ‘’ & E

1160 20’ 36,20 ‘’)

4. PB 4 (Scorpion) - (S080 53’

57,9 ‘’ & E 1160 16’ 48,5 ‘’)

Page 200: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 95

Tabel 2.28. Hasil Analisis Plankton Pesisir Pantai Kawasan Pariwisata

Mandalika, Lombok

KELAS NAMA

TAKSA

KODE LOKASI

PB

8

PB

9

PB

10

PB

11

PB

12

PB

13

PB

14

PB

15

PH

YT

OP

LA

NT

ON

BACILLARIOPHY

CEAE

Bacillaria

sp. 0 0 0 0 0 0

630

0

564

0

Bacteriastru

m sp. 0 0 0 0 0 0

360 480

Biddulphia

sp. 0 0 0 0 0 0 90 60

Chetoceros

sp.

55

0

35

0

37

5 250

27

5

23

8

120

0

720

Coconeis

sp. 0 0 0 0 0 0 60 0

Cyclotella

sp. 0

12

5 0 0 0 0

0 0

Corethron

sp. 0 0 0 0 0 30

Coscinodisc

us sp.

32

5

20

0

45

0 100

46

2

32

5 90 60

Leptocylindr

us sp. 0 0 0 0 0 0 270

90

Melosira sp. 0 0 0 0 0 0 150 90

Nitzschia 89

14

8

20

0 150

32

5

37

5

180 60

Planktonell

a sp. 0 0 0 0 0 0 90 0

Pleurosigm

a sp. 0 0 0 0 0 0 0 60

Rhizosoloni

a sp.

45

0

37

5

20

0 250

16

5

29

3

975

0

125

40

Scenedesm

us 0 0 0 0

15

0 0 0 0

Skeletonem

a sp. 0 0

42

5 0

15

0

35

0 0 30

Thalassione

ma sp. 0 0 0 0 0 0 840 360

Thalassiotri

x sp. 0 0 0 0 0 0 150 60

ZO

OP

LA

N

KT

ON

CILLIATA Tintinopsis

sp. 0 0 0 0 0 0

60 0

CRUSTACEA Balanus sp. 0 0

15

0 300

10

0 50

60 90

Calanus sp. 0 0 0 0 0 0 90 300

Page 201: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 96

KELAS NAMA

TAKSA

KODE LOKASI

PB

8

PB

9

PB

10

PB

11

PB

12

PB

13

PB

14

PB

15

Centrpgafa

ges sp. 0 0 0 0 0 0

90 360

Macrostella

sp. 0 0 0 0 0 0

30 30

Nauplii 51 48 75 150

17

5

12

5

630 540

Oithona sp. 0 0 0 0 0 0 330 270

Oncaea sp. 0 0 0 0 0 0 0 90

DINOFLAGELLAT

A

Ceratium

sp.

12

8

16

4

25

0 350

12

5

37

5 960

123

0

Trichodesm

ium 0 0 0 300 0

25

0 750 960

Peridinium

sp. 0 0 0 200

10

0 0

60 30

POLYCHAETA Nereis sp. 0 0 0 0 0 0 90 30

Jumlah Individual Total (Ind/L) 17

9

21

2

47

5

130

0

50

0

80

0

226

80

242

10

Indeks Keanekaragaman (H’)

Shannon - Wiener

1.5

2

1.7

9

1.9

6

2.1

3

2.1

7

2.1

0

Keterangan :

1. PB 8 (Sungai Ai Lengis 1) - (S080 53’ 31,1 ‘’ & E 1160 16’ 23,2 ‘’)

2. PB 9 (Sungai Ai Lengis 2 (Muara)) - (S080 53’ 34,9 ‘’ & E 1160 16’ 43,0 ‘’)

3. PB 10 (Sungai Nyarak 1) - (S080 53’ 57,9 ‘’ & E 1160 18’ 11,0 ‘’)

4. PB 11 (Sungai Nyarak 2 (Muara)) - (S080 54’ 24,1 ‘’ & E 1160 17’ 56,8 ‘’)

5. PB 12 (Sungai Tanjung Aan 1) - (S080 54’ 26,8 ‘’ & E 1160 19’ 10,4 ‘’)

6. PB 13 (Sungai Tanjung Aan 2) - (S080 54’ 31,4 ‘’ & E 1160 19’ 14,9 ‘’)

7. PB 14 (Sungai Gerupuk 1) - (S080 54’ 18,4 ‘’ & E 1160 20’ 22,6 ‘’)

8. PB 15 (Sungai Gerupuk 2) - (S080 54’ 06,4 ‘’ & E 1160 19’ 24,1 ‘’)

Secara umum dari hasil survey plankton di 15 lokasi menunjukkan adanya

perbedaan jumlah, jenis, dan keragaman plankton antara di kawasan pesisir

dengan di sungai. Kelimpahan, jumlah jenis maupun keragaman plankton di

pesisir lebih tinggi daripada di sungai.

Keberadaan fitoplankton dari kelas Bacillariophyta dari hasil pengamatan di

pesisir lebih banyak daripada di sungai. Hal ini diduga disebabkan oleh

salinitas yang relatif tinggi di pesisir, yaitu berkisar antara 30-35‰. Menurut

Sachlan (1972), fitoplankton yang hidup pada kisaran salinitas diatas 20‰

sebagian besar merupakan plankton dari kelompok Bacillariophyta. Keadaan

Page 202: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 97

demikian menurut Riley (1967), diduga berkaitan dengan kondisi perairan

yang mendukung terutama keadaan salinitas dan ketersediaan unsur hara.

Yudilasmono (1996) dalam Arsil (1999), menyatakan bahwa Bacillariophyta

atau Bacillariophyceae lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya dan

merupakan kelompok fitoplankton yang disenangi oleh ikan dan larva udang.

Sedangkan untuk zooplankton, di seluruh lokasi sampling di kawasan

pesisir banyak ditemukan kelas crutaceae dari taxa Copepoda seperti

copepoda dan naupilius. Copepoda merupakan zooplankton yang

mendominasi di semua laut dan samudera, serta merupakan herbivora utama

dalam perairan-perairan bahari dan memiliki kemampuan menentukan bentuk

kurva populasi fitoplankton. Copepoda berperan sebagai mata rantai yang

amat penting antara produksi primer fitoplankton dengan para karnivora besar

dan kecil (Nybakken,1992). Sebagai zooplankton predominan,

mengindikasikan bahwa perairan di lokasi studi cukup potensial untuk

mendukung kehidupan biota laut pelagis. Hal ini didukung oleh penelitian para

pakar, yang menyatakan bahwa ikan-ikan pelagis seperti teri, kembung,

lemuru, tembang dan bahkan cakalang berpreferensi sebagai pemangsa

Copepoda dan larva decapoda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wiadnyana

[16] bahwa kelompok Copepoda di dalam lingkungan yang kondisinya normal,

bergerombolnya biota laut hampir selalu berkaitan erat dengan banyaknya

mangsa pakan di suatu perairan. Copepoda sebagai unsur dominan yang

ditemukan pada komunitas zooplankton di perairan lokasi studi.

Keragaman jenis merupakan parameter yang digunakan dalam mengetahui

suatu komunitas. Parameter ini mencirikan kekayaan jenis dan keseimbangan

dalam suatu komunitas. Ekosistem dengan keragaman rendah adalah tidak

stabil dan rentan terhadap pengaruh tekanan dari luar dibandingkan dengan

ekosistem yang memiliki keragaman tinggi (Boyd, 1999). Fitoplankton selain

berfungsi dalam keseimbangan ekosistem perairan budidaya, juga berfungsi

sebagai pakan alami di dalam usaha budidaya. Romimohtarto dan Juwana

(1998) menyatakan bahwa Crustacea merupakan jenis zooplankton yang

terpenting bagi ikan-ikan, baik di perairan tawar maupun di perairan laut.

Dari hasil penghitungan Indeks Keanekaragaman (Diversity Index) terhadap

jenis-jenis plankton yang teramati di tiap lokasi sampling secara umum bahwa

indeks keanekaragaman plankton di sungai H’ < 2,3026 sedangkan di pesisir

umumnya keanekaragaman plankton H’ > 2,3026. Menurut klasifikasi Wilhm

dan Dorris (1968) dalam Mason (1981) :

Page 203: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 98

H’ < 2,3026 : keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas

rendah

2,3026<H’> 6,9078: keanekaragaman dan kestabilan komunitas

sedang

H’ > 6,9078 : keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi

Maka keanekaragaman di daerah sungai tergolong kecil dan kestabilan

komunitas rendah sedangkan keanekargaman di pesisir tergolong keragaman

sedang dan kestabilan komunitas sedang.

Keanekaragaman di pesisir yang tergolong sedang ini dipengaruhi oleh

kondisi lingkungan seperti adanya padang lamun, terumbu karang dan hutan

bakau sehingga kondisi perairan di lokasi studi mempunyai kelimpahan lebih

padat dengan demikian dapat dikatakan bahwa perairan di lokasi studi cukup

subur akan nutrisi.

Ekosistem mangrove merupakan penghasil detritus, sumber nutrien

dan bahan organik yang dibawa ke ekosistem padang lamun oleh arus laut.

Sedangkan ekosistem lamun berfungsi sebagai penghasil bahan organik dan

nutrien yang akan dibawa ke ekosistem terumbu karang. Selain itu, ekosistem

lamun juga berfungsi sebagai penjebak sedimen (sedimen trap) sehingga

sedimen tersebut tidak mengganggu kehidupan terumbu karang. Selanjutnya

ekosistem terumbu karang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari

hempasan ombak (gelombang) dan arus laut. Ekosistem mangrove juga

berperan sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding

ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan

(spawning ground) bagi organisme yang hidup di padang lamun ataupun

terumbu karang.

Plankton di kawasan perairan hutan mangrove keadaannya agak

berbeda. Menurut Barnes (1974) konsentrasi laut lepas, karena fungsi

fitoplankton ini disubtitusi oleh daun-daun mangrove yang telah terurai dan

larut terdekomposisi diperairan sekitarnya. Daun-daun yang gugur tersebut

menjadi substrat yang baik bagi pertumbuhan bakteri, fungi juga fitoplankton

yang nantinya akan menjadi makanan zooplankton,dan akhirnya menjadi

makanan larva ikan demikian seterusnya.

Disebutkan oleh Ridd et al. dan Lugo & Snedaker, bahwa perairan di

sekitar hutan mangrove memiliki peranan dan memegang kunci dalam

perputaran nutrien, sehingga eksistensinya dapat berperan dalam menopang

dan memberikan tempat kehidupan biota laut, apabila lingkungannya relatif

stabil, kondusif dan tidak terlalu berfluktuatif.

Komunitas mangrove merupakan tempat yang ideal bagi fitoplankton

dan larva-larva biota laut untuk hadir dan mengawali kehidupan, karena

Page 204: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 99

tersedianya tempat dan pakan yang memadai. Umumnya biota-biota yang ada

di daerah terseut adalah larva ikan yang masih planktonik yang sangat

tergantung arus untuk datang dan pergi ke komunitas mangrove (Nyabakken,

1992).

Pada jenis-jenis mangrove yang berbeda akan terjadi perbedaan pula

pada fungsi mekanik (penahan ombak) dari perakaran hutan mangrove. Hal

ini berurut-turut akan berpengaruh trhadap akumulasi sedimen, kandungan

bahan organik dan intensitas proses dekomposisi. Selanjutnya juga akan

berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton dan dengan demikian energi

yang siap dialihkan pada biota diatasnya

b. Benthos

Benthos adalah organisme yang hidup merayap atau menetap di dasar

perairan yang ikut menentukan kualitas perairan. Produksi ikan dari suatu

perairan antara lain ditentukan oleh kelimpahan benthos, karena benthos

adalah salah satu sumber pakan ikan. Kehidupan benthos ditentukan oleh

faktor-faktor lingkungan termasuk debit dan arus air. Hasil identifikasi

diperoleh jenis-jenis benthos seperti yang disajikan pada Tabel 2.29 dan

Tabel 2.30.

Page 205: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 100

Tabel 3.29. Hasil Analisis Benthos Pesisir Pantai Kawasan Pariwisata

Mandalika, Lombok

KELAS NAMA TAKSA

KODE LOKASI

PB

1

PB

2

PB

3

PB

4

PB

5

PB

6

PB

7

BACILLARIOPHYCEAE

Pharella acutidens 44 0 89 0 44 44 44

Mactra sp. 89 89 0 0 311 267 133

Liochoncha ornata 0 0 0 0 178 133 89

Paphis sp. 0 0 0 0 0 89 64

Scapharca sp. 2 0 0 0 0 0 44 178

Codakia sp. 0 0 0 89 0 44 192

Scapharca sp. 1 0 0 0 44 0 0 0

GASTROPODA

Architectonica

maxima 0 0 133 0 0 89 133

Cerithium

echinatum 0 0 44 133 44 0 0

Chantarus sp. 0 0 311 133 44 267 133

Cheritidea sp. 0 0 44 0 44 0 0

Conus sp. 0 0 89 133 0 0 89

Cymatium

muricinum 0 0 44 0 0 0 89

Cypraea sp. 133 0 89 44 0 0 0

Mitra sp. 1 44 0 356 44 0 89 44

Mitra sp. 2 267 178 489 489 133 578 44

Nerita sp. 0 0 444 44 0 0 44

Oliva sp. 0 133 0 0 0 133 0

Patelloida sp. 1 0 0 44 89 44 44 0

Patelloida sp. 2 0 0 0 44 0 0 0

Terebra maculata 44 133 133 178 44 0 44

Trochus sp. 0 0 0 0 0 44 44

Umbonium sp. 0 0 0 0 0 133 178

Xenophora sp. 0 0 0 0 0 89 0

SCAPHOPODA Dentalium sp. 0 0 0 267 0 44 0

Jumlah Individual Total (Ind/L) 0 0 0 267 0 311 222

Indeks Keanekaragaman (H’) Shannon -

Wiener 1.54 1.36 2.21 2.24 1.87 2.41 2.63

Keterangan: 1. PB 1 (Tanjung Aan 1) -

(S080 55’ 04,9 ‘’ & E 1160

19’ 39,2 ‘’)

5. PB 5 (Pelawang) - (S080

54’ 37,0 ‘’ & E 1160 16’

41,0 ‘’)

2. PB 2 (Tanjung Aan 2) -

(S080 54’ 48,7 ‘’ & E

1160 19’ 19,4 ‘’)

6. PB 6 (Gerupuk 1) - (S080

54’ 53,0 ‘’ & E 1160 22’

09,0 ‘’)

3. PB 3 (Medas) - (S080

54’ 49,1 ‘’ & E 1160 17’

31,8 ‘’)

7. PB 7 (Gerupuk 2) - (S080

54’ 04,08 ‘’ & E 1160 20’

36,20 ‘’)

4. PB 4 (Scorpion) - (S080 53’

57,9 ‘’ & E 1160 16’ 48,5 ‘’)

Page 206: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 101

Tabel 2.30. Hasil Analisis Benthos Pesisir Pantai Kawasan

Pariwisata Mandalika, Lombok

KELAS NAMA TAKSA

KODE LOKASI

PB

8

PB

9

PB

10

PB

11

PB

12

PB

13

PB

14

PB

15

ANNELIDA Branchiura sp. 89 0 0 0 400 44 0 0

Lumbriculus sp. 0 0 0 0 44 44 0 0

GASTROPODA

Bellamya sp. 0 0 0 133 133 89 20 15

Brothia sp. 0 0 0 0 0 0 40 20

Gastropoda 1 0 0 44 0 0 0 0 0

Melanoides sp. 89 44 0 89 0 133 15 15

DIPTERA Chironomus sp. 0 0 0 0 0 0 15 0

LYMNAIDAE Lymnaea sp, 0 0 0 0 89 44 25 0

PELECYPODA Corbicula sp, 44 44 0 44 0 844 0 5

Jumlah Individual Total (Ind/L) 222 88 44 267 666 1199 115 55

Indeks Keanekaragaman (H’)

Shannon - Wiener 1.05 0.69 0.00 1.01 1.08 1.05

1.535 1.295

Keterangan :

1. PB 8 (Sungai Ai Lengis 1) - (S080 53’ 31,1 ‘’ & E 1160 16’ 23,2 ‘’)

2. PB 9 (Sungai Ai Lengis 2 (Muara)) - (S080 53’ 34,9 ‘’ & E 1160 16’ 43,0 ‘’)

3. PB 10 (Sungai Nyarak 1) - (S080 53’ 57,9 ‘’ & E 1160 18’ 11,0 ‘’)

4. PB 11 (Sungai Nyarak 2 (Muara)) - (S080 54’ 24,1 ‘’ & E 1160 17’ 56,8 ‘’)

5. PB 12 (Sungai Tanjung Aan 1) - (S080 54’ 26,8 ‘’ & E 1160 19’ 10,4 ‘’)

6. PB 13 (Sungai Tanjung Aan 2) - (S080 54’ 31,4 ‘’ & E 1160 19’ 14,9 ‘’)

7. PB 14 (Sungai Gerupuk 1) - (S080 54’ 18,4 ‘’ & E 1160 20’ 22,6 ‘’)

8. PB 15 (Sungai Gerupuk 2) - (S080 54’ 06,4 ‘’ & E 1160 19’ 24,1 ‘’)

Dari hasil survey bentos di 15 lokasi menunjukkan adanya kemiripan

dengan hasil plankton yaitu adanya perbedaan jumlah, jenis, dan keragaman

bentos di pesisir lebih tinggi daripada di sungai.

Dari hasil penghitungan Indeks Keanekaragaman (Diversity Index)

terhadap jenis-jenis bentos yang teramati di tiap lokasi sampling secara umum

bahwa indeks keanekaragaman bentos di sungai dan di pesisir umumnya H’

< 2,3026 kecuali di Gerupuk 1 dan 2. Menurut klasifikasi Wilhm dan Dorris

(1968) dalam Mason (1981) keanekaragaman bentos di daerah sungai sungai

dan pesisir secara umum tergolong kecil dan kestabilan komunitas rendah

kecuali di Gerupuk 1 dan 2 tergolong keanekaragaman dan kestabilan

komunitas sedang.

Keanekaragaman di Gerupuk 1 dan 2 ini tergolong sedang, hal ini

diperkirakan berhubungan dengan keberadaan hutan mangrove di pantai

Gerupuk. Hutan mangrove memiliki beberapa fungsi ekologis. Salah satu

fungsinya adalah sebagai penghasil sejumlah besar detritus, terutama yang

berasal dari serasah (daun, ranting, bunga dan buah yang gugur). Sebagian

Page 207: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 102

detritus ini dimanfaatkan sebagai bahan makanan oleh fauna makrobenthos

pemakan detritus.

c. Terumbu Karang dan Lamun

Ekosistem pesisir utama yang umum dijumpai di pesisir pantai

Kawasan Pariwisata Mandalika, Lombok yaitu ekosistem estuari, ekosistem

lamun dan ekosistem terumbu karang. Ketiganya merupakan ekosistem yang

sangat vital, dinamis, memiliki high bio-diversity, dan memiliki produktivitas

tinggi. Ekosistem estuari, lamun dan terumbu karang memiliki fungsi ekologi

dan ekonomi yang sangat penting.

Kondisi existing ekosistem pesisir diketahui dengan melakukan

pengamatan rona lingkungan dan pencuplikan biologi di beberapa lokasi

sepanjang garis pantai yang termasuk pesisir pantai Kawasan Pariwisata

Mandalika, Lombok. Adapun lokasi dan komponen biologi yang dicuplik dapat

dilihat pada Tabel 2.31.

Tabel 3.31. Koordinat Pencuplikan Ekosistem Pesisir Pantai Kawasan

Pariwisata Mandalika, Lombok

Kode Lokasi Lokasi Koordinat

Komponen Biologi S E

TK 1, PB 1 Tanjung Aan 1 08o55'04,9" 116o19'39,2" Terumbu karang, sedimen, plankton, bentos

TK 2, L 1, PB

2 Tanjung Aan 2 08o54'48,7" 116o19'19,4" Terumbu karang, lamun, plankton, bentos

TK 3, PB 3 Tanjung Seger

(Medas) 08o54'49,1" 116o17'31,8" Terumbu karang, sedimen, plankton, bentos

TK4, PB4 Teluk Kuta 1

(Scorpion) 08o53'57,9" 116o16'48,5" Terumbu karang, sedimen, plankton, bentos

TK5, PB5 Pelawang 08o54'37,0" 116o16'41,0" Terumbu karang, sedimen, plankton, bentos

TK6, L2, PB6 Gerupuk 1 08o54'53,0" 116o22'09,0" Terumbu karang, lamun, sedimen, plankton,

bentos

TK7, L3, PB7 Gerupuk 2 08°54'4,08" 116°20'36,20

"

Terumbu karang, lamun, sedimen, plankton,

bentos

L4 Tanjung Aan 08o54'34,3" 116o19'44,0" Lamun

L5 Pantai Kuta 08o53'40,5" 116o17'00,8" Lamun

L6 Pantai Seger 08o54'24,6" 116o18'09,7" Lamun

PB8 Sungai Ai Lengis 1 08o53'31,1" 116o16'23,2" Plankton, bentos

PB9 Sungai Ai Lengis 2

(Muara) 08o53'34,9" 116o16'43,0" Plankton, bentos

PB10 Sungai Nyarak 1 08o53'57,9" 116o18'11,0" Plankton, bentos

Page 208: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 103

PB11 Sungai Nyarak 2

(Muara) 08o54'24,1" 116o17'56,8" Plankton, bentos

PB12 Sungai Tanjung Aan

1 08o54'26,8" 116o19'10,4" Plankton, bentos

PB13 Sungai Tanjung Aan

2 08o54'31,4" 116o19'14,9" Plankton, bentos

Keterangan: TK (Terumbu Karang); L (Lamun); PB (Plankton & Bentos)

Page 209: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 104

Gambar 2.20. Lokasi Pencuplikan Ekosistem Pesisir

Page 210: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 105

Kegiatan Pengukuran Kondisi Existing Ekosistem Terumbu Karang

Ekosistem Terumbu Karang

Pengukuran dan pengamatan kondisi existing ekosistem terumbu

karang dilakukan di tujuh lokasi. Metode Line Intercept Transect (LIT) hanya

dilakukan di tiga lokasi yaitu Tanjung Aan (2 lokasi) dan Scorpion. Tiga lokasi

lain yaitu Medas, Pelawang dan Gerupuk hanya dilakukan pengamatan visual

karena kondisi terumbu karang sudah sangat rusak, hampir 80% karang telah

mati. Persentase penutupan terumbu karang di lokasi Tanjung Aan dan

Scorpion dapat dilihat pada Tabel 2.32.

Page 211: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 106

Tabel 2.32 Persentase penutupan terumbu karang di tiga lokasi survei

berdasarkan bentuk hidup terumbu karang

BENTUK HIDUP Persentase Penutupan

Tj. Aan 1 Tj. Aan 2 Scorpion

Karang Keras

Acropora Branching (ACB) 0 12.74 14

Acropora Digitate (ACD) 0 2.04 0

Acropora Submassive (ACS) 0 24.14 26.5

Coral Branching (CB) 0 1.18 7.35

Coral Foliose (CF) 0 0 0.85

Coral Massive (CM) 8.26 2.28 2.15

Millepora (CME) 0.41 0 0

Coral Submassive (CS) 2.48 0.59 0

Jumlah Karang Keras 11.16 42.96 50.85

Dead Coral (DC) 6.07 0 0

Dead Coral with Algae (DCA) 30.70 28.77 42.55

Jumlah Karang Mati 36.77 28.77 42.55

Fauna Lain

Soft Coral (SC) 40.33 1.42 1.5

Other (OT) 0.99 0 0

Jumlah Fauna Lain 41.32 1.42 1.5

Alga

Macroalgae (MA) 3.10 25.67 2.6

Jumlah Alga 3.10 25.67 2.60

Abiotik

Rubbel (RB) 0 1.18 2.5

Sand (S) 7.02 0 0

Water (W) 0.62 0 0

Jumlah Abiotik 7.64 1.18 2.50

Tanjung Aan 1 (TK1)

Pengukuran kondisi existing terumbu karang di lokasi Tanjung Aan 1

dilakukan pada kedalaman 6-8 meter. Kondisi perairan sangat keruh dengan

jarak pandang 1-2 meter, kontur landai dan substrat dasar didominasi oleh

karang mati yang telah diselimuti alga. Terumbu karang yang terdapat di lokasi

Tanjung Aan 1 berasosiasi dengan lamun. Ikan karang yang dijumpai antara

lain Famili Chaetodontidae, Ephiphedae, Pomacentridae, Acanthuridae,

Apogonidae, Gobiidae, Scaridae dan Labridae.

Komposisi terumbu karang terdiri dari karang keras hidup sebesar

11,16%; Fauna lain yang terdiri dari Soft Coral dan berbagai biota lain

(teripang, bintang laut) sebesar 41,32; Makroalga sebesar 3,10% dan biotik

sebesar 7,64%. Adanya muara sungai di daerah Tanjung Aan merupakan

salah satu penyebab tingginya particle suspended solid yang membawa

materi organik ke badan perairan. Kondisi tersebut menyebabkan makroalga

Page 212: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 107

tumbuh subur di dasar perairan terutama di permukaan karang yang telah

mati. Perairan yang keruh dapat mengakibatkan berkurangnya penetrasi

cahaya matahari ke dasar perairan serta terhalangnya polip-polip yang

terdapat pada karang sehingga terumbu karang tidak dapat tumbuh dengan

optimal. Berdasarkan Kepmen LH No. 400/2004, terumbu karang di lokasi

Tanjung Aan 1 termasuk dalam kategori buruk karena hanya memiliki

tutupan karang keras yang hidup sebesar 11,16%.

Tanjung Aan 2 (TK2)

Terumbu karang di lokasi Tanjung Aan 2 terletak di kedalaman 2-3

meter, perairan keruh dengan jarak pandang 1-2 meter. Kontur dasar perairan

relatif landai dengan substrat dasar berupa pasir-lumpur. Komposisi terumbu

karang di lokasi Tanjung Aan 2 terdiri dari karang keras yang hidup sebesar

42,96%; Fauna lain yaitu soft coral sebesar 1,42%; Makroalga sebesar

25,67%; dan patahan karang sebesar 1,18%. Karang keras yang telah mati

dan mati diselimuti alga sebesar 28,77%.

Ekosistem terumbu karang di lokasi Tanjung Aan 2 berasosiasi dengan

ekosistem lamun, selain itu juga terdapat beberapa biota lain diantaranya bulu

babi, bintang laut (Linckia laevigata), bintang laut mengular (Ophiomastix sp.),

dan berbagai ikan karang yang termasuk famili Serranidae, Apogonidae,

Chaetodontidae, Pomacentridae, dan Labridae.

Page 213: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 108

Berdasarkan kriteria Kepmen LH No.400/2004, terumbu karang di

lokasi Tanjung Aan 2 termasuk dalam kategori sedang. Lokasi ini merupakan

lokasi yang dijadikan oleh masyarakat nelayan sebagai salah satu daerah

tangkapan berbagai ikan karang komersil.

Medas (TK3)

Terumbu karang yang terdapat di lokasi Medas berupa atol yang

terpisah dari daratan utama Pulau Lombok. Terumbu karang dijumpai di

kedalaman 15-18 meter dengan jarak pandang 1-2,5 meter. Lokasi ini

umumnya didominasi oleh soft coral, karang keras sebagian besar telah mati

dan ditumbuhi oleh soft coral. Lokasi terumbu karang yang terpisah dari

daratan utama tersebut menyebabkan tingginya kelimpahan berbagai ikan

karang maupun ikan pelagis.

Page 214: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 109

Scorpion (TK4)

Page 215: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 110

Palawang (TK5)

Lokasi survei terletak di daerah tanjung Palawang dengan kontur

landai di kedalaman 2-3 meter sepanjang kurang lebih 100 meter dari

garis pantai, selanjutnya drop off mulai kedalaman 8 meter hingga 15

meter. Arus sangat kuat dan perairan sangat keruh dengan jarak

pandang hanya sekitar 1-2 meter. Terumbu karang di lokasi ini

didominasi oleh karang lunak, karang keras hampir sebagian besar

mati. Di lokasi ini terdapat masukan air tawar yang berasal dari muara

sungai, sehingga bila musim hujan perairan menjadi sangat keruh

karena tingginya partikel terlarut dan sedimen di badan perairan.

Page 216: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 111

Kondisi existing ekosistem terumbu karang di lokasi Palawang.

Terumbu karang didominasi oleh karang lunak. Kondisi perairan yang keruh

dan arus yang relatif kuat menyebabkan karang keras tidak dapat tumbuh

dengan optimum

Gerupuk 1 (TK6)

Berbagai bentuk hidup terumbu karang yang dijumpai di lokasi Tanjung

Aan 1, didominasi oleh makroalga jenis Halimeda sp. dan karang lunak

Page 217: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 112

Gerupuk 2 (TK7)

Berbagai bentuk hidup terumbu karang dan biota yang berasosiasi di

lokasi Tanjung Aan 2. Terumbu karang didominasi oleh bentuk hidup

Acropora Submassive, termasuk jenis Favia sp., Porites sp. dan

Pocillopora sp.

Ekosistem Lamun

Lamun merupakan tumbuhan berbunga serupa rerumputan yang

tumbuh di areal zona tidal (pasang surut) air laut. Seperti halnya tumbuhan

berbunga, lamun memiliki organ daun, batang, dan akar serta bunga yang

jelas, dan termasuk ke dalam tumbuhan monokotil (berkeping biji tunggal).

Padang lamun merupakan lansekap yang ditumbuhi komunitas lamun (baik

sejenis maupun berbagai jenis) membentuk vegetasi yang khas di zona

pasang surut air laut. Padang lamun sendiri menyediakan habitat bagi berbagi

jenis organism laut seperti ikan, echinodermata dan berbagai invertebrate lain

membentuk suatu ekosistem padang lamun. Ekosistem padang lamun

berfungsi sebagai penyuplai energi, baik pada zona bentik maupun pelagis.

Detritus daun lamun yang tua didekomposisi oleh sekumpulan jasad bentik

(seperti teripang, kerang, kepiting, dan bakteri), sehingga dihasilkan bahan

Page 218: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 113

organik, baik yang tersuspensi maupun yang terlarut dalam bentuk nutrien.

Nutrien tersebut tidak hanya bermanfaat bagi tumbuhan lamun, tetapi juga

bermanfaat untuk pertumbuhan fitoplankton dan selanjutnya zooplankton, dan

juvenil ikan/udang.

Seperti padang lamun pada umumnya, di Mandalika,bersama dengan

komunitas terumbu karang ekosistem padang lamun menyediakan kehidupan

bagi biodiversitas air laut sehingga memiliki nilai penting bagi kawasan

tersebut. Pengukuran dan Penilaian terhadap kondisi padang lamun perlu

dilakukan untuk menilai kondisi kualitas ekosistem lingkungan laut dan

terutama dapat membantu memberikan pertimbangan terhadap

pembangunan di areal tersebut.

Penilaian kondisi lamun di area ini telah dilakukan pada bulan Januari

2017 meliputi lokasi : Kuta, Benjon, Serenting, Tanjung Aan dan Gerupuk.

Metode yang dilakukan adalah Rapid Assessment dengan melihat jenis lamun

dan estimasi tutupan lahannya, substrat, dan kekeruhan. lamun diukur dengan

menggunakan petak berukuran 50 x 50 cm2 pada titik yang ditentukan secara

random meliputi pendataan jenis lamun dan persen tutupan lahannya.

Pelaksaanan pengukuran dilakukan dengan scuba divie dan snorkeling. Hasil

pelaksanaan pengukuran lamun berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat

pada Tabel 2.33. Sedangkan estimasi persen tutupan lahan terlihat pada

Tabel 2.34.

Page 219: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 114

Tabel 2.33. Total Jenis Lamun yang Dijumpai di Areal Pengamatan

Jenis

Lokasi

Kuta Benjon Serenting Tanjung

Aan

Gerupuk

Cymodocea rotundata

Cymodocea serrulata

Enhalus acoroides

Halodule pinifolia

Halodule uninervis

Halophila ovalis

Halophila spinulosa

Syringodium isoetifolium

Thallasia hemprichii

Thalassodendron ciliatum

total 7 4 3 8 7

Sumber: Hasil Pengamatan Langsung, Juni 2017

Tabel 2.34. Estimasi Persen Tutupan Lamun (%) di Tiap Lokasi

Jenis

Lokasi

Kuta Benjon Serenting Tanjung

Aan

Gerupuk

Cymodocea rotundata 29.35 41.6 36.8 9.8 8.5

Cymodocea serrulata - - - 15.3 -

Enhalus acoroides 27.4 - - 20.8 20.87

Halodule pinifolia - 10 - - -

Halodule uninervis <5 17.9 - - <5

Halophila ovalis <5 - - <5 <5

Halophila spinulosa - - - <5 <5

Syringodium isoetifolium 17.04 30.3 10.5 19.7 16.12

Thallasia hemprichii 14.20 - 52.6 <5 10.4

Thalassodendron ciliatum <5 - - 26.3 34.15

total 100 100 100 100 100

Sumber : Hasil Perhitungan, 2017

Page 220: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 115

Di beberapa lokasi dijumpai jenis lamun yang telah mengalami ‘grazing’

yang diduga dimakan oleh herbivora laut seperti dugong (seperti yang

dijumpai di Kuta ditemukan bangkai Dugong dengan panjang tubuh 2.1 m).

Jenis lamun tersebut adalah Cymodocea rotundata. Berikut merupakan hasil

pengamatan di tiap lokasi pengamatan:

Kuta (L6)

Di Kuta, kondisi perairan memiliki kekeruhan yang cukup tinggi dengan

jarak pandang bekisar 10-50 cm. substrat berupa pasir dengan butiran kasar

(diameter 0.5-2 mm) dan butiran halus (diameter <0.5 cm), kedalaman lamun

bekisar 1-3 m dibawah permukaan laut (kondisi pasang). Estimasi persen

tutupan lamun tertinggi adalah Cymodocea rotundata (29, 35) dan Enhalus

acoroides (27, 46), lainnya tertera pada Tabel 3.34.

Jenis yang dijumpai:

Cymodocea rotundata

Enhalus acoroides

Halodule univervis

Halophila ovalis

Syringodium isoetifolium

Thallasia hemprichii

Page 221: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 116

Benjon-Novotel (L5)

Di lokasi ini, terdapat muara sungai yang cukup besar yang membawa

substrat tanah ke laut yang menyebabkan pertumbuhan lamun terhambat. Hal

tersebut mengakibatkan luas area padang lamun tidak cukup luas. Hanya

ditemui sebanyak 4 jenis lamun dengan persen tutupan lamun terbesar adalah

Cymodocea rotundata (41.67) dan Syringodium isoetifolium (30..3), lainnya

adalah Halodule pinifolia (10.1) dan H. uninervis (17.9). saat pengamatan

dilakukan jarak pandang hanya sekitar 50-1.5 meter, dan kedalaman lamun

sekitar 1.5-3 meter dibawah permukaan laut. Substrat lamun berupa pasir

kasar (diam. 0.5-2 mm) dan halus (diam. <0.5 mm).

Cymodocea rotundata

Halodule pinifolia

Halodule univervis

Page 222: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 117

Serenting (L1)

Di lokasi ini tidak dijumpai cukup banyak jenis lamun, hanya sekitar 3 jenis

yaitu:

Cymodocea rotundata

Thallasia hemprichii

Syringodium isoetifolium

Lamun dengan persen tutupan lahan tertinggi adalah Thallasia

hemprichii yaitu 52.6 sedangkan lainnya 36.8 Cymodocea rotundata dan 10.5

Syringodium isoetifolium. Di daerah ini substrat berupa pasir kasar (diam. 0.5-

2 mm) dan halus (diam. <0.5 mm). dengan jarak pandang (pada saat

pengamatan 1.5 – 2 meter.

Tanjung Aan (L4)

Di lokasi ini dijumpai cukup banyak jenis lamun yaitu sebanyak 8 jenis:

Cymodocea rotundata

Cymodocea serulatta

Syringodium isoetifolium

Thalassodendron ciliatum

Halophila ovalis

Enhalus acoroides

Halophila spinulosa

lamun di lokasi Serenting

Page 223: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 118

Dengan persen tutupan lamun tertinggi 26.37 oleh Thalassodendron

ciliatum (Tabel 2.34), dan lainnya Enhalus acoroides (20.87), Syringodium

isoetifolium (19.78). Di daerah ini substrat berupa pasir kasar (diam. 0.5-2 mm)

dan halus (diam. <0.5 mm). dengan jarak pandang (pada saat pengamatan

1.5 – 2 meter.

Kondisi existing lamun di lokasi Tanjung Aan

Page 224: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 119

Gerupuk (L2 & L3)

Di daerah ini dijumpai jenis lamun dengan kearagamn tertinggi yaitu 9 jenis

yaitu:

Enhalus acoroides

Thalassodendron ciliatum

Syringodium isoetifolium

Halophila spinulosa

Cymodocea rotundata

Thallasia hemprichii

Halodule univervis

Halophila minor

Halophila ovalis

Persen tutupan lamun tertinggi adalah Thalassodendron ciliatum

(34.15) diikuti oleh Enhalus acoroides (20.8) dan Syringodium isoetifolium

(16.12). kedalaman lamun yang dijumpai berada pada sekitar 2-5 meter

dibawah permukaan laut. Di daerah ini substrat berupa pasir kasar (diam. 0.5-

2 mm) dan halus (diam. <0.5 mm). dengan jarak pandang (pada saat

pengamatan 1 – 2 meter.

Page 225: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 120

Kondisi existing lamun di lokasi Gerupuk

d. Bau Nyale

Diantara keindahan pantai sepanjang pesisir Lombok Tengah, terdapat

cerita yang sangat melegenda tentang penghormatan dan konservasi alam.

Sebuah tradisi untuk mengenang dan menghayati anugrah Sang Pencipta

untuk kesuburan dan berkah sumber makanan. Tradisi ini lebih dikenal

dengan sebutan Bau Nyale, tradisi menangkap Nyale, kelompok cacing yang

secara massal muncul di daerah pesisir selatan sepanjang Pulau Lombok.

Belum jelas asal usul tradisi yang berkembang di pesisir pantai Kuta ini,

menurut cerita masyarakat sekitar pantai Kuta, dikabarkan telah ada semenjak

abad ke 16 masehi. Bau nyale diadakan di 16 pantai yang memanjang sejauh

72 Km dari arah timur hingga ke barat di pesisir Selatan Lombok Tengah,

terutama di sekitar pantai Seger. Bau nyale ini dilakukan setiap tanggal

duapuluh, bulan kesepuluh dalam penanggalam Sasak yaitu sekitar akhir

Februari kadang juga bulan Maret, atau 5 hari setelah purnama.

Tradisi Bau nyale dipercaya timbul akibat pengaruh keadaan alam dan

pola kehidupan masyarakat tani yang mempunyai kepercayaan yang

mendasar akan kebesaran Tuhan, menciptakan alam dengan segala isinya

termasuk nyale . Kemunculannya nyale diyakini masyarakat ditandai dengan

fenomena keajaiban alam. Beberapa waktu sebelum nyale keluar, ditandai

dengan hujan deras di malam hari yang diselingi kilat dan petir yang

menggelegar disertai angin yang sangat kencang (hujan angin). Malam

menjelang nyale keluar, hujan angin reda lalu berganti dengan hujan rintik-

rintik. Suasana menjadi demikian tenang. Pada dini hari, nyale mulai terlihat

bergulung-gulung bersama ombak yang gemuruh memecah pantai, secepat

Page 226: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 121

itu nyale berangsur-angsur lenyap dari permukaan laut bersama dengan fajar

menyingsing dari ufuk timur.

Keajaiban nyale bagi suku Sasak telah menciptakan legenda (dongeng)

tentang kejadian yang tersebar hampir keseluruh lapisan masyarakat Lombok

dan sekitarnya. Dongeng ini sangat menarik dengan cerita penuh filosofi

kepemimpinan dan berkembang melalui penuturan orang-orang tua yang

kemudian tersusun dalam dongeng legenda nyale .

Dongeng ini berkisah seputaran cerita seorang putri cantik jelita dari

yang bernama Putri Mandalika yang menjadi rebutan banyak pangeran.

Karena berbagai ancaman dan desakan untuk segera memilih calon

pasangan, maka putri Mandalika dihadapan rakyat yang diperintah

kerajaannya dan kerajaan para pangeran, melakukan pengorbanan dengan

melompat ke laut di pantai Kuta, dan berpesan bahwa dia adalah milik semua

rakyat, hingga akhirnya rakyatnya menjumpai cacing-cacing yang keluar dari

celah karang tempat putri meloncat ke laut. Sejak itulah masyarakat mencari

nyale, yang diyakini sebagai manifestasi kasih sayang putri bagi rakyatnya.

Page 227: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 122

Pantai Seger, Tempat Pemusatan Upacara Bau Nyale

Gambaran Kegiatan Bau Nyale di sekitar Pesisir Lombok Tengah

(Referensi gambar dari Internet)

Page 228: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 123

Diluar semua mitos yang sangat melegenda di masyarakat, tradisi

nyale setidaknya berperan dalam pengelolaan kawasan pantai disekitar

wilayah Lombok Tengah. Nyale yang keluar dari celah coral yang ada di

sepanjang pantai berpasir, mengharuskan masyarakat dan pemda untuk

senantiasa menjaga ekosistem di sekitar pantai, seperti misalnya kawasan

terumbu karang dan padang lamun.

Nyale yang dikatakan oleh masyarakat terdiri atas beberapa warna dan

ukuran, sejatinya menunjukkan bahwa nyale adalah sebutan untuk komunitas

cacing yang tergolong polychaeta. Cacing laut Polichaeta (filum Annelida)

adalah salah satu biota yang keberadaannya cukup dominan pada ekosistem

laut maupun estuaria. Kehadiran cacing ini memiliki arti penting pada rantai

dan jejaring makanan (Nybakken, 1993). Cacing polychaeta dapat berperan

sebagai detritivor dan menyediakan sumber makanan untuk ikan, udang dan

organisme besar lainnya di wilayah intertidal.

Uniknya, beberapa spesies dari cacing laut Polikhaeta juga biasa

dikonsumsi oleh masyarakat di beberapa kawasan di Indonesia Timur. Jenis

cacing laut yang dikonsumsi oleh mereka, umumnya, berasal dari spesies

yang menunjukkan fenomena swarming. Swarming ini adalah fenomena

kemunculan massal cacing laut untuk melakukan perkawinan secara external.

Monk et al. (1997), dalam penelitiannya di perairan Lombok, Sumba,

dan Ambon melaporkan ada 4 jenis cacing laut Polychaeta yang menunjukkan

fenomena swarming, yakni Eunice siciliensis, E. viridis, Licydice collaris, dan

Dendronereides heteropoda. Sementara di perairan Kyushu, Jepang,

Hanafiah et al. (2006) dalam Pamungkas (2009) melaporkan ada 4 jenis

cacing laut Polychaeta yang juga memperlihatkan fenomena swarming, yakni

Hediste japonica, H. diadroma, Tylorrhynchus osawai, dan Nectoneanthes

oxypoda.

Page 229: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 124

Beberapa gambaran hasil tangkapan Cacing Polychaeta, Nyale

(Sumber : detik.com, diakses maret 2017)

Selain di wilayah Lombok, fenomena tradisi nyale juga dikenal di

wilayah Sumba dengan nama palolo, dan Maluku dengan nama laor. Jenis

cacing polychaeta ini memiliki pola dan preferensi habitat yang sama, yakni

swarming di sekitaran bulan Maret dan hidup di antara pantai berkarang.

Perilaku swarming diduga terjadi akibat siklus kematangan gonad dari

cacing polychaeta dan faktor alam (tinggi muka air laut pada saat purnama di

bulan februari-maret). Cacing Polychaeta nyale ini dapat melakukan

reproduksi secara aseksual (tumbuh dari fragmen yang terputus) atau secara

seksual, hasil reproduksi sel telur dan sel sperma. Pada saat kegiatan

reproduksi eksternal ini akan dilakukan, cacing nyale akan mengalami

fenomena perubahan karakteristik morfologi secara terbatas dari organisme

bentik menjadi planktonik, diantaranya mengubah setae (rambut halus pada

tubuh) menjadi kaki renang.

Dengan serangkaian keunikan dan perilaku yang dihubungkan dengan

mitos Legenda Putri Mandalika, keberadaan nyale secara ekologis sangat

berperan dalam menjaga kesintasan ekosistem intertidal sekitar pantai di

lombok Tengah dan pantai lainnya. Sistem pengambilan nyale dalam tradisi

bau nyale ini, secara tradisional tidak mempengaruhi secara signifikan

terhadap populasi cacing polychaeta secara signifikan, hal ini terjadi karena

dengan pola pengambilan menjelang fajar, maka proses pemijahan

(spwaning) cacing telah terlewati dan generasi baru akan segera tumbuh. Hal

ini mirip dengan pola migrasi ikan salmon ke hulu untuk melakukan pemijahan

dan setelah itu ikan salmon mati.

Tradisi ini telah menarik perhatian semua pihak, bahkan pemerintah

daerah lombok tengah telah menjadikan event ini sebagai event atraksi

pariwisata tahunan dalam kalender pariwisatanya. Meskipun dari segi sosial

Page 230: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 125

budaya, tradisi bau nyale mulai kehilangan citra diri karena dibeberapa tempat,

upacara ini lebih menonjolkan hiburan suguhan musik modern dibandingkan

pelestarian budaya kearifan lokal.

Promosi Bau Nyale dalam Kalender Event Pariwisata Kabupaten Lombok

Tengah

Page 231: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 126

2.3.KOMPONEN LINGKUNGAN SOSIAL

2.3.1.Kependudukan

a. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk

Lokasi kegiatan pariwisata Mandalika sebagian besar terletak di

wilayah Kecamatan Pujut. Berkaitan dengan kegiatan sosial ekonomi

masyarakat maka lahan di kawasan ini akan mengggunakan lahan di Desa

Kuta, Sengkol, Mertak, Sukadana dan Truwai. Selain kelima desa tersebut,

terdapat sepuluh desa lain yang berada di wilayah Kecamatan Pujut.

Berdasarkan hal tersebut maka pembahasan rona lingkungan hidup sosial

ekonomi dari studi ini akan mencakup seluruh desa di Kecamatan Pujut

dengan pembagian wilayah penelitian yaitu lima desa yang lahannya

digunakan sebagai lokasi kegiatan (wilayah 1) dan lokasi sekitarnya yang

termasuk dalam kecamatan Pujut (Wilayah 2).

Luas wilayah Kecamatan Pujut adalah 233,55 km2 dengan jumlah

rumah tangga sebanyak 28.622 dan jumlah penduduk sebanyak 97.857 jiwa,

maka kepadatan penduduk adalah 419 jiwa per kilometer persegi.

Luas wilayah Desa Kuta adalah 23,66 km2 dengan jumlah rumah tangga

sebanyak 2.132 dan jumlah penduduk sebanyak 7.831 jiwa, maka kepadatan

penduduk adalah 331 jiwa per km2, sedangkan luas wilayah Desa Mertak

adalah 14,27 km2 dengan jumlah rumah tangga sebanyak 2.228 dan jumlah

penduduk sebanyak 7.501 jiwa, maka kepadatan penduduk adalah 526 jiwa

per km2.

Desa Sengkol mempunyai luas wilayah 18,36 km2 dengan jumlah

rumah tangga sebanyak 3.028 dan jumlah penduduk sebanyak 10.427 jiwa,

maka kepadatan penduduk adalah 568 jiwa per km2.

Desa Sukadana mempunyai luas wilayah 7,83 km2 dengan jumlah

rumah tangga sebanyak 1.519 dan jumlah penduduk sebanyak 4.977 jiwa,

maka kepadatan penduduk adalah 636 jiwa per km2.

Desa Truwai mempunyai luas wilayah 59,32 km2 dengan jumlah rumah

tangga sebanyak 1.519 dan jumlah penduduk sebanyak 4.811 jiwa kepadatan

penduduk adalah 81 jiwa per km2,

Pada tahun 2017 Desa Truwai telah dimekarkan menjadi dua desa,

yaitu Desa Truwai dan Desa Bangket Perak, sehingga jumlah Desa di

Kecamatan Pujut adalah 16 Desa.

Page 232: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 127

Diantara lima wilayah tersebut terlihat bahwa penduduk yang paling

padat terdapat di Desa Sukadana, sedangkan kepadatan penduduk yang

paling rendah berada di Desa Truwai, untuk wilayah sepuluh desa lainnya

yang termasuk wilayah Kecamatan Pujut, total luas lahan sebesar 233,55 Km2

dengan jumlah rumah tangga sebanyak 28.622 rumah tangga dan jumlah

penduduk sebanyak 97.857 jiwa kepadatan penduduk adalah 401 jiwa per km2

(lihat Tabel 2.35).

Mengacu kepada standar kepadatan penduduk menurut Badan Pusat

Statistik, Kepadatan penduduk dikelompokkan kedalam tiga kriteria kepadatan

yaitu:

Kriteria kepadatan tinggi apabila penduduk berjumlah lebih dari 2.000 jiwa

per km2.

Kriteria kepadatan sedang apabila penduduk berjumlah antara 1.000 jiwa

sampai dengan 2.000 jiwa per km2.

Kriteria kepadatan rendah apabila penduduk berjumlah kurang dari 1.000

jiwa per km2.

Sesuai dengan acuan tersebut maka tingkat kepadatan penduduk di

Kecamatan Pujut secara keseluruhan termasuk kedalam kepadatan rendah,

begitu juga di lima desa wilayah studi termasuk kriteria kepadatan rendah,

hanya di Desa Kawo dan di Desa Ketara saja yang termasuk kategori

kepadatan sedang.

Page 233: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 128

Tabel 2.35 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Desa Wilayah

Studi

Sumber: Kecamatan Pujut Dalam Angka Tahun 2011

Perbandingan penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Pujut

rata-rata menunjukkan angka 123, yang berarti diantara 100 orang laki-laki

terdapat 123 orang perempuan. Angka tersebut menunjukkan besarnya

potensi penduduk perempuan.

b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur

Untuk melihat sampai sejauh mana komposisi masing-masing usia

penduduk, dilakukan analisis terhadap kondisi usia penduduk dengan Ratio

Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) yang diperoleh melalui

Desa

Luas

Lahan

(km2)

Jumlah

Rumah

Tangga

Jumlah Penduduk Kepadata

n

Pendudu

k

(jiwa/km2)

Laki-laki Perempuan Jumlah

Kuta 23,66 2.132 3.904 3.927 7.831 331

Mertak 14,27 2.228 3.687 3.814 7.501 526

Sengkol 18,36 3.208 4.979 5.448 10.427 568

Sukadana 7,83 1.519 2.365 2.612 4.977 636

Truwai 59,32 1.519 2.356 2.455 4.811 81

Total

Wilayah 1 123,44 10.786 17.291 18.256 35.547 428

Tumpak 34,54 1.547 2.397 2.725 5.122 148

Prabu 4,93 1.026 1.837 1.951 3.788 768

Rembitan 14,75 1.954 3.500 3.871 7.371 499

Pengengat 11,97 1.746 2.667 2.876 5.543 463

Gapura 3,40 806 1.239 1.367 2.606 766

Kawo 8,36 2.680 4.370 4.656 9.026 1.079

Segala Anyar 4,50 895 1.405 1.506 2.911 646

Pengembur 13,33 2.592 4.083 4.813 8.896 667

Ketara 3,56 1.116 1.913 2.175 4.088 1.148

Tanak Awu 10,77 2.502 4.195 4.549 8.744 811

Total

Wilayah 2 110,11 16.864 25.534 31.699 57.233 520

Kecamatan 233,55 28.622 46.946 50.911 97.857 401

Page 234: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 129

perbandingan antara penduduk usia tidak produktif yaitu (penduduk usia 0 -

14 tahun dan di atas 65 tahun) dengan penduduk usia produktif yaitu

penduduk usia diatas usia 15 – 64 tahun.

Menurut Kecamatan Pujut dalam angka tahun 2011 usia produktif lebih

banyak dibandingkan dengan usia tidak produktif, Penduduk angkatan kerja

yang merupakan potensi menghadapi masalah diantaranya kualitas tingkat

pendidikan yang relatif rendah. Hal ini membuat pilihan mereka terhadap

lapangan kerja menjadi terbatas. Faktor inilah yang sering membuat tidak

bertemunya antara permintaan tenaga kerja dengan penawarannya.

Dari hasil perhitungan berdasarkan data tersebut diperoleh rasio beban

ketergantungan penduduk di Kecamatan Pujut adalah 58, ini berarti bahwa

tiap 100 orang yang produktif menanggung 58 orang yang tidak produktif.

Tabel 2.36. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Kecamatan Pujut

Desa

Penduduk Usia

Produktif Penduduk Usia Non Produktif

Defendensi ratio

15-64 th 0-14 th ≥65

Wilayah 1

Kuta 4.922 2.484 349 58

Mertak 4.751 2379 334 58

Sengkol 6.556 3.308 465 58

Sukadana 3.129 1.578 222 58

Truwai 5.673 2862 402 58

Total wilayah 1 25.031 12.611 1.772 58

Wilayah 2

Tumpak 3.220 1.625 228 58

Prabu 2381 1.201 169 58

Rembitan 4.634 2.338 329 58

Pengengat 3.484 1.758 247 58

Gapura 1638 827 116 64

Kawo 5.674 2.863 402 58

Segala Anyar 1.829 923 130 58

Pengembur 5.593 2.822 397 58

Ketara 2.570 1.297 182 58

Page 235: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 130

Desa

Penduduk Usia

Produktif Penduduk Usia Non Produktif

Defendensi ratio

15-64 th 0-14 th ≥65

Tanak Awu 5.497 2.773 390 58

Total wilayah 2 36.520 18.427 2.590 58

Kecamatan 61.551 31.038 4.362 58

Sumber: Kecamatan Pujut Dalam Angka Tahun 2017

c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Wilayah 1

sebagian besar adalah baru menamatkan lulus SD. Data yang disajikan pada

Tabel 2.37, yang merupakan hasil wawancara menunjukkan bahwa lulusan

SD mencapai 29,36%. Kemudian lulusan SMP mencapai 25,67% dan lulusan

SMA sebanyak 14,18%. Untuk lulusan Diploma sebanyak 2,41% dan lulusan

Perguruan Tinggi sebanyak 5,1%.

Besarnya jumlah lulusan SD menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

penduduk masih relatif rendah. Masalah yang dihadapi penduduk untuk

menempuh pendidikan yang lebih tinggi adalah faktor biaya dan waktu. Faktor

waktu adalah ketiadaan kesempatan bagi penduduk usia sekolah untuk

menempuh sekolah yang lebih tinggi, karena harus membantu orangtua

bekerja. Pekerjaan yang harus dibantu baik dalam kegiatan pertanian,

menangkap ikan maupun mengurus ternak.

Page 236: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 131

Tabel 2.37. Tingkat Pendidikan di Desa-desa Lokasi Pembangunan Kawasan Pariwisata Kuta

No. Tingkat

Pendidikan

Kuta Sengkol Mertak Truwai Sukadana Total

Laki

-laki

Peremp

uan Jumlah

Laki

-laki

Peremp

uan Jumlah

Laki

-laki

Peremp

uan Jumlah

Laki

-laki

Peremp

uan Jumlah

Laki

-laki

Peremp

uan Jumlah

Laki-

laki %

Perempu

an % Jumlah %

1.

Masih

sekolah di

SD

23 31 54 11 12 23 9 11 20 13 17 30 11 17 28 67 9,50 88 12,48 155 21,9

9

2. Lulus SD 21 34 55 14 19 33 17 27 44 17 23 40 14 21 35 83

11,7

7 124 17,59 207

29,3

6

3.

Lulus

SMP 27 39 66 11 7 18 13 18 31 6 3 9 25 32 57 82

11,6

3 99 14,04 181

25,6

7

4.

Lulus

SMA 15 12 27 8 7 15 15 12 27 8 7 15 9 7 16 55 7,80 45 6,38 100

14,1

8

5.

Lulus

Diploma 3 3 2 5 0 0 0 0 0 0 2 2 4 0 0 0 5 0,71 4 0,57 9 1,28

6.

Sarjana

S-1 4 1 5 2 1 3 1 1 2 4 2 6 1 0 1 12 1,70 5 0,71 17 2,41

7.

Tidak

pernah

sekolah

2 5 7 2 4 6 2 4 6 2 4 6 4 7 11 12 1,70 24 3,40 36 5,11

Jumlah 95 124 219 48 50 98 57 73 130 52 58 110 64 84 148 316 44,8

2 389 55,18 705 100

Sumber: Data Primer, 2017

Page 237: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 132

Untuk kondisi pendidikan di wilayah 2, jumlah lulusan terbanyak adalah

lulusan SD (29,99%). Kemudian disusul oleh lulusan SMA sebanyak 16,85%

dan lulusan sebanyak 7,87%. Jumlah lulusan D3 dan Sarjana masing

sebanyak 2,02% dan 4,94%. Komposisi tersebut mirip dengan penduduk di

Wilayah 1, namun penduduk yang menempuh pendidikan SLTA cenderung

lebih besar. Menurut keterangan, hal ini didukung oleh kedekatan akses

penduduk ke sekolah–sekolah yang setaraf SMA.

Tabel 2.38 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Wilayah 2

No. Jenis Pendidikan Laki -laki %

Perem

puan % Jumlah %

1 Masih Sekolah di TK dan SD 69 15,51 77 17,30 146 32,81

2. Lulusan SD 58 13,03 74 16,63 132 29,66

3. Lulusan SMP 14 3,15 21 4,72 35 7,87

4. Lulusan SMA 48 10,79 27 6,07 75 16,85

5. Lulus D3 6 1,35 3 0,67 9 2,02

6. Lulus Sarjana 13 2,92 9 2,02 22 4,94

7. Tidak pernah sekolah 9 2,02 17 3,82 26 5,84

Jumlah 217 48,76 228 51,24 445 100

Sumber: Data Primer, 2017

Meskipun kondisi tingkat pendidikan di kedua wilayah masih relatf

rendah karena faktor biaya dan waktu, namun motivasi untuk menempuh

pendidikan cukup meningkat. Hal ini didukung oleh fasilitas sekolah yang ada

di wilayah Kec. Pujut serta kesadaran para orangtua untuk menyekolahkan

anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi dari sekolah dasar. Menurut

mereka, tingkat pendidikan dan pemilikan keterampilan diperlukan untuk

meraih peluang-peluang kerja di luar pertanian, terutama dengan adanya

peningkatan kegiatan pariwisata di sekitar Desa Kuta. Persepsi penduduk

mengenai peluang kerja pada kegiatan pariwisata tersebut ditunjukkan

dengan adanya lembaga pendidikan SMK dengan jenis pendidikan pariwisata

yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga pendidikan di Desa Kuta.

Minat penduduk lainnya untuk menempuh menyelenggarkan pendidikan

adalah mengelola madrasah, yaitu sekolah umum yang menitikberatkan

pendidikan agama (Islam). Seperti yang dibahas dalam dokumen Kerangka

Acuan, fasilitas sekolah di Kecamatan Pujut mulai tingkat SD hingga SMA

berjumlah 390 unit dan sebanyak 281 unit (72%) adalah sekolah-sekolah

madrasah tingkat Ibtidaiyah (setara SD) hingga Aliyah (setara SMA) yang

diselenggarakan masyarakat. Untuk menempuh pendidikan tingkat diploma

Page 238: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 133

dan Perguruan Tinggi harus dtempuh ke luar daerah, terutama Kota Mataram

dan propinsi lainnya di wilayah Indonesia.

d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan penduduk yang ditejkuni penduduk di Wilayah 1, yang

paling banyak adalah sebagai petani (20,28%), Kemudian disusul oleh jenis

pekerjaan nelayan (3,83%) dan pekerjaan yang dilakukan penduduk yang

berstatus sebagau isteri yaitu sebagai Ibu Rumahtangga (21,42%) (Lihat

Tabel 2.39). Kedua jenis pekerjaan tersebut (petani dan nelayan) dikerjakan

baik oleh laki-laki maupun perempuan, meskipun kelompok laki-laki nampak

lebih dominan.

Selain kedua jenis pekerjaan tersebut, terdapat limabelas jenis

pekerjaan lain yang berjenis pekerjana profesional dan jasa. Namun demikian,

nampak bahwa jenis –jenis pekerjaan lain nampak terkonsentrasi di Desa Kuta

dan sebagian kecil di DesaTruwai. Hal ini menunjukkan bahwa keterbukaan

dari luar desa yang dipengaruhi oleh kegiatan Pariwisata lebih banyak diraih

oleh penduduk Desa Kuta.

Peluang dari kegiatan Pariwsata di pantai adalah penduduk yang

bekerja sebagai pemandu wisata (1,13%), manajer dan karyawan hotel.

Penduduk yang berperan sebagai pengusaha hotel tidak terdapat di seluruh

wilayah studi. Hal ini diduga karena pemilikan hotel adalah penduduk dari luar

desa.

Perbandingan antara peran laki-laki dan perempuan, nampak bahwa

partisipasi kerja dan peluang kerja yang muncul lebih banyak dikerjakan oleh

perempuan. Dari delapan jenis pekerjaan yang muncul, nampak bahwa

kelompok perempuan hanya mempunyai akses dalam kegiatan mengelola

warung dan kios, sebagai tenaga kerja di luar negeri dan sebagai pegawai

negeri. Meskipun demikian, peran perempuan cukup menonjol sebagai tenaga

kerja di luar negeri (TKI). Dari segi pendapatan keluarga, meskipun dalam

jumlah yang kecil, penghasilan yang dikirimkan (remmitances) oleh TKI cukup

besar dan sangat membantu memenuhi kebutuhan rumahtangga warga yang

menjadi TKI tersebut.

Data lain yang disajikan dalam Tabel 2.39, terdapat data penduduk usia

kerja yang masih menganggur sebesar 16,88%. Apabila dibandingkan dengan

angka pengangguran tingkat nasional sebesar 8% (Badan Pusat Statistik ,

Januari 2017), maka tingkat pengangguran di Wilayah 1 lebih besar.

Page 239: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 134

Tabel 2.39. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Pokok

N

o Jenis Pekerjaan

Kuta Sengkol Mertak Truwai Sukadana Total

L P Jml

h L P

Jml

h L P

Jml

h L P

Jml

h L P

Jumla

h L P

Jml

h %

Jumla

h %

1. Petani

2

1 5 26

1

1 2 13

3

3 2 35

2

7 2 29

3

8 2 40

13

0

18,4

4 13 1,84 143

20,2

8

2. Nelayan

1

1 3 14

1

2 0 12 1 0 1 0 0 0 0 0 0 24 3,40 3 0,43 27 3,83

3. Pemandu wisata 4 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0,57 0 0,00 4 1,13

4. Manajer Hotel 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 7 1 0,14 7 0,99 8 0,27

5. Karyawan Hotel 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0,28 0 0,00 2 0,28

6. Sopir 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0,14 0 0,00 1 0,14

7 Buruh konstruksi 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0,43 0 0,00 3 0,43

8 Mengelola peternakan 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0,14 0 0,00 1 0,14

9 Mengelola sekolah 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0,14 0 0,00 1 0,14

10 Pedagang eceran 2 16 18 0 0 0 0 0 0 3 3 6 0 0 0 5 0,71 19 2,70 24 3,40

11 Warun dan kios 3 11 14 0 0 0 0 3 3 0 0 0 0 4 4 3 0,43 18 2,55 21 2,98

12

tenaga kerja di luar

negeri 0 3 3 0 2 2 0 2 2 0 0 0 0 3 3 0 0,00 10 1,42 10 1,42

13 Guru 2 2 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0,28 2 0,28 4 0,57

14 Musisi 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0,14 0 0,00 1 0,14

15 Pegawai negeri 3 1 4 0 2 2 1 1 2 2 1 3 2 0 2 8 1,13 5 0,71 13 1,84

16

. Anggota TNI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0,14 0 0,00 1 0,14

1

7 Peternak 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0,14 0 0,00 1 0,14

Page 240: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 135

18

Mengurus

Rumahtangga 0 37 37 0

1

9 19 0

3

4 34 0

2

7 27 0

3

4 34 0 0,00 ###

21,4

2 151

21,4

2

19 Masih menganggur

1

2 15 27 9

1

1 20

1

2

2

0 32 6 8 14

1

1

1

5 26 50 7,09 69 9,79 119

16,8

8

20 Masih sekolah/kuliah

2

7 31 58

1

6

1

4 30 9

1

1 20

1

3

1

7 30

1

3

1

9 32 78

11,0

6 92

13,0

5 170

24,1

1

Jumlah 9

5

12

4 219

4

8

5

0 98

5

7

7

3 130

5

2

5

8 110

6

4

8

4 148

31

6

44,8

2 ###

55,1

8 705 100

Sumber:: Data Primer, 2017

Page 241: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 136

Untuk penduduk di Wilayah 2, jenis pekerjaan penduduk, nampak lebih

sedikit dibandingkan dengan wilayah 1, yaitu terdapat tujuh jenis pekerjaan

dan sebagian besar adalah pekerjaan pengolahan lahan pertanian (20,22%).

Jenis pekerjaan lainnya adalah penduduk yang mengelola warung serta kios

dan pedagang eceran.

Kegiatan pariwisata nampak tidak memberikan peluang yang

signifikan, kecuali adanya kampung tradisional Suku Sasak yang terletak di

Dusun Sade, Desa Rambitan yang sering dikunjungi oleh wisatawan. Dari

kunjungan wisata tersebut, jenis matapencaharian yang dapat dimanfaatkan

adalah perdagangan kain dan cendera mata lainnya. Pembuatan kain tenun

dan penjualannya, nampak ditekuni oleh penduduk perempuan. Selain

menjual barang kain dan kerajinan di Dusun Sade, penduduk perempuan dari

pemukiman tersebut menjualnya di lokasi wisata pantai Desa Kuta dan

sekitarnya.

Tabel 2.40. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di

Wilayah 2

No. Jenis Pekerjaan Laki -

laki % Perempuan % Jumlah %

1 Petani 88 19,78 2 0,45 90 20,22

2 Nelayan 4 0,90 0 0,00 4 0,90

3 Kerajinan 4 0,90 0 0,00 4 0,90

4 Mengelola peternakan 6 1,35 0 0,00 6 1,35

5 Warung dan kios 3 0,67 17 3,82 20 4,49

6 Pedagang eceran 2 0,45 7 1,57 9 2,02

7 tenaga kerja di luar negeri 6 1,35 18 4,04 24 5,39

8 Mengurus Rumahtangga 0 0,00 68 15,28 68 15,28

9 Masih menganggur 37 8,31 39 8,76 76 17,08

10 Masih Sekolah di TK dan SD 67 15,06 77 17,30 144 32,36

Jumlah 217 23,37 228 26,07 445 100,00

Sumber: Data Primer, 2017

Page 242: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 137

Peluang-peluang pekerjaan lainnya yang dapat dimasuki oleh

kelompok perempuan adalah pengelolaan warung dan kios (3,82%) dan

tenaga kerja di luar negeri (4,04%), sedangkan penduduk yang berstatus

sebgaai isteri cederung berperan dalam mengurus rumahtangga.

Jumlah penduduk usia kerja yang masih menganggur adalah 17,08%.

Jumlah pengangguran ini nampak relatif sebanding dengan Wilayah 1, dan

lebih besar apabila dibandingkan dengan rata-rata Angka Pengangguran

Nasional (8%).

2.3.2.Sosial Ekonomi

a. Pola Pemanfaatan dan Pemilik Lahan

Pemanfaatan lahan di Kecamatan Pujut didominasi oleh tanah kering

seluas 8.341 Ha atau 35,71% dari total luas Kecamatan Pujut, jenis lahan

terluas kedua adalah hutan seluas 6.928 Ha atau 29,66% dari total luas

Kecamatan Pujut, selebihnya adalah tanah sawah, bangunan, perkantoran,

tanah kuburan dan lain lain. Tanah persawahan di wilayah ini merupakan

sawah tadah hujan dan sawah irigasi setengah teknis.

Tabel 2.41. Penggunaan Lahan di Kecamatan Pujut

No Penggunaan Wilayah

Kecamatan Pujut

Jumlah (ha/m2) %

1 Tanah Sawah 6754 28.92%

2 Tanah Kering 8341 35.71%

3 Bangunan 1053 4.51%

4 Hutan 6928 29.66%

5 Lainnya 279 1.19%

Total Luas 23355 100.00% Jenis Pengairan Sawah :

1 Sawah Irigasi Teknis 0 0.0%

2 Sawah Irigasi ½ Teknis 1459 21.6%

3 Sawah Tadah Hujan 5295 78.4%

4 Sawah Irigasi Sederhana 0 0.0%

Total Luas Tanah Sawah 6875 100%

Sumber: Kecamatan Pujut Dalam AngkaTahun 2011

Page 243: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 138

Penduduk petani di wilayah Kecamatan Pujut mengandalkan sawah

sebagai sumber pemenuhan kebutuhan pokok dan sumber penghasilan dari

gabah hasil panen yang dijual. Namun demikian, lahan sawah di Kecamatan

Pujut sebagian besar adalah sawah tadah hujan yang rata-rata hanya dapat

ditanami setahun sekali. Selain keterbatasan air, lahan sawah di Kecamatan

Pujut juga memiliki kesuburan yang terbatas, Untuk memaksimalkan hasil

pertanian, maka pengolahan sawah dilaksanakan dengan sistem gogo

rancah, yaitu sistem pengolahan lahan pada saat musim kemarau sebagai

persiapan masa produksi padi pada saat musim hujan.

Lahan kering di Kecamatan Pujut juga ditanami tanaman palawija seperti

jagung dan ketela pohon.

Pola penguasaan lahan penduduk mengacu pada konsep pemilikan lahan

yang diakui oleh warga lain atau memiliki legalitas dari lembaga pemerintahan

atau lembaga adat. Berdasarkan konsep tersebut, maka diketahui bahwa

sebanyak 46,04% penduduk memiliki lahan sawah dan 69% memiliki kebun.

Cara penduduk menguasai lahan adalah dengan membuka sendiri,

membeli dari warga atau melalui hibah dan waris. Cara penguasaan yang

dahulu pernah dilakukan, namun kini sudah berkurang, adalah meminta lahan

yang sudah ditinggalkan oleh orang lain, dengan perantaraan Kepala

Kampung. Cara ini berkaitan dengan pola pertanian/peladangan berpindah.

Luas lahan yang dimiliki penduduk sebagian besar kurang dari rata-rata

antara kurang dari 1000 m2 sampai dengan lebih dari 5.000 m2 (0,5 hektar).

Meskipun demikian, nampak bahwa pengelolaan efisien hanya seluas 2000 –

3000 m2 saja. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan modal pertanian dan

pengelolaan yang mengandalkan tenaga kerja keluarga. Kondisi tersebut

nampak dari data yang disajikan pada Tabel 2.42, yang menunjukkan bahwa

sebagian besar penduduk, menguasasi lahan kurang dari 1000 m2 dan

penguasaan lahan penduduk ada yang lebih luas dari 0,5 hektar.

Pengakuan terhadap pemilikan lahan antara lain diberikan oleh

tetangga ataupun Pemerintah Desa. Gejala yang berkembang selama sepuluh

sampai limabelas tahun terakhir adalah adanya penduduk yang menggarap

lahan yang telah dibeli oleh perusahaan pemerintah. Menurut keterangan,

gejala ini diduga berkaitan dengan pengalaman penduduk pada masa dahulu

yang sering membuka lahan yang terlantar atas ijin penggarap sebelumnya.

Lahan-lahan tersebut dapat diidentifikasi sebagai lokasi rencana

pengembangan Pariwisata Kuta yang merupakan inti dari studi ini.

Page 244: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 139

Tabel 2.42. Kondisi Pemilikan Lahan Pertanian di Wilayah 1

Untuk Penduduk di Wilayah 2, Penguasaan lahan penduduk tidak jauh

berbeda, yaitu sebanyak 55% penduduk memilikil lahan sawah dan sebanyak

79% penduduk memiliki lahan untuk ladang dan kebun. Bagi penduduk yang

tidak memiliki lahan, dapat menyiasatinya kebutuhan lahan pertanian dengan

cara kerjasama penggrapan lahan melalui sistem bagi hasil (maro atau

ngadas) Melalui sistem lahan pemilik dan penggarapa lahan sepakat bahwa

pigak penggarap akan diberi hak untuk mengolah lahan untuk budidaya

tanaman tertentu dengan menyediakan biaya produksi dan tenaga kerja,

sedangkan panen dibagi dua.

Luas Pemilikan

lahan Kuta Sengkol Mertak Truwai Sukadana

Jumlah dan

% Total

A. Sawah

kurang dari 1000 m2 2 0,90 3 1,35 1 0,45 0 0,00 0 0,00 6 2,69

1000 m2 - 2 000 m2 2 0,90 7 3,14 4 1,79 2 0,90 4 1,79 19 8,52

2001 m2 - 3000 m2 4 1,79 8 3,59 5 2,24 3 1,35 4 1,79 24 10,76

3001 m2 - 4000m2 3 1,35 7 3,14 6 2,69 2 0,90 2 0,90 20 8,97

4 001 m2 - 5 000 m2 3 1,35 4 1,79 7 3,14 4 1,79 3 1,35 21 9,42

Lebih dari 5 000m2 2 0,90 5 2,24 3 1,35 1 0,45 3 1,35 14 6,28

Tidak memiliki lahan

sawah 25 11,21 31 13,90 22 9,87 26 11,66 15 6,73 119 53,36

Jumlah 41 18,39 65 29,15 48 21,52 38 17,04 31 13,90 223 100,00

B. Ladang/Kebun

kurang dari 1000 m2 2 0,90 0 0,00 0 0,00 1 0,45 0 0,00 3 1,35

1000 m2 - 2 000 m2 4 1,79 15 6,73 5 2,24 4 1,79 3 1,35 31 13,90

2001 m2 - 3000 m2 7 3,14 9 4,04 7 3,14 9 4,04 4 1,79 36 16,14

3001 m2 - 4000m2 11 4,93 13 5,83 9 4,04 7 3,14 6 2,69 46 20,63

4 001 m2 - 5 000 m2 6 2,69 4 1,79 8 3,59 3 1,35 3 1,35 24 10,76

Lebih dari 5 000m2 3 1,35 3 1,35 4 1,79 2 0,90 4 1,79 16 7,17

Tidak memiliki lahan

sawah 8 3,59 21 9,42 15 6,73 12 5,38 11 4,93 67 30,04

Jumlah 41 18,39 65 29,15 48 21,52 38 17,04 31 13,90 223 100,00

Page 245: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 140

Tabel 2.43. Kondisi Pemilikan Lahan Pertanian di Wilayah 2

Luas Pemilikan lahan Jumlah

A. Sawah Jumlah %

kurang dari 1000 m2 4 4

1000 m2 - 2 000 m2 18 18

2001 m2 - 3000 m2 11 11

3001 m2 - 4000m2 9 9

4 001 m2 - 5 000 m2 7 7

Lebih dari 5 000m2 6 6

Memiliki lahan sawah 55 55

Tidak memiliki lahan sawah 45 45

Jumlah 100 100,00

B. Ladang/Kebun

kurang dari 1000 m2 8 8

1000 m2 – 2 000 m2 18 18

2001 m2 – 3000 m2 14 14

3001 m2 – 4000m2 19 19

4 001 m2 – 5 000 2 11 11

Lebih dari 5 000m2 9 9

Memiliki lahan kebun/ladang 79 79

Tidak memiliki lahan kebun 21 21

Jumlah 100 100,00

Sumber: Data Primer, 2017

b. Pola Pemanfaatan Sumberdaya Lahan

Pola Usaha Tani

Sistem budidaya padi gogo rancah seolah-olah kita anggap tanaman

padi seperti tanaman palawija. Sehingga kebutuhan air dalam sistem ini

sangatlah minim. Sistem budidaya padi gogo biasanya dilakukan pada tanah-

tanah yang kering atau tanah tadah hujan. Kelebihan sistem tanam gogo

rancah dibanding sistem sawah diantaranya adalah penghematan tenaga

kerja tanam, penghematan tenaga kerja pemeliharaan dan tentunya lebih

menghemat waktu. Adapun kekurangan cara tanam gogo rancah adalah

produksi yang dihasilkan tidak sebesar dengan sistem tanah sawah. Data

yang disajikan pada Tabel 2.44 yang merupakan hasil wawancara dengan

petani di Desa Mertak, menunjukkan bahwa untuk 0,5 hektar lahan sawah

memerlukan dana Rp 2.500.000,- dan dari hasil penjualan gabah, maka

didapatkan keuntungan Rp 1.520.000,-. Jika masa tanam padi selam tiga

Page 246: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 141

bulan, maka pendapatan petani dengan luas lahan sawah adalah Rp.

510.000,- per bulan.

Tabel 2.44. Analisis Usaha Tani Padi dengan Luas Lahan 4500 m2 di

Wilayah Studi

Jenis pengeluaran Satuan Volume Harga per satuan

(Rp)

Jumlah

(Rp)

Bibit kg 20 5.000 100.000

Tenaga Kerja Pembalikan tanah personal 10 50.000 500.000

Tenaga Kerja menanam padi (nandur) personal 3 30.000 90.000

Pupuk urea kg 20 12.000 240.000

Pestisida botol 1 50.000 50.000

Jumlah 980.000

Penghasilan :

Gabah blek 50 50.000 2.500.000

Keuntungan : Penghasilan dikurangi Pengeluaran :

Rp 2.500.000,- Rp 980.000 = Rp 1.520.000,-

Sumber: Data Primer, 2017

Minimnya pendapatan dari pengolahan sawah, disiasati dengan

menanam palawija pada musim kemarau. Palawija yang ditanam antara lain

adalah cabai rawit dan ketimun. Hasil penanaman cabai rawit penduduk akan

memperoleh hasil penjualan Rp. 600.000,- dalam masa produksi tiga bulanan.

Masa produksi yang juga selama tiga bulan adalah tanaman jagung yang

menghasilkan hasil Rp. 300.000,-

Pola Pembuatan Garam

Pembuatan garam dilakukan di ladang garam yang terketak di lokasi

di sebelah Utara Desa Mertak dan sebelah Timur Desa Truwai. Ladang garam

tersebut telah dmulai sejak sekitar duapuluh tahun dan sempat berhenti

karena alasan kendala ekonomis Namun sejak awal tahun 2017 terdapat

lahan seluas 4 hektar milik seorang penduduk dari Desa Truwai. Aktifnya

kelompok pembuatan garam tidak terlepas dari bimbingan teknis dan bantuan

modal Dinas Perikanan dan Kelautan Kab Lombok Tengah Total luas hektar

terdiri dari terdiri 2 hektar ladang dan 2 hektar sungai buatan untuk menabung

air laut. Ladang seluas 2 hektar terbagi dalam 80 petak.

Lahan tersebut digarap oleh dua kelompok yang masing-masing terdiri

dari sepuluh orang. Cara membuat garam di lokasi ini adalah dengan cara

menyekop tanah dari ladang, kemudian masukkan air laut , biarkan 7 hari

sampai gembur, dipadatkan oleh alat pengepak, diratakan, masukkan air laut,

Page 247: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 142

diamkan 7 hari, dipadatkan, masukkan lagi air laut, 7-10 hari, tunggu sampai

menjadi garam.

Setiap minggu satu petak ladang akan menghasilkan 5 kwintal sampai

1 ton garam. Harga garam bervariasi, yaitu antara Rp. 50.000,- hingga dapat

mencapai Rp. 300.000,- perkarung. Harga garam dapat melambung apabila

produksi garam menurun di pasaran, karena pengaruh musim hujan. Dari hasil

tersebut, maka penghasilan anggota kelompok setelah dipotong biaya

transportasi pengangkutan garam ke pasar rata-rata adalah Rp. 150.000,- per

minggu.

Pola Peternakan Kerbau dan Sapi

Peternakan kerbau adalah kegiatan usaha penduduk yang bersifat

usaha investasi tahunan. Kegiatan peternakan kerbau dapat dimulai dengan

cara membeli bibit/anak kerbau dengan harga Rp. 1.000.000,- per ekor.

Setelah dilakukan perawatan selama 3 – 4 tahun maka kerbau dapat dijual

hingga Rp. 6 sampai 7 juta ekor, tergantung kondisi fisik (berat badan) dan

harga pasaran. Profil penduduk di Desa Kuta yang menekuni peternakan

kerbau memiliki hingga 27 ekor hewan ini, yang berkembang biak melalui

proses beranak pinak.

Pada lima tahun terkahir, selain kerbau ada pula penduduk yang

merintis peternakan Sapi Bali. Biaya Investasi Sapi Bali diketahui lebih besar,

karena harga bibit yang relatif lebih tinggi dari kerbau, yaitu dapat mencapai

tiga kali lipat dari harga bibit kerbau.

Berkaitan dengan besarnya biaya pengadaan bibit kerbau atau Sapi Bali,

maka tidak semua penduduk dapat menjalankan kegiatan usaha ini. Namun

demikian, kegiatan peternakan ini masih cukup diminati, karena harga jual

yang cukup tinggi dan perawatan yang cukup mudah serta fasilitas padang

rumput luas yang tersedia di sekitar pemukiman mereka. Agar dapat

mendapatkan penghasilan, maka sebagian penduduk menjalani pola

kerjasama pengurusan kerbau, Sapi Bali dan bahkan kambing (ngadas

ternak). Melalui kerjasama ini, maka penduduk yang ngadas akan mengurus

sepasang ternak atau lebih dengan tujuan mendapatkan hasil ternak yang

lebih banyak. Apabila seekor ternak beranak lebih dari satu anak, maka

kepemilikannya akan dibagi dua dengan pemilik ternak. Pemisahan pemilikan

tersebut merupakan jasa bagi penduduk yang ngadas atas perawatan yang

dilakukannya terhadap ternak.

Page 248: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 143

c. Pengelolaan Sumberdaya Kelautan

Pola Penangkapan Ikan

Para nelayan di Desa Kuta sebagian besar hanya beraktivitas di

wilayah pantai, dikenal dengan “nelayan pantai” yaitu nelayan yang mencari

sumber daya ikan hanya di lokasi-lokasi laut yang tidak jauh dari pantai. Pada

umumnya mereka menggunakan perahu mesin 5 sampai 15 PK, Area

penangkapannya tidak dapat terlalu jauh dari wilayah pantai. Menurut

pengakuan penduduk, area penangkapan mereka adalah sejauh 1-2 mil ke

arah laut dan menjangkau area seluas 20 km2. Pada dasarnya terdapat dua

musim berdasarkan arus angin yang diterapkan dalam pola pencarian ikan,

yaitu :

Musim Barat (Januari – April). Pada musim ini kondisi angin di laut sangat

kencang, ombak cukup besar, sehingga para nelayan sangat sulit untuk

beraktivitas di laut. Kadang selama satu bulan berturut-turut mereka tidak

melakukan aktivitasnya di laut, sesekali mendapatkan kesempatan

menangkap ikan hasilnya hanya berkisar antara 1 – 2 kg yang dijual

dengan harga Rp 30.000 – Rp 50.000. Dengan demikian pendapatan

nelayan pada musim ini sangat minim. Namun demikian, sekitar Bulan

Nopember (saat musim Utara) terdapat pola gerakan udang mendekati

perairan pantai (termasuk di pantai rencana pelabuhan). Gejala ini

dimanfaatkan nelayan untuk menangkap biota laut tersebut dengan hasil

yang cukup melimpah.

Musim Timur (mei hingga Agustus) . Musim ini merupakan musimnya para

nelayan Desa Kuta melakukan aktivitasnya di laut, karena kondisi angin

dan ombak relatif tenang Pada musim ini kondisi angin di relatif tenang,

arus-arus laut tidak terlalu besar.

Selain penangkapan ikan, nelayan di Desa Kuta juga berkesempatan

untuk menyewakan perahunya kepada para wisatawan. Para wisatawan

gemar menuju tempat-tempat yang menarik untuk melakukan

penyelaman, observasi keindahan alam dan memancing. Besarnya jumlah

yang diterima nelayan cukup bervarasi yaitu Rp. 300.000,- hingga Rp.

750.000,- per satu kali perjalanan, tergantung jarak yang ditempuh.

Pola Budidaya Rumput Laut dan Udang Lobster

Budidaya rumput laut (tambak) dengan menggunakan tali (model

longlay) yang dipintal sama/memanjang. 1 petak 20x50 m sebagian besar

dilaksanakan di Dusun Gerupuk, Desa Kuta. 1 long line menghasilkan 4

kwintal (1,5 bulan). Rumput laut yang dihasilkan hanya 1 jenis yaitu jenis katoni

Page 249: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 144

(maumeri). Biaya awal 1 long line Rp. 6.000.000 biasanya gabungan dari 6

orang. Setelah itu bibit bisa diambil dari dari rumput laut yang tumbuh,

kemudian diikat dan ditanam kembali.

Budidaya rumput laut dilakukan bersama dengan menggunakan tenaga

kerja anggota keluarga, yaitu Kepala Keluarga nelayan, istri dan anak. Peran

istri dan dan anak mengerjakan pekerjaan yang bisa dilakukan di darat, seperti

mengikat bibit di long line, atau mengambil hasilnya.

Dalam usaha budidaya rumput laut, perawatan tanaman adalah sangat

penting. Kegiatan perawatan meliputi hal-hal sebagai berikut:

Membersihkan tanaman dari kotoran yang melekat, endapan atau

tumbuban lain yang menempel;

Mengganti tanaman yang rusak dengan tanaman yang baru atau tanaman

yang pertumbuhannya baik;

Memperbaiki konstruksi yang rusak seperti jangkar tercabut, atau tali-tali

lepas atau putus.

Tanaman sudah dapat dipanen setelah berumur 45-60 hari sejak

ditanam. Panen dilakukan dengan cara mengangkat seluruh tanaman. Setelah

kering dan bersih dari segala macam kotoran maka rurnput laut dimasukkan

kedalam karung plastik untuk kemudian siap dijual atau disimpan di gudang.

Petani/nelayan rumput laut yang mempunyai areal budidaya sekitar 5 are tiap

bulannya mendapat tambahan penghasilan Rp. 350.000,-.

Selain budidaya rumput laut ada pula budidaya lobster yang dipanen

setiap satu tahun sekali. Biasanya bibit yang ditanam sejumlah 250 bibit/petak

dan akan panen sekitar 150/petak. Harga bibit Rp. 5.000/ekor, sedangkan

harga jual Rp. 250.000/kg dengan berat sekitar 1 ons/ekor.

Masyarakat nelayan di Desa Gerupuk telah membentuk Koperasi

Trasna sejak tahun 2005 dengan pola simpan pinjam untuk membantu

kebutuhan dana dalam mengelola rumput laut dan lobster/ikan laut. Saat ini

jumlah anggota sebanyak 25 orang, dengan iuran wajib Rp.10.000/bulan dan

pinjaman sekitar Rp. 2.000.000 yang dilunasi dalam jangka waktu 6-10 bulan.

d. Tingkat Kesejahteraan dan Sumber-sumber Penghasilan

Meninjau pola pemanfaatan sumberdaya ekonomi bagi penduduk,

maka menarik untuk diketahui tingkat kesejahteraan penduduk. Tingkat

Page 250: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 145

kesejahteraan pada studi ini diukur dengan jumlah pendapatan perkapita

pertahun berdasarkan standar Badan Pusat Statistik (Januari, 2017).

Berdasarkan standar tersebut, maka pendapatan perkapita perbulan kurang

dari 168.500,- dikategorikan kelompok Miskin, Pendapatan antara Rp

168.500,- sampai Rp 199.000,- dikategorikan Kelompok Hampir Miskin ,

kelompok penghasilan Rp 199.500 hingga Rp 243.750 dikategorikan

mendekati kecukupan dan lebih Rp 243.750,- dikategorikan Kelompok Cukup

(lihat Tabel 2.45).

Tabel 2.45. Pendapatan Perkapita Perbulan Penduduk di Wilayah 1

Kelompok Penghasilan

Perkapita Perbulan Kuta Sengkol Mertak Truwai Sukadana Jumlah %

Kurang dari Rp 168 500,- 4 14 7 2 11 38 17,04

Rp 168 500,- s/d Rp 199 000,- 9 5 4 3 4 25 11,21

Rp 199 000,- s/d Rp 243 7500,- 10 5 8 4 3 30 13,45

Lebih dari Rp 243 000,- 18 41 29 29 13 130 58,30

Jumlah 41 65 48 38 31 223 100

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan standar tersebut maka diketahui bahwa sebanyak 17,11%

penduduk kelompok berada dalam garis kelompok miskin, kemudian

sebanyak 11,21% berada dalam kelompok hampir miskin dan sebanyak

45,45% berada dalam kelompok cukup.

Kelompok dengan kategori hampir miskin adalah kelompok beresiko

untuk turun menjadi kategori kelompok dibawahnya, apabila pendapatan yang

dihasilkan tidak stabil atau bahkan bila sumberdaya yang diandalkan hilang.

Dari jenis-jenis pekerjaan penduduk, maka diperkirakan bahwa jenis-jenis

mata pencahariaan petani dan nelayan merupakan sumber penghasilan yang

rawan. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kerawanan tersebut apabila

sumber mata pencaharian penduduk terganggu, maka dapat diperhitungkan

dari jumlah kontribusi masing-masing sumber penghasilan.

2..3.3.Sosial Budaya

a. Pola Kepemimpinan

Pola kepemimpinan mengacu pada orientasi penduduk terhadap tokoh

yang dijadikan panutan atau teladan dalam kehidupan bemasyarakat.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka terdapat tiga tokoh masyarakat yang

menjadi pola panutan masyarakat di wilayah 1. Tiga tokoh tersebut adalah

Page 251: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 146

Kepala Desa, tokoh ulama dan Ketua RT. Secara umum, maka tokoh yang

paling banyak disebutkan oleh reponden adalah Kepala Desa (39,46%),

kemudian Ketua RT (32,39%) dan Tokoh Ulama (28,25%).

Apabila menilik masing-masing desa, maka nampak bahwa setiap desa

mempunyai orientasi yang berbeda terhadap tiga tokoh tersebut. Untuk

masyarakat di Desa Kuta dan Sengkol, maka penokohan paling banyak

adalah kepada tokoh ulama (56,11%) sedangkan di Desa Sukadana, Truwai

dan Mertak, penokohan cenderung kepada Kepala Desa.

Alasan penduduk berorientasi kepada tokoh ulama, karena ulama

dianggap sebagai pribadi yang mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam

bidang agama dan sesuai dengan perannya selalu mengajak kepada

kebaikan. Alasan lainnya adalah karena tokoh ulama selalu aktif dalam

kegiatan masyarakat, terutama pembinaan pendidikan, dengan cara

mengelola lembaga-lembaga pendidikan.

Kemudian, penokohan kepada Kepala Desa, sebagian besar (21%),

karena tokoh tersebut selalu siap melayani kebutuhan warga. Alasan lainnya

adalah karena tokoh tersebut yang memimpin dalam pembangunan fasilitas

umum di desa, dan ada pula yang menokohkannya karena dianggap pribadi

yang dermawan dan siap membantu.

Adapun tokoh ketua RT dijadikan pola panutan karena alasan yang sama

dengan tokoh Kepala Desa, yaitu selalu siap melayani kebutuhan warga.

Alasan lainnya adalah Ketua RT adalah tokoh yang perilakunya menjadi

teladan masyarakat serta diperlukan jika ada perselisihan antar warga.

b. Partisipasi Penduduk dalam Organisasi Sosial

Untuk mengetahui hubungan atau pola interaksi penduduk, dipelajari

interaksi sesama kerabat, hubungan ketetanggaan dan ikatan kebersamaan

sebagai warga kampung. Pola ini diukur dari aktifitas pertemuan warga dan

motivasi mereka.

Masyarakat di daerah ini dicirikan pula oleh derajat kooperasi di antara

warganya cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan atau

pertemuan-pertemuan sesama warga, dalam bentuk pengajian, koperasi,

gotong royong membangun atau memelihara fasilitas umum, kegiatan

olahraga dan kesenian, serta kegiatan bersama lainnya.

Menurut hasil wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat dan

penduduk menunjukan bahwa kunjungan antar tetangga relatif masih sering

terjadi, baik hanya sekedar ngobrol-ngobrol saja/silaturahmi, maupun untuk

keperluan lainnya. Hal ini menunjukkan tingkat paguyuban penduduk di sekitar

proyek relatif masih baik. Ikatan kebersamaan antara kerabat, tetangga dan

warga sekampung seperti terlihat dalam Tabel 2.46, bentuk-bentuk pertemuan

Page 252: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 147

rutin antar penduduk relatif masih sering dilakukan dan masih seringnya

responden/penduduk mengikuti kegiatan pertemuan warga. Jumlah mereka

yang sering mengikuti pertemuan warga masih menonjol. Sebanyak 69,30%

penduduk mengaku mengikuti berbagai organisasi sosial dan 28,70% tidak

mengikuti organisasi sosial.

Page 253: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 148

Tabel 2.46. Partisipasi Penduduk Dalam Organisasi Sosial di Wilayah 1

Partisipasi Penduduk

dalam Kegiatan Sosial

Kuta Sengkol Mertak Truwai Sukadana Jumlah

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Pengajian 11 26,83 21 32,31 15 31,25 12 31,58 14 45,16 73 32,74

Koperasi 7 17,07 11 16,92 6 12,5 3 7,89 4 12,90 31 13,90

Persatuan Pemandu

Wisata 4 9,76 0 0,00 0 0 1 2,63 0 0,00 5 2,24

Kelompok tani garam 0 0,00 0 0,00 0 0 4 10,53 0 0,00 4 1,79

Linmas 3 7,32 0 0,00 0 0 2 5,26 0 0,00 5 2,24

Partai Politik 3 7,32 3 4,62 2 4,167 2 5,26 3 9,68 13 5,83

Kelompok seni 2 4,88 2 3,08 2 4,167 2 5,26 2 6,45 10 4,48

Kelompok binaan PNPM 3 7,32 0 0,00 0 0 2 5,26 1 3,23 6 2,69

Olahraga 2 4,88 4 6,15 2 4,167 2 5,26 2 6,45 12 5,38

Tidak mengikuti

organisasi sosial 6 14,63 24 36,92 21 43,75 8 21,05 5 16,13 64 28,70

Jumlah 41 100 65 100 48 100 38 100 31 100 223 100

Sumber: Data Primer, 2017

Page 254: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 149

Organisasi sosial yang paling banyak diikuti adalah Pengajian

(32,74%). Kegiatan ini adalah kegiatan yang berkaitan pendukung ritual

keagamaan (Islam). Melalui kegiatan ini penduduk mendapatkan

pengetahuan mengenai kewajiban sebagai penganut agama moral dan tata

cara beribadah. Basis kegiatan pengajian cukup beragam mulai dari tingkat

Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) sampai tingkat yang lebih

tinggi. Demikian pula kelompok perempuan mempunyai kelompok pengajian

tersendiri. Berlangsungnya kegiatan ini didukung oleh sumberdaya yang luas

yaitu jaringan organisasi pesantren dan tokoh–tokoh ulama yang rajin

memberikan nasihat dan pengetahuannya kepada anggota kelompok

pengajian.

Ada pula organisasi yang bermotif ekonomi dan sifat kegiatannya

adalah kesejahteraan anggota yaitu kelompok usaha tani, koperasi dan

kelompok binaan PNPM Mandiri. Kelompok usaha adalah kerjasama dalam

usaha bersama dalam mengelola sumberdaya alam seperti pembuatan

garam, budidaya udang lobster dan rumput laut. pengumpulan dana secara

kolektif dan rutin dan diberikan secara bergiliran. Kelompok binaan PNPM

adalah organisasi sosial ekonomi yang berdiri atas prakarsa dari program

pemberdayaan masyarakat yang diselenggarakan pemerintah. Program

tersebut adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri-

Perdesaan.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri merupakan

program yang diintroduksikan oleh Pemerintah Pusat dan merupakan program

nasional. Tujuan dilaksanakannya program ini antara lain adalah

pengentasan kemisikinan dan pemberdayaan masyarakat melalui prinsip-

prinsip demokratisasi, partisipasi masyarakat, memrioritaskan masyarakat

miskin dan kelompok perempuan serta transparansi dan akuntabilitas serta

keberlanjutan (sustainabilty).

Meninjau dari tujuan tersebut, maka diketahui program tersebut

berprinsip gagasan –gagasan global tentang pemberdayaan masyarakat.

Program yang dilaksanakan di wilayah studi adalah PNPM Mandiri Wilayah

Perkotaaan. Wilayah perkotaan adalah untuk membedakannya dengan

program yang diberlakukan untuk wilayah Perdesaan. Dari evaluasi perintisan

program yang dilakukan secara nasional, Ke-empat Kelurahan Wilayah Studi

termasuk wilayah perkotaan, merujuk pada jumlah penduduk serta

karakateristik sosial ekonomi penduduk yang cenderung menunjukkan

heterogintas ciri khas wilayah kota.

Page 255: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 150

Bantuan yang disediakan oleh pemerintah pusat melalui sekretariat

tingkat kabupaten adalah dana pagu tahunan untuk kelurahan, bantuan

teknis oleh konsultan/fasilitator mulai tingkat nasional sampai desa, bantuan

teknis berupa pelatihan dan lain-lain. PNPM memang bermaksud membentuk

organisasi pelaksana di tingkat desa untuk melaksanakan rencana pelestarian

sehingga bantuan-bantuan untuk penyelenggaraan pelatihan cukup

diutamakan.

Organisasi sosial lainnya antara lain adalah organisasi profesi

kelompok Pemandu Wisata, Organisasi Massa dan Partai Politik yang

berorientasi pada pembinaan masyarakat melalui kegiatan kepemudaan, seni

budaya dan politik. Sesuai dengan cakupan kegiatannya, maka organisasi

yang diikuti oleh penduduk tersebut mempunyai jalur pembinaan dan jaringan

ke tingkat Kota , Propinsi dan bahkan Nasional.

Untuk kelompok-kelompok kesenian yang diikuti oleh penduduk

sebagian besar mengikuti dua jenis kesenian yaitu kesenian Gendang Belek

dan Cilokak+ kecimol. Gendang Belek adalah bentuk kesenian yang

menampilkan gamelan dan tarian, sedangkan Cilokak + Kecimol adalah musik

instrumentalia gamelan. Kedua kelompok tersebut biasa tampil dalam acara-

acara pesta seperti pernikahan dan syukuran lainnya. Salah satu kelompok

Gendang Belek dari Desa Kuta yang cukup terkenal sering meraih

penghargaan dan juara dalam berbagai lomba hingga tingkat Propinsi Nusa

Tenggara Barat.

c. Festival Bau Nyale

Setiap desa tercatat memiliki kelompok-kelompok kesenian yang secara

rutin tampil dalam Festival Bau Nyale di Pantai Seger, Desa Kuta. Festival ini

dinamakan "Bau Nyale" yang dalam Bahasa Sasak berarti "menangkap

nyale". Nyale adalah sejenis cacing laut yang biasa hidup di dasar air laut,

seperti di lubang-lubang batu karang. Kegiatan ini diadakan setiap tanggal dua

puluh bulan kesepuluh dalam penanggalan Sasak atau lima hari setelah bulan

purnama. Biasanya jatuh pada bulan Maret. Acara inti dalam festival ini adalah

menangkap nyale yang hanya muncul setahun sekali di beberapa lokasi

tertentu di Pantai Selatan Pulau Lombok. Nyale akan muncul pada

pertengahan malam hingga menjelang subuh.

Sebelum perayaan inti dimulai, banyak sekali kesenian dan acara

tradisional yang dipentaskan. Para wisatawan telah memenuhi pantai sejak

sore hari, mereka mendirikan tenda-tenda kecil untuk peristirahatan sejenak.

Dari tenda ini para wisatawan bisa menyaksikan Betandak (berbalas pantun),

Bejambik (pemberian cendera mata kepada kekasih), serta Belancaran

Page 256: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 151

(pesiar dengan perahu), dan tak ketinggalan pula, digelar drama kolosal Putri

Mandalika.

Banyak pengunjung yang datang ke Pulau Lombok dari berbagai

tempat hanya untuk menyaksikan suasana riuh dan ramai ketika menangkap

nyale. Pada festival ini tampak suasana kebersamaan dimana masyarakat

membaur menjadi satu dengan lainnya mencari nyale secara masif.

3.3.4. Peristiwa Konflik dan Pola Penyelesaiannya

Catatan mengenai peristiwa konflik yang diingat dan atau didengar

penduduk, merupakan infromasi mengenai jenis dan frekuensi peristiwa

tersebut menurut ingatan penduduk. Berdasarkan pemahaman tersebut maka

di wilayah 1, sebanyak 52,1% penduduk pemah melihat atau mendengar

mengenai konflik antar anggota masyarakat atau masyarakat dengan pihak

lain.

Jenis-jenis konflik yang terjadi, yang paling sering terjadi adalah

sengketa lahan (20,63%), perebutan sumberdaya air untuk pertanian (13%)

dan Kesalahpahaman dalam pergaulan sehari-hari (13,45%).

Sengketa lahan bisa terjadi dalam batas-batas lahan serta kasus

perebutan antar ahli waris. Kemudian perebutan sumberdaya air disebabkan

oleh penduduk petani yang sama-sama memerlukan air yang volume memang

terbatas. Adapun kesalahpahaman dalam pergaulan sehari-hari terjadi karena

ketersinggungan salah satu pihak oleh pihak lain yang sebetulnya saling

mengenal. Kesalahpahaman tersebut bisa berujung pada kekerasan dan

meluas menjadi konflik kekerasan antar kelompok yang masing-masing

membela saudara atau tetangganya.

Page 257: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 152

Tabel 2.47. Peristiwa Konflik dan Pola Penyelesaiannya di Wilayah 1

Jenis Konflik yang Pernah

Diketahui

Kut

a

Sengk

ol

Merta

k

Truw

ai

Sukadan

a

Jumla

h %

Kesalahpahaman 3 4 11 6 6 30

13.4

5

Sengketa Lahan 12 17 6 8 3 46

20.6

3

Perebutan sumberdaya alam 4 11 5 6 3 29

13.0

0

Penganiayaan atas pelaku

kejahatan 3 0 0 4 4 11 4.93

Tidak pernah melihat/mendengar 19 33 26 14 15 107

47.9

8

JUMLAH 41 65 48 38 31 223 100

Mediasi/didamaikan oleh tokoh

masyarakat 12 17 10 11 10 60

26.9

1

Perdamaian dengan cara adat 3 2 6 3 3 17 7.62

Menempuh jalur hokum 7 13 6 10 3 39

17.4

9

Kelompok yang tidak pernah

melihat/mendengar 19 33 26 14 15 107

47.9

8

Jumlah 41 65 48 38 31 223 100

Sumber: Data Primer, 2017

Atas peristiwa konflik tersebut, pola penyelesaian konflik yang ditempuh

adalah dengan cara mediasi atau didamaikan oleh tokoh masyarakat, atau

perdamaian dengan cara adat, yaitu adanya denda yang harus dibayar oleh

pihak yang dianggap bersalah dalam persengketaan. Ada pula penyelesaian

dengan cara menempuh jalur hukum.

Sengketa lahan antara pemerintah yang diwakili oleh sebuah

perusahaan BUMN dengan warga masyarakat dalam rangka proses jual beli

lahan untuk kebutuhan proyek pengembangan pariwisata ini adalah salah satu

yang diingat oleh penduduk. Minimal ada dua masalah yang mendasari

terjadinya konflik menurut versi penduduk. Pertama; belum selesainya

pembayaran atas lahan milik penduduk yang berhak menerima pembayaran.

Kedua; penyerobotan lahan milik penduduk.

Atas konflik tersebut, maka kelompok penduduk yang mempunyai

permasalahan tersebut , telah menempuh jalur hukum dan telah mendapatkan

keputusan pengadilan.

Page 258: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 153

Untuk kondisi di wilayah 2, nampak bahwa seluruh responden pernah

melihat atau mendengar serta mengetahui berbagai jenis konflik yang pernah

terjadi. Jenis–jenis konflik sama dengan penduduk di wilayah 1. Namun yang

diingat penduduk adalah konflik dengan kekerasan yang sering melibatkan

beberapa penduduk Desa Ketara. Menurut keterangan, penduduk desa ini

memiliki pola penyelesaian konflik dengan cara kekerasan.

Konflik yang terjadi dapat belatar belakang balasan atas penganiyaan

warga lainnya , sehingga kelompok penduduk akan menyerang desa lainnya

dengan menggunakan senjata tajam. Kemudian , ada pula pola konflik berupa

penganiayaan terhadap pelakku kejahatan atau pelaku kecelakaan lalu lintas.

Kecelakaan lalu lintas kerap terjadi, setelah fasilitas jalan umum diperbaiki

sehingga memancing pengemudi mobil atau sepeda motor untuk menambah

kecepatan kendaraannya. Pada pihak lain jalan tersebut melintasi

perkampungan penduduk, aktivitas sehari-hari penduduk yang menggunakan

jalan atau berada di sekitar jalan dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas,

jika pengemudi dan penduduk tidak berhati-hati.

Menurut keterangan, pelaku kecelakaan lalu lintas dianggap telah

melakukan kejahatan, karena mencelakakan orang lain, sehingga dengan

spontan penduduk menghakimi penyebab kecelakaan.

Page 259: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 154

Tabel 2.48. Peristiwa Konflik dan Pola Penyelesaiannya di Wilayah 2

Peristiwa Total

Jumlah %

Kesalahpahaman dalam pergaulan 24 21.00

Sengketa Lahan 56 69.00

Balasan atas penganiayaan terhadap warga lainnya 12 4.00

Penganiayaan atas pelaku kejahatan dan kecelekaan lalulintas 8 6.00

Jumlah 100 100

Cara Penyelesaian yang ditempuh :

Mediasi/didamaikan oleh tokoh masyarakat 11 11

Penyelesaian secara adat 9 9

Menempuh jalur hukum 56 56

Belum ada penyelesaian 24 24

Jumlah 100 100

Sumber: Data Primer, 2017

Dari beberapa jenis konflik tersebut, maka pola penyelesaian konflik

mirip dengan yang terjadi di wilayah 1 yaitu dengan cara mediasi atau

didamaikan oleh tokoh masyarakat, atau perdamaian dengan cara adat, yaitu

adanya denda yang harus dibayar oleh pihak yang dianggap bersalah dalam

persengketaan. Ada pula penyelesaian dengan cara menempuh jalur hukum.

Namun dari permasalahan tersebut, maka perilaku agresif penduduk

Desa Ketara masih belum mendapatkan solusi untuk menghentikannya.

Menurut keterangan Kepala Desa Ketara, kebiasaan tawuran warga desa ini

disebabkan oleh sembilan faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah

warga masyarakat yang bersikap reaksioner, tidak adanya pola anutan

masyarakat , Adanya fasilitas Short Message Services (SMS) dalam ponsel

yag menyebabkan pesan cepat diterima, termasuk himbauan untuk terlibat

tawuran. Kemudian ada pula sikap solidaritas sosial yang tanpa reserve,

sehingga seseorang merasa dirinya anggota kelompok dan akan memberikan

pembelaan atas kasus sengketa dengan pihak lain. Kemudian, ada pula

pelajaran kekerasan kepada penduduk yang dilibatkan untuk melawan

penduduk Desa Tanaq Awu dalam rangka pembebasan lahan untuk Bandara

Internasional Lombok (lomboknews, 2009).

Catatan mengenai sengketa lahan, juga pernah terjadi saat persiapan atau

kegiatan pembebasan lahan Bandara Internasional Lombok (BIL). Dari

peristiwa ini berlatar belakang ketidakpuasan penduduk Desa Tanaq Awu

terhadap harga penggantian lahan. Atas ketidakpuasan tersebut, sejumlah

penduduk Desa Tanaq Awu melakukan protes dan unjukrasa dan perlawanan

terhadap rencana pembangunan.

Page 260: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 155

2.3.4. Persepsi Penduduk Terhadap Rencana Pembangunan Kawasan

Pariwisata Mandalika dan Pembangunan Sarana Penunjang

Persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan pemrakarsa

merupakan interpretasi tentang kegiatan dan dampaknya. Dampak terhadap

persepsi masyarakat ini selanjutnya dapat diidentifikasi dari respons sebagai

hasil dari persepsi masyarakat. Tipe respons masyarakat dapat berbentuk

tindakan pindah ke tempat lain, berkembangnya opini tentang lingkungan

tempat mereka tinggal atau dampak psikologis misalnya stress, rasa cemas

dan lain-lain (Homenuck dalam Hadi, 1995). Tipe respons itu sangat

bergantung pada tingkat pendidikan, informasi dan pengetahuan masyarakat.

Persepsi masyarakat pada penelitian difokuskan pada pernyataan setuju atau

tidak setuju terhadap rencana kegiatan Proyek Pengembangan Pariwisata

Mandalika dan sarana penunjangnya serta alasan yang mendasarinya.

Data yang disajikan pada Tabel 2.49, menunjukkan, bahwa terdapat

dua pendapat umum tentang rencana pembangunan kawasan wisata, yaitu

pendapat yang setuju dengan pembangunan (93,27%) dan tidak setuju

dengan rencana pembangunan (6,73%).

Bagi penduduk yang beralasan menyetujui rencana Proyek Kawasan

Pariwisata, sebanyak 61,78% menyatakan bahwa kegiatan ini dapat

memberikan peluang kerja bagi penduduk. Alasan ini berdasarkan

pengalaman sebelumnya pada proyek-proyek pembangunan hotel di sekitar

wilayah studi yang kerap menumbuhkan peluang kerja bagi masyarakat di

sekitarnya. Peluang kerja dimaksud mulai dari pekerjaan non-skill, pekerjan

yang memerlukan keterampilan serta pekerjaan yang bersifat administratif.

Alasan lainya bagi penduduk yang menyetujui adalah bahwa

pembangunan dan keberadaan Kawasan Pariwisata Mandalika akan

memberikan peluang bagi pembangunan fasilitas umum dan kegiatan yang

diselenggarakan masyarakat (14,80%). Alasan ini juga berdasarkan

pengalaman sebelumnya pada proyek-proyek pembangunan di sekitar

wilayah yang cukup terbuka untuk memberikan bantuan pembangunan

fasilitas umum yang diperlukan masyarakat seperti peningkatan kualitas jalan

lingkungan, sarana ibadah, sarana olahraga dan lain-lain.

Page 261: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 156

Tabel 3.49. Persepsi Penduduk Terhadap Rencana Pembangunan

Kawasan

Pariwisata Mandalika di Wilayah 1

Jenis Pendapat Penduduk Kuta Sengkol Mertak Truwai Sukadana Jumlah %

Penduduk menyatakan

setuju :

Proyek akan memberikan

peluang kerja 25 47 32 19 17 140 62,78

Proyek akan memberikan

peluang usaha 7 3 7 9 9 35 15,70

Proyek akan memberikan

bantuan untuk

pembangunan daerah 7 11 6 5 4 33 14,80

Sub -Jumlah Pernyataan

Setuju 39 61 45 33 30 208 93,27

Penduduk menyatakan

tidak setuju :

Khawatir kehilangan

matapencaharian 1 1 2 4 1 9 4,04

Khawatir adanya

gangguan keamanan 1 3 1 1 0 6 2,69

Sub jumlah pernyataan

tidak setuju 2 4 3 5 1 15 6,73

Jumlah Total 41 65 48 38 31 223 100

Sumber: Data Primer, 2017

Bertentangan pendapat dominan mengenai persetujuan tersebut,

sebanyak 4,04% lainnya menyatakan tidak setuju, karena pembangunan

kawasan wisata akan merubah lahan pertanian yang digarap penduduk

menjadi kawasan wisata. Perubahan ini akan menghilangkan pendapatan dari

kelompok petani penggarap.

Pendapat lain mengenai ketidaksetujuan adalah adanya kekhawatiran

penduduk mengenai kemungkinan gangguan keamanan di sekitar kawasan.

Gangguan keamanan yang dimaksud adalah peristiwa kejahatan berupa

pencurian kendaraan dan perampokan terutama terhadap wisatawan.

Menurut keterangan, pencurian terhadap sepeda motor meningkat

frekuensinya saat kawasan pantai di Desa Kuta dikunjungi oleh wisatawan

yang ingin mengikuti Festival Bau Nyale. Dan perampokan pernah terjadi

kepada wisatawan mancanegara di jalan yang sepi. Menurut keterangan

petugas Polres Kuta (yang berlokasi di Desa Kuta), jumlah pencurian sepeda

Page 262: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 157

motor pada Tahun 2011 di wilayah pelayanan Polres Kuta adalah 46 kali, dan

pelaku pencurian yang pernah tertanggkap rata-rata adalah penduduk dari

luar wilayah Desa Kuta .Menurut petugas Kepolisian, hal ini menunjukkan

bahwa kawasan ini berpotensi menjadi daerah sasaran pencurian oleh

penjahat.

Gangguan keamanan lainnya, adalah kekhawatiran tokoh ulama

mengenai adanya pengaruh negatif perkembangan daerah terhadap perilaku

penduduk di desa-desa kawasan pariwisata. Pengaruh negatif tersebut adalah

kebiasaan minuman keras dan perilaku menyimpang lainnya. Meskipun

demikian, menurut pengalaman pengaruh tersebut datang dari penduduk luar

desa di Propinsi Nusa Tenggara Barat dan bukan dari turis mancanegara yang

justru rata-rata berperilaku sopan dan memperhatikan etika lokal.

Sementara itu, bagi penduduk di wilayah 2, sebanyak 95% menyatakan

setuju dengan proyek dan sebanyak 5% lainnya menyatakan tidak setuju. Bagi

penduduk yang menyatakan setuju, sebanyak 72% adalah mengharapkan

peluang kerja dari kegiatan konstruksi dan operasional Kawasan Pariwisata.

Persepsi tersebut sama dengan pendapat penduduk di wilayah 1 dan

sekaligus menunjukkan besarnya kebutuhan peluang kerja di wilayah studi.

Alasan lainnya, adalah bahwa pembangunan dan pengembangan

kawasan pariwisata ini akan memberikan peluang usaha dari kontrak

kerjasama yang diberikan kepada penduduk lokal (23%). Menurut responden,

peluang usaha yang dapat dipenuhi oleh pengusaha lokal adalah jasa

konstruksi dan suplai bahan–bahan bangunan pada saat konstruksi.

Page 263: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 158

Tabel 2.50. Persepsi Penduduk Terhadap Rencana Pembangunan

Kawasan di Wilayah 2

Jenis Pendapat Total

Jumlah %

Pendapat yang menyatakan setuju :

Proyek akan memberikan peluang kerja 72 72

Proyek akan memberikan peluang usaha 23 23

Sub jumlah penduduk yang menyatakan setuju 95 95

Penduduk yang menyatakan tidak setuju :

Khawatir menimbulkan gangguan kamtibmas 3 3

Khawatir menimbulkan kecelakaan lalu lintas 2 2

Sub jumlah penduduk yang menyatakan tidak setuju 5 5

Jumlah 100 100

Sumber: Data Primer, 2018

Bertentangan dengan pendapat mengenai persetujuan tersebut,

sebanyak 3% penduduk di wilayah 2 menyatakan kekhawatiran bahwa

pengembangan kawasan pariwisata akan menimbulkan gangguan

kamtibmas. Gangguan kamtibmas yang dimaksud adalah sejenis yang

dikemukakan oleh responden dari wilayah 1, yaitu meningkatnya kejadian

pencurian kendaraan bermotor.

Kemudian alasan lainnya adalah kekhawatiran bahwa pengembangan

kawasan pariwisata ini akan menimbulkan kecelakaan lalu lintas yang dapat

menimbulkan korban. Kejadian kecelakaan berpotensi terjadi di desa-desa

yang dilintasi kendaraan antara Desa Tanak Awu (lokasi Bandara

Internasional Lombok, dengan Kuta (Kawasan Pariwisata Mandalika).

2.4.KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT

Aspek kesehatan masyarakat yang dikaji dalam rona lingkungan adalah

pola penyakit utama di lokasi proyek yang diperoleh dari puskesmas setempat

atau sarana pelayanan kesehatan lain, gambaran kelompok penduduk yang

beresiko terkait dengan rencana kegiatan, kondisi sanitasi di permukiman

penduduk sekitar lokasi proyek serta jenis, jumlah fasilitas pelayanan

kesehatan, sumberdaya kesehatan dan status gizi masyarakat.

Page 264: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 159

2.4.1.Gambaran Umum Penduduk yang Beresiko

Pada umumnya masyarakat di wilayah studi adalah petani, nelayan dan

buruh.

2.4.2. Kondisi Permukiman

Kondisi perumahan di wilayah kegiatan, umumnya didominasi rumah

semi permanen dan permanen. Perumahan di sekitar wilayah studi masih ada

didominasi oleh rumah yang tembok dan kayu, yang dekat dengan akses jalan

raya kondisi perumahan cenderung padat dan mengelompok. Kondisi rumah

pada desa yang masih bersifat rural dan sebagian desa urban, ventilasi

berupa lubang angin dan jendela pada rumah-rumah di permukiman tersebut

cukup baik untuk sirkulasi udara.

2.4.3.Sumber Air Bersih

Sumber air bersih masyarakat di wilayah studi umumnya adalah air

sumur gali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.51. Cakupan Pelayanan Air Bersih di Wilayah kerja

Puskesmas Kuta, Puskesmas Sengkol dan Puskesmas Truwai Tahun

2010

Keterangan Puskesmas

Kuta Sengkol Truwai

Jumlah Keluarga Yang Ada 7.944 15.629 4.976

Jumlah Keluarga Yang Diperiksa 7.944 15.629 2.312

% Keluarga Yang Diperiksa 100,00 100,00 46,46

Akses Air Bersih

Ledeng 333 5.236 385

% Ledeng 4,19 33,5 16,65

SPT - - 3

% SPT - - 0,001

SGL 1.840 6.593 1.560

% SGL 23,16 42,18 67,47

Jumlah 2.173 11.829 1.948

Sumber: Profil Puskesmas Kuta dan Puskesmas Sengkol Tahun 2018

2.4.4.Sanitasi Lingkungan

Di wilayah kerja Puskesmas Kuta, dari 7.944 kepala keluarga yang ada,

hanya 25,89% yang memiliki jamban, dengan kategori sehat sebanyak

87,75%, yang memiliki saluran pengelolaan limbah sebanyak 33,59%, dengan

Page 265: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 160

kategori sehat sebanyak 92,80, dan yang memiliki tempat sampah sebanyak

67,17%, dengan kategori sehat sebanyak 45,56%.

Di wilayah kerja Puskesmas Sengkol, dari 15.629 kepala keluarga yang

ada, hanya 66,11% yang memiliki jamban, dengan kategori sehat sebanyak

78,06%, yang memiliki saluran pengelolaan limbah sebanyak 87,16%, dengan

kategori sehat sebanyak 50,88, dan yang memiliki tempat sampah sebanyak

40,45%, seluruhnya termasuk dalam kategori sehat.

Di wilayah kerja Puskesmas Truwai, dari 4.976 kepala keluarga yang ada,

hanya 46,46% yang memiliki jamban, dengan kategori sehat sebanyak

96,97%, yang memiliki saluran pengelolaan limbah sebanyak 45,82%, dengan

kategori sehat sebanyak 79,69%, dan yang memiliki tempat sampah sebanyak

51,53%, dengan kategori sehat sebanyak 81,12%.

Tabel 2.52. Sanitasi Lingkungan di Wilayah kerja Puskesmas Kuta,

Puskesmas Sengkol dan Puskesmas Truwai Tahun 2010

Keterangan Puskesmas

Kuta Sengkol Truwai

Jumlah Kepala Keluarga 7.944 15.629 4.976

Jamban Jumlah KK Memiliki 2.057 10.333 2.312

Jumlah Sehat 1.805 8.066 2.242

% KK Memiliki 25,89 66,11 46,46

% Sehat 87,75 78,06 96,97

Pengelolaan Air

Limbah

Jumlah KK Memiliki 2.668 13.622 2.280

Jumlah Sehat 2.476 6.931 1.817

% KK Memiliki 33,59 87,16 45,82

% Sehat

92,80 50,88 79,69

Tempat Sampah Jumlah KK Memiliki 5.336 6.322 2.564

Jumlah Sehat 2.431 6.322 2.080

% KK Memiliki 67,17 40,45 51,53

% Sehat 45,56 100,00 81,12

Sumber: Profil Puskesmas Kuta dan Puskesmas Sengkol Tahun 2018

Page 266: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 161

2.4.5.Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang ada wilayah studi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.53. Fasilitas dan Sumber Daya Kesehatan di Wilayah Studi

No. Fasilitas dan Sumber Daya

Kesehatan

Puskesmas

Kuta

Puskesmas

Sengkol

Puskesmas

Truwai

1. Puskesmas 1 1 1

2. Puskesmas Pembantu 5 4 1

3. Poskesdes 4 6 2

4. Posyandu 69 88 53

5. Balai Pengobatan 1 - 4

6. Dokter 1 3 1

7. Bidan 7 10 4

8. Perawat 28 31 16

9. Tenaga Kesehatan Masyarakat 8 14 12

10. Tenaga Sanitasi 8 - 3

Sumber: Profil Puskesmas Kuta dan Puskesmas Sengkol Tahun 2018

2.4.6.Status Gizi Masyarakat

Status gizi bayi di wilayah studi umumnya adalah baik dan dapat dilihat pada

Tabel 2.54 berikut.

Tabel 2.54. Status Gizi Bayi di wilayah Puskesmas Kuta

Puskesma

s

Balita Yang

Ada

Balita

Ditimbang

Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk

Juml

ah %

Juml

ah %

Jum

lah %

Jum

lah %

Kuta 3928 3211 31 0,97 3085 96.08 90 2.80 5 0.16

Sengkol 4943 4250 25 0,59 3838 90.31 385 9.06 2 0.05

Truwai 2849 2849 142 0,98 2650 93.02 57 2.00 0 0.00

Sumber: Profil Puskesmas Kuta dan Puskesmas Sengkol Tahun 2018

2.4.7.Pola Penyakit

Pola penyakit di lokasi studi dapat dilihat dari data 10 penyakit penyakit

terbesar yang ada di Puskesmas Kuta, Puskesmas Sengkol dan Puskesmas

Truwai. Data dari puskesmas tersebut menunjukkan penyakit pada saluran

pernapasan bagian atas merupakan penyakit yang memiliki prevalensi

tertinggi di wilayah studi. Penyakit lainnya yang banyak diderita oleh

masyarakat di lokasi studi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 267: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 162

Tabel 2. 55. Daftar 10 Penyakit Terbesar di Wilayah Puskesmas Kuta

No Jenis Penyakit %

1 Penyakit akut lain pada saluran pernapasan bagian atas 19,7

2 Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat 15,4

3 Penyakit kulit infeksi 15,2

4 Penyakit lainnya 13,6

5 Diare (termasuk tersangka kolera) 8,6

6 Penyakit kulit alergi 7,7

7 Gastritis 5,9

8 Penyakit lain pada saluran pernapasan bagian atas 5,6

9 Penyakit kulit karena jamur 5,0

10 Hipertensi 3,3

Total 100

Sumber: Profil Puskesmas Kuta Tahun 2010

Tabel 2.56. Daftar 10 Penyakit Terbesar di Wilayah Puskesmas

Sengkol

No Jenis Penyakit %

1 ISPA 33,14

2 Sistem Otot 20,57

3 Penyakit Lainnya 14,86

4 Diare 9,71

5 Penyakit Kulit 8,00

6 Anemia 4,57

7 Infeksi Penyakit Usus Lainnya 3,43

8 Darah Tinggi 2,29

9 Penyakit Saluran Kencing 2,29

10 Asma 1,14

Total 100

Sumber: Profil Puskesmas Sengkol Tahun 2018

Page 268: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 163

Tabel 2.57. Sepuluh besar Penyakit di Wilayah Puskesmas Truwai

No Jenis penyakit %

1 Ispa 18,92

2 Gastritis 14,86

3 Artritis 12,16

4 Asma brocihiale 9,73

5 Hipertensi 6,76

6 Hipotensi 5,41

7 Ge +dehidrasi 5,41

8 Isk 4,59

9 Abserpasi febris 18,11

10 Alergi kulit 4,05

Total 100

Sumber: Profil Puskesmas Truwai Tahun 2018

Jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired

Immune Deficiency Syndrome (AIDS) menurut data Nusa Tenggara Barat

Dalam Angka tahun 2011 di Provinsi Nusa Tenggara Barat, jumlah penderita

HIV sebanyak 210 dan jumlah penderita AIDS sebanyak 173 orang,

sedangkan pada tahun 2010 sesuai dengan Profil Kesehatan Provinsi Nusa

Tenggara Barat Tahun 2010 di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebanyak

219 penderita HIV dan 166 penderita AIDS. Dengan data tersebut diatas

terlihat bahwa penderita HIV mengalami penurunan sebanyak 4,1%, dan

penderita AIDS mengalami peningkatan sebanyak 4,2% dari tahun 2010

sampai dengan tahun 2011. Sedangkan di Kabupaten Lombok Tengah

menurut sumber yang sama menunjukan bahwa jumlah kasus Human

Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome

(AIDS) pada tahun 2010 dan Tahun 2011 tidak mengalami perubahan yaitu

sebanyak 18 penderita HIV dan 20 Penderita AIDS.

Page 269: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rona Lingkungan Hidup .................... II - 164

Tabel 2.58. Jumlah Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Provinsi Nusa

Tenggara Barat

Tahun HIV AIDS

2010 219 166

2011 210 173

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010 dan Nusa Tenggara Barat Dalam Angka

Tahun 2011

Page 270: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

BAB IIIPRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Page 271: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 1

Analisis prakiraan dampak penting pada dasarnya menghasilkan

informasi mengenai besaran (magnitude) dan sifat penting (importance)

dampak untuk setiap dampak penting hipotetik (DPH) yang dikaji. Besaran

dampak ditentukan baik secara matematis (dengan menggunakan rumus-

rumus empiris/analogi) maupun berdasarkan pada hasil telaahan

pustaka,pengalaman serta penilaian para ahli (professional judgement).

Pendekatan matematis hanya dilakukan bagi parameter lingkungan yang telah

memiliki dan/atau dapat dibuatkan standar baku matematisnya. Pendekatan

analogi (termasuk penggunaan rumus-rumus empiris, hanya dilakukan sejauh

terdapat kesamaan/kemiripan karakteristik spesifik kondisi biofisik dan

sosekbudkesmas. Justifikasi ahli hanya dilakukan apabila ketersediaan data

dan/atau informasi relatif terbatas.

Perubahan kualitas lingkungan hidup yang diprakirakan akan terjadi

akibat adanya aktivitas suatu rencana pembangunan dapat diuraikan secara

kualitatif. Uraian kualitas lingkungan yang mengalami perubahan dari waktu

ke waktu akibat rencana kegiatan diprakirakan dengan menetapkan

beberapa kriteria seperti:

1) Tidak ada perubahan yang skalanya diberi angka nol (0) untuk

menunjukankan tidak terjadi perubahan mendasar terhadap kualitas

lingkungan.

2) Perubahan yang skalanya sangat kecil dengan nilai 1(satu) untuk

menjelaskan ada perubahan namun tidak signifikan menimbulkan

perubahan yang mendasar terhadap kualitas lingkungan.

3) Perubahan yang skalanya kecil dengan nilai 2 (dua) untuk menjelaskan

adanya perubahan yang cukup signifikan menimbulkan perubahan yang

mendasar terhadap kualitas lingkungan.

4) Perubahan yang skalanya sedang dengan nilai 3(tiga) untuk menjelaskan

adanya perubahan yang signifikan menimbulkan perubahan yang

mendasar terhadap kualitas lingkungan.

5) Perubahan yang skalanya besar dengan nilai 4(empat) untuk

menjelaskan adanya perubahan yang sangat signifikan terhadap

lingkungan.

Page 272: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 2

6) Perubahan yang sekalanya sangat besar dengan nilai 5(lima) untuk

aktivitas kegiatan yang merusak daya dukung lingkungan.

Besaran dan sifat penting dampak dari Pengembangan Kawasan

Pariwisata Mandalika diuraikan dari dampak penting hipotetik yang dihasilkan

pada tahap pelingkupan. Penentuan dampak penting hipotetik diawali dengan

melakukan identifikasi dampak potensial yang dihasilkan dari interaksi antara

komponen kegiatan, rona lingkungan awal, informasi tentang kegiatan di

sekitar, dan hasil konsultasi publik sehingga menghasilkan dampak penting

hipotetik yang selanjutnya akan dianalisis secara cermat mengenai besaran

dampak pada setiap tahap kegiatan.

Metode yang digunakan dalam memperkirakan besaran dampak

penting tersebut adalah metode formal dan metode non formal. Metode formal

digunakan manakala cukup tersedia data kuantitatif yang diperlukan,

sedangkan bila persyaratan data kuatitatif tidak terpenuhi maka prakiraan

dampak penting dilakukan dengan menggunakan metode non formal, yaitu

menggunakan pendekatan analogi atau perbandingan dengan nilai baku mutu

lingkungan (BML) atau dengan pendekatan professional judgement

(pertimbangan kepakaran). Formula sederhana yang dipakai untuk

menentukan besaran dampak adalah:

∆K = KLdp - KL tp

Dimana

∆K = Perubahan kondisi kualitas lingkungan hidup

KLdp = Kondisi kualitas lingkungan hidup yang diprakirakan dengan adanya usaha

dan/atau kegiatan ( Dengan Proyek)

KLtp = Kondisi kualitas lingkungan hidup yang diperkirakan tanpa adanya usaha

dan/atau kegiatan (Tanpa Proyek)

Prakiraan dampak diawali dengan penyajian nilai parameter pada rona

lingkungan hidup awal yang dikonversi ke skala kualitas lingkungan. Hasil

prakiraan perubahan nilai parameter lingkungan yang akan datang ( dengan

dan tanpa proyek) yang menggambarkan perubahan nilai lingkungan juga

dikonversi ke perubahan skala kualitas lingkungan sehingga hasil perkiraan

dampak ini dinyatakan dalam perubahan skala kualitas lingkungan.

Page 273: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 3

Skala kualitas lingkungan pada rona lingkungan awal (RLA) dan pada sat

kegiatan berlangsung (setiap tahap) akan ditampilkan dalam skala numerik

(skala 1,2,3,4,5) sebagai berikut:

Tabel 3.1. Skala Kualitas Lingkungan

Skala Kualitas Lingkungan

1 Sangat buruk

2 Buruk

3 Sedang

4 Baik

5 Sangat baik

Apabila dalam penentuan skala kualitas lingkungan baik RLA

maupun hasil prakiraan dampak ditemui beberapa skala kualitas lingkungan

yang berbeda, maka dalam penentuannya dipilih skala kualitas lingkungan

yang paling buruk. Selisih nilai skala kualitas lingkungan di atas digunakan

untuk menentukan besaran dampak. Selisih skala besaran dampak

dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 3.2. Selisih Skala Besaran Dampak

Selisih Skala Besaran Dampak

4 Sangat Besar

3 Besar

2 Sedang

1 Kecil

0 Sangat Kecil

Evaluasi sifat penting dampak dilakukan dalam konteks keterkaitan

antar dampak lingkungan dalam suatu mata-rantai dampak lingkungan yang

dikaji secara menyeluruh (holistik). Pada tahap selanjutnya, kondisi/nilai

dampak lingkungan dianalisis menurut tingkat kepentingan dampak dengan

memberikan notasi “P” untuk parameter dampak lingkungan yang tergolong

Penting; serta notasi “TP” untuk dampak lingkungan yang Tidak Penting.

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Pasal 22 poin (2),

penentuan arti penting dan tidak pentingnya dampak didasarkan atas hasil

penilaian terhadap 7 kriteria penentuan dampak penting yaitu :

Page 274: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 4

Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha

dan / atau kegiatan.

Luas wilayah penyebaran dampak.

Intensitas dan lamanya dampak berlangsung.

Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak.

Sifat kumulatif dampak.

Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.

Kriteria lain sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi

Dari acuan tersebut diatas apabila salah satu saja dari tujuh kriteria

dampak penting tersebut dapat terpenuhi, maka dampak tersebut

dikategorikan sebagai dampak penting.

3.1. PRAKIRAAN DAMPAK PADA TAHAP PRAKONSTRUKSI

3.1.1.Sosialisasi Rencana Kegiatan

Peningkatan Keresahan Masyarakat

a. Sumber Dampak

Sebelum kegiatan pembangunan konstruksi, maka sebelumnya akan

dilakukan bebagai survei dan studi. Kegiatan ini ditandai dengan kehadiran

para ahli serta pekerja lainnya dan secara fisik ditandai dengan kegiatan

pengukuran dan pemasangan patok-patok. Hal ini menimbulkan pertanyaan

pada masyarakat sekitar mengenai manfaat dan resiko kegiatan ini.

Selanjutnya muncul rasa khawatir apabila kegiatan ini berpengaruh terhadap

sumber penghasilan harta-benda dan aset lainnya.

b. Besaran Dampak

Indikator yang digunakan dalam pengukuran besaran dampak terhadap

keresahan masyarakat adalah jumlah masyarakat yang tidak setuju dengan

pembangunan kawasan pariwisata Mandalika Lombok. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan, untuk penduduk di Wilayah 1 (Desa Kuta,

Sengkol, Mertak, Truwai dan Sukadana) sebanyak 4,04% yaitu sebanyak

1436 orang yang menyatakan tidak setuju, karena pembangunan kawasan

pariwisata akan merubah lahan pertanian yang digarap penduduk menjadi

kawasan pariwisata. Perubahan ini akan menghilangkan pendapatan dari

kelompok petani penggarap. Kemudian, sebanyak 2,69% atau sekitar 956

orang khawatir mengenai kemungkinan gangguan keamanan di sekitar

kawasan. Gangguan keamanan yang dimaksud adalah peristiwa kejahatan

berupa pencurian kendaraan dan perampokan terutama terhadap wisatawan.

Page 275: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 5

Sehingga total masyarakat yang tidak setuju dengan pembangunan kawasan

pariwisata Mandalika Lombok ini adalah sebesar 2393 orang dari 35.547 jiwa.

Untuk penduduk di wilayah 2 (Desa Tanaq Awu, Rembitan, Kawo, Ketara,

Segala Anyar) sebanyak 3% 1716 orang (jumlah penduduk wilayah 2 atau

wilayah Kec. Pujut yang tidak masuk kawasan adalah 57233 orang) sebanyak

penduduk menyatakan kekhawatiran bahwa pengembangan kawasan

pariwisata akan menimbulkan gangguan kamtibmas. Gangguan kamtibmas

yang dimaksud adalah sejenis yang dikemukakan oleh responden dari wilayah

1, yaitu meningkatnya kejadian pencurian kendaraan bermotor.

c. Nilai Kepentingan Dampak

No Faktor Penentu Dampak Penting Indikator

1. Jumlah manusia yang akan terkena

dampak

Masyarakat Desa Kute, Mertak, Sengkol,

Sukadana, dan Truwai

2. Luas wilayah persebaran dampak Desa Kuta, sengkol, Mertak, Truwai dan

Sukadana

3. Intensitas dan lamanya dampak

berlangsung

Intensitas dampak tinggi dan berlangsung

lama

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya

yang akan terkena dampak Persepsi

5. Sifat kumulatif dampak Kumulatif

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berbalik

Bobot Dampak Negatif Penting (-P)

3.1.2. Proses Perizinan

Perubahan Peruntukan Lahan

a. Sumber Dampak

Kegiatan perijinan akan menimbulkan dampak perubahan peruntukan ruang.

Sebelumnya lahan garapan petani akan di ubah dengan berbagai macam

bentuk sesuai dengan kondisi dan tempat khususnya di Kecamatan Pujut

(Desa Kuta, Mertak, Sengkol, Sukadana dan Truwai). Pemanfaatan ruang

Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok seperti: pemukiman, hotel,

pertokoan/perniagaan/pusat sosial, pusat kesehatan, lapangan golf, tempat

rekreasi, fasilitas publik, infrastruktur, dan ruang terbuka hijau

b. Besaran Dampak

Indikator besaran dampak yang digunakan adalah luas alih fungsi lahan yang

mungkin terjadi dengan adanya proyek. Berkurangnya produksi pertanian, dan

luas kawasan hutan yang semakin menurun menjadi salah satu isu saat ini.

Page 276: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 6

Asumsi produksi padi saat ini adalah 2.055 ton/tahun dengan luas areal 411

Ha, sedangkan kebutuhan padi saat ini dalam kawasan adalah sebesar 8.886

ton/tahun sehingga defisit 6831 ton/ha. Asumsi dengan hilangnya luas lahan

pertanian tersebut maka akan terjadi defisit gabah kering sebesar 8.886

ton/tahun. Defisit ini untuk masyarakat setempat saja di luar kunjungan

wisatawan dan tenaga kerja hotel. Jika asumsi jumlah tamu yang datang

sebanyak 9.600/hari dan total tenaga kerja sebanyak 10.020 maka kebutuhan

gabah kering untuk operasional kawasan sebesar 4.950 ton/tahun. Sehingga

total defisit gabah dengan adanya proyek adalah 13.837 Ton/tahun.

c. Nilai Kepentingan Dampak

No Faktor Penentu Dampak Penting Indikator

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak Masyarakat Desa Kute, sengkol, Mertak,

Teruwai dan Sukadana

2. Luas wilayah persebaran dampak Desa Kuta, sengkol, Mertak, Teruwai dan

Sukadana

3. Intensitas dan lamanya dampak

berlangsung

Intensitas dampak tinggi dan berlangsung

lama

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya

yang akan terkena dampak -

5. Sifat kumulatif dampak Kumulatif

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berbalik

Bobot Dampak Negatif Penting (-P)

3.2. PRAKIRAAN DAMPAK PADA TAHAP KONSTRUKSI

3.2.1. Penerimaan Tenaga Kerja

Terbukanya Kesempatan Kerja

a. Sumber dampak

Dampak berupa terbukanya kesempatan kerja dari tahap prakonstruksi

bersumber dari kebutuhan tenaga kerja dalam pembangunan kawasan

pariwisata Mandalika Lombok.

b. Besaran dampak

Indikator yang digunakan untuk mengukur besaran dampak dari kegiatan

penerimaan tenaga kerja ini adalah jumlah masyarakat sekitar yang mampu

terserap pada tahap konstruksi. Berdasarkan data, terdapat data penduduk

usia kerja yang masih menganggur sebesar 16,88% atau sekitar 6000 orang

Page 277: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 7

dari 35.547 penduduk di dalam kawasan pariwisata Mandalika Lombok.

Kebutuhan tenaga kerja pada tahap konstruksi sebesar 2000 orang. Jika

asumsi perbandingan tenaga kerja lokal dengan tenaga kerja dari luar daerah

adalah 90:10 maka jumlah masyarakat lokal yang bisa terserap adalah1800

orang. Artinya adalah jumlah pengangguran di dalam kawasan dengan

adanya kegiatan konstruksi berkurang menjadi 4200 orang atau pengurangan

tingkat pengangguran sebesar 30%.

c. Nilai kepentingan dampak

No Faktor Penentu Dampak Penting Indikator

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak Diatas 2.000 orang

2. Luas wilayah persebaran dampak Desa Kute, Mertak, Sengkol,Teruwei, dan Sukadana serta di luar kecamatan Pujut

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung Intensitas dampak sedang dan berlangsung lama

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak

Persepsi

5. Sifat kumulatif dampak Kumulatif

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berbalik

Bobot Dampak Positif Penting (+P)

3.2.2.Mobilisasi Material dan Alat Berat

Penurunan Kualitas Udara dan Kebisingan

a. Sumber Dampak

Pengangkutan alat berat dilakukan dalam waktu yang singkat dengan

menggunakan kendaraan container dan kendaraan pengangkut material

bangunan menggunakan truck kapasitas 6 ton. Kegiatan pengangkutan

diperkirakan akan meningkatakan konsentrasi polutan di udara yang

dihasilkan dari emisi kendaraan pengangkut.

b. Besaran Dampak

Berdasarkan hasil pengukuran kualitas udara yang dilakukan di 7 titik jalur

jalan depan lokasi kegiatan menunjukkan konsentrasi SO2 sebesar (25-94,76)

µg/Nm3 diperkirakan akan mengalami peningkatan sampai 900 µg/Nm3, CO

sebesar (145-250) µg/Nm3 meningkat maksimal sampai 30.000 µg/Nm3, NO2

sebesar <10 µg/Nm3 maksimal mengalami peningkatan sampai 400 µg/Nm3,

HC sebesar <0,1 µg/Nm3 maksimal peningkatannya mencapai 1 µg/Nm3, dan

partikel debu sebesar (8-16) µg/Nm3 diperkirakan akan mengalami

peningkatan sampai 230 µg/Nm3. Peningkatan ini terjadi pada saat kendaraan

pengangkut melintas di jalur jalan masuk menuju lokasi kegiatan. Kebisingan

Page 278: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 8

sebesar (30,83-58,53) dBA dan akan mengalami peningkatan sampai diatas

70 dBA pada titik dimana kendaraan pengangkut berada.

c. Nilai Kepentingan Dampak

No Faktor Penentu Dampak Penting Indikator

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak Semua masyarakat yang bermukim di sekitar jalan yang digunakan

2. Luas wilayah persebaran dampak Sepanjang jalur jalan yang dilalui

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung Intensitas dampak sedang dan berlangsung lama

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak

Kesehatan masyarakat

5. Sifat kumulatif dampak Kumulatif

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berbalik

Bobot Dampak Negatif penting (-P)

Gangguan Kesehatan Masyarakat

a. Sumber Dampak

Dampak gangguan kesehatan merupakan dampak turunan dari penurunan

kualitas udara dan peningkatan kebisingan. Parameter kualitas udara yang

diperkirakan mengalami peningkatan sampai diatas baku mutu lingkungan

adalah pertikel debu di sekitar jalur jalan masuk lokasi kegiatan. Dampak ini

besar pada saat intensitas penyinaran matahari tinggi dan dapat

mengakibatkan gangguan terhadap saluran pernafasan bagian atas dan iritasi

pada mata.

b. Besaran Dampak

Besaran dampak terhadap gangguan kesehatan masyarakat akibat dari

kegiatan pengangkutan material adalah jumlah manusia yang berada di

sekitar jalur pengangkutan. Berdasarkan hal tersebut maka, potensi manusia

yang terkena dampak dari kegiatan ini cukup banyak.

Page 279: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 9

c. Nilai Kepentingan Dampak

No Faktor Penentu Dampak Penting Indikator

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak Semua masyarakat yang bermukim disekitar jalur jalan masuk lokasi kegiatan

2. Luas wilayah persebaran dampak Jalur jalan yang digunakan

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung Intensitas dampak sedang dan berlangsung lama

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak

Persepsi dan keresahan

5. Sifat kumulatif dampak Kumulatif

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berbalik

Bobot Dampak Negatif Penting (-P)

3.2.3.Pembersihan dan Perataan Lahan

Berkurangnya Flora dan Fauna

a. Sumber Dampak

Pembersihan lahan dan Perataan lahan dengan cara menghilangkan semua

tanaman penutup lahan mengakibatkan semua jenis tanaman hilang dan

fauna akan berpidah karena kehilangan habitatnya yang berdampak terhadap

ekosistem darat yang ada di dalam lokasi kegiatan.

b. Besaran dampak

Indikator besaran untuk mengukur besaran dampak adalah luas hutan yang

akan dibebaskan dan komposisi flora fauna yang ada di dalam kawasan.

Berdasarkan hasil analisis GIS pada peta penggunaan lahan Lombok tengah,

maka luas hutan lahan kering yang ada di dalam kawasan seluas 93 Ha,

sehingga dengan adanya proyek kawasan pariwisata Mandalika Lombok ini di

asumsikan bahwa hutan lahan kering tersebut akan hilang. Berdasarkan hasil

analisis Vegetasi di perbukitan Kawasan Mandalika Lombok terdapat 26 jenis

tumbuhan dengan Indeks Nilai Penting Berkisar antara 4,77 (Anacardium

occidentale) – 52,25 (Lantana camara). Terdapat beberapa jenis fauna yang

berpotensi migrasi karena hilangnya habitat seperti burung, mamalia, dan

herpatofauna.

Page 280: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 10

c. Nilai kepentingan Dampak

No Faktor Penentu Dampak Penting Indikator

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak

Tidak ada

2. Luas wilayah persebaran dampak Dalam lokasi kegiatan

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Intensitas dampak tinggi dan berlangsung lama

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak

Hidrologi, kualitas air, erosi dan sedimentasi, biota perairan

5. Sifat kumulatif dampak Kumulatif

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berbalik

Bobot Dampak Negatif Penting (-P)

Erosi Tanah Dan Sedimentasi

a. Sumber Dampak

Pembersihan lahan dan Perataan Lahan dengan cara menghilangkan semua

tanaman penutup lahan akan berdampak terhadap kondisi fisik tanah yang

ada di dalam lokasi kegiatan. Sistem perakaran tanaman sangat

mempengaruhi keutuhan tanah yang ada di dalam wilayah perakrannya,

dengan hilangnya tanaman penutup mengakibatkan tanah menjadi labil dan

mudah terbongkar dari tekanan yang ada

b. Besaran Dampak

Indikator yang digunakan untuk mengukur besaran dampak adalah tingkat

erosi prediksi. Berdasarkan hasil analisis dengan memperhatikan faktor Curah

Hujan, Erodibilitas, jenis tanah, penutupan lahan, kelerengan dan tindakan

konservasi tanah yang ada saat ini di dalam kawasan maka tingkat erosi

prediksi tanap proyek adalah sebesar 122 ton/ha/tahun. Dengan adanya

proyek maka, akan terjadi perubahan penutupan lahan, dan tindakan

konservasi tanah sehingga tingkat erosi prediksi yang akan terjadi tahap

konstruksi adalah 305 ton/ha/tahun.

Page 281: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 11

c. Nilai Kepentingan Dampak

No Faktor Penentu Dampak Penting Indikator

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak Masyarakat yang lahannya berada di sisi timur dan selatan lokasi kegiatan.

2. Luas wilayah persebaran dampak Persawahan bagian timur dan selatan lokasi kegiatan

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Intensitas dampak sangat tinggi pada saat curah hujan besar dan berlangsung selama hujan turun

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak

Kualitas air dan biota perairan

5. Sifat kumulatif dampak Kumulatif

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berbalik

Bobot Dampak Negatif Penting (-P)

3.2.3. Pembangunan Sarana dan prasarana

Penurunan Kualitas udara

a. Sumber Dampak

Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kawasan diperkirakan akan

meningkatakan konsentrasi polutan di udara yang dihasilkan dari emisi

kendaraan dan mesin yang di gunakan pada saat pembangunan sarana dan

prasarana kawasan.

b. Besaran Dampak

Berdasarkan hasil pengukuran kualitas udara yang dilakukan di 7 titik jalur

jalan depan lokasi kegiatan menunjukkan konsentrasi SO2 sebesar (25-94,76)

µg/Nm3 diperkirakan akan mengalami peningkatan sampai 900 µg/Nm3, CO

sebesar (145-250) µg/Nm3 meningkat maksimal sampai 30.000 µg/Nm3, NO2

sebesar <10 µg/Nm3 maksimal mengalami peningkatan sampai 400 µg/Nm3,

HC sebesar <0,1 µg/Nm3 maksimal peningkatannya mencapai 1 µg/Nm3, dan

partikel debu sebesar (8-16) µg/Nm3 diperkirakan akan mengalami

peningkatan sampai 230 µg/Nm3

Page 282: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 12

c. Nilai Kepentingan Dampak

No Faktor Penentu Dampak Penting Indikator

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak Semua masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi kegiatan

2. Luas wilayah persebaran dampak Sepanjang jalur jalan yang dilalui

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung Intensitas dampak sedang dan berlangsung lama

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak

Kesehatan masyarakat

5. Sifat kumulatif dampak Kumulatif

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berbalik

Bobot Dampak Negatif penting (-P)

Penurunan Kualitas Air

a. Sumber Dampak

Meningkatnya aliran air permukaan di dalam lokasi rencana kegiatan

diperkirakan akan berdampak pada kualitas air yang ada di bagian timur dan

selatan lokasi kegiatan. Penurunan kualitas air sungai dan air tanah penduduk

ini diakibatkan perairan yang ada di bagian timur lokasi menjadi penerima

dampak langsung dan selanjutnya dialirkan masuk di perairan di bagian

selatan lokasi kegiatan.

b. Besaran Dampak

Penurunan kualitas air tanah lebih diakibatkan dari meningkatnya kekeruhan

dan TDS di air yang ada di bagian timur lokasi kegiatan. Berdasarkan hasil

analisis yang dilakukan di 4 lokasi pengambilan sampel air tanah

menunjukkan konsentrasi TDS sebesar (393,2-1.261)mg/L dan akan

mengamami peningkatan sampai diatas 1.500 mg/L pada saat limpasan air

permukaan dari dalam lokasi tapak proyek tinggi, sedangkan hasil analisis

yang dilakukan di 7 lokasi pengambilan sampel air sungai menunjukkan

konsentrasi TDS sebesar (765-1.720)mg/L, lokasi 2 yaitu sungai Ai Lengis 2

menunjukkan nilai 1.720 yang sudah jauh melewati ambang batas sebelum

adanya proyek dan lokasi lainnya akan mengamami peningkatan sampai

diatas 1.000 mg/L pada saat limpasan air permukaan dari dalam lokasi tapak

proyek tinggi.

Page 283: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 13

c. Nilai Kepentingan Dampak

No Faktor Penentu Dampak Penting Indikator

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak Semua masyarakat yang menggunakan air sungai dan air tanah di bagian timur lokasi kegiatan

2. Luas wilayah persebaran dampak Bagian timur dan selatan lokasi kegiatan

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Intensitas dampak besar pada musim hujan dan berlangsung lama

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak

Kesehatan masyarakat

5. Sifat kumulatif dampak Kumulatif

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berbalik

Bobot Dampak Negatif Penting (-P)

3.3. PRAKIRAAN DAMPAK PADA TAHAP OPERASIONAL

3.3.1.Penerimaan Tenaga Kerja dan Pelatihan

Terbukanya Kesempatan Kerja dan Konflik Perebutan Lapangan

Kerja

a. Sumber Dampak

Dampak berupa terbukanya kesempatan kerja dari tahap prakonstruksi

bersumber dari kebutuhan tenaga kerja dalam operasional kawasan

pariwisata Mandalika Lombok.

b. Besaran Dampak

Indikator yang digunakan untuk mengukur besaran dampak dari kegiatan

penerimaan tenaga kerja ini adalah jumlah masyarakat sekitar yang mampu

terserap pada tahap operasional. Berdasarkan data, terdapat data penduduk

usia kerja yang masih menganggur sebesar 16,88% atau sekitar 6000 orang

dari 35.547 penduduk di dalam kawasan pariwisata Mandalika Lombok.

Kebutuhan tenaga kerja pada tahap operasional sebesar 10.200 orang.

Dengan kebutuhan tenaga kerja yang cukup banyak ini maka jumlah

pengangguran yang berada di dalam lokasi mampu terserap bahkan untuk

memenuhi kebutuhan tenaga kerja di datangkan dari luar.

Page 284: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 14

c. Nilai Kepentingan Dampak

No Faktor Penentu Dampak Penting Indikator

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak Diatas 10.020 orang

2. Luas wilayah persebaran dampak Desa Kute, Mertak, Sengkol,Teruwei, dan Sukadana serta di luar kecamatan Pujut

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung Intensitas dampak tinggi dan berlangsung lama

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak

Pendapatan dan persepsi

5. Sifat kumulatif dampak Kumulatif

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berbalik

Bobot Dampak Positif Penting (+P)

3.3.2.Operasional Kawasan Pariwisata

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

a. Sumber Dampak

Dampak peningkatan Pendapatan Asli daerah bersumber dari kegiatan pajak

hasil dari operasional kawasan pariwisata Mandalika Lombok. Peningkatan

pendapatan asli daerah ini juga dapat bersumber dari fect multiflier effect dari

ketigian kawasan.

b. Besaran Dampak

Salah satu indikator yang digunakan dalam penentuan besaran dampak

adalah nilai pajak yang merupakan salah satu sumber PAD. Proyeksi

perhitungan diasumsikan sesuai dengan studi FS yang dilaksanakan pada

tahun 2011, Kecamatan Pujut memiliki jumlah pajak sebesar Rp.

939.938.142,-. Dengan adanya kegiatan Kawasan Pariwisata Mandalika

Lombok ini akan terjadi peningkatan pendapatan asli daerah dari sektor pajak

dengan asumsi bahwa tingkat pendapatan tenaga kerja rata-rata Rp.

3.504.000,- maka akan dikenakan pajak sebesar Rp.350.400/tenaga

kerja/bulan. Dari dasar tersebut maka jumlah penerimaan daerah pada sektor

pajak pertambahan hasil sebesar Rp. 3.504.000 x 1.000.000 = 3,5 triliun x 10%

= 350M. Pendapatan daerah ini belum termasuk retribusi yang dikenakan dan

pajak-pajak lainnya yang diatur dalam Peraturan Daerah seperti pajak

restoran = 3.504.000 x 200.000 x 10% = 70.080.000.000/tahun.

Page 285: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 15

c. Nilai Kepentingan Dampak

No Faktor Penentu Dampak Penting Indikator

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak Semua warga lingkar Kabupaten Lombok Tengah

2. Luas wilayah persebaran dampak Wilayah administrasi Kabupaten Lombok Tengah

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung Intensitas dampak tinggi dan berlangsung lama

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak

Persepsi

5. Sifat kumulatif dampak Kumulatif

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berbalik

Bobot Dampak Positif Penting (+P)

Timbulnya Limbah Cair

a. Sumber Dampak

Kegiatan pengoperasian kawasan pariwisata berdampak terhadap timbulan

limbah cair dari kegiatan sehari-hari seperti keperluan mandi, mencuci, dan

sebagainya.

b. Besaran dampak

Berdasarkan data, produksi limbah cair saat ini yang diukur dari jumlah

kunjungan rata-rata di dalam kawasan sebesar 76.800 Liter/hari dengan

jumlah kunjungan rata-rata 800 wisatawan dengan okuvansi 48%. Dengan

adanya kegiatan kawasan pariwisata Mandalika Lombok maka di perkirakan

jumlah limbah cair yang dihasilkan sebesar :

Asumsi jumlah daya tampung untuk pengunjung

= jumlah kamar yg tersedia x kapasitas kamar x 0,48

= 10.000 x 2 x 0,48 = 9600.

Jadi limbah cair yang di hasilkan pengunjung setiap hari

= 9600 orang x 200 L x 0,8 = 1.536/orang/m3/hari

Jadi limbah cair yang di hasilkan tenaga kerja setiap hari

= 1.020 orang x 200 L x 0,8

= 1.305,6/orang/m3/hari

Jadi total limbah cair yang dihasilkan perhari

= 1.536 + 1.305,6 = 2.841.6 m3/hari

Page 286: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 16

c. Nilai Kepentingan dampak

No Faktor Penentu Dampak Penting Indikator

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak Semua warga lingkar Kabupaten Lombok Tengah khususnya desa Kute, Mertak, Sengkol, Sukadana dan Teruwai

2. Luas wilayah persebaran dampak Lokasi studi khususnya lokasi di desa-desa dari desa Kuta, Sengkol, Mertak, Teruwai dan Sukadana.

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung Intensitas dampak tinggi dan berlangsung lama

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak

Persepsi dan Kesehatan Masyarakat

5. Sifat kumulatif dampak Kumulatif

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berbalik

Bobot Dampak Negatif Penting (-P)

Timbulnya Limbah Padat

a. Sumber dampak

Kegiatan pengoperasian kawasan pariwisata berdampak terhadap timbulan

sampah (limbah padat)

b. Besaran dampak

Berdasarkan data, produksi limbah padat saat ini yang diukur dari jumlah

kunjungan rata-rata di dalam kawasan sebesar 1152 kg/hari dengan jumlah

kunjungan rata-rata 800 wisatawan dengan okuvansi 48%. Dengan adanya

kegiatan kawasan pariwisata Mandalika Lombok maka di perkirakan jumlah

limbah padat yang dihasilkan sebesar :

asumsi jumlah daya tampung untuk pengunjung = jumlah kamar yg

tersedia x kapasitas kamar x 0,48

= 10.000 x 2 x 0,48 = 9600.

Jadi sampah yang di hasilkan pengunjung setiap hari

= 9600 orang x 3 kg

= 28.8 ton/hari

Jadi sampah yang di hasilkan tenaga kerja setiap hari

= 1.020 orang x 3 kg

= 3,6 ton/hari

Jadi total sampah yang dihasilkan perhari = 28.8 + 3,6 = 32,4 ton/hari

Page 287: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 17

c. Nilai Kepentingan Dampak

No Faktor Penentu Dampak Penting Indikator

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak Semua warga lingkar Kabupaten Lombok Tengah khususnya desa Kute, Mertak, Sengkol, Sukadana dan Teruwai

2. Luas wilayah persebaran dampak Lokasi studi khususnya lokasi di desa-desa dari desa Kuta, Sengkol, Mertak, Teruwai dan Sukadana.

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung Intensitas dampak tinggi dan berlangsung lama

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak

Persepsi dan Kesehatan Masyarakat

5. Sifat kumulatif dampak Kumulatif

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berbalik

Bobot Dampak Negatif Penting (-P)

Timbulnya Limbah B3

a. Sumber Dampak

Sumber dampak adalah kegiatan operasional kawasan pariwisata. Limbah B3

berupa oli bekas yang bersumber dari operasional genset dengan buangan

oli, penggunaan Aki, dan Lampu.

b. Besaran Dampak

Berdasarkan data, jumlah hotel yang ada saat ini di dalam kawasan sebanyak

37 hotel dengan 400 kamar. Dengan nilai tersebut dapat jumlah penggunaan

oli dalam kawasan saat ini adalah sebesar 185 liter/bulan dari pemakaian

genset, jumlah aki sebanyak 37 buah/tahun, dan lampu sebanyak 400

buah/tahun. Dengan adanya kegiatan kawasan pariwisata Mandalika Lombok

maka di perkirakan kenaikan jumlah oli, aki, dan lampu sebanyak =

Asumsi Jumlah hotel dalam kawasan adalah 100 hotel dengan penggunaan

genset setiap hotel 1 buah, jumlah oli yang dibutuhkan setiap genset sebanyak

5 liter/bulan sehingga limbah oli yang dihasilkan sebanyak 500 liter/bulan.

Untuk jumlah aki yang dibuthkan untuk operasional aki sebanyak 100

buah/tahun, sedangkan untuk limbah lampu yang dihasilkan sebanyak 10.000

buah/tahun.

Page 288: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 18

c. Nilai Kepentingan dampak

No Faktor Penentu Dampak Penting Indikator

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak Semua warga lingkar Kabupaten Lombok Tengah khususnya desa Kute, Mertak, Sengkol, Sukadana dan Teruwai

2. Luas wilayah persebaran dampak Sungai yang ada di lokasi studi khususnya lokasi di desa-desa dari desa Kuta, Sengkol, Mertak, Teruwai dan Sukadana.

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Intensitas dampak tinggi dan berlangsung lama

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak

Persepsi dan Kesehatan Masyarakat

5. Sifat kumulatif dampak Kumulatif

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berbalik

Bobot Dampak Negatif Penting (-P)

Defisit Air

a. Sumber Dampak

Jumlah tenaga kerja yang digunakan pada tahap operasional sebayak 10.200

orang. berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Direktorat

Pengembangan Air Minum, Dirjen Cipta Karya pada tahun 2010 menunjukkan

setiap orang indonesia menggunakan air rata-rata sebanyak 3 kg/perhari. Dari

sejumlah itu pemakaian terbesar untuk keperluan air mandi dll.

b. Besaran Dampak

Kegiatan operasional kawasan pariwisata Mandalika Lombok membutuhkan

air bersih sebanyak = Asumsi jumlah pengunjung sebanyak 9.600 orang

ditambah karyawan sebanyak 10.200 orang sehingga total kebutuhan air

selama operasional adalah 3.960 M3/hari, sedangkan suplai PDAM yang ada

sebanyak 3.456 M3/hari dengan asumsi kemampuan suplay PDAM sebanyak

40 ltr/dtk.

Page 289: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 19

c. Nilai Kepentingan Dampak

No Faktor Penentu Dampak Penting Indikator

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak Masyarakat yang menggunkan air yang terpapar dampak

2. Luas wilayah persebaran dampak Sekitar lokasi kegiatan dan Sungai

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung Intensitas dampak sedang dan berlangsung lama

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak

Kekeringan dan kesehatan masyarakat

5. Sifat kumulatif dampak Kumulatif

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berbalik

Bobot Dampak Negatif Penting (-P)

Keamanan Kawasan

a. Sumber Dampak

Adanya kegiatan pembangunan Kawasan Pariwisata Mandalika yang

berdekatan dengan pantai, akan menjadi sumber kekhawatiran masyarakat,

bahwa akan terjadi berbagai macam tindak kejahatan karena pola hidup

masyarakat di lokasi kegiatan masih tergolong ekonomi dan pendidikan

menengah kebawah. Sehingga dengan adanya wisatawan yang masuk ke

lokasi dia jadikan ajang untuk kejahatan seperti perampokan, pemerkosaan,

dll

b. Besaran Dampak

Berdasarkan data jumlah kejahatan konvensional di Kabupaten Lombok

Tengah Tahun 2011, jenis kejahatan yang umumnya terjadi di Kabupaten

Lombok Tengah adalah perkelahian dan pencabulan/pemerkosaan. Rata-rata

tingkat perkelahian di Lombok Tengah 5 tahun terkahir adalah 9 jumlah

perkara/tahun, sedangkan untuk pencabulan dan pemerkosaan rata-rata 6

jumlah perkara/tahun.

Page 290: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 20

c. Nilai Kepentingan

No Faktor Penentu Dampak Penting Indikator

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak Masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi (desa Kute, Mertak, Sengkol, Sukadana, dan Teruwai) serta wisatan

2. Luas wilayah persebaran dampak Wilayah Administrasi Kabupaten Lombok Tengah

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung Intensitas dampak tinggi dan berlangsung lama

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak

Persepsi dan keresahan masyarakat

5. Sifat kumulatif dampak Kumulatif

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berbalik

Bobot Dampak Negatif Penting (-P)

Dukungan Event Bau Nyale

a. Sumber Dampak

Pada sisi lain, pantai di lokasi rencana kegiatan mempunyai fungsi sosial

ekonomi dan sosial budaya. Fungsi sosial ekonomi ditunjukkan kegiatan

nelayan dan budidaya rumput laut serta udang lobster dan jasa pemandu

wisata. Fungsi sosial budaya antara lain nampak dari kegiatan Festival Bau

Nyale. Dengan demikian keberadaan pantai sangat dekat dengan kegiatan

sehari –hari masyarakat, terutama di Wilayah 1 (Desa Kuta, Sengkol, Mertak,

Teruwai dan Sukadana)

b. Besaran dampak

Tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah wisatawan ke Lombok Tengah sekitar

30 persen. Tahun ini animo wisatawan asing yang melihat Tradisi Bau Nyale

diprediksi meningkat karena hunian kamar di hotel dan beberapa penginapan

penuh sejak sebulan terakhir. Untuk mengukur jumlah wisatawan asing bisa

dilihat dari tingkat hunian di hotel. Dengan adanya ketersediaan pelayanan

Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok dapat meningkat hingga 70%.

Page 291: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 21

c. Nilai Kepentingan Dampak

No Faktor Penentu Dampak Penting Indikator

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak Penduduk di wilayah kecamatan Pujut, serta di luar kabupaten Lombok tengah

2. Luas wilayah persebaran dampak Sekitar lokasi kegiatan dan Sungai

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung Lokasi studi khususnya lokasi di desa-desa dari desa Kuta, Sengkol, Mertak, Teruwai dan Sukadana.

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak

Persepsi

5. Sifat kumulatif dampak Kumulatif

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berbalik

Bobot Dampak Positif Penting (+P)

Kemacetan Lalu Lintas

a. Sumber Dampak

Jumlah tenaga kerja operasional dan pengunjung (wisatawan)yang berpotensi

menimbulkan kemacetan terutamayang memiliki kendaraan pribadi. Titik

rawan munculnya kemacetan terjadi di persimpangan jalan dan kabupaten

dengan jalan provinsi yang dilalui. Kepadatan lalulintas di jalur jalan provinsi

mengalami peningkatan tinggi pada saat hari kerja dan liburan, Kemacetan

yang rawan muncul yaitu dipersimpangan.

b. Besar Dampak

Berdasarkan hasil pengamatan. Kondisi LHR saat ini adalah rata-rata 370

SMP/jam di jalan raya Kuta. Dengan adanya kegiatan Kawasan Pariwisata

Mandalika Lombok ini dengan asumsi pengunjung sebanyak orang, maka

akan terjadi peningkatan laju harian Rata-rata sebanyak 2.018 SMP/jam dari

aktivitas tamu, karyawan dan masyarakat sekitar.

Page 292: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 22

c. Nilai Kepentingan Dampak

No Faktor Penentu Dampak Penting Indikator

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak Masyarakat pengguna jalan

2. Luas wilayah persebaran dampak Persimpangan jalan kabupaten denga jalan provinsi

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung Intensitas dampak sedang dan besar pada hari kerja dan Libur serta berlangsung lama

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak

Persepsi

5. Sifat kumulatif dampak Kumulatif

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berbalik

Bobot Dampak Negatif Penting (-P)

Peningkatan Prostitusi, Miras, dan Narkoba

a. Sumber Dampak

Kegiatan Pariwisata selain memberikan dampak positif juga beresiko

menimbulkan pola penyakit baru, yaitu Penyakit Menular Seksual (PMS).

Jumlah kunjung-an wisatawan di daerah pariwisata juga dapat dikatakan

memiliki suatu keterkaitan dengan pergerakan penyebaran penyakit HIV/

AIDS. Hal ini disebabkan oleh tempat hiburan yang memiliki pekerja seks

komersil (Ketshabile dalam Azza, 2010).

Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat

menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut

the Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS

dilaporkan per tahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun)

adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3

juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini (Azza, 2010).

Beberapa penyakit menular seksual kemungkinan terjadi akibat kontak

seksual adalah

1. Klamidia – klamidia adalah PMS yang sangat berbahaya dan

biasanya tidak menunjukkan gejala; 75% dari perempuan dan 25%

dari pria yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala sama sekali.

2. Gonore – gonore adalah salah satu PMS yang sering

dilaporkan. 40% penderita akan mengalami penyakit radang

panggul (PRP) jika tidak diobati, dan hal tersebut dapat

menyebabkan kemandulan.

3. Hepatitis B – vaksin pencegahan penyakit ini sudah ada, tapi sekali

terkena penyakit ini tidak dapat disembuhkan; dapat menyebabkan

kanker hati.

Page 293: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 23

4. Herpes – terasa nyeri dan dapat hilang timbul; dapat diobati untuk

mengurangi gejala tetapi tidak dapat disembuhkan.

5. HIV/AIDS – dikenal pertama kali pada tahun 1984, AIDS adalah

penyebab kematian ke enam pada laki-laki dan perempuan

muda. Virus ini fatal dan menimbulkan rasa sakit yang cukup lama

sebelum kemudian meninggal.

6. Human Papilloma Virus (HPV) & Kutil kelamin – PMS yang paling

sering, 33% dari perempuan memiliki virus ini, yang dapat

menyebabkan kanker serviks dan penis dan nyeri pada kelamin.

7. Sifilis – jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan otak dan

hati yang serius.

8. Trikomoniasis – dapat menyebabkan keputihan yang berbusa atau

tidak ada gejala sama sekali. Pada perempuan hamil dapat

menyebabkan kelahiran prematur.

Sedangkan, penularan (PMS ) terutama HIV/AIDS adalah :

Hubungan seksual berganti-ganti pasangan tanpa kondom

Pemakaian jarum suntik tidak steril, bekas dipakai orang lain secara

bergantian atau tercemar darah mengandung HIV.

Tranfusi darah yang tidak melalui proses pemeriksaan terhadap

HIV.

Dari Ibu HIV positif kepada bayinya saat hamil, proses melahirkan

spontan/normal dan menyusui

b. Besaran dampak

Dengan demikian, penduduk yang beresiko terkena PMS bukan hanya pihak

yang melakukan kontak seksual dan pengguna narkoba , namun juga

penduduk lainnya yang terpapar melalui cara transfusi darah dan kehamilan.

Menurut penelitan Departemen Kesehatan (2006), sebanyak 6)% pria dewasa

yang pernah melakukan hubungan Pekerja seks telah terjangkit PMS. Jumlah

kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

Syndrome (AIDS) menurut data Nusa Tenggara Barat Dalam Angka tahun

2011 di Provinsi Nusa Tenggara Barat, jumlah penderita HIV sebanyak 210

dan jumlah penderita AIDS sebanyak 173 orang, sedangkan pada tahun 2010

sesuai dengan Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010 di

Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebanyak 219 penderita HIV dan 166

penderita AIDS. Dengan data tersebut diatas terlihat bahwa penderita HIV

mengalami penurunan sebanyak 4,1%, dan penderita AIDS mengalami

peningkatan sebanyak 4,2% dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011.

Sedangkan di Kabupaten Lombok Tengah menurut sumber yang sama

menunjukan bahwa jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pada tahun 2010 dan Tahun

Page 294: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Prakiraan Dampak ………………….. III - 24

2011 tidak mengalami perubahan yaitu sebanyak 18 penderita HIV dan 20

Penderita AIDS

c. Nilai Kepentingan Dampak

No Faktor Penentu Dampak Penting Indikator

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak

Jumlah penduduk lokal di pemukiman , Jika dihitung secara maksimal , maka penduduk yang beresiko terkena adalah 60% dari seluruh penduduk di desa –desa terdekat dengan kegiatan Pariwisata.

2. Luas wilayah persebaran dampak Lokasi studi yang meliputi wilayah 1 adalah desa Kuta, sengkol, Mertak, Teruwai dan Sukadana

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung Intensitas tinggi dan berlansung selama tahap operasional berlangsung

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak

Persepsi

5. Sifat kumulatif dampak Kumulatif

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Berbalik

Bobot Dampak Negatif Penting (-P)

Page 295: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

BAB IVEVALUASI DAMPAK PENTING

Page 296: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 1

Evaluasi holistik dampak lingkungan rencana Pengembangan kawasan

Pariwisata Mandalika dimaksudkan untuk menelaah keterkaitan dan interaksi seluruh

dampak penting hipotetik (DPH) dalam rangka penentuan karakteristik dampak

rencana kegiatan secara total terhadap lingkungan hidup. Selanjutnya, akan disusun

gambaran mekanisme aliran dampak penting dengan bagan alir yang menguraikan

dampak penting hipotetik (DPH) pada tiap tahap kegiatan pembangunan.

Telaahan secara holistik atas berbagai komponen lingkungan yang

diperkirakan mengalami perubahan mendasar seperti telah diuraikan pada Bab III

(Prakiraan Dampak Penting) akan ditelaahan lagi keterkaitan dan interaksi dampak

penting hipotetik (DPH) yang ditemukan dalam studi Amdal ini untuk dapat dilakukan

langkah berikutnya yakni menguraikan :

• Bentuk hubungan keterkaitan dan interaksi DPH beserta karakteristiknya antara

lain seperti frekuensi terjadi dampak, durasi dan intensitas dampak, yang pada

akhirnya dapat digunakan untuk menentukan sifat penting dan besaran dari

dampak-dampak yang telah berinteraksi pada ruang dan waktu yang sama.

• Komponen-komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang paling banyak

menimbulkan dampak lingkungan.

• Area-area yang perlu mendapat perhatian penting (area of concerns) beserta

luasannya (lokal, regional, nasional, atau bahkan international lintas batas

negara), antara lain sebagai contoh seperti: (1) area yang mendapat paparan dari

beberapa dampak sekaligus dan banyak dihuni oleh berbagai kelompok

masyarakat; (2) area yang rentan/rawan bencana yang paling banyak terkena

berbagai dampak lingkungan; dan/atau dan (3) kombinasi dari area sebagaimana

dimaksud di atas.

Berdasarkan informasi hasil telaahan seperti di atas, selanjutnya dilakukan

telahaan atas berbagai opsi pengelolaan dampak lingkungan yang mungkin

dilakukan, ditinjau dari ketersediaan opsi pengelolaan terbaik (best available

technology), kemampuan pemrakarsa untuk melakukan opsi pengelolaan terbaik

(best achievable technology) dan relevansi opsi pengelolaan yang tersedia dengan

kondisi lokal. Dari hasil telaahan ini dirumuskan arahan pengelolaan dan

pemantauan lingkungan hidup yang menjadi dasar bagi penyusunan RKL-RPL yang

lebih detail/rinci dan operasional.

Arahan pengelolaan dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan yang

menimbulkan dampak penting, baik komponen kegiatan yang paling banyak

memberikan dampak turunan (dampak yang bersifat strategis) maupun komponen

kegiatan yang tidak banyak memberikan dampak turunan. Arahan pemantauan

dilakukan terhadap komponen lingkungan yang relevan untuk digunakan sebagai

Page 297: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 2

indikator untuk mengevaluasi penaatan (compliance), kecenderungan (trendline) dan

tingkat kritis (critical level) dari suatu pengelolaan lingkungan hidup.

Berdasarkan informasi tersebut di atas (hasil telahaan keterkaitan dan

interaksi dampak lingkungan/dampak penting hipotetik, alternatif terbaik, arahan

pengelolaan dan pemantauan lingkungan), pemrakarsa/penyusun Amdal dapat

menyimpulkan atau memberikan pernyataan kelayakan lingkungan hidup atas

rencana usaha dan/atau kegiatan yang dikaji, dengan mempertimbangkan kriteria

kelayakan antara lain sebagai berikut:

• Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.

• Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta sumber

daya alam yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

• Kepentingan pertahanan keamanan.

• Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari aspek

biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan masyarakat

pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi rencana usaha

dan/atau kegiatan.

• Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai sebuah

kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga diketahui

perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negative.

• Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab dalam

menanggulanggi dampak penting negatif yang akan ditimbulkan dari rencana

usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan dengan pendekatan teknologi, sosial,

dan kelembagaan.

• Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu nilai-nilai sosial atau

pandangan masyarakat (emic view).

• Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau

mengganggu entitas ekologis yangmerupakan. 1) entitas dan/atau spesies kunci

(key species).

4.1.TELAAH TERHADAP DAMPAK PENTING

Pada Bab Prakiraan Dampak Penting telah teridentifikasi komponen

kegiatan-kegiatan yang akan menimbulkan dampak negatif penting maupun

positif penting terhadap komponen lingkungan fisik, kimia, biologi, sosial

ekonomi dan budaya serta kesehatan masyarakat akibat rencana

pembangunan Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok. Dampak-dampak

tersebut timbul mulai dari tahap pra-konstruksi, tahap konstruksi, dan tahap

operasi.

Pada tahap prakonstruksi, kegiatan berdampak pada dua komponen

lingkungan yaitu komponen Sosial Ekonomi dan Budaya, dan komponen Geo-

Fisik Lingkungan.

Page 298: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 3

1. Dampak terhadap komponen Sosial, ekonomi dan budaya bersumber dari

kegiatan Sosialisasi dan Pembebasan Tanah. Kegiatan sosialisasi

menimbulkan dampak berupa terjadinya peningkatan keresahan

masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan., Sedangkan kegiatan

Pembebasan Lahan menimbulkan dampak berupa konflik antar pemiliki

lahan berkenan dengan ganti rugi lahan.

2. Dampak terhadap komponen Geofisik bersumber dari kegiatan Perizinan.

Kegiatan perizinan kawasan pariwisata Mandalika Lombok ini

menimbulkan dampak berupa perubahan peruntukan lahan di dalam

kawasan.

Pada tahap konstruksi komponen lingkungan yang terkena dampak adalah

Sosial Ekonomi dan Budaya, Biologi, Kesehatan Masyarakat dan komponen

Geofisik.

1. Dampak terhadap Komponen Sosial Ekonomi dan budaya bersumber dari

kegiatan Penerimaan tenaga kerja konstruksi. Pada penerimaan tenaga

kerja konstruksi akan berdampak pada terbukanya kesempatan kerja

sehingga tingkat pengangguran di lokasi kegiatan dapat menurun dan

tingkat pendapatan masyarakat dapat meningkat

2. Dampak terhadap komponen Geofisik bersumber dari kegiatan mobilisasi

material dan alat berat, Pembersihan Lahan, dan pembangunan sarana

dan prasarana. Kegiatan mobilisasi material dan alat berat menimbulkan

peningkatan partikel debu dan partikel-partikel lainnya yang dapat melebihi

baku mutu. Kegiatan pembersihan lahan berdampak pada peningkatan

erosi karena berkurangnya penutupan lahan, sedangkan kegiatan

pembangunan sarana dan prasarana akan menimbulkan penurunan

kualitas air dan kualitas udara. Penurunan kualitas air karena peningkatan

aliran permukaan dan laju sedimentasi, sedangkan penurunan kualitas

udara bersumber dari penggunaan alat-alat mesin selama tahap

konstruksi.

3. Dampak terhadap komponen biologi bersumber dari kegiatan pembersihan

lahan berupa berkurangnya flora dan fauna di dalam lokasi tapak proyek

Pada tahap operasi, komponen lingkungan yang terkena dampak adalah

komponen sosial ekonomi dan budaya dan Geo Fisik.

1. Dampak terhadap Komponen Sosial Ekonomi dan budaya bersumber dari

kegiatan Penerimaan tenaga kerja konstruksi dan operasi Kegiatan. Pada

penerimaan tenaga kerja konstruksi akan berdampak pada terbukanya

kesempatan kerja sehingga tingkat pengangguran di lokasi kegiatan dapat

menurun dan tingkat pendapatan masyarakat dapat meningkat,

Sedangkan pada tahap operasi dampak yang terjadi berupa peningkatan

Page 299: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 4

asli daerah, Keamanan kawasan, dukungan terhadap event bau nyale, dan

peningkatan kegiatan prostitusi, miras dan narkoba.

2. Dampak terhadap Komponen Geofisik bersumber dari kegiatan operasi

Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok berupa produksi limbah cair,

limbah padat, limbah B3, dan Defisit Air.

Dampak-dampak tersebut di atas, selanjutnya dievaluasi secara holistik

dengan menggunakan metoda yang dikemukakan oleh Fisher & Davies

(Fandeli, 1992). Pertama yang ditetapkan adalah nilai kuantifikasi skala

kualitas lingkungan tanpa proyek. Pada kolom (3) diisi nilai skala keadaan

sekarang dan pada kolom (4) diisi nilai skala yang akan datang. Skala

digunakan mulai dari angka 1 sampai 5. Angka 1 menunjukkan skala

lingkungan yang jelek, dan 5 untuk lingkungan yang baik. Bilamana skala

tersebut tidak akan berubah, maka nilainya tetap.

Selanjutnya, untuk evaluasi dimulai dengan mengisi skala lingkungan

yang akan datang dengan adanya proyek. Kolom (5) diisi skala kualitas

lingkungan dengan adanya proyek. Evaluasi kondisi lingkungan dapat berupa

positif (diisi pada kolom 6) atau negatif (diisi pada kolom 7). Seterusnya,

dampak lingkungan untuk komponen lingkungan yang dinilai merupakan

selisih antara kolom (5) dengan kolom (4). Penjumlahan nilai skala dampak

tersebut, akan menunjukkan apakah pada tahap tertentu dampak yang

didapatkan positif atau negatif.Hasil evaluasi dampak yang timbul dari setiap

tahap kegiatan pembangunan Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok di

Kecamatan Pujut adalah sebagai berikut:

4.1.1.Evaluasi Dampak Pada Tahap Prakonstruksi

Hasil evaluasi dampak yang timbul dari kegiatan yang akan dilakukan pada

tahap prakonstruksi menunjukkan bahwa dampak penting (Tabel 4.1).

Page 300: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 5

Tabel 4.1. Matriks Evaluasi Dampak pada Tahap Prakonstruksi

No Komponen

Lingkungan

Skala Kualitas

Lingkungan

Tanpa Proyek

Evaluasi Evaluasi

Kondisi Dengan

Proyek

Kondisi

dengan

Proyek

Selisih

(5-3)

Dampak

(5-4)

Saat

Ini

Mendatang a b c + -

1 2 3 4 5 6 7

1. Peningkatan

Keresahan

Masyarakat

5 5 3 3 -2 -2

2. Perubahan

Peruntukan

Lahan

4 4 1 1 -3 -3

3. Konflik Antar

Pemilik Lahan 4 4 2 2 -2 -2

Total 13 13 6

Rata - Rata 4.33 4.33 2

Dampak -2.3

Keterangan:

a. Sosialisasi Kegiatan, b. Perizinan, dan c. Pembebasan lahan

Evaluasi pada tahap prakonstruksi menunjukkan bahwa dampak terhadap

perubahan peruntukan lahan memberikan konstribusi dampak terbesar (skala

dampak -3). Besaran skala yang dihasilkan oleh ketiga dampak akibat

kegiatan ini adalah -2,3.

4.1.2. Evaluasi Dampak Pada Tahap Konstruksi

Evaluasi dampak yang timbul dari kegiatan yang akan dilakukan pada tahap

konstruksi menunjukkan hasil dampak negatif penting (Tabel 4.2).

Page 301: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 6

Tabel 4.2. Matriks Evalusi Dampak pada Tahap Konstruksi

No Komponen

Lingkungan

Skala Kualitas

Lingkungan

Tanpa Proyek

Evaluasi Evaluasi

Kondisi Dengan

Proyek

Kondisi

dengan

Proyek

Selisih

(5-3)

Dampak

(5-4)

Saat

Ini

Mendatang a b c d + -

1 2 3 4 5 6 7

1.

Terbukanya

Kesempatan

Kerja

2 2 4

4 2 2

2.

Penurunan

Kualitas Udara

dan Kebisingan

4 4 3 3

3 -1 -1

3.

Gangguan

Kesehatan

Masyarakat

4 4 3

3 -1 -1

4. Berkurangnya

Flora dan Fauna 4 4 1

1 -3 -3

5. Erosi Tanah dan

Sedimentasi 3 3 2

2 -1 -1

6.

Penurunan

Kualitas Air

4 4 3 3 -1 -1

Total 21 21 16

Rata - Rata 3.50 3.50 2.67

Dampak -0.8

Keterangan:

a. Penerimaan tenaga kerja, b. Mobilisasi Material dan Alat Berat, c. Pembersihan Lahan, d;

Pembangunan Sarana dan Prasarana.

Hasil evaluasi dampak menunjukkan bahwa dampak negatif penting

yang timbul pada tahap konstruksi didominasi dampak negatif, hanya pada

dampak terbukanya kesempatan kerja yang merupakan dampak positif. Bobot

terbesar dampak terjadi pada komponen berkurangnya flora dan fauna

dengan bobot dampak -3.

Page 302: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 7

4.1.3. Evaluasi Dampak Pada Tahap Operasi

Hasil evaluasi dampak yang timbul dari kegiatan yang akan dilakukan

pada tahap operasi menunjukkan bahwa dampak yang ditimbulkan adalah

dampak negatif penting (Tabel 4.3).

Tabel 4.3. Matriks Evalusi Dampak pada Tahap Operasi

No Komponen

Lingkungan

Skala Kualitas

Lingkungan Tanpa

Proyek

Evaluasi

Kondisi

Dengan

Proyek

Evaluasi

Kondisi

dengan

Proyek

Selisih

(5-3)

Dampak

(5-4)

Saat

Ini

Mendatang a b + -

1 2 3 4 5 6 7

1.

Terbukanya

Kesempatan Kerja

dan Konflik

Perebutan Lapangan

Kerja

2 2 5 5 3 3

2. Peningkatan PAD 3 3 5 5 2

3. Timbulnya Limbah

Cair 4 4 2 2 2 -2 -2

4. Timbilnya Limbah

Padat 4 4 2 2 -2 -2

5. Timbulnya Limbah

B3 4 4 2 2 -2 -2

6. Defisit Air 4 4 2 2 -2 -2

7. Keamanan Kawasan 4 4 3 3 -1 -1

8. Dukungan Event Bau

Nyale 4 4 5 5 1 1

9. Kemacetan Lalu

Lintas 4 4 2 2 -2 -2

10.

Peningkatan

Prostitusi, Miras dan

Narkoba

4 4 3 3 -1 -1

Total 36 31

Rata - Rata 3.60 3.50 3.10

Dampak -0.5

Keterangan:

a. Penerimaan Tenaga Kerja Operasi, b. Operasi Kawasan

Page 303: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 8

Hasil Evaluasi dampak pada tahap operasi menunjukkan nilai yang negatif,

dampak negatif yang ditimbulkan lebih besar dari pada dampak postifnya,

walaupun dampak terbesar dari penerimaan tenaga kerja pada tahap operasi.

4.2.PEMILIHAN ALTERNATIF TERBAIK

Dalam rencana kegiatan Pembangunan Kawasan Pariwisata Lombok,

Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, tidak ada kajian alternatif baik

alternatif lokasi, teknologi, proses dan sebagainya, karena tahap Perencanaan

Kawasan Pariwisata Lombok ini sudah menyusun master plan yang sudah

ditetapkan.

4.3.TELAAH SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN

Berdasarkan hasil prakiraan dan evaluasi dampak penting yang timbul dari

serangkaian kegiatan Pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika

Lombok oleh PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero), maka ada

beberapa jenis dampak negatif dan positif penting yang perlu dikelola dan

dipantau. Dampak penting tersebut muncul pada tahap pra konstruksi,

konstruksi, operasi.

4.3.1.Peningkatan Keresahan Masyarakat

Pada tahap prakonstruksi dampak negatif berupa keresahan masyarakat

bersumber dari kegiatan sosialisasi. Dampak ini merupakan dampak turunan

dari persepsi negatif masyarakat terhadap kegiatan yang akan dilakukan.

Karena dampak ini merupakan dampak turunan dari persepsi masyarakat,

maka arahan pengelolaan dampaknya sama dengan arahan pada

pengelolaan dampak persepsi masyarakat.

Arahan pengelolaan dampak:

(1) Melakukan sosialisasi pada masyarakat di sekitar lokasi proyek tentang

tujuan dilakukannya kegiatan;

(2) Membicarakan kompensasi atas hilangnya lahan garapan, tanaman pada

tapak proyek. Pembicaraan dilakukan antara pemrakarsa dengan

penduduk yang kehilangan lahan garapan dan tanamannya.

Arahan pemantauan dampak:

a. Metode Pemantauan.

Pemantauan dilakukan dengan metode survei dan Focus Group

Discussion (FGD). Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan

bantuan tabel.

Page 304: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 9

b. Lokasi dan Frekuensi Pemantauan.

Lokasi pemantauan lingkungan hidup adalah desa yang berada di sekitar

kegiatan. Pemantauan dilakukan dua kali setahun selama tahap konstruksi

dan operasi.

4.3.2.Perubahan Peruntukan Lahan

Perubahan peruntukan ruang bersumber dari kegiatan perizinan pada tahap

prakonstruksi. Perubahan peruntukan ruang dari lahan garapan petani akan

menjadi berbagai macam bentuk peruntukan seperti permukiman, hotel,

perkantoran, fasilitas publik dan fasilitas-fasilitas lainnya yang mendukung

pengembangan kawasan pariwisata Mandalika.

Arahan pengelolaan dampak:

(1) Pemberian Izin pemanfaatan ruang hanya diberikan kepada

pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang;

(2) Pemberian sanksi terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang

terjadi;

(3) Pengembangan perangkat insentif dan disinsentif yang diterapkan

dengan tetap memperhatikan hak penduduk sebagai warga negara,

seperti dibidang ekonomi pemberian kompensasi dan imbalan,

dibidang fisik melalui pembangunan sarana dan prasarana seperti

jalan, listrik, air minum dan sebagainya untuk melayani pengembangan

kawasan sesuai dengan rencana tata ruang.

Arahan pemantauan dampak:

a. Metode Pemantauan

Tujuan Pemantauan adalah untuk memeriksa kesesuaian antar penggunaan

lahan dengan rencana proyek. Metode pemantauan peruntukan ruang adalah

dengan metode observasi langsung dengan pengumpulan data dan informasi

berupa kondisi aktual dari struktur ruang dan pola ruang dan membandingkan

dengan tata guna ruang pada rencana proyek.

b. Lokasi dan frekuensi pemantauan

Lokasi pemantauan adalah di kawasan pariwisata Mandalika Lombok selama

tahap konstruksi dan operasi dengan frekuensi setahun sekali.

4.3.3.Konflik Antar Pemilik Tanah

Kegiatan pembebasan lahan menimbulkan dampak berupa konflik antar

pemilik tanah pada tahap pra konstuksi. Tujuan pengelolaan adalah

mencegah terjadinya keresahan sosial, kecemburuan sosial dan kriminiitas.

Page 305: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 10

Arahan pengelolaan dampak:

(1) Memberikan kesempatan yang luas kepada penduduk yang bermukim di

sekitar lokasi untuk menerima ganti rugi kepemilikan lahan sesuai dengan

harga yang ditetapkan;

(2) Menjalin interaksi sosial yang harmonis antara pihak kontraktor dan

masyarakat sekitar;

(3) Melakukan tindakan-tindakan preventif agar keresahan masyarakat tidak

mengarah kepada terjadinya konflik sosial dan gangguan keamanan dan

ketertiban;

(4) Melakukan pendekatan kepada pemerintah daerah (camat, lurah dan

organisasi sosial masyarakat) untuk bertindak sebagai mediator dalam

meredam keresahan masyarakat di sekitar lokasi rencana pengembangan

kawasan.

Arahan pemantauan dampak:

a. Metode Pemantauan

- Melakukan pengamatan langsung dan wawancara dengan kuesioner

dan pengolahan data dengan metode tabulasi silang dan dianalisis

dengan metode analisis deskriptif;

- Pendekatan partisipatif dengan menerapkan curah pendapat melalui

proses sosialisasi, diskusi kelompok terarah, dan pertemuan konsultasi

masyarakat, untuk menampung dan mengakomodasi pendapat, sikap

dan persepsi serta aspirasi masyarakat yang terkena dampak.

b. Lokasi dan frekuensi pemantauan

Lokasi pemantauan lingkungan hidup di lokasi Kawasan Pariwisata Mandalika

Lombok dilakukan 1 kali selama kegiatan pembebasan lahan pada tahap pra-

konstruksi.

4.3.4.Kesempatan Kerja

Pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok memerlukan tenaga

kerja dengan jumlah yang cukup besar. Besarnya jumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan baik pada tahap kegiatan konstruksi dan operasi dapat

menyebabkan konflik atau perebutan lapangan kerja.

Arahan pengelolaan dampak:

(1) Menginformasikan adanya penerimaan tenaga kerja kepada masyarakat

seluas-luasnya dan sejelas-jelasnya kepada masyarakat melalui selebaran

(leaflet) dan pengumuman di kantor desa yang berisi informasi tentang

jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan;

Page 306: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 11

(2) Melakukan proses penerimaan tenaga kerja secara transparan dan sesuai

kebutuhan;

(3) Memberikan jaminan sosial dan perlindungan keselamatan dan kesehatan

kerja (K3) sesuai denga peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Arahan pemantauan dampak:

a. Metode Pemantauan.

Melakukan pengamatan langsung untuk mengumpulkan data primer dengan

metode wawancara semi terstruktur. Teknik penentuan responden secara

purposive sampling, dengan pertimbangan bahwa responden yang dipilih

telah memanfaatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha selama

tahap konstruksi. Jumlah responden yang akan diwawancarai sebanyak (10–

15%) dari populasi masyarakat yang memperoleh manfaat. Data yang

dikumpulkan diolah dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

b. Lokasi dan frekuensi pemantauan.

Lokasi pemantauan lingkungan hidup pada lokasi rencana pembangunan

Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok. Pemantauan lingkungan hidup

dilakukan 1 kali selama kegiatan mobilisasi tenaga kerja pada tahap konstruksi

dan selama tahap operasi.

4.3.6.Penurunan Kualitas Udara dan Kebisingan

Pada tahap konstruksi dampak negatif penting penurunan kualitas udara dan

Kebisingan bersumber dari kegiatan mobilisasi material dan alat berat,

pembangunan sarana dan prasarana kawasan. Dampak ini akan dirasakan

oleh masyarakat yang bermukim di sekitar jalan yang dilalui kendaraan

pengangkut dan permukiman disekitar lokasi kegiatan.

Arahan pengelolaan dampak:

(1) Kendaraan pengangkut material dan alat berat dilengkapi dengan filter

emisi gas buang disaluran knalpot;

(2) Memasang filter kebisingan pada kendaraan pengangkut yang

digunakan serta mengatur kecepatan kendaraan;

(3) Melakukan pengangkutan material dan alat berat di luar jam istirahat;

(4) Melakukan penanaman pohon di sekitar loksi tapak proyek yang dapat

mengapsorbsi kebisingan yang dihasilkan. Jenis pohon yang cocok

diantaranya adalah bambu dan tanaman yang bertajuk banyak dan

berdaun banyak;

(5) Melakukan penutupan material yang diangkut dengan menggunakan

terpal;

Page 307: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 12

(6) Melakukan pengangkutan yang sesuai dengan kapasitas kendaraan dan

jalan yang dilalui;

(7) Menggunakan kendaraan yang layak pakai;

(8) Melakukan pemeriksaan kedaraan secara berkala;

(9) Menjaga kelembaban udara di dalam lokasi;

(10) Melakukan ”wet suppression” atau dengan cara pembasahan dan

penyiraman (watering) untuk mencegah terjadinya resuspensi debu pada

daerah yang rawan munculnya debu;

(11) Menanam pohon di batas tapak proyek untuk meminimalkan penyebaran

partikel;

(12) Penggunaan alat pelindung seperti masker, sarung tangan, helem dan

lain-lain;

(13) Memasang filter emisi pada mesin produksi yang digunakan.

Arahan pemantauan dampak:

a. Metode Pemantauan.

Pengumpulan data komponen kualitas udara dilakukan melalui

pengambilan sampel di lapangan dengan menggunakan air pump sampler

udara dan level sound meter untuk kebisingan selanjutnya dianalisis di

laboratorium secara deskriptif analitik.

b. Lokasi dan Frekuensi Pemantauan.

Lokasi pemantauan

Permukiman sekitar lokasi tapak proyek seperti, Desa Kuta,

Sengkol, Mertak, Teruwai dan Sukadana.

Dalam lokasi tapak proyek.

Jalur jalan yang digunakan kendaraan pengangkut.

Frekuensi pemantauan dilakukan minimal dua kali setahun selama

tahap konstruksi berlangsung.

4.3.7.Gangguang Kesehatan Masyarakat.

Pada tahap konstruksi dampak negatif berupa gangguan kesehatan

masyarakat bersumber dari kegiatan mobilisasi material dan alat berat.

Arahan pengelolaan dampak:

(1) Melakukan relokasi permukiman penduduk yang ada di dalam Kawasan

Pariwisata Mandalika Lombok dan yang berlokasi di sekitar batas tapak

proyek;

(2) Memperbaiki kondisi kualitas udara dengan cara menggunakan filter dan

penyiraman untuk meminimalkan emisi dan partikel debu serta

kebisingan;

(3) Menerapkan teknologi produksi bersih pada semua jenis kegiatan.

Page 308: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 13

Arahan pemantauan dampak:

a. Metode pemantauan.

Pemantauan dilakukan dengan menggunakan metode survei dan Focus

Group Discussion (FGD), sedang analisis data dilakukan secara deskriptif.

b. Lokasi dan frekuensi pemantauan.

Lokasi pemantauan lingkungan hidup adalah permukiman di sekitar lokasi

kegiatan dan di instansi kesehatan yang terdekat. Pemantauan dilakukan

dua kali setahun selama tahap konstruksi.

4.3.8.Berkurangnya Flora dan Fauna

Berkurangnya flora dan fauna terjadi akibat dari kegiatan pembersihan lahan

dan perataan lahan pada tahap konstruksi. Beberapa jenis flora akan hilang

dan fauna yang ada di sekitar lokasi akan berpindah karena hilangnya habitat.

Arahan pengelolaan dampak:

(1) Melakukan pembersihan lahan secara bertahap

(2) Meminimalkan pembakaran dalam pembersihan lahan

(3) Menyediakan relokasi untuk flora dan fauna yang kehilangan habitat

sebagai kompensasi kegiatan.

Arahan pemanatauan dampak:

a. Metode Pemantauan

- Pengumpulan data secara langsung dan data sekunder mengenai

jumlah tumbuhan yang tertimbun dan jumlah Fauna yang direlokasi

- Metode pengumpulan dan analisis data Inventarisasi jumlah, jenis

dan jarak tanaman-tanaman penghijau melalui pengamatan dan

pencatatan langsung pada kawasan penghijauan.

- Analisis evaluasi keberhasilan pelaksanaan penghijauan meliputi :

Jumlah, jenis dan jarak tanaman penghijauan

Prosentase tingkat keberhasilan : prosentase luas lahan yang

dihijaukan dan prosentase keberhasilan tumbuh tanaman

penghijauan

b. Lokasi dan frekuensi pemantauan

Lokasi pemnatauan dilakukan di dalam kawasan pariwisata Mandalika

difokuskan pada lahan penghijauan yang dilakukan sebanyak 3 kali

selama penanaman dan pemeliharaan pada tahap konstruksi.

4.3.9.Erosi Tanah dan Sedimentasi

Pada tahap konstruksi dampak negatif penting terhadap peningkatan laju erosi

tanah bersumber dari kegiatan pembersihan lahan dan perataan lahan.

Page 309: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 14

Arahan pengelolaan dampak:

(1) Memasang lubang-lubang pelarian air pada setiap sisi konstruksi penahan

tanah dengan ukuran jarak maksimal satu meter;

(2) Membuat tanggul-tanggul kecil di daerah yang menjadi lokasi pelarian air

limpasan dari dalam lokasi tapak proyek.

Arahan pemantauan dampak:

a. Metode Pemantauan.

Pengambilan sampel air untuk analisis kandungan TSS dan kekeruhan air

menggunakan Kemmerer Water Sampler. Analisis sampel di laboratorium

dilakukan dengan metoda Turbidimetrik/Gravimetrik. Data yang diperoleh

dianalisis secara deskriptif dengan bantuan tabel.

b. Lokasi dan Frekuensi Pemantauan.

Lokasi pemantauan lingkungan hidup pada perairan penerima dampak.

Pemantauan dilakukan dua kali setahun selama tahap konstruksi berjalan.

4.3.10.Penurunan Kualitas Air

Pada tahap konstruksi dampak negatif penting terhadap komponen kualitas

air bersumber dari kegiatan pembangunan saran dan prasarana kawasan.

Arahan pengelolaan dampak:

(1) Semua limbah cair yang berasal dari aktifitas pekerja dialirkan ke IPAL;

(2) Instalasi Pengolahan Air Limbah dilengkapi dengan bak sterilisasi dan

sluran filtrasi dan absorpsi serta pond sedimen;

(3) Penggunaan air hendaknya diminimalkan dengan cara menggunakan air

yang sesuai kebutuhan;

(4) Pengambilan air baku di Sungai hendaknya dilakukan secara terbatas

yaitu dilakukan hanya pada saat mengalami kekurangan air;

(5) Air limbah yang telah di jernikan di dalam lokasi pond sedimen

hendaknya dimanfaatkan kembali sebagai air produksi guna

meminimalkan limbah yang ditimbulkan;

(6) Melakukan pemantauan kualitas air limbah secara terus menerus untuk

meminimalkan daya cemaran yang dihasilkan. Pemantauan intensif

dilakukan pada pond sedimen akhir yang air limbahnya akan dibuang ke

sungai;

(7) Pembuangan air limbah ke Sungai dilakukan pada saat air limbah sudah

jenuh dan pembuangannya di atur debit agar mudah terjadi pengenceran

serta mencegah terjadinya akumulasi pembuangan;

(8) Air limbah yang dibuang harus memenuhi standar baku mutu air limbah

yang telah ditetapkan;

(9) Melakukan pemeriksaan secara terus menerus pada unit pengolahan air

limbah;

(10) Menerapakan konsep teknologi produksi bersih.

Page 310: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 15

Arahan pemantauan dampak:

a. Metode Pemantauan.

Pengambilan sampel air di lapangan dengan menggunakan alat seperti

TDS Metrik, klorimeter, termometer, pH meter, buret, Do meter, AAS,

peralatan titrasi, spektrofotometer.

Analisis sampel di laboratorium dilakukan dengan metoda TDS Metrik,

Grafimentrik, pemuaian, potensimetrik, winkler, titrimetrik, in situ,

spektrofotometri, tetrameter, titrimeter, klorimeter,dan turbidimetrik

serta MPN.

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan bantuan tabel

dan hasil analisis data dibandingkan dengan baku mutu.

b. Lokasi dan Frekuensi Pemantauan.

Lokasi pemantauan lingkungan hidup pada Sungai dan persawahan

disekitar lokasi tapak proyek dengan Intensitas atau Frekuensi

pemantauan dilakukan secara terus menerus pada saat akan dilakukan

pembuangan limbah.

4.3.10.Penurunan Kualitas Udara

Pada tahap konstruksi dampak negatif penting penurunan kualitas udara

bersumber dari kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kawasan.

Dampak ini akan dirasakan oleh masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi

kegiatan.

Arahan pengelolaan dampak:

(1) Perawatan mesin kendaraan mesin secara berkala;

(2) Meminimalisir penggunaan alat berat;

(3) Melakukan penyiraman pada lokasi tapak proyek;

(4) Menggunakan kendaraan yang layak pakai;

(5) Melakukan pemeriksaan kedaraan secara berkala;

(6) Menjaga kelembaban udara di dalam lokasi;

(7) Melakukan ”wet suppression” atau dengan cara pembasahan dan

penyiraman (watering) untuk mencegah terjadinya resuspensi debu pada

daerah yang rawan munculnya debu;

(8) Menanam pohon di batas tapak proyek untuk meminimalkan penyebaran

partikel;

Arahan pemantauan dampak:

c. Metode Pemantauan.

Pengumpulan data komponen kualitas udara dilakukan melalui

pengambilan sampel di lapangan dengan menggunakan air pump sampler

Page 311: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 16

udara dan level sound meter untuk kebisingan selanjutnya dianalisis di

laboratorium secara deskriptif analitik.

d. Lokasi dan Frekuensi Pemantauan.

Lokasi pemantauan

Permukiman sekitar lokasi tapak proyek seperti, Desa Kuta,

Sengkol, Mertak, Teruwai dan Sukadana.

Dalam lokasi tapak proyek.

Jalur jalan yang digunakan kendaraan pengangkut.

Frekuensi pemantauan dilakukan minimal dua kali setahun selama tahap

konstruksi berlangsung.

4.3.11.Terbukanya Kesempatan Kerja dan Konflik Perebutan lapangan

Kerja

Pada tahap operasi dampak positif penting berupa terbukanya kesempatan

kerja dan pelatihan untuk mendukung kegiatan operasional Kawasan

Pariwisata Mandalika Lombok.

Arahan pengelolaan dampak:

(1) Melakukan penyampaian/pengumuman secara terbuka kepada

masyarakat mengenai jumlah dan jenis keahlian tenaga kerja operasional

yang dibutuhkan melalui media massa.

(2) Memprioritaskan masyarakat lokal untuk direkrut sebagai tenaga kerja

operasional sesuai dengan skill/keterampilan yang dimiliki.

(3) Memprioritaskan masyarakat eks tenaga kerja pada tahap konstruksi

untuk direkrut kembali sesuai dengan bidang keahliannya.

(4) Memberikan pelatihan kepada tenaga kerja untuk menunjang kegiatan

operasional kawasan.

Arahan pemantauan dampak:

a. Metode Pemantauan.

Pemantauan dilakukan dengan metode survei dan Focus Group

Discussion (FGD). Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan

bantuan tabel.

b. Lokasi dan Frekuensi Pemantauan.

Lokasi pemantauan lingkungan hidup adalah desa yang berada di sekitar

kegiatan. Pemantauan dilakukan dua kali setahun selama tahap

konstruksi dan operasi

Page 312: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 17

4.3.12.Pendapatan Asli Daerah

Pada tahap operasi dampak positif penting berupa Pendapatan Asli Daerah

(PAD) bersumber dari kegiatan operasional Kawasan Pariwisata Mandalika

Lombok. Peningkatan PAD terjadi akibat adanya pajak dan retribusi dari

kegiatan yang dilakukan seperti operasional hotel, restoran dll.

Arahan pengelolaan dampak:

(5) Semua pengurusan perizinan dilakukan dengan koordinasi instansi terkait

yang ada di wilayah Kabupaten Lombok Tengah;

(6) Setiap aktivitas perdagangan yang dilakukan harus sepengetahuan

pemerintah daerah untuk mengetahui besaran pajak dan retribusi yang

harus dibayarkan ke pemerintah;

(7) Membayarkan pajak-pajak ke daerah sehubungan dengan penggunaan

fasilitas milik pemerintah, seperti jalan, air dan lain-lainnya.

Arahan pemantauan dampak:

a. Metode Pemantauan.

Pemantauan dilakukan dengan metode survei dan Focus Group

Discussion (FGD). Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan

bantuan tabel.

b. Lokasi dan Frekuensi Pemantauan.

Lokasi pemantauan lingkungan hidup di dalam lokasi Kawasan Pariwisata

Mandalika Lombok dan di kantor instansi penerima pajak dan retribusi

daerah. Frekuensi pemantauan dilakukan setiap bulan selama kegiatan

tahap operasi.

4.3.13.Timbulnya Limbah Cair

Pada tahap operasi dampak negatif penting yang timbul berupa limbah cair

bersumber dari kegiatan operasi kawasan pariwisata. Limbah cair akan

mempengaruhi perubahan parameter fisik, kimia dan biologi akibat terpapar

pada media lingkungan.

Arahan pengelolaan dampak:

(1) Semua limbah cair yang dihasilkan dialirkan ke IPAL;

(2) Instalasi Pengolahan Air Limbah dilengkapi dengan bak sterilisasi dan

sluran filtrasi dan absorpsi serta pond sedimen;

(3) Penggunaan air hendaknya diminimalkan dengan cara menggunakan air

yang sesuai kebutuhan;

(4) Air limbah yang telah dijernihkan di dalam lokasi pond sedimen hendaknya

dimanfaatkan kembali sebagai air produksi guna meminimalkan limbah

yang ditimbulkan;

Page 313: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 18

(5) Melakukan pemantauan kualitas air limbah secara terus menerus untuk

meminimalkan daya cemaran yang dihasilkan. Pemantauan intensif

dilakukan pada pond sedimen akhir yang air limbahnya akan dibuang ke

sungai;

(6) Air limbah yang dibuang harus memenuhi standar baku mutu air limbah

yang telah ditetapkan;

(7) Melakukan pemeriksaan secara terus menerus pada unit pengolahan air

limbah;

(8) Menerapkan konsep teknologi produksi bersih.

Arahan pemantauan dampak:

a. Metode Pemantauan.

Pengambilan sampel air di lapangan dengan menggunakan alat seperti

TDS Metrik, klorimeter, termometer, pH meter, buret, Do meter, AAS,

peralatan titrasi, spektrofotometer.

Analisis samplel di laboratorium dilakukan dengan metoda TDS Metrik,

Grafimentrik, pemuaian, potensimetrik, winkler, titrimetrik, in situ,

spektrofotometri, tetrameter, titrimeter, klorimeter,dan turbidimetrik

serta MPN

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan bantuan tabel

dan hasil analisis data dibandingkan dengan baku mutu.

b. Lokasi dan Frekuensi Pemantauan.

Lokasi pemantauan lingkungan hidup pada sungai dan persawahan di

sekitar lokasi tapak proyek. Intensitas atau frekuensi pemantauan

dilakukan secara terus menerus pada saat akan dilakukan pembuangan

limbah.

4.3.14.Timbulnya Limbah Padat

Kegiatan pengoperasian kawasan pariwisata berdampak terhadap timbulan

sampah (limbah padat). Pengelolaan dampak yang kurang baik dapat

menimbulkan gangguan estetika dan mengganggu kenyamanan.

Arahan pengelolaan dampak:

(1) Melakukan pengelolaan sampah dengan sistem 3R (Reduce, Reuse,

Recycle);

(2) Melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik agar memudahkan

dalam pengelolaan;

(3) Memperbanyak tempat pembuangan sampah dan yang diutamakan untuk

tempat-tempat publik;

Page 314: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 19

(4) Meminimalkan penggunaan bahan-bahan yang susah untuk didaur ulang

seperti plastik.

Arahan pemantauan dampak:

a. Metode Pemantauan

Dampak penting yang dipantau adalah gangguan estetika dengan indikator

tidak ada sampah yang tidak dikelola. Metode pemantauan adalah dengan

melakukan pengamatan langsung terhadap sistem penanganan sampah.

b. Lokasi dan frekuensi pemantauan

Lokasi pemantauan adalah di kawasan pariwisata Mandilika Lombok

khususnya di tempat-tempat penanganan sampah dengan frekuensi

pemantauan dilakukan setiap 6 bulan sekali salama operasi.

4.3.15.Timbulnya Limbah B3

Limbah B3 merupakan dampak yang bersumber dari kegiatan operasi

kawasan pariwisata. Dampak yang diprakirakan timbul adalah penurunan

kualitas air/lingkungan akibat limbah B3 yang akan timbul akibat masuknya

limbah B3 ke sungai dan perairan.

Arahan pengelolaan dampak:

(1) Minimalisasi limbah;

(2) Konsep “cradle to Grave” ialah upaya pengelolaan limbah B3 secara

sistematis yang mengatur, mengontrol, dan memonitor perjalanan limbah

dari mulai terbentuknya limbah sampai terkubur pada penanganan limbah

(3) Membuat TPS limbah B3;

(4) Melakukan pengelolaan limbah B3 dengan pihak yang sudah mendapat

izin pengolahan limbah B3;

(5) Polluters Pays Principle.

Arahan pemantauan dampak:

a. Metode Pemantauan.

Pengambilan sampel air di lapangan dengan menggunakan alat seperti

TDS Metrik, klorimeter, termometer, pH meter, buret, Do meter, AAS,

peralatan titrasi, spektrofotometer.

Analisis samplel di laboratorium dilakukan dengan metoda TDS Metrik,

Grafimentrik, pemuaian, potensimetrik, winkler, titrimetrik, in situ,

spektrofotometri, tetrameter, titrimeter, klorimeter,dan turbidimetrik

serta MPN

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan bantuan tabel

dan hasil analisis data dibandingkan dengan baku mutu.

Page 315: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 20

b. Lokasi dan Frekuensi Pemantauan.

Lokasi pemantauan lingkungan hidup pada sungai dan persawahan

disekitar lokasi tapak proyek. Intensitas atau Frekuensi pemantauan

dilakukan secara terus menerus pada saat akan dilakukan pembuangan

limbah.

4.3.16.Defisit Air

Defisit air bersumber dari terjadinya peningkatan penggunaan air dari kegiatan

operasi kawasan pariwisata.

Arahan pengelolaan dampak:

(1) Minimalisasi penggunaan air;

(2) mengupayakan sendiri kebutuhan air baku dari dalam kawasan.

Kebutuhan air untuk pengembangan kawasan tidak boleh didatangkan

dari luar kawasan karena status kebutuhan air di wilayah sekitar telah

dalam keadaan defisit. Salah satu teknologi yang disarankan adalah

pengolahan air laut menjadi air tawar;

(3) Mendaur ulang sebagian air limbah untuk keperluan lain seperti menyiram

tanaman dan lain-lain.

Arahan Pemantauan dampak:

a. Metode Pemantauan

Metode pemantauan defisit air dilakukan dengan observasi langsung dengan

menghitung kebutuhan air kawasan dan mebandingkan dengan ketersediaan

atau suplay air yang ada.

b. Lokasi dan frekuensi pemantauan

Pemantauan dilakukan di dalam kawasan pariwisata Mandalika Lombok dan

dilakukan selama operasional kawasan.

4.3.17.Keamanan Kawasan

Adanya kegiatan pembangunan Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok yang

berdekatan dengan pantai akan menjadi sumber kekhawatiran masyarakat

karena kemungkinan terjadinya berbagai tindak kejahatan seperti

perampokan, pemerkosaan dan lain-lain. Tujuan pengelolaan lingkungan

adalah memimalkan terjadinya gangguan keamanan/ketertiban pada

masyarakat sekitar lokasi pengembanagn Kawasan Pariwisata Mandalika

Lombok.

Arahan pengelolaan dampak:

(1) Melakukan pendekatan dan membuka komunikasi dengan penduduk

disekitar Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok;

Page 316: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 21

(2) Melakukan tindakan-tindakan preventif agar keresahan masyarkat tidak

mengarah kepada terjadinya konflik sosial dan gangguan keamanan serta

ketertiban;

(3) Melakukan pendekatan institusional sebagai mediator.

Arahan pemantauan dampak:

a. Metode Pemantauan.

Melakukan pengamatan langsung dan wawancara dengan menggunakan

daftar pertanyaan. Data ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif.

b. Lokasi dan frekuensi pemantauan.

Lokasi pemantauan dilakukan di Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok

dengan pemantauan lingkungan dilakukan selama kegiatan operasional

kawasan.

4.3.18.Dukungan Event Bau Nyale

Adanya kegiatan pembangunan Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok yang

tapak proyeknya merupakan satu kesatuan dengan Pantai Seger yang

merupakan lokasi acara tradisi Bau Nyale dapat mendukung terlaksananya

event Bau Nyale.

Arahan pengelolaan dampak:

(1) Tetap menjaga kelestarian Event Bau Nyale di sekitar kawasan pariwisata

Mandalika dengan memelihara kondisi ekosistem;

(2) Melakukan promosi Event Bau Nyale sampai ke tingkat mancanegara.

Arahan pemantauan dampak:

a. Metode pemantauan.

Metode pemantauan dengan melakukan observasi langsung dan analisis data

sekunder tingkat kunjungan wisatawan pada Event Bau Nyale di Kawasan

Pariwisata Mandalika Lombok.

b. Lokasi dan frekuensi pemantauan.

Lokasi pemantauan di pantai Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok dengan

frekuensi pemantauan sekali dalam setahun pada awal musim hujan.

4.3.19.Kemacetan Lalu Lintas

Adanya operasional Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok yang

menyebabkan adanya peningkatan jumlah wisatawan baik domestik maupun

mancanegara dapat mengakibatkan peningkatan lalulintas yang dapat

menimbulkan kemacetan lalulintas.

Page 317: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 22

Arahan pengelolaan dampak:

(1) Melakukan perbaikan dan peningkatan kelas jalan yang digunakan;

(2) Menempatkan petugas pengatur lalulintas pada tiap-tiap persimpangan

jalan yang dilalui dan di titik-titik rawan kemacetan;

(3) Pemasangan rambu lalulintas terutama pada persimpangan jalan masuk

ke lokasi Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok;

(4) Muatan kendaraan pengangkut disesuaikan dengan tonase kendaraan

dan kelas jalan;

(5) Intensitas pengangkutan dikurangi pada saat jam-jam puncak kepadatan

lalulintas.

Arahan pemantauan dampak:

a. Metode pemantauan.

Monitoring intensitas lalulintas harian dilakukan dengan pengamatan

kendaraan yang melintas mulai pukul 06:00 pagi hari sampai jam 18:00

petang. Besarnya angka Lalulintas Harian Rata-rata (LHR) ditentukan dengan

menggunakan angka satuan mobil penumpang (SMP). Angka tersebut

diperoleh dengan menjumlahkan hasil perkalian antara banyaknya jenis

kendaraan yang lewat dengan angka konversi yang ditetapkan oleh Direktorat

Jenderal Bina Marga di dalam Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya

No. 13/1970. Menghitung volume lalulintas harian rata-rata (V), kapasitas jalan

(C), rasio volume (PHF), serta kualitas tingkat pelayanan jalan berdasarkan

PHF. Analisis data dilakukan secara deskriptif analitik.

b. Lokasi dan frekuensi pemantauan.

Lokasi pemantauan lingkungan hidup adalah pada jalan masuk lokasi

pengelolaan, jalan poros Kuta - Praya. Pemantauan dilakukan dua kali

setahun selama tahap operasi.

4.3.20. Peningkatan Prostitusi, Miras dan Narkoba

Banyaknya kunjungan wisatawan ke Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok

diperkirakan akan terjadi peningkatan kegiatan yang mengarah pada

degradasi moral berupa praktek prostitusi, penyalah gunaan miras dan

narkoba.

Arahan pengelolaan dampak:

(1) Melakukan sosialisasi pencegahan penyakit menular seperti AIDS dan

HIV;

(2) Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap pekerja dan

penduduk sekitar kawasan pariwisata;

(3) Melakukan razia rutin.

Page 318: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Evaluasi Dampak ................... IV - 23

Arahan pemantauan dampak:

a. Metode Pemantauan.

Inventarisasi dan identifikasi data sekunder mengenai jenis-jenis penyakit

yang di laporkan dalam profil kesehatan masyarakat di Puskesmas

Kecamatan Pujut dan profil kesehatan Kabupaten Lombok Tengah.

b. Lokasi dan frekuensi pemantauan.

Lokasi pemantauan di Puskesmas Kuta, Puskesmas Sengkol dan Puskesmas

Teruwai serta Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah. Jangka waktu

dan frekuensi pemantauan dilakukan setiap 6 bulan sekali, selama tahap

operasi.

4.4.REKOMENDASI PENILAIAN KELAYAKAN

Hasil evaluasi dampak yang telah dilakukan pada bagian 4.1.

menunjukkan bahwa pembangunan kawasan Pariwisata Mandalika Lombok

memberikan dampak positif dan dampak negatif. Meskipun pada hasil

evaluasi menunjukkan bobot negatif untuk semua tahap namun semua bentuk

kegiatan yang menghasilkan dampak pada umumnya dapat dikelola seperti

yang disajikan pada bagian 4.3. Pada bagian 4.3, dampak-dampak tersebut

diarahkan untuk dikelola dengan baik, sehingga dampak negatif dapat

diminimumkan dan dampak positif dapat dimaksimumkan

Oleh karena itu, dapat direkomendasikan bahwa kegiatan pembangunan

dan/atau pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok layak

secara lingkungan dengan pertimbangan sebagai berikut:

(1) Lokasi kegiatan tidak bertentangan dengan Tata Ruang dan Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lombok Tengah;

(2) Dampak negatif yang timbul pada kegiatan ini dapat dikelola dengan

teknologi yang ada;

(3) Teknologi yang digunakan dalam pengelolaan dampak dapat digunakan

oleh pemrakarsa;

(4) Kegiatan ini mendapatkan dukungan dari masyarakat;

(5) Pembebasan lahan telah dilakukan dengan permufakatan masyarakat

yang dimediasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah;

(6) Dengan melakukan pengelolaan lingkungan hidup yang disarankan dan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan, maka kegiatan ini akan

memberikan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat sekitar dan

Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah dan Pemerintah Provinsi Nusa

Tenggara Barat.

Page 319: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

BAB VRENCANA PENGELOLAAN

LINGKUNGAN HIDUP

Page 320: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 1

5.1.RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA TAHAP PRAKONSTRUKSI

5.1.1.Sosialisasi Rencana Kegiatan

Peningkatan Keresahan Masyarakat

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak

a. Dampak Penting

Jenis dampak penting adalah peningkatan keresahan masyarakat.

b. Sumber Dampak

Dampak penting yang muncul adalah timbulnya Keresahan

masyarakat akibat persepsi negatif masyarakat khususnya di Desa

Kuta, Desa Mertak, Desa Sengkol, Desa Sukadana dan Desa Truwai

karena kekhawatiran terhadap PT Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero) yang tidak akan memprioritaskan penduduk

setempat untuk diterima sebagai tenaga kerja, nilai ganti rugi lahan

yang rendah dan kerusakan lingkungan pada kegiatan sosialisasi.

(2) Tolok Ukur Dampak

Jumlah dan sebaran penduduk yang bermukim di sekitar lokasi

Pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok di Desa Kute,

Mertak, Sengkol, Sukadana, dan Truwai Kecamatan Pujut kab. Lombok

Tengah yang mengalami keresahan akibat kegiatan sosialisasi.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup adalah meminimalkan

persepsi negatif masyarakat yang muncul disekitar lokasi kegiatan

Pengembangan.

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

a. Pendekatan Sosial Ekonomi

Melakukan publikasi melalui media massa.

Membentuk Unit Hubungan Masyarakat (HUMAS) sejak tahap

prakonstruksi.

b. Pendekatan Institusi

Melakukan koordinasi dengan pihak yang berkepentingan pada

tingkat institusi (stakeholders) seperti tokoh adat, agama,

pemerintah daerah di sekitar lokasi rencana kegiatan.

Melakukan sosialisasi setiap kegiatan/tahapan di tingkat desa.

Page 321: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 2

(5) Lokasi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi Rencana Pengelolaan meliputi Desa Kute, Mertak, Sengkol,

Sukadana, dan Truwai Kecamatan Pujut Kab. Lombok Tengah.

(6) Periode Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Rencana pengelolaan lingkungan hidup dilakukan sebelum dilakukan

kegiatan pengukuran dan pematokan batas lokasi rencana kegiatan.

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

b. Instansi Pengawas : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Lombok Tengah.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Desa.

c. Instansi Pelaporan : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi NTB.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

5.1.2. Proses Perijinan

Perubahan Peruntukan Lahan

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak

a. Dampak Penting.

Jenis dampak penting adalah perubahan peruntukan ruang.

b. Sumber Dampak.

Sumber dampak adanya kegiatan perijinan.

(2) Tolak Ukur Dampak.

Tolak ukur dampak adalah besarnya perubahan peruntukan ruang di sekitar

lokasi Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup adalah memaksimalkan/

mengoptimalkan pembangunan sehingga perubahan peruntukan ruang tidak

berdampak negatif terhadap lingkungan.

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rencana pengelolaan lingkungan hidup adalah:

Penyelarasan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Lombok Tengah;

Pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) minimal 30% dan yang

direncanakan sebanyak 60%;

Melakukan penghijauan untuk perlindungan mata air pada kawasan

tangkapan air sampai radius 100 m dari mata air;

Page 322: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 3

Melakukan penghijauan pada daerah sempadan sungai sampai sejauh 30

m dan sempadan pantai sejauh 100 m dari pasang pantai.

(5) Lokasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi rencana pengelolaan meliputi Desa Kute, Mertak, Sengkol, Sukadana,

dan Truwai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.

(6) Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Rencana Pengelolaan lingkungan hidup dilakukan sebelum kegiatan

konstruksi dilakukan.

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero).

b. Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Dinas Pekerjaan Umum (PU) & ESDM

Kabupaten Lombok Tengah.

Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (Bappeda) Kabupaten Lombok

Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Desa.

c. Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi NTB.

Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (Bappeda) Provinsi NTB.

5.1.3. Kegiatan Pembebasan Lahan

Konflik Antar Pemilik Tanah

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak

a. Dampak Penting.

Jenis dampak penting adalah konflik antar pemilik tanah.

b. Sumber Dampak.

Sumber dampak adalah kegiatan pembebasan lahan.

(2) Tolak Ukur Dampak

Tolak ukur dampak adalah: Jumlah masyarakat yang berstatus pemilik

lahan di area rencana kegiatan.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup adalah meminimalkan

jumlah warga yang konflik pada saat terjadi pembebasan lahan.

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Rencana pengelolaan lingkungan hidup adalah melakukan pembebasan

tanah dengan melibatkan para pihak dan difasilitasi oleh Badan

Pertanahan Nasional (BPN), Pemda Lombok Tengah, Pemerintah Desa

Page 323: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 4

dan pihak ketiga sesuai dengan harga pasar dan atau Nilai Jual Obyek

pajak (NJOP).

(5) Lokasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi rencana pengelolaan meliputi desa-desa yang masuk kawasan

yaitu desa Kute, Mertak, Sengkol, Sukadana, dan Truwai Kecamatan

Pujut Kabupaten Lombok Tengah.

(6) Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Rencana pengelolaan lingkungan hidup dilakukan selama kegiatan

pembebasan lahan pada tahap prakonstruksi.

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

b. Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Lombok Tengah.

Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan

Perlindungan Masyarakat Kabupaten

Lombok Tengah.

Badan Pertanahan Negara (BPN)

Kabupaten Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Desa.

c. Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi NTB.

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Provinsi NTB.

Badan Pertanahan Negara (BPN) Provinsi

NTB.

5.2. RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA TAHAP KONSTRUKSI.

5.2.1. Penerimaan Tenaga Kerja.

Terbukanya Kesempatan Kerja.

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak.

a. Dampak Penting.

Jenis dampak penting adalah terbukanya kesempatan kerja dan

konflik perebutan lapangan kerja akibat kegiatan yang akan

dilaksanakan pada tahap konstruksi.

Page 324: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 5

b. Sumber Dampak.

Sumber dampak adalah berasal dari penerimaan tenaga kerja pada

kegiatan konstruksi.

(2) Tolok Ukur Dampak.

Prosentase tenaga kerja lokal yang terserap minimal 50%.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup adalah memaksimalkan/

mengoptimalkan jumlah masyarakat lokal yang direkrut sebagai tenaga

kerja konstruksi.

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Pendekatan Sosial Ekonomi.

Melakukan penyampaian/pengumuman penerimaan tenaga kerja

secara terbuka kepada masyarakat melalui media massa.

Penerimaan Tenaga kerja mengutamakan masyarakat yang

dibebaskan lahannya, kemudian masyarakat yang bermukim di

tapak proyek (5 desa), masyarakat Kecamatan Pujut dan

masyarakat Kabupaten Lombok Tengah.

b. Pendekatan Institusi.

Pendekatan institusi dilakukan dengan cara meningkatkan koordinasi

dengan instansi terkait utamanya Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Lombok Tengah serta bekerja sama dengan

lembaga independent dan HRD BTDC, pemerintah Kecamatan/Desa

untuk memfasilitasi proses perekrutan tenaga kerja.

(5) Lokasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lokasi rencana pengelolaan dilakukan di dalam Kawasan Pariwisata

Mandalikan Lombok dan di kantor-kantor desa dalam kawasan.

(6) Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rencana Pengelolaan lingkungan hidup dilakukan selama perekrutan

tenaga kerja.

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

b. Instansi Pengawas : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Lombok Tengah

Pemerintah Kecamatan/Desa

c. Instansi Pelaporan : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi NTB

Page 325: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 6

5.2.2. Mobilisasi Material dan Alat Berat.

Penurunan Kualitas Udara dan Kebisingan.

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak.

a. Dampak Penting.

Jenis dampak penting adalah penurunan kualitas udara dan

kebisingan.

b. Sumber Dampak.

Sumber dampak penting adalah peningkatan konsentrasi CO, Pb,

NO2, dan SO2 serta partikel debu di udara akibat kegiatan mobilisasi

material dan alat berat pada tahap konstruksi.

(2) Tolok Ukur Dampak.

a. Kualitas Udara: kandungan partikel debu di udara berdasarkan PP No.

41 tahun 1999 tentang baku mutu udara ambien nasional.

b. Bising: intensitas bising berdasarkan Kepmen LH No. KEP-48/

MENLH/11/96 tentang baku mutu tingkat kebisingan.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Tujuan Rencana Pengelolaan lingkungan hidup adalah:

Meminimalkan peningkatan kandungan partikel debu dan konsentrasi

CO, Pb, NO2, dan SO2 di udara.

Meminimalkan kebisingan.

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Pendekatan Teknologi.

Pengangkutan material dan alat berat pada malam hari atau diluar

jam puncak.

Mengatur jarak atau waktu pengangkutan masing-masing

kendaraan pengangkut.

Melakukan penyiraman jalan yang dilalui oleh kendaraan

pengangkut material.

Menutup bak kendaraan pengangkut dengan terpal.

Penggunaan kendaraan laik jalan menurut hasil uji instansi teknis

(Dinas Perhubungan).

b. Pendekatan Sosial Ekonomi.

Pendekatan sosial ekonomi dilakukan dengan cara melibatkan

penggunaan alat angkut masyarakat setempat (masyarakat lokal).

c. Pendekatan Institusi.

Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait terutama dengan

Dinas Perhubungan, Kepolisian dan Pemerintah Desa.

(5) Lokasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lokasi Rencana Pengelolaan lingkungan adalah seluruh jalan-jalan desa

di dalam dan luar kawasan yang dilalui kendaraan pengangkut material

dan alat berat.

Page 326: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 7

(6) Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rencana Pengelolaan lingkungan hidup dilakukan selama kegiatan

mobilisasi bahan material dan alat berat pada tahap konstruksi.

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

b. Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Dinas Pekerjaan Umum & ESDM

Kabupaten Lombok Tengah.

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika Kabupaten Lombok Tengah.

Pemerintah Desa.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

c. Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB.

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika Provinsi NTB.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Gangguan Kesehatan Masyarakat.

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak.

a. Dampak Penting.

Jenis dampak penting adalah gangguan kesehatan masyarakat.

b. Sumber Dampak.

Sumber dampak penting adalah dari kegiatan Mobilisasi Material dan

alat berat.

(2) Tolok Ukur Dampak.

Tolok ukur dampak adalah kuantitas kejadian kecelakaan kerja dan

penyebaran pola penyakit.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Tujuan Rencana Pengelolaan lingkungan hidup adalah meminimalkan/

mengantisipasi kemungkinan adanya kecelakaan kerja dan penyebaran

pola penyakit.

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Pendekatan Teknologi.

Melakukan penyiraman jalan dan pembagian masker bagi

penduduk/masyarakat yang lokasi permukimannya dilalui kendaraan

pengangkutan material dan alat berat.

Page 327: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 8

b. Pendekatan Institusi.

Pendekatan institusi dilakukan dengan cara meningkatkan koordinasi

antara pemrakarsa dengan instansi terkait seperti pemerintah

Kecamatan/Desa/Kelurahan.

(5) Lokasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lokasi Rencana Pengelolaan lingkungan adalah seluruh jalan-jalan desa

di dalam dan luar kawasan yang dilalui kendaraan pengangkut material

dan alat berat.

(6) Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rencana pengelolaan lingkungan hidup dilakukan dua kali setahun

selama kegiatan konstruksi berlangsung.

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

b. Instansi Pengawas : Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok

Tengah.

Dinas Pekerjaan Umum Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Desa.

c. Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Prov. NTB.

Dinas Kesehatan Provinsi NTB.

5.2.3.Pembersihan dan Perataan Lahan.

Berkurangnya Flora dan Fauna.

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak.

a. Dampak Penting.

Jenis dampak penting adalah gangguan pada flora fauna.

b. Sumber Dampak.

Sumber dampak penting adalah dari kegiatan pembersihan lahan dan

perataan lahan.

(2) Tolok Ukur Dampak.

Tolak ukur dapak adalah keanekaragaman jenis flora dan fauna.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup adalah meminimalkan

gangguan terhadap flora fauna.

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Pendekatan Teknologi.

Page 328: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 9

Melakukan penanaman pohon pada seluruh bagian kawasan yang

masih terbuka dan memungkinkan untuk dihijaukan.

Pembukaan lahan secara bertahap (Sistem Blok).

Jarak pembukaan lahan dengan pekerjaan konstruksi bangunan

tidak terlalu lama (maksimal selama 1 bulan).

Dalam melakukan kegiatan pembersihan dan perataan lahandan

pembangunan di area berlereng/berbukit harus memperhatikan

kondisi tanah seperti tidak mengupas lahan terlalu dalam,

membuat penyangga lahan, membuat drainase.

b. Pendekatan institusi.

Pendekatan institusi dilakukan dengan cara meningkatkan koordinasi

antara pemrakarsa dengan instansi terkait seperti pemerintah

Kecamatan/Desa/Kelurahan.

(5) Lokasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lokasi rencana pengelolaan lingkungan adalah di dalam seluruh kawasan

pengembangan pada lokasi pembebasan lahan dan perataan lahan.

(6) Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rencana Pengelolaan lingkungan hidup dilakukan dua kali setahun

selama kegiatan pembukaan lahan.

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

b. Instansi Pengawas : Balai Konservasi dan Sumberdaya Alam

(BKSDA) NTB.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Dinas Pertanian dan Peternakan

Kabupaten Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Desa.

c. Instansi Pelaporan : Balai Konservasi dan Sumberdaya Alam

(BKSDA) NTB.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi

NTB.

Erosi Tanah dan Sedimentasi.

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak.

a. Dampak Penting.

Jenis dampak penting adalah erosi tanah

b. Sumber Dampak.

Sumber dampak penting adalah kegiatan pembersihan lahan dan

perataan lahan pada tahap konstruksi.

Page 329: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 10

(2) Tolok Ukur Dampak.

Tolok ukur dampak adalah jumlah tanah yang tererosi.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Tujuan Rencana Pengelolaan lingkungan hidup adalah meminimalkan

terjadinya erosi tanah.

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Pendekatan Teknologi.

Melakukan penanaman pohon pada kawasan terbuka yang

memiliki akar kuat.

Pembukaan lahan secara bertahap (sistem Blok).

Tidak melakukan pembersihan lahan di atas 40%.

b. Pendekatan Institusi.

Pendekatan institusi dilakukan dengan cara meningkatkan koordinasi

antara pemrakarsa dengan instansi terkait seperti pemerintah

Kecamatan/Desa/Kelurahan.

(5) Lokasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lokasi rencana pengelolaan lingkungan adalah di dalam seluruh kawasan

pengembangan pada lokasi pembebasan lahan dan perataan lahan.

(6) Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rencana Pengelolaan lingkungan hidup dilakukan selama pembersihan

lahan dan perataan lahan pada tahap konstruksi.

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

b. Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Balai PSDA Kabupaten Lombok Tengah.

c. Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB

Balai PSDA Kabupaten Lombok Tengah.

5.2.4.Pembangunan Sarana dan Prasarana Kawasan.

Penurunan Kualitas Udara.

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak.

a. Dampak Penting.

Jenis dampak penting adalah penurunan kualitas udara.

b. Sumber Dampak.

Page 330: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 11

Sumber dampak penting adalah peningkatan konsentrasi CO, Pb,

NO2, dan SO2 serta partikel debu di udara akibat kegiatan

pembangunan sarana dan prasarana kawasan.

(2) Tolok Ukur Dampak.

Tolok ukur dampak adalah peningkatan konsentrasi CO, Pb, NO2, dan

SO2 serta partikel debu di udara berdasarkan PP No. 41 tahun 1999

tentang baku mutu udara ambien nasional.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup meminimalkan

peningkatan kandungan partikel debu dan konsentrasi CO, Pb, NO2, dan

SO2 di udara.

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Pendekatan Teknologi.

Perawatan mesin kendaraan secara berkala.

Minimalisasi penggunan alat berat.

Melakukan penyiraman pada lokasi tapak proyek.

Penggunaan kendaraan laik jalan menurut hasil uji instansi teknis

(lulus uji emisi dari Dinas Perhubungan).

b. Pendekatan Institusi.

Pendekatan institusi dilakukan dengan cara meningkatkan koordinasi

antara pemrakarsa dengan instansi terkait.

(5) Lokasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lokasi rencana pengelolaan lingkungan adalah di dalam seluruh kawasan

pengembangan.

(6) Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rencana Pengelolaan lingkungan hidup dilakukan selama kegiatan

pembangunan sarana dan prasarana kawasan pada tahap konstruksi.

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero).

b. Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Dinas Pekerjaan Umum & ESDM

Kabupaten Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Desa.

c. Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB.

Page 331: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 12

Penurunan Kualitas Air.

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak.

a. Dampak Penting.

Jenis dampak penting adalah penurunan kualitas air.

b. Sumber Dampak.

Sumber dampak penting adalah aliran permukaan yang terjadi di

lokasi pembangunan sarana dan prasarana kawasan.

(2) Tolok Ukur Dampak.

Tolok ukur dampak adalah Kandungan TSS dan kekeruhan berdasarkan

Keputusan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan

kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Tujuan Rencana Pengelolaan lingkungan hidup adalah meminimalkan

dampak aliran permukaan di lokasi pembangunan sarana dan prasarana

kawasan.

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Pendekatan Teknologi.

Penanaman pohon sepanjang sempadan sungai.

Pembuatan pagar keliling dan saluran drainase proyek sebelum

pembangunan sarana dan prasaran dilakukan.

Minimalisasi penggunan alat berat.

Pembangunan Sediment Trap di sekitar area rancana bangunan

konstruksi untuk mengendapkan dan mencegah sedimen masuk

ke badan air.

b. Pendekatan Institusi.

Pendekatan institusi dilakukan dengan cara meningkatkan koordinasi

antara pemrakarsa dengan instansi terkait.

(5) Lokasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lokasi Rencana Pengelolaan lingkungan adalah di lokasi pembangunan

sarana dan prasarana pada seluruh kawasan pengembangan.

(6) Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rencana Pengelolaan lingkungan hidup dilakukan selama kegiatan

pembangunan sarana dan prasarana kawasan pada tahap konstruksi.

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero).

b. Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Page 332: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 13

Dinas Pekerjaan Umum & ESDM

Kabupaten Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Desa.

c. Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB.

5.3.RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA TAHAP OPERASI.

5.3.1 Penerimaan Tenaga Kerja dan Pelatihan.

Terbukanya Kesempatan Kerja dan Konflik Perebutan Lapangan Kerja.

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak.

a. Dampak Penting.

Jenis dampak penting adalah terbukanya kesempatan kerja dan pelatihan

akibat kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap operasi.

b. Sumber Dampak.

Sumber dampak penting adalah kegiatan penerimaan tenaga kerja

operasional dan pelatihan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan

operasional kawasan.

(2) Tolok Ukur Dampak.

a. Jumlah masyarakat sekitar Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok yang

diterima sebagai tenaga kerja operasional kawasan.

b. Jumlah kelompok masyarakat yang diikutkan pelatihan untuk menunjang

kegiatan operasional kawasan.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Tujuan Rencana Pengelolaan lingkungan hidup adalah:

a. Mengoptimalkan masyarakat di sekitar Kawasan Pariwisata Mandalika

Lombok yang diterima sebagai tenaga kerja operasional kawasan.

b. Mengoptimalkan kelompok masyarakat yang diikutkan pelatihan untuk

menunjang kegiatan operasional kawasan.

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Pendekatan sosial ekonomi.

Melakukan penyampaian/pengumuman secara terbuka kepada

masyarakat mengenai jumlah dan jenis keahlian tenaga kerja

operasional yang dibutuhkan melalui media massa.

Memprioritaskan masyarakat lokal untuk direkrut sebagai tenaga kerja

operasional sesuai dengan skill/keterampilan yang dimiliki.

Memprioritaskan masyarakat eks tenaga kerja pada tahap konstruksi

untuk direkrut kembali sesuai dengan bidang keahliannya.

Memberikan pelatihan kepada tenaga kerja untuk menunjang kegiatan

operasional kawasan.

Page 333: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 14

b. Pendekatan institusi.

Pendekatan institusi dilakukan dengan cara melakukan rekruitmen

bekerja sama dengan lembaga independen, instansi terkait dan HRD

BTDC.

(5) Lokasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lokasi Rencana Pengelolaan dilakukan pada tapak proyek terutama pada

bagian penerimaan tenaga kerja dan tempat lokasi pelatihan tenaga kerja.

(6) Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rencana Pengelolaan lingkungan hidup dilakukan selama kegiatan

penerimaan tenaga kerja dan pelatihan tenaga kerja.

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

b. Instansi Pengawas : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kabupaten Lombok Tengah.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Lombok Tengah.

Balai Latihan Kerja Kabupaten Lombok

Tengah.

c. Instansi Pelaporan : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Provinsi NTB.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi

NTB.

5.3.2 Operasional Kawasan Pariwisata.

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak.

a. Jenis Dampak Penting.

Jenis dampak positif penting adalah peningkatan pendapatan asli daerah.

b. Sumber Dampak Penting.

Sumber dampak penting adalah dampak turunan dari pembayaran pajak

hotel dan restoran akibat adanya kegiatan operasional kawasan.

(2) Tolok Ukur Dampak.

Tolok ukur dampak adalah besarnya kontribusi kegiatan ini terhadap PAD

Provinsi NTB dan Kabupaten Lombok Tengah.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Tujuan Rencana Pengelolaan lingkungan hidup adalah meningkatkan/

memaksimalkan jumlah penerimaan dari pengoperasian kawasan pariwisata

terutama dari pajak hotel dan restoran.

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Pendekatan sosial ekonomi.

Page 334: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 15

Minimal 25% Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Kawasan Pariwisata

Mandalika Lombok (KPML) digunakan untuk perbaikan prasarana

kawasan.

Melakukan pemantauan terhadap penerimaan pajak hotel dan

restoran.

2,5% dari Sisa Hasil Usaha (SHU) untuk CSR kawasan.

Program dan kegiatan perbaikan prasarana dan pemberdayaan

masyarakat dilakukan secara efektif untuk pembangunan,

pengembangan dan kemajuan kawasan.

Peningkatan Peluang berusaha masyarakat melalui upaya:

o Pembinaan UMKM masyarakat lokal.

o Pembangunan sarana/fasilitas publik untuk pengembangan

masyarakat lokal.

o Pembinaan dan Perlindungan terhadap petani dan lahan

pengusahaan garam masyarakat.

o Pembinaan terhadap peternak yang mengembalakan ternaknya

secara liar di dalam kawasan dan mengembangkan sistem

kandang kolektif.

b. Pendekatan institusi.

Pendekatan institusi dilakukan dengan cara meningkatkan koordinasi

dengan dinas pendapatan dan pengelolaan asset dalam pembayaran

retribusi/pajak.

(5) Lokasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lokasi rencana pengelolaan dilakukan dalam Kawasan Pariwisata Mandalika

Lombok khususnya pada hotel dan restoran.

(6) Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rencana pengelolaan lingkungan hidup dilakukan selama kegiatan

pengoperasian kawasan.

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata Indonesia(Persero)

b. Instansi Pengawas : Dinas Pendapatan Provinsi NTB.

Dinas Pendapatan Kabupaten Lombok Tengah.

Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Desa.

c. Instansi Pelaporan : Dinas Pendapatan Provinsi NTB.

Dinas Pendapatan Kabupaten Lombok Tengah.

Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah.

Timbulnya Limbah Cair.

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak.

a. Jenis Dampak Penting.

Jenis dampak penting adalah timbulnya limbah cair.

Page 335: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 16

b. Sumber Dampak Penting.

Sumber dampak penting adalah limbah cair yang dihasilkan dari

operasioanal Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok.

(2) Tolak Ukur Dampak.

Tolak ukur dampak adalah baku mutu parameter limbah cair yang mengacu

pada SK. MENLH No. 113/2003 yaitu TSS = 400 mg/l, Besi (Fe) = 7 mg/l

dan Mangan (Mn) = 4 mg/l, pH = 6 – 9.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup adalah mengurangi dan

mencegah terjadinya limbah cair khususnya peningkatan kandungan TSS,

penurunan pH, peningkatan Besi (Fe) dan Mangan (Mn).

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pendekatan Teknologi.

Melakukan pengolahan/treatment terhadap limbah cair di dalam kolam

IPAL komunal berukuran 11.109 m3 dengan luas areal (standar minimal)

= 3 Ha yang berada dalam Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok dan

setelah memenuhi standar (baku mutu limbah cair) maka limbah cair

tersebut dapat dibuang ke media lingkungan.

(5) Lokasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lokasi Rencana Pengelolaan lingkungan adalah di dalam Kawasan

Pariwisata Mandalika Lombok dengan alternatif sebagai berikut:

Di sekitar Pantai Seger;

Di sekitar Desa Mertak (dekat lahan garam);

Di sekitar Desa Truwai yang berbatasan dengan Kawasan Pariwisata

Mandalika Lombok.

Rencana pembangunan untuk penanganan limbah padat dan limbah cair

akan dibangun sebagai satu kesatuan pada area alternatif tersebut

termasuk pembangunan TPS limbah B3. Lokasi ini kelak harus dibuatkan

buffer zone pada sekeliling area penanganan limbah dengan

tanaman/tegakan.

(6) Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rencana Pengelolaan lingkungan hidup dilakukan selama operasional

kawasan.

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero).

b. Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Page 336: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 17

Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM

Kabupaten Lombok Tengah.

UPT Kebersihan Kab. Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Desa.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

c. Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB.

Timbulnya Limbah Padat.

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak.

a. Jenis Dampak Penting.

Jenis dampak penting adalah terjadinya timbulan limbah padat.

b. Sumber Dampak Penting.

Sumber dampak penting adalah limbah/sampah padat yang dihasilkan

dari beroperasinya Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok.

(2) Tolak Ukur Dampak.

Tolok ukur dampak adalah jumlah volume limbah padat yang dihasilkan oleh

operasional kawasan.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup adalah mencegah dan/atau

meminimasi timbulnya volume dan cemaran limbah padat dari kegiatan

opersional kawasan.

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Membangun Tempat Pembuangan Sementara (TPS) serta melakukan

pengolahan sampah dengan system 3R.

Membangun TPA dengan system sanitary landfill atau teknologi terbaru

(sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi).

Mengelola sampah organik untuk menjadi kompos dan hasilnya

digunakan untuk pupuk tanaman kawasan dan selebihnya diberikan

kepada petani.

(5) Lokasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lokasi rencana pengelolaan lingkungan adalah di dalam Kawasan Pariwisata

Mandalika Lombok dengan alternatif sebagai berikut:

Di sekitar Pantai Seger;

Di sekitar Desa Mertak (dekat lahan garam);

Di sekitar Desa Truwai yang berbatasan dengan Kawasan Pariwisata

Mandalika Lombok.

Page 337: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 18

Rencana pembangunan untuk penanganan limbah padat dan limbah cair

akan dibangun sebagai satu kesatuan pada area alternatif tersebut termasuk

pembangunan TPS limbah B3. Lokasi ini kelak harus dibuatkan buffer zone

pada sekeliling area penanganan limbah dengan tanaman/tegakan.

(6) Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rencana pengelolaan lingkungan hidup dilakukan selama operasional

kawasan.

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero).

b. Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM

Kabupaten Lombok Tengah.

UPT Kebersihan Kabupaten Lombok

Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Desa.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

c. Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Timbulnya Limbah Berbahaya dan Beracun (B3)

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting.

a. Jenis Dampak Penting.

Jenis dampak penting adalah terjadinya timbulan limbah B3.

b. Sumber Dampak Penting.

Sumber dampak penting adalah limbah B3 yang dihasilkan dari

operasional Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok.

(2) Tolak Ukur Dampak.

Tolok ukur dampak adalah volume limbah B3 dari hasil kegiatan

operasional Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup adalah mencegah dan/atau

meminimasi timbulnya volume dan cemaran limbah B3 dari kegiatan

opersional kawasan.

Page 338: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 19

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Mengumpulkan limbah B3 pada tempat khusus (TPS Limbah B3) dan

kemudian diserahkan ke pihak ketiga yang berkompeten yang telah

memiliki izin dalam penanganan limbah B3.

(5) Lokasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lokasi rencana pengelolaan lingkungan adalah di dalam Kasawan

Pariwisata Mandalika Lombok di dekat lokasi pembangunan IPAL

komunal dan TPA kawasan.

(6) Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rencana pengelolaan lingkungan hidup dilakukan selama operasional

kawasan.

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

b. Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

UPT Kebersihan Kabupaten Lombok

Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Desa.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

c. Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Defisit Air.

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting.

a. Jenis Dampak Penting.

Jenis dampak penting adalah defisit air.

b. Sumber Dampak Penting.

Sumber dampak penting adalah berkurangnya penyediaan air bersih

akibat dari kegiatan operasional kawasan.

(2) Tolak Ukur Dampak.

Tolak ukur dampak adalah berkurangnya volume penyediaan air bersih.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup adalah untuk mencegah

terjadinya defisit air dalam operasional kawasan.

Page 339: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 20

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pendekatan Teknologi.

a. Memelihara sumber air warga dari PDAM yang berproduksi 40

liter/detik.

b. Membangun sumur bor sebanyak 100 unit dengan debit 25

liter/detik.

c. Membangun unit pengolahan air laut dengan kapasitas 50

liter/detik.

d. Reuse untuk air limbah dengan IPAL kapasitas 25 liter/detik.

e. Pembuatan biopori dalam kawasan pariwisata Mandalika Lombok.

f. Membuat sumur-sumur resapan.

g. Mengembangkan kawasan untuk persediaan air permukaan dan

air tanah melalui:

Penghijauan sempadan/bantaran sungai dalam kawasan;

Pemeliharaan air sungai dalam kawasan dengan membangun

check dam.

Perlindungan muara sungai

Pembangunan danau buatan/embung.

Pegembangan area hutan-hutan terbatas.

Pengembangan/ perluasan tanaman magrove.

(5) Lokasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lokasi rencana pengelolaan lingkungan adalah di dalam Kawasan

Pariwisata Mandalika Lombok meliputi Desa Kuta, Mertak, Sengkol,

Sukadana, dan Truwai.

(6) Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rencana pengelolaan lingkungan hidup dilakukan selama operasional

kawasan.

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

b. Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

PDAM Kabupaten Lombok Tengah.

Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM

Kabupaten Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Desa.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

c. Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Page 340: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 21

Keamanan Kawasan.

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting.

a. Jenis Dampak Penting.

Jenis dampak penting adalah keamanan kawasan.

b. Sumber Dampak Penting.

Sumber dampak penting adalah terganggunya keamanan kawasan

akibat dari kegiatan operasional kawasan.

(2) Tolak Ukur Dampak.

Tolak ukur dampak adalah jumlah wisatawan dan masyarakat sekitar yang

resah akibat keamanan yang terganggu.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup adalah mencegah

terjadinya ganguan keamanan kawasan.

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

- Memberikan pembinaan terhadap masyarakat/pemuda di sekitar

Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok menyangkut pemeliharaan

situasi keamanan kawasan.

- Membuat Perda tentang keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung

atau wisatawan.

- Memberikan sanksi kepada karyawan berupa pemecatan bagi yang

berbuat anarkis.

- Melakukan pengamanan dengan melibatkan masyarakat dan

memprioritaskan petugas keamanan dari masyarakat lokal.

- Memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat/pemuda yang

mengganggu keamanan kawasan dengan persyaratan yang

bersangkutan memiliki ketrampilan dan bersedia untuk dilatih.

- Sosialisasi mengenai Emergency Response Plan kepada masyarakat

sesuai dengan kapasitas sosial budaya masyarakat.

(5) Lokasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lokasi rencana pengelolaan lingkungan adalah di dalam Kasawan

Pariwisata Mandalika Lombok.

(6) Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rencana Pengelolaan lingkungan hidup dilakukan selama operasional

kawasan.

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

b. Instansi Pengawas : Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Lombok Tengah.

Page 341: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 22

Kodim Praya.

Polres Lombok Tengah.

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Kabupateng Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Desa.

c. Instansi Pelaporan : Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi NTB

Polda NTB.

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Provinsi NTB.

Dukungan Event Bau Nyale.

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting.

a. Jenis Dampak Penting.

Jenis dampak penting adalah Event Bau Nyale.

b. Sumber Dampak Penting.

Sumber dampak penting adalah adanya dukungan terhadap Event

Bau Nyale akibat pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika

Lombok.

(2) Tolak Ukur Dampak.

Jumlah dan ragam penduduk/masyarakat yang ikut dalam Event Bau

Nyale setiap tahunnya .

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Tujuan Rencana Pengelolaan lingkungan hidup adalah mengoptimalkan

manfaat kawasan pariwisata terhadap Event Bau Nyale.

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pendekatan sosial ekonomi budaya.

a. Dijadikan sebagai promosi paket wisata ke Lombok.

b. Mengalokasikan anggaran untuk mendukung kebutuhan dana dan

ketersediaan akomodasi serta akses masyarakat agar tidak

terganggu dalam Event Bau Nyale.

c. Memelihara habitat Nyale agar tetap terpelihara.

d. Membangun akses jalan publik di pesisir yang membatasi areal

publik dan areal privat.

(5) Lokasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lokasi rencana pengelolaan lingkungan adalah di dalam Kawasan

Pariwisata Mandalika Lombok khususnya pada areal Event Bau Nyale.

(6) Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rencana Pengelolaan lingkungan hidup dilakukan selama operasional

kawasan.

Page 342: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 23

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

b. Instansi Pengawas : Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok

Tengah.

Sekertariat Daerah (SETDA) Kabupaten

Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Desa.

c. Instansi Pelaporan : Setda Provinsi NTB.

Setda Kabupaten Lombok Tengah.

Dinas Pariwisata Provinsi NTB.

Kemacetan Lalulintas.

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak.

a. Jenis Dampak Penting.

Jenis dampak penting adalah kemacetan lalulintas.

b. Sumber Dampak Penting.

Sumber dampak penting adalah kegiatan operasional Kawasan

Pariwisata Mandalika Lombok.

(2) Tolak Ukur Dampak.

Kemacetan yang terjadi pada saat puncak kunjungan wisata.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Tujuan Rencana Pengelolaan lingkungan hidup adalah untuk mencegah

dan meminimalkan terjadinya kemacetan lalu lintas pada saat saat puncak

kunjungan wisata.

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Melakukan pengaturan arus lalulintas yang rawan macet dengan

menggunakan petugas lalulintas dan bantuan satuan pengaman

(Satpam).

b. Pemasangan rambu-rambu lalulintas secara memadai khususnya

pada jalur rawan macet.

c. Mengoptimalkan pemeliharaan jalan.

d. Mengembangkan tiga jalur jalan alternatif menuju Kawasan Pariwisata

Mandalika Lombok (Jalur Awang, jalur Selong Belanak dan jalur

Sengkol). Perlu juga dikembangkan jaringan jalan yang memadai

untuk mengatasi kemacetan lalulintas dalam kawasan.

e. Untuk gangguan lalulintas dan keamanan laut perlu dilakukan hal-hal

berikut:

Membuat rambu-rambu lalulintas laut di sekitar rencana bangunan

dermaga.

Menyusun kesepakatan bersama antara pihak PT.

Pengembangan Pariwisata Indonesia(Persero) dan kelompok

Page 343: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 24

nelayan dalam rangka jalur pelayaran dan keamanan lalulintas

laut.

(5) Lokasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lokasi rencana pengelolaan lingkungan adalah di seluruh lokasi rawan

macet baik di dalam kawasan maupun di luar Kawasan Pariwisata

Mandalika Lombok (Jalur Awang, jalur Selong Belanak dan jalur Sengkol).

(6) Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rencana pengelolaan lingkungan hidup dilakukan selama kegiatan

operasional kawasan.

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

b. Instansi Pengawas : Dinas Pekerjaan Umum & ESDM

Kabupaten Lombok Tengah.

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika Kabupaten Lombok Tengah.

Polres Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Desa.

c. Instansi Pelaporan : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB.

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika Provinsi NTB.

Polda NTB.

Peningkatan Prostitusi, Miras dan Narkoba.

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak.

a. Dampak Penting.

Jenis dampak penting adalah peningkatan praktek prostitusi, penyalah

gunaan miras dan narkoba.

b. Sumber Dampak.

Sumber dampak penting adalah kegiatan operasional Kawasan

Pariwisata Mandalika Lombok.

(2) Tolak Ukur Dampak.

Jumlah masyarakat yang melakukan praktek prostitusi, jumlah pengguna

miras dan narkoba di Kabupaten Lombok Tengah.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup adalah untuk mencegah

dan meminimalisir penyebaran praktek prostitusi dan pengguna/pecandu

miras dan narkoba.

Page 344: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ………………… V - 25

(4) Upaya Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pendekatan sosial ekonomi.

a. Melakukan razia rutin khususnya di tempat-tempat rawan praktek

prostitusi dan pengguna/pecandu miras dan narkoba.

b. Melakukan sosialisasi/penyuluhan bahaya penyakit prostitusi,

mengkonsumsi miras dan narkoba.

(5) Lokasi Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lokasi rencana pengelolaan adalah di dalam Kawasan Pariwisata

Mandalika Lombok dan Desa Kute, Mertak, Sengkol, Sukadana, dan

Truwai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.

(6) Periode Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rencana pengelolaan lingkungan hidup dilakukan selama kegiatan

operasional kawasan.

(7) Institusi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup.

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero).

b. Instansi Pengawas : Dinas Kesehatan Kab. Lombok Tengah.

Dinas Sosial tenaga kerja dan transmigrasi

Kab. Lombok Tengah.

Polres Lombok Tengah.

Polisi Pamong Praja Kabupaten Lombok

Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Desa.

c. Instansi Pelaporan : Dinas Kesehatan Provinsi NTB .

Dinas Sosial tenaga kerja dan transmigrasi

Provinsi NTB.

Polda NTB.

Page 345: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

BAB VIRENCANA PEMANTAUAN

LINGKUNGAN HIDUP

Page 346: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 1

6.1.PEMANTAUAN LINGKUNGAN PADA TAHAP PRAKONSTRUKSI.

6.1.1.Kegiatan Sosialisasi.

Peningkatan Keresahan Masyarakat.

(1) Jenis dan Sumber Dampak

a. Jenis dampak penting yang dipantau.

Jenis dampak penting adalah terjadinya peningkatan keresahan

masyarakat akibat kegiatan sosialisasi.

b. Sumber dampak penting

Dampak penting yang muncul adalah timbulnya Keresahan

masyarakat akibat persepsi negatif masyarakat khususnya di Desa

Kuta, Desa Mertak, Desa Sengkol, Desa Sukadana dan Desa Truwai

karena kekhawatiran terhadap PT Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero) yang tidak akan memprioritaskan penduduk

setempat untuk diterima sebagai tenaga kerja, nilai ganti rugi lahan

yang rendah dan kerusakan lingkungan pada kegiatan sosialisasi.

(2) Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Tujuan pemantauan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui jumlah

masyarakat yang dilibatkan dalam kegiatan sosialisasi dan persepsi

negative masyarakat.

(3) Rencana Pemantaun Lingkungan Hidup.

a. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Parameter lingkungan hidup yang dipantau adalah kuantitas

masyarakat dan persepsi masyarakat sekitar lokasi rencana kegiatan.

b. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan dilakukan dengan metode survei dan Focus Group

Discussion (FGD). Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan

bantuan tabel.

Page 347: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 2

c. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Lokasi pemantauan lingkungan hidup adalah desa yang berada di

sekitar lokasi tapak proyek yaitu Desa Kute, Mertak, Sengkol,

Sukadana dan Truwai.

d. Periode Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Pemantauan dilakukan satu kali selama kegiatan sosialisasi

e. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Instansi Pelaksana : PT.Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

Instansi Pengawas : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Lombok Tengah.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Kelurahan/Desa.

Instansi Pelaporan : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Propinsi Nusa Tenggara

Barat.

Badan Lingkungan Hidup Provinsi Nusa

Tenggara Barat.

6.1.2.Kegiatan Perijinan.

Perubahan Peruntukan Lahan.

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak.

a. Jenis dampak penting

Jenis dampak penting adalah perubahan peruntukan ruang.

b. Sumber dampak penting.

Sumber dampak penting adalah adanya kegiatan perijinan.

(2) Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Tujuan pemantauan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui luasan

perubahan peruntukan ruang yang terjadi.

(3) Rencana Pemantaun Lingkungan Hidup.

a. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau.

Parameter lingkungan hidup yang dipantau adalah luasan perubahan

peruntukan ruang yang terjadi akibat kegiatan perizinan.

b. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan dilakukan dengan metode survei dan Focus Group

Discussion (FGD). Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan

Page 348: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 3

bantuan tabel.

c. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Lokasi pemantauan lingkungan hidup adalah di Desa Kute, Mertak,

Sengkol, Sukadana dan Truwai

d. Periode Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan lingkungan hidup dilakukan minimal satu kali selama

kegiatan perijinan.

e. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero).

Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok

Tengah.

Dinas Pekerjaan Umum (PU) & ESDM

Kabupaten Lombok Tengah.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(Bappeda) Kabupaten Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Kelurahan/Desa.

Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Dinas Pekerjaan Umum (PU) & ESDM

Provinsi NTB.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(Bappeda) Provinsi NTB.

6.2.PEMANTAUAN LINGKUNGAN PADA TAHAP KONSTRUKSI.

6.2.1.PenerimaanTenaga Kerja.

Terbukanya Kesempatan Kerja.

(1) Jenis dan Sumber Dampak.

a. Jenis Dampak penting.

Jenis dampak penting adalah terbukanya kesempatan kerja dan

konflik perebutan lapangan kerja.

b. Sumber dampak penting.

Sumber dampak adalah penerimaan tenaga kerja pada kegiatan

konstruksi.

Page 349: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 4

(2) Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Tujuan pemantauan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui jumlah

masyarakat lokal yang direkrut sebagai tenaga kerja dan konflik yang

terjadi akibat perebutan lapangan kerja.

(3) Rencana Pemantauan Lingkungan.

a. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau.

Jumlah masyarakat lokal yang direkrut sebagai tenaga kerja

konstruksi dan tingkatan konflik perebutan lapangan kerja.

b. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup.

Pemantauan dilakukan dengan metode survei dan Focus Group

Discussion (FGD). Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan

bantuan tabel.

c. Lokasi Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Lokasi rencana pemantauan dilakukan di dalam Kawasan Pariwisata

Mandalikan Lombok dan di kantor-kantor desa dalam kawasan.

d. Periode Pemantauan Lingkungan Hidup.

Rencana Pemantauan lingkungan hidup dilakukan selama perekrutan

tenaga kerja.

e. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Lombok Tengah.

Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan

Perlindungan Masyrakat Kabupaten

Lombok Tengah.

Badan Pertanahan Negara (BPN)

Kabupaten Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Kelurahan/Desa.

Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi NTB.

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Provinsi NTB.

BPN Provinsi NTB.

Page 350: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 5

6.2.2.Kegiatan mobilisasi Material dan Alat Berat.

Penurunan Kualitas Udara dan Kebisingan.

(1) Jenis dan Sumber Dampak.

a. Jenis dampak penting.

Jenis dampak penting adalah penurunan kualitas udara dan

kebisingan.

b. Sumber dampak penting.

Sumber dampak penting adalah peningkatan konsentrasi CO, Pb,

NO2, dan SO2 serta partikel debu di udara akibat kegiatan mobilisasi

material dan alat berat.

(2) Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Tujuan pemantauan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui

perubahan kadar gas buang, debu dan kebisingan.

(3) Rencana Pemantauan Lingkungan.

a. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau perubahan kadar gas

SOX, NOX, CO dan debu berdasarkan PP No. 41 tahun 1999

tentang baku mutu udara ambien nasional.

Bising: intensitas bising berdasarkan Kepmen LH No. KEP-

48/MENLH/11/96 tentang baku mutu tingkat kebisingan.

b. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup.

Pengumpulan data komponen kualitas udara dilakukan melalui

pengambilan sampel di lapangan dengan menggunakan air pump

sampler, dan selanjutnya dianalisis di laboratorium.

Kebisingan diukur dengan alat sound level meter pada titik-titik

pantau yang telah ditentukan.

c. Lokasi Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Lokasi Rencana Pemantauan lingkungan adalah seluruh jalan-jalan

desa di dalam dan luar kawasan yang dilalui kendaraan pengangkut

material dan alat berat.

d. Periode Pemantauan Lingkungan Hidup.

Rencana Pemantauan lingkungan hidup dilakukan dua kali setahun

selama kegiatan konstruksi.

Page 351: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 6

e. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Dinas Pekerjaan Umum & ESDM

Kabupaten Lombok Tengah.

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika Kabupaten Lombok Tengah.

Pemerintah Desa.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB.

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika Provinsi NTB.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Gangguan Kesehatan Masyarakat.

(1) Jenis dan Sumber Dampak.

a. Jenis dampak penting.

Jenis dampak penting adalah gangguan kesehatan masyarakat.

b. Sumber dampak penting.

Sumber dampak penting adalah kegiatan mobilisasi material dan alat

berat yang mengakibatkan terganggunya kesehatan masyarakat.

(2) Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Tujuan rencana pemantauan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui

adanya penyebaran pola penyakit akibat kegiatan mobilisasi material dan

alat berat.

(3) Rencana Pemantauan Lingkungan.

a. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau.

Parameter lingkungan hidup yang dipantau adalah penyebaran pola

penyakit yang berkembang.

b. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup.

Melakukan pengamatan langsung dan wawancara dengan

menggunakan koesioner dan tabulasi silang yang dilanjutkan dengan

analisis deskriptif.

Page 352: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 7

c. Lokasi Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Lokasi Rencana Pemantauan lingkungan adalah seluruh jalan-jalan

desa di dalam dan luar kawasan yang dilalui kendaraan pengangkut

material dan alat berat.

d. Periode Pemantauan Lingkungan Hidup.

Rencana pemantauan lingkungan hidup dilakukan dua kali setahun

selama kegiatan konstruksi berlangsung.

e. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

Instansi Pengawas : Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok

Tengah.

Dinas Pekerjaan Umum Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Kelurahan/Desa.

Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Prov. NTB.

Dinas Kesehatan Provinsi NTB.

6.2.3.Kegiatan Pembersihan Lahan dan Perataan Lahan.

Berkurangnya Flora Fauna.

(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak.

a. Jenis dampak penting.

Jenis dampak penting adalah hilangnya vegetasi penutup lahan dan

migrasi fauna di dalam kawasan.

b. Sumber dampak penting.

Sumber dampak penting adalah kegiatan pembersihan. lahan dan

perataan lahan.

(2) Tujuan Pemantauan Lingkungan. Hidup.

Tujuan pemantauan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui

perubahan struktur dan komposisi jenis tumbuhan penyusun vegetasi

serta keanekaragaman jenis flora dan fauna.

(3) Rencana Pemantauan Lingkungan.

a. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Perubahan struktur dan komposisi jenis tumbuhan penyusun vegetasi

serta keanekaragaman jenis flora dan fauna.

Page 353: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 8

b. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

Flora

Pengumpulan data dilakukan pada plot berukuran 20 m x 20 m.

variable yang diukur adalah semua, diameter batang pohon yang

berdiameter > 10 cm pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah

dengan menggunakan pits diameter. Data hasil pengukuran di

lapangan, digunakan dalam menghitung Indeks Nilai Penting (INP)

dengan menggunakan rumus:

INP = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif + Dominasi Relatif

Untuk penentuan kerapatan jenis tumbuhan akan digunakan rumus:

A

nN

Dimana:

N = Kerapatan tumbuhan

n = Jumlah individu setiap jenis

A = Luas seluruh plot pengamatan

Kerapatan relatif (KR) dihitung dengan rumus:

x100%jenisseluruh Kerapatan

jenissuatu Kerapatan KR

Untuk penentuan frekuensi kehadiran suatu jenis tumbuhan akan

digunakan rumus :

pengamatanplot seluruh luasJumlah

jenissuatu iplot terisJumlah F

Dimana : F = Frekuensi kehadiran

Frekuensi relatif (FR) dihitung dengan rumus :

100%x jenisseluruh Frekuensi

jenissuatu FrekuensiFR

Untuk penentuan dominasi jenis tumbuhan akan digunakan rumus :

pengamatanplot seluruh luasJumlah

jenissuatu LbdsJumlah D

Dimana :

D = Diminasi jenis

LBDS (Luas bidang dasar) = 3,14/4.d2

Dominasi relatif (DR) dihitung dengan rumus :

100%x jenisseluruh Dominasi

jenissuatu DominasiDR

Untuk penentuan keanekaragaman jenis (H) tumbuhan akan dihitung

berdasarkan rumus indeks keanekaragaman sebagai berikut :

Page 354: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 9

s

i

ii

n

n

n

nH

1

In

Dimana :

H = Keanekaragaman jenis tumbuhan

ni = Jumlah individu setiap jenis tumbuhan dalam sampel plot.

n = Jumlah total individu dalam satu plot.

s = Jumlah jenis tumbuhan dalam sampel plot.

Fauna

Pengumpulan data satwa liar dilakukan dengan metode titik (count

point) pada line transect. Pengamatan dilakukan pada setiap titik yang

ditentukan secara sistematik (setiap 200 m) dalam garis transek,

dimana semua satwa yang ditemukan akan dihitung jumlah

individunya dan diukur jaraknya ke pusat titik pengamatan. Untuk

satwa kecil yang mempunyai pergerakan lambat, pengamatannya

dilakukan dalam plot berukuran 10 m x 10 m yang juga diletakkan

secara sistematik, yakni setiap 200 m dalam suatu garis transek.

Untuk penentuan kerapatan jenis satwa akan digunakan rumus :

A

nN

Dimana :

N = Kerapatan satwa

n = Jumlah individu setiap jenis satwa

A = Luas seluruh plot pengamatan

Luas plot pengamatan siswa dihitung dengan menggunakan rumus :

A = X Y

Dimana :

A = Luas sampel plot

X = Panjang jalur titik pengamatan

Y = Rata-rata jarak antara satwa dengan titik pengamatan

Untuk penentuan keanekaragaman jenis satwa akan dihitung

berdasarkan rumus indeks keanekaragaman sebagai berikut:

s

i

ii

n

n

n

nH

1

In

Dimana :

H = Keanekaragaman jenis tumbuhan

ni = Jumlah individu setiap jenis tumbuhan dalam sampel plot.

n = Jumlah total individu dalam satu plot.

s = Jumlah jenis tumbuhan dalam sampel plot.

Page 355: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 10

c. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Lokasi rencana pemantauan lingkungan adalah di dalam seluruh

kawasan pengembangan pada lokasi pembebasan lahan dan

perataan lahan.

d. Periode Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Rencana Pemantauan lingkungan hidup dilakukan dua kali setahun

selama kegiatan pembukaan lahan.

e. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

Instansi Pengawas : Balai Konservasi dan Sumberdaya Alam

(BKSDA) NTB.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok

Tengah.

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten

Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Kelurahan/Desa.

Instansi Pelaporan : Balai Konservasi dan Sumberdaya Alam

(BKSDA) NTB.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi

NTB.

Erosi Tanah dan Sedimentasi.

(1) Jenis dan Sumber Dampak.

a. Jenis dampak penting.

Jenis dampak penting adalah peningkatan erosi tanah

b. Sumber dampak penting.

Sumber dampak penting adalah kegiatan pembersihan lahan dan

perataan lahan..

(2) Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Tujuan pemantauan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui

peningkatan laju erosi dan sedimentasi.

(3) Rencana Pemantauan Lingkungan.

a. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau.

Parameter lingkungan yang dipantau adalah kandungan padatan

tersuspensi (TSS) dan kekeruhan badan air sungai di dalam kawasan.

Page 356: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 11

b. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup.

Pengambilan sampel air untuk analisis kandungan TSS dan kekeruhan

air di Sungai dengan menggunakan Kemmerer Water Sampler.

Analisis sampel di laboratorium dilakukan dengan metode

Turbidimetrik/Gravimetrik. Data yang diperoleh dianalisis secara

deskriptif dengan bantuan tabel.

c. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Lokasi rencana pemantauan lingkungan adalah di dalam seluruh

kawasan pengembangan pada lokasi pembebasan lahan dan

perataan lahan.

d. Periode Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Rencana pemantauan lingkungan hidup dilakukan selama

pembersihan lahan dan perataan lahan pada tahap konstruksi.

e. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Balai PSDA Kabupaten Lombok Tengah.

Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB

Balai PSDA Kabupaten Lombok Tengah.

6.2.4.Pembangunan Sarana dan Prasarana Kawasan.

Penurunan Kualitas Udara.

(1) Jenis dan Sumber Dampak.

a. Jenis dampak penting.

Jenis dampak penting adalah perubahan kualitas udara.

b. Sumber dampak penting.

Sumber dampak penting adalah penurunan kualitas udara akibat

kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kawasan.

(2) Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Tujuan pemantauan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui

perubahan kandungan partikel debu di udara.

(3) Rencana Pemantauan Lingkungan.

Page 357: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 12

a. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau.

Parameter lingkungan hidup yang dipantau adalah parameter udara

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41/26/05/1999 tentang Baku

Mutu Udara Ambien Nasional.

b. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup.

Pengumpulan data komponen kualitas udara dilakukan melalui

pengambilan sampel di lapangan dengan menggunakan air pump

sampler, dan selanjutnya dianalisis di laboratorium.

c. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Lokasi rencana pemantauan lingkungan adalah di dalam seluruh

kawasan pengembangan.

d. Periode Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup

Rencana pemantauan lingkungan hidup dilakukan selama kegiatan

pembangunan sarana dan prasarana kawasan pada tahap konstruksi.

e. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero).

Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Dinas Pekerjaan Umum & ESDM

Kabupaten Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Kelurahan/Desa.

Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB.

Penurunan Kualitas Air.

(1) Jenis dan Sumber Dampak.

a. Jenis dampak penting.

Jenis dampak penting adalah perubahan kualitas air pada badan air

di sungai-sungai di dalam kawasan.

b. Sumber dampak penting.

Sumber dampak penting adalah penurunan kualitas air akibat

pembangunan sarana dan prasarana kawasan.

(2) Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Tujuan pemantauan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui

Page 358: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 13

perubahan kualitas air permukaan.

(3) Rencana Pemantauan Lingkungan.

a. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau.

Perubahan kualitas air permukaan yang ada di dalam kawasan

pengembangan, khususnya parameter BOD5, COD, pH, TSS dan Fe.

b. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup.

a. Pengambilan sampel air di lapangan dengan menggunakan

Kemmerer Water Sampler.

b. Analisis sampel di laboratorium dilakukan dengan metode

Gravirnetrik

c. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan bantuan

tabel dan hasil analisis data dibandingkan dengan baku mutu.

c. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Lokasi Rencana pemantauan lingkungan adalah di lokasi

pembangunan sarana dan prasarana pada seluruh kawasan

pengembangan.

d. Periode Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Rencana pemantauan lingkungan hidup dilakukan selama kegiatan

pembangunan sarana dan prasarana kawasan pada tahap konstruksi.

e. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero).

Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kab. Lombok

Tengah.

Dinas PU & ESDM Kab. Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Kelurahan/Desa.

Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB.

6.3.PEMANTAUAN LINGKUNGAN PADA TAHAP OPERASI.

6.3.1.Penerimaan Tenaga Kerja dan Pelatihan.

Terbukanya Kesempatan Kerja dan Konflik Perebutan Lapangan Kerja.

(1) Jenis dan Sumber Dampak.

a. Jenis dampak penting.

Page 359: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 14

Jenis dampak penting adalah terbukanya kesempatan kerja dan

konflik perebutan lapangan kerja.

b. Sumber dampak penting.

Sumber dampak penting adalah kegiatan penerimaan tenaga kerja

dan perebutan lapangan kerja.

(2) Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Tujuan pemantauan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui jumlah

tenaga kerja dan tata cara perekrutan tenaga kerja serta jumlah kelompok

masyarakat yang diikutkan dalam pelatihan. .

(3) Rencana Pemantauan Lingkungan.

a. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau.

Parameter lingkungan hidup yang dipantau adalah jumlah penduduk

lokal yang direkrut sebagai tenaga kerja dan mendapat pelatihan.

b. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup.

Pemantauan dilakukan dengan metode survei dan Focus Group

Discussion (FGD). Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan

bantuan tabel.

c. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Lokasi Rencana Pengelolaan dilakukan pada tapak proyek terutama

pada bagian penerimaan tenaga kerja dan tempat lokasi pelatihan

tenaga kerja.

d. Periode Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Rencana Pengelolaan lingkungan hidup dilakukan selama kegiatan

penerimaan tenaga kerja dan pelatihan tenaga kerja.

e. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

Instansi Pengawas : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Lombok Tengah.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Lombok Tengah.

Balai Latihan Kerja Kabupaten Lombok

Tengah.

Instansi Pelaporan : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi NTB.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi

NTB.

Page 360: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 15

6.3.2.Pengoperasian Kawasan Pariwisata.

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

(1) Jenis dan Sumber Dampak.

a. Jenis dampak penting.

Jenis dampak penting adalah peningkatan Pendapatan Asli Daerah

(PAD).

b. Sumber dampak penting

Sumber dampak penting adalah pendapatan melalui retribusi/pajak

hotel, restoran dan lain-lain.

(2) Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Tujuan pemantauan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui

perubahan PAD akibat operasional pengembangan Kawasan Pariwisata

Mandalika Lombok.

(3) Rencana Pemantauan Lingkungan.

a. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau.

Parameter lingkungan hidup yang dipantau adalah perubahan PAD

dan kontribusi kegiatan terhadap PAD dan PDRB Kabupaten Lombok

Tengah.

b. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup.

Pemantauan dilakukan dengan metode survei dan. Focus Group

Discussion (FGD). Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan

bantuan tabel.

c. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Lokasi rencana pengelolaan dilakukan dalam Kawasan Pariwisata

Mandalika Lombok khususnya pada hotel dan restoran.

d. Periode Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Rencana pengelolaan lingkungan hidup dilakukan selama kegiatan

pengoperasian kawasan.

e. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

Instansi Pengawas : Dinas Pendapatan Provinsi NTB.

Dinas Pendapatan Kabupaten Lombok Tengah.

Page 361: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 16

Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Kelurahan/Desa.

Instansi Pelaporan : Dinas Pendapatan Provinsi NTB.

Dinas Pendapatan Kabupaten Lombok Tengah.

Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah.

Timbulnya Limbah Cair.

(1) Jenis dan Sumber Dampak.

a. Jenis dampak penting.

Jenis dampak penting adalah timbulan limbah cair.

b. Sumber dampak penting

Sumber dampak penting adalah produksi limbah cair yang dihasilkan

dari operasional Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok.

(2) Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Tujuan pemantauan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui kadar pH,

kandungan Fe dan padatan tersuspensi (TSS) pada outlet IPAL komunal

dan parameter BOD5, COD, pH, TSS pada badan sungai di dalam

kawasan.

(3) Rencana Pemantauan Lingkungan.

a. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau.

Parameter lingkungan hidup yang dipantau adalah kadar pH,

kandungan Fe dan padatan tersuspensi (TSS) pada outlet IPAL

komunal dan parameter BOD5, COD, pH, TSS pada badan sungai di

dalam kawasan. .

b. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

a. Pengambilan sampel air di lapangan dengan menggunakan

Kemmerer Water Sampler.

b. Analisis sampel di laboratorium dilakukan dengan metode

Gravimetrik

c. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan bantuan

tabel dan hasil analisis data dibandingkan dengan baku mutu.

c. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Lokasi Pemantauan lingkungan hidup adalah sungai-sungai,

persawahan dan sumur penduduk yang ada di dalam kawasan.

d. Periode Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan dilakukan setiap 6 bulan sekali selama pengoperasian

Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok.

Page 362: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 17

e. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata Indonesia(Persero).

Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok

Tengah.

Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Kabupaten

Lombok Tengah.

UPT Kebersihan Kab. Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Kelurahan/Desa.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok

Tengah.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB.

Timbulnya Limbah Padat.

(1) Jenis dan Sumber Dampak.

a. Jenis dampak penting.

Jenis dampak penting adalah timbulan limbah padat.

b. Sumber dampak penting.

Sumber dampak penting adalah produksi limbah/sampah padat yang

dihasilkan dari operasional Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok.

(2) Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Tujuan pemantauan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui volume

sampah/limbah padat di dalam kawasan.

(3) Rencana Pemantauan Lingkungan.

a. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Parameter lingkungan hidup yang dipantau adalah volume dan jenis

sampah/limbah padat di dalam kawasan.

b. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup.

Pengamatan langsung dan perlakuan di lapangan dengan bantuan

data volume sampah di TPA/TPS.

c. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Lokasi Pemantauan lingkungan hidup adalah di tapak proyek lokasi

pengoperasian kawasan pariwisata mandalika lombok.

d. Periode Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Page 363: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 18

Pemantauan dilakukan selama pengoperasian Kawasan Pariwisata

Mandalika Lombok.

e. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero).

Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM

Kabupaten Lombok Tengah.

UPT Kebersihan Kab. Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Kelurahan/Desa.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB.

Timbulnya Limbah Berbahaya dan Beracun (B3).

(1) Jenis dan Sumber Dampak.

a. Jenis dampak penting.

Jenis dampak penting adalah terjadinya timbulan limbah B3.

b. Sumber dampak penting.

Sumber dampak penting adalah produksi limbah B3 yang dihasilkan

dari operasional Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok.

(2) Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Tujuan pemantauan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui volume

dan jenis limbah B3 yang ada di dalam kawasan.

(3) Rencana Pemantauan Lingkungan.

a. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau.

Parameter lingkungan hidup yang dipantau adalah jenis dan volume

limbah B3 di dalam kawasan.

b. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pengamatan langsung dan pengumpulan data jenis dan volume

limbah B3 di dalam kawasan.

c. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Lokasi rencana pengelolaan lingkungan adalah di dalam Kawasan

Pariwisata Mandalika Lombok.

d. Periode Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup

Page 364: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 19

Rencana pemantauan lingkungan hidup dilakukan selama operasional

kawasan.

e. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok

Tengah.

UPT Kebersihan Kabupaten Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Kelurahan/Desa.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Instansi Pelaporan : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi NTB.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok

Tengah.

Defisit Air.

(1) Jenis dan Sumber Dampak.

a. Jenis dampak penting.

Jenis dampak penting adalah defisit air.

b. Sumber dampak penting.

Sumber dampak penting adalah berkurangnya ketersediaan air bersih

yang dibutuhkan dalam operasional kawasan.

(2) Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Tujuan pemantauan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui debit dan

penyebab terjadinya defisit air.

(3) Rencana Pemantauan Lingkungan.

a. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau.

Parameter lingkungan hidup yang dipantau adalah debit/volume dan

sistem penyediaan dan penyaluran air bersih.

b. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup.

Pemeriksaan lapangan dan melakukan pengukuran debit air pada

sistem penyediaan dan penyaluran air di dalam kawasan.

c. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Lokasi pemantauan lingkungan hidup di tapak proyek meliputi Desa

Kute, Mertak, Sengkol, Sukadana, dan Truwai.

d. Periode Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Page 365: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 20

Pemantauan dilakukan dua kali selama pengoperasian Kawasan

Pariwisata Mandalika Lombok.

e. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

Instansi Pengawas : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Lombok Tengah

Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan ESDM

Kabupaten Lombok Tengah

UPT Kebersihan Kabupaten Lombok

Tengah

Pemerintah Kecamatan/Kelurahan/Desa

Instansi Pelaporan : BLHP Prov. Nusa Tenggara Barat

Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan ESDM

Prov. Nusa Tenggara Barat

UPT Kebersihan Prov. Nusa Tenggara

Barat

Keamanan Kawasan.

(1) Jenis dan Sumber Dampak.

a. Jenis dampak penting.

Jenis dampak penting adalah perubahan atau penurunan keamanan

kawasan.

b. Sumber dampak penting.

Sumber dampak penting adalah gangguan keamanan kawasan terkait

dengan operasional kegiatan kepariwisataan.

(2) Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Tujuan pemantauan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui kondisi

dan sumber penurunan keamanan kawasan.

a. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau.

Parameter lingkungan hidup yang dipantau adalah jumlah wisatawan

dan masyarakat sekitar kawasan yang resah akibat keamanan yang

terganggu.

b. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup.

Pemantauan dilakukan dengan metode, survei dan Focus Group

Discussion (FGD). Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan

bantuan tabel.

Page 366: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 21

c. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Lokasi pemantauan lingkungan hidup disekitar kawasan..

d. Periode Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Pemantauan dilakukan dua kali setahun dilakukan selama operasional

Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok.

e. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

Instansi Pengawas : Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Lombok Tengah.

Kodim Praya.

Polres Lombok Tengah.

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Kabupateng Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Kelurahan/Desa.

Instansi Pelaporan : Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi NTB

Polda NTB.

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Provinsi NTB.

Dukungan Event Bau Nyale.

(1) Jenis dan Sumber Dampak.

a. Jenis dampak penting

Jenis dampak penting adalah berkembangnya Event Bau Nyale.

b. Sumber dampak penting

Sumber dampak penting adalah dukungan Event Bau Nyale dari

adanya pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok.

(2) Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Tujuan pemantauan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui tingkat

pemanfaatan Event Bau Nyale sebagai bagian dari kegiatan

pengembangan Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok.

(3) Rencana Pemantauan Lingkungan.

a. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Parameter lingkungan hidup yang dipantau adalah jumlah masyarakat

dan wisatawan yang terlibat dalam Event Bau Nyale setiap tahun.

Page 367: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 22

b. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan dilakukan dengan metode, survei dan Focus Group

Discussion (FGD). Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan

bantuan tabel.

c. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Lokasi pemantauan lingkungan hidup disekitar kawasan khususnya

tempat dilaksanakannya Event Bau Nyale..

d. Periode Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Pemantauan dilakukan satu tahun sekali pada saat Even Bau Nyale

dan dilakukan selama operasional Kawasan Pariwisata Mandalika

Lombok.

e. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

Instansi Pengawas : Dinas Pekerjaan Umum & ESDM

Kabupaten Lombok Tengah.

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika Kabupaten Lombok Tengah.

Polres Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Kelurahan/Desa.

Instansi Pelaporan : Dinas Pekerjaan Umum & ESDM Provinsi

NTB.

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika Provinsi NTB.

Polda NTB.

Kemacetan Lalu Lintas.

(1) Jenis dan Sumber Dampak.

a. Jenis dampak penting.

Jenis dampak penting adalah kemacetan lalu lintas.

b. Sumber dampak penting.

Sumber dampak penting adalah peningkatan kepadatan lalulintas

akibat kegiatan operasional Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok.

(2) Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Tujuan pemantauan lingkungan hidup adalah untuk memantau tingkat

terjadinya kemacetan lalu lintas pada saat puncak kepadatan

pengunjung/wisatawan.

Page 368: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 23

(3) Rencana Pemantauan Lingkungan

a. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Parameter lingkungan hidup yang dipantau adalah kemacetan yang

terjadi pada saat puncak pengunjung/wisatawan

b. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan

dengan menggunakan koesioner dan mencari data sekunder tentang

LHR. Data tersebut ditabulasikan dan dianalisis dengan statistik

deskriptif.

c. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Lokasi rencana pemantau lingkungan adalah di seluruh lokasi rawan

macet baik di dalam kawasan maupun di luar Kawasan Pariwisata

Mandalika Lombok (Jalur Awang, jalur Selong Belanak dan jalur

Sengkol)

d. Periode Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Pemantauan dilakukan dua kali setahun selama kegiatan operasional

Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok.

e. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup.

Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero)

Instansi Pengawas : Dinas Pekerjaan Umum & ESDM

Kabupaten Lombok Tengah.

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika Kabupaten Lombok Tengah.

Polres Lombok Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Kelurahan/Desa.

Instansi Pelaporan : Dinas Pekerjaan Umum & ESDM Provinsi

NTB.

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika Provinsi NTB.

Polda NTB.

Peningkatan Prostitusi, Miras dan Narkoba.

(1) Jenis dan Sumber Dampak

a. Jenis dampak penting

Jenis dampak penting adalah berkembangnya prostitusi, miras dan

narkoba

Page 369: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ……………… VI - 24

b. Sumber dampak penting

Sumber dampak penting adalah kegiatan operasional Kawasan

Pariwisata Mandalika Lombok.

(2) Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Tujuan pemantauan lingkungan hidup adalah untuk mengetahui

penyebaran praktek prostitusi dan pengguna/pecandu miras dan narkoba

di dalam kawasan.

(3) Rencana Pemantaun Lingkungan

a. Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Parameter lingkungan hidup yang dipantau adalah masyarakat yang

melakukan praktek prostitusi, jumlah pengguna miras dan narkoba di

dalam kawasan.

b. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan

dengan menggunakan koesioner dan mengambil data sekunder di

dinas terkait di wilayah kabupaten lombok tengah. Data tersebut

ditabulasi dan dianalisis dengan statistik deskriptif.

c. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Lokasi rencana pengelolaan adalah di dalam Kawasan Pariwisata

Mandalika Lombok dan Desa Kute, Mertak, Sengkol, Sukadana, dan

Truwai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.

d. Periode Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup:

Pemantauan dilakukan dua kali setahun selama kegiatan operasional

Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok.

e. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

a. Instansi Pelaksana : PT. Pengembangan Pariwisata

Indonesia(Persero).

b. Instansi Pengawas : Dinas Kesehatan Kab. Lombok Tengah.

Dinas Sosial tenaga kerja dan transmigrasi

Kab. Lombok Tengah.

Polres Lombok Tengah.

Polisi Pamong Praja Kabupaten Lombok

Tengah.

Pemerintah Kecamatan/Kelurahan/Desa.

c. Instansi Pelaporan : Dinas Kesehatan Provinsi NTB .

Dinas Sosial tenaga kerja dan transmigrasi

Provinsi NTB.

Polda NTB.

Page 370: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

BAB VIIJUMLAH IZIN PPLH

Page 371: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Jumlah dan Izin Izin PPLH Yang Diperlukan …………….. VII - 1

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 27 tahun

2012 tentang Izin Lingkungan, penyusunan Adendum Andal dan RKL-RPL

digunakan untuk mengurus izin lingkungan. Tujuan dikeluarkannya izin

lingkungan antara lain untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan

hidup yang lestari dan berkelanjutan, meningkatkan upaya pengendalian

kegiatan yang memberikan dampak negatif pada lingkungan hidup, memberi

kejelasan prosedur, mekanisme dan koordinasi antar instansi dalam

penyelenggaraan perizinan, serta memberikan kepastian hukum.

Berdasarkan kajian terhadap dampak lingkungan rencana kegiatan dan/atau

usaha yang akan dilaksanakan, pemrakarsa kegiatan memerlukan

pengurusan Izin Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)

sebagai berikut:

7.1. Izin Lingkungan

Izin lingkungan diperlukan berdasarkan Undang Undang Republik

Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No 27 Tahun 2012. Tujuan dikeluarkannya izin tersebut antara lain

untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan hidup agar tetap lestari

dan berkelanjutan, meningkatkan upaya pengendalian kegiatan yang

berdampak negatif pada lingkungan hidup, memberikan kejelasan prosedur

dan mekanisme koordinasi antar instansi dalam penyelenggaraan perizinan

kegiatan serta memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan usaha

dan/atau kegiatan. Izin lingkungan didapatkan setelah pemrakarsa kegiatan

menyampaikan dokumen lingkungan hidup yang disusun berdasarkan

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang

Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

7.2.Izin Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun (B-3)

Proses pembangunan akan diperkirakan menimbulkan dampak akibat

adanya limbah dari aktivitas konstruksi dan operasional yang termasuk bahan

berbahaya dan beracun (B-3). Oleh karena itu, pemrakarsa perlu memiliki izin

penyimpanan sementara limbah B-3. Izin ini didapatkan berdasarkan

beberapa peraturan perundangan yang ada seperti Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B-3,

Page 372: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Adendum ANDAL dan RKL-RPL

Jumlah dan Izin Izin PPLH Yang Diperlukan …………….. VII - 2

sebagaimana telah diubah dengan PP No. 85 tahun 1999 yang sekarang telah

diubah lagi menjadi PP Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah

B3, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009

tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah B-3, Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana

Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan

beracun serta pengawasan Pemulihan akibat Pencemaran Limbah B-3,

7.3. Izin Pembuangan Air Limbah

Pelaksanaan konstruksi dan operasional kegiatan diperkirakan akan

memanfaatkan air yang akan berubah menjadi air limbah setelah digunakan.

Pemrakarsa perlu memiliki izin pembuangan air limbah agar memenuhi

kaidah peraturan perundangan yang berlaku. Izin ini didapatkan berdasarkan

peraturan yang terdapat dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32

Tahun 2009 tentang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan

peraturan lainnya.

7.4. Izin –Izin lainnya

Selain izin PPLH, pemrakarsa kegiatan wajib memenuhi semua

peraturan perundangan yang terkait, serta perlu mendapatkan izin-izin lainnya

seperti izin penggunaan air tanah (ABT), izin operasional usaha pariwisata

(TDUP, Laik Sehat, Izin Limbah Cair + B3, SIUP-MB, TDP ), izin penjualan

minuman beralkohol, dan lain lain. Pemrakarsa harus melaksanakan kegiatan

dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat

setempat untuk dapat menjadi tenaga kerja. Oleh karena itu, pemrakarsa

perlu melengkapi perencanaan kegiatan dengan ketentuan peraturan

perundangan yang menjadi kebijakan instansi teknis dan terkait di tingkat

Kelurahan/Desa, Kecamatan, Kota/Kabupaten, Provinsi dan Pemerintah

Pusat. Hasil kesepakatan dan konsultasi masyarakat perlu dijadikan acuan

sehingga pada saat akan dilaksanakannya kegiatan tidak terjadi hal-hal yang

mengakibatkan perencanaan kegiatan tidak dapat dilaksanakan seperti yang

diharapkan.

Page 373: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

DAFTAR PUSTAKA

Page 374: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Daftar Pustaka ……………….. 1

Barker, R dan Quintana E.U “ Penelitian Pendapatan dan Biaya Produksi

Beras Bibit Setempat dengan Bibit Unggul “dalam Mubyarto (ed) “ Teori

Ekonomi dan Penerapannya di Asia” . PT. Gramedia , Jakarta, 1999.

Canter, Larry W, 1996. “Environmental Impact Assessment”. McGraw-Hill,

Inc.

Cooper David, Alley, 1994. “Air Pollution Controll’. Waveland Press.Inc, Illinois

USA.

Dr. Muhammad Idrus, Metode metode penelitian sosial, pendekatan kualitatif

dan kuantitatif, UII Press, Yogyakarta, 2007.

Edmonson, W.T. , 1959. “Fresh Water Biology”. John Wiley and Sons, Inc.

New York, 124 h”.

Golterman, H.L. , 1969. “Methods for Chemical Analysis of Fresh Waters”. IBP-

Handbook No. 8. “International Biological Programme”, 7 Marylebone Road,

London, NW. 1, 172 h.

Hellawell, J.M. 1989. “Biological indicators of Fresh Water Pollution and

Environemtals Management”. Elsevier Scinece Publishers ( ltd, New York ).

Idrus, Muhammad, Metode metode penelitian sosial, pendekatan kualitatif dan

kuantitatif, UII Press, Yogyakarta, 2007.

Iyengar, NS, dkk “ Manfaat Ukuran dalam Konsumsi Rumahtangga “ dalam

Mubyarto (ed) “ Teori Ekonomi dan Penerapannya di Asia” . PT. Gramedia ,

Jakarta, 1999.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (ed.). Metode

Penelitian Survai. Jakarta, LP3ES. 1989.

Odum, 1975. “Fundamental of Ecology”, Saunder Company, Toronto.

Page 375: PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA (PERSERO) - … · Hidup dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi NTB. 1.2.TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1.Tujuan Tujuan dari pengembangan Kawasan

Daftar Pustaka ……………….. 2

Peavy H. S et al., 1985 “Enviromental Engineering”. Mc Graw-Hill Book

Company New York.

Patrick David, 1994. “Toxic Air Pollution Handbook”. Van Nostrand Reinhold,

New York.

PT Qipra Galang Kualita, World Bank Office Jakarta dan Kementerian

Lingkungan Hidup RI, 2002. “Konsultasi Masyarakat dalam AMDAL”.

Ravera, O., 1978. “Biological Aspects of Freswater Pollution Commission of

European Communities”, Pergamon Press, New York.

Soemarwoto, O. , 1988. “Analisis Dampak Lingkungan”. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Soemartono, O, 1992. “Analisis Dampak Lingkungan”, Gajah Mada University

Press, Yogyakarta.

Soeratmo, F.G., 1989. “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)”,

Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Soeratmo, F.G., 1998. “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan”, Gajah Mada

University Press, Yogyakarta.

Tjasyono, H.K. Bayong., 1986. “Iklim dan Lingkungan”. PT. Cendikia Jaya

Utama, Bandung.

Tjasyono, H.K. Bayong., 1999. “Klimatologi Umum”. ITB, Bandung