psychological well-being pada anggota …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii...

47
PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA KELOMPOK SOSIAL KEAGAMAAN DI KECAMATAN TEMBALANG SKRIPSI disajikan sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi oleh Safira Shofa Suroyya 1511411045 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Upload: truongdieu

Post on 25-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA

KELOMPOK SOSIAL KEAGAMAAN DI

KECAMATAN TEMBALANG

SKRIPSI

disajikan sebagai satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

oleh

Safira Shofa Suroyya

1511411045

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

Page 2: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

ii

ii

Page 3: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

iii

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan

judul “Psychological Well-Being pada Anggota Kelompok Sosial Keagamaan Di

Kecamatan Tembalang” ini benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari

karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Adapun pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini telah dikutip sesuai dengan

kaidah yang berlaku.

Semarang, 26 Juni 2016

Safira Shofa Suroyya

NIM. 1511411045

Page 4: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

iv

iv

MOTTO DAN PERUNTUKAN

Motto

Where there is a will, there is a way.

If there is no struggle, there is no progress.

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka

mengubah keadaan mereka sendiri (QS Ar-Ra’d :11)

Peruntukan Skripsi ini penulis peruntukan kepada

MamaBapak dan Nenek yang selalu

memberikan dukungan bantuan serta doa yang

tidak pernah putus serta adik-adik yang telah

menjadi penghibur dalam pembuatan skripsi ini.

Page 5: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

v

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulispanjatkankehadirat Allah

SWT, atas rahmat dan karunia yang telahdiberikanselamamenjalani proses

pembuatanskripsi yang berjudul “Psychological Well-Being pada Anggota

Kelompok Sosial Keagamaan Di Kecamatan Tembalang” sehingga dapat

terselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar

Sarjana Psikologi di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak, maka pada kesempatan ini ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan beserta jajaran

pimpinan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Sugeng Hariyadi, S. Psi., M. S. Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang serta sebagai penguji kedua yang

telah memberikan masukan dan nilai terhadap skripsi ini.

3. Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si. sebagai penguji utama yang telah

memberikan masukan dan nilai terhadap skripsi ini.

4. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A.. Dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, memberikan segala

kemudahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membagikan ilmunya, terima kasih atas

segala pengajarannya.

Page 6: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

vi

vi

6. Kedua orang tua penulis serta nenek terimakasih atas doa dan dukungan yang

telah diberikan.

7. Adik-adik tersayang, serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa dan

semangatnya.

8. Sahabat-sahabat terbaik Vyta, Hayu, Dipika, Indra dan Senka yang selalu

menjadi penghibur penulis dalam penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman Jurusan Psikologi angkatan 2011 yang membantu memberikan

masukan dan memberikan semangat; Muchlis, Intan, Ayu, Nouval dan lain

lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

10. Subjek Penelitian, terimakasih atas kesediaan waktunya dalam mengisi skala.

11. Semua pihak yang telah membantu sehingga dapat terselesaikannya skripsi

ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Penulis

berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu khususnya

Psikologi. Semoga Allah SWT membalas semua amal baik kepada seluruh pihak

yang telah membatu dan berkontribusi dalam skripsi ini.

Semarang, 25 Juli 2016

Penulis

Page 7: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

vii

vii

ABSTRAK

Suroyya, Safira Shofa. 2016. Psychological Well-Being pada Anggota Kelompok

Sosial Keagamaan Di Kecamatan Tembalang. Skripsi. Jurusan Psikologi, Fakultas

Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama: Luthfi

Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A.

Kata Kunci : Psychological well-being, kelompok sosial keagamaan

Seseorang yang sejahtera juga mampu menguasai kondisi yang terjadi di

sekitarnya, memiliki tujuan dan makna hidup serta terus bertumbuh secara

personal. Contoh dalam kehidupan sehari-hari seseorang yang tidak sejahtera

adalah yang sedang terkena masalah ekonomi akan merasa kurang bahagia dan

kurang puas dalam hidupnya sehingga menimbulkan perasaan tidak bahagia,

merasa tertekan yang berujung pada ketidaksejahteraan.Berdasarkan beberapa

penelitian terdahulu terbukti bahwa religiuistas merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi psychological well-being seseorang. Untuk mencapai

kesejahteraan psikologis seseorang akan mencari berbagai cara untuk memenuhi

kebutuhan religiusitas, salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan sosial adalah

dengan turut serta dalam kegiatan sosial keagamaan. Peneliti tertarik untuk

melihat bagaimana psychological well-beingpada keikutsertaan seseorang dalam

suatu kelompok sosial keagamaan, karena belum tentu seseorang yang turut serta

dalam kelompok sosial keagamaan memiliki psychological well-being yang baik,

sebaliknya tidak selalu seseorang yang memiliki psychological well- being adalah

seseorang yang turut dalam kelompok sosial keagamaan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif

yang melibatkan populasi dalam penelitian ini adalah anggota kelompok sosial

keagamaan di Kecamatan Tembalang. Teknik sampling yang digunakan oleh

peneliti yaitu Simple Random Sampling dengan cara undian dari beberapa

kelompok pengajian. Jumlah subjek yang diteliti 60 orang. Data penelitian ini

diperoleh menggunakan skala psychological well-being yang terdiri dari 42 item.

Yang koefisiennya bergerak dari 0,327 sampai dengan 0,659dengan signifikansi

0,00-0,001 (lebih kecil dari α = 0,05) dan koefisien reliabilitas sebesar 0,912.

Psychological well-being pada anggota kelompok sosial keagamaan di

Kecamatan Tembalang masuk dalam kategori tinggi dengan aspek yang paling

berpengaruh yaitu aspek hubungan positif dengan orang lain. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pada tahap perkembangan dengan usia yang lebih tua atau

matang memliki psychological well-being yang lebih baik. Pada gender

psychological well-being perempuan lebih tinggi dibandingkan laki- laki. Dari ke

semua subyek ini didapatkan hasil bahwa subyek dengan latar belakang

pendidikan S2 memiliki psychological well-being yang lebih tinggi dibanding

dengan yang berlatar belakang SMA dan S1 dan subyek yang berada pada

kelompok PNS memiliki Psychological well-being yang tinggi.

Page 8: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

viii

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .......................................................................................................... i

PERNYATAAN ............................................................................................ ii

PENGESAHAN ............................................................................................ iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

ABSTRAK .................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv

BAB

1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 10

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 10

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 10

2. LANDASAN TEORI............................................................................ 11

2.1 Psychological Well-Being ..................................................................... 11

2.1.1 Pengertian Psychological Well Being ................................................... 12

2.1.2 Dimensi -dimensi Psychological well-being ........................................ 13

Page 9: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

ix

ix

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-Being ................... 16

2.2 Organisasi Sosial Keagamaan ................................................................ .... 19

2.2.1 Pengertian Organisasi ............................................................................. .... 19

2.2.1.1 Ciri- ciri Organisasi ............................................................................. .... 21

2.2.1.2 Pengertian Organisasi ......................................................................... .... 21

2.2.2 Organisasi Sosial .................................................................................... .... 22

2.3 Organisasi sosial keagamaan .................................................................. .... 22

2.4 Keagamaan (Religiusitas) ....................................................................... .... 23

2.4.1 Dimensi Religiusitas .............................................................................. 25

2.5 Kerangka Berpikir .................................................................................. .... 26

3. METODE PENELITIAN ...................................................................... .... 29

3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... .... 29

3.2 Desain Penelitian .................................................................................... .... 29

3.3 Variabel Penelitian.................................................................................. 31

3.3.1 Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................. .... 31

3.3.2 Definisi Operasional Variabel ................................................................ 31

3.4 Populasi dan Sampel ............................................................................... .... 32

3.5 Metode Pengumpulan Data..................................................................... .... 37

3.6 Validitas Reliabilitas ............................................................................... .... 37

3.6.1 Validitas ................................................................................................. .... 37

3.6.2 Reliabilitas ............................................................................................. .... 38

3.7 Analisis Data ........................................................................................... .... 38

4. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. .... 41

Page 10: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

x

x

4.1 Persiapan Penelitian ................................................................................... 41

4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ...................................................................... 41

4.1.2 Penentuan Subyek Penelitian .................................................................... 42

4.1.3 Penyusunan Instrumen .............................................................................. 42

4.2 Pelaksanaan Penelitian.............................................................................. 45

4.2.1 Pengumpulan Data .................................................................................... 45

4.2.2 Pelaksanaan Skoring ................................................................................. 45

4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................... 46

4.3.1 Hasil Uji Validitas .................................................................................... 46

4.3.2 Hasil Uji Reliabilitas.................................................................................. 46

4.4 Gambaran Subyek Penelitian ..................................................................... 47

4.5 Hasil Penelitian .......................................................................................... 49

4.5.2 Gambaran Spesifik Psychological well-being pada Tiap Aspek ............... 52

4.5.2.1 Aspek Hubungan Positif dengan Orang Lain ......................................... 52

4.5.2.2 Aspek Otonomi ........................................................................................ 56

4.5.2.3 Aspek Tujuan Hidup ................................................................................ 59

4.5.2.4 Aspek Pertumbuhan Pribadi ................................................................... 62

4.5.2.5 Aspek Penguasaan Terhadap Lingkungan .............................................. 65

4.5.3 Gambaran Psychological Well-Being Pada Tiap Kelompok Demografis 68

4.5.3.1 Usia ........................................................................................................ 69

4.5.3.2 Gender ..................................................................................................... 69

4.5.3.3 Pekerjaan ................................................................................................ 70

4.5.3.4 Latar Belakang Pendidikan..................................................................... 70

Page 11: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

xi

xi

4.6 Pembahasan ............................................................................................. 71

4.6.1 Usia .......................................................................................................... 76

4.6.2 Gender...................................................................................................... 78

4.6.3 Latar Belakang Pendidikan ...................................................................... 80

4.7 Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 83

5. PENUTUP ................................................................................................. 84

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 84

5.2 Saran .......................................................................................................... 85

5.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya .......................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 86

LAMPIRAN ........................................................................................................ 89

Page 12: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

xii

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kriteria Skor Jawaban ................................................................................... 35

3.2 Blue Print ..................................................................................................... 36

4.1 Gambaran Subyek Berdasarkan Usia ............................................................ 47

4.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ............................ 47

4.3 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Latar Belakang

Pekerjaan ...................................................................................................... 48

4.4 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir .................. 48

4.5 Penggolongan kriteria analisis berdasarkan mean hipotetik ......................... 49

4.6 Statistik Deskriptif Psychological well-being .............................................. 50

4.7 Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being............................................ 51

4.8 Statistik Deskriptif Psychological Well-Being Aspek Hubungan

Positif Dengan Orang Lain .......................................................................... 53

4.9 Distribusi Frekuensi Aspek Hubungan Positif Dengan Orang Lain .......... 54

4.10 Statistik Deskriptif Psychological Well-Being Aspek Otonomi ................. 56

4.11 Distribusi Frekuensi Aspek Otonomi ......................................................... 57

4.12 Statistik Deskriptif Aspek Tujuan Hidup .................................................... 59

4.13 Distribusi Frekuensi Aspek Tujuan Hidup ................................................ 60

4.14 Statistik Deskriptif Aspek Petumbuhan Pribadi ........................................ 62

4.15 Distribusi Frekuensi Aspek Pertumbuhan Pribadi ..................................... 63

4.16 Statistik Deskriptif Aspek Penguasaan Terhadap Lingkungan ................. 65

4.17 Distribusi Frekuensi Aspek Penguasaan Terhadap Lingkungan ............... 66

Page 13: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

xiii

xiii

4.18 Ringkasan Psychological Well-Being Berdasarkan Tiap Aspek ............... 68

4.19 Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being ........................................ 69

Page 14: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

xiv

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Diagram Persentase Psychological Well-Being ......................................... 52

4.2 Diagram Persentase Aspek Hubungan Positif Dengan Orang Lain .......... 55

4.3 Diagram Persentase Aspek Otonomi ......................................................... 58

4.4 Diagram Persentase Aspek Tujuan Hidup ................................................. 61

4.5 Diagram Persentase Aspek Pertumbuhan Pribadi ..................................... 64

4.6 Diagram Persentase Aspek Penguasaan Terhadap Lingkungan ................ 67

4.7 Diagram Ringkasan Psychological Well-Being Berdasarkan Tiap

Aspek ......................................................................................................... 68

4.8 Diagram Batang Presentase Psychological Well-Being Berdasarkan

Usia ............................................................................................................ 70

4.9 Diagram Batang Presentase Psychological Well-Being Berdasarkan

Gender........................................................................................................ 71

4.10Diagram Batang Presentase Psychological Well-Being Berdasarkan

Latar Belakang Pekerjaan......................................................................... 72

4.11 Diagram Batang Presentase Psychological Well-Being Berdasarkan

Latar Belakang Pendidikan ....................................................................... 73

Page 15: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

xv

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Skala Psikologi ............................................................................................. 91

2. Tabulasi ........................................................................................................ 91

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Tabulasi ............................................... 91

4. Deskriptif Statistik ....................................................................................... 91

5. Faktor Demografis ....................................................................................... 91

6. Deskriptif Statistik keseluruhan ................................................................... 91

7. Mean Masing-Masing Faktor Demografis ................................................... 91

Page 16: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap manusia menginginkan hidupnya tidak dalam tekanan serta

merasakan kesejahteraan dalam hidupnya. Kesejahteraan dalam hidup

termasukbahagia. Kebahagiaan memiliki konsep yang luas, seperti emosi positif,

pengalaman menyenangkan, mood yang positif serta memiliki kepuasan hidup

yang tinggi. Jika kebahagiaan di definisikan secara keseluruhan maka

kebahagiaan adalah evaluasi mengenai hidup termasuk semua kriteria yang

berada dalam pemikiran masing-masing individu seperti bagaimana rasanya hidup

yang baik, apakah sejauh ini hidup sudah sesuai dengan ekpektasi dan bagaimana

mencapai hidup yang menyenangkan.

Kesejahteraan psikologis sangat penting dimiliki terutama dalam

menghadapi tugas-tugas perkembangan yang harus dilewati individu, karena

kesejahteraan psikologis tidak hanya berdampak pada kesehatan mental dan

kesehatan fisik. Individu yang merasa sejahtera akan mampu memandang masa

depan dan mampu membentuk kesejahteraan psikologis. Ryff, dan Keyes (1995:

719) telah mengungkapkan bahwa kesejahteraan merupakan tujuan akhir dalam

hidup manusia. Menurut Ryff dalam Ryff dan Keyes(1995: 720) mendefinisikan

psychological well-beingsebagai suatu dorongan untuk menyempurnakan dan

merealisasikan potensi diri yang sesungguhnya.

Page 17: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

2

Kesejahteraan psikologis pada intinya merujuk pada perasaan seseorang

mengenai aktivitas hidup sehari-hari. Perasaan ini berkisar dari kondisi mental

negatif seperti ketidakpuasan hidup, kecemasan hingga kondisi mental positif

seperti realisasi potensi dan aktualisasi diri. Indryawati (2014: 8). Seseorang yang

sejahtera secara psikologis adalah seseorang yang mampu menerima kondisi

dirinya menjalin relasi positif dengan orang lain dan mampu bersikap otonom.

Seseorang yang sejahtera juga mampu menguasai kondisi yang terjadi di

sekitarnya, memiliki tujuan dan makna hidup serta terus bertumbuh secara

personal.

Konsep kesejahteraan psikologis yang dikembangkan oleh Ryff ini bersifat

multidimensional karena mengandung enam dimensi, dimensi yang pertama

adalah penerimaan diri, penerimaan diri merupakan ciri sentral dari konsep

kesehatan mental. Seseorang dikatakan memiliki nilai tinggi dalam dimensi ini

adalah apabila memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri, menghargai dan

menerima berbagai aspek yang ada pada dirinya ( baik dan buruk) dan juga dapat

merasakan hal yang positif dari kehidupannya di masa lalu. Sedangkan orang

yang memiliki nilai rendah dalam dimensi ini merasa kurang puas terhadap

dirinya, dan merasa kecewa dengan kehidupannya di masa lalu.

Dimensi kedua adalah hubungan positif. Individu yang mampu bersikap

hangat dan percaya dalam berhubungan dengan orang lain, memiliki empati yang

tinggi dan keintiman yang kuat serta mampu memahami pemberian dan

penerimaan dalam suatu hubungan mengindikasikan kesejahteraan psikologis

yang tinggi dan merupakan salah satu indikasi kondisi mental yang

Page 18: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

3

sehat.Sedangkan seseorang yang kurang baik dalam dimensi ini ditandai dengan

tingkah laku tertutup dengan orang lain, sulit untuk membina hubungan personal,

sulit untuk bersikap hangat dan peduli dengan orang lain.

Dimensi ketiga adalah otonomi, meliputi kualitas seperti penentuan diri,

kemandirian, pengendalian perilaku dan mampu mengevaluasi diri. Ciri utama

dari seseorang yang memiliki otonomi baik adalah dapat menentukan segala

sesuatu sendiri dan mandiri, mampu mengambil keputusan tanpa bantuan orang

lain, memiliki ketahanan dalam menghadapi tekanan sosial serta dapat

mengevaluasi diri. Sebaliknya seseorang yang kurang memiliki otonom akan

sangat bergantung dengan orang lain, membutuhkan orang lain dalam mengambil

keputusan, dan bersifat konfirmis terhadap tekanan sosial. (dalam Rahayu 2008:

14).

Dimensi keempat adalah penguasaan terhadap lingkungan, beberapa

kualitas yang termasuk dalam dimensi ini meliputi kemampuan individu untuk

memilih, menciptakan lingkungan yang sesuai dengan dirinya, mengontrol

memanipulsai serta kekmpuan untuk mengambil kesempatan di lingkungan.

Sebalinya seseorang yang penguasaan terhadap lingkungannya kurang baik akan

mengalami kesulitan dalam mengatur situasi, tidak mampu mengubah atau

meningkatkan kualitas lingkungan, serta kurang peka terhadap kesemptan yang

ada dilingkungannya.

Dimensi kelima adalah tujuan hidup menurut Ryff orang yang dianggap

baik dalam dimensi ini adalah orang yang memiliki tujuan dan arah hidup,

memiliki arah hidup, merasakan arti masa lalu dan masa kini, serta memiliki

Page 19: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

4

tujuan dan target yang harus dicapai dalam hidup. Sebaliknya seseorang yang

kurang memiliki tujuan hidup akan kehilangan makna hidup, kehilangan arah

dalam hidup, dan tidak dapat merasakan makna hidupnya di masa lalu.

Dimensi keenam adalah pertumbuhan diri, seseorang yang memiliki

pertumbuhan diri yang baik ditandai dengan memandang diri sebagai individu

yang tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap pengalaman baru, menyadari

potensi yang dimiliki, serta berubah menjadi pribadi yang efektif dan memiliki

pengetahuan yang bertambah. Sedangkan pertumbuhan diri yang kurang baik

tidak melihat peningkatan dan pengembangan diri, merasa bosan, dan tidak

mampu dalam mengembangkan sikap dan tingkah laku yang lebih baik (dalam

Rahayu 2008: 17).

Berdasarkan keenam dimensi diatas harapannya seseorang dapat

memenuhi semua dimensi dalam psychological well-being, tetapi kenyatannya

dalam kehidupan sehari-hari, tidak semua orang merasakan kesejahteraan

psikologis dalam hidupnya.Tetapi masalah yang kadang muncul pada seseorang

menyebabkan kebimbangan dan keresahan yang mengakibatkan rasa tidak

sejahtera. Contoh dalam kehidupan sehari-hari seseorang yang sedang terkena

masalah ekonomi akan merasa kurang bahagia dan kurang puas dalam hidupnya

sehingga menimbulkan perasaan tidak bahagia, merasa tertekan yang berujung

pada ketidaksejahteraan.

Sejahtera dan ketidaksejahteraan seseorang dipengaruhi oleh beberapa

faktor, faktor faktor yang mempengaruhi psychological well being antara lain:

latar belakang budaya, kelas sosial tingkat ekonomi dan tingkat pendidikan

Page 20: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

5

kepribadian, pekerjaan, pernikahan, anak anak, kondisi masa lalu seseorang

terutama pola asuh keluarga, kesehatan dan fungsi fisik, serta faktor kepercayaan

dan emosi, jenis kelamin, serta religiusitas dalam Amawidyati dan Utami (2007:

167)

Salah satu faktor yang mempengaruhi psychological well-beingadalah

religiusitas.Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan, hasil penelitian yang

dilakukan Argyle, menyatakan bahwa religiusitas membantu individu

mempertahankan kesehatan mental individu pada saat sulit. Selain itu penelitian

oleh Ellison menyatakan bahwa agama mampu meningkatkan psychological

well-being dalam diri seseorang, dan menunjukkan bahwa individu yang memiliki

kepercayaan terhadap agama yang kuat memiliki kepuasan hidup dan kebahagiaan

yang lebih tinggi, serta mengalami dampak negatif peristiwa traumatis lebih

rendah jika dibandingkan individu yang tidak memiliki kepercayaan agama yang

kuat. Kehidupan religius atau keagamaan dapat membantu manusia dalam

menurunkan kecemasan, kegelisahan, dan ketegangan Najati (2005) dalam

Amawidyati dan Utami (2007: 168).

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu terbukti bahwa religiuistas

merupakan faktor yang dapat mempengaruhi psychological well- being seseorang.

Untuk mencapai kesejahteraan psikologis seseorang akan mencari berbagai cara

untuk memenuhi kebutuhan religiusitas, salah satu cara untuk memenuhi

kebutuhan sosial adalah dengan turut serta dalam kegiatan sosial keagamaan.

Page 21: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

6

Keikutsertaan dalam kelompok sosial keagamaan berkaitan dengan

dimensi religiusitas. Menurut Glock dan Stark dalam Subandi (2013: 88), ada

lima dimensi religiusitas (keagamaan) yaitu dimensi keyakinan, dimensi praktik

agama/peribadatan, dimensi pengalaman, dimensi pengetahuan agama, dimensi

konsekuensi. Pada keikutsertaan dalam kelompok sosial keagamaan,

burhubungan dengan dimensi religiusitas yaitu dimensi praktik agama, mencakup

perilaku pemujaan, pelaksanaan ritual formal keagamaan, ketaatan dan hal yang

dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya.

Selain dimensi praktik , dimensi konsekuensi juga berkaitan pada dimensi

konsekuensi ini mengacu pada identifikasi akibat keyakinan, praktik, pengalaman

dan pengetahuan seseorang. Dengan kata lain, sejauh mana implikasi ajaran

agama mempengaruhi perilaku, bisa berupa kepercayaan akan surga dan neraka

yang merupakan akibat dari keyakinan keagamaan, dan praktik yang sudah

dilaksanakan oleh seseorang.

Beberapa orang berusaha mencapai kebutuhan sosial dengan cara

mengikuti perkumpulan atau dengan berkelompok, kelompok sosial umum

maupun kelompok sosial keagamaan. Selain itusaatini banyak sekali bermunculan

kelompok sosial keagamaan, yang diikuti oleh semua lapisan masyarakat bahkan

publik figur pun terlihat juga beberapa mengikuti sebuah kelompok sosial

keagamaan tertentu. Kelompok sosial keagamaan semakin eksis karena adanya

bantuan dari teknologi yang ada saat ini, penyampaian informasi bisa dilakukan

dengan mudah dan murah, hal ini memudahkan para angggota kelompok untuk

Page 22: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

7

berinteraksi dengan anggota kelompok yang lainnya. Kelompok sosial keagamaan

ada yang besar dan ada juga yang kecil.

Pada penelitian ini kelompok sosial keagamaan yang dijadikan obyek

adalah semua bentuk kelompok sosial keagamaan tidak berpaku pada lembaga

atau organisasi tertentu, tetapi pada kelompok sosial keagamaan yang tersebar

luas khususnya di kecamatan Tembalang. Kelompok sosial keagamaan yang

dijadikan obyek dalam penelitian ini meliputi kelompok pengajian yang memiliki

berbagai kegitan rutin yang dilakukan sebulan 3-4 kali. Bentuk dari kegiatan

dalam kelompok sosial keagamaan ini bermacam-macam, meliputi: kegiatan

yasinan, kegiatan tahlil ,pengajian yang menggunakan ustadz sebagai pembicara

dan juga kelompok sosial keagamaan yang membahas suatu kitab tertentu. Jadi

pada penelitian ini tidak berpaku pada organisasi atau lembaga keagamaan

tertentu.

Aktivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan atau

keaktifan. Aktivitas dalam psikologi adalah sebuah konsep yang mengandung arti

fungsi individu dalam interaksinya dengan sekitarnya. Kegiatan dilihat dari sudut

pandang bahasa Inggris yaitu act yang berarti perbuatan, tindakan, fakta,

kegiatan, yaitu pola tingkah laku yang bertujuan diarahkan pada satu sasaran.

Menurut Ancok dan Suroso dalam Nuandri (2014:63) mendefinisikan religiusitas

sebagai keberagamaan yang berarti meliputi berbagai macam sisi atau dimensi

yang bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah)

tetapi juga ketika melakukan ativitas lain yang didorong oleh kekuatan

supranatural. Jadi, aktivitas keagamaan adalah suatu kegiatan keagamaan yang

Page 23: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

8

menyangkut kepercayaan dalam bentuk ibadah sebagai bukti ketaatan kepada-

Nya. Sehingga beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antar

keduanya.

Pada realitanya aktivitas keagamaan merupakan serangkaian kegiatan

yang dilakukan seseorang dalam bentuk ritual tertentu. Bentuk-bentuk aktivitas

keagamaan ada dua yaitu aktivitas keagamaan yang berupa ritual dan berupa

sosial keagamaan, pada aktivitas ritual ini pada dasarnya lebih didasarkan kepada

seperangkat ritual yang berupa tindakan keagamaan, baik dalam bentuk formal

atau praktek-praktek yang harus dilaksanakan bagi semua penganut agama

tertentu. Sedangkan bentuk yang kedua adalah kegiatan sosial keagamaan yaitu

kegiatan yang bersifat sosial keagamaan yang dilakukan sebagai bagian kegiatan

muamalah yang menyangkut hubungan atau interaksi sosial antara sesama.

Setelah peneliti melakukan observasi, mereka yang berada dalam suatu

kelompok sosial tertentu akan bersama-sama melakukan aktivitas sosial

keagamaan yang tidak terlepas dari interaksi sosial antar mereka. Mereka

memiliki latar belakang yang berbeda seperti budaya, dan status sosial.Perbedaan

budaya antar individu ini mempengaruhi nilai dan norma yang diyikini pada

masing-masing in dividu. Status sosial pada zaman sekarang dapat dipengaruhi

oleh latar belakang pendidikan dan pekerjaan, karena pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi perekonomian dan kekayaan seseorang. Walaupun berbeda latar

belakang status sosial tetapi pada kelompok tersebut mereka bisa bersama-sama

menjalin suatu interaksi sosial yang bernama aktivitas sosial keagamaan.

Page 24: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

9

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa saat ini

keikutsertaan dalam sebuah kelompok sosial keagamaan mulai banyak diikuti

masyarakat pedesaan dan perkotaan. Berdasarkan beberapa tinjauan yang sudah

peneliti tulis diatas, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana psychological well-

beingpada keikutsertaan seseorang dalam suatu kelompok sosial keagamaan selain

itu juga bahwa pada penelitian-penelitian sebelumnya belum ada penelitian yang

melihat bagaimana psychological well-beingpada orang yangikut serta dalam

kelompok sosial, karena belum tentu seseorang yang turut serta dalam kelompok

sosial keagamaan memiliki psychological well-being yang baik, sebaliknya tidak

selalu seseorang yang memiliki psychological well- being adalah seseorang yang

turut dalam kelompok sosial keagamaan.

Sehingga hasil yang diungkap dalam penelitian ini pun akan berbeda

dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Maka peneliti berkeinginan untuk

melakukan penelitian dengan judul “Psychological Well-Being pada Anggota

Kelompok Sosial Keagamaan di Kecamatan Tembalang”.

1.2. Rumusan Masalah

Keikutsertaan dalam sebuah kelompok sosial keagamaan saat ini menjadi

sebuah kebutuhan, kebutuhan secara rohani untuk mencari ketenangan dan

kesejahteran pada setiap diri individu. Sehingga perumusan masalah dalam

penelitian ini dapat dirumuskan dengan pertanyaan “bagaimana psychological

well-being pada anggota kelompok sosial keagamaan di Kecamatan Tembalang”.

Page 25: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

10

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:

Mengetahui bagaimanapsychological well-being pada anggota kelompok sosial

keagamaan di Kecamatan Tembalang, apakah tinggi atau rendah setelah

mengikuti aktivitas sosial keagamaan kira-kira setahun secara rutin.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan

bagi pengembangan kajian mengenai psikologi terkait psychological well-being.

1.4.2. Manfaat Praktis

Secara Praktis, hasil penelitian bagi organisasi sosial, organisasi tersebut

dapat melakukan aktivitas sosial keagamaan yang melibatkan anggotanya agar

berdampak pada peningkatan psychological well-being pada para anggotanya.

Bagi individu, dapat lebih aktif dalam mengikuti aktivitas sosial

keagamaan sehingga psychological well-being nya meningkat.

Page 26: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Psychological Well Being

2.1.1. Pengertian Psychological Well Being

Konseptentang psychological well-being merupakan konsep yang banyak

ditemukan dalam berbagai sumber dan literatur, sehingga konsep tersebut

mempunyai banyak definisi dengan berbagai pengertian.Kesejahteraan psikologis

mengacu pada bagaimana orang menilai hidup mereka.

Pada sisi kognitif adalah penilaian berdasarkan dari kehidupan seseorang

itu dan ketika seseorang memberikan penilaian evaluatif secara sadar tentang

kepuasan seseorang terhadap kehidupannya secara keseluruhan. Pada sisi afektif

adalah evaluasi hedonis oleh emosi dan perasaan yang menyenangkan suasana

hati dan hal yang menyenangkan sebagai reaksi terhadap hidup mereka.Asumsi di

balik ini adalah bahwa kebanyakan orang menilai hidup mereka baik atau buruk,

sehingga mereka dapat memberikan penilaian.

Menurut Huppert dalam (Sari 2015: 3) kesejahteraan Psikologis adalah

tentang bagaimana hidup berjalan dengan baik. Ini adalah kombinasi dari perasaan

yang baik yang berfungsi secara efektif, dari definisi tersebut maka, orang dengan

psychological well-being yang tinggi merasa senang, mampu menjalani hidup

dengan baik, memiliki dukungan dalam hidup , merasa puas dengan

kehidupannya, dan sebagainya.; Ulasan Huppert dalam Sari (2015: 3)

Page 27: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

12

jugamengklaim konsekuensi dari Psychological well-being termasuk kesehatan

mental yang baik meliputi kesehatan fisik yang sangat baik.

Teori tentang psychological well-being dikembangkan oleh

Ryff.mendefinisikanpsychological well-being sebagai suatu dorongan untuk

menyempurnakan dan merealisasikan potensi diri yang sesungguhnya. Dorongan

ini akan dapat menyebabkan seseorang menjadi pasrah terhadap keadaan yang

membuat psychological well-beingnya menjadi rendah atau berusaha untuk

memperbaiki keadaan hidupnya yang akan membuat psychological well-beingnya

meningkat Ryff dan Singer (1996 :16)

Pada intinya, psychological well-being merujuk pada perasaan seseorang

mengenai aktivitas hidup sehari-hari. Perasaan ini dapat berkisar dari kondisi

mental negatif (misalnya ketidakpuasan hidup, kecemasan, dan sebagainya)

sampai ke kondisi mental positif, misalnya realisasi potensi atau aktualisasi diri

Ryff dan Keyes (1995:702).

Individu yang memiliki psychological well-being yang tinggi adalah

individu yang merasa puas dengan hidupnya, kondisi emosional yang positif,

mampu melalui pengalaman-pengalaman buruk yang dapat menghasilkan kondisi

emosional negatif, memiliki hubungan yang positif dengan orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan

psikologis secara umum dapat diartikan sebagai suatu bentuk kepuasan terhadap

aspek-aspek hidup sehingga mendatangkan atau menimbulkan perasaan bahagia

dan perasaan damai pada hidup seseorang, namun standar kepuasan pada setiap

orang berbeda sehingga hal ini bersifat subjektif.

Page 28: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

13

2.1.2Dimensi -dimensi psychological well-being

Ryff dan Keyes (1995:720) menyatakan ada enam dimensi yang

membentuk psychological well-being yakni penerimaan diri (self-acceptance),

hubungan positif dengan orang lain (positif relation with others), otonomi

(autonomy), penguasaan lingkungan (environmental mastery), tujuan hidup

(purpose in life), dan pertumbuhan pribadi (personal growth).Ryff (1989: 1071)

enam dimensi psychological well-being, yakni :

a) Penerimaan diri (self acceptance)

Penerimaan diri yang dimaksud adalah kemampuan seseorang menerima

dirinya secara keseluruhan baik pada masa kini dan masa lalunya.Seseorang

yang menilai positif diri sendiri adalah individu yang memahami dan

menerima berbagai aspek diri termasuk di dalamnya kualitas baik maupun

buruk, dapat mengaktualisasikan diri, berfungsi optimal dan bersikap positif

terhadap kehidupan yang dijalaninya.Sebaliknya, individu yang menilai

negatif diri sendiri menunjukkan adanya ketidakpuasan terhadap kondisi

dirinya, merasa kecewa dengan apa yang telah terjadi pada kehidupan masa

lalu, bermasalah dengan kualitas personalnya dan ingin menjadi orang yang

berbeda dari diri sendiri atau tidak menerima diri apa adanya.

b) Hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others)

Hubungan positif yang dimaksud adalah kemampuan individu menjalin

hubungan yang baik dengan orang lain di sekitarnya. Individu yang tinggi

dalam dimensi ini ditandai dengan mampu membina hubungan yang hangat

dan penuh kepercayaan dari orang lain. Selain itu, individu tersebut juga

Page 29: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

14

memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain, dapat menunjukkan

empati, afeksi, serta memahami prinsip memberi dan menerima dalam

hubungan antarpribadi.Sebaliknya, individu yang rendah dalam dimensi

hubungan positif dengan orang lain, terisolasi dan merasa frustasi dalam

membina hubungan interpersonal, tidak berkeinginan untuk berkompromi

dalam mempertahankan hubungan dengan orang lain.

c) Otonomi (autonomy)

Otonomi digambarkan sebagai kemampuan individu untuk bebas namun tetap

mampu mengatur hidup dan tingkah lakunya. Individu yang memiliki

otonomi yang tinggi ditandai dengan bebas, mampu untuk menentukan nasib

sendiri (self-determination) dan mengatur perilaku diri sendiri, kemampuan

mandiri, tahan terhadap tekanan sosial, mampu mengevaluasi diri sendiri, dan

mampu mengambil keputusan tanpa adanya campur tangan orang lain.

Sebaliknya, individu yang rendah dalam dimensi otonomi akan sangat

memperhatikan dan mempertimbangkan harapan dan evaluasi dari orang lain,

berpegangan pada penilaian orang lain untuk mmembuat keputusan penting,

serta mudah terpengaruh oleh tekanan sosial untuk berpikir dan bertingkah

laku dengan cara-cara tertentu.

d) Tujuan hidup (purpose of life)

Tujuan hidup memiliki pengertian individu memiliki pemahaman yang jelas

akan tujuan dan arah hidupnya, memegang keyakinan bahwa individu mampu

mencapai tujuan dalam hidupnya, dan merasa bahwa pengalaman hidup di

masa lampau dan masa sekarang memiliki makna. Individu yang tinggi dalam

Page 30: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

15

dimensi ini adalah individu yang memiliki tujuan dan arah dalam hidup,

merasakan arti dalam hidup masa kini maupun yang telah dijalaninya,

memiliki keyakinan yang memberikan tujuan hidup serta memiliki tujuan dan

sasaran hidup.Sebaliknya individu yang rendah dalam dimensi tujuan hidup

akan kehilangan makna hidup, arah dan cita-cita yang tidak jelas, tidak

melihat makna yang terkandung untuk hidupnya dari kejadian di masa lalu,

serta tidak mempunyai harapan atau kepercayaan yang memberi arti pada

kehidupan.

e) Pertumbuhan pribadi (personal growth)

Individu yang tinggi dalam dimensi pertumbuhan pribadi ditandai dengan

adanya perasaan mengenai pertumbuhan yang berkesinambungan dalam

dirinya, memandang diri sebagai individu yang selalu tumbuh dan

berkembang, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, memiliki

kemampuan dalam menyadari potensi diri yang dimiliki, dapat merasakan

peningkatan yang terjadi pada diri dan tingkah lakunya setiap waktu serta

dapat berubah menjadi pribadi yang lebih efektif dan memiliki pengetahuan

yang bertambah.Sebaliknya, individu yang memiliki pertumbuhan pribadi

rendah akan merasakan dirinya mengalami stagnasi, tidak melihat

peningkatan dan pengembangan diri, merasa bosan dan kehilangan minat

terhadap kehidupannya, serta merasa tidak mampu dalam mengembangkan

sikap dan tingkah laku yang baik.

f) Penguasaan lingkungan (environmental mastery)

Page 31: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

16

Penguasaan lingkungan digambarkan dengan kemampuan individu untuk

mengatur lingkungannya, memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungan,

menciptakan, dan mengontrol lingkungan sesuai dengan kebutuhan.Individu

yang tinggi dalam dimensi penguasaan lingkungan memiliki keyakinan dan

kompetensi dalam mengatur lingkungan.Ia dapat mengendalikan aktivitas

eksternal yang berada di lingkungannya termasuk mengatur dan

mengendalikan situasi kehidupan sehari-hari, memanfaatkan kesempatan

yang ada di lingkungan, serta mampu memilih dan menciptakan lingkungan

yang sesuai dengan kebutuhan pribadi.Sebaliknya individu yang memiliki

penguasaan lingkungan yang rendah akan mengalami kesulitan dalam

mengatur situasi sehari-hari, merasa tidak mampu untuk mengubah atau

meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya serta tidak mampu

memanfaatkan peluang dan kesempatan diri lingkungan sekitarnya.

2.1.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-Being

Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi psychological well-being:Ryff

dan Singer (1996: 18) faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi psychological

well-being:

a) Status pernikahan

Individu yang telah menikah lebih banyak memiliki emosi positif daripada

individu yang tidak menikah.

b) Latar belakang budaya

Page 32: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

17

Individu yang berasal dari negara timur mempunyai hubungan dengan orang

lain yang lebih tinggi, akan tetapi, mempunyai penerimaan diri, kemandirian,

dan pengembangan pribadi yang rendah daripada individu dari negara barat.

Selain itu individu dari negara timur lebih mementingkan kesejahteraan

psikologis orang lain (misal anaknya) untuk menentukan kesejahteraannya

sendiri.

c) Pengalaman hidup dan interpretasinya

Individu akan mengiterpretasikan pengalaman hidupnya dengan bervariasi.

Interpretasi tersebut berupa membandingkan dirinya dengan orang lain,

mengevaluasi umpan balik yang mereka terima dari orang orang terdekatnya,

mencoba mengerti penyebab pengalaman mereka, dan mengambil makna

yang relatif penting dari beberapa pengalaman hidup yang dialaminya.

Faktor-faktor sosiodemografis yang dapat mempengaruhi psychological

well-being pada diri individu (Ryff dan Singer, 1996:16):

a) Usia

Penelitian yang dilakukan oleh Ryff dan Keyes (1995: 702) ditemukan

adanya perbedaan tingkat psychological well-being pada orang dari berbagai

kelompok usia. Ryff membagi kelompok usia ke dalam tiga bagian yakni

young (25-29 tahun), mildlife (30-64tahun), dan older (> 65 tahun). Pada

individu dewasa akhir (older), memiliki skor tinggi pada dimensi otonomi,

hubungan positif dengan orang lain, penguasaan lingkungan, dan penerimaan

diri sementara pada dimensi pertumbuhan pribadi dan tujuan hidup memiliki

skor rendah. Individu yang berada dalam usia dewasa madya (mildlife)

Page 33: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

18

memiliki skor tinggi dalam dimensi penguasaan lingkungan, otonomi, dan

hubungan positif dengan orang lain sementara pada dimensi pertumbuhan

pribadi, tujuan hidup, dan penerimaan diri mendapat skor rendah. Individu

yang berada dalam usia dewasa awal (young) memiliki skor tinggi dalam

dimensi pertumbuhan pribadi, penerimaan diri, dan tujuan hidup sementara

pada dimensi hubungan positif dengan orang lain, penguasaan lingkungan,

dan otonomi memiliki skor rendah (Ryff dalam Ryan & Deci, 2001:144).

b). Gender

Hasil penelitian Ryff (1989: 1079) menyatakan bahwa dalam dimensi

hubungan dengan orang lain atau interpersonal dan pertumbuhan pribadi,

wanita memiliki nilai signifikan yang lebih tinggi dibanding pria karena

kemampuan wanita dalam berinteraksi dengan lingkungan lebih baik

dibanding pria.

c.) Status Sosial Ekonomi

Ryff mengemukakan bahwa status sosial ekonomi berhubungan dengan

dimensi penerimaan diri, tujuan hidup, penguasaan lingkungan dan

pertumbuhan diri (dalam Ryan & Decci, 2001: 143).Perbedaan status sosial

ekonomi dalam psychological well-being berkaitan erat dengan kesejahteraan

fisik maupun mental seseorang. Individu dari status sosial rendah cenderung

lebih mudah stress dibanding individu yang memiliki status sosial yang

tinggi.

d) Pendidikan

Page 34: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

19

Pendidikan menjadi satu faktor yang dapat mempengaruhi psychological

well-being. Semakin tinggi pendidikan maka individu tersebut akan lebih

mudah mencari solusi atas permasalahan yang dihadapinya dibanding

individu berpendidikan rendah. Faktor pendidikan ini juga berkaitan erat

dengan dimensi tujan hidup individu.

e) Budaya

Ryff dan singer (1996: 18) mengatakan bahwa sistem nilai individualisme

atau kolektivisme memberi dampak terhadap psychological well-being yang

dimiliki suatu masyarakat. Budaya barat memiliki nilai yang tinggi dalam

dimensi penerimaan diri dan otonomi, sedangkan budaya timur yang

menjunjung tinggi nilai kolektivisme memiliki nilai yang tinggi pada dimensi

hubungan positif dengan orang lain.

2.2. OrganisasiSosial Keagamaan

2.2.1 Pengertian Organisasi

Organisasi berasal dari kata Organon dalam bahasa Yunani yang berarti

alat, sedangkan dalam KBBI diterangkan bahwa organisasi adalah kelompok

kerjasama antara orang-orang untuk mencapai tujuan bersama.Beberapa definisi

tentang organisasi, Menurut Pabundu dalam Alindra (2015:11 ) organisasi adalah

suatu kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan

dari sebuah organisasi sangat mempengaruhi kinerja dari organisasi itu sendiri

maupun untuk mencari massa atau anggota baru dalam pengembangan sebuah

organisasi.

Page 35: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

20

James D. Mooney dalam Wilis dalam Widyatmoko (2014: 13)

mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia

untuk mencapai tujuan bersama.Teori serupa juga dikemukakan oleh Robbins

(1994: 4) yang menyatakan organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang

dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat

diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai

suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

Menurut Siswanto dalam Widyatmoko (2014: 13) organisasi dapat

didefinisikan sebagai sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerja

sama untuk merealisasikan tujuan bersama”.Selain itu Robbins dalam Liliweri

dalam Solichah (2012:10) mengatakan, organisasi adalah sebuah bentuk

kerjasama yang sistematik antara sejumlah orang untuk memenuhi tujuan yang

telah ditetapkan. Disebut kerjasama karena di dalamnya terbentuk jalinan,

hubungan, relasi, dan komunikasi antar sejumlah orang yang mempunyai tugas

dan fungsi yang sama atau yang berbeda -beda lalu membentuk sebuah sistem

untuk memenuhi tujuan yang telah disepakati bersama.Oganisasi adalah sebuah

unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar, terdiri atas dua orang atau lebih dan

yang relatif terus-menerus guna mencapai satu atau serangkaian tujuan bersama.

Berdasarkan beberapa pengertian organisasi diatas maka dapat

disimpulkan bahwa organisasi adalah kumpulan satu orang atau lebih yang diatur

dengan baik yang saling berinteraksi dan bekerja sama dalam rangka mencapai

tujuan organisasi. Organisasi sengaja didirikan untuk jangka waktu tertentu dan

terkordinasi dengan baik pola kerja yang terstruktur dengan tujuan bersama.

Page 36: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

21

2.2.1.1 Ciri-ciri Organisasi

Dalam membentuk atau menentukan sebuah organisasi harus diperhatikan

ciri-ciri yang ada. Ciri-ciri organisasi merupakan beberapa hal yang harus

ada.Ciri-ciri organisasi menurut Siwanto dalam Widyatmoko (2014: 14) yaitu:

1. Suatu organisasi adalah adanya sekelompok orang yang menggabungkan diri dengan

suatu ikatan norma, peraturan, ketentuan dan kebijakan yang telah dirumuskan dan

masing-masing pihak siap untuk mejalankannya dengan penuh tanggung jawab.

2. Suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang tersebut saling mengadakan

hubungan timbal balik, saling memberi dan menerima dan juga saling bekerjasama

untuk melahirkan dan merealisasikan maksud (purpose), sasaran (objective) dan

tujuan (goal).

3. Suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang saling berinteraksi dan

bekerjasama tersebut diarahkan pada suatu titik tertentu., yaitu tujuan bersama dan

ingin direalisasikan.

2.2.1.2 Tujuandan Fungsi Organisasi

Tujuan dari organisasi secara umum adalah merealisasikan keinginan dan

cita cita bersama anggota organisasi, serta hasil akhir yang diinginkan di

kemudian hari. Fungsi dari organisasi secara umum memberikan arahan dan

pemusatan kegiatan organisasi, mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan

tidak dilakukan oleh organisasi, dapat meningkatkan kemampuan anggota

organsasi dalam mendapatkan sumber daya dan dukungan dari lingkungan

masyarakat, dapat memberikan pengetahuan yang baru kepada anggotanya.

2.2.2 Organisasi Sosial

Page 37: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

22

Organisasi merupakan proses interaksi dan kerjasama yang perlahan-lahan

terus berkembang sehingga terbentuklah wadah yang menjadi tempat manusia

berkumpul. Sedangkan definisi organisasi menurut Liliweri dalam Solichah

(2012: 10) adalah sebagai sebuah sistem sosial yang dibentuk untuk mencapai

tujuan tujuan tertentu.Organisasi merupakan kelompok yang mempunyai

diferensiasi peranan, atau kelompok yang sepakat untuk memenuhi seperangkat

norma-norma.

Organisasi sosial ada yang bersifat umum dan bersifat keagamaan.

Organisasi yang bersifat umum bergerak di bidang umum, sedangkan yang

keagamaan adalah organisasi sosial yang terbentuk berbasis keagamaan. Berikut

akan dijelaskan tentang organisasi sosial keagamaan.

2.3. Organisasi Sosial Keagamaan

Organisasi sosial keagamaan adalah kumpulan orang orang yg mempunyai

tujuan yg sama dalam bidang keagamaan (organisasi sosial yang berkecimpung

dibidang agama). Organisasi ini sama dengan organisasi sosial lainnya cuma saja

organisasi ini lebih bersifat keagamaan, Contoh organisasi seperti ini misalnya

Majelis Ta'lim, Remaja Masjid, dan lainnya.

Organisasi sosial keagamaan ini terdapat aktivitas yang rutin dilakukan,

Aktivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan atau keaktifan.

Aktivitas dalam psikologi adalah sebuah konsep yang mengandung arti fungsi

individu dalam interaksinya dengan sekitarnya.Aktivitas yang terjadi pada

organisasi sosial keagamaan ini disebutaktivitas keagamaan yaitu suatu kegiatan

Page 38: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

23

keagamaan yang menyangkut kepercayaan dalam bentuk ibadah sebagai bukti

ketaatan kepada-Nya.

Contoh aktivitas dalam organisasi sosial keagamaan bermacam-macam,

Kegiatan keagamaan yang diselenggarakan ada dua macam yaitu yang sifatnya

rutin maupun temporer. Kegiatan rutin yang dilakukan seperti jamaah sholat

fardhu, kultum, kajian yang diselenggarakan sehabis jamaah sholat Dhuhur, dan

pengajian bulanan.Sedangkan kegiatan temporer adalah seperti kunjungan dan

muhasabah ke berbagai pondok pesantren, peringatan hari besar Islam

dankegiatan yang dilakukan pada saat bulan Ramadhan, selainkegiatan yang

sifatnya ritual juga diselenggarakan kegiatan yang sifatnya sosial yangditujukan

pada masyarakat sekitar, sepertisantunan pada fakir miskin,dan anak yatim.

2.4. Keagamaan (Religiusitas)

Keagamaan atau religiusitas adalah religi berasal dari bahasa latin

“ereligio” yang akar katanya adalah religare yang berarti mengikat. Maksudnya

adalah bahwa di dalam religi (agama) pada umumnya terdapat aturan-aturan dan

kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan, yang semuanya itu berfungsi

untuk mengikat mengutuhkan diri seseorang atau sekelompok orang dalam

hubungannya terhadap tuhan, sesama manusia serta alam sekitarnya.

Setiawan dalam Himmah (2015: 18) mengatakan bahwa agama adalah

seperangkat aturan hidup manusisa dalam hubungannya dengan tuhan dan

sesamanya, Sehingga dalam hal ini agama juga disebut sebagai pedoman hidup

manusisa, pdeoman bagaimana individu harus berpikir, bertingkah laku, dan

bertindak untuk terciptanya suatu hubungan yang baik antar manusia dan

Page 39: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

24

hubungan erat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Shihab dalam Himmah (2015: 18)

mengartikan agama sebagai hubungan antara makhluk dengan Tuhan yang

berwujud ibadah ddan dilakukan dalam sikap keseharian.

Nashori dalam Himmah (2015: 18) mengggambarkan individu yang

religius akan selalu mencoba patuh terhadap ajaran agama dan selalu mencoba

patuh terhadap ajaran-ajaran agamanya, selalu berusaha mempelajari pengetahuan

agama, menjalankan ritual agama, dan meyakini doktrin dalam agamanya.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa agama

merupakan sistem kepercayaan yang muncul dari kesadaran akan ketergantungan

manusia kepada Tuhan dan dihayati melalui ritual ibadah yang dilakukan sehari-

hari, yang selanjutnya religiusitas dihayati oleh masing-masing individu dan

ditunjukkan dengan perilaku taat pada perintah agama.

2.4.1. Dimensi Religiusitas

Glock dan Stark dalam Subandi(2013:88) , ada lima aspek atau dimensi

religiusitas yaitu:

a. Religius Belief adalah tingkatan sejauh mana seseorang meneirima hal-hal yang

dofmatik dalam agamnya. Misalnya dalam islam dimensi keyakinan ini

tercakup dalam rukun iman.

b. Religius Practice yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan

kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Dalam islam rukun islam.

c. Religius Feeling yaitu perasaan atau pengalaman yang pernah dirasakan .

d. Religius Knowledge yaitu seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran

agamanya, atau sering disebut dimensi ilmu.

Page 40: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

25

e. Religius Effect yatu mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh

ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial, misalnya menjenguk tetangga bila

ada yang sakit.

Kegiatan agama seperti contoh diatas masuk dalam konsep Religiusitas

Glock dan Stark pada konsep religius practice yaitu tingkatan sejauh mana

seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Seperti

contoh kegiatan diatas adanya kegiatan secara rutin dan temporer tersebut

merupakan suatu bentuk ritual keagamaan yang dilakukan secara berkala

tergantung waktu nya.

Dalam beberapa penelitian religiusitas dan kesejahteraan psikologis,

menunjukkan bahwa individu yang tingkat religiustasnya timggi mempunyai

sikap yang lebih baik, lebih merasa puas dalam hidup dan sedikit yang mengalami

rasa kesepian. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Coke, Walls dan

Zarit dalam Himmah (2015: 16) menunujukkan bahwa individu yang merasa

mendapatkan dukungan dari sosial terutama dari sisi keagamaan cenderung

mempunyai tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi.

2.6. Kerangka Berpikir

Individu mempunyai kecenderungan untuk berinteraksi dengan orang lain,

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut

hubungan antar orang perorangan antar kelompok maupun antara perorangan

dengan kelompok. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai, seperti

berbicara saling menyapa dan sebagainya. Aktivitas semacam itu merupakan

bentuk interaksi sosial. Interaksi yang terjadi pada kelompok dapat bertujuan

Page 41: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

26

untuk bermacam-macam kepentingan misalnya untuk kepentingan dalam kegiatan

sosial. Kegiatan sosial ada banyak macamnya salah satunya kegiatan sosial yang

berbasis keagamaan. Kegiatan sosial berbasis keagamaan ini mempunyai rutinitas

seperti ritual dan anjuran yang harus dilakukan, ritual seperti santunan kepada

yang membutuhkan, atau pengajian rutin setiap bulan. Kegiatan keagamaan

tersebut sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian yang baik.

Kepribadian tersebut mencakup kesejahteraan individu, atau kesejahteraan secara

psikologis. Dalam kegiatan keagamaan tersebut pasti terjadi dukungan sosial,

serta hubungan sosial yang juga mempengaruhi kesejahteraan psikologis.

Dalam beberapa penelitian dukungan dan hubungan sosial yang baik dapat

mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Dukungan sosial dapat

membantu perkembangan individu yang lebih positif ataupun memberi dukungan

pada individu dalam menghadapai masalah dalam hidup. Turnerdalam Himmah

(2015: 17) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan hal utama yang paling

berdampak positif terhadap individu yang mengalami stres. Ryff dalam Himmah

(2015: 17) mengatakan bahwa pada enam dimensi kesejahteraan psikologis,

wanita memilih skor yang lebih tinggi pada dimensi hubungan positif dengan

orang lain dibanding dengan pria. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial

merupakan salah satu faktor yang penting terhadap kesejahteraan psikologis

wanita. Pada individu dewasa, semakin tinggi tingkat interaksi sosialnya maka

semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan psikologisnya. Sebaliknya, menurut

Krammer dalam Himmah (2015: 17) individu yang tidak memiliki teman dekat

cenderung mempunyai kesejahteraan psikologis yang rendah.

Page 42: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

27

Selain itu dengan mengikuti kegiatan dalam organisasi sosial keagamaan

seseorang akan merasa lebih tenang hatinya, terbukti dari beberapa penelitian,

yang menunjukkan bahwa individu yang tingkat religiusitasnya tinggi mempunyai

sikap yang lebih baik, lebih merasa puas dalam hidup dan sedikit yang mengalami

rasa kesepian. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Coke, Walls dan

Zarit dalam Himmah (2015: 16) menunujukkan bahwa individu yang merasa

mendapatkan dukungan dari sosial terutama dari sisi keagamaan cenderung

mempunyai tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi.

Disamping itu kegiatan keagamaan juga merupakan kegiatan yang

bermakna bagi individu. Kegiatan keagamaan yang rutin dan terus menerus

dilakukan diyakini akan mendapat balasan berupa surga dan pahala. Maka hal itu

yang mendorong seorang individu terus dan taat terhadap ajaran agamanya.

Seperti menurut Nashori dalam Himmah (2015: 18) bahwa individu yang religius

akan selalu mencoba patuh terhadap ajaran agama dan selalu mencoba patuh

terhadap ajaran-ajaran agamanya, selalu berusaha mempelajari pengetahuan

agama, menjalankan ritual agama, dan meyakini doktrin dalam agamanya.

Maka dari penjelasan diatas, keikutsertaan seseorang dalam organisasi

atau kelompok sosial keagamaan akan berhubungan dengan kesejahteraan

psikologisnya, karena dalam kegiatan keagamaan terdapat dukungan sosial,

hubungan yang baik serta karena religiusitas ini dinilai bermakna dan memiliki

nilai yang besar bagi kesejahteraan psikologis seseorang.

Page 43: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

83

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa

psychological well-being pada anggota kelompok sosial keagamaan di Kecamatan

Tembalang memiliki tingkat psychological well-being yang tinggi. Aspek yang

mendapatkan skor tinggi adalah aspek hubungan positif dengan orang lain. Hasil

penelitian ini menunujukkan bahwa pada tahap perkembangan dengan usia yang

lebih tua atau matang memliki psychological well-being yang lebih baik, selain itu

subyek dalam penelitian ini, merupakan subyek yang aktif mengikuti aktivitas

sosial keagamaan dimana dalam aktivitas tersebut terdapat ritual keagamaan yang

mendorong subyek tersebut untuk menjadi semakin baik sesuai dengan ajaran

agamanya. Pada penelitian ini psychological well-being perempuan lebih tinggi

dibandingkan laki- laki. Hal ini terlihat pada hasil skor perempuan yang memiliki

skor psychological well-beingsecara umum lebih tinggi, terlihat pada aspek

relation with other dan pada aspek personal growth. Dari ke semua subyek ini

didapatkan hasil bahwa subyek dengan latar belakang pendidikan S2 memiliki

psychological well-being yang lebih tinggi dibanding dengan yang berlatar

belakang SMA dan S1. Subyek yang berada pada kelompok PNS memiliki

Psychological well-being yang tinggimereka yang bekerja menjadi PNS berstatus

sosial ekonomi tinggi, pendapatan mereka pun biasanya sudah dikatakan cukup

hal ini yang mengakibatkan mereka cenderung tidak mudah mengalami stress.

Page 44: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

84

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti

mengajukan saran sebagai berikut:

5.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya agar lebih mengembangkan variabel-variabel lain

yang bisa di kaitkan dengan variabel dalam penelitian ini sehingga dapat

menambah wawasan bagi orang lain dan dapat mengembangkan ilmu di bidang

psikologi sosial yang berkaitan dengan psychological well-being. Apabila ingin

meneliti hal yang serupa dengan penelitian ini diharapkan untuk melakukan pada

subyek yang usianya sudah matang dan juga yang mengikuti aktivitas

sosialkeagamaan selama dua tahun atau lebih agar lebih mengerti bagaimana

psychological well-being nya.

Page 45: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

85

DAFTAR PUSTAKA

Alindra, A. I. (2015). Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja

Karyawan Depok Sport Center. Skripsi.

Amawidyati, S. A., & Utami, M. S. (2007). Religiusitas dan Psychological Well-

Being Pada Korban Gempa. Jurnal Psikologi Volume 34 No 2 , 164-176.

Arikunto, S. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.Rineka Ciota.

_________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Azwar, S. (2005). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

_______. (2008). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

_______. (2011). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_______. (2013). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Borgonovi, F. (2008). Doing Well by Doing Good. The Relationship Between

Formal Volunteering and Self Reported Health and Happines. Social Science & Medicine 66 , 2321-2334.

Darokah, M., & Diponegoro, A. M. (2005). Peran Akhlak Terhadap Kebahagiaan

Remaja Islam. Indonesian Psychological Journal Vol.2 No.1 , 15-27.

Himmah, F. (2015). Hubungan Religiusitas dengan Kesejahteraan Psikologis .

Skripsi.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Ruang Kehidupan . Jakarta: Erlangga.

Hutapea, B. (2011). Emotional Intelegence dan Psychological Well-Being pada

Manusia Lnjut Usia Anggota Organisasi Berbasis Keagamaan di Jakarta.

Skripsi.

Page 46: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

86

_________. (2011). Terpenjara dan Bahagia? Psychological Well-Being pada

Narapidana ditinjau dari Karakteristik Kepribadian . Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil Vol.4 .

Indriyawati, R. (2014). Kesejahteraan Psikologis Guru yang Mendapatkan

Sertifikasi . Jurnal Psikologi Vol.7 No. 2, 8.

Indriyawati, R. (2014). Kesejahteraan Psikologis Guru yang Mendapatkan

Sertifikasi . Jurnal Psikolog Volume 7 No. 2 .

Indriyawatii, R. (2014). Kesejahteraan Psikologis Guru yang Mendapatkan

Sertifikasi. Jurnal Psikologi Vol. 7 No.2, 8.

Mathar, J. (2008). Perbandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul

Ulama Ranting Sawangan Baru . Skripsi .

Narbuko, C., & Achmadi, H. A. (1997). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi

Aksara.

Nuandri, V. T. (2014). Hubungan Antara Sikap terhadap Religiusitas dengan

Sikap terhadap Kecenderungan Perilaku Seks Pranikah pada Remaja Akhir

yang sedang Berpacaran di Universias Airlangga Surabaya. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial.

Papalia, D. E. (1998). Human Development . America: The Mc Graw Hill

Companies, Inc.

Putri, F. O. (2012). Hubungan antara Gratitude dan Psychological Well-Being

pada Mahasiswa. Skripsi.

Rahayu, M. A. (2008). Psychological Well- Being pada Wanita Dewasa Muda

yang menjadi Istri Kedua dalam Pernikahan Poligami. Skripsi .

Rajawane, I. (2011). Hubungan Religiusits dengan Kesejahteraan Psikologis pada

Lanjut Usia . Skripsi.

Robbins, S. P. (1994). Perilaku Organisasi Struktur Desain dan Aplikasi. Jakarta:

PT. Prenhallindo.

Robbins, S. P. (1994). Perilaku Organisasi Struktur Desain dan Aplikasi . Jakarta:

PT. Prenhallindo .

Page 47: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ANGGOTA …lib.unnes.ac.id/28282/1/1511411045.pdf · iii iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

87

Ryff, C. D. (1989). Happines is Everything or Is It? Explorations on The Meaning

of Psychological Well-Being. Journal Personality and Social Psychology,

1068-1081.

Ryff, C. D., & Keyes, C. L. (1995). The Structure of Psychological Well-Being

Revisited . Journal of Personality and Social Psychology, 719-725.

Ryff, C. D., & Singer, B. (1996). Psychological Well-Being: Meaning,

Measurement and Implication for Psychoteraphy Research. Psychoter Psychosom , 14-23.

Sari, N. A. (2015). Psychological Well- Being pada Kepala Keluarga yang

Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja oleh Perusahaan Batu Bara di

Desa Bukit Priaman. Ejournal Psikologi , 1-12.

Solichah, M. (2012). Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kinerja Pegawai .

Skripsi.

Subandi, M. (2013). Psikologi Agama dan Kesehatan Mental. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suryabrata, S. (2006). Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Utami, M. S. (2012). Religiusitas, Koping Religius dan Kesejahteraan Subyektif.

Jurnal Psikologi Vol 39 No 1 Juni 2012, 46-66.

Widyatmoko, Y. (2014). Pengaruh Keaktifan Mahasiswa dalam Organisasi dan

Prestasi Belajar Terhadap Kesiapan Kerja Mahasiswa Jurusan Pendidikan

Ekonomi Universtas Negeri Yogyakarta. Skripsi.