psoriasis
DESCRIPTION
1TRANSCRIPT
PSORIASIS
PENDAHULUAN
Psoriasis merupakan sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalamiproses pergantian kulit yang terlalu cepat. Kemunculan penyakit ini terkadang untuk jangka waktu lama atau timbul/hilang. Berbeda dengan pergantian kulit pada manusia normal yang biasanya berlangsung selama tiga sampai empat minggu, proses pergantian kulit pada penderita psoriasis berlangsung secara cepat yaitu sekitar 2–4 hari, (bahkan bisa terjadi lebih cepat) pergantian sel kulit yangbanyak dan menebal. Psoriasis dapat dijumpai di seluruh belahan dunia dengan angka kesakitan (insidens rate)yang berbeda. Segi umur, Psoriasis dapat mengenai semua usia, namun biasanya lebih kerap dijumpai pada dewasa.
Micco Joshua Apriano A3
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510.
(021) 5634-2061
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
Diagnosis psoriasis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinik serta
pemeriksaan penunjang untuk membedakan apakah yang diderita merupakan penyakit yang
disebabkan oleh jamur, virus atau idiopatik.
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan adanya keluhan yang merupakan gejala
utama yaitu :
Bercak merah bersisik tebal seperti mika pada dada, perut, punggung,
pinggang, kedua tungkai atas dan bawah yang terasa gatal sejak 4 minggu
yang lalu
Kenjing manis sejak 6 bulan yang lalu
Gizi kurang
Konjungtiva anemis +/+, lain-lain dalam batasan normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Setelah inspeksi selesai, dapat dilakukan palpasi. Pada pemeriksaan ini diperhatikan
adanya tanda-tanda radang akut atau tidak, misalnya dolor, kalor, fungsiolesa, ada tidaknya
indurasi, fluktuasi, dan pembesaran regional maupun generalisata. Setelah pemeriksaan
dermatologic (inspeksidan palpasi) dan pemeriksaan umum selesai dapat dibuat diagnosis
sementara dan diagnosis banding. Bila diperlukan dapat dikonsulkan ke bagian lain dan juga
dapat dilakukan pemeriksaan pembantu misalnya :
Pemeriksaan Bakteriologik (dapat dilakukan kultur biakan dan pewarnaan Gram,
untuk mengetahui penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri atau virus, sehingga
dalam pemeberian terapi dapat diberikan penanganan yang baik untuk pemberian
antimikroba atau antivirus)
Pemeriksaan mikologi (dapat dari kerokan kulit, bila ditemukan morfologi jamur
seperti spora dan hifa, maka dapat dipastikan itu adalah penyakit yang disebabkan
oleh jamur, serta harus diberikan terapi anti jamur, namun pada beberapa kasus jamur
merupakan infeksi sekunder dalam perjalanan sebuah penyakit, jadi harus dicari
penyebab utamanya.)
Histopatologi (perjalanan penyakit tidak semua dapat dilihat dengan kasat mata,
pemeriksaan histopatologi dapat membantu menegakkan diagnosis)
Darah dan Urin (tetapi biasanya tidak ada kelainan spesifik pada penyakit psoriasis)
Dan imunologik (antara lain serologic, tes tempel, imunoflouresensi)
DIAGNOSIS
Diagnosis Psoriasis dilakukan melalui:
Pemeriksaan Kulit
Dari autoanamnesis pasien Psoriasis mengeluh adanya bercak kemerahan yang
menonjol pada kulit dengan pinggiran merah, seperti mika, dengan ukuran yang bervariasi,
makin melebar, bisa pecah dan menimbulkan nyeri, kadang-kadang gatal.Kelainan kulit pada
psoriasis terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama di
atasnya.Bisa ditemukan eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium
penyembuhannya sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pingir.
Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika (mica-like scale), serta
transparan.Besar kelainan bervariasi dari milier, lentikular, numular, sampai plakat, dan
berkonfluensi, dengan gambaran yang beraneka ragam, dapat arsinar, sirsinar, polisiklis atau
geografis.Tempat predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor terutama (siku, lutut,
lumbosakral), daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp, perbatasan skalp dengan
muka, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan bawah, umbilikus, serta kuku.
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik).
Fenomena tetesan lilin dan Auspitz merupakan gambaran khas pada lesi psoriasis dan
merupakan nilai diagnostik, kecuali pada psoriasis inverse (psoriasis pustular) dan digunakan
untuk membandingkan psoriasis dengan penyakit kulit yang mempunyai morfologi yang
sama, sedangkan Kobner tidak khas, karena didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken
planus, liken nitidus, veruka plana juvenilis, pitiriasis rubra pilaris, dan penyakit Darier.
Fenomena Kobner didapatkan insiden yang bervariasi antara 38-76 % pada pasien psoriasis.
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada
goresan, seperti lilin yang digores disebabkan oleh berubahnya indeks bias.Cara menggores
dapat menggunakan pingir gelas alas.
Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebakan
oleh papilomatosis. Cara megerjakannya : skuama yang berlapis-lapis itu dikerok, bisa
dengan pinggir gelas alas. Setelah skuamanya habis, maka pengerokan harus dilakukan
perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan yang berbintik-bintik
melainkan perdarahan yang merata.
Fenomena Kobner dapat terjadi 7-14 hari setelah trauma pada kulit penderita
psoriasis, misalnya garukan dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan
psoriasis.
Dua puluh lima sampai lima puluh persen penderita psoriasis yang lama juga dapat
menyebabkan kelainan pada kuku, dimana perubahan yang dijumpai berupa pitting nail atau
nail pit pada lempeng kuku berupa lekukan-lekukan miliar. Perubahan pada kuku terdiri dari
onikolosis (terlepasnya seluruh atau sebagian kuku dari matriksnya), hiperkeratosis
subungual (bagian distalnya terangkat karena terdapat lapisan tanduk di bawahnya), oil spots
subungual, dan koilonikia( spooning of nail plate).
Disamping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula
menyebabkan kelainan pada sendi, tetapi jarang terjadi.Antara 10-30 % pasien psoriasis
berhubungan dengan atritis disebut Psoriasis Artritis yang menyebabkan radang pada sendi.
Umumnya bersifat poliartikular, tempat predileksinya pada sendi interfalangs distal,
terbanyak terdapat pada usia 30-50 tahun. Sendi membesar, kemudian terjadi ankilosis dan
lesi kistik subkorteks.2
LABORATORIUM
Tidak ada kelainan laboratorium yang spesifik pada penderita psoriasis tanpa
terkecuali pada psoriasis pustular general serta eritroderma psoriasis dan pada plak serta
psoriasis gutata.Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan bertujuan menganalisis penyebab
psoriasis, seperti pemeriksaan darah rutin, kimia darah, gula darah, kolesterol, dan asam urat.
Bila penyakit tersebar luas, pada 50 % pasien dijumpai peningkatan asam urat, dimana hal ini
berhubungan dengan luasnya lesi dan aktifnya penyakit.Hal ini meningkatkan resiko
terjadinya Artritis Gout.Laju endapan eritrosit dapat meningkat terutama terjadi pada fase
aktif.Dapat juga ditemukan peningkatan metabolit asam nukleat pada ekskresi urin.
Pada psoriasis berat, psoriasis pustular general dan eritroderma keseimbangan nitrogen
terganggu terutama penurunan serum albumin. Protein C reaktif, 2 makroglobulin, level IgA
serum dan kompleks imun IgA meningkat, dimana sampai saat ini peranan pada psoriasis
tidak diketahui.2
DIAGNOSIS BANDING
a. Dermatofitosis (Tinea dan Onikomikosis)
Pada stadium penyembuhan psoriasis telah dijelaskan bahwa eritema dapat terjadi
hanya di pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis.Perbedaannya adalah skuama
umumnya pada perifer lesi dengan gambaran khas adanya central healing, keluhan
pada dermatofitosis gatal sekali dan pada sediaan langsung ditemukan jamur.
b. Sifilis Psoriasiformis
Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriasiformis.
Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat tembaga dan sering disertai demam
pada malam hari (dolores nocturnal), STS positif (tes serologik untuk sifilis), terdapat
senggama tersangka (coitus suspectus), dan pembesaran kelenjar getah bening
menyeluruh serta alopesia areata.
c. Dermatitis Seboroik
Predileksi Dermatitis Seboroik pada alis, lipatan nasolabial, telinga sternum dan
fleksura. Sedangkan Psoriasis pada permukaan ekstensor terutama lutut dan siku serta
kepala.Skuama pada psoriasis kering, putih, mengkilap, sedangkan pada Dermatitis
Seboroik skuama berminyak, tidak bercahaya.Psoriasis tidak lazim pada wajah dan
jika skuama diangkat tampak basah bintik perdarahan dari kapiler (Auspitz sign),
dimana tanda ini tidak ditemukan pada dermatitis seboroik.
c. Pitiriasis Rosea
Pada pitiriasis Rosea, lokasi erupsi pada lengan atas, badan dan paha, bentuk oval,
distribusi memanjang mengikuti garis tubuh (pohon cemara), skuama sedikit tidak
berlapis-lapis dan didahului oleh herald patch.
d. Mikosis Fungoides
Pada Mikosis Fungoides gambaran plak identik dengan psoriasis dan hanya bisa
dibedakan dengan biopsi.Plak pada miksosis fungoides pada umumnya asimetris dan
tebalnya bervariasi dengan sedikit atau tidak ada skuama.
e. Dermatitis Atopi
Distribusi biasanya tidak ada pada permukaan ekstensor siku dan lutut, biasanya
disertai eksudasi dengan skuama keabu-abuan disertai gatal berat.1,2,5
ETIOLOGI
Penyebab psoriasis hingga saat ini tidak diketahui, terdapat predisposisi genetik tetapi
secara pasti cara diturunkan tidak diketahui. Psoriasis tampaknya merupakan suatu penyakit
keturunan dan tampaknya juga berhubungan dengan kekebalan dan respon
peradangan.Diketahui faktor utama yang menunjang penyebab psoriasis adalah hiperplasia
sel epidermis.Penyelidikan sel kinetik menunjukkan bahwa pada psoriasis terjadi percepatan
proliferasi sel-sel epidermis serta siklus sel germinatum lebih cepat dibandingkan sel-sel pada
kulit normal. Pergantian epidermis hanya terjadi dalam 3-4 hari sedangkan turn over time
epidermis normalnya adalah 28-56 hari.
Faktor genetik sangat berperan, dimana bila orang tuanya tidak menderita psoriasis,
resiko untuk mendapat psoriasis 12 %, sedangkan jika salah seorang orang tuanya menderita
psoriasis resikonya mencapai 34-39 %. Hal lain yang menyokong adanya faktor genetik ialah
bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe :
Psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat familial dan berhubungan dengan HLA-B13, B17,
Bw57, dan Cw6 sedangkan psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial dan
berhubungan dengan HLA-B27 dan Cw2 dan Psoriasis Pustulosa berkorelasi dengan HLA-
B27. Psoriasis merupakan kelainan multifaktorial dimana faktor genetik dan lingkungan
memegang peranan penting.
Ada beberapa faktor – faktor yang dapat mencetuskan psoriasis, yaitu:
Trauma: Dilaporkan bahwa berbagai tipe trauma kulit dapat menimbulkan psoriasis.
Infeksi: Sekitar 54 % anak-anak dilaporkan terjadi eksaserbasi psoriasis dalam 2-3
minggu setelah infeksi saluran pernapasan atas. Infeksi fokal yang mempunyai
hubungan erat dengan salah satu bentuk psoriasis ialah Psoriasis Gutata, sedangkan
hubungannya dengan Psoriasis Vulgaris tidak jelas dan pernah di laporkan kasus-
kasus Psoriasis Gutata yang sembuh setelah diadakan tonsilektomi. Streptococcus
pyogenes telah diisolasi sebanyak 26 % pada Psoriasis Gutata Akut, 14 % pada pasien
Psoriasis Plak, dan 16 % pada pasien Psoriasis Kronik.
Stres : Dalam penyelidikan klinik, sekitar 30-40 % kasus terjadi perburukan oleh
karena stres. Stres bisa merangsang kekambuhan psoriasis dan cepat menjalar bila
kondisi pasien tidak stabil. Pada anak-anak, eksaserbasi yang dihubungkan dengan
stres terjadi lebih dari 90 %. Stres psikis merupakan faktor pencetus utama. Tidak
ditemukan gangguan kepribadiaan pada penderita psoriasis. Adanya kemungkinan
bahwa stres psikologis dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan menerima
terapi dan dapat menyebabkan deteriorasi terutama pada kasus berat.
Alkohol : Umumnya dipercaya bahwa alkohol berefek memperberat psoriasis tetapi
pendapat ini belum dikonfirmasi dan kepercayaan ini muncul berdasarkan observasi
pecandu alkohol yang menderita psoriasis. Peminum berat yang telah sampai pada
level yang membayakan kesehatan sering ditemukan pada pasien psorasis berat laki-
laki dibandingkan penderita psorasis lainnya. Kemungkinan alkohol yang berlebihan
dapat mengurangi kemampuan pengobatan dan juga adanya gejala stres menyebabkan
parahnya penyakit kulit.
Faktor endokrin : Puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas dan menopause. Pada
waktu kehamilan umumnya membaik, sedangkan pada masa pasca partus memburuk.
Sinar matahari : Dilaporkan 10 % terjadi perburukan lesi.1,2,3,4,5
EPIDEMIOLOGI
Psoriasis dapat dijumpai di seluruh belahan dunia dengan angka kesakitan (insidens
rate) yang berbeda.Pada orang kulit putih lebih tinggi dibanding kulit berwarna. Sedangkan
dari segi umur, Psoriasis dapat mengenai semua usia, namun biasanya lebih kerap dijumpai
pada dewasa.2
Di dunia, penyakit kulit ini diduga mengenai sekitar 2 sampai 3 persen penduduk.Data
nasional prevalensi psoriasis di Indonesia belum diketahui. Namun di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, selama tahun 2000 sampai 2001, insiden psoriasis mencapai 2,3 persen.
Penyakit ini tidak mengenal usia, semua umur dapat terkena. Tapi puncak insidensnnya di
usia dua puluhan dan lima puluhan.3 Tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa penyakit ini
lebih dominan menyerang salah satu jenis kelamin. Pria maupun wanita memiliki peluang
yang sama untuk terserang penyakit ini.2
PATOFISIOLOGI
Psoriasis merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan aktivitas berbagai gen
yang berinteraksi dengan lingkungan, berhubungan kuat dengan alel HLA-CW-6. The
Human Genom Projectakan membantu mengidentifikasi major histocompatibility Complex
(MHC) dan gen non MHC yang terlibat pada psoriasis.
Patogenesis psoriasis tetap tidak diketahui tetapi beberapa penulis percaya bahwa
penyakit ini merupakan autoimun murni dan sel T mediated. Beberapa penemuan mendukung
autoimun ini seperti histokompatibiliti kompleks mayor (MHC) antigen, akumulasi sel T
terutama memori, serta adanya lapisan anti korneum dan anti keratinosit antibodi
nukleus.Beragam data yang diperoleh akhir-akhir ini pada penyelidikan psoriasis
menekankan bahwa terdapat aktivitas infiltrasi sel-sel CD4 pada lesi-lesi kulit.Lesi psoriasis
lama umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang terutama terdiri atas
limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis.
Pada psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah.Sel langerhans
juga berperan pada imunopatogenesis.Terjadinya proliferasi epidermis diawali dengan
adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel Langerhans.
Beberapa sitokin dan reseptornya memperlihatkan peningkatan level pada epidermis
psoriasis. Perubahan-perubahan biokimia yang ditemukan pada psoriasis meliputi :
Konsentrasi lipid yang tinggi dan peningkatan level enzim protein nuklear pada glikolitik
pathway yang menyebabkan turn over sel meningkat.
Perhatian yang sungguh-sungguh difokuskan pada level siklik nukleotida terutama
AMP siklik (cAMP) yang mengontrol epidermopoesis. Juga dilaporkan terjadinya kenaikan
yang menyolok dari level siklik GMP (cGMP) dalam epidermis. Walaupun demikian
peningkatan cGMP yang menyebabkan peningkatan kecepatan proliferasi seluler tidak
diketahui hingga saat ini.cAMP epidermis sangat menurun selanjutnya asam arakidonik
meningkat dalam epidermis.1,5
GEJALA KLINIS
Sebagian penderita mengeluhkan gatal ringan. Tempat predileksi pada scalp,
perbatasan daerah tersebut dengan muka, ektremitas bagian ekstensor terutama siku serta
lutut, dan daerah lumbosakral.
Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan
skuama di atasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering
eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis,
kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi: lentikular,
nummular atau plakat, dapat berkonfluensi.
Jika seluruhnya atau sebagian besar lentikular disebut psoriasis gutata, biasanya pada
anak-anak dan dewasa muda dan terjadi setelah infeksi streptococcus. Pada psoriasis terdapat
fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner (isomorfik). Kedua fenomena yang disebut lebih
dahulu dianggap khas, sedangkan yang terakhir tidak khas, hanya kira-kira 47% yang positif
dan didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus dan veruka plana juvenilis.
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada
goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Pada fenomena
auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis.8
Gambar 2 . Fenomena Auspitz
Klasifikasi Psoriasis
Psoriasis Guttate
(GUH-tate) adalah salah satu bentuk dari psoriasis yang mulai timbul sejak
waktu anak-anak atau remaja. Kata guttate berasal dari bahasa Latin yang berarti
“jatuh”.(drop).
Bentuk psoriasis ini menyerupai bintik-bintik merah kecil di kulit. Bercak
(lesions) guttate biasanya timbul pada badan dan kaki, Bintik-bintik ini biasanya tidak
setebal atau bersisik seperti bercak-bercak (lesions) pada psoriasis plak.
Gambar 3. Psoriasis Gutata
Psoriasis Guttate kadang-kadang timbul secara tiba-tiba. berbagai kondisi
diketahui menjadi pencetus timbulnya psoriasis guttate, termasuk infeksi saluran
pernafasan atas, infeksi streptococcal, amandel, stress, luka pada kulit dan
penggunaan obat-obatan tertentu (termasuk anti-malaria dan beta-bloker).
Infeksi streptococcal pada tenggorokan (strep throat) biasanya merupakan
salah satu pencetus psoriasis guttate, strep throat bisa terjadi tanpa gejala dan tetap
bisa menimbulkan psoriasis guttate. Berkonsultasilah dengan dokter anda untuk
menjalani pemeriksaan strep guna mengetahui apakah anda terserang infeksi strep
atau tidak.
Psoriasis Guttate masih bisa tetap ada, walaupun infeksi streptokokus telah
hilang. Sebagian dokter memberikan antibiotik untuk membantu mencegah timbulnya
kembali infeksi yang dapat memicu timbulnya psoriasis guttate.
Bentuk psoriasis ini dapat hilang dengan sendirinya, kadang-kadang penderita
akan sembuh untuk selamanya, atau sembuh untuk sementara waktu kemudian
kambuh kembali sebagai pecahan dari psoriasis plak. kadang-kadang psoriasis guttate
bisa timbul pada masa anak-anak dan terbawa sampai dewasa.
Kasus-kasus psoriasis guttate dapat diobati dengan moisturizer ( lotion
pelembab) atau obat oles yang lebih kuat. Lotion pelembab seperti Eucerin, Cetaphil
atau petroleum jelly, dan jelly gamat atau ekstrak teripang merupakan bentuk
pengobatan yang diminati, pada awal-awal permulaan timbulnya bintik-bintik gejala
penyakit psoriasis guttate.
Penderita psoriasis guttate kadang-kadang merasa jemu untuk memberi
salep/krem oles pada bintik-bintik yang banyak di kulit mereka. Pengobatan dengan
penyinaran sinar ultraviolet B (UVB) atau PUVA (obat psoriasis light-sentizing
ditambah sinar ultraviolet A) sangat efektif untuk psoriasis guttate.
Hanya pada kasus-kasus yang parah, dokter akan memberikan obat minum
(pengobatan yang mengenai seluruh badan) untuk tipe psoriasis ini, walaupun
kadang-kadang untuk jangka pendek pemakaian obat-obatan ini memberikan hasil
yang cepat dan remisi yang panjang.
Obat injeksi (yang bekerja pada system immunisasi untuk memblok penyakit
ini) bisa efektif untuk pengobatan psoriasis guttate. untuk obat injeksi yang telah
dipelajari untuk pengobatan psoriasis plak yang kronis, dan diakui setelah diberitakan
sukses pada pengobatan berbagai macam tipe psoriasis.
Psoriasis Kuku
Gambar 4. Psoriasis Kuku
Menyerang dan merusak kuku dibagian bawah kuku tumbuh banyak sisik
seperti serbuk, jenis ini termasuk yang sulit/bandel untuk disembuhkan bagi penderita.
Psoriasis Plak
Hampir 80% dari penderita psoriasis adalah tipe Psoriasis plak yang secara
ilmiah disebut juga psoriasis vulgaris (yang berarti umum). Tipe plak ini bersifat
meradang pada kulit menimbulkan bercak merah yang dilapisi dengan kulit yang
tumbuh berwarna keperakan yang umum nya akan terlihat pada sekitar alis,lutut,
kepala (seperti ketombe), siku juga bagian belakang tubuh sekitar panggul serta akan
meluas kebagian-bagian kulit lainnya.
Gambar 5.Psoriasis Plak
Pada awal timbulnya bintik merah yang berangsur-angsur membesar menjadi
bercak merah yang disebut plak atau bercak yang kemudian tumbuh dengan lebih
cepat menutupi bercak merah dengan kulit yang berwarna putih keperakan (berpetak-
petak) yang terjadi dari sel-sel kulit yang mati, yang akan terus menerus terlepas dari
kulit yang terkena radang psoriasis plak tersebut.
Pada umumnya kulit-kulit yang terkena psoriasis akan sangat kering juga
terasa sakit/perih, gatal dan terkelupas.
Psoriasis Inverse
Gambar 6. Psoriasis Inverse
Inverse psoriasis ditemukan pada ketiak, pangkal paha, dibawah payudara, dan
di lipatan-lipatan kulit di sekitar kemaluan dan panggul Tipe psoriasis ini pertama kali
tampak sebagai bercak (lesions) yang sangat merah dan biasanya lack the scale
associated dengan psoriasis plak. Bercak itu bisa tampak licin dan bersinar.
Psoriasis Inverse sangat (particularly irritating) menganggu karena iritasi yang
disebabkan gosokan/garukan dan keringat karena lokasinya di lipatan-lipatan kulit
dan daerah sensitif (tender). terutama sangat mengganggu bagi penderita yang gemuk
dan yang mempunyai lipatan kulit yang dalam.
Pengobatan bisa sukar, karena kulit peka pada daerah lipatan-lipatan, Krem
steroid dan salep diyakini sangat efektif, tetapi tidak boleh di tutup dengan plastic.
Penggunaan berlebihan atau kesalahan pemakaian steroid, terutama pada lipatan-
lipatan kulit, dapat menimbul efek samping, terutama penipisan pada kulit dan
meninggalkan tanda. Karena pada daerah ini cenderung timbul infeksi disebabkan
yeast dan jamur, dokter akan menguji untuk infeksi dan mungkin akan menggunakan
krem cair oles steroid di gabungkan dengan obat-obatan lain, seperti, 1% atau 2%
hydrocortisone dengan anti-yeast atau anti-jamur.7
Psoriasis eksudativa
Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada
bentuk ini kelainannya eksudatif seperti dermatitis akut.
Psoriasis seboroik (seboriasis)
Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis dan
dermatitis seboroik , skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan agak
lunak. Selain berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada tempat seboroik.
Psoriasis pustulosa
Gambar 7. Psoriasis Pustulosa
Ada dua bentuk psoriasis pustular, yaitu palmar-plantar dan generalisata :
a. Pustulosis palmar plantar
Pustulosis Palmar-plantar juga dikenal sebagai psoriasis pustular palmar-plantar.
Bentuk psoriasis ini terlokalisasi berupa pustul steril pada telapak tangan dan kaki, biasanya
tersusun secara simetris. Bentuk psoriasis ini jarang sekali pada usia sebelum dewasa, dan
dapat tampak de novo atau pada pasien yang telah diketahui terkena psoriasis.
Biasanya terdapat eritem yang berbatas tegas, dengan skuama pada daerah yang
berpustul. Pustul awal berwarna krem putih klasik dengan dasar eritem. Hal diatas biasanya
berwarna matur sampai setengah kecoklatan. Kulit tangan dan kaki dapat menjadi sangat
tebal dan retak-retak yang terasa nyeri sekali. Kedua kondisi tersebut terasa gatal yang terus
menerus. Tampak hubungan yang erat antara psoriasis pustulosa dengan merokok, lebih dari
95% yang terkena psoriasis adalah perokok.
b. Psoriasis pustular generalisata
Psoriasis pustular generalisata adalah suatu kedaruratan kulit. Tampak pustul steril yang
biasanya dengan dasar kulit eritroderma (kerusakan kulit total,lihat dibawah). Mungkin ada
daerah psoriasis klasik yang bisa membantu diagnosis tapi sering sekali kulit pasien tampak
berwarna sangat merah dengan sedikit atau tidak ada skuama. Steroid oral dapat menjadi
pemicu keadaan kondisi tersebut dan seharusnya tidak boleh digunakan secara rutin pada
pengobatan psoriasis. Keadaan umum pasien biasanya jelek dan harus dirawat di rumah sakit
sebagai suatu masalah kedaruratan.
Eritroderma psoriatic
Gambar 8. Psoriasis Eritroderma
Dikatakan eritroderma jika menyerang lebih dari 95% kulit dengan lesi kulit apapun.
Psoriasis eritrodermi dapat timbul melalui dua cara,yaitu :
1. Lesi kronik yang secara bertahap berkembang menjadi plak yang luas, yang meliputi
hampir seluruh bagian tubuh. Kondisi ini kadang menyebabkan gangguan sistemik dan
biasanya berespon baik dengan pengobatan ringan hingga moderat.
2. Psoriasis yang tidak stabil dapat tiba-tiba berkembang atau mengikuti periode peningkatan
ketidakstabilan dan intoleransi terhadap terapi topikal. Hal ini merupakan kedaruratan medis
dan pasien seharusnya di rawat di rumah sakit untuk mendapatkan terapi dan pengawasan
yang intensif. Hal tersebut dihubungkan dengan gangguan sistemik yang signifikan dan dapat
menghasilkan ketidakseimbangan kontrol suhu tubuh dan ketidakseimbangan cairan tubuh.
Kondisi ini bisa dipicu oleh hipokalemi, anti malaria,coal tar atau kegagalan terapi sistemik
terutama steroid sistemik.3,5
Penatalaksanaan
A. Topikal
a. Preparat ter
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah anti radang.
Preparat ter berguna pada keadaan-keadaan:
• Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau takhifilaksis oleh karena
pemakaian pada lesi luas.
• Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid topikal kurang bijaksana.
• Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit sistemik.
Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari :
• Fosil, misalnya iktiol.
• Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski.
• Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens.
Ter dari kayu dan batubara yang efektif untuk psoriasis, dimana ter batubara lebih
efektif dari pada ter kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi juga jauh lebih
besar.Pada psoriasis yang menahun lebih baik digunakan ter yang beasal dari batubara,
sebaliknya psoriasis akut dipilih ter dari kayu.Preparat ter digunakan dengan konsentrasi 2-5
%.Untuk mempercepat, ter dapat dikombinasi dengan asam salisilat 2-10 % dan sulfur
presipitatum 3-5 %.
b. Kortikosteroid
Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara, yaitu:
1. Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema.
2. Menurunkan turnover sel dengan memperlambat proliferasi seluler.
3. Efek anti inflamasi, dimana diketahui pada psoriasis, leukosit memegang peranan dan
steroid topikal dapat menurunkan inflamasi.
Fluorinate, triamcinolone 0,1 % dan flucinolone topikal efektif untuk kebanyakan kasus
psoriasis pada anak. Preparat hidrokortison 1%-2,5% harus digunakan pada fase akut dan
sebagai pengobatan maintenance.
Kortikosteoid tersedia dalam bentuk gel, lotion, solution dan krim, serta ointment
dimana pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi efek samping.Efek samping berupa
atrofi, erupsi akneiformis, striae, telangiektasis di muka, dapat terjadi pada pemakaian topikal
potensi kuat, terutama bila digunakan under occlusion. Kadang-kadang pada pemakaian
jangka panjang dapat terjadi hypothalamic pituitary adrenal axis (HPA) sehingga dianjurkan
pemeriksaaan level serum kortisol.
c. Ditranol (antralin)
Antralin mempunyai efek sitostatik, sebab dapat mengikat asam nukleat, menghambat
sintesis DNA dan menggabungkan uridin ke dalam RNA nukleus.6,8 Obat ini dikatakan
efektif pada Psoriasis Gutata.2,8 Kekurangannya adalah mewarnai kulit dan pakaian.2,6,7,8
Konsentrasi yang digunakan biasanya 02-0,8 persen dalam pasta, salep, atau krim.1,2 Lama
pemakaian hanya ¼ – ½ jam sehari sekali untuk mencegah iritasi penyembuhan dalam 3
minggu.
d. Calcipotriol
Calcipotriol ialah sintetik vit D yang bekerja dengan menghambat proliferasi sel dan
diferensiasi sel terminal, meningkatkan diferensiasi terminal keratinosit, dan menghambat
proliferasi keratinosit.2,6,8 Preparatnya berupa salep atau krim 50 mg/g.2 Efek sampingnya
berupa iritasi, yakni rasa terbakar dan tersengat, dapat pula telihat eritema dan skuamasi.
Rasa tersebut akan hilang setelah beberapa hari obat dihentikan.
e. Tazaroten
Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat proliferasi dan
normalisasi petanda differensiasi keratinosit dan menghambat petanda proinflamasi pada sel
radang yang menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi
0,05 % dan 0,1 %. Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat akan
mempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya ialah iritasi berupa
gatal, rasa terbakar, dan eritema pada 30 % kasus, juga bersifat fotosensitif.
f. Emolien
Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit.Pada batang tubuh (selain lipatan),
ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep dengan bahan dasar vaselin 1-2
kali/hari, fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan
aktif. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.1,3,5
B. Sistemik
a.Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, dan diindikasikan pada Psoriasis
Eritroderma, Psoriasis Artritis, dan Psoriasis Pustulosa Tipe Zumbusch.Dimulai dengan
prednison dosis rendah 30-60 mg (1-2 mg/kgBB/hari), atau steroid lain dengan dosis
ekivalen.Setelah membaik, dosis diturunkan perlahan-lahan, kemudian diberi dosis
pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan menyebabkan kekambuhan dan dapat
terjadi Psoriasis Pustulosa Generalisata.
b. Sitostatik
Obat sitostatik yang biasa digunakan ialah metotreksat (MTX).Indikasinya ialah untuk
psoriasis, Psoriasis Pustulosa, Psoriasis Artritis dengan lesi kulit, dan Psoriasis Eritroderma
yang sukar terkontrol dengan obat. Dosis 2,5-5 mg/hari selama 14 hari dengan istirahat yang
cukup. Dapat dicoba dengan dosis tunggal 25 mg/minggu dan 50 mg tiap minggu
berikutnya.Dapat pula diberikan intramuskular 25 mg/minggu, dan 50 mg pada tiap minggu
berikutnya.
Kerja metotreksat adalah menghambat sintesis DNA dengan cara menghambat
dihidrofolat reduktase dan dengan demikian menghasilkan kerja antimitotik pada epidermis.
Penyelidikan in vitro akhir-akhir ini, metotreksat 10-100 kali lebih efektif dalam menghambat
proliferasi sel-sel limfoid.
Kontraindikasinya ialah kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoietik, kehamilan,
penyakit infeksi aktif (misalnya tuberkulosis), ulkus peptikum, kolitis ulserosa, dan
psikosis.Efek samping metotreksat berupa nyeri kepala, alopesia, kerusakan kromosom,
aktivasi tuberkulosis, nefrotoksik, juga terhadap saluran cerna, sumsum tulang belakang,
hepar, dan lien.Pada saluran cerna berupa nausea, nyeri lambung, stomatitis ulserosa, dan
diare.Jika hebat dapat terjadi enteritis hemoragik dan perforasi intestinal.Sumsum tulang
berakibat timbulnya leukopenia, trombositopenia, kadang-kadang anemia.Pada hepar dapat
terjadi fibrosis portal dan sirosis hepatik.
c.DDS
DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan Psoriasis Pustulosa tipe
Barber dengan dosis 2×100 mg/hari.1,2 Efek sampingnya ialah anemia hemolitik,
methemoglobinemia, dan agranulositosis.
d. Etretinat (tegison, tigason)
Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi psoriasis
yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya.Etretinat efektif
untuk Psoriasis Pustular dan dapat pula digunakan untuk psoriasis eritroderma.Kerja retinoid
yaitu mengatur pertumbuhan dan diferensiasi terminal keratinosit yang pada akhirnya dapat
menetralkan stadium hiperproliferasi.
Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis
dan kulit normal.Retinoid juga memberikan efek anti inflamasi seperti menghambat netrofil.
Dosisnya bervariasi : pada bulan pertama diberikan 1mg/kgbb/hari, jika belum terjadi
perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi 1½ mg/kgbb/hari.
Efek sampingnya berupa kulit menipis dan kering, selaput lendir pada mulut, mata,
dan hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan persendian,
peninggian lipid darah, gangguan fungsi hepar (peningkatan enzim hati), hiperostosis, dan
teratogenik.Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah obat dihentikan.
e. Asitretin (neotigason)
Merupakan metabolit aktif etretinat yang utama. Asitretin sebagai monoterapi sangat
efektif untuk Psoriasis Eritroderma dan Pustular.2,8,13 Efek sampingnya dan manfaatnya
serupa dengan etretinat. Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya hanya 2-4 hari,
dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100-120 hari.2,6,8 Dosisnya 0,5 mg/kgbb/hari.
Obat ini lebih menjanjikan untuk penderita anak-anak dan wanita usia produktif.
f. Siklosporin A
Digunakan bila tidak berespon dengan pengobatan konvensional. Efeknya ialah
imunosupresif.2,7,16 Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari.6 Bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik,
gastrointestinal, flu like symptoms, hipertrikosis, hipertrofi gingiva, serta hipertensi. Hasil
pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.
g. Eritromisin
Merupakan antibiotik pilihan karena menghambat efek kemotaksis netrofil dan
biasanya pada psoriasis gutata yang rekuren setelah infeksi streptokokus dapat
dipertimbangkan untuk pemeriksaan kultur tenggorokan.
C.Fototerapi
Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan
untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan penyinaran secara alamiah,
tetapi sayang tidak dapt diukur dan jika berlebihan maka akan memperparah psoriasis.
Karena itu, digunakan sinar ulraviolet artfisial, diantaranya sinar A yang dikenal
sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan
psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan
preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman. PUVA efektif pada 85 %
kasus, ketika psoriasis tidak berespon terhadap terapi yang lain. Karena psoralen bersifat
fotoaktif, maka degan UVA akan terjadi efek sinergik. Diberikan 0,6 mg/kgbb secara oral 2
jam sebelum penyinaran ultraviolet. Dilakukan 2x seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali
pengobatan. Selanjutnya dilakukan pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2 bulan.
Efek samping overdosis dari fototerapi berupa mual, muntah, pusing dan sakit kepala.
Adapun kanker kulit (karsinoma sel skuamos) yang dianggap sebagai resiko PUVA masih
kontroversial.1,2,3,4,5
KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit ini berbagai macam, sesuai dengan penyakit sekunder dalam
skenario. Selain prsoriasis pasien juga menderita kencing manis selama kurang lebih 6 bulan,
ini dapat menjadi faktor infeksi sekunder apabila terjadi luka yang menyebabkan luka
tersebut menjadi susah sembuh, dan apabila psoriasis dalam fase eritoderma psoriatik atau
pustular psoriatik maka prognosis kesembuhan akan menurun menjadi arah yang buruk.
PENCEGAHAN
Tidak ada cara yang spesifik untuk menghindari penyakit autoimune dan turunan ini, bayak
ahli dan penelitian mengatakan hanya lindungi kulit dari berbagai macam bentuk pajanan
yang dapat merangsang terjadinya penyakit ini seperti pajanan sinar matahari, trauma dan
lain-lain, serta gunakan berbagai pelindung atau nutrisi bagi kulit.
PROGNOSIS
Prognosis berbeda-beda, ada beberapa pasien yang sembuh dalam beberapa waktu
yang singkat dan ada juga beberapa pasien yang baru mengalami kesembuhan setelah
puluhan tahun, tergantung sistem imun dan pengobatan yang cocok. Psoriasis tahap yang
lebih lanjut seperti psoriasis pustulosa generalisata dan psoriasis eritoderma generalisata
memiliki prognosis yang buruk bila tidak kunjung sembuh biasanya terjadi infeksi sekunder
atau meninggal akibat dehidrasi seiring dengan fungsi kulit yang menurun.
Kesimpulan
Belum ada obat yang dapat menyembuhkan secara pasti, tergantung individu cocok atau
tidak dalam penatalaksanaan, terapi hanay kliring lesi sementara (remisi), perlu terapi
pemeliharaan, tujuan terapi ialah supresi gejala sehingga tidak mengganggu kualitas hidup.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda,Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin cetakan ke 5. Fakultas Kedokteran
Umum Indonesia. Jakarta. 2007.
2. Qauliyah A. Diagnosis dan Terapi Psoriasis. Jakarta ; 2006.
3. Fry L . An atlas of psoriasis 2nd edition. London ; 2006.
4. Melfiawati S. Dermatologi praktis. Jakarta ; 2000
5. Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis . Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine,
7ed ; 2008. p 169-91.