psikologi pemeriksaan dtss pca

66
DIKLAT POST CLEARANCE AUDIT (PCA) MODUL MATERI PSIKOLOGI PEMERIKSAAN OLEH : TIM PENYUSUN MODUL PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA 2009

Upload: hendricop

Post on 24-Jun-2015

213 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

DIKLAT POST CLEARANCE AUDIT (PCA)

MODUL

MATERIPSIKOLOGI PEMERIKSAAN

OLEH :

TIM PENYUSUN MODUL PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAIBADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGANDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

JAKARTA2009

Page 2: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

DAFTAR ISIMODUL – PSIKOLOGI PEMERIKSAAN

Hal

1. Pendahuluan

1.1. Deskripsi Singkat ............................................................................... . 1

1.2. Tujuan Pembelajaran Umum .............................................................. 1

1.3. Tujuan Pembelajaran Khusus.............................................................. 2

2. Kegiatan Belajar (KB) 1

PSIKOLOGI PEMERIKSAAN

2.1. Uraian contoh dan non contoh.............................................................. 3

2.2. Latihan ................................................................................................. 25

2.3. Rangkuman ......................................................................................... 26

3. Kegiatan Belajar (KB) 2

KOMUNIKASI

3.1. Uraian contoh dan non contoh............................................................... 27

3.2. Latihan ................................................................................................. 45

3.3. Rangkuman........................................................................................... 45

4. Kegiatan Belajar 3

WAWANCARA

4.1. Uraian contoh dan non contoh ............................................................. 46

4.2. Latihan ................................................................................................. 58

4.3. Rangkuman .......................................................................................... 58

5. Test formatif ................................................................................................ 60

6. Kunci Jawaban ........................................................................................... 64

7. Umpan Balik .............................................................................................. 64

==============

Page 3: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

MODUL

PSIKOLOGI PEMERIKSAAN

1. Pendahuluan

1.1. Deskripsi Singkat

Dalam proses pemeriksaan, dari awal sampai akhir, seorang pemeriksa

senantiasa berhubungan dengan orang lain, yaitu obyek yang diperiksanya. Hubungan

antara pemeriksa dengan obyek yang diperiksa merupakan hubungan antar manusia

yang mengarah pada satu kerja sama agar proses pemeriksaan dapat berjalan lancar.

Baik pemeriksa maupun obyek yang diperiksa adalah individu yang

mempunyai ciri-ciri, sifat-sifat ataupun kebiasaan-kebiasaan tersendiri yang

membedakannya dari individu-individu lain. Di samping persamaan-persamaan yang

mungkin mereka miliki. Dalam interaksi yang terjadi pada pemeriksaan maupun

obyek yang diperiksa mengembangkan ciri-ciri, sifat-sifat ataupun kebiasaan-

kebiasaan melalui tingkah laku yang mereka tampilkan. Sehingga memahami segala

sesuatu hal mengenai tingkah laku manusia dalam pemeriksaan dirasakan penting.

Karena adakalanya interaksi yang terjadi antara pemeriksa dengan obyek yang

diperiksa tidak berlangsung harmonis dan mengganggu kelancaran tugas-tugas

pemeriksaan.

Dalam hal ketidakharmonisan hubungan yang terjadi antara pemeriksa

dengan obyek yang diperiksa, diperlukan suatu ketrampilan khusus dari pemeriksa

untuk mengadakan pendekatan yang lebih baik secara psikologis maupun

komunikatif. Pengetahuan psikologi dan komunikasi yang akan dibahas dalam buku

ini bertujuan agar para pemeriksa dapat mempelajari langkah-langkah dan cara-cara

yang dapat ditempuh untuk dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan obyek

yang diperiksanya. Namun demikian, sebelumnya perlu dikemukakan lebih dahulu

mengenai pengertian psikologi maupun komunikasi, agar kita memperoleh

pengertian yang sama mengenai kedua istilah tersebut.

1.2. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu memahami dan

menjelaskan tentang psikologi pemeriksaan.

Page 4: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

1.3. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Bahan ajar atau Modul ini dibuat dengan tujuan untuk mengembangkan pengetahuan

dan keahlian petugas Bea dan Cukai sehingga memiliki kompetensi yang tinggi dalam

melakukan pemeriksaan. Diharapkan juga peserta diklat nantinya mengetahui ciri

khas yang berbeda-beda terhadap individu-individu sebagai pihak yang diperiksa dan

meningkatkan keterampilan dalam menghadapi orang-orang yang menjadi obeyek

pemeriksaannya. Bermanfaat bagi peserta didik dan/atau peserta Diklat sebagai

pedoman dalam mengikuti ujian, evaluasi pembelajaran dan nantinya berguna dalam

melaksanakan tugas dan pekerjaannya sesuai bidang spesialisasinya.

Page 5: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

2. KEGIATAN BELAJAR (KB) 1

PSIKOLOGI PEMERIKSAAN

2.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh

Pengertian Psikologi

Secara harfiah psikologi berarti “ilmu jiwa”. Namun pengertian ini masih

kabur sekali. Apa yang dimaksud dengan jiwa tidak ada seorangpun tahu dengan

pasti, karena jiwa bersifat abstrak.

Jiwa manusia tidak dapat diamati secara langsung, tetapi jiwa mempunyai

”tempat” di dalam badan atau jasmani manusia. Oleh karena itu ada kaitan yang erat

antara jiwa dan badan manusia, misalnya terkejut membuat jantung berdebar-debar,

malu membuat merah paras muka, dan lain sebagainya. Selain itu, kehidupan

kejiwaan manusia selalu tampil dalam bentuk tingkah laku baik tingkah laku yang

tampak maupun tingkah laku yang tidak tampak. Tingkah laku yang tampak adalah

tingkah laku yang segera dapat dilihat oleh orang lain, seperti makan minum, tertawa,

menangis dan sebagainya. Sedangkan tingkah laku yang tidak tampak adalah tingkah

laku yang hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui alat-alat atau metode-

metode khusus, misalnya berpikir, melamun, sedih, takut dan lain sebagainya. Jadi,

tingkah laku yang hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui alat-alat atau

metode-metode khusus, misalnya berpikir, melamun, sedih, takut dan lain sebagainya.

Jadi, tingkah laku mempunyai arti yang lebih kongkret daripada jiwa manusia. Karena

lebih kongkrit maka tingkah laku lebih mudah dipelajari dan melalui tingkah lakunya

kita dapat mengenal seseorang.

Setiap tingkah laku manusia selalu mempunyai arti meskipun kadang-kadang

tidak disadarinya dan mempunyai tujuan untuk dapat mempertahankan eksistensinya

di dalam lingkungan, yaitu tempat di mana ia hidup, menyesuaikan diri dan

mengembangkan dirinya. Jadi manusia berinteraksi dengan lingkungannya.

Dari uraian di atas, maka psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang

mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya. (Sarlito

Wirawan Sarwono, 1982)

Page 6: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

Manusia sebagai individu merupakan kesatuan yang integral yang tidak dapat

dipisah-pisahkan antara aspek-aspek fisiologis, psikologis dan sosial. Aspek fisiologis

mencakup organisme dengan seluruh masalah biologis serta fungsinya seperti fungsi

penginderaan, fungsi kelenjar, fungsi susunan syaraf pusat, peredaran darah, dan

sebagainya.

Aspek psikologis adalah segala fungsi dari kemampuan psikis seperti

pengamatan, perasaan, pikiran dan sebagainya. Sedangkan aspek sosial mencakup

penghayatan kedua hal tersebut, dalam interaksinya dengan lingkungan atau dunia

luar, baik secara pasif maupun aktif.

Dalam setiap tingkah laku aspek-aspek tersebut memainkan peranannya

sendiri-sendiri. Namun dalam keadaan tertentu salah satu aspek mungkin lebih

menonjol dari pada aspek lainnya, dan untuk dapat mengerti makna tingkah laku

semua aspek itu harus diperhitungkan peranannya.

Dalam proses perkembangan yang normal, aspek psikologis bekerja

berdasarkan aspek fisiologis yang sehat dan disesuaikan dengan keadaan lingkungan

sosial, fasilitas sekitarnya, serta nilai-nilai kehidupan yang ada. Kesatuan dari ketiga

aspek ini dalam perkembangannya pada setiap orang tidak selalu sama karena setiap

orang memiliki pengalaman-pengalaman dan aspirasi-aspirasi yang berbeda. Hal ini

kemudian menjadikan ciri khas perorangan atau perbedaan individu. Jadi manusia di

samping memiliki persamaan-persamaan, sekaligus juga memiliki perbedaan-

perbedaan. Oleh karena itulah sering dikatakan bahwa manusia adalah makhluk yang

unik, tidak ada dua manusia yang sama persis.

Hal-hal tersebut di atas dijelaskan dengan maksud agar para pemeriksa yang

dalam tugasnya selalu berhubungan dengan individu-individu sebagai pihak yang

diperiksa mengetahui adanya ciri khas yang berbeda-beda pada setiap individu dan

hal ini adalah merupakan hasil dari perkembangan yang berbeda-beda pula, sehingga

diperkirakan keterampilan dalam menghadapi orang-orang yang menjadi obyek

pemeriksaannya.

A. Fungsi Psikis Manusia

1. Persepsi

Obyek-obyek disekitar kita, ditangkap melalui alat-alat indera dan

diproyeksikan pada bagian tertentu di otak sehingga kita dapat mengamati obyek

tersebut. Hasil pengamatan ini memungkinkan kita memberi tanggapan atau

Page 7: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

penilaian, membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan, dan lain

sebagainya, mengenai segala sesuatu hal yang dihadapi. Kemampuan ini disebut

sebagai kemampuan mengorganisasikan pengamatan atau persepsi.

Seorang pemeriksa seharusnya tampil sebaik mungkin dihadapan obyek

yang diperiksanya, sehingga akan menimbulkan persepsi yang baik dari obyek

yang diperiksa terhadap pemeriksa. Pemeriksa yang berpenampilan rapi, sopan

santun, gaya bicaranya wajar, akan meninggalkan kesan yang baik, sehingga jalan

untuk menjalin hubungan yang baik mudah terbuka.

Satu obyek yang sama dapat dipersepsikan berbeda oleh dua orang yang

berbeda. Perbedaan dalam persepsi dapat disebabkan oleh beberapa hal:

a. Perhatian

Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsang yang ada disekitar kita

sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada satu atau dua obyek

saja. Perbedaan antara satu orang dengan orang lainnya, menyebabkan

perbedaan persepsi antara mereka. Misalnya dua orang pemeriksa datang di

suatu instansi untuk melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan yang pertama

memfokuskan perhatiannya pada cara penerimaan obyek yang diperiksa yang

bersikap ramah tamah. Pemeriksaan yang kedua memfokuskan perhatiannya

pada keadaan ruang kantor yang dilihatnya penuh dengan buku dan berkas-

berkas yang berantakan dengan debu di atasnya, akan mempersepsikan obyek

yang diperiksanya sebagai orang yang kurang rapi dan agak jorok.

b. Set

Set adalah harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul. Perbedaan set

akan menyebabkan perbedaan persepsi. Misalnya, A biasa membeli sepatu

seharga Rp. 7.500, dan B biasa membeli sepatu seharga Rp. 15.000. Pada

suatu saat mereka berdua membeli sepatu seharga Rp. 10.000. Bagi A sepatu

tersebut terlalu mahal sedangkan bagi B harga sepatu tersebut murah.

c. Kebutuhan

Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, akan

mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan demikian kebutuhan-

kebutuhan yang berbeda, akan menyebabkan pula perbedaan persepsi.

Misalnya, A dan B berjalan-jalan di kompleks pertokoan. A, yang kebetulan

lapar mempersepsikan pusat restoran-restoran berisi makan lezat. Sedangkan

Page 8: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

B, yang ingin membeli baju mempersepsikan pusat pertokoan tersebut sebagai

tempat yang penuh toko pakaian.

d. Sistem Nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat dapat mempengaruhi pula

persepsi anggota masyarakatnya. Misalnya, X adalah seorang wanita muda

yang cantik murah senyum dan banyak bicaranya, dipersepsikan sebagai

wanita yang genit oleh A yang hidup dalam masyarakat di mana wanita

semacam ini dianggap demikian. Sedang B mempersepsikan X adalah wanita

yang supel dan ramah, karena masyarakat di mana ia tinggal memang

menyebutnya demikian.

e. Ciri kepribadian

Ciri kepribadian seseorang akan berpengaruh pula pada persepsi. Misalnya, A

dan bekerja di satu kantor yang sama di bawah pengawasan satu orang atasan.

A yang pemalu dan penakut, akan mempersepsikan atasannya sebagai tokoh

yang menakutkan dan perlu dijauhi, sedangkan B yang punya lebih banyak

kepercayaan diri, menganggap atasannya sebagai tokoh yang dapat diajak

bergaul seperti orang biasa lainnya.

2. Berpikir dan belajar

Belajar adalah suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau

diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (atau rangsang) yang terjadi.

Misalnya, seseorang yang selalu gagal dalam pekerjaannya lalu mencari jalan

dengan meminta petunjuk rekannya yang selalu berhasil, kemudian ia mengikuti

petunjuk-petunjuk dari rekannya tadi sampai ia juga berhasil.

Pada manusia proses belajar tidak hanya menyangkut aktifitas fisik saja,

tetapi terutama sekali menyangkut kegiatan otak, yaitu berpikir. Dalam hal ini ada

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar:

a. Waktu istirahat

khususnya kalau mempelajari sesuatu yang meliputi bahan yang banyak, perlu

disediakan waktu-waktu tertentu untuk beristirahat. Bahan yang banyak tidak

dapat dipelajari sekaligus. Dalam waktu istirahat sebaiknya tidak bayak

kegiatan yang mengganggu pikiran sehingga bahan yang sudah dipelajari

punya cukup kesempatan untuk mengendap dalam ingatan.

Page 9: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

b. Pengetahuan tentang materi yang dipelajari secara menyeluruh. Dalam

mempelajari sesuatu, adalah baik kalau pertama-tama kita pelajari lebih

dahulu materi atau bahan ang adasecara keseluruhan, dan baru setelah itu

dipelajari dengan lebih seksama bagian-bagiannya. Walaupun demikian, kalau

memang seseorang merasa kurang mampu dengan cara ini, maka lebih baik

baginya untuk mempelajari terlebih dahulu detail-detailnya dan baru kemudian

menyatukannya ke dalam suatu keseluruhan.

c. Pengertian terhadap materi yang dipelajari.

Kalau kita mempelajari sesuatu, maka kita harus mengerti apa yang kita

pelajari itu. Tanpa pengertian, maka usaha belajar kita akan menemui banyak

kesulitan. Misalnya 2 orang yang disuruh menghafal sajak bahasa Inggris.

Orang yang pertama mengerti bahasa Inggris, sedangkan orang kedua tidak

mengerti bahasa Inggris, maka bahan yang sama akan dihafal lebih cepat oleh

orang yang pertama.

d. Pengetahuan akan prestasi sendiri

Kalau tiap kali dapat mengetahui hasil prestasi kita sendiri, yaitu mengetahui

mana perbuatan-perbuatan kita yang masih salah maka akan lebih mudah bagi

kita memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, daripada kalau kita harus meraba-

raba terus. Dengan demikian pengetahuan akan prestasi sendiri akan

mempercepat kita dalam mempelajari sesuatu.

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa dalam belajar terkait

juga aktifitas berpikir. Kegiatan berpikir dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya

ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau

diarahkan sebelumnya. Jadi ide-ide timbul secara bebas. Jenis-jenis berpiikir

asosiatif adalah:

a. Asosiasi bebas : satu ide akan menimbulkan ide lain mengenai hal lain,

yaitu hal apa saja tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang makanan dapat

merangsang timbulnya ide tentang dapur atau tentang restoran atau tentang

nasi atau apa saja.

b. Asosiasi terkontrol : satu ide tertentu akan menumbuhkan ide mengenai

hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya, ide tentang membeli mobil akan

merangsang ide-ide lain tentang harganya, atau pajaknya, atau biaya

pemeliharaannya, atau mereknya, atau lain-lain yang berkaitan dengan mobil.

Page 10: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

2. Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan

diarahkan kepada sesuatu biasanya diarahkan kepada pemecahan persoalan. Dua

macam berpikir terarah yaitu:

a. Berpikir kritis: yaitu membuat keputusan atau pemilihan terhadap suatu

keadaan.

b. Berpikir kreatif: yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan

baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal,

menemukan sistem baru dan sebagainya.

3. Emosi

Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari didasari oleh perasaan-

perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai

perbuatan-perbuatan kita sehari-hari. Perasaan ini kadang-kadang kuat, kadang-

kadang lemah, atau samar-samar saja. Dalam hal perasaan-perasaan menjadi lebih

mendalam, lebih luas dan lebih terarah, perasaan seperti ini disebut emosi.

Beberapa macam emosi antara lain: gembira, sedih, marah, takut, terkejut, jemu,

benci, bahagia, was-was dan lain sebagainya.

Membedakan satu emosi dari emosi lainnya dan menggolongkan emosi-emosi

yang sejenis ke dalam golongan atau satu tipe adalah sangat sukar dilakukan

karena hal-hal yang berikut ini:

1. Emosi yang sangat mendalam (misalnya sangat marah atau sangat takut)

menyebabkan aktifitas badan yang sangat tinggi, sehingga seluruh tubuh

diaktifkan, dan dalam keadaan seperti ini sukar untuk menentukan apakah

seseorang sedang takut atau sedang marah.

2. Satu orang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara.

Misalnya, kalau marah ia mungkin gemetar di tempat, tetapi lain kali mungkin

ia memaki-maki, dan lain kali lagi mungkin ia lari.

3. Nama yang umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanya

didasarkan pada sifat rangsangannya, bukan pada keadaan emosinya sendiri.

Jadi, ”takut” adalah emosi yang timbul terhadap suatu bahaya, ”marah” adalah

emosi yang timbul terhadap sesuatu yang menjengkelkan.

4. Pengenalan emosi secara subyektif dan introspektif, juga sukar dilakukan

karena selalu saja akan ada pengaruh dari lingkungan.

Page 11: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

4. Motif

Motif atau motive berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah

motifpun erat hubungannya dengan ”gerak”, yaitu dalam hal ini gerakan yang

dilakukan oleh manusia atau disebut juga perbuatan atau tingkah laku. Motif

dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi

terjadinya suatu tingkah laku.

Semua tingkah laku manusia pada hakekatnya mempunyai motif.

Termasuk di sini adalah tingkah laku refleks yang berlangsung secara otomatis,

walaupun maksud itu kadang-kadang tidak disadari oleh orang itu sendiri. Jadi

motif manusia bisa berlangsung secara sadar dan secara tidak sadar.

Gerungan (1983) mengatakan bahwa untuk memahami tingkah laku

manusia, kita perlu memahami dan mengerti terlebih dahulu apa dan

bagaimanakah motif dari tingkah lakunya atau apa yang dilakukannya, bagaimana

ia melakukannya serta mengapa ia melakukan hal itu. Sebagai contoh, apabila

seorang pemeriksa yang mendapat pelayanan kurang sopan, sinis dan tidak mau

terbuka, dari pihak yang diperiksa, maka pemeriksa perlu mengetahui motif dari

orang tersebut. Mungkin penyebab kurang baiknya pelayanan adalah karena ia

baru mendapat musibah, atau baru saja dimarahi atasannya atau mungkin pernah

mendapat pengalaman yang kurang menyenangkan dengan pemeriksa terdahulu,

atau mungkin juga karena ada unsur kesengajaan yaitu menyembunyikan sesuatu

dan lain-lain. Dalam hal ini apabila kita tidak mengetahui motif dari tingkah

lakunya, maka kita akan sukar untuk memahami tingkah laku seseorang.

Disamping istilah motif dikenal pula dalam psikologi istilah motivasi.

Motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang menunjuk kepada seluruh

proses gerakan manusia, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul

dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan

atau akhir daripada gerakan atau perbuatan.

B. Memahami Diri Sendiri Sebagai Pemeriksa

Seorang pemeriksa yang akan terjun ke lapangan sebaiknya mempersiapkan

dirinya sebaik mungkin. Ia harus dapat memahami betul siapa dirinya, bekal apa yang

dimilikinya untuk melaksanakan tugas dan bagaimana sifat atau kebiasaannya, dan

lain sebagainya. Dengan mengetahui ini akan lebih mudah baginya untuk selalu

meningkatkan diri dan mengontrol dirinya agar tidak bertindak sembarangan.

Page 12: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

Ada beberapa hal penting yang berpengaruh terhadap kesan pihak yang

diperiksa kepada pemeriksa, dan hal ini dapat mempengaruhi hubungan antara

pemeriksa dengan pihak yang diperiksa.

1. Penampilan pemeriksa

Masalah penampilan dari seorang pemeriksa kelihatannya masalah yang sepele

dan sering diabaikan oleh sebagian pemeriksa. Padahal, tidak jarang masalah ini

menjadi penyebab tidak langsung ataupun langsung dari hubungan yang kurang

harmonis antara pemeriksa dengan pihak yang diperiksa. Hal-hal yang perlu

mendapat perhatian dalam penampilan pemeriksa adalah:

a. Cara berdandan

Pakaian yang dikenakan orang dapat menggambarkan macam-

macam suasana orang yang memakainya. Misalnya, seseorang yang memakai

pakaian serba hitam biasanya menunjukkan ia akan melayat orang meninggal

(berkabung), seseorang yang memakai bikini menunjukkan ia akan berenang,

dan lain sebagainya. Hal ini berarti pakaian bisa memberikan suasana atau

maksud dari pemakainya. Seorang pemeriksa sebaiknya memakai pakaian

yang rapi dan bersih sesuai dengan kelaziman, sehingga menimbulkan kesan

yang baik, sopan dan berwibawa.

Rambut yang tersisir rapi dan bersih akan lebih enak dipandang

daripada rambut yang acak-acakan yang menimbulkan kesan seperti baru

bangun tidur.

Demikian pula apabila memerlukan penggunaan

perhiasan/assesories, pergunakanlah seperlunya dan disesuaikan dengan

suasana kerja.

b. Gaya bicara

Orang yang berbicara dengan orang lain dengan berkacak pinggang,

akan menimbulkan kesan bahwa orang tersebut sedang marah atau menantang,

angkuh sok mau menang sendiri dan kesan buruk lainnya. Dalam pemeriksaan

hal ini sebaiknya dihindari, termasuk misalnya menunjuk-nunjuk orang yang

diajak berbicara pada saat marah, atau menunjukkan sesuatu dengan kaki.

Berbicaralah dengan gaya yang wajar, jangan berlebih-lebihan. Sebaliknya

pemeriksa yang kelihatan takut-takut dalam menghadapi orang yang diajak

bicara, akan dapat menimbulkan kesan bahwa pemeriksa tersebut kurang

Page 13: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

berpengalaman, merasa rendah diri atau penakut. Hal semacam ini juga harus

dihindari.

c. Bahasa tubuh

Kadang-kadang orang tidak menyadari bahwa gerakan dari bagian

tubuhnya dapat diartikan macam-macam oleh orang lain. Sebagai contoh,

seseorang yang mengangkat alisnya sambil membelalakkan matanya sewaktu

mendengar sesuatu pembicaraan, bisa diartikan bahwa orang tersebut

terperanjat atau merasa heran terhadap isi pembicaraan itu. Contoh lain

misalnya,seseorang yang seringkali mengerutkan dahinya sewaktu berbicara

dengan orang lain, dapat memberi kesan bahwa ia kurang suka dengan isi

pembicaraannya. Hal-hal semacam ini dapat menyebabkan orang yang diajak

bicara menjadi takut atau engganberbicara. Oleh karena itu ciptakanlah kesan

yang baik pada waktu berbicara dengan tidak menunjukkan raut muka yang

bisa menimbulkan kesan buruk.

d. Nada suara

Nada suara pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan dengan pihak

yang diperiksa akan dapat juga menimbukan kesan bermacam-macam dan

dapat juga menimbulkan reaksi bermacam-macam dari pihak yang diperiksa.

Nada suara yang terlalu tinggi, dapat ditafsirkan sebagai orang yang sedang

marah atau kesal, sedangkan nada suara yang terlalu rendah dapat ditafsirkan

sebagai orang yang gugup karena ketakutan atau apatis. Dengan demikian,

nada suara yang baik adalah nada suara yang sedang-sedang saja, wajar

dengan pengungkapan yang tenang tetapi jelas. Nada suara semacam ini dapat

menciptakan suasana yang aman dan dapat menimbukan kepercayaan yang

besar dari pihakyang diperiksa terhadap pemeriksa, serta bisa menimbulkan

rasa saling menghormati, saling pengertian dan hubungan persahabatan yang

obyektif.

Untuk menciptakan kebiasaan berbicara dengan nada suara yang baik

memang tidak dapat dengan cepat terwujud. Hal ini perlu dipelajari dan dilatih

secara teratur. Membiasakan diri untuk berbicara dengan tenang, jelas,

menarik dan kata-kata yang digunakan mudah ditangkap oleh lawan bicara

kita, perlu dilakukan oleh orang yang dalam tugasnya banyak berhubungan

dengan orang lain, termasuk para pemeriksa.

Page 14: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

e. Cara duduk

Dalam melakukan wawancara atau pertemuan dengan pihak yang

diperiksa, cara duduk seseorang akan dapat menimbulkan kesan atau penilaian

yang bermacam-macam. Duduk dengan badan melorot ke bawah akan

menimbukan kesan kurang menghargai orang yang diajak berbicara. Demikian

pula duduk dengan kaki yang dinaikkan terlau tinggi,duduk dengan

menggoyang-goyangkan kaki terus menerus, akan mengganggu konsentrasi

orang diajak bicara, dan juga menimbulkan kesan yang kurang baik. Duduk

dengan tenang, tidak banyak bergerak, sopan dan baik akan menimbulkan

kesan yang baik pada orang tersebut. Orang yang diajak bicara akan senang,

merasa dihargai dan dihormati, apalagi kalau gaya dan nada suaranya juga

baik.

2. Kemampuan dan keahlian

Seorang pemeriksa sebaiknya harus dapat mengenali seberapa jauh

kemampuan dan keahlian yang dimilikinya sebagai bekal untukmenjalankan

tugasnya. Pemeriksa yang mawas diri akan selalu berusaha untuk meningkatkan

kemampuannya, untuk mencapai tingkat keahlian yang lebih tinggi, sehingga

tugas-tugas yang dipikulnya dapat terselesaikan dengan baik. Sebaliknya

pemeriksa yang kurang mampu dan tidak mau meningkatkan diri dalamhal

kemampuan dan keahliannya, akan sering mengalami hambatan. Hal ini dapat

menurunkan kepercayaan dirinya, takut akan gagal atau justru bertindak secara

berlebihan untuk menutupi kekurangannya.

Untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian ini ada berbagai cara

yang dapat ditempuh seperti, belajar secara formal, belajar dari literatur,

berdiskusi dengan sesama pemeriksa atau orang-orang yang kompeten dalam

bidangnya dan dapat juga melalui penyerapan pengalaman baik pengalaman

pribadi maupun pengalaman orang lain.

Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah bahwa meningkatkan

kemampuan dan keahlian tidak hanya terbatas pada bidang teknis pemeriksaan

saja, melainkan juga bidang-bidang lain yang erat kaitannya dengan tugas-tugas

pemeriksaan.

Page 15: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

3. Etiket pergaulan

Seorang pemeriksa juga sebaiknya memahami berbagai macam etiket

dalam pergaulan, sehingga ia dapat menjalin hubungan dengan orang lain dari

berbagai lapisan dengan cara yang tepat. Memahami etika pergaulan bukanlah

berarti membatasi hubungan yang ada sehingga menjadi kaku dan penuh

formalitas. Suasana santai, bahkan dengan sedikit gurauan kadang-kadang juga

diperlukan, asalkan pemeriksa tahu persis kapan hal itu dibutuhkan dan jenis

gurauan yang bagaimana yang tepat. Suasana akrab harus dapat dicapai tanpa

harus mengorbankan prinsip-prinsip dan melanggar etika pergaulan.

4. Sifat-sifat kepemimpinan pemeriksa

Seorang pemeriksa seharusnya juga memiliki sifat-sifat kepemimpinan.

Hal ini disebabkan karena seorang pemeriksa harus dapat memberikan saran-saran

perbaikan kepada pihak yang diperiksa. Adapun sifat-sifat kepemimpinan yang

dimaksud adalah:

a. Dapat dipercaya

Seorang pemeriksa dalam melaksanakan kewajibannya harus berlaku jujur,

meskipun sedang tidak diawasi.

b. Disiplin

Pemeriksa dalam segala perilakunya yang berhubungan dengan pekerjaan-

pekerjaan pemeriksaan harus taat akan segala peraturan dan ketentuan yang

berlaku. Ketentuan dan kepatutan itu hendaknya dilakukan dengan kesadaran,

karena sebagai seorang pemeriksa ia sepantasnya juga menjadi teladan bagi

masyarakat.

c. Berkemauan keras

Seorang pemeriksa seharusnya tidak mudah putus asa karena kegagalan dalam

merealisasikan suatu maksud yang telah diyakini. Bila mudah putus asa, maka

informasi penting tidak nampak secara terbuka atau sulit ditemukan.

d. Keuletan

Keuletan adalah usaha yang tekun dan terus menerus sampai suatu tujuan

tertentu dicapai. Dengan usaha yang terus menerus untuk mendapatkan

kebenaran informasi, dan ditambah kemauan yang keras pantang menyerah

dalam menghadapi hambatan, maka pemeriksa akan berhasil memperoleh apa

yang diharapkan.

Page 16: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

e. Kepercayaan pada diri sendiri

Seorang pemeriksa seharusnya memiliki kepercayaan atas kemampuan

bertindak dengan bekal yang ada pada diri sendiri. Namun demikian

kepercayaan pada diri sendiri ini akan luntur apabila pemeriksa tidak

membekali diri dengan persiapan-persiapan yang memadai seperti

pengetahuan yang luas mengenai hal-hal yang menyangkut pemeriksaannya.

f. Penuh inisiatif dan kreatif

Seorang pemeriksa harus dapat melihat apa yang perlu segera dikerjakan dan

memulai sesuatu tanpa selalu harus diberi tahu atau diperintahkan dan mampu

melanjutkan dengan mengatasi segala kesukaran. Inisiatif dan kreatifitas

sangat diperlukan sehingga jalan untuk mencari temuan-temuan tidak pernah

mengalami hambatan. Apabila ada hambatan pada suatu masalah, maka ia

akan cepat menemukan jalan keluarnya.

g. Ketelitian

Seorang pemeriksa sangat dituntut untuk selalu teltii, yaitu bersikap untuk

selalu memperhatikan hal-hal yang kelihatannya remeh tetapi sesungguhnya

justru besar arti dan pengaruhnya. Ketelitian ini selain dalam hal perhitungan-

perhitungan, juga dalam pencarian atas penelusuran ketidakberesan.

Pemeriksa yang kurang teliti akan mengesankan sebagai seorang yang

ceroboh. Selain itu keadaan ini bisa mengesankan juga bahwa pemeriksa itu

ingin cepat-cepat melepaskan tanggung jawabnya.

h. Luwes

Sifat yang luwes berarti dapat bergaul dengan siapa saja. Orang-orang pada

tingkat bawahan sampai ke orang-orang yang memegang posisi penting di

kantor biasanya dapat membantu pemeriksa untuk memperoleh informasi yang

diharapkan, sehingga seorang pemeriksa dituntut untuk pandai menyesuaikan

diri dengan semua pihak, baik pegawai kecil ataupun pimpinan tertinggi suatu

instansi. Seorang pemeriksa tidak boleh menganggap sepele pegawai kecil

yang diperintahkan untuk menemuinya. Sebaliknya,seorang pemeriksa juga

jangan rendah diri apabila menghadapi pimpinan pihak yang diperiksanya.

Page 17: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

C. Mengenal Perilaku Yang Diperiksa

1. Motivasi manusia

Sasaran kebutuhan manusia dalam bertindak dapat disusun dalam urutan

sebagai berikut, sesuai dengan urutan mulai dari tingkat yang paling urgen:

a. Kebutuhan primer/dasar

Sasaran ini adalah yang paling utama. Pertama-tama seseorang melakukan

sesuatu yang perlu adalah untuk memelihara badannya. Kebutuhan jasmani

atau badani adalah kebutuhan primer yang harus terpuaskan. Misalnya;

kebutuhan untuk makan dan minum. Kebutuhan ini terutama menyangkut

pertahanan hidup.

b. Kebutuhan akan rasa aman

Sasaran dari kebutuhan ini adalah adanya rasa aman baik secara fisik maupun

psikis. Misalnya, rasa aman para pegawai saat ini adalah apabila ia

mendapatkan dan tetap mempunyai pekerjaan dengan penghasilan yang tetap

pula.

c. Kebutuhan sosial

Adanya keinginan seseorang untuk menjadi anggota kelompok dan untuk

diterima, memiliki, mencintai serta untuk dicintai adalah tingkat motivasi yang

berikutnya. Dorongan yang kuat ini dapat dimanfaatkan untuk membangun

kerjasama dalam kelompok kerja, dimana di dalamnya terdapat sumber

kepuasan bagi anggota-anggota kelompok itu.

d. Kebutuhan akan penghargaan

Penghargaan ini merupakan tingkat kebutuhan-kebutuhan yang terdiri dari

beberapa komponen.

1. Penghargaan dihubungkan dengan keinginan percaya pada kemampuan

diri sendiri. Adanya kemampuan pada diri sendiri menyebabkan adanya

penghargaan atau pengakuan orang lain pada dirinya. Dengan demikian ia

merasa mempunyai kekuatan untuk bisa menentukan sesuatu.

2. Penghargaan dihubungkan dengan adanya keinginan orang-orang

untuk mengurangi pengawasan seseorang pada mereka, sehingga tumbuh

rasa penghargaan dan kepercayaan pada diri mereka.

3. Penghargaan dihubungkan dengan adanya keinginan untuk

”mengetahui”, memahami apa yang terjadi di dunia ini, karena adanya

suatu anggapan bahwa ”pengetahuan adalah suatu kekuasaan”. Tidak

Page 18: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

mengetahui mengenai sesuatu hal yang terjadi dan banyak diketahui oleh

masyarakat luas akan dapat menimbukan perasaan frustasi kepada

seseorang.

4. Penghargaan dari pihak lain merupakan hal yang penting yang juga

merupakan suatu prestise. Seseorang bukan hanya ingin menjadi anggota

suatu kelompok saja, tetapi ia juga ingin menjadi anggota yang menonjol

dan terpandang. Misalnya, seorang pemeriksa dalam tugasnya dapat

menemukan temuan yang cukup berarti, maka akan timbullah keyakinan

pada dirinya sendiri apabila ada penghargaan dari atasannya terhadap

prestasinya itu. Hal ini juga akan mendorong pemeriksa tersebut untuk

mempunyai keinginan berprestasi lebih lanjut agar terpandang oleh

lingkungannya.

e. Aktualisasi diri

Hal ini merupakan sasaran motivasi yang tertinggi, bilamana kebutuhan-

kebutuhan lainnya telah terpuaskan. Di sini ada dorongan untuk menjadi orang

yang terbaik yang ingin dicapai seseorang untuk kemudian menjadi orang

yang mempunyai kedudukan lebih tinggi.

Sasaran-sasaran kebutuhan ini selalu ada pada diri seseorang, walaupun

tingkatannya tidak sama, sesuai urutannya. Hal-hal ini perlu dipahami karena

merupakan dasar dari seseorang untuk bertingkah laku.

Dalam bertingkah laku seseorang tidak selamanya bisa seperti apa yang

diharapkannya, yaitu berhasil dan diterima oleh masyarakat. Adakalanya sasaran

yang dituju dalam bertingkah laku mengalami hambatan dan akhirnya menemui

kegagalan. Jika dalam menghadapi kegagalan ini orang tersebut tidak bisa cepat-

cepat mengalihkan persoalan ke hal-hal yang lebih bermanfaat maka kegagalan itu

akan berlangsung berlarut-larut, sehingga akhirnya bisa menimbulkan frustasi.

Frustasi yang dialami seseorang tidak selalu sama dengan yang dialami

oleh orang lain. Reaksi frustasi yang dialami seseorang ini ada beberapa macam,

antara lain:

a. Meninggalkan persoalan/situasi

Seseorang yang menghadapi persoalan/situasi yang dianggapnya tidak

menyenangkan dan ia merasa tidak mampu untuk menyelesaikannya, maka ia

justru meninggalkan persoalan/situasi tersebut.

Page 19: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

b. Menarik diri

Dalam menghadapi kegagalan atau persoalan yang tidak bisa diselesaikannya,

seseorang menempuh jalan dengan menarik diri dari realitas dan masuk ke

dalam dunia khayalnya. Orang ini menjadi pemurung dan sering melamun dan

kalau dibiarkan berlarut-larut maka kemungkinan akan kehilangan kontak

dengan realitas, semakin jauh ia tenggelam dalam dunia khayalnya.

c. Mempertahankan diri dengan tingkah laku berbelit-belit

Tindakan berbelit-belit ini dilakukan untuk berusaha menutupi persoalan yang

sebenarnya, sehingga kesalahan atau kegagalannya tidak dikenali lagi,

misalnya dengan berpura-pura sakit dan sakitnya ini dijadikan alasan

kegagalannya.

d. Tingkah laku agresif

Dalam menghadapi kegagalan seseorang dapat mengerahkan semua energi

dalam dirinya dengan jalan melakukan perbuatan-perbuatan atau ucapan-

ucapan yang biasanya bersifat eksplosif (meledak-ledak) untuk meringankan

perasaannya yang kacau. Tindakan ini dapat ditujukan pada orang lain atau

pada dirinya sendiri.

Dalam menghadapi keadaan yang frustatif, tidak semua individu akan

menghayatinya secara sama. Ketegangan yang ditimbulkan dapat berbeda

tergantung kepada derajat toleransinya. Toleransi terhadap frustasi adalah

kemampuan individu untuk mengatasi ketegangan dalam dirinya akibat

penundaan pemuasan motif atau konflik tertentu. Seseorang yang mempunyai

toleransi tinggi terhadap frustasi adalah seorang yang tabah, dapat berpikir

panjang dalam menghadapi kekecewaan, kegagalan atau lain-lainnya. Sebaliknya

orang yang kurang toleransi terhadap frustasi adalah seorang yang mudah kecewa

dan mudah putus asa.

2. Tipe-tipe manusia

Untuk memahami tingkah laku seseorang selain perlu dipelajari motif

daripada tingkah lakunya, maka tipe-tipe manusia perlu juga diketahui agar dapat

memahami lebih luas lagi perbedaan-perbedaan yang ada pada tiap-tiap orang.

Banyak sekali psikologi yang membahas tipe-tipe manusia dengan sudut

pandang yang berbeda-beda. Ada yang menghubungkannya dengan raut muka,

Page 20: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

ada yang menghubungkannya dengan bentuk tubuh, ada yang menghubungkannya

dengan kwantitas cairan-cairan tubuh, dan lain sebagainya. Yang akan

dikemukakan di sini adalah teori seorang ahli, Jung CS yang membedakan

manusia menjadi dua golongan menurut arah perhatiannnya. Jika perhatiannya

terutama ditujukan ke luar, yakni sekelilingnya, dinamakan tipe extraverse. Dan

orangnya disebut extravert. Seorang extravert lebih mementingkan lingkungannya

daripada dirinya sendiri, lebih mengutamakan kepentingan umum daripada

kepentingannya sendiri. Orang macam ini umumnya berhati terbuka, gembira,

ramah tamah, lancar dalam pergaulan dan memancarkan sikap hangat sehingga

mudah mendapat kawan.

Golongan kedua adalah orang yang perhatiannya terutama diarahkan ke

dalam dirinya sendiri. Dia disebut tipe introverse dan orangnya dinamakan

Introvert. Orang bertipe ini lebih mementingkan dirinya sendiri daripada

kepentingan umum. Dirinya sendiri menjadi primer, lingkungannya sekunder.

Seorang Introvert biasanya pendiam, egoistis, suka merenung dan mengasingkan

diri, sukar bergaul. Cara menghadapi orang-orang semacam ini agak sulit, karena

biasanya dibutuhkan waktu relatif lama untuk dapat menjalin hubungan yang baik

dengannya, dan diperlukan sikap yang aktif dan ekstra hati-hati.

Pada kenyataannya perbedaan ekstrim kedua tipe terebut hanya terdapat

pada sebagian kecil manusia saja, sebab antara kedua golongan itu ada golongan

yang merupakan campurannya, yakni tipe ambiverse dan orangnya disebut

ambivert. Dan ternyata orang-orang ambivert jauh lebih banyak daripada orang-

orang extravert dan introvert.

3. Sikap manusia

Sikap atau attitude diartikan sebagai kesediaan beraksi terhadap suatu hal.

Sikap ini selalu diarahkan terhadap sesuatu hal atau obyek, tidak mungkin ada

sikap tanpa obyeknya. Obyek yang dijadikan arah dari sikap manusia itu adalah

benda-benda, orang-orang, juga peristiwa-peristiwa, norma-norma, pemandangan-

pemandangan, nilai-nilai, peraturan-peraturan dan lain-lain.

Dibawah ini dikemukakan pembagian sikap:

a. Sikap sosial

Sikap ini dinyatakan dengan cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang

terhadap obyek sosial sikap ini dinyatakan tidak hanya oleh satu orang saja

Page 21: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

tetapi bisa juga oleh sekelompok orang atau masyarakat. Contoh dari sikap

sosial ini adalah adanya perayaan hari Kartini, hari Kemerdekaan, dan lain-

lain.

b. Sikap individual

Sikap ini dimiliki oleh seorang saja. Sikap ini berhubungan dengan obyek-

obyek, orang-orang, dan lain-lain, atas dasar kesukaan atau ketidaksukaan

pribadi. Sikap individual turut dibentuk oleh sifat-sifat pribadi orang yang

bersangkutan.

Ciri-ciri sikap:

a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan obyek sikap.

b. Sikap dapat berubah-ubah, sehingga sikap ini dapat dipelajari.

c. Sikap itu terbentuk dan berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek

tertentu.

d. Sikap itu bisa berhubungan dengan satu obyek saja, tetapi juga bisa

berhubungan dengan sederetan obyek yang serupa. Misalnya, bukan hanya si

A saja yang rajin, tetapi seluruh tim si A itu rajin.

Pembentukan sikap dan perubahannya

Sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Pembentukannya biasanya

dipengaruhi oleh suatu proses perkembangan manusia yang berlangsung dalam

interaksi manusia. Pergaulan sosial yang melibatkan bermacam-macam manusia

dengan sifat dan pandangan yang berbeda-beda, pengaruh berita-berita surat

kabar, radio, tv dan pengetahuan-pengetahuan yang didapat seseorang yang telah

terbentuk. Namun demikian pengaruh-pengaruh ini tidak akan langsung

mempengaruhi perubahan seseorang, tetapi pengaruh itu akan diproses dulu, ada

kemungkinan pengaruh itu ditolak atau diterima, sehingga ada proses pemilihan

dalam diri seseorang sesuai pribadinya, minatnya dan perhatiannya.

Jadi pembentukan dan perubahan sikap itu dipengaruhi oleh faktor-faktor

dari luar dan dari dalam orang itu sendiri. Sikap dapat diubah atau dibentuk dalam

dua situasi seperti berikut:

a. Situasi interaksi kelompok

Dalam interaksi kelompok antara seseorang dengan orang lain

berlangsung secara timbal balik. Interaksi antara seseorang dengan orang lain

Page 22: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

itu dapat terjadi dalam suatu kelompok, atau bisa juga terjadi antara seseorang

dari satu kelompok dengan orang dari kelompok lain.

Perubahan sikap dapat terjadi disebakan oleh pengaruh kelompok

referensi, yaitu kelompok yang mempunyai norma, nilai-nilai sosial, kebiasaan

dan lain-lain, yang dianggap paling sesuai oleh seseorang untuk dijadikan

pegangan atau pedoman hidupnya.

Lawan dari kelompok referensi adalah ”kelompok keanggotaan”,

yaitu kelompok di mana seseorang secara formal menjadi anggotanya.

Contohnya, D dalam lingkungan tempat tinggalnya menjadi anggota

masyarakat kelompok RT/RW yang sama dengan E (pemeriksa), berarti D

adalah tetangga E. Tetapi, dalam hubungan resmi di kantor D adalah kepala

dari instansi yang diperiksa E. Dalam hal ini sikap sehari-hari di rumah akan

berbeda dengan sikap sewaktu berada di kantor. Hal ini terjadi akibat adanya

pergeseran kelompok referensi.

b. Situasi komunikasi bermedia

Pembentukan dan perubahan sikap dapat pula terjadi dalam situasi

komunikasi dengan menggunakan media massa. Media komunikasi yang

dapat mengubah sikap adalah : surat kabar, radio, tv, majalah, film, dan lain-

lain. Dalam proses komunikasi ini, perubahan sikap ditentukan oleh beberapa

faktor, yaitu:

1. Faktor komunikator

Komunikator akan mengubah sikap seseorang atau sejumlah orang,

apabila ia merupakan pusat kredibilitas, yaitu yang mendapat kepercayaan

penuh dari orang banyak (khalayak). Bagaimanapun juga pentingnya atau

benarnya pesan yang dikomunikasikan, apabila komunikatornya tidak

merupakan orang yang dipercaya, maka ia tidak akan dapat mengubah

sikap orang-orang itu.

2. Faktor pesan komunikasi

Pesan tidak akan begitu saja diterima oleh sasaran komunikasi, apabila isi

komunikasi tidak sesuai dengan kerangka referensi, yaitu kerangka psikis

yang mencakup pandangan, pedoman, pengertian dan perasaan dari

sasaran komunikasi yang bersangkutan. Pesan harus menyangkut

kepentingan dan sesuai dengan kerangka referensi komunikasi.

3. Faktor media komunikasi

Page 23: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

Mental seseorang akan berbeda-beda sewaktu ia menerima pesan dari

berbagai media (radio, tv, buku, koran, majalah, dan lain-lain). Karena itu

media massa harus mengolah pesan-pesan yang akan disebarkan sesuai

dengan sifat-sifat sasaran komunikasi. Dengan demikian media massa

akan dapat mengubah sikap masyarakat luas.

4. Faktor penerima pesan

Penerima pesan ini adalah orang-orang yang sifatnya heterogen. Masing-

masing akan memilih pesan yang sesuai dengan kepentingan atau

minatnya. Hal-hal di luar itu biasanya akan luput dari perhatiannya.

Dengan demikian apabila akan mengkomunikasikan sesuatu pesan maka

sebaiknya pesan itu adalah yang berguna atau menjadi minat sasaran

komunikasi.

4. Sifat-sifat manusia

Dalam menghadapi seseorang, kita seharusnya bertitik tolak dari

pandangan bahwa dalam diri seorang manusia itu terdapat dua kecenderungan

yang saling bertentangan, yaitu sifat-sifat yang positif dan sifat-sifat yang negatif.

Atau dalam diri manusia terdapat sifat-sifat baik yang mengandung kekuatan dan

sifat-sifat buruk yang mengandung kelemahan. Sifat yang positif ini perlu dikenali

untuk diarahkan dan dikembangkan sehingga menjadi pendorong yang kuat dalam

mencapai tujuan bersama. Sedangkan sifat-sifat yang negatif perlu dicegah

sehingga tidak menjadi faktor penghalang yang menonjol.

5. Gaya kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah cara khas seorang pemimpin melakukan

kegiatannya dalam membimbing, mengarahkan, mempengaruhi, dan mengerahkan

para pengikutnya atau bawahannya kepada suatu tujuan tertentu.

Gaya kepemimpinan ini perlu diketahui oleh para pemeriksa karena

dalam tugas seorang pemeriksa tidak jarang ia harus berhadapan dengan pimpinan

dari instansi yang diperiksanya. Di mana pimpinan tersebut mungkin

membawakan gaya pimpinan yang diterapkannya dalam organisasi kepada situasi

pemeriksaan.

Page 24: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

Pada umumnya gaya kepemimpinan dapat diklasifikasikan menjadi tiga

jenis seperti yang akan diuraikan berikut ini:

a. Kepemimpinan otokratik (outocratic/authoritarian leadership)

Kepemimpinan otokaratik adalah kepemimpinan berdasarkan kepada

kekuasaan mutlak. Pimpinan menganggap dirinya serba tahu, paling berkuasa

dan semua keputusan ada ditangannya. Pimpinan semacam ini menentukan

dan menginstruksikan apa yang harus dilakukan anak buahnya tanpa ia sendiri

terlibat dalam interaksi kelompok. Setiap keputusan yang diambilnya

dianggap sah, dan anak buah harus menerimanya tanpa banyak pertanyaan

apalagi saran.

Para anak buahnya kebanyakan tidak merasa senang, dan merasa

bahwa apa yang mereka hasilkan adalah berdasarkan keharusan bukan karena

motivasi. Frustasi, rasa takut, rasa tidak puas dan konflik dalam situasi seperti

ini cepat timbul dan mudah berkembang.

b. Kepemimpinan demokratik (democratic/participative leadership)

Kepemimpinan demokratik adalah kepemimpinan berdasarkan

demokrasi, dalam arti cara yang dilaksanakan pimpinan dalam memimpin

anak buahnya adalah secara demokratis. Pimpinan melakukan kegiatannya

sedemikian rupa sehingga setiap keputusan merupakan keputusan bersama.

Setiap anggota kelompok ikut berperan aktif, bebas mengeluarkan pendapat,

saran-saran dan gagasannya, tetapi mereka wajib tunduk kepada keputusan

mayoritas. Oleh karena itulah kepemimpinan semacam ini disebut juga

kepemimpinan partisipatif, karena para anggota kelompok itu berpartisipasi

dalam kegiatan mencapai tujuan organisasi. Pimpinan di sini berfungsi sebagai

koordinator yang mengarahkan proses pengambilan keputusan.

Tipe kepemimpinan demokratik sering dibedakan dengan tipe open

management. Dalam tipe ini, sebenarnya hampir sama dengan tipe

demokratik. Perbedaannya hanya terletak pada pengambilan keputusan. Dalam

open management keputusan ada ditangan pimpinan, meskipun pimpinan tetap

memberikan kesempatan kepada para anggota untuk memberikan saran-saran.

Dalam open management pimpinan sekaligus bertindak sebagai

decisionmaker atau pengambil keputusan.

Page 25: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

c. Kepimpinan bebas (free-rein/laissez faire leadership)

Seorang pimpinan dengan gaya kepimpinan bebas melakukan

peranannya secara pasif. Ia berada ditengah-tengah bawahannya, tetapi ia

sendiri tidak melakukan apa-apa, segalanya diserahkan kepada bawahannya, ia

memberikan kebebasan yang cukup kepada bawahannya untuk mengambil

keputusan atau langkah-langkah dalam menghadapi segala sesuatu.

D. Human Relation

“Human Relation” berorientasi kepada kegiatan, dilakukan dengan sengaja

untuk mencapai tujuan tertentu, yakni mengubah sikap, pandangan, atau perilaku.

Hubungan semacam inilah yang terjadi antara pemeriksa dengan pihak yang

diperiksanya, jadi bukan hanya sekedar hubungan antara manusia biasa sebagai

konsekuensi kodrati manusia.

”Human Relation” berkaitan dengan upaya menghilangkan hambatan

komunikasi, mencegah salah pengertian, dan mengembangkan segi konstruktif dari

sifat manusia (Norman R F Mair, dikutip dari Drs. Onong Uchjana E, MA, 1988)

adanya ”Human relation” yang baik menyebabkan:

a. Individu memperoleh kesediaan kerjasama yang harmonis dari orang lain dengan

siapa ia bekerja.

b. Individu memperoleh kemungkinan berproduksi dan berprestasi lebih tinggi dan

lebih baik lagi.

c. Individu memperoleh kemungkinan bekerja dan memperoleh kepuasan dalam

hasil.

Jadi ”human relation” perlu dipelajari oleh pemeriksa supaya diperoleh

kerja sama yang baik, harmonis dengan orang-orang yang diperiksanya.

Faktor penting dalam kegiatan ”human relation”, adalah:

a. Etika

Etika tidak menyangkut nilai-nilai benar atau salah, melainkan dikaitkan dengan

nilai-nilai baik atau buruk yang disesuaikan dengan bagaimana yang seharusnya.

Jadi di sini ada unsur kesengajaan. Perbuatan seseorang dikatakan baik atau buruk

dikaitkan dengan bagaimana yang seharusnya dan apakah perbuatan tersebut

dilakukan dengan sengaja. Dikatakan tidak etis, sejauh perbuatannya tidak sesuai

dengan yang seharusnya, terlebih lagi bila dilakukan dengan sengaja. Jadi etika

Page 26: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

mendorong kehendak seseorang untuk berbuat baik dan ini harus dilandasi dengan

niat yang suci.

b. Empati

Sikap empatik harus dimiliki oleh seseorang yang akan melaksanakan ”human

relation”. Theodor Lipps, menegaskan bahwa dengan empati seseorang

memproyeksikan pikiran dan perasaannya ke dalam obyek pengalamannya.

Jadi seseorang berada dalam hubungan empatik dengan orang lain apabila yang

pertama tadi dapat menghayati dan memberi tanggapan terhadap apa yang

dipikirkan dan dirasakan oleh orang kedua.

c. Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses untuk memindahkan informasi atau

pengertian-pengertian dari seseorang ke orang lain. Komunikasi itu akan lengkap

kalau informasi, pengertian, ide, atau pesan sudah sampai pada penerima dan

ditanggapi oleh penerima dengan baik sesuai dengan maksud sebenarnya.

Komunikasi yang terjadi antara dua orang, akan bisa menimbulkan

hubungan antara keduanya, dan ini akan bisa timbul suatu empati. Empati di sini

berarti tanda bahwa orang lain itu mampu untuk mengerti atau menanggapi pesan-

pesan atau informasi yang disampaikan teman bicaranya. Dengan timbulnya

empati ini komunikasi akan semakin lancar, karena diantara keduanya sudah

terjalin hubungan yang semakin baik.

Keberhasilan komunikasi dalam pemeriksaan terletak pada kepandaian

pemeriksa menanamkan dan menumbuhkan kepercayaan orang lain padanya.

Komunikasi juga akan berhasil baik bila segala informasi, ide, pesan atau

pendapat itu mudah ditangkap, mudah diingat, mudah dikerjakan orang lain,

mudah dicapai dan mudah ditiru oleh orang lain.

Dalam komunikasi ada dua pola komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi satu arah

Di sini soerang pembicara berbicara dan pendengar mendengarkan

tanpa ada komunikasi timbal balik antara keduanya. Pembicaraan di sini tidak

mendapatkan umpan balik atau respons dari pendengarnya.

Dalam komunikasi ini, pembicara lebih cepat selesai sampai kepada

pendengar, tetapi ketepatan dari isi pembicaraan tidak dapat dipastikan, karena

pembicara tidak bisa memastikan apakah pendengar sudah memahami hal-hal

yang telah disampaikan.

Page 27: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

2. Komunikasi dua arah

Di sini antara pembicara dengan pendengar terjadi saling tukar

pendapat, hasil pembicaraan didiskusikan bersama, dari sini pembicara bisa

mendapatkan respons dari pendengar, sehingga pembicara dapat mengetahui

apakah pendengar bisa memahami isi pembicara atau tidak.

Bila seseorang pemeriksa, komunikasi ini sangat penting. Dengan

komunikasi dua arah seorang pemeriksa dapat berusaha menjalin hubungan

baik dengan orang yang diajak bicara, sehingga akan menumbuhkan

kepercayaan untuk memberikan informasinya secara lengkap dan tetap.

d. Partisipasi

Faktor lain dalam ”human relation”adalah partisipasi yang berfungsi

sebagai dorongan yang bisa menimbulkan semangat orang lainuntuk aktif bekerja

dalam meningkatkan produktifitasnya.

Dalam suatu perusahaan supaya suasana lingkungannya itu bisa

harmonis, pimpinan hendaknya ikut berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan

bawahannya walaupun keikutsertaannya ini tidak penuh, tapi keterlibatannya

dalam kegiatan bawahan akan memberikan semangat bawahan dalam bekerja.

Dalam pemeriksaan partisipasi ini lebih banyak diwujudkan dalam

bentuk keterlibatan pemeriksa dengan tugas-tugas pihak yang diperiksanya,

misalnya, dalam pengecek fisik pemeriksa berbuat seolah-olah sedang ikut serta

menjadi pengawas lapangan yang sedang bertugas atau juga dapat ditunjukkan

dengan keterlibatan yang sungguh-sungguh dalam pembicaraan dengan pihak

yang diperiksa.

2.2. Latihan 1

1. Apa yang anda ketahui tentang psikologi?

2. Jelaskan penggolongan kegiatan berpikir dalam fungsi psikis manusia!

3. Sebutkan beberapa hal penting yang berpengaruh terhadap kesan pihak yang

diperiksa kepada pemeriksa!

4. Bagaimanakah sifat-sifat kepemimpinan yang sebaiknya dimiliki oleh seorang

pemeriksa?

Page 28: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

2.3. Rangkuman

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam

hubungan dengan lingkungannya.

Kegiatan berpikir dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang

timbulnya ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan

atau diarahkan sebelumnya. Jadi ide-ide timbul secara bebas

2. Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan

diarahkan kepada sesuatu biasanya diarahkan kepada pemecahan persoalan.

3. Emosi

4. Motif

Sifat kepemimpinan yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemeriksa:

a. dapat dipercaya

b. disiplin

c. berkemauan keras

d. ulet

e. percaya pada diri sendiri

f. penuh inisiatif dan kreatif

g. teliti

h. luwes

Page 29: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

3. KEGIATAN BELAJAR (KB) 2

KOMUNIKASI

3.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh

Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari

kata latin Communication dan bersumber dari kata Communis yang berarti ”sama”.

”Sama” di sini maksudnya adalah satu makna. Percakapan antara dua orang akan

dikatakan komunikatif bilamana keduanya selain mengetahui bahasa yang

dipergunakan juga mengerti makna dari yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa belum

tentu dapat menimbulkan kesamaan makna dari yang dipercakapkan, jadi mengerti

bahasanya belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Tetapi

komunikasi yang diuraikan atas sifatnya dasar, dalam arti kata bahwa komunikasi itu

harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Kegiatan

komunikasi bukan hanya supaya orang lain bersedia menerima suatu faham atau

keyakinan, melainkan sesuatu kegiatan atau perbuatan, dan lain-lain.

Menurut Carl I. Hovland (dikutip dari Drs. Onong UE. MA), ilmu

komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas

penyampaian pembentukan pendapat dan sikap. Dengan demikian definisi di atas

menunjukkan bahwa yang dijadikan obyek studi ilmu komunikasi bukan hanya

penyampaian informasi tetapi juga pembentukan pendapat dan sikap yang dalam

kehidupanan sehari-hari memainkan peranan yang amat penting.

Dari uraian tersebut di atas maka dapatlah dikatakan bahwa membekali diri

dengan pengetahuan psikologi dan komunikasi besar manfaatnya bagi seorang

pemeriksa. Karena pemeriksa dalam pekerjaannya akan sering berhadapan dengan

bermacam-macam sifat atau ciri-ciri manusia. Dengan bekal pengetahuan psikologi

dan komunikasi seorang pemeriksa diharapkan dapat memilih cara-cara yang tepat

untuk menghadapi pihak yang diperiksa, di mana setiap orang satu sama lain

mempunyai ciri-ciri, sifat-sifat dan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda-beda. Selain itu

pemeriksaan juga dapat mempelajari sikap dan cara-cara yang baik dalam menjalin

hubungan dengan pihak yang diperiksa, agar tugas yang dibebankan padanya menjadi

lancar, dan informasi yang di peroleh juga cepat, tepat dan lengkap.

Page 30: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

Manusia adalah makhluk sosial yang paling sering mengadakan interaksi

dengan lingkungannya dimana ia berada, salah satunya yaitu dengan komunikasi,

sejak manusia bangun dari tidurnya, hampir tiga perempat (75%) kegiatan manusia

sehari-hari waktunya adalah untuk berkomunikasi, apakah itu terjadinya dirumah,

ditempat kerja, di pasar, di bus kota atau dimana saja baik dilakukan dengan secara

lisan maupun tertulis. Tetapi apakah sesungguhnya komunikasi itu?. Apabila bagi

seorang pemeriksa yang kegiatannya sehari-hari bertugas untuk menyampaikan

informasi dan memperoleh yang tentunya akan selalu menghadapi manusia lainnya,

sehingga tujuan semula dari tugas suatu pemeriksaan dapat dicapai. Dengan bekal

ilmu komunikasi yang akan diuraikan berikut diharapkan dapat membantu para

petugas pemeriksa dalam memperlancar tugasnya.

Pada bab ini akan dibahas mengenai komunikasi dalam pemeriksaan yang

berupa peranan komunikasi dalam ilmu pemeriksaan yang berupa unsur-unsur serta

proses komunikasi agar komunikasi menjadi efektif. Faktor-faktor penghambat

komunikasi, diikuti oleh peranan dari masing-masing unsur dalam komunikasi yang

terakhir akan dibahas adalah mengenai komunikasi lisan maupun tertulis yang biasa

digunakan dalam ilmu pemeriksaan.

A. Komunikasi Dalam Ilmu Pemeriksaan

1. Peranan komunikasi dalam ilmu Pemeriksaan

Seperti telah diuraikan pada bab pendahuluan yaitu mengenai pengertian

komunikasi, bahwa komunikasi memegang peran yang amat penting dalam

kehidupan sehari-hari, baik kehidupan politik, sosial, budaya dan pendidikan,

ekonomi. Begitu pula dalam ilmu pemeriksaan, komunikasi memegang peranan

yang cukup penting selain observasi yang dilakukan selama kegiatan pemeriksaan.

Bagaimana pemeriksa dapat menyampaikan informasi dan memperoleh informasi

yang diperlukan bilamana ia tidak mempunyai cukup bekal untuk melakukan

komunikasi dengan baik. Untuk itulah sebagai pemeriksa hendaknya benar-benar

dapat memahami arti dan melaksanakan komunikasi yang sesungguhnya sehingga

dapat turut menunjang dalam pelaksanaan kegiatan pemeriksaan yang dilakukan.

Yang perlu mendapat perhatian utama dalam melakukan komunikasi

adalah faktor manusianya itu sendiri, hal ini diperlukan karena dalam

berkomunikasi itu seseorang akan menghadapi manusia lainnya sebagai individu.

Rogers bersama D Lawrence Kincaid (dalam Cangara, 2000) mendefinisikan

Page 31: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

komunikasi sebagai suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau

melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya

akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. Rogers mencoba

mengkhususkan hakekat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran

informasi, di mana ia menginginkan adanya perubaan sikap dan tingkah laku serta

kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut

serta dalam suatu proses komunikasi.

Secara sederhana komunikasi dapat diartikan sebagai kegiatan manusia

untuk menyampaikan pesan, informasi, berita, ide dari satu pihak kepada pihak

lain, dalam usaha mendapatkan saling pengertian serta untuk mengubah pikiran,

perasaan atau perilaku orang lain.

Dalam kenyataannya, komunikasi sering kali sulit untuk dilakukan,

apalagi bila pihak yang diajak komunikasi itu adalah orang yang lebih tinggi

kedudukannya, lebih pintar, lebih kaya, sedang sedih, sedang frustasi, sedang

kesal, berbeda kebudayaan dan bahasa, jauh tempatnya, banyak jumlahnya,

orangnya memang kurang memiliki kemampuan untuk mengutarakan pikiran dan

pendapatnya atau bahkan pula orang yang kita ajak komunikasi memang memiliki

latar belakang kepribadian yang introvert (tertutup). Atau sebaliknya ciri-ciri itu

berada pada pihak kita sebagai orang yang akan menjalin komunikasi, yang jelas,

untuk usaha apapun hal itu dilakukan, yang mutlak harus ada adalah pengertian

yang sama diantara mereka yang terlibat komunikasi.

Begitu pula dalam pemeriksaan, selain kita memang harus sudah

mempersiapkan diri dengan apa yang hendak dikomunikasikan baik secara lisan

maupun tulisan atau apakah itu berlangsungnya secara formal maupun non formal,

yang harus diperhatikan adalah cara pendekatan kepada siapa yang harus kita

hadapi. Sebagai pemeriksa perlu mengetahui mengenai kepribadian manusia, yang

menurut ilmu psikologi manusia adalah sesuatu hal yang unik, dalam arti setiap

individu yang kita temui adalah akan berbeda dalam tingkah laku atau perangai.

Jadi tidak ada individu yang akan persis sama dengan individu lainnya dalam

segala kepribadiannya. Begitu pula dalam melakukan komunikasi dengan orang

yang hendak minta/beri informasi, mereka adalah individu yang berbeda dengan

individu lainnya walau memiliki status sosial ataupun kedudukan yang sama.

Setelah pemeriksa mengenal seperti yang telah diuraikan diatas, yang

harus dilakukan oleh seorang pemeriksa dalam melakukan komunikasi adalah

Page 32: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

dapat menciptakan suasana psikologis sedemikian rupa, sehingga orang yang

dimintai informasi merasa berada dalam lingkungan yang nyaman, merasa aman

dan tidak merasa terancam dalam memberikan informasi sehingga ia dapat bebas

dalam mengemukakan fakta-fakta yang diperlukan oleh pemeriksa serta relevan

dengan tujuan pemeriksaan, pemeriksa tidak boleh bersikap merasa lebih tahu

atau merasa kedudukannya lebih tinggi dari yang diperiksa, bahkan sebagai

pemeriksa harus mampu menjaga suasana psikologis yang telah tercipta dengan

baik dari awal sampai berakhirnya tugas pemeriksaan.

Dalam melakukan pemeriksaan, janganlah menggunakan cara seolah-

olah menginterogasi pihak yang diperiksa dan seolah-olah mencari-cari kesalahan

sehingga dapat menimbulkan rasa takut bahkan menunjukkan tidak suka atas

kedatangan pemeriksa, dengan terciptanya suasana psikologis yang baik serta

dapat menjaga situasi ini, maka niscaya hal ini akan sangat menunjang kegiatan

tugas sebagai pemeriksa.

Selanjutnya dalam komunikasi lisan (misalnya wawancara yang akan

dibahas pada bab berikutnya), yang harus diingat adalah pemeriksa harus tanggap

terhadap situasi maupun jawaban yang diberikan oleh pihak yang diperiksa.

Dengan secara cepat harus dapat mengevaluasi setiap jawaban dalam pikiran

seorang pemeriksa, sehingga dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan

selanjutnya dengan lancar yang pada akhirnya dapat memberikan interprestasi

terhadap informasi yang masuk dan dapat memberikan kesimpulan yang obyektif

sesuai dengan tujuan pemeriksaan. Jadi keahlian maupun ketrampilan sebagai

pemeriksa tetaplah menjadi persyaratan yang utama dalam mencari informasi,

jangan sampai menimbulkan kesan yang meragukan dari pihak yang di periksa

terhadap seorang pemeriksa.

2. Unsur-unsur dan Proses Komunikasi

Dalam komunikasi terdapat beberapa unsur komunikasi yang merupakan

persyaratan utama untuk terjadinya komunikasi. Unsur-unsur tersebut adalah:

- Kom

unikator

- Pesan

- Kom

unikan

:

:

:

:

Orang yang menyampaikan pesan

Pernyataan yang didukung oleh lambang

Orang yang menerima pesan

Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila

komunikasi jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.

Page 33: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

- Medi

a

- Efek

: Dampak sebagai pengaruh dari pesan

Kelima unsur ini merupakan unsur komunikasi yang mutlah harus ada dalam

setiap prosesnya.

Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang

mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menambahkan umpan balik dan

lingkungan selain kelima unsur di atas. Umpan balik dapat merupakan salah satu

bentuk dari pengaruh yang berasal dari penerima dapat juga berasal dari unsur lain

seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Sedangkan

lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi

jalannya komunikasi, yaitu lingkungan fisik, sosial budaya, psikologis dan

dimensi waktu.

Dengan demikian, proses komunikasi adalah cara atau seni penyampaian

suatu pesan yang dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa sehingga

menimbulkan efek atau dampak tertentu pada komunikasi, pesan yang

disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai paduan, pikiran dan

perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, himbauan, anjuran dan

sebagainya. Pernyataan tersebut dibawakan oleh lambang, umumnya adalah

bahasa. Ada pula lambang lain, yaitu berupa gerak-gerik, ekspresi wajah, gambar,

warna dan isyarat lainnya.

Yang paling utama perlu mendapat perhatian dalam komunikasi adalah

bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat

menimbulkan dampak atau efek tertentu pada diri komunikan. Dampak atau efek

yang ditimbulkan dapat berupa:

a. Efek Kognitif adalah efek yang berkaitan dengan pikiran, nalar atau rasio,

misalnya komunikan yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang semula tidak

mengerti menjadi mengerti.

b. Efek Afektif adalah efek yang berhubungan dengan perasaan, misalnya rasa

senang dan tidak senang terhadap suatu pesan atau informasi.

c. Efek Konatif adalah efek yang dapat menimbulkan kecenderungan untuk

bertingkah laku tertentu dalam arti kata melakukan suatu tindakan atau

kegiatan yang bersifat fisik atau jasmaniah. Misalnya pihak yang diperiksa

Page 34: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

yang tadinya enggan untuk memberikan berkas pemeriksaan menjadi mau

bertindak untuk memberikan berkas yang diperlukan oleh seorang pemeriksa.

Ketiga jenis efek atau dampak ini adalah hasil proses psikologis yang berkaitan

erat satu sama lainnya yang tak mungkin dipisah-pisahkan. Bilamana ketiga efek

ini telah timbul dalam suatu proses komunikasi, barulah dapat dikatakan bahwa

komunikasi itu efektif.

Tetapi nyatanya untuk menimbulkan ketiga jenis efek itu tidaklah mudah, bahkan

seringkali mengalami kegagalan dalam suatu proses komunikasi.

Kegagalan komunikasi yang tidak menimbulkan efek yang diharapkan

dapat disebabkan oleh karena; (dikutip dari Onong Uchjana Effendi).

a. Komunikator tidak mampu berbahasa dengan baik dan benar, awam mengenal

pesan yang disampaikan, diragukan kredibilitasnya dan lain-lain.

b. Pesan yang dikomunikasikan tidak menarik bagi komunikan atau tidak

menyangkut kepentingan komunikan.

c. Media yang digunakan tidak tepat atau tidak sesuai dengan situasi proses

komunikasi dan kondisi komunikan.

d. Komunikan yang satu dengan komunikan yang lain serta komunikan dengan

komunikator menunjukkan ketidakserasian secara sosiologis, antropologis

atau psikologis.

e. Lingkungan sosial tidak mendukung komunikasi yang dilancarkan karena

faktor politik, hukum, kebudayaan, keamanan dan lain-lain.

Sementara itu, scot M. Cultip dan Allen H. Cen dalam bukunya Effective

Public Relation, (dikutip dari Ig. Wursanto) mengemukakan faktor-faktor yang

dapat mendukung berhasilnya komunikasi yang efektif.

Faktor-faktor itu disebut dengan The Seven CS Communication, sebagai berikut:

a. Credibility (keterpercayaan)

Dalam komunikasi antara komunikator dengan komunikan harus saling

mempercayai, kalau tidak ada unsur saling mempercayai, komunikasi tidak

akan berhasil, tidak adanya rasa saling percaya akan menghambat komunikasi.

b. Context (perhubungan, pertalian)

Keberhasilan komunikasi berhubungan erat dengan situasi atau kondisi

lingkungan pada waktu komunikasi berlangsung. Misalnya situasi atau

keadaan yang sedang kacau, maka komunikasi akan terhambat sehingga

komunikasi tidak berhasil.

Page 35: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

c. Content (kepuasan akan isi berita)

Komunikasi harus dapat menimbulkan rasa kepuasan, antara kedua belah

pihak. Kepuasan ini akan tercapai apabila isi berita dapat dimengerti oleh

pihak komunikan dan sebaliknya pihak komunikan mau memberikan reaksi

atau respons kepada pihak komunikan dan sebaliknya pihak komunikan mau

memberikan reaksi atau respons kepada pihak komunikator.

d. Clarity (kejelasan)

Kejelasan yang dimaksud disini adalah kejelasan akan isi berita, kejelasan

akan tujuan yang hendak dicapai, kejelasan istilah-istilah yang dipergunakan

dalam mengoperan lambang-lambang.

e. Continuity and consistency (kesinambungan dan konsistensi)

Komunikasi harus dilakukan secara terus menerus dan informasi yang

disampaikan jangan bertentangan dengan informasi terdahulu.

f. Capability of audience (kemampuan pihak penerima berita)

Pengiriman berita harus disesuaikan dengan kemampuan dan pengetahuan

pihak penerima berita. Janganlah mempergunakan istilah-istilah yang

kemungkinan tidak dimengerti oleh pihak penerima berita.

g. Channels of distribution (saluran pengiriman berita)

Agar komunikasi berhasil, hendaknya dipakai saluran-saluran komunikasi

yang sudah biasa dipergunakan dan sudah umum.

Dari beberapa uraian diatas, sebagai pemeriksa kita dapat

memperhitungkan didalam segi apa kita mengalami kegagalan dalam

berkomunikasi, apakah kelemahan itu berada pada pihak pemeriksa ataukah

berada pada pihak yang diperiksa. Sehingga bila nyatanya kelemahan itu berada

pada pihak pemeriksa hendaknya segera diperbaiki dan bila kelemahan itu berada

pada pihak yang diperiksa sebagai pencari informasi dapat turut membantu dan

mau mengerti akan keadaan komunikan, dengan turut membangkitkan motivasi

serta dapat menciptakan suasana psikologis yang baik yang akhirnya sangat

membantu dalam pelaksanaan kegiatan pemeriksaan.

Selanjutnya dalam proses komunikasi lisan yang biasa dilakukan dengan

wawancara yang bertujuan memperoleh informasi dalam kegiatan pemeriksa ini,

seorang pemeriksa dapat bertindak sebagai komunikator, sebagai komunikan atau

Page 36: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

sebaliknya pula pihak yang diperiksapun dapat sebagai komunikator maupun

komunikan tergantung kepada proses komunikasi itu dilaksanakan.

B. Faktor-faktor Penghambat Komunikasi

1. Hambatan Sosio-antro-psikologis

Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional. Hal ini berarti seorang

komunikator harus dapat memperhatikan situasi ketika komunikasi itu

dilangsungkan, sebab situasi sangat berpengaruh terhadap jalannya komunikasi,

terutama situasi yang berhubungan dengan faktor sosiologis, antropologis dan

psikologis.

a. Hambatan sosiologis

Menurut Ferdinand tonnies seorang sosiolog, dikemukakan bahwa hubungan

manusia dalam masyarakat selalu bersifat Gemeinschaftlich atau

Gesellschaftlich. Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana

anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat

alamiah, serta bersifat kekal, yang didasari atas rasa cinta dan persatuan batin

yang memang telah dikodratkan dalam suatu kehidupan manusia. Hubungan

gemeinschaft dapat dijumpai didalam kelompok keluarga, rukun tetangga,

kelompok kekerabatan dan sebagainya, sedangkan, Gesellschaft merupakan

ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek dan bersifat

sebagai suatu bentuk pikiran belaka.

Hubungan Gesellschaft dapat dijumpai didalam perjanjian yang berdasarkan

ikatan timbal balik, misalnya ikatan antara orang-orang dalam suatu organisasi

di suatu perusahaan ikatan antara pedagang dan lain sebagainya.

Berkomunikasi secara hubungan Gemeinschatft seperti dengan istri, adik,

anak, bapak, RT tidak akan banyak menjumpai hambatan karena sifatnya

personal atau pribadi sehingga dapat dilakukan secara santai. Berbeda dengan

komunikasi secara Gesellschaft,bersifat tak pribadi, dinamis dan rasional,

seseorang yang bagaimanapun tinggi kedudukannya yang ia jabat, ia akan

menjadi bawahan orang lain, seperti dalam konteks kegiatan suatu

pemeriksaan yaitu seorang anggota pemeriksa harus patuh pada ketua timnya,

ketua tim harus patuh kepada pengawasnya dan pengawas itu harus patuh

kepada seorang penanggung jawab pemeriksaan yang tentu dalam

mengkomunikasikan hasil pemeriksaan yang dilakukan akan berbeda antara

komunikasi ke atasan dengan bawahan.

Page 37: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

Demikianlah masyarakat terdiri dari berbagai golongan dan lapisan

yang menimbulkan perbedaan dalam status sosial, agama, ideologi, tingkat

pendidikan, tingkat kekayaan dan lain sebagainya yang kesemuanya dapat

menjadi hambatan bagi kelancaran komunikasi.

b. Hambatan Antropologis

Manusia walaupun satu dengan lainnya sama sebagai makhluk sosial, tetapi

dapat berbeda dalam banyak hal. Berbeda dalam warna kulit, postur tubuh dan

kebudayaannya, gaya hidup, norma, kebiasaan dan bahasa.

Seperti telah diuraikan di muka bahwa komunikasi akan berjalan dengan

lancar apabila apa yang dikomunikasikan dapat diterima dan dipahami dengan

baik oleh komunikan. Pengertian dapat diterima dan dipahami disini ialah

diterima dalam pengertian received atau secara inderawi, dan dalam

pengertian accepted atau secara rohani. Agar yang dikomunikasikan dapat

diterima dan dipahami dengan baik, maka kita harus mengetahui dengan siapa

kita berkomunikasi. Pengertian baik disini adalah kita dapat mengetahui ras,

bangsa, suku apa sehingga dapat kita kenali kebudayaan gaya hidup, norma

kehidupan, kebiasaan dan bahasa dari orang yang kita ajak berkomunikasi,

sabagai contoh bila kita akan melakukan pemeriksaan, petugas pihak yang kita

akan melakukan pemeriksaan, petugas pihak yang kita periksa adalah orang

yang berasal dari suku jawa tentunya akan berbeda bila yang kita hadapi

adalah orang yang berasal dari suku batak baik gaya bicara, kebiasaan ataupun

kebudayannya. Demikian pula sebaliknya.

c. Hambatan Psikologis

Faktor psikologis seringkali menjadi hambatan dalam berkomunikasi. Hal ini

seringkali komunikator kurang dapat memperhatikan kondisi psikologis

komunikan. Kondisi psikologis tersebut dapat berupa kondisi komunikan yang

sedang sedih, sedang bingung, sedang frustasi, sedang marah, sedang kecewa

dan kondisi psikologis lainnya. Untuk mengatasi hal itu sebaiknyalah seorang

pemeriksa mengetahui terlebih dahulu motif-motif yang mendasari pihak

komunikan sehingga dapat timbul kondisi diatas yang tentunya dapat

menyulitkan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan. Selain itu, faktor prasangka

(prejudice) juga merupakan salah satu hambatan dalam komunikasi, karena

dengan sikap ini akan dapat menimbulkan emosi sehingga kesimpulan yang

dibuat bisa menjadi tidak rasional sifatnya dan tidak obyektif lagi bahkan

Page 38: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

dapat menjurus kepada hal-hal yang sifatnya negatif. Prasangka sebagai faktor

psikologis dapat disebabkan oleh aspek antropologis dan sosiologis yang

berdasarkan pengalaman yang tidak enak yang pernah dialami oleh pihak

komunikan.

2. Hambatan Semantis

Pada hambatan sosio-antropologis, hambatan adalah terdapat pada diri

komunikan. Sedangkan pada hambatan semantis terdapat pada diri komunikator.

Faktor semantis adalah menyangkut bahasa yang dipergunakan oleh

komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran, ide ataupun perasaannya

kepada komunikan. Faktor semantis ini dapat disebabkan oleh karena kesalahan

dalam pengucapan ataupun dalam penulisan yang dapat mengakibatkan apa yang

dimaksud oleh komunikator, ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga dapat

timbul salah pengertian yang pada akhirnya akan menimbulkan kesalahan dalam

berkomunikasi hal ini biasanya terjadi dikarenakan komunikator sering salah ucap

akibat bicaranya terlalu cepat sehingga ketika pikiran dan perasaan yang belum

mantap terformulasikan, sedangkan kata-kata sudah terlanjur keluar.

Hambatan semantis lainnya dapat disebabkan oleh karena aspek

antropologis, yakni suatu kata-kata yang sama bunyinya tetapi mempunyai makna

yang berbeda. Misalnya kata ”atos” dalam bahasa sunda akan mempunyai makna

yang berbeda seperti yang dimaksudkan dalam bahasa jawa. Hambatan lainnya

dalam komunikasi dapat berupa penggunaan kata-kata yang tidak tepat atau kata-

kata yang tidak biasa dipakai oleh umum, sebagai contoh penggunaan kata

merialitas yang dalam ilmu pemeriksaan adalah kata yang umum digunakan, akan

tetapi akan sulit dimengerti oleh orang yang tidak mengetahui ilmu pemeriksaan.

Bila kita akan memakai kata-kata seperti tersebut diatas, sebaiknya dijelaskan apa

yang dimaksud sebenarnya sehingga tidak terjadi salah tafsir.

Jadi, untuk menghilangkan hambatan semantis dalam komunikasi

seorang komunikator harus mengucapkan pernyataannya dengan jelas dan tegas,

memilih kata-kata yang tidak menimbulkan persepsi yang salah, dan disusun

dalam kalimat yang logis.

3. Hambatan Mekanis

Page 39: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

Hambatan mekanis akan dijumpai bilamana komunikasi mempergunakan suatu

media. Misalnya ketika kita sedang berkomunikasi dengan mempergunakan

pesawat telepon atau band frekwensi, dimana terdapat gangguan berupa suara

yang gemerisik atau suara dari saluran orang lain yang masuk kepada media

komunikasi yang kita gunakan sehingga dapat mengganggu jalannya komunikasi

yang sedang kita lakukan. Untuk mengatasinya, kita dapat menelepon kembali

beberapa saat kemudian, atau memindahkan frekwensi lain pada band frekwensi.

Hambatan yang juga dapat kita jumpai yaitu huruf ketika yang buram

atau hilang hurufnya atau foto copy yang buram atau kurang jelas sehingga tidak

terbaca dan lain-lain. Untuk mengatasinya, dapat digunakan cara seperti pengganti

pita mesin tik atau memfoto copy ulang agar didapat hasil yang jelas dan dapat

dibaca.

Yang penting dalam komunikasi ialah pesan komunikasi dapat diterima

secara rohani (accepted) yang terlebih dahulu harus dipastikan dapat diterima

secara inderawi (received), dalam arti kata bebas dari hambatan yang bersifat

mekanis.

4. Hambatan Ekologis

Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh karena adanya gangguan dari

lingkungan pada saat terjadinya komunikasi. Contoh dari hambatan ekologis

adalah misal seorang pemeriksa yang meminta keterangan kepada bagian produksi

di pabrik, suara mesin di pabrik dengan sendirinya akan mempengaruhi

komunikasi yang sedang berlangsung, atau seorang pemeriksa yang ingin

mengetahui harga pasar mengenai suatu barang dengan cara menanyakan

langsung ke pasar, riuhnya pasar akan dapat menimbulkan terganggunya jalannya

komunikasi. Guna mengatasi hambatan itu, dapat dilakukan dengan

menghindarinya seperti mengajak komunikan ketempat yang jauh dari gangguan

ekologis tersebut.

C. Peranan Dari Masing-masing Unsur Dalam Komunikasi

Untuk mendapatkan komunikasi yang efektif, dimuka telah diuraikan yaitu

yang dapat menimbulkan efek kognitif, efek konatif dan efek conasi, maka sangatlah

perlu untuk mengetahui peranan dari masing-masing unsur komunikasi sehingga

mendapatkan hasil yang diharapkan.

Page 40: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

1. Peranan komunikator

Seperti telah dikatakan semula bahwa fungsi komunikator adalah

menyampaikan pesan yang berupa ide, gagasan, pikiran ataupun perasaan dengan

tujuan untuk mengubah sikap, pendapat ataupun perilaku dari komunikasi. Untuk

itu terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam diri komunikator adalah:

1.1. Etos Komunikator

Keefektifan komunikasi ditentukan oleh etos komunikator. Etos adalah nilai

diri seseorang yang merupakan paduan dari kognisi, afeksi dan konasi

Kognisi : Proses yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar

Conasi : Aspek psikologi yang berkaitan dengan perbuatan

Dengan demikian, informasi atau pesan yang disampaikan komunikator

kepada komunikan akan komunikatif bila terjadi proses psikologis yang sama

antara orang-orang yang terlibat dalam proses itu. Beberapa faktor yang dapat

mendukung timbulnya etos adalah:

a. Kesiapan

Seorang komunikator harus menunjukkan bahwa ia telah mempersiapkan

diri sebelum komunikasi dilakukan, yaitu persiapan yang matang tentang

materi yang akan disampaikan sehingga ia tidak ragu-ragu lagi dalam

menyampaikan materi itu.

b. Kesungguhan

Bila seorang komunikator terlihat sungguh-sungguh dalam penyampaian

materi dalam komunikasi, maka dapat menimbulkan kepercayaan dari

pihak komunikan kepadanya.

c. Ketulusan

Di sini seorang komunikator harus memberikan kesan bahwa ia berhati

tulus dalam niat maupun perbuatannya, harus hati-hati dan selalu berusaha

menghindarkan kata-kata yang mengarah kepada keadaan yang

mencurigakan.

d. Kepercayaan

Komunikator harus selalu dapat menguasai diri dengan segala situasi

dengan secara sempurna. Ia harus selamanya siap dalam menghadapi

segala situasi.

e. Ketenangan

Page 41: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

Komunikator harus selalu tenang dalam penampilan dan tenang dalam

mengutarakan kata-kata. Hal ini harus diperlihara dan selalu ditunjukkan

pada setiap peristiwa komunikasi.

f. Keramahan

Komunikator harus selalu terlihat ramah yang dapat ditunjukkan dengan

ekspresi wajah, maupun dalam gaya dan cara pengutaraan paduan pikiran

dan perasaannya.

g. Kesederhanaan

Kesederhanaan tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat fisik saja,

tetapi juga dalam hal penggunaan bahasa sehingga komunikan mengerti

akan apa yang dikomunikasikannya.

1.2. Sikap Komunikator

Sikap seorang komunikator tentulah sangat mempengaruhi keberhasilan suatu

komunikasi. Untuk itu terdapat beberapa sikap yang perlu diperhatikan oleh

seorang komunikator.

a. Reseptive

Yaitu sikap bersedia untuk menerima gagasan dari orang lain, berhati

terbuka, yang mana gagasan ini dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi

suatu gagasan yang sangat bermanfaat.

b. Selektif

Dalam menerima gagasan, harus selektif dalam menyerap gagasan ataupun

informasi yang diterima.

c. Dijestif

Merupakan kemampuan komunikator dalam mencernakan gagasan

ataupun informasi dari orang lain sebagai bahan bagi pesan yang akan

dikomunikasikannya dengan memahami makna yang lebih luas dan lebih

dalam.

d. Transmisif

Kemauan seorang komunikator dalam memilih kata-kata yang fungsional,

mampu menyusun kalimat secara logis, mampu memilih waktu yang tepat,

sehingga komunikasi yang ia lancarkan dapat menimbulkan efek yang

diharapkan.

Page 42: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

2. Peranan Pesan

Agar peran yang disampaikan dapat dengan mudah dimengerti oleh pihak

komunikan, ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi yaitu:

a. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga pesan

itu dapat menarik perhatian pihak komunikan.

b. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada pengalaman

yang sama antara pihak komunikator dengan pihak komunikan.

c. Pesan harus dapat membangkitkan kebutuhan pribadi.

d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang

layak bagi yang dapat memberi dorongan kepada pihak komunikan untuk

berespon.

3. Peranan Media

Media komunikasi ikut menentukan dalam keberhasilan suatu komunikasi. Media

ini digunakan biasanya bilamana hubungan komunikator dan komunikan

berjauhan tempatnya, komunikan terlalu banyak dan dapat kedua-duanya. Media

ini dapat berupa telepon, surat, komputer terminal, radio, televisi, koran, majalah

dan lain-lain.

Dalam Ilmu Pemeriksaan, media yang sering dipergunakan untuk menunjang

kegiatan pemeriksaan yaitu surat (misalnya: konfirmasi), telepon, laporan hasil

pemeriksaan, Kertas Kerja Pemeriksaan.

4. Peranan Komunikan

Menurut Cutlip dan Center dalam bukunya Effective Public Relations (Dikutip

dari Onong Uchjana Effendi), untuk berhasilnya suatu komunikasi terdapat

beberapa faktor dalam diri komunikan yang harus diperhatikan oleh komunikator,

yaitu:

a. Bahwa komunikan terdiri dari orang-orang yang hidup bekerja, dan bermain

satu sama lain dalam jaringan lembaga sosial. Oleh karena itu setiap orang

adalah subyek dari berbagai pengaruh di antaranya adalah pengaruh dari

komunikator.

b. Bahwa komunikan membaca, mendengarkan, menonton komunikasi yang

menyajikan pandangan hubungan pribadi secara mendalam.

Page 43: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

c. Bahwa tanggapan yang diinginkan komunikator dari komunikan harus

menguntungkan bagi komunikan, kalau tidak ia tidak akan memberikan

tanggapan

Sementara itu, Chester I. Barnard menegaskan bahwa komunikan akan menerima

pesan yang disampaikan kepadanya kalau terdapat empat kondisi berikut ini

secara serempak, yaitu:

a. Ia benar-benar mengerti pesan yang disampaikan padanya.

b. Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu sesuai

dengan tujuannya.

c. Pada waktu ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa putusannya itu berkaitan

dengan kepentingan pribadinya.

d. Ia mampu untuk menepatinya, baik secara mental maupun secara fisik.

Demikianlah uraian dari masing-masing peranan unsur komunikasi,

sehingga kita sebagai pemeriksa dapat melakukan introspeksi diri mengenai apa

yang telah dilakukan selama ini dalam berkomunikasi dengan pihak yang

diperiksa dan berupaya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar lebih

mudah memperoleh informasi atau fakta-fakta yang akurat, demi tercapainya

tujuan pemeriksaan.

D. Komunikasi Lisan

Komunikasi lisan adalah suatu bentuk komunikasi dimana dalam

menyampaikan pesan yang berupa ide, informasi, atau pikiran dengan menggunakan

lambang bahasa serta dilakukan secara tatap muka. Dalam ilmu pemeriksaan,

komunikasi lisan ini biasanya dilakukan dengan melalui wawancara ataupun dengan

menggunakan media pesawat telepon.

Keuntungan dari komunikasi lisan yang dilakukan secara tatap muka ialah:

a. Umpan balik berlangsung seketika, di sini komunikator dapat mengetahui

tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu juga. Hal ini dapat diketahui dari

jawaban yang diberikan, juga dapat diketahui dari ekspresi secara fisik yang dapat

menerjemahkan pikiran seseorang.

b. Komunikan dapat menanyakan pada komunikator bila terdapat masalah yang

tidak atau kurang dimengerti. Begitu pula sebaliknya, sehingga kesalahpahaman

dihindari.

c. Ada kejelasan antara kedua belah pihak sehingga merasa puas.

Page 44: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

d. Dapat menimbulkan suasana kerja yang penuh keakraban sifatnya, kekeluargaan

dan demokrasi.

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang komunikator

dalam komunikasi lisan ini, yaitu:

a. Bersikap empatik dan simpatik

b. Perlihatkanlah sebagai komunikator yang terpercaya

c. Berlaku sebagai pembimbing dan bukan pendorong

d. Kemukakanlah fakta dan kebenaran

e. Bercakaplah dengan sikap mengajak

f. Jangan bersikap super, lebih tahu, sok tahu

g. Jangan mengkritik

h. Jangan emosional

i. Bersikaplah secara meyakinkan.

Telah dikatakan di atas bahwa selain wawancara, telepon juga merupakan

alat untuk melakukan komunikasi secara lisan secara tidak langsung, karena

dipisahkan oleh jarak. Tetapi komunikasi ini dapat dikatakan kurang efektif dalam

rangka pencarian informasi yang diperlukan bagi kegiatan pemeriksaan karena

sifatnya terbatas, dalam arti sebagai komunikator kita kurang mampu untuk

menangkap ekspresi fisik ketika komunikasi itu dilancarkan yang dapat membantu

untuk menterjemahkan pikiran seseorang.

E. Komunikasi Tertulis

Dalam ilmu pemeriksaan, komunikasi tertulis ini dipergunakan biasanya

dalam surat (misalnya konfirmasi), pembuatan laporan, Kertas Kerja Pemeriksaan,

memo.

Berikut akan diuraikan mengenai hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam

pembuatan surat dan pembuatan laporan secara tertulis, dan yang berlaku secara

umum.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian itu adalah:

1. Penulisan Surat Yang Baik

Mengingat surat mempunyai peranan yang sangat berarti dalam kegiatan

pemeriksaan (misal untuk konfirmasi), maka dalam penulisan surat harus

diusahakan agar tidak menimbulkan salah pengertian yang dapat menjadi

Page 45: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

rintangan dalam melakukan komunikasi. Penulisan surat dapat dikatakan baik

andaikata memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Surat ditulis dalam bentuk yang menarik

b. Surat mempunyai maksud dan tujuan

c. Surat ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti

d. Pakailah bahasa yang baik dan benar, baik susunan katanya, kalimatnya

maupun alineanya

e. Pergunakanlah bahasa sesuai dengan kemampuan pihak

penerima/pembaca

f. Surat harus dapat mencerminkan pengertian terhadap masalah-masalah

yang dihadapi oleh orang yang dituju

g. Hindarilah penggunaan kata, kalimat yang dipandang kurang perlu yang

dapat membingungkan pihak penerima atau pihak pembaca

h. Surat hendaknya menunjukkan budi bahasa serta kewibawaan pengirim

surat

2. Penulisan Laporan

Prosedur yang perlu diperhatikan dalam penyusunan laporan ialah:

a. Pengumpulan informasi, data

b. Pengolahan data

c. Perencanaan bentuk laporan yang akan dipergunakan

d. Penyusunan laporan, termasuk di dalamnya cara penulisan laporan,bentuk

susunan laporan

e. Pengiriman laporan yang dapat dilakukan melalui : pos, kurir, melalui alat

komunikasi lainnya, misalnya teleks.

Bagian-bagian laporan yang perlu diperhatikan dalam pembuatan laporan tertulis

ialah:

a. Setiap laporan harus diberi nama, judul yang harus disesuaikan dengan materi

yang dilaporkan

b. Tanggal laporan, kepada siapa laporan itu akan disampaikan

c. Isi laporan

d. Penanggung jawab laporan, terdiri dari unsur-unsur:

- tanda tangan

Page 46: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

- nama terang

- nama jabatan

- nomor NIP (khusus untuk Pegawai Negeri)

Cara membuat laporan yang baik yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai

berikut:

a. Laporan harus dibuat secara obyektif kebenarannya untuk itu diperlukan suatu

data processing

b. Laporan harus dibuat tetap waktunya sehingga mempunyai nilai tepat guna

c. Laporan sebaiknya ditulis singkat tetapi jelas

d. Pergunakanlah bahasa yang baik dan benar, sesuai dengan materi yang

dilaporkan.

e. Urutan laporan harus diurut secara sistematis, secara kronologis, mudah

dibaca, mudah dicari dan mudah dimengerti

f. Berilah penjelasan seperlunya

g. Bila perlu, pergunakanlah gambar-gambar, skema, tabel, dan grafik seperlunya

h. Laporan hendaknya dibuat oleh pegawai yang mempunyai pengetahuan

tentang:

- masalah yang dilaporkan

- teknik membuat laporan yang baik dan yang benar

selain yang telah diuraikan diatas, dalam kegiatan pemeriksaan sering pula

digunakan Memo sebagai media komunikasi tertulis, yang biasanya digunakan

sebagai:

- Instruksi dari atasan langsung

- Menulis data yang yang diminta pihak pemeriksa kepada pihak yang

diperiksa

- Pesan singkat dari telepon

- Penegasan tentang sesuatu masalah

Page 47: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

3.2. Latihan 2

1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi? Dan apa peranannya dalam

ilmu pemeriksaan?

2. Sebut dan jelaskan persyaratan utama untuk terjadinya komunikasi!

3. Apa penyebab terjadinya kegagalan komunikasi?

4. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor penghambat komunikasi?

3.3. Rangkuman

Ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara

tegas asas-asas penyampaian pembentukan pendapat dan sikap.

Dalam komunikasi terdapat beberapa unsur komunikasi yang merupakan

persyaratan utama untuk terjadinya komunikasi. Unsur-unsur tersebut adalah:

- Kom

unikator

- Pesan

- Kom

unikan

- Medi

a

- Efek

:

:

:

:

:

Orang yang menyampaikan pesan

Pernyataan yang didukung oleh lambang

Orang yang menerima pesan

Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila

komunikasi jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.

Dampak sebagai pengaruh dari pesan

Kelima unsur ini merupakan unsur komunikasi yang mutlah harus ada dalam

setiap prosesnya.

Kegagalan komunikasi yang tidak menimbulkan efek yang diharapkan

dapat disebabkan oleh karena; (dikutip dari Onong Uchjana Effendi).

f. Komunikator tidak mampu berbahasa dengan baik dan benar, awam mengenal

pesan yang disampaikan, diragukan kredibilitasnya dan lain-lain.

g. Pesan yang dikomunikasikan tidak menarik bagi komunikan atau tidak

menyangkut kepentingan komunikan.

Page 48: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

h. Media yang digunakan tidak tepat atau tidak sesuai dengan situasi proses

komunikasi dan kondisi komunikan.

i. Komunikan yang satu dengan komunikan yang lain serta komunikan dengan

komunikator menunjukkan ketidakserasian secara sosiologis, antropologis

atau psikologis.

j. Lingkungan sosial tidak mendukung komunikasi yang dilancarkan karena

faktor politik, hukum, kebudayaan, keamanan dan lain-lain.

4. KEGIATAN BELAJAR (KB) 3

WAWANCARA

4.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh

Wawancara merupakan suatu proses interaksi yang sering dilakukan dengan

komunikasi secara lisan dengan menggunakan suatu medode tanya jawab yang

mempunyai tujuan. Dalam kegiatan pemeriksaan, selain observasi yang dilakukan

oleh petugas pemeriksa, wawancara juga selalu digunakan untuk mendapatkan data

ataupun fakta yang diperlukan untuk mencapai tujuan pemeriksaan.

Berikut ini akan dibahas mengenai: pengertian dari wawancara beserta fungsi

wawancara. Suasana psikologis antara Interviewer dan interviewee serta cara menjalin

relasi yang baik antara interviewer dengan interviewee. Selanjutnya akan dibahas pula

mengenai beberapa pedoman untuk melakukan wawancara dengan baik, menentukan

orang-orang yang hendak diwawancarai serta mengatur waktu wawancara, serta yang

terakhir adalah mengenal pedoman wawancara (interview guide), cara-cara dalam

mengajukan petanyaan dan beberapa faktor yang turut mendukung keberhasilan

wawancara.

A. Pengertian Wawancara

Metode wawancara atau metode interview mencakup cara yang dipergunakan

kalau seseorang, untuk tujuan suatu tugas, mencoba mendapatkan keterangan atau

pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan

muka dengan orang itu. Dalam hal ini, suatu percakapan meminta keterangan yang

tidak untuk tujuan suatu tugas tetapi hanya untuk tujuan ramah tamah, untuk sekedar

tahu saja, atau untuk ngobrol saja, tidak disebut wawancara. Juga kalau ada seorang

Page 49: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

anak bertanya-tanya kepada orang tuanya mengenai aneka warna hal, biasanya juga

tidak disebut wawancara.

Wawancara adalah merupakan alat yang sangat baik untuk memperoleh

informasi, pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi, masa depan ataupun tanggapan

seseorang mengenai sesuatu hal. Juga berguna untuk menangkap aksi reaksi

seseorang dalam bentuk gerak-gerik dan ekspresi seseorang dalam pembicaraan

sewaktu tanya jawab sedang berjalan. Untuk itu sebagai orang yang mencari

informasi, seorang pemeriksa harus mengetahui dengan sungguh-sungguh dari pihak

yang diperiksa sehingga dapat turut membantu dalam pencarian informasi yang akan

diperoleh.

Selanjutnya, dalam proses wawancara selalu ada dua pihak yang masing-

masing mempunyai kedudukan yang berlainan, pihak yang satu dalam kedudukan

sebagai pencari informasi (information hunter, inrviewer), sedang pihak lain dalam

kedudukannya sebagai pemberi informasi (informan, interviewee)

1. Fungsi Wawancara

1.1. Sebagai metode primer

Bilamana wawancara dijadikan satu-satunya alat pengumpul data, atau

sebagai metode diberi kedudukan yang sama dalam serangkaian metode

pengumpulan data lainnya, maka ia dinamakan memiliki ciri sebagai metode

primer.

1.2. Sebagai metode pelengkap

Bila wawancara digunakan sebagai alat untuk mencari informasi yang tidak

dapat diperoleh dengan cara lain, ia akan menjadi metode pelengkap

1.3. Sebagai kriterium

Bila wawancara digunakan orang untuk tujuan menguji kebenaran dan

kemantapan suatu data yang telah diperoleh dengan cara lain seperti

observasi, daftar pertanyaan, testing.

Jadi, dengan ketiga fungsi di atas, kita dapat simpulkan bahwa wawancara adalah

merupakan alat yang kaya untuk memperoleh informasi ataupun data yang kita

perlukan.

2. Suasana Psikologis antara Interviewer dan Interviewee

Page 50: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

Agar memperoleh informasi ataupun data yang sesuai dengan tujuan

pemeriksaan serta obyektif, maka pihak pemeriksa tidak boleh mengadakan

wawancara dengan sikap hanya beranjak dari kepentingan diri pribadi, tanpa

memperhitungkan situasi psikologis pihak yang diperiksa. Untuk menciptakan

situasi psikologis ini, ia tidak boleh mengabaikan perasaan dan reaksi pihak yang

dihadapi. Karena interviewee juga adalah seorang manusia yang juga mempunyai

sikap simpati dan antipati, serta bisa saja mempunyai kebebasan untuk menjawab

ataupun tidak menjawab pertanyaan yang diajukan padanya. Ia dapat saja

tersinggung oleh sikap dan kata-kata yang kurang baik dari pemeriksa, dapat

berbuat acuh tak acuh atau bahkan pula memberikan jawaban yang tidak

semestinya. Oleh sebab itu bukanlah pada tempatnya jika pencari informasi tidak

mau tahu menahu terhadap kenyataan itu, bahkan ia tetap mengharapkan

informasi yang sebanyak-banyaknya dan sebaik mungkin dari pihak yang

diperiksa.

Suasana psikologis dalam interview ditandai dengan suasana kerja sama

yang baik, penuh persahabatan, ramah tamah, saling menghargai, saling

mempercayai merasa aman, nyaman dan tidak merasa terancam. Suasana ini

penting diciptakan dalam suatu interview, karena hanya dalam suasana seperti

inilah informasi dapat diperoleh secara baik dan adekwat.

Dalam hal ini, tugas seorang interviewer tidak terbatas untuk

mendapatkan informasi saja, melainkan juga mencari jalan ke arah pembentukan

suatu wawancara yang sebaik-baiknya.

3. Cara Menjalin Relasi Yang Baik Dengan Pihak Yang di Wawancarai

Untuk dapat menciptakan suasana psikologis serta memperoleh informasi

yang optimal, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara:

3.1 Penampilan

Penampilan pewawancara akan menimbulkan kesan baik/buruknya pihak

pewawancara dari pihak yang diwawancara. Penampilan seorang pemeriksa

dalam berpakaian hendaknya disesuaikan dengan norma yang telah ditentukan

dan lazim berlaku. Kesan pertama dari penampilan pewawancara, yang

pertama-tama diucapkan dan dilakukan oleh pewawancara dan yang dilakukan

peawancara, sangatlah penting untuk merangsang sikap kerja sama dari pihak

yang diwawancarai. Selain itu berdasarkan hasil penelitian, pihak yang

Page 51: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

diwawancarai lebih ingat akan pewawancara dan cara mewawancarai daripada

isi wawancaranya itu sendiri.

3.2 Adakan pembicaraan-pembicaraan pembukaan yang ramah tamah pada

permulaan wawancara.

3.3 Kemukakan tujuan daripada wawancara dalam bahasa yang mudah dimengerti

oleh interviewee dan kemukakan dengan segala kerendahan hati dan

bersahabat.

3.4 Tariklah minatnya ke arah pokok-pokok persoalan yang akan ditanyakan.

3.5 Timbulkanlah suasana yang bebas sehingga interviewee tidak merasa tertekan

baik oleh pertanyaan yang diajukan maupun oleh suasana wawancara yang

berlangsung. Di sini pihak pewawancara serta mengadakan rapport. Rapport

ialah situasi psikologis yang menunjukkan bahwa pihak yang diwawancara

bersedia bekerjasama, bersedia menjawab pertanyaan dan memberi informasi

sesuai dengan pikiran dan keadaan yang sesungguhnya. Sehingga dengan

adanya hubungan yang baik ini akan menunjukkan bahwa pihak yang

diwawancara merasa bebas untuk mengutarakan pandangan maupun

informasi. Dengan suasana wawancara seperti ini, maka pihak yang

diwawancara tidak hanya merasa bebas untuk memberikan informasi, bahkan

terangsang untuk berbicara.

3.6 Pewawancara tidak boleh memperlihatkan sikap yang tergesa-gesa, sikap

kurang menghargai jawaban atau sikap kurang percaya.

3.7 Berikanlah dorongan kepada pihak yang diwawancarai yang dapat

menimbulkan perasaan bahwa ia adalah orang yang penting dan diperlukan

sekali dalam kerjasamanya serta bantuannya untuk memecahkan suatu

informasi.

B. Beberapa Pedoman Untuk Melakukan Wawancara

1. Pertanyaan-pertanyaan Pembukaan

Pada taraf permulaan dari wawancara, hendaknya, pertanyaan berkisar

pada masalah yang netral dan ringan. Pertanyaan yang ’to the point’ dapat

mengejutkan pihak yang diwawancara, begitu pula pertanyaan yang terlalu berat.

Hal ini dapat mengakibatkan pihak yang diwawancara menjadi terkejut dengan

bersikap menarik diri, melawan atau bahkan menolak. Hal ini tentunya harus

selalu dihindari dalam suasana wawancara.

Page 52: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

2. Gaya Bicara

Gaya bicara hendaknya tersusun menurut maksudnya, jangan berbelit-

belit. Karena kebanyakan orang yang kita interview akan selalu waspada dengan

siap mereka berhadapan. Lagi pula gaya bicara yang berbelit-belit dapat

menimbulkan pihak yang diwawancara untuk berbuat hal yang sama, ia akan

memberikan jawaban yang berbelit-belit dan berputar-putar sehingga dapat

mengalami kesukaran dalam menangkap ujung pangkal dari isi pembicaraannya

serta dapat kurang dipercaya kebenarannya. Akan sangat baik sekali bila pihak

interviewer berbicara dengan terus terang, dengan kalimat yang tersusun dengan

baik, secara sederhana dan memokok.

3. Nada dan Irama

Kata-kata yang monoton, tidak ada nadanya dapat menimbulkan suasana

yang membosankan dalam interview. Nada berfungsi agar orang yang kita

interview dalam keadaan ’bangun’, juga dapat mengisyaratkan bagian mana dari

pembicaraan yang penting dan meminta perhatian yang lebih banyak. Selain nada,

irama bicara juga dapat membantu dalam kelancaran wawancara. Jangan bicara

terlalu lambat ataupun terlalu cepat sehingga kesannya mendapat pertanyaan yang

bertubi-tubi yang akibat lebih jauhnya lagi pihak yang diwawancara kurang

memiliki kesempatan untuk menyelesaikan suatu jawaban secara lengkap.

4. Sikap Bertanya

Sikap wawancara idealnya adalah suasana yang dapat menimbulkan

suasana penuh keakraban, suasana yang bebas dan tidak kaku serta penuh

kehangatan. Suasana ini tidak akan diperoleh bilamana:

a. Pewawancara bersikap sebagai seorang polisi yang

menginterogasi seorang tertuduh.

b. Pewawancara bersikap sebagai seorang maha guru yang sedang

memberikan ceramah.

c. Pewawancara bersikap kurang menghargai, kurang percaya atau

berulang-ulang memberikan celaan terhadap jawaban yang kurang disenangi.

5. Mengadakan Paraphrase

Page 53: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

Dalam melakukan wawancara tidak jarang akan kita jumpai seorang

pihak yang diwawancarai mengalami kesukaran untuk merumuskan isi pikirannya

dengan secara teratur, lengkap dan sistematis. Peranan pewawancara di sini adalah

harus dapat membantu pihak yang diwawancara agar dapat merumuskan

keterangannya dalam kata-kata yang lebih tepat dan berarti. Interviewer di sini

seolah-olah sebagai penterjemah bebas baik terhadap pihak yang diwawancarai

maupun terhadap dirinya sendiri. Tetapi hal ini harus dilakukan secara hati-hati,

jangan sampai mengubah hitam menjadi putih atau sebaliknya. Karena dengan

melakukan paraphrasing ini dapat menggiring orang ke suatu kesimpulan yang

tidak ia maksudkan, tanpa orang itu menyatakan keberatan. Karena itu dalam

paraphrasing orang tidak boleh bermaksud lain kecuali mengadakan paraphrase

itu sendiri. Paraphrase bukanlah berarti menarik suatu kesimpulan, karena dalam

wawancara tidak pernah mengandung kesimpulan untuk pihak yang diwawancara.

6. Mengadakan Probing

Probing adalah penggalian yang lebih dalam suatu wawancara. Hal ini

dapat dilihat bilamana si interviewee telah memberikan pernyataan/jawaban yang

cukup jelas, akan tetapi pihak pewawancara ingin mengetahui lebih dalam lagi

mengenai jawaban yang telah diberikan itu. Dengan melakukan probing dapat

diperoleh keterangan yang lebih mendetail dan selengkap-lengkapnya melalui

pertanyaan-pertanyaan yang memokok.

7. Membuat Catatan

Buatlah catatan dari hasil wawancara yang diperoleh agar mendapatkan

data yang seobyektif mungkin bilamana situasinya memungkinkan untuk

melakukan pencatatan. Karena memang ada orang yang tidak menginginkan hasil

wawancara dicatat itu dicatat secara teliti serta ada pula yang merasa bahwa hal

ini dapat mengganggu kelancaran jalannya wawancara, yang akibat lebih

lanjutnya pihak yang diwawancara dapat bersikap curiga dan ragu-ragu untuk

menjawab setiap pertanyaan. Begitu pula dalam penggunaan alat perekam,

sebaiknya sebagai pihak pewawancara terlebih dahulu harus permisi lebih dahulu

agar tidak menimbulkan kesan yang tidak baik dan kesan mencurigakan.

Kekurangan-kekurangan dari tidak adanya pencatatan seketika:

7.1 Dari pihak interview

Page 54: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

a. Dapat menjadi beban yang sangat berat untuk mengingat semua

pembicaraan, sehingga data yang diperoleh dapat terlupakan, hilang.

b. Kecuali terlupakan, data yang dicatat dari ingatan juga sering kehilangan

sarinya, karena pewawancara melakukan pencatatan dari ingatan yang

cenderung untuk menyingkat dan memadatkan data.

c. Data yang dicatat dari ingatan, terutama dengan waktu antara yang agak

lama, akan banyak mengandung banyak kesalahan.

7.2 Dari pihak interviewee

Dapat menimbulkan kesan bahwa jabatan-jabatan yang diberikan tidak penting

dan tidak berharga.

8. Menilai Jawaban

Ketelitian daripada pencatatan dan paraphrase bergantung kepada

ketepatan penilaian interviewer terhadap jawaban-jawaban ataupun informasi

yang diberikan interviewee. Perlu tidaknya meniadakan probing atau tepat

tidaknya suatu probing dilakukan bergantung juga kepada baik buruknya

interviewee dalam menilai jawaban. Oleh karena itu, keberhasilan dari hasil

interview tercermin dari kebenaran menilai jawaban, dan juga oleh karena tidak

semua interviewer maupun interviewee dapat menangkap dengan tepat isi

pembicaraan orang lain, maka sudah sewajarnyalah penilaian jawaban yang tepat

adalah merupakan kunci dari suksesnya buat interview.

Terdapat 2 hal penting sehubungan dengan menilai jawaban, yaitu:

8.1 Sikap phenomenologik

Artinya kesediaan untuk ”menanggalkan” semua preconceptions, prejudice,

dan motiv-motiv subyektif lainnya.

8.2 Sikap Faktual

Artinya tidak terkurung oleh jalan reasoningnya sendiri serta tidak menarik

kesimpulan tanpa dasar sesuatu fakta yang obyektif. Orang yang terikat oleh

jalan berpikirnya dalam menerima informasi serta tidak menarik kesimpulan

tanpa dasar sesuatu fakta yang obyektif, menandakan bahwa ia telah

meletakkan kerangka-kerangka berfikir dan mengharapkan. Jika ada

pernyataan yang begini, tentu alasan atau kelanjutannya adalah begitu. Sikap

seperti itu dapat menimbulkan kesimpulan penilaian yang salah. Baik jalan

Page 55: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

berfikir maupun isi, alasan, serta kesimpulannya dalam interview sebagai

metode pengumpulan fakta harus diserahkan sendiri kepada interviewee.

C. Menentukan Waktu dan Orang Yang Hendak diwawancarai

1. Menentukan Waktu

Sebelum melakukan wawancara, tentulah antara pihak yang akan

diwawancarai harus membuat janji terlebih dahulu. Dalam membuat janji ini

sebaiknya pewancara menyerahkan pada pihak yang hendak diwawancara kapan

ia mempunyai waktu untuk diwawancarai dan bila telah ditetapkan maka

pewawancara harus menepati janji tepat pada waktunya. Dan sekiranya

pewawancara berhalangan datang, hendaknya pihak yang diwawancarai diberitahu

jauh-jauh hari sebelum waktu yang telah ditentukan supaya pihak yang akan kita

wawancarai tidak kecewa dan tidak menimbulkan kesan menyepelekan pihak

yang akan diwawancarai. Ketika pemberitahuan itu dilakukan sebaiknya

ditentukan hari pengganti. Untuk kasus-kasus tertentu memang diperlukan suatu

kedatangan yang mendadak tanpa membuat janji terlebih dahulu (khususnya

dalam pemeriksaan yang sifatnya memerlukan pendadakan).

2. Menentukan orang yang akan diwawancara

Sebagai orang yang hendak mencari informasi, sudah selayaknyalah

untuk menyeleksi terlebih dahulu orang-orang yang dapat diandalkan/kompeten

untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan sehingga tujuan dari tugas

pemeriksaan dapat dicapai.

D. Pedoman Wawancara (Interview Guide)

Wawancara tentunya dapat lancar bila pewawancara dapat merumuskan

pertanyaannya dengan sempurna, dan hal itu tergantung dari isi pertanyaannya.

Sedangkan isi dari pertanyaan erat hubungan dengan pengetahuan pencari informasi

tentang pokok permasalahan wawancara. Seorang pencari infromasi yang tidak

menguasai pokok permasalahan kadangkala juga dapat juga mengalami kehabisan

pertanyaan yang mengakibatkan jalannya wawancara akan mengalami kemacetan.

Reaksi yang dapat dilakukan oleh pewawancara ialah dapat dengan melihat kembali

catatannya, dan menanyakan kembali salah satu atau beberapa pertanyaan yang sudah

ditanyakan, ditambah dengan permintaan untuk lebih banyak memberikan keterangan

Page 56: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

secara mendetail. Sehingga dengan demikian ia bisa mengambil waktu untuk

memikirkan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya dan menyambung wawancaranya

kembali. Bila hal seperti ini sering dilakukan tentu dapat memberikan kesan yang

kurang baik dari pihak yang diwawancara, seolah-olah pewawancara kurang

teramping dalam melakukan wawancara.

Untuk menghindari gejala kehabisan pertanyaan, maka sudah sewajarnyalah

pewawancara mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan suatu daftar dari pokok-

pokok yang sebaiknya ditanyakan yang berhubungan dengan pokok permasalahan

disesuaikan dengan tujuan tugas semula. Catatan yang mengandung daftar dari

pokok-pokok mengenal permasalahan yang ditanyakan dinamakan pedoman

wawancara (interview guide).

Dengan demikian, fungsi dari interview guide adalah:

1. Memberikan bimbingan secara memokok mengenai permasalahan

yang akan ditanyakan.

2. Menghindari kemungkinan lupa akan beberapa persoalan, yang

berhubungan dengan masalah yang akan diperiksa.

3. Meningkatkan interview sebagai suatu metode yang hasilnya

memenuhi prinsip komparabilitas. Interview guide biasanya hanya dalam bentuk

catatan-catatan garis besar dan singkat tentang apa-apa yang akan ditanyakan.

Inteview guide ini kadang-kadang perlu dihafalkan di luar kepala. Walau

demikian seorang pemeriksa perlu melihat kembali guide itu setiap saat. Materi

soal yang akan ditanyakan tergantung kepada tujuan dari pemeriksaan, dan untuk

menyusun guide ini seorang pemeriksa harus benar-benar menguasai ruang

lingkup pemeriksaan dan telah mempunyai gambaran yang tegas dan konkrit

mengenai permasalahan yang akan diperiksa.

E. Cara-cara Mengajukan Pertanyaan

Setelah seorang pemeriksa menyusun interview guide sebelum terjun ke

lapangan, maka selanjutnya terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

mengajukan pertanyaan. Beberapa hal tersebut adalah:

a. Jangan mengajukan pertanyaan yang mungkin dijawab ”Ya”,

”tidak”, ”boleh”.

Page 57: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

Untuk menghindari jawaban-jawaban seperti itu mulailah pertanyaan itu dengan

kata-kata:

- Bagaimana...

- Apakah...

- Mengapa...

Walaupun demikian dalam hal-hal tertentu yang sifatnya meminta, penegasan,

dapat saja pertanyaan diawali dengan kata-kata, misalnya benarkah ... dan

seterusnya.

b. Jangan mempertentangkan hanya mencari informasi yang

sifatnya menuduh. Ingat tugas pemeriksa hanya mencari informasi yang

berhubungan dengan kegiatan pemeriksaan

c. Jangan mempertentangkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh

pihak interviewee.

d. Jangan memotong pembicaraan ataupun memberi komentar-

komentar. Meskipun demikian, dalam hal tertentu dapat dibenarkan. Umpamanya

pembicaraan yang berbelit-belit atau menyimpang dari pokok permasalahan yang

ditanyakan dan bilamana hal ini terjadi, maka pemeriksa dapat melakukannya

dengan secara sopan.

e. Sebaiknya tidak mengajukan pertanyaan yang banyak

mengandung persoalan. Usahakanlah agar satu pertanyaan hanya mengandung

satu persoalan. Tetapi ada kemungkinan untuk melakukan hal itu, jika pertanyaan

berkaitan. Misalnya: mengapa hal itu terjadi, dan bagaimana penanggulangannya?

f. Kesan sok tahu harus dihilangkan, hal ini haruslah dijaga

walaupun seorang pemeriksa memiliki pengetahuan yang cukup tentang masalah

yang diungkapkannya.

g. Keterlibatan dalam kegiatan ini tidak boleh terlalu aktif, sehingga

menimbulkan kesan seperti diskusi.

h. Suasana santai harus tetap diperlihara.

i. Menguasai terlebih dahulu bahan pertanyaan dan masalah yang

erat hubungannya dengan pokok permasalahannya. Beberapa bahan pertanyaan

yang telah ada selanjutnya dapat dibuat bentuk-bentuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Pertanyaan untuk menentukan atau penolakan

Page 58: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

Pertanyaan ini digunakan untuk menyatakan agar yang diperiksa

melanjutkan penjelasannya, atau untuk menolak agar dikemukakan penjelasan

lain.

Misalnya : ”Saya setuju dengan apa yang telah Bapak/Ibu katakan, tetapi

mengapa hal itu bisa terjadi?””

”Apa yang Bapak/Ibu katakan adalah benar, tetapi maksud

saya adalah ...?”b. Pertanyaan diajukan sebagai statement penjelasan untuk

menstimulir perasaan

Pertanyaan ini lebih merangsang perasaan, pengertian dan pentingnya

ucapan-ucapan yang diperiksa. Pertanyaan ini sebetulnya lebih bersifat

statement (pernyataan) dari jawaban yang diberikan oleh pihak yang diperiksa,

dengan maksud untuk menegaskan kembali ucapan dari pihak yang diperiksa

sehingga informasi yang diperoleh dapat diyakini kebenarannya.

c. Pertanyaan-pertanyaan dalam Cross examination

Bentuk pertanyaan ini biasanya digunakan dalam suatu

penyelidikan,yang biasanya digunakan oleh Jaksa reserse untuk

menginterogasi seorang tertuduh. Bentuk pertanyaan ini sewaktu-waktu dapat

juga digunakan dalam ilmu pemeriksaan. Tetapi sejauh masih ada cara lain

sebaiknyalah bentuk pertanyaan ini dihindari oleh pemeriksa, karena dengan

bentuk pertanyaan ini dapat menimbulkan ketegangan sehingga dapat

mengganggu suasana psikologis yang seharusnya dapat dibentuk dengan baik.

Contoh pertanyaan ini sebagai berikut:

“Berapa penjualan barang A bulan ini?”, ”berapa piutang?”, ”Beberapa PPn-

nya?”, ”Berapa sudah dilunasi?” Tenggang waktu antara satu pertanyaan

dengan pertanyaan berikutnya harus cepat, sehingga tidak memungkinkan bagi

pihak yang diwawancara mengatur jawaban yang dipalsukan. Cara ini dapat

efektif untuk pemeriksaan yang sifatnya tertentu saja, tetapi tidak menutup

kemungkinan pihak yang diwawancarai menutup penjelasan berikutnya.

Dengan demikian uraian cara-cara dalam mengajukan pertanyaan

haruslah diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh seorang pemeriksa,

sehingga informasi yang diperoleh akan sesuai dengan tujuan pemeriksaan.

F. Beberapa Faktor Yang Mendukung Kelancaran Wawancara

Page 59: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh seorang pemeriksa

sebagai pewawancara, yaitu:

1. Kode Etik Pewawancara:

1.1 Jujur dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan pertanyaan tidak

menyimpang dari tujuan pemeriksaan.

1.2 Cermat.

1.3 Obyektif dalam menyampaikan pertanyaan, netral, tidak mempengaruhi

interfviewee dalam menangkap maksud pertanyaan maupun penjawabnya.

1.4 Jujur dalam mencatat jawaban yang diberikan oleh pihak interviewee.

1.5 Tulislah jawaban interviewee selengkapnya, seperti yang diucapkannya.

Tulisan jelas, terbaca oleh siapapun.

1.6 Menaruh perhatian dan penuh pengertian terhadap interviewee.

1.7 Sanggup membuat pihak interviewee tenang dan bersedia untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan.

1.8 Hargailah interviewee. Apapun tanggapan seorang pemeriksa tentang

interviewee harus dilupakan, karena ia sangat penting bagi pemeriksa.

2. Sikap Pewawancara

2.1 Netral

Tugas seorang pewawancara adalah merekam informasi tanpa menghiraukan

apakah keterangan itu baik, tidak baik, menjemukan atau menyenangkan bagi

pemeriksa, tidak menentang ataupun beraksi terhadap jawaban interviewee,

baik dengan kata-kata ataupun dengan gerakan, misalnya menyatakan tidak

setuju, heran, merendahkan dan sebagainya. Faktor sugesti harus dihindarkan.

2.2 Adil, tidak memihak. Sopan dan hormat kepada pihak yang diwawancara.

Semua pihak yang kita wawancara harus diperlakukan baiknya, siapapun dia.

Sehingga dengan sikap tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pihak

yang diwawancara dalam menyatakan pendapatnya.

2.3 Hindarkan ketegangan. Wawancarailah secara obrolan. Hindarilah kesan

seolah-olah pihak yang diwawancara sedang diuji. Namun harus hati-hati,

jangan sampai interviewee bercerita kian kemari serta harus sopan dalam

mengembalikan perhatiannya kepada pertanyaan semula.

2.4 Ramah. Sikap ramah sangat penting, bermuka cerah, tidak malas sehingga

dapat memberikan kesan yang baik bagi pihak yang diwawancarai

Page 60: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

3. Taktik Wawancara

3.1 Usahakan tidak ada orang lain dalam ruangan ketika wawancara sedang

berlangsung, baik pihak yang diwawancara ataupun pewawancara tidak perlu

membawa teman.

3.2 Jawaban pertama atau reaksi pertama terhadap satu pertanyaan yang diberikan

adalah pendapat yang sesungguhnya. Bilamana interviewee berubah pendapat

setelah pindah ke pertanyaan lain, jawaban atas pertanyaan tadi jangan

dihapus.

3.3 Jangan terburu-buru dalam menuliskan jawaban ”tidak tahu” tetapi

sebenarnya interviewee sedang berfikir karena itu interviewer harus sabar

menunggu.

3.4 Pada jawaban “ya” atau “tidak”, sering interviewee menambahkan keterangan

“ya”, kalau ... ”, “ya”, tetapi tidak ...”, dalam hal ini harus ditulis pula.

3.5 Semua komentar interviewee harus ditulis dengan lengkap.

3.6 Jawaban interviewee harus dimengerti maksudnya sebelum dicatat, bilamana

belum jelas harus ditanyakan lagi. Jawabannyapun harus yang bersifat khusus

jangan yang bersifat umum dan mempunyai dua atau lebih arti.

3.7 Sedapat mungkin diusahakan interviewer sambil menulis tetap berbicara serta

berikan pertanyaan yang mengajak interviewee untuk berfikir, karena dengan

membiarkan interviewee menunggu terlalu lama dapat menimbulkan

kebosanan.

3.8 Sebelum selesai wawancara dan berpamitan, teliti kembali apakah semua

pertanyaan sudah diajukan ataukah belum, karena kemungkinan ada pula yang

terlewati.

4.2. Latihan 3

1. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan wawancara!

2. Jelaskan fungsi dari wawancara!

3. Bagaimana cara menjalin relasi yang baik dengan pihak yang diwawancarai?

4. Jelaskan beberapa pedoman untuk melakukan wawancara!

4.3. Rangkuman

Page 61: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

Wawancara adalah merupakan alat untuk memperoleh informasi, pendapat,

keyakinan, perasaan, motivasi, masa depan ataupun tanggapan seseorang mengenai

sesuatu hal.

Fungsi Wawancara

Sebagai metode primer

Bilamana wawancara dijadikan satu-satunya alat pengumpul data, atau

sebagai metode diberi kedudukan yang sama dalam serangkaian metode

pengumpulan data lainnya, maka ia dinamakan memiliki ciri sebagai metode

primer.

Sebagai metode pelengkap

Bila wawancara digunakan sebagai alat untuk mencari informasi yang tidak

dapat diperoleh dengan cara lain, ia akan menjadi metode pelengkap

Sebagai kriterium

Bila wawancara digunakan orang untuk tujuan menguji kebenaran dan

kemantapan suatu data yang telah diperoleh dengan cara lain seperti

observasi, daftar pertanyaan, testing.

Page 62: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

5. TEST FORMATIF

Pilihlah salah satu jawaban yang tepat!

1. Di bawah ini adalah unsur-unsur komunikasi, kecuali . . .

a. Komunikator

b. Komunikan

c. Etika

d. Media

e. Efek2. Seorang komunikator harus dapat menguasai diri dengan segala situasi secara

sempurna serta siap menghadapi segala situasi. Hal tersebut merupakan salah satu

faktor dalam etos komunikator, yaitu . . .

a. Keramahan

b. Kesederhanaan

c. Kesungguhan

d. Ketenangan

e. Kepercayaan3. Budi gagal menyampaikan pesan karena dia kesulitan untuk menyampaikannya

dalam bahasa yang mudah dipahami. Hal tersebut menunjukkan bahwa ia belum

memiliki salah satu sikap komunikator yang baik, yaitu . . .

a. Reseptif

b. Selektif

c. Dijestif

d. Transmisif

Page 63: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

e. Komunikatif4. Setelah mendengar penjelasan rekan satu tim, Agus mau merenungkan kembali dan

sadar bahwa sikapnya selama ini kurang berkenan di hati rekan-rekan yang lain.

Namun demikian, dia masih enggan untuk merubah sikapnya tersebut. Pesan yang

diterima Agus membawa efek pada . . .

a. Emosi

b. Kognitif

c. Afektif

d. Konatif

e. Tingkah laku5. Komunikasi dua orang pegawai yang berbeda kedudukan pada bagian yang berbeda

merupakan contoh komunikasi . . .

a. Ke bawah

b. Lateral

c. Horizontal

d. Diagonal

e. Vertikal6. Seseorang yang meiliki kedudukan tinggi suatu saat akan menjadi bawahan orang

lain. Situasi tersebut seringkali menjadi penghambat komunikasi,yaitu hambatan . . .

a. Sosiologis

b. Psikologis

c. Antropologis

d. Ekologis

e. Mekanis7. Faktor keberhasilan komunikasi berhubungan dengan situasi atau kondisi

lingkungan pada waktu komunikasi berlangsung, dikenal dengan istilah . . .

a. Contex

b. Continuity

c. Content

d. Clarity

e. Credibility8. Seseorang menyampaikan sesuatu dengan emosi meledak-ledak. Hal tersebut adalah

reaksi frustasi yang berupa . . .

a. Menarik diri

b. Meninggalkan persoalan

Page 64: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

c. Meninggalkan situasi

d. Mempertahankan diri

e. Tingkah laku agresif9. Dorongan untuk menjadi yang terbaik merupakan wujud dari kebutuhan . . .

a. Aktualisasi diri

b. Penghargaan

c. Sosial

d. Rasa aman

e. Primer10. Dorongan untuk menjadi yang terbaik merupakan wujud dari kebutuhan . . .

a. Komunikator

b. Pesan Komunikasi

c. Media Komunikasi

d. Penerima Pesan

e. Gaya Kepemimpinan11. Dua faktor penting dalam human relation adalah . . .

a. Etika dan simpati

b. Etika dan empati

c. Imitasi dan sugesti

d. Etika dan sugesti

e. Imitasi dan empati12. Mengucapkan kalimat secara jelas dan logis merupakan salah satu upaya untuk

mengurangi hambatan . . .

a. Sosiologis

b. Psikologis

c. Antropologis

d. Ekologis

e. Semantis13. Wawancara merupakan satu-satunya cara untuk mengumpulkan data merupakan

fungsi wawancara sebagai . . .

a. Kriterium

b. Metode Primer

c. Metode Sekunder

d. Metode Pelengkap

e. Content14. Di bawah ini adalah sikap pewawancara yang baik, kecuali . . .

Page 65: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

a. Ramah

b. Menghindari ketegangan

c. Netral

d. Memihak

e. Adil15. Tidak menarik kesimpulan tanpa dasar fakta yang obyektif merupakan cerminan

sikap . . .

a. Phenomenologik

b. Probing

c. Paraphrase

d. Faktual

e. Netral

Page 66: Psikologi Pemeriksaan DTSS PCA

6. KUNCI JAWABAN TEST FORMATIF

1. C 6. A 11. B2. E 7. A 12. E3. D 8. E 13. B4. C 9. A 14. D5. D 10. E 15. C

7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul ini.

Hitung jawaban Anda dengan benar. Kemudian gunakan rumus untuk mengetahui

tingkat pemahaman terhadap materi psikologi pemeriksaan.

TP = Jumlah Jawaban Yang Benar x 100%Jumlah Keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari

mencapai

91% s.d. 100% : Amat Baik81% s.d. 90% : Baik71% s.d. 80,99% : Cukup61% s.d. 70,99% : Kurang

Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81% ke atas (kategori “Baik”), maka

disarankan mengulangi materi.