psikologi islam 179 sd 183

3
Agama ekstrinsik dan agama intrinsik Penilaian mengenai sentimen keagamaan pada tingkat gejala individual membawa allport memikirkan fungsi sentimen keagamaan pribadi dalam hubungan antar pribadi. Atas nama agama orang dapat membenarkan kekejaman dan kebaikan,autorianisme dan pengampunan, dogmatisme dan keterbukaan, pemerasaan dan kemurahan hati. Allport mempersempit keadaan berlawanan itu pada masalah prasangka dan studinya tentang hubungan antaragama dan prasangka tetap dijadikan acuan. Analisisnya yang diteliti membawanya pada tiga kesimpulan yang berhubungan. Pertama, persaudaraan dan kefanatikan kerap tercampur dalam agama. Banyak orang saleh penuh dengan rasa prasangka rahasia. Sebaliknya mereka yang menganjurkan keadilan rasial juga dimotivasikan oleh faktor keagamaan. Kedua, orang yang rajin ke tempat ibadah cenderung tidak toleran, tenggang rasa terhadap minoritas etnis daripada yang tidak. Ketiga, Allport menemukan bahwa “hubungan antaragama dan prasangka tergantung pada jenis agama yang dimiliki dalam hidup pribadinya. Secara konsisten prasangka disertai oleh satu jenis agama tertentu dan kurangnya prasangka juga oleh jenis agama yang lain. Allport membedakan antara agama ekstrinsik dan agama intrinsik. Agama ekstrinsik adalah agama yang dimanfaatkan. Agama berguna untuk mndukung kepercayaan diri, memperbaiki status, bertahan melawan kenyataan atau memberi sanksi pada suatu cara hidup. Orang-orang semacam itu mungkin rajin ke tempat ibadah tetapi tak berminat membicarakan iman mereka melebihi keuntungan dan manfaat praktisnya. Agama intrinsik adalah agama yang dihayati. Iman dipandang bernilai pada dirinya sendiri, yang menuntut keterlibatan dan mengatasi kepentingan diri. Sentimen intrinsik meletakkan motif instrumental agama dibawah keterlibatan yang komprehensif. Agama intrinsik tampak pada para syahid yang mengorbankan hidup demi sesuatu yang luhur atau orang kudus yang mengisi seluruh hidupnya dengan pelayanan tanpa minta ganjaran entah psikologis seperti pujian, material seperti hadiah. Allport melihat agama ekstrinsik sebagai tameng umtuk

Upload: andhyka-brillian-kharisma

Post on 09-Jul-2016

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

wetwegtrsdgswe5ysdgfe4tfes

TRANSCRIPT

Page 1: Psikologi Islam 179 Sd 183

Agama ekstrinsik dan agama intrinsik

Penilaian mengenai sentimen keagamaan pada tingkat gejala individual membawa allport memikirkan fungsi sentimen keagamaan pribadi dalam hubungan antar pribadi. Atas nama agama orang dapat membenarkan kekejaman dan kebaikan,autorianisme dan pengampunan, dogmatisme dan keterbukaan, pemerasaan dan kemurahan hati.

Allport mempersempit keadaan berlawanan itu pada masalah prasangka dan studinya tentang hubungan antaragama dan prasangka tetap dijadikan acuan. Analisisnya yang diteliti membawanya pada tiga kesimpulan yang berhubungan. Pertama, persaudaraan dan kefanatikan kerap tercampur dalam agama. Banyak orang saleh penuh dengan rasa prasangka rahasia. Sebaliknya mereka yang menganjurkan keadilan rasial juga dimotivasikan oleh faktor keagamaan. Kedua, orang yang rajin ke tempat ibadah cenderung tidak toleran, tenggang rasa terhadap minoritas etnis daripada yang tidak. Ketiga, Allport menemukan bahwa “hubungan antaragama dan prasangka tergantung pada jenis agama yang dimiliki dalam hidup pribadinya. Secara konsisten prasangka disertai oleh satu jenis agama tertentu dan kurangnya prasangka juga oleh jenis agama yang lain.

Allport membedakan antara agama ekstrinsik dan agama intrinsik. Agama ekstrinsik adalah agama yang dimanfaatkan. Agama berguna untuk mndukung kepercayaan diri, memperbaiki status, bertahan melawan kenyataan atau memberi sanksi pada suatu cara hidup. Orang-orang semacam itu mungkin rajin ke tempat ibadah tetapi tak berminat membicarakan iman mereka melebihi keuntungan dan manfaat praktisnya. Agama intrinsik adalah agama yang dihayati. Iman dipandang bernilai pada dirinya sendiri, yang menuntut keterlibatan dan mengatasi kepentingan diri. Sentimen intrinsik meletakkan motif instrumental agama dibawah keterlibatan yang komprehensif. Agama intrinsik tampak pada para syahid yang mengorbankan hidup demi sesuatu yang luhur atau orang kudus yang mengisi seluruh hidupnya dengan pelayanan tanpa minta ganjaran entah psikologis seperti pujian, material seperti hadiah.

Allport melihat agama ekstrinsik sebagai tameng umtuk sikap berpusat pada diri sendiri. Agama ekstrinsik dan prasangka keduanya adalah “bermanfaat” ,dan mendukung satu sama lain. Sebaliknya agama intrinsik dari kodratnya toleran ,tenggang rasa. Bila agama diterima demi nilainya sendiri, terbukalah jalan untuk menggali nilainya secara penuh.

Allport melihat agama ekstrinsik bukan sebagai pengertian yang berdiri sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi merupakan suatu kelanjutan. Agama orang pada umumnya cenderung mengarah pada salah satu ujung kontinum, tetapi tiap-tiap jenis agama kadang-kadang menunjukkan ciri dari ujung lain. Karena agama menurut Allport adalah jalan yang harus ditempuh sendiri.

Aliran yang di utarakan dengan menampilkan James, allport, Maslow sebagai wakil menambah dimensi penting dalam penafsiran agama secara psikologis. Orang-orang tersebut sealiran mereka menekankan penting dan kemungkinan orang mengevaluasi gejala-gejala keagamaan. Dalam arti tertentu para ahlipsikologi humanistis ada kesamaan dengan para ahli psikologi psikoanalisis kelasik atau behaviorisme dalam hal penting pada prilaku perorangan. Perbedaan nya terlihat pada kesediaan para ahli psikologi humanis itu untuk mengakui dan meneliti kemungkinan pencapaian kodrat manusia yang lebih jauh. Visi James tentang inividualitas, otonomi fungsional dan usaha pribadi

Page 2: Psikologi Islam 179 Sd 183

Allport, aktualisasi diri dan pengalaman puncak Maslow, semua terbangun atas pernyataan bahwa kekhasan dan integritas diri manusia mengatasi mekanisme biologis dan sosiologis yang tak terelakan tersangkut dalam proses perkembangan. Orang-orang itu berusaha merumuskan psikologi batin dan kekhasan pribadi yang mendalam, psikologi tentang apa yang tersisa bila proses akulturasi dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang lebih rendah telah terjadi. Psikologi humanistis menempatkan agama sdalam susunan pengalaman manusia yang lebih dalam, yang memberinya tempat asal mula dalam hidup psikis. Maka gejala agama bukan sekedar hasil konflik dan ketegangan, sisa-sisa masa kanak-kanak yang tak terpecahkan, tetapi pengatasan atau transedensi diri dengan kekuatannya sendiri.

Aliran humanistis mungkin menguatkan pengertian umum bahwa keterlibatan agama di ambil secara bebas dan merdeka. Sedangkan agama meupakan urusan pribadi dengan tuhan.Psikologi sosial agama memperingatkan bahwa pengaruh kuat manusia dalam hal yang di lakukan, dipikir dan di rasamerupakan faktor perubahan yang penting.James, Allport, Maslow mungkin akan menjawab bahwa manusia dewasa harus mampu mengalahkan kekuatan-kekuatan itu dengan menolak segala tekanan budaya. Iman dewasa berarti mengatasi konformitas, kekuatan dari luar mungkin kuat tetapi manusia bukanlah benda yang tak berdayayang dapat di permainkan oleh kekuatan biologis dan lingkungan.