psikologi gejala gejala psikologis

16
MAKALAH GEJALA-GEJALA PSIKOLOGIS Disusun Dan Diajukan Sebagai Tugas Kelompok Mata KuliahPendidikan Psikologi Dosen Pengampu :Muhamad Irham, S.Pd. Oleh : Indra Gunawan ( 40312002 ) Dodi Priyatna ( 40312005 ) Slamet Riyadi ( 40312010 ) Pendidikan Matematika Semester I SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( STKIP ) ISLAM BUMIAYU Tahun Akademik 2012 / 2013

Upload: indra-gunawan

Post on 30-Jun-2015

3.805 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Psikologi gejala gejala psikologis

MAKALAH

GEJALA-GEJALA PSIKOLOGIS

Disusun Dan Diajukan Sebagai Tugas Kelompok Mata KuliahPendidikan Psikologi

Dosen Pengampu :Muhamad Irham, S.Pd.

Oleh :

Indra Gunawan ( 40312002 )

Dodi Priyatna ( 40312005 )

Slamet Riyadi ( 40312010 )

Pendidikan Matematika

Semester I

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( STKIP )

ISLAM BUMIAYU

Tahun Akademik 2012 / 2013

Page 2: Psikologi gejala gejala psikologis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. KATA PENGANTAR

Begitu sering kita merasakan akibat dari gejala fisik kita, kadang kita mengerti

akan apa yang kita rasakan. Namun sering juga kita tidak mengetahui apa yang

sedang kita rasakan. Merasakan kondisi diri dan memahami diri kita luar dan dalam

memang cukup sulit, karena hal itu merupakan imbas dari gejala-gejala yang timbul

dari kegiatan fisik kita.Saat menemui berbagai masalah dalam kehidupan kita seperti

masalah sosial, masalah ekonomi juga masalah hidup lainnya kita seringkali salah

dalam mengekspresikan diri dalam penyelesaian masalah tersebut.

Sering juga kita berlomba untuk menjadi yang terhebat, terkuat, atau terpandai.

Kita berkompetisi untuk mendapat semua hal itu, berbagai cara dilakukan baik dengan

cara yang salah ataupun cara yang benar demi mendapatkan apa yang kita impikan.

Tumbuhnya banyak kebutuhan dalam hidup kita memaksa diri untuk mengeluarkan

segala potensi, mengasah kemampuan berfikir dan mempertajam potensi-potensi

lainnya.

Namun, pernahkah sesekali kita berpikir, seberapa jauh kemampuan kita dalam

menghadapi masalah itu dan seberapa besar keinginan kita menyelesaikan masalah

itu?. Di dalam makalah ini, akan dibahas sedikit tentang gejala psikologi mengenai

berfikir, intelegensi, emosi dan motivasi dalam hidup kita yang mungkin akan

berguna bagi kita jika kita mengetahui mengenai hal-hal tersebut, guna menghadapi

hidup di hari esok.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apayang dimaksud gejala Psikologis?

2. Apa pengertian Berfikir, Intelegensi, Emosi, dan Motivasi dalam gejala

psikologis?

3. Bagaimana aplikasi dalam pendidikan?

Page 3: Psikologi gejala gejala psikologis

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Gejala Psikologis

Sebelum kita membahas tentang apa yang dimaksud gejala psikologis, tentu kita

perlu mengetahui terlebih dahulu pengertian psikologi itu sendiri. Pengertian

psikologi dapat kita simpulkan dengan cara menguraikan kata psikologi itu sendiri.

Psikologi berasal dari bahasa yunani, yaitu “psyce” yang dalam bahasa Indonesia

berarti “jiwa” dan “logos” yang berarti “ilmu pengetahuan”.Jadi psikologi adalah

ilmu yang mepelajari tentang jiwa.Namun dalam perkembangan selanjutnya lebih

menekankan pada istilah psikologi yang lebih ilmiah (berobjek, bermetode, bersistem,

dan berlaku universal), dan cakupan ilmu psikologi lebih sempit dari ilmu jiwa

(etimologi).Sehingga pengertian psikologi menjadi ilmu pengetahuan yang membahas

tentang tingkah laku manusia sebagai individu dan kelompok dalam hubungannya

dengan lingkungan dalam bentuk tingkah laku terbuka dan tertutup.

Dari pengertian psikologi diatas, maka dapat kita ketahui bahwa gejala

psikologis adalah gejala yang timbul akibat dari aktifitas tingkah laku manusia dengan

lingkungan dalam bentuk terbuka dan tertutup, serta individu maupun kelompok.Ada

beberapa kelompok gejala psikologis, diantaranya penginderaan, psikis, berfikir,

intelegensi, emosi dan motivasi. Namun dalam makalah ini, yang akan dibahas hanya

tentang gejala psikologis mengenai berfikir, intelegensi, emosi dan motivasi saja.

B. Pengertian Berpikir, Intelegensi, Emosi, dan Motivasi

1. Berpikir

Berpikir menggunakan pikiran dan pikiran dikendalikan oleh akal,

pengertian pikiran itu sendiri adalah kondisi letak hubungan antarbagian

pengetahuan yang telah ada dalam diri, yang dikontrol oleh akal.jadi akal adalah

sumber kekuatan yang mengendalikan pikiran. Tanpa akal, pikiran tidak akan bisa

dikendalikan, jika pikiran tidak bisa dikendalikan maka tidak akan bisa berpikir

normal.

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa berpikir adalah meletakan hubungan

antar bagian pengetahuan yang diperoleh manusia oleh akalnya. Berpikir

merupakan suatu proses dinamis, yang menempuh tiga langkah berpikir yaitu :

Page 4: Psikologi gejala gejala psikologis

3

a) Pembentukan pengertian, hal ini melalui proses mendekskripsikan ciri-ciri

objek yang sejenis, mengklasifikasi ciri-ciri yang sama, menyisihkan,

membuang, dan menganggap cirri-ciri yang hakiki.

b) Pembentukan pendapat, hal ini merupakan peletakan hubungan antara dua

pengertian atau lebih sehingga hubungan itu dapat dirumuskan menjadi

pendapat menolak, menerima, atau asumtip (mengungkapkan kemungkinan).

c) Pembentukan keputusan, hal ini merupakan kesimpulan atau pendapat baru

yang dibentuk dari pendapat-pendapat yang sudah ada. Mengenai keputusan

ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :

1) Keputusan induktif, yaitu keputusan yang dibentuk dari pendapat khusus

membentuk suatu pendapat umum, contohnya : tangan dicubit sakit, kaki

dicubit sakit, pinggang dicubit sakit. Keputusannya bagian badan dicubit

sakit.

2) Keputusan deduktif, yaitu kebalikan dari keputusan induktif misalnya,

badan dicubit sakit, pipi bagian dari badan, maka keputusannya adalah pipi

dicubit sakit.

3) Keputusan analogis, yaitu keputusan yang diambil dengan cara

membandingkan atau menyesuaikan suatu pendapat dengan pendapat-

pendapat khusus yang telah ada. Contoh : kepala dipukul sakit, badan

dipukul sakit, tangan dipukul sakit. Maka keputusannya muka dipukul

sakit.

Setiap keputusan yang kita ambil merupakan hasil berfikir melalui pikiran

yang dikerjakan oleh akal. Keputusan akan mengarahkan dengan tindakan dan

tingkah laku manusia. Dengan demikian akal sangat menentukan perubahan

tingkah laku manusia dalam mengembangkan kepribadian manusia.Oleh karena

itu, pendidikan hendaknya memberikan bimbingan sebaik-baiknya bagi

perkembangan akal anak didik, agar dapat membentuk suatu tingkah laku dan

kepribadian yang baik.

2. Intelegensi

Intelegensi sering diartikan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan

lingkungan atau belajar dari pengalaman.Manusia hidup dilingkungan yang

kompleks, sehingga manusia memerlukan kemampuan menyesuaikan diri dengan

Page 5: Psikologi gejala gejala psikologis

4

lingkungan oleh karena itu manusia harus belajar dari pengalaman. Banyak

pendapat para ahli tentang pengertian intelegensi, namun dalam makalah ini hanya

akan dibahas pendapat beberapa ahli saja diantaranya :

a) Pendapat Bischof, yaitu intelegensi adalah kemampuan menyelesaikan segala

jenis masalah.

b) Pendapat Heidenrich, yaitu intelegensi adalah kemampuan untuk belajar dan

menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap

situasi-situasi yang kurang dikenal, atau dalam pemecahan masalah-masalah.

Pendapat ahli mengenai intelegensi rumusannya berbeda-beda, namun

dengan maksud sama atau tidak bertentangan. Sehingga dapat didefinisikan bahwa

intelegensi merupakan kemampuan menyelesaikan “problem solving” dalam

segala situasi yang baru atau yang mengandung masalah.Problem solving ini

mencakup masalah pribadi, sosial, akademik-kultural, atau masalah ekonomi

keluarga.

Untuk memperjelas pengertian intelegensi diatas, berikut akan diungkapkan

beberapa teori tentang intelegensi.

a) Teori Uni-Factors

Teori ini diperkenalkan oleh Wilhelm stem, juga dikenal sebagai teori

kapasitas umum. Menurut teorinya bahwa intelegensi merupakan kapasitas

atau kemampuan umum. Karena itu cara kerja intelegensi juga bersifat umum,

yaitu reaksi atau tindakan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan atau

memecahkan masalah yang bersifat umum.Kapasitas umum itu tumbuh akibat

belajar atau pertumbuhan fisiologis.

b) Teori Two-Factors

Teori ini dikemukakan oleh ahli matematika bernama Charles Spearmen,

dalam teorinya dijelaskan bahwa intelegensi berdasarkan pada suatu mental

umum dan factor-faktor spesifik.Faktor umum berfungsi dalam tingkah laku

mental individu, sedangkan faktor spesifik menentukan tindakan mental untuk

mengatasi masalah. Orang yang mempunyai faktor umum luas, memiliki

kapasitas untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, sedangkan yang

mempunyai faktor umum sedang, ia dapat mempelajari bidang-bidang studi

saja. Luasnya faktor umum dipengaruhi oleh kerjanya otak secara unit atau

keseluruhan.Untuk faktor spesifik didasarkan pada gagasan bahwa fungsi otak

Page 6: Psikologi gejala gejala psikologis

5

tergantung pada ada dan tidaknya struktur khusus.Faktor spesifik lebih

bergantung pada organisasi neurologis yang berhubungan dengan

kemampuan-kemampuan khusus.

c) Teori Multi-Factors

Teori ini dikembangkan oleh E.L. Thomdike, yang mengemukakan

bahwa intelegensi adalah jumlah koneksi aktual dan potensial didalam system

saraf. Ketika seseorang dapat menyebutkan sebuah kata, menghafal sajak,

menjumlahkan bilangan atau melakukan pekerjaan berarti ia dapat melakukan

itu karena terbentuknya koneksi-koneksi didalam system saraf akibat belajar

atau latihan.

d) Teori Primary-Mental-Abilities

Teori ini dijelaskan oleh L.L Thompson, yaitu bahwa intelegensi

merupakan penjelmaan dari tujuh kemampuan primer yaitu kemampuan

matematis,verbal, visualisasi(befikir), menghubungkan kata-kata, membuat

keputusan, mengenal(mengamati), dan kemampuan mengingat. Tujuh

kemampaun primer tersebut adalah independen serta menjadikan fungsi

pikiran yang berbeda-beda. Para ahli lain menyoroti bahwa teori ini

mengandung kelemahan, karena memisahkan fungsi atas kemampuan mental

individu. Menurut mereka setiap kemampuan individu tidak berdiri sendiri

namun saling berhubungan.

e) Teori Sampling

Teori sampling ini dikemukakan oleh Godfrey H. Thomson.Menurut

teori ini intelegensi merupakan berbagai kemampuan sampel.Dunia berisikan

berbagai bidang pengalaman yang dikuasai oleh pikiran manusia, namun tidak

semuanya.Masing-masing bidang hanya terkuasai sebagian saja, dan ini

mencerminkan kemampuan mental manusia.Menurut teori sampling bahwa

intelegensi beroperasi dengan terbatas pada sampel dan kemampuan atau

pengalaman dunia nyata.

Sejak tahun 1905, Alfred Binet telah mengembangkan suatu cara untuk

mengukur intelegensi. Untuk mengembangkan tes intelegensi itu, Binet terus

melakukan penyempurnaan.Kemudian Binet mendapat bantuan dari St. Simon

hingga kemudian menghasilkan karya yang dikenal dengan sebutan “Tes Binet

Simon” pada tahun 1908. Tes Binet Simon itu memperhitungkan dua hal, yaitu :

Page 7: Psikologi gejala gejala psikologis

6

a) Umur Kronologis (Cronological age disingkat C.A.), yaitu umur seseorang

atau lamanya seseorang hidup sejak tanggal lahirnya.

b) Umur mental (Mental age disingkat M.A.), yaitu umur kecerdasan

sebagaimana yang ditunjukan oleh hasil tes kemampuan akademik.

Dalam menggunakan rumus kemampuan intelegensi, Binet menggunakan

pedoman selisih tetap, yaitu MA adalah 3 tahun diatas atau dibawah umur

kronologis CA, maka MA yang demikian pada individu dinyatakan normal. Cara

pengukuran intelegensi tersebut disempurnakan lagi pada tahun 1911 yang

kemudian dipakai orang hingga sekarang.

Menurut cara barunya, ukuran intelegensi tidak lagi menggunakan pedoman

selisih tetap. Namun menggunakan pedoman perbandingan tetap antara umur

kronologis dengan umur mental seseorang.Dengan demikian, tingkat intelegensi

ditunjukan dengan perbandingan kecerdasan atau disebut dengan istilah

“Intelligence Quotient” yang disingkat IQ.

Rumus :

IQ=MA:CA

Namun karena rumus tersebut sering menemukan bilangan pecahan, maka dirubah

lagi demi memudahkan penghitungan tanpa merubah perbandingan aslinya,

menjadi :

IQ = MA : CA x 100

3. Emosi

Dalam hidup ini banyak sekali masalah, dan banyak orang yang hancur

karena emosinya sendiri. Namun apa sesungguhnya emosi itu?, banyak pakar

yang mengemukakan arti emosi. Emosi diambil dari bahasa latin yaitu emovere

yang berarti bergerak menjauh, arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan

bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman emosi

merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan

psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.Jadi pada dasarnya

emosi adalah kecenderungan untuk berindak.Biasanya emosi merupakan reaksi

terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu.Sebagai contoh emosi

gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi

terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku

Page 8: Psikologi gejala gejala psikologis

7

menangis.emosimerupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia,

karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi

juga dapat mengganggu perilaku manusia.

Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain

Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci),

Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan).

Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan),

Rage(kemarahan), Love (cinta).

Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang

tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :

a) Amarah berupa beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati

b) Kesedihan berupa pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri,

putus asa.

c) Rasa takut berupa cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali,

waspada, tidak tenang, ngeri.

d) Kenikmatan berupa bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur,

bangga.

e) Cinta berupa penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa

dekat, bakti, hormat, dan kemesraan.

f) Terkejut berupa terkesiap, terkejut.

g) Jengkel berupa hina, jijik, muak, mual, tidak suka.

h) malu berupa malu hati.

Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada

dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.Jadi berbagai macam emosi itu

mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap

stimulus yang ada.

Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat

tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai

kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik

akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan

kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak

terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya

Page 9: Psikologi gejala gejala psikologis

8

bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi

dan cara mengekspresikan.

Menurut Mayer, orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam

menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam

permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap

individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna

dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.

Mengenai kecerdasan emosional Goleman mengemukakan bahwa

kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam

memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi

dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa.Dengan kecerdasan

emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat,

memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Daniel Goleman (Emotional

Intelligence) menyebutkan bahwa kecerdasan emosi jauh lebih berperan

ketimbang IQ atau keahlian dalam menentukan siapa yang akan jadi bintang

dalam suatu pekerjaan. Teori Kecerdasan Emosi Menurut Daniel Goleman adalah

sebagai berikut :

a) Mengenali Emosi Diri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali

perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari

kecerdasan emosional, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.

Kesadaran diri membuat kita lebih waspada terhadap suasana hati maupun

pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi

mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.

b) Mengelola Emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan

agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri

individu.Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan

kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan

intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita .Kemampuan ini

mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,

kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya

serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

Page 10: Psikologi gejala gejala psikologis

9

c) Memotivasi diri sendiri

Meraih prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu,

yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan

mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang

positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.

d) Mengenali emosi orang lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut

Goleman kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli,

menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki

kemampuan empati lebih, mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang

tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain

sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap

perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.

e) Membina hubungan

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang

menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar

sesama.Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar

dalam keberhasilan membina hubungan. Terkadang manusia sulit untuk

mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan

serta kemauan orang lain.

Setelah mengetahui teori tentang kecerdasan emosi, maka kita tentu juga

perlu mengetahui tantang cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional

tersebut. Caranya adalah sebagai berikut :

a) Membaca situasi

Dengan memperhatikan situasi sekitar, kita akan mengetahui apa yang harus

dilakukan.

b) Mendengarkan dan menyimak lawan bicara

Dengarkan dan simak pembicaraan dan maksud dari lawan bicara, agar tidak

terjadi salah paham serta dapat menjaga hubungan baik.

c) Siap berkomunikasi

Jika terjadi suatu masalah, bicarakanlah agar tidak terjadi salah paham.

d) Tidak usah takut ditolak

Setiap usaha terdapat dua kemungkinan, diterima atau ditolak, jadi siapkan diri

dan jangan takut ditolak.

Page 11: Psikologi gejala gejala psikologis

10

e) Mencoba berempati

EQ tinggi biasanya didapati pada orang-orang yang mampu berempati atau

bisa mengertisituasi yang dihadapi orang lain.

f) Pandai memilih prioritas

Ini perlu agar bisa memilih pekerjaan apa yang mendesak, dan apa yang

bisaditunda.

g) Siap mental

Situasi apa pun yang akan dihadapi, kita harus menyiapkan mental

sebelumnya.

h) Bersikap rasional

Kecerdasan emosi berhubungan dengan perasaan, namun tetap berpikir

rasional.

i) Fokus

Konsentrasikan diri pada suatu masalah yang perlu mendapat

perhatian.Janganmemaksa diri melakukannya dalam 4-5 masalah secara

bersamaan.

4. Motivasi

Kita tentu sudah sering mendengar kata “Motivasi”, tapi apa sebenarnya

pengertian dari motivasi itu?.Untuk menjawab hal ini, ada beberapa pendapat,

diantarnya yaitu pendapat James O. Whittaker, bahwa motivasi adalah kondisi-

kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk

untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan dari motivasi

tersebut.Mc. Donald juga telah memberikan sebuah devinisi tentang motivasi.

Bahwa motivasi adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi

seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha

mencapai tujuan. Definisi ini berisi tiga hal, yaitu :

a) Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang.

Setiap perubahan motivasi mengakibatkan beberapa perubahan tenaga didalam

system neurofisiologis manusia.Banyak motivasi yang kepastian hakikat

organis dari perubahan tenaganya tidak dapat diketahui, misalnya keiinginan

untuk dihargai.Hal ini tidak dapat diterangkan dasar organisnya namun dapat

diasumsikan. Dasar organis yang dapat diketahui perubahan tenanganya

misalnya pada haus,lapar dan lelah.

Page 12: Psikologi gejala gejala psikologis

11

b) Motivasi ditandai oleh dorongan afektif

Secara subjektif, keadaan ini dapat dicirikan sebagai emosi.Dorongan afektif

ini tidak mesti kuat, dorongan afektif yang kuat sering nyata dalam tingkah

laku.Misalnya kata-kata kasar, bentakan, suara nyaring atau teriakan, pukulan

ke meja dan sebagainya.

c) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan

Orang yang termotivasi, membuat reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya

pada usaha mencapai tujuan untuk mengurangi ketegangan yang timbul akibat

perubahan tenaga di dalam dirinya. Misalnya untuk dapat diakui oleh orang

lain, seorang anak mencari cara agar mendapat perhatian.

Dari pengertian diatas, pada dasarnya motivasi memiliki dua elemen, yaitu

elemen dalam (inner component) dan elemen luar (outer component).

a) Elemen dalam

Elemen dalam ini berupa perubahan yang terjadi didalam diri seseorang,

berupa keadaan tidak puas atau ketegangan psikologis.Rasa tidak puas atau

ketegangan psikologis ini bisa timbul oleh keinginan-keinginan untuk

memperoleh penghargaan serta berbagai macam kebutuhan lainnya yang tidak

dapat tercapai.

b) Elemen luar

Elemen luar dari motivasi adalah berupa tujuan yang ingin dicapai oleh

seseorang.Tujuan itu sendiri berada diluar seseorang itu, namun tujuan itu

mengarahkan tingkah laku seseorang itu untuk mencapainya. Seseorang yang

diasumsikan mempunyai kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan, maka

timbulah tujuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Peristiwa terbentuknya elemen dalam dan luar terjadi serempak.Elemen

yang satu mendahului, setelah itu segera setelah itu elemen lainnya mengikuti.

Sebagai contoh seorang remaja memiliki kebutuhan untuk dihargai teman-

temannya (elemen dalam) yang dapat dipenuhi dengan berbagai cara (elemen

luar). Ia mengambil keputusan memenuhi kebutuhannya (elemen dalam) dengan

cara menulis artiikel agar teman-temannya memberi penghargaan (elemen luar).

Page 13: Psikologi gejala gejala psikologis

12

Secara garis besar, sebenarnya motivasi adalah suatu dorongan atau tenaga atau

power yang timbul dalam diri seseorang karena ingin mencapai suatu tujuan. Jika

tujuan tersebut tidak dapat dicapai dengan berbagai cara karena ketidakmampuan

atau faktor lainnya, maka seseorang tersebut akan merasa tidak puas. Begitu pula

sebaliknya, jika tujuan tersebut dapat tercapai, maka seseorang itu akan merasa

puas.

C. Aplikasi gejala psikologis dalam pendidikan

1. Aplikasi Berfikir dalam Proses Pembelajaran

Berikan siswa Pra-Pembelajaran dg memunculkan memori yg memiliki latar

belakang hampir sama dg materi baru, agar semakin banyak koneksi yg

terbentuk.

Contoh :

dalam pembelajaran luas kubus, tanyakan kepada siswa tentang luas

persegi.

Ciptakan lingkungan kelas yg mendukung, menantang, kompleks, tanpa

ancaman serta proses eksplorasi dan tanya jawab secara berkembang.

Contoh :

Guru memberikan kesempatan siswa bertanya tentang kubus,

melakukan kuis/game, diskusi, dsb.

Berikan pengalaman-pengalaman belajar pada siswa dalam bentuk

merefleksikan kehidupan nyata.

Contoh:

Berbicara tentang kubus dihubungkan dengan bangunan atau benda-

benda yang berbentuk kubus.

Bantu siswa menyimpan informasi dg teknik-teknik penyimpan informasi,

kegiatan istirahat, asosiasi kehidupan nyata, serta pengulangan-pengulangan.

Contoh :

Guru memberikan soal tentang luas kubus secara berulang-ulang.

2. Aplikasi Intelegensi dalam proses pembelajaran

Guru dapat memberikan cara pembelajaran dengan melihat tingkat

intelegensi, contoh : pembelajaran anak tingkat SD dengan SMP dibedakan.

Page 14: Psikologi gejala gejala psikologis

13

Guru dapat membuat bentuk-bentuk pengajaran yang berbeda-beda dalam

proses pembelajaran, karena tingkat intelegensi seseorang berbeda-beda.

3. Aplikasi Emosi dalam Pembelajaran

Guru harus memahami emosi siswanya dlm belajar.

contoh : memahami siswa yang sedang galau, atau sedih, agar bisa normal

kembali emosinya.

Guru harus mampu melibatkan emosi siswa selama proses pembelajaran

contoh : saat siswa sedang gembira, diajak untuk bermain sambil belajar agar

belajar lebih menyenangkan.

4. Aplikasi Motivasi dalam kegiatan belajar mengajar

Guru harus memahami motivasi siswa dlm belajar.

Guru mampu menumbuhkan dan mempertahankan motivasi siswa.

Guru harus menamkan keyakinan positif ttg kemampuan siswa.

Tandai kesuksesan dan pencapaian prsetasi terbaik dg kegembiraan atau

perayaan.

Berikan dan bangun harapan-harapan siswa utk sukses.

Mengelola kondisi psikologis siswa dlm belajar.

Page 15: Psikologi gejala gejala psikologis

14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gejala Psikologis adalah gejala yang timbul akibat dari aktifitas tingkah laku

manusia dengan lingkungan dalam bentuk terbuka dan tertutup, serta individu

maupun kelompok. Ada beberapa kelompok gejala psikologis yaitu berfikir,

intelegensi, emosi dan motivasi.

Berfikir yaitu kondisi letak hubungan antar bagian pengetahuan yang telah ada

dalam diri yang di kontrol oleh akal. Jadi akal adalah sumber kekuatan yang

mengandalikan pikiran. Selain berfikir juga ada Intelegensi, Intelegensi sering

diartikan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari

pengalaman. Kemudian emosi adalah kecenderungan untuk berindak. Biasanya emosi

merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Dan

kemudian motifasi, motifasi sendiri mempunyai arti suatu perubahan tenaga di dalam

diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi

dalam usaha mencapai tujuan.

B. Kritik dan Saran

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak sekali ketidak

sempurnaan, maka dari itu kami sebagai penulis bersedia dengan lapang dada

menerima segala kritik maupun saran yang bersibat membangun. Sehingga kami bisa

memperbaiki tulisan kami di dalam tulisan yang akan datang.

Page 16: Psikologi gejala gejala psikologis

15

DAFTAR PUSTAKA

Dalyono, M. 1997. “Psikologi Pendidikan”. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. “Psikologi Belajar”. Jakarta: Rineka Cipta

Slameto. 2003. “Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”. Jakarta: Rineka Cipta

Syah, Muhibbin. 2001. “Psikologi Belajar”. Jakarta: Bumi Aksara