provinsi sulawesi utara triwulan ii 2011 - bi.go.id · pendapatan masyarakat yang didorong oleh...
TRANSCRIPT
0
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara
Triwulan II 2011 Kantor Bank Indonesia Manado
1
Kata Pengantar
Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah
terakhir dengan UU No. 6 Tahun 2009 , dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank
Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan
mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah,
setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut
berperan sebagai yang diharapkan mampu
memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini
sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan
kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah
tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara
secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro ekonomi regional, tingkat
harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan
kemiskinan serta prospeknya di triwulan mendatang.
Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui
penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder
maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti
pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di
daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas
dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Manado, 30 Juni 2011
BANK INDONESIA MANADO
Ramlan Ginting
Pemimpin
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR halaman 1
DAFTAR ISI
halaman 2
RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 5
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 13
Sisi Permintaan halaman 13
Sisi Penawaran halaman 21
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 31
Inflasi Tahunan (yoy) halaman 32
Inflasi Triwulanan (qtq)
Inflasi Bulanan (mtm)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi
halaman 33
halaman 34
halaman 36
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 41
Struktur Aset Perbankan halaman 41
Perkembangan Kantor Bank halaman 43
Perkembangan Bank Umum Konvensional
Stabilitas Sistem Perbankan
Perkembangan Perbankan Syariah
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
halaman 43
halaman 50
halaman 54
halaman 55
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 57
Dana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 58
APBD di Tingkat Provinsi halaman 59
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 65
Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 65
Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 67
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
halaman 73
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah halaman 73
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 76
PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 79
3
Prospek Ekonomi Makro halaman 79
Prakiraan Inflasi halaman 84
Prospek Perbankan Halaman 87
Daftar Istilah dan Singkatan halaman 89
4
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933
Email : [email protected]; [email protected]; [email protected] website : www.bi.go.id Publikasi ini dapat diunduh dalam bentuk softfile pada: http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Publik/Ekonomi_Regional/
5
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi Regional
Perkembangan kinerja ekonomi Indonesia yang terus membaik
juga tercermin pada perkembangan ekonomi di daerah yang
tumbuh positif, termasuk di Provinsi Sulawesi Utara. Secara
tahunan, pada triwulan II-2011 perekonomian tumbuh sebesar
7,14% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya tercatat tumbuh 6,80% (yoy).
Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan II-
2011 terutama ditopang oleh membaiknya kinerja investasi.
Peningkatan kinerja investasi pada triwulan laporan didorong oleh
realisasi ekspor proyek fisik swasta maupun pemerintah. Kegiatan
konsumsi, baik konsumsi swasta maupun pemerintah masih
mengalami pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Konsumsi
Rumah Tangga tumbuh positif seiring dengan peningkatan
pendapatan masyarakat yang didorong oleh pencairan tunjangan
PNS serta realisasi tunjangan sertifikasi guru dan pengaruh
musiman (liburan sekolah dan tahun ajaran baru). Sementara itu,
kinerja ekspor di triwulan II-2011 tercatat mengalami pertumbuhan
negatif, salah satu faktor penyebabnya adalah penurunan volume
ekspor khususnya produk perikanan yang menjadi salah satu
sektor unggulan ekspor Sulut.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2011
disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat
pertumbuhan total sebesar 7,14% (yoy), sedikit lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
6,80% (yoy). Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier
effect penyelenggaraan event berskala internasional dan nasional
pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan
mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi
Sulut. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada
Perkembangan kinerja ekonomi Indonesia yang terus membaik juga tercermin pada perkembangan ekonomi daerah yang tumbuh positif...
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan II-2011 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada
Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan II-2011 terutama ditopang oleh membaiknya kinerja investasi...
6
triwulan II-2011 adalah Sektor Bangunan yang tercatat tumbuh
13,59% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,97% terhadap total
pertumbuhan. Selanjutnya, sektor pertanian dan sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga masih menjadi
kontributor pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan masing-
masing sebesar 1,42% dan 1% terhadap total pertumbuhan.
Perkembangan Inflasi Daerah
Tekanan inflasi di Manado selama triwulan II 2011 secara umum
masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan II-
2011 tercatat 5,15% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,90% (yoy) dan masih lebih
rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 5,45% (yoy).
Sejalan dengan pergerakan inflasi tahunan, inflasi bulanan juga
mengalami penurunan menjadi 0,07% (mtm) pada Juni 2011 dari
0,14% (mtm) pada Maret 2011 serta masih lebih rendah
dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,55% (mtm).
Akumulasi laju inflasi (ytd) Kota Manado sampai dengan Juni 2011
tercatat lebih rendah (-0,14%) dibandingkan akumulasi inflasi
nasional (1,06%). Sementara itu, inflasi triwulanan Kota Manado
pada periode laporan tercatat -1,43% (qtq), lebih rendah
dibandingkan triwulan I-2011 yang tercatat sebesar 1,31% (qtq).
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi
secara tahunan pada triwulan II-2011 terutama didorong oleh
kelompok inti (core inflation), sementara kelompok bahan
makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok
komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered
prices) mengalami tekanan relatif minimal.
Perkembangan Perbankan Daerah
Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian,
perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara
pada triwulan II-2011 menunjukkan pertumbuhan positif. Aset,
Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian, perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan II-2011 menunjukkan pertumbuhan positif
Tekanan inflasi di Manado selama triwulan II 2011 secara umum masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan II-2011 terutama didorong oleh
7
Dana Pihak Ketiga (DPK), dan outstanding kredit mengalami
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Pada akhir triwulan II 2011 aset tercatat
mengalami pertumbuhan 20,58% (yoy) atau lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat
sebesar 11,87% (yoy). Di sisi penghimpunan dana, DPK bertumbuh
18,83% (yoy) yang terutama didorong oleh pertumbuhan
tabungan sebesar 27,39% (yoy). Sementara itu, kredit bertumbuh
21,83% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya yang hanya sebesar 19% (yoy). Sementara itu,
stabilitas sistem perbankan yang meliputi aspek risiko kredit, risiko
likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non
Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah
batas ketentuan BI yang tercatat sebesar 3,47% pada Juni 2011.
Aspek penyerapan dana masyarakat yang tercermin dari Loan to
Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 110,76%, sebagai dampak
laju pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan
laju pertumbuhan DPK.
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi
Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif.
Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai dengan
posisi Juni 2011 meningkat signifikan sebesar 65,87% (yoy),
sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 53,33%. Sementara
itu DPK yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 47,34%
(yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to
Deposit Ratio (FDR) meningkat dari 205,91% pada triwulan II-
2010 menjadi sebesar 214,20% pada triwulan II-2011..
Sementara itu kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II-
2011 menunjukkan pertumbuhan positif yang tercermin dari
pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Namun demikian, hal ini tidak
diikuti dengan perbaikan kualitas kredit dan rasio Loan to Deposit
Ratio (LDR). Aset BPR pada Juni 2011 mengalami pertumbuhan
positif sebesar 64,35% (yoy), menjadi Rp496,2 miliar.
Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong
Sementara itu kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II-2011 menunjukkan pertumbuhan positif
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan
8
oleh pertumbuhan kredit tercatat 66,58% atau mencapai Rp383,6
miliar. Secara sektoral, kredit terutama disalurkan pada sektor lain-
lain (konsumsi) dengan pangsa 77,02% dan sektor jasa-jasa
dengan pangsa 8,77%. Berdasarkan jenis penggunaannya,
sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit
konsumsi dengan pangsa mencapai 72,23% dari total kredit.
Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)
Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi
Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun 2011
meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010.
Secara agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah
pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai
Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi
di Tahun 2011 mengalami peningkatan alokasi anggaran
dibandingkan tahun lalu.
Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan II-2011 menunjukan
pencapaian yang lebih baik, hal ini tercermin dari realisasi
pendapatan dan belanja daerah yang mengalami peningkatan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi
pendapatan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II
2011 telah mencapai Rp642,98 miliar, lebih tinggi dibanding
triwulan yang sama tahun sebelumnya tercatat Rp589,39 miliar.
Sementara itu, realisasi belanja pemerintah telah mencapai 27,2%,
lebih tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan II-2010 sebesar
17,3%.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Pada triwulan II-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai
di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Transaksi
pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement
(BI-RTGS), untuk wilayah Sulawesi Utara, baik secara nominal
maupun nominal meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) ...
Pada triwulan II-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan ...
Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan II-2011 menunjukan pencapaian yang lebih baik...
9
Nilai transaksi dan volume pembayaran melalui kliring di wilayah
Sulawesi juga mengalami peningkatan. Sementara itu, jumlah
aliran uang masuk (inflow) ke KBI Manado, baik secara triwulanan
maupun tahunan mengalami peningkatan, namun aliran uang
keluar (outflow) mengalami penurunan.
Selama triwulan II-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk
tercatat sebesar 100,59%, lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 97,86%. Secara
nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama
triwulan laporan adalah sebesar Rp329 miliar. Budaya dan perilaku
masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang kertas
seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencorat-
coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena
faktor iklim tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat
kelusuhan uang kertas.
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong
selama triwulan laporan tercatat 1,71% dari rata-rata lembar
warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami penurunan
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sejalan dengan itu, dilihat dari segi jumlah nominalnya, juga
terdapat penurunan dari 2,44% pada triwulan II-2010 menjadi
2,23% pada triwulan laporan dari rata-rata nominal cek dan BG
yang dikliringkan per hari.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Masyarakat
Seiring dengan semakin bergeraknya perekonomian Sulawesi Utara
pada triwulan laporan, kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara
juga terus menunjukkan perbaikan. Hal ini ditunjukkan melalui
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang secara konstan
mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Selain itu,
penurunan tingkat pengangguran juga terindikasi dari angka
penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha Sulawesi Utara yang
mencatat angka positif (peningkatan). Angka yang diperoleh dari
Selama triwulan II-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 100,59%
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1,71% dari
Seiring dengan semakin bergeraknya perekonomian daerah pada triwulan laporan, kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan perbaikan...
10
hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha BI Manado ini menunjukkan
bahwa masih terdapat peningkatan jumlah tenaga kerja pada
beberapa sektor usaha. Hal yang sama juga tercermin dari hasil
Survei Konsumen (SK) BI Manado triwulan II-2011, dimana
masyarakat Sulawesi Utara masih merasa optimis terhadap
ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan melalui indeks
ketersediaan lapangan kerja yang lebih tinggi dibandingkan
periode sebelumnya. Peningkatan jumlah tenaga kerja baru juga
didorong oleh pembukaan formasi Pegawai Negeri Sipil di awal
tahun 2011 yang dilakukan di beberapa kabupaten/kota di wilayah
Sulawesi Utara.
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan
masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat.
Kondisi tersebut didasarkan atas beberapa indikator, seperti tren
kenaikan indeks penghasilan dan Nilai Tukar Petani (NTP). Naiknya
indeks penghasilan masyarakat pada triwulan laporan juga
terdorong oleh adanya penyesuaian Upah Minimum Provinsi di
tahun 2011.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi
Kinerja perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2011
diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode
sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu, yaitu pada
kisaran 7,34%-7,54% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan
laporan lebih banyak didorong oleh pelaksanaan beberapa even
lokal, nasional dan internasional, pencairan gaji ke-13 serta faktor
musiman perayaan hari raya Idul Fitri yang secara keseluruhan akan
berdampak terhadap kinerja konsumsi swasta dan sektor PHR.
Outlook Inflasi Regional
Risiko tekanan harga Kota Manado pada triwulan III-2011
diperkirakan akan relatif stabil. Laju inflasi diperkirakan berada
pada kisaran 2,25%-2,40%±1% (yoy). Dari sisi fundamental,
faktor pendorong laju inflasi tahunan Kota Manado diantaranya
Kinerja perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu, yaitu pada kisaran 7,34% - 7,54% (yoy)
Risiko tekanan harga Kota Manado pada triwulan III-2011 diperkirakan akan relatif stabil.
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat...
11
bersumber dari harga komoditas internasional terutama harga
emas dunia yang masih cenderung meningkat dan peningkatan
permintaan domestik seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru
serta perayaan hari keagamaan. Peningkatan harga komoditas
serta permintaan masyarakat menjelang hari raya selanjutnya
berdampak terhadap pembentukan ekspektasi masyarakat akan
tingginya laju inflasi pada triwulan III-2011. Sementara itu, dari sisi
non fundamental pasokan bahan pangan pada triwulan III-2011
diperkirakan masih cukup terjaga. Bencana alam meletusnya
Gunung Soputan dan Lokon pada Juli 2011 memberikan dampak
yang relatif minimal terhadap kenaikan harga volatile foods karena
masih tercukupinya persediaan dan lancarnya distribusi pasokan
dari luar daerah. Rencana kebijakan pemerintah seperti
pencabutan subsidi minyak tanah, konversi minyak tanah menjadi
LPG diperkirakan dapat berpotensi memberikan tekanan pada laju
inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011.
Prospek Perbankan
Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuannya
(BI rate) sebesar 0,25 basis poin dari 6,5% menjadi 6,75% pada
triwulan I-2011 akan direspon oleh perbankan dengan melakukan
penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman perbankan
walaupun masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Hal ini
terkonfirmasi dari Survei Konsumen Bank Indonesia Manado yang
menunjukkan mulai adanya peningkatan ekspektasi konsumen
terhadap peningkatan tingkat suku bunga.
Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime
Lending Rate, dengan harapan dapat mendorong penurunan suku
bunga perbankan. Dengan adanya kebijakan ini, setiap bulan bank
harus mengumumkan suku bunga kreditnya berdasarkan masing-
masing sektor baik bunga kredit korporasi, retail, kredit pemilikan
rumah (KPR), dan kredit lainnya. Kebijakan ini dikeluarkan agar
tercipta transparansi bunga kredit dan persaingan yang sehat pada
industri perbankan. Di sisi lain, kebijakan ini akan menjadi petunjuk
Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 0,25 basis poin dari 6,5% menjadi 6,75%
Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime Lending Rate, dengan harapan dapat mendorong penurunan suku bunga perbankan .
12
(guideliness) dari bank sentral untuk menyeragamkan suku bunga
utama kepada nasabah perbankan.
13
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy)
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
%
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan II-2011. Setelah
tumbuh 6,99% (yoy) pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara
kembali tumbuh pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya, yaitu sebesar 7,14% (yoy). Optimisme semakin membaiknya perekonomian
serta prospek kedepan mendorong meningkatnya kinerja konsumsi dan investasi.
Sementara itu, kinerja perdagangan luar negeri Sulawesi Utara menunjukkan adanya
pertumbuhan negatif. Penurunan kinerja ekspor khususnya terjadi pada komoditi perikanan.
Disamping merosotnya hasil produksi tangkapan, juga terkendala faktor cuaca. Selain itu,
nilai tukar Rupiah yang terapresiasi diperkirakan sedikit berdampak terhadap penurunan
nilai ekspor serta mengurangi daya saing produk ekspor Sulut. Sementara itu, dari sisi
penawaran, peningkatan kinerja sektor pertanian, bangunan dan PHR merupakan faktor
utama pendorong terjadinya akselerasi perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II-2011.
1.1 SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan II-2011 terutama ditopang
oleh membaiknya kinerja investasi. Peningkatan kinerja investasi pada triwulan laporan
didorong oleh realisasi ekspor proyek fisik swasta maupun pemerintah. Kegiatan konsumsi,
baik konsumsi swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif,
meskipun melambat apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Konsumsi Rumah Tangga tumbuh positif seiring dengan peningkatan pendapatan
masyarakat yang didorong oleh pencairan tunjangan PNS serta realisasi tunjangan sertifikasi
guru. Tumbuhnya konsumsi swasta yang diindikasikan oleh pengeluaran sehubungan masa
14
Grafik 1.2. Indeks Ekonomi Saat Ini
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado.
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
liburan sekolah dan memasuki tahun ajaran baru diperkirakan turut memberikan
sumbangan pertumbuhan ekonomi daerah. Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan II-2011
tercatat mengalami pertumbuhan negatif, salah satu faktor penyebabnya adalah
penurunan volume ekspor khususnya produk perikanan yang menjadi salah satu sektor
unggulan ekspor Sulut.
Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)
1.1.1 Konsumsi
Kegiatan konsumsi selama triwulan II-2011 mengalami pertumbuhan positif 6,92% (yoy)
dengan kontribusi sebesar 4,42% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan
pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya, maka kinerja kegiatan konsumsi selama
triwulan laporan tercatat mengalami sedikit perlambatan. Namun demikian, kinerja
konsumsi masih tercatat sebagai kontributor utama pertumbuhan ekonomi Sulut pada
triwulan II-2011. Terdapat beberapa faktor pendorong yang menyebabkan kegiatan
konsumsi masih tumbuh positif, diantaranya peningkatan sumber pendapatan masyarakat
yang diperoleh dari pencairan tunjangan PNS dan realisasi tunjangan sertifikasi guru. Selain
itu, kegiatan musiman seperti pengeluaran sehubungan masa liburan sekolah dan
memasuki tahun ajaran baru juga telah memberikan dampak pada peningkatan kegiatan
konsumsi.
Kinerja konsumsi swasta pada triwulan
laporan mengalami pertumbuhan positif
sebesar 6,06% (yoy) yang salah satunya
terindikasi melalui Indeks Ekonomi Saat Ini
(IEK) berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK)
BI Manado pada triwulan II-2011.
Sebagaimana terlihat pada grafik 1.2, pada
akhir triwulan laporan (Juni 2011) IEK
mencapai 119,33. Jika dilihat berdasarkan komponennya, optimisme konsumen terhadap
kondisi perekonomian saat ini tercermin dari positifnya nilai indeks seluruh komponen
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb.
Konsumsi 6.43 4.45 7.26 4.61 8.98 5.55 10.03 6.22 5.48 3.78 6.92 4.42
Konsumsi Swasta 5.24 2.40 6.20 2.62 7.28 3.01 7.96 3.16 4.62 2.09 6.06 2.54
Konsumsi Pemerintah 8.77 2.04 9.35 1.99 12.39 2.54 13.74 3.06 7.12 1.69 8.58 1.87
PMTB 12.35 2.54 2.94 0.61 -0.19 -0.05 1.14 0.27 11.64 2.51 13.90 2.80
Stok 9.16 0.09 15.18 0.22 17.94 0.27 13.43 0.21 10.16 0.10 1.48 0.02
Ekspor 7.05 3.40 13.61 6.58 26.29 10.66 9.87 4.61 9.02 4.36 -1.46 -0.75
Impor 9.56 3.72 15.25 5.23 32.32 9.39 10.45 3.54 9.42 3.77 -1.75 -0.65
PDRB 6.75 6.75 6.80 6.80 7.04 7.04 7.77 7.77 6.99 6.99 7.14 7.14
Jenis Penggunaan2010 2011
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
J F M A M J J A S O N D J F M A M J
2010 2011
Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Saat Ini
Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lap. Kerja
15
Grafik 1.3.
Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
penyusun IEK yang meliputi Indeks Penghasilan Saat Ini (125) , Indeks Pembelian Barang
Tahan Lama/Durable Goods (100,5) serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (132,5). Hal
ini menunjukkan perkiraan adanya kondisi usaha yang semakin membaik akan berdampak
terhadap penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, yang selanjutnya mendorong kenaikan
penghasilan masyarakat, dan naiknya konsumsi rumah tangga.
Disamping itu, pertumbuhan konsumsi
selama triwulan laporan tidak lepas dari
membaiknya daya beli petani seiring
dengan meningkatnya harga komoditas
dunia. Hal ini tercermin dari peningkatan
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II-
2011 mencapai 103,44 atau tumbuh
2,17% (yoy). Peningkatan terutama
terjadi pada subsektor pangan,
peternakan dan perkebunan rakyat. Peningkatan subsektor perkebunan rakyat merupakan
imbas kenaikan harga komoditas unggulan Sulut (Pala, Cengkih, dan Kopra). Sementara itu,
sub sektor yang masih berada dibawah batas minimum sejahtera adalah perikanan sebagai
dampak turunnya produksi perikanan karena faktor cuaca buruk. Dalam Indeks NTP yang
ditunjukan pada grafik 1.3., sepanjang tahun 2010 sampai akhir triwulan I 2011 NTP
Sulawesi Utara selalu berada dalam kategori sejahtera (indeks > 100). Sebagaimana
diketahui, berdasarkan komposisinya hampir 40% masyarakat di Sulawesi Utara bermata
pencaharian bertani, sehingga tingkat kesejahteraan petani mampu memberikan dampak
yang cukup signifikan terhadap aktivitas konsumsi rumah tangga.
Selanjutnya, pertumbuhan positif kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat
dikonfirmasi melalui penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado dan
sekitarnya yang mengalami kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu
dealer utama penjualan kendaraan roda empat di Kota Manado. Selama triwulan II-2011
penjualan kendaraan roda empat mengalami terus mengalami pertumbuhan hingga
mencapai 37,13% (yoy) pada triwulan laporan. Adanya peningkatan penghasilan pada
triwulan laporan direspon oleh masyarakat dengan melakukan pembelian barang dan jasa
khususnya pembelian barang tahan lama.
Sementara itu, data pernyaluran kredit konsumsi oleh perbankan Sulut tetap menunjukkan
pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama
90
95
100
105
110
115
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
NTP
batas minimum sejahtera
Pangan
Holtikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
16
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum
Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat
Grafik 1.4. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat
tahun sebelumnya. Pada Juni 2011, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank umum
mencapai Rp7.363 miliar, atau tumbuh sebesar 10,21% (yoy), melambat apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat mengalami
pertumbuhan 32,34% (yoy).
Sejalan dengan pertumbuhan positif konsumsi swasta, kegiatan konsumsi pemerintah
selama triwulan II-2011 juga tumbuh positif sebesar 8,58% (yoy), namun tercatat
mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
9,35% (yoy). Perlambatan ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan realisasi anggaran
belanja di triwulan II-2011 yang baru mencapai 35.3% dari target belanja APBD 2011
sebesar Rp1.297 miliar, atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang
menghasilkan pencapaian yang sama (35,3%) dengan target yang lebih rendah yakni
Rp1.198 miliar.
1.1.2 Investasi
Pada triwulan II-2011, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar
13,90% (yoy). Faktor pendorong pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan II 2011
diantaranya pembangunan berbagai infrastruktur pendukung terkait persiapan perhelatan
internasional Asean Economic Ministers and Related Meetings (AEM), pembangunan jalan
ringroad II yang masih berjalan, pembangunan PLTS di Miangas dan realisasi pembangunan
jaringan internet di Minahasa Selatan serta kegiatan investasi swasta di bidang properti.
Pertumbuhan kinerja investasi antara lain dapat dikonfirmasi melalui data volume impor
barang modal pada triwulan II-2011 yang mengalami peningkatan dari 427,62 ribu ton
pada triwulan II-2010 menjadi 491,78 ribu ton pada triwulan II-2011 atau tumbuh sebesar
15% (yoy).
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Total Sales (Unit) - left axis gSales (% yoy) - right axis
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis
17
Selain itu, peran perbankan dalam penyaluran pembiayaan untuk kegiatan investasi juga
terus mengalami peningkatan. Sampai akhir triwulan II-2011, jumlah kredit investasi tercatat
sebesar Rp2.015 miliar atau tumbuh 82,88% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan
II-2010 yang hanya tumbuh 24,83% (yoy). Pencapaian pertumbuhan kredit investasi ini
diharapkan dapat mendorong kinerja investasi pada tahap selanjutnya.
1.1.3 Ekspor Impor
Kinerja perdagangan Sulawesi Utara yang tercermin dari laju pertumbuhan ekspor dan
impor pada triwulan II-2011 tercatat mengalami kontraksi. Laju pertumbuhan ekspor pada
triwulan laporan tercatat tumbuh negatif 1,46% (yoy). Indikasi penurunan kinerja ekspor
terutama disumbang oleh perdagangan antar daerah/provinsi. Sementara itu, untuk pasar
luar negeri masih menunjukkan adanya pertumbuhan yang positif.
Kegiatan ekspor antar daerah/provinsi
mengalami kontraksi pada triwulan laporan.
Hal ini dapat dikonfirmasi dengan kegiatan
muat barang melalui pelabuhan Bitung.
Kegiatan muat didefinisikan sebagai kegiatan
pengiriman barang dari Sulawesi Utara ke
luar provinsi. Selama triwulan II-2011, volume
barang asal Sulawesi Utara yang dikirim
(muat) ke pasar domestik sebesar 200,88 ribu
ton atau turun 26,39% (yoy) dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Kondisi cuaca
yang tidak menentu dalam 4 bulan terakhir diperkirakan menjadi salah satu faktor yang
Sumber : Berbagai Media, diolah
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Grafik 1.6. Perkembangan Volume Impor Barang Modal Sulut (ribu ton)
-1,000
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Capital (ton) - left axis gCapital ytd (%) - right axis
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis gKredit_Investasi (% yoy) - right axis
Sumber : PT. PELINDO IV (Persero) Bitung
Grafik 1.8. Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung
-120
-70
-20
30
80
130
180
230
280
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Muat (Ribu ton) - left axis gMuat (% yoy) - right axis
18
berdampak terhadap penurunan kinerja ekspor antar daerah yang sangat tergantung pada
transportasi laut sebagai sarana pengiriman barang.
Sementara itu, sejalan dengan ekspor antar
daerah, kegiatan ekspor luar negeri selama
triwulan II-2011 mengalami pertumbuhan
negatif, tercermin dari perkembangan
volume ekspor yang turun 61,23% (yoy)
dari 105.319 ton pada triwulan II-2010
menjadi hanya 63.616 ton pada triwulan
laporan. Penurunan volume ekspor
terutama terjadi pada komoditi perikanan
yang terkendala oleh permasalahan cuaca
buruk. Selain itu, apresiasi nilai tukar rupiah yang terjadi beberapa bulan terakhir telah
berdampak terhadap penurunan nilai ekspor dan mengurangi daya saing produk ekspor
Sulut.
Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor
luar negeri pada triwulan II-2011 terutama
didominasi dalam bentuk Lemak dan Minyak
Hewani dengan pangsa mencapai 76%
kemudian daging olahan dan ikan olahan
dengan pangsa mencapai 11%, sisanya
dalam bentuk ikan&udang (6%), berbagai
produk kimia (4%) dan produk lainnya (3%).
Komposisi negara tujuan ekspor Sulut pada triwulan II-2011 tidak jauh berbeda bila
dibandingkan pada tahun 2010. Negara tujuan utama ekspor Sulut sampai dengan pada
triwulan laporan adalah Amerika Serikat (25%), Belanda (21%), Korea Selatan (19%), China
(18%), Jerman (4%), Meksiko (3%) dan Jepang (3%).
Grafik 1.10.
Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.9. Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Sulut
Sumber : Pelindo IV (Persero) Bitung, diolah
76%
11%
6%
4% 3%Lemak & minyak hewan/nabati
Daging & Ikan olahan
Ikan & Udang
Berbagai produk kimia
Lainnya
-120
-70
-20
30
80
130
180
230
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Ekspor (Ton) - left axis gEkspor (% yoy) - right axis
19
Sama halnya dengan kinerja ekspor, kegiatan impor Sulawesi Utara pada triwulan II-2011
juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar 1,75% (yoy). Pertumbuhan negatif ini
terutama disebabkan oleh penurunan kinerja impor antar pulau/provinsi. Hal ini sejalan
dengan pangsa impor Sulawesi Utara yang lebih didominasi oleh impor antar pulau/provinsi
(±99%) dibandingkan impor yang didatangkan dari luar negeri (±1%).
Penurunan ini dapat dikonfirmasi dengan
kegiatan bongkar barang melalui pelabuhan
Bitung. Kegiatan bongkar didefinisikan
sebagai masuknya barang dari luar provinsi
ke Sulawesi Utara. Selama triwulan II-2011,
volume barang yang masuk ke Sulawesi
Utara (bongkar) hanya mencapai 530,70 ribu
ton dibandingkan triwulan II-2010 yang
tercatat sebesar 850,35 ribu ton atau turun
sebesar 37,59% (yoy). Tren penurunan
impor yang ditunjukkan dari penurunan
kegiatan bongkar mengindikasikan bahwa
tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap barang dari daerah/provinsi lainnya di luar
Sulawesi Utara sudah semakin kecil.
Sementara itu, kinerja impor luar negeri Sulut masih tetap menunjukkan adanya
pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan kinerja impor luar negeri antara lain dapat
dikonfirmasi dengan data nilai impor selama triwulan II-2011 yang tercatat mencapai
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.12. Negara Tujuan Ekspor s.d. Juni 2011
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.11. Negara Tujuan Ekspor Tahun 2010
21%
11%
21%
38%
1%5%
3%
Amerika Serikat
Belanda
Korea Selatan
Cina
Jerman
Jepang
Negara Lainnya
25%
21%
19%
18%
4%
3%3%
7%Amerika Serikat
Belanda
Korea Selatan
Cina
Jerman
Meksiko
Jepang
Negara Lainnya
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung
Grafik 1.13. Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2009 2010 2011
Bongkar (Ribu ton) - left axis gBongkar (% yoy) - right axis
20
USD76,66 juta meningkat dibanding triwulan II-2010 dengan nilai sebesar USD28,3 juta
atau tumbuh mengalami pertumbuhan sebesar 170,9%.
Jan'11 Feb'11 Mar'11 Apr'11 Mei'11 Jun'11Jan-Jun
2011
Jan-Jun
2010
Total Impor 22,093 5,588 37,074 5,500 3,800 2,600 76,655 28,300 170.9
Migas - - - - - - - -
Non Migas 22,093 5,588 37,074 5,500 3,800 2,600 76,655 28,300 170.9
Uraian
Nilai CIF ( Ribu USD)% Growth
(yoy)
Berdasarkan komoditasnya, kegiatan impor
luar negeri pada triwulan laporan didominasi
oleh impor komoditas gandum-ganduman
dengan pangsa 30% dari total nilai impor.
Beberapa komoditas impor Sulut lainnya
diantaranya mesin-mesin, kapal laut dan besi
baja dengan pangsa berturut-turut 25%,
18% dan 9% .
Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sepanjang sampai dengan Juni 2011
lebih dominan didatangkan dari negara Vietnam (30%), Jepang (24%), China (9%) dan
Australia (10%). Terdapat perbedaan urutan negara asal impor di tahun 2010 dan 2011,
jika pada tahun 2010, negara Jepang merupakan negara asal impor barang utama Sulut
dengan komoditi impor berupa mesin-mesin, maka pada tahun 2011, negara asal impor
utama adalah negara Vietnam dengan komoditi impor berupa beras.
Tabel 1.2.
Impor Sulut (Juta USD)
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.14.
Pangsa Komoditi Utama Impor Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah
Grafik 1.15. Negara Asal Impor Tahun 2010
Grafik 1.16.
Negara Asal Impor s.d. Juni 2011
Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah
30%
25%
18%
9%
18% Gandum-ganduman
Mesin-mesin
Kapal Laut
Besi & Baja
Lainnya
11%
17%
67%
3%
2%
Jepang
Australia
Cina
Malaysia
Filipina
30%
24%10%
9%
8%
6%
13% Vietnam
Jepang
Australia
Cina
Malaysia
Taiwan
Lainnya
21
1.2 SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2011 disumbangkan oleh
seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,14% (yoy), sedikit
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,80% (yoy).
Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier effect penyelenggaraan event berskala
internasional dan nasional pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan
mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi Sulut. Sektor yang
mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan II-2011 adalah Sektor Bangunan yang
tercatat tumbuh 13,59% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,97% terhadap total
pertumbuhan. Selanjutnya, sektor pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
(PHR) juga masih menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan masing-
masing sebesar 1,42% dan 1% terhadap total pertumbuhan.
Tabel 1.3.
Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)
Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb.
Pertanian 5.40 1.07 12.54 2.55 17.40 3.40 10.31 1.84 6.58 1.29 6.65 1.42
Pertambangan & Penggalian 8.17 0.43 2.65 0.14 0.44 0.02 2.10 0.11 5.89 0.31 5.88 0.30
Industri Pengolahan 5.17 0.41 6.37 0.48 6.63 0.51 7.48 0.58 6.03 0.47 6.93 0.52
Listrik, Gas & Air Bersih 4.03 0.04 3.86 0.03 4.77 0.04 7.35 0.05 4.81 0.04 5.33 0.04
Bangunan 11.42 1.83 2.61 0.39 -4.87 -0.79 0.86 0.15 8.31 1.39 13.59 1.97
PHR 7.29 1.08 6.77 1.07 8.92 1.35 11.11 2.00 8.79 1.31 6.36 1.00
Pengangkutan & Komunikasi 5.46 0.68 6.38 0.84 7.08 0.97 12.41 1.57 7.24 0.89 3.27 0.43
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 6.07 0.41 6.09 0.40 6.77 0.45 8.26 0.52 5.31 0.36 7.13 0.47
Jasa-Jasa 5.00 0.80 5.82 0.89 7.21 1.08 6.54 0.94 5.89 0.93 6.46 0.98
PDRB 6.75 6.75 6.80 6.80 7.04 7.04 7.77 7.77 6.99 6.99 7.14 7.14
Lapangan Usaha2010 2011
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1.2.1 Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan II-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar
6,65% (yoy) walaupun tercatat melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
sebelumnya (12,54% yoy). Perlambatan ini antara lain disebabkan oleh bencana hujan yang
disertai angin kencang yang melanda sebagian besar wilayah Sulawesi Utara pada awal april
dan adanya bencana banjir dan longsor yang terjadi di sentra tanaman padi di Bolaang
Mongondow. Selain merusak areal persawahan sekitar 52 hektar, banjir dan tanah longsor
juga telah merusak tanaman perkebunan seperti kelapa dan cokelat serta tanaman
holtikultura.
Tabel 1.4. Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Beras
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Luas Panen (Ha) 31,873 36,150 20,339 27,642 37,150 23,776 34,831 23,869 37,130 34,786
Produksi Gabah (Ton) 142,923 169,105 98,691 138,341 175,194 113,905 171,264 123,017 171,322 168,564
Produksi Beras (Ton) 90,041 106,536 62,175 87,155 110,372 71,760 107,897 77,501 107,933 106,195
KOMPONEN
Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Beras
2009 2010 2011
22
- 500 1,000 1,500 2,000 2,500
Jun
May
Apr
Mar
Feb
Jan2009
2010
2011
Grafik 1.19. Perkembangan Hasil Tangkapan Ikan 2009-2011
Sumber: Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung
Perkembangan kinerja sektor pertanian antara lain dapat dikonfirmasi dengan data dari
Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara, dimana pada triwulan II-2011 untuk produksi beras
diperkirakan mencapai 106.195 ton atau naik 47,97% (yoy) dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Namun demikian, jika dibandingkan triwulan sebelumnya, maka
jumlah produksi beras tercatat mengalami perlambatan sebesar -1,61% (qtq). Perlambatan
juga terjadi pada komoditi jagung dan kelapa sebagai komoditi unggulan Sulut. Data dari
Dinas Pertanian menunjukkan bahwa pada triwulan II-2011 produksi jagung mengalami
penurunan sebesar 3,66% (yoy) dari 11 8.352 ton pada triwulan II-2010 menjadi hanya
114.025 ton pada triwulan laporan. Sementara itu, data dari Dinas Perkebunan juga
menunjukkan adanya penurunan produksi kelapa, sampai dengan Mei 2011 jumlah
produksi kelapa Sulut tercatat sebesar 269.077 ton atau turun sebesar 1,52 %
dibandingkan Mei 2010.
Berdasarkan subsektornya, kinerja sub sektor
perikanan juga tercatat mengalami
penurunan, hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya: (i) kondisi cuaca yang
tidak menentu, (ii) reklamasi pesisir pantai,
serta (iii) kelangkaan BBM yang menyebabkan
hasil tangkapan ikan terus mengalami
penurunan. Produksi ikan di Manado
mengalami penurunan mencapai 20% dari
kondisi normalnya. Hal ini dapat dikonfirmasi
Grafik 1.17. Perkembangan Produksi Jagung di Prov. Sulawesi Utara
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara, diolah
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
200,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Produksi Jagung (Ton) - left axis
Growth Produksi (% yoy) - right axis
Grafik 1.18. Perkembangan Produksi Kelapa di Prov. Sulawesi Utara
Ket: *) Data Mei 2011
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
-10
0
10
20
30
40
50
60
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2009 2010 2011
Produksi Kelapa (Ton) - left axis
Growth Produksi (% yoy) - right axis
23
Grafik 1.20. Pertumbuhan Kredit Pertanian
melalui data hasil tangkapan ikan melalui pelabuhan Samudera Bitung, sampai dengan Juni
2011 hasil tangkapan ikan tercatat hanya sebesar 6.947 ton atau turun 30,74%
dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 10.031 ton.
Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran
perbankan untuk membiayai sektor
pertanian menunjukkan adanya tren
peningkatan. Sampai dengan Juni 2011,
jumlah kredit yang disalurkan pada sektor
pertanian mencapai Rp300 milliar atau
tumbuh 121,88% (yoy) dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Namun
demikian, jika dibandingkan dengan total
kredit yang disalurkan bank, jumlah kredit
pertanian hanya mencapai 2,15% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu
optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif
tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL (Non Performing
Loan) di sektor pertanian yang mencapai 6,61% pada triwulan laporan.
1.2.2 Sektor Bangunan
Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan II-2011 mencatat pertumbuhan
sebesar 13,59% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,97% terhadap total pertumbuhan.
Pertumbuhan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar
2,61% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan di sektor bangunan
diantaranya adalah penyelesaian beberapa proyek pemerintah dan swasta seperti
pembangunan properti ruko, apartemen dan pembangunan beberapa hotel serta
perbaikan beberapa infrastruktur dalam menunjang penyelenggaraan event ASEAN
Economic Ministers and Related Meetings (AEM).
Pertumbuhan sektor bangunan dapat tercermin pada meningkatnya data penjualan semen
di Provinsi Sulawesi Utara. Selama triwulan laporan, penjualan semen tercatat mencapai
157,78 ribu ton atau naik 28,74% (yoy) apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama
tahun sebelumnya. Indikator lainnya yang menunjukkan peningkatan pada sektor ini adalah
hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan oleh KBI Manado, menunjukkan adanya
kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 457% dari 63.62 pada Juni 2010
menjadi 354.92 pada Juni 2011.
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
-100
-50
0
50
100
150
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Pertanian (Rp miliar) - left axis
gPertanian (% yoy) - right axis
24
Grafik 1.21. Perkembangan Data Penjualan Semen
Grafik 1.23. Perkembangan Kredit Konstruksi
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Grafik 1.22. Indeks Penjualan Bahan Konstruksi
-200
-100
0
100
200
300
400
500
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2009 2010
Indeks Bahan konstruksi (left axis) growth (% - yoy) - right axis
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan terhadap sektor bangunan (konstruksi) masih belum
belum maksimal. Hal ini tercermin dari jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan
sampai dengan Juni 2011 tercatat sebesar Rp430 miliar atau mengalami pertumbuhan
negatif sebesar 3,59% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan II-2011 menunjukan
pertumbuhan positif sebesar 6,36% (yoy) dengan kontribusi sebesar 1% terhadap total
pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor hotel yang
didorong oleh penyelenggaraan beberapa event diantaranya :
a) Manado kembali dipercaya menjadi tuan rumah penyelenggaraan Indonesia MICE &
Corporate Travel Mart (IMCTM) 2011 pada tanggal 17-21 Mei 2011. IMCTM
merupakan corporate travel mart terbesar di kawasan Asia Tenggara yang menjadi
forum bisnis yang memfasilitasi pertemuan antara pihak korporasi dan agensi perjalanan
dengan pihak resort tempat penyelenggaran MICE. Adanya perhelatan ini diharapkan
dapat mempromosikan sekaligus mendatangkan banyak wisatawan lokal dan
mancanegara.
Sumber : Data Asosiasi Semen Indonesia
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010
Volume (ton) - left axis g_semen (%) - right axis
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
-
100
200
300
400
500
600
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Konstruksi (Rp miliar) - left axis
gKonstruksi (% yoy) - right axis
25
b) Pada tanggal 24-28 Mei 2011, Kota Manado akan menyelenggarakan acara Manado
Ocean Festival yang akan menampilkan berbagai kompetisi diantaranya: Jetski Nasional
Championship, International Underwater Photography Competition, Exibition, Miss
Ocean Manado Contest, Katinting Festival, Volley Beach Tournament, Clean and Refresh
The Ocean dan Seafood Cooking Festival. Penyelenggaraan acara ini diharapkan dapat
mendatangkan wisatawan lokal maupun mancanegara.
c) Pelaksanaan 4th Australia Federal Police (AFP) Indonesia Police (INP) Senior Officer
Meeting (SOM) di Manado yang dibuka oleh Gubernur Sulawesi Utara pada tanggal 11
Mei 2011. Acara ini merupakan bagian dari program Polri dan AFP.
d) Rapat Kerja Nasional Staf Ahli Kepala Daerah Provinsi dan Kab/Kota pada tanggal 13
Juni 2011 yang akan diikuti 400-an peserta dari seluruh Indonesia.
e) Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia pada
tanggal 22-25 Juni 2011 yang diperkirakan mendatangkan 1.500 dokter spesialis kulit
dan kelamin se-Indonesia.
Maraknya berbagai perhelatan yang diselenggarakan di Kota Manado selama triwulan
laporan antara lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara
umum memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data wisatawan domestik
maupun mancanegara, data jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian
Kamar (TPK), dan jumlah kamar terjual.
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.24.
Data Wisatawan Mancanegara
Grafik 1.25.
Data Lama Tamu Menginap
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
(60.00)
(40.00)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Wisman (org) - left axis
gWisman (% yoy) - right axis
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Menginap (org) - left axis
gMenginap (% yoy) - right axis
Grafik 1.26. TPK dan Lama Menginap
Grafik 1.27. Jumlah Kamar Terjual
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4
-
10
20
30
40
50
60
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
TPK (%) - left axis
Ratas Menginap (hari) - right axis
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Kmr Terjual (unit) - left axis
gKmr Terjual (% yoy) - right axis
26
Grafik 1.29. Perkembangan Kredit Sektor PHR
Grafik 1.28. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran per KLUI
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
-
100
200
300
400
500
600
700
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis gJasa (% yoy) - right axis
Pertumbuhan kinerja sektor PHR tidak terlepas dari peningkatan kinerja sub sektor
pedagangan besar dan eceran yang didorong oleh dampak lanjutan dari membaiknya daya
beli masyarkat akibat peningkatan pendapatan masyarakat yang diperoleh dari pencairan
tunjangan PNS dan realisasi tunjangan sertifikasi guru. Pertumbuhan seb sektor
perdagangan besar dan eceran dapat dikonfirmasi dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE)
oleh KBI Manado pada triwulan II-2011 yang menunjukkan adanya peningkatan indeks
pada bahan konstruksi, kerajinan,seni dan mainan serta bahan bakar.
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor ekonomi terbesar yang mendapatkan
alokasi pembiayaan dari perbankan. Sampai dengan bulan Juni 2011 kredit sektor PHR yang
telah disalurkan bank umum mencapai Rp4.114 miliar atau tumbuh 57,65% dibandingkan
periode yang sama tahun lalu.
1.2.4. Sektor lainnya
A. Sektor Jasa-jasa
Kinerja sektor jasa pada triwulan II-2011
tumbuh positif sebesar 6,46% (yoy). Kinerja
sektor jasa yang cukup stabil ditopang oleh
aktivitas sub sektor pemerintahan umum.
Namun demikian, apabila dibandingkan
dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya
kinerja sektor jasa-jasa mengalami
perlambatan yang tercermin dari melambatnya
penyaluran kredit perbankan di sektor ini.
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado
-200
0
200
400
600
800
1000
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Nop
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2010 2011
Indeks Bahan konstruksi Kerajinan, seni & mainan
Bahan bakar
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis
gKredit_PHR (% yoy) - right axis
Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
27
Grafik 1.31. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok
Bisnis dan Industri
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Grafik 1.32. Perkembangan Kredit Sektor Industri
Sumber : PLN Kanwil Suluttenggo
Sampai dengan bulan Juni 2011 kredit sektor jasa-jasa tercatat sebesar Rp564 miliar atau
tumbuh negatif 7,58% (yoy).
B. Sektor Industri Pengolahan
Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan II-2011 relatif stabil dengan tingkat
pertumbuhan mencapai 6,93% (yoy) atau tumbuh lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan triwulan II-2010 sebesar 6,37% (yoy). Industri pengolahan di Sulawesi Utara yang
didominasi oleh pengolahan produk kelapa dan turunannya serta pengolahan produk
perikanan tersebar di Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten
Minahasa Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Kotamobagu dan Kota Tomohon.
Mayoritas industri pengolahan berlokasi di Kota Bitung dan Kota Manado.
Membaiknya perekonomian dunia yang
tumbuh lebih cepat dibandingkan perkiraan
sebelumnya seiring pemulihan ekonomi
negara-negara maju dan emerging makets
diperkirakan turut berdampak pada kembali
bergairahnya sektor industri di Sulawesi
Utara. Hal ini salah satunya ditandai oleh
pertumbuhan jumlah pelanggan listrik di
sektor bisnis dan industri. Berdasarkan data
PLN, jumlah pelanggan listrik di sektor bisnis
dan industri pada triwulan II-2011 mencapai
14.542 pelanggan atau tumbuh 4,36% (yoy).
Dukungan perbankan terhadap industri
pengolahan merupakan salah satu faktor
pendorong pertumbuhan sektor ini. Sampai
dengan akhir triwulan II-2011 jumlah kredit
yang disalurkan tumbuh sebesar 16,62% (yoy)
dari Rp281 miliar pada triwulan II-2010
menjadi Rp328 miliar pada triwulan II-2011.
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
12,000
12,500
13,000
13,500
14,000
14,500
15,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Pelanggan Bisnis&Industri - left axis
gPelanggan Bisnis&Industri (% yoy) - right axis
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
-
50
100
150
200
250
300
350
400
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis
gKredit_Industri (%yoy) - right axis
28
C. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan
Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada
triwulan II-2011 tumbuh 7,13% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa
antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan
antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai
Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan
kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh meningkatnya
laju konsumsi dan aktivitas sistem pembayaran di wilayah Sulawesi Utara juga turut
berkontribusi pada pertumbuhan sektor ini.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Jumlah Bank umum 23 23 24 24 24 25 25 25 25 25
Jumlah kantor bank umum*) 195 197 199 206 206 215 219 225 227 234
Jumlah BPR 17 17 17 13 13 14 14 16 16 16
Jumlah kantor BPR 39 39 39 39 39 39 41 43 43 46
2009Data Bank
2010 2011
D. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan berbagai event berskala nasional
maupun internasional di Tahun 2011 adalah semakin dikenalnya Kota Manado sebagai
salah satu kota tujuan wisata baik secara internasional maupun nasional. Hal ini
berpengaruh pada meningkatnya minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara
hingga pada tahap lanjut mampu mendorong kinerja sektor pengangkutan dan
telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II-2011 mengalami
pertumbuhan signifikan 3,27% (yoy), dengan sumbangan sebesar 0,43% terhadap total
pertumbuhan.
Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin
dari tingginya arus penumpang dan kargo yang keluar dari Bandar Udara Sam Ratulangi
Manado. Sampai dengan Mei 2011, arus penumpang dan kargo yang berangkat (keluar)
dari wilayah Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar
5,48% (yoy) dan 4,28% (yoy). Sejalan dengan itu, arus penumpang yang masuk ke wilayah
Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar 2,65% (yoy). Peningkatan pada arus
masuk bertepatan dengan maraknya event domestik dan internasional yang
diselenggarakan di Sulawesi utara pada triwulan laporan.
Tabel 1.5. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara
Ket: *) termasuk kantor unit Sumber : Bank Indonesia Manado
29
Tabel 1.6. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi
Sementara itu, relatif stabilnya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan
antara lain didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan, disamping pesatnya
pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada
daerah yang sebelumnya terisolir sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan
dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan kecanggihan telepon selular dengan
berbagai macam jenis merk, harga, dan fasilitas/fitur baru yang ditawarkan serta gencarnya
promosi yang dilakukan semakin mendorong masing-masing provider untuk lebih bersaing
mendapatkan konsumen, hal ini pada tahap selanjutnya akan berdampak terhadap
peningkatan kinerja sub sektor komunikasi.
Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor
ini, keberpihakan perbankan yang
diwujudkan dalam penyaluran kredit di
sektor pengangkutan dan komunikasi juga
memperlihatkan adanya peningkatan.
Sampai dengan bulan Juni 2011 jumlah
kredit yang disalurkan mencap ai Rp89
miliar, atau tumbuh 14,36% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun
lalu
E. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Ket: *) Data s.d. Mei 2010 **) Data s.d. Mei 2011
Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara
Grafik 1.43.
Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan
Q1 Q2*) Q3 Q4 Q1 Q2**)
Datang 174,013 136,627 218,514 229,908 203,160 140,242 2.65%
Berangkat 183,275 134,677 219,567 216,486 213,108 142,055 5.48%
Datang 1,378,294 1,092,856 1,844,427 1,957,143 1,783,877 994,184 -9.03%
Berangkat 941,772 724,447 1,400,768 1,011,539 1,208,615 755,448 4.28%
Growth
(YoY)
2011
Penumpang
Kargo
Jenis
Pengangkutan
Kedatangan/
Keberangkatan
2010
Sumber : Bank Indonesia Manado
Grafik 1.33. Perkembangan Kredit Sektor Transportasi dan Komunikasi
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis
gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis
-50
0
50
100
150
200
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis
gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis
Sektor pertambangan dan penggalian
pada triwulan II-2011 tumbuh 5,88%
(yoy) dengan sumbangan sebesar 0,30%
terhadap total pertumbuhan. Berdasarkan
pelaku usahanya, sub sektor penggalian
ini lebih banyak dilakukan oleh
penambangan
30
tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar. Hal inilah yang mendorong rendahnya
penyaluran kredit pada sektor pertambangan selain karena faktor risiko yang tinggi dari
kegiatan pertambangan. Jika dilihat berdasarkan trennya, pembiayaan yang diberikan oleh
pihak perbankan terhadap sektor pertambangan pengalami penurunan yang cukup
signifikan pada awal tahun 2009, dan selanjutnya relatif tidak mengalami perubahan. Pada
triwulan laporan, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertambangan tercatat sebesar
Rp42 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 25,293% (yoy).
F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sementara itu, sektor listrik, gas dan air
bersih pada triwulan II-2011 tumbuh
positif 5,33% (yoy). Jika dilihat dari jumlah
penjualan listrik serta jumlah pelanggan di
triwulan II-2011, terdapat pertumbuhan
positif dalam jumlah pelanggan dan
pemakaian listrik pada triwulan laporan.
Jumlah pelanggan listrik pada triwulan II-
2011 sebesar 431.634 pelanggan atau tumbuh 10,83% (yoy) dengan jumlah pemakaian
191 MW atau tumbuh 6,11% dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Sementara itu,
pada triwulan II-2011, kapasitas listrik yang tersedia adalah sebesar 234MW atau tumbuh
15,84% dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010. Tingkat pertumbuhan kapasitas
listrik tersedia didukung oleh pembangunan sejumlah pembangkit listrik di wilayah Sulawesi
Utara.
Grafik 1.35. Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik di
Sulawesi Utara
Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah
-
50
100
150
200
250
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Jumlah Pemakaian (MW) - left axis
Jumlah listrik yang tersedia (MW) - left axis
31
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi di Kota Manado selama triwulan II 2011 secara umum masih lebih rendah
apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi Kota Manado
pada triwulan II-2011 tercatat 5,15% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya sebesar 6,90% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi
nasional sebesar 5,45% (yoy). Sejalan dengan pergerakan inflasi tahunan, inflasi bulanan
juga mengalami penurunan menjadi 0,07% (mtm) pada Juni 2011 dari 0,14% (mtm) pada
Maret 2011 serta masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar
0,55% (mtm). Akumulasi laju inflasi (ytd) Kota Manado sampai dengan Juni 2011 tercatat
lebih rendah (-0,14%) dibandingkan akumulasi inflasi nasional (1,06%). Sementara itu,
inflasi triwulanan Kota Manado pada periode laporan tercatat -1,43% (qtq), lebih rendah
dibandingkan triwulan I-2011 yang tercatat sebesar 1,31% (qtq).
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada
triwulan II-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara kelompok
bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok komoditas yang
harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) mengalami tekanan relatif minimal.
Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq)
Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2008 2009 2010 2011
yoy Manado yoy Nasional -3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2008 2009 2010 2011
qtq Manado qtq Nasional
%
32
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
1 Bahan Makanan 21.82 4.75 -0.82 5.82 -2.19 6.39 18.14 15.23 21.69 14.72
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 8.03 7.5 6.15 4.88 8.13 5.96 4.83 5.36 0.43 1.50
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3.54 2.07 -0.15 0.44 1.45 1.83 2.58 2.35 1.85 2.14
4 Sandang 6.05 4.94 4.67 6.37 2.83 6.84 7.02 5.15 5.03 4.28
5 Kesehatan 9.16 5.43 4.84 4.12 4.98 2.56 1.87 0.96 0.61 2.62
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 2.58 2.03 2.63 1.81 1.97 1.75 1.19 1.62 0.91 0.86
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.05 -8.66 -8.76 -5.33 1.63 2.60 3.26 0.59 0.80 -0.38
8.85 2.25 -0.01 2.31 1.84 4.21 7.38 6.28 6.90 5.15
2010 20112009No Kelompok
Umum
2.1. PERKEMBANGAN INFLASI
2.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)
Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan II-2011 tercatat 5,15% (yoy),
mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,90% (yoy) dan
masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 5,45% (yoy). Penurunan laju
inflasi tahunan pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh berkurangnya tekanan
inflasi pada kelompok pangan. Hal ini ditandai oleh mulai menurunnya harga beberapa
komoditas pangan bergejolak (volatile foods) setelah mengalami kenaikan harga yang
cukup tinggi di awal tahun 2011. Namun demikian, laju inflasi tahunan pada triwulan II
2011 masih lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya
tercatat sebesar 4,21% (yoy). Hal ini terutama disebabkan masih berlanjutnya kenaikan
harga emas dunia yang berimbas pada kenaikan harga emas perhiasan domestik. Selain itu,
peningkatan daya beli pada triwulan laporan yang disebabkan oleh peningkatan
pendapatan masyarakat seperti kenaikan gaji PNS/TNI/Polri serta naiknya harga komoditas
unggulan Sulawesi Utara seperti cengkih, kopra dan pala pada tahap selanjutnya
memberikan tekanan inflasi inti melalui jalur ekspektasi konsumen terhadap harga barang
dan jasa.
Berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan makanan dan kelompok sandang mencatat
inflasi tertinggi dibandingkan kelompok lainnya. Angka inflasi kelompok bahan makanan
tercatat 14,72% (yoy) pada triwulan laporan yang disebabkan oleh meningkatnya harga
bumbu-bumbuan, ikan segar, daging dan hasil-hasilnya, ikan diawetkan, padi-padian, umbi-
umbian dan hasilnya. Sementara itu, kelompok sandang tercatat mengalami inflasi sebesar
4,28% (yoy) yang terutama dipicu oleh peningkatan harga emas perhiasan domestik.
Tabel 2.1.
Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
33
Grafik 2.3. Inflasi Triwulanan Sub Kelompok Bahan Makanan
TriwulanI II-2011
(0.54)
1.33
(1.14)
(0.68)
1.52
1.76
0.36
1.11
(26.02)
(0.38)
(0.95)
-30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5
Padi-padian, Umbi-umbian & Hasilnya
Daging & Hasil-hasilnya
Ikan Segar
Ikan Diawetkan
Telur, Susu & Hasil-hasilnya
Sayur-sayuran
Kacang - kacangan
Buah - buahan
Bumbu - bumbuan
Lemak & Minyak
Lainnya
Sub Kelompok
2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)
Searah dengan inflasi tahunan, tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan II-2011
cenderung lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, inflasi Kota
Manado pada triwulan II-2011 tercatat -1,43% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan I-
2011 yang tercatat sebesar 1,31% (qtq) dan masih lebih rendah dibandingkan triwulan
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,2% (qtq).
Berdasarkan kelompoknya, deflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu
sebesar 5,51% (qtq). Deflasi pada sub kelompok bahan makanan didorong oleh penurunan
tekanan inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan, padi-padian, umbi-umbian dan
hasilnya, ikan segar dan ikan diawetkan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Penurunan tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh
membaiknya kondisi pasokan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Tabel 2.2.
Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
1 Bahan Makanan 6.58 -7.86 0.84 6.86 -1.50 0.23 11.98 4.23 4.03 -5.51
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.54 1.07 1.85 0.34 4.68 -0.95 0.77 0.84 -0.22 0.10
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar -0.26 -0.29 0.23 0.77 0.74 0.09 0.96 0.55 0.24 0.38
4 Sandang 3.97 -1.93 0.92 3.36 0.52 1.89 1.09 1.56 0.40 1.17
5 Kesehatan 1.18 2.32 0.99 -0.42 2.02 -0.04 0.32 -1.32 1.66 1.96
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.57 0.22 0.91 0.10 0.72 0.01 0.36 0.52 0.02 -0.04
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -7.03 0.28 -0.02 1.57 -0.20 1.23 0.62 -1.06 0.02 0.05
1.18 -2.08 0.74 2.50 0.72 0.20 3.81 1.44 1.31 -1.43
2011
Umum
No Kelompok2009 2010
34
Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado
Menurut Kelompok Barang & Jasa April 2011
Grafik 2.4. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (mtm)
2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)
Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan II-2011 menunjukkan tren
peningkatan. Pada April 2011 Kota Manado tercatat mengalami deflasi 1,43% (mtm),
kemudian kembali mengalami deflasi pada Mei 2011 sebesar 0,07% (mtm) dan pada Juni
2011 mengalami inflasi menjadi 0,07% (mtm).
APRIL 2011
Memasuki triwulan II tahun 2011, Kota Manado
tercatat mengalami deflasi sebesar -1,43% (mtm).
Deflasi terutama terjadi pada kelompok bahan
makanan tercatat -4,88% (mtm) dengan sumbangan
sebesar -1,55% terhadap total inflasi bulanan.
Beberapa komoditi yang mengalami penurunan harga
diantaranya cabe rawit, bawang merah, beras, mujair,
cabe merah, daging ayam ras, daging babi, minyak
goreng, bayam, dan nike. Penurunan harga
disebabkan oleh kembali normalnya kondisi pasokan
setelah mengalami gangguan pada triwulan I 2011 yang berdampak pada tingginya harga
komoditas bahan pangan di awal tahun 2011.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011
%
mtm Manado mtm Nasional
-4.88
0.05
0.13
0.64
0.34
0.00
-0.21
-1.50
0.01
0.03
0.04
0.01
0.00
-0.03
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Andil Inflasi (mtm) April 2011
35
MEI 2011
Laju deflasi Kota Manado pada Mei 2011 tercatat sebesar 0.07% (mtm) atau mengalami
penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Deflasi pada Mei 2011 masih didominasi oleh
deflasi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,41% (mtm). Beberapa komoditas
makanan yang mengalami penurunan harga adalah daun bawang, bawang putih, daging
babi, cakalang, bawang merah, anggur, lemon cina, cumi-cumi, dan jahe. Sementara itu
laju deflasi tertahan oleh meningkatnya harga pada kelompok lainnya. Beberapa komoditas
yang mengalami kenaikan harga selama bulan Mei 2011 antara lain beras, emas perhiasan,
kangkung, asuransi, kue kering, cabe rawit, pasta gigi, angkutan udara, apel, dan sabun
cair/cuci piring.
JUNI 2011
Pada akhir triwulan II 2011, laju perkembangan
harga barang dan jasa secara umum terus
menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan
sebelumnya. Inflasi Kota Manado pada Juni 2011
tercatat sebesar 0,07% (mtm). Tekanan inflasi
pada Juni 2011 terutama disebabkan oleh mulai
merangkak naiknya harga beberapa komoditas
pangan akibat tekanan permintaan setelah
mengalami penurunan harga pada awal triwulan
II 2011. Beberapa komoditas yang mengalami
kenaikan harga selama bulan Juni 2011 antara
Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa Mei 2011
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
Grafik 2.7. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut
Kelompok Barang dan Jasa Maret 2011
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
-0.41
0.03
0.04
0.10
0.44
-0.03
0.13
-0.41
0.03
0.04
0.10
0.44
-0.03
0.13
-1 0 0 0 0 0 1
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Andil Inflasi (mtm) Mei 2011
-0.25
0.03
0.20
0.42
1.16
0.14
-0.01
-0.07
0.00
0.05
0.03
0.04
0.00
0.02
-1 0 1 2
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Andil Inflasi (mtm) Juni 2011
36
lain daging ayam ras, beras, bawang merah, daging babi, mie, emas perhiasan, daun
bawang, semen, pepaya, dan parfum. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan
harga adalah cabe rawit, gula pasir, bawang putih, minuman ringan, sandal kulit, telur
ayam ras, cakalang asap, kentang, jeruk nipis/limau, dan cabe merah.
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada
triwulan II-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara kelompok
bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok komoditas yang
harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) mengalami tekanan relatif minimal.
2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL
Inflasi Inti (core inflation) pada Juni 2011 tercatat 2,11% (yoy) dengan sumbangan 1,14%
terhadap total inflasi tahunan pada triwulan II-2011. Tekanan inflasi inti meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,46% (yoy) dengan sumbangan
0,79% terhadap total inflasi triwulan I 2011, namun lebih rendah dibandingkan triwulan
yang sama periode sebelumnya yang tercatat sebesar 3,47% (yoy) dengan sumbangan
1,89% terhadap total inflasi triwulan II 2010. Dari sisi domestik, sumber inflasi diprakirakan
antara lain berasal dari faktor musiman dan hari raya di tengah terus meningkatnya
permintaan sejalan dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Selain itu,
faktor ekspektasi masyarakat yang dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas
internasional dan belum menentunya kebijakan pemerintah mengenai bahan bakar
bersubsidi diprakirakan juga turut andil dalam menambah tekanan inflasi. Dari sisi eksternal,
Grafik 2.8.
Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.
Grafik 2.9.
Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011
IHK Volatile Administered Core
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2009 2010 2011
Volatile Administered CORE IHK
37
Ket: Kapasitas produksi (%) berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado Indeks Penjualan Riil hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado
tekanan inflasi terutama bersumber dari harga komoditas internasional yang masih
cenderung meningkat.
Interaksi Permintaan dan Penawaran
Permintaan konsumen Kota Manado pada triwulan II 2011 cenderung meningkat dipicu
oleh (i) kenaikan daya beli masyarakat sebagai dampak kenaikan pendapatan sebagian
besar masyarakat Sulawesi Utara terutama bagi kalangan PNS/TNI/Polri dan petani
perkebunan (ii) pola musiman perayaan Hari Raya Pengucapan Syukur serta persiapan
menjelang Bulan Suci Ramadhan. Hal ini tercermin dari tren kenaikan indeks penjualan
eceran hasil Survei Pedagang eceran (SPE) Kota Manado yang tercatat sebesar 248,98 pada
akhir triwulan II 2011 atau lebih tinggi dari akhir triwulan lalu yang tercatat hanya sebesar
194,62. Sementara dari sisi penawaran, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) KBI Manado persentase kapasitas produksi dari dunia usaha menujukkan
peningkatan dari 88,27% pada triwulan I-2011 menjadi 96,91% pada triwulan laporan.
Peningkatan permintaan yang diikuti oleh peningkatan penggunaan kapasitas produksi
menahan tekanan inflasi yang bersumber dari tekanan permintaan dan penawaran.
Grafik 2.10. Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran dan
Kapasitas Produksi
0
100
200
300
400
500
600
-
20
40
60
80
100
120
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2007 2008 2009 2010 2011
Kapasitas Produksi (left axis)
Indeks Penjualan Riil (right axis)
38
Grafik 2.11. Perkiraan Harga Barang & Jasa Menurut Pengusaha di
Sulawesi Utara
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado
Grafik 2.12. Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang
dan Jasa di Kota Manado
0
50
100
150
200
250
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2007 2008 2009 2010 2011
Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad
Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*
2008 2009 2010 2011
Ekspektasi Inflasi
Selanjutnya di sisi domestik, ekspektasi para pelaku ekonomi di Sulawesi Utara terhadap laju
inflasi cenderung meningkat. Hal ini terutama tercermin dari sisi pengusaha (grafik 2.11)
dan pedagang eceran (grafik 2.12) di Sulawesi Utara. Peningkatan ekspektasi tersebut
terutama dipengaruhi oleh (i) belum adanya kepastian mengenai rencana kebijakan
pemerintah terkait BBM bersubsidi dan kelangkaan BBM bersubsidi yang masih berlanjut di
Provinsi Sulut (ii) rencana konversi minyak tanah ke LPG (iii) rencana kenaikan harga LPG
ukuran 50 kg dan 12 kg secara bertahap dan (iv) masih berlanjutnya tren kenaikan harga
komoditas internasional
Eksternal
Sementara itu, dari sisi eksternal, tekanan inflasi terutama bersumber dari harga
komoditas internasional yang masih cenderung meningkat, terutama harga minyak dan
harga emas dunia yang berpengaruh pada harga bahan bakar non subsidi dan harga
emas perhiasan domestik. Walaupun sempat menunjukkan penurunan, harga minyak
diprakirakan masih cenderung meningkat dan diikuti oleh kenaikan harga komoditas-
komoditas lainnya terkait masih tingginya permintaan akan komoditas internasional,
baik yang berasal dari negara-negara emerging markets maupun negara-negara maju.
Tekanan inflasi dari sisi eksternal tersebut diprakirakan dapat diredam dengan nilai tukar
rupiah yang bergerak stabil. Penguatan rupiah ini merupakan bagian dari respon
kebijakan Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi, khususnya yang berasal
dari kenaikan harga komoditi internasional (imported inflation)
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado
39
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
Jan Feb Mar Apr Mei Juni
Cabe Rawit
Bawang Merah
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
Jan Feb Mar Apr Mei Juni
Beras Superwin
Minyak Goreng
Grafik 2.14. Perkembangan Harga World Texas Intermediate (WTI)
dan Harga Emas di Pasar Internasional
Sumber: http://blogs.worldbank.org/
Grafik 2.13. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Sumber: Bloomberg
Sumber : Disperindag Prov. Sulut
Grafik 2.18. Perkembangan Harga Komoditas Beras dan Minyak
Goreng Kota Manado Triwulan I-2011
Sumber : Disperindag Prov. Sulut
8,000
8,500
9,000
9,500
10,000
10,500
11,000
11,500
12,000
12,500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2008 2009 2010 2011
Rp/USD
Kurs
2.2.2 Non Fundamental
Volatile foods
Kelompok volatile foods Kota Manado pada Juni 2011 tercatat mengalami inflasi 14,95%
(yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang mencatat inflasi sebesar 22,06%
(yoy). Penurunan laju inflasi volatie foods terutama disebabkan oleh membaiknya kondisi
pasokan sehingga harga komoditas kelompok tersebut berangsur kembali kearah normal
setelah mengalami lonjakan harga pada awal tahun 2011.
700
900
1100
1300
1500
1700
20
40
60
80
100
120
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2009 2010 2011
USD/Barrel $/Oz
WTI (left axis) Emas (right axis)
Grafik 2.19. Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit dan
Bawang Merah di Kota Manado
40
Administered Price
Laju inflasi administered price Kota Manado pada triwulan II-2011 cenderung menurun.
Pada Juni 2011 inflasi kelompok administered price tercatat 0,47% (yoy) dengan
sumbangan 0.09% terhadap total inflasi, lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama
tahun lalu sebesar 3,47% (yoy) maupun triwulan sebelumnya sebesar 1,58% (yoy). Hal ini
merupakan dampak dari belum adanya kebijakan pemerintah yang berpengaruh pada
inflasi kelompok ini.
Namun demikian, rencana pencabutan subsidi minyak tanah dan kelangkaan BBM
bersubsidi di Sulawesi Utara dapat menjadi risiko meningkatnya tekanan inflasi pada
kelompok administered price. Rencana pencabutan subsidi minyak tanah menyebabkan
sejumlah aksi borong oleh masyarakat yang berpotensi menyebabkan peningkatan harga
minyak tanah. Selain itu, kelangkaan BBM subsidi masih berlanjut hingga akhir Juni 2011 di
sejumlah daerah di Sulawesi Utara. Kebijakan pembatasan pembelian Premium oleh
pemerintah dapat sedikit meredam antrian di sejumlah SPBU di Sulut namun masih belum
dapat mengatasi perilaku penimbunan dan menjamurnya pedagang bensin eceran.
41
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Total Aset 13,635 14,235 14,860 14,769 15,114 15,925 16,695 17,504 17,984 19,202
Tumbuh Y.o.Y (%) 26.33 21.76 20.24 9.17 10.85 11.87 12.35 18.52 18.99 20.58
DPK (Rp Miliar) 8,907 9,448 9,725 9,987 10,220 10,604 11,114 11,428 11,797 12,601
Tumbuh Y.o.Y (%) 23.90 21.67 22.64 12.72 14.74 12.24 14.28 14.42 15.43 18.83 Kredit outstanding (Rp Miliar) 9,095 9,627 10,004 10,485 10,846 11,457 11,904 12,681 12,955 13,958
Plafond Kredit (Rp Miliar) 10,187 10,647 11,031 11,731 13,133 13,620 14,079 14,986 15,436 16,375
Tumbuh Y.o.Y (%) 33.30 22.60 18.34 17.36 19.25 19.00 18.98 20.95 19.44 21.83
LDR (%) 102.11 101.90 102.88 104.98 106.12 108.04 107.11 110.97 109.81 110.76
NPL (%) 3.86 3.72 3.58 2.83 3.57 3.51 3.54 3.18 3.83 3.74
kredit UMKM 5,841 6,185 6,270 6,414 8,767 9,408 9,926 10,533 11,158 11,757
Share UMKM 64.22 64.25 62.67 61.17 80.83 82.12 83.38 83.06 86.13 84.23
NPL UMKM (%) 4.91 4.96 5.18 4.32 3.49 3.49 3.37 2.94 3.44 3.47
2009 2010Komponen
2011
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian, perkembangan berbagai
indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan II-2011 menunjukkan pertumbuhan
positif. Aset, dana pihak ketiga, dan outstanding kredit mengalami pertumbuhan yang lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana,
pertumbuhan Dana Pihak Ketiga terutama terjadi pada tabungan. Sementara itu, kredit
tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama kredit
investasi. Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan
Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara mengalami peningkatan
dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, stabilitas sistem perbankan yang meliputi aspek risiko kredit, risiko likuiditas,
risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif
terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Aspek penyerapan
dana masyarakat yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level sedikit
di atas 100%, sebagai akibat laju pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan
dengan laju pertumbuhan DPK.
Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
Sumber : Bank Indonesia Manado
3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA
Aset perbankan Sulawesi Utara, baik bank umum konvensional, bank umum syariah
maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan II-2011 tumbuh positif seiring
42
95.00
95.50
96.00
96.50
97.00
97.50
98.00
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Total Asset BPR Konvensional (left axis)Total Asset BU Syariah (left axis)Bank Umum Konvensional (right axis)
membaiknya kondisi perekonomian secara makro. Struktur aset perbankan Sulawesi Utara
masih didominasi oleh aset bank umum konvensional dengan pangsa mencapai 95,87%
dari total aset perbankan. Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional
masing-masing sebesar 1,65% dan 2,48%. Apabila dilihat pertumbuhan pangsa asetnya,
bank umum syariah dan BPR mengalami pertumbuhan positif pada dua tahun terakhir,
meskipun tidak signifikan.
Lebih lanjut, dari keseluruhan aset bank, sebesar 67,10% merupakan aset bank pemerintah
dan sisanya sebesar 28,77% merupakan aset bank swasta.
Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. II-2011
Sumber: Bank Indonesia Manado
Grafik 3.2. Pertumbuhan Pangsa Aset Perbankan
Sulawesi Utara Tw. II-2010
Sumber: Bank Indonesia Manado
BPR Konvensional
2.48%
Bank Umum Syariah1.65%
Bank Umum Konvensional Pemerintah
67.10%
Bank Umum Konvensional Swasta
28.77%
Bank Umum Konvensional
95.87%
BPR Konvensional Bank Umum Syariah
Bank Umum Konvensional Pemerintah Bank Umum Konvensional Swasta
43
3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK
Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 25 Bank
Umum Konvensional, 3 Bank Umum Syariah, dan 16 Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Berdasarkan jaringan kantornya, Bank Umum konvensional maupun syariah memiliki 247
kantor (termasuk kantor unit), sedangkan BPR terdiri dari 46 kantor. Jumlah Bank Umum
dan BPR Konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan apabila dibandingkan
dengan triwulan lalu. Pertambahan jumlah bank menggambarkan semakin besarnya
aktivitas perekonomian di Sulawesi Utara seiring dengan pertumbuhan perekonomian di
wilayah ini.
3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL
3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter
Dewan Gubernur memandang kondisi perekonomian terus meningkat yang disertai dengan
berlanjutnya aliran masuk modal asing dan tren penguatan nilai tukar Rupiah meskipun
pada tingkat yang lebih rendah. Tekanan inflasi cenderung menurun, khususnya dengan
berlanjutnya koreksi harga pangan. Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah
risiko yang berpotensi memberikan tekanan pada stabilitas makroekonomi, khususnya
masih akan berlanjutnya arus modal asing, semakin kuatnya permintaan domestik, dan
meningkatnya tekanan inflasi khususnya pada tahun 2012. Sebagai langkah antisipatif
untuk mengendalikan ekspektasi inflasi kedepan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank
Indonesia pada 9 Juni 2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%.
Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus
berlanjut. Sektor perbankan merupakan sektor yang secara langsung akan bereaksi
terhadap kenaikan BI Rate. Kenaikan BI Rate pada tanggal 4 Februari lalu sebesar 0,25 basis
point menjadi 6,75% berimbas terhadap kenaikan suku bunga pinjaman perbankan pada
bulan Maret dan April 2011. Namun demikian, penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga
pinjaman di Sulawesi Utara masih dalam kisaran yang relatif terbatas, ditandai oleh kembali
menurunnya suku bunga perbankan pada Mei 2011 dan terus berlanjut hingga akhir
triwulan II 2011. Selain itu, penentuan suku bunga pinjaman perbankan juga dipengaruhi
oleh struktur Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mampu terserap oleh pihak perbankan.
Sebagaimana diketahui, di Sulawesi Utara, komposisi DPK masih didominasi oleh dana
murah yaitu tabungan dengan pangsa sebesar 47,25% dari total DPK, biaya yang
dikeluarkan oleh perbankan (suku bunga tabungan) masih relatif lebih kecil dibandingkan
44
5.50
6.00
6.50
7.00
7.50
13.0
14.0
15.0
16.0
17.0
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2010 2011
Sk. Bunga Kredit (Left Axis) BI Rate (Right Axis) Sk. Bunga Deposito (Right Axis)
13.0
13.5
14.0
14.5
15.0
15.5
16.0
16.5
17.0
17.5
Jan
Feb
Mar
April
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2010 2011
Modal Kerja Investasi Konsumsi
suku bunga deposito, sehingga kenaikan BI Rate tidak berdampak signifikan terhadap
kenaikan suku bunga pinjaman.
Berdasarkan data yang bersumber dari Bank Indonesia Manado, sampai dengan akhir Juni
2011, rata-rata tingkat suku bunga kredit tercatat sebesar 14,01%. Menurut jenis
penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 13,56% per
tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 13,95% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi
sebesar 14,37% per tahun.
Sementara itu, pergerakan tingkat suku bunga deposito menunjukkan perkembangan yang
tidak jauh berbeda. Sampai dengan Juni 2011, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1
bulan tercatat sebesar 6,76%, mengalami peningkatan terbatas sepanjang Januari-Juni
2011.
3.3.2. Penyerapan Dana Masyarakat
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada
triwulan II-2011 menunjukan pertumbuhan positif sebesar 18,83% (yoy) menjadi Rp12.601
miliar. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada tabungan yang
tumbuh 27,39% (yoy) kemudian disusul oleh deposito sebesar 14,68% (yoy) dan giro
sebesar 6,94% (yoy). Terjadinya pertumbuhan penghimpunan DPK mengindikasikan
terdapatnya kelebihan likuiditas di masyarakat yang mampu diserap oleh bank. Selain itu,
mulai meningkatnya budaya menabung masyarakat Sulut sebagai dampak dicanangkannya
program TabunganKu dan Gerakan Siswa Menabung (GSM) diperkirakan turut andil dalam
Sumber: Bank Indonesia Manado
Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata
Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)
Grafik 3.4. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit
Menurut Jenis Penggunaan (%)
Sumber: Bank Indonesia Manado
45
Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Giro Deposito Tabungan
pertumbuhan DPK. Sampai dengan Juni 2011, jumlah DPK yang berhasil dihimpun melalui
program TabunganKu tercatat Rp.85,03 miliar dengan jumlah rekening 37.418
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh
jenis simpanan tabungan sebesar 48,24% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK),
disusul kemudian deposito (33,60%) dan giro (18,16%).
Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap 65,01% dari total DPK
sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (34,99%). Berdasarkan laju
pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 17,18% (yoy) sedangkan dana
di bank swasta tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 22,03% (yoy).
Grafik 3.6. Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
Grafik 3.5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Bank Pemerintah Bank Swasta
18.16%
33.60%
48.24%
Giro Deposito Tabungan
46
Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Minahasa 833 827 794 686 841 905 923 800 1,000 1,067
Bolmong 553 669 697 632 795 885 948 891 1,011 1,047
Sangihe Talaud 440 473 575 488 559 594 680 614 736 763
Manado 6,443 6,835 6,989 7,509 7,320 7,520 7,830 8,375 8,275 8,890
Bitung 639 642 669 673 705 701 734 748 775 834
Total 8,907 9,448 9,725 9,987 10,220 10,604 11,114 11,428 11,797 12,601
Sebaran DPK20112009 2010
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Bitung 639 642 669 673 705 701 734 748 775 834
Manado 6,4 6,8 6,9 7,5 7,3 7,5 7,8 8,3 8,2 8,8
Sangihe Talaud 440 473 575 488 559 594 680 614 736 763
Bolmong 553 669 697 632 795 885 948 891 1,0 1,0
Minahasa 833 827 794 686 841 905 923 800 1,0 1,0
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
Bitung Manado Sangihe Talaud Bolmong Minahasa
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga
yang dihimpun, sebesar 70,55% atau Rp8.890 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi
di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa (8,47%), Kabupaten Bolaang
Mongondow (8,31%), Kota Bitung (6,62%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (6,05%).
Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan
seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami
oleh Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud sebesar 28,36% (yoy). Selanjutnya Kota Bitung,
Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Manado, dan Kabupaten Minahasa tumbuh
masing-masing sebesar 19,10% (yoy), 18,39% (yoy), 18,22% (yoy) dan 17,86% (yoy).
Grafik 3.9. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kab/Kota (%)
Grafik 3.8. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado
0 10 20 30 40 50
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung
Q2-10 Q4-10 Q2-11
47
Grafik 3.11. Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
(Rp. Miliar)
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
gModal Kerja (%) gInvestasi (%)
gKonsumsi (%) gTotal Kredit (%)
- 2,000 4,000 6,000 8,000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
2010
2011
Investasi
Modal Kerja
Konsumsi
3.3.3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor
Pada triwulan II-2011 pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara lebih
didorong oleh kredit investasi dan konsumsi. Kredit secara umum tercatat Rp.13.958 miliar
atau tumbuh 21,83% (yoy), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya yang tercatat mengalami pertumbuhan 19% (yoy).
Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan dialami oleh kredit
investasi yang mencapai jumlah Rp2.015 miliar atau tumbuh 82,88% (yoy). Sementara itu,
untuk jenis kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing sebesar Rp4.580 miliar
dan Rp7.363 miliar atau tumbuh 24,64% (yoy) dan 10,22% (yoy). Tingginya pertumbuhan
kredit investasi dan modal kerja pada periode laporan diperkirakan didorong oleh
pembangunan infrastruktur penunjang serta sarana dan prasarana daerah yang terus
ditingkatkan telah mendorong minat pelaku usaha untuk melakukan investasi di Sulawesi
Utara. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja yang lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan kredit secara umum.
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar
52,75% dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat
sebesar 32,81%, kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 14,44%.
Mendominasinya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi.
Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian
besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar
29,47% dari total kredit. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, sampai dengan
triwulan laporan, bank umum pemerintah mendominasi penyaluran kredit dibandingkan
Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%)
Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado
48
57.85%29.47%
3.08%2.95% 6.65%
Lainnya (Konsumsi)
Perdagangan, Hotel & Restoran
Konstruksi
Jasa Dunia Usaha
Sektor Lainnya
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Sangihe Talaud Bitung Bolmong Minahasa Manado - 10 20 30 40
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
BitungQ2 2010
Q4 2010
Q2 2011
dengan bank umum swasta nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan
Rp10.596 miliar atau mencapai pangsa pasar 75,91% sedangkan sisanya disalurkan oleh
kelompok bank swasta sebesar Rp3.362 miliar dengan pangsa pasar 24,09% dari total
kredit.
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp13.958 miliar, tercatat
64,34% atau sebesar Rp8.980 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti
oleh Kabupaten Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 13,05% (Rp1.822 miliar),
Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 10,11% (Rp1.411 miliar), Kabupaten Sangihe
Talaud sebesar 6,2% (Rp.865 miliar) dan Kota Bitung sebesar 6,3% (Rp.879 miliar).
Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado
Grafik 3.13. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Grafik 3.15.
Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.14.
Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Bank Swasta Bank Pemerintah
49
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Kredit Umum Kredit UMKM
Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi
dialami Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 24,22% (yoy) sedangkan yang terendah adalah
Kabupaten Bolmong 19,21% (yoy). Sementara itu Kabupaten Minahasa, Kota Manado dan
Kota Bitung masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 23,36% (yoy), 21,9% (yoy)
dan 21,83% (yoy).
3.3.4. Kredit MKM
Pertumbuhan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) yang disalurkan oleh bank umum
konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan. Hal ini mencerminkan
keberpihakan perbankan terhadap UMKM. Sampai dengan triwulan II-2011, posisi kredit
MKM tercatat Rp11.757 miliar atau tumbuh 24,97% (yoy). Jika dilihat berdasarkan
skalanya, kredit kecil (di atas Rp50 juta namun di bawah Rp500 juta) memiliki pangsa
terbesar yakni 63,14%, kredit menengah (di atas Rp500 juta namun di bawah Rp5 miliar)
pangsanya mencapai 26,19%, dan sisanya 10,66% merupakan kredit mikro (di bawah
Rp50 juta).
Sementara itu, jika dilihat tren pertumbuhan laju kredit MKM pada grafik 3.16, nampak
bahwa pada triwulan laporan, persentase pertumbuhan kredit MKM mengalami penurunan
yang cukup signifikan menjadi 24,97% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu
(52,10%). Penurunan pertumbuhan kredit MKM disebabkan oleh perubahan definisi kredit
MKM dari Bank Indonesia yang mulai diimplementasikan oleh bank pelapor melalui Laporan
Bulanan Bank Umum (LBU) pada pertengahan tahun 2009. Sebelum adanya perubahan
definisi kredit ini, bank pelapor masih memasukkan data kredit konsumsi kedalam
komponen kredit MKM. Dalam masa transisi, beberapa bank pelapor telah menghilangkan
kredit konsumsi dari komponen kredit MKM sehingga jika dilakukan perbandingan dengan
data sebelumnya akan menghasilkan penurunan laju pertumbuhan.
Grafik 3.16. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%)
Sumber: Bank Indonesia Manado
50
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Mikro Kecil Menengah
Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan
pada triwulan II-2011, pangsa kredit MKM tercatat 84.23%, lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 82,12% (yoy). Kenaikan pangsa kredit MKM
ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan tercermin dari rasio Non
Performing Loan (NPL) sebesar 3,47% pada akhir triwulan II tahun 2011.
3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs)
relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu,
aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level
sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar
terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.
Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan BOPO)
menunjukkan perkembangan yang positif.
3.4.1 Risiko Kredit
Pada triwulan II-2011 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang
tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara
keseluruhan. Ratio NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia (5%) tercatat sebesar 3.47%. Dengan nilai NPLs yang relatif terjaga maka
terdapat peluang untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada
sektor-sektor yang produktif. Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada hampir semua
sektor ekonomi terutama pada sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya
Grafik 3.18. Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)
Grafik 3.17. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado
- 50 100 150 200
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
2010
2011
Menengah
Kecil
Mikro
51
0.00
4.00
8.00
12.00
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kredit (Rp miliar)
NPL (%)
perbankan dalam perbaikan kualitas kredit. Selain itu, perbaikan kualitas kredit pertanian
pada triwulan laporan diperkirakan merupakan dampak membaiknya kemampuan debitur
dalam mengembalikan pinjamannya seiring dengan naiknya harga beberapa komoditi
perkebunan seperti cengkih, kopra dan pala.
Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat
terlihat bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang
relatif rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 57,85% dari total
kredit memiliki tingkat NPL sebesar 2,2%.
3.4.2 Risiko Likuiditas
Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber
dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada
triwulan laporan cukup terkendali, walaupun perlu terus mendapat perhatian.
Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, Dana Pihak Ketiga
(DPK) di Sulawesi Utara cenderung didominasi oleh dana-dana jangka pendek (tabungan)
yang berpotensi menciptakan maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan
jangka waktunya relatif lebih panjang daripada penempatan dana masyarakat. Kondisi ini
perlu dikelola dengan baik oleh perbankan, dimana perbankan dituntut untuk mampu
memproyeksikan profil DPK-nya.
Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat 110,76%,
meningkat dari posisinya di periode yang sama tahun lalu sebesar 108,04%. Perlu digaris
Grafik 3.19. Kredit & NPLs Sektoral Tw. II-2011
Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri 4 = Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 = Konstruksi 6 = PHR 7 = Transportasi&Komunikasi 8 = Jasa-jasa 9 = Lainnya (Konsumsi)
Sumber: Bank Indonesia Manado
52
- 50 100 150 200 250
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung Q2 2010
Q4 2010
Q2 2011
bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan
dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya
rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun bank.
Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR
terendah dialami oleh Kota Manado sebesar
101,02%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabu
paten Minahasa sebesar 170,77%, disusul kemudian
berturut-turut oleh Kabupaten Bolaang Mongondow
sebesar 134,68%, Kabupaten Sangihe Talaud sebesar
113,46%, dan Kota Bitung sebesar 105,40%.
Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah tersebut
mengindikasikan bahwa wilayah tersebut merupakan
kawasan yang sedang berkembang dan
membutuhkan banyak kucuran dana, yang diantaranya
diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut.
3.4.3 Risiko Pasar
Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin
dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga, meskipun ada sedikit peningkatan suku bunga
akibat kenaikan BI Rate, namun dampak dari kenaikan ini relatif kecil. Sementara itu,
volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan
Sulawesi Utara, karena minimnya transaksi valuta asing di perbankan Sulawesi Utara.
3.4.4 Indikator perbankan lainnya
Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan II-2011
memperlihatkan adanya kecenderungan peningkatan. Tercatat rasio kelonggaran tarik pada
Juni 2011 sebesar 2,43%, mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat 2,15%. Hal ini mencerminkan bertambahnya jumlah kredit yang
tidak dicairkan oleh nasabah, sehingga risiko idle money pada perbankan Sulawesi Utara
lebih besar.
Grafik 3.20.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan
Kabupaten/Kota
Sumber: Bank Indonesia Manado
53
Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai salah satu indikator penilaian terkait
kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum,
saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut Net
Interest Margin (NIM) pada triwulan laporan menunjukkan angka yang positif sebesar
Rp827 miliar, mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang
tercatat Rp730 miliar.
Rasio BOPO
Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan
triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan meningkat yang tercermin dari
penurunan rasio BOPO bank umum dari 77,08% pada triwulan yang sama tahun
sebelumnya menjadi 72,06% pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa bank
sudah lebih efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Kondisi ini patut
dipertahankan secara berkesinambungan terutama dalam menjaga daya saing perbankan
nasional dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi Asia (MEA).
Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan II-2011, rasio
ROA bank umum tercatat sebesar 2,2%, mengalami peningkatan bila dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,96%. Peningkatan rasio ROA ini
didorong oleh tingginya presentase kenaikan total aset yang mampu dikelola dengan baik
oleh bank untuk menghasilkan laba.
Grafik 3.22. Net Interest Margin Bank Umum
(Rp Miliar)
Grafik 3.21. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2010
Plafond 10,1 10,6 11,0 11,7 13,1 13,6 14,0 14,9 15,4 16,3
Outstanding 9,09 9,62 10,0 10,4 10,8 11,4 11,9 12,6 12,9 13,9
Rasio UL (%) 6.20 5.50 5.38 6.31 2.32 2.15 2.62 2.50 2.62 2.43
-
1
2
3
4
5
6
7
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
%Rp Miliar
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Pend.Bunga 363 748 1,1 1,5 490 1,0 2,0 2,0 576 1,1
Biaya Bunga 78 235 348 456 134 276 426 589 162 332
NIM 285 513 805 1,1 356 730 1,5 1,5 414 827
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
54
Grafik 3.24.
Return On Asset Bank Umum
Grafik 3.23.
Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum
3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan
mengalami pertumbuhan positif. Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai
dengan posisi Juni 2011 meningkat signifikan sebesar 65,87% (yoy), sejalan dengan
pertumbuhan kredit sebesar 53,33%. Sementara itu DPK yang tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 47,34% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut,
Financing to Deposit Ratio (FDR) meningkat dari 205,91% pada triwulan II-2010 menjadi
sebesar 214,20% pada triwulan II-2011. Kedepan, diperlukan upaya penguatan inovasi
produk dan infrastruktur industri serta penguatan sumber daya manusia dalam rangka
meningkatkan kinerja perbankan syariah.
Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado
Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
BO 322 683 997 1,3 377 847 1,2 1,6 421 921
PO 423 880 1,3 1,8 538 1,0 1,6 2,2 632 1,2
Rasio 76. 77. 73. 71. 70. 77. 71. 70. 66. 72.
60
62
64
66
68
70
72
74
76
78
80
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500 %Rp Miliar
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Aset (Rp Juta) - Left Axis 13,635 14,235 14,860 14,769 15,114 15,928 16,695 17,504 17,984 19,202
L/R (Rp Juta) - Right Axis 134 253 459 428 167 313 534 527 212 423
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Asset 129.31 142.58 149.30 161.37 165.76 199.25 288.12 304.69 331.31 330.49
DPK 155.29 167.43 164.40 94.68 83.20 90.29 104.37 125.46 128.38 133.03
Giro 11.94 13.78 14.80 13.71 7.89 9.10 11.85 13.81 13.12 12.14
Tabungan 91.70 101.52 98.27 61.22 50.51 59.52 67.33 79.98 76.95 34.87
Deposito 51.65 52.12 51.33 19.76 24.80 21.68 25.20 31.67 38.30 86.02
Kredit 120.94 134.27 139.50 145.25 150.07 185.92 217.44 240.06 246.04 285.07
Modal Kerja 114.90 127.07 129.54 133.15 135.83 170.57 199.82 215.85 217.87 243.62
Investasi 2.41 2.74 2.73 2.84 2.99 3.33 3.55 3.60 3.62 3.96
Konsumsi 3.63 4.45 7.23 9.26 11.25 12.02 14.07 20.61 24.55 37.49
FDR (%) 77.88 80.19 84.85 153.41 180.37 205.91 208.33 191.35 191.65 214.29
20112009 2010
55
Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II-2011 menunjukkan pertumbuhan
positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Namun demikian, hal ini
tidak diikuti dengan perbaikan kualitas kredit dan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR).
Aset BPR pada Juni 2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 64,35% (yoy), menjadi
Rp496,2 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh
pertumbuhan kredit tercatat 66,58% atau mencapai Rp383,6 miliar. Secara sektoral,
kredit terutama disalurkan pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 77,02% dan
sektor jasa-jasa dengan pangsa 8,77%. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar
kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 72,23%
dari total kredit. Hal ini diperkirakan tidak lepas dari kegiatan konsumsi masih menjadi
lokomotif pertumbuhan ekonomi daerah disamping meningkatnya aktivitas ekonomi
khususnya di sektor konsumsi yang didorong oleh kenaikan pendapatan sebagian besar
masyarakat di Sulawesi Utara.
Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar
57,10%(yoy), menjadi Rp348,50 miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya, deposito
masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 76,88%. Pertumbuhan DPK BPR jauh lebih
tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK bank umum. Hal ini diduga terkait
dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga simpanan di BPR dibandingkan suku
bunga perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada penataan
ulang efisiensi BPR, terutama bagaimana dapat menekan suku bunga pinjaman yang saat ini
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Aset 207.9 220.4 237.8 241.1 272.0 301.9 334.3 402.0 430.6 496.2 64.35%
DPK 153.0 160.3 171.5 170.9 192.8 221.8 255.0 281.8 308.4 348.5 57.10%
Deposito 108.8 113.1 120.3 119.7 135.7 155.2 189.7 207.0 236.5 267.9 72.70%
Tabungan 44.2 47.2 51.2 51.3 57.0 66.7 65.4 74.8 71.9 80.6 20.82%
Kredit 163.7 181.5 195.6 202.7 212.3 230.3 246.8 288.3 322.5 383.6 66.58%
Jenis Penggunaan
Modal Kerja 39.6 45.7 51.0 54.4 56.4 63.3 74.1 81.9 104.4 92.4 45.85%
Investasi 14.5 13.5 13.4 13.5 13.1 14.1 12.3 10.9 15.7 14.1 0.61%
Konsumsi 109.5 122.3 131.2 134.8 142.8 152.9 160.5 195.5 202.4 277.1 81.24%
Sektoral
Pertanian 3.1 3.2 3.9 4.4 4.8 4.5 4.8 4.4 4.5 4.7 2.59%
Perindustrian 0.5 0.6 0.5 0.6 0.6 0.7 0.9 3.9 5.4 3.6 398.32%
PHR 28.1 28.2 31.6 31.7 34.1 37.8 41.4 43.8 41.8 46.2 22.23%
Jasa-jasa 14.3 15.1 18.1 16.2 18.6 18.5 20.5 18.7 53.6 33.6 81.54%
Lain-lain 117.7 134.4 141.5 149.8 154.2 168.6 179.2 217.5 217.2 295.4 75.18%
LDR (Persen) 107.0 113.2 114.0 118.6 110.1 103.8 96.8 102.3 104.6 110.1
NPL (Persen) 3.5 3.2 3.3 2.9 3.4 3.8 4.4 4.2 4.7 3.8
Y.o.YKomponen2009 2010 2011
56
berada pada tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya suku bunga sumber dana
pembiayaan BPR.
Rasio LDR mengalami peningkatan dari 103,80% pada triwulan II-2010 menjadi 110.1%
pada triwulan laporan. Kualitas kredit BPR membaik seperti yang ditunjukkan oleh tren
penurunan persentase kredit bermasalah (NPL gross) menjadi 3,8% pada triwulan II-2011.
57
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur
pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan
kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output, mencapai pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara
umum. Selain itu, APBD merupakan kebijakan operasional yang menjadi turunan dari
strategi pembangunan pemerintah daerah yang telah ditetapkan, sehingga dapat terlihat
arah keberpihakan pemerintah daerah. APBD seharusnya menggambarkan angka-angka
ekonomis yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan masalah dan
meningkatkan kesejahteraannya. Pada hakikatnya anggaran daerah merupakan alat untuk
meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.
Pembahasan dan analisa kinerja APBD dalam laporan ini meliputi perkembangan kinerja
anggaran pemerintah daerah di tingkat Provinsi, sedangkan kinerja anggaran untuk 15
Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara belum dapat tersajikan dalam laporan karena
terkendala oleh keterbatasan data yang diperoleh.
Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2011 khususnya
Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) mencapai Rp5,67 Triliun atau
naik 12,05% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen penyusunnya,
kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari DAU yang naik 10,72%
(yoy), mencapai Rp4,96 triliun. Sejalan dengan itu, DAK juga mengalami peningkatan
1,33% (yoy) atau mencapai Rp709,18 miliar pada periode laporan.
Tabel 4.1.
Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara
Dana Alokasi Umum (DAU) 3,071,594 3,427,845 4,059,322 4,431,419 4,963,779
Dana Alokasi Khusus (DAK) 501,621 673,556 887,196 699,748 709,185
TOTAL 3,573,215 4,101,401 4,946,518 5,131,167 5,672,964
Dana 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
58
4.1. Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun
2011 meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010. Secara agregat,
jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di
Sulawesi Utara mencapai Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi
di Tahun 2011 mengalami peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu.
Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun
2011, Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp648,99 miliar dengan
pangsa 11,44%. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar Rp525,41 miliar dengan pangsa
9,26% dari total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar Rp.460,14 miliar dengan pangsa
8,11% dan Kabupaten Sangihe sebesar Rp382,78 miliar dengan pangsa 6,75%. Alokasi
dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa
4,21% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp238,56 milliar.
Tabel 4.2. Dana Perimbangan ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara
Sumber : BAPPEDA Sulut, diolah
2010 2011 2010 2011Sulawesi Utara 17,439 29,288 558,635 619,711 Bolaang Mongondow 42,412 52,681 295,800 320,510 Minahasa 41,869 50,652 374,744 409,491 Sangihe 56,607 60,702 286,315 322,079 Bitung 25,800 28,000 274,296 304,672 Manado 28,014 42,959 420,481 482,454 Kepualuan Talaud 45,112 45,301 256,908 278,873 Minahasa Selatan 44,944 43,241 289,949 331,072 Tomohon 20,799 34,560 219,721 247,394 Minahasa Utara 39,959 47,726 266,587 307,575 Kotamobagu 45,704 27,514 201,553 223,190 Bolaang Mongondow Utara 43,760 45,454 208,127 228,525 Kepualuan Sitaro 40,859 46,520 222,678 256,258 Minahasa Tenggara 35,234 44,095 220,929 254,096 Bolmong Timur 53,204 56,185 161,164 182,376 Bolmong Selatan 46,889 54,309 176,192 195,503 TOTAL 628,605 709,185 4,434,079 4,963,779
DAKDaerah
DAU
59
11.38%
6.68%
8.23%
6.77%
5.93%
8.86%5.97%
6.61%4.75%
6.06%
4.88%
4.98%
5.21%
5.06%
4.23%4.41%
Provinsi Bolmong
Minahasa Sangihe
Bitung Manado
Kep. Talaud Minsel
Tomohon Minut
Kotamobagu Bolmut
Kep. Sitaro Minteng
Boltim Bolsel
11.44%
6.58%
8.11%
6.75%
5.86%
9.26%5.71%
6.60%4.97%
6.26%
4.42%
4.83%
5.34%
5.26%
4.21%4.40%
Provinsi Bolmong
Minahasa Sangihe
Bitung Manado
Kep. Talaud Minsel
Tomohon Minut
Kotamobagu Bolmut
Kep. Sitaro Minteng
Boltim Bolsel
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
DAU
DAK
Dana Perimbangan
Berdasarkan komponennya, alokasi dana perimbangan di masing – masing kabupaten/kota
di Sulawesi Utara pada APBD Tahun 2011 sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum
dengan pangsa mencapai 87,50%.
4.2. APBD di Tingkat Provinsi
Kapasitas fiskal Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya. Peningkatan terutama berasal dari pendanaan transfer pemerintah pusat ke
daerah (dana perimbangan). Total realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
pada triwulan II-2011 telah mencapai Rp642,97 miliar. Jika melihat persentase realisasinya,
realisasi pendapatan pada triwulan laporan hanya tercatat sebesar 51% dari total target
pendapatan tahun 2011, lebih rendah dibandingkan realisasi pendapatan pada periode
yang sama tahun lalu yang mencapai 53%.
Grafik 4.1. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010
Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011
Grafik 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah
Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah
60
Tabel 4.3. Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2011
Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi
belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,29 triliun atau meningkat 8,27% dari
tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan
peningkatan realisasinya. Pada triwulan II-2011 realisasi belanja pemerintah tercatat hanya
mencapai 35,3%, sama dengan realisasi pada triwulan II-2010.
4.2.1. Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi
Secara umum, target pendapatan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mengalami
peningkatan dari Rp1,11 triliun pada triwulan II-2010 menjadi Rp1,26 triliun pada triwulan
II-2011. Berdasarkan 3 (tiga) komponen pembentuknya yakni Pendapatan Asli Daerah
(PAD), pendapatan transfer dan pendapatan lainnya (hibah), pendapatan transfer
merupakan komponen terbesar sumber pendapatan daerah (64,1%). Hal ini menandakan
kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat Sulawesi Utara sebagian besar masih digerakkan
oleh dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat.
Sementara itu jika melihat sisi PAD, kontribusi PAD terhadap total pendapatan 2011 hanya
tercatat sebesar 35,9%. Sumber utama PAD masih berasal dari penerimaan pajak (90,75%)
sedangkan sisanya dalam bentuk retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain.
Pemulihan perekonomian dan meningkatnya kepercayaan konsumen atas kondisi
perekonomian yang ditunjukkan oleh tingginya penjualan kendaraan bermotor, maraknya
pembangunan pusat perbelanjaan turut menyumbang pendapatan melalui komponen pajak
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
(dlm jutaan rupiah)
Nominal % Nominal %
I Pendapatan 1,112,727 589,394 53.0 1,259,702 642,986 51.0
Pendapatan Asli Daerah 389,762 199,718 51.2 451,755 244,235 54.1
Pendapatan Transfer 631,074 356,875 56.6 807,647 398,621 49.4
Lain-lain PAD yang Sah 91,890 32,801 35.7 300 129 43.1
II Belanja 1,198,753 423,568 35.3 1,297,908 457,810 35.3
Belanja Operasi 869,647 349,867 40.2 892,324 331,306 37.1
Belanja Modal 189,039 32,634 17.3 223,584 60,777 27.2
Belanja Tidak Terduga 2,500 405 16.2 10,000 300 3.0
Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) 137,566 40,662 29.6 172,000 65,427 38.0
III Pembiayaan 86,026 (215,000) 38,207 185,176
Penerimaan Daerah 388,026 39,000 10.1 40,207 0 0.0
- SILPA 88,026 - - 40,207 - -
Pengeluaran Daerah 302,000 254,000 84.1 2,000 0 0.0
Realisasi APBD
Tw. II-2010APBD 2011
(Rp Juta)
Realisasi APBD
Tw. II-2011No UraianAPBD-P 2010
(Rp Juta)
61
Tabel 4.4. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2011
dan retribusi daerah. Realisasi PAD pada triwulan laporan juga tercatat lebih baik (54,1%)
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (51,2%).
4.2.2. Belanja Daerah di Tingkat Provinsi
Total belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD 2011 adalah sebesar Rp1,29 triliun,
mengalami peningkatan dibandingkan total belanja pada APBD-P 2010 sebesar Rp1,12
triliun. Namun, peningkatan pada alokasi anggaran belanja ini tidak diikuti dengan
peningkatan realisasinya. Sampai dengan triwulan II-2011 realisasi belanja tercatat sebesar
35,3% dari total anggaran atau tidak terdapat perubahan dibandingkan dengan triwulan
yang sama tahun sebelumnya.
Menurut komponen pembentuknya, belanja Provinsi didominasi oleh belanja operasional
dengan pangsa 68,8% atau mencapai Rp892,32 miliar, sisanya bersumber dari belanja
modal (17,2%), transfer (13,3%) dan belanja tidak terduga (0,8%). Sampai dengan
triwulan II-2011 realisasi belanja operasional hanya mencapai 37,1% atau sebesar Rp331,31
miliar, lebih rendah dibandingkan triwulan II-2010 yang tercatat sebesar 40,2% (Rp349,87
miliar).
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
(dlm jutaan rupiah)
Nominal % Nominal %
PENDAPATAN 1,112,727 589,394 53.0 1,259,702 100.0 642,986 51.0
Pendapatan Asli Daerah 389,762 199,718 51.2 451,755 35.9 244,235 54.1
- Pajak Daerah 349,132 172,510 49.4 409,963 90.7 232,150 56.6
- Retribusi Daerah 11,195 4,880 43.6 6,591 1.5 3,125 47.4
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 13,554 13,484 99.5 20,000 4.4 - -
- Lain-lain 15,882 8,845 55.7 15,200 3.4 8,960 58.9
Pendapatan Transfer 722,965 356,875 49.4 807,647 64.1 398,621 49.4
- Dana Bagi Hasil Pajak 54,035 25,032 46.3 54,035 6.7 79,773 147.6
- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 965 534 55.3 965 0.1 206 21.3
- Dana Alokasi Umum 558,635 325,956 58.3 619,711 76.7 309,856 50.0
- Dana Alokasi Khusus 17,439 5,353 30.7 29,288 3.6 8,786 30.0
Lain-lain Pendapatan yang Sah 91,890 32,801 35.7 103,947 8.3 129 0.1
UraianAPBD-P 2010
(Rp Juta)
Realisasi APBD
Tw. II-2010 APBD 2011
(Rp Juta)
Proporsi
APBD 2011
(%)
Realisasi APBD
Tw. II-2011
62
Tabel 4.5. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2011
Tabel 4.6. Proyek Penataan Kawasan Sulut 2011
Berbeda dengan realisasi belanja operasional yang mengalami penurunan, realisasi belanja
modal pada triwulan laporan mengalami peningkatan dari 17,3% pada triwulan II-2010
menjadi 27,2% pada triwulan laporan. Peningkatan belanja modal ini sejalan dengan
realisasi proyek fisik pemerintah seperti pembangunan/perbaikan jalan, irigasi dan lainnya
yang telah berjalan.
No Kegiatan Anggaran (Rp)
1 Dukungan PSD Tradisional Minahasa (Kampung Jawa) 735.636.000
2 Revitalisasi Kawasan Pantai Malalayang 680.000.000
3 Revitalisasi Kawasan Jalan Lembong 996.667.000
4 Revitalisasi Kawasan Tenda Biru Bitung 924.000.000
5 Revitalisasi Kawasan Kantor Bupati Minut 915.582.000
6 Revitalisasi Kawasan Ranapayo Minsel 937.440.000
7 Revitalisasi Kawasan Kelurahan Tidore, Tahuna 914.885.000
8 Penataan RTH Lap. Boki Hotinimbang, Kotamobagu 730.162.000
9 Penataan RTH Lap. Manguni Sasaran, Tondano 720.129.000
10 Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RIK) Manado 1.310.000.000
11 Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RIK) Bitung 1.285.540.000
Jika dilihat lebih jauh lagi, dibandingkan dengan tahun 2010 proposi antara belanja
operasional dan belanja modal mengalami sedikit pergeseran. Pada APBD 2011, proporsi
belanja operasional tercatat 68,75%, lebih rendah dari proporsi pada APBD-P 2010 yang
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
(dlm jutaan rupiah)
Nominal % Nominal %
BELANJA 1,198,753 100.0 423,568 35.3 1,297,908 100.0 457,810 35.3
Belanja Operasi 869,647 72.5 349,867 40.2 892,324 68.8 331,306 37.1
- Belanja Pegawai 386,877 44.5 184,591 47.7 476,316 53.4 192,621 40.4
- Belanja Barang 305,342 35.1 93,019 30.5 329,125 36.9 115,478 35.1
- Belanja Hibah 125,929 14.5 49,020 38.9 35,383 4.0 12,586 35.6
- Belanja Bantuan Sosial 47,500 5.5 19,236 40.5 45,720 5.1 10,496 23.0
- Belanja Bantuan Keuangan 4,000 0.5 4,000 100 5,780 0.6 125 2.16
Belanja Modal 189,039 15.8 32,634 17.3 223,584 17.2 60,777 27.2
- Belanja Tanah 13,800 7.3 3,000 21.7 24,000 10.7 160 0.7
- Belanja Peralatan dan Mesin 39,830 21.1 5,600 14.1 37,383 16.7 18,361 49.1
- Belanja Bangunan dan Gedung 33,402 17.7 4,876 14.6 30,273 13.5 11,624 38.4
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 98,888 52.3 19,035 19.2 128,305 57.4 28,693 22.4
- Belanja Aset Tetap Lainnya 3,119 1.6 122 3.9 3,623 1.6 1,939 53.5
Belanja Tak Terduga 2,500 0.2 405 16.2 10,000 0.8 300 3.0
Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 137,566 11.5 40,662 29.6 172,000 13.3 65,427 38.0
UraianAPBD-P 2010
(Rp Juta)
Realisasi APBD
Tw. II-2010 APBD 2011
(Rp Juta)
Proporsi
APBD 2011
(%)
Realisasi APBD
Tw. II-2011Proporsi
APBD 2010
(%)
Sumber : Satker Penataan Bangunan Lingkungan Sulut
63
Tabel 4.7. Komposisi Dana Bagi Hasil Pajak Ke Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara
tercatat 72,55%. Sedangkan untuk belanja modal, pada APBD-P 2011 proporsinya tercatat
sebesar 17,23%, lebih tinggi dibandingkan APBD-P 2010 (15,77%). Hal ini menunjukkan
bahwa belanja daerah sudah mulai dialokasikan untuk kegiatan produktif.
Komponen belanja pemerintah lainnya dalam APBD Provinsi adalah transfer (dana bagi hasil
ke Kab/Kota). Realisasi transfer dana bagi hasil pada triwulan laporan tercatat sebesar 38%
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 29,6%. Peningkatan ini
dapat dikonfirmasi melalui realisasi total dana bagi hasil pajak yang telah diserahkan kepada
Kab/Kota di Sulut sampai bulan Juni 2011 adalah sebesar Rp14.28 miliar. Dari 15 Kab/Kota,
Kota Manado memperoleh nilai tertinggi sebesar Rp4 miliar dan Kab. Bolaang Mongondow
Selatan memperoleh nilai terendah sebesar Rp484.7 juta
No Kabupaten Jumlah Dana (Rp)
1 Kota Manado 4.016.810.079
2 Kabupaten Minahasa 1.084.317.589
3 Kota Bitung 1.288.738.836
4 Kab. Kepulauan Sangihe 631.523.673
5 Kab. Kepulauan Talaud 518.395.674
6 Kab. Bolaang Mongondow 665.865.479
7 Kab. Minahasa Selatan 903.113.645
8 Kab. Minahasa Utara 1.303.170.065
9 Kota Tomohon 753.907.533
10 Kep. Sitaro 455.335.629
11 Kab. Minahasa Tenggara 692.573.133
12 Kab. Bolaang Mongondow Utara 479.789.167
13 Kota Kotamobagu 798.641.690
14 Bolaang Mongondow Timur 488.287.942
15 Bolaang Mongondow Selatan 484.705.857
TOTAL 14.283.401.066
4.2.3. Pangsa APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar
Peran keuangan daerah terhadap perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II-2011
tercatat mengalami peningkatan. Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja
dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi
permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi
konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 3,96% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi
Sulawesi Utara di triwulan II-2011, sedangkan realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa
sebesar 0,61%. Kontribusi di tingkat kabupaten dan kota relatif sulit untuk diperoleh
Sumber : Biro Keuangan Setdaprov. Sulut
64
sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki. Secara total, realisasi anggaran
belanja dan modal dalam APBD provinsi memiliki pangsa sebesar 4,56% terhadap PDRB
harga berlaku Sulawesi Utara triwulan II-2011.
Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar
sampai dengan posisi 30 Juni 2011 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah
pendapatan pemerintah lebih besar dibandingkan jumlah pengeluaran (belanja
pemerintah).
Tabel 4.8. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil s.d. 30 Juni 2011
Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah
(dlm jutaan rupiah)
PENDAPATAN 642,986 6.41 Pendapatan Asli Daerah 244,235 2.43 - Pajak Daerah 232,150 2.31 - Retribusi Daerah 3,125 0.03 - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah - 0.00 - Lain-lain 8,960 0.09 Transfer 398,621 3.97 - Dana Bagi Hasil Pajak 79,773 0.80 - Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 206 0.00 - Dana Alokasi Umum 309,856 3.09 - Dana Alokasi Khusus 8,786 0.09 Lain-lain Pendapatan yang Sah 129 0.00 BELANJA 457,810 4.56 Konsumsi Pemerintah 397,033 3.96 - Belanja Pegawai 192,621 1.92 - Belanja Barang 115,478 1.15 - Belanja Hibah 12,586 0.13 - Belanja Bantuan Sosial 10,496 0.10 - Belanja Bantuan Keuangan 125 0.00 - Belanja Tak Terduga 300 0.00 - Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 65,427 0.65 Pembentukan Modal Tetap Bruto (Blnj Modal) 60,777 0.61
Uraian Realisasi APBD
Tw.II-2011 (Rp Juta)
% thd PDRB
65
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari
satu pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun
Real Time Gross Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
nasional baik tunai maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang
Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat
memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis
pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy).
Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk
menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap
memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai representasi Bank Indonesia di
daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di
Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Manado.
Pada triwulan II-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai di Sulawesi Utara
menunjukkan peningkatan. Transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS), untuk wilayah Sulawesi Utara, baik secara nominal maupun nominal
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai transaksi dan volume pembayaran
melalui kliring di wilayah Sulawesi juga mengalami peningkatan. Sementara itu, jumlah
aliran uang masuk (inflow) ke KBI Manado, baik secara triwulanan maupun tahunan
mengalami peningkatan, namun aliran uang keluar (outflow) mengalami penurunan.
5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)
Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan II-2011 di wilayah kerja KBI Manado
menunjukkan terjadinya net outflow. KBI Manado mengalami net outflow sebesar Rp183
miliar, setelah mengalami net inflow pada triwulan sebelumnya.
66
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Inflow (+) 613 160 122 235 617 303 482 383 750 327
Outflow (-) -18 -355 -235 -687 -0.77 -525 -799 -896 -155 -510
Net Flow 595 -195 -113 -453 616 -222 -317 -513 595 -183
(1,000)
(800)
(600)
(400)
(200)
-
200
400
600
800
1,000 miliar
Aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia
Manado pada triwulan II-2011 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Hal ini tercermin pada penurunan jumlah uang kartal yang dikeluarkan
Kantor Bank Indonesia Manado (outflow), yakni dari Rp524 miliar pada triwulan II-2010
menjadi Rp510 miliar pada triwulan laporan. Sementara itu, aliran uang kartal yang masuk
dari masyarakat dan perbankan ke Kantor Bank Indonesia Manado (inflow) pada triwulan II-
2011 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan triwulan lalu dan triwulan yang
sama tahun sebelumnya. Secara nominal, jumlah uang kartal yang masuk ke KBI Manado
adalah sebesar Rp327 miliar, mengalami peningkatan 8,03% (yoy). Namun demikian,
secara total aliran uang kartal di KBI Manado masih menunjukkan adanya net outflow
Rp183 miliar dimana secara nominal uang kartal yang keluar (Rp510 miliar) lebih besar dari
uang kartal yang masuk (Rp327 miliar).
Secara bulanan, KBI Manado mengalami net outflow selama triwulan II-2011. Net outflow
tertinggi terjadi pada Mei 2011 sebesar Rp79,22 miliar. Selanjutnya pada April dan Juni
2011 aliran kas mengalami net outflow yang masing-masing tercatat secara berturut-turut
sebesar Rp65,49 miliar dan Rp38,83 miliar.
Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado
5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar
Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Bank Indonesia Manado melaksanakan
kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan melakukan Pemberian
Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah lusuh/rusak. Proses
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
67
pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat
terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan.
Selama triwulan II-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 100,59%,
lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 97,86%.
Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan
adalah sebesar Rp329 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam
memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan
mencorat-coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim
tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas.
Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow
5.1.3. Perkembangan Kas Titipan
Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank
Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan
khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia.
Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado
bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Inflow 613 160 122 235 617 303 482 383 750 327
PTTB 53 78 490 209 261 297 309 474 326 329
Rasio 8.57 49.00 402.9 89.15 42.35 97.86 64.11 123.6 43.53 100.5
-
40
80
120
160
200
240
280
320
360
400
440
-
100
200
300
400
500
600
700
800 % Miliar
68
Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo
(Rp. Miliar)
Seperti halnya aliran uang kartal di KBI Manado, kondisi aliran kas titipan di Gorontalo
menunjukkan posisi net outflow. Sepanjang triwulan II-2011 posisi aliran kas titipan
Gorontalo menunjukkan nilai net outflow sebesar Rp33,89 miliar. Net outflow yang terjadi
selama triwulan laporan lebih disebabkan oleh pola musiman setelah pada triwulan
sebelumnya terjadi inflow yang cukup tinggi.
Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna (Rp. Miliar)
Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten
Kepulauan Sangihe. Pada triwulan II-2011, kas titipan di Tahuna mengalami net outflow
sebesar Rp42 miliar, setelah mengalami net inflow sebesar Rp14 miliar pada triwulan
sebelumnya.
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Inflow 57 27 40 108 40 39 24 20 77 29
Outflow -39 -78 -63 -111 -50 -97 -105 -131 -63 -71
Netflow 18 -51 -23 -3.49 -11 -58 -81 -110 14 -42
-150
-100
-50
0
50
100
150
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Inflow 621 542 645 629 672 547 726 649 779 739
Outflow -443 -611 -566 -673 -537 -586 -652 -716 -638 -773
Netflow 178 -69 80 -44 135 -39 74 -67 141 -34
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
800
.
69
5.1.4. Penemuan Uang Palsu
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan II-
2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total
uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan II-
2011 tercatat sebanyak 75 lembar atau secara nominal tercatat sebesar Rp3,98 juta atau
tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (3 lembar) maupun
triwulan sebelumnya (26 lembar). Secara historis , pecahan uang palsu yang paling banyak
ditemukan selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan Rp100,000 dan
Rp50,000 dengan pangsa masing-masing sebesar 63,35% dan 27,75% dari total lembar
uang palsu yang ditemukan.
Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi KBI Manado terus
berupaya menekan perkembangan peredaran uang palsu, diantaranya melalui sosialisasi
ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak
hanya dilakukan di Kantor Bank Indonesia, kalangan perbankan, di instansi-instansi
pemerintah daerah, akademisi dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat
perbelanjaan dan sentra perekonomian di kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat
pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena
tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu,
secara represif pihak Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian
Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif
masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar
sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara
Tabel 5.2. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
- Rp100.000,- 14 5 4 18 14 - 94 35 12 21
- Rp50.000,- 23 12 6 15 19 3 10 8 8 32
- Rp20.000,- 3 - 4 10 - - 2 6 5 6
- Rp10.000,- - - - 2 1 - - - 1 16
- Rp5.000,- 1 1 - 2 3 - - - - -
- Rp1.000,- - - - - - - - - - -
Total 41 18 14 47 37 3 106 49 26 75
201120102009Pecahan
70
5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai
Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan
kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan
penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya
melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai)
Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan II-2011 mengalami
peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 86.867 lembar dengan nilai
Rp2.093 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 7,67% (yoy) dibandingkan triwulan yang
sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang
dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak 1.418 lembar dengan nilai sebesar
Rp34,31 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 9,16% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah
nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara
mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan.
Tabel 5.3.
Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan
tercatat 1,71% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami
penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sejalan dengan
itu, dilihat dari segi jumlah nominalnya, juga terdapat penurunan dari 2,44% pada triwulan
II-2010 menjadi 2,23% pada triwulan laporan dari rata-rata nominal cek dan BG yang
dikliringkan per hari.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Perputaran Kliring
a. Lembar 72,982 79,557 82,114 84,032 75,799 80,399 82,862 89,523 80,909 86,567
b. Nominal (Rp miliar) 1,497 1,626 1,722 1,860 1,658 1,674 1,914 2,083 1,915 2,093
Rata-rata perputaran kliring per hari
a. Lembar 1,236 1,282 1,369 1,384 1,221 1,299 1,315 1,400 1,310 1,418
b. Nominal (Rp miliar) 25.40 26.17 28.72 30.71 26.73 27.08 30.39 32.52 31.01 34.31
Persentase rata-rata penolakan
a. Lembar (%) 0.99 0.96 1.06 1.33 1.02 2.16 1.72 1.33 1.78 1.71
b. Nominal (%) 0.91 1.08 1.27 1.45 1.01 2.44 1.54 1.82 1.99 2.23
20112010KETERANGAN
2009
71
5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement)
Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian
akhir transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal
ini dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi
(seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian nominal
transaksi RTGS selama triwulan II-2011 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai
Rp2.531 miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 5,60% (yoy). Sejalan dengan
jumlah nilainya yang mengalami peningkatan, volume RTGS pada triwulan laporan juga
mengalami kenaikan 10,55% (yoy) dari 5.193 transaksi di triwulan II-2010 menjadi 5.741
transaksi pada triwulan II-2011. Peningkatan transaksi RTGS pada triwulan laporan
diperkirakan merupakan salah satu dampak dari pembangunan perekonomian Sulawesi
Utara yang terus mengalami pertumbuhan.
Tabel 5.4.
Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement
Sumber : www.bi.go.id, diol
Nilai Nilai Nilai
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
Jan 183 694 709 1,102 892 1,796
Feb 192 638 553 1,339 746 1,977
Mar 239 833 727 1,120 966 1,953
Tw I-2010 615 2,165 1,989 3,561 2,604 5,726
Apr 214 740 582 968 796 1,708
Mei 195 676 523 932 718 1,608
Jun 244 800 639 1,077 884 1,877
Tw II-2010 653 2,216 1,744 2,977 2,397 5,193
Jul 240 832 767 1,120 1,007 1,952
Agust 244 795 684 1,324 928 2,119
Sep 186 666 606 1,121 792 1,787
Tw III-2010 670 2,293 2,056 3,565 2,727 5,858
Oct 234 885 590 1,115 824 2,000
Nov 242 933 667 1,226 909 2,159
Dec 284 1,018 825 1,338 1,110 2,356
Tw IV-2010 761 2,836 2,082 3,679 2,843 6,515
Jan 226 887 673 1,085 899 1,972
Feb 220 826 583 1,063 803 1,889
Mar 251 981 760 1,366 1,011 2,347
Tw I-2011 697 2,694 2,016 3,514 2,712 6,208
Apr 241 745 456 1,012 698 1,757
Mei 229 870 639 1,034 868 1,904
Jun 257 861 709 1,219 966 2,080
Tw II-2011 727 2,476 1,804 3,265 2,531 5,741
Pertumbuhan (YoY %) 11.36 11.73 3.44 9.67 5.60 10.55
Periode
FROM TO FROM + TO
Volume Volume Volume
72
Halaman ini sengaja dikosongkan
Halaman ini sengaja dikosongkan
73
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH &
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Seiring dengan semakin bergeraknya perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan laporan,
kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan perbaikan. Hal ini
ditunjukkan melalui Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang secara konstan mengalami
penurunan selama beberapa tahun terakhir. Selain itu, penurunan tingkat pengangguran
juga terindikasi dari angka penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha Sulawesi Utara yang
mencatat angka positif (peningkatan). Angka yang diperoleh dari hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha KBI Manado ini menunjukkan bahwa masih terdapat peningkatan jumlah
tenaga kerja pada beberapa sektor usaha. Hal yang sama juga tercermin dari hasil Survei
Konsumen (SK) triwulan II-2011, dimana masyarakat Sulawesi Utara masih merasa optimis
terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan melalui indeks ketersediaan
lapangan kerja yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan jumlah
tenaga kerja baru juga didorong oleh pembukaan formasi Pegawai Negeri Sipil di awal
tahun 2011 yang dilakukan di beberapa kabupaten/kota di wilayah Sulawesi Utara.
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi
Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi tersebut didasarkan atas beberapa
indikator, seperti tren kenaikan indeks penghasilan dan Nilai Tukar Petani (NTP). Naiknya
indeks penghasilan masyarakat pada triwulan laporan juga terdorong oleh adanya
penyesuaian Upah Minimum Provinsi di tahun 2011.
6.1 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
Berbagai indikator ketenagakerjaan pada triwulan I-2011 di Sulawesi Utara mengindikasikan
adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) mengalami peningkatan dari 62,79% pada Februari 2010 menjadi 64,71% pada
Februari 2011. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan
sejak Februari 2008. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan jumlah lapangan kerja di
Sulawesi Utara. Namun demikian, TPT Sulawesi Utara masih lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan TPT nasional. TPT nasional pada Februari 2011 tercatat 6,80%,
sedangkan TPT Sulawesi Utara tercatat sebesar 9,19%.
74
Tabel 6.1.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara
Penduduk 15 Thn ke atas 1,685,502 1,694,125 1,710,924 1,637,366 1,650,972
Angkatan Kerja 1,077,155 1,051,130 1,074,256 1,036,574 1,068,417
Bekerja 962,627 940,173 961,648 936,939 970,185
Mencari Kerja 114,528 110,957 112,608 99,635 98,232
Bukan Angkatan Kerja 608,347 642,995 636,668 600,792 582,555
TPAK 63.91 62.05 62.79 63.31 64.71
TPT 10.63 10.56 10.48 9.61 9.19
Aug-10 Feb-11Feb-09 Ags-09 Feb-10
61
62
62
63
63
64
64
65
TP
AK
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
20%
≤ SD SMP SMA SMK Diploma I/II/III
Universitas
3.05%
8.52%
18.10%
9.82%
12.61%
18.43%
Grafik 6.1. Angkatan Kerja di Sulawesi Utara Menurut Pendidikan
Februari 2011
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
34.93%
7.14%6.31%19.24%
7.18%
2.03%
18.77%
4.40%Pertanian
Industri
Konstruksi
Perdagangan
Transportasi
Lembaga Keuangan
Jasa Kemasyarakatan
Pertambangan dan LGA
Tabel 6.2. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut
Lapangan Usaha
Grafik 6.2. Share Penduduk Yang Bekerja Di Sulawesi Utara
Menurut Lapangan Usaha
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan tingkat pendidikannya, dari total
tenaga kerja pada Februari 2011 sebesar
1.064.417 orang, presentase terbesar terdapat
pada tenaga kerja dengan tingkat pendidikan
setingkat universitas yaitu sebesar 18,43%.
Terjadi pergeseran pola lulusan angkatan kerja
dibandingkan periode sebelumnya, pada
Agustus 2010 presentase lulusan diploma lebih
besar dibandingkan lulusan universitas. Hal ini
mengindikasikan bahwa telah terjadi
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia di Sulawesi Utara.
Berdasarkan sektornya, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan
perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang
bekerja yaitu sebanyak 338.873 orang (34,93%). Selanjutnya sektor perdagangan
(perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi) menempati urutan kedua dengan
jumlah tenaga kerja sebanyak 186.708 orang (19,24%).
75
Sumber: Media cetak
Tabel 6.4.
Usulan CPNS 2011
Grafik 6.3. Perkembangan Indikator Jumlah Karyawan
dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado
(4.00)
(2.00)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2008 2009 2010 2011
Realisasi Penggunaan Tenaga Kerja
Tabel 6.3. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan
pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori
buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan indentifikasi ini, pada
Februari 2011 sebesar 382.896 orang (39,47%) bekerja pada kegiatan formal dan 634.317
orang (60.53%) bekerja pada kegiatan informal. Dari 970.185 orang yang bekerja pada
Februari 2011, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan sebesar
335.868 orang (34,62%), diikuti oleh berusaha sendiri sebesar 250.160 orang (25,78%),
dan berusaha dibantu buruh tidak tetap sejumlah 131.884 orang (13,59%), sedangkan
yang terkecil adalah pekerjaan bebas pertanian sebesar 43.271 orang (4,46%).
Optimisme membaiknya kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan juga sejalan dengan
beberapa hasil survei yang dilakukan oleh KBI Manado. Berdasarkan survei yang dilakukan,
jumlah pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih
meningkat. Hal ini tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) indikator jumlah
karyawan pada triwulan I-2011, yang masih bernilai positif, yaitu 0,56. Tumbuh positifnya
tenaga kerja juga didorong oleh formasi kebutuhan CPNS di beberapa Kab/Kota di Sulawesi
Utara.
No Provinsi/Kab/Kota Jumlah PNS
1 Provinsi Sulawesi Utara 287
2 Kab. Minahasa Selatan 798
3 Kab. Bolaang Mongondow Timur 1,250
4 Kota Tomohon 580
5 Kab. Bolaang Mongondow Utara 650
6 Kab. Minahasa Utara 800
7 Kota Bitung 279
8 Kab. Minahasa 25
9 Kab. Bolaang Mongondow 400
10 Kota Kotamobagu 200
11 Kab. Bolaang Mongondow Selatan 639
12 Kab. Kepulauan Sangihe 222
13 Kab. Kepulauan Sitaro 200
14 Kab. Kepulauan Talaud 223
6,553 Jumlah
Berusaha Sendiri 287,238 286,716 259,553 242,853 250,160
Berusaha Dibantu Buruh Tidak
Tetap - Buruh Tidak Dibayar
130,426 129,345 127,986 102,364 131,884
Berusaha Dibantu Buruh Tetap-
Buruh Dibayar
41,175 42,900 40,962 45,854 47,028
Buruh/Karyawan 279,163 284,798 322,315 332,660 335,868
Pekerja Bebas Pertanian 64,141 48,003 52,028 74,258 43,271
Pekerja Bebas Non Pertanian 39,899 55,056 58,541 40,377 52,326
Pekerja Tak Dibayar 120,585 93,355 100,263 98,573 109,648
Total 962,633 940,173 961,648 936,939 970,185
Status Pekerjaan Aug-10 Feb-11Ags-09 Feb-10Feb-09
76
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
0
20
40
60
80
100
120
140
160
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M
2009 2010 2011
Penghasilan Saat Ini Titik optimis =100Ekspektasi Penghasilan
Sumber: Survei Konsumen KBI Manado
Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Penghasilan dan Indeks
Ekspektasi Penghasilan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M
2009 2010 2011
Ketersediaan Lap. Kerja Titik optimis =100
Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
Sumber: Survei Konsumen KBI Manado
Grafik 6.4.
Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Perkembangan ketenagakerjaan juga dapat dikonfirmasi melalui sikap optimisme
masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja yang tercermin dari peningkatan indeks
ketersediaan lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado. Pada akhir triwulan I-
2011, angka indeks ketersediaan lapangan kerja adalah sebesar 167,50 lebih tinggi
dibandingkan Triwulan IV-2010 (141,00) dan triwulan yang sama tahun sebelumnya
(123,50).
6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan,
tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi
Utara diperkirakan meningkat di awal tahun
2011. Hal ini terjadi karena tingkat
penghasilan masyarakat Sualwesi Utara
memiliki kecenderungan untuk meningkat.
Walaupun sempat menurun pada Februari
2011, indeks penghasilan saat ini mulai
meningkat kembali pada Maret 2011
mencapai 122 atau berada diatas level
optimis (Grafik 6.5.) Salah satu yang menjadi faktor pendorong optimisme masyarakat
adalah adanya peningkatan UMP di tahun 2011 serta dampak tidak langsung dari
terpilihnya kembali Sulawesi Utara sebagai tempat penyelenggaraan berbagai event
internasional di tahun 2011.
77
110
115
120
125
130
135
80
90
100
Jan
Mar
Me
i
Jul
Sep
No
v
Jan
Mar
May Ju
l
Sep
No
v
Jan
Mar
2009 2010 2011
Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera
Indeks Diterima Petani Indeks Dibayar Petani
Grafik 6.7.
Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.6.
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
-3%
-2%
-1%
0%
1%
2%
3%
98.50
99.00
99.50
100.00
100.50
101.00
101.50
102.00
102.50
103.00
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
2009 2010 2011
Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera
Nilai Tukar Petani (growth yoy)
Sumber: Survei Konsumen KBI Manado
Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi
dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat
dilihat pada grafik 6.6. bahwa tren kesejahteraan petani mulai mengalami peningkatan. Hal
ini tercermin dari pertumbuhan NTP yang merupakan perbandingan antara indeks harga
yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani untuk keperluan
konsumsi rumah tangga dan biaya produksi.
Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi
Utara selama triwulan I-2011 sebesar
101,63, lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya (100,85) maupun bila
dibandingkan dengan triwulan yang sama
tahun lalu (101,20). Kedua komponen, baik
Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun
Indeks yang Dibayar Petani (IB) mengalami
peningkatan, namun karena kenaikan IT
lebih besar dibandingkan kenaikan IB, maka
terjadi kenaikan NTP pada triwulan I-2011.
Adapun kenaikan IB terutama datang dari naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi
(untuk kelompok konsumsi rumah tangga), serta harga penambahan barang modal dan
obat-obatan serta pupuk (untuk kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal).
78
Tabel 6.5.
Komponen Indeks Dibayar Petani (IB)
Sumber: BPS Provinsi Sulut, diolah
79
Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi
Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Manado Triwulan I-1010
BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN
7.1. Prospek Ekonomi Makro
Kinerja perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 diperkirakan tumbuh lebih
tinggi dibandingkan periode sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu, yaitu pada
kisaran 7,34% - 7,54% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan lebih banyak
didorong oleh pelaksanaan beberapa event lokal, nasional dan internasional, pencairan gaji
ke-13 serta faktor musiman perayaan hari raya Idul Fitri yang secara keseluruhan akan
berdampak terhadap kinerja konsumsi swasta dan sektor PHR.
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
yang dilakukan secara triwulanan oleh Bank
Indonesia Manado menunjukkan adanya
optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi
dan peningkatan ekspektasi pelaku usaha
terhadap dunia usaha yang ditandai
dengan kenaikan indikator ekspektasi
kegiatan usaha pada triwulan III-2011
dengan persentase Saldo Bersih Tertimbang
(SBT) sebesar 28,99%, lebih tinggi dari
realisasi kegiatan kegiatan usaha pada
triwulan III-2010 dengan SBT sebesar
25,32%. Pertumbuhan kegiatan usaha diperkirakan terutama terjadi pada sektor PHR,
Pengangkutan dan komunikasi serta sektor pertanian.
Dari sisi permintaan, konsumsi swasta khususnya konsumsi rumah tangga diperkirakan akan
tumbuh positif seiring dengan peningkatan sumber pendapatan masyarakat yang
bersumber dari pencairan gaji ke-13 untuk pemerintah provinsi dan pemerintah
Kabupaten/Kota se-Sulut dengan estimasi total anggaran mencapai Rp193 Miliar. Selain
pembayaran gaji ke-13, juga terdapat beberapa pencairan dana di bulan Juli ini diantaranya,
pencairan tunjangan sertifikasi guru, dana Tunjangan Penghasilan Aparatur Pemerintahan
Desa (TPAPD) dan tunjangan guru bersertifikasi. Selain faktor peningkatan pendapatan,
beberapa faktor musiman seperti tahun ajaran baru, perayaan pengucapan syukur yang
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*
2008 2009 2010 2011
Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha
80
jatuh pada bulan Juli 2011 dan hari raya Idul Fitri pada Agustus 2011 serta beberapa
pelaksanaan event diantaranya: (i) Perayaan HUT Kota Manado ke-388 yang jatuh pada 14
Juli 2011 yang ditandai dengan pelaksanaan Manado Expo 2011 seperti pameran, bazaar,
perlombaan dan pemilihan puteri Madex 2011; (ii) Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak
(KONIKA) XV yang dilaksanakan pada tanggal 12-14 Juli 2011 dengan peserta berjumlah
2.835 orang; (iii) Pertemuan ASEAN Economics Ministers and Related Meetings (AEM) pada
tanggal 9-13 Agustus 2011 diperkirakan akan turut mempengaruhi pergerakan konsumsi
masyarakat. Optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian daerah dapat
dikonfirmasi melalui hasil Survei Konsumen (SK) di Kota Manado oleh Bank Indonesia, yang
menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang.
Sumber: Survei Konsumen KBI Manado
Sementara itu, konsumsi Pemerintah diperkirakan tetap tumbuh positif meskipun masih
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Kinerja konsumsi
pemerintah pada bulan Juli, lebih banyak didorong oleh realisasi belanja pegawai yang
tercermin dari realisasi pencairan gaji ke-13. Tingginya belanja pegawai dalam komponen
APBD juga tercermin dari insentif yang diberikan oleh pemerintah provinsi kepada PNS
berupa Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) yang pada tahun 2011 mencapai ± Rp108 miliar.
Sumber : Manado Post, diolah
Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Konsumen
81
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulut
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulut
Uraian Jumlah
personel TKD (Rp) Jumlah/Th (Rp)
Pejabat Struktural
Sekda 1 17.750.000 213.000.000
Asisten 3 12.750.000 459.000.000
Kaban/Kadis/Staf ahli 40 7.750.000 3.720.000.000
Karo (Kepala Biro) 9 7.750.000 837.000.000
Kasat dll 3 6.750.000 243.000.000
Ka. Kantor/UPT/Balai 57 3.250.000 2.223.000.000
Sekdis/Kabid/Kabag 198 2.750.000 6.534.000.000
Ess. III/b 13 2.250.000 351.000.000
Ess. IV/a 708 1.750.000 14.868.000.000
Ess. IV/b 8 1.500.000 144.000.000
Pejabat Fungsional
IV/d IV/e 15 3.750.000 675.000.000
IV/b IV/c 85 2.250.000 2.295.000.000
III/c IV/a 449 1.500.000 8.082.000.000
I/a III/b 199 1.250.000 2.985.000.000
Staf
Gol III IV 2.642 1.250.000 39.630.000.000
Gol I - II 1.682 1.250.000 25.230.000.000
JUMLAH TKD 108.489.000.000
No Prov/Kab/Kota Jumlah (Rp miliar)
1 Provinsi Sulut 19
2 Kota Manado 29
3 Kota Bitung 12
4 Kab. Minahasa 28
5 Kota Tomohon 11.3
6 Kab. Minahasa Utara 15
7 Kab. Minahasa Selatan 15
8 Kab. Minahasa Tenggara 7.8
9 Kab. Bolaang Mongondow 9.03
10 Kota Kotamobagu 7
11 Kab. Bolaang Mongondow Utara 2.1
12 Kab. Bolaang Mongondow Selatan 2.4
13 Kab. Bolaang Mongondow Timur 2.2
14 Kab. Kep. Sangihe 14.8
15 Kab. Kep. Sitaro 7.7
16 Kab. Kep. Talaud 11.6
TOTAL 193.93
Tabel 7.1. Estimasi Jumlah Pembayaran Gaji 13 se-Kab/Kota di Sulawesi Utara
Tabel 7.2. Rincian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) APBD Provinsi Sulawesi Utara
82
-200
-100
0
100
200
300
400
500
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
2009 2010
Indeks Bahan konstruksi (left axis)
growth (% - yoy) - right axis
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
J F M A M J J A S O N D J F M A M J
2010 2011
Volume (ton) - left axis g_semen (% yoy) - right axis
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado
Kinerja investasi pada triwulan III-2011 juga diperkirakan terus membaik sejalan dengan
realisasi proyek fisik baik pemerintah maupun swasta. Hal ini tercermin dari penjualan
semen di Sulawesi Utara yang mengalami peningkatan sebesar 5% (yoy) pada bulan Juni
2011. Indikator lainnya yang menunjukkan peningkatan kinerja investasi adalah hasil Survei
Penjualan Eceran yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar
21.45% dari 112.35 pada Juli 2010 menjadi 136.47 pada Juli 2011.
Belanja modal pemerintah juga diperkirakan turut andil dalam menggairahkan kegiatan
investasi pada triwulan III-2011. Hal ini ditandai dengan mulai terealisasinya beberapa
proyek pembangunan infrastruktur pemerintah pada triwulan III-2011 (Tabel 7.3).
Grafik 7.3. Perkembangan Penjualan Semen
Prov. Sulawesi Utara Grafik 7.4. Indeks Penjualan Bahan Konstruksi
83
Sumber: Biro Pembangunan Setdaprop Sulut
No Instansi Jumlah Paket
Nilai Paket (Rp) Nilai Total Paket
(Rp)
A. Pemerintah Provinsi Sulut 67 - 30.316.178.660
1. Badan Perpustakaan 1 940.000.000
2. Dinas PU 26 4.241.000.000
3. Dinas Pertanian & Peternakan 6 3.763.500.000
4. Dinas Kelautan & Perikanan 11 8.702.829.000
5. Dinas Kesejahteraan Sosial 6 3.219.110.000
6. DPRD 2 1.557.598.000
7. Dinas Perhubungan 5 1.555.000.000
8. Inspektorat 1 300.000.000
9. Dinas Perkebunan 4 4.088.986.060
10. Dinas Kesehatan 4 1.696.405.400
11. Perbatasan 1 231.750.200
B. Kabupaten/Kota 387 - 357.079.064.890
1. Kota Bitung 39 28.190.710.000
2. Kab. Minahasa 3 6.105.000.000
3. Kab. Sitaro 128 84.501.683.965
4. Kab. Kep. Sangihe 20 13.142.349.700
5. Kab. Bolmong 17 9.477.745.260
6. Kota Manado 16 12.920.760.810
7. Kab. Kep. Talaud 1 20.582.566.500
8. Kab. Bolsel 54 67.367.024.000
9. Kab. Boltim 66 89.679.324.657
10. Kab. Mitra 33 21.000.000.000
11. Kab. Minsel 10 4.111.899.998
Perkembangan ekspor pada triwulan III-2011 diprediksi tumbuh positif meskipun tidak
setinggi periode yang sama tahun lalu. Sebagai komoditi unggulan ekspor, komoditi
pertanian perkebunan (kelapa dan turunannya, cengkih, biji pala dan fuli) masih
mendominasi volume ekspor Sulut. Namun demikian, saat ini komoditi rumput laut juga
menjadi komoditi ekspor dengan target pasar Eropa dan Asia khususnya China.
Sementara itu untuk kinerja ekspor produk perikanan diperkirakan akan melambat akibat
krisis bahan baku. Hal ini disebabkan oleh migrasi ikan akibat cuaca yang berubah-ubah
serta adanya kelangkaan BBM yang menurunkan minat nelayan untuk melaut. Berdasarkan
informasi dari beberapa perusahaan ikan, saat ini hanya beroperasi 10-20% dari total
kapasitas produksi yang dimiliki.
Dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprediksi akan
mengalami pertumbuhan positif yang didorong oleh penyelenggaraan beberapa event
berskala nasional maupun internasional di Sulawesi Utara. Sektor bangunan juga
diperkirakan akan tetap tumbuh positif sejalan dengan maraknya pembangunan proyek fisik
pemerintah dan swasta yang sedang berjalan.
Tabel 7.3.
Rekapitulasi Paket Proyek di Pemerintah Propinsi Sulawesi Utara
84
Kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan diperkirakan akan mengalami penurunan
dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sebagai dampak dari letusan gunung Soputan
dan Lokon yang terjadi selama bulan Juli 2011. Selain karena letusan gunung berapi,
prediksi penurunan produksi pertanian juga disebabkan oleh beberapa faktor lain
diantaranya: (i) kelangkaan pupuk yang terjadi bertepatan dengan waktu musim tanam di
Minahasa Selatan; (ii) keterbatasan mesin pengering padi; serta (iii) keterlambatan
penyaluran benih akibat terlambatnya pengiriman dari Jakarta.
Sektor PHR diperkirakan masih menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Sulut.
Pertumbuhan sektor PHR pada tiwulan III-2011 diperkirakan masih akan cenderung
meningkat, yang didorong oleh faktor musiman perayaan Idul Fitri serta penyelenggaraan
beberapa event lokal, nasional dan internasional, antara lain:
a. Perayaan HUT Kota Manado ke-388 yang jatuh pada 14 Juli 2011 yang ditandai
dengan pelaksanaan Manado Expo 2011 seperti pameran, bazaar, perlombaan,
Tour de Bunaken, Manado carnaval dan pemilihan puteri Madex 2011;
b. Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) XV yang dilaksanakan pada
tanggal 12-14 Juli 2011 dengan peserta berjumlah 2.835 orang;
c. Pertemuan perwakilan 152 Kab/Kota dari 8 provinsi di Indonesia pada tanggal 25-27
Juli 2011 guna membahas masterplan percepatan pemberdayaan koperasi dan
UMKM.
d. Pertemuan ASEAN Economics Ministers and Related Meetings (AEM) pada tanggal
9-13 Agustus 2011 yang akan dihadiri oleh 8 negara anggota ASEAN dan 10 negara
mitra wicara.
Maraknya event yang dilaksanakan di Manado serta musim liburan sekolah di bulan Juli
telah meningkatkan frekuensi tamu undangan maupun wisatawan yang berkunjung ke
Manado, hal ini selanjutnya berdampak terhadap tingginya permintaan terhadap sektor
pengangkutan khususnya pengangkutan udara.
7.2. Prakiraan Inflasi
Risiko tekanan harga Kota Manado pada triwulan III-2011 diperkirakan akan relatif stabil.
Laju inflasi diperkirakan berada pada kisaran 2,25%-2,4%±1% (yoy). Dari sisi fundamental,
faktor pendorong laju inflasi tahunan Kota Manado diantaranya bersumber dari harga
komoditas internasional terutama harga emas dunia yang masih cenderung meningkat dan
peningkatan permintaan seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru serta perayaan hari
keagamaan. Peningkatan harga komoditas serta permintaan masyarakat menjelang hari
85
Grafik 7.5. Perkembangan dan Perkiraan Inflasi Kota Manado (% yoy)
Ket: *Proyeksi Inflasi Bank Indonesia Manado
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara
raya selanjutnya berdampak terhadap pembentukan ekspektasi masyarakat akan tingginya
laju inflasi pada triwulan III-2011.
Sementara itu, dari sisi non fundamental pasokan bahan pangan pada triwulan III-2011
diperkirakan masih cukup terjaga. Bencana alam meletusnya gunung Soputan dan Lokon
pada Juli 2011 memberikan dampak yang relatif minimal terhadap kenaikan harga volatile
foods karena masih tercukupinya persediaan dan lancarnya distribusi pasokan dari luar
daerah. Rencana kebijakan pemerintah seperti pencabutan subsidi minyak tanah, konversi
minyak tanah menjadi LPG diperkirakan dapat berpotensi memberikan tekanan pada laju
inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011.
Faktor Fundamental
Dari sisi eksternal, berlanjutnya peningkatan
harga komoditas internasional terutama harga
emas dunia akibat tekanan permintaan telah
mendorong tren peningkatan harga emas
perhiasan domestik. Sementara dari sisi
domestik, tekanan inflasi disebabkan oleh (i)
peningkatan permintaan seiring pola perayaan
Hari Raya Pengucapan Syukur, dimulainya tahun
ajaran baru serta Hari Raya Idul Fitri (ii)
meningkatnya aktivitas perekonomian yang
didorong oleh maraknya perhelatan internasional
Grafik 7.6.
Perkembangan Harga Komoditas Internasional
Sumber : Bloomberg, diolah
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2009 2010 2011
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
2009 2010 2011
$/OzEmas (right axis)
86
dan domestik di Sulut, dan (iii) meningkatnya permintaan bahan bangunan yang ditandai
oleh pembangunan berbagai proyek swasta dan pemerintah pada periode laporan.
Ekspektasi konsumen terhadap harga barang dan
jasa mengalami peningkatan, hal ini disebabkan
oleh pola musiman yang terjadi sepanjang
triwulan III-2011, yaitu terdapat hari pengucapan
syukur dan tahun ajaran baru (Juli 2011) dan
bulan ramadhan serta hari raya Idul Fitri (Agustus
2011). Peningkatan ekspektasi harga tercermin
dari hasil Survei Konsumen (SK) Kota Manado
yang dilakukan oleh BI Manado yang
menunjukkan adanya peningkatan SBT pada
ekspektasi harga pada bulan Juli dan Agustus,
selanjutnya ekspektasi harga tersebut akan
menurun pada akhir triwulan laporan atau pada
bulan September 2011 (Grafik 7.5).
Faktor Non Fundamental
Dari sisi non fundamental, beberapa kebijakan pemerintah seperti rencana kebijakan
pemerintah terkait BBM bersubsidi, kebijakan konversi minyak tanah menjadi LPG dan
rencana kenaikan bertahap harga LPG 50 kg dan 12 kg dapat berpotensi menekan laju
inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011.
Sementara itu, tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan relatif stabil. Berdasarkan
pantauan di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota Manado melalui Survei
Pemantauan Harga (SPH) KBI Manado, beberapa harga komoditas volatile foods masih
relatif stabil dikarenakan pasokan yang masih tercukupi. Adanya bencana alam meletusnya
Gunung Soputan dan Gunung Lokon pada Juli 2011 memberikan pengaruh yang relatif
kecil terhadap kenaikan harga komoditas volatile foods karena masih tercukupinya
persediaan dan lancarnya distribusi pasokan dari luar daerah.
Grafik 7.7. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado Dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
Sumber : Survei Konsumen Kota Manado
50
70
90
110
130
150
170
190
210
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2010 2011
Ekspektasi harga 3 bulan yad Ekspektasi harga 6 bulan yad
87
Kebutuhan/
bulan
Kebutuhan/
bulan
Prediksi
Kenaikan Idul
Fitri 1432 H
(Ton) (Ton) (%) Luar DaerahProduksi
Lokal
1 Beras 22.000 ton 24.200 ton 10% 30% 70%Jatim, Sulsel,
Gorontalo, Sulteng,
2 Gula 4.000 ton 6.000 ton 50% 100% - Jawa, Lampung,
3 Minyak
Goreng
2.500 ton 3.000 ton 20% - 100%
4 Terigu 2.000 ton 3.000 ton 50% 100% - P. Jawa, Sulsel
5 Mentega 400 ton 1.000 ton 150% 100% - P. Jawa
6 Susu 900 ton 1.200 ton 33% 100% - P. Jawa
7 Telur 5.000.000 btr 15.000.000
btr
200% 30% 70%P. Jawa, Sulsel
8 Daging Ayam 400 ton 1200 ton 200% - 100%
9 Daging Sapi 350 ton 700 ton 200% - 100%
No Jenis
PASOKAN
Keterangan
Menghadapi tekanan risiko tekanan inflasi menjelang perayaan Bulan Suci Ramadhan dan
perayaan Hari Raya Idul Fitri, TPID Prov. Sulut melaksanakan rapat ke-III di Ruang Rapat
Asisten II, Kantor Gubernur Sulawesi Utara. Berdasarkan pemantauan hingga bulan Juni
2011 dan data historis tahun-tahun sebelumnya, tekanan inflasi yang berasal dari kelompok
bahan makanan akan meningkat. Hal tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan
menjelang Bulan Suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Beberapa komoditi yang perlu
mendapat perhatian adalah beras, minyak goreng, gula, tepung terigu, cabe dan bawang
merah. Selain itu, dalam pertemuan juga dibahas mengenai issue kelangkaan BBM di
Sulawesi Utara. Dalam pertemuan tersebut anggota TPID menitikberatkan rekomendasi
pada (i) pelaksanaan operasi pasar, (ii) penambahan kuota BBM dan penertiban pelaku
penimbunan BBM (iii) pengoptimalan peran TFPED dalam menopang pertumbuhan
perekonomian daerah.
Tabel 7.4.
Daya Tahan Kebutuhan Pokok DAYA TAHAN
s/d bulan
1 Beras 32.7 2 bulan
2 Gula 4.15 1 bulan
3 Minyak Goreng 750/hari Produksi
setiap hari 4 Terigu 2.8 1 bulan
5 Mentega 700 2 bulan
6 Susu 1500 2 bulan
7 Telur 5.100.000
butir
2 Minggu
8 Daging Ayam 750ton 1 bulan
9 Daging Sapi 800 ton 1 bulan
No. J E N I S STOK
( TON )
Sumber : Disperindag Sulut
Tabel 7.5.
Prognosa Kebutuhan Pokok Menjelang Idul Fitri
Sumber : Disperindag Sulut
88
Grafik 7.8. Indeks Ekspektasi Tingkat Suku Bunga (SBT)
7.3. Prospek Perbankan
Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan suku
bunga acuannya (BI rate) sebesar 0,25 basis poin
dari 6,5% menjadi 6,75% pada triwulan I-2011
diperkirakan akan direspon oleh perbankan dengan
melakukan penyesuaian terhadap kenaikan suku
bunga pinjaman perbankan walaupun masih dalam
kisaran yang relatif terbatas. Hal ini terkonfirmasi
dari Survei Konsumen yang dilakukan Bank
Indonesia yang menunjukkan mulai adanya
peningkatan ekspektasi konsumen terhadap peningkatan tingkat suku bunga.
Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime Lending Rate, dengan harapan
dapat mendorong penurunan suku bunga perbankan. Dengan adanya kebijakan ini, setiap
bulan bank harus mengumumkan suku bunga kreditnya berdasarkan masing-masing sektor
baik bunga kredit korporasi, retail, kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit lainnya.
Kebijakan ini dikeluarkan agar tercipta transparansi bunga kredit dan persaingan yang sehat
pada industri perbankan. Di sisi lain, kebijakan ini akan menjadi petunjuk (guideliness) dari
bank sentral untuk menyeragamkan suku bunga utama kepada nasabah perbankan.
Sumber : Survei Konsumen Kota Manado
110
115
120
125
130
135
140
145
150
155
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2009 2010 2011
Tingkat Suku Bunga
89
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya. yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.
Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Administered Price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
90
Restrukturisasi kredit
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow dan inflow. PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik
uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.