protozoa parasit darah
DESCRIPTION
Protozoa (Trypanosoma evansi)TRANSCRIPT
Protozoa Parasit Darah dan Jaringan
Trypanosoma adalah protozoa berflagel yang bersifat parasit didalam darah atau jaringan
berbagai jenis vertebrata, bentuknya panjang bergelombang, kedua ujungnya lancip dan
menulari manusia melalui gigitan lalat pengisap darah atau melalui feses arthropoda. Infeksi
karena Trypanosoma disebut trypanosomiasis. Dalam siklus hidupnya, Trypanosoma
memiliki dua bentuk, yaitu berflagela pada fase ekstrakuler dan tidak berflagel pada fase
intraseluler. Sebagian dari siklus hidupnya melekat di sel lambung atau menghisap darah
manusia. Hospes perantara Trypanosoma adalah hewan-hewan penghisap darah.
Morfologi
Secara umum Trypanosomidae mempunyai 4 bentuk / morfologi yang berbeda, yaitu
1. Bentuk Amastigot (Leismanial form)
Bentuk bulat atau lonjong, mempunyai satu inti dan satu kinetoplas serta tidak
mempunyai flagela. Bersifat intraseluler. Besarnya 2-3 mikron.
2. Bentuk Promastigot (Leptomonas form)
Bentuk memanjang mempunyai satu inti di tengah dan satu flagela panjang yang
keluar dari bagian anterior tubuh tempat terletaknya kinetoplas, belum mempunyai
membran bergelombang, ukurannya 15 mikron.
3. Bentuk Epimastigot (Critidial form)
Bentuknya memanjang dengan kinetoplas di depan inti yang letaknya di tengah
mempunyai membran bergelombang pendek yang menghubungkan flagela dengan
tubuh parasit, ukurannya 15-25 mikron.
4. Bentuk Tripomastigot (Trypanosome form)
Bentuk memanjang dan melengkung langsing, inti di tengah, kinetoplas dekat ujung
posterior, flagela membentuk dua sampai empat kurva membran bergelombang,
ukurannya 20-30 mikron .
Jenis Trypanosoma antara lain sebagai berikut
1. Trypanosoma lewisi
2. Trypanosoma evansi
3. Trypanosoma brucei
4. Trypanosoma gambiense dan Trypanosoma rhodesiense
5. Trypanosoma cruzi
Trypanosoma rhodesiense
Ditemukan oleh Stephans dan Fantham pada tahun 1910 dalam darah seorang pasien penyakit
tidur. Trypanosomiasis Afrika juga dikenal sebagai “penyakit tidur”, disebabkan oleh parasit
mikroskopis dari spesies Trypanosoma brucei. Trypanosoma rhodesiense menyebabkan
penyakit tidur Afrika Timur.Hal ini ditularkan oleh lalat tsetse (Glossina sp), yang ditemukan
hanya di pedesaan Afrika. Trypanosoma rhodesiense erat hubungannya dengan Trypanosoma
gambiense.
Perbedaan dengan Trypanosoma gambiense :
Distribusi : Penyakit tidur Afrika Timur distribusinya lebih terbatas daripada
T.gambiense yaitu ditemukan di Afrika timur bagian tengah.
Vektor : Lalat tse-tse dan hutan, yaitu Glossina morsitant dan Glossina scoynnatoni
Hospes reservoir : binatang liar pada T.rhodesiense tidak ada hospes reservoir.
Gejala Klinis : Penyakit T.rhodesiense lebih cepat fatal jika tidak sempat diobati
Morfologi
Pada penderita Trypanosomiasis rhodesiense (juga pada hewan vertebrata yang terinfeksi)
umumnya ditemukan bentuk Trypomastigot. Trypomastigot ini memiliki bentuk mirip bulan
sabit dengan ukuran panjang 15-35 mikron dan lebar 1,5 – 3,5 mikron. Didalamnya terdapat
organella antara lain :
1. Inti besar berbentuk lonjong, terletak di tengah dan berfungsi untuk menyediakan
makanan. Disebut juga Troponukleus.
2. Kinetoplas, berbentuk bulat atau batang. Ukuran lebih kecil dari inti dan terletak di
depan atau di belakang inti. Kinetoplas terdiri dari 2 bagian yaitu benda parabasal
dan blefaroplas.
3. Flagela merupakan cambuk halus yang keluar dari blefaroplas dan berfungsi untuk
bergerak.
4. Undulating membrane (membran bergelombang), adalah selaput yang terjadi karena
flagela melingkari badan parasit, sehingga terbentuk kurva-kurva. Terdapat 3-4
gelombang membran
Pada stadium akhir, di dalam darah penderita, Trypomastigot memiliki beberapa bentuk yang
berbeda, yaitu :
• Bentuk panjang dan langsing, memiliki flagela
• Bentuk pendek dan lebih gemuk, sebagian tidak berflagela
• Bentuk intermediet dengan inti terkadang ditemukan di posterior.
Karena bentuknya yang bervariasi, trypomastigot ini disebut Pleomorphic trypanosoma.
Perbedaan dengan T. gembiense adalah :
- Virulensinya lebih besar dari pada T. gambiense
- Vector penularan pada T. rhodesiense adalah :
1) Glossina morsitans
2) Glossina scoynnertoni
Epidemiologi
ditemukan di daerah pusat dari timur dan tenggara Afrika. Insiden dari infeksi Trypanosoma
rhodesiense lebih sedikit dibanding Trypanosoma gambiense dan fokus distribusinya lebih
sempit karena lalat tse tse, vektor dari T.rhodesiense adalah umumnya pengisap darah
binatang buruan dan dapat menularkan penyakit ini dari manusia ke manusia atau dari
hewan ke manusia. Setiap tahun beberapa ratus kasus dilaporkan ke Organisasi Kesehatan
Dunia. Lebih dari 95% dari kasus infeksi manusia terjadi di Tanzania, Uganda, Malawi, dan
Zambia. Hewan merupakan reservoir utama dari infeksi. Penyakit ini berbahaya bagi orang
yang yang bekerja di daerah perburuan dan ancaman bagi pengunjung taman perburuan.
Trypanosoma rhodesiense dapat diisolasi dari berbagai jenis binatang buruan (Bushbuck,
Hertebeeste, Singa,dll) dan binatang pemeliharaan (sapi,domba).
Siklus hidup
Selama makan darah pada host mamalia, sebuah lalat tsetse terinfeksi (genus Glossina)
menyuntikkan trypomastigotes metacyclic ke dalam jaringan kulit. Parasit memasuki sistem
limfatik dan masuk ke aliran darah Jumlah 1. Di dalam tuan rumah, mereka berubah menjadi
aliran darah trypomastigotes Jumlah 2, dibawa ke situs lain di seluruh tubuh, mencapai cairan
darah lainnya (misalnya, getah bening, cairan tulang belakang), dan terus replikasi dengan
pembelahan biner Jumlah 3. Seluruh siklus hidup dari trypanosomes Afrika diwakili oleh
tahap ekstraseluler. Lalat tsetse menjadi terinfeksi dengan trypomastigotes aliran darah saat
mengambil makan darah pada host mamalia terinfeksi (Jumlah 4, Nomor 5). Dalam midgut
lalat, parasit berubah menjadi trypomastigotes procyclic, kalikan dengan pembelahan biner
Jumlah 6, meninggalkan midgut, dan berubah menjadi epimastigotes Jumlah 7. Para
epimastigotes mencapai kelenjar ludah terbang dan terus perkalian dengan pembelahan biner
Jumlah 8. Siklus di fly berlangsung sekitar 3 minggu. Manusia merupakan reservoir utama
untuk Trypanosoma brucei gambiense, tetapi spesies ini juga dapat ditemukan pada hewan.
Hewan buruan liar merupakan reservoir utama dari T.rhodesiense.
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS
Timbulnya kelainan yang disebabkan oleh Trypanosoma rhodesiense lebih cepat, dan lebih
berat.
Tahap pertama (Haemoflagellates stage)
Ditandai dengan timbulnya reaksi inflamasi lokal pada daerah gigitan lalat tsetse. Reaksi
inflamasi dapat berkembang menjadi bentuk ulkus atau parut ( primary chancre). Reaksi
inflamasi ini biasanya mereda dalam waktu 1-2 minggu. Setelah beberapa minggu infeksi,
parasit masuk ke dalam darah dan kelenjar getah bening (parasitemia). Gejala klinis yang
sering muncul adalah demam yang tidak teratur, sakit kepala, nyeri pada otot dan persendian,
dan pembesaran kelenjar getah bening.Kelainan pada kelenjar limfe kurang terlihat,
lymphadenitis yang terjadi pada bagian posterior kelenjar cervical (Winterbotton’s sign)
mungkin tidak ada, lebih sering timbul demam dan miokarditis atau gejala kuning. Prosesnya
lebih progresif sehingga kematian dapat terjadi sebelum kelainan SSP yang berat, meskipun
demikian kelainan pada SSP timbul dini. Penyakit ini ganas dan akut, dalam satu bulan
penderita akan mati.
Tahap kedua (Meningoencephalitic stage)
Pada fase ini, setelah beberapa minggu infeksi, parasit menyerang sistem saraf pusat dan
dan mengakibatkan terjadinya meningoenchepalitis difusa dan meningomyelitis.Selain itu,
menyebabkan kerusakan mental dan masalah neurologis lainnya. Kematian terjadi kemudian
biasanya dalam beberapa bulan.
DIAGNOSA
Diagnosis trypanosomiasis Afrika dilakukan melalui metode laboratorium, karena fitur klinis
infeksi tidak cukup spesifik. Diagnosis terletak pada menemukan parasit dalam cairan tubuh
atau jaringan dengan mikroskop.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosa adalah :
1. Mengetahui riwayat tempat tinggal dan riwayat bepergian ke daerah endemik.
2. Menemukan parasit pada pemeriksaan :
• Darah tepi dengan pewarnaan.
• Biopsi aspirasi pada „primary chancre‟
• Cairan kelenjar getah bening
3. Tidak dilakukan pengujian serologi, karena deteksi mikroskopis parasit sangatlah
mudah.
Trypanosoma rhodesiense, darah tepi dengan
pewarnaan
PENGOBATAN
Pasien di Kongo yang menerima pengobatan
penyakit tidur Afrika.
Keputusan pengobatan didasarkan pada tahap penyakit, tahap pertama dan tahap kedua.
Suramin,digunakan untuk mengobati tahap pertama
Dosis anak-anak : 20 mg/kg IV pada hari 1, 3, 5, 14 dan 21
Dosis dewasa : 1 g IV pada hari 1, 3, 5, 14 dan 21
Melarsoprol, senyawa organoarsenic digunakan untuk mengobati tahap kedua
Dosis anak-anak : 2-3,6 mg/kg/dosis IV 3x sehari. Setelah 7 hari, 3,6 mg/kg/dosis 3x
sehari
Dosis dewasa : 2-3,6 mg/kg/dosis IV 3x sehari. Setelah 7 hari, 3,6 mg/kg/dosis 3x sehari
Pasien harus menjalani suntikan pada pinggang untuk pemeriksaan CSF setiap 6 bulan (atau
lebih cepat, jika gejala kembali) selama 2 tahun setelah perawatan untuk mendeteksi jika
terjadi kambuh.
PENCEGAHAN & PENGENDALIAN
Langkah- langkah pencegahan yang bertujuan untuk meminimalkan kontak dengan lalat
tsetse, meliputi
Kenakan kemeja lengan panjang dan celana medium-berat bahannya, dalam warna netral
yang menyatu dengan lingkungan latar belakang. Lalat tsetse tertarik pada warna-warna
cerah atau gelap, dan mereka dapat menggigit melalui pakaian ringan.
Periksa kendaraan sebelum masuk. Lalat-lalat tertarik dengan gerakan dan debu dari
kendaraan bergerak.
Hindari semak-semak. Lalat tsetse kurang aktif selama bagian terpanas hari, tetapi akan
menggigit jika terganggu.
Gunakan obat nyamuk. Obat nyamuk akan mencegah gigitan serangga lainnya yang dapat
menyebabkan penyakit.
Pengobatan pencegahan untuk binatang peliharaan
Pengendalian bertumpu pada dua strategi :
mengendalikan vektor lalat tsetse
merupakan strategi utama, di lakukan dengan jebakan lalat,dalam kombinasi dengan
insektisida dan bau yang menarik lalat.
mengurangi reservoir penyakit
dengan cara membunuh binatang buruan
Trypanosoma cruzi
Klasifikasi
Phylum : Sarcosmastigophora
Sub Phylum : Mastigophora
Class : Zoomastigophora
Ordo : Kinetoplastida
Sub Ordo : Trypanosomatorina
Family : Trypanosomatidae
Genus : Trypanosoma
Spesies : T. Cruzi
Morfologi
Morfologi Trypanosoma dalam darah tampak sebagai flagelata yang pipih panjang ( kira-kira
15-20 mikron), berujung runcing dibagian posterior, mempunyai flagel kurang dari sepertiga
panjang tubuh, mempunyai sitoplasma dengan granula inti tengah yang berwarna tua, serta
terdapat kinetoplast.
Morfologi yang seperti ini dapat membuat Trypanosoma bergerak efektif secara berombak
dan memutar disebabkan oleh flagel kontraktilnya.
Siklus Hidup
Parasit ini memparasiti manusia, binatang peliharaan dan binatang liar.
Vektor utama parasit ini adalah Triatoma infestans,Triatoma sordida, Panstrongylus
megistus, dan Rhodnius prolixus.
Serangga vektor triatomine terinfeksi (atau kissing bug) mengambil makan darah dan
trypomastigotes rilis di kotorannya dekat lokasi luka gigitan. Trypomastigotes masuk host
melalui luka atau melalui selaput mukosa utuh, seperti konjungtiva
1. Spesies vektor umum triatomine untuk trypanosomiasis milik Triatoma genera, Rhodnius,
dan Panstrongylus. Di dalam host, trypomastigotes menyerang sel-sel dekat lokasi
inokulasi, di mana mereka berdiferensiasi menjadi amastigotes intraseluler
2. Para amastigotes kalikan dengan pembelahan biner
3 dan berdiferensiasi menjadi trypomastigotes, dan kemudian dilepaskan ke dalam sirkulasi
aliran darah sebagai trypomastigotes
4. Trypomastigotes menginfeksi sel-sel dari berbagai jaringan dan berubah menjadi
amastigotes intraseluler di situs infeksi baru. Manifestasi klinis hasil dari siklus infektif.
Para trypomastigotes aliran darah tidak mereplikasi (berbeda dengan trypanosomes
Afrika). Replikasi resume hanya bila parasit memasuki sel lain atau dicerna oleh vektor
lain. The "kissing" bug menjadi terinfeksi dengan memberi makan pada darah manusia
atau hewan yang mengandung parasit beredar
5. Para trypomastigotes tertelan berubah menjadi epimastigotes di midgut vektor,
6. Parasit berkembang biak dan membedakan dalam midgut
7 berdiferensiasi menjadi trypomastigotes metacyclic infektif dalam hindgut
8. Trypanosoma cruzi juga dapat ditularkan melalui transfusi darah, transplantasi organ,
plasenta, dan dalam kecelakaan laboratorium.
Trypanosomiasis Amerika (Penyakit Chagas)
Penyakit Chagas ditemukan oleh dokter Brazil bernama Carlos Chagas tahun 1909. Hal ini
disebabkan oleh parasit Trypanosoma cruzi, yang ditransmisikan ke hewan dan manusia
dengan vektor serangga dan hanya ditemukan di Amerika (terutama di daerah pedesaan di
Amerika Latin dimana kemiskinan tersebar luas). Penyakit Chagas utamanya adalah suatu
penyakit masyarakat yang ditandai dengan kemelaratan, kebodohan (ketidaktahuan), dan
tingkat kebersihan yang rendah
Penyakit Chagas adalah suatu zoonosis, dengan infeksi-infeksi yang terjadi secara luas pada
hewan dan manusia.
Distribusi geografik
Trypanosoma cruzi terdapat di Amerika Selatan, dari Argentina Utara, Antillen, Amerika
Tengah ke Amerika Serikat Selatan. T. c. cruzi terutama terdapat pada tikus hutan (woodrat)
di negara bagian Amerika Serikat Barat Daya (Texas, Arizona, New Mexico, California
Selatan); ia juga terdapat pada raccoon, opossum, skunk,dan rubah abu-abu di negara bagian
tenggara.
Epidemiologi
Infeksi-infeksi manusia oleh T. Cruzi endemik di Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika
Selatan dimana diperkirakan 8-11 juta orang terinfeksi.
Manusia bertindak sebagai reservoir bersama dengan lebih dari 150 species binatang baik
binatang peliharaan seperti anjing, kucing, dan binatang liar .
Semua umur rentan terhadap infeksi dan biasanya perjalanan penyakit lebih berat pada
penderita usia muda. Infeksi juga dapat terjadi dari ibu ke bayi (bawaan), terkontaminasi
produk darah (transfusi), organ transplantasi dari donor yang terinfeksi, laboratorium
kecelakaan, makanan dan minuman yang terkontaminasi (jarang).
Cara Penularan
Vektor penghisap darah yang terinfeksi misalnya species Reduviidae (trobosis, kissing bugs),
terutama berbagai species dari genera Triatoma, Rhodnius, Panstrongyluspada kotorannya
ditemukan trypanosoma. Kutu ini membuang kotorannya pada saat mereka menghisap darah
manusia atau mamalia lain sehingga terinfeksi karena kotoran segar dari serangga yang
terinfeksi tersebut.Penularan dapat juga terjadi melalui transfusi darah. Masa inkubasi
berkisar antara 5 –14 hari setelah digigit oleh vektor yang terinfeksi.
Penularan pada inang terjadi melalui kontaminasi tinja sesudah berlangsung reproduksi siklik
selama 8 sampai 20 hari di dalam usus serangga Reduvidae. Pada saat vektor menggigit
inang, vektor tersebut juga membuang kotoran sekaligus mengotori luka gigitan sehingga
mengkontaminasi inang. Transfusi darah juga dapat menjadi sumber infeksi.
GEJALA KLINIS
Trypanomiasis Amerika atau penyakit chagas terdiri dari fase akut dan fase kronis. Fase akut
terjadi sekitar seminggu sampai sebulan setelah terinfeksi feses serangga yang mengandung
parasit.
Pada fase akut, penderita mengalami demam atau pembengkakan sekitar mata.
Pembengkakan ini disebabkan kotoran bug tanpa sengaja menggosok ke mata atau karena
luka gigitan berada disisi yang sama dari wajah penderita. Selain itu, fase akut juga bisa
diikuti dengan peradangan di otot jantung dan daerah sekitar otak.
Pada fase kronis, bisa ditandai dengan ritme detak jantung yang abnormal yang dapat
menyebabkan kematian mendadak, hati yang membesar sehingga tidak bisa memompa darah
dengan baik,dan pembengkakan esofagus dan kolon sehingga mengalami kesulitan dalam
makan.
Seorang gadis yang terkena penyakit Chagas dalam fase
akut
DIAGNOSA
Metode parasitologis, termasuk identifikasi trypomastigotes dalam darah dengan mikroskop,
yang paling efektif selama infeksi akut. Tingkat sirkulasi parasit menurun cepat dalam
beberapa bulan
Diagnosis penyakit Chagas kronis dibuat dengan tes serologis untuk antibodi terhadap
parasit. Sebuah tes tunggal tidak cukup sensitif dan spesifik untuk membuat diagnosis. Untuk
alasan ini, pendekatan standar untuk menerapkan dua atau lebih tes yang menggunakan
teknik yang berbeda dan / atau yang mendeteksi antibodi terhadap antigen yang berbeda. Dua
teknik yang umum digunakan adalah enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dan tes
antibodi immunofluorescent (IFA). Untuk meningkatkan ketepatan diagnosis, pertimbangan
cermat dari riwayat pasien untuk mengidentifikasi risiko untuk infeksi dapat membantu.
.
PENGOBATAN
Pengobatan diindikasikan untuk semua kasus penyakit Chagas akut atau kronis infeksi
Trypanosoma cruzi pada anak-anak sampai dengan usia 18tahun. Infeksi kongenital dianggap
penyakit akut. Pengobatan juga dianjurkan untuk orang dewasa hingga 50 tahun dengan
infeksi kronis. Untuk orang dewasa yang lebih tua dari 50 tahun dengan infeksi T.cruzi,
keputusan untuk mengobati dengan obat antiparasit harus individual, dengan
mempertimbangkan potensi manfaat dan risiko bagi pasien.
Belum diketahui obat yang benar- benar memuaskan untuk pengobatan infeksi T. cruzi.
Mungkin yang terbaik adalah nifurtimox dan benznidazole.
Dosis :
Benznidazole <12 tahun 10 mg / kg per hari secara oral dalam 2 dosis terbagi selama 60 hari
12 tahun atau lebih tua kg mg / 5-7 per hari secara oral dalam 2 dosis terbagi selama 60 hari
Nifurtimox ≤ 10 tahun 15-20 mg / kg per hari secara oral dalam 3 atau 4 dosis terbagi selama
90 hari
11-16 tahun 12,5-15 mg / kg per hari secara oral dalam 3 atau 4 dosis terbagi selama 90 hari
17 tahun atau lebih 8-10 mg / kg per hari secara oral dalam 3 atau 4 dosis terbagi selama 90
hari
PENCEGAHAN
1)Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara penularan dan cara-cara
pencegahannya.
2)Lakukan penyemprotan berkala dengan insektisida dengan efek residual terhadap rumah
yang konstruksinya tidak sehat dan rumah yang beratap rumbia untuk membunuh vektor.
Vektor juga dapat dibunuh dengan fumigan yang ditaruh dalam kontainer.
3)Membangun dan memperbaiki lingkungan permukiman untuk menghilangkan tempat
perindukan vektor dan tempat berkembang biaknya binatang reservoir.
4)Gunakan kelambu, pada rumah yang ada vektornya.
5)Lakukan skrining terhadap darah dan organ tubuh dari donor yang pernah tinggal atau
datang/berasal dari daerah-daerah endemis dengan menggunakan tes serologis yang tepat
untuk mencegah penularan melalui tranfusi dan transplantasi, sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku di negara-negara Amerika Selatan. Menambahkan gentian
violet(25 ml gentian violet 5.0% per 500 ml darah 24 jam sebelum digunakan) dapat
mencegah penularan.