proteus sp 1

Upload: dian-nur-rahmawati

Post on 02-Jun-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Proteus Sp 1

    1/10

    BAKTERI APATOGEN

    SALURAN PENCERNAAN

    Proteus Sp

    Oleh :

    1. Arnolda Nengyosepha (P27834113001)

    2. Dhiar Janna Ayu Sekti Putri (P27834113003)

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

    JURUSAN ANALIS KESEHATAN

    PROGRAM STUDI D4 ANALIS KESEHATAN

    2014 2015

  • 8/10/2019 Proteus Sp 1

    2/10

    Flora Normal Proteus sp.

    1. Pengertian Proteus sp.

    Proteus sp. termasuk dalam famili Enterobacteriaceae yang apatogen. Bakteri

    Proteus sp. merupakan bakteri non-fruktosa fermenter, bersifat fakultatif aerob atau

    anaerob.

    2. Klasifikasi Proteus sp.

    Kingdom : Bacteria

    Phylum : Proteobacteria

    Class : Gamma Proteobacteria

    Order : Enterobacteriales

    Family : Enterobacteriaceae

    Genus : Proteus

    Species : Proteus vulgaris

    Proteus morganii

    Proteus mirabilis

    Proteus rittgeri

    Gambar macam species Proteus sp :

    Proteus spProteus vulgaris (flagella)

  • 8/10/2019 Proteus Sp 1

    3/10

    3. Morfologi Proteus sp.

    Bakteri Proteus spp. berbentuk batang, bakteri gram negatif, tidak berspora,

    tidak berkapsul, flagel peritrik, ada yang cocobacilli, polymorph, berpasangan atau

    membentuk rantai, kuman ini berukuran 0,4-0,8 x 1.0-0,3 mm.

    4. Siklus Hidup Proteus sp.

    Proteus sp. merupakan flora normal dari saluran cerna manusia. Bakteri ini

    dapat juga ditemukan bebas di air atau tanah. Proteus sp . sering juga terdapat dalam

    daging busuk dan sampah serta feses manusia dan hewan. Juga bisa ditemukan di

    tanah kebun atau pada tanaman. Jika bakteri ini memasuki saluran kencing, luka

    terbuka, atau paru-paru akan menjadi bersifat patogen karena berada pada lokasi

    yang asing dalam jumlah banyak dan terdapat faktor-faktor predisposisi.

    Macam-macam faktor predisposisi :

    a. Obstruksi intrarenal dan saluran kemih akibat litiasis (laki & wanita)

    b. Neuropati viseral pada diabetes (laki & wanita)

    c. Prostat hipertrofi / keganasan (laki)

    d. Hidroureter akibat progesteron (kehamilan dan kontrasepsi)e. Polikistik (laki & wanita)

    f. Refluk vesiko ureter (laki & wanita)

    g. Instrumentasi selama sistoskopi dan kateterisasi (laki & wanita)

    ISK sering disebabkan mikroorganisme saluran cerna (enterobacteriaceae)

    kembang biak di daerah introitus vaginae dan uretra anterior dan masuk kedalam

    kandung kemih selama miksi. ISK lebih sering pada wanita daripada laki-laki karena

    mempunyai hubungan dengan faktor presipitasi dengan faktor lokal.

    1. Faktor Presipitasi :

    a. uretra lebih pendek

    b. Trauma pada daerah uretra anterior selama partus dan senggama

    c. Kontaminasi transperineal dari rektum (anus)

    d. Pengaruh progesteron selama kehamilan dan pemakaian kontrasepsi menyebabkan

    hidroureter dan hidropelvis.

    Proteus mirabilis (bright fieldmicroscopy)

    Gram-negative rods Proteus morganii

  • 8/10/2019 Proteus Sp 1

    4/10

  • 8/10/2019 Proteus Sp 1

    5/10

    8. Pengobatan

    a) Infeksi Proteus sp. dapat diobati dengan sebagian besar jenis penisilin atausefalosporin kecuali untuk kasus tertentu. Tidak cocok bila digunakan

    nitrofurantoin atau tetrasiklin karena dapat meningkatkan resistensi terhadap

    ampisilin, trimetoprim, dan siprofloksin. Jika terbentuk batu/kristal, dokter

    bedah harus menghilangkan blokade ini dahulu.

    b) Diketahui P. Vulgaris, sensitif terhadap antibiotik berikut: Ciprofloxacin

    Seftazidim Netilmicin Sulbaktam atau Cefoperazo Meropenem Piperasilin / tazobactam Unasyn Unasyn

    Antibiotik harus diperkenalkan dalam dosis yang jauh lebih tinggi

    daripada "normal" ketika P. vulgaris telah terinfeksi jaringan sinus atau pernapasanIE-Ciprofloxacin harus diperkenalkan pada tingkat minimal 2000

    mg per hari secara lisan dalam situasi seperti ini, daripada mg "standar" 1000

    per hari.

    9. Sifat biakkan Mengeluarkan bau khas dan swarming pada media BAP dan menunjukan

    pertumbuhan yang menyebar pada susu 37 o c.

    Proteus sp. membentuk asam dan gas dari glukosa, sifatnya khas antara lain

    mengubah fenil alanin menjadi asam fenil alanin pirufat atau PAD dan

    menghidrolisa urea dangan cepat karena adanya enzim urase pada TSIA

    bersifat alkali asam dengan membentuk H 2s.

    Proteus sp. disebut juga bakteri proteolitik karena bakteri ini ini dapat

    menguraikan dan dapat memecah protein secara aerob / anaerob sehingga

    menghasilkan komponen berbau busuk seperti hidrogen, sulfid, amin, indol,

  • 8/10/2019 Proteus Sp 1

    6/10

    dan asam lemak. Proteus dapat menghidrolisis urea menjado CO 3 dan

    NH 3 serta melepas amoniak.

    10. Media Pembiakan

    Bakteri jenis Proteus tumbuh mudah pada media biasa tanpa bahan

    penghambat, dalam situasi aerob atau semianaerob, pada suhu 10-43C.

    a) Media pemupuk Proteus adalah BHIB (Brain Heart Infusion Broth) yang

    dapat diambil dari pus (nanah).

    b) SSA (salmonella shigella agar), koloni trasparan warna abu-abu kehitaman

    ditengah.

    c) Media NA, pertumbuhan bakteri Proteus yang baik pada media NA memiliki

    ciri-ciri koloni kecil, elevasi cembung, smooth, pinggiran rata, dan berwarna

    putih keruh

    d) BAP (Blood Agar Plate), koloni kecil-sedang, abu-abu, smooth, keping, ada

    yang menjalar dan ada yang tidak menjalar, anhaemolisis.

    e) Mac Conkey Agar Plate , koloni sedang besar, tidak berwarna atau merah

    muda, non lactose fermented, smoot menjalar atu tidak, kalau menjalar

    permukaan koloni rought(kasar).

    f) Uji Biokimia

    Pada uji biokimia bakteri Proteus mampu memecah urea dengan cepat,

    mencairkan gelatin, glukosa dan sukrosa dipecah menjadi asam dan gas,

    mannit dan laktosa tidak pecah. Terlihat pada tes biokimia secara umum :

    Tes positif : Motility, phenilanine atau trypthopan deaminase, methyl red

    tes.

    Tes negatif : ONPG, fermentasi laktose, Voges-proskauer, lysin,

    dekarboxylase, arginine, dihidrolisa, malonate broth.

    Tes kepekaan terhadap polymixin atau colistin: Resisten

    *setelah penanaman pada BHIB sebagai media pemupuk ditunjang dengan

    pewarnaan gram untuk melihat bentuk bakteri dan menentukan bakteri gram

    positif atau gram negatif.

  • 8/10/2019 Proteus Sp 1

    7/10

    Gambar pembiakan Proteus sp

    Uji biokimia untuk Proteus sp

    Gula-gula SCA TSIA indol

    MR Semisolid

    Proteus mirabilis (XLD agar plate) Proteus vulgaris (Mac Conkey )

  • 8/10/2019 Proteus Sp 1

    8/10

    Pengamatan hasil uji biokimia Proteus sp urea VP

    Glukosa (+)Laktosa (-) Manitol (-) Maltosa (-)Sukrosa (-)Urea (-)

    1. TSIA : alkali/alkali/H 2S (++)/ gas(+)2. SCA : (-)3. Indole : (-)4. Semisolid : (+)5. VP : (-)6. Metil red : (+)

    6 25 4 3 1

  • 8/10/2019 Proteus Sp 1

    9/10

    1. Hasil Penanaman TSIA (Triple Sugar Iron Agar) Dasar pada media TSIA mengalami perubahan dari warna merah menjadi

    warna kuning. Hal tersebut menandakan bahwa bakteri mampu

    memfermentasikan glukosa pada media sehingga terbentuk suasana asam.

    Sedangkan pada lereng media tidak mengalami perunahan (tetap berwarna

    merah). Hal tersebut menandakan bahwa bakteri tidak mampu

    menfermentasikan laktosa atau sukrosa atau keduanya sehingga tidak tercipta

    suasana asam.

    Tidak ada endapan hitam pada media yang menandakan bahwa bakteri

    memiliki enzim desulfurase. Enzim tersebut digunakan menghidrolisis asam

    amino dengan gugus samping SH sehingga akan menghasilkan H 2S yang

    bereaksi dengan FeSO 4 dan membentuk endapan hitam FeS.

    Adanya ruangan kosong atau udara pada media menandakan bahwa bakteri

    mampu menghasilkan gas.

    2. Hasil Penanaman Media gula-gula Positif : Hasil positif didapatkan pada beberapa gula-gula yang digunakan

    yaitu glukosa, dan sukrosa. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan

    warna indicator yang terdapat dalam media ini yaitu dari biru menjadi kuning.

    Perubahan warna tersebut disebabkan karena bakteri yang tumbuh di

    dalamnya mampu memfermentasikan gula-gula tersebut berupa produk asam.

    Negatif : Hasil negative diperoleh dari gula-gula seperti laktosa, maltose danmanitol. Hasil negative ditandai dengan tidak adanya perubahan warna pada

    media gula-gula (tetap berwarna biru). Hal tersebut menandakan bahwa

    bakteri tidak mampu memfermentasikan gula-gula tersebut sehingga tidak

    terbentuk suasana asam.

    3. Hasil Penanaman SIM S (sulfur) : Bakteri menghasilkan sulfur. Hal ini ditandai dengan terbentuknya

    endapan hitam pada media, karena bakteri ini mampu mendesulfurasi cysteine yang

    terkandung dalam media SIM.

  • 8/10/2019 Proteus Sp 1

    10/10

    I (indol) : Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media ini

    ditambahkan dengan reagen Covacs. Indol dikatakan posi tif jika terdapat cincin

    merah pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan

    hasil reaksi dari asam amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's.

    Bakteri yang mampu menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan

    asam amino tryptopan sebagai sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol

    negatif (-) sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak menggunakan

    asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.

    M (motility) : Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih di

    sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM merupakan

    media yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini

    menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam proses pertumbuhannya.

    4. Hasil Penanaman media MR : setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media

    berubah menjadi merah (+). Berarti terjadi fermentasi asam campuran (asam laktat,

    asam asetat, dan asam formiat) oleh bakteri.

    5. Hasil Penanaman media VP : setel ah penambahan KOH 10 % dan -naftol 1 %,

    warna media tidak mengalami perunahan (-). Ini disebabkan bakteri tidak

    memfermentasikan butanadiol oleh bakteri.

    6. Hasil Penanaman media Urease : hasil yang didapatkan adalah positif (+) sebab

    terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah muda. Artinya bakteri dapat

    menghidolisis urea dan membentuk ammonia dengan terbentunya wana merah muda

    karena adanya indicator phenol red.

    7. Hasil Penanaman media Simmons Citrate didapatkan hasil positif (+), sebab terjadi

    perubahan warna pada media yakni dari hijau menjadi biru. Ini disebabkan bakteri

    Proteus merupakan salah satu spesies yang menggunakan sitrat sebagai sumber

    karbon untuk metabolisme dengan menghasilkan suasana basa.