makalah resmi mikro codevision avr dan proteus

Upload: cesc-deftone

Post on 08-Feb-2018

463 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    1/52

    Tugas Resmi

    Mikrokontroller

    Disusun Oleh:

    Nama : Febriyanto

    NIM : 121910201012

    Kelas : C

    Prod/Jur : S-1 Elektro

    Dosen : Bambang Supeno, ST.MT

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS JEMBER

    2013

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    2/52

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan dan melimpahkan rezeki serta karunia-Nya sehingga penyusun dapat

    menyelesaikan makalah tugas resmi MIKROKONTROLLERtanpa mengalami

    hambatan.

    Laporan ini disusun sebagai prasyarat telah menempuh mata kuliah

    MIKROKONTROLLER semester ganjil.

    Tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepadasemua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.

    Terutama ucapan ini kami sampaikan kepada semua pembina yang telah

    membimbing kami selama melaksanakan pembelajaran, Serta semua pihak yang

    telah membantu kami yang tidak dapat disebutkan satu persatunya.

    Kami penyusun telah berusaha untuk memberikan yang terbaik, tetapi

    kami sangat menyadari bahwa laporan ini tidak luput dari kesalahan dan masih

    jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kepada para

    pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

    pembangunan dimasa yang akan datang.

    Akhirnya kami berharap semoga makalah yang telah saya buat ini dapat

    bermanfaat khususnya bagi kami penyusun dan umumnya bagi semua pembaca.

    Jember, 29 Desember 2013

    Penyusun

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    3/52

    DAFTAR ISI

    1. Kata Pengantar2. Daftar Isi3. Makalah

    Tugas 1 Mikrokontroller dan Mikroprosesor

    Tugas 2 Running Led

    Tugas 3 Seven Segment

    Tugas 4 Keypad

    Tugas 5 Motor Stepper

    4. Daftar Pustaka

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    4/52

    Tugas 1

    Mikrokontroller

    Mikroprosesor dan Mikrokontroller

    Disusun Oleh:

    Nama : Febriyanto

    NIM : 121910201012

    Kelas : C

    Prod/Jur : S-1 Elektro

    Dosen : Bambang Supeno, ST.MT

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS JEMBER

    2013

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    5/52

    1. Perbedaan Mikroprosesor dan Mikrokontroller

    1.1. Mikroprosesor

    Mikroprosesor merupakan perangkat keras yang tidak bisa bekerja

    tanpa softwere dan mempunyai kemampuan untuk diprogram atau

    program ulang. Misalnya lampu pengatur lalin yang menggunakan

    mikroprosesor bisa diubah set waktunya dengan hanya mengubah

    program, dan bukan rangkaian sirkuitnya.

    1.2. MIKROKONTROLLER

    Mikrokontroller merupakan mikroprosesor yang dikhususkan

    untuk implementasi kendali. Misalnya untuk kendali motor berperan

    sebagai PLC (Programmable Logic Controller), pengaturan pengapian

    pada motor jenis injeksi, gerakan-gerakan pada robot, pengatur besaran,

    suhu, tekanan, kelembaban, lampu lalin, kamera pengintai dan lain-lain.

    Mikrokontroller adalah suatu kombinasi mikroprosesor, piranti I/O

    (Input/Output) dan memori, yang terdiri atas ROM (Read Only Memory)

    dan RAM (Random Access Memory), dalam bentuk keping tunggal

    (single chip).

    2. Kelebihan Dan Kekurangan Mikroprosesor Dan MikrokontrollerAdapun kelebihan dan kekurangan mikroprosesor dan

    mikrokontroller adalah sebagai berikut:

    2.2. KELEBIHAN

    1. Programmable.2. Rangkaian lebih terintegrasi, kompak, sederhana dan lebih mudah

    membuat PCB (Packet Circuit Block).

    3. Pengembangan fleksibel.

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    6/52

    2.3. KEKURANGAN

    1. Kerusakan program menyebabkan sistem macet.2. Tergantung pada softwere.3. Lebih sensitif terhadap derau.4. Cepat usang (obsolete).

    3. Mikrokontroller ATmega8535AT mega8535 adalah mikrokontroller 8 bit buatan ATMEL dengan

    8 KByte System Programable Flash dengan teknologi memori tak

    sumirna(nonvolatile), kepadatan tinggi, dan kompatibel dengan pin out

    dan set instruksi standar industri MCS51 INTEL. Arsitektur yang

    digunakan dengan RISC (Reduce Instruction set in singgle chip).

    3.1. Karakteristik Mikrokontroller Atmega 8535 sebagai berikut :Adapun Beberapa Karakteristik Mikrokontroller

    ATmega8535 antara lain sebagai berikut :

    1. Kompatibel dengan produk keluarga MCS51.2. Dapat digunakannya bahasa C sebagai bahasa

    pemrogramannya.

    3. Programmable Flash Memory sebesar 8 K Byte.4. Memiliki 512 Bytes EEPROM yang dapat diprogram.5. Ketahanan (endurance) : 10.000 siklus tulis/hapus.6. Jangkauan operasi : 4,55,5 Volt.7. Fully Static Operation : 0 Hz16 MHz untuk ATmega8535.8. Dua level Program Memory Lock yaitu flash program dan

    EEPROM data seccurity.

    9. RAM Internal 128 X 8 bit.10.Memiliki 32 jalur I/O yang dapat diprogram.11.Satu pencacah 8 bit dengan separate prescaler.

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    7/52

    3.2. Susunan Kaki Mikrokontroler ATmega8535

    Bentuk kemasan dan susunan kaki-kaki mikrokontroler dari

    ATmega8535 diperlihatkan seperti padaGambar berikut:

    3.3. Fungsi dari kaki-kaki Mikrokontroler ATmega8535,antara lain:

    1. VCC (kaki 40) dihubungkan ke Vcc.2. GND (kaki 20) dihubungkan ke ground.3. PortA (PA7..PA0) (kaki 32-39) merupakan port 8 bit dua arah

    (bidirectional) I/O. Port ini berfungsi sebagai port data/alamat

    I/O ketika menggunakan SRAM eksternal.

    4. Port B (PB7..PB0) (kaki 1-8) merupakan port 8 bit dua arah(bidirectional) I/O, untuk berbagai keperluan (multi purpose).

    5. Port C (PC7..PC0) (kaki 21-28) adalah port 8 bit dua arah I/O,dengan internal pull-up resistor. Port C ini juga berfungsi

    sebagai port alamat ketika menggunakan SRAM eksternal.

    6. Port D (PD7..PD0) (kaki 10-17) adalah port 8 bit dua arah I/Odengan resistor pull-up internal. Port D juga dapat berfungsi

    sebagai terminal khusus.

    7. Reset (kaki 9) ketika kondisi rendah rendah yang lebih lamadari 50 nS mikrokontroler akan reset walaupun detak tidak

    berjalan.

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    8/52

    8. XTAL1 (kaki 19) masukan bagi penguat osilator terbalik danmasukan bagi rangkaian operasi detak internal.

    9. XTAL2 (kaki 18) keluaran dari penguat osilator terbalik.10.ICP (kaki 31) adalah masukan bagi masukan fungsi Capture

    Timer/counter1.

    11.OC1B (kaki 29) adalah kaki keluaran bagi fungsi OutputCompareB keluaran Timer/Counter1.

    12.ALE (Address Latch Enable) (kaki 30) digunakan ketikamenggunakan SRAM eksternal. Kaki ini digunakan untuk

    mengunci 8 bit alamat bawah pada saat siklus akses pertama,

    dan berfungsi sebagai port data pada siklus akses kedua.

    3.4. Blok Diagram dan Arsitektur ATmega8535

    ATmega8535 mempunyai 32 general purpose register

    (R0..R31) yang terhubung langsung dengan Arithmetic Logic

    Unit (ALU), sehingga register dapat diakses dan dieksekusi hanya

    dalam waktu satu siklus clock. ALU merupakan tempatdilakukannya operasi fungsi aritmetik, logika dan operasi bit. R30

    disebut juga sebagai Z-Register, yang digunakan sebagai register

    penunjuk pada pengalamatan tak langsung. Didalam ALU terjadi

    operasi aritmetik dan logika antar register, antara register dan

    suatu konstanta, maupun operasi untuk register tunggal (single

    register). Berikut arsitekturnya yang ditunjukkan blok diagram

    pada gambar berikut:

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    9/52

    3.5. Organisasi Memori

    AVR menggunakan arsitektur Harvard, sehingga

    memisahkan memori serta bus data dengan program. Program

    ditempatkan Flash Memory, sedangkan memori data terdiri dari

    32 buah register serbaguna, 64 register serbaguna, 512 bytes

    internal SRAM dan 64 Kbytes SRAM eksternal yang dapat

    ditambahkan Berdasarkan fungsinya terdapat 4 macam memori

    pada ATmega8535.

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    10/52

    3.6. Memori Program

    ATmega8535 mempunyai kapasitas memori program

    sebesar 8 Kbytes. Karena semua format instruksi berupa kata

    (word), Format word yang biasa digunakan adalah 16 atau 32 bit.

    Pada ATmega8535 ini format memori program yang digunakan

    adalah 16 bit, sehingga format memori program yang digunakan

    adalah 4Kx16bit. Memori Flash ini dirancang untuk dapat di

    hapus dan tulis sebanyak seribu kali. Program Counter (PC)-nya

    sepanjang 12 bit, sehingga mampu mengakses hingga 4096

    alamat program memori. Memori program pada ATmega8535.

    Setelah reset CPU memulai eksekusi dari lokasi 0000h. Setiap

    interupsi mempunyai lokasi tetap dalam memori program.

    Interupsi menyebabkan CPU melompat ke lokasi tersebut dimana

    pada lokasi tersebut terdapat subrutin yang harus dilaksanakan.

    Berikut merupakan gambar dari bagian bawah memori

    program:

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    11/52

    Tugas 2

    Mikrokontroller

    Running LED

    Disusun Oleh:

    Nama : Febriyanto

    NIM : 121910201012

    Kelas : C

    Prod/Jur : S-1 Elektro

    Dosen : Bambang Supeno, ST.MT

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS JEMBER

    2013

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    12/52

    Program dari ruangkaian running LED diatas:

    /*****************************************************

    Chip type : Atmega8535

    Program type : Application

    AVR Core Clock frequency : 12,000000 MHz

    Memory model : Small

    External RAM size : 0

    Data Stack size : 128

    *****************************************************/

    #include

    #include

    while (1)

    FILE NAME:

    BY:

    DATE:

    PAGE:

    running led versi febriyanto.DSN

    30/11/2013

    A B C D E F G H J K

    A B C D E F G H J K

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9E:\FCB\mari belajar yuk\data semester 3\microcontroller\tugas CPATH:

    1 of 1

    REV: TIME: 13:28 :01

    DESIGN TITLE: RUNNING LED

    PC6/TOSC1 28

    PC5 27

    PC4 26PC3

    25PC2

    24PC1/SDA

    23PC0/SCL

    22

    PC7/TOSC2 29

    PA6/ADC6 34

    PA5/ADC5 35

    PA4/ADC4 36

    PA3/ADC3 37

    PA2/ADC2 38

    PA1/ADC1 39

    PA0/ADC0 40

    PA7/ADC7 33

    PB6/MISO7

    PB5/MOSI6

    PB4/SS5

    PB3/AIN1/OC04

    PB2/AIN0/INT23

    PB1/T12

    PB0/T0/XCK1

    PB7/SCK8

    PD6/ICP120

    PD5/OC1A19

    PD4/OC1B18 PD3/INT1

    17PD2/INT0

    16PD1/TXD

    15PD0/RXD

    14

    PD7/OC221

    RESET9

    XTAL113

    XTAL212

    AVCC 30

    AREF 32

    U1

    ATMEGA8535

    1B1

    2B2

    3B3

    4B

    4

    5B5

    6B6

    7B7

    8B8

    1C 18

    2C 17

    3C 16

    4C

    15

    5C 14

    6C 13

    7C 12

    8C 11

    COM 10

    U2

    ULN2803

    R2 330R

    VCC

    R3 330R

    R4 330R

    R5 330R

    R6 330R

    R7 330R

    R8 330R

    R9 330R

    D9

    LED

    D13

    LED

    VCC

    RUNNING LED

    Rangkaian ini menggunakan mikrokontroler

    ATMEGA8535 untuk mengontrol 8 LED.

    LED yang dihubungkan pada PortC

    akan menyala secara bergantian dalam

    interval waktu tertentu. LED akan menyala

    bila diberi logika "1".

    1B1

    2B2

    3B3

    4B4

    5B5

    6B6

    7B7

    8B8

    1C 18

    2C 17

    3C 16

    4C 15

    5C 14

    6C 13

    7C 12

    8C 11

    COM 10

    U3

    ULN2803

    R17 330R

    VCC

    R15 330R

    R16 330R

    R14 330R

    R13 330R

    R12 330R

    R11 330R

    R10 330R

    D1

    LED

    D5

    LED

    VCC

    D2

    LED-YELLOW

    D3

    LED-YELLOW

    D4

    LED-YELLOW

    D6

    LED-YELLOW

    D7

    LED-GREEN

    D8

    LED-GREEN

    D10

    LED-GREEN

    D11

    LED-GREEN

    D12

    LED-BLUE

    D14

    LED-BLUE

    D15

    LED-BLUE

    D16

    LED-BLUE

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    13/52

    {

    PORTC=0b00010001;

    delay_ms(606);

    PORTC=0b00100010;

    delay_ms(605);

    PORTC=0b01000100;

    delay_ms(604);

    PORTC=0b10001000;

    delay_ms(603);

    PORTC=0b00010001;

    delay_ms(602);

    PORTC=0b00100010;

    delay_ms(601);

    PORTC=0b01000100;

    delay_ms(600);

    PORTC=0b10001000;

    delay_ms(599);

    }

    }

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    14/52

    Tugas 3

    Mikrokontroller

    Seven Segment

    Disusun Oleh:

    Nama : Febriyanto

    NIM : 121910201012

    Kelas : C

    Prod/Jur : S-1 Elektro

    Dosen : Bambang Supeno, ST.MT

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS JEMBER

    2013

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    15/52

    1. Sekilas Seputar Seven SegmentSeven-segment, biasanya dikenal sebagai suatu seven-segment

    indikator, adalah suatu format dari alat tampilan yang suatu alternative ke

    dot-matrix tampilan yang semakin kompleks. Seven-Segment adalah

    biasanya digunakan di dalam elektronika sebagai metoda dari

    mempertunjukkan umpan balik klasifikasi sistim decimal dengan operasi

    yang internal tentang alat. 7 segmen diatur sebagai segiempat panjang dari

    dua segmen yang vertikal pada [atas] masing-masing sisi dengan satu

    segmen yang horizontal di bagian atas dan alast. Apalagi, segmen yang

    ketujuh membagi dua bgian segiempat panjang secara horizontal.

    Berikut gambar rangkaian dari seven segment menggunakanproteus 7.10 dan codevision AVR sebagai pemrogramannya:

    Program dari rangkaian seven segment diatas:

    /*****************************************************

    Chip type : ATmega8535

    Program type : Application

    PC6/TOSC128

    PC527

    PC426

    PC325

    PC224

    PC1/SDA23

    PC0/SCL22

    PC7/TOSC229

    PA6/ADC634

    PA5/ADC535

    PA4/ADC436

    PA3/ADC337

    PA2/ADC238

    PA1/ADC139

    PA0/ADC040

    PA7/ADC733

    PB6/MISO7

    PB5/MOSI6

    PB4/SS5

    PB3/AIN1/OC04

    PB2/AIN0/INT23

    PB1/T12

    PB0/T0/XCK1

    PB7/SCK8

    PD6/ICP120

    PD5/OC1A19

    PD4/OC1B18

    PD3/INT117

    PD2/INT016

    PD1/TXD15

    PD0/RXD14

    PD7/OC221

    RESET9

    XTAL113

    XTAL212

    AVCC30

    AREF32

    U1

    ATMEGA8535

    OFF ON1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    DSW1

    DIPSWC_8

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    1

    RP1

    330

    1B1

    2B2

    3B3

    4B4

    5B5

    6B6

    7B7

    8B8

    1C18

    2C17

    3C16

    4C15

    5C14

    6C13

    7C12

    8C11

    COM10

    U2

    ULN2803

    R1

    330

    R2

    330

    R3

    330

    R4

    330

    R5

    330

    R6

    330

    R7

    330

    R8

    330

    D1

    LED-BLUE

    D2

    LED-BLUE

    D3

    LED-BLUE

    D4

    LED-BLUE

    D5

    LED-BLUE

    D6

    LED-BLUE

    D7

    LED-BLUL -

    X1

    CRYSTAL

    C1

    22pF

    C2

    22pF

    R9

    10k

    C3

    10uF

    c

    b

    a

    1 2 3 4 5

    c b a

    1

    2

    3

    4

    5

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    16/52

    AVR Core Clock frequency: 4.000000 MHz

    Memory model : Small

    Data Stack size : 128

    *****************************************************/

    #include

    #include

    unsigned int satuan, puluhan, ratusan;

    unsignedcharbil[10]={0x3f,0x06,0x5b,0x4f,0x66,0x6d,0x7d,0x07,0x7f,0x

    6f},nama[5]={0x71,0x79,0x7c,0x50,0x30};

    void main(void)

    while (1)

    {

    PORTC=PINB;

    satuan=PINB%10;

    puluhan=(PINB/10)%10;

    ratusan=(PINB/100)%10;

    PORTD=0b11111110;

    PORTA=bil[satuan];

    delay_ms(1);

    PORTD=0B11111101;

    PORTA=bil[puluhan];

    delay_ms(1);

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    17/52

    PORTD=0b11111011;

    PORTA=bil[ratusan];

    delay_ms(1);

    PORTD=0B11110111;

    PORTA=nama[0];

    delay_ms(1);

    PORTD=0B11101111;

    PORTA=nama[1];

    delay_ms(1);

    PORTD=0B11011111;

    PORTA=nama[2];

    delay_ms(1);

    PORTD=0B10111111;

    PORTA=nama[3];

    delay_ms(1);

    PORTD=0B01111111;

    PORTA=nama[4];

    delay_ms(1);

    }

    }

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    18/52

    Tugas 4

    Mikrokontroller

    Keypad

    Disusun Oleh:

    Nama : Febriyanto

    NIM : 121910201012

    Kelas : C

    Prod/Jur : S-1 Elektro

    Dosen : Bambang Supeno, ST.MT

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS JEMBER

    2013

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    19/52

    Keypad dengan Teknik DTMF

    1. Definisi DTMF (Dual Tone Multi Frekuency)DTMF (Dual Tone Multi Frekuency) adalah teknik mengirimkan

    angka-angka nomor telephon yang dikodekan dengan 2 nada yang dipilih

    dari 8 buah frekuensi yang telah ditentukan. Delapan frekuensi tersebut

    adalah 697 hz, 770 hz, 852 hz, 941 hz, 1209 hz, 1336 hz, 1477 hz dan

    1633 hz. Sebagai contoh jika tombol 1 maka angka 1 dikodekan dengan

    697 hz dan 1209 hz, dan angka 9 dikodekan dengan 852 hz dan 1477 hz.

    Teknik dtmf mungkin memliki banyak keunggulan dibanding dengan cara

    memutar piringan angka,tapi secara teknis lebih sulit diselesaikan

    decoding sinyalnya. Dimana alat pengirim kode dtmf merupakan 8

    rangkaian oscilator yang masing-masing membangkitkan frekuensi unik.

    Multiple frequency adalah suatu teknik dari proses signaling dimana

    menggunakan campuran dari dua buah sinyal (sine wave sound). Pada

    awalnya metode ini dikembangkan oleh bell system and CCITT. Dimana

    penggunaannya diperuntukan sebagai penentu tujuan antar publik

    switching pada sistem telepon jarak jauh. Ternyata dengan metode ini

    dapat menambah kecepatan dan efisiensi layanan telepon saat itu.teknologi

    dtmf atau yang dikenal dengan touch-tone pertama kali dipergunakan

    secara komersil oleh at&t sebuah perusahan telekomunikasi di amerika

    pada 5 juli 1960. Yang dituangkan dalam publikasinya pada buletin

    no.105 at&t berjudul a method for pushbutton signaling from

    customerstation using the voice transmission path. Kemudian

    perkembangan selanjutnya banyak vendorain menggunakan teknologi ini

    dalam aplikasi telepon mereka. Dikarenakan kekhawatiran akan adanyan

    interferensi sinyal antar pengguna telepon yang menggunakan konsep

    multiple frequency, maka di buatlah berbagai aturan dan protokol untuk

    itu seperti : mf/r1,r2,ccs4,ccs5,ss7, hingga terakhir disepakati itu-t q.23.

    Jadi dapat kita ketahui bahwa keypad merupakan suatu tombol perintah

    hasil representasi dari pemanfaatan frekuensi pada teknologi DTMF

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    20/52

    dimana menjumlahkan frekuensi tinggi dengan frekuensi rendah

    berdasarkan kode-kode tertentu.

    2. DTMF (Dual Tone Multiple Frequency Signal)

    2.1 Cara Kerja

    Setelah beralih ke teknologi digital , proses dialing nomor telepon

    tidak lagi dengan memutar piringan angka, namun dengan cara menekan

    tombol-tombol angka. Diilustrasikan sebagai berikut, ketika kita

    menekan tombol pada keypad telepon, sebuah hubungan terjadi karena

    gabungan atau penjumlahan dua buah sinyal suara pada saat bersamaan.

    Penjumlahan sinyal frekuensi tersebut disebut dual tone multiple

    frequency. Dimana sinyal ini identik dan unik.DTMF sinyal adalah

    penjumlahan dua buah sinyal audio frekwensi yang berbeda, dimana

    dapat direpresentasikan sebagai persamaan aljabar :

    Dimana setiap grup frekuensi terdiri dari empat frekuensi , empat

    frekuensi tinggi dan empat frekuensi rendah. Sedangkan a dan b

    merepresentasikan nilai amplitudo dari masing-masing frekuensi.

    Dimana setiap tombol yang ditekan merupakan hasil dari penjumlahan

    satu frekuensi tinggi dan satu frekuensi rendah yang menghasilkan

    sebuah sinyal dtmf yang merupakan representasi dari tombol tersebut.

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    21/52

    Sebagai ilustrasi ketika user menekan tombol nomor telepon

    pada keypad pesawat teleponmaka setiap tombol tersebut akan

    menghasilkan sinyal dtmf dari penjumlahan dua buah frekwensi yang

    merepresentasikan masing-masing tombol. Misalnya user menekan

    tombol 5 pada keypad, maka terjadi penjumlahan sinyal suara dari

    frekuensi tinggi (1336hz) dan frekuensi rendah (770hz). Maka akan

    terjadi penjumlahan sinyal frekuwnsi dengan persamaan :

    Kemudian sinyal dtmf tersebut mengalir melewati kabel dan

    menuju kepada server telepon, kemudian server mengidentifikasi sinyal

    tersebut dan melihat nomor tujuan lalu membangun hubungankomunikasi dengan user penerima.kemudian masing-masing dapat saling

    berkomunikasi. Sedangkan besarnya amplitudo pada sinyal dtmf yang

    merupakan hasil penjumlahan dua buah frekwensi tersebut berkisar

    antara :

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    22/52

    Dimana biasanya pada suatu grafik frekwensi, garis y disebut

    amplitudo dengan besaran v (voltase) dan garis y merepresentasikan

    waktu (t).teknik dtmf mempunyai banyak keuntungan dibanding dengan

    memutar piringan angka, tetapi secara teknis lebih sulit. Alat pengirim

    kode dtmf merupakan 8 rangkaian oscilator yang masing-masing

    membangkitkan frekuensi diatas, ditambah dengan rangkaian pencampur

    frekuensi untuk mengirimkan 2 nada yang terpilih. Sedangkan penerima

    kode lebih rumit lagi, dibentuk dari 8 filter yang tidak sederhana dan

    rangkaian tambahan lainnya.

    2.2 Rangkaian Pembuat DTMF

    2.2.1. DTMF signal generation

    Untuk membuat sistem kerja dtmf untuk kontrol

    sistem pada telepon biasanya digunakan ic (um-91214,um-

    91214b,dll). Dimana ic ini dapat merepresentasikan setiap

    frekuensi pada tombol, dikarenakan ic tersebut mampumemuat representasi array empat baris dan tiga kolom, sama

    seperti keypad telepon.

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    23/52

    Dapat dilihat pada gambar rangkaian tersebut, sisi

    inputan pada ic um-91214 ada pada pin 12-14 menghasilkan

    frekuensi tinggi pada grup kolom, sedangkan pin 15-18

    menghasilkan frekuensi rendah pada grup baris. Sedangkan

    untuk output ada pada pin 7, sebagai tempat keluar sinyal

    dtmf hasil penjumlahan frekuensi, yang nantinya akan

    dikirim kepada sistem kontrol server melalui kabel.untuk

    menghasilkan sinyal yang hasilnya tepat, maka diperlukan

    beberapa komponen dan properti tambahan pada rangkaian,

    yaitu berupa crystal oscillator 3,58 mhz yang dihubungkan

    pada pin 3 dan 4 sehingga dapat menjadi bagian dari

    oscillator internal. Sedangkan untuk sumber daya ic ini

    membutuhkan tegangan sebesar 3 v. Dimana biasanya

    disupply dari sebuah zener diode berkapasitas 3,2 v. Diode

    ini berfungi sebagai penstabil tegangan pada rangkaian.

    2.2.2 DTMF decoder

    Pada sisi penerima telepon, sistem rangkaian dtmf

    akan menganalisa nilai dari sinyal dtmf yang masuk.

    Rangkaian decoder ini intinya ada pada ic mt-8870/ ic kt-

    3170 / ic mt-8888, dengan cara kerja sebagai penerjemah

    sinyal yang datang dari kabel telepon menjadi sebuah nilai

    bcd (binary code-decimal). Prinsip kerjanya adalah

    memisahkan sinyal dtmf atas frekuensi rendah dan frekuensi

    tinggi, kemudian masing-masing sinyal tersebut diproses

    secara terpisah dengan membandingkan frekuensi masukan

    dengan clock referensi yang ada pada rangkaian ic. Pokok

    permasalahan yang perlu diperhatikan adalah toleransi

    kecacatan sinyal karena noise atau gangguan lain yang

    mengakibatkan kesalahan pembacaan sinyal.pada ic mt-8870

    menggunakan crystal oscillator dengan frkwensi 3,85 mhz. Ic

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    24/52

    ini menggunakan prinsip kerja bandpass filter. Hal ini

    dikarenakan fungsinya yang dapat melewatkan sinyal yang

    frekwensinya berada pada batas yang ditentukan. Sehingga

    dapat dipisahkan mana sinyal dengan frekwensi rendah, dan

    mana sinyal dengan frekwensi tinggi. Sedangkan pada bagian

    decodernya mampu mendeteksi dan merubah semua

    pasangan frekwensi sinyal dtmf menjadi 4-bit code.

    Kemudian dapat menentukan frekuensi dari batas suara yang

    ada dan memeriksa dengan frekwensi dtmf standar.untuk

    komponen eksternal yang dibutuhkan diantaranya adalah

    crystal oscillator 3,58 mhz, timing resistor, dan timing

    capasitor.

    Kelompok frekwensi rendah dan tinggi dipisahkan

    dengan memasukan sinyal dtmf kedalam input dari dua

    6thorders switched capacitor bandpass filter dengan batasan

    nilai yang sesuai dengan nilai grup sinyal frekwensi. Filter

    ini juga menyertakan bentuk frekuensi 350 hz dan 440 hz

    untuk penolakan call tone bila terjadi kesalahan. Kemudian

    masing-masing keluaran dari filter dimasukan kepada switch

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    25/52

    order tunggal pada bagian kapasitor filter, untuk

    memperlancar sinyal masukan sebelum dipartisi. Caranya

    dengan membandingkan sinyal dengan high-gain comparator

    dengan hysteresis untuk mencegah adanya sinyal-sinyal

    yang tidak diinginkan atau noise.kemudian ketika detector

    mengenali adanya sinyal yang sesuai dengan standar,maka

    detector akan menaikan early steering flag (est). Namun jika

    detector tidak megenali adanya sinyal yang sesuai maka est

    akan turun. Proses mengenali sinyal yang sesuai yaitu dengan

    memeriksa delay dari sinyal yang masuk ke decoder pada

    eksernal rc time (resistor and capacitor time). Jika delaynya

    sebentar atau sedikit, maka akan menaikan est dan berlaku

    sebaliknya jika delaynya lama maka akan menurunkan est.

    Hal ini berdampak pada proses pengkodean pada rangkaian.

    Jika est naik maka control output akan merepresentasikan

    sebagai nilai logika tinngi (1) dan sebaliknya jika est turun

    maka control output akan merepresentasikan nilai logika (0).

    Kemudian rangkaian 4-bit tersebut direpresentasikan sebagai

    nilai pada tombol keypad.

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    26/52

    Berikut adalah salah satu contoh rangkaian dtmf

    decoder yang biasa digunakan.

    Pada rangkaian penerima dtmf yang dibangun dengan

    at89c2051 dan mt8870 ini terlihat bahwa at89c2051

    dilengkapi xtal y2 (12 mhz) ditambah kapasitor c3 dan c4membentuk rangkaian oscilator, dilengkapi pula dengan

    rangkaian reset yang dibentuk dengan c5 dan r4, kedua

    rangkaian ini merupakan rangkaian baku at89c2051.mt8870

    dilengkapi dengan xtal y1 (3.579545 mhz), c2 dan r3 dipakai

    untuk menentukan waktu minimal untuk mengenali nada

    dtmf yang diterima, rangkaian penguat sinyal dtmf dibentuk

    dengan r1, c1 dan r2. Nilai-nilai komponen ini langsung

    diambil dari lembaran data (data sheet) mt8870 yang sudah

    disesuaikan dengan karakteristik sinyal dtmf pada umumnya.

    Std (delayed steering - kaki 15 mt8870) merupakan output

    yang menandakan mt8870 mempunyai data dtmf baru yang

    bisa diambil. Saat tidak ada nada dtmf kaki std=0, jika

    sinyal yang masuk mt8870 mengandung nada dtmf dan

    nada itu lamanya melebihi konstanta waktu yang ditentukan

    oleh c2 dan r3, std akan menjadi 1 memberitahu

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    27/52

    at89c2051 bahwa ada data di d0..d3 (kaki 11 sampai dengan

    14 mt8870) yang bisa di ambil. Sinyal std akan tetap bertahan

    =1 manakala nada dtmf masih ada. Dalam gambar, std

    dipantau lewat kaki p1.7 at89c2051.toe (tristate ouput enable

    - kaki 10 mt8870) merupakan input untuk mengatur data di

    d0..d3, jika toe=0 rangkaian output d0..d3d0..d3 tidak

    digabungkan dengan jalur data peralatan lainnya, kaki toe

    bisa saja dihubungkan ke 1. Akan mengambang (high

    impedance state) sehingga data tidak bisa diambil. Jika dalam

    gambar, toe di kendalikan dengan kaki p1.6at89c.

    Gambar tabel representasi sinyal dtmf ke biner 4-bit

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    28/52

    2.3 Aplikasi DTMF

    2.3.1 DTMF Pada Pesawat Telepon

    Pada tahun 1940-1n bell laboratories berhasil

    mengembangkan sistem pensinyalan touch tone dialing

    dengan membangkitkan nada sebagai pengganti sistem

    pendialan pulsa pada pesawat telepon model lama yang

    menggunakan cakram. Teknik dan prinsip kerja sama seperti

    penjelasan diatas. Dimana masing-masing tombol pada

    keypad di representasikan sebagai spenjumlahan dua buah

    sinyal frekuensi.

    2.3.2 Pengolahan Data Keluaran DTMF Decoder

    Untuk mengendalikan peralatan listrik

    memanfaatkan prinsip kerja dari dtmf untuk mengendalikan

    peralatan listrik yang ada di rumah. Dengan tambahan

    aplikasi sms, maka handphone yang ditambahi dengan ic

    dtmf decoder mampu mengendalikan sistem perangkat

    listrik di rumah. Sehingga memungkinkan pengguna

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    29/52

    mengendalikan alat listrik dimana saja dan kapan saja.

    Proses kerja secara garis besar adalah ketika program

    dijalankan user, maka program mulai melakukan proses

    pembacaan nilai dtmf. Selanjutnya nilai dtmf tersebut

    dibandinkan dengan nilai referensi yang ada pada sistem.

    Setelah nilainya sesuai maka dimulai proses pengendalian

    peralatan listrik sesuai dengan nilai dtmf yang

    direpresentasikan oleh peralatan tersebut. Misalnya nilai 1

    untuk mematikan lampu dan sebagainya. Pegembangan

    teknologi dtmf sangat luas, dan banyak digunakan sebagai

    bagian dari fungsi kontrol suatu sistem dalam kehidupan

    sehari-hari.

    2.4 Regulasi Tentang DTMF

    a) Pengaturan mengenai sistem dan spesifikasi dari dtmf sudahdibuat dalam itu-telecommunication recomendation series q-23,

    yang kemudian di ratifikasi oleh depkominfo melalui dirjen postel

    dalam suatu peraturan sebagai berikut.

    b) Pengkodean sinyal register dtmf untuk pelanggan analog :pemakaian dtmf sebagai sinyal register untuk pelanggan analog

    diatur dalam itu-telecomunication recommendation series q-23.

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    30/52

    Sedangkan standar Dial DTMF adalah saat dimana nada

    selama tombol telepon ditekan, tak perduli berapa lamanya, nada

    dikodekan sebagai satu digit. Pengiriman digit dalam durasi yang

    pendek 100 ms dapat juga dilakukan, tapi tidak oleh tangan

    manusia karena hal tersebut tidak mungkin, dan hanya dilakukan

    dengan cara otomatis.

    2.6 DTMF In Labview

    Pada labview aplikasi DTMF masuk kedalam pokok bahasan dari

    dsp(digital signal processing). Pada labview, dtmf di representasikan

    dengan algoritma goertzel. Dimana algoritma ini diasumsikan lebih

    efisien dari fft (fast fouier transform) algorithm dalam implementasi

    dtmf berdasarkan jumlah opersai pembentuknya, kecepatan eksekusi

    dan alokasi memori. Namun tidak seperti fft algorithm, goertzel tidak

    mengijinkan adanya inputan dari seluruh data. Jadi hanya

    mengeksekusi data-data yang ditentukan saja. Oleh karenanya

    algoritma goertzel digunakan pada aplikasi dtmf yang mana memiliki

    nilai frekuensi yang tetap. Algoritma goertzel pertama kali

    dipublikasikan oleh dr.gerald goertzel pada tahun 1985.perasamaan

    dari algoritma goertzel filter adalah sebagai berikut :

    Fs adalah nilai frekuensi yang diambil, sedangkan adalah

    frekuensi sampling.

    Pada algoritma goertzel yang digunakan sebagai filter pada dtmf

    Detection adalah magnitude square output :

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    31/52

    Dimana nilai koefisien dari dipilih dari nilai sinyal

    frekuensi dtmf sebagai berikut :

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    32/52

    Penjelasan dari flowchart :

    1. ketika sinyal suara dtmf diterima oleh device, maka terdapatdua buah nilai frekuensi komponen yaitu 679, 770, 852, 941,

    1209,1336, 1447 hz.

    2. gunakan algoritma goertzel untuk mencari nilai rkrusif darisunyaltersebut. Yang mana berkorespodensi dengan nilai

    frekuensi standar.

    3. kemudian hitung nilai dari frekuensi index-nya (k) yangberdasarkan kepada nilai dari frekuensi sampling(fs) dan

    ukuran data (n). Dimana nilai dari fs= 8000hz dan n=205.

    4. kemudian nilai yang didapat dibandingkan dengan nilaitreshold yang ada pada decoder. Dimana nilai treshold

    merupakan penjumlahan dari seluruh spectral frequency dari

    tujuh frekwensi dtmf dibagi 4. Dimana nilai treshold yang

    ideal adalah dari nilai individual spectral.

    5.jika nilai spectral frequeny lebih besar dari nilai tresholdnyamaka pada output operation akan bernilai logic 1 dan selain itu

    bernilai logic 0.

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    33/52

    3. Penutup

    3.1 Kesimpulan

    Teknologi dtmf merupakan aplikasi yang memanfaatkan

    penjumlahan frekuensi untuk dapat merepresentasikan suatu

    tombol (pada keypad). Dengan adanya DTMF proses signaling

    pada telepon switching menjadi lebih cepat dan efisien daripada

    dengan metode rotary dial. Selain itu dtmf ternyata dapat

    dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi yang melibatkan sistem

    kontrol dengan bantuan alat lain misalnya mikrokontroler.

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    34/52

    Berikut gambar rangkaian dari seven segment menggunakan

    proteus 7.10 dan codevision AVR sebagai pemrogramannya:

    *****************************************************

    Chip type : ATmega8535

    Program type : Application

    AVR Core Clock frequency : 8,000000 MHz

    Memory model : Small

    External RAM size : 0

    Data Stack size : 128

    *****************************************************/

    #include

    #include

    // Alphanumeric LCD functions

    #include

    #include

    PC6/TOSC1 28

    PC5 27

    PC4 26

    PC3 25

    PC2 24

    PC1/SDA 23

    PC0/SCL 22

    PC7/TOSC2 29

    PA6/ADC6 34

    PA5/ADC5 35

    PA4/ADC4 36

    PA3/ADC3 37

    PA2/ADC2 38

    PA1/ADC1 39

    PA0/ADC0 40

    PA7/ADC7 33

    PB6/MISO7

    PB5/MOSI6

    PB4/SS5

    PB3/AIN1/OC04

    PB2/AIN0/INT23

    PB1/T12

    PB0/T0/XCK1

    PB7/SCK8

    PD6/ICP120

    PD5/OC1A19

    PD4/OC1B18

    PD3/INT117

    PD2/INT016

    PD1/TXD15

    PD0/RXD14

    PD7/OC221

    RESET9

    XTAL113

    XTAL212

    AVCC 30

    AREF 32

    U2

    ATMEGA8535

    PB0

    PB1

    PB2

    PB3

    PB4

    PB5

    PB6

    PB7

    PD0

    PD1

    PD2

    PD3

    PD4

    PD5

    PD6

    PD7

    PA0

    PA1

    PA2

    PA3

    PA4

    PA5

    PA6

    PA7

    PC0

    PC1

    PC2

    PC3

    PC4

    PC5

    PC6

    PC7

    XTAL1

    XTAL2

    RESET

    1 2 3

    4 5 6

    7 8 9

    0 #

    1 2 3

    A

    B

    C

    D

    PA2

    PA1

    PA0

    PA3

    PA4

    PA5

    PA6

    D7

    14

    D6

    13

    D5

    12

    D4

    11

    D3

    10

    D2

    9

    D1

    8

    D0

    7

    E

    6

    RW

    5

    RS

    4

    VSS

    1

    VDD

    2

    VEE

    3

    PD7

    PD6

    PD5

    PD4

    PD2

    PD1

    PD0

    X1CRYSTAL

    C1

    22pF

    C2

    22pF

    XTAL1

    XTAL2

    +88

    .81B

    11C

    16

    2B2

    2C 15

    3B3

    3C 14

    4B4

    4C 13

    5B5

    5C 12

    6B6

    6C 11

    7B7

    7C 10

    COM 9

    U1

    ULN2003A

    PC0

    PC1

    PC3

    PC2

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    35/52

    // Declare your global variables here

    unsigned char buf[33], pencet, kecepatan[11]={100, 90, 80, 70, 60,

    50, 40, 30, 20, 10, 0};

    int temp, mode = 0;

    int kecepatanku = 5;

    char anu;

    void kepet (void){

    DDRA = 0b00000111;

    PORTA = 0b11111110;

    switch(PINA)

    {

    case 0b11110110: pencet='1'; delay_ms(100);break;

    case 0b11101110: pencet='4'; delay_ms(100);break;

    case 0b11011110: pencet='7'; delay_ms(100);break;

    case 0b10111110: pencet='*'; delay_ms(100);break;

    }

    //delay_ms(100);

    DDRA = 0b00000111;

    PORTA = 0b11111101;

    switch(PINA){

    case 0b11110101: pencet='2'; delay_ms(100);break;

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    36/52

    case 0b11101101: pencet='5'; delay_ms(100);break;

    case 0b11011101: pencet='8'; delay_ms(100);break;

    case 0b10111101: pencet='0'; delay_ms(100);break;

    }

    //delay_ms(100);

    DDRA = 0b00000111;

    PORTA = 0b11111011;

    switch(PINA){

    case 0b11110011: pencet='3'; delay_ms(100);break;

    case 0b11101011: pencet='6'; delay_ms(100);break;

    case 0b11011011: pencet='9'; delay_ms(100);break;

    case 0b10111011: pencet='#'; delay_ms(100);break;

    }

    //delay_ms(100);

    }

    void main(void)

    lcd_init(16);

    lcd_clear();

    lcd_gotoxy(0,0);

    lcd_putsf("Demo keypad dan");

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    37/52

    lcd_gotoxy(0,1);

    lcd_putsf("stepper oleh");

    delay_ms(100);

    lcd_clear();

    lcd_gotoxy(0,0);

    lcd_putsf("Awang Karisma");

    lcd_gotoxy(4,1);

    lcd_putsf("121910201069");

    delay_ms(100);

    while (1)

    {

    // Place your code here

    kepet();

    while(mode!='4' && mode!='6'){

    kepet();

    lcd_clear();

    lcd_gotoxy(0,0);

    lcd_putsf("Arah stepper:");

    lcd_gotoxy(0,1);

    sprintf(buf, "(4:%c, 6:%c) : %c", 0b01111111,0b01111110,

    pencet);

    lcd_puts(buf);

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    38/52

    if(pencet=='5'){mode=temp;}

    else {temp=pencet;};

    }

    lcd_clear();

    lcd_gotoxy(0,0);

    sprintf(buf, "Speed: %i Arah:%c", kecepatanku, anu);

    lcd_puts(buf);

    lcd_gotoxy(0,1);

    sprintf(buf, "Nilai: %c", pencet);

    lcd_puts(buf);

    if(mode=='4'){

    anu = 0b01111111;

    PORTC=1; delay_ms(kecepatan[kecepatanku]);

    PORTC=2; delay_ms(kecepatan[kecepatanku]);

    PORTC=4; delay_ms(kecepatan[kecepatanku]);

    PORTC=8; delay_ms(kecepatan[kecepatanku]);

    }

    if(mode=='6'){

    anu = 0b01111110;

    PORTC=8; delay_ms(kecepatan[kecepatanku]);

    PORTC=4; delay_ms(kecepatan[kecepatanku]);

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    39/52

    PORTC=2; delay_ms(kecepatan[kecepatanku]);

    PORTC=1; delay_ms(kecepatan[kecepatanku]);

    }

    if(pencet=='4' || pencet=='6'){mode=pencet;}

    else if(pencet=='2'){kecepatanku++;}

    else if(pencet=='8'){kecepatanku--;}

    pencet = 0;

    //lcd_clear();

    }

    }

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    40/52

    Tugas 5

    Mikrokontroller

    Motor Stepper

    Disusun Oleh:

    Nama : Febriyanto

    NIM : 121910201012

    Kelas : C

    Prod/Jur : S-1 Elektro

    Dosen : Bambang Supeno, ST.MT

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS JEMBER

    2013

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    41/52

    Prinsip Kerja dan Pengendalian Motor Stepper

    1. Prinsip Kerja Motor StepperMeskipun pada saat ini terdapat berbagai jenis motor stepper di

    pasaran, namun pada dasarnya mereka memiliki prinsip kerja yang sama.

    Seperti halnya pada motor induksi, motor stepper memiliki bagian-bagian

    utama berupa stator magnet permanen, dan lilitan kawat pada rotor. Hal

    yang membedakan motor stepper dari motor induksi biasa adalah motor

    stepper memiliki beberapa lilitan pada rotor, yang jumlahnya ditunjukkan

    oleh jumlah bit motor stepper tersebut dan juga menunjukkan besar derajat

    pada setiap langkah putaran. Pada motor stepper empat bit terdapat empat

    lilitan yang menentukan gerakan rotor. Dengan bantuan gambar di bawah

    ini,akan dijelaskan prinsip kerja dari motor stepper.

    Jika suatu lilitan induktor dengan arah tertentu dialiri arus listrik

    searah, akan timbul medan magnet berkutub utara-selatan pada ujung-

    ujung inti besinya. Medan magnet pada keempat lilitan stator motor

    stepper SA, SB, SC, dan SD, dapat diaktifkan masing-masing. Pengaktifan

    medan magnet pada satu lilitan stator akan menarik ujung rotor R untuk

    mensejajarkan dirinya dengan stator penarik. Dimisalkan gambar di atas

    menunjukkan kondisi awal suatu motor stepper, dimana salah satu ujung

    rotor R sedang sejajar dengan lilitan stator SA. Jika dalam keadaan

    tersebut aktivitas pemberian arus dipindahkan ke lilitan SB, maka ujung

    rotor R yang terdekat dengan SB akan segera mensejajarkan diri dengan

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    42/52

    SB. Berarti, rotor akan berputar searah jarum jam sejauh 18. Sebaliknya,

    jika dari kondisi awal lilitan pada stator SD yang diaktifkan,maka rotor

    akan berputar berlawanan dengan arah jarum jam sejauh 18, hingga ujung

    rotor yangterdekat menjadi sejajar dengan SD.

    Jadi, untuk memutar rotor sejauh 360 searah jarum

    jam,diperlukan 20 langkah aktivasi (360= 20 x 18), yaitu SB, SC, SD,

    SA, SB, ... dst. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jika lilitan

    stator diaktifkan satu persatu secara bergiliran, maka stator akan berputar

    sejauh 18 langkah. Namun, besarnya sudut putar ini bisa diperkecil lagi

    dengan menambahkan kombinasi berupa aktivasi dua lilitan stator.

    Sebagai contoh, dari kondisi awal pada gambar di atas, jika lilitan stator

    SAdan SBdiaktifkan, maka rotor akan bergerak searah jarum jam sebesar

    9 (half step). Jika keadaan terakhir dilanjutkan lagi dengan mengaktifkan

    lilitan stator SB, maka putaran akan berlanjut sejauh 9 lagi. Putaran

    sebesar 9 berikutnya, dapat dilakukan dengan mengaktifkan lilitan stator

    SBdan SC, dan demikian seterusnya. Cara ini dapat dilakukan untukmemperhalus sudut putar motor stepper. Disamping cara tersebut,

    penghalusan putaran dapat juga dilakukan dengan menggunakan roda gigi

    atau roda bertali, yang dapat memperkecil derajat putar dalam setiap

    langkahnya.

    2. Prinsip Pengendalian Motor StepperPada gambar dan tabel berikut ini dapat dilihat prinsip

    pengendalian motor stepper. Jika seluruh saklar dalam keadaan terbuka

    (OFF alias berkondisi 0), maka motor berada dalam keadaan diam. Jika

    saklar ditutup dan dibuka secara bergiliran sebagai berikut, TA, TB, TC,

    TD, maka motor akan bergerak sejauh 4 langkah (4 x 18) searah jarum

    jam. Sebaliknya, motor akan bergerak sejauh 4

    langkah berlawanan dengan arah jarum jam, jika saklar ditutup dan dibuka

    menurut urutan TD,TC, TB, TA.

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    43/52

    CW : Clock Wise (Searah jarum Jam)

    CCW : Counter Clock Wise (Berlawanan dengan arah jarum jam)

    Agar bisa dikendalikan secara elektronis (termasuk pengendalian melalui

    komputer), posisi saklar dapat diganti dengan rangkaian yang terdiri atas

    transistor, dioda, dan resistor, seperti pada gambar:

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    44/52

    Pada rangkaian di atas, transistor digunakan sebagai saklar. Jika

    satu transistor mendapatkan arus bias pada basisnya (yang telah diperkecil

    oleh resistor 10 k), transistor langsung memasuki kondisi saturasi,

    sehingga timbul kesan seolah-olah kaki kolektor dan emitor terkontak

    langsung. Hal ini menyebabkan arus dari VCC dapat mengalir melalui

    lilitan menuju ground. Arus bias pada jalur IN di sini bisa berasal

    ,misalnya, dari port paralel suatu komputer. Sebaliknya, jika transistor

    tidak mendapat bias, hubungan antara kaki kolektor dan emitor akan

    terputus, sehingga arus tidak bisa mengalir melalui lilitan menuju

    ground.

    Umumnya motor stepper membutuhkan daya yang cukup besar.

    Untuk mengendalikan motor stepper dengan spesifikasi arus 1,2 A dan

    tegangan 5 V / fasa dapat digunakan transistor bertipe BD 677, yang

    merupakan transistor Darlingtonbertipe NPN yang dikemas dalam satu

    transistor. Penggunaan transistor Darlington ini dimaksudkan agar

    pasokan daya dan switching dapat berlangsung dengan cepat. Dalam

    rangkaian diatas, dioda berfungsi untuk membuang energi dalam bentuk

    medan listrikyang timbul pada lilitan ketika tidak aktif (mati / OFF),

    sehingga kerusakan transistor dapat dicegah. Untuk rangkaian di atas,

    dapat digunakan dioda bertipe IN4002.

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    45/52

    Berikut rangkaian motor stepper menggunakan proteus 7.10 dan

    pemrogramannya menggunakan codevision AVR:

    Program dari rangkaian motor stepper diatas:

    /*****************************************************

    Chip type :ATmega8535

    Program type :Application

    AVR Core Clock frequency : 12,000000 MHz

    Memory model : Small

    External RAM size : 0

    Data Stack size : 128

    PC6/TOSC128

    PC527

    PC426

    PC325

    PC224

    PC1/SDA23

    PC0/SCL22

    PC7/TOSC229

    PA6/ADC634

    PA5/ADC535

    PA4/ADC436

    PA3/ADC337

    PA2/ADC238

    PA1/ADC139

    PA0/ADC040

    PA7/ADC733

    PB6/MISO7

    PB5/MOSI6

    PB4/SS5

    PB3/AIN1/OC04

    PB2/AIN0/INT23

    PB1/T12

    PB0/T0/XCK1

    PB7/SCK8

    PD6/ICP120

    PD5/OC1A19

    PD4/OC1B18

    PD3/INT117

    PD2/INT016

    PD1/TXD15

    PD0/RXD14

    PD7/OC221

    RESET9

    XTAL113

    XTAL212

    AVCC30

    AREF32

    U1

    ATMEGA8535

    1 2 3

    4 5 6

    7 8 9

    0 #

    1 2 3

    A

    B

    C

    D

    a

    b

    c

    d

    x y z

    x

    d

    c

    b

    a

    z

    y

    +88.8

    CRYSTAL

    CRYSTAL

    C1

    1nF

    C2

    1nF

    R1

    10k

    C3

    1nF

    1B1

    1C16

    2B2

    2C15

    3B3

    3C14

    4B4

    4C13

    5B5

    5C12

    6B6

    6C11

    7B7

    7C10

    COM9

    U2

    ULN2001A

    D7

    14

    D6

    13

    D5

    12

    D4

    11

    D3

    10

    D2

    9

    D1

    8

    D0

    7

    E

    6

    RW

    5

    RS

    4

    VSS

    1

    VDD

    2

    VEE

    3

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    46/52

    *****************************************************/

    #include

    #include

    // Alphanumeric LCD functions

    #include

    // Declare your global variables here

    int key, a=20;

    void keypad()

    {

    PORTA=0b11111110;

    if(PINA.4==0){key=4;}

    PORTA=0b11111101;

    if(PINA.3==0){a-=2;}

    if(PINA.4==0){key=5;}

    if(PINA.5==0){a+=2;}

    if(PINA.6==0){key=0;}

    PORTA=0b11111011;

    if(PINA.4==0){key=6;}

    }

    void main(void)

    {

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    47/52

    DDRA=0x07;

    DDRB=0x00;

    DDRC=0xFF;

    // Alphanumeric LCD initialization

    // Connections are specified in the

    // Project|Configure|C Compiler|Libraries|Alphanumeric LCD menu:

    // RS - PORTB Bit 0

    // RD - PORTB Bit 1

    // EN - PORTB Bit 2

    // D4 - PORTB Bit 4

    // D5 - PORTB Bit 5

    // D6 - PORTB Bit 6

    // D7 - PORTB Bit 7

    // Characters/line: 16

    lcd_init (16);

    while (1)

    {

    keypad();

    while(key!=5)

    {

    lcd_gotoxy(0,0);

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    48/52

    lcd_puts("STEPPER MATI");

    keypad();

    if(key==5){lcd_clear();break;}

    }

    while(1)

    {

    lcd_gotoxy(0,0);

    lcd_puts("STEPPER HIDUP");

    keypad();

    while(key==4)

    {

    PORTC=1;

    delay_ms(a);

    keypad();

    PORTC=2;

    delay_ms(a);

    keypad();

    PORTC=4;

    delay_ms(a);

    keypad();

    PORTC=8;

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    49/52

    delay_ms(a);

    keypad();

    lcd_gotoxy(0,1);

    lcd_puts("PUTAR KIRI ");

    if(key==6||key==0){break;}

    }

    while(key==6)

    {

    PORTC=8;

    delay_ms(a);

    keypad();

    PORTC=4;

    delay_ms(a);

    keypad();

    PORTC=2;

    delay_ms(a);

    keypad();

    PORTC=1;

    delay_ms(a);

    keypad();

    lcd_gotoxy(0,1);

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    50/52

    lcd_puts("PUTAR KANAN");

    if(key==4||key==0){break;}

    }

    if(key==0){break;}

    }

    key=0;

    }

    }

    \-

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    51/52

    DAFTAR PUSTAKA

    Kaur, jasleen m.eng. design and development of a voice based machinecontrol at remote location . Departement of electrical &instrumentation

    engineering. Thapar institute of engineering. India.2006

    Loker,r. David and erie,state penn. dtmf encoder and decoder usinglabview. The behrend college.2002

    Tim teknik elektro. rancang bangun sistem pengendali peralatan listrikmelalui media telepon berbasis mekrkontroler at89c51. Universitas

    nasional. Jakarta.

    Kehtarnavaz,nasser. digital signal processing system design : labview-based hybrid programing. Unversity of texas, usa.2008

    Http://wikipedia.com/dual-tone-multi-frequency : diakses pada hari minggu2 januari 2011.

    Http://tutorialelektonika.com/dual-tone-multiple-frequency : diakses padahari minggu, 2 januari 2011.

    Peraturan direktur jenderal pos dan telekomunikasi. Nomor : 19/ dirjen/2006 tentang : persyaratan teknis alat dan perangkat telekomunikasi

    interactive voice respone (ivr) pendukung penyelenggaraan jasa nilai

    tambah teleponi.

  • 7/22/2019 Makalah Resmi Mikro codevision AVR dan proteus

    52/52