proteksi bagi si papa - ftp.unpad.ac.id fileuntuk klaim bersih, dan us$0,25 ... tor yang sampai kini...

1
18 E KONOMI NASIONAL KAMIS, 27 OKTOBER 2011 ANTARA/M AGUNG RAJASA PERKETAT PRODUK IMPOR: Seorang pedagang buah memilih buah impor di gudang Pasar Induk Buah dan Sayur, Jakarta Timur, kemarin. Kementerian Pertanian menyiapkan aturan baru yang memperketat keamanan pangan yang bertujuan meredam masuknya sejumlah produk impor khususnya hasil pertanian ke dalam negeri. Kepala Perwakilan Bank Du- nia untuk Indonesia Stefan Koeberle mengatakan produk asuransi saat ini belum menang- gapi kebutuhan masyarakat di berbagai lapisan ekonomi. Menurutnya, asuransi mikro adalah satu komponen kunci bagi strategi nasional untuk in- klusi keuangan Indonesia. Asu- ransi mikro berarti menyediakan produk berpremi rendah untuk segmen pasar luas dan belum terlayani hingga saat ini. Ia mencontohkan, asuransi mikro berpremi US$5 atau seta- ra Rp45 ribu. Dari nilai premi itu, US$1 untuk komisi, US$1 untuk beban biaya, US$2,75 untuk klaim bersih, dan US$0,25 menjadi keuntungan. Koeberle mengatakan, keja- dian tidak terduga dalam hidup seperti jatuh sakit, kecelakaan, kehilangan pekerjaan, gagal panen, atau kematian memiliki dampak besar bagi siapa pun. Namun, dampak itu akan terasa lebih besar bagi rumah tangga berpendapatan rendah. “Maka dari itu, sangat pen- ting bagi keluarga miskin untuk dapat mendukung diri mereka sendiri dan memitigasi risiko- risiko tersebut tanpa beban keuangan tambahan,” ujarnya di Jakarta, kemarin. Di sejumlah negara berkem- bang, seperti Filipina, India, dan China, lanjutnya, asuransi mikro bukan lagi hal awam. Negara-negara itu bahkan su- dah memiliki peraturan tentang produk asuransi mikro. Buat murah Ketua Dewan Asuransi In- donesia Kornelius Simanjuntak berpendapat ada beberapa fak- tor yang sampai kini mengham- bat perkembangan asuransi mikro. Antara lain, masih ren- dahnya kesadaran berasuransi. Juga kurangnya kepercayaan antara pihak yang memberikan asuransi dan mereka yang dia- suransikan. Adapun dari sisi penyedia jasa, kontrak asuransi (polis) tidak mudah dimengerti orang awam. Penagihan klaim yang memakan waktu dan penuh birokrasi, serta biaya transaksi tinggi membuat produk asuran- si yang ada terlalu mahal bagi masyarakat miskin. Menurutnya, regulator perlu menyederhanakan regulasi se- hingga mampu menekan biaya premi. Ia mencontohkan, un- tuk memberi akses asuransi ke daerah terpencil, industri harus menempatkan dutanya dan sa- luran distribusi. “Peraturannya, duta asuransi harus besertikat, itu ongkosnya mahal. Pemerin- tah harus mempertimbangkan aturan-aturan itu,” kata dia. Direktur Operasional Taka- ful Keluarga Ronny A Iskan- dar mengakui, dalam asuransi mikro, perlu dicari metode ad- ministrasi dan distribusi yang tepat. “Ini harus dipikirkan se- cara baik agar premi tak habis di hal-hal tersebut,” jelasnya. Untuk memasarkan produk Takaful Ukhuwah Mikro yang diluncurkan kemarin, misalnya, ia menyasar lembaga keuangan mikro syariah maupun koperasi baitul maal wat tamwil. Ke de- pan, produk asuransi mikro syariah berpremi Rp15 ribu per tahun itu juga dapat dibeli di minimarket yang tersebar di pinggir jalan. Secara terpisah, Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lem- baga Keuangan Nurhaida mem- benarkan Indonesia belum pu- nya aturan khusus soal asuransi mikro. Namun, roadmap asuransi yang tengah disusun pihaknya akan mencakup produk asuransi tersebut. (*/E-2) [email protected] Proteksi bagi si Papa Agar tidak tekor, perlu dipikirkan distribusi yang tepat untuk asuransi berpremi rendah. Misalnya, melalui minimarket. DANIEL WESLY RUDOLF A DA paradigma di sebagian kalangan masyarakat Indone- sia bahwa asuransi merupakan barang mahal. Ak- ses menggapai produk asuransi pun kebanyakan ditujukan bagi masyarakat ekonomi menengah ke atas dan wilayah perkotaan. Padahal, berdasarkan data Dewan Asuransi Indonesia le- bih dari 80% masyarakat Indo- nesia berpenghasilan US$4 per hari per kapita. Maka, jangan heran jika penetrasi asuransi masih kecil. Mereka yang bermata penca- harian di sektor informal dan menetap di perdesaan belum terjangkau asuransi. Sampai hari ini, satu pertiga populasi In- donesia atau sekitar 77 juta pen- duduk diketahui tidak memiliki asuransi atau tabungan. tuk pencetakan sawah baru se- luas 1 juta hektare. Tentang luas lahan yang telah beralih fungsi, Mukri mengatakan belum dapat merincinya secara pasti. Untuk memastikan luas lahan yang telah beralih fungsi, lanjut- nya, tim Walhi akan turun me- ninjau lokasi dan memperdalam laporan masyarakat. Selain menerima laporan pengalihan fungsi hutan, Walhi juga akan mempertanyakan izin yang dikantongi para pengusa- ha kelapa sawit dan tambang yang mengelola lahan tersebut. “Menurut warga, izin yang di- gunakan pengusaha perkebun- an sawit tersebut dari pemerin- tah daerah. Seharusnya kan dari Kementerian Kehutanan (Kemenhut), karena itu areal kehutanan,” imbuhnya. Selain dijadikan areal perke- bunan, sebagian areal tersebut Pemerintah (PIP) merupakan penyimpangan dari tujuan ber- dirinya PIP. “PIP didirikan untuk mem- bantu pembiayaan infrastruk- tur pembangunan. Komisi XI meminta agar pemerintah wa- jib mematuhi peraturan per- undang-undangan dalam setiap kebijakannya,” ungkap Harry. Namun, Menteri Keuangan Agus Martowardojo menegas- kan tidak diperlukan persetu- juan DPR terkait dengan meka- nisme pembelian 7% sisa saham divestasi Newmont. Menurut- nya, pemerintah memiliki ke- wenangan untuk melakukan ORGANISASI lingkungan hi- dup nirlaba terbesar di Indone- sia, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), mendapati lahan kehutanan di Kapuas, Ka- limantan Tengah, telah beralih fungsi. Hal itu diungkapkan Direktur Walhi, Mukri kepada Media In- donesia, di Jakarta, kemarin. Mukri mengatakan lahan ter- sebut saat ini digunakan untuk perkebunan kelapa sawit dan pertambangan. “Kami tadi ke- datangan tamu dari beberapa desa di Kapuas, Kalimantan Tengah. Mereka melaporkan adanya lahan kehutanan yang dijadikan kebun kelapa sawit. Bahkan ada pula yang dijadikan pertambangan.” Dari laporan yang diterima Walhi, lanjutnya, sedianya areal tersebut adalah lahan yang pada zaman Orde Baru digunakan un- KOMISI XI DPR meminta pe- merintah pusat mematuhi hasil audit Badan Pemeriksa Keuang- an (BPK) tentang pembelian 7% saham divestasi PT Newmont Nusa Tenggara (NNT). Hal itu terkait dengan penggunaan da- na anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) oleh pemerintah tanpa persetujuan DPR yang dianggap bertentang- an dengan peraturan perun- dang-undangan. “Keputusan rapat internal Komisi XI DPR yang dilakukan pagi hari ini (kemarin) mengenai hasil audit BPK soal Newmont memutuskan berkirim surat ke Presiden melalui pimpinan DPR dengan tembusan ke Komisi VII DPR dan Badan Akuntabili- tas Keuangan Negara (BAKN) DPR,” ujar Wakil Ketua Komisi XI Harry Azhar Azis di Jakarta, kemarin. Menurutnya, supaya tidak melanggar aturan, Presiden di- minta mematuhi hasil audit BPK dan harus meminta persetujuan DPR dahulu sebelum melaku- kan pembelian saham NNT. Selain itu, komisi keuangan dan perencanaan pembangunan itu juga beralasan pembelian saham NNT melalui Pusat Investasi juga telah beralih fungsi menja- di tambang batu bara. “Menurut warga ada usaha pertambangan batu bara. Mereka membangun pertambangan di sebagian ka- wasan konservasi. Luas kawa- san konservasi itu sendiri 15 ribu hektare,” jelasnya. Oleh karena itu, kata Mukri, dalam waktu dekat Walhi akan mempertanyakan pengawasan dan keseriusan Kementerian Kehutanan dalam menjaga ka- wasan konservasi dan lahan untuk pencetakan sawah baru. Sebab, menurutnya, Kemen- terian Kehutanan bertanggung jawab penuh karena lahan ter- sebut masih dalam pengawasan dari pihak kehutanan. “Kami berharap Kementerian Kehutanan bisa menjelaskan pengalihan fungsi hutan yang terjadi di Kapuas,” pungkasnya. (Fid/E-3) divestasi sepihak, tanpa perlu persetujuan DPR. “Posisi pemerintah, kita su- dah memiliki kewenangan (me- lakukan divestasi). Kami juga memahami kalau seandainya dari DPR menginginkan untuk ini disetujui oleh DPR. Tetapi, kami dari pemerintah juga ber- keyakinan bahwa kami memi- liki dasar UU untuk melakukan investasi di perusahaan seperti Newmont itu,” tutur Agus di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, kemarin. Aturan yang dimaksud adalah Undang-Undang Nomor 1 Ta- hun 2004 Pasal 41 yang berkaitan dengan tugas bendahara umum negara. Beleid itu memberikan kewenangan pada bendahara negara untuk bisa melakukan investasi di berbagai produk, seperti saham, surat utang, atau surat berharga lainnya. “Investasi ini tidak perma- nen. Ini tidak perlu adanya izin DPR,” tukas Agus. Pembelian 7% sisa saham divestasi periode 2010 NNT di lakukan PIP pada harga US$246,8 juta atau lebih rendah daripada harga yang ditawar- kan NNT sebelumnya senilai US$271 juta. (ML/Mad/T-3) Kemenhut Diminta Jelaskan Alih Fungsi Lahan Kapuas DPR dan Pemerintah Berbantahan lagi soal NNT Keputusan rapat internal Komisi XI DPR mengenai hasil audit BPK soal Newmont memutuskan berkirim surat ke Presiden melalui pimpinan DPR dengan tembusan ke Komisi VII DPR dan BAKN DPR.” Harry Azhar Azis Wakil Ketua Komisi XI

Upload: nguyendan

Post on 07-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

18 EKONOMI NASIONAL KAMIS, 27 OKTOBER 2011

ANTARA/M AGUNG RAJASA

PERKETAT PRODUK IMPOR: Seorang pedagang buah memilih buah impor di gudang Pasar Induk Buah dan Sayur, Jakarta Timur, kemarin. Kementerian Pertanian menyiapkan aturan baru yang memperketat keamanan pangan yang bertujuan meredam masuknya sejumlah produk impor khususnya hasil pertanian ke dalam negeri.

Kepala Perwakilan Bank Du-nia untuk Indonesia Stefan Koe berle mengatakan produk asuransi saat ini belum menang-gapi kebutuhan ma sya rakat di berbagai lapisan eko nomi.

Menurutnya, asuransi mikro adalah satu komponen kunci bagi strategi nasional untuk in-klusi keuangan Indonesia. Asu-ransi mikro berarti menyediakan produk berpremi rendah untuk segmen pasar luas dan belum terlayani hingga saat ini.

Ia mencontohkan, asuransi mi kro berpremi US$5 atau seta-ra Rp45 ribu. Dari nilai premi itu, US$1 untuk komisi, US$1 untuk beban biaya, US$2,75 untuk klaim bersih, dan US$0,25 menjadi keuntungan.

Koeberle mengatakan, keja-dian tidak terduga da lam hidup seperti jatuh sakit, kecelakaan, kehilangan pekerja an, gagal panen, atau kematian memiliki dampak besar bagi sia pa pun. Namun, dampak itu akan terasa lebih besar bagi rumah tangga berpendapatan rendah.

“Maka dari itu, sangat pen-ting bagi keluarga miskin untuk dapat mendukung diri mereka sendiri dan memitigasi risiko-risiko tersebut tanpa beban keuangan tambahan,” ujarnya

di Jakarta, kemarin.Di sejumlah negara berkem-

bang, seperti Filipina, India, dan China, lanjutnya, asuransi mikro bukan lagi hal awam. Negara-negara itu bahkan su-dah memiliki peraturan tentang produk asuransi mikro.

Buat murahKetua Dewan Asuransi In-

donesia Kornelius Simanjuntak berpendapat ada beberapa fak-tor yang sampai kini mengham-bat perkembangan asuransi mikro. Antara lain, masih ren-dahnya kesadaran ber asuransi. Juga kurangnya kepercayaan antara pihak yang memberikan asuransi dan mereka yang dia-suransikan.

Adapun dari sisi penyedia jasa, kontrak asuransi (polis) tidak mudah dimengerti orang awam. Penagihan klaim yang me makan waktu dan penuh biro krasi, serta biaya transaksi tinggi membuat produk asuran-si yang ada terlalu mahal bagi masyarakat miskin.

Menurutnya, regulator perlu menyederhanakan regulasi se-hingga mampu menekan biaya premi. Ia mencontohkan, un-tuk memberi akses asuransi ke daerah terpencil, industri harus

menempatkan dutanya dan sa-luran distribusi. “Peraturannya, duta asuransi harus besertifi kat, itu ongkosnya mahal. Pemerin-tah harus mempertimbangkan aturan-aturan itu,” kata dia.

Direktur Operasional Taka-ful Keluarga Ronny A Iskan-dar mengakui, dalam asuransi mikro, perlu dicari metode ad-ministrasi dan distribusi yang tepat. “Ini harus dipikirkan se-cara baik agar premi tak habis di hal-hal tersebut,” jelasnya.

Untuk memasarkan produk Takaful Ukhuwah Mikro yang diluncurkan kemarin, misalnya, ia menyasar lembaga keuangan mikro syariah maupun koperasi baitul maal wat tamwil. Ke de-pan, produk asuransi mikro syariah berpremi Rp15 ribu per ta hun itu juga dapat dibeli di mi nimarket yang tersebar di pinggir jalan.

Secara terpisah, Ketua Badan Pe ngawas Pasar Modal dan Lem -baga Keuangan Nurhaida mem-benarkan Indonesia belum pu-nya aturan khusus soal asuransi mikro. Namun, road map asuransi yang tengah disusun pihaknya akan mencakup produk asuransi tersebut. (*/E-2)

[email protected]

Proteksi bagi si PapaAgar tidak tekor, perlu dipikirkan distribusi yang tepat untuk asuransi berpremi rendah. Misalnya, melalui minimarket.

DANIEL WESLY RUDOLF

ADA paradigma di sebagian kalangan masyarakat Indone-sia bahwa asuransi

merupakan barang mahal. Ak-ses menggapai produk asuransi pun kebanyakan ditujukan bagi masyarakat ekonomi menengah ke atas dan wilayah perkotaan.

Padahal, berdasarkan data De wan Asuransi Indonesia le-bih dari 80% masyarakat Indo-nesia berpenghasilan US$4 per hari per kapita. Maka, jangan heran jika pene trasi asuransi masih kecil.

Mereka yang bermata penca-harian di sektor informal dan menetap di perdesaan belum terjangkau asuransi. Sampai hari ini, satu pertiga populasi In-donesia atau sekitar 77 juta pen-duduk diketahui tidak memiliki asuransi atau tabungan.

tuk pencetakan sawah baru se-luas 1 juta hektare. Tentang luas lahan yang telah beralih fungsi, Mukri mengatakan belum dapat merincinya secara pasti.

Untuk memastikan luas lahan yang telah beralih fungsi, lanjut-nya, tim Walhi akan turun me-ninjau lokasi dan memperdalam laporan masyarakat.

Selain menerima laporan pengalihan fungsi hutan, Walhi juga akan mempertanyakan izin yang dikantongi para pengusa-ha kelapa sawit dan tambang yang mengelola lahan tersebut.

“Menurut warga, izin yang di-gunakan pengusaha perkebun-an sawit tersebut dari pemerin-tah daerah. Seharusnya kan dari Kementerian Kehutanan (Kemenhut), karena itu areal kehutanan,” imbuhnya.

Selain dijadikan areal perke-bunan, sebagian areal tersebut

Pe me rintah (PIP) merupakan pe nyimpangan dari tujuan ber-dirinya PIP.

“PIP didirikan untuk mem-bantu pembiayaan infrastruk-tur pembangunan. Komisi XI meminta agar pemerintah wa-jib mematuhi peraturan per-undang-undangan dalam se tiap kebijakannya,” ungkap Harry.

Namun, Menteri Keuangan Agus Martowardojo menegas-kan tidak diperlukan persetu-juan DPR terkait dengan meka-nisme pembelian 7% sisa saham divestasi Newmont. Menurut-nya, pemerintah memiliki ke-we nangan untuk melakukan

ORGANISASI lingkungan hi-dup nirlaba terbesar di Indone-sia, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), mendapati lahan kehutanan di Kapuas, Ka-limantan Tengah, telah beralih fungsi.

Hal itu diungkapkan Direktur Walhi, Mukri kepada Media In-donesia, di Jakarta, kemarin.

Mukri mengatakan lahan ter-sebut saat ini digunakan untuk perkebunan kelapa sawit dan pertambangan. “Kami tadi ke-datangan tamu dari beberapa desa di Kapuas, Kalimantan Te ngah. Mereka melaporkan ada nya lahan kehutanan yang dijadikan kebun kelapa sawit. Bahkan ada pula yang dijadikan pertambangan.”

Dari laporan yang diterima Walhi, lanjutnya, sedianya areal tersebut adalah lahan yang pada zaman Orde Baru digunakan un-

KOMISI XI DPR meminta pe-me rintah pusat mematuhi hasil audit Badan Pemeriksa Keuang-an (BPK) tentang pembelian 7% saham divestasi PT Newmont Nusa Tenggara (NNT). Hal itu terkait dengan penggunaan da-na anggaran pendapatan dan be lanja negara (APBN) oleh pe merintah tanpa persetujuan DPR yang dianggap berten tang -an dengan peraturan perun-dang-undangan.

“Keputusan rapat internal Ko misi XI DPR yang dilakukan pagi hari ini (kemarin) mengenai hasil audit BPK soal Newmont memutuskan berkirim surat ke Presiden melalui pimpinan DPR dengan tembusan ke Komisi VII DPR dan Badan Akuntabili-tas Keuangan Negara (BAKN) DPR,” ujar Wakil Ketua Komisi XI Harry Azhar Azis di Jakarta, ke marin.

Menurutnya, supaya tidak me langgar aturan, Presiden di-minta mematuhi hasil audit BPK dan harus meminta persetujuan DPR dahulu se belum melaku-kan pembelian saham NNT. Selain itu, komisi keuangan dan perencanaan pem bangunan itu juga beralas an pembelian saham NNT me lalui Pusat Investasi

juga telah beralih fungsi menja-di tambang batu bara. “Menurut warga ada usaha pertambangan batu bara. Mereka membangun pertambangan di sebagian ka-wasan konservasi. Luas kawa-san konservasi itu sendiri 15 ribu hektare,” jelasnya.

Oleh karena itu, kata Mukri, dalam waktu dekat Walhi akan mempertanyakan pengawasan dan keseriusan Kementerian Ke hutanan dalam menjaga ka-wasan konservasi dan lahan untuk pencetakan sawah baru.

Sebab, menurutnya, Kemen-terian Kehutanan bertanggung jawab penuh karena lahan ter-sebut masih dalam pengawasan dari pihak kehutanan.

“Kami berharap Kementerian Kehutanan bisa menjelaskan pengalihan fungsi hutan yang terjadi di Kapuas,” pungkasnya. (Fid/E-3)

divestasi sepihak, tanpa perlu persetujuan DPR.

“Posisi pemerintah, kita su-dah memiliki kewenangan (me-lakukan divestasi). Kami ju ga memahami kalau seandai nya dari DPR menginginkan un tuk ini disetujui oleh DPR. Tetapi, kami dari pemerintah juga ber-keyakinan bahwa kami memi-liki dasar UU untuk melakukan investasi di perusahaan seperti Newmont itu,” tutur Agus di Kan tor Wakil Presiden, Jakarta, kemarin.

Aturan yang dimaksud adalah Undang-Undang Nomor 1 Ta-hun 2004 Pasal 41 yang ber kaitan dengan tugas benda hara umum negara. Beleid itu memberikan kewenangan pada bendahara negara untuk bisa melakukan investasi di berba gai produk, seperti saham, su rat utang, atau surat berharga lainnya.

“Investasi ini tidak perma-nen. Ini tidak perlu adanya izin DPR,” tukas Agus.

Pembelian 7% sisa saham di vestasi periode 2010 NNT di lakukan PIP pada harga US$246,8 juta atau lebih rendah da ripada harga yang ditawar-kan NNT sebelumnya senilai US$271 juta. (ML/Mad/T-3)

Kemenhut Diminta Jelaskan Alih Fungsi Lahan Kapuas

DPR dan Pemerintah Berbantahan lagi soal NNT

Keputusan rapat internal Komisi

XI DPR mengenai hasil audit BPK soal Newmont memutuskan berkirim surat ke Presiden melalui pimpinan DPR dengan tembusan ke Komisi VII DPR dan BAKN DPR.” Harry Azhar AzisWakil Ketua Komisi XI