protein adalah zat makanan yang berfungsi sebagai zat pembangun

29
METODE ANALISIS 1. ANALISIS AIR Air merupakan komponen penting dalam bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi “acceptability, kenampakan, kesegaran, tekstur, serta cita rasa pangan. 1.1 Air dalam Bahan Pangan 3 bentuk air didalam bahan pangan 1. Air bebas, berada didalam ruang antar sel, intergranula, pori-pori bahan, atau bahkan pada permukaan bahan. Sering disebut aktivitas air (Aw) karena mampu membantu aktifitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi bahan pangan. Bahan dengan kandungan air bebas yang tinggi umumnya cepak mengalami kerusakan. Air bebas sangat mudah dibekukan maupun diuapkan. 2. Air terikat lemah atau air terabsorbsi terserap pada permukaan koloid makromolekul (protein, pati, dll) bahan. Dapat terdispersi diantara koloid tersebut dan merupakan pelarut zat-zat yang ada dalam sel, serta relatif bebas bergerak dan relatif mudah dibekukan ataupun diuapkan. Ikatan air dengan koloid merupakan ikatan hidrogen. 3. Air terikat kuat, sering disebut air hidrat karena membentuk hidrat dengan beberapa molekul lain dengan ikatan bersifat ionik. Air terikat kuat sulit dibekukan dan diuapkan.

Upload: dian-fatma

Post on 26-Oct-2015

125 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

METODE ANALISIS

1. ANALISIS AIR

Air merupakan komponen penting dalam bahan pangan, karena air dapat

mempengaruhi “acceptability, kenampakan, kesegaran, tekstur, serta cita rasa pangan.

1.1 Air dalam Bahan Pangan

3 bentuk air didalam bahan pangan

1. Air bebas, berada didalam ruang antar sel, intergranula, pori-pori bahan, atau bahkan

pada permukaan bahan. Sering disebut aktivitas air (Aw) karena mampu membantu

aktifitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi bahan pangan.

Bahan dengan kandungan air bebas yang tinggi umumnya cepak mengalami

kerusakan. Air bebas sangat mudah dibekukan maupun diuapkan.

2. Air terikat lemah atau air terabsorbsi terserap pada permukaan koloid makromolekul

(protein, pati, dll) bahan. Dapat terdispersi diantara koloid tersebut dan merupakan

pelarut zat-zat yang ada dalam sel, serta relatif bebas bergerak dan relatif mudah

dibekukan ataupun diuapkan. Ikatan air dengan koloid merupakan ikatan hidrogen.

3. Air terikat kuat, sering disebut air hidrat karena membentuk hidrat dengan beberapa

molekul lain dengan ikatan bersifat ionik. Air terikat kuat sulit dibekukan dan

diuapkan.

Pada pengukuran kadar air bahan pangan, air yang terukur adalah air bebas dan air

terabsorbsi. Jadi kadar air suatu bahan pangan merupakan gabungan dari air bebas dan air

terabsorbsi didalam bahan. Hubungan kadar air dan air bebas atau aktivitas air ditunjukkan

dengan kecenderungan bahwa makin tinggi kadar air makin tinggi pula nila Aw, membentuk

kurva sigmoid. Kadar air dinyatakan dalam angka desimal pada kisaran skala 0-100,

sedangkan nilai Aw dinyatakan dalam angka desimal pada kisaran 0-1,0. Kurva hubungan

antara kadar air dan Aw bahan disebut juga sebagai kurva isoterm Sorbsi Lembab (ISL).

kurva ISL Bahan Pangan dan kadar air beberapa jenis pangan :

Page 2: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

1.2 Metode Analisis Kadar Air

Metode untuk analisis kadar air yaitu metode pengeringan, metode destilasi, dan

metode kimiawi.

1.2.1 Metode Pengeringan/Oven (Thermogravimetri)

Prinsipnya yaitu perhitungan selisih bobot bahan (Sampel) sebelum dan sesudah

pengeringan. Selisish bobot tersebut merupakan air yang teruapkan dan dihitung sebagai

kadar air bahan.

a. Metode Oven

Digunakan semua bahan pangan kecuali yang mengandung komponen senyawa volatil

atau produk yang terdekomposisi pada pemanasan 100oC. Prinsipnya yaitu mengeringkan

sampel dalam oven 100-105oC sampai bobot konstan dan selisish bobot awal dengan bobot

akhir dihitung sebagai kadar air.

Page 3: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

Prosedur dan perhitungan kadar air yaitu bahan sampel (±2-5 g) di oven 4-6 jam,

ditimbang, dioven kembali, dan ditimbang hingga konstan. Bobot dianggap konstan apabila

selisih penimbangan tidak melebihi 0,2 mg. Selanjutnya kadar air dapat dihitung, baik

berdasarkan bobot kering atau dry basis (DB) ataupun berdasarkan bobot basah atau weT

basis (WB).

kadar air (%DB )=W 3W 2

×100

kadar air (%DB )=W 3W 1

×100

total bahan padat (%)=W 2W 1

× 100

W1 = Bobot sampel awal (g)

W2 = Bobot sampel kering (g)

W3 = Kehilangan berat/selisih bobot (g)

b. Metode Oven-Vakum

Metode ini digunakan untuk produk yang mengandung komponen yang dapat

terdekomposisi pada 100oC, atau relatif banyak mengandung senyawa volatil. Prinsip metode

oven-vakum adalah mengeringkan produk yang mudah terdekomposisis pada 100oC didalam

suatu tempat yang dapat dikurangi udaranya atau divakumkan. Dengan demikian proses

pengeringan dapat berlangsung pada suhu dan tekanan rendah.

1.2.2 Metode Destilasi (Thermovolumetri)

Metode destilasi digunakan untuk bahan yang banyak mengandung lemak dan

komponen mudah menguap disamping air. Menggunakan sampel yang sama dengan metode

oven-vakum.

Prinsipnya yaitu menguapkan air bahan dengan cara destilasi menggunakan pelarut

immicible, kemudian air ditampung dalam tabung yang diketahui volumenya. Pelarut yang

digunakan mempunyai titik didih lebih besar dari air, tetapi mempunyai berat jenis (BJ) lebih

kecil dari air. Contoh : Toluen, Xylen, dan benzen.

Prosedur metode destilasi adalah diawali dengan memberikan pelarut sebanyak kira-

kira 75-100 ml pada sampel yang diperkirakan mengandung air 2-5 ml. Campuran ini

kemudian dipanaskan hingga mendidih. Uap air dan pelarut diembunkan dan ditampung

Page 4: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

didalam tabung. Air dan pelarut saling terpisah (air dibagian bawah) dan dapat ditentukan

volumenya berdasarkan skala pada tabung penampung.

1.2.3 Metode Kimiawi

a. Metode Titrasi Karl Fischer

Metode ini dapat diterapkan untuk pengukuran kadar air pada bahan berupa cairan,

tepung, madu, dan beberapa produk kering. Menggunakan reagensia Karl Fischer yang terdiri

dari SO2, piridin, dan iodin. Prinsip metode ini adalah melakukan titrasi sampel dengan

larutan iodin dalam metanol dan piridin. Jika masih ada air didalam bahan maka iodin akan

bereaksi, tetapi bila air habis maka iodin akan bebas. Perhitungan kadar air dengan

menggunakan rumus dibawah ini :

kadar air=0,4 F (V 1−V 2)

W 1

W1 = Berat Sampel (g)

V1 = Volume pereaksi Karl Fischer untuk titrasi sampel (ml)

V2 = Volume pereaksi untuk titrasi blanko (ml)

F = Faktor standarisasi pereaksi

0,4 = Ekivalen air pereaksi

b. Metode Kalsium Karbida

Metode ini didasarkan atas reaksi antara kalsium karbida dengan air menghasilkan gas

asetilin. Jumlah asetilin yang terbentuk dapat diukur dengan beberapa cara, antara lain:

1. Selisih bobot campuran bahan sebelum dan sesudah reaksi

2. Menampung dan mengukur volume gas asetilin dalam tabung tertutup

3. Mengukur tekanan gas asetilin jika reaksi dilakukan pada ruang tertutup

c. Metode Asetil Klorida

Metode ini didasarkan atas reaksi antara asetil klorida dengan air menghasilkan asam

yang dapat dititrasi dengan basa. Cara ini dapat digunakan untuk menentukan kadar air bahan

berupa minyak, mentega, margarin, rempah-rempah, dan beberapa bahan berkadar air rendah.

1.2.4 Metode Fisis

Penentuan kadar air dengan metode fisis didasarkan atas beberapa cara, yaitu :

1. Berdasarkan tetapan dielektrikum

Page 5: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

2. Berdasarkan daya hantar dan resistansi listrik

3. Berdasarkan resonansi nuklir magnetik atau “nuclear magnetic resonance” (NMR)

1.3 Pengukuran Nilai Aw Bahan

Pengukuran nilai Aw bahan pangan dapat dilakukan berdasarkan keseimbangan air

bahan dengan kelembapan relatif udara, berdasarkan hukum Raoult, dan berdasarkan

pengukuran secara tidak langsung.

1. Keseimbangan Air

Berdasarkan keseimbangan kadar air bahan dengan kelembapan Relatif Udara

disekitarnya

Aw = ERH/100 (equilibrium Relative Humidity)

2. Dengan Hukum Raoults

Aw= MwMw+Ms

Mw = Jumlah mol air

Ms = Jumlah mol zat terlarut

3. Cara Tidak Langsung

Berdasarkan air yang terserap dalam kertas saring kering dalam suatu wadah atau

ruang yang berisi bahan yang diukur Aw-nya

1.5 Analisis Kadar Total Padatan Terlarut

Kadar total padatan terlarut dapat diukur dengan menggunakan metode yang dilakukan

oleh Pomeranz dan Meloan (1980). Alat yang digunakan adalah refraktometer Abbe.

Sebanyak 10 g contoh yang telah dihomogenkan ditambahkan 75 ml air, diaduk dengan

pengaduk magnetik selama 3 menit, kemudian disaring dengan kertas saring, sedangkan

filtratnya ditampung dalam labu ukur 100ml, dan sisa padatan pada kertas saring dicuci

dengan air sampai volume filtrat mencapai 100 ml. Contoh dipipet dan diletakkan pada

permukaan prisma refraktometer ditutup dan kadar total padatan terlarut dapat dibaca pada

skala. Hasil perkalian yang terbaca pada skala dengan faktor pengenceran merupakan total

padatan terlarut dalam contoh.

Page 6: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

2. ANALISIS PROTEIN

Protein adalah zat makanan yang berfungsi sebagai zat pembangun, zat pengatur, dan

sumber tenaga. Protein merupakan makromelekul yang tersusun oleh asam-asam amino yang

mengandung unsur O, H, dan N, serta belerang, fosfor, besi, dan tembaga. Sifat/ciri khas

moleul protein yaitu :

1. BM besar, sehingga mudah mengalami perubahan bentuk fisik dan aktifitas biologi. Hal

ini dapat bermanfaat untuk mengenali dan memisahkan dari komponen bahan pangan yang

lain.

2. Struktur molekul protein mengandung unsur nitrogen relatif banyak, sehingga keberadaan

protein didalam bahan dapat ditentukan berdasarkan kandungan unsur N.

3. Protein merupakan polimer yang tersusun oleh banyak monomer asam-asam amino (lebih

dari 20 jenis), sehingga protein didalam bahan pangan juga banyak jenisnya.

Tujuan analisis protein :

1. Menera jumlah/kandungan protein dalam bahan pangan

2. Menentukan tingkat kualitas protein dari sudut gizi

3. Menelaah protein sebagai suatu bahan kimia, misalnya secara biokimiawi, fisiologis,

reologis, dll

Penetapan protein kasar bertujuan untuk menera jumlah protein total didalam bahan

pangan. Metode pengukurannya antara lain : metode Kjeldahl, metode biuret, metode lowry,

dan metode pengikat zat warna.

2.1 Metode Kjeldahl

Prinsip metode Kjeldahl yaitu peneraan jumlah protein secara empiris berdasarkan

jumlah N didalam bahan. Setelah bahan dioksidasi, amonia (hasil konversi senyawa N)

Page 7: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

bereaksi dengan asam menjadi amonium sulfat. Dalam kondisi basa, amonia diuapkan dan

kemudian ditangkap dengan larutan asam. Jumlah N ditentukan dengan titrasi HCl atau

NaOH.

3 tahap metode Kjeldahl:

a. Tahap Destruksi

Sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga bahan terdekstruksi menjadi

unsur-unsurnya. Hasil akhirnya terbentuk amonium sulfat. Untuk mempercepat destruksi

perlu ditambah katalisator :

- Campuran Na2SO4 & HgO (20:1)

- K2SO4

- CuSO4

Reaksi saat destruksi adalah :

(CHON )+On+H 2 SO4 → CO2+H 2 O+ ( NH 4 ) 2SO4

b. Tahap Destilasi

Amonium sulfat hasil destruksi dipecah menjadi amonia (NH3) dengan cara

penambahan NaOH dan pemanasa. Selanjutnya NH3 ditangkap dengan larutan asam standar

yang dapat digunakan yaitu HCl atau asam borat 4%.

c. Tahap Titrasi

Apabila digunakan HCl (sebagai penampung destilat), maka sisa HCl yang tidak

bereaksi dengan NH3 dititrasi dengan NaOH (0,1 N). Presentase N dapat dihitung dengan

rumus :

% N=mL NaOH (blanko−sampel )× A

berat sampel(g)×1000

Dimana A = Normalitas NaOH x 14.008 x 100%

Apabila digunakan asam borat sebagai penampung destilat, maka jumlah asam borat

yang bereaksi dengan NH3 dititrasi dengan HCl (0,02-0,1 N). Presentase N dapat dihitung

dengan rumus :

% N=mL HCl (blanko−sampel )× B

berat sampel (g)×1000

Setelah diperoleh presentase N maka kadar protein sampel dapat dihitung dengan cara

mengalikan dengan faktor konversi N.

Page 8: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

Kadar Protein = %N x Faktor Konversi N

Faktor konversi (perkalian) N tergantung pada presentase/jumlah unsur N yang

menyusun molekul protein dalam suatu bahan. Beberapa bahan telah ditetapkan besarnya

faktor konversi N. Sedangkan untuk bahan-bahan yang belum ditetapkan, besarnya faktor

konversi N ditentukan melalui pendekatan empiris jenis bahannya, atau dihitung berdasarkan

kadar N sebesar 16% sehingga faktor konversi N = 6,25%.

2.2 Metode Biuret

Prinsip metode biuret adalah dalam larutan basa, Cu2+ membentuk kompleks dengan

ikatan peptida (-CO-NH-) dari suatu protein yang membentuk warna ungu dengan absorbansi

540 nm. Besarnya absorbansi tersebut berbanding langsung dengan konsentrasi protein dan

tidak tergantung pada jenis protein, karena semua protein pada dasarnya mempunyai jumlah

ikatan peptida yang sama per satuan berat.

Beberapa hal yang perlu dicatat :

1. Jumlah sampel harus mengandung protein sekitar 1-10mg/ml

2. Ada senyawa penganggu yang perlu diantisipasi, yaitu

a. Urea, karena mengandung gugus –CO-NH-

b. Gula pereduksi, yang akan bereaksi dengan ion Cu2+

3. Metode biuret mempunyai ketepatan lebih besar dibanding kjeldahl

Garis besar prosedur metode biuret:

- Ditambahkan 6 ml pereaksi (reagen biuret)

- Didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar (30oC)

- Diukur absorbansi dari intensitas warna ungu dengan spektrofotometer pada

panjang gelombang 540

4ml larutan biuret

hasil

Page 9: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

-

Dibuat kurva standar menggunakan arutan protein serum albumin (BSA, bovine serum

albumin) secara seri, misalnya 0,1-1,0%. Kadar protein dihitung berdasarkan persamaan

regresi kurva standar :

Y = a + bX

Y = nilai absorbansi

X = konsentrasi protein

2.3 Metode Lowry

Prinsip metode lowry adalah protein dengan asam posfotungstat & posfomolibdat pada

suasana alkalis dapat membentuk warna biru yang intensitasnya tergantung pada konsentrasi

protein. Asam amino yang bereaksi dengan reagen Lowry adalah tirosin dan triptofan.

Posedur analisis dengan metode Lowry hampir sama dengan prosedur dari metode

Biuret. Perbedaannya adalah pada reagen yang digunakan. Dalam analisis ini digunakan

reagen lowry dan perlu disiapkan larutan BSA untuk pembuatan kurwa standar.

Sensitifitas analisis dengan metode Lowry jauh lebih tinggi (10-20 kali) dibanding

metode Biuret. Namun ada senyawa pengganggu dalam analisis dengan metode Lowry, yaitu

senyawa pheno, karena dapat membentu warna biru. Akan tetapi dapat dihilangkan dengan

cara pengendapan menggunakan TCA (Tri chloro Acetic-acid).

2.4 Metode Pengikat Zat Warna/Pengecat (Dye Binding)

Prinsip analisisnya yaitu zat warna dapat bereaksi dengan gugus polar protein

membentuk kompleks tak larut. Kompleks dipisahkan (dengan sentrifugasi dan penyaringan)

dan diukur densitas optiknya.

Page 10: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

Bahan pewarna yang digunakan adalah Orange G, orange 12, Amido Black. Sisa bahan

pewarna yang tidak bereaksi diukur dengan kolorimeter. Dalam analisis ini diperlukan kurva

standar hubungan antara densitas optik dengan kadar protein.

2.5 Penetapan Alafa-Amino Nitrogen

Pada prinsipnya gugus alfa-amino dari suatu protein dapat direaksikan dengan

Trinitrobenzen sulfonat pada pH dan membentuk senyawa berwarna yang dapat diukur

absrbannya (pada 340 nm). Metode ini banyak diterapkan untuk bahan hewani atau bahan

nabati yang sedikit karbohidrat, dan bahan ekstrak lipid.

2.6 Penentuan Asam Amino dengan HPLC

Protein dapat dihidrolisis dengan Asam kuat (HCl 6 N) sehingga asam-asam amino

tersebut penyusunnya dapat saling terpisah. Melalui kolom penukar kation dari alat HPLC,

asam-asam amino tersebut dapat ditentukan jenis dan jumlahnya. Hasil kromatografi ini

adalah berupa pola elusi atau kromatogram.

Pola (kurva) elusi kromatografi dibandingkan dengan pola elusi asam-asam amino

standar. Untuk mengetahui jenis asam amino dapat dengan membandingkan waktu retensinya

dengan standar. Untuk mengetahui jumlah asam amino dapat membandingkan luasan kurva

sampel dengan standar.

2.7 Penentuan N-non Protein

Metode ini diterapkan pada semua jenis bahan pangan. Protein sampel diekstrak dengan

air dan diendapkan dengan tembaga asetat. Komponen nitrogen (N)-non protein tinggal

dalam larutan. Setelah penyaringan, N dalam filtrat ditetapkan dengan metode Kjeldahl.

2.8 Penentuan TVBN dan TMA

Senyawa TVBN (Total Volatile Base Nitrogen) dan TMA (Tri Methyl Amine)

merupakan senyawa nitrogen volatil yang dihasilkan dari dekomposisi bahan yang kaya

protein oleh mikroba.

Prinsipnya yaitu dilakukan ekstraksi sampel dengan TCA 5% sehingga protein

mengendap dan komponen N volatil larut dalam TCA. Ekstrak TCA didestilasi dan

komponen N ditangkap HCl. Destilat dititrasi dengan NaOH sehingga TVBN diketahui.

Page 11: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

3. ANALISIS KARBOHIDRAT

Karbohidrat adalah senyawa polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton yang

mempunyai rumus empiris CnH2nOn. Kelompok karbohidrat yaitu monosakarida,

oligosakarida, dan polisakarida.

Monosakarida : molekul gula dengan 5/6 atom C, seperti glukosa dan fruktosa.

Oligosakarida : terdiri dari 2-10 unit monosakarida, seperti laktosa dan sukrosa.

Polisakarida : makromolekul tersusun oleh banyak unit monosakarida, seperti pati, dekstrin,

dan berbagai serat pangan

Kadar karbohidrat suatu bahan pangan sering ditentukan dengan cara menghitung

selisih dari angaka 100 dengan jumlah komponen bahan lain (kadar air, kadar protein, kadar

lemak dan kadar abu). Cara penentuan kadar karbohidrat semacam ini disebut sebagai metode

“carbohydrate by difference”.

3.1 Analisis Kadar Gula Pereduksi dan Total Gula

Kadar gula dianalisis dengan menggunakan metode Lane-Eynon. Penentapan kadar

gula pereduksi dengan metode ini didasarkan atas pengukuran volume larutan gula pereduksi

standar yang dibutuhkan untuk mereduksi pereaksi tembaga basa yang diketahui volumenya

(Apriyantono et al., 1989).

Persiapan contoh untuk analisis kadar gula dilakukan dengan

Diambil 10 gramDihomogenkan dalam gelas piala 100 mlDitambahkan 10-20 ml alkohol 80%Diaduk dengan pengaduk magnetik selama 3-5 menitDisaring dengan kapas, sisa padatan pada kapas dicuci dengan 80%Diukur pH filtratnya, jika pH-nya asam ditambhakan CaCO3 sampai cukup basaDipanaskan diatas penangas air 100oC selama 30 menitDisaring dengan kertas saring Whatman nomor 40Dipanaskan filtratnya dengan suhu ±85oC sambil ditambahkan air secukupnya agar tidak keringDitambahkanlarutan Pb-asetat jenuh netral setetes demi setetes sampai tidak menimbulkan kekeruhanDitambahkan1 gram Na-oksalat anhidrat untuk kelebihan Pb, kemudian disaringDitempatkan pada labu ukur 25 mlDikocok merata dan siap dianalisis atau disimpan pada lemari es 5-10oC

Sampel

Hasil

Page 12: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

Pereaksi-pereaksi yang digunakan untuk penetapan kadar gula pereduksi dan total gula

adalah :

a. Larutan tembaga sulfat, dibuat dengan melarutkan sebanyak 34,639 g CuSO4.5H2O

dalam air, diencerkan sampai volume 500 ml, dan disaring melalui kertas saring

b. Larutan tartarat basa, dibuat dengan melarutkan 173 g garam Rochele (Kna-tartrat)

dan 50 NaOH dalam air, diencerkan sampai volume 500 ml, didiamkan selama 2

hari, kemudian disaring melalui kertas saring

c. Larutan Fehling modifikasi Soxhlet, dibuat dengan mencampurkan dalam volume

yang sama larutan (a) dan (b) segera sebelum digunakan

d. Larutan glukosa standar, dibuat dengan melarutkan sebanyak 1,5 g aam benzoat

dalam 800 ml air mendidih, didinginkan sampai suhunya mencapai 25 – 30oC,

kemudian ditambahkan ke dalamnya 5,000 g glukosa dan diencerkan sampai

volume 1000 ml

e. Larutan biru metilena 0,2% dalam air (larutan dibuat baru)

Sebelum melakukan penetapan gula, terlebih dahulu dilakukan standarisasi larutan

Fehling.

- Dipindahkan kedalam labu erlenmeyer 250 ml masing-masing sebanyak

100 ml

- Ditambahkan 10 ml larutan Fehling dan 20 ml air

- Diletakkan diatas hot plate dan setelah mendidih dibubuhi 3-4 tetes larutan

biru metilena 0,2%

- Dititrasi dengan larutan glukosa standar sampai warna biru metilena

berubah menjadi warna merah bata (titik akhir titrasi), Selama

berlangsungnya titrasi, larutan dalam labu erlenmeyer diaduk dengan

pengaduk magnetik, dan diatur titrasi berlangsung selama 2 menit.

- dilakukan triplo

Pereaksi a dan b

Hasil

Page 13: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

3.1.1 Penetapan Gula Pereduksi :

Dipindahkan kedalam labu erlenmeyer 100 ml sebanyak 10 ml

Ditambahkan 10 ml larutan Fehling

Dititrasi dengan larutan glukosa standar seperti standarisasi Fehling, selama 2 menit

Dilakukan triplo

Kadar gula pereduksi dihitung sebagai glukosa dari titer penetapan larutan standar (blanko)

dan contoh, yaitu dengan rumus :

kadar gula pereduksi=c (b−a ) p

G×100 %

c = konsentrasi glukosa standar (5 mg/ml)b = titer penetapan blanko (ml)a = titer penetapan contoh (ml)p = faktor pengenceran g = bobot contoh (mg)

3.1.2 Penetapan Kadar Total Gula

Dipindahkan kedalam labu erlenmeyer 100 ml sebanyak 50 ml

Ditambahkan 20 ml air dan 10 ml HCl 36%

Diletakkan di atas penangas air bersuhu 60oC selama 10 menit sambil digoyang-

goyang

Didinginkan dalam air mengalir

Dinetralkan dengan NaOH 45% dan dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml

Ditetapkan volumenya dengan air sampai tanda batas

Disaring dnegan kertas saring jika terbentuk endapan

Penetapan kadar total gula dalam contoh ini dilakukan seperti penetapan kadar gula

pereduksi

Larutan bebas Pb (dari persiapan contoh)

Hasil

Filtrat bebas Pb (dari persiapan

Hasil

Page 14: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

3.2 Analisis Jenis-jenis Gula

Analisis kualitatif dan kuantitatif gula yang terdapat di dalam contoh dengan

menggunakan alat High Performance Liquid Chromatography (HPLC) merk ICI. Alat ini

terdiri dari empat bagian, yaitu :

a. Alat pengatur suhu HPLC tipe TC-1900

b. Alat pengatur gradien HPLC merk Kortec tipe K-45

c. Alat penyuntik otomatis tipe AS-2000

d. Alat pencatat kurva (chromatopac) merk Shimadzu tipe C-R6A

Kolom yang digunakan jenis ICI Fermentation Column dengan air bebas ion (high

pure) sebagia eluen. Kolom dioperasikan pada suhu 85-90oC. Kecepatan aliran alat adlah 0,5

ml/menit. Detektor yang digunakan adalah Refractive Index Detektor (RID) merk Shimanzu.

Persiapan contoh untuk analisis kualitatif dan kuantitatif jenis-jenis gula menggunakan

metode yang dilakukan oleh Picha (1985).

- Dimasukkan dalam labu erlenmeyer 100 ml sebanyak 10 g

- Ditambahkan 75 ml alkohol 80%

- Diaduk dengan pengaduk magnetik selama 5 menit

- Disaring dengan kertas saring Whatman nomor 41

- Ditampung filtratnya dalam labu ukur 100 ml hingga tanda batas

- Diambil sebanyak 5 ml filtrat dan disaring menggunakn saringan milipore dengan diameter pori-pori 0,45 ml

- Disuntikkan 10 μl kedalam HPLC

Persiapan Gula Standar (sukrosa, glukosa, dan fruktosa)

- Ditimbang masing-masing sebanyak 1 gram

- Dihomogenkan dengan alkohol 80%

- Disaring dengan kertas saring Whatsman nomor 4, filtrat ditampung dalam labu ukur 100 ml

- Dicuci sisa padatan dikertas saring mengguakan alkohol 80% sampai volume filtrat 100 ml

- Diambil sebanyak 5 μl untuk disaring dengan saringan milipore dengan diameter 0,45 μm

- Disuntikkan kedalam HPLC sebanyak 10μl

Sampel

Hasil

sukrosa, glukosa, dan fruktosa

Hasil

Page 15: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

Kadar masing-masing jenis gula dalam contoh diperoleh dengan mengalikan masing-

masing jenis gula yang terbaca pada detektor dengan faktor pengencerannya, atau

menggunakan rumus:

Kadar gula (mis .glukosa )=ab

× c× p

a = Luas daerah glukosa pada contohb = Luas area glukosa standarc = Konsentrasi glukosa standar (0,1%)p = faktor pengenceran

3.3 Analisis Kadar PatiKadar pati pada contoh dianalisis dengan metode hidrolisis asam. Prinsip analisis ini

adalah pati dalam contoh dihidrolisis dengan asam sehingga menghasilkan gula-gula

(glukosa), kemudian glukosa yang terbentuk ditetapkan kadarnya. Dengan demikian kadar

pati dapat ditentukan (Apriyantono et al., 1989).

- Dihomogenkan sebanyak 5gram dan dimasukkan ke dalam gelas piala 250 ml

- Ditambahkan 50 ml air dan diaduk dengan pengaduk magnetik selama 1 jam

- Disaring dengan kertas saring dan dicuci dengan air sampai filtrat mencapai 250 ml (filtrat mengandung karbohidrat terlarut, dibuang)

- Dipindahkan residunya secara kuantitatif dari kertas saring ke dalam gelas piala 500 ml dan dicuci dengan 200 ml air

- Ditambahkan 20 ml HCl 25% dan ditutup dengan pendingin balik

- Dipanaskan selama 2,5 jam dan didinginkan

- Dinetralkan dengan NaOH 45% dan diencerkan dengan air hingga 500 ml

- Disaring dengan kertas saring

- Dilakukan seperti penetapan kadar gula dalam penentuan glukosanya. Hasil perkalian bobot dengan faktor 0,9 merupakan bobot pati

3.5 Analisis Kadar Dekstrin

Kadar Dekstrin dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer Shimadzu UV 160.

Analisis ini didasarkan bahwa dekstrin larut dalam air dingin, antara dekstrin yang larut

tersebut dengan larutan iod dapat terbentuk ikatan dekstrin-iod yang berwarna merah atau

contoh

Hasil

Page 16: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

coklat-ungu. Absorbsinya dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 555 nm

(Armelia, 1990).

Membuat kurva standar Dekstrin

- Ditimbang sebanyak 0,1 g

- Diencerkan dengan air sampai volume 100 ml sambil diaduk dengan pengaduk magnetik selama 15 menit

- Disentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 15 menit

- Dipipet larutan yang jernih kedalam tabung reaksi masing-masing 0,1,2,3,4,5,dan 6 ml.

- Diencerkan dengan air hingga volumenya mencapai 10 ml

- Dibubuhi larutan iod 0,2 % (0,2 g I2 + 2,0 g KI + 100 ml air) sebanyak 1,2 ml

- Dicari absorbansi maksimumnya dengan spektrometer UV Vis

Pada percobaan ini diperoleh absorbansi maksimum pada panjang gelombang 550 nm.

Selanjutnya dibuat kurva standar yang menyatakan hubungan antara konsentrasi dekstrin

standar (absisa) terhadap absorbansi (ordinat).

Penetapan Dekstrin

- Ditimbang 3 gram yang telah dihomogenkan

- Dimasukkan ke dalam gelas piala 100 ml

- Ditambahkan 75 ml air dan diaduk dengan pengaduk magnetik selama 15 menit

- Disentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 15 menit

- Dipindahkan supernatan yang diperoleh ke dalam labu ukur 100 ml, sedangkan endapannya dalam tabung sentrifugasi ditambahkan 25 ml air, diaduk, dan disentrifugasi kembali

- Dipipet supernatan dan dipindahkan pada labu ukur isi supernatan sebelumnya dan diencerkan hingga 100 ml

- Dipipet 10 ml filtrat dan dibubuhi 0,2 ml larutan iod 0,2 %

- Dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 550 nm dengan spektrofotometer UV Vis. Persen dekstrin dalam contoh ditetapkan dengan memanfaatkan kurva standar dekstrin

Dektrin murni

Hasil

Hasil

Contoh

Page 17: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

4. ANALISIS LEMAK

Lemak adalah senyawa ester dari gliserol dan asam lemak. Namun lemak yang ada

didalam jaringan, baik hewan maupun tanaman, juga disertai dengan senyawa lain seperti

posfolipida, sterol, dan beberapa pigmen. Dalam analisis kadar lemak, seringkali disebut

sebagai analisis “lemk kasar”, karena selain asam lemak terikut pula senyawa-senyawa lain.

4.1 Penentuan Kadar Lemak dengan Soxhlet

Prinsip Soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya

sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin

balik. Soxhlet terdiri dari pengaduk atau granul anti-bumping, still pot (wadah penyuling,

bypass sidearm, thimble selulosa, extraction liquid, syphon arm inlet, syphon arm outlet,

expansion adapter, condenser (pendingin), cooling water in,dan cooling water out .

4.1.1 Langkah-langkah dalam metode Soxhlet adalah : 

Menimbang tabung pendidihan ; menuangkan eter anhydrous dalam tabung pendidihan,

susun tabung pendidihan, tabung Soxhlet, dan kondensator ; ekstraksi dalam Soxhlet ;

mengeringkan tabung pendidihan yang berisi lemak yang terekstraksi pada oven 1000C

selama 30 menit ; didinginkan dalam desikator lalu ditimbang.

Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang 5 sampai dengan 10 gram dan kemudian

dibungkus atau ditempatkan dalam “Thimble” (selongsong tempat sampel) , di atas sampel

ditutup dengan kapas. Pelarut yang digunakan adalah petroleum spiritus dengan titik didih 60

sampai dengan 80°C. Selanjutnya, labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu didih ialah

untuk meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi dengan petroleum

spiritus 60 – 80°C sebanyak 175 ml. Digunakan petroleum spiritus karena kelarutan lemak

pada pelarut organik. Thimbleyang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam Soxhlet. Soxhlet

disambungkan dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta kondensor . Alat

pendingin disambungkan dengan Soxhlet. Air untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi

lemak kemudian mulai dipanaskan.

Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati Soxhlet menuju ke pipa pendingin.

Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondensor mengembunkan uap pelarut

sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke thimble. Pelarut melarutkan lemak

Page 18: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

dalam thimble, larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan bila volumenya telah

mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju  labu. Proses dari pengembunan hingga

pengaliran disebut sebagai refluks. Proses ekstraksi lemak kasar dilakukan selama 6 jam.

Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses penyulingan

dan dikeringkan.

4.2 Penentuan Kadar Lemak dengan Babcock

Sejumlah sampel susu dipipet secara akurat ke dalam botol Babcock. Asam sulfat

dicampur dengan susu, yang akan mendigesti protein, menghasilkan panas dan merusak

lapisan yang mengelilingin droplet lemak, sehingga melepaskan lemak. Sampel kemudian

disentrifuse saat masih panas (55-60oC) yang akan menyebabkan lemak cair naik ke leher

botol. Leher botol telah diberi skala yang menunjukkan persen lemak. Metode ini

membutuhkan waktu 45 menit, dengan presisi hingga 0,1%. Metode ini tidak

menentukan kadar fosfolipid dalam susu, karena berada di fase air atau di antara fase

lemak dan air.

Page 19: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

5. ANALISIS VITAMIN

Vitamin merupakan senyawa organik yang jumlahnya relatif sangat sedikit didalam

suatu bahan pangan. Ada banyak jenis vitamin, tetapi pada umumnya dikelompokkan

menjadi dua, yaitu :

1. Vitamin yang larut dalam air, antara lain vitamin C (asam askorbat), B1, B2, B6, dan

B12 (Vitamin B kompleks)

2. Vitamin yang larut dalam lemak, antara lain vitamin A, D, E, dan K.

5.1 Penentuan Kadar Asam Askorbat Total

Prinsip penentuan kadar asam askorbat total adalah asam askorbat dioksidasi

seluruhnya menjadi asam dihidroaskorbat oleh arang aktif dengan bantuan asam asetat.

Selanjutnya bila direaksikan dengan 2,4-difenil-hidrazin dan ditambahkan asam sulfat akan

terbentuk warna merah yang intensitasnya dapat diukur niai absorbansinya pada panjang

gelombang 540 nm.

Muchtadi (1989) menjelaskan bahan dan prosedur yang digunakan untuk penentuan

kadar asam askorbat total. Sebelumnya disiapkan yaitu larutan asam metaposfat 5%, asam

asetat 10 %, larutan Tiourea 10 %, dan larutan 2,4-dinitrofenilhidrazin.

- Dihancurkan dan dihomogenkan dalam “waring blender” atau mortar menggunakan

larutan metaposfat-asam asetat

- Disaring

- Ditambahkan 0,75 g arang aktif pada 15 ml filtrat, dikocok dan disaring

- Ditambahkan 1 tetes Tiourea dan 1 ml larutan dinitrofenilhidrazin dalam tabung

reaksi

Dibuat juga blanko seperti prosedur diatas, penambahan dinitrofenilhidrazin diganti

dengan akuade. Selanjutnya tabung reaksi ditempatkan dalam penangas 37oC selama 3 jam,

Bahan

Hasil

Page 20: Protein Adalah Zat Makanan Yang Berfungsi Sebagai Zat Pembangun

kemudian tabung didinginkan dalam air es. Ditambahkan 5 ml asam sulfat 85 % kedalam

sampel dan blanko, dikocok merata. Setelah 30 menit dilakukan pembacaan absorban pada

540 nm. Dibuat konsentrasi asam askorbat dari 0,25-15 μg per ml. Akhirnya dapat ditentukan

kadar asam askorbat total.

5.2 Penentuan Kadar Vitamin A dalam Lemak / Minyak

Vitamin A didalam lemak atau minyak dapat ditentukan dengan beberapa metode.

Salah satu metode penentuan kadar vitamin A secara cepat adalah dengan metode Carr Price

(Apriyantono et al., 1989). Prinsip metode ini adalah vitamin A bereaksi dengan antimon

triklorida membentuk warna biru yang dapat diukur intensitasnya dengan spektrofotometer.

Pembuatan Reagensia antimon triklorida

- Dicuci dengan air dalam volume yang sama atau 2-3 kalinya

- Dibebaskan airnya dengan potassium karbonat anhidrat

- Didistilasi dan dibuang sedikit destilat awalnya (sekitar 10%)

- Larutan antimon yang terbentuk dicuci dengan kloroform murni (bebas air) hingga

jernih

Untuk sampel yang diduga banyak mengandung vitamin A dapat langsung digunakan,

yaitu terlebih dahulu dilarutkan dalam kloroform hingga mencapai konsentrasi 20 %

(w/v).

Untuk sampel yang sedikit mengandung vitamin A perlu dilakukan saponifikasi

terlebih dahulu. Cara saponifikasi yaitu: 10 g sampel ditambahkan 75 ml alkohol 95

% dan 25 ml larutan KOH 50 %. Kemudian dididihkan selama 20 menit. Bagian yang

tidak tersabunkan diekstrak dengan kloroform.

Disiapkan blanko dengan cara mencampurkan 4 ml reagen antimon triklorida hingga

merata. Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 620 nm. Kadar vitamin A

ditentukan berdasarkan kurva standar ( konsentrasi vitamin A asetat 0-15 IU per m).

Kloroform

Hasil