protein
TRANSCRIPT
TUGAS METABOLISME BIOKIMIA
PROTEIN
Prima Wahyu Subagja
41204720109035
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
FAKULTAS MIPA/KIMIA
2012
PENDAHULUAN
Protein adalah salah satu bio-makromolekul yang penting peranannya dalam makhluk
hidup. Fungsi dari protein itu sendiri secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kelompok
besar, yaitu sebagai bahan struktural dan sebagai mesin yang bekerja pada tingkat molekular.
Apabila tulang dan kitin adalah beton, maka protein struktural adalah dinding batu batanya.
Beberapa protein struktural, fibrous protein, berfungsi sebagai pelindung, sebagai contoh keratin
yang terdapat pada kulit, rambut, dan kuku. Sedangkan protein struktural lain ada juga yang
berfungsi sebagai perekat, seperti kolagen.
Protein dapat memerankan fungsi sebagai bahan struktural karena seperti halnya polimer
lain, protein memiliki rantai yang panjang dan juga dapat mengalami cross-linking dan lain-lain.
Selain itu protein juga dapat berperan sebagai biokatalis untuk reaksi-reaksi kimia dalam sistem
makhluk hidup. Makromolekul ini mengendalikan jalur dan waktu metabolisme yang kompleks
untuk menjaga kelangsungan hidup suatu organisme. Suatu sistem metabolisme akan terganggu
apabila biokatalis yang berperan di dalamnya mengalami kerusakan. Protein adalah molekul
yang sangat vital untuk organisme dan terdapat di semua sel. Protein merupakan polimer yang
disusun oleh 20 macam asam amino standar. Rantai asam amino dihubungkan dengan ikatan
kovalen yang spesifik. Struktur dan fungsi ditentukan oleh kombinasi, jumlah, dan urutan asam
amino, sedangkan sifat fisik dan kimiawi dipengaruhi oleh asam amino penyusunnya (Murray
dan Robert 2003).
Asam amino merupakan unit pembangun protein yang dihubungkan melalui ikatan
peptida pada setiap ujungnya. Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N, serta kadang-kadang P
dan S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang yang
biasa dijumpai pada protein (Murray dan Robert 2003).
Gambar 1 Struktur molekul asam amino
PROTEIN
Istilah protein diperkenalkan pada tahun 1830-an oleh pakar kimia Belanda bernama
Mulder, yang merupakan salah satu dari orang-orang pertama yang mempelajari kimia dalam
protein secara sistematik. Ia secara tepat menyimpulkan peranan inti dari protein dalam sistem
hidup dengan menurunkan nama dari bahasa Yunani proteios, yang berarti “bertingkat pertama”.
Protein merupakan makromolekul yang menyusun lebih dari separuh bagian dari sel. Protein
menentukan ukuran dan struktur sel, komponen utama dari sistem komunikasi antar sel serta
sebagai katalis berbagai reaksi biokimia di dalam sel, karena itulah sebagian besar aktivitas
penelitian biokimia tertuju pada protein khususnya hormon, antibodi, dan enzim. Semua jenis
protein terdiri dari rangkaian dan kombinasi dari 20 asam amino. Setiap jenis protein mempunyai
jumlah dan urutan asam amino yang khas. Di dalam sel, protein terdapat baik pada membran
plasma maupun membran internal yang menyusun organel sel seperti mitokondria, retikulum
endoplasma, nukleus, dan badan golgi dengan fungsi yang berbeda-beda tergantung pada
tempatnya. Protein-protein yang terlibat dalam reaksi biokimia sebagian besar berupa enzim
banyak terdapat di dalam sitoplasma dan sebagian terdapat pada kompartemen dari organel sel.
Protein merupakan kelompok biomakromolekul yang sangat heterogen. Ketika berada di
luar makhluk hidup atau sel, protein sangat tidak stabil. Protein merupakan komponen utama
bagi semua benda hidup termasuk mikroorganisme, hewan dan tumbuhan. Protein merupakan
rantai gabungan 22 jenis asam amino. Protein memainkan berbagai peranan dalam benda hidup
dan bertanggung jawab untuk fungsi dan ciri-ciri benda hidup. Keistimewaan lain dari protein
yaitu strukturnya yang mengandung N (15,30-18%), C (52,40%), H (6,90-7,30%), O (21-
23,50%), S (0,8-2%), disamping C, H, O (seperti juga karbohidrat dan lemak), dan S atau P, Fe,
dan Cu (sebagai senyawa kompleks dengan protein). Salah satu cara terpenting yang cukup
spesifik untuk menentukan jumlah protein secara kuantitatif adalah dengan penentuan kandungan
N yang ada dalam bahan makanan atau bahan lain (Sudarmaji 1989).
Menurut Lehninger (1982), protein diperkenalkan sebagai molekul makro pemberi
keterangan, karena urutan asam amino dari protein tertentu mencerminkan keterangan genetik
yang terkandung dalam urutan basa dari bagian yang bersangkutan dalam DNA yang
mengarahkan biosintesis protein. Setiap jenis protein ditandai ciri-cirinya oleh:
1. Susunan kimia yang khas
2. Bobot molekular yang khas
3. Urutan asam amino yang khas.
Protein memegang peranan penting dalam berbagai proses biologis. Peran-peran tersebut
antara lain:
1. Katalisis enzimatik
2. Transportasi dan penyimpanan
3. Koordinasi gerak
4. Penunjang mekanis
5. Proteksi imun
6. Membangkitkan dan menghantarkan impuls saraf
7. Pengaturan pertumbuhan dan diferensiasi (Sloane 2004).
Jenis-jenis protein diantaranya adalah:
a. Kolagen, protein struktur yang diperlukan untuk membentuk kulit, tulang, dan ikatan tisu
b Antibodi, protein sistem pertahanan yang melindungi badan daripada serangan penyakit
c Dismutase superoxide, protein yang membersihkan darah kita
d Ovulbumin, protein simpanan yang memelihara badan.
e Hemoglobin, protein yang berfungsi sebagai pembawa oksigen
f Toksin, protein racun yang digunakan untuk membunuh kuman
g Insulin, protein hormon yang mengawal aras glukosa dalam darah
h Tripsin, protein yang mencernakan makanan protein (Girindra 1993).
Menurut Lehninger (1982), fungsi protein dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
sebagai bahan struktural dan sebagai mesin yang bekerja pada tingkat molekuler. protein dapat
memerankan fungsinya sebagai bahan struktural karena seperti halnya polimer lain, protein
memiliki rantai yang panjang dan juga dapat mengalami cross-linking dan selain itu juga dapat
berperan sebagai biokatalis untuk reaksi-reaksi kimia dalam sistem makhluk hidup. Struktur
protein terdiri dari empat macam struktur :
1. Struktur primer (struktur utama)
Struktur ini terdiri dari asam-asam amino yang dihubungkan satu sama lain secara
kovalen melalui ikatan peptida. Struktur ini terdiri atas asam amino yang dihubungkan satu sama
lain secara kovalen melalui ikatan peptida. Ujung dari polipeptida yang terbentuk ini memiliki
sifat kimia yang berbeda, yaitu mempunyai gugus amino bebas (ujung N atau amino, NH2-) dan
mempunyai gugus karboksil bebas (ujung C atau karboksil, COOH-). Oleh karena itu arah
polipeptida dan dituliskan baik N→C (kiri ke kanan) maupun C →N (kanan ke kiri).
Gambar 9 Struktur primer protein
2. Struktur sekunder
Protein sudah mengalami interaksi intermolekul, melalui rantai samping asam amino.
Ikatan yang membentuk struktur ini, didominasi oleh ikatan hidrogen antar rantai samping yang
membentuk pola tertentu bergantung pada orientasi ikatan hidrogennya. Ada dua jenis struktur
sekunder, yaitu: α-heliks dan β-sheet. Ikatan yang membentuk struktur ini didominasi oleh ikatan
hidrogen antara rantai samping yang membentuk pola tertentu bergantung pada orientasi ikatan
hidrogennya.
Gambar 10 Struktur sekunder protein
3. Struktur Tersier
Struktur tersier terbentuk karena adanya lipatan yang membentuk struktur yang
kompleks. Lipatan distabilkan oleh ikatan hidrogen, ikatan disulfida, interaksi ionik, ikatan
hidrofobik, dan ikatan hidrofilik. Interaksi intra molekuler yang terjadi seperti ikatan hidrogan,
ikatan ion, van der waals, dan hidropobik yang turut menentukan orientasi struktur tiga dimensi
dari protein.
Gambar 11 Struktur tersier protein
4. Struktur Kuartener
Struktur Kuartener terbentuk dari beberapa bentuk tersier, dengan kata lain multi subunit.
Interaksi intermolekul antar subunit protein ini membentuk struktur keempat atau kuartener.
Interaksi intermolekul antar subunit protein ini membentuk struktur keempat/kwaterner. Setiap
subunit protein dapat melakukan komunikasi dan saling mempengaruhi satu sama lain melalui
interaksi intermolekuler. Beberapa struktur protein terikat dengan jembatan disulfida antara
polipeptida yang berbeda, tetapi banyak protein terdiri dari asosiasi subunit yang lebih lemah
yang dihubungkan dengan ikatan hidrogen dan efek hidrofobik. Protein ini dapat kembali pada
komponen polipeptidanya atau berubah komposisi subunitnya tergantung pada kebutuhan
fungsinya.
Gambar 12 Struktur kuartener protein
Asam Amino
Asam amino merupakan unit pembangun protein yang dihubungkan melalui ikatan
peptida pada setiap ujungnya. Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N, atau P dan S. Asam
amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang yang biasa dijumpai pada protein.
Gambar 13 Struktur molekul asam amino
Asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus
karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil
pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifik. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan
esterifikasi. Asam amino juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan
memberikan proton kepada basa kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton dari
basa kuat. Semua asam amino yang ditemukan pada protein mempunyai ciri yang sama, gugus
karboksil dan amino diikat pada atom karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan
yang lain pada gugus R-nya, yang bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan listrik, dan
kelarutan dalam air. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik yang melibatkan
gugus R-nya (Lehninger 1982).
Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi
berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut yaitu asam amino non-polar
dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin,
Fenilalanin, Triptofan, dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa muatan
pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin, dan
Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan
golongan keempat yaitu asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam
amino yang ada, dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu Valin, Leusin, Isoleusin,
Metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa
disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan dan
zat nutrisi lainnya (Girindra 1993).
Protein adalah suatu senyawa organik yang berbobot molekul tinggi dan tersusun dari
unsur C, H, O dan N serta unsur lain seperti P dan S yang akan membentuk struktur unit asam
amino. Asam amino cukup banyak ditemukan di alam, cuma sekitar 20 jenis asam amino yang
menyusun suatu rantai protein dengan struktur kimia berupa rantai aromatik, alifatik, dan
heterosiklik atau menurut gugus R yang ada. Gugus R sangat bermakna karena dapat
menunjukkan polaritas dalam menentukan fungsi asam amino dalam protein.
Asam amino mempunyai satu gugus karboksil dan satu gugus amino, umumnya gugus R
tidak sama dengan H, maka atom karbon adalah asimetris, ini memungkinkan didapatkan dua
senyawa yang berbeda tetapi mempunyai rumus yang sama, dimana salah satunya adalah
isomer bayangan cermin / enansiomer.
A. Klasifikasi asam amino
Berdasarkan sifat polar gugus R, maka asam amino terdiri dari 4 golongan yakni :
1. Asam amino dengan gugus R yang tidak mengutub
Asam amino dibagi menjadi beberapa golongan yakni lima asam amino yang mengandung
gugus R alifatik (alanina, lesina, isolesina, valina, dan prolina), dua dengan R aromatik
(fenilalanina dan triptofana) dan satu mempunyai atom sulfur (metionina).
2. Asam amino dengan gugus R mengutub tidak bermuatan
Asam amino golongan ini lebih mudah larut dalam air, karena gugus R mengutub dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Kepolaran serina, treonina, dan tirosina
disebabkan oleh gugus hidroksil, pada asparagina dan glutamine oleh gugus amida, dan
pada sisteina oleh gugus sulfidril (-SH).
3. Asam amino dengan gugus R bermuatan negatif/asam amino asam
Asam amino asam mempunyai pH 6 s/d 7 dan terdiri dari asam aspartat dan asal glutamate
dimana masing-masing asam amino ini mempunyai dua gugus karboksil
Gambar 4.5. Asam amino asam
4. Asam amino dengan gugus R bermuatan positif/asam amino basa
Asam amino basa bermuatan positif pada pH 7 terdiri dari lisina yang mengandung gugus
amino, arginina mengandung gugus basa lemah (imidazolium), histidina pada pH 6
umumnya bermuatan posistif.
5. Stereo Kimia Asam Amino
Semua asam amino didapatkan dari hasil hidrolisis protein, glisina mempunyai sifat optik
aktif yang disebabkan adanya atom karbon asimetrik yaitu atom karbon yang mengikat
unsur/senyawa/gugus yang berbeda pada tiap ikatannya.
Reaksi Kimia Asam Amino
1. Reaksi Ninhidrin
Reaksi Ninhidrin digunakan untuk penentuan kuantitatif asam amino, dengan
memanaskan asam amino dan ninhidrin akan terjadi larutan warna biru (gambar 4.8)
dan intensitasnya dapat diukur dengan spektrofotometer. Asam amino dengan gugus α-
amino bebas memberikan reaksi ninhidrin yang positif, pada prolina dan hidroksi
prolina menghasilkan warna kuning.
2. Reaksi Sanger
Reaksi Sanger adalah reaksi antara gugus α-amino dengan 1-fluoro-2-,4-dinitrobenzena
(FDNB). Dalam keadaan basa lemah, FDNB bereaksi dengan α-asam amino
menghasilkan derivat 2,4-dinitrofenil atau DNP-asam amino
3. Reaksi Dansil Klorida
Reaksi Dansil klorida adalah reaksi antara gugus amino dengan 1-dimetil amino
naftalena 5-sulfonil klorida. Karena gugus dansil mempunyai sifat fluoresensi yang
tinggi, maka derivat dansil asam amino dapat ditentukan dengan cara fluorometri
4. Reaksi Edman
Reaksi Edman merupakan reaksi antara α-asam amino dengan fenilisotiosianat yang
menghasilkan derivat asam amino feniltiokarbamil. Dalam suasana asam pelarut
nitrometana yang terakhir ini mengalami siklisasi membentuk senyawa lingkar
feniltuihidantoin. Reaksi Edman sering dipakai untuk penentuan asam amno N-ujung
suatu rantai polipeptida.
5. Reaksi Basa Schiff
Reaksi basa Schiff merupakan reaksi reversible anta gugus α-amino dengan gugus
aldehida, basa Schiff b ini biasa terjadi sebagai senyawa antara dalam reaksi enzim
antara α-asam amino dan substrat.
6. Reaksi Gugus R
Gugus –SH pada sisteina, hidroksifenol pada tirosina, dan guanidium pada arginina
menunjukkan reaksi khas yang sering terjadi pada gugus fungsi tersebut. Gugus sulfidril
pada sisteina bereaksi dengan ion logam berat (ion Ag dan ion Hg) menghasilkan
merkaptida.
7. Peptida
Peptida tersusun dari beberapa asam amino yang merupakan rantai yang terhubungkan
dari gugus karboksil asam amino dengan gugus amino dari asam amino lainnya melalui
ikatan peptide. Dua asam amino yang dihubungan oleh ikatan peptida disebut dipeptida
dan lebih dari dua asam amino adalah tripeptida dan seterusnya akan menjadi
polipeptida. Penamaan peptida lebih lanjut didasarkan pada komponen asam aminonya.
Urutan dimulai dari rantai N-ujung. Penamaan pentapeptida di atas didasarkan pada
komponen asam aminonya. Urutan dimulai dari rantai N-ujung, sehingga gambar di atas
mempunyai susunan nama adalah Serilglisiltirosilalanillesina (Ser-Gli-Tir-Ala-Les).
Ikatan peptida yang terjadi dari dua residu asam amino menunjukkan kemantapan
resonansi yang tinggi; ikatan C – N akan mempunyai sifat ikatan rangkap sebesar 40 %,
dan ikatan rangkap C = O mempunyai sifat ikatan tunggal sebesar 40 %. Akibatnya,
gugus amino (- NH -) dalam ikatan peptida tersebut tidak mengalami ionisasi, juga
ikatan C – N dalam peptida tidak mengalami rotasi dengan bebas. Hal ini merupakan
faktor penting dalam menentukan struktur tiga dimensi dan sifat rantai polipeptida dari
protein.
Klasifikasi Protein
Klasifikasi protein dalam biokimia didasarkan pada fungsi biologinya.
1. Enzim
Enzim merupakan golongan protein yang terbesar dan paling penting. Kira-kira seribu
macam enzim telah diketahui, dimana berfungsi sebagai biokatalisator reaksi kimia dalam
jasad hidup. Molekul enzim biasanya berbentuk globular (bulat), sebagian terdiri dari satu
rantai polipeptida dan ada yang lebih dari satu rantai polipeptida.
Sebagai contoh adalah ribonuklease (enzim yang mengkatalisis hidrolisis RNA), sitokrom
(berperan dalam proses pemindahan elektron), tripsin (katalisator pemutus ikatan
peptida).
2. Protein Pembangun
Protein ini berfungsi sebagai pembentuk struktur. Sebagai contoh adalah glikoprotein
(penunjang struktur dinding sel), α-keratin (terdapat dalam kulit, rambut), kolagen
(serabut dalam jaringan penyambung), mukoprotein (sekresi mukosa/lender).
3. Protein Kontraktil
Golongan protein ini berperan dalam proses gerak.
Sebagai contoh adalah myosin (filament tak bergerak dalam miofibril), aktin (filament
yang bergerak miofibril), dinein (dalam rambut getar dan flagel).
4. Protein Pengangkut
Protein ini mempunyai kemampuan untuk mengikat molekul tertentu dan melakukan
pengangkutan melalui aliran darah. Sebagai contoh adalah hemoglobin (alat pengangkut
oksigen dalam darah), mioglobin (pengangkut oksigen dalam otot), serum albumin
(pengangkut asam lemak dalam darah), β-lipoprotein (pengangkut lipida dalam darah).
5. Protein Hormon
Seperti halnya enzim, hormon termasuk protein yang aktif. Sebagai contoh adalah insulin
(mengatur metabolisme glukosa), adrenokortikotrop (mengatur sintesis kortikosteroid).
6. Protein Bersifat Racun
Beberapa protein bersifat racun terhadap hewan kelas tinggi. Sebagai contoh adalah
Clostridium botulinum (keracunan bahan makanan), bisah ular (penyebab terhidrolisisnya
fosfogliserida), risin (racun dalam beras).
7. Protein Pelindung
Golongan ini umumnya terdapat dalam darah vertebrata. Sebagai contoh adalah antibodi
(terbentuk jika ada antigen), fibrinogen (sumber pembentuk fibrin dalam pembekuan
darah), trombin (komponen dalam pembekuan darah).
8. Protein Cadangan
Protein ini disimpan untuk berbagai proses metabolisme dalam tubuh. Sebagi contoh
adalah ovalbumin (protein pada putih telur), kasein (protein susu), feritin (cadangan besi
dalam limfa).
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, P.N., A.D. Smith. 1982. Biochemistry Illustrated. Wilture Enterprises. Hong Kong.
De Man, J.M. 1997. Kimia Makanan. Terjemahan. ITB. Bandung.
Girindra, A. 1986. Biokimia 1. Gramedia. Jakarta.
Hawab, M. dkk. 1989. Biokimia Lanjutan. PAU-Ilmu Hayat IPB. Bogor.
Houston, M.E. 1995. Biochemistry Primer For Exercise Science. Human Kinetics.
Champaign.USA.
Kay, E.R.M. 1966. Biochemistry : An Introduction to Dynamic Biology. Collier-
Macmillan.Canada.
Kuchel, P., G. B. Ralston. 2006. Biokimia. Schaum. Terjemahan. Erlangga. Jakarta.
Lehninger, A..L., et al. 1997. Principles of Biochemistry. 2nd .Worth Publisher. New York.
Nur, M. A. 1990. Konsep Modern Biokimia I. PAU-Ilmu Hayat IPB. Bogor.
Poedjiadi, A., F.M. T. Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakaerta.
Sastrohamidjoyo, H. 2005. Kimia Organik : Stereokimia, Karbohidrat, Lemak dan Protein. Gajah
Mada University Press. Jogjakarta.
Stryer, L. 2000. Biokimia. Vol 1,2,3. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Wirahadikusumah, M. 1981. Biokimia : Proteine, Enzima & Asam Nukleat. ITB. Bandung.
SENARAI