prosiding pesat 2015 - rowland bismark.f. pasaribu · pdf filesedangkan secara parsial...

15

Upload: tranminh

Post on 25-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSIDING PESAT 2015 - Rowland Bismark.F. Pasaribu · PDF fileSedangkan secara parsial desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan tidak ... Otonomi daerah adalah hak, wewenang,
Page 2: PROSIDING PESAT 2015 - Rowland Bismark.F. Pasaribu · PDF fileSedangkan secara parsial desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan tidak ... Otonomi daerah adalah hak, wewenang,

PROSIDING PESAT 2015

(Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil) Volume 6 – Oktober 2015

PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA

MELALUI REVITALISASI PERADABAN

ISSN : 1858 – 2559

PENERBIT

Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma

Alamat Redaksi

Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma

Jl. Margonda Raya 100 Pondok Cina

Depok, Jawa Barat 16424

Telp: +62-21-78881112 ext. 455

Fax: +62-21-7872829

Email: [email protected]

Laman: http://penelitian.gunadarma.ac.id/pesat

http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/pesat

Page 3: PROSIDING PESAT 2015 - Rowland Bismark.F. Pasaribu · PDF fileSedangkan secara parsial desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan tidak ... Otonomi daerah adalah hak, wewenang,

ii

PESAT

Seminar Ilmiah Nasional Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil

Volume 6 – Oktober 2015

956 hal + xv

Editor:

Tri Wahyu Retno Ningsih, Vega Valentine, Indah Mulyani, Risnawati

Desain sampul: Tim Prosiding

Penerbit: Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma

©2015. Hak cipta Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma. Dilarang

memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi prosiding ini dalam

bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk fotocopy,

memindai atau dengan sistem penyimpanan lainnya tanpa izin dari penerbit.

ISSN : 1858 – 2559

Page 4: PROSIDING PESAT 2015 - Rowland Bismark.F. Pasaribu · PDF fileSedangkan secara parsial desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan tidak ... Otonomi daerah adalah hak, wewenang,

iii

DEWAN REDAKSI

Penanggung Jawab:

Prof. Dr. Yuhara Sukra, MSc.

Prof. Dr. Didin Mukodim MM.

Dr. Ir. Hotniar Siringoringo, MSc.

Ketua Dewan Redaksi:

Dr. Bertalya, SKom., DEA

Komite Ilmiah:

Prof. Dr. Didin Mukodim (Universitas Gunadarma)

Prof. Dr. Dharma Tintri Ediraras SE. Ak. MBA. (Universitas Gunadarma)

Prof. Sahat Sahala Pandjaitan (Universitas Lampung)

Prof. Dr. Waridin, MS. (Universitas Diponegoro)

Prof. Dr. Indah Susilowati, MSc. (Universitas Diponegoro)

Prof. Jamaluddin Ancok (Universitas Gunadarma)

Dr. M.M. Nilam Widyarini, MPsi., Psikolog (Universitas Gunadarma)

Dr. Raziq Hasan, Ir. MTArs. (Universitas Gunadarma)

Dr. Heri Suprapto (Universitas Gunadarma)

Dr. Totok Suhardiyanto, MHum. (Universitas Indonesia)

Dr. Ir. Budi Hermana, M.M. (Universitas Gunadarma)

Prof. Antariksa Sudikno, MEng., PhD. (Universitas Brawijaya)

Editor Pelaksana:

Tri Wahyu Retno Ningsih, SS, MM

Dr. Jacobus Belida Blikololong

Indah Mulyani, SPsi., MSi

Vega Valentine, ST, MMSI, MSc.

Nurlalila, SS, MHum.

Risnawati, SP, MSi.

Sandhi Prajaka, SKom., MMSI

Sampul:

Tim Prosiding

Penerbit:

Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma

Page 5: PROSIDING PESAT 2015 - Rowland Bismark.F. Pasaribu · PDF fileSedangkan secara parsial desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan tidak ... Otonomi daerah adalah hak, wewenang,

iv

PANITIA PELAKSANA SEMINAR

Penasehat:

Prof. Dr. E.S. Margianti, SE., MM.

Prof. Suryadi Harmanto, SSi., MMSI.

Agus Sumin, SSi., MM

Penanggung Jawab:

Prof. Dr. Yuhara Sukra, MSc.

Prof. Dr. Didin Mukodim MM.

Dr. Ir. Hotniar Siringoringo, MSc.

Ketua Panitia:

Dr. Sri Hermawati, SE., MM.

Sekretaris:

Dr. Bertalya, SKom., DEA

Bendahara:

M.S. Harlina, S.Kom., MMSI

Sekretariat:

Ida Ayu Ari Angreni, ST, MMT

Lilis Setyowati, ST

Riyanto Wibowo, ST

Sarana dan Prasarana:

Dr. Harjanto Sutedjo, MM

Remi Senjaya, SKom. MMSI

Edy Prihantoro, SS, MMSI

Page 6: PROSIDING PESAT 2015 - Rowland Bismark.F. Pasaribu · PDF fileSedangkan secara parsial desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan tidak ... Otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal... E-123

PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN

PENDAPATAN DI PULAU JAWA TAHUN 2009-2013

Dewi Rosdyana1

E. Susy Suhendra2

Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma [email protected]

2susys,

3rowland_pasaribu{@staff.gunadarma.ac.id, @staff.gunadarma.ac.id}

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh desentralisasi fiskal terhadap

pertumbuhan ekonomi daerah dan ketimpangan pendapatan di Pulau Jawa Tahun 2009-2013.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber yang

mempublikasikan data yang diperlukan. Metode analisisi yang digunakan yaitu analisis regresi

linier dengan bantuan program SPSS22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan

desentralisasi fiskal berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan

pendapatan. Sedangkan secara parsial desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan. Nilai adjusted R square

menunjukkan bahwa kemampuan variabel desentralisasi fiskal dalam menjelaskan variabel

pertumbuhan ekonomi sebesar 30,2% sedangkan sisanya sebesar 69,8% dijelaskan oleh variabel

lain yang tidak dimasukkan kedalam penelitian ini. Sedangkan kemampuan variabel desentralisasi

fiskal dalam menjelaskan variabel ketimpangan pendapatan sebesar 79% sedangkan sisanya

sebesar 21% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan kedalam penelitian ini.

Kata Kunci: Desesntralisasi Fiskal, Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan Pendapatan

PENDAHULUAN

Sejak pemerintahan orde baru

Indonesia berhasil membangun

pemerintahan nasional yang kuat. Banyak

prestasi yang telah dicapai selama

pemerintahan orde baru terutama dalam

bidang ekonomi dengan sistem

pemerintahan terpusat. Pemerintah

Indonesia kini telah merubah sistem

pemerintahan sentralisasi menjadi sistem

pemerintahan desentralisasi melalui

otonomi daerah. Karena pada masa

pemerintahan terpusat, pemerintah daerah

dipandang belum mampu untuk

mengurusi urusan yang ada pada daerah.

Mengacu pada Undang-Undang No.5

Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Pemerintahan Daerah. Otonomi daerah

adalah hak, wewenang, dan kewajiban

daerah untuk mengatur dan mengurus

rumah tangganya sendiri sesuai dengan

peraturan perundangan yang berlaku.

Melalui desentralisasi fiskal diharapkan

pemerintah daerah dapat mengembangkan

potensi daerah melalui pertumbuhan

ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi

menjadi penting karena sebagai tolok ukur

keberhasilan penerapan desentralisasi

fiskal, semakin tinggi pertumbuhan

ekonomi ekonomi daerah biasanya

semakin maju daerah tersebut. Setiap

daerah memiliki potensi dan karakteristik

yang berbeda-beda, ada daerah dengan

kekayaan alam melimpah dan ada juga

daerah yang tidak memiliki kekayaan

alam sama sekali. Pembangunan ekonomi

suatu daerah berkaitan erat dengan potensi

ekonomi dan karakteristik yang dimiliki

oleh daerah serta adanya keterkaitan

kegiatan ekonomi antar daerah sekitarnya.

Potensi ekonomi maupun karakteristik

yang dimiliki suatu daerah pada umumnya

berbeda-beda antara yang satu dengan

Rowland Bismark Fernando Pasaribu

Page 7: PROSIDING PESAT 2015 - Rowland Bismark.F. Pasaribu · PDF fileSedangkan secara parsial desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan tidak ... Otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

E-124 Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal...

yang lainnya (Glasson, 1977; dalam

Suparta, 2010).

Desentralisasi fiskal merupakan

peluang bagi daerah untuk mengurus dan

mengembangkan potensi yang ada di

daerah nya demi kemajuan pembangunan

dan menciptakan pertumbuhan ekonomi

yang berkesinambungan agar terwujud

kemakmuran dan kesejahteraan

masyarakat. Kebijakan desentralisasi

fiskal ini dimaksudkan agar pemerintah

daerah mampu menjalankan fungsinya

dengan baik serta dapat mendukung dan

meningkatkan keuangan pemerintah

daerah dalam melaksanakan otonomi

(Saragih, 2003; dalam Nurana, 2013).

Desentralisasi fiskal dapat membawa

dampak negatif bagi pertumbuhan

ekonomi. Desentralisasi fiskal dapat

mendorong ke arah ketidakstabilan

ekonomi makro, yang pada gilirannya

akan menghambat pertumbuhan ekonomi,

sebab desentralisasi fiskal dapat

mengurangi pengeluaran pemerintah dan

pajak yang berbasis pada pemerintah

pusat yang dapat digunakan untuk

melakukan fungsi stabilitasi (World Bank,

1997; dalam Saputra, 2013).

Desentralisasi fiskal juga dapat

menyebabkan ketimpangan pendapatan

karena tidak meratanya pertumbuhan

ekonomi di setiap daerah.

Dampak penerapan desentralisasi

fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi

daerah dan ketimpangan pendapatn juga

dirasakan di Pulau Jawa. Pelaksanaan

desentralisasi fiskal yang sudah berjalan

kurang lebih empat belas tahun, masih

mengalami berbagai permasalahan.

Desentralisasi fiskal memang berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi, namun

seiring dengan meningkatnya

pertumbuhan ekonomi daerah juga diikuti

dengan meningkatnya ketimpangan

pendapatan di berbagai daerah.

Berdasarkan tabel 1, derajat

desentralisasi fiskal Pulau Jawa terus

berfluktuasi dari tahun 2009-2013. Nilai

derajat desentralisasi fiskal di seluruh

provinsi di Pulau Jawa berada diatas 50

persen. hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan daerah dalam mengelola

keuangan daerah sangat baik. Apabila

dibandingkan provinsi-provinsi di Pulau

Jawa, Jawa Timur memiliki kemampuan

keuangan daerah yang sangat baik

dibandingkan dengan 5 provinsi di Pulau

Jawa lainnya dengan rata-rata derajat

desentralisasi fiskal sebesar 70,70 persen.

Pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa

dalam kurun waktu 2009-2013 terus

mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai

oleh Provinsi Jawa Timur dengan rata-rata

pertumbuhan ekonomi sebesar 6,21

persen. apabila dilihat ketimpangan

pendapatan dengan Indeks Williamson

keseluruhan provinsi di Pulau Jawa masih

diatas 0,5 hal ini menunjukkan bahwa

ketimpangan pendapatan di Pulau Jawa

cukup tinggi.

Tabel 1

Perkembangan Desentralisasi Fiskal, Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Wilayah di Pulau

Jawa Tahun 2009-2013

Provinsi Derajat Desentralisasi Fiskal Pertumbuhan ekonomi

2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013

DKI Jakarta 55,03 55,99 63,00 62,30 67,95 5,02 6,50 6,73 6,53 6,11

Jawa Barat 70,90 74,44 76,92 59,15 64,25 4,19 6,20 6,48 6,21 6,06

Jawa Tengah 70,23 72,21 73,72 56,69 61,55 5,14 5,84 6,03 6,34 5,81

D.I Yogyakarta 50,17 53,86 54,03 46,23 47,08 4,43 4,88 5,17 5,32 5,40

Jawa Timur 72,92 74,41 77,42 62,23 66,50 5,01 5,01 7,22 7,27 6,55

Banten 68,52 73,95 77,10 62,73 66,11 4,71 6,11 6,39 6,15 5,86

Page 8: PROSIDING PESAT 2015 - Rowland Bismark.F. Pasaribu · PDF fileSedangkan secara parsial desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan tidak ... Otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal... E-125

Provinsi Ketimpangan Pendapatan (Indeks Willamson)

2009 2010 2011 2012 2013

DKI Jakarta 0,53 0,53 0,53 0,53 0,53

Jawa Barat 0,56 0,56 0,60 0,60 0,60

Jawa Tengah 1,07 1,05 1,05 1,05 1,05

D.I Yogyakarta 0,48 0,49 0,49 0,49 0,49

Jawa Timur 1,10 1,10 1,11 1,11 1,11

Banten 0,72 0,65 0,64 0,64 0,64

Sumber: BPS 2009-2013 (diolah)

Dapat terlihat jelas bawa seiring

peningkatan pertumbuhan ekonomi juga

di ikuti dengan peningkatan ketimpangan

pendapatan. Hal tersebut dapat disebabkan

karena pertumbuhan ekonomi yang tidak

merata di setiap daerah.

Pertumbuhan ekonomi dan

desentralisasi fiskal mempunyai hubungan

secara bersamaan karena adanya beberapa

penyebab yaitu pertumbuhan terlihat

obyek dari desentralisasi fiskal yaitu

efisiensi alokasi sumber daya pada sektor

public, kemudian secara tegas tujuan dari

pemerintah dalam mengadopsi kebijakan

ini adalah untuk menunjang kenaikan

pendapatan perkapita dan yang terakhir

pendapatan perkapita merupakan suatu

ukuran yang lebih mudah dan dapat

menjelaskan keadaan ekonomi

dibandingkan dengan indikator yang lain

(Zhang dan Zou, 2001; dalam Apriesa dan

Miyasto, 2013). Selain desentralisasi

fiskal pertumbuhan ekonomi juga

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

pajak daerah, tenaga kerja, jumlah

penduduk, dll. Menurut Todaro, 2000

(dalam Pujiati, 2008) terdapat tiga faktor

komponen utama dalam pertumbuhan

ekonomi dari setiap bangsa, ketiganya

adalah: Akumulasi modal yang meliputi

semua bentuk atau jenis investasi baru

yang ditanamkan pada tanah, peralatan

fisik dan modal atau sumber daya

manusia, pertumbuhan penduduk

beberapa tahun selanjutnya yang akan

memperbanyak jumlah akumulasi kapital,

kemjuan teknologi.

Penelitian Siagian (2010)

menunjukan hasil yang negatif dan

signifikan desentralisasi fiskal terhadap

ketimpangan pendapatan, secara umum

peningkatan derajat desentralisasi fiskal

akan menurunkan ketimpangan

pendapatan antar daerah. Desentralisasi

fiskal merupakan pelimpahan wewenang

dari pemerintah pusat ke pemerintah

daerah untuk mengurus sendiri rumah

tangganya. Karena pemerintah daerah

lebih mengetahui daerahnya masing-

masing, sehingga dengan adanya

desentralisasi fiskal pemerintah daerah

dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi yang merata.

Berdasarkan latar belakang yang

telah dirumuskan diatas ada dua hal pokok

yang menjadi permasalahan dalam studi

ini yang perlu dikaji untuk mengetahui

lebih jauh tentang pelaksanaan

desentralisasi fiskal di Pulau Jawa.

Pertama, desentralisasi fiskal merupakan

produk kebijakan pemerintah berupa

pelimpahan wewenang kepada pemerintah

daerah untuk mengurus rumah tangganya

sendiri dengan tujuan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi daerah.

Pelaksanaan desentralisasi fiskal selama

kurang lebih empat belas tahun nyatanya

belum secara signifikan memberikan

dampak bagi pertumbuhan ekonomi

daerah, sumber-sumber penerimaan

daerah belum mampu memberikan

dampak yang signifikan bagi peningkatan

pertumbuhan ekonomi daerah. Terkait hal

tersebut timbul pertanyaan “apakah

pelaksanaan desentralisasi fiskal

berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa pada

tahun 2009-2013?”. Kedua, terkait dengan

pelaksanaan desentralisasi fiskal di Pulau

Jawa, muncul fenomena bahwa seiring

dengan meningkatnya pertumbuhan

ekonomi pada era desentralisasi fiskal

juga diikuti dengan meningkatnya

ketimpangan pendapatan di Pulau Jawa.

Page 9: PROSIDING PESAT 2015 - Rowland Bismark.F. Pasaribu · PDF fileSedangkan secara parsial desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan tidak ... Otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

E-126 Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal...

Penerapan desentralisasi fiskal tidak

hanya membawa dampak positif namun

membawa dapak negatif juga. Terkait hal

tersebut timbul pertanyaan “apakah

pelaksanaan desentralisasi fiskal

berpengaruh signifikan terhadap

ketimpangan pendapatan di Pulau Jawa

pada tahun 2009-2013 ?”.

Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis secara empiris mengenai

dampak pelaksanaan desentralisasi fiskal

terhadap pertumbuhan ekonomi dan

ketimpangan pendapatan di Pulau Jawa

Tahun 2009-2013.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data Populasi dalam penelitian ini adalah

Pulau Jawa. Jumlah sample dalam

penelitian ini ada 6 Provinsi di Pulau Jawa

yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, D.I

Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur

dan Banten, dengan periode penelitian

tahun 2009-2013. Jenis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

data sekunder yang berupa data APBD,

tenaga kerja, jumlah penduduk, pajak

daerah dan pertumbuhan ekonomi yang

diperoleh dari Badan Pusat Statistik

(www.bps.go.id), Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan Kementrian

Keuangan RI

(www.djpk.kemenkeu.go.id).

Variabel Penelitian dan Definisi

Operasional Variabel

Berdasarkan hasil yang ditemukan

dalam penelitian-penelitian sebelumnya,

maka penelitian ini akan menggunakan 3

jenis variabel penelitian, yaitu:

Variabel Dependent

Variabel dependent dalam penelitian

ini adalah pertumbuhan ekonomi (Y1),

variabel pertumbuhan ekonomi diambil

sesuai dengan penelitian Siagian (2010)

dan Apriesa dan Miyasto (2013).

Ketimpangan pendapatan (Y2) diambil

sesuai dengan indeks williamson yang

digunakan untuk mengukur tingkat

ketimpangan antar wilayah.

Variabel Independent dan Variabel

Kontrol

Variabel independent dalam

penelitian ini adalah desentralisasi fiskal

(X1) diambil sesuai dengan penelitian

Jaime Bonet (2006) dengan menggunakan

pengukuran derajat desentralisasi fiskal

yaitu berupa rasio dari pendapatan asli

daerah terhdap total penerimaan daerah.

dan tambahan variabel kontrol yaitu:

1. Pajak Daerah (X2)

2. Tenaga Kerja (X3)

3. Jumlah Penduduk (X4)

Variabel-variabel tersebut dipilih

berdasarkan penelitian-penelitian

terdahulu yang sudah pernah dilakukan.

Definisi Oprasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Desentralisasi fiskal, dengan

pengukuran derajat desentralisasi

fiskal dimana merupakan besaran dari

bagian pendapatan asli daerah dari

semua total pendapaatan daerah

dalam satuan persen.

2. Pertumbuhan ekonomi, dengan

menggunakan laju pertumbuhan

PDRB Atas Dasar Harga Konstan

2000 dalam satuan persen

3. Ketimpangan pendapatan,

menggambarkan distribusi

pendapatan masyarakat disuatu

daerah, diukur dengan menggunakan

indeks Williamson.

4. Pajak daerah, dengan menggunakan

rasio pajak daerah terhadap total

PDRB pada masing-masing Provinsi

di Pulau Jawa dalam satuan persen.

5. Tenaga kerja, dengan menggunakan

tingkat partisipasi angkatan kerja

dalam satuan persen.

6. Jumlah penduduk, semua orang yang

berdomisili di Provinsi Pulau Jawa

dalam satuan jiwa.

YPE = α + β1 DF + β2 PD + β3 TK + β4 JP + µ................................(1)

Page 10: PROSIDING PESAT 2015 - Rowland Bismark.F. Pasaribu · PDF fileSedangkan secara parsial desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan tidak ... Otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal... E-127

YKP = α + β1 DF + β2 PD + β3 TK + β4 JP + µ................................(2)

YPE = Pertumbuhan Ekonomi

YKP = Ketimpangan Pendapatan

β1- β4 = Koefisiensi Regresi

DF = Desentralisasi Fiskal

PD = Pajak Daerah

TK = Tenaga Kerja

JP = Jumlah Penduduk

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian

ini menggunakan teknik analisis regresi

linier berganda dan pengujian hipotesis

dengan menggunakan bantuan softwere

SPSS22. Analisis regresi linier berganda

bertujuan untuk mengetahui bagaimana

pengaruh variabel independent terhadap

variabel dependent. Adapun persamaan

analisis regresi dalam model

ekonometrika akan terbentuk sebagai

berikut:

PEMBAHASAN

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan

dengan analisis regresi berganda dengan

bantuan software SPSS22.

Desentralisasi Fiskal dengan

Pertumbuhan Ekonomi Tujuan dari pemberlakuan

desentralisasi fiskal adalah untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi

daerah. Berdasarkan tabel 2 diperoleh

hasil Uji F dengan signifikansi 0,011 <

0,05 Ho ditolak. Artinya bahwa terdapat

pengaruh signifikan antara variabel

desentralisasi fiskal, pajak daerah, tenaga

kerja dan jumlah penduduk terhadap

pertumbuhan ekonomi. Nilai adjusted R

square menunjukkan bahwa variabel

desentralisasi fiskal, pajak daerah, tenaga

kerja dan jumlah penduduk dalam

menjelaskan variabel pertumbuhan

ekonomi sebesar 30,2% sisanya sebesar

69,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang

tidak dimasukkan kedalam penelitian ini.

Desentralisasi fiskal terhadap

pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan tabel

1 diperoleh koefisiensi B desentralisasi

fiskal sebesar positif 0,023. Artinya

bahawa setiap kenaikan 1% desentralisasi

fiskal maka akan menaikkan pertumbuhan

ekonomi sebesar 0,023. Nilai Sig.t

desentralisasi fiskal sebesar positif 1,222

dengan signifikansi 0,233 > 0,05 Ho

diterima, artinya bahwa desentralisasi

fiskal berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

daerah. Peningkatan derajat desentralisasi

fiskal dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi daerah. Apabila terjadi kenaikan

pendapatan pada masyarakat maka

konsumsi masyarakat juga akan

meningkat. Meningkatnya konsumsi

masyarakat menyebabkan bertambahnya

pembayaran pajak, retribusi, dll, secara

langsung PAD pasti akan meningkat. PAD

merupakan indikator dari desentralisasi

fiskal, dengan meningkatnya PAD maka

pertumbuhan ekonomi pun juga akan ikut

meningkat, tetapi tidak secara signifikan.

Pajak daerah terhadap

pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan tabel

2 diperoleh koefisiensi B pajak daerah

sebesar positif 51,756. Artinya bahwa

setiap kenaikkan 1% pajak daerah maka

akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

sebesar 51,756. Nilai Sig.t pajak daerah

sebesar positif 2,724 dengan signifikansi

0,012 < 0,05 Ho ditolak. Artinya bahwa

pajak daerah berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

daerah.

Page 11: PROSIDING PESAT 2015 - Rowland Bismark.F. Pasaribu · PDF fileSedangkan secara parsial desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan tidak ... Otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

E-128 Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal...

Tabel 2

Hasil Analisis Regresi Berganda Variabel Pertumbuhan Ekonomi

Model

Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

T Sig B Std. Error Beta

1 (Constant) -10,105 4,559 -2,216 0,036

DesentralisasiFiskal 0,023 0,019 0,263 1,222 0,233

PajakDaerah 51,756 19,001 0,551 2,724 0,012

TenagaKerja 0,063 0,042 0,241 1,478 0,152

JumlahPenduduk 0,533 0,201 0,625 2,657 0,014

Uji F (Anova) 0,011b

Adjusted R Square 0,302

Sumber: Data Sekunder Diolah SPSS22

Hasil penelitian ini bertentangan

dengan teori Peacock dan Wiseman

(dalam Siagian, 2010) yang memandang

bahwa pertumbuhan ekonomi akan

terganggu karena pemungutan pajak yang

semakin meningkat walaupun tarif pajak

tidak berubah tetap sudah melebihi batas

toleransi membayar pajak dari

masyarakat. Keadaan ini akan

mengganggu penerimaan daerah, yang

menjadi indikator peningkatan

pertumbuhan ekonomi. Dari hasil

penelitian yang dilakukan pada 6 provinsi

di Pulau Jawa mengenai rasio pajak

daerah terhadap pertumbuhan ekonomi,

dapat disimpulkan bahwa peningkatan

pajak daerah akan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan

karena pemungutan pajak daerah yang

dilakukan oleh pemerintah masih dalam

batas toleransi masyarakat dan juga

program-program pemerintah yang di

danai oleh pajak dapat meningkatkan

kepuasan masyarakat. Walaupun

masyarakat tidak ingin membayar pajak

tetapi pajak merupakan suatu kewajiban

karena pajak digunakan untuk pembiayaan

daerah untuk mewujudkan pertumbuhan

ekonomi daerah.

Tenaga kerja terhadap pertumbuhan

ekonomi. Berdasarkan tabel 2 diperoleh

koefisiensi B tenaga kerja sebesar positif

0,063. Artinya bahwa setiap kenaikkan

1% tenaga kerja maka akan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi sebesar 0,063.

Nilai Sig.t tenaga kerja sebesar 1,478

dengan signifikansi 0,152 > 0,05 Ho

diterima. Artinya bahwa tenaga kerja

berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi. Suindyah

D (2011) hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

antara variabel tenaga kerja terhadap

pertumbuhan ekonomi. Semakin

meningkatnya jumlah tenaga kerja yang

berkualitas, maka akan mendorong

percepatan pembangunan. Keberhasilan

pembangunan khususnya dibidang

ekonomi akan menyebabkan

meningkatnya pertumbuhan ekonomi.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi

akan menyebabkan meningkatnya jumlah

tenaga kerja yang terserap untuk bekerja

di berbagai sektor. Meningkatnya

pertumbuhan ekonomi juga harus diikuti

dengan pertambahan jumlah penyediaan

lapangan kerja. Bertambahnya jumlah

lapangan kerja akan menyebabkan

bertambahnya jumlah tenaga kerja yang

terserap. Dari hasil penelitian yang

dilakukan pada enam provinsi di Pulau

Jawa mengenai tenaga kerja terhadap

pertumbuhan ekonomi, dapat disimpulkan

bahwa meningkatnya jumlah tenaga kerja

akan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi, tetapi tidak secara signifikan.

Jumlah penduduk terhadap

pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan tabel

2 diperoleh koefisiensi B jumlah

penduduk sebesar positif 0,533. Artinya

bahwa setiap kenaikkan 1 jiwa jumlah

penduduk maka akan menaikkan

pertumbuhan ekonomi sebesar 0,533.

Nilai Sig.t jumlah penduduk sebesar 2,657

dengan signifikansi 0,014 < 0,05 Ho

ditolak. Artinya bahwa jumlah penduduk

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi.

Meningkatnya jumlah penduduk akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Page 12: PROSIDING PESAT 2015 - Rowland Bismark.F. Pasaribu · PDF fileSedangkan secara parsial desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan tidak ... Otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal... E-129

yang diukur berdasarkan pendapatan

perkapita. Menurut Sukirno, 1985 (dalam

Apriesa dan Miyasto, 2013) para ekonom

klasik dan ekonom neoklasik

mengemukakan bahwa terdapat 4 faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi yaitu: 1) jumlah penduduk; 2)

jumlah stok barang modal; 3) luas tanah

dan kekayaan alam; 4) tingkat teknologi

yang digunakan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan

pada enam provinsi di Pulau Jawa

mengenai jumlah penduduk terhadap

pertumbuhan ekonomi, dapat disimpulkan

bahwa meningkatnya jumlah penduduk

akan mengakibatkan meningkatnya

jumlah PDRB perkapita yang artinya

pertumbuhan ekonomi meningkat.

Desentralisasi Fiskal dengan

Ketimpangan Pendapatan

Hubungan desentralisasi fiskal

dengan ketimpangan pendapatan

merupakan persamaan kedua dalam

penelitian ini. Berdasarkan tabel 3

diperoleh hasil Uji F dengan signifikansi

0,000 < 0,05 Ho ditolak. Artinya bahwa

terdapat pengaruh signifikan natara

variabel desentralisasi fiskal, pajak

daerah, tenaga kerja dan jumlah penduduk

terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai

adjusted R square menunjukkan bahwa

variabel desentralisasi fiskal, pajak

daerah, tenaga kerja dan jumlah penduduk

dalam menjelaskan variabel pertumbuhan

ekonomi sebesar 79% sisanya sebesar

21% dipengaruhi oleh variabel lain yang

tidak dimasukkan kedalam penelitian ini.

Desentralisasi fiskal dengan

ketimpangan pendapatan. Berdasarkan

tabel 3 diperoleh koefisiensi B

desentralisasi fiskal sebesar positif 0,004.

Artinya bahawa setiap kenaikan 1%

desentralisasi fiskal maka akan menaikkan

ketimpangan pendapatan sebesar 0,004.

Nilai Sig.t desentralisasi fiskal sebesar

positif 1,329 dengan signifikansi 0,196 >

0,05 Ho diterima, artinya bahwa

desentralisasi fiskal berpengaruh positif

dan tidak signifikan terhadap ketimpangan

pendapatan daerah. Penelitian Apriesta

dan Miyasto (2013) menunjukkan bahwa

terdapat hubungan positif desentralisasi

fiskal dengan ketimpangan pendapatan,

artinya desentralisasi fiskal meningkatkan

ketimpangan pendapatan. Pada tahap awal

pembangunan ekonomi belum sepenuhnya

merata namun pada tahap tertentu

ketimpangan pendapatan akan menurun.

Akai dan Sakata (dalam Apriesta dan

Miyasto, 2013) menjelaskan pada sistem

sentralistik pelaksanaan untuk

mendistribusikan sumber daya daerah

yang kaya ke daerah yang miskin dan

dapat mengurangi kesenjangan, tetapi

pada sistem otonomi daerah bukan berarti

dampak kesenjangan sosial lebih besar

dibanding sistem sentralistik, dalam siste

otonomi diharapkan daerah akan lebih

intensif untuk memajukan daerahnya

dengan melakukan kebijakan-kebijakan

untuk pembangunan ekonomi. Dari hasil

penelitian yang dilakukan pada 6 provinsi

di Pulau Jawa mengenai desentralisasi

fiskal terhadap ketimpangan pendapatan,

dapat disimpulkan bahwa meningkatnya

desentralisasi fiskal akan meningkatkan

ketimpangan pendapatan, tetapi tidak

secara signifikan.

Pajak daerah dengan ketimpangan

pendapatan. Berdasarkan tabel 3

diperoleh nilai koefisiensi B pajak daerah

sebesar negatif 7,461. Artinya bahwa

setiap kenaikan 1% pajak daerah akan

menurunkan ketimpangan pendapatan

sebesar 7,461. Nilai Sig.t ketimpangan

pendapatan sebesar negatif 2,228 dengan

signifikansi 0,035 < 0,05 Ho ditolak.

Artinya bahwa pajak daerah berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap

ketimpangan pendapatan.

Pajak digunakan untuk mengurangi

ketimpangan pendapatan, karena setiap

orang membayar pajak penghasilan

berdasarkan besar kecilnya. Seseorang

yang memperoleh penghasilan besar akan

membayar pajak penghasilan yang besar

juga, sedangkan yang berpenghasilan

rendah akan mendapatkan subsidi dari

pemerintah.

Page 13: PROSIDING PESAT 2015 - Rowland Bismark.F. Pasaribu · PDF fileSedangkan secara parsial desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan tidak ... Otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

E-130 Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal...

Tabel 3

Hasil Analisis Regresi Berganda Variabel Ketimpangan Pendapatan

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig B Std. Error Beta

(Constant) -5,301 0,804 -6,596 0,000

DesentralisasiFiskal 0,004 0,003 0,157 1,329 0,196

PajakDaerah -7,461 3,349 -0,247 -2,228 0,035

TenagaKerja 0,051 0,007 0,614 6,867 0,000

JumlahPenduduk 0,149 0,035 0,544 4,214 0,000

Uji F (Anova) 0,000b

Adjusted R Square 0,790

Sumber: Data Sekunder Diolah SPSS22

Hal tersebut akan mengurangi

ketimpangan pendapatan disetiap daerah.

Penelitian Apriesta dan Miyasto (2013)

hasil penelitiannya juga menunjukkan

bahwa pajak daerah berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap ketimpangan

pendapatan. Penelitian Siagian (2013)

hasil penelitiannya juga menunjukkan

pengaruh yang negatif dan signifikan

pajak daerah terhadap ketimpangan

pendapatan. Dari hasil penelitian yang

dilakukan pada 6 provinsi di Pulau Jawa

mengenai pajak daerah terhadap

ketimpangan pendapatan, dapat

disimpulkan bahwa meningkatnya pajak

daerah akan menurunkan ketimpangan

pendapatan dan berpengaruh secara

signifikan.

Tenaga kerja dengan ketimpangan

pendapatan. Berdasarkan tabel 3

diperoleh nilai koefisiensi B tenaga kerja

sebesar positif 0,051. Artinya bahwa

setiap kenaikkan 1% tenaga kerja akan

meningkatkan ketimpangan pendapatan

sebesar 0,051. Nilai Sig.t tenaga kerja

sebesar positif 6,867 dengan signifikansi

0,000 < 0,05 Ho ditolak. Artinya bahwa

tenaga kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap ketimpangan

pendapatan. Hasil penelitian tersebut

bertentangan dengan teori yang ada

seperti teori fungsi produksi Neo-Klasik

(Sukirno, 2004) tenaga kerja akan

mempengaruhi pertumbuhan produksi,

diaman peningkatan marginal jumlah

tenaga kerja akan meningkatkan marjinal

produksi. Peningkatan marginal produksi

akan terus bertambah jika jumlah tenaga

kerja terus ditambah hingga mencapai

jumlah produksi maksimal. Peningkatan

jumlah tenaga kerja akan meningkatkan

pendapatan per kapita, sehingga akan

mendorong penurunan tingkat

ketimpangan antar wilayah karena tingkat

pendapatan perkapita secara bertahap akan

merata di setiap daerah dengan asumsi full

of employment. Dari hasil penelitian pada

6 provinsi di Pulau Jawa mengenai tenaga

kerja terhadap ketimpangan pendapatan,

dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap ketimpangan pendapatan.

Jumlah penduduk terhadap

ketimpangan pendapatan. Berdasarkan

tabel 3 diperoleh nilai koefisiensi B

sebesar positif 0,149. Artinya bahwa

setiap kenaikkan 1 jiwa jumlah penduduk

akan meningkatkan ketimpangan

pendapatan sebesar 0,149. Nilai Sig.t

jumlah penduduk sebesar positif 4,214

dengan signifikansi 0,000 < 0,05 Ho

ditolak. Artinya bahwa terdapat pengaruh

positif dan signifikan jumlah penduduk

terhadap ketimpangan pendapatan. Jumlah

penduduk berdampak langsung terhadap

ketimpangan pendapatan. Hal tersebut

dapat disebabkan karena jumlah penduduk

yang bekerja masih belum merata

disejumlah daerah, dan juga terjadi

perbedaan penghasilan antara penduduk

yang bekerja di desa dan penduduk yang

bekerja di kota. Penduduk yang bekerja di

kota memiliki penghasilan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan penduduk

yang bekerja di desa. Hal tersebut yang

berdampak terhadap peningkatan

ketimpangan pendapatan. Hasil tersebut

bertentangan dengan penelitian Apriesta

dan Miyasto (2013) hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa jumlah penduduk

berpengaruh negatif terhadap

ketimpangan pendapatan artinya

Page 14: PROSIDING PESAT 2015 - Rowland Bismark.F. Pasaribu · PDF fileSedangkan secara parsial desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan tidak ... Otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal... E-131

pertumbuhan jumlah penduduk akan

mengurangi ketimpangan pendapatan.

Dari hasil penelitian pada 6 provinsi di

Pulau Jawa mengenai jumlah penduduk

terhadap ketimpangan pendapatan, dapat

disimpulkan bahwa jumlah penduduk

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap ketimpangan pendapatan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Desentralisasi fiskal di Pulau Jawa

berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan pajak daerah berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi. Tenaga kerja

berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi dan

jumlah penduduk berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi, karena penduduk menghasilkan

pendapatan perkapita yang akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Desentralisasi fiskal di Pulau Jawa

berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap ketimpangan pendapatan.

Sedangkan pajak daerah berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap

ketimpangan pendapatan, pajak daerah

dapat mengurangi ketimpangan

pendapatan karena menyebar ke rakyat

miskin. Tenaga kerja berpengaruh positif

dan signifikan terhadap ketimpangan

pendapatan dan jumlah penduduk juga

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap ketimpangan pendapatan.

Saran

Tenaga kerja merupakan salah satu

faktor pendorong pertumbuhan ekonomi.

Untuk itu pemerintah diharapkan dapat

meningkatkan keterampilan tenaga kerja

melalui pelatihan serta memperluas

kesempatan kerja, agar banyak tenaga

kerja yang terserap dan dapat

meningkatkan output dan pada akhirnya

dapat memacu pertumbuhan ekonomi.

Penerapan kebijakan desentralisasi

fiskal harus telaksana dengan baik agar

dapat tercapai tujuan utama yaitu

peningkatan pertumbuhan ekonomi dan

menurunkan ketimpangan pendapatan.

Pertumbuhan ekonomi harus merata

disemua wilayah di Pulau Jawa. Untuk itu

pemerintah daerah harus dapat mengelola

sumber daya yang ada di daerahnya sesuai

dengan kepentingan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA Apriesa, Lintantia Fajar dan Miyasto.

2013. Pengaruh Desentralisasi

Fiskal Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Daerah dan Ketimpangan

Pendapatan (Studi Kasus:

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah).

Diponegoro Journal of Economics,

2(1).

Bonet, Jaime. 2006. Fiscal

Decentralization and Regional

Income Disparities: envidence from

the colombian experience.

Kementrian Perencanaan Pembangunan

Nasional/Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional. 2013.

Analisis Kesenjangan Antarwilayah

2013.

Nurana, Anggun Ciptasari dan Muta’ali.

2010. Analisi Dampak Kebijakan

Otonomi Daerah terhadap

Ketimpangan Perkembangan

Wilayah di Kawasan

Ciayumajakuning.

Pujiati, Amin. 2008. Analisis

Pertumbuhan Ekonomi Di

Karesidenan Semarang Era

Desentralisasi Fiskal. Jurnal

Ekonomi Pembangunan, Hal: 61-70.

Saputra, Bambang. 2013. Pengaruh

Desentralisasi Fiskal Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi dan

Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal

Borneo Administrator, 9(1).

Siagian, Altito R. 2010. Dampak

Desentralisasi Fiskal Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan

Ketimpangan Wilayah (Studi Kasus

Propinsi Jawa Barat). Skripsi.

Semarang: Fakultas Ekonomi,

Universitas Diponegoro.

Suindyah D, Sayekti. 2011. Pengaruh

Investasi, Tenaga Kerja dan

Pengeluaran Pemerintah Terhadap

Page 15: PROSIDING PESAT 2015 - Rowland Bismark.F. Pasaribu · PDF fileSedangkan secara parsial desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan tidak ... Otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil) Vol. 6, Oktober 2015 Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015 ISSN: 1858-2559

E-132 Rosdyana dan Suhendra, Pengaruh Desentralisasi Fiskal...

Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi

Jawa Timur. EKUITAS, 15(4)

Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori

Makroekonomi. Edisi Pertama,

Cetakan Keempat. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Suparta, I Wayan dan Imam Awaludin.

2010. Aplikasi Desentralisasi Fiskal

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Kota Bandar Lampung. Universitas

Lampung.

www.bps.go.id

www.djpk.kemkeu.go.id

www.simreg.bappenas.go.id