prosiding - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, melaksanakan pengisian jabatan...

117
i PROSIDING SEMINAR NASIONAL TAHUN 2018 “TELAAH KRITIS TATA KELOLA NEGARA DALAM PELAYANAN PUBLIK DARI PERSPEKTIF: SOSIOLOGI, ILMU POLITIK, KESEJAHTERAAN SOSIAL, KOMUNIKASI POLITIK DAN PEMERINTAHANGRAND CLARION KENDARI, 22 NOVEMBER 2018 Diterbitkan Oleh: Kerjasama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo Dan Jakad Media Publishing 2019

Upload: others

Post on 04-Jun-2020

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

i

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL

TAHUN 2018

“TELAAH KRITIS TATA KELOLA NEGARA DALAM

PELAYANAN PUBLIK DARI PERSPEKTIF: SOSIOLOGI,

ILMU POLITIK, KESEJAHTERAAN SOSIAL,

KOMUNIKASI POLITIK DAN PEMERINTAHAN”

GRAND CLARION KENDARI, 22 NOVEMBER 2018

Diterbitkan Oleh:

Kerjasama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo

Dan

Jakad Media Publishing

2019

Page 2: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

ii

Page 3: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

iii

PROSIDING SEMINAR NASIONAL TAHUN 2018

“TELAAH KRITIS TATA KELOLA NEGARA DALAM PELAYANAN

PUBLIK DARI PERSPEKTIF: SOSIOLOGI, ILMU POLITIK,

KESEJAHTERAAN SOSIAL, KOMUNIKASI POLITIK DAN

PEMERINTAHAN”

Panitia Pelaksana:

1. Pembina : Prof. Dr.Ir.Muhammad Zamrun F,M.Si. (Rektor)

2. Penanggung Jawab : Dr. La Tarifu,S.Pd.M.Si. (Dekan FISIP)

3. Ketua Pelaksana : Sartono,S.Sos.M.Si.

4. Sekretaris : Dr.Muh. Zein Abdullah,S.Ip.M.Si.

5. Koordinator Seksi Acara, : Prof. Dr. H. Eka Suaib., M.Si.

Materi & Narasumber

Anggota : Dr. Bahtiar,M.Si.

: Dr.Muhammad Najib Husain,M.Si.

: Dr. Muhammad Amir,M.Si.

: Dr. Jamaluddin HOS,M.Si.

: Sumadi Dilla,S.Sos.M.Si.

6. Koordinator Seksi Makalah: La Ode Herman Halika,S.Ip.M.I.Kom.

Dan Artikel

Anggota : Rahman Ako, S.Sos., M.A.P

Page 4: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

iv

Page 5: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

v

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................................ v

Kata Pengantar ...................................................................................................................... vii

Peran RENSTRA Pemberdayaan Pemerintah Kabupaten Simeulue Dalam Reformasi

Birokrasi Publik Agar Terwujudnya Masyarakat Simeulue .................................................... 1

Alimas Jonsa, S.Sos., M.Si

Menggugat Para Senator (Studi Kritis Revitalisasi Tupoksi Dewan Perwakilan

Daerah RI) ............................................................................................................................... 11

Dodi Santoso., S.Sos., M.Ipol

Model Tata Kelola Organisasi dalam Pengentasan Kemiskinan ............................................. 17

H. Joko Tri Brata

Interkoneksi Budaya, Pendidikan Dan Pelayanan Kesehatan Berbasis Keluarga Di

Kabupaten Kolaka ................................................................................................................... 25

Drs. Juhepa M.Si, Dr. Muh Arsyad, M.Si, Sarpin, S.Sos, M.Si,

Harnina Ridwan, S.IP., M.Si

Memperkuat Sistem Presidensial: Suatu Gagasan Menciptakan Efektivitas Pemerintahan ... 39

La Husen Zuada, S.IP., M.IP, Muhammad Ahsan Samad, S.Ip. M.Si

Penggunaan Instagram Sebagai Referensi Wisata Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Halu

Oleo ......................................................................................................................................... 45

La Ode Herman Halika, S.IP.M.I.Kom, Hamrul Marsula, S.Sos. M.Si

Komunikasi Antar Pribadi Guru Dan Murid Dalam Menanamkan Pengetahuan Bahasa

Wolio (Studi Pada Guru dan Murid di SD Negeri 3 Baubau) ................................................. 56

Drs. La Ode Muh. Syahartijan, M.Pd

Telaah Kritis Tata Kelola Negara Dalam Perspektif Neo Weberian State .............................. 70

Dr. Muhammad Amir, M.Si

Analisis Peran E-Government Dalam Mendukung Kepercayaan Dan Keterbukaan

Informasi Publik Di Kota Kendari (Studi Pada Kasus Website Resmi Pemerintah Kota

Kendari) ................................................................................................................................... 76

Dr. Jopang, M.Si, Dr. Muhammad Yusuf, M. Si

Page 6: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

vi

Mantra Hitam Proses Pelayanan Publik .................................................................................. 84

Peribadi dan La Ode Montasir

Tata Kritis Tata Kelola Negara dari Perspektif Administrasi Publik ...................................... 90

Dr. Syamsul Alam, M.Si

Pemberdayaan Petani Tambak Di Desa Labokeo Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe

Selatan ..................................................................................................................................... 100

Tanzil

Peningkatan Aksesibilitas Pelayanan Informasi Publik Di Kota Baubau ............................... 105

Wa Ode Arsyiah, Elim Mariama, dan Syahril R

Page 7: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hanya atas

seizin-Nya lah Prosiding Seminar Nasional Tahun 2018 ini dapat disusun dan

dilaksanakan dengan baik. Seminar Nasional Tahun 2018 telah diselenggarakan di Grand

Clarion Kendari Pada Tangal 22 November 2018 dengan mengusung tema besar “Telaah

Kritis Tata Kelola Negara Dalam Pelayanan Publik Dari Perspektif: Sosiologi, Ilmu

Politik, Kesejahteraan Sosial, Komunikasi Politik Dan Pemerintahan”.

Seminar Nasional tahun 2018 ini dihadiri oleh sejumlah pakar, akademisi dan

praktisi dari lembaga daerah dan kementerian maupun perguruan tinggi. Pembicara kunci

yang kompeten baik dari pusat dan daerah maupun perguruan tinggi telah mampu

memberikan pemaparan yang sesuai dengan temu ilmiah ini. Adapun proses review para

pemakalah dilakukan agar dapat memberikan sumbangan pemikiran yang variatif dalam

memberikan ide-ide positif untuk dijadikan simpulan maupun rekomendasi bagi para

pemangku kepentingan maupun ilmu pengetahuan.

Dalam Prosiding ini terdapat 13 makalah yang merupakan karya ilmiah dari

berbagai disiplin ilmu dan kepakaran. Semua makalah dalam prosiding ini telah melalui

proses seleksi dan telah dikoreksi berdasarkan hasil diskusi yang kemudian dilakukan

proses editing oleh tim editor.

Selaku penyelenggara Seminar Nasional Tahun 2018, kami mengucapkan terima

kasih sebesar-besarnya kepada para pembicara utama, moderator, pemakalah, serta para

peserta seminar yang telah menyumbangkan pemikiran melalui karya tulis dalam

prosiding ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelenggaraan temu

ilmiah nasional ini. Oleh karena itu, dengan tulus kami atas nama panitia dan

penyelenggara menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya dan harapan kami

semoga prosiding ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan penulisnya.

Page 8: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

1

Peran RENSTRA Pemberdayaan Pemerintah Kabupaten Simeulue Dalam

Reformasi Birokrasi Publik Agar Terwujudnya Masyarakat Simeulue

Yang Adil Dan Sejahtera Berdasarkan Nilai-Nilai Syariat 2017-2022

Alimas Jonsa, S.Sos., M.Si

Dosen Prodi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Teuku

Umar, Meulaboh Aceh Barat.

Email: [email protected]

Abstrak

Peran Rencana Strategis (Renstra) Dalam Pemberdayaan Birokrasi Pemerintah Kabupaten

Simeulue Dalam Reformasi Birokrasi Publik Agar Terwujudnya Masyarakat Simeulue Yang Adil Dan

Sejahtera Berdasarkan Nilai-Nilai Syariat 2017-2022 telah disusun berdasarakan Aturan Undang-

Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlaku sejak Pelantikan Tahun 2017. Peren-

canaan pembangunan daerah adalah proses penyusunan tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang

ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam

jangka waktu tertentu. Dokumen Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah Daerah terdiri atas

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis (Renstra) SKPD

(Satuan Kerja Perangkat Daerah). Hal ini sebagai implementasi/perwujudan amanat Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang memberikan

landasan bagi berbagai bentuk perencanaan dari pusat hingga daerah, setiap Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) wajib menyusun dokumen perencanaan lima tahunan, yaitu Rencana Strategis Satuan

Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program

dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas fungsinya secara lebih spesifik dan terukur serta

dilengkapi dengan sasaran yang hendak dicapai. Ini disusun untuk memenuhi ketentuan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8

Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan Pengandalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah. Rencana Strategis merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang

dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan sehingga akan menjadi pedoman pelaksanaan

program/kegiatan, dengan memperhitungkan berbagai kekuatan/potensi, hambatan dan peluang yang

ada atau mungkin timbul. Di dalam dokumen Rencana Strategis ini terkandung: tujuan, sasaran dan

kebajikan melalui program/kegiatan. Sehingga cita-cita mulia yang direncanakan oleh pemerintah

daerah akan tercapai menuju simeulue sejahtera.

Kata Kunci: Peran, Pemberdayan, Reformasi Birokrasi, Simeulue Sejahtera.

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang Peran Rencana Strategi (Renstra) Dalam Pemberdayaan Birokrasi Pemerintah

Kabupatenm Simuelue Dalam Reformasi Birokrasi Publik Agar Terwujudnya Masyarakat

Simeulue Yang Adil Dan Sejahtera Berdasarkan Nilai-Nilai Syariat 2017-2022 telah disusun

berdasarakan Aturan Undang-Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlaku sejak

Pelantikan Tahun 2017. Perencanaan pembangunan daerah adalah proses penyusunan tahapan

kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna

pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.

Dokumen Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah Daerah terdiri atas Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis Satuan Kerja

Page 9: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

2

Perangkat Daerah (Renstra-SKPD). Hal ini sebagai implementasi/perwujudan amanat Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang

memberikan landasan bagi berbagai bentuk perencanaan dari pusat hingga daerah, setiap Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) wajib menyusun dokumen perencanaan lima tahunan, yaitu

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) yang memuat visi, misi,

tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas fungsinya

secara lebih spesifik dan terukur serta dilengkapi dengan sasaran yang hendak dicapai.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

daerah dalam upaya mencapai keberhasilannya perlu didukung dengan perencanaan yang baik,

sesuai dengan visi dan misi organisasi. Pendekatan yang dilakukan adalah melalui perencanaan

strategis yang merupakan serangkaian rencana tindakan dan kegiatan mendasar yang dibuat

untuk diimplementasikan oleh organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, bahwa setiap SKPD perlu

menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD sebagai dokumen perencanaan pembangunan

jangka menengah di setiap SKPD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Renstra SKPD disusun

sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD, serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat

indikatif. Adapun ketentuan mengenai tata cara penyusunan Rencana Strategis SKPD telah

diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan

Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, yang merupakan

pedoman pelaksanaan dalam menyusun Renstra. Penyusunan Renstra SKPD terdiri dari tahapan

sebagai berikut: Persiapan penyusunan Renstra SKPD; Penyusunan rancangan Renstra SKPD;

Penyusunan rancangan akhir Renstra SKPD; dan Penetapan Renstra SKPD.

Dokumen Renstra Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kabupaten Simeulue ini, merupakan komitmen BKPSDM Kabupaten Simeulue yang digunakan

sebagai tolok ukur dan alat bantu bagi perumusan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan

khususnya dalam kebijakan kepegawaian daerah Kabupaten Simeulue, serta sebagai pedoman

dan acuan dalam mengembangkan dan meningkatkan kinerja sesuai dengan kewenangan, tugas

pokok dan fungsinya, dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, serta

peluang dan ancaman yang dihadapi dalam rangka mendukung pencapaian visi Kabupaten

Simeulue, dengan meilihat fenomena diatas Peneliti mengambil judul penelitan antara lain

adalah “Peran RENSTRA Pemberdayaan Pemerintah Kabupaten Simeulue Dalam Reformasi

Birokrasi Publik Agar Terwujudnya Masyarakat Simeulue Yang Adil Dan Sejahtera

Berdasarkan Nilai-Nilai Syariat 2017-2022”.

2. Rumusan Masalah Bagaimanakah Peran Rencana Strategi Pemberdayaan Pemerintah Kabupaten Simeulue

Dalam Reformasi Birokrasi Publik?

Apa Permasalahan dan Tantangan Agar Terwujudnya Masyarakat Simeulue Yang Adil

Dan Sejahtera Berdasarkan Nilai-Nilai Syariat 2017-2022?.

3. Tujuan Penulisan Untuk Mengetahui Peran RENSTRA Pemberdayaan Pemerintah Kabupaten Simeulue

Dalam Reformasi Birokrasi Publik.

Untuk mengetahui Permasalahan dan Tantangan Pemerintah Daerah Kabupaten

Simeulue dalam Terwujudnya Masyarakat Simeulue Yang Adil Dan Sejahtera Berdasarkan

Nilai-Nilai Syariat 2017-2022.

Page 10: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

3

B. Teori Dan Konsep

1. Peran RENSTRA Pemberdayaan Pemerintah Kabupaten Simeulue Dalam

Reformasi Birokrasi Publik. Strategi yang ditetapkan BKPSDM Kabupaten Simeulue untuk 5 (lima) Tahun

mendatang adalah sebagai berikut: Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung data

kepegawaian, Meningkatkan profesionalisme dan mengembangkan kemampuan aparatur,

Mengembangkan standar kompetensi jabatan, Mengembangkan pola karir jabatan, Mening-

katkan pengetahuan aparatur, Meningkatkan SDM aparatur melalui mengikuti diklat dan rapat-

rapat/sosialisasi.

Adapun kebijakan-kebijakan yang ditetapkan BKPSDM Kabupaten Simeulue untuk 5

(lima) tahun ke depan adalah: Menyediakan komputerisasi data kepegawaian dan SAPK,

Mengelola file pegawai sebagai data otentik, Mengikuti pendidikan dan pelatihan, Menyediakan

analisis kebutuhan diklat sesuai kompetensi, Menyusun standar kompetensi jabatan,

Melaksanakan analisis jabatan dan pemetaan jabatan melalui uji kompetensi sesuai kebutuhan

dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan

sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan diklat pembinaan mental dan

spiritual, Melaksanakan seleksi pendidikan dan pemberian bantuan tugas belajar.

Berdasarkan uraian dan gambaran yang menjelaskan strategi serta kebijakan Badan

Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Simeulue dalam kurun

waktu 5 (lima) tahun ke depan guna menunjang keberhasilan capaian sumber daya PNS/ASN

berikut dijabarkan: strategi dan kebijakan yang digunakan oleh BKPSDM Kabupaten Simeulue,

seperti ditunjukkan pada tabel 1 berikut ini:

Tabel. 1

Peran Arah Kebijakan Rencana Strategi Pemberdayaan Pemerintah Kabupaten Simeulue

Dalam Reformasi Birokrasi Publik.

Visi Terwujudnya Masyarakat Simeulue Yang Adil Dan Sejahtera Berdasarkan Nilai-Nilai Syariat

Misi Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Bersih Dan Amanah

No Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan

1 Meningkatkan Kua-

litas Tata Kelola

Pemerintahan Yang

Bersih, efektif dan

Amanah Secara

Berkelanjutan

Tercapainya Birokrasi

Yang Bersih Dan

Akuntabel dan Ter-

laksananya Road Map

Reformasi Birokrasi.

1. Pelayanan Profe-

sional Yang Trans-

paransi, dan Bebas

KKN.

2. Meningkatkan Sistem

Data Base Kepega-

waian Yang Lengkap

Dan Akurat.

3. Peningkatan

Pengawasan

Pelanggaran Displin

PNS.

4. Peningkatan

Peningkatan Fasilitas

Pendidikan Dan Pe-

latihan Bagi ASN.

5. Fasilitas Pendidikan

Dan Pelatihan Bagi

ASN

Meningkatkan Kualitas

Atas Kebijakan dan

Pengawasan Serta Pe-

ngembangan Sistem Ke-

pegawaian Berbasis Tek-

nologi Informasi Dalam

Pelayanan Pengadaan,

Kepangkatan/Mutasi Dan

Pelayanan Pensiun.

Page 11: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

4

2. Arah Konsep Kebijakan Terwujudnya Masyarakat Simeulue Yang Adil Dan

Sejahtera Berdasarkan Nilai-Nilai Syariat 2017-2022. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten

Simeulue tahun 2017–2022 dimana visi Kepala Daerah Kabupaten Simeulue terpilih adalah

"Terwujudnya Masyarakat Simeulue Yang Adil, Dan Sejahtera Berdasarkan Nilai-Nilai

Syariat”. Dalam visi tersebut terdapat 3 (tiga) gagasan pokok yang menjiwai seluruh gerak dan

proses pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Simeulue yaitu:

a. Adil

Yaitu masyarakat simeulue yang memiliki akses dan jangkauan layanan kesehatan,

pendidikan, ekonomi dan infrastruktur yang merata dan proporsional di seluruh kecamatan

sehingga kesenjangan pelayanan masyarakat di seluruh kecamatan tidak timpang.

b. Sejahtera

Yaitu suatu kondisi terpenuhinya hak-hak dasar secara layak mencakup pemenuhan

pangan, pelayanan kesehatan, pekerjaan dan kesempatan berusaha, perumahan, air bersih

dan sanitasi, tanah, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dan tentram serta

pemenuhan hak untuk berpartisipasi dalam hal kegiatan pembangunan, politik dan sosial

kemasyarakatan.

c. Nilai-Nilai Syariat

Yaitu suatu kondisi meningkatnya nuansa-nuansa islami dalam hidup dan kehidupan

masyarakat yang ditandai dengan penerapan nilai-nilai islami yang kaffah dalam seluruh

aktifitas, berakhlak mulia, jujur dan adil, bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu pengetahuan

tinggi, terwujudnya sakinah serta memelihara hubungan yang harmonis sesama antar umat

beragama.

Perwujudan visi di atas, ditempuh melalui misi pembangunan daerah. Misi

merupakan komitmen untuk melaksanakan agenda-agenda utama yang menjadi penentu

keberhasilan pencapaian visi pembangunan. Adapun misi dari Kepala Daerah Kabupaten

Simeulue terpilih 2017-2022, sebagai berikut: Mewujudkan pendidikan yang berkualitas

untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing, Mewujudkan

pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, dan merata, Meningkatkan kesejahteraan

masyarakat berbasis ekonomi kerakyatan dan pemanfaatan teknologi, Mewujudkan tata

kelola pemerintahan yang baik, bersih, dan amanah, Meningkatkan ketersediaan dan kualitas

infrastruktur dan fasilitas umum, Mengelola sumber daya alam secara optimal,

berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan, Mewujudkan ketahanan dan kemandirian

pangan, Mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang rukun dan harmonis dengan

pengamalan nilai-nilai syariat Islam.

Mencermati secara seksama visi dan misi Kabupaten Simeulue tahun 20172022

bila disandingkan dengan tugas pokok dan fungsi Badan Kepegawaian dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia Kabupaten Simeulue, maka BKPSDM Kabupaten Simeulue sebagai

penyelenggara pemerintahan daerah di bidang kepegawaian mempunyai fungsi sebagai

berikut: Perumus kebijakan teknis di bidang kepegawaian, Pelaksana pelayanan penunjang

penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang manajemen kepegawaian, Pelaksana

penyusunan rencana dan program, monitoring, evaluasi dan pelaporan di bidang manajemen

kepegawaian, Pelaksana pengelolaan sistem informasi kepegawaian, Pelaksana koordinasi

dan fasilitasi di bidang kepegawaian.

C. Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang dilakukan adalah Metode Penelitian Survey dengan

mengikuti beberapa langkah-langkah sebagaimana yang dikemukakan oleh Singarimbun (1995,

h.3), sebagai berikut: Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survey, Menentukan

konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan, Adakalanya hipotesa tidak diperlukan, misalnya

pada penelitian operasional. Pengambilan sampel, Pembuatan kuesioner, Pekerjaan lapangan,

termasuk memilih dan melatih pewawancara, Pengolahan data, Analisa dan pelaporan.

Page 12: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

5

1. Sumber Data Penelitian ini merupakan suatu studi kasus dengan jenis data primer dan sekunder.

Dalam penelitian ini data primer adalah jawaban langsung dari informan yang berkaitan dengan

penelitian. Data primer bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam penelitian. Data primer ini

seperti dikatakan Bagong Suyanto dan Sutinah (2008, h. 55) bahwa “data primer yaitu data yang

diperoleh langsung dari obyek yang akan diteliti (responden). Pengumpulan data primer dengan

menggunakan instrumen penelitian, yaitu interview guide dan wawancara tidak berstruktur.

Sedangkan menurut Bungin (2008, h. 122): “Data sekunder adalah data yang diperoleh

dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan misalnya melalui

dokumen”. Data sekunder itu merupakan data yang diperoleh oleh peneliti dari sumber-sumber

yang telah ada. Diketahui bahwa sebelum penelitian dilakukan oleh peneliti, data sekunder

memang sudah tersedia, data ini diperoleh dari studi kepustakaan, dokumen, koran, internet

yang berkaitan dengan kajian penelitian. Dalam penelitian ini yang akan dijadikan sumber data

sekunder adalah data-data dari beberapa literatur seperti laporan penelitian, jurnal dan buku-

buku yang berkaitan dengan pelaksanaan Keterbukaan Informasi Publik.

2. Metode Pengumpulan Data Proses penelitian Pada Instasi Pemerintah (eksekutif) atau Pelaksana Undang-Undang

Langsung pada instansi yang bersangkutan Yakni di Instansi BKPSDM Kepulauan Kabupaten

Simeulue Propinsi Aceh. Pada Tahap ini Peneliti melakukann kajian disebut dengan self

assessment (Kajian Mandiri) oleh intansi pemerintah yang berhubungan langsung dengan

Liding sektor program BKPSDM. Pada tahap ini, peneliti langsung wawancara dan

menganalisis dokumen Rentra (2017-2022) Pemerintah Kabupaten Simeulue selanjutnya

dilakukan verifikasi terhadap dokumen yang telah disediakan oleh Stakholder.

3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Kepulauan Kabupaten Simeulue Propinsi Nanggroe

Aceh Darussalam Indonesia. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan

metode survey (descriptive exploratory study). Survey dalam penelitian ini dilakukan terhadap

instansi pemerintah yang berhubungan langsung dengan liding sektor seperti BKPSDM

Kabupaten Simeulue Propinsi Aceh Negara Republik Indonesia.

1. Tantangan Terwujudnya Masyarakat Simeulue Yang Adil Dan Sejahtera

Berdasarkan Nilai-Nilai Syariat 2017-2022. Sebagai salah satu Organisasi Perangkat Daerah, Badan Kepegawaian dan

Pengembangan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam

administrasi kepegawaian di daerah, dengan sistem dan prosedur yang diatur dalam

peraturan perundang-undangan yang meliputi: perencanaan (formasi), persyaratan

pengangkatan, penempatan dan pemindahan, pendidikan dan pelatihan, penggajian,

pemberhentian, sanksi (punishment) dan penghargaan (rewards), serta pensiun. Untuk

mendukung program pembangunan pemerintah daerah selama 5 tahun ke depan sesuai

agenda dan prioritas pembangunan diantaranya mewujudkan pemerintahan dan masyarakat

yang mandiri dan berdaya saing, yaitu suatu kondisi pemerintahan dan masyarakat yang

semakin mampu menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

kemampuan sendiri dan berdaya saing tinggi yang ditandai dengan semakin berkembangnya

jiwa leadership di kalangan pemerintahan dan semangat enterpreneur di kalangan

masyarakat luas, yang selanjutnya diarahkan kedalam agenda prioritas pembangunan

Pemerintah Kabupaten Simeulue.

Dalam mendukung prioritas pembangunan daerah dalam memberikan kemudahan

pelayanan publik tentunya perlu disiapkan penataan sumber daya aparatur yang profesional

dan proporsional. Untuk menata sumber daya aparatur Pegawai Negeri Sipil Daerah, hal-hal

yang perlu diperhatikan adalah dengan melakukan identifikasi permasalahan berdasarkan

tugas pokok dan fungsi. Identifikasi permasalahan tugas pokok dan fungsi dilakukan melalui

Page 13: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

6

Analisa SWOT, serta Analisa Strategis dan Analisa Pilihan (ASAP) atau Analisis Alternatif

yang diuraikan berikut ini:

a. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BKPSDM

Identifikasi pemasalahan didasarkan pada tugas pokok dan fungsi pada

BKPSDM. Yang menjadi perhatian untuk 5 (lima) tahun kedepan dalam pengelolaan

Sumber Daya Manusia/Aparatur adalah melanjutkan program dan kegiatan yang belum

tercapai pada target Renstra sebelumnya sehingga perlu ditindaklanjuti pada Renstra

2017-2022 sebagai konsekuensi dalam mendukung program pemerintah daerah 5 tahun

mendatang. Meningkatnya kebutuhan pelayanan publik dari waktu ke waktu

menyebabkan tuntutan masyarakat akan pelayanan publik perlu mendapatkan perhatian

dari pemerintah termasuk di dalamnya adalah pelayanan di bidang kepegawaian. Ada 3

(tiga) masalah yang muncul dalam pengelolaan kepegawaian yaitu:

Pertama Masalah sistem, antara lain: Perubahan dominasi pengembangan sistem

karir berdasarkan senioritas menjadi sistem prestasi, Perubahan sistem sentralistik

menjadi desentralistik, Penilaian prestasi kerja pegawai kurang terukur, Adanya penataan

kelembagaan dan personal.

Kedua Masalah sumber daya manusia, antara lain: Kualitas sumber daya

manusia, baik kemampuan konseptual maupun kemampuan teknis, Budaya kerja yang

kurang mendukung profesionalitas, Etos kerja pegawai yang masih rendah, Komposisi

pegawai belum seimbang dan proporsional, Penyebaran PNS/ASN yang belum merata,

Implikasi psikologis terhadap penataan kelembagaan dan personal.

Ketiga Masalah Teknis, antara lain: Penataan dan distribusi alokasi pegawai

belum merata pasca penataan kelembagaan.

Tabel 2

Pemetaan Permasalahan Untuk Penentuan Prioritas Dan Sasaran

No Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

1 Kedisiplinan Dan Kinerja

Pegawai Yang Belum

Maksimal

Etos Kerja Pegawai Yang

Masih Rendah

Sistem Penilaian Kinerja

ASN Belum Objektif

2 Kompetensi Pegawai Yang

Tidak Seimbang dan

Proposional Dengan

Kedudukan/Jabatan

Kurangnya Pemahaman

Atas Beban/Tanggung

Jawab Kerja/Jabatan

Adanya Penataan

Kelembagaan Dan

Personality

3 Proporsi Penempatan ASN

Tidak Sesuai Dengan

Kebutuhan

Organisasi/Kelembagaan

Kinerja Organisasi Belum

Maksimal

Tidak Meratanya

Penyebaran/Penempatan

PNS/ASN

Permasalahan-permasalahan tersebut diatas merupakan permasalahan pemba-

ngunan yang bermuara pada masih kurangnya kemampuan dan profesionalisme aparatur

pemerintah daerah. Hal tersebut menjadi tantangan berat yang dihadapi dan harus segera

mendapatkan solusi agar pada masa yang akan datang dapat terwujud pelaksanaan

pemerintahan yang berdaya guna dan berhasil guna. Seperti pada tabel berikut ini:

b. Analisis SWOT BKPSDM Tantangan Terwujudnya Masyarakat Simeulue Yang

Adil Dan Sejahtera Berdasarkan Nilai-Nilai Syariat 2017-2022.

1. Kekuatan Strenght (S)

Adanya Undang-undang dan Peraturan tentang Kepegawaian dalam

menunjang penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bidang kepegawaian;

Page 14: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

7

Tersedianya aparatur yang memiliki kompetensi pendidikan dan komitmen kinerja

yang baik; Tersedianya dana yang cukup untuk melaksanakan kegiatan; Kemampuan

personil dalam struktur organisasi yang relevan dan profesional.

2. Kelemahan Weakness (W)

Prasarana yang kurang memadai untuk memberikan kenyamanan pelayanan

kepada PNS/ASN dan belum tersedianya sarana yang cukup khususnya untuk

penyimpanan data arsip perorangan PNS/ASN; Terhambatnya penyampaian informasi

kepegawaian secara cepat karena jangkauan lokasi SKPD yang menyebar di daerah;

Terbatasnya personil yang menangani kepegawaian dengan jumlah PNS/ASN yang

mendapatkan pelayanan; Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana yang memadai

untuk mendukung pelayanan.

3. Peluang/Opportunity (O)

Adanya potensi Sumber Daya Manusia Aparatur yang dapat dikembangkan

dalam penataan personil; Adanya kebijakan untuk melakukan pembinaan, pengem-

bangan dan pengawasan kepada aparatur agar PNS/ASN berdisiplin dan profesional;

Adanya kebijakan pemerintah untuk mengembangkan dan mengelola PNS/ASN yang

profesional dalam penataan manajemen PNS/ASN; Sistem teknologi Informasi dan

komputerisasi yang mendukung pelayanan yang prima, cepat dan tepat.

4. Ancaman/Thread (T)

Adanya tuntutan pelayanan yang lebih baik bagi PNS/ASN mulai dari proses

rekruitmen hingga proses pensiun; Era globalisasi dan kemajuan Iptek yang menuntut

perkembangan sistem pelayanan kepegawaian harus mengikuti perubahan.

2. Proses Peran RENSTRA Pemberdayaan Pemerintah Kabupaten Simeulue

Dalam Reformasi Birokrasi Publik. Tujuan pembangunan daerah Kabupaten Simeulue dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan 5 (lima) tahun ke depan adalah: Mewujudkan

pendidikan yang berkualitas untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan

berdaya saing, Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau dan merata,

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat berbasis ekonomi kerakyatan dan pemanfaatan

teknologi, Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, dan amanah, Mening-

katkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur dan fasilitas umum, Mengelola sumber daya

alam secara optimal, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan, Mewujudkan ketahanan

pangan dan kemandirian, Mewujudkan tata kehidupan masyarakat yang rukun dan harmoni

dengan pengamalan nilai-nilai syariat.

1. Telaahan Renstra K/L terhadap Renstra BKPSDM Kabupaten Simeulue

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh BKPSDM Kabupaten

Simeulue dalam konteks manajemen sumber daya aparatur, Renstra BKPSDM Kabupaten

Simeulue Tahun 20172022 memiliki keterkaitan yang erat dengan renstra kementerian,

yaitu Renstra Kementerian Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi

(Kementerian PANRB). Adapun visi Kementerian PANRB Tahun 20152019 dalam

Renstra adalah sebagai berikut: Mewujudkan Aparatur Negara yang Berkepribadian,

Bersih, dan Kompeten untuk Mencapai Kualitas Pelayanan Publik yang Berkinerja

Tinggi”.

Dalam rangka mencapai visinya tersebut, Kementerian PANRB telah

merumuskan dan menetapkan misi yang harus diembannya, yaitu: Mengembangkan

Transparansi dan Akuntabilitas Kinerja Pemerintahan, Membangun SDM Aparatur yang

Kompeten dan Kompetitif, Menciptakan Pemerintahan yang Efektif dan Efisien,

Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Reformasi Birokrasi.

2. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Lingkungan Hidup strategis berpengaruh terhadap kinerja pembangunan yang

dapat dikendalikan secara langsung. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan dalam

menunjang perumusan kebijakan program dirasa perlu menganalisa rencana tata ruang

Page 15: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

8

wilayah dalam hal ini faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pada kinerja

pembangunan daerah, antara lain: Potensi sumber daya manusia yang memadai; Letak

geografis wilayah yang sangat strategis; Potensi sumber daya alam yang memadai;

Tersedianya infrastruktur sosial ekonomi yang memadai; Suasana politik yang stabil,

kearifan sosial yang berakar pada nilai-nilai budaya dan agama yang kuat.

Dari isu strategis tersebut di atas, sasaran yang diharapkan dalam Renstra Badan

Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia kedepan adalah peningkatan

pengembangan sarana dan prasarana pelayanan kepegawaian melalui Sistem Aplikasi

Pelayanan Kepegawaian (SAPK) dan data elektronik, dengan tersedianya sistem jaringan

diharapkan mampu meningkatnya kualitas pelayanan kepegawaian daerah yang baik di

era globalisasi.

3. Penentuan Isu-Isu Strategis

Berbagai persoalan kepegawaian yang mengemuka sampai dengan saat ini cukup

memberi warna tersendiri, masyarakat memandang bahwa sebagian besar pegawai negeri

ditengarai masih tidak kompeten dalam menangani tugas dan fungsi dibidangnya

khususnya pelayanan publik, PNS yang ada tidak berkualifikasi sesuai dengan kebutuhan

tugas fungsi jabatan yang diduduki, PNS yang ada tidak terdayagunakan secara optimal,

dan kinerjanya rendah. Hal itu tampak dalam perwujudan sebagai berikut: Pembinaan dan

pengembangan karir jabatan PNS belum didasarkan pada standar kompetensi jabatan

yang dipersyaratkan, dan Pola Karier PNS yang jelas; Evalusi kinerja PNS belum

berlandaskan pada Sistem Penilaian Kinerja Berbasis Merit (mekanisme penilaian masih

menggunakan DP3/SKP), yang memungkinkan capaian kinerja individu pegawai dapat

mendorong peningkatan karirnya dan memungkinkan pemberian kompensasi dapat

dilakukan secara adil berdasarkan prestasi pegawai sesuai dengan bobot jabatannya

(Sistem Remunerasi Berbasis Kinerja); Belum terbangunnya Sistem Perencanaan dalam

Rekrutmen PNS berdasarkan kebutuhan formasi jabatan dan standar kompetensinya,

mengakibatkan distribusi dan alokasi pegawai belum merata; Berbagai regulasi dan

kebijakan pembinaan PNS (peraturan perundang-undangan kepegawaian) sebagaian besar

belum terlaksana dan disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan pembinaan lokal;

Dalam rangka perumusan kebijakan dan penyelenggaraan manajemen kepegawaian

belum sepenuhnya didukung data dan informasi (database) kepegawaian yang memadai;

Kondisi kepega-waian yang ada masih diwarnai ketidakkonsistennya penyelenggaraan

manajemen PNS/ASN terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, di berbagai

instansi pemerintah.

Isu-isu tersebut yang selalu menjadi pusat perhatian dan perbincangan, berkenaan

dengan peran BKPSDM dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, terutama dalam

memberikan pelayanan di bidang kepegawaian, yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

Belum optimalnya peningkatan kapasitas, kompetensi yang mengarah pada peningkatan

profesionalisme sumber daya aparatur; Penempatan pegawai belum didasarkan pada

standar kompetensi jabatan; Masih rendahnya disiplin PNS/ASN; Belum optimalnya

pemanfaatan dan penerapan teknologi informatika dalam aplikasi sistem informasi

manajemen kepegawaian dalam pelayanan administrasi maupun informasi.

D. Kesimpulan Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah terkait permasalahan dan tantangan

pemerintah daerah kabupaten simeulue secara umum dengan melihat pada saat awal persentasi Visi

dan Misi Bupati terpilih priode 2017-2022 antara lain rendahnya kemampuan keuangan daerah,

masih tingginya angka kemiskinan, masih rendahnya kualitas sumber daya manusia, mahalnya

harga kebutuhan pokok, pelayanan publik belum optimal, infrastruktur belum tersedia menyeluruh.

Begitu juga terkait masalah ASN/PNS/Honerer dan bakti pada instansi pemerintah daerah

kabupaten Simuelue dengan melihat Rentra BKPSDM 2017-2022 Kabupaten Simeulue Propinsi

Aceh antara lain Pokok kedisiplinan dan kinerja pegawai yang belum maksimal, Kompetensi

pegawai yang tidak seimbang dan proposional dengan kedudukan/jabatan, proporsi penempatan

Page 16: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

9

ASN Tidak Sesuai dengan kebutuhan organisasi/kelembagaan. Masalah etos kerja pegawai yang

masih rendah, kurangnya pemahaman atas beban/tanggung jawab kerja/jabatan, kinerja organisasi

belum maksimal. Akar masalah sistem penilaian kinerja ASN belum objektif, Adanya penataan

kelembagaan dan personality, tidak meratanya penyebaran/penempatan PNS/ASN.

Dengan melihat hal diatas maka Bupati dan Wakil Bupati kabupaten Simeulue, perlu

melakukan pemberdayaan pemerintah (Empowering Goverment) sebuah trobosan reformasi

birokrasi dengan cita-cita terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera berdasarkan nilai-nilai

syariat. Adapun indikator dari sejahtera adalah, mampu secara ekonomi, sehat jiwa raga, terdidik,

cerdas, unggul dan berdaya saing menuju sejahtera.

E. Saran Pemerintah Kepulauan Daerah Kabupaten Simeulue Propinsi Aceh perlu meningkatkan

ekonomi masyarakat berbasis pemberdayaan karena kebutuhan pokok harga sangat mahal akibat

kepulauan jauh dari pulau sumatera, selanjutnya pemanfaatan potensi sumber daya alam untuk

pemetaan tanaman pangan yang hidup sehingga masyarakat dalam pemasok kebutuhan tidak dari

semua kepulauan daratan sumatera, meningkatkan kualitas sumber daya manusia simeulue yang

unggul dan berdaya saing, Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, tertib, dan amanah,

mewujudkan tata kelola anggaran yang transparan, tertib, dan akuntabel, mewujudkan tatanan

kehidupan masyarakat yang rukun dan, harmonis dengan pengamalan nilai-nilai syariat islam.

Sehingga cita-cita visi misi bupati terpilih 2017-2022 menuju simeulue adil sejahtera berdasarkan

nilai-nilai syariat itu akan tercapai sesuai dengan target yang telah diamanahkan dalam Renstra

RPJMD dan SKPD kabuapten simeulue.

F. Daftar Pustaka ___, Moleong, J. Lexi, 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Remaja Rosda Karya

Bandung.

___, Siagian. P., Sondang, 2014. Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi, dan Strategi. Bumi

Aksara. Jakarta.

___, Singarimbun, Masri (1995). Metode Penelitian Survei. LP3S, Jakarta.

____, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelengaraan Keistimewaan Provinsi

Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3893);.

____, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Bireuen dan

Kabupaten Simeulue (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 176, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3897).

____, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional Program Pembangunan Nasional;.

____, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah

kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;.

____, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Daerah;

____, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;.

____, Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;.

____, Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000, tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri

Sipil, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;.

____, Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan

Pegawai Negeri Sipil;.

____, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003, tentang wewenang pengakatan, pemindahan

dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;.

____, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;.

Page 17: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

10

____, Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5887);.

____, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penyusunan

Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal;.

____, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

____, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan PP Nomor 8

Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan Daerah;.

____, Qanun Kabupaten Simeulue Nomor 3 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

Perangkat Daerah Kabupaten Simeulue (Lembaran Kabupaten Simeulue Tahun 2016 Nomor 22).

____, Qanun Kabupaten Simeulue Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Kabupaten (RPJMK) Simeulue Tahun 2017-2022.

____, Peraturan Bupati Kabupaten Simeulue Nomor 24 Tahun 2017 tentang Kedudukan Susunan

Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber

Daya Manusia Kabupaten Simeulue.

____, Peraturan Bupati Simeulue Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati

Simeulue Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pemberian Tugas Belajar Dan Izin Belajar

Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Simeulue.

Page 18: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

11

Menggugat Para Senator

(Studi Kritis Revitalisasi Tupoksi Dewan Perwakilan Daerah RI)

Dodi Santoso., S.Sos., M.Ipol.

(Dosen Ilmu Politik Universitas Haluoleo)

Abstrak

Bicara soal keterwakilan, tentunya berkaitan dengan lembaga perwakilan yang ada di

Indonesia, dari tingkat daerah (tingkat I dan II) maupun pusat. Sebagaimana yang diatur dalam UUD

1945 pasal 19-21 yang menjelaskan DPR sebagai lembaga delibertif dengan fungsi-fungsinya sebagai

badan perwakilan. Namun seiring berjalan nya waktu (terutaman setelah reformasi) muncullah sebuah

badan perwakilan yang memiliki embel-embel daerah, yaitu DPD (Dewan Perwakilan Daerah), yang

merupakan wujud perwakilan dari daerah.

Dewan Perwakilan Daerah yang sebelumnya merupakan utusan daerah adalah merupakan

lembaga tinggi negara yang anggotanya dipilih dari masing-masing provinsi dalam mekanisme

pemilihan umum. DPD RI merupakan wadah penyampaian aspirasi yang berbasis kedaerahan, dengan

DPD RI inilah, diharapkan daerah (provinsi-provinsi) di Indonesia diharapkan memiliki wakil yang

dapat mengerti dan dapat paham akan isu-isu kedaerahan untuk dapat diangkat pada tataran

pemerintah pusat. Ini tentu nya dalam kerangka memudahkan kordinasi antara pemerintah pusat dan

daerah. Hal tersebut menjadi penting karena bisa menjadi acuan bagi pemerintah dalam membuat

kebijakan-kebijakan yang tepat dan berpihak pada tiap-tiap daerah.

Kata Kunci: Perwakilan, Utusan Daerah, Lembaga Tinggi Negara.

Abstract

Talking about representation, of course, relates to representative institutions in Indonesia,

from the regional level (level I and II) and the center. As stipulated in the 1945 Constitution article

19-21 which describes the DPR as a delibertif institution with its functions as a representative body.

But over time (especially after reform) came a representative body that had regional attachments,

namely the DPD (regional representative council), which was a representation of the region.

The Regional Representative Council which was previously a regional envoy was a state high

institution whose members were selected from each province in the mechanism of the general election.

The DPD RI is a regional-based forum for delivering aspirations, with this DPD RI, it is expected that

the regions (provinces) in Indonesia are expected to have representatives who can understand and be

able to understand regional issues to be appointed at the central government level. This is of course

within the framework of facilitating coordination between the central and regional governments. This

is important because it can be a reference for the government in making policies that are appropriate

and pro-side for each region.

Keywords: Representatives, Regional Representatives, State High Institutions

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang Bicara soal tata kelola pelayanan publik, tidak melulu soal produk atau output sebagai

obyek yang di hasilkan oleh suatu institusi yang berupa kebijakan. Dimensi tata kelola

pelayanan publik juga berbicara tentang pelaku atau subyek dari yang menghasilkan sebuah

Page 19: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

12

produk berupa kebijakan. Salah satunya adalah instansi penyelenggara negara (tingkatan pusat)

yang bertindak sebagai subyek adalah Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI).

Pada 1 Oktober 2004 merupakan awal mula Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI

berdiri, awal mulanya hanya beranggotakan 128 orang. DPD RI merupakan lembaga tinggi

negara yang berasal dari perwakilan masing-masing provinsi, mekanisme pemilihannya juga

sama seperti DPR RI, yaitu dengan mengikuti pemilihan umum tiap 5 tahun sekali dan

keanggotaan DPD RI masing-masing 4 (empat) orang wakil dari provinsinya masing-masing.

Konsep perwakilan daerah seperti DPD RI sebenarnya telah ada sejak lama, bahkan

sejak awal kemerdekan, yaitu Moh. Yamin salah satu anggota BPUPKI (Badan Penyelidik

Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Gagasan-gagasan akan pentingnya keberadaan

perwakilan daerah di parlemen, pada awalnya diakomodasi dalam konstitusi pertama Indonesia,

UUD 1945, dengan konsep ―utusan daerah‖ di dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),

yang bersanding dengan ―utusan golongan‖ dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal

tersebut diatur dalam Pasal 2 UUD 1945, yang menyatakan bahwa ―MPR terdiri atas anggota

DPR ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut

aturan yang ditetapkan dengan undang-undang.‖ Pengaturan yang longgar dalam UUD 1945

tersebut kemudian diatur lebih lanjut dalam berbagai peraturan perundang-undangan.1

B. Landasan Hukum dan Landasan Teori Amandemen UUD 1945 tahun 1999-2002 lalu menjadikan badan perwakilan di Indonesia

mengalami perubahan, yang semula menganut monokameral menjadi bikameral atau dua kamar,

yang terdiri dari DPR yang mewakili partai politik dan DPD yang mewakili kepentingan daerah.

Ada beberapa pertimbangan bagi Indonesia menuju sistem dua kamar: Pertama, seperti diutarakan

Montesquieu, sistem dua kamar merupakan suatu mekanisme checks and balances antara kamar-

kamar dalam satu badan perwakilan. Kedua, Penyederhanaan sistem badan perwakilan. Hanya ada

satu badan perwakilan tingkat pusat yang terdiri dari dua unsur yaitu unsur yang langsung mewakili

seluruh rakyat dan unsur yang mewakili daerah. Tidak diperlukan utusan golongan. Kepentingan

golongan diwakili dan disalurkan melalui unsur yang langsung mewakili seluruh rakyat.

Ketiga, wakil daerah menjadi bagian yang melaksanakan fungsi parlemen (membentuk undang-

undang, mengawasi pemerintah, menetapkan APBN, dan lain-lain).

Dengan demikian segala kepentingan daerah terintegrasi dan dapat dilaksanakan sehari-

hari dalam kegiatan parlemen. Hal ini merupakan salah satu faktor untuk menguatkan persatuan,

menghindari disintegrasi. Keempat, sistem dua kamar akan lebih produktif. Segala tugas dan

wewenang dapat dilakukan setiap unsur. Tidak perlu menunggu atau bergantung pada satu badan

seperti DPR sekarang.

Sebagai perbandingan, menurut Samuel C Patterson & Anthony Mughan, selain lahir dari

tradisi dan sejarah yang panjang, diterapkannya bikameralisme dalam sistem perwakilan di

berbagai negara pada umumnya didasarkan atas dua pertimbangan; Pertama, Representation,

perlunya perwakilan yang lebih luas dari pada hanya atas dasar jumlah penduduk. Dalam hal ini

yang paling utama adalah pertimbangan keterwakilan wilayah. Kedua, redundancy, perlu adanya

sistem yang menjamin bahwa keputusan-keputusan politik yang penting, dibahas secara berlapis

(redundancy) sehingga berbagai kepentingan dipertimbangkan secara masak dan mendalam.

Beberapa waktu lalu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPD) mengajukan uji materi

kepada Mahkamah Konstitusi (MK) terkait pasal yang berkaitan dengan DPD RI itu sendiri. Inilah

beberapa item ketetapan dan putusan MK terkait Uji Materi yang diajukan oleh DPD RI, terutama

dalam norma Pasal 174 ayat (1):

Menurut Mahkamah norma Pasal 174 ayat (1) Undang-Undang mengenai pertimbangan

DPD atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan

undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama disampaikan sebelum

memasuki tahapan pembahasan antara DPR dan Presiden adalah sudah tepat sebab kewenangan

1 wikipedia.org/dpdri

Page 20: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

13

DPD atas rancangan undang-undang tersebut hanya sebatas memberikan pertimbangan dan tidak

ikut membahas rancangan undang-undang, sehingga tidak ada relevansinya sama sekali apabila

pertimbangan DPD tersebut diberikan pada saat pembahasan antara DPR dan Presiden

sebagaimana yang dimohonkan oleh Pemohon. UUD 1945 sengaja membedakan antara

pertimbangan dengan persetujuan.

C. Pembahasan 1. Ketimpangan antara DPR dan DPD

Ketimpangan wewenang antara DPR dan DPD bermula dari amandemen UUD 1945

yakni pada perubahan tahun pertama 1999, peran legislasi dan politik lembaga legislatif sudah

sepenuhnya diserahkan pada DPR. Pada awal pelaksanaan kewenangan DPR yang sangat kuat

itu, dirasakan DPR menjadi mendominasi kekuasaan presiden, sehingga awal perubahan UUD

ketiga tahun 2001 muncul wacana perlunya lembaga penyeimbang atas kewenangan DPR itu,

hadirlah DPD. DPD yang dikontruksi sebagai lembaga perwakilan daerah kewenangannya

sesungguhnya telah diambil habis oleh DPR, mulai dari penyusunan undang-undang, anggaran,

sampai dengan mekanisme pemberhentian presiden, bahkan proses–proses seleksi atas lembaga

negara; Komisi Pemilihan Umum, Komisi pemberantas korupsi, Komisi Yudisial dan lembaga

independen lainnya DPR yang melakukan uji kelayakan.

Oleh sebab itu pengaturan kewenangan DPD pun dipaksakan masuk dalam UUD namun

tidak secara optimal misalnya ketentuan yang terdapat dalam Pasal 22D Ayat (1) UUD Negara

Republik Indonesia Tahun 1945: ―Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada

Dewan Perwakilan Rakyat rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan otonomi

daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan

daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang

berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.” Sedangkan yang diatur dalam

Pasal 5 ayat (1) UUD 1945: Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada

Dewan Perwakilan Rakyat.

2. Sifat DPD RI

DPD RI sebagai lembaga perwakilan daerah pada kenyataannya berbeda dengan

harapan awal pembentukannya, yakni diharapkan menjadi kamar aspirasi lain selain DPR RI,

berikut merupakan kondisi yang sebenarnya:

1) Indonesia tidak menganut sistem bikameral sesuai dengan bentuk negara Indonesia yaitu

Negara kesatuan.

2) Lembaga perwakilan di Indonesia menurut UUD 1945, juga tidak mengenal majelis tinggi dan

majelis rendah. Baik DPR maupun DPD adalah lembaga perwakilan yang tugas, wewenang,

dan fungsinya telah ditentukan dalam UUD 1945. DPR merupakan representasi perwakilan

rakyat, sedangkan DPD adalah representasi perwakilan daerah.

3) Secara historis, DPD tidak pernah dirancang dan diniatkan sebagai senat seperti misalnya yang

dikenal di Amerika Serikat. Oleh sebab itu, anggota DPD bukanlah senator.

4) Tugas, wewenang dan fungsi DPD sama sekali berbeda dengan tugas, wewenang, dan fungsi

senat dalam lembaga perwakilan yang merupakan model bikameral.

5) Secara historis, kelahiran DPD adalah perluasan tugas, wewenang, dan fungsi utusan daerah

yang dikenal pada masa sebelum dilakukan perubahan UUD 1945. Karena itu, namanya

sempat diusulkan sebagai Dewan Utusan Daerah.

6) Semangat yang melandasi pembentukan DPD adalah semangat memperkuat negara kesatuan

Republik Indonesia yaitu dengan cara memberikan kewenangan kepada wakil-wakil daerah

(anggota DPD) untuk turut ambil bagian dalam pengambilan putusan politik tertentu

sepanjang berkenaan dengan daerah.

3. Perbandingan di luar negeri

Sebagai perbandingan, di Jerman majelis tinggi yang disebut Bundesrat memiliki

kewenangan untuk menyetujui dan mem-veto (menolak) suatu rancangan undang-undang yang

di Basic Law telah menentukan rancangan undang-undang mana saja yang diharuskan

Page 21: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

14

mendapat persetujuan Bundesrat, yaitu rancangan undang-undang untuk mengamandemen

konstitusi, rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pelaksanaan administrasi negara

bagian, serta rancangan undang-undang yang mempengaruhi kondisi keuangan negara. Perlu

diketahui bahwa penolakan (veto) dari Bundesrat terhadap rancangan undang-undang yang telah

ditentukan oleh Basic Law harus mendapatkan persetujuan Bundesrat dikenal sebagai absolute

veto, veto jenis ini tidak dapat dikalahkan oleh Bundestag, (majelis rendah).

Sedang di Inggris secara umum, fungsi the House of Lords—selanjutnya disebut the

Lords—serupa dengan fungsi the Commons dalam hal legislasi, membahas isu, dan bertanya

pada eksekutif. Namun, dua hal penting yang amat membedakannya adalah: pertama, para

anggota the Lords tidak merepresentasikan konstituen; kedua, mereka tidak terlibat dalam hal

yang berkaitan dengan pajak dan keuangan. Peran the Lords secara umum dipahami sebagai

sebuah peran tambahan dari apa yang telah dilakukan oleh the Commons, yaitu sebagai perevisi

rancangan undang-undang yang dianggap amat penting dan kontroversial. Semua rancangan

undang-undang harus melalui kedua kamar.

Di Amerika Serikat dalam Congress yang terdiri dari House of Representative (DPR

dan Senat), misalnya, DPR dan Senat punya kesempatan untuk mengecek semua rancangan

undang-undang sebelum disampaikan kepada presiden. Dengan demikian, dalam fungsi

legislasi, Senat punya kewenangan yang relatif simbang dengan DPR.

Dengan kata lain, contoh-contoh dewan perwakilan daerah di negara lain sudah matang,

hal ini terkait dengan tugas pokok dan fungsi, mereka menganggap dewan perwakilan daerah

bukan sekedar ―pemanis dan pelengkap‖ dalam menjalankan kehidupan demokrasi khususnya

dalam hal keterwakilan daerah di parlemen. Oleh karena itu perlu adanya tinjau ulang terkait

dengan tupoksi dari DPD RI kita, supaya jelas fungsi dan posisinya, jangan sampai hanya

menjadi ajang ―reuni‖ para politisi yang telah usai menjabat di DPR atau para mantan kepala

daerah saja.

4. Isu Sektor Komunal Daerah (Domain DPD RI)

Disaat masih belum jelasnya wilayah wewenang DPD RI dalam ketatanegaraan,

sebenarnya ada yang bisa ―digarap‖ oleh para anggota DPD RI. Karena basic keanggotaan DPD

RI ini adalah perwakilan daerah, yakni isu atau permasalahan di daerah yang sifatnya komunal,

misalnya isu kebakaran hutan, musibah asap. Kita ketahui kedua isu ini kerap kali muncul

hampir setiap tahunnya, hal ini dikarenakan negara kita beriklim tropis, sehingga pada musim

kemarau menimbulkan cuaca panas serta terjadi kebakaran hutan, selain permasalahan iklim

tersebut, faktor lainnya adalah karena faktor kesengajaan dari ulah manusia itu sendiri. Biasanya

perusahaan-perusahaan yang ini membuka lahan perkebunannya, mereka memilih jalan pintas,

yaitu dengan membakar hutan-hutan guna dijadikan perkebunan.

Dampak dari kebakaran hutan dan lahan ialah rusaknya ekosistem dan musnahnya flora

dan fauna yang tumbuh dan hidup di hutan. Asap yang ditimbulkan juga menjadi polusi udara

yang dapat menyebabkan penyakit pada saluran pernafasan seperti Infeksi Saluran Pernafasan

Atas (ISPA), asma, penyakit paru obstruktif kronik. Selain itu, asap bisa mengganggu jarak

pandang, terutama untuk transportasi penerbangan.

Dampak lainnya: Kebakaran hutan dan lahan menyebakan tersebarnya asap dan emisi

gas karbondioksida dan gas-gas lain ke udara yang berdampak pada pemanasan global dan

perubahan iklim. Kebakaran hutan akan menyebabkan hutan menjadi gundul sehingga tak

mampu menampung cadangan air saat musim hujan. Hal ini yang menjadi faktor terjadinya

tanah longsor maupun banjir. Berkurangnya sumber air bersih dan menyebabkan kekeringan

karena kebakaran hutan menyebabkan hilangnya pepohonan yang menampung cadangan air.2

5. Menangkal Radikalisme dan Separatisme

Peran lain yang dapat diambil para anggota DPD RI terkait isu komunal di daerahnya

adalah upaya preventif, yakni ancaman Radikalisme dan Separatisme. Kita ketahui bersama

2 https://nasional.kompas.com/read/2018/08/25/14340331/kebakaran-hutan-dan-lahan-apa-

dampak-dan-upaya-pencegahannya.

Page 22: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

15

bahwa akhir-akhir ini marak kembali isu terkait Radikalisme, hal ini tentunya menjadi perhatian

kita bersama. Paham-paham radikal yang berkembang di sejumlah daerah, baiknya menjadi

concern para anggota DPD RI yang kemudian di carikan solusi agar supaya tidak dapat

berkembang lebih luas, isu ini sangat dekat dan strategis dengan para anggota DPD RI, hal ini di

karenakan background dari para anggota DPD RI itu sendiri yang merupakan tokoh dari daerah

tersebut, yang kemudian diharapkan menjadi pengayom masyarakatnya, serta dapat

memperjuangkan aspirasi daerahnya masing-masing pada tataran pusat.

Begitu juga tentang Separatisme. Separatisme merupakan budaya laten, yang sifatnya

akan muncul kapan saja, kita ketahui di daerah-daerah masih sering dijumpai permasalahan ini.

"Dengan konstruksi Indonesia sebagai negara kepulauan dan masyarakat yang

majemuk, potensi separatisme serta konflik komunal berbasis suku, agama, ras termasuk antar

golongan akan selalu ada," kata Hadi saat uji kelayakan dan kepatutan calon Panglima TNI di

Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta.3

Berikut ini merupakan kelompok-kelompok radikal dan separatis yang ada di

Indonesia4:

a. Kelompok Mujahidin Indonesia Timur

Nama kelompok separatis ini memang sedang hangat diperbincangkan di publik.

Menurut data yang dilansir aparat, kelompok Mujahidin Indonesia Timur yang dipimpin oleh

Santoso diperkirakan memiliki 40 anggota. Mereka terutama beroperasi di kawasan

pegunungan Poso, Sulawesi Tengah.

b. Kelompok Jemaah Ansharut Tauhid (JAT)

Selain Mujahidin Indonesia Timur, Jemaah Ansharut Tauhid (JAT) adalah salah satu

kelompok separatis yang berambisi menguasai Indonesia. Di bawah pimpinan Abu Bakar

Ba’asyir, yang juga pernah mengepalai Jamaah Islamiyah, kelompok ini bahkan telah

dimasukkan daftar Organisasi Teroris Asing oleh pemerintah Amerika Serikat.

c. Gerakan Aceh Merdeka (GAM)

Gerakan Aceh Merdeka (GAM) adalah salah satu organisasi separatis yang pernah

memicu gejolak di tanah air. Betapa tidak, gerakan yang mereka lancarkan selama hampir 3

dekade itu sempat membuat pemerintah kewalahan untuk membendungnya. Gerakan

tersebut juga dikenal dengan nama Aceh Sumatera National Liberation Front (ASNLF).

d. Organisasi Papua Merdeka (OPM)

Sama seperti GAM, tujuan dari organisasi separatis ini adalah untuk melepas Papua

dan Papua Barat dari NKRI. Organisasi yang memiliki bendera dengan lambang Bintang

Kejora ini diketahui telah memulai aksi militannya sejak Desember 1963. Jika GAM sudah

resmi dibubarkan, OPM masih tetap eksis sampai sekarang. Bahkan, setiap tanggap 1

Desember, ada saja yang nekad mengibarkan bendera OPM di Papua. Tindakan tentunya

dilarang karena dianggap sebagai sebuah pengkhianatan terhadap bangsa.

e. Kelompok Jamaah Islamiyah

Kelompok separatis ini tidak hanya ditemui di Indonesia, tetapi juga di negara-

negara lain di Asia Tenggara. Dinyatakan sebagai organisasi teroris, Jamaah Islamiyah juga

melancarkan gerakannya di Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand dan Filipina. Bahkan di

Indonesia sendiri, organisasi ini telah dicap sebagai korporasi terlarang.

D. Penutup Sebagai sebuah lembaga tinggi negara DPD RI, sudah barang tentu menjadi tumpuan dan

harapan dari para konstituen nya dalam rangka menyalurkan aspirasi dan membawa daerahnya

masing-masing agar lebih diperhatikan. DPD RI sebagai suatu ―kamar aspirasi‖ dalam sistem

ketatanegaraan yang menganut bikameral. Namun pada kenyataannya wewenang dari DPD RI

ternyata belum dapat menjawab ekspektasi publik, hal ini di karenakan beberapa faktor, faktor

3 https://www.merdeka.com/politik/marsekal-hadi-akui-ancaman-separatis-di-ri-akan-selalu-ada.html

4 https://www.boombastis.com/ngotot-menguasai-indonesia/69855

Page 23: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

16

yang pertama adalah terbatasnya wewenang yang diberikan kepada DPD RI dalam Undang-

undang, faktor inilah yang menjadi masalah utama DPD RI selama ini, oleh karena itu menjadi

keharusan untuk melakukan transformasi atau perubahan yang mendasar terkait tugas dan

wewenangnya.

Hal selanjutnya terkait dengan transformasi DPD RI adalah dengan meninjau ulang

keanggotan dari DPD RI itu sendiri, kita bisa lihat bersama bahwa proporsi dari anggota DPD RI

adalah mayoritas pengurus partai politik, kader, simpatisan, atau yang sebelumnya anggota dewan

perwakilan rakyat (baik pusat maupun daerah) yang mencalon di DPD RI, bahkan sekarang ketua

DPD RI merupakan ketua umum sebuah partai politik, hal ini tentunya menjadi bisa kepentingan,

dan juga tidak baik dan tidak etis bagi lembaga tinggi negara tersebut. Hal yang harus dibenahi dari

masalah ini adalah perbaiki sistem rekrutmen DPD RI nya, anggota DPD RI harus sesuai dengan

nama dan marwah lembaga itu, yaitu orang-orang yang murni dan mengenal daerahnya, orang-

orang yang paham dan dapat dijadikan panutan bagi daerahnya. DPD RI bukan ajang reuni bagi

para mantan-mantan pejabat atau yang tidak terpilih di DPR RI.

Yang terakhir adalah, dalam kerangka optimalisasi peran DPD RI, yaitu dengan

menumbuhkan rasa sense of belonging terhadap isu komunal di daerah nya masing-masing, para

anggota DPD RI ini harus menjadi garda terdepan dalam upaya-upaya penyelesaian masalah

daerah, yang utamanya adalah masalah preventif atau sektor pencegahan, karena hal ini merupakan

domain dan ―skill‖ yang harus dimiliki oleh semua anggota DPD RI.

E. Daftar Pustaka Akbarrudin, Andika. ―Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPR RI dan DPD RI Pasca Amandemen

UUD 1945‖, Pandecta, Vol. 8, No. 1, Januari, 2013.

Anwar, Chairul. Konstitusi dan Kelembagaan Negara, Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mandiri,

1999.

Asshiddiqie, Jimly, 2002, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan Keempat, Jakarta:

Pusat Studi Hukum Tata Negara FHUI.

Asy’ari, Hasyim, Kedudukan dan Peran DPD dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Makalah

dalam Semiloka ―Optimalisasi Fungsi dan Kedudukan DPD RI secara Kelembagaan‖,

diselenggarakan di Semarang, 12 Januari 2006.

Bidaya, Jaini. ―Kewenangan DPD Dalam Sistem Ketatanegaraan RI Menurut UUD 1945‖, Media

Bina Ilmiah, Vol. 6, No. 6, Desember, 2012.

Budiardjo, Miriam dkk. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

https://www.merdeka.com/politik/marsekal-hadi-akui-ancaman-separatis-di-ri-akan selalu-ada.html

https://www.boombastis.com/ngotot-menguasai-indonesia/69855

www.wikipedia.com/dpdri

Page 24: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

(1). Paper yang disampaikan pada Seminar Nasional, “Telaah Kritis Tata Kelola Negara dalam

Pelayanan Publik dari Perpektif : Administrasi Publik, Sosiologi, Ilmu Politik, Kesejahteraan

Sosial, Komunikasi Politik dan pemerintahan”, 22 November 2018, UHO Kendari

(2) Dosen Universitas Sulawesi Tenggara, Kendari

17

Model Tata Kelola Organisasi dalam Pengentasan Kemiskinan(1)

H. Joko Tri Brata

(2)

Email; [email protected]

Universitas Sulawesi Tenggara

Abstract

Penanggulangan Kemiskinan adalah suatu Model Kebijakan, dimana para pihak yang terlibat

dalam organisasi penanggulangan kemiskinan selalu hanya dalam konteks “Setting Institusional” yang

bersifat formal sehingga dalam konteks efektifitas organisasi, tata kelolanya perlu dielaborasi dalam

setting organisasi jaringan.

Hasil penelitian ini membedah suatu konsep normal tata kelola dengan mencoba

mengeluarkan model tata kelola dalam setiap elemen menjadi sebuah model terintegrasi. Kemudian

mencoba mengtegasikan lagi dalam sebuah setting lebih besar sehingga ditemukan model yang lebih

efisien dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Kata Kunci; Kolaborasi, Penanggulangan Kemiskinan.

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan ternyata

belum berdampak besar dalam menanggulangi masalah kemiskinan. Hal ini membuat dapat

dilihat dari masih tingginya angka kemiskinan di berbagai daerah di Indonesia. Khususnya di

Sulawesi Tenggara, angka kemiskinan masih berkisar di tataram 12%. Hal ini memaksa

Pemerintah daerah perlu membuat sebuah kebijakan alternatif dalam hal menanggulangi

kemiskinan di daerahnya.

Dalam kaitan dengan itu, konsep dasar dari Peraturan presiden Nomor 15 Tahun 2010

menetapkan bahwa kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan

memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematik, terpadu dan

menyeluruh, dalam rangka mengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar warga negara

secara layak melalui pembangunan inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan untuk mewujudkan

kehidupan yang bermartabat. Kemiskinan sudah dipandang dari sudut yang berbeda-beda, dan

tegantung pada perspektif yang digunakan (Djatnika, 2009).

Berkaitan dengan konsep diatas, dalam konstelasi perencanaan, Sulistianingrum (2013)

mengemukakan bahwa tidak optimalnya perencanaan penanggulangan kemiskinan di Indonesia

karena; (1) menyangkut ketidaktepatan sasaran, ketidakpaduan lokasi dan waktu, dan

koordinasi antar program/kegiatan maupun program/kegiatan pemerintah pusat dan daerah

yang belum selaras, (2) peran dan kapasitas organisasi pengelola belum optimal, juga karena (3)

pemekaran wilayah yang terus menerus menyulitkan dalam perencanaan dan penganggaran

termasuk kebijakan kemiskinan.

1. Gambaran Umum Organisasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Kendari

Page 25: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

(1). Paper yang disampaikan pada Seminar Nasional, “Telaah Kritis Tata Kelola Negara dalam

Pelayanan Publik dari Perpektif : Administrasi Publik, Sosiologi, Ilmu Politik, Kesejahteraan

Sosial, Komunikasi Politik dan pemerintahan”, 22 November 2018, UHO Kendari

(2) Dosen Universitas Sulawesi Tenggara, Kendari

18

Sebuah program yang sangat membumi di tahun 2010 di Kota kendari adalah

Program persaudaraan madani, yakni sebuah program kebijakan publik pemerintah Kota

Kendari dalam upaya mengentaskan kemiskinan dengan pola pemberdayaan masyarakat

dengan memper-saudarakan keluarga yang mampu dan tidak mampu status ekonominya

dengan dilandasi rasa yang ikhlas dan sukarela dari masyarakat dalam melaksanakannya.

Program ini adalah upaya memahami masalah kemiskinan dengan membuat sebuah

kebijakan yang bersifat inovatif untuk bisa menanggulangi masalah kemiskinan.

Dalam kaitan dengan skema umum dalam organisasi penangulangan kemiskinan

adalah dengan melihat Skema Tugas Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

(TKPKD) Kota Kendari disusun berdasarkan Format dasar Tim Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan Nasional (TKPKN), dimana TKPKD diserahkan tugas untuk

mengkoordinasikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan serta

mengkoordinasikan pengendalian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Kota

Kendari.

Gambar 1; Skema TNPPK tingkat Kabupaten/Kota

Tugas yang diberikan kepada TKPKD adalah melakukan koordinasi kebijakan dan

program, serta menyelenggarakan fungsi pemantauan, supervisi dan tindak lanjut terhadap

penyampaian tujuan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan agar sesuai

kebijakan pembangunan daerah.

Di Kota Kendari, peran dan fungsi tersebut direalisasikan melalui penyusunan

dokumen Strategi Daerah Penanggulangan Kemiskinan (SDPK), dokumen ini menjadi acuan

bersama dalam upaya Penanggulangan Kemiskinan di Kota Kendari. Hasil Analisa dokumen

dan pengamanatan mengemukakan bahwa gambaran Organisasi penanggulangan kemiskinan

di Kota Kendari yang tergabung dalam TKPKD bukan merupakan suatu kerangka jaringan

yang baik, tetapi hanya sebuah “Setting Institusional” yang bersifat formal karena bentuknya

masih cenderung herarki dan belum mempunyai inovasi dari ketentuan yang ada.

B. Pembahasan

Page 26: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

(1). Paper yang disampaikan pada Seminar Nasional, “Telaah Kritis Tata Kelola Negara dalam

Pelayanan Publik dari Perpektif : Administrasi Publik, Sosiologi, Ilmu Politik, Kesejahteraan

Sosial, Komunikasi Politik dan pemerintahan”, 22 November 2018, UHO Kendari

(2) Dosen Universitas Sulawesi Tenggara, Kendari

19

Dari hasil temuan sebelumnya yang menegaskan bahwa TKPKD adalah sebuah “Setting

Institusional”, (Tribrata, 2015), sehingga hasil penelitian Tribrata memberikan gambaran bahwa

berkaitan dengan itu, analisa model jaringan ini dikembangkan dalam sebuah setting antar lembaga

terkait dalam sebuah model terintegrasi (jaringan) karena salah satu yang menjadi fokus

keberhasilan organisasi adalah dengan penguatan organisasi terintegrasi (bahasa lain jaringan)

yang merupakan kunci utama dalam pengembangan organisasi. Hal ini sudah dikemukakan

Goldsmith (2009) yang mengemukakan bahwa keuntungan dari model jaringan adalah dengan

adanya spesialisasi, inovasi, kecepatan dan fleksibilitas, serta peningkatan jangkauan. Titik

berat Inovasi adalah dengan mengkolaborasi satuan dalam satuan organisasi sehingga tercipta suatu

satuan baru yang lebih modern dan fleksibel. Dalam konteks jaringan, disebutkan bahwa aktifitas

para pihak dalam jaringan organisasi berkaitan dengan implementasi program sangatlah

bermanfaat, dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama. Peran institusi (kelembagaan) dengan

fokus pada bagaimana organisasi membentuk perilaku dari aktor-aktor, yang terkait

dihimpunannya, seperti dianalogi masyarakat dan warga negara (butir biru dan merah maron)

dalam sebuah konstelasi warga kelurahan/kecamatan, konstituen dari anggota DPRD dan obyek

yang dituju dalam program kedinasan (lihat gambar sebelah kiri analogi model jaringan).

Di bagian kanan gambar, analogi organisasi yang juga berperan aktif dalam

penanggulangan kemiskinan yaitu LSM perduli (warna merah) dengan upaya fasilitasi dan

dampingan warga miskin, Perguruan Tinggi (warna kuning) dengan pola kajian kemiskinan serta

Badan badan usaha (Warna Ungu) dengan Program CSR nya. Keseluruhan analogi tadi terintegrasi

dalam Model kelembagaan ini digambarkan sebagai Model Jaringan Organisasi berikut ini: (Tri

Brata, 2014).

Gambar 2: Analogi Model Jaringan yang ditawarkan (Tri Brata, 2014)

Dalam perkembangan fungsi organisasi pemerintahan, maka pelaksanaan pengentasan

kemiskinan ditandai dengan tugas lembaga terkait yaitu:

1. Lembaga yang berkaitan dengan Sosial Budaya

Page 27: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

(1). Paper yang disampaikan pada Seminar Nasional, “Telaah Kritis Tata Kelola Negara dalam

Pelayanan Publik dari Perpektif : Administrasi Publik, Sosiologi, Ilmu Politik, Kesejahteraan

Sosial, Komunikasi Politik dan pemerintahan”, 22 November 2018, UHO Kendari

(2) Dosen Universitas Sulawesi Tenggara, Kendari

20

Berkaitan dengan pengembangan sosial budaya dalam konstelasi pananggulangan

kemiskinan, di analogi bahwa model partisipasi masyarakat, juga memberikan suatu model

sebagai berikut:

Gambaran diatas, kemudian dianalogi bahwa upaya penanggulangan kemiskinan,

dilakukan dengan model dari sektor sosial sebagai berikut:

2. Lembaga yang berkaitan dengan Ekonomi

Page 28: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

(1). Paper yang disampaikan pada Seminar Nasional, “Telaah Kritis Tata Kelola Negara dalam

Pelayanan Publik dari Perpektif : Administrasi Publik, Sosiologi, Ilmu Politik, Kesejahteraan

Sosial, Komunikasi Politik dan pemerintahan”, 22 November 2018, UHO Kendari

(2) Dosen Universitas Sulawesi Tenggara, Kendari

21

Bekaitan dengan penanggulangan kemiskinan dari upaya organisasi yang bergerak di

sekter terkait, maka analogi dibawah ini merupakan salah satu model yang juga dapat

dikembangkan yaitu;

3. Lembaga yang berkaitan dengan Fisik dan Prasarana

4. Lembaga yang berkaitan dengan Kerjasama dalam bidang Pemerintahan.

Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang:

Pembangunan, Peningkatan Jalan dan Jembatan,

Pengembangan Air Bersih dan Drainase,

Pemanfaatan Sumber Daya Air

Pengembanngan potensi Ruang

rr

Dinas Perumahan : Seksi Pengembangan Kawasan Perumahan dan

Pemukiman, seksi Pengembangan Perumahan Swadaya dan Formal

Page 29: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

(1). Paper yang disampaikan pada Seminar Nasional, “Telaah Kritis Tata Kelola Negara dalam

Pelayanan Publik dari Perpektif : Administrasi Publik, Sosiologi, Ilmu Politik, Kesejahteraan

Sosial, Komunikasi Politik dan pemerintahan”, 22 November 2018, UHO Kendari

(2) Dosen Universitas Sulawesi Tenggara, Kendari

22

Dari keseluruhan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa, organisasi

penanggulangan kemiskinan terbagi ke dalam empat sektor lembaga yaitu Sosial, Ekonomi,

Sarana dan Prasarana, dan Pemerintahan dan Kerjasama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar berikut:

Berdasarkan semua uraian diatas dapat diketahui keterkaitan antara beberapa Lembaga

(Satuan Kerja perangkat Dinas) yang terlibat dalam penanggulangan kemiskinan, dianalogikan

dengan gambar berikut ini:

Page 30: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

(1). Paper yang disampaikan pada Seminar Nasional, “Telaah Kritis Tata Kelola Negara dalam

Pelayanan Publik dari Perpektif : Administrasi Publik, Sosiologi, Ilmu Politik, Kesejahteraan

Sosial, Komunikasi Politik dan pemerintahan”, 22 November 2018, UHO Kendari

(2) Dosen Universitas Sulawesi Tenggara, Kendari

23

Gambar 3 : Integrasi Kelembagaan antar Bidang Penanggulangan Kemiskinan

Dalam pembahasan lain, Tri Brata (2014) mengemukakan bahwa dalam konsep

jaringan antar organisasi tidak lagi tepat didekati lewat pendekatan ekonomi, tetapi dengan

optimalisasi penyatuan sumber daya di tiap organisasi yang dikolaborasi pada suatu tatanan

menuju kesejahteraan (Tri Brata, 2015)

Bagaimana pengelolaan program pengentasan kemiskinan tersebut bisa berkelanjutan,

menjadi tugas dari administrator, yang selama ini cenderung masih berorientasi pada konsep-

konsep penanganan lama, termasuk didalamnya adalah merubah model organisasi

konvensional yang didapatkan (Tri Brata, 2013), sehingga untuk menghadapi tantangan baru

perlu melaui re-desain organisasi. Dalam konteks inilah, maka optimalisasi penyatuan sumber

daya di tiap organisasi (kelembagaan) yang dikolaborasi pada suatu tatanan menuju

kesejahteraan (Tribrata, 2018).

C. Penutup Dari hasil temuan yang menegaskan bahwa TKPKD adalah sebuah “Setting

Institusional”, tetapi sebagai sebuah organisasi yang ada di lingkup pemerintahan, organisasi

penangulanga kemiskinan bersinergi dalam 4 bidang terkait dalam melaksanakan konektifitas

program. Hasil penelitian ini merekomendasikan perlunya redesain kelembagaan organisasi

penanggulangan kemiskinan sebagai satu-satunya lembaga organisasi pemerintah yang resmi

untuk menjawab tiga persoalan utama dalam upaya pembangunan di Indonesia yaitu Kemiskinan,

Ketimpangan dan Kerentanan yang diorganisir dalam suatu struktur organisasi yang terkoordinasi

baik antar sektor maupun antar program melalui organisasi yang sudah terbentuk dengan tugas

fungsional tersebut.

D. Daftar Pustaka (1) Djatnika, Dikcy Ustama, 2009, Peranan Pendidikan Dalam Pengentasan Kemiskinan, Jurnal

Ilmu Administrasi Dan Kebijakan Publik (JIAKP), Vol. 6, No. 1, Januari 2009:1-12.

(2) Goldsmith, Stephen and Donald F.Kettel (editor), (2009), Unlocking The Power Of Network:

Keys To the Hight Performance Government, ash institute for Democratic governance and

Page 31: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

(1). Paper yang disampaikan pada Seminar Nasional, “Telaah Kritis Tata Kelola Negara dalam

Pelayanan Publik dari Perpektif : Administrasi Publik, Sosiologi, Ilmu Politik, Kesejahteraan

Sosial, Komunikasi Politik dan pemerintahan”, 22 November 2018, UHO Kendari

(2) Dosen Universitas Sulawesi Tenggara, Kendari

24

innovation John F. Kennedy School of Government Harvard University, Brookings institution

press Washington, D.C.

(3) Hamzah, Asiah, 2012. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Dan Kelaparan Di Indonesia:

Realita Dan Pembelajaran, Jurnal AKK, Vol 1 No 1, September 2012, hal 1-5.

(4) Kasmad, Rulinawaty, 2015. Jaringan Pengembangan Kapasitas Organisasi Publik, Studi

Kasus Penguatan Organisasi Terintegrasi dalam Implementasi Kebijakan PKL di Kota

Makassar, Makalah disajikan pada Seminar Nasional IAPA Sulselbar, 6-7 April 2015.

(5) Ramadhan, Syahril, 2015. Model Inovasi Berbasis Kolaborasi Di Kota BauBau, Makalah

disajikan pada Seminar Nasional IAPA Sulselbar, 6-7 April 2015.

(6) Robbins, Stephen P., 1995. Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi. Jakarta: Arcan.

(7) Tribrata, Joko, 2014, The Organisation Network In Reduccing Poverty at Kendari City, IOSR;

Journal Of Humanitities and Social Sciense, Volume 19 Issu 1 Version-10, Feb-2014, PP 09-

14, e-ISSN; 2279-0837, p-ISSN; 2279-084.

(8) Tribrata, Joko, 2015, “Redesigning Poverty Alleviation Organization in Kendari, Jurnal

Internasional Journal of Public Administration and Governance, Doi: 10.5296/ jpag.

v5i3.8078 URL: http:// dx.doi.org/10.5296/. Volume 5, Nomor 3 Tahun 2015, Hal 10-20.

(9) Tribrata, Joko, 2017, Model Poverty Based Collaboration Disampaikan Pada International

Conferences, “Scientific Publication Toward Global Competitive Higher Education. 21 –22

Januari 2017, UNM Makassar.

(10) Tribrata, Joko, 2018, Program Effectiveness Poverty Reduction in the Context of Integrity,

Prosiding Seminar yang Disampaikan Pada International Conference on Environmental

Awareness, 9 –11 Maret 2018, ICEASD Kendari.

Bahan Pustaka Non Buku 1. Materi Woro S. Sulistyaningrum Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat Miskin, Direktorat

Penanggulangan Kemiskinan, BAPPENAS, dalam Rangka Sosialisasi Program MP3KI, Di

Jokyakarta, Tanggal 13 Nopember 2013.

Page 32: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

25

Interkoneksi Budaya, Pendidikan Dan Pelayanan Kesehatan Berbasis

Keluarga Di Kabupaten Kolaka

Drs Juhaepa M.Si

[email protected]

Dr. Muh Arsyad,M.Si

[email protected]

Sarpin,S.Sos,M.Si

[email protected]

Harnina Ridwan, S.IP., M.Si

[email protected]

Abstrak

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana interkoneksi antara kebudayaan,

pendidikan dan pelayanan kesehatan masyarakat berbasis keluarga di Kabupaten Kolaka. Tujuan dari

dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis interkoneksi antara

kebudayaan, pendidikan dan pelayanan kesehatan masyarakat berbasis keluarga di Kabupaten Kolaka.

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kolaka untuk mengetahui dan menganalisis

interkoneksi budaya pendidikan dan pelayanan kesehatan berbasis keluarga di Kabupaten Kolaka.

Adapun tehnik penarikan sampling dilakukan dengan metode tehnik purposive sampling, yaitu

penarikan sampling secara sengaja dengan mempertimbangkan tujuan penelitian dan memperhatikan

kondisi sosial, budaya, dan ekonomi yang menjadi kriteria dalam penentuan informan penelitian.

Adapun hasil penelitian ini adalah Budaya kekeluargaan dan kegotongroyongan yang masih

kental dalam masyarakat Kab. Kolaka saat ini dapat dijadikan sebagai modal sosial masyarakat untuk

menciptakan tatanan masyarakat yang baik dan sejahtera dalam bidang ekonomi. Demikian halnya

dengan modal sosial masyarakat yang cenderung agamis dapat menjadi pondasi dalam menciptakan

masyarakat yang lebih humanis dan berakhlak serta sebagai penangkal dari berbagai macam penyakit

masyarakat.

Demikian pula halnya dengan pendidikan, keluarga dalam masyarakat Kolaka telah menyadari

pentingnya pendidikan dalam keluarga mereka selain pendidikan formal yang didapat melalui sekolah

formal. Walaupun masih terdapat keluarga yang tidak mampu membiayai pendidikan formal anggota

keluarga (anak) mereka namun mereka telah menyadari bahwa pendidikan sangat penting bagi anak-

anak mereka. Hal tersebut merupakan modal sosial bagi masyarakat Kolaka untuk membentuk dan

atau memberikan pendidikan berbasis keluarga pada masyarakat Kolaka.

Kata Kunci : Interkoneksi Budaya, Pendidikan, Pelayanan Kesehatan.

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Perilaku hidup sehat dalam masyarakat tentunya tidak terlepas dari budaya dan

pendidikan masyarakat tersebut. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya merupakan

kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Pendidikan merupakan

proses pemanusiaan untuk menjadikan manusia memiliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia

dewasa, dan manusia seutuhnya agar mampu menjalankan tugas pokok dan fungsi secara penuh

dan mengembangkan budaya. Kebudayaan dan pendidikan memiliki hubungan timbale balik

sebab kebudayaan dapat dilestarikan dan dikembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan

dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan.

Page 33: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

26

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke-5 Nawa Cita,

yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program

sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program

Indonesia Sejahtera. Program Indonesia sehat selanjutnya menjadi program utama

Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana

Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui

Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.

Pendekatan keluarga adalah salah satu cara untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan

mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerja dengan mendatangi

keluarga. Terdapat Lima fungsi keluarga, yaitu: 1) Fungsi afektif (The Affective Function)

adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan

anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. 2) Fungsi sosialisasi yaitu proses

perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan

belajar berperan dalam lingkungan sosialnya. 3) Fungsi reproduksi (The Reproduction

Function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4) Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 5) Fungsi perawatan atau

pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function) adalah untuk mempertahankan keadaan

kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.

Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka telah melakukan berbagai upaya terkait

program Indonesia Sehat dengan pendekatan Keluarga, namun hasilnya belum maksimal. Pihak

puskesmas pun berusaha mengoptimalkan program-pragram tersebut, akan tetapi hinga saat ini

masih banyak masyarakat kabupetan Kolaka yang belum mengikuti program Indonesia Sehat.

Ketika berbicara mengenai kesehatan, perilaku hidup sehat tentunya tidak terlepas dari

peranan keluarga. Fungsi sangat krusial dalam mambangun perilaku hidup sehat. Keluarga

adalah unit terkecil dalam tataran sosial. Melalui keluarga juga, individu-individu memperoleh

pendidikan dan berperilaku sehat yang didukung oleh budaya dalam masyarakat tersebut. Jadi

antara kebudayaan pendidikan dan kesehatan memiliki hubungan yang erat dikarenakan ketiga

hal tersebut hidup dan berkembang melalui keluarga.

2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana interkoneksi antara kebudayaan, pendidikan dan pelayanan kesehatan

masyarakat berbasis keluarga di Kabupaten Kolaka?

3. Tujuan Kegiatan Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis interkoneksi antara kebudayaan, pendidikan dan pelayanan kesehatan masyarakat

berbasis keluarga di Kabupaten Kolaka.

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Keluarga Keluarga menurut sejumlah ahli adalah sebagai unit sosial-ekonomi terkecil dalam

masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi, merupakan kelompok primer

yang terdiri dari dua atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal,

hubungan darah, hubungan perkawinan, dan adopsi (UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat

10; Khairuddin, 1985; Landis, 1989; Day et al., 1995; Gelles, 1995; Ember & Ember, 1996;

Vosler, 1996). Menurut U.S. Bureau of the Census Tahun 2000 keluarga terdiri atas orang-orang

yang hidup dalam satu rumah tangga Newman & Grauerholz, (2002) dalam Puspitawati (2015).

Page 34: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

27

2. Kebudayaan Dalam Keluarga, Pendidikan dan Kesehatan

a. Pengertian Budaya Secara sederhana kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa.

Sebenarnya Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal–hal yang

berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,

yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan (Clifford, 1992).

b. Hubungan Budaya dengan Pendidikan Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke menyebabkan kayanya

budaya yang ada di Indonesia. Begitu juga dengan orang tua, orang tua yang berasal dari

berbagai daerah di Indonesia dapat menjadi aset yang penting dalam mengajarkan

kebudayaan pada anak. Orang tua yang berasal dari daerah yang berbeda tentunya memiliki

kebudayaan yang berbeda, sehingga memang tak dapat dipungkiri jika kadangkala orang tua

yang berasal dari kebudayaan yang berbeda memiliki perbadaan dalam hal kebiasaan dan

cara mengasuh anak. Namun, hal tersebut bukanlah menjadi penghambat bagi orang tua

dalam mengajarkan kebudayaan Indonesia pada anaknya. Justru sebaliknya, orang tua yang

berasal dari kebudayaan yang berbeda dapat mengajarkan pada anak lebih banyak ragam

budaya yang ada, sehingga anak memiliki referensi lebih banyak tentang kebudayaan yang

ada di Indonesia.

C. METODE PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kolaka untuk mengetahui dan menganalisis

interkoneksi budaya pendidikan dan pelayanan kesehatan berbasis keluarga di Kabupaten Kolaka.

2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan atau desain penelitian deskriptif kuantitatif

untuk mengetahui interkoneksi budaya pendidikan dan pelayanan kesehatan berbasis keluarga di

Kabupaten Kolaka.

3. Populasi dan Informan Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Kabupaten

Kolaka. Adapun tehnik penarikan sampling dilakukan dengan metode tehnik purposive

sampling, yaitu penarikan sampling secara sengajadengan mempertimbangkan tujuan penelitian

dan memperhatikan kondisi sosial, budaya, dan ekonomi yang menjadi kriteria dalam

penentuan informan penelitian.

Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini dengan

menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

Dimana;

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

e : batas toleransi kesalahan (error tolerance),

batas toleransi kesalahan (error tolerance) ditetapkan sebesar 5%.

Selanjutnya, untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam maka dalam

penelitian ini akan ditentukan informan kunci (key informan) yang berasal dari Dinas Penduduk

dan Pencatatan Sipil, Puskesmas yang melaksanakan program Indonesia Sehat dan seluruh

masyarakat Kabupetan Kolaka.

4. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Page 35: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

28

5. Gambaran Umum Lokasi

5.1 Letak Geografis Kabupaten Kolaka Kabupaten Kolaka terletak dijazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Secara geografis

tertetak di bagian barat Provinsi Sulawesi Tenggara, memanjang dari Utara ke Selatan di

antara 3036

’ – 4

0 35

’ Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur di antara 120

0

45’ - 121

0 52

’ Bujur Timur. Adapun batas wilayah Kabupaten Kolaka sebagai berikut;

1) Sebelah utara berbatasan dengan Kolaka Utara,

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bombana,

3) Sebelah Timur berbatasan dengan KolakaTimur, dan

4) Sebelah Barat berbatasan dengan provinsi Sulawesi Selatan di Teluk Bone.

D. HASIL PENELITIAN

1. Kebudayaan, Pendidikan Dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Berbasis

Keluarga Untuk melihat interkoneksi antara kebudayaan, pendidikan dan pelayanan kesehatan

berbasis keluarga di Kabupaten Kolaka, maka terlebih dahulu harus dilihat hubungan antara

pendidikan dan budaya keluarga, kesehatan dan budaya keluarga, serta pelayanan kesehatan

pada masyarakat di Kabupaten Kolaka.

2. Pendidikan Dan Budaya Keluarga Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat kabupaten

Kolaka menganggap bahwa pendidikan merupakan hal yang penting bagi keluarga mereka.

Oleh karena itu mereka akan berusaha untuk menyelesaikan pendidikan setiap anggota keluarga

ke tingkat yang lebih tinggi. Seperti yang ditunjukkan pada gambar diagram berikut;

Gambar 1. Persepsi Masyarakat Terhadap Pentingnya Tingkat Pendidikan

Anggota Keluarga

Sumber:

Pengolahan Data Penelitian, 2018

Masyarakat Kolaka saat ini telah mengganggap bahwa pendidikan merupakan salah

satu hal penting yang harus dipenuhi dan dimiliki oleh seluruh anggota keluarga mereka. Hal

tersebut diperkuat dengan temuan bahwa walaupun saat ini masih terdapat anggota keluarga

dalam masyarakat Kolaka yang tidak menyelesaikan pendidikan mereka, namun hal tersebut

bukan dipengaruhi oleh faktor budaya keluarga, namun lebih kepada faktor kekurangan biaya.

Seperti yang ditunjukkan oleh gambar berikut;

Page 36: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

29

Gambar 2. Penyebab Utama Anggota Keluarga

Tidak Bersekolah

Sumber :

Pengolahan Data Penelitian, 2018

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa penyebab utama masyarakat tidak

bersekolah/ menyelesaikan sekolah mereka dipengaruhi oleh tidak adanya/ kekurangan biaya

untuk bersekolah sehingga mereka tidak mampu menempuh jalur pendidikan formal. Data

menunjukkan bahwa sebanyak 80% responden menyatakan bahwa penyebab utama anggota

keluarga mereka tidak bersekolah tidak melanjutkan sekolah karena faktor kekurangan biaya,

dan hanya sebanyak 20% responden yang menyatakan bahwa penyebab utamanya adalah

budaya dalam keluarga.

Walaupun penyebab utama adalah faktor kekurangan biaya, namun sebagian besar

masyarakat telah merencanakan pendidikan bagi keluarga mereka hingga ke jenjang yang lebih

tinggi. Seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut;

Gambar 3. Perencanaan Pendidikan Bagi Anggota Keluarga

Sumber:

Pengolahan Data Penelitian, 2018

80.0

20.0

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Kekurangan Biaya

Faktor Budaya Keluarga

56.0

36.0

8.0

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0

Telah Merencanakan

Belum Merencanakan

Tidak Merencanakan

Page 37: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

30

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa sebagian besar responden (56%)

menyatakan bahwa saat ini mereka telah merencanakan pendidikan untuk anggota keluarga

mereka yang masih berusia sekolah, sedangkan sebagian kecil responden (36%) belum

merencanakan pendidikan untuk keluarga mereka, dan hanya sebesar 8% responden

menyatakan tidak merencanakan pendidikan untuk anggota keluarga mereka.

3. Kesehatan dan Budaya Keluarga Peningkatan pola hidup sehat dalam masyarakat sering dipengaruhi oleh faktor budaya

(kebiasan) yang dilakukan oleh masyarakat ketika anggota keluarga mengalami sakit, hal

tersebut akan sangat berpengaruh terhadap penanganan penyakit yang ada dalam masyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hingga saat ini sebagian besar masyarakat Kolaka telah

menyadari arti pentingnya kesehatan dan pengobatan penyakit bagi keluarga mereka. Seperti

yang ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 4. Kebiasaan Berobat Ketika Sakit

Sumber:

Pengolahan Data Penelitian, 2018

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (84%) menyatakan

bahwa mereka akan ke rumah sakit/puskesmas ketiak ada anggota keluarga mereka yang

menderita sakit, dan hanya sebagian kecil responden (16%) yang menyatakan bahwa mereka

akan ke dukun ketika ada keluarga mereka yang sakit. Hal tersebut menunjukkan bahwa

masyarakat di Kolaka saat ini telah menggunakan jasa pengobatan modern (rumah

sakit/puskesmas) dalam melakukan pengobatan terhadap penyakit yang di derita. Sehingga

dapat dikatakan bahwa saat ini masyarakat Kolaka telah memahami pentingnya upaya kesehatan

melalui pengobatan modern. Selain itu, kesadaran masyarakat untuk melakukan pengobatan

pada rumah sakit/puskesmas tentu terait dengan kepuasaan masyarakat terhadap pelayanan yang

diberikan. Saat ini masyarakat Kolaka sebagian besar telah merasa puas dengan pelayanan yang

diberikan ketika melakukan pengobatan di rumah sakit/puskesmas. Seperti yang ditunjukkan

pada gambar berikut:

84

16

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Rumah Sakit/Puskesmas

Dukun

Page 38: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

31

Gambar 5. Kepuasaan Terhadap Pelayanan Rumah Sakit/Puskesmas

Sumber:

Pengolahan Data Penelitian, 2018

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (76%) menyatakan

bahwa mereka sangat puas dengan pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit/puskesmas ketika

melakukan pengobatan dan hanya sebagian kecil (24%) responden menyatakan bahwa mereka

kurang puas dengan pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit/puskesmas ketika melakukan

pengobatan. Hal ini menunjukkan bahwa hingga saat ini upaya pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten Kolaka telah dilakukan secara optimal untuk

memberi pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kolaka.

4. Pelayanan Kesehatan Berbasis Keluarga Penelitian ini membagi beberapa indakator untuk melihat interkoneksi antara budaya,

pendidikan, serta pelayanan kesehatan pada masyarakat Kolaka.

a. Keluarga Mengikuti Program KB Budaya-budaya yang berkembang dalam masyarakat berperan penting dalam

optimalisasi program KB di Kabupaten Kolaka. Masyarakat Kolaka terbagi atas masyarakat

modern dan tradisional. Persentase Keluarga yang telah mengikuti program KB di

Kabupaten Kolaka dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 6. Persentase Keluarga Yang Mengikuti Program KB

Sumber:

Pengolahan Data Penelitian, 2018

76.0

24.0

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0

Sangat Puas

Kurang Puas

74.0

26.0

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

Mengikuti Tidak Mengikuti

Page 39: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

32

Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini sebagian besar (75%) keluarga di

Kabupaten Kolaka telah mengikuti program keluarga berencana (KB) dan hanya sebagian

kecil (25%) keluarga yang belum tidak mengikuti program keluarga berencana (KB).

Adapun keluarga yang telah mengikuti program KB sebagian besar menggunakan metode

kontrasepsi suntik dan kontrasepsi spiral, sedangkan hanya sebagian kecil yang

menggunakan alat kontrasepsi Pil. Seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 7. Persentase Penggunaan Alat Kontrasepsi Di Kabupaten Kolaka

Sumber:

Pengolahan Data Penelitian, 2018

Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam penggunaan alat kontrasepsi pada

masyarakat di Kabupaten Kolaka telah mengikuti perkembangan teknologi terkait dengan

penggunaan alat kontrasepsi, dengan semakin berkurangnya penggunaan alat kontrasepsi Pil

serta tidak adanya lagi masyarakat yang menggunakan metode alamiah dalam program

keluarga berencana.

Adapun alasan keluarga yang belum/tidak mengikuti program keluarga berencana

(KB) di Kabupaten Kolaka dapat dilihat pada gambar diagram berikut:

Gambar 8. Alasan Keluarga Tidak Mengikuti Program KB Di Kabupaten Kolaka

Sumber:

Pengolahan Data Penelitian, 2018

Hal yang menarik bahwa keluarga yang tidak mengikuti program KB karena

keinginan mereka untuk memiliki jumlah anak yang lebih dari dua (banyak) serta adanya

pengaruh agama sehingga mereka tidak mau mengikuti program KB.

56.0

42.0

2.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

Alat Kontarsepsi Suntik

Metode Kontrasepsi Spiral

Pil KB

20.0

62.0

18.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

Kebiasaan Keluarga Tidak Mau Jauh Dari Fasilitas Kesehatan

Page 40: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

33

b. Melakukan Persalinan di Fasilitas Kesehatan Pada umumya masyarakat Kolaka telah memanfaatkan fasilitas kesehatan modern

untuk melakukan persalinan baik di rumah sakit maupun di puskesmas terdekat dengan

tempat tinggalnya, baik masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan maupun tinggal di

daerah pedesaan/pelosok.

Gambar 9. Tempat Pertolongan Persalinan Keluarga Di Kabupaten Kolaka

Sumber:

Pengolahan Data Penelitian, 2018

c. Imunisasi Lengkap Pada Bayi

Masyarakat Kolaka pada umunya telah mendapatkan imunisasi lengkap, baik

yang berada di wilayah perkotaan maupun di wilayah pedesaan dengan

memanfaatkan rumah sakit, puskesmas maupun posyandu unit desa.

Gambar 10. Imunisasi Lengkap Pada Bayi

Sumber:

Pengolahan Data Penelitian, 2018

d. ASI Ekslusif Bayi

Adapun persentase bayi yang mendapatkan ASI Ekslusif pada keluarga di

Kabpaten Kolaka dapat dlihat pada gambar berikut:

6.0

76.0

18.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

Dokter Kandungan Bidan Dukun Terlatih

60.0

36.0

4.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

Sudah Semua Baru Sebagian Tidak Ada

Page 41: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

34

Gambar 11. Persentase Bayi Yang Mendapatkan ASI Ekslusif

Sumber:

Pengolahan Data Penelitian, 2018

e. Pemantauan Pertumbuhan Pada Balita Belum semua wanita yang memiliki balita di Kabupaten Kolaka secara rutin

membawa anak mereka untuk mendapatkan pemantauan pertumbuhan meliputi pertumbuhan

tinggi badan, berat badan dan sebagainya di rumah sakit/puskesmas maupaun posyandu. hal

tersebut tidak terkait dengan tingkat pendidikan maupun budaya yang berkembang pada

masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut lebih dipengaruhi oleh

kesadaran para ibu terkait pemantauan pertumbuhan balita mereka. Adapun tempat

pemantauan pertumbuhan Balita di Kabupaten Kolaka dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 12. Tempat Pemantauan Pertumbuhan Balita

Sumber:

Pengolahan Data Penelitian, 2018

f. Pengobatan Bagi Penderita Tuberkolosis Paru Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Kolaka telah mendapatkan pengobatan

standar bagi penderita tuberkolosis paru. Namun terdapat sebagian kecil yang belum

mendapatkan pengobatan standar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

66.0

32.0

2.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

Semua Hanya Sebagian Diganti Susu Formula

6.0

22.0

72.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

Rumah Sakit Puskesmas Posyandu

Page 42: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

35

Gambar 13. Pengobatan Bagi Penderita Tuberkolosis Paru

Sumber:

Pengolahan Data Penelitian, 2018

g. Pengobatan Teratur Pada Penderita Hipertensi Pada umumnya penderita hipertensi di Kabupaten Kolaka tidak melakukan

pengobatan secara teratur, baik masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan maupun yang

tinggal diwilayah pedesaan/pelosok. Hal ini disebabkan oleh budaya/ kebiasaan masyarakat

yang masih menganggap baahwa penderita hipertensi merupakan penyakit yang umum dan

biasa di alami oleh masyarakat, serta tidak memerlukan pengobatan yang teratur. Pengobatan

teratur pada penderita hipertensi di Kabupaten Kolaka dapat dilihat pada gambar berikut:

Sumber:

Pengolahan Data Penelitian, 2018

h. Pengobatan Bagi Penderita Gangguan Jiwa Hingga saat ini penderita gangguan jiwa di Kabupaten Kolaka sebagian besar telah

mendapatkan penanganan medis dan tidak diterlantarkan. Namun masih ada sebagian kecil

76.0

22.0

2.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

Pengobatan Rutin Kurang Pengobatan Tidak Mau

Gambar 13. Pengobatan Penderita Tuberkolosis Paru

28.0

72.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

Melakukan Pengobatan Tidak Melakukan Pengobatan

Gambar 14. Pengobatan Teratur Pada Penyakit

Hipertensi

Page 43: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

36

penderita yang melakukan pengobatan tradisional. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar berikut:

Sumber:

Pengolahan Data Penelitian, 2018

i. Anggota Keluarga Yang Tidak Merokok Sebagian besar anggota keluarga yang ada dalam masyarakat di Kabupaten Kolaka

adalah perokok aktif. Lebih jelasnya dapat diihat pada gambar berikut:

Sumber:

Pengolahan Data Penelitian, 2018

j. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Bagi Keluarga Hanya sebagian kecil masyarakat Kabupaten Kolaka yang saat ini menjadi anggota

JKN. Hal ini disebabkan karena belum maksimalnya sosialisasi yang dilakukan, khususnya

bagi masyarakat yang tinggal di daerah pelosok dan berprofesi sebagai wiraswasta, petani

dan nelayan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Penanganan Medis86%

Pengobatan Tradisional

14%

Gambar 15. Pengobatan Pada Penderita Gangguan Jiwa

Tidak Ad22%

1-2 Orang78%

Gambar 16. Kebiasaan Merokok Dalam Keluarga

Page 44: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

37

Sumber:

Pengolahan Data Penelitian, 2018

k. Akses Sarana Air Bersih Pada umunya sebagian besar masyarakat Kabupaten Kolaka telah mendapatkan

akses air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Lebih jelasnya dapat dlihat

pada gambar berikut:

Sumber:

Pengolahan Data Penelitian, 2018

l. Akses Jamban Sehat Sebagian besar masyarakat Kabupaten Kolaka telah memenuhi akses jamban yang

sehat bagi keluarga mereka, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan.

Untuk masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan akses jamban sehat pada umunya belum

terpenuhi. Kebiasaan-kebiasaan warga yang melakukan MCK di sungai masih terdapat

sebagian kecil. Hal tersebut lebih cenderung dipengaruhi karena keterbatasan biaya untuk

membuat jamban sehat bagi keluarga mereka, sehingga mereka lebih memilih sungai. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

58.0

42.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

Mendapat JKN Tidak Mendapat JKN

Gambar 17. Keluarga Yang Mendapat Jaminan Kesehatan

Nasional

42.0

28.030.0

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

45.0

Sumur Gali Sumur Bor PDAM

Gambar 18. Akses Sarana Air Bersih Keluarga

Page 45: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

38

Sumber:

Pengolahan Data Penelitian, 2018

E. KESIMPULAN Budaya kekeluargaan dan kegotongroyongan yang masih kental dalam masyarakat Kab.

Kolaka saat ini dapat dijadikan sebagai modal sosial masyarakat untuk menciptakan tatanan

masyarakat yang baik dan sejahtera dalam bidang ekonomi. Demikian halnya dengan modal sosial

masyarakat yang cenderung agamis dapat menjadi pondasi dalam menciptakan masyarakat yang

lebih humanis dan berakhlak serta sebagai penangkal dari berbagai macam penyakit masyarakat.

Demikian pula halnya dengan pendidikan, keluarga dalam masyarakat Kolaka telah

menyadari pentingnya pendidikan dalam keluarga mereka selain pendidkan formal yang didapat

melalui sekolah formal. Walaupun masih terdapat keluarga yang tidak mampu membiayai

pendidikan formal anggota keluarga (anak) mereka namun mereka telah menyadari bahwa

pendidikan sangat penting bagi anak-anak mereka. Hal tersebut merupakan modal sosial bagi

masyarakat Kolaka untuk membentuk dan atau memberikan pendidikan berbasis keluarga pada

masyarakat Kolaka.

F. DAFTAR PUSTAKA Anita, L.V. 2004. Handbook of Family Comunication.USA:Lawrence Elbraum Press. hal 349.

Abbas. (2010). Strategi dan Pilihan Mengajar Berbasis Sekolah. Jakarta: Grasindo.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Baron, R.A dan Donn B. 2003.Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Clifford, G. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Depkes. 2016. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Jallaluddin,Rakhmat. 2000. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Jalaluddin. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga. Ta’dib Vol. XVII, No. 01.

Telah Memenuhi

Standar56%

Kurang Memenuhi

Standar44%

Gambar 19. Akses Jamban Sehat Bagi Keluarga

Page 46: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

39

MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL:

SUATU GAGASAN MENCIPTAKAN EFEKTIVITAS PEMERINTAHAN

La Husen Zuada, S.IP.,M.IP,; Muhammad Ahsan Samad,S.Ip.M.Si;

Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan, FISIP Universitas Tadulako, Palu

Email: [email protected]

Abstrak

Pasca amandemen UUD 1945, sistem pemerintahan Indonesia ikut mengalami perubahan dari

sistem presidensial murni menjadi campuran sistem presidensial dan sistem parlementer.

Pengadopsian sistem campuran ini memiliki semangat untuk mempertahankan prinsip demokrasi

dalam penyelenggaraan negara disatu sisi (parlemen sebagai penyeimbang), dan pada sisi yang lain

tetap memposisikan presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan (domination power). Hal

ini memunculkan problematik ketatanegaraan dalam praketeknya, dimana presiden sering tersandera

dan lamban dalam pengambilan keputusan strategis yang memerlukan persetujuan parlemen. Tulisan

ini adalah suatu gagasan untuk memperkuat sistem presidensil dengan memperbaiki sistem regulasi

(UU), tanpa melakukan amandemen konstitusi.

Kata kunci: Sistem Presidensil, Efektivitas Pemerintahan.

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Sistem presidensil merupakan corak yang diadopsi dalam penyelenggaraan sistem

pemerintahan Indonesia. Prinsip utama dalam sistem ini adalah kekuasaan Presiden jauh lebih

dominan dibanding lembaga kekuasaan lainnya (legislative). Kekuasaan eksekutif yang kuat ini

tentu memudahkan eksekutif (Presiden) dalam menyelenggarakan pemerintahan. Namun, dalam

prakteknya di Indonesia teori ini tidak sepenuhnya terbukti karena seringkali Presiden

mengalami gangguan akibat fragmentasi kepentingan parlemen sebagai konsekuensi dari sistem

multi partai. Gangguan parlemen ini tidak sampai mengancam kekuasaan presiden, namun amat

menganggu kinerja Presiden dalam menyelesaikan tugas-tugas pemerintahan.

Kelumpuhan pemerintahan akibat dari ketidakcocokan antara sistem presidensial dan

sistem multi partai ini telah diutarakan oleh Scott Mainwaring dalam artikelnya yang berjudul

Presidentialism, Multipartism, and Democracy The Difficult Combination. Studi Mainwaring

menemukan bahwa dari 31 negara yang memadukan sistem presidensial dan sistem multi partai

mengalami kegagalan, kecuali Cili. Mainwaring mengemukakan tiga alasan mengapa sistem

presidensial tidak cocok dengan sistem multi partai. Pertama, multi partai dalam sistem

presidensil sangat mungkin menghasilkan imobilisasi kebuntuan eksekutif/legislatif, dan

kebuntuan tersebut dapat mengganggu kestabilan demokrasi. Kedua, multi partai akan

menghasilkan polarisasi ideologis yang pada ujungnya mempersulit presiden dalam

pengambilan kebijakan yang ideologis. Ketiga, kombinasi antara presidensialisme dan

multipartisme dipersulit oleh kesulitan membangun koalisi politik.1

Berangkat dari tesis Mainwaring tersebut, maka langkah yang mungkin dilakukan

dalam mewujudkan pemerintahan yang efektif adalah: pertama, melakukan perubahan sistem

pemerintahan presidensial ke parlementer; kedua, menyederhanakan sistem kepartaian. Dari dua

langkah tersebut, langkah pertama agak sulit ditempuh mengingat sistem presidensil telah

ditegaskan sebagai sistem pemerintahan yang dianut oleh Indonesia. Disisi lain, dari aspek

1 Scoott Mainwaring, “Presidentialism, Multipartism, and Democracy The Difficult Combination”, Comparative

Political Studies 26 (2): 198-228.

Page 47: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

40

sejarah (masa lalu) sistem parlementer pernah diberlakukan, namun tidak serta merta

menciptakan kestabilan pemerintahan, justru sebaliknya, usia pemerintahan berlangsung singkat

karena mengalami kekacauan yang berujung pada kejatuhan kabinet. Konflik parlemen ini

semakin membahayakan kedaulatan Negara, ketika saat bersamaan muncul pemberontakan di

berbagai daerah di Indonesia.

Selanjutnya, langkah kedua yaitu penyederhanan sistem kepartaian merupakan cara

paling mungkin dilakukan. Meskipun hal ini sesungguhnya agak bertolak belakang dengan

karakteristik dan pluralitas masyarakat Indonesia, dimana sistem multi partai menjadi sebuah

keniscayaan bagi Negara yang memiliki tingkat keberagaman masyarakat (Arend Lipjhart,

1968;1977). Langkah penyederhanaan partai ini telah diupayakan melalui usulan perubahan

sistem pemilu proposinal menjadi sistem pemilu distrik serta pemberlakuan parlementery

thersold.

Cara menyederhanakan partai melalui perubahan sistem pemilu distrik ini gagal

terlaksana akibat keengganan mayoritas partai di parlemen yang menolak usulan perubahan

sistem distrik, kecuali partai Golkar.2 Sebaliknya langkah pemberlakukan parlementry therlsold

merupakan pilihan yang diadopsi dan mulai diberlakukan sejak pemilu 2009 dengan batas 2,5

%. Upaya ini berhasil mengurangi jumlah partai politik di legislative menjadi sembilan partai

politik. Namun demikian berkurangnya jumlah partai politik tidak serta merta memudahkan

presiden dalam mengambil keputusan strategis, karena partai politik tidak sepenuhnya solid dan

sejalan dalam mendukung sikap politik eksekutif.

Demi menyolidkan dukungan terhadap eksekutif, Presiden SBY membentuk sekertariat

gabungan koalisi partai politik pendukung pemerintah. Keberadaan Setgab mampu menyolidkan

koalisi pendukung pemerintah dalam beberapa saat sampai berakhirnya masa jabatan presiden.

Namun setelah itu, partai politik pendukung pemerintah dan partai oposisi kembali mencair,

sehingga sulit lagi dibedakan antara partai pemerintah dan partai oposisi. Lebih lanjut, langkah

menaikan ambang batas parlemen yang tidak signifikan pada Pemilu 2014 (3,5 %) ternyata

gagal mewujudkan partai lebih sederhana, sebaliknya partai politik mengalami penambahan

menjadi 10 partai. Situasi ini kembali menyulitkan presiden dalam mengorganisir fragmentasi

partai politik di parlemen.

Pada saat pembahasan UU Pemilu 2019, usulan dinaikannya PT menjadi lebih tinggi

(minimal 5%) kembali digulirkan namun hal ini hanya bisa terwujud menjadi 4%. Dengan

batasan PT demikian dan mengacu pada hasil pemilu sebelumnya, maka dimungkinkan partai

politik yang lolos di parlemen tidak mengalami pengurangan, sebaliknya memiliki peluang

untuk bertambah. Atas situasi demikian, maka pilihan menciptakan efektivitas pemerintahan

melalui penyederhanaan partai belum bisa terwujud. Berangkat dari rumitnya tantangan

menyederhanakan partai politik, maka tulisan ini mencoba mengusulkan berbagai cara

alternative yang dapat ditempuh dalam menciptakan efektivitas pemerintahan dengan

mengambil langkah penyederhanaan fraksi di legislatif.

B. EFEKTIVITAS PEMERINTAHAN: TINJAUAN TEORI

Istilah sistem presidensiil multi partai memperlemah sistem presidensiil kurang tepat

digunakan dalam kasus Indonesia. Dalam kenyataannya di Indonesia, Presiden tidak dalam posisi

lemah, dimana ia memiliki kekuasaan preoregatif mengangkat menteri dan para pembantunya,

memegang sebagian kekuasaan legislative (mengusulkan UU dan membuat peraturan), mempunyai

sebagian kekuasaan yudikatif (abolisi, grasi, rehabilitasi) serta memegang kekuasaan militer.

Presiden tidak bisa pula dijatuhkan oleh parlemen kecuali melanggar konstitusi. Berdasarkan hal

itu, maka sistem presidensiil tidak dalam posisi lemah. Penggunaan kata efektifitas pemerintahan

merupakan frasa yang tepat untuk menyebut problematika yang dihadapi oleh sistem presidensiil

dan multi partai yang tidak kompatibel seperti Indonesia.

Efektif berarti menjadi organisasi yang efektif yang menyelesaikan setiap urusan, menjadi

agen norma demokratis dan memiliki performa dan fungsi yang dapat melayani kepentingan

2 https://nasional.tempo.co/read/75008/golkar-usulkan-pemilu-sistem-distrik

Page 48: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

41

seluruh rakyat (Nurliah Nurdin, 2009: 464). Efektivitas juga memiliki makna terjadinya suatu efek

atau akibat seperti yang dikehendaki. Efektivitas berarti pula bahwa segala sesuatu dilaksanakan

berdaya guna yang berarti tepat, cepat, hemat dan selamat (Lubis, 1996: 33). Dengan demikian

efektivitas pemerintahan yaitu berkaitan dengan penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan yang

memilik efek berdaya guna, tepat dalam mencapai tujuan dan membutuhkan waktu yang efisien

(singkat) dalam pengambilan keputusan serta tidak berdampak negative dalam pelaksanaannya.

Berkaitan dengan kinerja pemerintahan dalam sistem presidensiil, maka pemerintahan yang efektif

adalah presidensialisme yang efektif yaitu sebuah situasi dimana sistem pemerintahan bersinergi

dengan sistem kepartaian, ditopang oleh gaya kepemimpinan presiden yang kuat, kontrol parlemen

yang berjalan sesuai konstitusi dan penyelenggaraan pemerintahan yang berjalan efektif (Hanta

Yuda, 2010: 62-63).

C. PEMBAHASAN: MENCARI FORMULA MENCIPTAKAN EFEKTIVITAS

PEMERINTAHAN Pembahasan ini mengajukan alternatif jangka pendek dan jangka panjang dalam

mewujudkan efektivitas pemerintahan dalam sistem presidensiil multi partai. Pertama, langkah

jangka pendek adalah dengan memberlakukan fraksionalisasi thersold, melembagakan koalisi

secara permanen dan redesain ruang persidangan legislatif menjadi dua blok (oposisi dan

pemerintah). Kedua, langkah jangka panjang melalui pengaturan/regulasi pendanaan partai politik

dan pelembagaan partai politik.

1. Pemberlakuan Fraksionalisasi Thersold Fraksi merupakan pengelompokkan anggota berdasarkan konfigurasi partai politik

berdasarkan hasil pemilihan umum. Fraksi merupakan perpanjangan tangan partai politik di

parlemen. Posisi fraksi memiliki peran strategis dalam melahirkan berbagai kebijakan parlemen.

Sebelum keputusan dikeluarkan di parlemen, fraksi menjadi salah satu lembaga yang membahas

berbagai opsi kebijakan yang akan diambil oleh setiap partai politik. Sebelum keputusan

parlemen diparipurnakan, sikap partai politik sudah dapat tergambar pada sikap fraksi. Ketua

fraksi menjadi semacam manajer dalam mengatur anggota partai politik di parlemen.

Banyaknya fraksi di parlemen tentu akan menyulitkan presiden ketika membutuhkan

dukungan parlemen dalam pengambilan keputusan pemerintahan. Saat ini syarat pembentukan

fraksi di parlemen berdasarkan UU Susduk Nomor 17 2014 sangat mudah. Berdasarkan pasal

82, ayat 3 UU tersebut menyebutkan bahwa fraksi dibentuk oleh partai politik yang memenuhi

ambang batas perolehan suara dalam penentuan perolehan kursi DPR. Mencermati isi dari UU

tersebut maka, setiap partai politik yang lolos ambang batas parlemen (parlementery thersold)

dapat membentuk fraksi tanpa adanya batasan jumlah kursi. Mengacu pada aturan ini maka,

jumlah fraksi di DPR akan mengikuti jumlah partai politik yang lolos PT. Jika ada 10 partai

yang lolos PT, maka akan ada 10 fraksi. Jumlah fraksi yang banyak ini tentu mempersulit

pengambilan keputusan di parlemen. Oleh karena itu, salah satu langkah yang perlu dilakukan

dalam mewujudkan efektifitas pemerintahan adalah dengan memperketat syarat pembentukan

fraksi. Cara itu diantaranya dapat dilakukan dengan menaikan syarat pembentukan fraksi

minimal 40-50 anggota DPR atau dengan mensyaratkan minimal 25% suara parlemen untuk

dapat membentuk satu fraksi. Dengan itu maka jumlah fraksi hanya akan berkisar antara 3-4

fraksi. Pengurangan jumlah fraksi ini akan mempermudah eksekutif dalam membangun

kerjasama dengan parlemen.

2. Pembentukan undang-undang koalisi Koalisi adalah sebuah pengelompokan aktor-aktor politik pesaing untuk dibawa

bersama baik melalui persepsi ancaman bersama, atau pengakuan bahwa tujuan mereka tidak

dapat dicapai dengan bekerja secara terpisah (Heywood, 2009: 194). Dalam sistem multi partai,

koalisi menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan demi menciptakan pemerintahan eksekutif yang

kuat. Praktek koalisi ini umumnya lazim dilakukan dalam sistem pemerintahan parlemen guna

membentuk suatu kabinet pemerintahan. Namun demikian, praktek koalisi juga mulai diadopsi

Page 49: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

42

dalam sistem presidensialisme multi partai yang bertujuan menciptakan pemerintahan yang kuat

dan efektif.

Pasca tumbuhnya partai politik yang begitu banyak, koalisi merupakan cara yang

ditempuh oleh pemerintahan terpilih demi mengamankan program-program pemerintah

(eksekutif) yang memerlukan persetujuan parlemen. Koalisi politik di Indonesia mulai

terbangun sejak adanya regulasi yang mensyaratkan calon Presiden diusung oleh partai politik

dan gabungan partai politik. Pada saat menjelang Pilpres 2004, koalisi menjadi salah satu

langkah yang dibangun oleh partai politik untuk dapat memenangkan pemilihan presiden.

Model koalisi ini tidak terbangun dari awal (sebelum pemilihan legislative) namun dilakukan

setelah pemilihan legislative dan sebelum pemilihan presiden digelar. Selain itu, koalisi tersebut

dibangun tidak secara permanen, namun bersifat temporer, tergantung pada keinginan partai

politik, tidak seragam (linear dengan pemerintahan di tingkat lokal) dan sangat mencair,

sehingga sepintas koalisi tidak tampak sebagai kerjasama yang dilandasi atas tujuan

menciptakan kemaslahatan publik, namun terbaca sebagai politik transaksional.

Idealnya koalisi politik bersifat permanen, berorientasi pada ideologi, kesamaan

kebijakan dan menciptakan efisiensi. Sebaliknya menghindari motif koalisi yang berorientasi

sebagai pemegang control (seek control) dan upaya pengamanan diri (seek security) dari situasi

yang menghimpit. Dua motif koalisi yang disebutkan terakhir akan berdampak negatif bagi

kelangsungan demokrasi yang akan mengarah pada otoritarianisme dan oligarki kekuasaan.

Dengan demikian, maka format koalisi perlu diatur dalam sebuah regulasi yang mengikat partai

politik untuk bekerjasama mengedepankan kepentingan publik. Undang-undang koalisi menjadi

salah satu solusi yang dapat ditempuh dalam rangka menciptakan koalisi yang berorientasi pada

kepentingan publik.

3. Redesain ruang persidangan dewan Desain ruang persidangan dewan saat ini yang menyerupai „ruang kelas‟ atau mengikuti

model searah dengan menempatkan pimpinan di bagian depan, sementara anggota biasa

membaur tanpa ada pembatasan antara partai oposisi dan pendukung pemerintah. Model ruang

persidangan ini sulit untuk membedakan partai oposisi dan partai pemerintah saat perdebatan

legislative dilakukan. Model ruang persidangan yang membaur ini juga membuka terjadinya

lobby secara longgar (illegal) antar anggota DPR meski berbeda posisi politik (pemerintah dan

opososisi). Untuk itu, maka perlu adanya redesain ruang persidangan menjadi berhadap-hadapan

antara partai oposisi dan partai pendukung pemerintah. Dengan demikian maka publik akan

mampu membedakan partai oposisi dan pemerintah, partai yang pro kepentingan rakyat dan

tidak pro pada kepentingan rakyat dalam setiap sikap politik. Pada ujungnya situasi ini akan

menciptakan memori bagi pemilih dan memberikan feedback dalam menentukan sikap

politiknya dalam pemilu.

Untuk membedakan partai pemerintah dan partai oposisi, maka perubahan model ruang

persidangan menjadi berhadapan antara partai oposisi dan partai pemerintah menjadi cara yang

dapat dilakukan. Perubahan model ruang persidangan diikuti pula dengan perubahan jumlah

keanggotaan kepemimpinan dewan yang lebih sederhana, sehingga eksekutif akan lebih mudah

pula dalam membangun kerja sama dengan parlemen. Saat ini kepemimpinan DPR berjumlah

lima (5) orang, yang diwacanakan akan ditambah menjadi tujuh (7) orang. Banyaknya pimpinan

dewan ini secara tidak langsung mempengaruhi pengambilan keputusan di parlemen. Oleh

karena itu usulan untuk menambah jumlah pimpinan dewan tidak perlu dilakukan. Sebaliknya

adalah perlunya penyederhanaan pimpinan dewan menjadi dua pimpinan yaitu pimpinan blok

pemerintah dan pimpinan blok opsosisi.

4. Pembiayaan partai politik oleh negara Pengaturan sumber keuangan partai politik merupakan upaya jangka panjang untuk

melahirkan efektivitas pemerintahan. Asumsinya bahwa lemahnya pendanaan partai politik

memiliki korelasi dengan motif koalisi politik yang dibangun. Koalisi kartel dan koalisi

berorientasi reent seeking menjadi motif kebanyakan koalisi partai politik pasca demokratisasi

di Indonesia (Ambardi, 2009). Indikasi dari adanya koalisi kartel itu adalah: 1). Hilangnya peran

Page 50: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

43

ideologi partai sebagai factor penentu penentu koalisi partai politik; 2). Sikap permisif dalam

pembentukan koalisi; 3). Tiadanya oposisi; 4). Hasil-hasil pemilu hampir tidak berpengaruh

dalam menentukan perilaku partai politik Motif; 5). Kuatnya kecenderungan partai politik

bertindak secara kolektif sebagai suatu kelompok.

Sumber pendanaan partai politik yang lemah menjadi salah satu pemicu munculnya

koalisi kartel, yaitu bersaing disatu sisi dan bekerjasama pada sisi yang lain demi memenuhi

kebutuhan-kebutuhan keuangan partai, baik untuk biaya kampanye maupun aktifitas partai

politik lainnya. Dalam istilah Badoh (2009: 319) pendanaan partai politik memiliki korelasi

dengan munculnya korupsi politik. Korupsi politik ini melibatkan partai politik, politisi,

birokrasi dan pengusaha yang terjadi dalam bentuk suap dan kick back yang bertujuan

mendapatkan keuntungan demi membiayai kegiatan politik. Oleh karena itu, akan lebih ideal

jika pendanaan partai politik diatur secara jelas dan dibiayai oleh negara. Hal ini tentu memiliki

alasan bahwa partai politik mengurus kepentingan publik.

Pendanaan partai politik oleh Negara akan mengarah pada kemandirian partai

politik yang pada ujungnya mendorong munculnya koalisi politik yang kompetitif dan

ideologis. Sebaliknya koalisi yang dibangun atas kepentingan reent seeking akan

berkurang secara perlahan. Pembiayaan partai politik oleh Negara ini juga mendorong

partai politik untuk lebih kosentrasi dalam bekerja mengurus kepentingan publik, tanpa

mendahulukan kepentingan pribadi mereka. Pembiayaan partai politik oleh Negara akan

mendorong kemandirian para politisi dalam setiap sikap politiknya yaitu dengan

memfokuskan perhatian mereka pada aspirasi konstituennya tanpa memikirkan sumber

pendanaan partai.

5. Pelembagaan partai politik Pelembagaan partai politik merupakan salah satu cara yang dapat menciptakan

pemerintahan yang efektif. Asumsinya bahwa kemunculan partai politik yang tidak terlembaga

dan mengandalkan kekuatan personalistik mempengaruhi pola koalisi politik yang dibangun.

Koalisi politik dalam partai yang bersifat personalistik seringkali terhambat oleh

kepentingan/ego pemilik partai. Jika kedua elit partai (pendiri partai) berkonflik, koalisi sangat

sulit dibangun meski memiliki posisi ideologi yang hampir sama, sebagaimana terjadi pada

Partai Demokrat dan PDI.P. Konflik yang melibatkan SBY dan Megawati sebagai „pemilik

partai‟ berujung pada sulitnya terbangun koalisi pada dua partai politik tersebut. Kesulitan

dalam membangun koalisi tentu tidak terjadi jika saja partai politik tersebut tidak tergatung pada

kefiguran seseorang tokoh. Sebaliknya, partai politik yang terlembaga akan menciptakan koalisi

yang berorientasi pada kepentingan publik dan mengesampingkan ego kepentingan elit partai.

Tabel. 1.

Desain Mewujudkan Efektivitas Pemerintahan Sistem Presidensiil Multi Partai

Agenda Cara Instrumen

JANGKA PENDEK Pemberlakukan fraksionalisasi thersold. UU Pemilu/ UU

Susduk

Pelembagaan koalisi UU Koalisi

Redesain ruang persidangan. UU Susduk

JANGKA PANJANG Pengaturan/regulasi pendanaan partai politik. UU Partai Politik

Pelembagaan partai politik. UU Partai Politik

Page 51: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

44

Berdasarkan usulan tersebut, maka instrumen yang dapat dilakukan dalam mendorong

terciptanya efektivitas pemerintahan sistem presidensialisme multi partai adalah dengan

membuat dan memperbaiki paket undang-undang politik, diantaranya: UU Pemilu, UU Susduk,

UU Partai Politik dan perlunya dibuat UU Koalisi.

D. PENUTUP Kesimpulan tulisan ini perlunya langkah-langkah jangka pendek dan jangka panjang dalam

rangka menciptakan efektivitas pemerintahan. Langkah jangan pendek dilakukan melalui

pemberlakuan fraksionalisasi thersold, pelembagaan koalisi dan redesain ruang persidangan.

Sedangkan langkah jangka panjang melalui pengaturan pendanaan partai politik (dibiayai oleh

Negara) dan pelembagaan partai politik. Tulisan ini merekomendasikan perlunya dibuat regulasi

(UU) untuk melakukan pengaturan meliputi: UU Pemilu, UU Susduk, UU Koalisi dan UU Partai

Politik.

E. DAFTAR PUSTAKA Ambardi, Kuskridho. 2009. Mengungkap Politik Kartel. Studi tentang Sistem Kepartaian di

Indonesia Era Reformasi. Jakarta: PT. Gramedia.

AR. Hanta Yuda. 2010. Presidensialisme Setengah Hati. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Badoh, Ibrahim Zuhdi Fahmi. 2009. Pendanaan Politik Dalam Pemilu dan Korupsi (dalam Andy

Ramses M dan La Bakry (ed). Politik & Pemerintahan Indonesia). Jakarta: MIPI.

Lubis, Ibrahim. 1996. Pengawasan dan Pengendalian Proyek Dalam Manajemen. Jakarta: Ghalia.

Mainwaring, Scott. 1993. “Presidentialism, Multipartism, and Democracy The Difficult

Combination”, Comparative Political Studies, Volume 26 No. 2. 198-228.

Nurdin, Nurliah. 2009. Efektivitas Parlemen Sebagai Lembaga Perwakilan Rakyat dan

Kontribusinya Terhadap Pemenuhan Kebutuah Rakyat. (dalam Andy Ramses M dan La Bakry

(ed). Politik & Pemerintahan Indonesia). Jakarta: MIPI.

Pamungkas, Sigit. 2011. Partai Politik Teori dan Praktik di Indonesia. Yogyakarta: Institute for

Democracy and Welfarism.

Sumber lain: https://nasional.tempo.co/read/75008/golkar-usulkan-pemilu-sistem-distrik

RIWAYAT SINGKAT Penulis saat adalah ini dosen pada program studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas

Tadulako, Palu. Sebelumnya pernah menjadi dosen tetap yayasan di Universitas Gorontalo (2013-

2015), dosen luar biasa di Universitas Muhamadiyah Gorontalo (2015) serta dosen tetap non PNS di

Universitas Halu Oleo, Kendari (2015-2017). Menyelesaikan studi sarjana pada tahun 2009 di Jurusan

Ilmu Pemerintahan, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi-Bandung. Tahun 2010 melanjutkan

studi pada program studi Ilmu Politik (Konsentrasi Partai Politik Pemilu dan Parlemen) di Universitas

Indonesia, selesai tahun 2012. Aktif menulis dalam jurnal nasional dan internasional. Sejak tahun 2015

bersama Prof. Eka Suaib tulisan jurnal diterbitkan oleh P2P LIPI (Fenomena Bossisme Local di

Sulawesi Tenggara). Pada tahun 2016 LIPI kembali menerbitkan jurnal berjudul Desentralisasi dan

Oligarki di Wakatobi. Pada tahun yang sama jurnal yang berjudul Institusionalisasi Partai Politik

diterbitkan oleh The Politic Unhas. Tahun 2017 tulisan dimuat jurnal internasional: Filipinalization

Politic Indonesia (PPI UKM Malaysia), Patronage Politic In Local Election In Kendari, The Effect of

The Party’s Image Relationship to Voters Satisfaction and Voters Loyality (International Law and

Management), Decentralization and Development: Sinergy Local Bos, Bandit dan Enterpreunership in

Nort Kolaka (Tulisan pernah pula dimuat dalam Jurnal Bawaslu RI dengan judul Banyak Uang Bukan

Jaminan Terpilih. Selain aktif menulis di jurnal ilmiah, aktif pula menulis dalam opini di media lokal

yang konsen pada isu-isu lokal, pemilihan lokal dan kepartaian.

Page 52: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

45

Penggunaan Instagram Sebagai Referensi Wisata Pada Mahasiswa Jurusan

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Halu Oleo

La Ode Herman Halika,S.Ip.M.I.Kom; Hamrul Marsula,S.Sos.M.Si.

Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Halu Oleo

No. HP : 085399445580, e-mail : [email protected]

ABSTRAK

Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah fitur–fitur instagram apa saja yang

digunakan mahasiswa dan bagaimana penggunaan instagram sebagai referensi wisata pada mahasiswa.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fitur–fitur instagram yang digunakan mahasiswa,

serta untuk mengetahui penggunaan instagram sebagai referensi wisata pada mahasiswa.

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Universitas Halu Oleo. Dalam penelitian ini informan berjumlah sebanyak 6 orang untuk

mewakili mahasiswi di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas

Halu Oleo. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan teknik analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalahdeskriptif kualitatif

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa instagram serta fitur – fitur yang ada dalam instagram

berperan penting pada mahasiswa jurusan ilmu komunikasi dalam mencari referensi wisata yang

mereka inginkan karena di dalam instagram menyediakan informasi yang lengkap tentang informasi

yang mereka cari.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan sumbangan ilmu pengetahuan bagi

mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan ilmu komunikasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat

memberi manfaat dalam perkembangan Ilmu Komunikasi khususnya pada penelitian penggunaan

instagram sebagai referensi wisata pada mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo.

Kata kunci : Instagram, Referensi Wisata.

ABSTRACT

The problems arising in this research are the anything of the features – features instagram that

used students and how to use tourism as a reference on instagram students. The purpose of this

research is to know the features – features instagram used college students, as well as to know the use

of tourism for instagram reference on students.

The location of the research carried out in the Department of communication studies, Faculty

of social and political sciences of the University of Halu Oleo. In this study informants amounted to as

many as 6 people to represent the student in the Department of communication studies, Faculty of

social and political sciences of the University of Halu Oleo. Types of data used in this research is

qualitative data and data analysis techniques used in this research is descriptive qualitative.

The results of this study suggest that intagram and features – features that exist in instagram

plays an important role in communication majors’s students in seeking the reference they want

because in instagram provides information complete about the information they are looking for.

This research is expected to benefit and contribution of science for students, particularly students

majoring in communication studies. The study also is expected to benefit in the development of

communication studies specifically on the research use of the tour as a reference on instagram students

Page 53: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

46

majoring in communication studies Faculty of social sciences and political sciences of the University

of Halu Oleo.

Keywords: Instagram, Tourist Reference.

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Instagram adalah sebuah aplikasi jejaring sosial dengan berbagi foto atau gambar. Yang

menjadi salah satu ciri menarik dari instagram adalah adanya batas foto atau gambar ke bentuk

persegi, mirip dengan gambar kodak instamatic dan polaroid, yang sangat berbeda dengan rasio

aspek 16:9 sekarang, yang biasanya digunakan oleh kamera ponsel (Syarief, 2014:47).

Instagram memiliki daya guna sebagai media komunikasi dan informasi yaitu sebagai referensi.

Sebagai media referensi instagram menggunakan teknologi sebagai sarana komunikasi yaitu

dengan menggunakan akses internet.

Segala kegiatan dapat di publikasikan melalui foto yang di edit, yang mengambarkan

momen, kegiatan tidak sebatas mengambil gambar namun dapat menggunakan effect editing

untuk menambah daya tarik terhadap estetika editing foto yang telah diambil. Dengan demikian

instagram mampu menjadi media sosial untuk menunjukkan suatu tempat, momen, kejadian,

karya maupun beriklan kepada rekan (followers). Sejak adanya media sosial instagram foto-foto

wisata menarik yang di unggah pengguna instagram dapat mempengaruhi pengguna lainnya dan

menimbulkan respon bagi para pengguna-pengguna instagram yang lain.

Kalangan remaja saat ini khususnya para mahasiswa, biasanya memposting tentang

kegiatan pribadinya, curhatannya, melalui foto atau gambar melaui instagram. Semakin aktif

seseorang di media sosial, maka mereka akan semakin dianggap keren dan kekinian. Berbeda

dengan kalangan remaja yang tidak mempunyai media sosial biasanya dianggap kuno,

ketinggalan jaman, dan kurang bergaul.

Instagram menimbulkan manfaat bagi individu atau kelompok dalam aktivitas sosial,

khususnya dalam kegiatan berwisata. Pada kalangan mahasiswa, umumnya mereka lebih

cenderung menjadi pengguna paling aktif, pada setiap momen, kejadian, dan karya, mereka bisa

berfoto dan mengunggahnya ke instagram. Melalui Instagram, mereka dapat mengaktua-

lisasikan diri, mengeksiskan diri dan memperluas pertemanan.

Fasilitas teknologi komunikasi sekarang membuat masyarakat luas dan terkhusus

mahasiswa semakin mudah mengakses segala informasi termasuk dalam mencari lokasi wisata

yang nantinya akan menjadi list lokasi wisata terbaik mereka. Melalui instagram dengan

berbagai fasilitasnyalah mahasiswa menjadikan instagram sebagai sarana referensi mereka ,

segaligus menjadikan sebuah motivasi untuk menyalurkan hobi travelling ke tempat-tempat

menarik dan memotivasi juga pengguna instagram lainnya untuk melakukan hal yang sama.

Fakta yang terjadi pada mahasiswa jurusan ilmu komunikasi Universitas Halu Oleo

Kendari saat ini, mereka juga menggunakan instagram bukan hanya sekedar mengekspresikan

kehidupan pribadi mereka sendiri, melainkan mereka juga membagikan informasi sekaligus

mencari juga referensi tentang tempat berwisata yang menarik seperti explore wisata bahari,

panorama alam, kuliner yang ada di Sulawesi Tenggara.

Berwisata merupakan salah satu kegiatan untuk melepas kejenuhan setelah menjalani

rutinitas sehari-hari dalam kehidupan masyarakat saat ini. Apalagi bagi mahasiswa, rutinitas

kegiatan mahasiswa yang lebih disibukkan dengan tugas-tugas kuliah dan kegiatan organisasi

kemahasiswaaan membuat mahasiswa jenuh. Wisata menjadi salah satu cara bagi mahasiswa

untuk menghilangkan kejenuhan-kejenuhan yang dirasakan mahasiswa oleh karena itu

berwisata menjadi agenda penting bagi setiap mahasiswa ketika liburan di akhir semester. Bagi

mereka, instagram adalah salah satu sarana atau media untuk mencari referensi tempat wisata

yang belum pernah mereka kunjungi khususnya di Sulawesi Tenggara. Mereka bisa dengan

mudah melihat postingan foto atau video pendek tentang lokasi wisata dari akun intagram

teman.

Page 54: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

47

Berdasarkan fenomena yang telah di jelaskan, maka peneliti tertarik untuk mengkaji

masalah tentang penggunaan instragram sebagai referensi wisata pada mahasiswa ilmu

komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Halu Oleo Kendari.

2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraiakan di atas, Adapun yang menjadi

rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana penggunaan instagram sebagai referesi

wisata pada mahasiswa ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu

Oleo.

3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Bagaimana penggunaan instagram sebagai referesi wisata pada

mahasiswa ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Halu Oleo.

B. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Kjell Halvor Landsvert (2014), instagram sebagai salah satu media sosial

memiliki fitur–fitur yang selalu mengalami perkembangan seiring dengan kebutuhan penggunanya,

fitur–fitur tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengunggah Foto

Kegunaan utam dari instagram adalah sebagai wadah untuk mengunggah dan berbagi

foto-foto kepada pengguna lainnya. Foto yang ingin diunggah dapat diperoleh melalui kamera

iDevice ataupun foto-foto yang ada di album foto iDevice tersebut.

2. Kamera

Penggunaan kamera melalui instagram juga dapat langsung menggunakan efek-efek

yang ada, untuk mengatur pewarnaan dari foto yang dikehendaki oleh sang pengguna.

3. Efek Foto

Efek instagram terus diperbarui dan terakhir memiliki 25 efek terdiri dari: larik, Reyes,

Juno, Slumber, Crema, Ludwig, Aden, Perpetua, Amora, Mayfair, Rise, Hudson, velencia, X-

Prp II, Sierra, Willow, Lo-Fi, Earlybird, Brannan, Inkwell, Hefe, Nashville, yang fungsinya

adalah untuk memfokuskan pada satu titik tertentu dan sekelilingnya menjadi hiburan.

4. Judul Foto

Sebelum menunggah sebuah foto, para pengguna dapat memasukan judul untuk

menamai foto tersebut sesaui denga apa yang ada dipikiran para pengguna. Judul-judul tersebut

dapat digunakan pengguna untuk menyinggung pengguna instagram lainnya dengan

menyantumkan nama akundari orang tersebut.

5. Arroba Seperti halnya twitter dan juga facebook, instagram juga memiliki fitur yang dapat

digunakan penggunanya untuk menyinggung pengguna lainnya dengan menambahkan tanda

arroba (@) dan memasukan akun instagram dari pengguna tersebut.

6. Label Foto

Sebuah label dalam dalam instagram adalah sebuah kode yang memudahkan para

pengguna untuk mencari foto tersebut denag menggunakan “kata kunci”.

Menurut James J. Spillane (1994: 63-72) suatu objek wisata atau destination, harus

meliputi lima unsur yang penting agar wisatawan dapat merasa puas dalam menikmati

perjalanannya, maka objek wisata harus meliputi:

1. Lokasi

Motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat tujuan adalah untuk memenuhi

atau memuaskan beberapa kebutuhan atau permintaan. Biasanya mereka tertarik pada suatu

lokasi karena ciri-ciri khas tertentu.

2. Fasilitas

Fasilitas cenderung berorientasi pada attractions disuatu lokasi karena fasilitas hams

dekat dengan pasarnya. Fasilitas cenderung mendukung bukan mendorong pertumbuhan dan

cenderung berkembang pada saat yang sama atau sesudah attractions berkembang.

Page 55: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

48

3. Infrastruktur Infrastruktur dan fasilitas tidak dapat tercapai dengan mudah kalau belum ada

infrastruktur dasar. Infrastruktur termasuk semua konstruksi di bawah dan di atas tanah dan

suatu wilayah atau daerah.

4. Transportasi 5. Situasi

Wisatawan yang sedang berada dalam lingkungan yang belum mereka kenal maka

kepastian akan jaminan keamanan sangat penting, khususnya wisatawan asing.

Menurut Elihu Katz, Jay G. Blumler dan Michael Gurevith (dalam Rakhmat, 2005).

Penggunaan media massa oleh khalayak aktif. Dengan kata lain, penggunaan media oleh khalayak

diasumsikan sebagai perilaku aktif dimana khalayak dengan sadar memilih dan menggunakan

media tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan. Pemilihan media dan isinya merupakan

sebuah tindakan yang beralasan serta memiliki tujuan dan kepuasan tertentu.

1. Kognitif: Kepuasan yang berkaitan dengan pemenuhan informasi, pengetahuan dan pemahaman

mengenai lingkungan. Kepuasann ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai

lingkungan; juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita.

2. Efektif: Kepuasan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis,

menyenangkan, dan emosional.

3. Behaviour: Kepuasaan tingkah laku merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang

meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku

C. METODE PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian Penelitian ini di lakukan di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Universitas Halu Oleo (UHO). Lokasi ini dipilih karena peneliti menemukan beberapa

mahasiswa yang menggunakan instagram sebagai referensi wisata yang tentunya menyangkut

dengan judul atau rumusan masalah yang akan di teliti oleh peneliti. Selain itu lokasi peneliti

dekat dengan wilayah tempat tinggal peneliti sehingga memudahkan peneliti untuk meneliti.

2. Subjek dan Informan Penelitian

a. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang menempuh pendidikan di

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo

(UHO) Angkatan 2014 yang menggunakan media sosial instagram yakni 38 pengguna

instagram.

b. Informan Informan dalam penelitian ini sebanyak 6 orang dimana Informan yang diambil yaitu

yang mampu memberikan keterangan masalah yang sedang diteliti.

c. Teknik Penentuan Informan Penentuan informan dilakukan dengan cara snowble sampling (secara sengaja), yaitu

informan ditentukan berdasarkan tujuan dan kebutuhan peneliti, dengan mempertimbangkan

bahwa informan mampu memberikan keterangan terhadap permasalahan yang diteliti.

Mahasiswa yang digunakan pada subyek penelitian yaitu dengan kriteria sebagai berikut:

1) Mahasiswa memiliki akun instagram.

2) Aktif mengakses instagram dan mengunggah foto minimal satu kali dalam seminggu.

3) Mahasiswa pernah menggunakan akun instagram sebagai referensi wisata.

4) Mahasiswa pernah berwisata berdasarkan referensi dari instagram.

Page 56: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

49

d. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti terdapat dua teknik yaitu:

1. Observasi (pengamatan)

2. Wawancara

3. Dokumentasi

4. Studi Pustaka

e. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung yang

berhubungan dengan penelitian dan mampu memberikan informasi.

2. Data Sekunder

Sumber data yang diperoleh dari penulis melalui kajian kepustakaan yang relevan

dengan masalah penelitian dan merupakan data pendukung dalam penelitian.

f. Teknik Analisis Data Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif

yang berkaitan dengan jawaban dari rumusan masalah mengapa mahasiswa menggunakan

media sosial instagram sebagai media referensi wisata.

Teknik analisis data dapat di gambarkan sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

2. Penyajian data (Data Display)

3. Kesimpulan

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Penggunaan Fitur Instagram pada Mahasiswa Fitur instagram yang ada pada instagram ada beberapa macam, antara lain:

menggunggah foto, kamera, efek foto, arroba (@), label foto dan judul foto. Dimana masing–

masing fitur ini memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda juga. Fitur-fitur inilah yang

mahasiswa gunakan dalam menggunakan instagram.

Setelah memaparkan hasil wawancara mengenai penggunaan fitur instagram pada

mahasiswa. Hasil wawancara yang didapatkan dari beberapa mahasiswa, peneliti akan

menganalisis hasil wawancara dari beberapa informan tersebut. Berikut ini penggunaan fitur-

fitur instagram pada mahasiswa.

a. Mengunggah Foto

Hasil wawancara dengan informan Dandy Arfriansyah, peneliti dapat menganalisis

bahwa mahasiswa sering menggunggah foto kedalam instagram dikarenakan proses

pengunggahan sangat cepat dan hanya butuh beberapa detik gambar langsung bisa muncul

ke beranda, ini adalah salah satu kelebihan instagram dimana proses pengunggahan sangat

cepat.

Selanjutnya dari hasil wawancara dengan informan Wa Ode Aning Sartika peneliti

dapat menganalisa bahwa mahasiswa mengunggah foto ke dalam instagram dikarenakan

mereka ingin foto-foto mengenai aktifitas mereka dapat dilihat oleh teman-teman mereka

maupun orang lain. Maka dari itu sesering mungkin mereka mengunggah foto kedalam

instagram.

b. Kamera Instagram

Hasil penelitian yang didapatkan dari mahasiswa Rini bahwa mahasiswa tidak selalu

mengunggah foto dengan menggunakan kamera instagram dikarenakan gambar yang

dihasilkan kurang memuaskan dan juga kualitas pengambilan gambar oleh kamera

Page 57: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

50

handphone kurang bagus, maka dari itu mereka biasanya menggunakan bantuan aplikasi

kamera yang memberikan hasil gambar yanng memuaskan.

Selanjutnya dari hasil wawancara dengan informan Hesti Yuspita, peneliti dapat

menganalisa bahwa mereka tidak menggunakan kamera instagram disebabkan pengambilan

gambar terbatas karena dibatasi dengan ukuran foto sehinggah foto yang dihasilkan kurang

memuaskan. Maka dari itu kamera instagram kurang diminati oleh penggunanya.

c. Efek Foto

Hasil penelitian yang didapatkan dari mahasiswa Wa Ode Aning Sartika, peneliti

dapat menganalisa bahwa mahasiwa sangat suka menggunakan efek foto pada setiap foto

yang mereka unggah dimana efek yang disediakan oleh instagram bermacam–macam

dengan begitu meraka dapat memilih sesuai yang mereka inginkan.

Selanjutnya dari hasil wawancara dengan informan Ririn Pratiwi, peneliti dapat

menganalisa bahwa mahasiwa menyukai efek yang disediakan oleh instagram untuk

penggunanya, dan efek yang ada sangat bagus serta efek yang disediakan oleh instagram

sangat halus sehinggah hasilnya natural walaupun dengan tambahan efek. Sehinggah

tampilan foto sangat bagus dilihat oleh pengikut mereka.

d. Judul Foto Hasil penelitian yang didapatkan dari mahasiswa Ririn Pratiwi, peneliti dapat

menganalisa bahwa mahasiswa, tidak semua foto yang mereka unggah menggunakan judul

foto itu sebabkan sebagian pengguna kurang bisa berkata- kata dalam sebuah foto, jadi

mereka sangat terbantu dengan adanya instagram karena mereka bisa melihat berbagai

gambar yang sertai judul foto dan biasanya mereka menggunakan kata yang sama saat

mengunggah foto kedalam instagram.

Selanjutnya dari hasil wawancara dengan informan Wa Ode Aning Sartika peneliti

dapat menganalisa bahwa dia menggunakana judul foto sesuai apa yang dirasakan pada saat

itu dan biasa sesuai apa yang mengambarakan situasi pada gambar/ foto yang akan mereka

unggah, jadi disini sesuai perasaan penggungah pada saat itu.

e. Arobba (@)

Hasil penelitian yang didapatkan dari mahasiswa Rini, peneliti dapat menganalisa

bahwa mereka menggunakan arobba (@) pada saat mereka mengunggah foto yang dimana

didalam tersebut terdapat teman – teman oleh pengunggah dan untuk menyinggung gambar

yang ada mereka menyertakan @ sehingga orang yang berada pada gambar tersebut

langsung di ketahui.

Selanjutnya dari hasil wawancara dengan informan Dandy Arfriansyah, peneliti

dapat menganalisa bahwa saat mereka mengomentari satu sama lain antar pengguna

instagram mereka menggunakan arobba (@), hal itu dilakukan agar pesan yang mereka tujuh

sesuai sasaran pesan.

f. Label foto

Hasil penelitian yang didapatkan dari mahasiswa Ririn Pratiwi, peneliti dapat

menganalisa bahwa mereka menggunakan label foto (#) ketika mereka sedang bingung

mencari apa yang mereka telah cari maka mereka akan menulis kata kunci, maka akan

muncul semua yang berhubungan dengan kata kunci yang mereka cari. Semua itu sangat

membantu mereka karena mereka tidak perlu mengecek satu per satu apa yang mereka cari.

Selanjutnya dari hasil wawancara dengan informan Dandy Arfriansyah, peneliti dapat

menganalisa bahwa ketika mencari sesuatu informasi tentang referensi wisata yang sedang

booming, hits dan kekinian sangat mudah didapatkan dengan bantuan label foto (#).

Contohnya saja dengan menulis #bokori maka semua yang berhungan dengan bokori akan

muncul.

2. Penggunaan Instagram Sebagai Referensi Wisata Pada Mahasiswa Instagram tentunya menjadi penting, karena Instagram menimbulkan manfaat bagi

individu atau kelompok dalam aktivitas sosial, khususnya dalam kegiatan berwisata. Pada

kalangan mahasiswa, umumnya mereka lebih cenderung menjadi pengguna paling aktif, pada

Page 58: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

51

setiap momen, kejadian, dan karya , mereka bisa berfoto dan mengunggahnya ke instagram.

Bagi mereka, instagram adalah salah satu sarana atau media untuk mencari referensi tempat

wisata yang belum pernah mereka kunjungi. Mereka bisa dengan mudah melihat postingan foto

tentang lokasi wisata dari akun intagram teman dan instagram juga memiliki fitur-fitur yang

memiliki banyak manfaat untuk penggunanya.

Penggunaan instagram juga terjadi pada mahasiswa di jurusan ilmu komunikasi fakultas

ilmu sosial dan ilmu politik, dari hasil wawancara informan mahasiswa tidak hanya

menggunakan instagram sebagai tempat untuk mengunggah foto tetapi juga sebagai salah satu

wadah untuk mencari referensi wisata.

Setelah mendapatkan informasi dari beberapa informan peneliti akan menganalisis

penggunaan instagram sebagai referensi wisata pada mahasiswa jurusan ilmu komunikasi

fakultas ilmu sosial san ilmu politik Universitas Halu Oleo.

1. Objek wisata

Suatu objek wisata atau destination, memiliki unsur-unsur ialah lokasi, fasilitas,

transportasi, situasi. Yang penting agar wisatawan dapat merasa puas dalam menikmati

perjalanannya.

a. Lokasi

Hasil penelitian yang didapatkan dari mahasiswa waode aning sartika, peneliti

dapat menganalisa ketika mencari objek wisata yang pertama mereka perhatikan adalah

lokasinya apakah lokasinya dekat atau jauh, apabila jauh maka, akan memakan ongkos

banyak, tetapi apabila lokasi tersebut belum pernah mereka kunjungi, mereka akan

mempertimbangkan apakah akan kesana atau tidak.

Selanjutnya dari hasil wawancara dengan informan Rini, peneliti dapat

menganalisa bahwa hal yang paling mereka perhatikan sebelum memulai perjalanan yaitu

lokasi dan fasilitas apabila lokasi wisata masih baru, lagi hits, kekinian. Maka tanpa

berpikir panjang langsung bisa dijadikan referensi wisata. Karena mereka ingin mengikuti

trend yang ada pada saat itu.

b. Fasilitas

Hasil penelitian yang didapatkan dari mahasiswa Dandy Arfriansyah, peneliti

dapat menganalisa ketika mereka mencari objek wisata, mereka melihat fasilitas–fasilitas

apa saja yang ada objek wisata tersebut, dan mereka melihat fasilitas baru apa saja yang

ada. Apabila tempat tersebut memiliki fasilitias baru maka akan membuat pengunjung

senang, apa lagi kalau berbedah dengan yang lain.

Selanjutnya dari hasil wawancara dengan informan Ririn Pratiwi, peneliti dapat

menganalisa bahwa dia tidak terlalu menuntut untuk fasilitas yang terbaru dari suatu

objek wisata, tetapi yang dia inginkan yakni fasilitas yang umum yang memang harus ada

pada setiap objek wisata yakni wc umum dan rumah singgah atau rumah rumah buat

berteduh.

c. Transportasi Hasil penelitian yang didapatkan dari mahasiswa Ririn Pratiwi, peneliti dapat

menganalisa bahwa yang mereka harapkan jalan untuk ke suatu objek wisata harus bagus,

apabila jalan kesana sudah bagus, maka bisa naik transportasi apa saja sesuai kebutuhan

mereka. Jadi semua itu tergantung dari kondisi jalan.

Selanjutnya dari hasil wawancara dengan informan Dendi Apriansyah, peneliti

dapat menganalisa, bahwa dia tidak terlalu mempermasalahkan transportasinya ketika

menuju objek wisata, karena semakin menantang perjalanan ke lokasi wisata semakin

mereka suka, yang utama yakni ketika objek wisata tersebut bagus, maka perjalanan

menuju kesana atau transportasi yang digunakan tidak menjadi suatu tantangan untuk

mereka.

d. Situasi Hasil penelitian yang didapatkan dari mahasiswa rini. Peneliti dapat menganalisa

bahwa yang menjadi faktor utama ketika mereka mencari objek wisata yakni situasinya

Page 59: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

52

harus aman, karna menurut mereka percuma saja lokasinya bagus dan banyak

fasilitasnya, tapi jika situasinya kurang aman, maka para pengunjung tidak akan nyaman

berda di tempat tersebut.

Selanjutnya dari hasil wawancara dengan informan Wa Ode Aning Sartika,

peneliti dapat menganalisa bahwa, katika situasi perjalanan mau ke objek wisata agak

menantang maka, objek wisata tersebut akan dipertimbangkan, mengingat dia adalah

seorang wanita, jadi ketika dia merasa tidak nyaman akan situasi yang ada maka akan

dipertimbangkan dulu apakah bisa dijadikan referensi wisata atau tidak.

Penenliti dapat menganalisa mahasiswa sebelum mereka memutuskan untuk

ketempat yang mereka inginkan, mereka sangat memperhatikan lokasi, fasilitas,

transportasi, situasi yang mereka pilih karena mereka memperhitungkan biaya, apabila

lokasinya dekat maka tidak memakan biaya banyak dan mudah mereka tempuh apalagi

didukung dengan fasilitas yang bagus dengan situasi yang aman untuk pengunjung,

karena mereka mencari tempat wisata untuk refresing dan mencari hiburan apa lagi di

tambah dengan lokasi wisata yang baru dan kekinian. Dengan begitu semua aspek

tersebut sangat menentukan ketertarikan wisatawan untuk mendatangi suatu objek wisata

pada daerah tertentu.

Peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa mahasiswa memperhatikan situasi

dimana ketika suatu objek wisata yang mereka akan tujuh memilih akses jalan bagus itu

menjadi satu pertimbangan, apalagi ditambah situasi yang aman untuk para pengunjung,

maka hal itu bisa langsung dijadikan referensi wisata mereka.

2. Kepuasan

1. Kognitif

Hasil penelitian yang didapatkan dari mahasiswa Wa Ode Aning Sartika, peneliti

dapat menganalisa bahwa mahasiwa mengikuti akun-akun wisata ataupun akun selebriti

dan akun teman mereka, karena dari situ mereka mendapatkan informasi yang lengkap

mengenai tempat wisata. Dalam hal ini judul foto dan pengambilan gambar yang bagus

juga ikut mempengaruhi informasi mereka.

Selanjutnya dari hasil wawancara dengan informan Hesti Yuspita, peneliti dapat

menganalisa bahwa mereka mengikuti akun–akun wisata karena mereka menyukai

gambar yang disugukan oleh akun tersebut dimana terdapat pemandangan yang indah,

dan disanalah mereka mendapatkan referensi wisata yang menjelaskan tempat tersebut

secara mendetail dan rinci, sehingga pengunjung tak perlu melihat tempat itu terlebih

dahulu.

2. Afektif Hasil penelitian yang didapatkan dari mahasiswa Ririn Pratiwi, peneliti dapat

menganalisa bahwa mereka senang menggunakan instagram karena status yang dibuat

dalam bentuk gambar/foto dimana foto yang diunggah berbagai beraneka ragam, salah

satunya gambar/foto tentang tempat wisata yang di unggah oleh akun temannya dimana

foto tersebut menunjukan pemandangan yang indah serta pengambilan foto yang bagus

dan di tambahkan sedikit efek sehingga memepercantik tampilan foto. Hal itu

mempengaruhi perasaan mereka untuk mengunjungi tempat tersebut.

Selanjutnya dari hasil wawancara dengan informan Hesti Yuspita, peneliti dapat

menganalisa bahwa ketika mereka menyukai sesuatu karena hal itu masih baru contohnya

yang lagi tempat wisata pulau labengki dimana tempat tersebut merupakan tempat wisata

yang pemandangannya tidak perlu diragukan lagi karena tempat tersebut sering disebut

raja ampatnya sulawesi. Dan ketika salah satu akun teman mereka mengunggah foto

tentang tempat tersebut tanpa disadari mereka akan langsung mencari tau dan hal tersebut

menimbulkan rasa penasaran dan mereka ingin mengunjungi tempat tersebut.

3. Tingkah laku

Hasil penelitian yang didapatkan dari mahasiswa Wa Ode Aning Sartika, peneliti

dapat menganalisa bahwa mereka sangat terbantu dengan adanya instagram dimana saat

mereka mencari tempat wisata, maka semua informasi yang mereka cari akan muncul

Page 60: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

53

melalui foto-foto yang menjelaskan secara detail mengenai tempat itu. Contohnya ketika

menunjungi pulau bokori, mereka tidak kecewa karena informasi sesuai apa yang

dijelaskan oleh akun yang mereka ikuti.

Selanjutnya dari hasil wawancara dengan informan Rini, peneliti dapat

menganalisa bahwa mereka menggunakan intagram karena informasi yang sediakan

selalu baru dan diperbaharui. Salah satunya saja informasi wisata, mereka mencari

referensi wisata berdasarkan yang sedang hitz, booming, kekinian dan terbaru karena

mereka ingin kelihatan kekinian, maka dari itu mereka selalu mengikuti perkembangan

trend dalam hal wisata.

Setelah menganalisis mengenai penggunaan instagram sebagai refrensi wisata

pada mahasiswa berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan yang merupakan

beberapa mahasiswa di jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

Universitas Halu Oleo, peneliti akan menghubungkan dengan teori yang digunakan.

Menurut para pendirinya, Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch

(dalam Rakhmat, 2005) penggunaan media massa oleh khalayak aktif. Dengan kata lain,

penggunaan media oleh khalayak diasumsikan sebagai sebuah perilaku aktif dimana

khalayak dengan sadar memilih dan mengkonsumsi media tertentu untuk memenuhi

kebutuhan serta kepuasan Pemilihan media dan isinya merupakan sebuah tindakan yang

beralasan serta memiliki tujuan dan kepuasan tertentu sesuai dengan inisiatif khalayak.

Kepuasan penggunaan instagram mahasiswa mengenai referensi wisata

didasarkan pada kurangnya informasi yang disediakan oleh aplikasi lain sehinggah

mereka lebih memilih instagram sebagai wadah untuk mencari referensi wisata karena

pada instagram segala informasi yang mereka cari dapat dengan mudah di temukan.

Disini bisa dilihat bahwa instagram merupakan aplikasi yang akan kaya dengan informasi

yang sangat berguna untuk penggunanya serta menambah pengetahuan dan pengalaman

untuk penggunanya. (Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch (dalam

Rakhmat, 2005))

Kepuasan yang mereka dapatkan ketika melihat dan menggunakan akun

instagram yaitu suatu kesenangan tersendiri bisa mendapatkan hiburan dari unggahan foto

yang berisi berbagai macam gambar, dari yang lucu, konyol bahkan pemandangan indah,

dan didalam instagram terdapat berbagai macam akun-akun wisata, dan itu memanjakan

para pengikutnya dimana mereka mendapatkan nilai estetika di setiap gambar. (Elihu

Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch (dalam Rakhmat, 2005))

Kepuasan yang paling utama yakni ketika mereka sudah mendapatkan informasi

tentang suatu tempat dan ketika hal itu mempengaruhi perasaan mereka. Mereka akan

kesana dan ketika informasi yang didapatkan sesuai dengan apa yang mereka kunjungi

maka menimbulkan kepuasan tersendiri sudah melakukan wisata dengan informasi yang

mereka dapatkan dari akun instagram. (Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael

Gurevitch (dalam Rakhmat, 2005))

E. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai penggunaan instagram sebagai referensi

wisata pada mahasiswa fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Halu Oleo. Berikut

kesimpulan rumusan masalah yang sedang diteliti:

A. Penggunaan fitur instagram pada mahasiswa

1. Fitur Instagram

a. Mengunggah foto

b. Kamera

c. Efek foto

d. Judul foto

e. Arobba (@)

f. Label foto

Page 61: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

54

B. Penggunaan instagram sebagai refrensi wisata pada mahasiswa

1. Objek Wisata

a. Lokasi

b. Fasilitas

c. Transportasi

d. Situasi

2. Kepuasan

a. Penggunaan instagram menimbulkan kepuasan kognitif pada pengguna instagram yang

terjadi adalah pengguna instagram mendapatkan informasi. Dengan adanya instagram

pengguna instagram menjadi tahu tentang informasi-informasi wisata yang diunggah pada

akun-akun wisata di instagram. Informasi dari akun-akun wisata instagram juga

merupakan sesuatu hal yang baru.

Seperti tempat-tempat wisata baru yang belum banyak dikunjungi wisatawan. Spot-

spot dari tempat yang indah dan menarik. Jadi instagram dalam kepuasan kognitif ini

sangatlah mempengaruhi dalam hal informasi karena pengguna instagram mengalami

penambahan informasi yang diakses melalui instagram.

b. Pengguna instagram juga menimbulkan kepuasan afektif, pengguna instagram mengalami

perubahan sikap atau emosi pada dirinya. Perubahan terjadi ketika pesan yang ditangkap

dari sumber informasi. Pesan dalam hal ini foto atau video yang dilihat dari akun wisata

instagram yang menarik perubahan sikap/emosi ditunjukkan dengan keinginan untuk

mengunjungi tempat wisata tersebut.

Sehingga akun akun wisata tersebut secara tidak langsung mempengaruhi pengguna

instagram. Pesan-pesan yang disampaikan melalui gambar dan dikemas dengan menarik

dengan fotografi yang indah merupakan salah satu daya tarik yang membuat kepuasan

afektif pada pengguna instagram dan membuat perasaan ingin tahu dan penasaran untuk

mengunjungi tempat-tempat wisata tersebut.

c. Penggunaan instagram juga menimbulkan kepuasan tingkah laku (behaviour), namun

pada pengguna instagran tampaknya kepuasan tingkah laku belum begitu mempengaruhi

pengguna instagram dalam berwisata setelah melihat referensi dari instagram secara

keseluruhan. Sehingga, kepuasan penggunaan instagram hanya sebatas kepuasan afektif.

Namun, adapula pengguna instagram yang mendapatkan informasi wisata setelah

mengakses instagram sampai pada kepuasan tingkah laku. Kepuasan tingkah laku

dijalankan oleh pengguna instagram yang mengakses akun wisata dengan beberapa

pertimbangan adalah waktu dan ekonomi. Jika keduanya memungkinkan terjadilah

kepuasan tingkah laku pada pengguna instagram.

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Abrar, Ana Nadhya. 2003. Teknologi Komunikasi: Perspektif Ilmu Komunikasi. Yogyakarta:

LESFI.

Bagyono. 2006. Teori dan Praktek Hotel Front Office. Bandung: CV.Alfabeta.

Burkart, A. J. and Medlik, S. 1981. Tourism: Past, Present, and Sejarah Pariwisata dan

Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Grasindo

Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti.

Fidler, Roger. 2003. Mediamorphosis: Mema hami Media Baru. Terjemahan: Hartono

Hadikusumo. Yogyakarta: Bentang.

Kodhyat, h. (1983:4). Pengertian pariwisata dan kepariwisataan, yogyakarta.

Kusumaningrum, Dian. 2009. Persepsi Wisatawan Nusantara Terhadap Daya Tarik Wisata Di

Kota Palembang. Tesis PS. Magister Kajian Pariwisata. Universitas Gadjah Mada.

Page 62: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

55

Landsverk, Kjell Halvor. (2014). The Instagram Book: Edition 2014. United Kingdom: Prime Head

Limited.

Morissan. 2014. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana. Prenadamedia

Group.

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Pendit. Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar. Perdana. Jakarta.

P. Sumarji. 1996. Pelayanan referensi di perpustakaan. yogyajarta: Kanisius.

Rakhmat, J. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wahab, S. (1996). Manajemen kepariwisataan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

B. Sumber Lain

Bintang, Agusta Lesmana. 2012. Pengertian dari Macromedia Flash dan Multimedia serta Fungsi-

fungsi Penjelasan Tollbarnya. http://bintangagustalesmana. blogsport.com. Diakses pada 14

Maret 2017

Puntoadi, Danis, 2011. Meningkatkan Penjualan Melalui Sosial Media. Elexgramedia, 2011.

Purnama, Hadi, (2011). Media sosial di era pemasaran 3.0. corporate and marketing

communikacaton. Jakarta: Pusat studi Komunikasi dan Bisnis Pasca Sarjana Universitar Mercu

Buana. Pp 107-124.

Page 63: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

56

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU DAN MURID DALAM

MENANAMKAN PENGETAHUAN BAHASA WOLIO (STUDI PADA

GURU DAN MURID DI SD NEGERI 3 BAUBAU)

Drs. La Ode Muh. Syahartijan,M.Pd.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Halu Oleo

Email: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui komunikasi antarpribadi yang terjalin dalam

proses pembelajaran antara guru dan murid di SD Negeri 3 Baubau, serta untuk mengetahui faktor

yang berpengaruh dalam proses pembelajaran Bahasa Wolio di SD Negeri 3 Baubau. Lokasi penelitian

ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Baubau di Kelurahan Wale kecamatan Wolio Kota Baubau. Teori

yang digunakan adalah teori Komunikasi Antarpribadi Joseph Devitto dengan jumlah informan

sebanyak 13 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif,

dimana data yang disampaikan berupa narasi dan diperoleh melalui wawancara dan observasi,

Hasil penelitian menunjukan bahwa komunikasi antarpribadi di SD Negeri 3 Baubau ini

diterapkan dengan baik oleh guru mulai dari sikap guru dalam menerima pendapat dan pertanyaan dari

murid, memahami kondisi dari muridnya, memberikan dukungan pada muridnya, memberikan

pengajaran yang efektif dan menciptakan pembelajaran yang nyaman. Faktor pendukung yang

berpengaruh dalam proses pembelajaran Bahasa Wolio di SD Negeri 3 Baubau terdiri dari adanya

dukungan dari kepala sekolah, dukungan dari orang tua murid, serta antusias belajar siswa yang tinggi

dalam belajar. Serta hambatan yang menjadi kendala dalam proses pembelajaran Bahasa Wolio di SD

Negeri 3 Baubau adalah keragaman murid yang ada di sekolah ini, jam pelajaran yang kurang,

kurangnya guru mata pelajaran Bahasa Wolio, serta kurangnya media pembelajaran.

Kata Kunci: Komunikasi Pendidikan, Komunikasi Antar Pribadi dan Pengetahuan Bahasa

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dalam upaya memajukan perkembangan jasmani

maupun rohani dengan penuh tanggung jawab, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan

pelatihan untuk membawa anak didik menjadi dewasa yang berjalan secara berurutan dan

terencana. Pendidikan mempunyai peranan proses untuk meningkatkan sumber daya manusia.

Menyadari pentingnya pendidikan maka pemerintah bersama-sama masyarakat telah berupaya

mewujudkan peningkatan kualitas yaitu melalui perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi

pendidikan guru dan tenaga pendidikan lainnya.

Proses pembelajaran di kelas merupakan suatu interaksi antara guru dengan siswa dan

suatu komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam suasana eduakatif untuk pencapaian

tujuan belajar. Dalam proses pembelajaran ini, kedua komponen tersebut yaitu interaksi dan

komunikasi harus saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal.

Sebab komunikasi dan interaksi di dalam maupun di luar kelas sangat menentukan efektifitas

dan mutu pendidikan.

Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang

dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan

balik yang positif oleh siswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus didukung

keterampilan komunikasi antarpribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Komunikasi

antarpribadi merupakan komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua orang

individu. Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena diantara kedua belah pihak

Page 64: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

57

terdapat hubungan saling mempercayai. Komunikasi antarpribadi merupakan salah satu bentuk

komunikasi manusia yang dianggap paling efektif dibandingkan dengan bentuk komunikasi

antar manusia lainnya. Keistimewaan komunikasi antarpribadi melalui tatap muka terletak pada

efek umpan balik, aksi dan reaksi langsung dapat terlihat antara komunikator dan komunikan

lebih secara verbal maupun non verbal. Jarak fisik partisipan yang dekat dan dilakukan dengan

saling pengertian dapat mengembangkan komunikasi tersebut termasuk dalam kerangka

hubungan guru dan murid.

Komunikasi antarpribadi merupakan suatu keharusan dalam kegiatan belajar mengajar,

agar terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan peserta belajar. Keefektifan

komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan

tetapi karena guru yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi

dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan guru. Keberhasilan guru dalam

mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam melakukan

komunikasi ini. Arismunandar mengatakan bahwa, tantangan guru adalah bagaimana dapat

menjelaskan materi dengan baik, memberikan yang esensial dengan cara yang menarik, percaya

diri, dan membangkitkan motivasi para siswanya. Guru yang menjelaskan, siswa yang bertanya,

berbicara dan mendengarkan yang terjadi silih berganti, semuanya itu merupakan bagian dari

pendidikan yang penting serta berlaku dalam kehidupan yang sejahtera. Bertanya pun harus

jelas serta menggunakan bahasa yang baik dan benar, supaya diperoleh jawaban yang baik dan

benar pula. Belajar mengajar sebagai suatu proses komunikasi yang menekankan aspek kognitif

mengandung makna bahwa guru sebagai pemberi informasi akan menyampaikan gagasan atau

konsep kepada siswanya. Setelah siswa mendapatkan gagasan dari guru, siswa akan

mengubahnya menjadi kode-kode di dalam pikirannya sehingga pengetahuan yang ada menjadi

milik siswa.

Pembelajaran muatan lokal di sekolah telah menjadi suatu sasaran pendidikan yang

selalu diterapkan pada setiap kurikulum pembelajaran. Bahasa wolio yang merupakan bahasa

pemersatu yang digunakan oleh masyarakat daerah eks kesultanan Buton, turut di masukan

dalam system pengajaran bagi sekolah-sekolah yang ada di lingkup pendidikan Kota Baubau.

Dimana hal ini dimaksudkan untuk memberikan pelajaran dan pemahaman kembali kepada para

generasi muda agar tidak melupakan bahasa daerahnya sendiri. Kelak bahasa daerah itu tidak

terhapus dengan sendirinya seiring dengan berkembangnya zaman, serta melihat kini

kebanyakan dari generasi muda sekarang lebih sering menggunakan bahasa asing ketimbang

mempelajari bahasa daerahnya sendiri. Oleh karena itu dengan kehadiran pelajaran muatan lokal

di sekolah terutama dimulai dari tingkat dasar diharapkan dapat membantu generasi muda untuk

lebih melestarikan bahasa daerahnya sendiri.

Berkaitan dengan pembelajaran muatan lokal, SD Negeri 3 Baubau yang merupakan

salah satu sekolah dasar yang ada di Kota Baubau, dimana dalam sistem pengajarannya masih

menyajikan bahasa wolio sebagai pelajaran muatan lokal dalam kurikulum pelajaran mereka.

Para siswa di sekolah ini diberikan dan diperkenalkan kembali mengenai Bahasa Wolio, oleh

karena itu para guru dituntut untuk bisa memberikan pengajaran yang efektif kepada para

muridnya dalam penyajian materi yang diberikan, karena melihat siswa yang ada di SD Negeri

3 Baubau umumnya heterogen, dan siswanya kebanyakan berasal dari luar daerah, serta

sebagian dari para siswanya belum mengetahui Bahasa Wolio. Sehingga terciptalah tantangan

tersendiri bagi para guru untuk bisa membawakan materi pembelajaran kepada murid secara

efektif agar timbul kesepahaman dari para murid. Terutama bagi murid yang belum mengetahui

akan pelajaran bahasa wolio ini.

Komunikasi antarpribadi berperan penting dalam proses komunikasi antara guru dan

murid dalam pembelajaran. Karena sebagian siswa di sekolah ini bukan berasal dari daerah Kota

Baubau, otomatis butuh pendekatan tersendiri dari guru untuk menciptakan komunikasi yang

lebih efektif dalam menciptakan pembelajaran yang baik, serta untuk lebih membantu murid

agar bisa memahami pelajaran tersebut. Karena apabila materi pembelajaran tidak disampaikan

secara baik oleh guru maka akan menimbulkan kesusahan bagi murid dalam menerima materi

tersebut. Terlebih lagi bagi murid yang bukan berasal dari Kota Baubau dimana pelajaran ini

Page 65: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

58

menjadi hal baru yang mereka dapatkan, ketika di rumah mereka tidak pernah mendengar

bahasa ini tapi ketika di sekolah mereka dihadapkan oleh pelajaran Bahasa Wolio.

Oleh karena itu para guru di sekolah ini menggunakan komunikasi antarpribadi untuk

lebih membantu mereka dalam memberikan pengajaran kepada para muridnya. Dengan ini juga,

seorang guru sekreatifnya melakukan komunikasi secara intensif dan terus menerus agar dapat

mengetahui perkembangan siswa yang dapat membantu dalam pemecahan masalah-masalah

yang ada dan dapat menunjang tingkat prestasi belajarnya. Serta bagaimana sikap dari seorang

guru kepada murid, dalam memperhatikan unsur keterbukaan kreatif guru maupun murid, agar

dapat mengetahui keinginan potensi masing-masing. Serta para murid tidak ragu untuk bisa

berdiskusi dengan guru mengenai pelajaran Bahasa Wolio ini.

2. Rumusan Masalah Berangkat dari paparan latar belakang masalah diatas maka peneliti merumuskan suatu

permasalahan yakni:

1. Bagaimana komunikasi antarpribadi yang terjalin dalam proses pembelajaran antara guru dan

murid di SD Negeri 3 Baubau guna menanamkan pengetahuan para siswa akan Bahasa Wolio?

2. Faktor apa yang mempengaruhi proses pembelajaran Bahasa Wolio di SD Negeri 3 Baubau

guna menanamkan pengetahuan para siswa akan Bahasa Wolio?

3. Tujuan Penelitian Tujuan peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui komunikasi antarpribadi yang terjalin dalam proses pembelajaran antara guru

dan murid di SD Negeri 3 Baubau guna menanamkan pengetahuan para siswa akan bahasa

wolio.

2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pada proses pembelajaran Bahasa Wolio di

SD Negeri 3 Baubau guna menanamkan pengetahuan para siswa akan Bahasa Wolio

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Manusia selalu melakukan kegiatan komunikasi sebagai bukti kesadaran akan

keberadaannya, yaitu mengadakan aksi dan bereaksi atas stimuli yang datang padanya.

Seseorang yang mencoba memisahkan diri atau mengasingkan diri dari dunia ramai, dan hidup

menyendiri di tempat terpencil, pada hakekatnya juga tidak dapat memisahkan hidupnya dari

kegiatan komunikasi, karena setidaknya ia akan berkomunikasi dengan dirinya sendiri.

Menurut Wilbur Scramm yang dikutip oleh Liliweri dikatakan bahwa: “Diantara

manusia yang bergaul, mereka sering berbagi informasi, gagasan, sikap” (Liliweri, 1991:11).

Manusia sebagai makhluk sosial harus hidup bermasyarakat. Semakin besar suatu masyarakat,

berarti semakin banyak manusia yang dicakup, dan cenderung akan semakin banyak masalah

yang timbul, akibat perbedaan-perbedaan yang terdapat diantara manusia-manusia tersebut.

Pada masing-masing individu yang beraneka ragam itu, dalam pergaulan hidupnya terjadi

interaksi dan saling mempengaruhi demi kepentingan dan keuntungan pribadi masing-masing.

Komunikasi dianggap efektif untuk mengubah sikap, pendapat, perilaku seseorang,

karena sifatnya dialogis berupa percakapan. Rogers yang dikutip oleh Alo Liliweri

mengemukakan bahwa: “Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut,

terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi” (Liliweri 1991:12). Komunikasi

antarpribadi mempunyai berbagai macam manfaat. Dimana melalui komunikasi antarpribadi,

kita dapat mengenal diri kita sendiri dan orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi kita bisa

mengetahui dunia luar. Melalui komunikasi antarpribadi kita bisa menjalin hubungan yang lebih

bermakna. Melalui komunikasi antarpribadi kita bisa melepaskan ketegangan. Melalui

komunikasi antarpribadi kita bisa mengubah nilai-nilai dan sikap hidup seseorang. Melalui

komunikasi antarpribadi seseorang bisa memperoleh hiburan dan menghibur orang lain dan

sebagainya. Singkatnya komunikasi antarpribadi bisa mempunyai berbagai macam kegunaan.

Alo Liliweri mengutip pendapat Joseph A.Devito (Liliweri, 1991:13) dalam buku

Komunikasi antarpribadi mengenai efektivitas komunikasi antarpribadi dimulai dengan lima

Page 66: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

59

kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy),sikap

mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).

1. Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi

interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang

yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera

membukakan semua riwayat hidupnya, memang ini mungkin menarik tapi biasanya tidak

membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri

mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini

patut. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk

bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut

“kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian

ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang seseorang lontarkan adalah memang

miliknya dan orang tersebut bertanggungjawab atasnya.

2. Empati (empathy)

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang

untuk „mengetahui‟ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut

pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, dipihak lain adalah

merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah

merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada dikapal yang sama dan

merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Individu dapat mengkomunikasikan

empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, dapat mengkomunikasikan

empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi

wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur

tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang

sepantasnya.

3. Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap

mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat

berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Seseorang memperlihatkan sikap

mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategik, dan

(3) profesional, bukan sangat yakin.

4. Sikap positif (positiveness)

Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal.

Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri

mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat

penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada

berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara

menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

5. Kesetaraan (Equality)

Terkadang terjadi ketidaksetaraan dalam sebuah situasi. Salah seorang mungkin

lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain.

Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila

suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak

sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang

penting untuk disumbangkan. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut

istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta seseorang untuk memberikan “penghargaan positif

tak bersyarat” kepada orang lain.

2. Fungsi dan Keampuhan Komunikasi Antarpribadi Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi

dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku

komunikan. Alasannya adalah komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap

muka (face-to-face). Oleh karena itu individu (komunikator) dengan individu (komunikan)

Page 67: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

60

saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal contact); pribadi komunikator

menyentuh pribadi komunikan. Ketika komunikator menyampaikan pesan, umpan balik

berlangsung seketika (immediate feedback); komunikator mengetahui pada saat itu tanggapan

komunikan terhadap pesan, ekspresi wajah, dan gaya bicara komunikator. Apabila umpan

baliknya positif, artinya tanggapan komunikan menyenangkan komunikator, sehingga

komunikator mempertahankan gaya komunikasinya; sebaliknya jika tanggapan komunikan

negatif, komunikator harus mengubah gaya komunikasinya sampai berhasil.

Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku

komunikan itulah maka bentuk komunikasi antarpribadi acapkali dipergunakan untuk

melancarkan komunikasi persuasif (persuasive communication) yakni suatu teknik komunikasi

secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan.

Adapun fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan hubungan insan (human

relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian

sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.

3. Komunikasi Pendidikan Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek)

menyatakan: “Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa

dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar sebagai

komunikator dan pelajar sebagai komunikan”. Pendapat tersebut menekankan pendidikan itu

berlangsung secara berencana didalam kelas secara tatap muka dan mengabaikan kegiatan

pendidikan secara umum pada masyarakat dan pendidikan secara khusus dalam keluarga. Hal

ini dapat dilihat pada pendapat berikutnya bahwa perbedaan antara komunikasi dan pendidikan

terletak pada tujuan atau efek yang diharapkan.

4. Bahasa Wolio

Bahasa Wolio termasuk salah satu kelompok bahasa yang terdapat di wilayah kerajaan

Buton, selain bahasa Pancana (Muna), bahasa Cia-Cia, bahasa Moronene, bahasa Kulisusu dan

bahasa Kepulauan Tukang Besi (Wakatobi). Wilayah pemakaian Bahasa Wolio pada masa

pemerintahan kerajaan Buton meliputi wilayah pusat pemerintahan atau Keraton Buton di

Wolio sekarang ini menjadi wilayah pemerintahan Kota Baubau. Bahasa Wolio, selain

digunakan sebagai alat komunikasi di pusat kerajaan Buton di Wolio, juga digunakan sebagai

bahasa resmi di tingkat kerajaan Buton.

Salah satu keunggulan bahasa Wolio dibandingkan dengan kelompok bahasa lainnya

yang terdapat di kerajaan Buton adalah, Bahasa Wolio memiliki sistem aksara yang baku yang

diadopsi dari aksara Arab dan aksara Jawi (Arab-Melayu). Hal ini dapat disaksikan melalui

berbagai peninggalan tertulis (naskah kuno) yang tersimpan di berbagai koleksi masyarakat

Buton terutama di pusat koleksi almarhum Abdul Mulku Zahari di Kota Baubau Wolio-Buton.

Naskah-naskah kuno yang tersimpan di koleksi itu, selain menggunakan bahasa Wolio juga

menggunakan beberapa bahasa yaitu bahasa Melayu, Arab, Bugis, Belanda dan Jepang.

Penggunaan bahasa Wolio sebagai bahasa resmi kerajaan Buton selain bahasa Melayu

dan bahasa Arab pada hakekatnya adalah untuk menunjukkan jati diri bangsa Buton dalam

menggambarkan kepada masyarakat dunia pada masa itu bahwa kerajaan Buton tidak sedang

dalam jajahan bangsa lain, atau tegasnya kerajaan Buton adalah kerajaan yang bebas dan

merdeka. Bahasa Wolio dijadikan sebagai lambang kebangsaan, lambang kebanggaan dan alat

komunikasi yang dapat mempersatukan negerinya. Dengan demikian, maka tentu salah satu

alasan utama penetapan bahasa Wolio sebagai bahasa resmi pada masa itu adalah lebih bersifat

politik selain menjaga wibawa dan martabat bangsanya.

C. METODE PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian Penelitian ini berhubungan dengan masalah pembelajaran Bahasa Wolio yang

merupakan bahasa daerah yang ada di Kota Baubau, maka dari itu lokasi penelitian ini

dipusatkan di SD Negeri 3 Baubau. Peneliti memilih lokasi ini karena melihat siswa yang ada di

Page 68: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

61

sekolah tersebut umumnya heterogen dan berasal dari berbagai daerah. Sehingga para guru di

sekolah ini menggunakan komunikasi antarpribadi dalam proses pembelajaran Bahasa Wolio,

untuk lebih membantu mereka dalam memperkenalkan kembali Bahasa Wolio kepada para

muridnya. Oleh karena itu memungkinkan peneliti untuk lebih mengetahui bagaimana

komunikasi antarpribadi digunakan dalam pembelajaran bahasa wolio guna menciptakan

pemahaman siswa akan pelajaran ini.

2. Teknik Penentuan Informan Teknik penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive, peneliti

memilih informan menurut kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Dimana peneliti memilih dua

orang guru yang mengajarkan Bahasa Wolio, dan memilih sepuluh orang murid yang ditentukan

langsung oleh Guru Bahasa Wolio dan sering berkomunikasi dengan guru dalam hal

pembelajaran Bahasa Wolio.

3. Informan penelitian Adapun informan dari penelitian ini adalah Kepala Sekolah SD Negeri 3 Baubau dan

dua orang guru yang mengajarkan mata pelajaran bahasa wolio di SD Negeri 3 Baubau dan 10

orang murid di SD Negeri 3 Baubau.

4. Teknik Pengumpulan data Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui:

Wawancara, Observasi (pengamatan) dan Dokumentasi.

5. Teknik analisis data Analisis data akan dilakukan sejak awal hingga akhir penelitian secara deskriptif

kualitatif dan data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan akan diolah dan

dikelompokkan sesuai dengan kategori masing-masing, kemudian dihubungkan dengan teori

atau konsep yang ada. Teknik analisis data dalam penelitian ini, dilakukan setelah data-data

diperoleh melalui teknik wawancara mendalam dan observasi.

D. HASIL PENELITIAN

1. Komunikasi Antarpribadi Guru dan Murid dalam Proses Pembelajaran Bahasa

Wolio

Komunikasi antarpribadi terjalin dengan baik antara guru dan murid pada proses

pembelajaran Bahasa Wolio di SD Negeri 3 Baubau, dimana guru berusaha untuk selalu

bersikap terbuka dalam menanggapi setiap pendapat dan pertanyaan dari muridnya, selalu

memahami kondisi dari murid, memberikan dukungan bagi muridnya dalam pembelajaran,

memberikan pengajaran yang efektif dan menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman.

Guru Bahasa Wolio menilai bahwa sikap tersebut harus ada dan mesti diterapkan guna

menciptakan suatu pembelajaran yang baik dan menimbulkan pemahaman belajar bagi

muridnya, apalagi melihat kondisi murid di sekolah ini yang beragam baik suku maupun agama.

Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan dari para guru untuk bisa membawakan materi

pelajaran Bahasa Wolio ini dengan baik. Sehingga para murid bisa belajar dan menerima

pelajaran dengan baik dan menimbulkan pemahaman dari para murid.

Adapun komunikasi antarpribadi terjalin antara guru dan murid dalam proses

pembelajaran Bahasa Wolio di SD Negeri 3 Baubau dapat dilihat pada matriks hasil penelitian

berikut beserta dengan uraian dari hasil penelitian yang dilakukan.

Page 69: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

62

MATRIKS HASIL PENELITIAN

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI YANG TERJALIN ANTARA GURU DAN MURID DALAM

PROSES PEMBELAJARAN

NO Unit Analisis Struktur Kerangka

Analisis Uraian

1. Komunikasi

antarpribadi

1. Menerima

pertanyaan dan

pendapat dari

murid

Guru Bahasa Wolio di sekolah ini selalu

bersikap terbuka dan bersikap baik dalam

menanggapi segala bentuk pertanyaan yang

dilontarkan oleh muridnya yang berkaitan

dengan pembelajaran Bahasa Wolio jawaban

yang baik da positif, sehingga siswa bisa

menjadi mengerti dan paham. Guru pun

berusaha untuk menerima dan menanggapi

secara baik dengan memberikan setiap pendapat

atau masukan yang diberikan oleh muridnya

yang berkaitan dengan pembelajaran.

2. Memahami

kondisi

Pada proses pembelajaran di kelas guru Bahasa

Wolio selalu memperhatikan terlebih dahulu

kondisi dari muridnya, oleh karena itu sebelum

pembelajaran di kelas dimulai maka guru akan

berusaha untuk menguasai kelas terlebih dahulu

dengan melihat bagaimana kondisi dari

muridnya hari itu apakah mereka sudah siap

untuk menerima pelajaran atau malah

sebaliknya.

3. Memberi

dukungan

Guru Bahasa Wolio selalu memberikan

dukungan bagi murid-muridnya dalam belajar,

terutama dukungan diberikan bagi murid yang

belum memahami tentang pelajaran ini, dimana

guru akan memberikan pelajaran tambahan bagi

murid tersebut. Guru Bahasa Wolio pun turut

memberikan dukungan bagi muridnya dengan

mengikutkan mereka pada lomba-lomba yang

berkaitan dengan Bahasa Wolio.

4. Memberikan

pengajaran

yang efektif

Pada proses pembelajaran di kelas guru

berusaha untuk memberikan suatu pengajaran

yang baik dan efektif bagi muridnya dimana

guru Bahasa Wolio tidak hanya memenuhi

kewajibannya dalam menyajikan materi

pelajaran dan mengoreksi pekerjaan siswanya,

akan tetapi guru selalu bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan bimbingan belajar.

5. Menciptakan

suasana belajar

yang nyaman

Guru Bahasa Wolio di sekolah ini berusaha

untuk menciptakan suatu suasana pembelajaran

yang nyaman di dalam kelas, dimana tidak ada

suasana kaku antara guru dan murid, sehingga

murid bisa lebih terbuka pada guru terhadap

masalah yang mereka hadapi yang berkaitan

dengan pembelajaran Bahasa Wolio.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran Bahasa Wolio di SD Negeri 3

Baubau Proses pembelajaran Bahasa Wolio di SD Negeri 3 Baubau dipengaruhi oleh beberapa

faktor, dimana faktor tersebut menjadi sebuah dukungan dan hambatan bagi guru dan murid

pada proses pembelajaran di kelas. Adapun faktor yang menjadi pendukung dalam proses

pembelajaran Bahasa Wolio di SD Negeri 3 Baubau yaitu adanya dukungan dari kepala sekolah

Page 70: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

63

dimana kepala sekolah turut andil dalam memperhatikan proses pembelajaran Bahasa Wolio di

sekolah ini, adanya dukungan dari orang tua murid dimana orang tua murid turut mengikuti

perkembangan anaknya dalam pembelajaran, serta adanya antusias belajar yang tinggi dari

siswa untuk belajar Bahasa Wolio.

Selain adanya dukungan yang diberikan para guru dihadapkan pula oleh beberapa

hambatan yang menjadi kendala dalam pembelajaran, dimana hambatan tersebut yaitu

kurangnya jam pelajaran dimana jam pelajaran Bahasa Wolio ini dinilai guru sangat kurang,

kurangnya tenaga guru untuk pelajaran Bahasa Wolio, serta kurangnya media pembelajaran

seperti buku yang kurang tersedia bagi siswa, dan keragaman siswa yang ada di sekolah ini

menjadi suatu kendala dan tantangan sendiri bagi guru untuk bisa menciptakan suatu

pembelajaran yang efektif. Adapun faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran Bahasa

Wolio di SD Negeri 3 Baubau ini dapat dilihat pada matriks hasil penelitian berikut, beserta

dengan uraian dari hasil penelitian yang dilakukan.

MATRIKS HASIL PENELITIAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PEMBELAJARAN BAHASA WOLIO

NO Unit Analisis Struktur Kerangka

Analisis URAIAN

1. Dukungan dalam

pembelajaran

1. Dukungan dari

Kepala Sekolah

Kepala sekolah selalu memberikan

pengarahan kepada guru Bahasa Wolio untuk

bisa lebih menciptakan suatu pembelajaran

yang baik sehingga murid bisa mendapatkan

pengetahuan yang baik pula.

2. Dukungan dari

orang tua murid

Dalam pembelajaran Bahasa Wolio orang tua

murid turut memberikan dukungan mereka,

dimana orang tua turut aktif untuk memantau

anak-anak mereka ketika belajar di rumah dan

orang tua murid pun selalu berkomunikasi

dengan guru mengenai tingkat pembelajaran

anak mereka. Serta membantu guru tentang

beberapa hal yang berkaitan dengan

pembelajaran Bahasa Wolio.

3. Antusias dari

siswa

Rasa antusias dan keinginan yang besar dari

siswa untuk mau belajar Bahasa Wolio

memberikan dukungan tersendiri bagi guru,

terutama bagi siswa yang berasal dari daerah

lain keinginan mereka untuk belajar sangatlah

tinggi. Oleh karena itu sikap ini bisa

membantu guru dalam memberikan

pengajaran yang efektif bagi para muridnya.

2. Hambatan dalam

pembelajaran

1. Keragaman

murid yang ada

di SD Negeri 3

Baubau.

Keragaman murid yang ada di sekolah ini

menjadi salah satu hambatan bagi guru dalam

proses pembelajaran Bahasa Wolio, karena

sebagian murid dari sekolah ini bukan berasal

dari Kota Baubau, sehingga membuat mereka

cukuo kesulitan dalam belajar.

2. Jam pelajaran

yang kurang.

Kurangnya jam pelajaran Bahasa Wolio di

sekolah ini turut menjadikan kendala bagi

guru dalam memberikan materi, dimana jam

pelajaran Bahasa Wolio hanya dilaksanakan

dalam waktu 90 menit, dan dilaksanakan

sekali dalam seminggu untuk tiap kelas,

sehingga hal ini dirasa guru kurang cukup

untuk bisa lebih membantu murid untuk

belajar di kelas.

Page 71: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

64

3. Kurangnya guru

Bahasa Wolio.

Guru Bahasa Wolio di sekolah ini kurang

mencukupi, dimana guru Bahasa Wolio hanya

berjumlah dua orang sementara jumlah kelas

yang harus diajar ada 21 kelas, ditambah lagi

dengan jumlah muridnya yang banyak.

Sehingga hal ini menjadikan suatu ekndala

tersendiri bagi guru.

4. Kurangnya

media

pembelajaran.

Kurangnya buku pembelajaran Bahasa Wolio

di sekolah ini menjadikan suatu kendala

belajar bagi siswa, oleh karena itu guru

dituntut untuk harus bisa menyesuaikan

materi pelajaran dan mempersiapkan bahan

ajar dengan baik sehingga murid bisa

mendapatkan materi dengan baik pula dan

mempunyai panduan belajar.

E. PEMBAHASAN 1. Komunikasi Antarpribadi Guru dan Murid

Komunikasi antarpribadi guru dan murid dalam pembelajaran bahasa wolio di kelas

meliputi beberapa hal yang dilakukan oleh guru sebagai bentuk dari pembelajaran bahasa wolio

di SD Negeri 3 Baubau. Mengenai keterbukaan guru dalam menerima pendapat dan pertanyaan,

memahami kondisi, memberikan dukungan, memberikan pengajaran yang efektif, menciptakan

suasana belajar yang nyaman, serta melihat bagaimana hambatan dan kemudahan yang

diperoleh dalam proses pengajaran dan pembelajaran di kelas.

2. Menerima Pendapat atau Pertanyaan

Pada proses pembelajaran di SD Negeri 3 Baubau terlihat guru selalu terbuka dengan

para muridnya dengan merespon dan menerima dengan baik segala bentuk pertanyaan dan

pendapat yang diajukan oleh para murid terkait denngan pelajaran Bahasa Wolio tersebut. Guru

selalu memberikan jawaban yang baik dan secara langsung terhadap pertanyaan yang diberikan

oleh siswa. Dan guru pun biasa mengajak siswanya untuk mengobrol dengan membahas

mengenai materi pelajaran, dan dari sini para siswa terlihat menjadi leluasa untuk terbuka dalam

menanyakan beberapa hal yang tidak mereka mengerti dari materi pelajaran Bahasa Wolio ini.

Sebagaimana yang dikutip oleh Alo liliweri dari pendapat Joseph A. Devito bahwa

efektifitas dari komunikasi antarpribadi itu dapat dilihat dari aspek keterbukaan dalam

komunikasi antarpribadi yang mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara

jujur terhadap stimulus yang datang. Hal ini menjadi sangat penting karena para pendidik juga

adalah pemimpin yang harus mengakomodasi berbagai pertanyaan dan kebutuhan peserta didik

secara transparan, toleran, dan tidak arogan, dengan membuka seluas-luasnya kesempatan-

kesempatan dialog kepada peserta didik.

Sejatinya seorang guru dikelas merupakan seorang pembimbing serta pengajar bagi

muridnya. Dengan begitu guru hendaknya mengembangkan kemampuan anak dalam

memecahkan masalah yang dihadapinya terutama yang berkaitan dengan masalah pembelajaran.

Dimana dalam pembelajaran dikelas hendaknya guru bisa menerima pendapat ataupun

pertanyaan yang dilontarkan oleh para murid, ini merupakan suatu keterbukaan yang harus

dimiliki oleh seorang guru. Melalui pendapat dan pertanyaan yang diberikan oleh murid ini,

sudah sewajarnya jika seorang guru harus bersikap spontan terhadap stimulus yang datang.

Kita bisa melihat bahwa keterbukaan sangat diperlukan oleh seorang guru dalam

menanggapi segala bentuk pertanyaan dan pendapat dari para murid sehingga para murid bisa

terbantu dalam menyelesaikan permasalahan mereka terutama yang berkaitan dengan materi

pembelajarannya, serta dengan adanya sikap seperti ini dari para guru menjadikan murid jadi

terbuka terhadap guru untuk lebih sering berkomunikasi dalam membahas pelajaran di kelas.

Dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan didapatkan pemahaman bagaimanan

dengan sikap terbuka yang diterapkan oleh para guru dalam menerima dan menanggapi segala

Page 72: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

65

bentuk pertanyaaan dan pendapat murid mengenai pembelajaran di kelas sangatlah membantu

murid dalam mengatasi masalah belajar mereka. Dengan adanya sikap tersebut maka kendala

dalam pembelajaran yang dihadapi oleh para siswa dapat diatasi.

3. Memahami Kondisi

Pemahaman kondisi murid oleh para guru sangatlah diperhatikan pada proses

pembelajaran Bahasa Wolio di SD Negeri 3 Baubau, karena bagi para guru kondisi dari siswa

turut berpengaruh terhadap pelajaran yang diterima. Serta suasana hati dari siswa pun turut

menjadi perhatian bagi guru, terlebih lagi dengan kondisi keragaman dari sebagian murid yang

ada di sekolah ini, dimana sebagian murid berasal dari daerah yang berbeda, sehingga

menjadikan suatu perhatian khusus bagi para guru untuk lebih memahami kondisi dari siswanya

guna memudahkan mereka dalam pembelajaran bahasa wolio di kelas.

Sebagaimana yang dikutip oleh Alo liliweri dari pendapat Joseph A. Devito bahwa

efektifitas dari komunikasi antarpribadi itu dapat dilihat dari aspek empati yang menjadi

kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami oleh orang lain pada suatu

saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Dengan melihat

dari pandangan para ahli tersebut maka dapat dipahami bahwa pemahaman kondisi murid

menjadi sesuatu yang harus diperhatikan oleh para guru. Mengacu pada beberapa pandangan

tentang belajar seringkali dikemukakan bahwa masalah-masalah belajar baik interen maupun

ekstern dapat dikaji dari dimensi guru maupun dari dimensi siswa. Sedangkan jika dikaji dari

tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan

sesudah belajar. Dari dimensi siswa, masalah-masalah belajar yang dapat muncul sebelum

kegiatan belajar dapat berhubungan dengan karakteristik atau ciri siswa, baik berkenaan dengan

minat, kecakapan maupun pengalaman.

Pengalaman siswa akan turut menentukan muncul tidaknya masalah belajar sebelum

kegiatan belajar dimulai. Siswa-siswa yang akan memiliki latar pengalaman yang baik yang

mendukung materi pelajaran yang akan dipelajari, tidak memiliki banyak masalah sebelum

belajar dan dalam proses belajar selanjutnya. Namun bagi siswa yang kurang memiliki

pengalaman yang terkait dengan mata pelajaran atau materi yang akan dipelajari akan

menghadapi masalah dalam belajar, terutama berkaitan dengan kesiapannya untuk belajar. Oleh

karena itu para guru pun dituntut untuk bisa memahami bagaimana kondisi dari para murid-

murid mereka pada saat pembelajaran, karena terkadang semangat siswa dalam belajar itu

tergantung dari kondisi hati mereka.

Pemahaman kondisi yang dilakukan oleh guru Bahasa Wolio di SD Negeri 3 Baubau ini

bisa membuat guru untuk lebih melihat apa saja yang menjadi kendala belajar dari para

siswanya. Karena dengan begitu guru akan lebih membantu dalam proses belajar dikelas dan

antusias siswa dalam menerima pelajaran dapat terlihat. Terkait dengan hal ini menjadikan guru

Bahasa Wolio di sekolah ini selalu berusaha untuk memperhatikan kondisi dari murid mereka

mengingat dari keragaman yang ada pada setiap murid menjadikan kendala belajar yang akan

dihadapi oleh para murid akan berbeda satu sama lainnya.

4. Memberi Dukungan

Pemberian dukungan berupa motivasi kepada murid sangatlah dibutuhkan dalam

pembelajaran di kelas, karena dengan begitu murid akan mempunyai dorongan untuk selalu

aktif dalam belajar. Sebagaimana yang dikutip oleh Alo liliweri dari pendapat Joseph A. Devito

bahwa efektifitas dari komunikasi antarpribadi itu dapat dilihat dari aspek sikap mendukung

dimana hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap

mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung

dalam suasana yang tidak mendukung.

Dukungan berupa motivasi terhadap anak sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran

di kelas. Dengan dukungan yang diberikan bisa menimbulkan motivasi anak untuk bisa tampil

atau aktif dalam pembelajarannya. Dalam kegiatan belajar, peran dan dukungan dari guru sangat

penting didalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Menyadari bahwa motivasi terkait erat

dengan kebutuhan, maka tugas guru adalah meyakinkan para siswa agar tujuan belajar yang

ingin diwujudkan menjadi suatu kebutuhan bagi setiap siswa.

Page 73: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

66

Guru hendaknya dalam meyakinkan siswa bahwa hasil belajar yang baik adalah suatu

kebutuhan guna mencapai sukses yang dicita-citakan. Dukungan dari guru berupa motivasi

dapat bersifat internal dan eksternal. Beberapa penulis atau ahli yang lain menyebutnya sebagai

motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi internal atau motivasi intrinsik adalah dukungan atau

dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan suatu aktivitas. Sedangkan motivasi

eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu.

Kita dapat memahami bahwa sebuah dukungan diperlukan oleh para murid untuk lebih

memotivasi mereka dalam belajar. Serta dukungan sewajarnya bisa menjadi bantuan bagi siswa

untuk lebih mengantarkan mereka untuk aktif dalam mengikuti pelajaran dan mereka bisa lebih

memahami pentingnya pelajaran tersebut dalam hal ini adalah bahasa wolio, sehingga rasa

antusias siswa dalam belajar semakin tinggi. Berdasarkan dari hasil wawancara dan

pengamatan yang dilakukan terlihat bagaimana guru bahasa wolio selalu memberikan dukungan

serta motivasi penuh bagi anak didik mereka, agar anak bisa lebih mau untuk aktif dalam

mengikuti pembelajaran. Guru selalu berusaha membimbing siswanya dalam proses belajar

apalagi jika siswa tersebut terlihat kesulitan dalam mengerjakan tugas, guru pun terlihat tampil

untuk selalu memberikan arahan dan mendukung siswanya untuk berusaha dan tidak bosan atau

menjadi malas menghadapi pelajaran tersebut. Dukungan dari guru juga terlihat dengan

diikutkannya siswa yang keturunan Cina dan bukan berasal langsung dari Kota Baubau untuk

diikutkan dalam perlombaan pidato Bahasa Wolio. Dengan dukungan yang diberikan oleh guru

tersebut membuat murid menjadi lebih percaya diri dan semangat untuk bisa dan mampu

mengikuti lomba tersebut dengan baik.

5. Memberi Pengajaran efektif

Guru selalu berusaha tampil dengan selalu percaya diri dan yakin dalam membawakan

pelajaran pada proses belajar mengajar di kelas untuk membantu siswa dalam memberikan

pemahaman dan pengetahuan akan Bahasa Wolio terutama bagi murid yang bukan berasal dari

kota Baubau dimana guru selalu berusaha memberikan pengajaran yang baik guna mencapai

tujuan belajar yang diharapkan. Guru pun selalu berusaha untuk membantu murid guna

menghadapi kesulitan mereka dalam belajar.

Sebagaimana yang dikutip oleh Alo liliweri dari pendapat Joseph A. Devito bahwa

efektifitas dari komunikasi antarpribadi itu dapat dilihat dari aspek sikap positif dimana, sikap

positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi

interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua,

perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang

efektif. Suatu pembelajaran menuntut seorang guru untuk bisa memberikan suatu pengajaran

yang baik dan efektif bagi muridnya. Suatu pembelajaran dengan pencapaian tujuan dari hasil

pembelajaran yang diberikan. Bagi guru, kemampuan menerapkan suatu prinsip-prinsip belajar

dalam proses pembelajaran akan membantu meningkatkan efektivitas pengelolaan

pembelajaran. Dengan adanya prinsip-prinsip dalam pembelajaran maka dapat membantu guru

dalam mendukung terjadinya proses belajar dan pencapaian hasil belajar yang efektif dengan

hasil yang diharapkan.

Kita dapat melihat bahwa sikap positif perlulah ada dalam diri para guru bahwa mereka

bisa untuk memberikan suatu pengajaran yang efektif dan mampu untuk mendidik para

muridnya, menanamkan suatu pengetahuan kepada muridnya sehingga para murid yang tadinya

belum mengetahui menjadi paham melalui ilmu yang didapat di sekolah yang diajarkan oleh

para guru.

Dalam pembelajaran Bahasa Wolio di SD Negeri 3 Baubau guru Bahasa Wolio

berusaha untuk memberikan pengajaran yang efektif pada murid-muridnya, guna pencapaian

dari tujuan belajar yang diharapkan. Para guru pun menciptakan sikap positif didalam dirinya

dimana mereka yakin kalau mereka bisa memberikan suatu pengajaran yang baik pada anak

didiknya. Melalui wawancara dan pengamatan yang dilakukan, guru bahasa wolio di sekolah ini

berusaha memberikan pengajaran yang efektif bagi para murid, dimana para guru sangat

memperhatikan materi dan metode pembelajaran dan berbagai hal yang bisa membantu guru

guna terciptanya pembelajaran yang baik.

Page 74: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

67

6. Menciptakan Suasana Belajar yang Nyaman

Suasana pembelajaran yang nyaman sangat diperhatikan oleh para guru dalam proses

pembelajaran Bahasa Wolio di kelas karena suasana seperti ini sangat diperlukan oleh para

siswa sehingga dengan begitu mereka akan mudah dalam menangkap pelajaran, guru juga

berusaha membuat suatu kondisi belajar yang nyamana dengan tidak adanya suasana

ketegangan didalam kelas, dan menciptakan hubungan yang harmonis antara guru dengan murid

sehingga bisa menjadikan suasana pembelajaran berjalan dengan baik.

Berdasarkan wawancara dan pengamatan yang dilakukan, terlihat bahwa guru bahasa

wolio di sekolah ini sangat memperhatikan kondisi dan suasana belajar di kelas, adanya

kedekatan antara guru dengan murid menjadi suatu hal yang sangat diperhatikan oleh para guru

karena dengan begitu bisa menjadi salah satu manfaat bagi guru dan juga bagi murid dalam

pembelajaran di kelas. Kedekatan yang dibuat oleh guru terhadap murid tersebut bisa membawa

suasana nyaman antara murid dan guru dalam suasana belajar di kelas, dimana murid akan

berani terbuka terhadap kesulitan yang dihadapi olehnya mengenai materi pelajaran yang

dihadapi. Dan guru pun bisa melihat tingkat kemampuan siswanya dalam menguasai pelajaran.

Sebagaimana yang dikutip oleh Alo liliweri dari pendapat Joseph A. Devito bahwa

efektifitas dari komunikasi antarpribadi itu dapat dilihat dari aspek kesetaraan. Komunikasi

interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara

diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing

pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan berarti kita menerima

pihak lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta seseorang untuk memberikan

“penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain. Proses pembelajaran juga misalnya,

pengembangan suasana kesetaraan melalui komunikasi dialogis yang transparan, toleran dan

tidak arogan seharusnya terwujud di dalam aktivitas pembelajaran. Suasana yang memberi

kesempatan luas bagi setiap peserta didik untuk berdialog dan mempertanyakan berbagai hal

yang berkaitan dengan pengembangan diri dan potensinya.

Kelas menjadi sentral dan upaya-upaya pengembangan potensi-potensi peserta didik

secara komprehensif. Karena itu proses pembelajaran di kelas harus benar-benar dibimbing

sebaik mungkin untuk memungkinkan berkembangnya potensi-potensi siswa secara optimal.

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru dalam mengembangkan

model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa

secara efektif dalam proses pembelajaran.

Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk

menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan

menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa

terhadap pelajaran. Menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas,

memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa

mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Kita juga dapat memahami bahwa adanya hubungan yang harmonis antara guru dan

murid sangatlah dibutuhkan. Bagi guru Bahasa Wolio di sekolah ini mereka bukan hanya

sebagai guru bagi muridnya tapi mereka bisa menjadi teman dan orang tua bagi muridnya.

Dengan adanya sikap seperti inilah maka akan menciptakan suatu suasana belajar yang nyaman

tanpa adanya suasana kaku dan rasa takut bagi murid untuk bisa mengutarakan kesulitan belajar

mereka. Dan murid tidak akan merasa takut untuk dekat dengan guru dan terbuka mengenai

kendala yang dihadapi selama dalam proses belajar dikelas, karena adanya hubungan yang baik

tersebut dan murid pun menjadi lebih menghargai gurunya. Untuk penciptaanNsuasana

pembelajaran yang nyaman pula guru biasa membawa muridnya untuk belajar ke tempat-tempat

yang santai, karena menurut guru hal ini bisa membantu siswa dalam proses belajar mereka agar

mereka tidak merasa bosan dan jenuh.

Page 75: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

68

7. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran Bahasa Wolio di SD Negeri 3 Baubau

a. Dukungan dalam Pembelajaran

Adanya suatu bentuk pembelajaran yang baik dengan metode pembelajaran yang

telah disesuaikan dalam proses pembelajaran Bahasa Wolio di SD Negeri 3 Baubau,

membawa suatu kemudahan belajar bagi para murid. Apalagi ditambah dengan sikap dan

antusias siswa dalam pembelajaran, membuat guru diberikan kemudahan tersendiri dalam

menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik dan pengajar. Berdasarkan dari wawancara

dan pengamatan yang dilakukan dapat kita pahami bahwa guru Bahasa Wolio disini

walaupun terkadang mengalami hambatan dalam proses belajar mengajar dikelas tapi

disamping itu ada kemudahan yang dirasakan dalam proses pembelajarannya. Kemudahan

ini merupakan suatu dukungan yang didapat oleh guru untuk bisa memberikan yang terbaik

bagi muridnya. Dengan melihat besarnya antusias dari siswa untuk belajar pelajaran bahasa

wolio dan rasa ingin tahu untuk bisa lebih mengenal lagi kebudayaan yang ada di kerajaan

Buton, dan dari semangat siswa dalam belajar inilah membuat kemudahan bagi guru, terlebih

dalam menerapkan metode-metode pembelajaran untuk para siswanya. Ditambah lagi

dengan adanya dukungan dari kepala sekolah yang selalu memperhatikan proses

pembelajaran Bahasa Wolio dan selalu mengarahkan guru untuk bisa memberikan yang

terbaik bagi para muridnya menjadikan guru memiliki motivasi tersendiri untuk bisa berbuat

lebih baik dalam proses pembelajaran di kelas.

b. Hambatan dalam Pembelajaran

Diungkapkan oleh guru Bahasa Wolio di SD Negeri 3 Baubau bahwa mereka biasa

dihadapkan oleh beberapa hambatan dalam pembelajaran di kelas. Dimana ada berbagai hal

yang menjadi hambatan dalam proses pembelajaran tersebut. Berdasarkan dari wawancara

dan pengamatan yang dilakukan dapat dilihat bahwa dalam pembelajaran Bahasa Wolio

hambatan yang dihadapi oleh para guru adalah keragaman dari murid yang ada di sekolah

dimana banyak murid yang berbeda latar belakang baik suku maupun agama, waktu dari

pembelajaran di kelas yang kurang, sampai pada tenaga pendidik untuk pelajaran muatan

lokal di sekolah ini yang belum memadai ditambah lagi dengan kurangnya media dalam

pembelajaran bahasa wolio.

Mengacu pada beberapa pandangan tentang belajar seringkali dikemukakan bahwa

masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi guru mapun

dari dimensi siswa. Sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada

waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah belajar.

Masalah-masalah belajar yang dapat muncul sebelum kegiatan belajar dapat

berhubungan dengan karakteristik siswa/ciri siswa, baik berkenaan dengan minat, kecakapan

maupun pengalaman-pengalaman. Selama proses belajar, masalah belajar seringkali

berkaitan dengan sikap terhadap belajar, motivasi, konsentrasi, pengolahan pesan

pembelajaran, menyimpan pesan, menggali kembali pesan yang telah tersimpan, unjuk hasil

belajar. Sesudah belajar, masalah belajar dimungkinkan berkaitan dengan penerapan prestasi

atau keterampilan yang sudah diperoleh melalui proses belajar sebelumnya.

Sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar,

selama proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Sebelum belajar masalah belajar seringkali

berkaitan dengan pengorganisasian belajar. Selama proses belajar, masalah belajar seringkali

berkenaan dengan bahan belajar dan sumber belajar. Sedangkan sesudah kegiatan belajar,

masalah belajar yang dihadapi guru kebanyakan berkaitan dengan evaluasi hasil belajar.

Disini kita dapat memahami bahwa ada beberapa hambatan atau masalah yang dapat terjadi

dalam proses pembelajaran baik itu masalah yang dihadapi oleh para murid maupun guru

selama dalam proses belajar mengajar di kelas. Untuk pembelajaran Bahasa Wolio di SD

Negeri 3 Baubau ini faktor pengajar dan keragaman serta kurangnya media pembelajaran

menjadi suatu kendala yang harus dihadapi oleh para guru.

Page 76: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

69

F. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan di SD Negeri 3 Baubau

terhadap komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru Bahasa Wolio pada muridnya dalam

menanamkan pengetahuan Bahasa Wolio maka dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai berikut:

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan pada proses pembelajaran Bahasa Wolio

di SD Negeri 3 Baubau terlihat bahwa komunikasi antarpribadi di sekolah ini diterapkan dengan

baik oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Dilihat dari sikap guru yang selalu bersikap terbuka

dalam menerima pendapat dan pertanyaan dari murid, bersikap empati dalam memahami kondisi

dari muridnya pada saat pembelajaran di kelas, memberikan dukungan pada muridnya, bersikap

positif dalam memberikan pengajaran yang efektif dan menciptakan pembelajaran yang nyaman.

Semuanya ini diterapkan dengan baik oleh guru Bahasa Wolio agar bisa menciptakan suatu

pembelajaran yang baik dan bisa membantu murid dalam proses belajar mereka. Serta jika dilihat

dari Komunikasi Antarpribadi Joseph Devito sikap yang diterapkan guru Bahasa Wolio di sekolah

ini sangat mendukung efektivitas dari komunikasi antarpribadi. Sehingga bisa dilihat dalam proses

komunikasi antarpribadi yang terjalin dengan baik antara guru dan murid di sekolah ini dalam

proses pembelajaran Bahasa Wolio di kelas dapat membantu dalam menciptakan suatu

pembelajaran yang efektif.

Faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran Bahasa Wolio. Melalui hasil penelitian

yang dilakukan pada proses pembelajaran Bahasa Wolio di SD Negeri 3 Baubau dapat dilihat

bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran Bahasa Wolio di SD Negeri 3

Baubau, faktor tersebut ada yang sebagai dukungan dan ada pula sebagai penghambat dalam proses

pembelajaran. Faktor pendukung yang mempengaruhi proses pembelajaran Bahasa Wolio di SD

Negeri 3 Baubau dilihat dari adanya dukungan dari kepala sekolah, dukungan dari orang tua murid,

serta antusias belajar siswa yang tinggi dalam belajar. Adapun hambatan yang menjadi kendala

dalam proses pembelajaran Bahasa Wolio ini dapat dilihat dari keragaman murid yang ada di

sekolah ini, jam pelajaran yang kurang, kurangnya guru mata pelajaran Bahasa Wolio, serta

kurangnya media pembelajaran yang tersedia untuk murid.

DAFTAR PUSTAKA Aunurrahman.2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Baharuddin & Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media.

Devito,A.Joseph.1997. Komunikasi Antar Manusia.Jakarta:Profesional Books.

Djamarah, S.B., 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya.Usahan Nasional.

Effendi,Onong Uchjana. 2006. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Fisher, B. Audrey. 1990. Teori-Teori Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Gene, Ambo. 1986. Morfologi Kata Kerja Bahasa Wolio. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa.

Mulyana, Deddy dan Solatun.2008. Metode Penelitian Komunikasi.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution,S. 1982. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Sardiman, 2001 Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Rajawali.

Sumber lain

http://aansalam.blogspot.com/2011/01/ada-apa-dengan-bahasa-wolio.html (tanggal download28

November 2017)

http://www.jurnallingua.com/edisi-2009/9-vol-1-no-1/69-proses-morfonologis-prefiks-dalam-bahasa-

wolio-kajian-transformasi-generatif.html(tanggal download28 November 2017)

Page 77: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

70

TELAAH KRITIS TATA KELOLA NEGARA DALAM PERSPEKTIF

NEO WEBERIAN STATE

Dr. H. Muhammad Amir, M. Si

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Peran birokrasi di negara berkembang sangat penting. Birokrasi di Negara tersebut

merupakan mesin utama sektor pemerintah.Selain berperan mengefektifkan kebijakan dan

penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintah, birokrasi juga memfasilitasi demokratisasi. Dalam

mendorong efektivitas negara: tinjauan pustaka dan hipotesis penelitian

Kehadiran sektor publik yang berfungsi dengan baik dapat memberikan efektif

kebijakan adalah prakondisi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial

transformasi (Azulai et al., 2014). 2 Efektivitas tergantung pada keberadaan

siklus proyek teknis, yaitu mekanisme yang memungkinkan untuk menerjemahkan visi dan tujuan

ke dalam keputusan yang terinformasi, disiplin, dan dapat dipertanggungjawabkan (dan

demokratisasi Birokrasi di negara tersebut selain birokrasi merupakan mesin utama sektor

pemerintah. The role of the public bureaucracy as a key instrument in the management of national

development efforts.

Peran birokrasi dalam mendorong efektivitas negara: tinjauan pustaka dan hipotesis

penelitian. Kehadiran sektor publik yang berfungsi dengan baik dapat memberikan efektif

kebijakan adalah prakondisi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial

transformasi (Azulai et al., 2014). 2 Efektivitas tergantung pada keberadaan

siklus proyek teknis, yaitu mekanisme yang memungkinkan untuk menerjemahkan visi dan

tujuan ke dalam keputusan yang terinformasi, disiplin, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Peran birokrasi sebagai alat perubahan dan pengembangan yang nyata di seluruh dunia

tidak diragukan dimanapun. Ini karena peran pemerintah dan lembaga-lembaganya sangat

penting mengingat jangkauan yang semakin meningkat jika kegiatan-kegiatan dilakukan oleh

negara modern. Oleh karena itu, kecukupan dan efisiensi birokrasi sangat penting bagi seluruh

bangsa karena warga negara memandang negara dan birokrasi publik untuk melakukan hampir

semua hal di luar kehidupan pribadi bagi mereka (Shively dikutip dalam Mohammed, O.A,

2008: 171). Dengan kata lain, Pemerintah, di seluruh dunia biasanya dibebani dengan berbagai

fungsi dan tanggung jawab yang mencakup bidang sosio-ekonomi, politik dan lainnya.

Instrumen di mana kebijakan publik dalam hal pemerintahan diubah menjadi tindakan nyata di

semua negara modern adalah Birokrasi (Mohammad O.A, 2008: 171).

Birokrasi diperlukan untuk memfasilitasi fungsi pemerintah dan demokratisasi, namun

pada sisi lain birokrasi kekurangan kapasitas untuk memfasilitasi tugas-tugas pemerintahan

secara efektif. Pemerintah di negara-negara berkembang terutama di era reformasi dinilai sangat

fungsional bagi keberhasilan pembangunan.

Tulisan ini menelaah secara kritis penyelenggaraan negara pada era reformasi saat ini

dengan menggunakan perspektif Neo Weberian Sate (NWS) sebagai salah satu model reformasi

birokrasi. Reformasi birokrasi dapat membuat pemerintah bekerja dengan lebih baik dan hemat

biaya (Schacter, 2000). Namun, pengertian dari bekerja dengan lebih baik, dapat berbeda antara

pemerintah yang satu dengan lainnya, bahkan di antara komponen yang berbeda dalam suatu

pemerintahan. Gagasan dasarnya adalah bahwa jika pemerintah dapat menangani ketidakpuasan

dan kecurigaan warga negaranya, maka ia harus menemukan cara-cara untuk menjadi lebih

efisien dan efektif dalam proses-proses formulasi dan implementasi kebijakan publik.

Bersamaan dengan itu, pemerintah juga dituntut untuk menjadi lebih responsif terhadap publik.

Page 78: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

71

Pollitt & Bouckaert (2011) menganjurkan agar usaha reformasi birokrasi di negara

berkembang mengikuti model NWS. Model umum NWS pada tahun 2004 diajukan sebagai

suatu summary description dan suatu peta konseptual. Dari peta konseptual tersebut kita dapat

mengembangkan tipologi atau teori yang lebih spesifik untuk menjelaskan pola-pola spesifik

dan kecenderungan reformasi sektor publik dalam suatu pemerintahan tertentu.

NWS berfungsi sebagai omega, suatu visi tentang aparatur negara yang modern.

Aparatur yang modern ini lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan warganegara.NWS

tidak menyediakan kerangka kerja analitik yang dapat diterapkan untuk menganalisis

pengalaman reformasi di berbagai pemerintahan. Sebagai alternatif, Cepiku & Mititelu(2010)

mengembangkan kerangka analitik NWS yang diklaim dapat digunakan untuk menganalisis

pengalaman reformasi administrasi public di negara-negara berkembang.

Kerangka analitik reformasi birokrasi dalam perspektif NWS dariCepiku &

Mititelu(2010) mencakup enam prinsip, sebagai berikut: (1) orientasi eksternal ke arah

kebutuhan warga negara; (2) peran sentral para manajer profesional; (3) kolaborasi sektor publik

dan sektor privat; (4) etos pelayanan publik; (5) suplementasi demokrasi dengan konsultasi dan

partisipasi; dan (6) pemisahan politik-administrasi dan menekankan pada profesionalisasi

administrasi.

Kerangka analitik yang penulis gunakan dalam tulisan ini mengacu kepada Cepiku &

Mititelu (2010), tetapi tidak memasukkan unsur-unsur: etos pelayanan publik, suplementasi

demokrasi dengan konsultasi dan partisipasi, dan pemisahan politik-administrasi yang

menekankan pada profesionalisasi administrasi.

2. Permasalahan

Berdasarkan fenomena empiris pada latar belakang, maka masalah yang dikaji dalam

tulisan ini adalah bagaimana tata kelola negara dilihat dari perspektif NWS, meliputi: (1)

orientasi eksternal ke arah pemenuhan kebutuhan warga negara, (2) peran stratejik manajer

profesional dalam implementasi kebijakan, dan (3) Kolaborasi sektor publik dan sektor privat.

B. MODEL TEORITIS REFORMASI BIROKRASI Terdapat beberapa model utama reformasi birokrasi yang terdokumendasi dalam literatur

administrasi publik. Goldfinch (2009) mengidentifikasi dua model utama: Old Public

Administration (OPA), dan New Public Management (NPM). Selain kedua model tersebut,

Denhardt & Denhardt (2007) menambahkan dengan model New Public Services (NPS).

Selanjutnya, Cepiku & Mititelu (2010) membahas model New Public Governance (NPG) selain

OPA dan NPM. Terakhir, Pollitt & Bouckaert (2011) mengajukan model Neo-Weberian State

(NWS).

Menu yang disajikan oleh model reformasi NWS sebagian sama namun sebagian berbeda

dengan menu dalam model-model reformasi Weberian, NPM, dan NPG. Ada menu manajemen

tertentu yang digunakan dalam NWS dan digunakan juga dalam model-model reformasi lainnya.

Sebagai contoh, NWS menggunakan pengukuran kinerja sebagai suatu menu modernisasi

sedangkan pengukuran kinerja merupakan fitur utama dalam NPM (Pollitt & Bouckaert, 2011).

Meski demikian, masing-masing model reformasi mempunyai piranti utama yang membedakannya

dengan model lain.

Model NWS diajukan oleh Pollitt & Bouckaert pada tahun 2004 dalam rangka menjelaskan

perbedaan governance di antara tiga kelompok negara, yakni the maintainers, themodernizers, dan

the marketizers. Dua dari tiga kelompok ini menaruh perhatian besar pada reformasi, yakni Anglo-

American NPM marketizers dan Continental European modernizers. Model reformasi Continental

European modernizers ini diklasifikasikan oleh Pollitt & Bouckaert sebagai NWS (Amir et al,

2016).

Model NWS ini dimaksudkan untuk membantu memahami apa yang berlangsung di Eropa.

NWS menggambarkan suatu omega, yakni suatu destinasi, suatu dunia ideal yang ingin diraih,

suatu visi tentang masa depan yang diinginkan. Situasi omega ini dapat berupa suatu kritik

terhadap situasi awal, situasi status quo, atau suatu alpha. NWS sebagai suatu omega adalah

Page 79: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

72

berfungsi sebagai suatu visi tentang aparatur negara yang modern, efisien, dan ramah terhadap

warga negara.

Situasi omega memerlukan suatu trajectory, yakni suatu pola intensional, suatu rute yang

dicoba ditempuh. Trajectory berangkat dari suatu titik awal (alpha) menuju suatu keadaan yang

diinginkan di masa yang akan datang (omega). Suatu omega tanpa suatu trajectory dan suatu alpha

tidak lain adalah suatu utopia. Elemen-elemen kondisi awal (alpha), trajectory, dan keadaan masa

depan (omega) secara keseluruhan membentuk scenario reformasi. Gambar memperlihatkan

konsep trajectory dari Pollitt & Bouckaert (2011).

Gambar: Konsep Trajectory (Pollit & Bouckaert, 2011).

C. PEMBAHASAN 1. Orientasi eksternal ke arah pemenuhan kebutuhan warga negara

Perubahan dalam orientasi eksternal ke arah pemenuhan kebutuhan warga negara terjadi

hanya pada sebagian kecil saja dari aspek-aspek yang diamati. Birokrasi masih lebih

berorientasi internal, yakni cenderung melayani kepentingan-kepentingan pribadi birokrat dan

institusinya sendiri.

Program-program prioritas pembangunan di daerah, secara kuantitatif lebih banyak

yang berorientasi eksternal untuk kebutuhan langsung warga negara. Persoalannya adalah,

program-program dan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan, seringkali diganti dengan

memasukkan program-program baru dan kegiatan-kegiatan baru ketika akan diimplementasikan

dalam Rencana kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Usaha pemerintah untuk memperbaiki hubungan dengan warganegara melalui prosedur

umpan-balik tentang kelemahan dan ketidakberfungsian pemerintah, juga menggambarkan

proses dan hasil yang tidak konsisten. Ada survei kepuasan warga negara dan ada unit

pengaduan publik. Tetapi, hasil survei kepuasan warga negara dan pengaduan publik tidak

ditindaklanjuti. Fakta ini menunjukan bahwa mekanisme bagi pengaduan publik hanya tersedia

pada level formal tetapi tanpa tindak lanjut (Prasojo, 2012).

Selanjutnya usaha pemerintah meminimalisir kegelisahan dan ketidaknyamanan

pelayanan dengan mempermudah cara pelayanan, juga masih menggambarkan proses dan hasil

yang tidak konsisten. Hanya sebagian kecil dari bidang-bidang pelayanan kesehatan yang

dibuatkan standar pelayanan minimal guna memenuhi hak-hak dan kebutuhan warga negara di

bidang pelayanan. Lagi pula, standar pelayanan minimal yang banyak dibuat oleh para birokrat

lebih banyak berorientasi internal dan tidak sesuai lagi dengan arahan kebijakan dari pusat.

Dari uraian tersebut, dapat dijelaskan bahwa perubahan-perubahan menuju orientasi

eksternal ke arah kebutuhan warga negara baru mencakup tampilan luar, bersifat seremonial.

Ada penggantian program dengan mengatasnamakan ketiadaan anggaran; hasil survei kepuasan

warga negara dan pengaduan publik tidak ditindaklanjuti; standar pelayanan minimal lebih

berorientasi internal kepentingan birokrasi; anggaran untuk kepentingan birokrat dan

institusinya jauh lebih besar daripada anggaran untuk kebutuhan prioritas dari seluruh

komunitas.

Page 80: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

73

Kondisi yang diharapkan adalah pelayanan birokrasi berfokus pada harapan-harapan

warga negara, persepsi dan prioritasnya untuk perbaikan. Aktivitas pemerintah bersifat demand-

driven, melayani kepentingan terbesar rakyat. Birokrasi melakukan introspeksi lewat pandangan

warga negara, menggunakannya sebagai umpan-balik dalam memperbaiki efektivitas

administrasi. Pemerintah selalu berusaha meminimalisir kegelisahan dan ketidaknyamanan

ketika warga negara berurusan dengan pemerintah. Kondisi-kondisi tersebut seharusnya menjadi

trajectory dari para birokrat di perangkat daerah. Namun, rute yang dipilih tidak mengikuti

suatu pola intensional atau trajectory yang terarah secara jelas.

2. Peran stratejik manajer profesional dalam implementasi kebijakan Banyak fakta yang ditemukan mengenai penempatan pejabat struktural masih

menyerupai suatu black-box yang diketahui hanya oleh Baperjakat dan pejabat publik. Track

record seharusnya merupakan bagian penting dari proses seleksi pejabat birokratik. Faktanya

track record dan responsivitas belum menjadi penekanan dalam promosi jabatan. Pejabat

kepegawaian masih menekankan persyaratan minimal yang ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan. Hal ini terjadi karena pelaksanaan prosedur promosi jabatan sering

diintervensi oleh pejabat publik dengan memaksakan kepentingan politis dan primordial.

Pejabat birokratik level menengah di perangkat daerah tidak memperoleh pelimpahan

kewenangan yang memadai untuk melaksanakan jabatannya secara obyektif. Hal ini

dikarenakan distribusi kewenangan secara umum mengambil basis organisasional, sedangkan

kepala SKPD yang memiliki kewenangan tidak selalu melimpahkan kewenangan secara tertulis

kepada para pejabat setingkat di bawahnya. Pelimpahan kewenangan oleh kepala SKPD, seperti

dalam penunjukan Kuasa Pengguna Anggaran, dilakukan hanya ketika pimpinan puncak

beranggapan bahwa beban tugas yang bersumber dari kewenangan-kewenangannya sudah tidak

mungkin dilakukan sendiri.

Strategi implementasi kebijakan mengkombinasikan peraturan dan kecepatan tindakan.

Organisasi birokratik mendasarkan keputusan dan tindakannya pada peraturan tertulis.Prinsip

ini sering dikenal dengan formalisasi dan menjadi penekanan dari teori organisasi Weberian.

Keuntungan formalisasi adalah menjadikan perilaku lebih dapat diprediksi (Organ and Greene,

1981). Dalam praktek, formalisasi seringkali tampil sebagai penghambat karena menurunkan

daya adaptabilitas organisasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan. Formalisasi

memperlemah inovasi dan menurunkan kecepatan komunikasi intern organisasi (Hatch, 2006).

Perspektif NWS berusaha menggabungkan sandaran pada basis peraturan dan kecepatan

tindakan birokrat, yakni birokrat profesional diharapkan bertindak cepat di atas kerangka

peraturan (Amir et al, 2016). Hal ini dapat dilakukan dengan membuat peraturan yang bersandar

pada kepatutan dan rasionalitas, dan para birokrat harus bertindak selaras dengan peraturan yang

ada (Olsen, 2005).

Strategi implementasi kebijakan kesehatan oleh birokrat di perangkat daerah belum

mengkombinasikan peraturan dan kecepatan tindakan secara baik. Prosedur perencanaan dan

penyusunan dokumen pelaksanaan mengacu kepada peraturan hanya dalam format fisiknya,

dalam hal-hal yang substansial mengabaikan peraturan. Implementasi kebijakan strategis

sebagian sudah mengadopsi prinsip kecepatan tindakan namun sebagian lainnya bersikap

menunggu dan tidak menunjukkan prakarsa untuk mengambil jalan lain sambil melakukan

perbaikan peraturan.

Kondisi yang diharapkan adalah pengisian jabatan struktural dengan sistem terbuka,

mempertimbangkan senioritas dan kualifikasi namun lebih menekankan track record

pencapaian hasil dan responsivitas.

3. Kolaborasi Sektor Publik dan Sektor Privat Hasil telaah kritis menunjukkan bahwa pemerintah hanya menyediakan sedikit

dukungan empiris tentang prinsip ini. Birokrat di perangkat daerah baru membangun kolaborasi

dengan sektor swasta dalam program sanitasi tertentu (Kota Kendari dengan Program Sanitasi

Kota). Tuntutan untuk melakukan kolaborasi di bidang ini turun dari pemerintah pusat.

Sebagian besar pemerintah daerah di Indonesia telah membangun kolaborasi yang sama.

Page 81: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

74

Namun, format kolaborasi hanya dalam kulit luarnya saja, sedangkan isinya masih cenderung

pada tujuan “to inform”. Empat parameter yang diterapkan untuk menganalisis prinsip ini,

seluruhnya menyediakan bukti empiris yang minim. Secara umum, birokrat di perangkat daerah

masih tampil sebagai pemain tunggal.

Perencanaan bersama antara pemerintah daerah dan swasta dalam domain masalah

publik yang urgen, pada umumnya hanya dalam penyusunan memorandum (lihat kasus sanitasi

kota) yang mencantumkan komitmen keterlibatan swasta sebagai sumber dana. Program-

program yang berkenaan dengan masalah-masalah lain yang urgen belum mencakup

perencanaan bersama.

Prinsip penjabaran peran dan tanggung jawab untuk masing-masing pihak (pemerintah

daerah dan sektor swasta) dalam implementasi rencana. Tidak ada fakta empiris untuk dapat

mengkonfirmasi parameter ini. Dalam berbagai rencana aksi pelayanan publik, tidak ditemukan

rencana bersama sehingga tidak ada penjabaran peran dan tanggung jawab untuk masing-

masing pihak dalam implementasi rencana. Dalam memorandum sanitasi kota misalnya yang

disebutkan di atas, peran sektor swasta hanya sebagai penyedia dana. Tidak ada skema peran

dan tanggung jawab yang lebih rinci dalam seluruh tahapan proses keputusan.

Demikian halnya dengan aktivitas monitoring bersama sektor pemerintah dan sektor

swasta terhadap implementasi rencana. Dalam berbagai rencana aksi pelayanan publik, tidak

ada rencana bersama, tidak ada penjabaran peran dan tanggung jawab untuk masing-masing

pihak dalam implementasi rencana, sehingga tidak ada aktivitas monitoring bersama. Peran ini

masih dimainkan secara tunggal oleh pemerintah daerah.

Meskipun tidak ada perencanaan bersama dalam penanganan program, tetapi masih

biasa ditemukan program yang dilengkapi blue-print yang rinci di mana di dalamnya tercantum

skema sharing pendanaan antara sektor pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan

lembaga donor. Program dimaksud adalah program sanitasi kota di Kota Kendari. Skema

sharing pendanaan dalam program ini telah diimplementasinya pada tahun 2014.

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kolaborasi antara sektor pemerintah dan sektor

swasta dalam berbagai kebijakan daerah belum terbangun secara baik. Penjabaran peran dan

tanggung jawab bersama belum dilakukan. Idealnya ada koordinasi diantara pelaku manajmen

dan pemangku kepentingan guna mewujudkan kebijakan-kebijakan besar menjadi kenyataan

(Tikson, 2011). Peran sektor swasta masih terbatas pada penyedia dana. Aktivitas monitoring

bersama terhadap implementasi rencana belum berjalan. Fakta yang ada di pemerintah daerah

dan sektor swasta, belum mengembangkan rencana bersama, menjabarkan peran dan

tanggungjawab untuk masing-masing, dan mengembangkan rencana monitoring bersama.

Komitmen pendanaan baru mulai dibangun dan wujud implementasinya masih harus ditunggu.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kolaborasi antara pemerintah daerah dan

sektor swasta sudah terbentuk namun masih terbatas ruang lingkupnya. Kolaborasi masih perlu

dibangun dan dikembangkan pada sejumlah besar bidang pelayanan yang urgen. Kolaborasi

juga masih perlu dikembangkan menuju tipe tertutup-datar (closed-flat) di mana partisipan

sektor pemerintah dan sektor swasta berbagi informasi dan kekayaan intelektual serta dapat

membuat keputusan-keputusan kritis bersama-sama. Hal ini penting untuk mendorong rasa

tanggung jawab bersama dalam jangka panjang.

Birokrat di perangkat daerah secara umum belum konsisten memilih trajectory

tersebut.Meskipun telah memasuki ranah kolaborasi dengan sektor swasta, tetapi pemerintah

daerah masih membatasi peran sektor swasta hanya pada pendanaan program. Fakta tentang

reformasi birokrasi pada berbagai sektor kurang menyediakan dukungan empiris terhadap

kolaborasi sektor pemerintah dan sektor swasta dalam implementasi kebijakan.

Page 82: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

75

D. KESIMPULAN Kesimpulan dari tulisan ini adalah:

1. Orientasi eksternal ke arah pemenuhan kebutuhan warga negara di pemerintah daerah masih

lebih berorientasi internal, melayani kepentingan-kepentingan pribadi birokrat dan institusinya

sendiri.

2. Prinsip peran stratejik manajer profesional dalam implementasi kebijakan di pemerintah daerah

belum trajectory. Birokrasi masih cenderung memberikan peran yang besar pada birokrat spoil

dan yang membayar untuk memperoleh jabatan.

3. Prinsip kolaborasi sektor publik dan privat juga belum trajectory. Peranan sektor swasta dalam

berbagai bidang pembangunan masih dibatasi pada penyediaan dukungan dana.

DAFTAR PUSTAKA Amir, Muhammad, et al, 2016. Quo Vadis of Bureucracy Reformation on Health Sector in Perspektive

of Neo Weberian State, International Journal Science and Research (IJSR), ISSN (online):

2319-7064 Vol 5 (3) pp: 65-70.

Brown, Jr., A.H. 2008. Public Management Reform In Developing Countries: An Empirical

Investigation of Operational and Financial Efficiency of Private Versus Public Airports in

Latin America and The Caribbean.A Dissertation.The University of Texas at Arlington.

Cepiku, D., and Mititelu, C. 2010. Public Administration Reforms in Transition Countries: Albania

and Romania Between The Weberian Model and The New Public Management.

Transylvanian Review of Administrative Sciences, No. 30E/2010, pp. 55-78.

Denhardt, J. V., and Denhardt, R. B., 2007. The New Public Service: Serving, Not Steering. New

York: M.E. Sharpe.

Drechsler, W., 2005. “The Re-Emergence of “Weberian” Public Administration after the Fall of New

Public Management: The Central and Eastern European Perspective”, Halduskultuur, vol 6,

pp. 94-108.

Farazmand, A., 2002. “Administrative Reform and Development: An Introduction”, in Administrative

Reform in Developing Nations, edited by Ali Farazmand. Westport, CT: Praeger Publishers,

pp. 1-17.

Fountain, J.E. 2007.Bureaucratic Reform and E-Government in the United States: An Institutional

Perspective. A pre-publication version of a chapter to be printed Andrew Chadwick and Philip

N. Howard (Eds).The Handbook of Internet Politics. New York: Routledge.

Hadna, A.H. 2007. Local Public Administration Reform: An Empirical Study of Local Government

Reform in Indonesia during the Local Autonomy Implementation (1999-2004). A Dissertation,

Universität Duisburg-Essen.

Hatch, Marry Joe, 2006. Organization Theory (Modern, Symbolic and Postmodern Descriptive).

Tehran: Afkar.

Hughes, O.E. 2003.Public Management and Administration: An Introduction.New York: Palgrave

Macmillan.

Olsen, J.P. 2005. Maybe It Is Time to Rediscover Bureaucracy. Journal of Public Administration

Research and Theory, JPART, 16:1–24

Pollitt, C. and Bouckaert, G. 2011. Public Management Reform: A Comparative Analysis - New Public

Management, Governance, and the Neo-Weberian State. Oxford: Oxford University Press.

Prasojo, E., 2012. Accelerating Bureaucratic Reform.The Jakarta Post, Tue, June 05, 2012.

Schacter, M. 2006. Public Sector Reform in Developing Countries: Issues, Lessons and Future

Directions. Prepared for Policy Branch Canadian International Development Agency,

December, (Online at www.iog.ca).

Tikson, Deddy T., 2011. “Tantangan Administrasi Negara Menghadapi Ketimpangan Global”. Pidato

penerimaan jabatan Guru Besar dalam bidang Ilmu Administrasi Pembangunan pada

Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Hasanuddin, Makassar, 12 Juli 2011

Page 83: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

76

ANALISIS PERAN E-GOVERNMENT DALAM MENDUKUNG

KEPERCAYAAN DAN KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DI

KOTA KENDARI

(Studi Pada Kasus Website Resmi Pemerintah Kota Kendari)

Dr. Jopang, M.Si.

Dr. Muhammad Yusuf, M.Si.

ABSTRAK

Analysis of the implementation of the website of Kendari City Government is a means to be

able to realize the trust and public information disclosure based on the principle of good governance.

In Kendari City Government website there are applications that provide information needed by the

community as users of information. These applications include information relating to transparency,

official government agenda, data banks, and news that includes performance activities from the

Government of Kendari. In its journey, there are several factors that are support and factors that are

inhibiting the development of the website. Factors that include support category is the website of

Kendari City Government based on usher friendly or easy to understand and accessed by users as well

as website appearance which is very different from other government-owned websites. Another

supporting factor is the commitment of the regional head or Kendari Mayor who fully supports the

existence of Kendari City Government website as a means to realize an open and accountable

government.

Factors that become obstacles are among others still lack of experts or human resources in

the field of IT placed to manage the website. The next factor is still less maximal role of information

management and documentation official, still not maximizing the performance of PPID in formulating

and declaring information causes the flow of information into the website to be slightly happened. The

last inhibiting factor is the absence of legal instruments both in the form of text and the context that

governs the existence of the website of Kendari City Government. This result in a lack of coordination

between Diskominfo as website manager with other agencies in order to provide information.

Keywords: e-government, the government of kendari City website, transparency and public

disclosure

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin pesat berkembang di

hampir seluruh negara di dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Era globalisasi yang menuntut

masyarakat bergerak cepat dan dinamis serta bertindak efektif dan efesien dalam menghadapi

persaingan yang begitu ketat membuat teknologi informasi dan komunikasi yang sedemikian

canggih sangat diperlukan keberadaannya. Hal ini membuat beberapa segmentasi kehidupan

masyarakat perlahan mengikuti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang ada,

diantaranya sektor perdagangan, produksi barang dan jasa, pendidikan, keamanan, sosial, politik,

termasuk dalam bidang pemerintahan.

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pemerintahan diwujudkan

dengan sebuah sistem yang disebut dengan e- government atau electronic government. E-

government merupakan suatu sistem dimana pemerintah menggunakan kemajuan teknologi

informasi dan komunikasi khususnya internet dalam memberikan pelayanan dan juga informasi

kepada publik. E-government juga merupakan sebuah sistem yang akan mengintegrasikan

instansi-instansi pemerintah yang ada serta mempermudah jalur bagi masyarakat luas dalam

Page 84: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

77

mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan. Penggunaan sistem e-government akan semakin

menyempurnakan konsep Good Government atau pemerintahan yang baik dan bersih yang telah

lama didengungkan oleh pemerintah. Dengan adanya pemerintahan berbasis electronic, pola

birokrasi lama yang penuh dengan intrik korupsi, kolusi dan nepotisme diharapkan dapat

berganti menjadi sistem birokrasi yang bersih, transparan, serta akuntabel dalam proses

administrasi. E-government juga akan menjauhkan kesan pemerintah yang tidak melek teknologi

atau apatis terhadap berbagai perubahan yang terjadi.

Penerapan sistem e-government di Indonesia diatur didalam Inpres RI Nomor 3 Tahun

2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E- government. Didalam Inpres

tersebut diatur bahwa setiap lembaga pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat

daerah wajib untuk membuat, mengembangkan serta menerapkan konsep e-government pada

masing-masing lembaga, terutama berkaitan dengan penyediaan informasi kepada publik. Hal

lain yang melatarbelakangi penerbitan Inpres tersebut adalah untuk memberikan gambaran yang

jelas tentang mekanisme atau konsep e-government yang harus diterapkan pada masing-masing

lembaga baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah serta memberikan persepsi atau

pemahaman yang sama bagi semua instansi pemerintah tentang e-government sehingga akan

terjadi keseragaman dalam menerapkan sistem atau konsep e-government pada masing- masing

instansi pemerintah.

Diterbitkannya Inpres No. 3 Tahun 2003 tersebut mengharuskan instansi pemerintah di

tingkat pusat dan daerah memiliki website sebagai sistem yang akan menaungi e-government itu

sendiri. Di provinsi Sulawesi Tenggara, instansi pemerintahan daerah baik itu pemerintah

provinsi maupun pemerintah kabupaten telah menerapkan sistem e- government. Pemerintah

Kota Kendari merupakan satu dari dua belas pemerintah kabupaten dan kota di provinsi

Sulawesi Tenggara yang telah menerapkan sistem e-government. Situs atau website Pemerintah

Kota Kendari dapat diakses pada alamat www.kendarikota.go.id. Atau

https://kendarikota.go.id/.

Diluncurkannya website resmi tersebut bertujuan untuk semakin membuka keran

informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sekaligus menjembatani komunikasi antara

Pemerintah Kota Kendari dengan masyarakat luas. Apabila penerapan e-government tersebut

berjalan dengan lancar dan baik, maka akan sangat menunjang kepercayaan dan keterbukaan

informasi oleh pemerintah kepada publik/masyarakat Kota Kendari. Kepercayaan dan

Keterbukaan informasi publik didasari oleh kebebasan masyarakat dalam mengakses berbagai

informasi yang dibutuhkan dan pemerintah diwajibkan untuk menyediakan seluruh informasi

tersebut dengan jaminan informasi yang disediakan sesuai dengan fakta serta mengandung

makna yang mudah dipahami oleh masyarakat luas.

Namun, dalam perjalanannya penerapan e-government oleh Pemerintah Kota Kendari

baik secara teknis maupun operasional masih terdapat beberapa kekurangan. Secara teknis,

website resmi Pemerintah Kota Kendari dikelola oleh 12 orang pegawai dibawah naungan Dinas

Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Kendari. Namun, dari 12 orang pegawai hanya 4

orang yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang teknologi informasi. Faktor Teknis

berikutnya adalah Pemerintah Kota Kendari belum memiliki program atau tupoksi yang jelas

berkaitan dengan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) sebagaimana yang

diamanatkan oleh Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik.

Secara operasional, manfaat website resmi Pemerintah Kota Kendari belum memberikan

peningkatan yang signifikan terhadap tingkat kepuasan masyarakat dalam mengakses informasi.

Hal ini dibuktikan dengan data statistik dimana pengunjung website resmi Pemerintah Kota

Kendari rata-rata hanya berjumlah 20 pengunjung per harinya. Faktor operasional lain yang

perlu dilihat adalah website resmi Pemerintah Kota Kendari masih belum terintegrasi dengan

dinas-dinas maupun badan-badan yang terdapat di lingkungan Pemerintah Kota Kendari

sehingga membuat pengunjung situs tersebut tidak mendapatkan informasi yang lengkap tentang

dinas maupun badan tersebut.

Penerapan e-government oleh Pemerintah Kota Kendari sebagai sarana untuk

memberikan informasi dan menunjang adanya kepercayaan dan keterbukaan informasi publik

Page 85: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

78

guna mewujudkan good governance pada kenyataannya masih terdapat kekurangan pada

beberapa sektor. Permasalahan-permasalahan serta serta fakta-fakta yang terdapat di lapangan

membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana peranan e-

government dalam mendukung kepercayaan dan keterbukaan publik pada masyarakat Kota

Kendari.

2. Rumusan Masalah

Setelah melihat permasalah yang ada maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

Bagaimana Analisis Peran E-Government Dalam Mendukung Kepercayaan Dan Keterbukaan

Informasi Publik Di Kota Kendari (Studi Pada Kasus Website Resmi Pemerintah Kota Kendari)?

3. Tujuan Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui Bagaimana Analisis Peran

E-Government Dalam Mendukung Kepercayaan Dan Keterbukaan Informasi Publik Di Kota

Kendari

B. KAJIAN PUSTAKA 1. E-Government

UNDP (United Nation Development Program) dalam Indrajit (2002:2) mendefinisikan

e-government secara sederhana, yaitu “e-government is the application of information and

communication technology (ICT) by government agencies”. (E-government merupakan aplikasi

informasi dan juga komunikasi (ICT) dari pemerintah).

Selanjutnya, Organization Economic of Community Development (OECD) dalam

Budianti (2003:11) memberikan pengertian bahwa e- government merupakan penghantar jasa

internet dan kegiatan dengan penggunaan internet lainnya seperti e- consulting: e-government

merupakan kesamaan kegunaan dari teknologi informasi dan komunikasi dalam pemerintahan

dengan fokus pada penghantaran layanan dan juga pemrosesan seluruh kegiatan pemerintah, dan

yang terakhir e- government merupakan kapasitas untuk mentransformasikan administrasi

publik melalui penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Dari dua definisi yang dikemukakan oleh dua lembaga internasional diatas dapat kita

lihat bahwa e-government memiliki kalimat kunci, yaitu pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi oleh pemerintah. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi disini lebih

ditekankan pada penggunaan internet didalam membangun sebuah sistem yang dapat membuka

akses informasi kepada masyarakat luas serta memberikan kemudahan pemberian layanan publik

kepada masyarakat. Sistem inilah yang kemudian dibangun oleh pemerintah sehingga

masyarakat dapat dengan mudah mengakses berbagai keperluan, khususnya yang berkaitan

dengan layanan pemerintahan tanpa harus melalui mata rantai birokrasi yang lama dan berbelit-

belit.

2. Good Governance Good Governance merupakan Pemerintahan yang baik antara lain, partisipatif,

transparan, dan akuntabel. Juga termasuk didalamnya objektif, adil, serta promosi terhadap

aturan hukum. Pemerintahan yang baik menjamin bahwa prioritas politik, sosial dan ekonomi

yang didasarkan dengan konsensus bisa didengar didalam pengambilan keputusan terhadap

pengalokasian sumber daya pembangunan sebagaimana yang dijelaskan oleh UNDP didalam

Srijanti (2007:230).

Mewujudkan pemerintahan yang partisipatif, transparan dan akuntabel dapat ditempuh

dengan penerapan konsep e-government. Hal ini merujuk pada salah satu fungsi e-government,

yaitu Government to Citizens yang mana e-government akan membuat interaksi antara

masyarakat dengan pemerintah akan menjadi lebih mudah melalui kanal-kanal akses yang

disediakan di dalam sistem tersebut. Sehingga hal tersebut dapat membuat masyarakat dapat

secara langsung mengikuti atau bahkan berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan

ataupun kegiatan lain yang dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, untuk dapat mewujudkan

pemerintahan yang transparan dan akuntabel, pemerintah dapat menyediakan informasi

pemerintahan, khususnya berkaitan dengan pengelolaan anggaran.

Page 86: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

79

3. Kepercayaan dan Keterbukaan Informasi Publik Menurut Piotrwosky dan Van Rizin (2007) dalam Dwiyanto (2011:241) menjelaskan

bahwa kepercayaan dalam pemerintahan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk

menjelaskan apa yang terjadi didalam organisasi di sektor publik melalui pertemuan terbuka,

pemberian akses terhadap dokumen, publikasi informasi melalui website secara aktif,

perlindungan terhadap whistle blowers dan bahkan melalui pembocoran informasi secara ilegal.

Pada prinsipnya transparansi adalah bagian dari upaya pemerintah untuk menumbuhkan

kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sekaligus melibatkan masyarakat dalam

menjalankan fungsi controlling terhadap segala upaya atau usaha yang dilakukan oleh

pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Prinsip kepercayaan senantiasa akan dibarengi oleh prinsip keterbukaan informasi. Di

Indonesia, keterbukaan informasi publik sejak tahun 2008 telah diatur ke dalam Undang-

Undang No.14 Tahun 2008. Dalam pasal 1 undang- undang ini disebutkan bahwa informasi

adalah keterangan, penyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna dan

pesan baik data, fakta maupun penjelasannya yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format

sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik maupun

non-elektronik. Sedang informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola,

dikirim dan/atau diterima oleh penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang

sesuai dengan undang-undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan

publik. Badan publik adalah lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif dan badan-badan lain

yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau

seluruh dananya bersumber dari APBN dan/atau APBD, sumbangan masyarakat atau bantuan

luar negeri.

C. METODE PENELITIAN Dalam melakukan penelitian ini, penulis mempergunakan metode penelitian kualitatif

deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (2000:3) penelitian kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Sedangkan penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menghasilkan data lapangan

berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Pada laporan penelitiannya, akan berisi kutipan-

kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal

dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video-tape, dokumen pribadi, catatan atau memo,

dan dokumen resmi lainnya (Moleong, 2000:6).

Penelitian ini mengambil lokasi di Pemerintah Kota Kendari yaknik Walikota Kendari.

Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi pada website Pemerintah Kota Kendari untuk

mendapatkan data-data yang bersifat primer. Selain itu penulis juga memperdalam informasi

dengan melakukan wawancara dengan beberapa pihak yang terkait atau memiliki kompetensi pada

bidang penelitian yang penulis lakukan.

D. PEMBAHASAN PENELITIAN Pada prinsipnya, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang

pemerintahan adalah sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk dapat mewujudkan efesiensi dan

efektifitas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, membangun kepercayaan dalam

pengelolaan keuangan, dan untuk membantu meningkatkan kinerja pada sektor-sektor yang

lainnya. Dalam bidang pelayanan publik, penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan serta mengurangi biaya-biaya administrasi yang akan

dikeluarkan oleh masyarakat. Selain itu, dengan adanya pelayanan publik yang berbasiskan pada

teknologi informasi akan memutus mata rantai suap yang selama ini menghantui birokrasi di

Indonesia.

Dalam bidang pengelolaan anggaran, pemerintah dapat menggunakan teknologi informasi

dengan membuka nota keuangan atau laporan pertanggungjawaban anggaran melalui media yang

Page 87: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

80

disediakan oleh teknologi informasi. Keterbukaan yang sedemikian rupa akan mempersempit

celah bagi terjadinya penyalahgunaan wewenang atau praktek korupsi di bidang anggaran karena

nota keuangan atau laporan pertanggungjawaban anggaran yang dibuka oleh pemerintah akan

dapat dipantau secara langsung oleh masyarakat. Sehingga apabila terjadi penyimpangan sekecil

apapun, masyarakat dapat segera melaporkan kepada pihak yang berwenang.

Teknologi informasi juga berperan besar dalam meningkatkan pola-pola hubungan antara

pemerintah dengan berbagai kalangan, termasuk masyarakat dan pemerintah itu sendiri.

Masyarakat dapat dengan mudah berinteraksi dengan pemerintah dan dimudahkan untuk

memberikan kritik dan saran apabila terdapat kebijakan atau keputusan pemerintah yang

bertentangan dengan hati nurani masyarakat. Pola hubungan antara pemerintah dengan pemerintah

dimaksudkan untuk menjalin hubungan yang harmonis antar instansi dalam rangka meningkatkan

pelayanan publik kepada masyarakat. Dalam penerapan website Pemerintah Kota Kendari,

terdapat beberapa faktor yang menjadi pendukung dan penghambat bagi kepercayaan dan

keterbukaan informasi publik yang tercantum didalam website. Faktor pendukung yang pertama

adalah ketersediaan infrastruktur teknologi yang memadai. Fasilitas ini merupakan 50% dari

kunci keberhasilan penerapan konsep e-government (Indrajit, 2006:17).

Dalam kaitannya dengan kepercayaan dan keterbukaan informasi publik, ketersediaan

infrastrukur yang dimaksud adalah adanya aplikasi yang menyediakan atau memfasilitasi adanya

informasi-informasi publik. Didalam website Pemerintah Kota Kendari terdapat beberapa aplikasi

atau konten yang berisikan informasi publik, yaitu konten keterbukaan pengelolaan anggaran

daerah, konten pengumuman, dan beberapa informasi publik lainnya, konten informasi bank

data yang berisikan informasi mengenai produk hukum dan informasi perijinan daerah. Aplikasi-

aplikasi tersebut merupakan sarana pendukung yang akan mempermudah masyarakat sebagai

pengguna informasi dalam mengakses informasi yang diinginkan.

Komitmen dari kepala daerah (walikota) merupakan faktor pendukung yang kedua dalam

penerapan website Pemerintah Kota Kendari sebagai sarana penunjang kepercayaan dan

keterbukaan informasi publik. Menurut Indrajit (2006:16), bahwa untuk dapat menyukseskan

penerapan e- government harus dimulai dengan komitmen dari pimpinan atau dalam hal ini kepala

daerah yang bersangkutan sehingga penerapan e-government tersebut tidak hanya mengikuti trend

semata. Penerapan website dalam hal ini harus benar-benar memberikan manfaat yang signifikan

bagi masyarakat berkaitan dengan informasi publik. Dalam kaitannya dengan komitmen

kepercayaan dan keterbukaan informasi publik, bapak Adriatma Dwi Putra selaku Walikota

Kendari ingin menciptakan pemerintahan yang berlandaskan prinsip good coporate governance

yang didalamnya berisikan tentang transparansi, akuntabilitas,dan manajemen yang baik.

Seluruh informasi yang berkaitan dengan kinerja pemerintahan akan di post kan melalui

media website. Komitmen seorang kepala daerah dalam mewujudkan kepercayaan dan

keterbukaan informasi publik di pemerintahannya merupakan sebuah langkah untuk memperbaiki

citra birokrasi selama ini yang terkesan kaku dan tertutup. Komitmen seperti inilah yang harusnya

di sikapi secara lebih bijak serta ditransformasikan secara baik oleh jajaran SKPD sehingga

program pemerintah yang berkaitan dengan masalah keterbukaan informasi publik dapat terlaksana

dengan baik.

Selain faktor pendukung, juga terdapat faktor yang menjadi penghambat penerapan

website Pemerintah Kota Kendari dalam mewujudkan kepercayaan dan keterbukaan informasi

publik. Belum adanya aturan hukum yang menaungi keberadaan website Pemerintah Kota Kendari

merupakan faktor penghambat yang pertama. Ketiadaan instrument hukum yang mengatur

keberadaan website tersebut membuat pola kerja dari peng-update-an informasi secara berkala

tidak dapat berjalan dengan baik. Hal ini membuat, bagian Diskominfo Kota Kendari yang

bertugas dalam mengelola website menjadi kesulitan untuk menghimpun informasi- informasi

yang berkaitan dengan kinerja pemerintah dari masing-masing SKPD. Selain itu, terkendalanya

fungsi koordinasi tersebut juga disebabkan oleh masih adanya ego sektoral antar dinas, sehingga

keberadaan aturan tegas yang menaungi website dan memberi ruang aturan untuk mewajibkan

seluruh SKPD memberikan informasi publik secara berkala sangat diperlukan.

Page 88: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

81

Faktor penghambat yang kedua adalah belum maksimalnya peranan pejabat pengelola

informasi dan dokumentasi (PPID). Terbatasnya sumber daya manusia di bidang teknologi

informasi yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Kendari menjadi faktor penghambat yang ketiga.

Bagian komunikasi dan informatika yang menjadi pengelola website Pemerintah Kota Kendari

saat ini hanya memiliki empat orang yang mempunyai latar belakang pendidikan di bidang

teknologi dan informasi. Dari segi kuantitas, tentu jumlah tersebut sangat jauh dari kata cukup dan

akan berpengaruh bagi kualitas pengelolaan website Pemerintah Kota Kendari. Keberadaan

sumber daya yang memiliki kompetensi di bidang IT dibutuhkan agar pengelolaan website

menjadi maksimal dan memastikan bahwa tidak ada gangguan keamanan atau malware yang

menyerang sistem dari website tersebut. Dengan maksimalnya pengelolaan website, tentu akan

berimplikasi positif pada penyediaan data dan juga kenyamanan masyarakat pengguna informasi

dalam mengakses website Pemerintah Kota Kendari.

1. Analisis Penerapan Website Pemerintah Kota Kendari Berkaitan dengan UU

No.14 Tahun 2008

Kebijakan penerapan e- government dalam bentuk website resmi Pemerintah Kota

Kendari merupakan tipe kebijakan distribute policy. Menurut James E Anderson dalam

Soenarko 2003:64), distribute policy merupakan suatu kebijakan yang berkaitan dengan

pemberian pelayanan dan kemudahan kepada masyarakat, baik perseorangan maupun kelompok

masyarakat, badan-badan ataupun golongan. Pelayanan yang diberikan dalam hal ini adalah

pelayanan yang berkaitan dengan pemberian atau penyediaan ruang akses informasi kepada

masyarakat. Sesuai dengan pengertian distribute policy, dengan adanya website tersebut

masyarakat diharapkan dapat lebih mudah untuk mengakses informasi yang disediakan oleh

pemerintah.

Sebagaimana tertulis didalam pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa setiap informasi publik

bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik. Dijelaskan lebih lanjut

dalam ayat 2 bahwa informasi yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas. Selanjutnya didalam

pasal 9 ayat 1 UU No.14 Tahun 2008 diatur bahwa setiap badan publik wajib mengumumkan

informasi publik secara berkala, yaitu yang selanjutnya diatur dalam ayat 2 adalah informasi

yang berkaitan dengan badan publik, informasi mengenai kegiatan dan kinerja badan publik

terkait, informasi mengenai laporan keuangan, dan atau informasi lain yang diatur didalam

peraturan perundang- undangan. Untuk informasi keuangan yang berkaitan dengan atau perihal

keterbukaan keuangan, didalam website Pemerintah Kota Kendari telah tersedia aplikasi yang

secara khusus menyediakan hal tersebut. Laporan yang berkaitan dengan keuangan daerah,

khususnya APBD Kota Kendari di-update secara berkala dalam website. Juga, laporan

mengenai rencana pembangunan jangka pendek hingga jangka panjang Pemerintah Kota

Kendari dapat di unduh secara regular oleh pengguna informasi. Begitu pun untuk informasi

publik yang berkaitan dengan pengumuman pemenang tender dan perjanjian dengan pihak

ketiga. Laporan yang tercantum didalam website tersebut dapat di unduh oleh masyarakat dalam

bentuk file pdf.

Dianalisis berdasarkan tujuan dari UU No.14 Tahun 2008, informasi publik yang

terdapat didalam website Pemerintah Kota Kendari, baik informasi mengenai keterbukaan

anggaran maupun informasi yang berkaitan dengan kegiatan pemerintah lainnya dapat dengan

mudah di unduh oleh para pengguna informasi. Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan

kemudahan, kecepatan, dan biaya murah dalam mengakses informasi telah sepenuhnya terpenuhi

dengan penyediaan aplikasi penyedia informasi pada website Pemerintah Kota Kendari. Hal ini

juga berkaitan dengan pengertian distribute policy yang mana kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah ini memang benar-benar untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk

mengakses layanan informasi oleh pemerintah.

Berkaitan dengan permasalahan kepercayaan dan keterbukaan informasi publik,

sebenarnya tidak hanya berbicara mengenai tersedianya suatu informasi bagi publik, tetapi juga

menyangkut masalah kebaruan data yang dapat dinikmati oleh para pengguna data. Hal tersebut

berkaitan dengan pengertian Kepercayaan dalam informasi publik yang dikemukakan oleh

Page 89: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

82

Piotrwosky dan Van Rizin (2007) dalam Dwiyanto (2011:241) yang menyebutkan bahwa

bagaimana kepercayaan tersebut berkaitan dengan publikasi informasi yang dilakukan secara

aktif melalui media website. Poin mengenai masalah ini juga telah diatur didalam pasal 9 ayat 1

UU No.14 Tahun 2008 yang menyebutkan bahwa setiap badan publik wajib untuk

mengumumkan informasi publik secara berkala. Berkala yang dimaksud adalah setiap informasi

yang terdapat di dalam website tersebut terjamin keterkiniannya sehingga masyarakat tidak

hanya menikmati informasi yang telah usang saja.

Pada website Pemerintah Kota Kendari, masih banyak informasi yang belum di update

secara berkala. Informasi tersebut diantaranya informasi yang berkaitan dengan informasi

produk hukum dan informasi agenda kegiatan pemerintah termasuk juga laporan terkait dengan

realisasi anggaran APBD Kota Kendari. Terdapat 2 faktor yang menjadi penyebab terjadinya

permasalahan tersebut. Yang pertama adalah belum maksimalnya peranan pejabat pengelola

informasi dan dokumentasi (PPID) dalam mematakan informasi publik. PPID sebagaimana

diatur dalam pasal 13 UU No.14 Tahun 2008 adalah pejabat yang mempunyai tugas pokok dan

fungsi dalam mengelola informasi yang dimiliki daerah serta memetakan informasi kedalam

sekat-sekat informasi, yakni informasi yang wajib untuk dipublikasikan dan informasi yang

bersifat pengecualian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Sejauh ini, peran tersebut

belum berjalan secara maksimal dilakukan oleh PPID Kota Kendari.

Keberadaan website Pemerintah Kota Kendari sebenarnya telah sangat berperan dalam

proses membuka informasi mengenai kinerja pemerintah kepada publik. Peran website tersebut

sangat relevan dengan salah satu poin inti dari UU No.14 Tahun 2008, yakni masyarakat

sebagai pengguna informasi mendapatkan informasi dengan cara yang mudah, cepat dan biaya

murah. Beberapa informasi yang tercantum didalam website telah mencerminkan semangat

keterbukaan informasi publik pemerintah daerah sebagaimana salah satu poin dalam prinsip

good governance. Akan tetapi yang perlu diperhatikan untuk benar- benar mewujudkan prinsip-

prinsip kepercayaan dan keterbukaan informasi publik Pemerintah Kota Kendari melalui media

website adalah kekinian informasi dan aturan yang tegas agar langkah-langkah dalam mencapai

good governance mendapatkan satu pemahaman dari dinas-dinas terkait. Disamping itu,

permasalahan yang dapat menghambat kinerja pengelola website, seperti masalah belum adanya

payung hukum yang jelas, belum maksimalnya peran dari PPID dan tenaga IT mumpuni yang

secara kuantitas belum terpenuhi perlu segera dibenahi dan dicari solusi yang terbaik agar

website tersebut dapat semakin berperan aktif dalam menyediakan informasi publik yang mana

muara akhirnya adalah meningkatnya partisipasi masyarakat dalam mengawasi kinerja

pemerintah dan pemerintah pun dapat mewujudkan prinsip-prinsip good governance secara

utuh.

E. KESIMPULAN Berdasarkan pemaparan hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, maka

kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah analisis penerapan website Pemerintah

Kota Kendari merupakan sarana untuk dapat mewujudkan kepercayaan dan keterbukaan informasi

publik berdasarkan pada prinsip good governance. Didalam website Pemerintah Kota Kendari

terdapat aplikasi-aplikasi yang menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sebagai

pengguna informasi. Aplikasi tersebut antara lain memuat informasi yang berkaitan dengan

transparansi, agenda resmi pemerintah, bank data, dan berita yang memuat aktivitas kinerja dari

Pemerintah Kota Kendari.

Dalam perjalanannya, terdapat beberapa faktor yang bersifat sebagai pendukung dan faktor

yang bersifat sebagai penghambat perkembangan website tersebut. Faktor yang termasuk kategori

pendukung adalah website Pemerintah Kota Kendari yang berbasiskan usher friendly atau mudah

untuk dipahami serta diakses oleh pengguna serta tampilan website yang sangat berbeda dengan

website milik pemerintah lainnya. Faktor pendukung lainnya adalah adanya komitmen kepala

daerah atau Walikota Kendari yang mendukung secara penuh keberadaan website Pemerintah

Kota Kendari sebagai sarana untuk mewujudkan pemerintahan yang terbuka dan akuntabel.

Page 90: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

83

Faktor yang menjadi penghambat adalah antara lain masih kurangnya tenaga ahli atau

sumber daya manusia di bidang IT yang ditempatkan untuk mengelola website tersebut. Faktor

selanjutnya adalah masih kurang maksimalnya peran pejabat pengelola informasi dan dokumentasi.

Masih belum maksimalnya kinerja PPID dalam merumuskan dan mematakan informasi

menyebabkan alur informasi ke dalam website menjadi sedikit terhambat. Faktor penghambat yang

terakhir adalah belum adanya instrument hukum baik dalam bentuk teks dan konteks yang

mengatur keberadaan website Pemerintah Kota Kendari. Hal ini mengakibatkan kurangnya

koordinasi antara Diskominfo selaku pengelola website dengan dinas-dinas lainnya dalam rangka

penyediaan informasi.

Terlepas dari faktor yang menjadi penghambat perkembangan website Pemerintah Kota

Kendari, data yang terdapat dalam website tersebut dapat dikatakan cukup lengkap. Masyarakat

sebagai pengguna informasi juga dapat mengakses informasi secara cepat, mudah, dan dengan

biaya yang murah. Hal tersebut sesuai dengan amanat Undang-Undang No.14 Tahun 2014 tentang

Keterbukaan Informasi Publik. Namun, permasalahan yang perlu dicermati adalah terkait dengan

penyediaan informasi secara berkala. Didalam website tersebut masih terdapat informasi yang

belum di- update secara berkala sehingga tidak terjamin kekinian informasinya. Hal tersebutlah

yang harus menjadi fokus Pemerintah Kota Kendari untuk dapat mewujudkan prinsip-prinsip good

governance secara utuh.

DAFTAR PUSTAKA Budianti, Ayuning. 2003. Improving E- Government Implementation to Enhance Public Service

Delivery in Indonesia. Australia: Monash University.

Dwiyanto, Agus. 2011. Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Birokrasi. Jakarta. PT

Gramedia Pustaka Utama.

Indrajit, Richardus Eko. 2002. Electronic Government, Strategi Pembangunan dan Pengembangan

Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital. Yogyakarta: ANDI

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Srijanti dkk. 2007. Etika Berwarga Negara, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.

Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Wrihatnolo, Randy R dan Riant Nugroho D. 2007. Manajemen Pemberdayaan, Sebuah Pengantar dan

Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Soenarko. 2000. Public Policy, Pengertian Pokok Untuk Memahami dan Analisa Kebijaksanaan

Pemerintah. Surabaya: Airlangga University Press

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif ,Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Welsch, Glen A, dan kawan-kawan. 2000. Anggaran: Perencanaan dan Pengendalian Laba, Edisi

Pertama. Jakarta: Salemba Empat

Peraturan: Republik Indonesia, Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan E-Government

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik

Page 91: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

84

MANTRA HITAM PROSES PELAYANAN PUBLIK

By: Peribadi dan La Ode Montasir

Kertas Kerja yang dipresentasikan dalam Forum Seminar Nasional telaah kritis Tata kelola

Negara dalam Pelayanan Public, 24 November 2018.

[email protected]

ABSTRAK

Buruknya pelayanan publik masih menjadi masalah utama yang lazim ditemui dalam sistem

birokrasi di Indonesia. Beragam kritik dan keluhan yang dilontarkan masyarakat terkait dengan kinerja

birokrasi di Indonesia telah menjadi rahasia publik sejak lama. Trend pelayanan publik dalam sistem

birokrasi di Indonesia lebih menunjukkan pada kondisi empirik yang sangat buruk serta bisa

digolongkan dalam sejenis penyakit (bureau patology), layaknya Parkinsonian (big bureaucracy),

Orwellian (peraturan yang menggurita sebagai perpanjangan tangan negara untuk mengontrol

masyarakat) atau Jacksonian (bureaucratic polity). Betapa kecenderungan negatif antithesis dengan

keberadaannya sebagai hal yang positif atau rasional (bureau rationality) sebagaimana diharapkan

oleh kaum Hegelian dan Weberian.

Kata Kunci. Birokrasi, Pelayanan, Publik dan Mantra Hitam

Prolog. Birokrasi merupakan sarana yang sangat vital dalam menunjang berjalannya sistem

pemerintahan, utamannya yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkenaan

dengan ihwal tersebut, maka birokrasi mempunyai fungsi dan andil yang sangat besar dalam proses

penyelengggaraan Negara. Secara teoritis birokraksi memiliki fungsi untuk melayani kepentingan

masyarakat dengan sebaik-baiknya yang mampu mengahadirkan kepuasan bagi masyarakat. Hal itu

ditandaskan oleh Tjiptono (1996) bahwa pelayanan publik yang prima (service excellence) harus

mengandung empat unsur, yaitu kecepatan, ketepatan, keramahan, dan kenyamanan. Keempat

komponen tersebut adalah satu kesatuan yang terintegrasi. Artinya bahwa proses pelayanan publik

menjadi tidak “excellence” apabila ada komponen yang masih kurang. Kualitas jasa atau pelayanan

yang baik akan dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat. Hal ini pada akhirnya akan

menciptakan loyalitas masyarakat kepada organisasi (institusi). Namun dalam tataran emprik fungsi

pelayanan tersebut diliputi oleh berbagai macam problematika, diantaranya adalah buruknya sistem

dan proses pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Kondisi tersebut tergambar dalam lambannya proses pelayanan publik, prosedur pelayanan

yang berbelit-belit dan tidak transparan, hingga kian diperparah dengan penyalahgunaan wewenang

dan jabatan serta geliat korupsi yang dilakukan pejabat publik dengan aneka macam modus

operandinya. Buruknya pelayanan publik tersebut pada akhirnya mendorong masyarakat untuk

mencari “jalan pintas” dalam menyelesaikan urusan-urusan yang tersangkut paut dengan birokrasi.

Utamanya untuk memperoleh pelayanan yang baik dan cepat. Karena itu, upaya “jalan pintas” yang

paling memungkinkan untuk ditempuh masyarakat adalah salah satu melalui sogok atau suap,

sehingga menampilkan sektor pelayanan publik sebagai arena suap menyuap yang telah tumbuh dan

berkembang subur dengan segala konsekuensinya.

Fenomena suap dalam proses pelayanan publik merupakan salah satu dari sekian jenis

penyimpanagan (patologi) dalam birokrasi. Tak bisa dipungkiri aktivitas suap dalam proses pelayanan

publik semakin berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Hasil temuan Indonesian Corruption

Page 92: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

85

Watch yang menempatkan Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai pelaku utama yang dominan dalam

kasus korupsi di Negeri ini sejak tahun 2010-2016 tercatat setidaknya sejumlah 3.417 aparatur sipil

negara terjerat kasus korupsi di sejumlah daerah di Indonesia. Kondisi ini juga ditunjukkan oleh

laporan The Global Competitiveness Report 2016-2017 yang dirilis oleh Forum Ekonomi Dunia

bahwa korupsi dan infisensi birokrasi masih menjadi masalah utama yang menghambat proses

investasi di Indonesia. Demikian pula yang lain, juga telah menempatkan Indonesia pada peringkat ke-

41 dari 138 negara. Dalam konteks ini, Indonesia berada di bawah negara ASEAN, seperti Singapura,

Malaysia dan Thailand (Nasional kompas, 2017).

Tampaknya, masalah gratifikasi, suap menyuap dan pungli dalam proses pelayanan publik

merupakan fenomena “gunung es” yang telah mendarah daging dalam sistem birokrasi di Negeri ini.

Dewasa ini aksi suap menyuap tampaknya telah menjadi budaya sehingga dalam perkembangannya

seolah-olah telah dilegitimasi sebagai kewajiban yang harus ditunaikan dalam rangka untuk

memperoleh layanan yang baik dan maksimal. Aneka modus yang digunakan untuk memaksa klien

agar melakukan sogok terus dikembangkan, diantaranya dengan memperlambat proses pelayanan,

mencari berbagai dalih, seperti kekuranglengkapan dokumen pendukung, keterlambatan pengajuan

permohonan, dan dalih lain berupa kesibukan melaksanakan tugas, sulit dihubungi, atau

memperlambat dengan menggunakan kata-kata “sedang diproses”.

A. Potret Gratifikasi, Suap dan Pungli dalam Sektor Pelayanan Publik Korupsi merupakan patologi sosial yang seolah-olah telah membudaya di Indonesia.

Praktik korupsi bisa dikatakan telah menjangkiti dan terjadi disemua lini kehidupan. Berbagai

upaya penanggulangan korupsi pun telah dilakukan baik secara preventif maupun dengan cara

represif, namun semua usaha tersebut belum mampu mencegah dan mengatasi praktik korupsi yang

terjadi. Sektor pelayan publik merupakan merupakan wilayah yang sangat rentan terjadi korupsi.

Sektor pelayanan publik yang berada dibawah pengelolaan pemerintah, baik departemen,

lembaga pemerintah non departemen, maupun yang berada dibawah kendali pengelolaan

pemerintah daerah, seperti sektor pelayanan pajak, sektor perizinan, sektor investasi, pembuatan

KTP, SIM, STNK, IMB, transportasi, pembuatan akta, pembuatan sertifikat tanah, listrik, air,

telepon, pos, dan lain sebagainya merupakan ranah yang rentan untuk terjadinya korupsi. Hal itu

disebabkan oleh sektor-sektor yang amat berkaitan langsung dengan kepentingan masyarakat.

Dalam sektor pelayanan publik terjadi hubungan antar domain, yakni pemerintah atau birokrasi

sebagai penyelenggara pemerintahan, sektor usaha, dan masyarakat umum. Karena itu, adalah tidak

mengherankan jika beragam kasus seperti pungutan liar, gratifikasi, dan sejenisnya kerapkali

terjadi. Kondisi tersebut pada gilirannya menyebabkan birokrasi tidak dapat berjalan secara efektif

dan efisien. Atau birokrasi pada akhirnya hanya menjadi abdi penguasa yang siap menghalalkan

segala cara. Korupsi sebagaimana digambarkan oleh Larmour (dalam Fakhturi, 2017) menjauhkan

diri dari tipe ideal sebuah negara yang semestinya harus memenuhi fungsi-fungsi keadilan dalam

pelayanan publik (the fairness of public service), persamaan terhadap masyarakat (the equality of

society), dan kemerdekaan dalam kompetisi ekonomi (the freedom for economic competition)

Korupsi, kolusi, dan nepotisme pada hakikatnya timbul dari proses interaksi antar aktor

dalam domain yang berbeda, misalnya interaksi yang terjadi antara aparat pemerintah dengan

pengusaha. Sebagai akibat dari proses intraksi tersebut lahirlah KKN yang diantaranya berupa

gratifikasi atau penyuapan atau sogok yang kadangkala disamarkan sebagai hibah, hadiah atau

sebagai ucapan terima kasih dan cara-cara lain yang tidak dapat di pertanggungjawabkan, sehingga

kesemuanya menimbulkan biaya ekonomi yang tinggi (high cost economy).

Fenomena gratifikasi dan suap atau bahkan pungli yang semakin hari kian menunjukkan

potret yang semakin suram dan semakin menggerus ketidak percayaan masyarakat terhadap para

pejabat publik, harus dipahami sebagai masalah yang melibatkan dua pihak secara timbal balik

atau resiprokal.

Secara bahasa baik gratifikasi dan suap ataupun pungli memiliki definisi yang berbeda.

Akan tetapi dalam tataran empirik ketiga hal tersebut seringkali tidak bisa dipisahkan karena dalam

implementasinya ketiganya mempunyai kesamaan subtansi yaitu berlaku prinsip simbiosis

mutualisme dalam aspek pemberian stimulus dan respon antara aktor-aktor yang terlibat di

Page 93: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

86

dalamnya. Praktik grafikasi sangat lumrah ditemukan di kantor-kantor. Fenomena pemberian tip

atau amplop pada pertugas dalam proses pelayanan publik kerap kali ditemukan. Hal ini dilakukan

guna memperlancar setiap urusan yang terkadang sengaja dibuat lamban dan berbelit-belit.

Posisi masyarakat yang lemah kerapkali dijadikan sasaran empuk oleh oknum petugas

yakni sebagai objek bagi praktik curang di sektor pelayanan publik. Oknum petugas acapkali

bermain dengan memeras oknum masyarakat yang berurusan dengan birokrat. Jika tidak demikian,

maka kerap kali masyakat tidak akan memperoleh pelayanan yang semestinya, sehingga mereka

mau memberikan “amplop” atau janji tertentu kepada oknum petugas. Jika ada diantara oknum

masyarakat atau pelaku usaha yang melakukan penolakan terhadap praktik suap dan sejenisnya,

biasanya mereka akan menanggung risiko sebagai akibat dari hal tersebut seperti tidak mendapat

pelayanan yang simpatik, prosedur yang berbelit-belit sehingga terasa dipinpong kesana kemari,

rugi waktu, rugi tenaga dan rugi biaya atau bahkan kalah dalam persaingan bisnis.

Keluhan yang sama juga dilayangkan pada proses pelayanan publik yang bersentuhan

dengan aparat penegak hukum, utamanya pihak kepolisian, dan kejaksaan. Yang mana berbagai

kasus praktik jual beli hukum dan keadilan kerap kali terjadi, sehingga kondisi tersebut

mengakibatkan masyarakat menjadi bersikap apriori dan skeptis ketika berurusan dengan aparat

penegak hukum. Begitu sulit bagi masyarakat kecil untuk memperoleh akses keadilan, tanpa

embel-embel gratifikasi dan amplovisme, apalagi ketika dihadapkan dengan kasus hukum dengan

oknum pejabat, atau orang berduit. karena faktanya kerap kali hukum seolah tidak berdaya ketika

berhadapan dengan uang dan kekuasaan.

Lebih jauh fenomena suap dalam proses pelayanan publik dapat ditelusuri secara kasuistik

melalui media massa atau laporan masyarakat. Berdasarkan fakta empirik kasus suap dalam proses

pelayanan publik dapat diidentifikasi terjadi pada lingkup kelas “esek-esek” sampai dengan kelas

elit yang melibatkan oknum pejabat teras dan kepala daerah dengan nominal yang sangat fantastis.

Beberapa contoh kasus dapat dilihat pada rangkuman dari berbagai upaya suap di berbagai daerah

yang dirilis oleh berbagai media lokal dan nasional berikut ini:

1. Kasus suap yang melibatkan tiga orang pegawai dari Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta,

metodenya dengan membantu wajib pajak menghindari pajak. Caranya, ketiga pegawai pajak

itu mendekati wajib pajak yang menunggak pajak. Setelah itu, mereka mulai menawari para

wajib pajak untuk dihapuskan tunggakannya, namun harus memberikan sejumlah uang atau

persenan kepada ketiga pegawai pajak itu (Kaskus, 2015)

2. Kasus yang melibatkan oknum pegawai direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak berinisial JJ oknum

pegawai pajak berinisial JJ tersebut telah menerima gratifikasi sebesar Rp14,1 miliar dalam

penjualan faktur pajak. Dan sebelumnya, penyidik Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus

(JAM Pidsus) juga menahan eks-pejabat Kantor Pelayanan Pajak Madya Gambir, AP tersangka

dugaan korupsi penerimaan gratifikasi, hadiah atau janji dalam pengurusan pajak

(hukumonline.com, 2017).

3. Kasus yang menjerat dua pegawai Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Malang kedua orang

tersebut berinisial Agus dan Anis, keduannya merupakan Kasi Pengadaan Tanah dan, Kasi

Penataan Pertanahan. Modus yang kerapkali di lakukan oleh kedua oknum pegawai Kantor

Pertanahan Kabupaten Bekasi tersebut adalah mematok biaya kepengurusan sertifikat rumah

dan tanah hingga Rp 400.000. Padahal menurut Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

biayanya hanya Rp 50.000. Mereka memanfaatkan seorang pemohon yang sedang mengurus 75

berkas sertifikat. Setelah berkas itu rampung dicetak, mereka menagih uang Rp 20 juta ke

pemohon itu.

4. Kasus gratifikasi yang menjerat Kepala Subseksi Pemeliharaan Data Pertanahan BPN Kota

Semarang, WR. Yang mana bersama tersangka berhasil ditemukan barang bukti berupa Uang

dengan jumlah total sekitar Rp 598 juta yang diamankan dari 125 amplop yang berada di laci

meja kerja, kos, mobil, dan tas milik tersangka. Besaran jumlah uang dalam amplop itu pun

berbeda-beda (inikata.com, 2017)

5. Kasus yang menjerat salah satu oknum pegawai kelurahan Gandaria Utara. Dalam kasus

tersebut pelaku diketahui melakukan pungli kepada warga, terkait dengan pengurusan sertifikat

rumah. Pelaku memeras warga dalam proses pengurusan tersebut hingga mencapai 8 juta

Page 94: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

87

rupiah. Dengan dalih sebagai biaya pengurusan dokumen dan alasan-alasan lain yang tidak bisa

dipertanggungjawabkan. Anehnya dalam proses transaksi oknum pegawai tersebut tidak

menyediakan tanda terima dalam bentuk apapun (Kompas.com, 2018).

6. Kasus pungli oknum Lurah Paninggilan Kota Tangerang modusnya yaitu sang lurah

memudahkan pengurusan surat menyurat dan penandatanganan berkas tanah. Dengan cara itu,

ASN ini mengantongi uang pungli PTSL mencapai Rp 900 juta (radartegal.com, 2018)

7. Kasus pungli Seorang oknum pegawai Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Tirtalihou

bersinial ES, ia meminta uang dalam pemasangan baru instalasi air di rumah warga, yang

seharusnya gratis, atas aksinya tersebut ES berhasil mengantongi uang warga hingga 11 juta

rupiah (medanbisnisdaily.com, 2018).

8. Kasus pungli yang menjerat Seorang oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai honorer

di Unit Pelayanan Tekhnis Dinas (UPTD) Pasar Palabuhan ratu, Sukabumi Jawa Barat berinisial

DR dan SA. Kedua pelaku melakukan pungli kepada pedagang pasar dengan meminta uang

dengan jumlah yang bervariasi. Pungutan tersebut dilakukan dengan dalih untuk keamanan dan

kebersihan, uang itu di luar restribusi sebesar Rp 2.000 per ruko dan per pedagang kaki lima

(news.detik.com, 2016).

9. Kasus yang yang melibatkan pegawai negeri sipil (PNS) Dinas Perhubungan (Dishub) Kota

Depok. Para pelaku kedapatan meminta pungutan kepada sopir angkot melebihi tarif retribusi

angkot. Jumlah pungutan yang mereka minta bervariasi mulai dari 20 ribu hingga 40 ribu rupiah

perharinya (liputan6.com, 2017).

10. Kasus pungli yang menjerat oknum aparatur sipil negara (ASN) Pemerintah Kabupaten

(Pemkab) Sukabumi, berinisial DS, Oknum pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

(Disdukcapil) itu diciduk dalam operasi tangkap tangan (OTT) Polres Sukabumi Kota saat

meminta sejumlah uang kepada warga yang sedang mengurus pengambilan KTP (kompas.com,

2018).

Demikianlah sekelumit problematika suap dan pungli dalam proses pelayanan publik yang

ada di negeri ini. Sesungguhnya beberapa kasus tersebut hanya sebagian kecil dari sekian banyak

kasus suap dan pungli yang terjadi, namun belum atau tidak terungkap ke publik. Tingginya kasus

suap dan pungli masih menjadi potret buram sektor pelayanan publik di Negeri ini. Terlepas dari

berbagai usaha dan upaya yang dilakukan dalam rangka untuk mengatasi masalah tersebut, kondisi

ini menunjukan bahwa usaha pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam menangani persoalan

korupsi utamanya suap dan pungli pada sektor pelayanan publik terkesan belum maksimal jika

tidak ingin dikatakan gagal.

Unit-unit kecil yang ditugaskan untuk memberantas korupsi dalam sektor pelayanan publik

tampaknya tidak mampu menjangkau semua lini yang terindikasi telah terjadi korupsi. Kondisi

tersebut disebabkan karena masalah korupsi dan segala turunannya baik suap dan pungli telah

membudaya dan menggurita dalam sektor pelayanan publik.

Telah menjadi rahasia umum bahwa di banyak instansi pelayanan publik milik pemerintah

seolah tidak ada lagi meja yang terbebas dari praktik suap, sementara rangkaian meja yang

ditelusuri kerapkali teramat sangat panjang, sehingga dapat dibayangkan berapa banyak uang suap

yang dikeluarkan untuk memperpendek pelayanan birokrasi tersebut. Atau bagi masyarakat yang

enggan berurusan dengan birokrasi tersebut, terkadang lebih memilih untuk menyelesaikan

urusannya melalui perantaraan calo.

Tak bisa dipungkiri walaupun pemerintah telah mengeluarkan Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dengan segala perangkatnya pendukungnya, seperti Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK), Tim Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Timtas

Tipikor), dan Tim Pemburu Koruptor, tetap saja korupsi utamanya di sektor pelayanan publik

tumbuh, berkembang semakin merajalela, bahkan semakin bertambah parah.

Page 95: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

88

B. Simpulan: Urgensi Revitalisasi Di Sektor Pelayanan Publik Jika ditelusuri lebih dalam, problematika di sektor pelayanan publik memiliki akar masalah

yang sangat kompleks. Upaya penanggulangan korupsi di sektor pelayanan publik tentunya tidak

bisa dilakukan dengan setengah hati. Pada tataran aplikatifnya, dibutuhkan seriusan dan kerja keras

dari pihak pemerintah selaku pengambil kebijakan utamanya dalam aspek penegakan supremasi

hukum yang tegas dan tidak pandang bulu. Disamping itu juga dibutuhkan kesadaran dari semua

pihak untuk mencegah, melaporkan atau bahkan menghentikan praktik-praktik tersebut, oleh

karena itu perlu dibangun sinergitas dan kerjasama yang apik antara pemerintah dan masyarakat

guna mensukseskan usaha tersebut. Kesimpulnnya bahwa dalam upaya penanggulangan masalah

korupsi di sektor pelayanan publik pemerintah harus memaksimalkan fungsi dominasi dan

hegemoni secara aktual tentunya dengan tidak merugikan pihak-pihak yang tidak bersalah. Untuk

mengatasi masalah korupsi utamanya dalam bentuk suap dan sejenisnya perlu diberlakukan sanksi

yang tegas kepada kedua belah pihak yakni pemberi suap dan penerima suap.

Sesuai dengan kompleksitas akar permasalahan, maka seharusnya banyak cara yang dapat

dilakukan untuk mencegah dan mengatasi praktik suap di sektor pelayanan publik diantaranya

adalah:

a. Usaha Preventif

Pertama, pencegahan korupsi di sektor pelayanan dapat dilakukan dengan menciptakan

pelayanan yang berkualitas, pelayanan berkualitas yang dimaksud adalah pelayanan yang

mengutamakan transparansi, akuntabilitas, tidak berbelit-belit dan memiliki patokan biaya yang

pasti dan terjangkau khususnya oleh masyarakat kurang mampu.

Kedua Pelayanan dalam sektor pelayanan publik harus di buat semudah mungkin.

Untuk menghindari praktek percaloan. Usaha ini dapat dilakukan dengan cara memaksimalkan

fungsi pelayanan melaui Internet. Memaksimalkan pelayanan melalui ranah digital sangat

efektif apalagi masyarakat Indonesia di kenal sebagai masyarakat dengan intensitas dunia maya

yang sangat tinggi Melebihi Negara Amerika Serikat.

Ketiga, pemerintah khususnya pihak-pihak terkait harus melakukan sosialisasi secara

proaktif kepada masyarakat terkait prosedur pelayanan yang benar, usaha ini bisa dilakukan

secara langsung dengan melakukan kunjungan langsung ke masyarakat, sosialisasi melalui

media cetak dan media elektronik atau memaksimalkan media sosial, blogging atau website

yang dapat diakses oleh siapapun.

Keempat, memaksimalkan fungsi pengawasan internal dengan cara mengadakan

kesepakatan dan kerjasama dengan lembaga pengawasan yang disokong oleh pemerintah seperti

misalnya Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN), Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Pusat Pelaporan dan Analisis

Transaksi Keuangan (PPATK).

Kelima, untuk mencegah terjadinya penyelewangan dengan membentuk dan

memaksimalkan fungsi unit-unit yang bertugas dalam menerima laporan serta keluhan yang

terkait dengan indikasi pelanggaran di sektor pelayanan publik yang ditemukan oleh

masyarakat.

Keenam, Sekaliwaktu, unsur pimpinan perlu melakukan insepeksi mendadak guna

untuk melihat kinerja bawahannya sekaligus menanyakan prosedur dan keluhan dalam

pelaksanaan pelayanan publik kepada masyarakat.

b. Upaya Kuratif

Upaya kuratif merupakan upaya penindakan langsung, yang mana upaya ini dapat

dilakukan jika masalah suap atau pungli telah terjadi dan telah melalui proses pembuktian, maka

pemberian sanksi tegas, dalam bentuk pemecatan secara tidak terhormat, pemiskinan,

pengucilan, pencabutan hak politik dan pemberian sanksi hukum yang tegas.

Page 96: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

89

DAFTAR PUSTAKA

Fandy Tjiptono, 1996, Manajemen Jasa, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Fatkhuri. 2017. Korupsi Dalam Birokrasi dan Strategi Pencegahannya. Jurnal Ilmiah Manajemen

Publik dan Kebijakan Publik Vol 1, No 2 (2017).

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Sumber Internet

https://nasional.kompas.com/read/2018/09/18/15475381/catatan-icw-soal-penindakan-kasus-korupsi-

semester-i-2018 diakses tanggal 10 November 2018 pukul 22.00 WITA

http://www.infonitas.com/megapolitan/diduga-terima-suap-oknum-pegawai-pajak-dibekuk-di-

ancol/12739 diakses tanggal 11 November 2018 pukul 16.00 WITA

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt59b91b4bd1676/oknum-pajak-ditahan-terlibat-suap--ini-

klarifikasi-ditjen-pajak diakses tanggal 11 November 2018 pukul 16.10 WITA

https://www.jawapos.com/jpg-today/02/11/2017/diduga-terima-suap-2-pegawai-bpn-kota-malang-

kena-ott-saber-pungli diakses tanggal 11 November 2018 pukul 16.18 WITA

http://www.inikata.com/tak-berkategori/IK-57843/bidik-tersangka-lain-kasus-suap-di-bpn-semarang-

kejaksaan-mulai-periksa-nama-di-amplop/ diakses tanggal 11 November 2018 pukul 16.25 WITA

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/07/24/07243501/terungkapnya-praktik-pungli-di-

kelurahan-gandaria-utara diakses tanggal 11 November 2018 pukul 16.35 WITA

https://radartegal.com/berita-kriminal/pungli-ptsl-lurah-jadi-tersangka.25297.htmldiakses tanggal 11

November 2018 pukul 16.41 WITA

http://www.medanbisnisdaily.com/m/news/online/read/2018/11/07/56916/pungli_warga_pegawai_pda

m_tirtalihou_kena_ott_polisi/ diakses tanggal 11 November 2018 pukul 16.48 WITA

https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3365200/tim-saber-pungli-amankan-oknum-pns-dan-

pegawai-honorer-uptd-pasar-di-sukabumi diakses tanggal 11 November 2018 pukul 16.55 WITA

https://www.liputan6.com/news/read/2871867/kasus-pungli-angkot-polisi-akan-panggil-kadishub-

depok diakses tanggal 11 November 2018 pukul 17.07 WITA

https://regional.kompas.com/read/2018/03/06/20060021/selain-oknum-asn-tersangka-pungli-ktp-

elektronik-di-sukabumi-bertambah-satu diakses tanggal 11 November 2018 pukul 17.15 WITA

Page 97: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

90

TELAAH KRITIS TATA KELOLA NEGARA DARI PERSPEKTIF

ADMINISTRASI PUBLIK

Dr. Syamsul Alam, M.Si.

[email protected]

FISIP UHO KENDARI

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia modern berafiliasi kepada negara. Definisi negara secara sederhana adalah

komunitas etis yang diorganisir secara politik. Negara mengejar berbagai tujuan yang konsisten

dengan kepentingan mereka. Kepentingan adalah keperluan atau kebutuhan bagi berjalannya

kehidupan yang beradab, kepentingan adalah preferensi tercerahkan di antara pilihan kebijakan

(Dahl, 1989). Tergantung pada kepentingannya, fungsi negara bervariasi mulai dari fungsi level

minimal “menyediakan barang publik”, fungsi menengah “menangani eksternalitas”, sampai

fungsi aktivis “kebijakan industri”. Fungsi-fungsi negara dijalankan oleh administrasi publik

sehingga kualitas tata kelola negara seringkali digambarkan melalui kualitas administrasi publik

(Fukuyama, 2013).

Negara adalah institusi yang kompleks yang telah dipelajari dari berbagai titik masuk

dan titik pandang. Sementara literatur tradisional membahas negara dari elemen-elemen

esensialnya, administrasi publik kontemporer lebih perduli dengan bagaimana negara dikelola

(how states are governed). Governance (tata kelola) telah menjadi paradigma administrasi

publik sejak tahun 1990-an sebagai kritikan atas model administrasi publik tradisional dan

manajemen publik (Frederickson et al., 2012). Governance diyakini memiliki implikasi yang

lebih besar untuk efisiensi, keadilan, reduksi kemiskinan, dan kualitas hidup ketimbang

administrasi publik tradisional dan manajemen publik (Bojic, 2011).

Pembentukan ilmu administrasi publik di tahun 1887 dimaksudkan untuk menemukan,

pertama, apa yang dapat dilakukan pemerintah dengan benar dan sukses, dan, kedua, bagaimana

ia dapat melakukan hal-hal yang benar ini dengan efisiensi semaksimal mungkin dan dengan

biaya sekecil mungkin, baik uang maupun energi (Wilson, 1887). Namun demikian, sampai

sekarang masih banyak warga yang hidup di luar jangkauan negara dan administrasi publik.

Fenomena kemiskinan, kelaparan, buta huruf, pengangguran, dan kehidupan primitif seperti

saling menyerang, menyebar fitnah dan kabar bohong ataupun semacamnya masih begitu nyata

di sekitar kita.

Kekurangan utama administrasi publik di negara berkembang, menurut Levi (2006),

adalah teori yang dinamis, yang menunjukkan bagaimana cara beralih dari tata kelola yang

tradisional ke tata kelola yang baik dalam kelima pilarnya: efisiensi, efektivitas, kehematan,

keadilan sosial, dan berbasis hukum. Administrasi publik mutakhir masih perlu memperbanyak

telaah kritis di negara berkembang untuk meningkatkan pemahaman tentang apa yang membuat

tata kelola negara yang baik dan bagaimana membangunnya. Makalah ini akan mendeskripsikan

dan membahas tentang administrasi publik, governance sebagai paradigma administrasi publik

mutakhir, peran teori kritis dalam administrasi publik, dan bagaimana mempersiapkan

administrator publik yang kompeten dalam semua pilar administrasi publik tersebut.

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Administrasi Publik

Administrasi publik didefinisikan sebagai penggunaan teori, praktik, dan proses

manajemen, politik, dan hukum untuk memenuhi mandat legislatif, eksekutif, dan yudisial

dalam rangka penyelenggaraan fungsi regulasi/pengaturan dan layanan pemerintah

Page 98: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

91

(Rosenbloom et al., 2009). Administrasi publik merupakan suatu praktek profesional dan suatu

disiplin akademik (Vigoda, 2002; Marini, 2000). Administrasi publik sebagai suatu profesi

adalah berkenaan dengan formulasi dan implementasi kebijakan pemerintahan dan program-

program publik lainnya, dan manajemen terhadap organisasi dan aktivitas yang tercakup di

dalamnya. Profesi administrasi negara terdapat pada cabang legislatif, eksekutif maupun

yudisial pemerintahan (Bevir, 2007), di semua level pemerintahan (Denhardt & Denhardt,

2006).

Administrasi negara sebagai disiplin akademik (ilmu) adalah berkenaan dengan studi

mengenai, perbaikan terhadap, dan pelatihan untuk aktivitas yang disebutkan di atas (Marini,

2000). Ilmu administrasi publik merupakan salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial (Riccucci,

2008). Bidang perhatian esensial ilmu administrasi publik adalah kebahagiaan publik (Holzer,

Zhang & Dong, 2005). Kelahiran administrasi publik sebagai suatu disiplin ditandai dengan

karya tulis Wilson (1887): The Study of Administration. Ilmu administrasi publik, menurut

Riccucci (2008), termasuk dalam kategori postnormal science, yakni ilmu yang mempelajari

tentang eksistensi kompleksitas sosial dan etik. Dalam postnormal science, obyektivitas alamiah

seringkali sulit dicapai karena faktor-faktor lingkungan khususnya politik bersinggungan

dengan pertanyaan-pertanyaan tentang obyektivitas.

2. Governance Sebagai Paradigma Administrasi Publik Paradigma adalah seperangkat keyakinan yang dimiliki oleh kelompok ilmuwan

berkenaan dengan struktur realitas, pengetahuan yang benar dan valid, dan pertanyaan-

pertanyaan yang harus diajukan serta prosedur-prosedur yang harus diikuti agar kita bisa sampai

kepada jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut (Joshua, 2014). Administrasi publik

sebagai suatu disiplin akademik mempunyai paradigma. Sampai dengan awal 1970an,

administrasi publik diarahkan oleh paradigma positivis, berangkat dari landasan teoritis dan

epistemologis primer teori politik dan ilmu sosial naif (Denhardt & Denhardt, 2007). Karakter

administrasi publik tradisional adalah berstruktur birokratik; akuntabilitas hirarkis; berfokus

pada planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting and budgeting

(POSDCoRB); mekanisme pencapaian tujuan kebijakan melalui agensi pemerintah; dan output

dominan hard-policies. Fitur intervensionis administrasi publik diletakkan oleh Weber (Islam,

2015).

Ketidakmampuan administrasi publik tradisional untuk melayani kepentingan umum

dalam publik di tengah lingkungan yang berubah cepat pada 1980-an memunculkan paradigma

manajemen publik (Frederickson et al., 2012). Manajemen publik seringkali disebut

manajerialisme baru dan manajemen publik baru. Rahman et al. (2013) mengemukakan bahwa

manajemen publik mengajukan prinsip-prinsip downsizing, entrepreneurship, desentralisasi,

manajemen kinerja, serta perencanaan dan pengendalian terhadap pengelolaan sektor publik. Di

negara-negara maju di Barat, model manajemen publik menunjukkan keberhasilan yang

memukau namun tidak berhasil membawa reformasi sektor publik ke arah yang diinginkan di

negara berkembang. Berbagai kritikan memunculkan paradigma governance yang diakui

sebagai paradigma administrasi publik mutakhir (Chhotray & Stoker, 2009).

Istilah governance berasal dari bahasa Yunani klasik, kybernan, yang berarti

mengarahkan. Governance secara sederhana diartikan sebagai tatanan yang terkoordinasi

(Bevir, 2010). Penggunaan istilah governance sebagai alternatif terhadap konsep administrasi

publik pertama kali oleh Cleveland pada pertengahan tahun 1970an (Ferlie et al., 2007).

Namun, secara formal penggunaan istilah governance pertama kali dicantumkan dalam World

Bank Report 1989 (Bovaird & Löffler, 2005). Penggunaan istilah governance oleh The World

Bank menandai suatu pendekatan baru terhadap pembangunan. Dalam policy paper UNDP

tahun 1997 governance didefinisikan sebagai pelaksanaan otoritas ekonomi, politik dan

administratif untuk mengelola urusan-urusan negara pada semua level (Farazmand, 2004).

Governance memiliki tiga kaki: ekonomi, politik dan administratif. Kaki ekonomi

mencakup proses pengambilan keputusan ekonomi yang berimplikasi besar untuk keadilan,

reduksi kemiskinan, dan kualitas hidup. Kaki politik adalah proses perumusan kebijakan yang

berpusat pada negara tetapi melibatkan swasta dan civil society. Kaki administratif governance

Page 99: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

92

adalah sistem implementasi kebijakan (Bojic, 2011). Bovaird & Löffler (2005) menyimpulkan

bahwa governance dalam sektor publik adalah cara di mana para stakeholders negara,

organisasi-organisasi civil society dan sektor privat berinteraksi dan berkoordinasi dalam rangka

untuk mempengaruhi outcomes kebijakan publik.

Governance bukanlah pengganti dari istilah government atau pemerintah (Pollitt &

Bouckaert, 2011). Adopsi konsep governance bukan untuk menggantikan konsep pemerintah.

Governance lebih luas dan lebih inklusif ketimbang pemerintah. Walaupun telah ada konsep

governance, tetapi pemerintah tetap menjadi salah satu dari elemen konsituen yang prinsip.

Stivers (2009) menerangkan bahwa dalam paradigma baru ini pemerintah atau government

hanyalah salah satu institusi di antara banyak institusi yang berkoordinasi dalam tatanan

governance. Pierre & Peters (2005) mengemukakan bahwa di dalam governance, negara masih

tetap memerintah dan mengarahkan serta mempunyai otoritas yang esensial, hanya saja

negara/pemerintah negara tidak lagi menganut cara “komando dan pengawasan” konvensional

sebagaimana era administrasi publik tradisional.

Output governance tidak berbeda dari output government, perbedaan di antara keduanya

hanya dalam proses. Governance mengacu pada perkembangan gaya tata kelola di mana batas

antara dan di dalam sektor publik dan swasta menjadi kabur (Stoker, 1998). Pertanyaan-

pertanyaan kritis yang harus dijawab oleh teori governance, yakni: (1) governance mengacu

pada lembaga dan aktor dari dalam dan luar pemerintahan; (2) governance mengidentifikasi

kekaburan batas-batas dan tanggung jawab untuk menangani masalah sosial dan ekonomi; (3)

governance mengidentifikasi ketergantungan kekuasaan yang tercakup dalam hubungan di

antara institusi yang terlibat dalam tindakan kolektif; (4) governance adalah tentang jaringan

aktor yang mengatur diri secara otonom; dan (5) governance mengakui kapasitas untuk

menyelesaikan sesuatu yang tidak bergantung pada kekuasaan pemerintah untuk memberi

perintah atau menggunakan otoritasnya.

3. Peran Teori Kritis Dalam Administrasi Publik

Teori kritis digunakan sebagai alternatif terhadap teori tradisional. Teori tradisional

berorientasi untuk memahami atau menjelaskan perubahan masyarakat. Teori kritis di lain pihak

berorientasi pada pengkritisan dan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Merujuk

Frankfurt School, teori sosial kritis memenuhi tiga kriteria sekaligus: penjelasan, praktis, dan

normatif. Dalam konteks administrasi publik, teori kritis harus menjelaskan apa yang salah

dengan realitas administrasi publik saat ini, mengidentifikasi aktor untuk mengubahnya, dan

memberikan norma-norma yang jelas untuk tujuan praktis yang dapat dicapai untuk

transformasi sosial. Teori kritis dalam administrasi publik perlu mengintegrasikan semua ilmu

sosial utama, termasuk demografi, ekonomi, sosiologi, sejarah, ilmu politik, antropologi, dan

psikologi.

Dalam administrasi publik, premis penting dari teori sosial kritis adalah bahwa

masyarakat kontemporer tidak demokratis atau bebas, tetapi kapitalisme global modern

menciptakan warga yang kenyang dengan barang-barang konsumsi, tidak menyadari cara hidup

alternatif (Box, 2004). Di sektor publik, teori kritis menunjukkan bahwa sistem tata kelola

dipengaruhi, jika tidak dikontrol, oleh yang kaya dan berkuasa. Tata kelola sektor publik

melupakan profesionalisme untuk memutuskan apakah akan melayani kepentingan yang kaya

dan berkuasa ataukah kepentingan publik yang lebih luas. Teori kritis dalam administrasi publik

masih perlu menimbulkan dan meningkatkan kesadaran para ahli dan praktisi administrasi

publik tentang kondisi-kondisi sosial yang cenderung menghambat keilmuan, praktek,

pengajaran dan perubahan sosial. Penerapan teori sosial kritis dalam administrasi publik dapat

dilihat misalnya dalam Martin (2010) untuk bidang kebijakan publik, dan Miller & Dunn (2006)

untuk penerapan strategi manajemen publik baru.

4. Mempersiapkan Administrator Publik yang Kompeten Makalah ini berangkat dari asumsi teori Weberian dan teori pilihan publik dari Downs

mengenai sentralitas birokrat/administrator. Perbedaan di antara keduanya adalah, kalau

Weberian mengasumsikan bahwa birokrat akan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

Page 100: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

93

yang ditentukan, Downs berpendapat bahwa setidaknya sebagian waktu birokrat akan

dimotivasi oleh kepentingan pribadi dalam proses pengambilan keputusan. Birokrat, menurut

Downs, bukan hanya individu yang bekerja untuk birokrasi, tetapi juga sebagai agen yang

memaksimalkan rasional dan utilitas yang mengejar satu set kompleks tujuan pribadi dan

organisasi. Berdasarkan kepentingan mendasar yang mendorong perilaku individu birokrat,

Downs mengelompokkan birokrat menjadi lima kelompok: climbers (pendaki), konserver

(pemelihara), zealots (fanatis), advocates (advokat), dan statesman (negarawan). Literatur

mutakhir kebijakan publik juga menekankan sentralitas administrator, sebagaimana tergambar

dari teori-teori pembelajaran kebijakan (Rufini et al., 2016).

Literatur Neo Weberian State (NWS) dalam administrasi publik mengajukan model

reformasi yang berfokus pada administrator. Model NWS mengatakan bahwa negara adalah

fasilitator utama dari solusi-solusi terhadap masalah-masalah baru dari globalisasi, perubahan

teknologi, pergeseran demografi dan ancaman lingkungan. Tentu saja peran negara dimainkan

oleh birokrat. Terkait hal ini, model NWS meminjam keunggulan manajemen publik baru

dengan mengajukan profesionalisasi pelayanan publik dengan tujuan agar para birokrat menjadi

ahli, baik dalam bidang hukum yang relevan dengan substansi aktivitasnya, maupun menjadi

manajer profesional yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan warga negara atau pengguna

(Pollitt & Bouckaert, 2011). Namun, model NWS kurang komprehensif dalam menguraikan

tentang bagaimana mempersiapkan administrator/manajer publik yang kompeten dari aspek

hukum, manajerial dan politik. Makalah ini menggunakan teori sosial kritis untuk menunjukkan

bagaimana mempersiapkan administrator publik.

Teori sosial kritis, misalnya dari Horkheimer dan Habermas, memiliki kemiripan

dengan Weber dalam asumsinya tentang rasionalitas instrumental. Weber berpendapat bahwa

birokrasi adalah perwujudan sempurna rasionalitas instrumental. Organisasi birokrasi dapat

mencapai kemajuan yang tertinggi karena keunggulan teknisnya, yakni ketepatan, kecepatan,

prediktabilitas, pengetahuan tentang file, kontinuitas, subordinasi yang ketat, pengurangan

gesekan dan biaya material, dan sebagainya. Teori kritis Habermas juga mengasumsikan

rasionalitas manusia. Dalam periode modern, ilmu pengetahuan, teknologi, dan keahlian

profesional mengambil peran ini, sehingga tugas di masyarakat saat ini adalah untuk mengenali

bahwa sains dan teknologi, termasuk teknologi sosial seperti administrasi publik dan analisis

kebijakan, mewakili dominasi instrumental rasionalitas di ruang publik. Karena itu, kehadiran

governance sebagai perspektif mutakhir administrasi publik, dimana birokrasi (pemerintah)

sebagai elemen inti, memungkinkan penilaian kritis sistematis terhadap kekuatan, kelemahan,

dan kemungkinan dalam tradisi administrasi publik di negara berkembang termasuk Indonesia.

Secara umum, governance adalah tentang tatanan yang terkoordinasi di antara sektor

publik, civil society dan privat dalam pelaksanaan urusan ekonomi, politik dan administratif.

Tatanan yang terkoordinasi ini mengandaikan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

keahlian profesional. Gagasan ini sejalan dengan tiga tipe rasionalitas dalam masyarakat

modern, yakni:

1) Rasionalitas instrumental. Bentuk penalaran ini memandu ilmu analisis empiris dan

teknologi sosial serta manajemen, termasuk administrasi publik dan analisis kebijakan.

Kepentingan utama yang mendasari rasionalitas instrumental adalah kontrol terhadap

manusia dan alam material. Tanpa adanya kontrol instrumental, koordinasi di antara elemen

governance tidak akan terwujud.

2) Rasionalitas hermeneutik (interpretif). Bentuk penalaran ini memandu penafsiran teks-teks

tertulis dan lebih penting lagi teks-teks dalam bentuk tindakan manusia yang secara

subyektif berarti ilmu-ilmu hermeneutic, termasuk berbagai metodologi kualitatif seperti

fenomenologi, etnometodologi dan verstehen dari Weber dan penerusnya. Kepentingan

utama yang mendasari rasionalitas hermeneutik adalah memahami bahasa dan tindakan yang

bertujuan dari individu dan kelompok, sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan

komunikasi terdistorsi yang diciptakan oleh ilmu pengetahuan, teknologi sosial, dan profesi.

3) Rasionalitas kritis (emansipatori). Bentuk penalaran ini memandu proses mencapai

kebebasan dari komunikasi terdistorsi, kebebasan pilihan konsep dan diksi yang diciptakan

Page 101: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

94

oleh profesi dan sains, kebebasan dari keyakinan yang salah bahwa institusi politik dan

ekonomi (misalnya pasar) adalah entitas alami yang diatur oleh hukum abadi dari dominasi

politik dan birokrasi. Kepentingan utama yang mendasari rasionalitas kritis adalah

emansipasi individu dan kelompok melalui refleksi diri yang kritis dan penciptaan institusi

baru, norma, nilai, dan tujuan melalui wacana moral dan refleksi etis. Teori-teori

kelembagaan sebagai bagian dari governance sangat berkepentingan dengan rasionalitas

kritis emansipatori ini.

Para teorikus kritis dalam administrasi publik mendorong untuk terus mempertanyakan

bukan hanya nilai-nilai dan asumsi yang mendasari semua keputusan/kebijakan dan tindakan

pemerintah tetapi juga konteksnya (Guy & Rubin, 2015). Pertanyaan paling mendasar adalah

apa itu publik dalam administrasi publik? Literatur teoritis administrasi publik tradisional dan

manajemen publik menyatakan bahwa baik dalam teori maupun penelitian, istilah publik

mengandung makna pemerintah (Frederickson, 2012). Publik adalah sinonim dari pemerintah,

sedangkan sektor publik adalah sinonim dari sektor pemerintah (Schoenhard, 2008). Pemerintah

mencakup seluruh departemen, kantor, organisasi dan badan-badan lainnya yang merupakan

agensi atau instrumen dari otoritas publik pusat, negara bagian atau lokal, baik yang

diakuntansikan untuk atau didanai dalam anggaran budjeter maupun dana-dana ekstra-budjeter

(Ruggeri, 2005).

Definisi publik seperti di atas bias pada pemerintah dan dapat menjadi alasan untuk

dilembagakannya teori state-over-citizen. Kita perlu meluruskan definisi publik menjadi

persoalan-persoalan yang berkenaan dengan orang-orang dalam suatu komunitas, bangsa,

nasional dan internasional. Definisi dari Parsons (2006) cukup memadai untuk hal ini, yakni

publik adalah dimensi-dimensi aktivitas warga negara yang dipandang sebagai memerlukan

regulasi atau intervensi oleh pemerintah atau aturan sosial, atau setidaknya oleh tindakan

bersama. Definisi ini memadai untuk melembagakan teori citizen-over-state yang berorientasi

eksternal ke arah kebutuhan warganegara dalam konteks mempromosikan kesejahteraan umum

dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Redefinisi konsep publik seperti di atas berimplikasi pada makna dari realitas

administrasi publik. Administrasi publik era Wilson tahun 1887 adalah tentang operasi

pemerintahan di luar politik, administrasi publik adalah tentang pelaksanaan kebijakan publik.

Argumen ini diperkuat oleh Simon di tahun 1940an dengan menegaskan bahwa studi

administrasi publik seharusnya berfokus pada prinsip-prinsip yang dihasilkan dari penyelidikan

saintifik. Sampai dengan 1940an, administrasi publik dipandang sebagai fakta yang dapat

dijabarkan secara empiris, diukur dan diverifikasi. Nilai tidak mendapat tempat dalam studi

administrasi publik.

Di era Waldo tahun 1950an mulai dominan pandangan bahwa administrasi publik

adalah nilai, setidaknya bauran yang kompleks antara fakta obyektif dan nilai subyektif. Bidang

perhatian ilmu administrasi publik adalah kompleksitas sosial dan etik. Karena itulah ilmu

administrasi publik dikategorikan sebagai postnormal science, yakni ilmu yang mempelajari

tentang eksistensi kompleksitas sosial dan etik. Dalam postnormal science, obyektivitas alamiah

seringkali sulit dicapai karena faktor-faktor lingkungan khususnya politik bersinggungan

dengan pertanyaan-pertanyaan tentang obyektivitas (Riccucci, 2008). Waldo menyatakan bahwa

studi administrasi publik secara umum berkenaan dengan pertanyaan tentang nilai. Administrasi

publik memberikan perhatian utama pada manusia, sedangkan manusia mempunyai karakter

berpikir dan menilai (thinking and valuing).

Pergeseran dari fakta ke nilai berimplikasi pada metodologi penelitian administrasi

publik. Jika pertanyaan-pertanyaan tentang fakta lebih tepat ditangani dengan metode kuantitatif

sebagaimana digunakan dalam ilmu-ilmu eksakta, maka pertanyaan-pertanyaan tentang nilai

hanya dapat diinvestigasi secara lebih akurat dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang

mempunyai epistemologi konstruktivisme dan interpretivisme. Realitas konstruktif dan

interpretif seperti ini, menurut Riccucci (2008:5-6) mensyaratkan kehadiran peneliti sendiri

sebagai instrumen penelitian pada setting dunia nyata. Tanpa kehadiran peneliti pada setting

dunia nyata yang natural, fenomena administrasi publik tidak akan dapat dipamahami secara

Page 102: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

95

komprehensif dan akurat. Lebih dari itu, Herbert Marcuse memperkenalkan teori sosial kritis

dan aplikasinya untuk penelitian dalam administrasi publik secara total yang berdasarkan

metode campuran (mixed-methods), kritis dan postmodern.

Di era administrasi publik klasik, peran administrasi publik berkonsentrasi pada

pelaksanaan kebijakan negara. Gulick mengajukan akronim POSDCORB sebagai fungsi-fungsi

utama administrasi publik (Gargan, 2007). Di era public governance, peran umum administrasi

publik sebagai suatu disiplin terletak pada kontribusinya terhadap kewarganegaraan yang

kreatif. Dalam demokrasi, kebutuhan warga negara adalah mengetahui apa yang dilakukan atau

tidak dilakukan oleh pemerintah. Literasi pemerintahan adalah sine qua non kewarganegaraan

yang baik. Orang berkepentingan untuk mengetahui tentang organisasi pemerintahan dan

kegiatannya, apa yang dilakukan dan cara di mana kegiatan ini dilakukan dengan benar.

Sebagai suatu disiplin, administrasi publik memiliki ruang yang luas untuk mendidik

warga awam tentang mesin dan prosedur kerja di pemerintahan. Lebih dari itu, sektor publik

memiliki peran dalam mempromosikan keadilan, kedamaian dan ketertiban, dan hubungan

internasional yang sehat (CIPFA & IFAC 2013). Sejalan dengan pendapat tersebut, Jackson

(2003) menyatakan bahwa tugas yang paling esensial dari domain publik adalah menyediakan

kemungkinan bagi pilihan publik otoritatif berkenaan dengan aktivitas kolektif dan tujuan

kolektif. Pollitt & Bouckaert (2011) menyatakan bahwa negara harus berperan sebagai suatu

fasilitator utama dari solusi-solusi terhadap masalah-masalah baru dari globalisasi, perubahan

teknologi, pergeseran demografi dan ancaman lingkungan. Negara harus mengusahakan

perlindungan atas gagasan pelayanan publik dengan mengakui perbedaan status, budaya, dan

kondisi masyarakat, bukan melakukan penyeragaman sebagaimana di era administrasi publik

tradisional.

Sejalan dengan pendapat di atas, Public Sector & Governance Board (PSGB), suatu unit

dari The World Bank, mengemukakan bahwa sektor publik:

(1) Menyediakan pelayanan bagi warga negara dan rumah tangga, seperti pelayanan kesehatan,

pendidikan, perumahan, transportasi, listrik atau keamanan, baik melalui penyediaan

langsung maupun melalui pendanaan;

(2) Mengelola infrastruktur dan investasi publik lainnya yang mungkin tidak dapat didanai

oleh sektor swasta, atau sektor swasta mungkin tidak bersedia menanggung semua

risikonya;

(3) Mengatur perilaku sosial dan ekonomi bila diperlukan, seperti keamanan pangan dan

transportasi jalan raya;

(4) Secara proaktif mengidentifikasi tantangan sosial dan ekonomi yang muncul dan

mengusulkan solusi dan menetapkan tujuan kebijakan sektoral, seperti mengalokasikan

anggaran berulang ke rumah sakit atau insentif untuk efisiensi penggunaan air bersih;

(5) Mendorong keberlanjutan fiskal dan kelembagaan, yakni menyediakan sistem dan proses

yang memungkinkan pemerintah mengelola pendapatan, pengeluaran, dan hutang publik

yang memastikan mereka tetap berada dalam agregat fiskal yang disepakati; dan

(6) Bekerja sama dengan dan mendukung mekanisme akuntabilitas dan tata kelola (yudikatif,

legislatif, dan lembaga negara non-eksekutif lainnya seperti Badan Pemeriksa Keuangan)

untuk menjamin transparansi melalui pengawasan yang kredibel (PSGB, 2012:2).

Selain issue-issue tersebut, ada satu issue paling strategis yang dikemukakan oleh

Deddy T. Tikson dalam pidato pengukuhan guru besar administrasi publik di Universitas

Hasanuddin (2011). Tikson menegaskan tentang ketidakmampuan sistem perekonomian global

dalam menciptakan kebahagiaan publik bagi semua. Perekonomian global, menurut Tikson,

sampai sekarang baru dapat menciptakan ketimpangan pendapatan dan ketimpangan

kemakmuran, terutama di antara negara core dan negara periphery. Persoalannya menjadi

strategis bukan saja karena ada ketimpangan yang sangat lebar di antara keduanya tetapi juga

karena kelompok pengusaha dan pemerintah di negara core mempengaruhi mekanisme politik

dan ekonomi. Pemerintahnya melindungi kelas kapitalis, memfasilitasinya, sehingga

menghasilkan keuntungan melimpah.

Page 103: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

96

Kaum buruh di negara core dilindungi secara ekonomi dengan upah yang tinggi. Hal

yang sama tidak pernah terjadi di negara periphery. Ketimpangan global terjadi bukan saja

karena kecenderungan dominasi dan proteksi di negara core, tetapi juga kegagalan kebijakan di

negara periphery sendiri. Fukuyama dalam bukunya Falling Behind (2008) telah menegaskan

bahwa penyebab utama dari ketimpangan antara Amerika Serikat dengan Amerika Latin adalah

kebijakan publik. Sejalan dengan hal tersebut, Tikson menganjurkan bahwa administrasi publik

di negara periphery perlu lebih cerdas dalam mengakses sumber daya internasional secara

efisien dan efektif dan menggunakannya untuk kepentingan kesejahteraan rakyat seluas-luasnya.

Apa yang diperlukan adalah kapasitas kebijakan publik untuk pembentukan modal

dalam negeri dan memperkuat diri agar memiliki posisi bargaining yang memadai dalam

menghadapi negara-negara penjarah. Administrasi publik di negara berkembang, termasuk

Indonesia, masih perlu berfokus secara simultan pada penyediaan hard-policies dan soft-

policies. Public policy issues yang berkenaan dengan hard-policies adalah penciptaan kekayaan

nasional, subsistensi bagi penduduk, the physical well-being, dan penyediaan infrastruktur fisik.

Public policy issues yang berkenaan dengan soft-policies secara garis besar terangkum dalam

Tujuan-tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yang mencakup kemiskinan dan kelaparan,

pendidikan dasar untuk semua, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, angka

kematian anak, kesehatan ibu, HIV/Aids, malaria dan penyakit menular lainnya, kelestarian

lingkungan hidup, dan kemitraan global untuk pembangunan.

Administrasi publik mutakhir perlu lebih fokus dan komitmen untuk mendukung tata

kelola yang keadilan sosial. Keadilan sosial dalam administrasi publik dapat didefinisikan

sebagai manajemen yang fair dan berkeadilan dari semua lembaga yang melayani publik secara

langsung maupun dengan kontrak; distribusi layanan publik yang adil dan merata, dan

implementasi kebijakan publik; dan komitmen untuk mempromosikan keadilan dan kesetaraan

dalam pembentukan kebijakan publik. Dengan menerapkan teori keadilan sosial, administrator

publik mampu meningkatkan akses publik ke pendidikan dan sumber daya, sambil memastikan

bahwa suara semua orang didengar ketika mendiskusikan hal-hal yang menjadi perhatian

publik. Tingkat kesetaraan sosial dalam administrasi publik dapat diukur melalui empat kriteria,

yaitu ekuitas distribusi, kesenjangan hasil, keadilan prosedural, dan keadilan proses.

Administrasi publik yang mempromosikan keadilan seharusnya berangkat dari gagasan

bahwa administrasi publik berbeda dalam hal yang esensial dengan administrasi privat. Pada

akhir 1970-an, Wallace Sayre menegaskan bahwa "manajemen publik dan manajemen privat

pada dasarnya sama hanya dalam hal yang tidak penting. Namun, di tahun 1990an, distinsi

publik-privat banyak dikritik. Dalam suatu simposium di University of Pennsylvania tahun

1982, Professor Duncan Kennedy menyatakan bahwa distinksi publik-privat sudah mati tetapi ia

mengatur kita dari dalam kuburannya (McFarlane, 2009). Realitasnya, organisasi-organisasi

publik berbeda secara fundamental dalam respek-respek kunci dengan organisasi-organisasi

privat (Christensen et al., 2007). Tiga karakteristik utama sektor publik yang membedakannya

dari privat, yakni: organisasi publik bersifat multifungsional, mengabdi kepada pemimpin

politik, dan mayoritas tidak beroperasi dalam suatu pasar eksternal yang kompetitif.

Sejalan dengan redefinisi istilah publik, fungsi utama sektor publik, dan distinksi

publik-privat, maka teoritikus kritis administrasi publik juga menganjurkan perlunya reorientasi

pengukuran kinerja sektor publik. Para penganjur teori manajemen publik, yang berasumsi

bahwa publik-privat adalah sama, seringkali menggunakan model-model pengukuran kinerja

yang diadopsi mentah-mentah dari sektor privat. Sebagian peneliti administrasi publik yang

menggunakan model Balanced Score Card dari Harvard Business School yang berfokus pada

kinerja keuangan dan non keuangan (Kaplan, 2010), sebagian lainnya mengukur kehematan

sumber daya, biaya (input), keluaran (output), efek (outcomes), efisiensi, efektivitas dan kualitas

pelayanan, yang semuanya dikuantifikasi. Administrasi publik mutakhir yang berupa nilai

subyektif yang dapat dideskripsikan dengan metode kualitatif memerlukan model pengukuran

kinerja yang berbeda. Denhardt & Denhardt (2007) mengatakan bahwa administrasi publik

bukan sekedar mengukur produktivitas tetapi menilai orang, model pengukuran kinerja sektor

publik harus berbasis pada respek terhadap semua orang.

Page 104: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

97

Pengukuran kinerja berbasis individu di sektor publik juga kebanyakan hanya melihat

kinerja tugas formal, yakni perilaku tugas yang diuraikan dalam deskripsi jabatan dan yang

dikaitkan langsung dengan imbalan finansial, dan mengabaikan perilaku diskresional

(organizational citizenship behavior, OCB) (Robbins & Judge, 2013). Masalahnya adalah,

selain sulit untuk menspesifikasi semua dimensi dan parameter perilaku tugas formal, juga telah

terbukti bahwa perilaku diskresional (organizational citizenship behavior, OCB) berkaitan

secara positif dengan kinerja dan kapabilitas organisasi untuk secara berkelanjutan memecahkan

masalah-masalah yang kompleks (Ibrahim & Aslinda, 2014). Pengukuran kinerja di sektor

publik perlu memasukkan parameter OCB.

Pada akhirnya kekuatan administrasi publik mutakhir akan tergantung pada faktor

manusia, yakni administrator dan warga negara. Untuk administrator/ manajer, literatur

Weberian telah menganjurkan perlunya profesionalisasi agar para birokrat menjadi ahli bukan

hanya dalam hukum yang relevan dengan bidang aktivitasnya, tetapi juga menjadi manajer

profesional yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan warga negara atau pengguna (Pollitt

& Bouckaert, 2011). Untuk warga negara, telah ada model civic culture dari Almond dan Verba

yang menekankan pada persyaratan politik demokratis, yakni warga negara harus tertarik secara

politik, aktif, sadar diri, dan kritis, tetapi pada saat yang sama harus loyal/setia, percaya, dan

hormat. Di antara beberapa persyaratan tersebut, Almond & Verba menggarisbawahi rasa kritis

dan aktivisme, kalau loyal tapi tidak ada rasa kritis dan aktivisme maka semakin tinggi risiko

penyalahgunaan kekuasaan politik oleh para petualang politik. Terkait hal ini, penting untuk

menambahkan dengan sub-dimensi solidaritas dan saling memikirkan satu sama lain dari Rose

& Pettersen (2002). Para peneliti administrasi publik masih perlu mengidentifikasi mekanisme-

mekanisme yang dapat menumbuhkan rasa kritis, aktivisme, loyalitas, dan solidaritas

administrator dan warganegara tanpa dihantui oleh kehawatiran akan situasi ketidakadilan kelas

dan penindasan yang merupakan keprihatinan tradisional pemikiran radikal.

C. PENUTUP Administrasi publik dapat menjadi penyumbang yang potensial bagi tata kelola negara

karena administrasi publik adalah institusi negara. Tata kelola negara dalam ranah administrasi

publik telah menerapkan teori-teori sosial kritis, seperti manajemen publik baru, pilihan publik, dan

NWS. Namun, bayang-bayang administrasi publik tradisional masih sangat kuat dan menjadi salah

satu kendala bagi keberfungsian secara optimal dari administrasi publik. Untuk lebih

mengoptimalkan kontribusinya bagi tata negara kelola yang efektif, administrasi publik perlu

mengkritisi faktor manusia sebagai unsur inti dalam administrasi dan manajemen. Manusia di sini

mencakup administrator maupun warganegara. Peneliti dan praktisi administrasi publik masih perlu

mengidentifikasi mekanisme-mekanisme yang dapat menumbuhkan rasa kritis, aktivisme, loyalitas,

dan solidaritas administrator dan warga negara dalam governance.

DAFTAR PUSTAKA Bevir, M., 2007. Encyclopedia of Governance. California: Sage Publications, Inc.

------------, 2010. Democratic Governance. Princeton: Princeton University Press.

Bojic, Dubravka, 2011. The Concept of Governance: Origins and Key Elements. Food Security

Governance Workshop, Rome, 5 December 2011.

Bovaird, T., and Löffler, E. (eds), 2005. Public Management and Governance. London: Routledge.

Box, Richard, 2004. Critical Social Theory in Public Administration. London: Routledge.

Chhotray, Vasudha, and Gerry Stoker, 2009. Governance Theory and Practice: A Cross-Disciplinary

Approach. Hampshire UK: Palgrave Macmillan.

CIPFA (Chartered Institute of Public Finance and Accountancy) and IFAC (the International

Federation of Accountants), 2013. Good Governance in the Public Sector—Consultation Draft

for an International Framework. June 2013.

Dahl, Robert. Democracy and Its Critics. New Haven: Yale University Press, 1989.

Page 105: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

98

Denhardt, Janet V. and Denhardt, Robert B., 2007. The New Public Service: Serving, Not Steering.

New York: M.E. Sharpe, Inc.

Denhardt, R.B. and Denhardt, Janet V., 2006. Public Administration: An Action Oriented. Fifth

Edition. Belmont: Thomson Higher Education.

Farazmand, A. (Editor) 2004. Sound Governance: Policy and Administrative Innovations. London:

Praeger.

Ferlie, Ewan, Laurence E. Lynn Jr., and Christopher Pollitt (editors), 2007. The Oxford Handbook of

Public Management. Oxford: Oxford University Press.

Frederickson, H. G., Kevin B. Smith, Larimer, Christopher W., and Licari, Michael J., 2012. The

Public Administration Theory Primer. Cambridge: Westview Press.

Fukuyama, Francis, 2013. What Is Governance? CGD Working Paper 314. Washington, DC: Center

for Global Development.

Gargan, J.J., 2007. The Public Administration Community and the Search for Professionalism. In

Handbook of Public Administration. Edited by Jack Rabin, W. Bartley Hildreth, and Gerald J.

Miller. Boca Raton: Taylor & Francis Group, LLC., pp. 1125-1204.

Guy, Mary E. and Marilyn M. Rubin (Eds.), 2015. Public Administration Evolving. Taylor & Francis

Group.

Holzer, M., Zhang, M., and Dong, K., 2005. “Preface: A New Era of Global Governance and Public

Policy Transfer”. Dalam Frontiers of Public Administration, edited by Marc Holzer,

Mengzhong Zhang, and Keyong Dong. New York: The United Nations Public Administration

Network.

Horkheimer, M. and T.W. Adorno, 1992. Dialectic of Enlightenment, New York: Seabury.

Ibrahim, Muhammad Akmal, & Aslinda, 2014. The Effect of Motivation on Organizational

Citizenship Behavior (OCB) at Telkom Indonesia in Makassar. International Journal of

Administrative Science & Organization, Volume 21, Number 2, pp. 114-120.

Levi, Margaret, 2006. Why We Need a New Theory of Government. March 2006 | Vol. 4/No. 1, pp. 5-

19.

Marini, F., 2000. Public Administration. In Defining Public Administration: Selections from the

International Policy and Administration. Edited by Jay M. Shafritz. Colorado: Westview

Press. pp. 3-16.

Martin, Edward, 2010. The role of critical social analysis in public policy and administration: A

service learning course application in race, inequality, and public policy. Journal

Contemporary Justice Review, Issues in Criminal, Social, and Restorative Justice, Volume 5,

2002 - Issue 4.

McFarlane, Audrey G., 2009. Rebuilding the Public-Private City: Regulatory Taking's Anti-

Subordination Insights for Eminent Domain and Redevelopment. Indiana Law Review, Vol.

42, pp. 97-163.

Miller, David Y., and William N. Dunn, 2006. A Critical Theory Of New Public Management.

http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/

Parsons, Wayne, 2006. Public Policy: An Introdustion to the Theory and Practice of Policy Analysis.

Cambridge: Edward Elgar Publishing, Inc.

Pierre, J., and Peters, B. Guy, 2005. Governing Complex Societies: Trajectories and Scenarios. New

York: Palgrave Macmillan.

Pollitt, C. and Bouckaert, G. 2011. Public Management Reform: A Comparative Analysis - New

Public Management, Governance, and the Neo-Weberian State. Oxford: Oxford University

Press.

PSGB (Public Sector & Governance Board), 2012. The World Bank’s Approach to Public Sector

Management 2011-2020: “Better Results from Public Sector Institutions”. Poverty Reduction

and Economic Management, February 3, 2012.

Rahman, Md. Mizanur, Leslie Sue Liberman, Vincentas Rolandas Giedraitis, Tahmina Akhter, 2013.

“The Paradigm from Traditional Public Administration to New Public Management System in

Bangladesh: What Do Reform Initiatives Stand for?” Advances in Economics and Business

1(3): 297-303, DOI: 10.13189/aeb.2013.010307.

Page 106: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

99

Riccucci, N.M., 2008. The Logic of Inquiry in the Field of Public Administration. In Handbook of

Research Methods in Public Administration, Edited byGerald J. Miller & Kaifeng Yang. Boca

Raton: CRC Press, pp. 3-11.

Robbins, Stephen P. & Timothy A. Judge, 2013. Organizational Behavior. 15 edition. New Jersey:

Pearson Education, Inc.

Rosenbloom, David H. and Kravchuk, R.S., 2005. Public Administration: Understanding

Management, Politics, and Law in the Public Sector. Boston: McGraw-Hill.

Rufini, La Ode Mustafa, Syamsul Alam, dan Jamal Bake, 2016. Policy Learning of Mineral Mining

Management. The International Journal of Engineering and Science (IJES) Volume 5 Issue 10

Pages 68-75.

Ruggeri, G., 2005. Public Expenditure Incidence Analysis. In Public Expenditure Analysis. Anwar

Shah (Editor). Washington DC: The International Bank for Reconstruction and

Development/The World Bank, pp. 1-32.

Stivers, C., (Editor), 2001. Democracy, Bureaucracy, and the Study of Administration. Colorado:

Westview Press.

Vigoda, E., 2002. The Legacy of Public Administration Background and Review. In Public

Administration: An Interdisciplinary Critical Analysis, edited by Eran Vigoda. New York:

Marcel Dekker, Inc., pp 1-18.

Wilson, Woodrow, 1887. The Study of Administration. Political Science Quarterly, June II (2), 197-

222.

Page 107: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

100

PEMBERDAYAAN PETANI TAMBAK DI DESA LABOKEO

KECAMATAN LAEYA KABUPATEN KONAWE SELATAN

Tanzil

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo Kendari, Indonesia

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini melihat hasil usaha petani tambak di desa Labokeo belum dapat memenuhi

kebutuhan rumah tangga secara memadai, sehingga untuk menghadapi kesulitan ekonomi

tersebut disamping mengolah tambak, petani tambak juga berusaha mencari sumber-sumber

pendapatan lain. Penelitian ini dilakukan di Desa Labokeo Kecamatan Laeya Kabupaten

Konawe Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain metodologis

studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni observasi dan wawancara

mendalam. Hasil penelitian menunjukan; pengetahuan dan keterampilan petani masih rendah,

kurangnya modal, dan fasilitas yang tidak memadai. Tiga masalah tersebut baik secara sendiri

sediri maupun bersama-sama diasumsikan menjadi penyebab rendahnya tingkat produksi petani

tambak di lokasi penelitian. Oleh karena itu perlu adanya upaya pemberdayaan untuk

mendorong petani tambak dapat memenuhi kebutuhan mereka secara memadai.

Kata Kunci: Pemberdayaan, Petani Tambak

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Upaya pemberdayaan terhadap petani tambak memegang peranan penting, karena

pemberdayaan adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan daya tahan fisik,

sosial, ekonomi dan justisy. Dalam konteks pemberdayaan komunitas, maka peran

pemerintah seharusnya adalah sebagai agen perubahan (agent of change). Pemberdayaan

adalah proses panjang yang mengacu pada prinsip development from within

(pembangunan dari dalam), melalui mobilisasi sumber daya internal dan eksternal.Konsep

ini lahir sebagai perbaikan terhadap paradigma pembangunan yang meletakkan peran

negara atau pemerintah pada posisi sentral dalam merencanakan dan melaksanakan

pembangunan (Soetrisno, 1995). Munculnya konsep ini merupakan gagasan yang ingin

menempatkan manusia sebagai subyek dari dunianya sendiri.

Kemudian berkaitandengan pemberdayaan warga komunitas miskin,

pemberdayaan merupakan salah satu fungsi pemerintahan seperti dikemukakan oleh

Ndhara (2000) bahwa pemberdayaan merupakan fungsi sekunder pemerintah, yaitu fungsi

yang berhubungan negatif dengan tingkat keberdayaan yang diperintah, semakin berdaya

yang diperintah semakin kurang fungsi ini yaitu dari rowing ke steering. Pemberdayaan

merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat guna

mengentaskan kemiskinan. Hal ini mengingat ketidakberdayaan merupakan salah satu

Page 108: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

101

faktor penyebab kemiskinan (ketidakberuntungan/disadvantages) seperti dikemukakan

Chambers (1983) yaitu kemiskinan (poverty), fisik yang lemah (physical weakness),

kerentanan (vulnerability), keterisolasian (isolatian) dan ketidakberdayaan

(powerlessness).

Fungsi pemberdayaan dapat dilakukan melalui 2 (dua) bentuk atau tahap yaitu

pemberian kemampuan melalui membangun aset material dan menstimulasi, mendorong,

memotivasi mereka agar mempunyai kemampuan dalam mengembangkannya, seperti

yang dikemukakan Oakley dan Marsden (dalam Mubyarto, 1955) bahwa pemberdayaan

merupakan suatu proses. Pertama, penekanan pada proses pemberian kemampuan kepada

masyarakat agar individu berdaya. Proses ini dilengkapi dengan upaya pembangunan asset

material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka. Kedua, proses

menstimulasi, mendorong atau memotivasi agar mempunyai kemampuan atau

keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihannya.

Mardikanto (2012) menyatakan bahwa pemberdayaan dilakukan melalui tahapan-

tahapan berikut: (1) menumbuhkan kesadaran untuk berubah, (2) merumuskan kebutuhan

akan perubahan-perubahan yang dikehendaki, (3) menetapkan tujuan yang akan dicapai,

(4) membuat perencanaan-perencanaan; (5) melakukan inventarisasi terhadap strategi-

strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan; (7) implementasi perencanaan; dan

(8) monitoring dan Evaluasi. Dalam proses pemberdayaan, kesadaran akan posisi setiap

pihak sangat dipentingkan. Dalam kerangkan pembangunan yang lebih kedepan, tolok

ukur keberhasilan pembangunan dalam setiap tahapan dirumuskan secara partisipatif

bersama masyarakat, dimiliki dan disosialisasikan secara luas. Keberhasilan dan

kegagalan pembangunan adalah milik dan tanggung jawab bersama. Dinamika perubahan

dan pembangunan senantiasa membawa aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk

mewujudkan kualitas kehidupan yang lebih baik. Aspirasi dan tuntutan masyarakat

tersebut dilandasi oleh hasrat yang untuk lebih berperan serta dalam mewujudkan

masyarakat yang maju, mandiri dan berdasarkan keadilan. Dalam pembangunan yang

makin kompleks, masyarakat perlu diberikan rangsangan untuk ikut memikirkan masalah-

masalah pembangunan yang dihadapi dan turut merumuskan jalan pemecahannya,

sehingga peran serta masyarakat yang aktif akan lebih menumbuhkan kebersamaan dan

berimplikasi pada percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan

makmur.

B. KAJIAN LITERATUR Zubaedi (2013) menjelaskan, dalam sejarahnya pemberdayaan menjadi sebuah

gerakan perlawanan pembangunan alternatif terhadap hegemoni developmentalisme (teori

modernisasi). Sejak tiga dekade silam, para ahli pembangunan haluan kritis telah

melontarkan pernyataan besar, mengapa terjadi kemiskinan di tengah-tengah gencarnya

proyek-proyek pembangunan? Penilaian inilah yang mengundang pemikiran kembali doktrin-

doktrin pembangunan. Munculnya penilaian bahwa merajalelanya kemiskinan di Dunia

Ketiga disebabkan karena gagalnya model pembangunan ekonomi yang sangat dipengaruhi

oleh teori modernisasi atau doktrin developmentalisme.

World Bank mengartikan empowerment is defined as „the expansion of assets and

capabilities of poor people to participate in, negotiate with, influence, control and hold

accountable institutions that affect their lives‟ (Narayan, et al., 2002). Menurut Ife (1995)15,

“empowerment means providing people with the resources, opportunities, knowledge and

skills to increase their capacity to determine their own future, and to participate in and affect

Page 109: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

102

the life of their community. Empowerment should be aim of all community development”.

Lebih lanjut mengatakan bahwa “a complete strategy of empowerment requires the barries to

people exercising power be understood, addressed and overcome. These include the

structures of oppression (class, gender and rase/ethnicity), language, education, personal

mobility, and the domination by elites of power structures of society. Understood in these

theme, then, empowering is a form of radical change, whing would overturn exiting

structures of domination” (Ife, Jim, 1995).

Selanjutnya, Deepa Narayan menjelaskan; A growing body of evidence points to the

links between empowerment and development effectiveness at society-wide, grassroots and

project levels. For example, projects in countries with strong civil liberties – particularly

citizen voice, participation and accountability – significantly outperform projects in countries

with weak civil liberties. It is important to strengthen the demand side of governance by

focusing on laws, rules and procedures that enable citizens and poor people‟s organisations to

interact effectively with their governments. Four key elements act in synergy to strengthen

the demand side of governance: Access to information: Two-way information flows from

citizens to government and from government to citizens are essential. It is most important to

provide information on state and private sector performance, financial services and markets,

and rules and rights regarding basic services. Inclusion and participation: Poor people need to

be recognised and treated as co-producers, with authority and control over decisions and

resources devolved to the lowest appropriate level. Accountability: Social or public

accountability mechanisms hold agencies accountable to citizens. Local organisational

capacity: „Voice‟ is magnified when people work together, organise themselves and mobilise

resources to address common concerns (Narayan, et al.,2002).

C. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Labokeo Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe

Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain metodologis studi

kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni observasi dan wawancara mendalam.

Selanjutnya data yang diperoleh disederhanakan dan dikelompokkan agar dapat digunakan

menjelaskan permasalahan penelitian. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif, dikaji secara

konprehensif agar diperoleh jenis data yang memiliki relevansi dengan permasalahan

penelitian.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian dapat diidentifikasi beberapa problematika yang dihadapi

komunitas petani tambak di desa Labokeo: Pertama, berkaitan dengan sumber daya manusia.

Kualitas sumber daya manusia yang rendah telah mempersulit pengembangan dalam aktifitas

usaha tambak. Tingkat pendidikan anak-anak mereka juga rendah. Bahkan banyak anak-anak

dari petani tambak putus sekolah karena keterbatasan dari segi keuangan. Hal ini disebabkan

tingkat penghasilan yang sangat rendah sehingga pada umumnya petani tambak hanya

terfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar.

Terkait dengan dukungan modal finansial yang dibutuhkan dalam pengembangan

usaha tambak, petani mendapatkannya dari beberapa sumber, yaitu; (a). bantuan keluarga, (b)

arisan, (c) koperasi. Modal yang bersumber dari keluarga, biasanya masih dalam ikatan

keluarga dekat. Seperti pengakuan Ali Imran (52) salah seorang petani tambak: bila saya

butuh uang untuk pemeliharaan tambak, peluang untuk memperolehnya lebih banyak berasal

dari keluarga. Kami sudah terbiasa saling membantu dan itu kami sudah lakukan sejak

dahulu. Demikian juga, Hamdani (48) mendapatkan bantuan dari saudaranya, ketika ia

Page 110: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

103

membutuhkan uang untuk biaya pemeliharaan tambak. Dengan demikian, penelitian ini

menemukan bahwa ketika petani memerlukan bantuan finansial, mereka mendapatkannya

antara lain melalui keluarga. Kecenderungan ini terkait dengan hubungan saling percaya

antara mereka yang dibangun sejak dahulu. Modal finansial juga diperoleh melalui kegiatan

arisan, karena modal yang mereka miliki belum cukup memadai. Sebagian petani tambak

membentuk arisan kelompok untuk kebutuhan penambahan modal.

Kesulitan memperoleh modal yang dirasakan oleh petani tambak kemudian

mendorong petani tambak untuk bergabung dalam koperasi simpan-pinjam yang pada

umumnya beranggotakan kelompok petani sawah. Walaupun bantuan yang diberikan oleh

koperasi masih relatif kecil jumlahnya, namun keberadaan koperasi bagi petani tambak

sangat penting dalam mengatasi kesulitan modal finansial.

Hasil observasi juga dapat diidentifikasi beberapa kebutuhan warga petani tambak

yang seharusnya bisa dipenuhi dalam upaya mendorong keberlangsungan aktifitas ekonomi

mereka: (1) Kebutuhan yang sangat mendesak untuk segera diatasi adalah pembuatan jalan

dan jembatan ke tambak. Kondisi jalanan yang menuju ke tambak saat ini umumnya masih

berupa jalan setapak. Hanya sebagian kecil yang berupa jalan pengerasan, dan ini pun tidak

dapat dilalui kendaraan baik itu roda empat mapun roda dua bila musim hujan. Disamping itu

ada beberapa jembatan yang telah mengalami kerusakan yang membutuhkan perbaikan dan

pembuatan jembatan baru untuk memudahkan hubungan ke kawasan pertambakan.

Pembuatan pematang baru juga sangat dibutuhkan oleh petani tambak. Hal ini untuk

menghindari meluapnya air hujan bila curah hujan cukup banyak. Dari hasil observasi dengan

informan menuturkan bila hujan terlalu lebat air pada Tambak biasanya meluap sehingga

bibit ikan pada Tambak terkadang ikut terbuang. Bibit ikan untuk menghasilkan jenis ikan

yang memiliki nilai jual yang tinggi juga juga diinginkan oleh petani tambak.

Walaupun mata pencaharian menggarap Tambak di kenal sebagai jenis pekerjaan

yang dapat mendatangkan keuntungan ekonomi yang besar bagi pemenuhan kebutuhan

rumah tangga, tetapi keadaan tersebut tidaklah terjadi pada komunitas petani Tambak di

lokasi penelitian, karena dalam keseharian mereka masih hidup dalam keterbatasan. Secara

umum, problematika yang dihadapi petani tambak di di desa Labokeo: (1) rendahnya

pengetahuan dan ketrampilan, (2) kurangnya modal, (3) fasilitas yang tidak memadai. Tiga

masalah tersebut baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama diasumsikan menjadi

penyebab rendahnya tingkat produksi petani tambak di lokasi penelitian.

Secara fisik, kondisi kesulitan yang mereka alami dari hasil observasi dapat

digambarkan dengan lingkungan pemukiman yang mereka tempati yakni tempat tinggal

petani tambah sangatlah sederhana dimana umumnya berbentuk rumah panggung dengan

perabot rumah tangga yang sangat terbatas. Dindingnya terbuat dari kayu atau papan, sedang

atap rumah terbuat dari daun rumbia.

Walaupun demikian petani tambak di lokasi penelitian, bukanlah komunitas yang

mudah menyerah dengan keadaan yang dialami. Justru dengan kesulitan tersebut mereka

berupaya sekuat tenaga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga secara mandiri. Anggota

keluarga bahu-membahu mengatasi kesulitan ekonomi. Sebagai dampak dari penghasilan

yang sangat rendah dari usaha tambak, petani tambak dalam memenuhi kebutuhan rumah

tangganya tidak semata-mata mengandalkan dari usaha tambak, tetapi mereka berupaya

mendapatkan finansial pada usaha-usaha lainnya. Hal ini mereka lakukan ketika produktifitas

usaha tambak dirasakan tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Diversifikasi mata pencaharian untuk menghadapi kesulitan ekonomi tersebut.

disamping mengolah Tambak, mereka bekerja sebagai petani yang menggarap kebun-kebun

yang ada di sekitar pemukiman mereka. Ketika musim tanam biasa mereka menanan jagung,

Page 111: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

104

atau padi dan sayur-sayuran. Dari usaha kebun ini mereka dapat memenuhi kebutuhan

penyediaan bahan makanan beberapa saat. Sebagian kecil dari mereka memiliki pekerjaan

tambahan sebagai tukang ojek. Penghasilan sebagai tukang ojek dapat pulah menutupi

kebutuhan sehari-hari dari beberapa petani tambak walaupun dengan pekerjaan ini

pehanghasilannya juga relatif kecil karena penumpang agak sepi. Akibat kesulitan ekonomi

isrti dan anak–anak mereka turut membantu dalam aktifitas mencari nafkah. Istri mereka

biasanya membentu dikebun untuk menanam jagung, sedang anak-anak mereka terutama

anak laki-laki yang sudah besar membantu orang tuanya mengolah ladang atau kebun.

Aktifitas ekonomi lain yakni beternak Sapi, dan menjadi buruh bangunan yang biasanya

menjadi buruh pada proyek-proyek pembangunan gedung atau perbaikan rumah penduduk.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan Secara umum, rendahnya produksi petani tambak di di desa Labokeo Kecamatan

Laeya Kabupaten Konawe Selatan dapat diklasifikasi: (1) rendahnya pengetahuan dan

ketrampilan, (2) kurangnya modal, (3) fasilitas yang tidak memadai.Tiga masalah tersebut

baik secara sendiri sediri maupun bersama-sama diasumsikan menjadi penyebab

rendahnya tingkat produksi petani tambak di lokasi penelitian.Oleh karena itu, strategi

pemberdayaan harus dijiwai nilai-nilai kekeluargaan. Dengan demikian, upaya

pengembangan masyarakat perlu didekati dengan pengembangan berbasis lokal agar dapat

menjalin ikatan-ikatan sosial dalam komunitas petani.

2. Saran Kebijakan-kebijakan pemberdayaan masyarakat pada umumnya dan

pemberdayaan petani tambak khususnya, perlu disempurnakan untuk menciptakan kultur

yang mampu merangsang dan mendorong upaya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan

mereka. Dalam perspektif good governance, negara perlu di batasi dalam urusan

masyarakat dan pasar. Pembatasan tersebut dilakukan agar terjadi pembatasan intervensi

negara sehingga mampu melepaskan ketergantungan masyarakat negara, selanjutnya

diperlukan kapasitas responsif, yakni kemampuan untuk peka dan memiliki daya tanggap

terhadap aspirasi dan kebutuhan masyarakat untuk dijadikan sebagai basis dalam

pemberdayaan komunitas petani tambak.

DAFTAR PUSTAKA Chambers, Robert. 1983. Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang. LP3ES, Jakarta

Ife, James William (1995) Community Development, Creating Community Alternatives (Vision,

Analysis and Practice), Longman, Australia.

Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebianto, 2012. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif

Kebijakan Publik. Alfabeta, Bandung.

Mubyarto. 1995. Program IDT dan Pemberdayaan Masyarakat. Aditya Media, Yogyakarta.

Ndraha, Taliziduhu. 2000. Ilmu Pemerintahan Jilid I, II, III dan IV, Program Magister Ilmu-ilmu

Sosial (PM IIS) Bidang Kajian Utama (BKU) Ilmu Pemerintahan (IP) Kerjasama IIP-

UNPAD, Jakarta.

Narayan-Parker, D., 2002, 'Empowerment and Poverty Reduction: A Sourcebook', World Bank,

Washington, D.C.

Soetrisno, Lukman, 1995. Menuju masyarakat Partisipatif. Kanisius, Jakarta.

Zubaedi. (2013). PengembanganMasyarakat. Jakarta: KencanaPrenada Media Group.

Page 112: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

105

PENINGKATAN AKSESIBILITAS PELAYANAN INFORMASI

PUBLIK DI KOTA BAUBAU

Wa Ode Arsyiah1, Elim Mariama

2, dan Syahril R

3.

Program Studi Ilmu Administrasi Negara dan Program Pascasarjana

Universitas Dayanu Ikhsanuddin

Email: [email protected]

ABSTRAK

Pelayanan Informasi Publik memiliki peran penting dalam pelaksanaan

pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah. Kehadiran PIB diharapkan membuka

ruang akses seluas-luasnya bagi masyarakat, guna mewujudkan tata kelola pemerintahan

yang baik (good governance) berdasarkan pada prinsip transparansi. Pemberian layanan

publik merupakan salah satu fungsi dan tugas pokok pemerintah baik pusat maupun

daerah. Itu dilakukan oleh perangkat pemerintah ialah Aparatur Sipil Negara. Pelayanan

informasi di Kota Baubau khususnya penyebaran informasi tentang pembangunan,

pemerintahan dan sosial kemasyarakatan kota Baubau, Pemerintah Kota Baubau melalui

Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Baubau melaksanakan kerjasama dengan pihak

swasta pengelola informasi di Kota Baubau. Pelayanan informasi yang disepakati oleh

Dinas Komunikasi dan Informatika dan pengelola informasi di Kota Baubau sesuai

dengan fungsinya masing-masing. Peningkatan aksesibilitas pelayanan informasi publik

dilaksanakan dengan pola kemitraan yang dibangun oleh pihak Pemerintah Kota Baubau

dengan pihak swasta yaitu kerjasama yang bersifat kontraktual, jangka pendek dan

dengan intensitas yang terbatas. Kontrak kerjasama berupa nota kesepahaman yang

dituangkan dalam bentuk Surat Perintah Kerja (SPK) yang menjelaskan tentang pekerjaan

dan nilainya.

Kata Kunci: Pelayanan, Informasi Publik, Aksesibilitas Pelayanan.

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Pelayanan Informasi Publik (PIB) memiliki peran penting dalam

pelaksanaan pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah. Kehadiran PIB

diharapkan membuka ruang akses seluas-luasnya bagi masyarakat, guna

mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) berdasarkan

pada prinsip transparansi. Hal ini yang menjadi salah satu dasar filosofis

diformulasikannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik (KIP).

Kehadiran undang-undang tersebut, secara empirik semakin menegaskan

jika informasi telah menjadi hak asasi, atau bagian dari kebutuhan dasar

masyarakat, sebagaimana negara ini mengakui dan menjamin hak asasi atas

informasi dalam konstitusi perubahan kedua Undang-Undang Dasar 1945 pada

Pasal 28F yang berbunyi: “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan

memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya,

serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan

menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.

Persoalannya kemudian adalah tidak semua keinginan tentang pemenuhan

informasi publik ini dapat terpenuhi secara maksimal, bahkan hingga kini akses

publik terhadap informasi penyelenggaraan pemerintahan masih begitu sulit dan

Page 113: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

106

sangat terbatas (Dwiyanto, 2012). Bahkan terdapat beberapa pendapat yang

menyebutkan bila institusi pemerintah beranggapan bila tidak semua akses

informasi pemerintah penting diketahui publik, karena ada kekhawatiran dapat

menciptakan instabilitas bagi masyarakat luas.

Sinyalemen kondisi tersebut terjadi di semua lapis struktur pemerintahan,

baik di pusat maupun di daerah-daerah dengan alasan yang cukup beragam,

diantaranya; fasilitas informasi yang kurang memadai; minimnya dukungan

penganggaran negara dan daerah berkaitan penyebarluasan informasi; hingga

persoalan keterbatasan sumber daya manusia (SDM), dan lain-lain sebagainya.

Di Kota Baubau–Sulawesi Tenggara, dalam beberapa kegiatan

Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) tingkat kelurahan beberapa

tahun terakhir, tak sedikit pendapat masyarakat terungkap di forum tersebut

menyoroti persoalan berkaitan dengan pelayanan informasi publik, yang dinilainya

sangat minim, dan sulit terakses.

Beberapa contoh persepsi negatif dimaksud adalah; minimnya informasi

pembangunan yang menyebar ke masyarakat; minimnya fasilitas publik berkaitan

infrastruktur dan perangkat teknologi informasi yang mendukung arus informasi

dari masyarakat ke pemerintah; yang mengakibatkan publik mengeneralisasi

sebagai kelemahan kepemimpinan kepala daerah dan perangkat-perangkat daerah

yang berkaitan. Menyikapi hal tersebut, Pemerintah Kota Baubau melakukan

akselerasi akses pelayanan informasi publik dengan memaksimalkan organisasi

kelembagaan daerah dengan kehadiran Dinas Komunikasi dan Informatika Kota

Baubau.

Fenomena empirik yang menjadi perhatian peneliti terhadap perkembangan

informasi publik di Kota Baubau, yakni adanya asumsi jika intensitas kedekatan

instansi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Baubau, dengan pengelolah

informasi publik yang dimiliki masyarakat, sangat mempengaruhi serapan

informasi Pemerintah Kota Baubau kepada masyarakatnya. Dengan kata lain,

semakin kuat kedekatan itu, semakin banyak informasi beredar ke masyarakat,

sebaliknya jika kurang intensif, maka kurang pula serapan informasi pemerintahan

di masyarakat.

B. LANDASAN TEORETIK Pelayanan publik atau pelayanan umum juga didefinisikan sebagai segala

bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang maupun jasa publik yang pada

prinsipnya menjadi tanggungjawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di

pusat, di daerah dan di lingkungan Badan Usaha Negara atau Badan Usaha Milik

Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan (Ratminto dan Atik 2010).

Pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai: “Serangkaian aktivitas yang dilakukan

oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu,

pelayanan publik merupakan serangkaian aktifitas yang diberikan oleh suatu

organisasi atau birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan

masyarakat (Dwiyanto, 2005). Pelayanan publik dapat diartikan sebagai “Pemenuhan

keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara pemerintah, serangkaian

aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat, Negara didirikan oleh publik (masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat” (Sinambela, 2011).

Kegiatan layanan publik yang diberikan pemerintah melalui ASN menyangkut

semua kebutuhan masyarakat, baik layanan barang publik dan layanan administratif;

baik layanan untuk kepentingan masyarakat dan individu maupun untuk kepentingan

kehidupan berbangsa, bernegara dan berpemerintahan. Jadi, pemberian layanan publik

Page 114: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

107

merupakan salah satu fungsi dan tugas pokok pemerintah baik pusat maupun daerah.

Itu dilakukan oleh perangkat pemerintah ialah Aparatur Sipil Negara (ASN). Mereka

adalah abdi Negara untuk memberikan layanan kepada warga. Karena itu kedudukan

ASN sangat strategis dalam pemberian layanan publik yang berkualitas dan

memuaskan. ASN adalah representasi dari pemerintah. Dengan demikian, jika layanan

yang diberikan oleh ASN berkualitas dan memuaskan publik, maka citra pemerintah

akan positif di mata publik. Ketika pemerintah melalui ASN tidak memberikan

layanan publik berkualitas dan memuaskan, itu akan menimbulkan negative public

image (King dan Stivers 1998:6).

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Layanan Publik maupun

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2012 tentang pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 mendefinisikan layanan publik sebagai

kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan layanan sesuai

dengan peraturan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau

layanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara layanan publik.

Nunuk Febriananingsih, melalui jurnal „Rechvinding, Media Pembinaan

Hukum Nasional‟ Vol.1 No.1 Tahun 2012, berjudul Keterbukaan Informasi Publik

dalam Pemerintahan Terbuka Menuju Tata Pemerintahan yang Baik. mengurai secara

kritis tentang kesiapan pemerintah dengan lahirnya Undang-Undang Keterbukaan

Informasi Publik, serta bagaimana cara pemerintah membuat regulasi, agar

masyarakat bisa memperoleh akses informasi yang seluas-luasnya. Sayangnya

penelitian ini lebih bersifat „menegur‟ dan menyarankan metode, agar pemerintah

dengan kehadiran undang-undang ini tidak lalai dan abai dengan tugas pokoknya,

untuk membuka ruang informasi.

Endang Retnowati melalui jurnal hukum PERSPEKTIF Volume XVII No. 1

Tahun 2012 Edisi Januari, berjudul „Keterbukaan Informasi Publik dan Good

Governance (antara Das Sein dan Das Sollen) menyimpulkan bahwa keterbukaan

informasi publik dalam penyelenggaraan negara atau pemerintahan merupakan hak

rakyat. Pelaksanaan keterbukaan informasi publik dalam penyelenggaraan suatu

negara atau pemerintahan, merupakan perwujudan adanya tata pemerintahan yang

baik (Good Governance). Keterbukaan akan informasi publik berdasarkan

pengaturannya bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi

dengan beberapa pengecualian, yang ditetapkan di dalam UU KIP. Perangkat atau

instrument yang harus dipersiapkan dalam rangka pelaksanaan keterbukaan informasi

publik khususnya oleh pemerintah daerah adalah, SDM (keahlian, mental) dan sarana

prasarana yang memadai sesuai perkembangan teknologi informasi. Oleh karena itu,

pemerintah selayaknya mendukung pelaksanaan dari keterbukaan informasi publik

dalam rangka Good Governance, maka pemerintah daerah harus menyiapkan sarana

prasarana, SDM yang punya kemampuan, dan kemauan serta komitmen dari seluruh

penyelenggara pemerintahan atau badan publik (pemerintah pusat atau daerah dan

aparat atau komponennya) untuk melaksanakannya.

Pentingnya penegakan hukum yang berkeadilan serta dukungan penegak

hukum yang profesional dan yang menjunjung tinggi keadilan. Penulis menyimpulkan

jika penelitian kedua ini, lebih bersifat positivistik yang melihat hubungan antar

penerapan undang-undang dengan pihak pemerintah sebagai lembaga yang

menjalankannya.

Menurut LAN-Makassar (2012) berbagai keluhan sudah umum disuarakan

seperti pelayanan yang berbelit-belit, adanya pungutan liar, tidak adanya kepastian

biaya, waktu dan persyaratan pelayanan lainnya. Oleh sebagian kalangan, rendahnya

kualitas pelayanan publik pemerintah dianggap bisa dimaklumi mengingat pelayanan

pemerintah bersifat sosial dan tidak bermotif bisnis sehingga anggaran pelayanan

terbatas. Namun kalangan lainnya beranggapan bahwa karakteristik pelayanan

pemerintah yang tidak mengejar keuntungan tidak boleh dijadikan pembenaran atas

Page 115: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

108

kinerja pelayanan pemerintah yang rendah. Meskipun pelayanan yang diberikan

berlabel pelayanan gratis, namun sesungguhnya masyarakat telah membayar biaya

pelayanan tersebut dalam bentuk pajak sehingga mereka berhak menikmati kualitas

pelayanan yang setara dengan yang diberikan oleh organisasi swasta.

C. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Kota Baubau tahun 2017. Penelitian ini merupakan

penelitian kualitatif. Data di kumpulkan melalui wawancara. Penentuan informan

dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling), yakni peneliti

mengambil beberapa orang yang dianggap memiliki cukup informasi tentang

pelayanan informasi publik di Kota Baubau. Analisis data dilakukan melalui proses

mengatur urutan data, mengklasifikasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan

uraian dasar, hingga penarikan kesimpulan.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelayanan informasi di Kota Baubau khususnya penyebaran informasi tentang

pembangunan, pemerintahan dan sosial kemasyarakatan kota Baubau, Pemerintah kota

Baubau melalui Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Baubau melaksanakan

kemitraan dengan pihak swasta pengelola informasi di Kota Baubau. Pelayanan

informasi yang disepakati oleh Dinas Komunikasi dan Informatika dan pengelola

informasi di Kota Baubau sesuai dengan fungsinya masing-masing yang tertuang

dalam Surat Perintah Kerja. Kemitraan Dinas Komunikasi dan Informatika dengan

Media Cetak yaitu dalam penyebaran informasi kegiatan pembangunan, pemerintahan

dan sosial kemasyarakatan melalui berita Koran Harian di Kota Baubau yakni Kendari

Post, Baubau Post, Buton Post, Kepton Post, Berita Kota Kendari, dan Rakyat Sultra.

Selain pemuatan berita, ada langganan Koran untuk RT dan RW yang dibayarkan oleh

Pemerintah Kota Baubau. Selain bermitra dengan media cetak, Dinas Komunikasi dan

Informatika Kota Baubau juga melakukan kemitraan dengan media elektronik yaitu

media online melalui internet, siaran TV dan siaran Radio dalam penyebaran

informasi di Kota Baubau.

Berkaitan dengan itu, pola kemitraan yang dibangun kedua belah pihak telah

dipahami maknanya bahwa kemitraan merupakan pengaturan dimana pihak, yang

dikenal sebagai mitra, setuju untuk bekerja sama untuk memajukan kepentingan

bersama mereka. Para mitra dalam suatu kemitraan mungkin individu, bisnis,

organisasi, sekolah, pemerintah atau kombinasi. Organisasi bermitra untuk

meningkatkan kemungkinan masing-masing mencapai misi mereka dan untuk

memperkuat jangkauan mereka. Kemitraan dapat mengakibatkan penerbitan dan

pemilikan saham yang diatur oleh sebuah kontrak.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, terdapat 4 (empat) fungsi pokok yang

harus dijalankan oleh pemerintah yaitu fungsi layanan, fungsi pembangunan, fungsi

pemberdayaan dan fungsi perlindungan. Kendati demikian tidak berarti bahwa

pemerintah memonopoli fungsi-fungsi tersebut. Dalam Governance system, ada tiga

actor utama yang ikut serta melaksanakan fungsi-fungsi tersebut ialah pemerintah atau

sector publik, pelaku usaha/swasta/sector privat dan masyarakat.

Baik sektor swasta maupun masyarakat dapat ikut ambil bagian untuk

melaksanakan bagian-bagian tertentu dari fungsi-fungsi tersebut atau bermitra dengan

pemerintah. Pentingnya pola kemitraan dalam menyalurkan informasi kepada publik

dengan pihak media massa, bagi pihak pemerintah yang diwakilkan oleh Dinas

Komunikasi dan Informatika, tentu memiliki persyaratan tersendiri bagi lembaga mitra

dimaksud, seperti; harus didukung dengan kelembagaan yang terorganisir, memiliki

perusahaan yang jelas, atau persyaratan-persyaratan sebagaimana idealnya perusahaan

yang sehat.

Page 116: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

109

Kemitraan di Dinas Komunikasi dan Informatika, ada empat kriteria utama

yang harus dipenuhi yaitu perusahaan yang bergerak dibidang media massa, memiliki

izin resmi, bersedia bekerja sesuai dengan kontrak atau kesepakatan yang dibuat, dan

memiliki akses yang mudah dijangkau oleh masyarakat luas. Kemitraan yang selama

ini terjalin antara pihak Pemerintah Kota Baubau yang diwakili Dinas Komunikasi dan

Informatika Kota Baubau dengan pihak pengelola media massa di daerah ini, didesain

dalam bentuk saling menguntungkan kedua pihak, dengan mekanisme yang diatur

sedemikian rupa.

Secara teoretis, kemitraan menghadirkan pihak-pihak yang terlibat dengan

negosiasi yang kompleks dan tantangan khusus yang harus dinavigasi sesuai

kesepakatan. Tujuan menyeluruh, tingkat memberi dan mengambil, bidang tanggung

jawab, jalur kewenangan dan suksesi, bagaimana keberhasilan dievaluasi dan

didistribusikan, dan sering berbagai faktor lainnya semua harus dinegosiasikan.

Mekanisme kemitraan ini umumnya dimulai atau diinisiasi oleh pihak pemerintah,

tetapi terkadang juga terdapat penawaran dari pihak media itu sendiri. Proses

kemitraan tidak serta merta memberikan kepada pengelola media yang bisa diajak

bekerjasama, tetapi berkaitan dengan kelayakan media, jumlah oplah, jangkuan,

termasuk durasi siar bagi pihak media elektronik. Karenanya evaluasi sudah berjalan

sejak awal, hingga proses kerjasama berakhir.

Berkaitan dengan hal ini, menjadi perhatian serius pihak Pemerintah Kota

Baubau agar penyebaran informasi berjalan secara maksimal, sebagaimana target

utama pihaknya. Kerjasama Pemerintah Kota Baubau dengan pihak media massa

(swasta) bersifat aliansi yang menguntungkan kedua belah pihak. Pihak pemerintah

diuntungkan dengan kemudahan penyaluran informasi komunikasi, sementara pihak

swasta banyak hal selain kepentingan ekonomi diantaranya; dukungan sumber daya

dalam penyediaan narasumber pemberitaan, pemahaman sistem birokrasi,

perkembagan informasi pemerintahan, dan lain-lain sebagainya.

E. KESIMPULAN

Peningkatan aksesibilitas pelayanan informasi publik dilaksanakan

dengan pola kemitraan yang dibangun oleh pihak Pemerintah Kota Baubau

dengan pihak swasta yaitu kerjasama yang bersifat kontraktual, jangka pendek

dan dengan intensitas yang terbatas. Kontrak kerjasama berupa nota

kesepahaman yang dituangkan dalam bentuk Surat Perintah Kerja (SPK) yang

menjelaskan tentang pekerjaan dan nilainya. Pemerintah dalam hal ini Dinas

Kominfo melaksanakan kemitraan dalam pelayanan informasi publik di Kota

Baubau dengan media massa yaitu media cetak dan elektronik. Media cetak

yakni Koran Harian yang beredar di Kota Baubau untuk menyebarkan

informasi melalui pemuatan berita pembangunan dan pemerintahan kota

Baubau dan langganan Koran untuk RT RW Kota Baubau. Dan media

elektronik terdiri dari media online, Siaran TV dan Siaran Radio yaitu

pemuatan berita pembangunan kota BauBau melalui internet, jaringan TV

Kabel dan jaringan radio. Kemitraan yang terjalin antara pemerintah dan

swasta dalam pelayanan informasi publik di Kota Baubau telah berjalan efektif

dan memberikan dampak positif untuk setiap aktor pelaksana, mulai dari dinas

Kominfo Kota Baubau dalam menyebarluaskan informasi program-program

pembangunan pemerintahan Kota dan Media Massa maupun masyarakat luas

sebagai konsumen secara langsung maupun tidak langsung dapat mengetahui

program dan kebijakan pemerintah.

Page 117: PROSIDING - ilmupolitikfisipuho.com...dan posisi organisasi, Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan fungsional, Melaksanakan sosialisasi dan peningkatan wawasan aparatur, Menyelenggarakan

110

DAFTAR PUSTAKA Dwiyanto, Agus. 2005. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik.

Yogyakarta. Gajah Mada.

----------------. 2012. Manajemen Pelayanan Publik: Peduli, Inklusif dan Kolaboratif.

Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Endang Retnowati, Jurnal Hukum Perspektif Vol XVII No.1 Tahun 2012 Edisi Januari,

Keterbukaan Informasi Publik dan Good Governance.

King, Cs & Stivers, 1998, Governmnt is Us: Public Administration in an Anti

Government Era. Thousand Oak, California, Sage Publications.

Nunuk Febrianingsih Jurnal Rchvinding Media Pembinaan Hukum Nasional Vol 1 No.1

Tahun 2012.Keterbukaan Informasi publik dalam pemerintahan Terbuka

Menuju Tata Pemerintahan yang baik.

PKP2-A, LAN Makassarr SIPP. Kesiapan Daerah Dalam Menyediakan Sistem Informasi

Pelayanan Publik (SIPP). Makassar. 2012.

Ratminto dan Winarsi, Atik Septi. Manajemen Pelayanan.Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

2010.

Sinambela, L.P. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan dan Implementasi.

Cetakan Keenam. Jakarta. Bumi Aksara. 2011.

Zainal Asikin, 2013, Jurnal Mimbar Hukum Vol.25 No.1 Pebruari 2013, Perjanjian

Kerjasama antara Pemerintah dan Swasta dalam Penyediaan Infrastruktur

Publik.