proses tebu.pdf

24
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Optimalisasi Optimalisasi secara umum adalah sebuah proses untuk menghasilkan nilai terbaik, dari beberapa faktor yang tersedia. Dalam matematika dan ilmu komputer optimasi atau optimalisasi mengacu pada pemilihan elemen terbaik dari beberapa set alternatif yang tersedia. Dalam kasus yang paling sederhana, ini berarti memecahkan masalah-masalah untuk meminimalkan atau memaksimalkan fungsi dengan sistematis dengan memilih nilai-nilai variabel integer atau real dari dalam set yang diperbolehkan. Secara umum, pengertian optimalisasi adalah pencarian nilai “terbaik dari yang tersedia” dari beberapa fungsi yang diberikan pada suatu konteks. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahwa optimalisasi berasal dari kata optimal artinya terbaik atau tertinggi. Mengoptimalkan berarti menjadikan paling baik atau paling tinggi. Sedangkan optimalisasi adalah proses mengoptimalkan sesuatu, dengan kata lain proses menjadikan sesuatu menjadi paling baik atau paling tinggi (1990:682). Jadi, optimalisasi adalah suatu proses mengoptimalkan sesuatu atau proses menjadikan sesuatu menjadi paling baik. 2.2 Rendemen Gula Rendemen gula adalah tingkat persentase akhir produksi gula yang dihasilkan, dibandingkan dengan tebu ataupun raw sugar awal yang di produksi. Rendemen gula sangat penting dalam produksi gula ini, semakin tinggi rendemennya maka semakin baik produksinya. Rendemen gula dihasilkan dari rendemen tebu dan proses pengolahannya menjadi gula. Di beberapa negara lain, tingkat rendemennya sudah di atas 10%, Bahkan, di beberapa negara, seperti Brasil, Kuba dan sejumlah negara produsen gula utama di dunia, kebanyakan pabrik gulanya sudah bisa mencapai rendemen sekitar 14%. (www.agroindonesia.co.id, 2012). Dengan tingkat rendemen 7%, Universitas Sumatera Utara

Upload: maisaroh

Post on 04-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: proses tebu.pdf

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Optimalisasi

Optimalisasi secara umum adalah sebuah proses untuk menghasilkan

nilai terbaik, dari beberapa faktor yang tersedia. Dalam matematika dan ilmu

komputer optimasi atau optimalisasi mengacu pada pemilihan elemen terbaik dari

beberapa set alternatif yang tersedia. Dalam kasus yang paling sederhana, ini

berarti memecahkan masalah-masalah untuk meminimalkan atau memaksimalkan

fungsi dengan sistematis dengan memilih nilai-nilai variabel integer atau real dari

dalam set yang diperbolehkan. Secara umum, pengertian optimalisasi adalah

pencarian nilai “terbaik dari yang tersedia” dari beberapa fungsi yang diberikan

pada suatu konteks.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahwa optimalisasi

berasal dari kata optimal artinya terbaik atau tertinggi. Mengoptimalkan berarti

menjadikan paling baik atau paling tinggi. Sedangkan optimalisasi adalah proses

mengoptimalkan sesuatu, dengan kata lain proses menjadikan sesuatu menjadi

paling baik atau paling tinggi (1990:682). Jadi, optimalisasi adalah suatu proses

mengoptimalkan sesuatu atau proses menjadikan sesuatu menjadi paling baik.

2.2 Rendemen Gula

Rendemen gula adalah tingkat persentase akhir produksi gula yang

dihasilkan, dibandingkan dengan tebu ataupun raw sugar awal yang di produksi.

Rendemen gula sangat penting dalam produksi gula ini, semakin tinggi

rendemennya maka semakin baik produksinya. Rendemen gula dihasilkan dari

rendemen tebu dan proses pengolahannya menjadi gula.

Di beberapa negara lain, tingkat rendemennya sudah di atas 10%,

Bahkan, di beberapa negara, seperti Brasil, Kuba dan sejumlah negara produsen

gula utama di dunia, kebanyakan pabrik gulanya sudah bisa mencapai rendemen

sekitar 14%. (www.agroindonesia.co.id, 2012). Dengan tingkat rendemen 7%,

Universitas Sumatera Utara

Page 2: proses tebu.pdf

7

Indonesia mampu memproduksi gula sekitar 2,4 juta ton. Jika saja rendemen bisa

ditingkatkan lagi, misalnya menjadi minimal 10%, maka produksi gula Indonesia

bisa mencapai sekitar 3,5 juta ton. Apalagi jika rendemen bisa mencapai angka

14%, maka target swasembada gula akan bisa diraih.

Diantara faktor yang mempengaruhi tingkat rendemen gula yang

dihasilkan adalah kadar gula (sukrosa) pada tanaman tebu, proses panen dan pasca

panen tebu, hingga pengolahannya sampai menghasilkan gula. Pada pengolahan

tebu maupun raw sugar menjadi gula siap konsumsi, diperlukan teknologi

produksi yang tepat sehingga menghasilkan rendemen gula yang optimal, yang

dapat mengoptimalkan keuntungan bagi perusahaan.

Menurut literatur lain rendemen gula disebut juga dengan istilah

rendemen tebu. Dimana rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam

batang tebu yang dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 %,

artinya ialah bahwa dari 100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan

diperoleh gula sebanyak 10 kg. (www.kppbumn.depkeu.go.id, 2013). Ada 3

macam rendemen, yaitu: rendemen contoh, rendemen sementara, dan rendemen

efektif. Penjelasan ketiga rendemen tersebut adalah sebagai berikut:

1 Rendemen Contoh

Rendemen ini merupakan contoh yang dipakai untuk mengetahui apakah

suatu kebun tebu sudah mencapai masak optimal atau belum. Dengan kata lain

rendemen contoh adalah untuk mengetahui gambaran suatu kebun tebu berapa

tingkat rendemen yang sudah ada sehingga dapat diketahui kapan kapan saat

tebang yang tepat dan kapan tanaman tebu mencapai tingkat rendemen yang

memadai.

Rumus : Nilai nira x Faktor rendemen = Rendemen .

2 Rendemen Sementara

Perhitungan ini dilaksanakan untuk menentukan bagi hasil gula, namun

sifatnya masih sementara. Hal ini untuk memenuhi ketentuan yang

menginstruksikan agar penentuan bagi hasil gula dilakukan secepatnya setelah

Universitas Sumatera Utara

Page 3: proses tebu.pdf

8

tebu petani digiling sehingga petani tidak menunggu terlalu lama sampai selesai

giling namun diberitahu lewat perhitungan rendemen sementara.

Cara mendapatkan rendemen sementara ini adalah dengan mengambil

nira perahan pertama tebu yang digiling untuk dianalisis di laboratorium untuk

mengetahui berapa besar rendemen sementara tersebut.

Rumus : Rendemen Sementara = Faktor Rendemen x Nilai Nira.

3 Rendemen Efektif

Rendemen efektif disebut juga rendemen nyata atau rendemen terkoreksi.

Rendemen efektif adalah rendemen hasil perhitungan setelah tebu digiling habis

dalam jangka waktu tertentu.Perhitungan rendemen efektif ini dapat dilaksanakan

dalam jangka waktu 15 hari atau disebut 1 periode giling sehingga apabila pabrik

gula mempunyai hari giling 170 hari, maka jumlah periode giling adalah 170/15 =

12 periode. Hal ini berarti terdapat 12 kali rendemen nyata/efektif yang bisa

diperhitungkan dan diberitahukan kepada petani tebu.

Tebu yang digiling di suatu pabrik gula jelas hanya sebagian kecil saja

yang akan menjadi gula. Kalau 1 kuintal tebu mempunyai rendemen 10 % maka

hanya 10 kg gula yang didapat dari 1 kuintal tebu tersebut. Data ini dapat diambil

dari bagian laboratorium pabrik yang mendata pada tiap harinya. Data yang

digunakan data sekitar tahun 2012 setelah mesin diperbaiki/diperbaharui.

2.3 Pemanfaatan Teknologi Produksi

Dunia usaha saat ini sangat membutuhkan kegiatan manajemen yang baik

juga disertai dengan kegiatan engineeringnya dalam menghadapi persaingan

global. Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa keberhasilan suatu unit usaha

tidak hanya ditentukan oleh kemampuan merancang sistem usaha untuk

menghasilkan keluaran yang mempunyai nilai tambah dan mampu berkompetisi,

tetapi ternyata ditentukan pula oleh kemampuan manajerial mengantisipasi

lingkungan usaha.

Kemampuan dalam manajemen teknologi semakin diperlukan mengingat

lingkungan usaha yang selalu berubah yang pada gilirannya berakibat perlunya

Universitas Sumatera Utara

Page 4: proses tebu.pdf

9

perubahan-perubahan baik yang berkaitan dengan faktor hardware, software,

brainware, organware, maupun infowarenya. Semua ini mendorong kita untuk

dapat memahami lebih baik tentang pentingnya peran Manajemen Teknologi.

Menurut Sinulingga, S. (2010) teknologi adalah transformasi

pengetahuan ilmiah dalam bentuk aplikasi untuk memecahkan masalah praktis.

Dengan perkataan lain teknologi adalah alat manusia untuk mengitervensi proses

alamiah untuk tujuan praktis.

Menurut Nazaruddin (2008) teknologi adalah cara dan metode untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam hal ini tidak mungkin hanya dikaitkan

dengan perangkat kerasnya saja, tetapi juga dikaitkan dengan teknologi yang

berupa perangkat lunak dalam bentuk kemampuan yang tertanam dalam diri

manusia, lembaga dan ilmu (body of knowledge), tidak mungkin dibeli melainkan

dikembangkan secara sistematik dengan memanfaatkan sumberdaya manusia dan

mengacu pada tata nilai dari dalam negeri sendiri.

Konsep manajemen teknologi terus berkembang dan sulit untuk

dirumuskan karena sifatnya yang multi disiplin. Menurut Nazaruddin (2008)

lingkup manajemen dapat dipandang dari suatu proses manajemen. Dengan kata

lain untuk mengurangi risiko dari kompleksitas dan ketidakpastian, perusahaan

perlu melakukan perencanaan teknologi, baik perencanaan jangka pendek maupun

jangka pandang (Babcock, Daniel L., 1996).

Salah satu rumusan yang dikemukakan oleh task force management

technology meneyebutkan bahwa : Manajemen teknologi merupakan disiplin yang

menjembatani bidang engineering dan science dengan bidang manajemen yang

ditujukan untuk perencanaan (planning), pengembangan (development), dan

implementasi (implementation) teknologi dalam rangka pencapaian sasaran

strategic dan operasional suatu organisasi.

Dari rumusan tersebut tercermin bahwa :

1. Manajemen Teknologi merupakan jembatan jurang pemisah antara

engineering /science di satu pihak dan manajemen di pihak lain.

2. Ruang lingkup manajemen teknologi meliputi kegiatan :

a. Pemilihan teknologi yang akan digunakan oleh suatu unit organisasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: proses tebu.pdf

10

b. Transfer data adaptasi teknologi

c. Implementasi teknologi

d. Pengembangan teknologi.

Keempat kegiatan tersebut membuat suatu siklus yang terjadi dalam suatu unit

organisasi.

Produksi adalah sebuah proses menghasilkan hasil akhir yang lebih

memiliki nilai (value added) dari sebelumnya. Teknologi produksi adalah sebuah

teknologi yang dibutuhkan untuk menghasilkan output yang optimal. Output yang

optimal dapat memaksimalkan keuntungan yang akan diperoleh oleh suatu

perusahaan.

Ada 7 (tujuh) stasiun dalam pengolahan pabrik gula, yaitu stasiun

pengumpulan tebu dan pencacahan tebu, stasiun penggilingan tebu, stasiun

pemurnian, stasiun penguapan, stasiun masakan, stasiun putaran, dan stasiun

pengemasan dan penyimpanan. Masing-masing stasiun berkaitan satu dengan

lainnya. Adapun proses pengolahan tebu menjadi Gula pada umumnya adalah

seperti terlihat pada Gambar 2.1.

2.4 Pengolahan Tebu dan Raw Sugar menjadi Gula

Perbedaan produksi gula dari tebu dan raw sugar ini adalah proses

produksi pada raw sugar hanya dimulai dari stasiun masakan, sedangkan tebu di

mulai dari proses pemanenan, pengumpulan, penggilingan, pemurnian dan

penguapan terlebuh dahulu, selanjutnya prosesnya sama yaitu pemasakan/

kristalisasi, pemisahan di stasiun putaran, dan stasiun penyelesaian akhir

pengeringan, penyaringan ukuran, dan pengemasan.

Tujuan dari proses pengolahan di pabrik gula ini adalah untuk

mendapatkan produksi gula setinggi mungkin dan mengurangi kehilangan nira

sekecil mungkin selama dalam proses produksi. Untuk mendapatkan atau

memproduksi gula jadi (siap dipasarkan) dilakukan beberapa tahap pengolahan

dimulai dari proses pemanenan tebu dan digiling, sampai proses pengemasan dan

penyimpanan gula.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: proses tebu.pdf

11

Proses selengkapnya antara lain :

1) Pemanenan dan Pengumpulan Tebu

2) Penggilingan Tebu (Stasiun Gilingan)

3) Pemurnian Nira (Stasiun Pemurnian)

4) Penguapan Nira (Stasiun Penguapan)

5) Kristalisasi (Stasiun Masakan)

6) Pemisahan (Stasiun Putaran)

7) Penyelesaian (Pengeringan dan Pengemasan)

Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Tebu.

2.4.1 Pemanenan dan Pengumpulan Tebu

Tebu yang siap panen, adalah tebu yang berusia 10 sampai 12 bulan,

bagian yang diambil adalah batang bawah sedekat mungkin dengan tanah sampai

Universitas Sumatera Utara

Page 7: proses tebu.pdf

12

pada bagian batang atas, dengan menyisakan 30 cm dibawah batang pucuk tebu

tersebut. Tebu yang siap diproses haruslah tebu yang BSM yaitu Bersih, Segar

dan Matang/masak/manis. Tingkat toleransi kotoran tebu (daun, sampah, tanah,

ujung pucuk tebu) yang akan digiling adalah 5 % dari total bobot tebu yang

masuk, dan sebaiknya jarak waktu antara panen tebu sampai proses

penggilingannya adalah 24 jam. Selanjutnya tebu yang sudah berada di tempat

pengumpulan dibawa dengan truk, sorongan dozer, mapun cane handling ke

pencacahan tebu atau stasiun penggilingan tebu.

2.4.2 Penggilingan Tebu (Stasiun Gilingan)

Tujuan dari stasiun gilingan adalah untuk memisahkan nira dari sabut

atau ampas dengan hasil nira sebanyak – banyaknya dan kandungan saccarosa

dalam ampas sekecil mungkin. Dalam proses penggilingan ini juga dipakai air

imbibisi (air panas dengan suhu tertentu) yang digunakan untuk mengurangi kadar

nira yang masih ada dalam ampas. Pada prosesnya tebu dicacah dengan ukuran

yang sama, lalu di buka sel kulitnya dengan mesin ini, lalu dibawa untuk digiling

dan diperas air niranya.

2.4.3 Pemurnian Nira (Stasiun Pemurnian)

Proses ini menghilangkan kandungan kotoran dan bahan non sugar

dalam nira mentah dengan catatan gula reduksi maupun saccarosa jangan sampai

rusak selama perlakuan. Bahan non sugar yang dimaksud adalah :

1. Ion – ion organic yang nantinya menghambat pengkristalan dari saccarosa

2. Koloid yang menyebabkan sukarnya pengendapan serta penyaringan.

3. Zat warna yang mungkin terkandung dalam zat lain yang mungkin juga

terikut seperti tanah dan sisa daun.

Macam – macam proses pemurnian yang dilakukan pabrik gula di

Indonesia antara lain adalah:

1. Proses Defekasi

2. Proses Sulfitasi

3. Proses Karbonatasi

Universitas Sumatera Utara

Page 8: proses tebu.pdf

13

2.4.4 Penguapan Nira (Stasiun Penguapan)

Stasiun penguapan ini ditunjukkan untuk menguapkan air pada nira

sampai dicapai tingkat kekentalan sekitar 64 brix sehingga didapat nira kental

yang telah berkurang 36 % kandungan airnya.

2.4.5 Kristalisasi (Stasiun Masakan)

Dalam stasiun masakan terhadap nira kental yang terlebih dahulu

disulfitasi dengan SO2 untuk pemucatan nira kental. Pengkristalan gula dan nira

kental dengan ukuran 0,9 – 1,1 mm.

2.4.6 Pemisahan (Stasiun Putaran)

Pada tahap pemisahan bertujuan untuk memisahkan atau mengambil

kristal – kristal dari larutan masakan dan dari stroop. Pemisahannya dipisahkan

dalam LGF (Low Grade Fugal) dan HGF (High Grade Fugal).

2.4.7 Penyelesaian (Pengeringan dan Pengemasan)

Pada stasiun penyelesaian ini dilakukan proses pengeringan gula yang

berasal dari stasiun putaran sehingga benar-benar kering. Pengeringan dilakukan

dengan penyemprotan uap panas dengan suhu ± 70OC, kemudian didinginkan

kembali karena gula tidak tahan pada temperatur yang tinggi. Tujuan pengeringan

adalah untuk menghindari kerusakan gula yang disebabkan oleh microorganisme,

agar gula tahan lama selama proses penympanan sebelum disalurkan kepada

konsumen.

Setelah kering gula diangkut dengan elevator dan disaring pada saringan

vibrating screen. Gula dengan ukuran standar SHS diangkut dengan sugar

conveyor yang diatasnya dipasang magnetic saparator untuk menarik logam (besi)

yang melekat pada kristal gula dengan menggunakan alat includit fan. Dari alat

pengering ini, gula produksi diangkut dengan elevator menuju saringan vibrating

screen, kadar moisture 0.05% dengan duhu 30-500c.

Kristal gula yang diturunkan dari putaran SHS melalui grasshoper

conveyor menuju jacob evaporator. Kemudian ditumpahkan ke sugar dryer dan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: proses tebu.pdf

14

cooler untuk dikeringkan karena gula hasil putaran hasil SHS masih basah, selain

itu menghindari kerusakan gula oleh jamur agar bisa disimpan lebih lama.

Pengeringan dilakukan dengan cara penghembusan udara panas dengan

temperatur 75oC. Kemudian gula tersebut diangkat ke saringan gula yang

mempunyai dua macam ukuran yang berbeda.

Gula halus dan kasar yang tidak memenuhi standar akan dilebur kembali.

Gula yang memenuhi standar akan melewati saringan yang dilengkapi dengan

magnet yang berguna untuk menangkap partikel-partikel logam yang mungkin

terikat dalam gula. Kemudian gula ditumpahkan ke belt konveyor menuju sugar

bin yang dilengkapi suatu mesin pengisi dan penimbang serta alat penjahit karung.

Dari sugar bin dikeluarkan gula yang beratnya 50 kg perkantongan yang

selanjutnya dengan belt konveyor disimpan kegudang penyimpanan gula.

2.5 Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Optimalisasi Rendemen Gula

Menurut Nazaruddin (2008) dalam Manajemen Teknologi, dalam suatu

proses transformasi, komponen teknologi yang diperlukan secara simultan. Tidak

ada proses transformasi yang dapat dilakukan tanpa salah satu dari komponen

tersebut. Keempat komponen dasar tersebut akan dijelaskan berikut ini:

1. Fasilitas rekayasa yang disebut technoware, merupakan object embodied

technology. Fasilitas rekayasa mencakup peralatan (tools), perlengkapan

(equipment), mesin-mesin (machine), alat pengangkutan (vehicles), dan

infrastructure).

2. Kemampuan insani, yang disebut humanware, merupakan person embodied

technology. Kemampuan insani ini mencakup pengetahuan (knowledge),

keterampilan (skills), kebijakan (wisdom), kreativitas (creativity), dan

pengalaman (experience).

3. Informasi yang disebut infoware, merupakan document-embodied technology.

Informasi berkaitan dengan proses (proceses), prosedur (procedures), teknik

(techniques), metode (methods), teori (theory), spesifikasi (specifications),

pengamatan (observation), dan keterkaitan (relationship).

Universitas Sumatera Utara

Page 10: proses tebu.pdf

15

4. Organisasi, yang disebut organware, merupakan institution-embodied

technology. Organisasi mencakup praktik-praktik manajemen (managements

practices), linkages, dan pengaturan organisasional (organizational

arrangements).

Dari empat faktor diatas, diketahui cara mengukur tingkat efektifitas

pemanfatan teknologi. Dengan pengamatan lapangan dan study literature serta

maka akan diketahui faktor apa yang bisa memaksimalkan/mengoptimalkan

rendemen gula melalui teknologi produksi dalam pemanfaatan teknologi.

Memadukan empat faktor dalam optimalisasi teknologi, perlu

diperhatikan. Untuk menghasilkan rendemen yang tinggi, setiap tahapan produksi

harus meminimalkan loses (kehilangan) gula/sukrosa pada tiap tahapannya.

Dengan menambah literature Pabrik Gula dari beberapa daerah sebagai

perbandingan, diharapkan dapat memberikan saran kepada PGSS sehingga output

dan value added yang dihasilkan dapat optimal.

Menurut Tarek Khalel (2000) dalam Management Of Technology, yang

jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, Teknologi adalah implementasi

praktis dari pengetahuan, sarana yang membantu usaha manusia. Hal umum untuk

teknologi adalah dari segi hardware, seperti mesin, komputer, atau gadget

elektronik yang sangat canggih. Namun, teknologi juga mencakup lebih banyak

dari sekedar mesin. Ada beberapa entitas teknologi selain perangkat keras

(hardware), termasuk juga perangkat lunak (software) dan keterampilan manusia.

Menurut Zeleny (1986) dalam hal teknologi apapun, terdiri dari tiga hal

yang saling ketergantungan, saling menentukan, dan sama pentingnya, hal

tersebut adalah

1. Peralatan yaitu struktur fisik dan tata letak logis dari peralatan atau mesin

yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas yang diperlukan.

2. Software yaitu pengetahuan tentang bagaimana menggunakan perangkat keras

untuk melaksanakan tugas-tugas yang diperlukan.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: proses tebu.pdf

16

3. Brainware : alasan menggunakan teknologi dengan cara tertentu. Atau orang

yang menggunakan teknologi tersebut. Dengan cara ini juga dapat disebut

sebagai pengetahuan.

Sebuah organisasi dapat dianggap sebagai kendaraan untuk

memperkenalkan satu atau beberapa teknologi kepada masyarakat. Tujuannya

adalah untuk mencapai serangkaian tujuan. Teknologi yang ada dalam bisnis

adalah aset teknologi dari bisnis itu. Aset ini karena itu dapat mencakup

hardware. software, brainware, dan know-how. Mereka merupakan pengetahuan

kolektif dan kemampuan teknis dari organisasi, termasuk orang-orangnya,

peralatan, dan sistem.

Optimalisasi rendemen gula melalui pemanfaatan teknologi produksi

dapat dinilai dari keempat faktor tersebut diatas. Untuk mengetahui tingkat

pengaruh masing-masing dari keempat faktor ini maka diperlukan beberapa

definisi operasional dan indikator kinerjanya dengan suatu ukuran tertentu.

Penilaian kecanggihan teknologi terhadap dampak optimalisasi suatu

produksi membutuhkan pengetahuan yang mendalam mengenai teknik dan

spesifikasi performansi yang berkaitan. Kriteria umum yang dapat digunakan

sebagai acuan pemilihan pengukuran yang spesifik, perlu ditetapkan untuk

melakukan penilaian kecanggihan dari keempat komponen teknologi dari suatu

fasilitas transformasi.

2.5.1 Technoware

Menurut Nazaruddin (2008) fasilitas rekayasa yang disebut technoware,

merupakan object embodied technology. Fasilitas rekayasa mencakup peralatan

(tools), perlengkapan (equipment), mesin-mesin (machine), alat pengangkutan

(vehicles), dan infrastructure). Dari keterangan diatas technoware ataupun

hardware ini meliputi alat-alat yang dipakai dalam suatu produksi. Dengan

adanya pembelian alat baru dan perbaikan mesin lama di suatu pabrik diharapkan

dapat meningkatkan output yang diinginkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: proses tebu.pdf

17

Penilaian technoware ini terlihat dari beberapa faktor misalnya:

1. Kompleksitas Operasi (Integrasi Teknologi)

2. Presisi

3. Penanganan Bahan

4. Pengendalian Proses

5. Konstribusi Fasilitas Rekayasa

Maksud dari kompleksitas operasi disini adalah penggunaan/pemakaian

mesin baru yang lebih praktis dan mudah digunakan. Juga dapat diartikan sejauh

mana keberagaman output suatu alat baru yang dioperasikan, atau dalam bahasa

lain, kompleksitas operasi yang dinilai dari beberapa aspek, seperti tingkat

keluaran, keragaman produk, keragaman masukan material, temperatur, dan

tekanan pada operasi. Dengan adanya beberapa stasiun dalam pengolahan disuatu

pabrik gula dengan berbagai mesin dan peralatan di setiap stasiun produksinya,

maka diperlukan integrasi/keterkaitan teknologi antar satu mesin dengan mesin

lainnya. Jika di satu stasiun memakai mesin lama dan lainnya mesin baru dengan

teknologi yang berbeda, maka integrasi teknologi akan sulit terwujud. Begitu juga

mesin yang diperbaiki maupun mesin yang baru dibeli juga memiliki integrasi

teknologi yang berbeda.

Presisi bisa diartikan tingkat toleransi spesifikasi yang diperbolehkan

yang berkaitan dengan dimensi, atribut material, parameter proses, atribut

komponen, dan lingkungan operasi. Presisi juga dapat diartikan bahwa dalam

penggunaan mesin ini diperlukan tingkat ketepatan yang tinggi dalam

pengoperasiannya. Dalam hal GKP (Gula Kristal Putih) sebagai output yang

dihasilkan bahan baku hanya diperoleh berasalkan tebu dan raw sugar dan

dimensi ukuran gula sudah diatur sesuai standar. Mesin baru ini memiliki tingkat

toleransi bahan baku yang akan diolah, dari berbagai bentuk dan dimensi. Begitu

juga dengan proses pengolahan dan komponen atribut dan lingkungan operasi

yang juga dengan proses yang tetap.

Faktor penilaian technoware lainnya adalah penanganan bahan, dimana

mesin baru ataupun mesin lama yang diperbaiki dinilai berdasarkan sifat-sifat

Universitas Sumatera Utara

Page 13: proses tebu.pdf

18

fisik (status, mampu alir, ukuran unit, konfigurasi geometrik, kekasaran, tingkat

korositas, keawetan) dari material yang dipindahkan dan kebutuhan pemindahan

(rute, metode, kecepatan periodik) dengan memperhatikan material yang

dipindahkan), apakah mesin ini memiliki sifat yang awet dari material yang

mudah digunakan, otomatis kecepatannya (dapat disesuaikan dengan bahan yang

diolahnya dalam periode waktu tertentu), dan dapat digunakan dibergai metode

pengolahan produksi bahan baku, serta dapat digunakan dalam waktu yang lama

dan dapat disesuaikan dengan teknologi terbaru. Dalam penanganan bahan disini,

dapat diartikan bahwa bahan yang akan digunakan memiliki pengaruh dalam

proses produksi selanjutnya, karenanya perlu ditangani dengan baik, jika bahan

yang akan diolah terseleksi dengan baik maka hasil yang diharapkan juga output

yang akan dihasilkan dapat optimal.

Indikator kinerja lainnya adalah pengendalian proses dimana tingkat dan

kesulitan pengendalian pemeriksaan dengan memperhatikan peraturan

lingkungan, peraturan keselamatan, tingkat standarisasi, pemantauan kualitas,

pemantauan proses sudah ada pada alat baru ini. Dan yang terakhir adalah

konstribusi fasilitas rekayasa dimana kontribusi fasilitas rekayasa dalam

perencanaan, pembuatan, pengoperasian, dan pemasaran memiliki pengaruh besar

terhadap produksinya. Output yang dihasilkan atau yang diproduksi lebih besar,

proses produksinya lebih cepat, pengoperasiannya lebih mudah.

Selain kemampuan proses, faktor yang juga memegang peranan penting

dalam mendukung kelancaran proses adalah kondisi mesin dan peralatan. Kondisi

mesin dan peralatan yang baik akan dapat memperkecil tingkat kerusakan dan dapat

menekan jam henti dalam pabrik. Kerusakan mesin dapat diantisipasi dengan

mengetahui kekritisan mesin dan peralatan sehingga para pengambil keputusan dapat

menyusun jadwal perawatan dan perbaikan secara periodik baik selama masa giling

ataupun di luar masa giling. Perhitungan mesin kritis didasarkan pada pendapat para

pakar atau pihak yang berkompeten dalam bidang tersebut untuk pembobotan kriteria

dan indikatornya serta didukung oleh data yang didapat tentang kerusakan dan jam

henti selama masa giling. Identifikasi terhadap titik-titik kritis komponen pendukung

proses tersebut menggunakan metode ECR (Equipment Critically Rating).

Universitas Sumatera Utara

Page 14: proses tebu.pdf

19

Ada beberapa parameter kinerja pada setiap stasiun di pengolahan gula

yang ada di Indonesia. Berikut disajikan parameter kinerja agar dapat mengukur

tingkat optimalisasi rendemen gula melalui pemanfaatan teknologi produksi di

sebuah Pabrik Gula.

2.5.1.1 Penimbangan Bahan Baku

Bahan baku tebu diangkut dari kebun dengan truk, sesampai di pabrik

akan ditimbang dan dipindahkan ke lori (kereta pengangkut tebu) menuju meja

tebu sebagai tempat dimulainya perlakuan pendahuluan pengolahan kristal gula

(Martoharsono, 1997). Menurut Soerjadi (1985) bahan baku tebu dari lori dibawa

ke meja tebu dan tebu tersebut akan mengalami perlakuan pendahuluan berupa

pengupasan dan pencacahan menjadi fraksi yang lebih kecil. Perlakuan

pendahuluan dimaksudkan untuk mempermudah pengeluaran nira saat pemerahan

nira di stasiun gilingan.

Tabel 2.1 Parameter Kinerja Stasiun Penimbangan Bahan Baku

PARAMETER

STANDAR

SYARAT NILAI Satuan

Tingkat kemasakan tebu 24-40 %

Jumlah bahan pengotor (trash) ≤ 5 %

Kesegaran tebu ≤ 24 jam

Pol tebu ≤ 12 %

Kadar nira tebu ≥ 80 %

Kemurnian nira perahan pertama ≥ 85 %

Sumber: Cahyadi (2005)

2.5.1.2 Penggilingan

Tebu yang bentuknya kecil-kecil tersebut kemudian mengalami

penggilingan. Penggilingan ini dimaksudkan untuk mengambil nira mentah dari

batang tebu dan memisahkannya dari ampas (Soerjadi, 1985). Menurut Rianggoro

dan Daryanto (1984) hasil pemerahan tiap gilingan berbeda, semakin ke balakang

semakin kecil hasilnya, karena nira yang terperah sebagian ada pada bagian

parensia yang dengan penekanan sedikit saja akan terperah dengan %brix terbesar,

sedangkan untuk gilingan selanjutnya yang terperah adalah korteks dan epidermis.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: proses tebu.pdf

20

Tabel 2.2 Parameter Kinerja Stasiun Penggilingan

PARAMETER

STANDAR

SYARAT

NILAI

Satuan PG.

Kecil

PG.

Sedang

PG.

Besar

Kadar sabut - 14 -16 %

Tingkat Pencacahan (Preparation

Index) > 90 %

Fibre Loading = 200 g/dm2

Imbibisi % sabut ≥ 200 %

Persentase nira mentah tebu ≥ 100 %

Persentase ekstraksi nira > 96 %

Kapasitas giling ≥ 1500 3000 4500 TCD

Sumber: Cahyadi (2005)

2.5.1.3 Pemurnian

Tujuan pemurnian adalah untuk membuang sebanyak-banyaknya zat bukan gula

sehingga diperoleh nira yang jernih dan mengusahakan agar kerusakan gula akibat

perlakuan proses pabrikasi minimal (Sartono, 1988). Pemurnian dengan susu kapur

dilakukan dalam peti defecator (bejana yang berfungsi untuk mencampurkan susu kapur

dengan nira mentah) dengan pH 10.

Sebelum dialirkan ke dalam peti defekator, nira mentah dipanaskan pada suhu

75o. Setelah reaksi akan terbentuk endapan Ca-phospat. Selanjutnya dilakukan pemurnian

dengan gas SO2 dalam peti sulfitasi sampai pH 7,2. Hasil reaksi berupa endapan CaSO3

yang akan menyelubungi endapan Ca-phospat sehingga akan menghasilkan endapan yang

kompak dan porous sehingga mudah ditapis. Hasil akhir pemurnian nira encer dengan

kotorannya melalui metode pengendapan dalam peti pengendap (Rianggoro dan

Daryanto, 1984).

Tabel 2.3 Parameter Kinerja Stasiun Pemurnian

PARAMETER

STANDAR

SYARAT NILAI Satuan

Turbidity nira ≤ 50 ppm

Kadar CaO dalam nira ≤ 80 ppm

Jumlah bahan pengasingan bukan gula ≤ 14 %

Persentase pol blotong ≤ 2 % ≤ 2 %

Persentase blotong terhadap tebu ≤ 3 % ≤ 3 %

Sumber: Cahyadi (2005)

Universitas Sumatera Utara

Page 16: proses tebu.pdf

21

2.5.1.4 Penguapan

Tujuan dari pengendapan adalah untuk memekatkan nira encer, sehingga

diperoleh nira dengan kepekatan yang diharapkan (64°Be) (Martoharsono, 1997).

Pada proses penguapan terkadang terjadi adanya pergerakan akibat dari kurang

sempurnanya proses pemurnian. Pembersihan secara teratur perlu dilakukan untuk

memperbaiki proses (Martoharsono, 1997). Parameter Kinerja Stasiun Penguapan

dapat dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4 Parameter Kinerja Stasiun Penguapan

PARAMETER STANDAR

SYARAT NILAI Satuan

Tingkat kekentalan nira ≥ 65 % brix

Warna nira kental Kuning

Kecoklatan

Suhu nira jernih ≥ 14 °C

Sumber: Cahyadi (2005)

2.5.1.5 Kristalisasi

Kristalisasi adalah proses peningkatan kejenuhan nira dan pembentukan

kristal. Tujuan kristalisasi adalah untuk mendapatkan gula kristal sebanyak

mungkin secara mudah, sederhana dan ekonomis. Kristalisasi menghasilkan

kristal gula dan tetes dalam bentuk campuran yang dapat dipisahkan di stasiun

putaran (Martoharsono, 1997).

Tabel 2.5 Parameter Kinerja Stasiun Kristalisasi

PARAMETER

STANDAR

SYARAT NILAI Satuan

Kekentalan masakan - 93-94 %brix

Tingkat kemurnian masakan ≥ 85 %

Purity drop - 10 - 15 %

Kerataan kristal rata

Ukuran kristal - 0.8-1.1 Mm

Sumber: Cahyadi (2005)

2.5.1.6 Putaran

Pemutaran difungsikan untuk memisahkan kristal dengan larutannya

(stroop) menggunakan proses sentrifugasi dalam saringan sehingga massa akan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: proses tebu.pdf

22

terlempar. Kristal akan tertahan pada dinding saringan dan cairan akan menembus

lubang saringan. Masing-masing masakan diputar dalam alat putaran yang

berbeda (Soerjadi, 1985). Parameter kinerja stasiun putaran ada pada tabel 2.6.

Tabel 2.6 Parameter Kinerja Stasiun Putaran

PARAMETER

STANDAR

SYARAT NILAI Satuan

Kadar air ≤ 1 % brix ≤ 1 %brix

Warna putih putih

Ukuran kristal - 0.8-1.1 mm - 0.8-1.1 Mm

Sumber: Cahyadi (2005)

2.5.1.7 Pengeringan, Pendinginan dan Pengemasan

Dalam alat pengering dan pendingin gula terdapat penghisap debu gula

untuk kemudian ditangkap dan dilebur kembali. Seteleh dingin dan kering, gula

disaring untuk memisahkan antara gula halus, gula kasar dan gula produk. Gula

halus dan gula kasar akan dilebur kembali sedangkan gula produk akan ditimbang

dan dikemas (Sartono, 1988). Pengemasan adalah usaha perlindungan terhadap

produk dari segala macam kerusakan dengan menggunakan wadah (Soerjadi,

1985).

Gula produk ditimbang dengan timbangan curah dengan skala yang

sudah diatur untuk berat bersihnya, dan langsung masuk ke karung dan dijahit

secara otomatis. Selanjutnya gula produk dibawa ke gudang yang memenuhi

syarat untuk disimpan dan didistribusikan ke konsumen (Martoharsono, 1997).

Adapun parameter kinerja stasiun pengeringan, pendinginan dan penyaringan

dapat dilihat pada table 2.7.

Tabel 2.7 Parameter Kinerja Stasiun Pengeringan, Pendinginan dan Penyaringan

PARAMETER STANDAR

SYARAT NILAI Satuan

Kadar air gula sentrifugal ≤ 1 %

Suhu gula sebelum masuk

karung ≤ 40 °C

Berat gula per karung = 50 kg

Kemasan

Karung plastik, inner

bag

Sumber: Cahyadi (2005)

Universitas Sumatera Utara

Page 18: proses tebu.pdf

23

2.5.1.8 Produk

Agar dapat dikonsumsi secara lengsung, gula harus memenuhi syarat SNI

gula yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Beberapa parameter penilaian kinerja

produk ditampilkan dalam tabel 2.8.

Tabel 2.8 Parameter Kinerja Produk

PARAMETER

STANDAR

SYARAT NILAI

Satuan GKP 1 GKP 2 GKP 3

Warna kristal ≥ 70 65 60 % ≥ 70 65 60 %

Warna larutan (ICUMSA), IU ≤ 250 350 450 IU

Besar jenis butir - 0.8-1.2 0.8-1.2

0.8-1.2 % b/b - 0.8-1.2 0.8-1.2 0.8-1.2 % b/b

Susut pengeringan ≤ 0.1 0.15 0.2

mm b/b ≤ 0.1 0.15 0.2 mm b/b

Polarisasi (oZ, 20,oC) ≥ 99.6 99.5 99.4 % b/b

Gula reduksi ≤ 0.1 0.15 0.2 % b/b ≤ 0.1 0.15 0.2 % b/b

Abu kondukiviti ≤ 0.1 0.15 0.2

TCD ≤ 0.1 0.15 0.2 TCD

Zat tidak larut ≤ 5 5 5 derajat ≤ 5 5 5 derajat

Belerang dioksida ≤ 30 30 30 mg/kg

Timbal (Pb) ≤ 2 2 2 mg/kg ≤ 2 2 2 mg/kg

Tembaga (Cu) ≤ 2 2 2 mg/kg ≤ 2 2 2 mg/kg

Arsen (As) ≤ 1 1 1 mg/kg ≤ 1 1 1 mg/kg

Syarat SNI gula oleh pemerintah

2.5.2 Humanware

Kemampuan insani, yang disebut humanware, merupakan person

embodied technology. Kemampuan insani ini mencakup pengetahuan

(knowledge), keterampilan (skills), kebijakan (wisdom), kreativitas (creativity),

dan pengalaman (experience). Indikator kinerja untuk mengukur tingkat peranan

humanware dalam meningkatkan rendemen gula dengan adanya peningkatan

teknologi adalah:

1. Kreativitas

2. Orientasi berprestasi

3. Orientasi bekerjasama

4. Orientasi melakukan efisiensi

5. Kedisiplinan

Universitas Sumatera Utara

Page 19: proses tebu.pdf

24

Kreativitas pada pengguna teknologi sangat dibutuhkan untuk

menghasilkan output yang diinginkan. Kreativitas dapat dijelaskan dengan

kemampuan seseorang dalam berkreasi yang dinilai berdasarkan berbagai aspek

seperti kecerdasan, imajinasi, dan intuisi. Jika karyawan di suatu pabrik memiliki

kemauan untuk berkreasi yang tinggi maka akan dihasilkan hasil yang akan lebih

baik dari hasil sebelumnya. Tingkat pendidikan pada karyawan juga sangat

berpengaruh terhadap kemauan dan keberanian karyawan dalam berinovasi,

berimajinasi dan kepemilikan kecerdasan dan intuisi yang baik.

Orientasi berprestasi ini terlihat dari banyaknya keinginan karyawan

untuk mencapai target yang diinginkan bahkan melakukan hal yang lebih baik

lagi. Ada motivasi untuk berprestasi. Keinginan untuk mencapai prestasi yang

dinilai berdasarkan aspek-aspek seperti orientasi keberhasilan, keberanian, sifat

kompetitif, dan dinamika.

Orientasi bekerjasama adalah kemampuan bekerjasama, yang dinilai

berdasarkan aspek-aspek seperti semangat kelompok, penghargaan atas bantuan

orang lain, kepekaan sosial, dan penghargaan atas martabat tenaga kerja. Jika di

dalam suatu pabrik terdapat penghargaan bagi kerjasama kelompok, misalnya

berupa lomba dan pemberian hadiah maka diharapkan tingkat kekompakan dan

tingkat kerjasama dapat di capai.

Indikator penilaian humanware selanjutnya adalah orientasi melakukan

efisiensi, efisien mengandung pengertian sebagai penggunaan sumber daya

minimal untuk menghasilkan output dengan volume yang diharapkan (hasil yang

optimum), menggunakan sumber daya secara bijak dan hemat, pengoperasian

dengan sesuai sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang. Dalam hal indikator

penilaian humanware lainnya yaitu keinginan pengguna teknologi untuk

melakukan kerja secara efisien, dinilai berdasarkan aspek-aspek seperti kemauan

bekerja keras, kesadaran, dan kemauan menerima tanggung jawab.

Kemampuan menghadapi resiko dengan adanya teknologi baru.

Kecendrungan untuk mau menanggung resiko yang dinilai berdasarkan aspek-

Universitas Sumatera Utara

Page 20: proses tebu.pdf

25

aspek seperti kemauan bereksperimen, kesediaan untuk berubah, dan kemauan

untuk mengambil inisiatif yang baik. Karyawan dituntut untuk siap berubah

kearah yang lebih baik dengan memiliki kemauan untuk berinisiatif dan

bereksperimen mau menggunakan dan mempelajari alat baru tersebut.

Indikator penilaian dalam humanware lainnya adalah kedisiplinan.

Misalnya karyawan menghargai waktu dan cenderung menggunakannya sebagai

sumber daya yang bernilai, yang terlihat dari berbagai aspek seperti pencapaian

sasaran berdasarkan waktu, dan fokus ke masa depan. Karyawan melaksanakan

tugasnya sesuaitarget dan waktu yang diinginkan. Menggunakan alat teknologi

sesuai petunjuk dan prosedur pemakaiannnya.

2.5.3 Infoware

Informasi yang disebut infoware, merupakan document-embodied

technology. Informasi berkaitan dengan proses (proceses), prosedur (procedures),

teknik (techniques), metode (methods), teori (theory), spesifikasi (specifications),

pengamatan (observation), dan keterkaitan (relationship). Indikator penilaian pada

faktor infoware adalah adanya ketersediaan informasi tentang sebuah teknologi

baru yang berkaitan tentang :

1. Informasi Pengenalan

2. Informasi Penggambaran

3. Informasi Pemilihan

4. Informasi Penggunaan

5. Informasi Pemahaman

6. Informasi Perbaikan

7. Informasi Penilaian

Informasi Pengenalan, dimana kemampuan informasi teknologi yang

baru yang tersedia tersebut, membuat pengenalan suatu produksi, seperti gambar,

model dan brosur yang membuat deskripsi dasar dengan jelas dan diperlukan.

Sehingga informasi pengenalan yang ada untuk dibeli disesuaikan dengan

kebutuhan yang ada. Informasi penggambaran yaitu tingkat kejelasan informasi

tentang prinsip dasar di belakang penggunaan dari dan mode operasi yang

Universitas Sumatera Utara

Page 21: proses tebu.pdf

26

menarik, seperti deskripsi proses dan perlengkapan yang ada di dalam teknologi

baru tersebut.

Informasi pemilihan yaitu informasi yang memungkinkan untuk memilih

dan memasang fasilitas, contoh spesifikasi tentang perlengkapan, tata letak,

diagram alir, spesifikasi bahan mentah, sketsa teknik, blue print teknik, perincian

pabrikasi, dan sebagainya yang memang sudah ada di mesin yang baru ini.

Informasi penggunaan yaitu cara memakai atau menggunakan teknologi.

Informasi yang memungkinkan fasilitas yang ada dapat digunakan secara efektif,

contohnya tersedianya prosedur operasi standar, rincian setup perlengkapan,

petunjuk keselamatan, prosedur jaminan kualitas, dan prosedur perawatan.

Informasi pemahaman dapat dipahami dimana terdapat informasi yang

memungkinkan untuk memperbaiki rancangan dan penggunaan fasilitas,

contohnya pengembangan produk dan informasi perbaikan proses umum melalui

reserve engineering dan penelitian dan pengembangan. Informasi perbaikan dapat

dipahami dimana terdapat informasi yang memungkinkan untuk memperbaiki

rancangan dan penggunaan fasilitas, contohnya pengembangan produk dan

informasi perbaikan proses umum melalui reserve engineering dan litbang.

Informasi penilaian dapat dipahami dimana terdapat informasi kecanggihan

teknologi dengan kaitan ke fasilitas yang digunakan untuk tujuan spesifik,

contohnya informasi yang komprehensif pada pengembangan terakhir dari

perancangan, perbaikan, performansi, dan penggunaan fasilitas.

Pada teknologi proses pengolahan tebu menjadi gula, informasi yang

diperlukan adalah :

1. Informasi cara penggunaan alat/mesin baru

2. Informasi cara perawatan rutin/mmemperbaiki mesin/peralatan

3. Informasi SOP (Standard Opersional Prosedure)

4. Informasi hasil yang diharapkan pada tiap stasiun

5. Informasi tahapan dan cara yang akan di lakukan pada setiap stasiun

6. Informasi berbagai hasil produksi pada setiap stasiun

Universitas Sumatera Utara

Page 22: proses tebu.pdf

27

2.5.4 Organware

Organisasi, yang disebut organware, merupakan institution-embodied

technology. Organisasi mencakup praktik-praktik manajemen (managements

practices), linkages, dan pengaturan organisasional (organizational

arrangements). Adapun indikator untu menentukan faktor organware ini memiliki

konstribusi terhadap optimalisasi rendemen gula melalui pemanfaatan teknologi

produksi adalah :

1. Efektivitas Kepemimpinan

2. Otonomi Kerja

3. Pengarahan Organisasi

4. Keterlibatan Organisasional

5. Orientasi terhadap Stakeholder

6. Iklim Inovasi

7. Integritas Organisasi

Efektivitas kepemimpinan dapat artikan kemampuan organisasi untuk

memotivasi karyawan melalui keputusan yang efektif yang terlihat dalam aspek-

aspek sasaran organisasi dan visibilitas manajemen puncak. Otonomi kerja dapat

diartikan tingkat kemandirian yang diberikan pada karyawan yang dinilai

berdasarkan aspek-aspek pendelegasian tugas, sistem kerja informal, dan usaha-

usaha untuk meningkatkan enterpreunership.

Pengarahan organisasi dapat artikan perusahaan yang secara keseluruhan

diberi arah seperti terlihat melalui perhatian pada perencanaan, pemikiran strate-

gik, umpan balik, dan pengenda- lian kerja yang seksama. Keterlibatan

organisasional dapat artikan karyawan dilibatkan dalam organisasi, seperti terlihat

pada aspek-aspek kebanggan dalam persahabatan, komunikasi dalam organisasi

yang baik, kesempatan untuk berkembang, dan penghargaan pada individu dan

kelompok.

Orientasi terhadap stakeholder dapat artikan bahwa organisasi

berkomitmen memenuhi harapan dari stakeholder (pelanggan, pemegang saham,

karyawan, pemasok, pemerintah, dan masyarakat umum). Iklim Inovasi dalam

organisasi, dinilai berdasarkan aspek-aspek seperti penilaian perbandingan

Universitas Sumatera Utara

Page 23: proses tebu.pdf

28

kinerja, penelitian dan pengembangan yang terarah, perspektif internasional,

orientasi teknologi dan kepekaan untuk berubah dalam lingkungan bisnis.

Integritas dari tindakan organisasi, yang merupakan kesesuaian antara, rencana

atau komitmen dengan tindakan nyata organisasi, yang dapat dinilai dari aspek-

aspek seperti pelaksanaan etika bisnis dan penghargaan atas prestasi secara nyata.

2.6 Penelitian Terdahulu

Lohjayanti (2007) meneliti Pengendalian Proses Produksi Gula Kristal

di PT Rajawali II Unit Pabrik Gula Jati Tujuh-Majalengka, dengan menggunakan

Variabel Independen (Mesin dan Peralatan, Kemampuan Proses, SDM,

Manajemen, Faktor eksternal) dan Variabel Devenden untuk Peningkatan

Produksi Gula. Alat analisis yang digunakan adalah Metode AHP (Analitical

Hierarchy Process) Penyusunan hirarki Sistem Penunjang Keputusan

Pengendalian Proses. Nilai kepentingan mesin dan peralatan dilihat dari nilai ECR

masing-masing peralatan (model komponen kritis) dan nilai kepentingan

kemampuan proses dilihat dari keluaran model kemampuan proses. Sedangkan

untuk pembobotan faktor SDM, manajemen, dan eksternal dilakukan oleh pakar

yang berkompeten di bidang pergulaan.

Hasil penelitiannya adalah Produksi Gula Kristal Putih dengan

menggunakan metode AHP (Analitical Hierarchy Process) didapatkan bahwa

faktor yang mempengaruhi terkendalinya suatu proses produksi gula kristal antara

lain mesin dan peralatan (0,306), kemampuan proses (0,291), SDM (0,179),

manajemen (0,129), dan faktor eksternal (0,095). Kaitan penelitian terdahulu

dengan penelitian ini adalah faktor yang menyebabkan rendahnya proses produksi

gula di suatu pabrik gula. Dalam hal ini faktor technoware adalah mesin dan

peralatan, serta kemampuan proses, faktor humanware adalah SDM, faktor

organware adalah manajemen.

Dari penjelasan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu, peneliti

memilih 4 (empat) faktor yang diduga mempengaruhi optimalisasi rendemen gula

melalui pemanfaatan teknologi produksi pada Pabrik Gula Sei Semayang PT

Perkebunan Nusantara II (Persero) yakni technoware, humanware, infoware, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 24: proses tebu.pdf

29

organware. Indikator technoware adalah integrasi teknologi, presisi, penanganan

bahan dan pengendalian proses. Indikator humanware adalah kreativitas, orientasi

berprestasi, orientasi bekerjasama, dan kedisiplinan. Indikator infoware adalah

informasi SOP, informasi penggunaan mesin, dan informasi hasil produksi .

Indikator organware adalah efektivitas kepemimpinan, otonomi kerja, dan

keterlibatan organisasional.

Universitas Sumatera Utara