proses regulasi diri pada mantan pecandu · pdf fileproses regulasi diri pada mantan pecandu...

281
PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh: Dyah Ayu Perwitasari 119114067 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: phamdien

Post on 06-Feb-2018

255 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA

YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI

HALAMAN JUDU L

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

HALAMAN JUDU L

Disusun Oleh:

Dyah Ayu Perwitasari

119114067

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

ii

2016

HALAMAN P ERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

iv

MOTTO

HALAMAN MOTTO

“Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan

kepadaku”

“Refleksi adalah proses belajar yang paling indah”

“When you don’t give up, you can’t fail”

“Make a wish, take a chance, make a change, and breakaway”

“Live without limits”

“I wanna try everything, i wanna try even though I could fail”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

v

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

My Dearest Savior, Jesus Christ

Orangtuaku, Papa dan Mama tercinta

Kakak-kakakku tersayang

My Love

Sahabat yang terkasih

Dan segenap pihak yang mendukung

HALAMAN PERSEMBAHAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

vi

LEMBAR PERNYATAAN

KEASLIAN KARYA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

vii

PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA

YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI

Studi Pada Mahasiswa Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Dyah Ayu Perwitasari

ABSTRAK

ABST RAK

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengeksplorasi proses regulasi diri pada mantan pecandu

narkotika yang bekerja sebagai konselor adiksi. Selain itu, penelitian dilakukan untuk mengungkap

faktor yang turut memberikan pengaruh terhadap proses regulasi diri. Pengambilan data dilakukan

dengan cara melakukan wawancara semi terstruktur. Subjek pada penelitian ini berjumlah dua

orang yang memiliki profesi atau pekerjaan sebagai konselor adiksi di sebuah panti rehabilitasi.

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif dengan metode Analisis

Fenomenologis Interpretatif (AFI). Analisis data dilakukan dengan analisis tematik sehingga dapat

ditemukan tema-tema tertentu dan menemukan hubungan pada domain. Proses validasi yang

digunakan adalah kredibilitas dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya

mekanisme kegagalan regulasi diri membuat individu mengalami ketergantungan terhadap

narkotika. Kondisi ketergantungan yang dialami juga memberikan kejenuhan dan menimbulkan

keinginan untuk lepas dari ketergantungan. Selanjutnya, proses rehabilitasi dilakukan sebagai

intervensi atas perilaku adiksi yang dialami individu. Adanya dampak negatif yang dirasakan serta

adanya kebutuhan memberikan motivasi bagi subjek untuk menetapkan suatu tujuan, yang mana

tujuan tersebut merupakan unsur dari regulasi diri. Pasca rehabilitasi, individu masih berjuang

untuk mempertahankan kesembuhannya. Kekambuhan maupun kejatuhan serta masih munculnya

dorongan untuk kembali menggunakan menunjukkan bahwa regulasi diri diperlukan selama

rentang hidup mantan pecandu. Pekerjaan sebagai konselor adiksi digunakan sebagai proses

monitoring untuk mendukung kemampuan regulasi diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

mantan pecandu telah memiliki unsur-unsur regulasi diri, yaitu memiliki tujuan, adanya

monitoring diri, dan operate. Faktor yang memengaruhi proses regulasi diri pada kedua subjek

adalah faktor ekologi mikrosistem dan efikasi diri.

Kata Kunci: regulasi diri, mantan pecandu narkotika, konselor adiksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

viii

A SELF-REGULATION PROCESS OF EX-NARCOTIC ADDICTS WHO

WORK AS ADDICTION COUNSELORS

Study in Psychology in Sanata Dharma University

Dyah Ayu Perwitasari

ABSTRACT

ABSTRA CT

The purpose of this study was to explore the process of self-regulation towards ex-narcotic addicts

who worked as addiction counselors. This research’s purpose was also to find out the factors that

influenced the process of self-regulation. Data were collected through semi-structured interviews.

The subjects of this research were two people who worked as addiction counselors in a

rehabilitation clinic. Type of research was qualitative with Interpretative Phenomenology Analysis

(IPA) method. Data analysis was done by using thematic analysis to find specific themes and the

relations among domains. Data validation was done through credibility and triangulation. The

result showed there was a mechanism of self-regulation failure that made each individual got

addicted to narcotics. The condition of addiction also caused boredom and the willingness to be

free from addiction. Rehabilitation process was done to intervene the addiction behavior that

experienced by each individual. There was negative impact that was felt and there was a need to

motivate each subject to make a purpose which was an element of self-regulation. After

rehabilitation, each individual was still struggling to maintain their recovery. Relapse or downfall

and urge back to narcotics showed that self-regulation was needed for a lifetime period of each

ex-addict. Their jobs as addiction counselors were used as monitoring process to support their

self-regulation. The result showed that ex-addicts already had the elements of self-regulation

which were having purpose, self-monitoring, and operating. The factors that affected the process

of self-regulation to both subjects were microsytem ecology factor and self-effifacy.

Keywords: self-regulation, ex-narcotic addicts, addiction counselors

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

ix

LEMBAR PERNYATAAN

PERSETUJUAN

PUBLIKASI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

x

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaanNya

sehingga penulis dapat melalui setiap proses dalam penulisan skripsi dengan baik.

Proses pembuatan skripsi ini tentu melewati berbagai perjumpaan dan pengalaman

yang mengesankan. Melalui penulisan skripsi ini, tidak hanya pengetahuan baru

yang didapatkan, tetapi juga nilai dan kesan tersendiri bagi penulis.

Mencoba mengenali dan memahami apa yang sebelumnya tidak pernah

diketahui oleh penulis menjadi suatu tantangan tersendiri, terutama dalam hal

memahami proses jatuh-bangun seorang mantan pecandu narkotika. Proses mental

yang luar biasa yang dialami oleh seorang mantan pecandu dapat menjadi proses

refleksi tersendiri bagi penulis. Proses mental yang luar biasa, terlebih perjuangan

untuk bertahan dan pulih dari adiksi yang dialaminya.

Membuka mata dan hati, itulah yang penulis refleksikan selama proses

penulisan skripsi. Belajar dari pengalaman orang lain merupakan proses belajar

yang melibatkan refleksi bagi penulis. Bagaimana sebuah pengalaman dapat

menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang penting untuk dibagikan kepada sesama

sebagai proses pembelajaran dalam hidup.

Tak luput pula adanya dukungan dari orang-orang terkasih dan juga peran

sertanya dalam memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini. Juga adanya

peran dari berbagai pihak yang turut serta membantu untuk kelancaran proses

penulisan skripsi. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

xi

1. Tuhan Yang Maha Esa, Yesus Kristus, yang kusebut sebagai Juru Selamat,

sumber penghiburan, harapan, dan kekuatan bagi penulis.

2. Kedua orang tua saya, Papa Susamto Sanjaya dan Mama Erna Isvandari,

yang memberikan dukungan dan semangat, serta nasehat kepada penulis

selama proses mengerjakan skripsi. Sehat terus buat Papa dan Mama

3. Ibu Sylvia Carolina M. Y. M., M.Si., yang telah mendampingi,

membimbing, dan mendukung penulis selama proses mengerjakan skripsi.

Terimakasih banyak Bu, telah menyediakan waktu (selain waktu

bimbingan) untuk curhat. Sukses buat karir maupun studi Ibu ya.

4. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi yang

telah memberi ijin untuk mengikuti ujian skripsi.

5. Kedua penguji yang baik hati, Dr. Tjipto Susana, M.Si. dan Dr. YB. Cahya

Widiyanto, M.Si., terimakasih atas saran, kritik, maupun masukan bagi

penulis untuk memberikan hasil penelitian yang lebih baik.

6. Bro Eko dan Sis Lely, yang sudah membantu kelancaran skripsi dan

bersedia memberikan masukan dan informasi mengenai dunia adiksi. Sehat

selalu dan sukses buat kalian semua, aku mengasihi kalian

7. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang

turut memberikan dukungan hingga akhir proses mengerjakan skripsi.

8. Panti Sosial Parmadi Putra, yang secara hangat dan terbuka memberikan

bantuan dan kelancaran dalam bentuk memberikan ijin penelitian.

9. Ibu Monica Eviandaru M., yang telah membantu memberikan gambaran dan

pengarahan pada awal proses penulisan skripsi. Sukses untuk Ibu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

xii

10. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi (Bu Nanik, Mas Gandung, dan Mas

Muji) yang selalu memberikan keramahan dan bantuan dalam hal

administrasi.

11. Kedua kakak saya, Angelia Nirmalasari dan Ervanto Agung Sanjaya yang

telah memberikan semangat kepada penulis.

12. Simon Yuarto, si “bawel” yang selalu memberikan dukungan dan semangat

kepada penulis selama proses mengerjakan skripsi. I love you, darl.

13. Teman-teman Teater Garis Aletheia, untuk Mba Ninit, Kak Yuni, Mba

Brenda, Indri, Grace, Cindy, dan Pak Wandy. Terimakasih atas doa dan

dukungan yang selalu diberikan kepada penulis. Tuhan memberkati

14. Kepada Mas Putu, Mas Aga, Mba Melati, Mba Herlina, Sawilda, Bella,

Raysa Rere, Anita, Tuti, dan seluruh teman-teman Komunitas Debat,

terimakasih atas semangat dan dukungan yang kalian berikan.

15. Serta kepada seluruh teman dan pihak lain yang turut mengisi hari-hariku,

yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena

itu, penulis menerima segala bentuk kritik atau masukan. Semoga penelitian ini

dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat membuka hati

untuk mendukung proses pemulihan pada mantan pecandu narkotika.

Yogyakarta

Penulis,

Dyah Ayu Perwitasari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

ABSTRACT ........................................................................................................... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................. ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9

1. Manfaat Teoritis ................................................................................... 9

2. Manfaat Praktis .................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 11

A. Regulasi Diri .............................................................................................. 11

1. Pengertian Regulasi Diri .................................................................... 11

2. Unsur-unsur dalam Regulasi Diri ....................................................... 13

3. Pola-pola Umum dan Mekanisme Kegagalan Regulasi Diri ............. 16

B. NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya) .................... 27

1. Pengertian NAPZA ............................................................................ 27

2. Jenis-Jenis Penggolongan NAPZA .................................................... 28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

xiv

3. Efek yang Ditimbulkan oleh NAPZA ................................................ 29

C. Gangguan yang Berkaitan dengan Penggunaan Zat................................... 31

1. Penggolongan Gangguan yang Berkaitan dengan Zat ....................... 31

2. Istilah Pengguna, Penyalah guna, dan Ketergantungan ..................... 32

3. Tahapan Ketergantungan.................................................................... 33

4. Karakteristik Ketergantungan ............................................................ 34

D. Siklus Kekambuhan ................................................................................... 35

1. Pengertian Kekambuhan (relapse) ..................................................... 35

2. Tahapan Relapse (kekambuhan) ........................................................ 36

3. Pemicu Terjadinya Kekambuhan (Relapse) ....................................... 38

4. Tahapan Recovery (Kesembuhan) ...................................................... 40

E. Model Ekologi pada Perkembangan Manusia............................................ 43

F. Self Efficacy ................................................................................................ 44

G. Dinamika Regulasi Diri pada Mantan Pecandu Narkotika ........................ 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 51

A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 51

B. Fokus Penelitian ......................................................................................... 52

C. Subjek Penelitian ........................................................................................ 52

1. Teknik Pemilihan Subjek ................................................................... 52

2. Karakteristik Subjek ........................................................................... 53

D. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 53

E. Metode Analisis Data ................................................................................. 56

F. Keabsahan Data .......................................................................................... 59

1. Kredibilitas ......................................................................................... 59

2. Triangulasi .......................................................................................... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 62

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ........................................................ 62

1. Persiapan Penelitian dan Perijinan ..................................................... 62

2. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 64

B. Subjek Penelitian ........................................................................................ 65

1. Demografi Subjek .............................................................................. 65

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

xv

2. Latar Belakang Subjek ....................................................................... 65

C. Analisis Data Penelitian ............................................................................. 73

1. Kegagalan Regulasi Diri yang Dialami Oleh Subjek ......................... 73

2. Kondisi Subjek Saat Menjadi Pecandu .............................................. 77

3. Awal dari Proses Regulasi Diri .......................................................... 81

4. Bentuk dan Upaya Regulasi Diri Pasca Rehabilitasi ............................ 88

D. Pembahasan .............................................................................................. 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 123

A. Kesimpulan .............................................................................................. 123

B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 124

C. Saran ......................................................................................................... 125

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 127

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir....................................................................50

Gambar 2. Skema Perjalanan Menuju Adiksi......................................................107

Gambar 3. Skema Menuju Proses Kesembuhan..................................................122

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

xvii

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pedoman Wawancara.......................................................................... 54

Tabel 2. Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................64

Tabel 3. Demografi Subjek.................................................................................65

Tabel 4. Kegagalan Regulasi Diri yang Dialami Subjek....................................73

Tabel 5. Kondisi Saat Menjadi Pecandu............................................................78

Tabel 6. Awal Proses Regulasi Diri....................................................................81

Tabel 7. Bentuk dan Upaya Regulasi Diri..........................................................89

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Informed Consent..............................................................................................134

Surat Persetujuan Wawancara Subjek 1............................................................135

Surat Persetujuan Wawancara Subjek 2............................................................136

Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Fakultas (bulan Oktober 2015).............137

Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Fakultas (bulan Januari 2016)...............138

Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Gubernur (bulan Oktober 2015)............139

Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Gubernur (bulan Januari 2016).............140

Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Dinas Sosial (bulan Oktober 2015).......141

Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Dinas Sosial (bulan Januari 2016)........142

Transkrip Wawancara Subjek 1.........................................................................143

Transkrip Wawancara Subjek 2.........................................................................206

Lampiran Member Checking Subjek 1..............................................................255

Lampiran Member Checking Subjek 2..............................................................260

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

1

BAB I

PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah A Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah yang sering muncul di dalam kehidupan

masyarakat hingga saat ini adalah terkait penyalahgunaan dan

ketergantungan obat-obatan terlarang/ narkotika. Narkotika (Sulistami,

Yulia, & Tegawati, 2013) merupakan zat atau obat yang berasal dari

tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan.

Jumlah penyalahguna dan pecandu narkotika di Indonesia terus

mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Menurut data penelitian

Badan Narkotika Nasional (BNN) diprediksi angka prevalensi penyalahguna

narkoba mencapai 5,1 juta orang di tahun 2015

(http://portalindonesianews.com/posts/view/1626/tahun_2015_jumlah_peng

guna_narkoba_di_indonesia_capai_5_juta_orangdiakses tanggal 29 Mei

2015).

Penyalahgunaan narkotika dapat terjadi pada berbagai rentang usia.

Akan tetapi, secara umum lebih banyak terjadi di kalangan remaja hingga

dewasa awal. Tercatat oleh Infodatin (Pusat Data dan Informasi Kementrian

Kesehatan RI, 2014), sepanjang tahun 2008 hingga 2012 tercatat bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

2

tersangka narkoba pada rentang usia 16 hingga 19 tahun mencapai 2.016

kasus, sedangkan untuk rentang usia 20 hingga 24 tahun tercatat setidaknya

terdapat 5.478 kasus. Sebanyak 22 persen pengguna narkoba di Indonesia

berasal dari kalangan pelajar. Jumlah tersebut menempati urutan kedua

terbanyak setelah pekerja yang menggunakan narkoba. Akan tetapi, 70

persen pengguna di kalangan pekerja tersebut merupakan pemakai lanjutan.

Artinya, sejak menjadi pelajar mereka sudah menggunakan narkoba.

(http://nasional.sindonews.com/read/773842/15/22-persen-pengguna-

narkoba-adalah-pelajar-1377080228 diakses pada tanggal 29 Mei 2015).

DSM-IV TR (dalam Nevid, Rathus, & Grenee, 2005) menggunakan

istilah penyalahgunaan zat dan adiksi zat untuk menggolongkan orang-

orang yang penggunaan zatnya merusak fungsi mereka. Penyalahgunaan zat

melibatkan pola penggunaan berulang yang menghasilkan konsekuensi yang

merusak. Penyalahgunaan zat yang berlangsung dalam periode waktu yang

panjang atau meningkat menimbulkan adiksi pada zat. Adiksi merupakan

penggunaan habitual dan kompulsif yang diiringi dengan adanya

ketergantungan fisiologis dan psikologis. Ketergantungan fisiologis berarti

tubuh telah berubah sedemikian rupa akibat penggunaan secara teratur

sehingga tubuh menjadi tergantung pada pasokan zat yang stabil.

Ketergantungan psikologis ditandai dengan penggunaan secara kompulsif

untuk memenuhi kebutuhan psikologis (Nevid dkk., 2005).

Terdapat berbagai faktor yang memengaruhi individu terlibat dalam

penyalahgunaan narkotika. Faktor-faktor tersebut antara lain keingintahuan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

3

keinginan diterima di suatu kelompok, pengaruh teman sebaya, adanya

masalah keluarga, dan masih banyak faktor penyebab lainnya (Rahmadona

& Agustin, 2014; Tambunan, Sahar, & Hastono, 2008). Cooper

menambahkan, adanya afek negatif yang dialami menjadi motivasi bagi

individu untuk menggunakan narkotika sebagai mekanisme penyelesaian

masalah (dalam Crockett, Raffaelli, & Shen, 2006).

Baumeister dan Heatherton (1996) mengungkapkan bahwa masalah

ketergantungan muncul sebagai akibat individu tidak memiliki disiplin dan

kontrol atas dirinya sendiri. Adanya kontrol diri yang tinggi direlasikan

dengan penyesuaian diri yang baik, kurangnya psikopatologi, relasi yang

sehat, meningkatnya kemampuan sosial, dan sedikit memiliki masalah

perilaku kecanduan seperti merokok dan penyalahgunaan obat

(Baumgardner & Crothers, 2009).

Kegagalan regulasi diri (tidak adanya disiplin dan kontrol diri) dinilai

sebagai masalah dasar yang telah meluas di kehidupan masyarakat

(Baumeister & Heatherton, 1996). Regulasi diri (merupakan pertukaran dari

kontrol diri) dinilai sebagai kekuatan manusia untuk merespon secara efektif

terhadap kejadian buruk yang dialami oleh individu (Lopez, 2008). Regulasi

diri juga dinilai sebagai kekuatan untuk mengontrol emosi, pikiran, dan

perilaku pada diri individu (Baumeister, Tice, & Heatherton, 1994).

Penelitian sebelumnya menunjukkan manfaat dari regulasi diri seperti

mengalami masalah emosi yang lebih sedikit, mampu mengontrol perilaku

impulsif, dan melakukan perilaku yang diterima oleh masyarakat. Selain itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

4

adanya kemampuan dari regulasi diri mampu melindungi individu dari

perilaku berisiko seperti penyalahgunaan narkotika (Abolghasemi & Rajabi,

2013; Bakhshani & Hosseinbor, 2013).

Banyak peneliti yang menemukan adanya keterkaitan antara

rendahnya kemampuan regulasi diri dengan perilaku merokok, mabuk, dan

penyalahgunaan narkotika (Bukhtawer, Muhammad, & Iqbal, 2014).

Sayangnya, beberapa penelitian lebih berfokus pada kegagalan regulasi diri

dibandingkan dengan bagaimana proses regulasi diri dapat terbentuk

(Baumeister & Heatherton, 1996; Heatherton & Wagner, 2011).

Pecandu narkotika tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk

mengontrol dirinya. Hal itu terjadi karena pecandu terikat dengan

penyalahgunaan untuk menanggulangi sensasi yang tidak menyenangkan

atau untuk mengurangi emosi negatif (Abolghasemi & Rajabi, 2013). Untuk

itu, rehabilitasi merupakan solusi intervensi bagi individu yang terlibat

penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika. Proses rehabilitasi tentunya

beragam dengan tujuan yang sama yaitu untuk mengubah perilaku adiksi

pada pecandu agar tidak mengalami kekambuhan. Akan tetapi, fakta

menunjukkan banyak pecandu yang telah menjalani proses rehabilitasi

mengalami kekambuhan (relapse) dan kembali lagi menjalani rehabilitasi.

Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan tingkat kekambuhan

(relapse) mantan pecandu narkoba di Indonesia tinggi. Dari sekitar 6.000

pecandu yang ikut menjalani rehabilitasi per tahunnya, sekitar 40 persen

akhirnya kembali lagi menjadi pecandu (http://lampost.co/berita/tingkat-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

5

kekambuhan-pecandu-narkoba-tinggi diakses pada tanggal 19 Februari

2016). Relapse atau kekambuhan berarti individu secara utuh kembali pada

pola adiksinya atau kembali pada penyimpangan perilakunya (Jiloha, 2011).

Relapse dipandang sebagai tantangan dalam setiap treatment penyimpangan

perilaku (Ibrahim & Kumar, 2009) dan merupakan masalah terbesar bagi

pecandu dalam mempertahankan kesembuhannya (Bhandari, Dahal, &

Neupane, 2015).

Dalam perspektif biologis, adiksi merupakan penyakit kronis yang

disertai dengan perubahan fungsi otak. Adiksi dalam jangka waktu yang

lama dapat mengurangi jumlah reseptor pada neuron penerima di mana

dopamin berada. Akibatnya, kemampuan otak menjadi menurun untuk

memproduksi dopamin sendiri. Perubahan pada sistem dopamin dapat

menjelaskan adanya rasa ketagihan yang kuat dan munculnya kecemasan

saat individu mengalami gejala putus zat (Nevid dkk., 2005). Adiksi

merupakan penyakit otak (brain disease) yang memiliki konsekuensi secara

biokimia maupun psikososial. Adiksi dikatakan sebagai sesuatu yang kronis,

bahkan terkadang disertai kekambuhan otak (brain relapsing) dengan

perilaku kompulsif seperti mencari narkoba walaupun mengetahui

konsekuensi negatifnya (Jiloha, 2011). Uraian tersebut memperlihatkan

adanya kesulitan bagi individu dengan ketergantungan kimia dalam

mempertahankan abstinensi (Nevid dkk., 2005).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, relapse

sebagian besar terjadi karena individu tidak mampu mengelola dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

6

mengontrol emosi (Ibrahim & Kumar, 2009). Pasca rehabilitasi, individu

mengalami ketidakstabilan emosi, rasa mengidam, ego yang lemah, dan

adanya emosi negatif. Selain itu, individu menggunakan coping yang tidak

efektif untuk mengatasi emosi negatif. Tekanan hidup juga menjadi

penyebab relapse pada pecandu karena mampu menurunkan kontrol diri dan

menghasilkan coping yang negatif untuk mengatasi tekanan (Matoo,

Chakrabarti, & Anjaiah, 2009; Sinha, 2001; Syuhada, 2015). Dari hal

tersebut, dapat disimpulkan bahwa relapse terjadi karena individu masih

lemah dalam meregulasi dirinya, yaitu individu masih memiliki masalah

yang berkaitan dengan emosi (Bukhtawer dkk., 2014; Hammerbacher &

Lyvers, 2005; Hurriyati, 2010; Rosyidah & Nurdibyanandaru, 2010).

Sayangnya, bagaimana proses regulasi diri pada mantan pecandu tidak

diungkap oleh penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelitian sebelumnya,

penting untuk meneliti bagaimana peran regulasi diri untuk menjaga kondisi

abstinen terhadap narkotika (Bukhtawer dkk., 2014).

Salah satu kisah dari mantan pecandu yang bernama Gibon dapat

menjadi suatu bukti bahwa setelah menjalani rehabilitasi sekalipun, individu

masih mengalami dorongan-dorongan berupa keinginan untuk kembali

menggunakan (http://www.kompasiana.com/rahab/kisah-nyata-suara-hati-

mantan-pecandu-narkoba_54f75c6ca33311f9368b460b diakses pada tanggal

12 Juli 2016). Apabila Gibon tidak mampu memelihara emosi, maka

kecenderungan untuk kembali menggunakan akan ada. Tentu saja

diperlukan kemampuan regulasi diri untuk mengontrol emosi agar mantan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

7

pecandu tidak kembali menggunakan narkotika. Berdasarkan hal inilah

peneliti ingin mengeksplorasi bagaimana regulasi diri pada mantan pecandu

narkotika yang memiliki keinginan untuk menjaga kondisi abstinen.

Fitri Syarifah menuliskan, rasa kecanduan yang diciptakan oleh

narkotika ternyata disimpan baik di dalam memori/ ingatan sebagai sesuatu

yang menyenangkan. Memori muncul kembali ketika mantan pecandu

mengalami situasi yang tidak menyenangkan. Mantan pengguna narkoba

mengalami kesulitan mengendalikan keinginannya mengonsumsi narkoba

sampai kapanpun bila tidak didukung lingkungan yang baik

(http://health.liputan6.com/read/2065201/mantan-pecandu-narkoba-tak-bisa-

sembuh-selamanya diakses pada tanggal 19 Februari 2016).

Tidak hanya mengenai kemampuan regulasi diri, faktor lingkungan

juga turut membantu dalam mempertahankan kesembuhan bagi mantan

pecandu narkotika. Faktor lingkungan dapat berupa dukungan dari keluarga

maupun dari significant other. Dukungan yang tidak konsisten memberikan

peluang bagi mantan pecandu narkotika untuk kembali kambuh (Aztri &

Milla, 2013; Bhandari dkk., 2015; Hammerbacher & Lyvers, 2005;

Hurriyati, 2010; Ismail, 2015). Dukungan dari keluarga maupun significant

other memiliki efek yang tinggi terhadap regulasi diri. Keluarga dan

significant other dapat menjadi prediksi pada regulasi diri. Individu yang

menerima dukungan dari keluarga dan significant other lebih memiliki

usaha untuk mencapai target dan memiliki coping yang lebih baik untuk

masalah hidup (Tariqi & Tamini, 2014). Faktor eksternal pada regulasi diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

8

(sebagai contoh faktor lingkungan) memengaruhi regulasi diri dengan

menyediakan cara untuk mendapatkan penguatan (Feist & Feist, 2010).

Faktor lain yang turut memberikan pengaruh adalah terkait adanya

efikasi diri. Efikasi diri berperan untuk memperkuat keyakinan dalam usaha

mempertahankan kesembuhan bagi mantan pecandu narkotika (Aztri &

Milla, 2013; Dennis & Scott, 2007; Mattoo dkk., 2009; Syuhada, 2015).

Efikasi diri berguna sebagai motivasi dalam upaya individu meregulasi

dirinya (Bandura, 1999; Clark, 2011). Berdasarkan uraian tersebut, regulasi

diri juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti efikasi diri dan faktor

lingkungan. Inilah yang menjadikan proses regulasi diri menjadi suatu hal

yang kompleks dan saling memberikan pengaruh.

Upaya mantan pecandu untuk mempertahankan recovery tentunya

beragam. Hal yang dilakukan oleh Gibon adalah mendalami dunia adiksi

dengan cara belajar menjadi konselor. Menurut Gibon, dengan menjadi

konselor, dirinya dapat membantu orang lain sekaligus membantu dirinya

sebagai pengingat melalui program training yang ia lakukan. Gibon juga

mengungkapkan bahwa peran keluarga juga dirasa sangat besar bagi dirinya

(http://www.kompasiana.com/rahab/kisah-nyata-suara-hati-mantan-

pecandu-narkoba_54f75c6ca33311f9368b460b diakses pada tanggal 12 Juli

2016). Oleh karena itu, peneliti ingin mengeksplorasi proses regulasi diri

pada mantan pecandu narkotika dan ingin mengetahui bagaimana pengaruh

faktor lain terhadap proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

9

B. Pertanyaan Penelitian B Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika yang

bekerja sebagai konselor adiksi?

2. Bagaimanakah pengaruh dari faktor lain dalam proses regulasi diri?

C. Tujuan Penelitian C Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi proses regulasi diri pada

mantan pecandu narkotika yang bekerja sebagai konselor adiksi.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana pengaruh dari

faktor lain dalam proses regulasi diri.

D. Manfaat Penelitian D Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pengetahuan dalam ilmu Psikologi mengenai

proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika. Selain itu,

penelitian ini juga memberikan sumbangan pengetahuan berupa

bagaimana pengaruh dari faktor lain terhadap proses regulasi diri pada

mantan pecandu narkotika.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mantan Pecandu Narkotika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

10

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan

bagi mantan pecandu narkotika dalam upaya meregulasi dirinya

agar tidak kembali menggunakan narkotika pasca rehabilitasi.

b. Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan

dan kesadaran bagi keluarga mantan pecandu narkotika untuk

senantiasa memberikan dukungan sebagai upaya membantu

mempertahankan kemampuan regulasi diri pada mantan pecandu

narkotika.

c. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kesadaran bagi

masyarakat untuk memberikan dukungan berupa penerimaan

sebagai upaya mempertahankan kesembuhan dari mantan pecandu

narkotika.

d. Bagi Dinas Sosial/ Panti Rehabilitasi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak Dinas Sosial

maupun Panti Rehabilitasi untuk memberikan penguatan terhadap

kemampuan regulasi diri. Selain itu, penelitian ini diharapkan

mampu memberikan sumbangan berupa pentingnya kemampuan

regulasi diri sehingga pihak Dinas Sosial atau Panti Rehabilitasi

dapat memberikan treatment yang mendukung proses regulasi diri

pada residen pecandu maupun penyalahguna narkotika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Regulasi Diri A Regulasi D iri

1. Pengertian Regulasi Diri

Regulasi diri merupakan kemampuan untuk meregulasi atau

mengubah perhatian, perasaan, dan perilaku yang disesuaikan dengan

tuntutan internal dan eksternal dalam mencapai tujuan yang lebih tinggi

(dalam Crockett dkk., 2006; Ridder & Wit, 2006). Karolyi

mengungkapkan bahwa regulasi diri dan kontrol diri mengarah pada

kemampuan seseorang untuk memulai dan memandu tindakan mereka

dalam mencapai suatu tujuan di masa depan (dalam Baumgardner &

Crothers, 2009).

Regulasi diri mengarah pada usaha yang dilakukan oleh manusia

untuk mengubah sebuah reaksi/ respon/ dorongan. Respon/ reaksi/

dorongan yang dimaksud dapat meliputi tindakan, pikiran, perasaan,

keinginan, dan perbuatan (Baumeister dkk., 1994). Regulasi diri

(merupakan pertukaran dari kontrol diri) menunjukkan pada kemampuan

seseorang untuk mengubah dirinya sendiri (Lopez, 2008). Esensi dasar

dari regulasi diri adalah mengesampingkan (overriding) respon/

dorongan. Konsep mengesampingkan meliputi memulai, menghentikan,

mencegah atau mengubah runtutan kejadian akibat suatu respon/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

12

dorongan. Bentuk dasar dari mengesampingkan adalah menghentikan

rangkaian dari suatu respon.

Baumeister (dalam Lopez, 2008) mengidentifikasi bahwa kontrol

diri dipelajari melalui empat domain antara lain kontrol dorongan,

mengontrol pikiran, meregulasi mood atau emosi, dan mengontrol

keseluruhan proses yang menunjukkan kualitas performansi seseorang

(performance management). Hal utama dalam regulasi diri adalah

menghentikan dorongan yang tidak sehat.

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa regulasi diri

memiliki dua fitur/ kekayaan umum yaitu: 1) regulasi diri sebagai sistem

motivasional yang dinamis dalam membuat tujuan (setting goals),

meningkatkan dan menetapkan strategi untuk meraih tujuan, menilai

perkembangan/ progres, dan meninjau ulang tujuan dan strategi yang

telah diterapkan. 2) regulasi diri berfokus pada mengelola respon/

dorongan emosi (emotional responses), yang mana terlihat sebagai

elemen penting dalam sistem motivasi, dan dipahami sebagai hal

kompleks dalam kaitannya dengan proses kognisi (Ridder & Wit, 2006).

Di sisi lain, Baumeister dan Heatherton (1996) membedakan

kegagalan regulasi diri menjadi dua, yaitu underregulation dan

misregulation. Underregulation berarti memiliki kegagalan dalam

menggunakan kontrol diri atau individu tidak mampu mengelola kontrol

dirinya. Underregulation (regulasi lemah) berarti seseorang tidak cukup

memiliki kekuatan untuk mengendalikan pikiran, perasaan, dan dorongan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

13

yang tidak diinginkan. Misregulation berarti individu melibatkan kontrol

dengan cara yang salah atau tidak produktif sehingga hasil yang

diinginkan tidak tercapai.

2. Unsur-unsur dalam Regulasi Diri

Baumeister dan Heatherton (1996) memberikan penjelasan

mengenai tiga komponen/ unsur dalam regulasi diri. Komponen dalam

regulasi ini dapat menjadi penentu keberhasilan regulasi diri pada

individu. Komponen regulasi diri digunakan untuk menjelaskan

mengenai fitur regulasi diri sebagai sistem motivasional yang dinamis

dalam membuat (setting goals) tujuan, meningkatkan dan menetapkan

strategi untuk meraih tujuan, menilai perkembangan/ progres, dan

meninjau ulang tujuan dan strategi yang telah diterapkan. Berikut adalah

tiga komponen dalam regulasi diri:

a. Standar atau ukuran

Standar atau ukuran merupakan tujuan atau konsep lainnya yang

mungkin untuk dicapai oleh individu. Standar atau ukuran dapat

berupa norma sosial, tujuan personal, harapan mengenai orang lain,

dan sebagainya (Baumeister dkk., 1994).

Bandura, Schunk, dan Zimmerman (dalam King, 2010)

memaparkan bahwa tujuan yang spesifik, berjangka pendek, dan

menantang dapat meningkatkan keberhasilan regulasi diri pada

individu. Anderman dan Wolters (dalam King, 2010) mengungkapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

14

bahwa tujuan yang menantang akan melibatkan minat dan usaha pada

individu dibandingkan dengan tujuan yang mudah dicapai.

Tujuan dibuat dengan adanya ukuran yang jelas dan konsisten.

Tanpa adanya ukuran yang jelas dan konsisten, maka regulasi diri

akan terganggu. Selain itu, standar/ ukuran yang bertentangan dan

mengandung konflik dapat menghambat regulasi diri yang efektif

(Baumeister & Heatherton, 1996). Tujuan yang baik merupakan suatu

tujuan yang dibuat oleh individu mengenai apa yang ingin dicapai,

bukan dihindari. Penelitian yang dilakukan oleh Elliot dan Sheldon

(dalam King, 2010) memperoleh penemuan bahwa tujuan yang dibuat

untuk menghindari sesuatu diasosiasikan dengan kinerja dan stress

yang buruk.

b. Pemantauan (monitoring)

Proses monitoring pada individu melibatkan respon timbal balik,

yaitu membandingkan kondisi nyata yang ada dalam diri individu

dengan standar atau ukuran yang dibuat. Kesuksesan regulasi diri

dapat diraih apabila seseorang tetap berada pada jalan yang telah

dibuat/ berada pada trek (Baumeister & Heatherton, 1996). Seseorang

dapat meregulasi dirinya dengan sukses apabila dirinya tetap memiliki

atensi terhadap apa yang mereka lakukan dalam mengejar suatu tujuan

atau menambah pengetahuan mereka mengenai respon/ keinginan/

dorongan yang mereka miliki (Baumeister dkk., 1994).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

15

Mengonsumsi alkohol dapat meningkatkan kegagalan regulasi

diri karena mengurangi atensi sehingga seseorang memiliki

kekurangan dalam memonitoring dirinya sendiri. Kegagalan dalam

menilai kelebihan diri sendiri (atau underestimasi kemampuan) juga

dapat menjadi penghalang dalam mencapai tujuan dan menghambat

regulasi diri (Baumeister & Heatherton, 1996).

c. Menjalankan (operate)

Menjalankan (operate) menunjuk kepada kemampuan seseorang

mengubah keadaan saat ini untuk mencapai tujuan. Regulasi diri dapat

gagal walaupun seseorang memiliki tujuan yang jelas dan pemantauan

yang efektif, hanya dikarenakan tidak mampu beradaptasi dengan

perubahan. Beradaptasi dapat berarti individu menyesuaikan diri

dengan lingkungan atau individu mengubah lingkungannya

(Baumeister & Heatherton, 1996).

Tujuan dari menjalankan (operate) ini adalah menghasilkan

perubahan terhadap dorongan/ keinginan ataupun respon. Regulasi diri

berarti dapat mengesampingkan suatu respon yang terjadi secara

normal, natural, atau karena kebiasaan (Baumeister dkk., 1994).

Regulasi diri merupakan proses kontrol yang menolak

konsekuensi dari impuls/ dorongan. Misalnya, seseorang mencoba

mengurangi kebiasaan mabuknya akan terlihat menolak mengonsumsi

alkohol sehingga mencegahnya untuk mabuk (Baumeister &

Heatherton, 1996).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

16

3. Pola-pola Umum dan Mekanisme Kegagalan Regulasi Diri

Dasar dari regulasi diri adalah memiliki standar, memantau diri

sendiri untuk mencapai standar, dan mengubah respon agar individu

dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap standarnya. Kegagalan

regulasi diri dapat terjadi pada dasar-dasar tersebut. Kegagalan regulasi

diri juga dapat terjadi akibat individu tidak mampu mengesampingkan,

menghentikan, maupun mengatasi dorongan. Berikut adalah pola umum

kegagalan regulasi diri (Baumeister dkk., 1994):

a. Konflik pada standar/ tujuan (conflicting standards)

Menurut Karoly (dalam Baumeister dkk., 1994), kegagalan regulasi

dapat terjadi ketika seseorang tidak memiliki standar/ tujuan yang

mana standar/ tujuan tersebut yang menjadi dasar dari regulasi diri.

Secara umum, masalah yang dialami oleh individu adalah ketika

dirinya memiliki beberapa tujuan yang tidak konsisten, bertentangan,

atau tidak cocok.

Ketika seseorang memiliki beberapa standar/ tujuan ataupun

memiliki tujuan yang saling bertentangan, mereka menjadi tidak

mampu mengelola dirinya sendiri secara efektif. Hamlet, Emmons,

dan King menunjukkan bahwa adanya tujuan yang saling bertentangan

memunculkan kecenderungan seseorang untuk lebih banyak merenung

dibandingkan bertindak, sehingga orang tersebut tidak memiliki

progres untuk mencapai salah satu dari tujuannya. Van Hook dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

17

Higgins menunjukkan bahwa tujuan yang tidak spesifik dan memiliki

konflik dalam mengarahkan diri membuat seseorang menjadi kacau,

bimbang, memiliki respon yang menentang, kebingungan akan

identitasnya, dan memiliki distres emosi (dalam Baumeister dkk.,

1994).

b. Reduksi pada monitoring (reduction of monitoring)

Kegagalan regulasi diri dapat terjadi ketika seseorang bertindak

curang saat memantau/ memonitoring dirinya dalam mencapai suatu

tujuan. Regulasi diri yang efektif melibatkan adanya evaluasi

mengenai diri dan tindakan secara berkala terkait dengan tujuan dan

melihat bagaimana untuk meningkatkannya.

Sikap/ perilaku yang konsisten juga kerap dikaitkan dengan

kemampuan seseorang untuk memonitor dirinya sendiri. Memiliki

sikap yang konsisten membuat individu dapat berfokus untuk

mengevaluasi dirinya dan berada pada trek yang dibuatnya untuk

mencapai suatu tujuan.

Deindividuasi juga dikaitkan dengan isu dari monitoring.

Deindividuasi berarti kehilangan kesadaran diri (self-awareness) dan

kurangnya/ hilangnya evaluasi diri (evaluation apprehension)

terutama saat seseorang merasa direndam dalam suatu kumpulan

orang-orang. Deindividuasi diasosiasikan dengan beberapa tindakan

kekerasan dan tindakan yang berbahaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

18

Hull mengungkapkan bahwa mengonsumsi alkohol dapat

mengurangi kesadaran diri dengan cara mereduksi proses kognisi yang

berkaitan dengan diri. Akibatnya, individu kehilangan kapasitas untuk

berpikir mengenai diri mereka sendiri, tidak mampu mengevaluasi

diri, tidak membandingkan dirinya sendiri dengan tujuan/ standar

personal, dan memiliki dampak dari kejadian saat ini untuk masa

depan mereka (dalam Baumeister dkk., 1994).

c. Regulasi Diri: Kekuatan yang Terbatas (Limited Source)

Kegagalan regulasi diri terjadi ketika seseorang tidak cukup

memiliki kekuatan akan suatu tugas. Regulasi diri melibatkan

perlawanan antara kekuatan dari dorongan dan gangguan untuk

beraksi dengan kekuatan dari mekanisme regulasi diri untuk

menginterupsi respon tersebut dan mencegah aksi yang diakibatkan

dari gangguan tersebut.

Pada bahasan ini lebih relevan dengan unsur regulasi diri, yaitu

kemampuan untuk menyesuaikan dengan standar/ tujuan. Kegagalan

regulasi diri dapat terjadi ketika seseorang tidak dapat

mengesampingkan responnya dan tidak mampu membawanya tetap

berada pada keinginan/ tujuannya. Baumeister dan Heatherton (1996)

mengungkapkan bahwa setiap dorongan dan motivasi memiliki

kekuatan yang bervariasi. Jika dorongan memiliki kekuatan yang

besar, maka seseorang harus memiliki kekuatan yang lebih besar

untuk menahan atau mengontrol dorongan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

19

Asal dari “kekuatan” yang dibutuhkan agar regulasi diri berhasil

dengan melibatkan self-stopping. Self-stopping melibatkan sumber

mental dan fisik. Untuk mengendalikan sebuah dorongan/ kebiasaan/

kecenderungan lainnya, seseorang terkadang menggunakan kekuatan

mental dan fisik.

Berdasarkan konsep “kekuatan” dalam regulasi diri, berikut adalah

beberapa penyebab tidak adanya kekuatan pada diri seseorang untuk

melakukan regulasi diri:

1) Kelemahan yang kronis

Setiap individu memiliki kekuatan yang berbeda-beda dalam

menghadapi respon/ dorongan yang sama. Setiap orang memiliki

kapasitas yang berbeda-beda dalam mengendalikan dorongan,

keinginan, perasaan, dan tindakan mereka. Akan tetapi, kekuatan

pada tiap orang dapat ditingkatkan melalui latihan yang rutin.

Kekuatan regulasi diri dapat melemah apabila tidak dilatih secara

rutin.

2) Temporary (kekuatan merupakan sumber yang terbatas)

Kekuatan merupakan sumber yang terbatas dan dapat habis ketika

digunakan untuk mengontrol hal yang lain. Pada suatu waktu,

seseorang hanya mampu meregulasi beberapa perilakunya. Ketika

kekuatan regulasinya terkuras pada suatu tuntutan/ tekanan, maka

regulasi diri akan rusak dan dapat berimbas pada aspek lain.

Akibatnya, seseorang dapat menjadi lebih emosional dan mudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

20

tersinggung sehingga mereka cenderung meningkatkan perilaku

merokok, diet ketat atau banyak makan, menyalahgunakan alkohol

atau obat-obatan (Baumeister & Heatherton, 1996).

3) Kekuatan dari respon/ dorongan lebih besar

Kegagalan regulasi diri dapat terjadi ketika seseorang memiliki

keyakinan bahwa respon yang dihadapi memiliki kekuatan yang

besar sehingga sulit untuk dikendalikan. Dorongan dan keinginan

bisa saja menjadi lebih kuat dari waktu ke waktu. Baumeister dan

Heatherton (1996) memberi penjelasan bahwa kekuatan regulasi

diri dapat ditingkatkan dengan adanya latihan yang teratur sehingga

regulasi diri menjadi lebih mudah dari sebelumnya. Kesuksesan

dalam merehabilitasi para tahanan dapat dilihat dari menguatnya

kemampuan regulasi diri. Ketika seseorang meningkatkan kekuatan

regulasi dirinya, seseorang menjadi lebih baik dalam hal

mengontrol dorongan sepanjang waktu.

d. Kelambanan psikologis (psychological inertia)

Regulasi diri akan lebih efektif dan lebih kuat apabila respon

diatasi sedini mungkin. Hal ini mengarah pada self-stopping, yaitu

menghentikan respon sejak awal kemunculan. Regulasi diri akan

semakin sulit apabila individu mengatasi sebuah respon yang sudah

berlangsung. Respon dapat dicegah sejak awal muncul/ dimulai,

apabila gagal, respon dapat diinterupsi dengan cara yang benar

daripada membiarkannya terus berlangsung. Akan tetapi, pencegahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

21

respon/ dorongan lebih efektif daripada menginterupsi dorongan yang

sudah terjadi (Baumeister dkk., 1994).

e. Pola Sebab-Akibat Kegagalan (lapse-activated causal patterns)

Dalam hal regulasi diri, kegagalan timbul ketika ada faktor yang

menjadi pemicu atau mendorong seseorang untuk melakukan hal yang

menyimpang. Ada saatnya orang terbawa oleh dorongan itu namun

dengan cepat ia menarik diri dan kembali pada keadaan yang

seharusnya. Tapi tidak jarang orang terbawa dan terhanyut sehingga

menggelinding seperti bola salju (sebuah metafor yang umum dipakai

untuk menjelaskan pola sebab-akibat dari kegagalan regulasi diri),

yang dalam hal ini ketika seseorang terjerumus dan mengalami

berbagai permasalahan yang semakin membesar ibarat bola salju yang

semakin menggelinding kebawah semakin membesar.

Kunci untuk memahami pola sebab-akibat kegagalan ini adalah

adanya dua model. Model yang pertama adalah ketika muncul faktor

yang membuat seseorang untuk melanggar program/aturan. Model

kedua adalah ketika sebuah faktor muncul dan mengubah kegagalan

awal menjadi kegagalan yang lebih besar atau berlarut-larut. Model

kedua ini hanya terjadi ketika model pertama telah terjadi.

Emosi memiliki peran dalam kegagalan regulasi diri. Seseorang

yang mengalami stres/ tekanan dalam kehidupan sehari-hari

cenderung lebih mudah mengalami kegagalan dalam pengendalian diri

akibat masalah yang bertumpuk-tumpuk dan terhalangnya pemikiran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

22

yang jernih. Emosi dapat memicu efek bola salju, seperti misalnya

ketika seseorang eks-alkoholis yang lama tidak merasakan alkohol,

akhirnya karena situasi dan kondisi menyerah pada keadaan dan

mengalami lapse (kekambuhan). Perasaan kacau balau bercampur

dengan rasa bersalah akibat meneguk alkohol kembali setelah berhasil

menjauh selama mungkin justru mendorongnya menenggak botol

demi botol agar perasaan tidak enak itu hilang.

Hal lain yang menyebabkan adanya kegagalan adalah keyakinan

nol-toleransi (zero tolerance). Pada keyakinan nol-toleransi, tidak ada

zona abu-abu (ya atau tidak sama sekali). Keyakinan nol-toleransi

berarti meniadakan sama sekali dorongan, stimulus, maupun hal lain

yang dapat menggagalkan usaha regulasi diri. Akan tetapi, tidak ada

orang yang sempurna 100%. Ketika individu gagal (contoh: tergelincir

menggunakan alkohol semenjak abstinen), hal tersebut akan

menggiringnya ke dalam bencana yang lebih besar. Adanya perasaan

tidak enak/ bersalah justru membuatnya semakin larut atau semakin

besar dalam mengonsumsi alcohol (Baumeister dkk., 1994).

f. Pemberontakan atensi (renegade attention)

Ketika seseorang kehilangan atensinya, regulasi diri menjadi lebih

sulit untuk dilaksanakan. Stimulus apapun yang melibatkan atensi

individu akan membangkitkan reaksi psikologis seperti dorongan dan

keinginan. Regulasi diri dapat gagal akibat banyaknya distraksi,

terlena, atau aktivitas kognisi lainnya yang mengganggu fokus dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

23

usaha regulasi diri. Strategi terbaik adalah mencegah stimulus

tersebut, seperti menghindari daripada menghadapi stimulus tersebut.

Penyebab dari kegagalan regulasi diri adalah kegagalan dalam

transcendence (kesadaran). Ketika individu memiliki tujuan yang

terlampau panjang dan memiliki idealisme yang tinggi, atensi akan

terbenam dan regulasi diri menjadi terancam. Walaupun kesadaran

berperan dalam mengarahkan atensi, tetapi dalam hal ini cenderung

melemahkan kapasitas regulasi diri.

Kapasitas untuk menunda kesenangan (delay of gratification)

merupakan salah satu yang penting dari teori regulasi diri. Seseorang

yang sukses menunda kesenangan akan fokus pada reward yang lebih

besar (yang diperoleh dari tujuan jangka panjang) daripada reward

yang secara langsung tersedia di hadapannya (Baumeister &

Heatherton, 1996).

Transcendence merupakan aspek penting dari regulasi emosi.

Seseorang mengendalikan kemarahan, rasa frustasi, atau kekecewaan

dengan melihat apa yang terjadi dibalik situasi segera (immediate

situation). Mereka membayangkan mengapa terjadi hal yang buruk

sehingga memunculkan hasil berupa kemungkinan yang positif

maupun memunculkan motif yang menguntungkan (Baumeister &

Heatherton, 1996).

g. Menggulingkan bola salju (rolling the snowball)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

24

Dengan melihat faktor-faktor penyebab kegagalan pengendalian

diri, efek bola salju adalah lanjutan dari kegagalan pada tahap awal

(first lapse), yaitu kondisi saat seseorang tak mampu menarik kembali

dirinya agar tidak „menggelinding‟ pada trek yang penuh masalah dan

menghancurkan upaya pengendalian diri itu sendiri. Sikap nol-

toleransi yang coba diterapkan sebagai upaya pengendalian diri justru

berefek samping ketika pertahanan diri yang dibangun dengan kokoh

itu akhirnya hancur dan mengakibatkan timbulnya emosi yang tak

tertahankan (perasaan bersalah yang datang bertubi-tubi dan berujung

pada sikap kepalang tanggung).

Selain sikap nol-toleransi, kurangnya pengawasan terhadap upaya

pengendalian diri itu sendiri menjadi lampu hijau bagi bola salju untuk

menggelinding ketika tahap awal kegagalan terjadi. Kembali pada

contoh seorang eks-alkoholis yang berusaha keras kembali ke jalan

yang lurus. Ketika sebuah peristiwa meruntuhkan tekadnya (putus

cinta, kebangkrutan, kehilangan orang terkasih, dan sebagainya),

seteguk alkohol menjadi penghalang bagi akal sehat untuk

merefleksikan kembali tindakannya yang berlawanan dengan tekadnya

untuk memperbaiki diri. Satu teguk alkohol saja sudah cukup untuk

mengantarkannya pada satu botol. Demikian juga yang terjadi pada

seseorang yang berdiet ketat. Setelah sekian lama berdiet, tiba

waktunya untuk menghargai kerja keras dengan “satu potong saja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

25

cukup”. Akan tetapi, perasaan untuk „memberi penghargaan‟ ini justru

berlanjut dengan porsi yang lebih besar.

Spiraling distress (kemasygulan yang terus terulang) adalah pola

lain yang umum dalam efek bola salju. Seseorang barangkali tidak

kehilangan akal sehatnya ketika filter kegagalan pengendalian diri

bekerja. Orang itu mampu merefleksikan kembali lapse pertama yang

baru saja terjadi, namun dalam tahap refleksi ini ia cenderung tidak

berpikir positif melainkan membayangkan kualitas dirinya yang

memburuk. Semakin ia mencoba untuk mengawasi perilakunya dan

mengevaluasi diri, semakin kuat rasa bersalahnya dan orang tersebut

akan mudah tergelincir di trek bola salju (Baumeister dkk., 1994).

h. Penyerahan/ pembiaran (acquiescence: letting it happen)

Pecandu narkoba dan alkohol lebih suka disebut sebagai korban

karena kecanduan mereka (serta lapse yang terjadi pasca rehabilitasi)

disebabkan oleh keadaan yang memaksa atau menjerumuskan.Hal ini

menarik dan penting, karena sikap penyerahan atau pembiaran ini

telah menjadi latar belakang berbagai macam faktor yang telah

dibahas terkait dengan kegagalan pengendalian diri. Ketika seorang

pecandu narkoba minta disebut sebagai korban padahal ia tak sekedar

pengguna namun juga merangkap pengedar, istilah korban ini

nampaknya tidak lagi tepat digunakan.

Kondisi semacam ini menunjukkan bahwa mereka yang

mengalami kegagalan dalam pengendalian diri tidak sepenuhnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

26

helpless (tak berdaya), namun mereka memilih untuk tidak

mengindahkan aturan-aturan pengendalian diri yang mereka coba

terapkan dan secara aktif membiarkan pengendalian diri mereka gagal.

Bagi mereka yang secara sadar menggagalkan pengendalian diri,

hal yang umum terjadi adalah saat mereka telah sampai pada sebuah

titik jenuh atau titik nadir dan merasa bahwa mereka perlu untuk

melupakan masalah, menenangkan diri atau semacamnya. Sikap ini

menunjukkan bahwa penyerahan adalah murni pilihan berdasarkan

kesadaran atau karena kesengajaan. Memang ada hal-hal yang

tampaknya mustahil untuk dikendalikan dan upaya pengendalian diri

yang dilakukan (apalagi dipaksakan) oleh seseorang justru malah

membuatnya melakukan pembiaran ketika hasrat untuk menggagalkan

pengendalian diri itu muncul (Baumeister dkk., 1994).

i. Misregulasi

Misregulasi melibatkan cara/ teknik/ metode yang salah sehingga

memberi hasil yang berbeda dari yang diinginkan. Pola misrelugasi

disebabkan kurangnya pengetahuan sehingga individu menerapkan

cara yang salah untuk mencapai tujuan/ keinginan mereka.

Pertama, masalah terletak pada kecenderungan individu untuk

overgeneralisasi, yaitu merasa bahwa satu cara mampu diterapkan

untuk semua tujuan. Kedua, misregulasi terjadi ketika seseorang

percaya bahwa suatu cara dapat menyelesaikan sesuatu di luar kendali

yang pada akhirnya membawa hasil yang merugikan (misal:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

27

mengeluarkan banyak darah atau melubangi tengkorak untuk

menyembuhkan penyakit yang tak tersembuhkan, padahal cara

tersebut tidak valid bahkan sangat berbahaya). Ketiga, budaya dapat

mendukung berbagai keyakinan yang menghambat regulasi diri yang

optimal (misal: budaya “nrimo” di satu sisi baik, tetapi bisa juga

merugikan bagi orang lain).

Pada beberapa kasus, seseorang mengalami misregulasi karena

regulasi dirinya berfokus pada aspek yang salah dalam perilakunya.

Pertama, mereka berfokus untuk mengontrol hidupnya pada hal-hal

yang tidak dapat dikendalikan/ dikontrol. Lebih tepatnya, seseorang

berusaha untuk merasa nyaman dengan idealismenya dengan cara

mengontrol dirinya untuk mencapai tujuan idealisnya. Kedua,

seseorang mengalami misregulasi karena berfokus mengontrol distres

emosinya dibandingkan sesuatu yang lebih utama. Sebagai contoh,

penyalah guna narkoba menggunakan narkoba untuk mengontrol/

meredam gejolak emosinya dibandingkan mengontrol perilaku

penyalahgunaan itu sendiri (Baumeister dkk., 1994).

B. NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya)

1. Pengertian NAPZA B NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya)

Narkoba merupakan singkatan dari narkotika dan obat berbahaya

yang dapat menyebabkan kecanduan dan masalah kesehatan bagi

penggunanya. Istilah narkoba muncul terlebih dahulu dan lebih banyak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

28

digunakan di media massa, sedangkan istilah NAPZA muncul seiring

dengan meningkatnya penyalahgunaan zat kimia dan lebih banyak

dibahas di kalangan akademisi (Sulistami dkk., 2013). NAPZA terdiri

atas tiga komponen, yaitu:

a. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan.

b. Psikotropika merupakan bahan ataupun zat baik alamiah maupun

buatan yang bersifat psikoaktif pada susunan syaraf pusat. Psikoaktif

berarti memiliki sifat memengaruhi otak dan perilaku sehingga

menyebabkan perubahan aktivitas mental dan perilaku pemakainya

(Sulistami dkk., 2013).

c. Zat Adiktif lainnya merupakan obat serta bahan-bahan aktif yang

menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan

sehingga pemakai ingin menggunakan secara terus-menerus dan

memberikan efek lelah atau rasa sakit yang luar biasa apabila

dihentikan (Sulistami dkk., 2013).

2. Jenis-Jenis Penggolongan NAPZA

Berikut adalah beberapa penggolongan NAPZA berdasarkan cara

mengolahnya:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

29

a. NAPZA alami merupakan NAPZA yang berasal dari olahan tanaman.

Selain itu, NAPZA alami tidak mengalami proses fermentasi ataupun

produksi. Tanaman yang tergolong NAPZA alami antara lain ganja/

Cannabis sativa, opium/ candu, dan kokain (Sulistami dkk., 2013).

b. NAPZA semisintetis, merupakan golongan NAPZA yang dibuat dari

alkaloida opium dengan inti penathren dan diproses secara kimiawi

untuk menjadi bahan obat yang berkhasiat sebagai narkotika. NAPZA

golongan ini telah diproses sedemikian rupa dan melalui proses

fermentasi (Sulistami dkk., 2013). Contoh dari jenis NAPZA

semisintetis yang sering digunakan adalah heroin/ putau, kodein, dan

morfin.

c. NAPZA sintetis merupakan golongan NAPZA yang diperoleh melalui

proses kimia dengan menggunakan bahan baku kimia, sehingga

diperoleh suatu hasil baru yang mempunyai efek narkotika. Jenis ini

dikembangkan untuk keperluan medis dan untuk menghilangkan rasa

sakit (Sulistami dkk., 2013). Contoh NAPZA sintetis antara lain

adalah pethidine, metadon, dan megadon.

3. Efek yang Ditimbulkan oleh NAPZA

Berikut adalah efek yang ditimbulkan oleh NAPZA:

a. Stimulan: merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan gairah kerja

serta kesadaran (Sulistami dkk., 2013). Selain itu, stimulan juga dapat

meningkatkan kinerja otak sehingga pengguna menjadi lebih waspada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

30

dan tidak merasa kelelahan. Stimulan juga dapat mengubah suasana

hati menjadi lebih tenang. Kondisi tersebut dapat memperpanjang

waktu individu untuk beraktivitas. Akan tetapi, stimulan dalam dosis

tinggi dapat menyebabkan kegelisahan, kecemasan, bahkan psikosis

paranoid (Amriel, 2008). Contoh zat yang bersifat stimulan antara lain

kafein, tembakau, amfetamin/ sabu-sabu, ekstasi, kokain, dan ganja

(Amriel 2008; Sulistami dkk., 2013).

b. Depresan: berbeda dengan stimulan, depresan bekerja dengan cara

mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa

tenang bahkan tertidur atau tak sadarkan diri (Sulistami dkk., 2013).

Depresan menurunkan kerja otak sehingga pengguna mengalami

penurunan ketegangan dan merasa rileks. Pada saat yang sama, fungsi

fisik dan mental serta kendali diri juga mengalami penurunan tak

terkendali (Amirel, 2008). Contoh zat yang tergolong depresan adalah

alkohol, opium, putau/ heroin, morfin, kodein, valium, librium,

megadon, dan temazepam, serta inhalant atau zat tertentu yang

dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara dihisap melalui hidung

(Amriel, 2008; Sulistami dkk., 2013).

c. Analgesik: berfungsi sebagai penghilang rasa sakit dengan cara

mereduksi kepekaan fisik dan emosional individu, serta memberikan

rasa hangat dan nyaman. Zat yang termasuk analgesik antara lain

adalah heroin, opium, pethidine, dan codeine (Amriel, 2008).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

31

d. Halusinogen: zat ini berfungsi meningkatkan apresiasi dan

pengalaman indrawi bagi pengguna. Suasana hati pengguna semakin

tajam dan mengalami persepsi yang terdistorsi sehingga memunculkan

halusinasi. Beberapa jenis zat halusinogen adalah kanabis/ ganja,

LSD, dan ekstasi (Amriel, 2008).

Brown dan King (dalam Amriel, 2008) menjelaskan jika individu

mengonsumsi beberapa jenis obat sekaligus akan memunculkan efek

yang tidak terduga dan berbahaya. Apabila individu menggabungkan

depresan dan analgesik, maka efek obat akan mematikan dan bereaksi

semakin kuat.

C. Gangguan yang Berkaitan dengan Penggunaan Zat C Gangguan yang Berkaitan dengan Penggunaan Zat

1. Penggolongan Gangguan yang Berkaitan dengan Zat

DSM-IV (dalam Nevid dkk., 2005) menggolongkan gangguan yang

berkaitan dengan zat menjadi 2 kategori. Pertama, gangguan penggunaan

zat (substance use disorders) berarti melibatkan penggunaan maladaptif

dari zat psikoaktif yang meliputi penyalahgunaan zat dan ketergantungan

zat. Kedua, gangguan akibat penggunaan zat (substance-induced

disorders) merupakan gangguan yang muncul akibat penggunaan zat

psikoaktif sepserti intoksikasi, gejala putus zat, gangguan mood,

delirium, demensia, amnesia, gangguan psikotik, gangguan kecemasan,

disfungsi seksual, dan gangguan tidur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

32

2. Istilah Pengguna, Penyalah guna, dan Ketergantungan

Terdapat istilah tertentu untuk membedakan seseorang dalam

mengonsumsi NAPZA. Seseorang yang mengonsumsi NAPZA dapat

disebut pengguna, penyalah guna, atau pecandu. Berikut beberapa

pengertian terkait ketiga hal tersebut (Sulistami dkk., 2013):

a. Penggunaan rekreasional/ eksperimental

Penggunaan rekreasional berarti seseorang menggunakan pertama kali

atau sesekali untuk tujuan mencari kesenangan. Pada tingkat ini,

seseorang menggunakan NAPZA karena adanya dorongan rasa ingin

tahu ataupun mendapatkan tekanan dari teman sebayanya. Pengguna

belum memiliki masalah terkait penggunaan zatnya. Selain itu,

NAPZA dikonsumsi dalam jumlah kecil hingga sedang oleh

penggunanya (Sulistami dkk., 2013).

b. Penggunaan sirkumstansial/ situasional

Pada tingkat ini, seseorang mengonsumsi NAPZA dengan tujuan

mencari efek tertentu untuk mengatasi kondisi tertentu. Pada tingkat

ini, seseorang dapat memiliki masalah terkait penggunaannya atau

tidak. Sebagai contoh, seorang tentara yang menggunakan morfin

dalam peperangan agar dapat merasakan perasaan santai dan terlepas

dari tekanan yang dialaminya (Sulistami dkk., 2013).

c. Penggunaan intensif/ reguler

Pemakai menggunakan NAPZA secara terus-menerus dengan tujuan

agar terbebas dari masalah yang dialami (seperti kecemasan atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

33

depresi), maupun mempertahankan kemampuan yang dikehendaki.

Dosis yang digunakan berada pada dosis rendah hingga dosis sedang.

Pada tingkatan penggunaan ini, sering juga disebut dengan tingkat

penyalahgunaan. Penyalah guna biasanya mulai mengalami masalah

terkait penggunaannya. Sebagai contoh, seseorang terlambat bekerja

karena mabuk pada malam sebelum ia berangkat kerja (Sulistami

dkk., 2013).

d. Penggunaan kompulsif/ adiktif

Pada tahap ini, pemakai sudah berada pada tahap yang paling parah

dan paling berbahaya. Pemakai pada tahap ini sering disebut adiksi

atau pecandu. Untuk mencapai efek fisik maupun psikologis yang

diinginkan maupun sekadar menghindari gejala putus zat (sakau),

diperlukan dosis yang tinggi secara rutin (setiap hari maupun beberapa

kali dalam sehari). NAPZA menjadi sesuatu yang dianggap penting

dalam kehidupan seseorang sehingga dapat melebihi aktivitas lainnya

(Sulistami dkk., 2013).

3. Tahapan Ketergantungan

Sebelum mengalami ketergantungan, individu memiliki pola umum yang

menghantarnya menuju adiksi. Berikut adalah beberapa tahapan menuju

adiksi (Nevid dkk., 2005):

a. Eksperimentasi: merupakan tahap coba-coba atau menggunakan

secara berkala. Pada tahap ini, pengguna merasa nyaman bahkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

34

merasa euforik. Pengguna merasa masih dapat mengendalikan diri dan

merasa yakin bahwa mereka dapat berhenti sewaktu-waktu.

b. Penggunaan rutin: pada tahap ini, individu mulai mengatur dirinya

untuk mendapatkan dan menggunakan obat. Individu mulai

menyangkal untuk menutupi konsekuensi negatif dari perilaku

mereka. Selain itu, nilai-nilai yang dianut individu mulai berubah

seperti menganggap obat merupakan hal yang lebih berharga

dibandingkan hal penting lainnya (seperti keluarga, pekerjaan, dan

sebagainya). Tahapan ini ditandai dengan munculnya masalah akibat

penggunaan obat.

c. Adiksi/ ketergantungan: pada tahapan ini, individu merasa tidak

berdaya untuk menolak obat karena ingin mengalami efek obat atau

untuk menghindari adanya gejala putus zat.

4. Karakteristik Ketergantungan

Berikut adalah karakteristik ketergantungan yang diadaptasi dari DSM

IV-TR untuk menunjukkan diagnosis adiksi pada individu (Nevid dkk.,

2005):

a. Toleransi zat, yang ditunjukkan dengan adanya kebutuhan untuk

meningkatkan dosis agar mendapatkan efek yang diinginkan dan/ atau

berkurangkan efek secara drastis apabila mengonsumsi dengan dosis

yang sama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

35

b. Gejala putus zat, yaitu mengalami gejala tertentu (gejala khas dari

suatu zat) apabila tidak mengonsumsi zat. Ditunjukkan dengan

mengonsumsi zat yang sama atau zat yang terkait (zat pengganti).

c. Penggunaan dosis yang lebih besar untuk periode waktu yang lebih

lama.

d. Kurang berhasil melakukan kontrol diri atau adanya keinginan untuk

mengurangi/ mengendalikan penggunaan zat.

e. Menghabiskan banyak waktu untuk aktivitas memperoleh zat,

menggunakan zat, atau memulihkan diri dari penggunaan zat.

f. Individu mengurangi aktivitas sosial, pekerjaan, atau rekreasional

akibat dari penggunaan zat.

g. Terus berlanjutnya penggunaan zat walaupun terdapat bukti adanya

masalah yang muncul akibat penggunaan zat.

D. Siklus Kekambuhan D Siklus Kekambuhan

1. Pengertian Kekambuhan (relapse)

Relapse/ kekambuhan berarti individu secara utuh kembali pada

pola adiksinya atau kembali pada penyimpangan perilakunya (Jiloha,

2011). Mahmood (dalam Ibrahim & Kumar, 2009) menambahkan,

relapse berarti penggunaan atau penyalahgunaan zat setelah individu

menjalani proses rehabilitasi secara fisik dan psikis. Slip atau

lapsemengarah pada satu episode, satu hari, dan mengarah pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

36

konsekuensi akibat kembalinya perilaku menggunakan narkoba (Jiloha,

2011).

2. Tahapan Relapse (kekambuhan)

Relapse atau kekambuhan pada individu terjadi secara bertahap.

Relapse dapat terjadi dalam waktu mingguan dan terkadang bulanan

sebelum individu tersebut kembali menggunakan narkotika. Tujuan dari

sebuah tritmen atau pengobatan adalah untuk membantu individu

menyadari tanda-tanda awal dari relapse dan untuk meningkatkan

kemampuan coping untuk mencegah relapse sedini mungkin. Berikut

adalah tahapan relapse menurut Melemis (2015):

a. Emotional Relapse

Selama mengalami emotional relapse, individu tidak berpikir

untuk menggunakan kembali karena mereka mengingat saat-saat

tritmen sehingga mereka tidak ingin menggunakan. Tanda-tanda

emotional relapse antara lain seperti mengisolasi diri, pergi ke

pertemuan tetapi tidak ingin berbagi pengalaman (sharing), fokus

pada orang lain (fokus pada bagaimana orang lain memengaruhi

mereka), dan kebiasaan makan dan tidur yang buruk.

Pada tahapan ini, kepedulian diri menjadi aspek yang paling

penting. Bagi sebagian besar individu, kepedulian diri adalah

mengenai kepedulian emosi yang terjadi pada diri. Adanya kepedulian

emosi membantu individu untuk mengidentifikasi penyangkalan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

37

dirinya. Kepedulian terhadap emosi yang dialami individu dapat

diatasi dengan memiliki waktu untuk diri sendiri, memperlakukan diri

dengan baik, dan mengijinkan relaksasi bagi diri sendiri.

b. Mental Relapse

Pada tahapan ini, individu sedang berperang dengan pikirannya

sendiri. Pikiran individu mengalami pertentangan antara adanya

pengurangan perlawanan untuk relapse dengan keinginan untuk

menghindari. Tanda-tanda dari mental relapse antara lain mengidam

narkoba, berpikir tentang sesuatu (orang, tempat, dan benda) yang

berkaitan dengan penggunaan narkoba di masa lampau,

meminimalkan konsekuensi dari pemakaian di masa lalu, self-

bargaining, berbohong, memikirkan rencana untuk menggunakan di

bawah kontrol diri, melihat kesempatan untuk relapse, dan

merencanakan untuk relapse.

Adanya self-bargaining membuat individu berpikir untuk

menggunakan secara berkala dan mungkin merasa dapat mengontrol

(sebagai contoh: menggunakan sekali atau dua kali selama satu tahun).

Adanya self-bargaining dapat membuat individu kembali ke pola

adiksinya walaupun tidak menggunakan zat yang sama.

c. Physical Relapse

Pada tahapan ini, individu mulai menggunakan kembali narkoba

setelah sekian lama mengalami abstinen. Beberapa peneliti

membedakan antara lapse dan relapse. Lapse berarti awal mula

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

38

mengonsumsi alkohol maupun narkoba, sedangkan relapse berarti

mengalami penggunaan yang tidak terkendali.

3. Pemicu Terjadinya Kekambuhan (Relapse)

Jiloha (2011) membagi pemicu terjadinya kekambuhan menjadi dua

bagian besar yang di dalamnya terdapat sub-bagian, yaitu faktor

intrapersonal dan faktor interpersonal.

a. Faktor Intrapersonal

1) Upaya mengatasi emosi negatif

Individu mengalami kekambuhan sebagai bentuk coping

(penyelesaian) atas emosi negatif yang dialaminya. Emosi negatif

(emosi yang tidak menyenangkan) dapat berupa perasaan frustasi,

kemarahan, kekecewaan, kesedihan, kecemasan, dan lain

sebagainya. Kekambuhan dapat terjadi sebagai akibat dari

kesalahan reaksi dalam mengevaluasi tekanan, seperti kesulitan

dalam pekerjaan atau mengalami kemalangan.

2) Upaya mengatasi kondisi fisik dan psikis yang buruk

Kekambuhan muncul sebagai akibat adanya efek terdahulu yang

dialami oleh individu akibat menggunakan zat, seperti adanya

keinginan fisik untuk kembali menggunakan atau adanya

penderitaan akibat penarikan diri (withdrawl agony). Selain itu,

kekambuhan dapat terjadi akibat fisik mengalami kelelahan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

39

penyakit, atau operasi tetapi tidak berkaitan dengan penggunaan

yang terdahulu.

3) Meningkatkan emosi positif

Individu memiliki keinginan untuk kembali menggunakan dengan

alasan ingin kembali merasakan emosi positif yang ditimbulkan

dari zat tersebut, seperti perasaan bebas, senang, terbang, dan

sebagainya.

4) Menguji kontrol personal

Adanya pikiran atau perasaan bahwa individu dapat mengendalikan

dirinya walaupun kembali menggunakan zat. “Hanya mencoba

sekali” untuk melihat apa yang terjadi kerap menjadi jebakan dan

memiliki efek yang lebih besar, yaitu kembali pada pola adiksi

yang sebelumnya.

5) Larut dalam godaan atau keinginan

Larut dalam godaan dapat berarti seseorang membiarkan dirinya

berada dalam pengaruh godaan/ keinginan hingga pada akhirnya

larut dan kembali menggunakan zat.

b. Faktor Interpersonal

1) Upaya penyelesaian masalah interpersonal

Kekambuhan pada individu dapat muncul sebagai akibat seseorang

gagal dalam menyelesaikan konflik dengan orang lain. Adanya

emosi negatif terhadap orang lain menyebabkan seseorang

memiliki keinginan untuk mengatasi emosi negatifnya dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

40

kembali menggunakan zat yang dianggap dapat meredam emosi

negatif tersebut.

2) Tekanan sosial

Adanya kontak secara langsung dengan pecandu yang masih

mengonsumsi zat akan membawa pengaruh bagi individu untuk

kembali menggunakan.

3) Meningkatkan emosi positif bersama orang lain

Seseorang yang terlibat suatu perkumpulan (sesama pengguna)

cenderung mengonsumsi zat dengan tujuan terciptanya suasanya

euforia, ketertarikan seksual, kesenangan dalam sebuah perayaan,

dan lain sebagainya

4. Tahapan Recovery (Kesembuhan)

Recovery merupakan proses dari pertumbuhan individu yang mana setiap

tahapannya memiliki risiko untuk relapse (kambuh) dan masing-masing

memiliki tugas perkembangannya untuk menuju tahapan selanjutnya.

Tahapan recovery setiap individu memiliki rentang yang berbeda.

Berikut adalah tahapan dari recovery (Melemis, 2015):

a. Abstinence Stage (Tahapan Abstinen)

Tahapan ini secara umum berlangsung semenjak individu

berhenti menggunakan narkoba sepanjang satu hingga dua tahun.

Biasanya residen membuat perubahan besar pada lingkungan

eksternalnya seperti berganti pekerjaan maupun mengakhiri relasinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

41

Biasanya perubahan besar dilakukan dalam rangka menghindar hingga

individu dapat memahami perannya.

Berikut adalah beberapa tugas pada tahapan ini, antara lain:

menerima bahwa dirinya memiliki adiksi, jujur, meningkatkan

kemampuan coping atas perasaan menagih, mengaplikasikan

kepedulian diri dengan berkata tidak, memahami tahapan relapse,

menghindari komunitas pemakai, berdamai dengan adanya post-acute

withdrawal, dan melihat diri sebagai non-pengguna. Tugas-tugas ini

dapat disimpulkan sebagai kepedulian diri (self-care) terhadap fisik

dan emosional.

b. Post-Acute Withdrawal

Pada tahapan ini, individu harus berdamai (deal) bahwa dirinya

akan mengalami post-acute withdrawal syndrome (PAWS). Saat

PAWS terjadi, durasinya berlangsung secara singkat dan PAWS

menjadi penyebab umum individu mengalami kekambuhan. PAWS

memiliki gejala baik secara fisik maupun emosional.

Gejala PAWS antara lain: mengalami mood yang tidak

beraturan (mood swing), kecemasan, mudah tersinggung, energi yang

tidak teratur, rendahnya rasa antusias, konsentrasi yang terpecah, dan

mengalami gangguan tidur. Gejala PAWS dapat meningkat dan

semakin kuat dari waktu ke waktu. Selain itu, gejala PAWS

merupakan gejala yang muncul secara berkala dalam kurun waktu

yang lebih lama dan dapat mencapai kurang lebih dua tahun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

42

Biasanya, individu kembali jatuh karena dirinya tidak

merasakan adanya perubahan dalam dirinya. Individu merasa gejala

yang datang merupakan suatu kesalahan yang membuat dirinya

berpikir dirinya tidak berhasil.

c. Repair Stage (Tahapan Perbaikan)

Pada tahapan ini, individu berusaha memperbaiki kerusakan

akibat dari mengalami kecanduan. Mereka harus menghadapi

kerusakan karena adiksinya yang berdampak pada relasi, pekerjaan,

keuangan, maupun harga dirinya. Mereka juga harus mampu

mengatasi perasaan kecewa dan negative self-labeling. Selain itu,

individu lebih menitik beratkan pada pengawasan diri agar tidak

mengalami kekambuhan.

d. Growth Stage (Tahapan Pertumbuhan)

Tahapan ini berbicara mengenai meningkatkan kemampuan

untuk mempelajari hal-hal yang menjadi penyebab (predisposisi) yang

membawanya kembali pada adiksinya. Tahapan ini lebih mengarah

pada usaha individu untuk melangkah ke depan (moving forward).

Berikut beberapa tugas dalam tahapan ini: mengidentifikasi serta

memperbaiki pikiran negatif dan pola-pola kehancuran diri,

mengevaluasi diri dan memastikan dirinya tetap berada pada trek,

serta memahami bagaimana mengatasi pola-pola merugikan yang

dapat menjadi risiko kekambuhan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

43

E. Model Ekologi pada Perkembangan Manusia E Model Ekologi pada Perkembangan Manusia

Terdapat faktor-faktor eksternal yang turut memengaruhi regulasi diri

pada individu. Faktor eksternal yang turut memberikan pengaruh terhadap

regulasi diri adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan berinteraksi

dengan pengaruh personal, yaitu dengan memberikan suatu standar untuk

mengevaluasi perilaku. Selain itu, faktor-faktor eksternal memengaruhi

regulasi diri dengan menyediakan cara untuk mendapatkan penguatan (Feist

& Feist, 2010).

Lingkungan tempat tinggal (ekologi) manusia dibagi menjadi

beberapa tingkatan disesuaikan dengan pengaruhnya terhadap individu.

Lingkungan ekologis dipahami sebagai suatu kumpulan yang terstruktur,

yang dibagi dalam mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan

kronosistem (Bronfenbrenner, 1994):

1. Mikrosistem

Mikrosistem merupakan susunan dari aktivitas, peran sosial, dan relasi

interpersonal yang dialami langsung oleh individu secara tatap muka.

Lingkungan inilah yang sering ditemui oleh individu dalam kehidupan

sehari-hari. Contoh dari lingkungan mikrosistem antara lain keluarga,

sekolah, kumpulan pertemanan, dan tempat bekerja.

2. Mesosistem

Mesosistem terdiri atas hubungan dan proses yang melibatkan dua atau

lebih seting. Sebagai contoh, hubungan antara tempat tinggal dan sekolah

maupun hubungan antara sekolah dan tempat bekerja. Dampak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

44

perkembangan pada individu melibatkan pengambilan keputusan antara

komunikasi dua arah (misal: antara guru dan orang tua).

3. Eksosistem

Eksosistem terjadi apabila pengalaman di seting lain (individu tidak

berperan aktif) memengaruhi satu atau lebih setting yang lain. Sebagai

contoh, kepala dewan pendidikan memberikan keputusan bagi suatu

sekolah yang mana hal tersebut secara tidak langsung berdampak pada

guru dan siswa.

4. Makrosistem

Makrosistem terdiri atas kumpulan pola atas mikrosistem, mesosistem,

dan eksosistem yang dikarakteristikkan menjadi suatu bentuk budaya

atau sub-budaya. Budaya tersebut dapat meliputi sistem kepercayaan,

pengetahuan umum, sosioekonomi, maupun gaya hidup.

5. Kronosistem

Kronosistem merupakan kondisi sosiohistori pada individu. Kronosistem

dapat meliputi berbagai perubahan atau adanya konsistensi sepanjang

waktu, tidak hanya mengenai karakteristik dari individu tetapi juga

mengenai lingkungan tempat individu itu tinggal.

F. Self Efficacy F Self Efficacy

Bandura menjelaskan, self efficacy atau efikasi diri merupakan

kepercayaan pada diri individu bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk

berperilaku sesuai apa yang diinginkan (dalam Endler & Kocovski, 2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

45

Bandura menambahkan, efikasi diri pada individu memengaruhi bentuk

tindakan yang dipilih untuk dilakukan dan memengaruhi usaha pada

individu dalam menghadapi rintangan maupun kegagalan (dalam Feist &

Feist, 2010).

Self efficacy memiliki kaitan dalam kemampuan seseorang untuk

meregulasi dirinya. Adanya self efficacy dalam diri individu menjadikannya

merasa mampu untuk mengubah perilakunya sehingga individu semakin

dekat dengan tujuan yang telah ia buat (dalam Endler & Kocovski, 2000).

Self efficacy merupakan faktor yang penting dalam regulasi diri, terutama

kaitannya dengan masa pemulihan dari penyalahgunaan atau adiksi zat.

Adanya self efficacy memberikan sebuah usaha bagi individu untuk bertahan

pada kondisi abstinen terhadap zat. Self efficacy meningkatkan kemampuan

regulasi diri pada individu sehingga memberikan komitmen bagi individu

itu sendiri untuk mencapai kesuksesan dalam usahanya (Bandura, 1999).

Bandura (1997) mengungkapkan, efikasi diri dapat berkurang maupun

bertambah melalui salah satu maupun gabungan dari empat sumber yang

meliputi pengalaman menguasai sesuatu (mastery experiences), modeling

sosial, persuasi sosial, serta kondisi fisik dan emosional (dalam Feist &

Feist, 2010). Berikut adalah sumber-sumber efikasi diri:

1. Pengalaman Menguasai Sesuatu (Mastery Experiences)

Sumber yang paling berpengaruh dalam regulasi diri adalah mengenai

bagaimana performa individu di masa lalu. Pertama, performa yang

berhasil pada tugas yang sulit akan meningkatkan efikasi diri pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

46

individu di masa mendatang ketika menghadapi tugas atau pengalaman

yang serupa. Kedua, efikasi diri akan meningkat ketika individu berhasil

menyelesaikan tugas dengan baik oleh diri sendiri dibandingkan dengan

bantuan orang lain. Ketiga, kegagalan yang terjadi di masa lalu mampu

menurunkan efikasi diri pada individu, terlebih ketika individu tersebut

merasa telah memberikan usaha terbaiknya dan berada dalam kondisi

yang maksimal. Kegagalan akibat rangsangan atau tekanan emosi yang

tinggi tidak terlalu merugikan bagi efikasi diri individu. Keempat,

kegagalan akibat individu belum memiliki perasaan yang kukuh dalam

menguasai sesuatu akan lebih berdampak buruk pada efikasi diri

dibandingkan kegagalan yang terjadi setelahnya (Bandura, 1997).

2. Modeling Sosial

Efikasi diri pada individu akan meningkat saat individu berhasil

mengamati pencapaian orang lain yang memiliki kompetensi yang setara.

Modeling sosial kurang memiliki dampak apabila individu mengamati

orang lain yang berbeda (dalam hal ini, memiliki kompetensi yang

berbeda). Modeling sosial tidak memiliki dampak sekuat performa di

masa lalu. Akan tetapi, apabila sosok yang menjadi figur model

mengalami kegagalan, hal tersebut lebih memiliki dampak bagi individu

untuk melakukan hal yang serupa. Sebagai contoh, seorang public

speaker dengan kemampuan yang setara tidak mampu memenangkan

pertandingan nasional akan membuat orang yang mengamati

mengurungkan niat untuk melakukan hal yang sama (Bandura, 1997).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

47

3. Persuasi Sosial

Persuasi dari orang lain dapat meningkatkan atau menurunkan efikasi diri

apabila diberikan pada kondisi yang tepat. Kondisi yang tepat berarti

adanya orang yang dipercaya oleh individu. Persuasi sosial dapat

berperan efektif selama individu ingin melakukan sesuatu yang didukung

dengan jangkauan kompetensinya.

4. Kondisi Fisik dan Emosional

Kondisi emosi yang kuat biasanya akan menurunkan performa individu.

Emosi yang dimaksud adalah ketakutan yang kuat, kecemasan, maupun

tingkat stres yang tinggi. Individu dengan kondisi emosi yang kuat

(ketakutan, kecemasan, dan tekanan) cenderung memiliki ekspektasi atau

harapan yang rendah (Bandura, 1997).

G. Dinamika Regulasi Diri pada Mantan Pecandu Narkotika

Menurut Baumeister, Tice, dan Heatherton (1994), regulasi diri

mengarah pada usaha seseorang meregulasi pikiran, emosi, dan tindakan

untuk mencapai suatu tujuan. Esensi dasar dari regulasi diri mengarah pada

usaha seseorang untuk mengesampingkan dorongan. Regulasi diri memiliki

unsur-unsur seperti adanya tujuan, monitoring diri, dan mengoperasikan.

Masalah terkait penyalahgunaan dan adiksi zat (narkotika) kerap

dikaitkan dengan adanya masalah pada kemampuan regulasi diri. Individu

yang terjerumus ke dalam jerat adiksi menggambarkan bahwa individu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

48

tersebut memiliki pola kegagalan regulasi diri atau bahkan sama sekali tidak

memiliki kekuatan untuk meregulasi dirinya.

Adiksi merupakan penggunaan habitual dan kompulsif yang diiringi

dengan adanya ketergantungan fisiologis dan psikologis. Ketergantungan

fisiologis berarti tubuh telah berubah sedemikian rupa akibat penggunaan

secara teratur sehingga tubuh menjadi tergantung pada pasokan zat yang

stabil. Ketergantungan psikologis ditandai dengan penggunaan secara

kompulsif untuk memenuhi kebutuhan psikologis (Nevid dkk., 2005).

Tentu saja banyak faktor yang menjadi penyebab individu terjerumus

ke dalam penyalahgunaan selain isu dari regulasi diri itu sendiri. Faktor

penyebab tersebut beragam, mulai dari faktor internal maupun faktor

eksternal. Dalam hal ini, lingkungan (baik keluarga maupun pertemanan)

juga turut berperan dalam memberikan sumbangan bagi kegagalan regulasi

diri pada individu. Sebagai contoh, individu menggunakan narkotika

sebagai coping atau pelarian atas masalah keluarga yang dialaminya

(Tambunan dkk., 2008).

Adiksi dalam jangka waktu yang lama dapat mengurangi jumlah

reseptor pada neuron penerima di mana dopamin berada. Perubahan pada

sistem dopamin dapat menjelaskan adanya rasa ketagihan yang kuat dan

munculnya kecemasan saat individu mengalami gejala putus zat (Nevid

dkk., 2005). Hal ini memperlihatkan adanya kesulitan bagi individu dengan

ketergantungan kimia dalam mempertahankan abstinensi (Nevid dkk.,

2005). Adanya kondisi biologis ini tentu memengaruhi kondisi psikologis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

49

seseorang. Kondisi biologis tak mampu sepenuhnya diubah karena tubuh

telah berubah sedemikian rupa akibat penggunaan zat. Dorongan-dorongan

akan selalu muncul dan menghantui para mantan pecandu narkotika. Oleh

karena itu, diperlukan suatu upaya (seperti meregulasi diri) untuk mencegah

kekambuhan terebut muncul.

Perjuangan bagi mantan pecandu narkotika tidak berhenti hanya

sebatas selesai menjalani proses rehabilitasi. Diperlukan keyakinan (efikasi

diri) dan kemampuan regulasi diri untuk menjaga diri tetap abstinen

terhadap zat. Selama menjaga kesembuhan (recovery), terdapat risiko-risiko

untuk kembali kambuh. Kekambuhan dapat terjadi sewaktu-waktu apabila

individu tidak mampu mengelola emosinya dan juga berada pada

lingkungan yang tidak mendukung. Menjaga recovery tentu saja menjadi

tugas seumur hidup bagi mantan pecandu.

Terdapat faktor pendukung bagi mantan pecandu dalam meregulasi

dirinya antara lain mengenai kondisi ekologis dan mengenai keyakinan diri

(self efficacy) yang dimiliki oleh mantan pecandu. Tidak dipungkiri bahwa

selama menjaga recovery, terdapat faktor risiko yang menjerat kembali

untuk menyalahgunakan zat. Berbagai upaya dapat dilakukan oleh mantan

pecandu agar tidak kembali mengalami kekambuhan. Salah satu di

antaranya, dengan menjadi konselor, mantan pecandu dapat mempelajari

mengenai adiksi sekaligus menjadi sarana untuk membantu dirinya sendiri.

Berdasarkan hal tersebut, diharapkan mantan pecandu dapat meregulasi

dirinya dan menemukan faktor yang mendukung upaya regulasi diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

50

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

Individu

Mengalami Adiksi

Mengalami

kekambuhan

Tidak mengalami

kekambuhan

Ketergantungan

Narkoba

Rehabilitasi

Tidak ada Kemampuan

Regulasi Diri

Kemampuan

Regulasi Diri

Profesi sebagai

Konselor

Adiksi

Lingkungan,

Efikasi Diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

51

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian

kualitatif merupakan suatu proses untuk memahami masalah sosial/ manusia

dengan memberikan gambaran secara menyeluruh dan kompleks, disajikan

dengan kata-kata, memberikan pandangan yang rinci dari para sumber

informasi, serta dilakukan dalam latar yang alamiah atau tanpa intervensi.

Denzin dan Lincoln menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan

penelitian lapangan dan bertujuan untuk memahami bagaimana para

partisipan mengambil makna dari lingkungan sekitar dan bagaimana makna

tersebut memengaruhi perilaku mereka (dalam Gunawan, 2013).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis

fenomenologis interpretatif (AFI). Tujuan dari AFI adalah untuk

mengungkap secara detail bagaimana partisipan memaknai dunia personal

dan sosialnya. Sifat dari AFI adalah fenomenologis, yaitu melibatkan

pemeriksaan secara rinci terhadap dunia kehidupan partisipan. AFI

bermanfaat ketika seseorang berhadapan dengan kompleksitas, proses, atau

sesuatu yang baru. Jenis penelitian ini berguna untuk mengeksplorasi

pengalaman personal dan menekankan pada persepsi maupun pendapat

personal individu mengenai objek maupun peristiwa. Sampel yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

52

digunakan dalam penelitian jenis ini memiliki profil status demografik

maupun sosioekonomi yang serupa (Smith, 2009).

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada eksplorasi mengenai proses regulasi diri pada

mantan pecandu narkotika yang bekerja sebagai konselor adiksi. Proses

regulasi diri diteliti dengan melihat bagaimana unsur-unsur regulasi diri

dapat tercapai serta bagaimana subjek mengatasi mekanisme kegagalan

regulasi diri. Selain itu, penelitian ini juga mengungkap bagaimana

pengaruh faktor lain dalam proses regulasi diri pada subjek.

C. Subjek Penelitian

1. Teknik Pemilihan Subjek

Penelitian ini menggunakan purposive sampling karena setiap individu

dari populasi tidak memiliki kemungkinan yang sama untuk terpilih.

Pemilihan subjek dilakukan dengan menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu memilih subjek berdasarkan ciri-ciri yang sesuai dengan

tujuan penelitian yang akan dilakukan (Herdiansyah, 2015). Pada

penelitian ini, peneliti memilih sampling suatu teori atau konsep. Teknik

sampling teori dilakukan dengan cara meneliti individu dengan tujuan

memberikan pemahaman lebih terhadap suatu konsep atau teori,

menemukan suatu konsep yang spesifik, atau membantu menghasilkan

teori (Herdiansyah, 2015).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

53

2. Karakteristik Subjek

Dalam penelitian ini, subjek yang menjadi sasaran penelitian adalah

mantan pecandu narkotika. Peneliti menentukan batasan untuk

menentukan subjek penelitian. Berikut batasan yang digunakan oleh

peneliti:

a. Berada pada tahap abstinen sekurang-kurangnya satu tahun setelah

proses rehabilitasi.

b. Memiliki pengalaman sebagai pecandu dengan memiliki kriteria

diagnosa ketergantungan zat.

c. Bekerja sebagai konselor adiksi pada suatu panti rehabilitasi

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini hanya menggunakan satu metode pengumpulan data,

yaitu metode wawancara. Menurut Poerwandari (1998), wawancara

merupakan proses percakapan dan tanya jawab yang diarahkan oleh

pewawancara untuk mencapai tujuan tertentu. Stewart dan Cash

menjelaskan bahwa wawancara merupakan suatu interaksi yang terdapat

proses pertukaran/ sharing, melibatkan komunikasi dua arah, dan memiliki

tujuan yang akan di capai (dalam Herdiansyah, 2015). Selain itu, Banister

memberi penjelasan bahwa wawancara kualitatif dilakukan untuk

memperoleh makna subjektif yang dipahami individu yang sesuai dengan

topik yang sedang diteliti (dalam Poerwandari, 1998).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

54

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara semi terstruktur. Tujuan dari wawancara semi terstruktur adalah

untuk memahami suatu fenomena atau permasalahan tertentu. Ciri dari

wawancara semi terstruktur yaitu adanya pertanyaan yang bersifat terbuka,

namun memiliki batasan tema dan alur pembicaraan. Jawaban yang

diberikan oleh subjek tidak dibatasi selama berada pada jalur tema yang

sesuai dengan tujuan wawancara. Pertanyaan yang diajukan bersifat

fleksibel, bergantung pada situasi dan kondisi serta alur pembicaraan. Selain

itu, pedoman wawancara digunakan sebagai patokan dalam alur, urutan, dan

penggunaan kata (Herdiansyah, 2015).

Sebelum melaksanakan proses wawancara, peneliti memberikan

informed consent pada subjek secara lisan. Informed consent berisi tentang

informasi penelitian yang akan dilaksanakan dan kesediaan subjek untuk

mengikuti penelitian. Selain itu, informed consent berisikan tujuan

penelitian, bagaimana data akan diambil, serta wewenang subjek dalam

penelitian ini.

Tujuan penelitian yang disampaikan di dalam informed consent adalah

untuk mengeksplorasi pengalaman adiksi pada mantan pecandu narkotika

dan melihat peran sebagai konselor adiksi terhadap recovery. Data diperoleh

melalui wawancara personal dengan menggunakan alat voice recorder.

Peneliti menjamin kerahasiaan data pada subjek dan subjek memiliki

wewenang untuk tidak mengungkapkan hal-hal yang dirasa tidak ingin

disampaikan. (Draft informed consent terdapat pada halaman lampiran)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

55

Tabel 1

Pedoman Wawancara Tabel 1 Pedoman Wawancara

Aspek Komponen Pertanyaan Wawancara

Latar Belakang

Subjek

Kondisi Keluarga 1. Bagaimana pandangan

terhadap ayah dan ibu?

2. Bagaimana sikap ayah dan ibu

di dalam keluarga?

3. Bagaimana relasi di dalam

keluarga?

Kondisi Pertemanan 1. Bagaimana relasi dengan

teman sebaya?

2. Bagaimana pengaruh teman

sebaya?

Pandangan terhadap diri

sendiri/ self

1. Bagaimana pandangan

terhadap diri sendiri (sebelum

menjadi pecandu narkoba)?

2. Prestasi yang pernah diraih?

Kondisi

Regulasi Diri

Sebelum

Menjadi

Pecandu

Hal-hal yang membuat

subjek mengalami

kegagalan regulasi diri

mekanisme kegagalan

regulasi diri

1. Apa yang menjadi faktor anda

menjadi pecandu narkoba?

2. Apa saja yang terjadi pada

anda sehingga anda mengalami

adiksi?

Kondisi Subjek

Saat Menjadi

Pecandu

Narkoba

Hal-hal yang dialami

subjek selama menjadi

pecandu dan

pengaruhnya terhadap

regulasi diri

1. Bagaimana pengaruh narkoba

terhadap subjek?

2. Bagaimana perasaan dan

pikiranterhadap narkoba?

3. Bagaimana dampak kondisi

adiksi terhadap regulasi diri?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

56

Aspek Komponen Pertanyaan Wawancara

Bentuk dan

proses regulasi

diri pasca

rehabilitasi

Unsur-unsur regulasi diri

sebagai bentuk

adanya regulasi diri pada

subjek

1. Apa tujuan yang dimiliki oleh

subjek supaya tidak kembali

mengalami kekambuhan?

2. Bagaimana cara subjek

mengawasi dirinya dalam

mencapai tujuan tersebut dan

bagaimana cara mengawasi

diri agar tidak kembali

mengalami kekambuhan?

3. Apa yang dilakukan subjek

untuk mencapai tujuan dan

beradaptasi terhadap berbagai

perubahan/ tekanan?

Proses yang dialami

subjek agar berhasil

meregulasi dirinya

1. Apa saja yang dilakukan

subjek untuk mengatasi

keinginan kembali

menggunakan narkoba?

2. Bagaimana cara subjek

menghadapi tantangan/

hambatan agar tidak kembali

menggunakan narkoba?

E. Metode Analisis Data

Menurut Spradley (dalam Gunawan, 2013), analisis data merupakan

pencarian pola-pola untuk menetapkan bagian-bagiannya, hubungan

antarkajian, dan hubungan terhadap keseluruhannya. Bogdan dan Biklen

(dalam Gunawan, 2013) menambahkan, analisis data dilakukan melalui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

57

proses pencarian data yang dikumpulkan seperti wawancara, catatan, dan

bahan lainnya untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu hal dan

menyajikan apa yang ditemukan.

Analisis data dalam penelitian kualitatif menggunakan analisis tematik

atau analisis tema kultural. Teknik analisis tematik digunakan untuk

memahami gejala yang khas, nilai, maupun simbol budaya dengan

mengumpulkan berbagai tema. Selanjutnya, analisis tematik digunakan

untuk menemukan hubungan-hubungan pada domain yang dianalisis

sehingga membentuk suatu kesatuan dan menampakkan tema yang dominan

maupun yang kurang dominan (Gunawan, 2013).

Menurut Miles dan Huberman, penelitian kualitatif memiliki empat

tahapan dalam analisis data, yaitu mengumpulkan data, mereduksi data

melalui tema dan kode, display data ke dalam bentuk kategori, dan menarik

kesimpulan/ verifikasi (dalam Herdiansyah, 2015). Secara rinci, berikut

adalah langkah-langkah dalam menganalisis data (Smith, 2009):

1. Membaca data secara berulang

Pada tahap ini, peneliti membaca transkrip wawancara untuk

memahami dunia subjek. Membaca kembali data berguna agar peneliti

tidak terburu-buru dalam mereduksi data dan lebih memahami

keterkaitan antar data yang diperoleh.

2. Pencatatan awal dan mencari tema-tema

Peneliti mulai memberikan catatan terhadap transkrip yang diperoleh.

Hal ini berguna untuk mendeskripsikan secara detail dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

58

memunculkan pengetahuan secara umum mengenai pengalaman

subjek. Komentar yang diberikan pada transkrip bermaksud untuk

merangkum atau menyimpulkan, memberikan asosiasi atau koneksi,

dan dapat merupakan interpretasi awal. Catatan-catatan awal

ditransformasi ke dalam frase-frase yang singkat (tema) untuk

menangkap kualitas esensial dari teks. Transformasi tersebut berguna

untuk memunculkan koneksi teoritis di dalam dan di antara kasus.

Jumlah tema yang muncul mencerminkan kekayaan bagian yang

bersangkutan

3. Mengaitkan tema-tema yang ada

Pada tahap ini, peneliti mengurutkan tema-tema yang muncul dengan

pengurutan yang lebih bersifat analitis atau teoritis dengan tujuan

menemukan koneksi antar tema. Beberapa tema dikelompokkan

sehingga dapat menarik tema yang lain untuk memberikan makna.

Peneliti juga membandingkan pemahaman yang dibuatnya dengan apa

yang dikatakan oleh partisipan.

Tahap selanjutnya adalah membuat tabel tema atau pemetaan dan

peneliti berusaha menyatukan tema-tema tersebut. Kelompok-

kelompok tema tersebut diberi nama dan diberikan penanda pada

masing-masing contoh (dengan memberikan penomoran) agar mudah

dicari sumber asalnya.

4. Melanjutkan analisis dengan kasus-kasus lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

59

Tahap selanjutnya adalah berpindah kepada transkrip subjek

berikutnya dengan mengulangi tahapan yang sama. Peneliti harus

mencermati pola yang berulang dan menanggapi isu baru yang

muncul saat mengerjakan transkrip. Peneliti mengenali pernyataan

antar subjek, bagaimana pernyataan tersebut mirip namun juga

berbeda. Selanjutnya, peneliti menentukan tema-tema yang akan

difokuskan dengan cara membuat prioritas dan mulai mereduksinya.

5. Mencari pola-pola lintas kasus (subjek)

Tahapan selanjutnya adalah mencari pola pada kasus yang ditemukan.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara melihat tabel tema pada

setiap kasus (subjek). Peneliti mulai mencari keterkaitan antar tema

pada masing-masing kasus sehingga dapat menemukan pola untuk

memudahkan dalam menganalisis data.

F. Keabsahan Data

1. Kredibilitas

Kredibilitas merupakan istilah yang digunakan untuk mengganti

konsep validitas dalam penelitian kualitatif yang dimaksudkan untuk

merangkum bahasan mengenai kualitas penelitian kualitatif (Creswell,

2010; Poerwandari, 1998). Creswell dan Miller menjelaskan kredibilitas

dalam penelitian kualitatif didasarkan pada kepastian apakah hasil

penelitian sudah akurat dari sudut pandang partisipan, peneliti, atau

pembaca secara umum (dalam Creswell, 2010). Kredibilitas kualitatif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

60

dikatakan berhasil apabila mencapai maksud mengeksplorasi masalah

atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial, atau pola interaksi

yang kompleks (Poerwandari, 1998).

Stangl dan Sarantakos mengungkapkan bahwa validitas dalam

penelitian kualitatif tidak dicapai dengan memanipulasi variabel, tetapi

melalui orientasinya dan upayanya mendalami dunia empiris dengan

menggunakan metode paling cocok untuk pengambilan dan analisis data.

Oleh karena itu, peneliti perlu menguraikan parameter penelitian

(langkah-langkah, pedoman, batasan, maupun ukuran) dengan jelas, yaitu

bagaimana desain dikembangkan, subjek penelitian dipilih, ataupun

analisis yang dilakukan (dalam Creswell, 2010).

Kredibilitas/ validitas dapat dicapai bila temuan dari studi-studi lain

mengenai topik yang sama menunjukkan hasil yang kurang lebih serupa.

Selain itu, validitas/ kredibilitas dapat dilakukan dengan cara

mengonfirmasi kembali data dan analisisnya kepada subjek penelitian

(Creswell, 2010).

2. Triangulasi

Triangulasi data digunakan untuk memantapkan kredibilitas dan

konsistensi data, dan dapat juga bermanfaat sebagai alat bantu analisis

data di lapangan. Triangulasi dikenal sebagai teknik pemeriksaan

keabsahan dengan cara memanfaatkan sesuatu di luar data untuk

keperluan pengecekan atau pembanding data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

61

Berikut adalah jenis-jenis triangulasi yang digunakan oleh peneliti

(Afiyanti 2008; Creswell 2010; Herdiansyah, 2015):

a. Validasi subjek

Validasi subjek atau member checking dilakukan dengan cara

menunjukkan hasil salinan verbatim wawancara beserta analisis dari

peneliti kepada subjek penelitian. Hal ini dilakukan untuk

mengonfirmasi ulang mengenai data yang telah diperoleh peneliti,

apakah sudah sesuai atau ada yang perlu diperbaiki. Cara ini

memberikan kesempatan kepada subjek untuk berkomentar mengenai

hasil penelitian (Creswell, 2010; Herdiansyah 2015).

b. Peer checking

Kredibilitas diperoleh dengan cara melakukan diskusi panel dengan

para ekspertis atau ahli untuk melakukan reanalisis data yang telah

diperoleh (Afiyanti, 2008).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HA SIL PENELITIAN DAN PEMBAHA SAN A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Penelitian dan Perijinan

Pada penelitian ini, peneliti mengambil subjek yang bekerja di

Panti Rehabilitasi NAPZA yang bernama Panti Sosial Parmadi Putra

(PSPP). Panti Sosial Parmadi Putra terletak di Karangmojo,

Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Panti Sosial Parmadi Putra

memberikan pelayanan, perawatan, dan rehabilitasi sosial dengan

menggunakan metode Therapeutic Community, yang meliputi

pembinan fisik, mental, dan sosial. Program Therapeutic Community

dirancang untuk waktu 12 bulan (1 tahun). Akan tetapi dalam

pelaksanaan Therapeutic Community tergantung pada perkembangan

residen selama mengikuti program. Selain itu, proses rehabilitasi yang

diberikan yaitu mengubah sikap dan tingkah laku, resosialisasi, serta

pembinaan lanjut agar mampu dan berperan aktif dan positif dalam

kehidupan keluarga dan masyarakat.

Peneliti tidak mengambil subjek yang merupakan residen di Panti

Sosial Parmadi Putra. Peneliti memilih subjek yang merupakan mantan

pecandu narkotika dan kini bekerja sebagai konselor adiksi di Panti

Sosial Parmadi Putra. Untuk menentukan subjek penelitian, peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

63

menggunakan purposive sampling, yaitu menentukan subjek dengan

karakter tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengajukan

permohonan izin penelitian ke Kantor Gubernur DIY dan ke Dinas Sosial

agar mendapatkan izin penelitian di Panti Sosial Parmadi Putra.

Pengajuan izin pertama kali diajukan pada bulan Oktober 2015 hingga

bulan Januari 2016. Selanjutnya, peneliti melakukan perpanjangan izin

pada bulan Januari 2016 hingga bulan April 2016.

Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan pendekatan/ rapport

dengan konselor adiksi yang sesuai dengan kriteria penelitian, yaitu yang

pernah mengalami adiksi narkoba sebelum menjadi seorang konselor

adiksi. Rapport dilakukan agar terjalin kedekatan dengan subjek adanya

rasa percaya dengan peneliti sehingga subjek dapat memberikan

informasi secara terbuka. Subjek dalam penelitian ini berjumlah dua

orang. Selain itu, kedua subjek tersebut merupakan pekerja aktif di PSPP

sebagai konselor adiksi.

Proses rapport dilaksanakan tanggal 21 Oktober 2015 pada subjek

2 (Bro Y) dan tanggal 26 November 2015 pada subjek 1 (Sis X). Untuk

memenuhi proses ini, peneliti bertanya jawab seputar kehidupan subjek

dan pekerjaannya di PSPP. Selain itu, proses rapport juga dilakukan

dengan cara makan bersama subjek agar hubungan tidak menjadi

canggung. Proses wawancara selanjutnya dilaksanakan dengan cara

membuat janji dengan subjek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

64

Proses wawancara dilaksanakan di PSPP ketika subjek sedang tidak

memiliki kesibukan kerja. Proses wawancara menggunakan guideline

interview. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak

terstruktur agar peneliti dapat menggali informasi secara lebih dalam dan

luwes. Peneliti juga menyiapkan alat rekam untuk membantu proses

pengumpulan data wawancara.

2. Pelaksanaan Penelitian

Waktu dan Tempat Penelitian

Tabel 2

Waktu dan Tempat Penelitian

No. Kegiatan Subjek 1 (Sis X) Subjek 2 (Bro Y)

1 Wawancara

subjek

a. 26 November 2015

(15.10-16.00) di

ruang Konsultasi

PSPP

b. 19 desember 2015

(11.20-12.30) di

ruang Konsultasi

PSPP

c. 1 April 2016 (16.05-

17.00) di ruang

tunggu PSPP

d. 29 April 2016

(16.10-16.45) di

ruang Konsultasi

PSPP

a. 21 Oktober 2015

(14.45-15.10) di

ruang tunggu PSPP

b. 19 Desember 2015

(13.30-14.40) di

ruang Konsultasi

PSPP

c. 28 Januari 2016

(15.10-16.05) di

ruang tunggu PSPP

d. 1 April 2016

(15.10-15.50) di

ruang Konsultasi

PSPP

e. 22 April 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

65

No. Kegiatan Subjek 1 (Sis X) Subjek 2 (Bro Y)

(15.30-16.00) di

ruang tunggu PSPP

2 Member

checking

Dilaksanakan pada hari

Rabu, 18 Mei 2016 di

Ruang Konsultasi PSPP

pada pukul 15.00

Dilaksanakan pada hari

Rabu, 18 Mei 2016 di

Ruang Konsultasi

PSPP pada pukul 18.30

B. Subjek Penelitian

1. Demografi Subjek

Tabel 3

Demografi Subjek

No. Keterangan Subjek 1 Subjek 2

1 Nama Inisial Sis X Bro Y

2 Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki

3 Usia 32 tahun 57 tahun

4 Anak ke- 2 dari 3

bersaudara

2 dari 2

bersaudara

5 Jumlah Saudara 2 1 kandung, 3 tiri

6 Pekerjaan Konselor Adiksi Konselor Adiksi

2. Latar Belakang Subjek

a) Subjek 1 (Sis X)

Subjek merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, memiliki

kakak laki-laki dan adik laki-laki. Akan tetapi, subjek mengatakan

bahwa dirinya tidak memiliki kedekatan dengan saudara kandungnya

dan cenderung sering bertengkar dengan adiknya. Subjek merasa tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

66

memiliki kedekatan dengan saudaranya karena sejak kecil subjek

sudah terpisah dari saudaranya karena bersekolah di tempat yang

berbeda-beda. Adanya perbedaan sekolah inilah yang membuat subjek

dan saudaranya tidak berada di satu tempat tinggal yang sama. Subjek

juga mengatakan bahwa dirinya memiliki komunikasi yang kaku

dengan saudaranya. Di dalam keluarganya, subjek merasa lebih dekat

dengan ibunya karena subjek dapat memiliki komunikasi yang terbuka

dengan ibunya. Subjek merasa bahwa dirinya mampu saling menegur

bahkan berdebat dengan ibunya.

Di dalam keluarganya, subjek memandang bahwa kakak dan

adiknya adalah sosok yang tertutup seperti dirinya. Selain itu, subjek

juga memandang bahwa kakak dan adiknya adalah sosok yang bandel.

Subjek juga memandang ayahnya sebagai sosok yang kurang

menyenangkan. Ayahnya dipandang sebagai sosok yang keras,

emosional, tidak tahu caranya mengungkapkan kasih sayangnya,

diktator, dan ringan tangan terhadap anak-anaknya. Subjek merasa

bahwa hubungannya dengan sosok ayah dirasa tidak cukup harmonis.

Berbeda pandangannya terhadap sosok ibu, bagi subjek, ibu

merupakan sosok yang kuat dan sabar. Pandangan tersebut muncul

karena subjek merasa dirinya dan saudaranya telah melakukan

kenakalan, tetapi sang ibu masih tetap kuat dan sabar. Selain itu,

ibunya dipandang sebagai sosok yang peduli terhadap keluarganya.

Kepedulian itu diceritakan subjek karena ibunya masih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

67

memperhatikan neneknya dan juga saudara dari sang ibu. Bagi subjek,

sosok ibu merupakan panutan di dalam keluarganya.

Menurut subjek, masalah di dalam keluarga yang dialami

merupakan masalah yang terjadi di antara kedua orang tuanya. Selama

menghadapi masalah yang terjadi di dalam keluarga, subjek memilih

untuk diam dan membiarkan masalah tersebut hilang dengan

sendirinya. Subjek juga merasa bahwa dirinya dan saudaranya

memiliki kesamaan, yaitu tertutup dan suka memendam masalah.

Selama memiliki masalah, subjek memilih untuk diam dan cenderung

menutupi masalahnya. Jika muncul masalah lagi, subjek memilih

untuk diam karena ia merasa akan memiliki akhir yang sama saja.

Subjek kini bekerja sebagai konselor adiksi di Panti Sosial

Parmadi Putra. Sebelumnya, subjek telah menempuh pendidikan

hingga perguruan tinggi di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Selama

bersekolah, subjek menunjukkan prestasinya dengan berhasil meraih

peringkat selama duduk di bangku Sekolah Dasar hingga Sekolah

Menengah Pertama. Akan tetapi, prestasi menurun saat subjek

menginjak bangku Sekolah Menengah Atas karena subjek mengakui

bahwa dirinya sudah mulai mengenal narkoba. Saat duduk di bangku

kuliah, subjek menceritakan bahwa prestasi baginya merupakan

sesuatu ketika dirinya mampu mengikuti aktivitas dan memperoleh

penghargaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

68

Subjek juga memiliki relasi yang kurang sehat dengan teman-

temannya. Subjek cenderung membatasi diri dan membatasi

komunikasi dengan teman-temannya. Subjek mengatakan bahwa

dirinya memiliki sedikit teman perempuan. Menurut subjek, teman

perempuan merupakan sosok yang suka bergosip, sensitif, dan tidak

menyenangkan. Di sisi lain, ternyata subjek memiliki pergaulan yang

kurang sehat, yaitu bergaul dengan teman-teman yang nakal dan

pemakai narkoba. Pada awal berkenalan, subjek tidak mengetahui

bahwa teman-temannya merupakan pemakai narkoba. Akan tetapi,

semakin lama subjek semakin terpengaruh oleh pergaulan dan turut

mengonsumsi narkoba. Subjek merasa biasa saja karena ia merasa

kakaknya pun juga demikian. Subjek merasa temannya membujuknya

dan subjek sendiri juga merasa adanya masalah/ urusan yang belum

selesai (unfinished bussiness). Usia yang juga dianggap labil oleh

subjek juga menjadi salah satu faktor subjek terjerumus di pergaulan

tersebut.

Subjek merasa tidak pernah memiliki masalah yang begitu

berarti dengan teman-temannya. Subjek merasa bahwa dirinya

membatasi diri, sehingga ia hanya curhat (bercerita) seperlunya saja.

Subjek merasakan adanya ketakutan atau kekhawatiran yang tidak

beralasan sehingga subjek cenderung kurang terbuka dan memilih

tidak bercerita banyak dengan teman-temannya. Menurut subjek,

teman-temannya bersikap baik apabila merasa butuh saja. Selain itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

69

teman-temannya dirasa tidak mengerti apa yang ada di dalam diri

subjek. Tetapi subjek juga menyadari bahwa dirinya juga merupakan

sosok yang tertutup, sehingga teman-temannya tidak mengenalnya

secara lebih dalam.

Teman-teman subjek dirasa memiliki pengaruh terhadap

subjek.Pengaruh yang dirasa positif adalah ketika teman-temannya

mengajak subjek untuk berpikir secara simple/ sederhana. Akan tetapi,

sisi negatifnya adalah subjek mabuk-mabukan bersama teman-

temannya dan mengonsumsi narkoba bersama teman-temannya.

Subjek memandang bahwa dirinya merupakan orang yang

mudah terpengaruh oleh suasana hati (emosian). Subjek juga

mengatakan bahwa dirinya itu flat/ datar. Perasaan datar tersebut

dikarenakan subjek merasa bahwa dirinya sudah terlatih demikian

selama masih masa anak-anak. Subjek merasa sejak masa anak-anak,

dirinya terbiasa memendam suatu masalah dan tidak mampu

mengungkapkannya. Subjek merasa setiap masalah yang datang akan

memiliki akhir yang sama. Subjek juga cenderung tertutup dan

memilih diam ketika menghadapi masalah. Subjek juga memilih untuk

pergi ketika dirinya sedang menghadapi suatu masalah.

Subjek saat ini telah bersuami dan memiliki anak berusia tujuh

tahun. Selama menikah, subjek merasa harmonis karena subjek

merasa selalu memanipulasi. Tindakan manipulasi yang dilakukan

subjek adalah subjek menutupi penggunaan dosis narkoba yang ia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

70

gunakan. Subjek juga menceritakan bahwa sebelum menikah,

suaminya hanya mengetahui bahwa subjek telah berhenti (padahal

subjek masih mengonsumsi). Subjek juga bercerita bahwa dirinya

pernah mengalami overdosis sehingga anaknya dirawat oleh ibunya.

b) Subjek 2 (bro Y)

Subjek merupakan anak ke-dua dari dua bersaudara ketika

dirinya belum memiliki ayah tiri. Saat dirinya memiliki ayah tiri,

subjek memiliki tiga saudara tiri. Subjek tidak memiliki kedekatan

dengan saudara kandungnya maupun saudara tirinya. Subjek sering

mengalami sibling rivalry dengan saudara tirinya karena dirinya

merasa tidak diperhatikan sebagaimana saudara tirinya diperhatikan.

Subjek merasa bahwa dirinya merupakan anak yang paling

nakal, yaitu ditunjukkan dengan perilaku merokok dan melawan

peraturan yang dibuat oleh orang tuanya. Selain itu, subjek merasa

memiliki masalah emosional, yaitu sulit menerima kekecewaan.Emosi

yang tidak terkendali seperti mudah marah juga menjadi masalah bagi

subjek.

Menurut subjek, kedua orang tuanya memiliki pengasuhan yang

demokratis. Akan tetapi, ia cenderung menilai ayahnya memiliki

pengasuhan yang kuno. Pengasuhan yang kuno diceritakan

sebagaimana ayahnya sering memukuli subjek apabila subjek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

71

melakukan kesalahan. Subjek juga merasakan kurangnya kehangatan

maupun perhatian dari orang tuanya, terutama dari ayah tirinya.

Sosok ibu dianggap sebagai public figure bagi subjek karena ibu

dianggap sebagai sosok yang sabar, melayani, dan dapat dipercaya.

Sedangkan untuk ayah tiri, subjek menganggap bahwa ayah tirinya

telah menyelamatkannya dengan cara menjadikan subjek seorang

pegawai dan turut campur tangan ketika subjek mengalami adiksi.

Ketika mengalami masalah di dalam keluarganya, subjek selalu

memilih untuk pergi dan mabuk bersama teman-temannya. Subjek

terkadang merasa tidak ada jalan keluar dan sering memilih untuk

diam ketika ayah tirinya sedang marah. Subjek mengharapkan

ayahnya dapat menasehatinya dengan cara yang halus.

Subjek merasa kurang mendapatkan kehangatan dari orang

tuanya. Subjek lebih suka bermain mainan yang sederhana seperti

bermain layangan dibandingkan dibelikan mainan modern yang

memiliki harga mahal. Subjek menceritakan bahwa ayah tirinya lebih

ringan kepadanya dibandingkan dengan saudara tirinya. Sampai saat

ini, subjek tidak mengetahui kabar mengenai ayah kandungnya.

Subjek pun tidak berani untuk bertanya kepada ibunya karena subjek

takut apabila ia menyakiti ibunya.

Di lingkungan tempat tinggalnya, subjek juga kerap

mendapatkan pembicaraan yang kurang menyenangkan dari kumpulan

ibu-ibu rumah tangga di kampung tersebut. Kumpulan ibu-ibu tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

72

sering melontarkan pernyataan bahwa ibunya sudah menjadi milik

ayah tirinya. Subjek juga sering mendapatkan pembicaraan bahwa

dirinya bukan merupakan anak dari ayah tirinya. Dari hal tersebut

subjek merasa bahwa dirinya mendengarkan sesuatu yang belum

saatnya bagi subjek untuk mengetahuinya.

Subjek juga memiliki pergaulan yang buruk bersama teman-

teman di kampungnya. Subjek kerap berkumpul bersama dan

menggunakan narkoba bersama-sama. Subjek dan teman-temannya

sering menghabiskan waktu bersama dan “ndugal” bersama. Subjek

merasa dirinya dan perkumpulannya merupakan geng yang eksklusif

sehingga anak di luar kampung dirasa tidak percaya diri untuk

mendekati subjek.

Subjek menceritakan bahwa dirinya masuk di sekolah favorit

sejak SD hingga SMP. Subjek juga kerap mendapatkan prestasi

berupa memeroleh peringkat di dalam kelasnya. Subjek merasa

walaupun dirinya kurang suka membaca dan pernah membolos, tetapi

subjek tetap mendapatkan nilai yang baik.

Subjek merasa bahwa apabila dirinya berada di kost pada saat

duduk di bangku SMA, subjek tidak akan terjerumus ke dalam dunia

adiksi. Subjek mengatakan bahwa sebenarnya ia ingin menghindari

pergaulan yang tidak baik yang ada di kampungnya tersebut. Akan

tetapi, ibu subjek tidak mengijinkannya dengan alasan sekolah subjek

tidaklah begitu jauh dari rumahnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

73

Sejak duduk di bangku SMP, subjek telah mengonsumsi morfin

dan menjadi seorang pengguna aktif. Subjek merasa mudah

mendapatkan prekusor narkoba karena pada jaman dahulu, tidak ada

UU narkotika yang melarang peredaran prekusor. Dengan adanya UU

kesehatan, subjek dengan mudahnya mendapatkan morfin di apotek.

Pada saat ini, subjek bekerja sebagai konselor adiksi di PSPP.

Sebelumnya, subjek bersama teman-temannya merintis berdirinya

panti rehabilitasi. Semakin lama, subjek semakin menikmati

pekerjaannya. Motivasi subjek bekerja sebagai konselor adiksi adalah

ingin menyelamatkan pecandu. Selain itu, subjek merasa bahwa yang

dapat memahami pecandu adalah mantan pecandu narkoba.

C. Analisis Data Penelitian

1. Kegagalan Regulasi Diri yang Dialami Oleh Subjek

Berikut akan dijabarkan faktor yang menjadi penyebab subjek menjadi

seorang pecandu. Faktor penyebab ditinjau melalui pola umum/

mekanisme kegagalan kegulasi diri yang dialami oleh subjek.

Tabel 4

Kegagalan Regulasi Diri yang Dialami Subjek

Subjek 1 (Sis X) Subjek 2 (Bro Y)

Rolling the snowball:

Baris: 16-17; 24-27; 71-73

Rolling the snowball:

Baris: 21-26

Letting it happen:

Baris: 134-137; 153-154; 158-161

Letting it happen:

Baris: 10-11; 133-136

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

74

Subjek 1 (Sis X) Subjek 2 (Bro Y)

Pola sebab akibat kegagalan

Faktor: Ekologi Mikrosistem

Baris: 34-37; 61-62; 92-93; 129-

132; 147-149; 167-168

Tekanan Emosi

Baris: 94-97; 157-159; 169-179;

182-192

Pola sebab akibat

kegagalan faktor:

Ekologi Mikrosistem

Baris: 3-8; 14-16; 34-35

Ekologi Eksosistem

Baris: 92-97

Ekologi Makrosistem

Baris: 104-105; 106-109;

157-158

Reduksi pada Monitoring

Baris: 38-41; 45-48

Berikut adalah beberapa kutipan yang mendukung adanya faktor yang

menjadi predisposisi subjek untuk menjadi pecandu. Faktor predisposisi

ditinjau dari pola umum atau mekanisme kegagalan regulasi diri pada

masing-masing subjek:

a. Rolling the snowball

Rolling the snowball merupakan timbulnya efek yang lebih besar akibat

proses awal kejatuhan (Baumeister dkk., 1994). Masing-masing subjek

memiliki pengalaman yang sama. Mengonsumsi alkohol ataupun

merokok merupakan sebuah gerbang menuju adiksi. Setiap subjek

berawal dengan mengonsumsi alkohol atau merokok, kemudian berimbas

mengonsumsi narkoba hingga mengalami ketergantungan.

1) Subjek 1 (Sis X)

“habis alkohol, karena dulu di sekolah aku ibaratnya karena ada

yang ngedarin kan ya, saya tidak tahu itu bandar atau apa, tapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

75

kita bisa beli dari dia gitu, eee itu ganja, habis itu waktu SMA

itu. Waktu kuliah, saya pakai inex” (Baris: 24-27)

2) Subjek 2 (Bro Y)

“pertama kali mesti ya ngerokok, habis itu saya miras. Habis itu

ganja. Dulu namanya kokain mbak. Candu, itu adalah getahnya

ganja, dulu bisa dari situ. Terus pakai morfin. Dulu ga ada

istilah pecandu, user, penyalahguna, tapi dulu namanya

morfinis. Awake mesti kurus karena jadi ga doyan makan, raiso

turu, dan mesti takut sama air, makane ambune mesti ra enak”

(Baris: 21-26)

b. Letting it Happen

Pola kegagalan ini mengarah pada kesengajaan subjek untuk

menggagalkan regulasi dirinya. Selain itu, pola ini juga mengarah pada

kegagalan regulasi diri akibat merasa jenuh dan ingin melupakan masalah

sejenak (Baumeister dkk., 1994).

1) Subjek 1 (Sis X)

“....Kita punya masalah, terus kita makai, “ohh udah lupa nih

kalo ada masalah”. Padahal secara ga sengaja kita ninggalin

masalah di belakang. Kita makai, efek hilang kan masalah itu

timbul lagi tu....” (Baris: 158-161)

2) Subjek 2 (Bro Y)

“nah ya jalan keluarnya mending saya mendem wae biar saya

diperhatikan” (Baris: 10-11)

c. Pola Sebab-Akibat Kegagalan

Kegagalan regulasi diri dapat terjadi akibat adanya faktor yang menjadi

pemicu gagalnya regulasi diri (Baumeister dkk., 1994). Pada bahasan ini,

faktor yang menjadi pemicu adalah faktor ekologi/ lingkungan tempat

subjek berada. Selain itu, pola sebab akibat kegagalan juga meninjau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

76

adanya tekanan emosi yang dialami subjek akibat adanya masalah yang

menumpuk.

1) Subjek 1 (Sis X)

Ekologi: mikrosistem, merupakan relasi individu dengan lingkungan

terdekatnya seperti keluarga, teman, maupun dengan lingkungan kerja

(Bronfenbrenner, 1994).

“ya itu juga komunitas, kita kumpul, pada minum, fun, karoke.

Nah makin ke sini, kita kan juga ngrokok itu, nah terjerumuslah

ke ganja. Karena yaa ajakan dari temen” (Baris: 34-37)

Adanya Tekanan Emosi:

“....yang kedua saya juga punya banyak masalah yang saya gak

bisa buat meng-cover itu, yasudah saya terjerumus di situ.

Setelah nyobain, eh itu malah bikin masalah karena setelah saya

nyobain, itu malah bikin kecanduan badan saya” (Baris 94-97)

2) Subjek 2 (Bro Y)

Ekologi: mikrosistem, merupakan relasi individu dengan lingkungan

terdekatnya seperti keluarga, teman, maupun dengan lingkungan kerja

(Bronfenbrenner, 1994).

“.....Karena bapak itu yo rodo slewang-sleweng. Saya berpikir

lho ya waktu itu, bapak keras dengan saya karena untuk

menutupi kesalahannya saja. Waktu itu saya mikir, ibu saya

wesdi’pek karo wong liyo yo kan aku ra trimo....‟ (Baris: 3-8)

Ekologi: Eksosistem, yaitu lingkungan di mana subjek tidak berperan

secara langsung tetapi mengalami dampak melalui sistem yang

berlaku (Bronfenbrenner, 1994).

“saya pakai dari tahun 1975 sampai tahun 1998. Nah habis itu

ada undang-undang kesehatan kan ya. Sakjane kalo narkotika itu

dimasukkan ke dalam undang-undang kesehatan, ee jadi gini

mbak, dulu mencari prekusor itu mudah dan tersedia di apotek,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

77

tidak seperti sekarang. Karena apa? Ya undang-undang

kesehatan itu. Sekarang kan pakainya UU narkotika, ya susah

juga dapatnya” (Baris: 92-97)

Ekologi: Makrosistem,yaitu bagaimana status sosioekonomi maupun

gaya hidup memberikan penaruh terhadap kehidupan individu

(Bronfenbrenner, 1994).

“iya mbak. Toleransinya itu cepet banget mbak. Karena apa?

Dulu kan saya ga kehilangan duit” (Baris: 104-105)

d. Reduksi pada Monitoring

Kegagalan regulasi diri dapat terjadi apabila subjek tidak memiliki self

awareness dan tidak memiliki evaluasi diri (Baumeister dkk., 1994).

1) Subjek 2

“kalau disuruh menilai, ya saya tau itu ga baik. Tapi yang

namane pecandu kan tidak bisa menilai. Nah gini, sekarang aku

tanya, nek kamu memakai narkoba, ini andaikan aja lho ya,

menurutmu itu kepinginan apa kebutuhan?” (Baris: 38-41)

2. Kondisi Subjek Saat Menjadi Pecandu

Berikut akan dijabarkan mengenai kondisi saat subjek mengalami masa

adiksi. Subjek mengingat-ingat pengalaman ketika dirinya menjadi

seorang pecandu. Kondisi saat menjadi pecandu ditunjukkan dengan

karakteristik adiksi yang dimiliki oleh subjek dan bagaimana regulasi diri

semakin terbenam ketika subjek mengalami adiksi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

78

Tabel 5

Kondisi Saat Menjadi Pecandu

Kondisi Subjek 1 (Sis X) Subjek 2 (Bro Y)

Karakteristik

Ketergantungan

1. Mengalami gejala

putus zat. (Baris: 46-

50; 75-87; 266-268;

271-274; 318-321)

2. Mengalami toleransi.

(Baris: 110-111; 113-

114; 117-119; 369-

372; 380-383)

3. Kurang berhasil

melakukan kontrol

diri. (Baris: 207-214)

4. Aktivitas untuk

mendapatkan zat.

(Baris: 222-228; 251-

258)

5. Kurangi aktivitas

sosial (Baris: 401-

405)

1. Mengalami toleransi.

(Baris: 64; 71-73; 101-

102)

2. Mengalami gejala

putus zat/ sakau (Baris:

117-119/ 140-142;

157-158)

3. Mengurangi aktivitas

(Baris: 121-124; 318-

322)

Terbenamnya

regulasi diri

Pemberontakan atensi

adanya gratifikasi dari

narkoba (Baris: 64-69;

103-107; 218-223; 236-

241; 296-297; 337-342;

353-356)

Pemberontakan atensi

efek menyenangkan dari

narkoba (Baris: 112-114;

130-132; 175-177)

Letting it happen (Baris:

289-292)

Letting it happen (Baris:

206-209)

Reduksi pada monitoring Reduksi pada monitoring

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

79

Kondisi Subjek 1 (Sis X) Subjek 2 (Bro Y)

hilangnya evaluasi

diri (Baris: 195-197; 294-

295; 300-302; 312-316)

hilangnya evaluasi diri

(Baris: 200-203; 331-336)

Berikut merupakan beberapa pernyataan subjek mengenai kondisi regulasi

dirinya selama menjadi seorang pecandu. Karakteristik adiksi yang dialami

oleh subjek menjadikan kemampuan regulasi diri subjek semakin terbenam.

a. Subjek 1 (Sis X)

Berikut adalah contoh pernyataan subjek yang menunjukkan kemampuan

regulasi dirinya semakin terbenam selama mengalami adiksi

1) Pemberontakan atensi

Pemberontakan atensi terjadi apabila subjek mengalami gratifikasi

atau merasakan adanya efek yang menyenangkan dari narkoba yang

dikonsumsinya (Baumeister dkk., 1994).

“.......Kalo udah make, emosional kan. Itu udah emosional. Tapi

kalo kita udah kena Puttaunya, itu rasanya kayak damai gitu,

udah ga ada yang dipikirin, udah di badan rasanya enak gitu.

Eee apa ya, saya tu kalo lagi dapetin tu barang pas ketemu

bandar, udah ni langsung kluarin alat tembaknya, langsung

beraksi “set set set..” . udaahh kayak gitu, “sensasional”. Gitu..”

(Baris: 337-342)

2) Letting it happen

Kegagalan regulasi diri dapat terjadi ketika subjek merasa “kepalang

tanggung”, yaitu kondisi saat melakukan suatu kesalahan, akan terus

berulang untuk menekan perasaan bersalah tersebut (Baumeister dkk.,

1994).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

80

“kepalang tanggung. Itu jadi istilahnya pada saat itu di tingkat

udah ga bisa mikir, mau gimana juga udah ga ngerti, jadi udah

ga kepikiran untuk sayang sama diri sendiri.” (Baris: 289-292)

3) Reduksi pada monitoring

Terbenamnya regulasi diri dapat pula terjadi ketika subjek mengalami

deindividuasi, yaitu kondisi saat subjek kehilangan evaluasi diri atas

apa yang telah ia lakukan (Baumeister dkk., 1994).

“ha‟a bener. Jadi yaudah sama sekali udah ga sayang sama diri

sendiri. Kan udah kesel tadi.” (294-295)

b. Subjek 2 (Bro Y)

Berikut adalah contoh pernyataan dari subjek mengenai kondisi regulasi

dirinya yang semakin terbenam selama ia mengalami adiksi:

1) Pemberontakan atensi

Subjek merasakan adanya efek yang menyenangkan dari

mengonsumsi narkoba, sehingga regulasi dirinya semakin terbenam

“ya terus mendewakan begitu kalau pecandu. Lha aku pakai ini

rasane ra susah, ora mikir, wes rasane koyo digendong dewo

ngono kae.” (Baris: 130-132)

2) Letting it happen

Regulasi diri semakin terbenam dengan adanya pembiaran atau

kesengajaan untuk gagal (Baumeister dkk., 1994). Istilah tidak

berdaya muncul, padahal itu hanya pembenaran dari subjek dan murni

kegagalan terjadi atas kesadaran dan kesengajaan.

“ya jelas, karena kita ga ada berdaya. Satu, seorang pecandu itu

selalu ingin membahagiakan orang lain dalam tanda kutip.

Berarti ketidakberdayaan itu kalau dia ditawari meneh. Kedua,

bahwa seorang pecandu itu selalu tidak mau tahu.” (Baris: 206-

209)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

81

3) Reduksi pada monitoring

Adanya deindividuasi membuat subjek kehilangan evaluasi dirinya

(Baumeister dkk., 1994). Subjek semakin tidak mengenal bahkan

tidak sayang pada dirinya sendiri

“ya saya akan sombong. Karena seorang pecandu itu akan

sombong. Karena saya pernah menjadi orang normal, tapi kamu

belum pernah jadi orang pecandu.Itu kesombongannya mereka.

Jadi kalo pridenya yak, kalo actionnya itu no. Nek karo wong

liyo, “woo sapa elu”. Padahal sakjane yo ngrasa, “aku ki sopo to

sakjane?” (Baris: 331-336)

3. Awal dari Proses Regulasi Diri

Pada bagian ini, akan dijabarkan mengenai proses awal pemulihan subjek

sehingga pada akhirnya subjek memiliki kemampuan untuk meregulasi

dirinya.

Tabel 6

Awal Proses Regulasi Diri

Proses Subjek 1 (Sis X) Subjek 2 (Bro Y)

Munculnya

keinginan

untuk pulih

1. Mengalami kejenuhan

(Baris: 428-431)

2. Keinginan untuk

berhenti (Baris: 452-

454)

3. Mengalami overdosis

(Baris: 438-442)

1. Mengalami kejenuhan

(Baris: 277-281)

2. Keinginan untuk

berhenti (Baris: 187-

191)

3. Mengalami stagnasi

(Baris: 187-188; 296-

301)

Proses

rehabilitasi

1. Program yang dirasa

cocok CBT (Baris

473-476)

1. Program yang dirasa

cocok terapi grup

(Baris: 341-347)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

82

Proses Subjek 1 (Sis X) Subjek 2 (Bro Y)

2. Menahan sakau (Baris:

502-504; 514-519)

3. Refleksi (Baris: 489-

492)

4. Mendapatkan role

model (Baris: 781-789)

2. Menahan sakau (Baris:

351-357)

3. Latihan regulasi emosi

(Baris: 417-427)

4. Mengevaluasi diri

(Baris: 430-439)

Mengalami

PAWS dan

sakau psikis

1. PAWS (Baris: 540-

542; 544-546; 1221-

1221)

2. Sakau Psikis (Baris:

529-530; 536-538)

1. PAWS (Baris: 212-

217; 219-221; 232-

235; 251-252; 597-

600; 762-765; 963-

964)

2. Sakau Psikis (Baris:

227-228)

MENGALAMI

RELAPSE saat

sebelum benar-benar

mengalami recovery

(Baris: 374-379; 800-

803; 786-790)

SEBAB

RELAPSEemotional

relapse (Baris: 384-390;

507-512; 735-748; 750-

754; 774-775; 820-824;

839-844)

Pola/ mekanisme

kegagalan regulasi diri:

Pemberontakan atensi

(386-390; 507-512)

Letting it happen (384-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

83

Proses Subjek 1 (Sis X) Subjek 2 (Bro Y)

388; 735-748)

Faktor yang

mendukung

terbentuknya

unsur regulasi

diri

1. Merasakan dampak

negatif dari adiksi

merasakan tubuhnya

hancur (1285-1287;

1329-1335)

2. Adanya kebutuhan

mengurus anak (607-

610; 683-686; 1302-

1305

1. Merasakan dampak

negatif dari adiksi

mendapatkan

diskriminasi (679-682)

2. Adanya kebutuhan

bekerja/ berkarya

(855-859; 1008-1011)

Berikut adalah pertanyaan subjek untuk menggambarkan proses pemulihan

yang dialami oleh subjek. Proses pemulihan melibatkan awal mula mengapa

subjek ingin pulih, proses rehabilitasi, dan gejala yang muncul pasca

rehabilitasi (termasuk relapse yang dialami oleh subjek 2)

a. Subjek 1 (Sis X)

1) Keinginan untuk pulih

Keinginan untuk pulih muncul ketika subjek sudah merasa jenuh akan

kondisi adiksinya dan mengalami overdosis

“....karena itu tadi saya bilang, saya tu udah jenuh, saya dah

capek. Dan waktu itu saya Oktober ulang tahun, saya tu bilang,

“yaudahlah Tuhan, saya tu udah capek, pokoknya gimana

caranya”. Aku udah ngomong gitu...”.........Nah dari situ saya

nyoba kan, sampai dosis tinggi, dikit lagi.. dikit lagi.. oh kena

nih.. yaudah langsung klimaksnya di situ, saya overdosis.

(Baris: 428-431)

2) Program Rehabilitasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

84

Subjek menjalani program rehabilitasi untuk mengubah

perilakunya.Program yang dirasa cocok adalah Cognitive Behavioral

Therapy (CBT). Subjek juga diajak berefleksi agar mengenal dirinya,

menahan gejala putus zat, dan mendapatkan panutan untuk dijadikan

contoh.

“kalo saya, untuk saya itu CBT.. selain itu, tanpa diberi itu saya

juga liat realitanya. Liat efek dari Puttau juga.Banyak yang mati

juga. Kita berapa orang, paling ga nyampe empat orang dari

angkatan kita” (Baris: 473-476)

3) Mengalami Post Acute Withdrawl Syndrome (PAWS) dan Sakau

Psikis.

Subjek mengalami gejala-gejala seperti sakau pasca menjalani

rehabilitasi. Gejala tersebut muncul dalam durasi yang lama dalam

kehidupan subjek.

“emosional aja. Ga enak deh badannya pokoknya, ga kayak

biasanya gitu.Ya duduknya ga nyaman juga, emosional,

tersinggungan, dan itu ada masa-masanya. Kalau kita alami itu

seumur hidup” (Baris: 540-542) PAWS

“Jadi kalau sakau psikis itu sampai mimpi basah, dalam artian

itu kita mimpi “makai”, itu seharusnya udah kelar (Baris: 536-

538) sakau psikis

4) Faktor yang mendukung terbentuknya unsur regulasi diri

Subjek merasakan dampak negatif dari kondisi adiksi yang dialaminya

di masa lalu. Subjek merasakan dampak bahwa tubuhnya serasa

hancur, sehingga subjek tidak ingin “jatuh” kembali. Subjek juga

mendapatkan label negatif dari masyarakat. Adanya dampak negatif

yang dirasakan membuat subjek ingin pulih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

85

“........ Ya karena saya ngerasa lelah Sis, lelah sama keadaan

yang seperti “itu” terus. Karena aku udah ngrasain gimana

rasanya hancur, dan itu ga enak banget. Hancur semua badanku

ini. Jadi karena kegagalan, itu yang jadi motivasi buat aku.Itu

juga yang bikin aku punya tujuan hidup. Aku juga dapat black

label dari masyarakat, dari sosial kan...” (Baris: 1329-1335)

Faktor lain yang mendorong terbentuknya unsur regulasi diri adalah

adanya kebutuhan yang disadari oleh subjek, yang mana kebutuhan

tersebut merupakan kebutuhan yang dirasa penting bagi subjek.

Selama mengalami adiksi, subjek merasa tidak mampu memenuhi

kebutuhan tersebut.

“.....Mikirnya itu dalam artian, “oh mereka masih bisa ngasih

makan ke anak, masih bisa ngelindungin anak”. Iya karena

naluri manusia ya. Karena aku harus bisa ngehidupi anakku.”

(Baris: 1302-1305)

b. Subjek 2 (Bro Y)

1) Keinginan untuk pulih

Berikut adalah kutipan dari subjek ketika dirinya mengalami tahap

stagnasi sehingga dirinya merasa jenuh dan memutuskan untuk

mengikuti program rehabilitasi

“iya. Tetapi sebenarnya itu paling efektif buat rehab karena

menggunakan apa-apa sudah tidak nyaman lagi, jadi hanya

untuk menghilangkan rasa sakit. Tetapi hepi rasa senang itu

nggak ada. Euforia juga ga ada. Yaudah berhenti di situ terus,

kan rasanya ga enak kan? Rasane cuma sakit aja, biar ga sakau.

Tapi itu malah bikin awake loro kabeh mbak. Karena tidak ada

kepuasan secara psikis.” (Baris: 296-301)

2) Program Rehabilitasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

86

Program rehabilitasi yang dirasa cocok oleh subjek adalah terapi grup,

sehingga subjek mendapatkan evaluasi dan berlatih untuk meregulasi

emosinya.

“ya sama seperti di sini. Yang mana ada 18 grup terapi yang

tidak semua orang bisa “in”. Tapi ada di antara 18 grup terapi itu

yang mesti “in” walaupun hanya satu. Jadi memang ada grup-

grup terapi yang pas untuk mengubah perilaku saya. (Baris: 341-

347)

3) Mengalami Post Acute Withdrawl Syndrome (PAWS) dan Sakau

Psikis

“yang paling itu yang karena adanya PAWS. Itu muncul kan

karena secara fisik racun di tubuh itu ke otak, jadinya ingat,

naah itu yang bahaya. Karena kalau sudah di otak itu terbuka

semua yang dulu ada, yang seharusnya kita tutup itu terbuka.”

(Baris: 597-600)

“kalau sakau psikis, itu mimpi pakai. Jadi dilakoni satu kali

sakau itu selesai” (Baris: 227-228)

4) Mengalami Relapse

Sebelum benar-benar pulih, subjek mengalami relapse/ kekambuhan

kembali. Subjek mengalami emotional relapse, yaitu kondisi saat

dirinya memiliki persepsi yang salah mengenai orang lain sehingga

mudah mengalami gejolak emosi.

“lha mlebu nang panti bolak-balik nganti ping pitu kan lak yo

relapse terus to?” (Baris: 374-379)

Sebab relapse emotional relapse

“iya itu sebenarnya karena luapan emosi ya, karena keluar dari

panti itu harusnya bisa handle feeling ya. Cuma karena kendala

sesuatu itu seperti orang tua saya menyinggung saya.

Sebenarnya kalau waras ya tidak apa-apa, hanya saja waktu itu

saya masih berjuang untuk recovery kan jadi mudah sekali jatuh

dan mudah sekali terganggu. Jadi relapse sewaktu sudah pulang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

87

dari rehab itu bukan karena kepinginan, bukan karena

kepinginan badan karena nagih karena itu sudah dilalui di panti

selama satu tahun. Cuma di sini relapsenya adalah relapse

perilaku. Jadi relapse perilaku itu karena misalnya tersinggung

dengan pacar saya dulu. Mungkin juga waktu orang tua

mengembalikan kata-kata yang gak aku seneng. Atau aku

melihat perbuatan teman-teman yang selalu menghina. Jadi

relapse saya yang tujuh kali itu adalah relapse perilaku, bukan

relapse secara fisik.” (Baris: 735-748)

Sebab relapse masih mengalami pola umum/ mekanisme

kegagalan regulasi diri

Pemberontakan atensi: subjek masih belum mampu menilai apa yang

terjadi di balik situasi segera dan hanya menilai berdasarkan dari

pemahamannya sendiri

“........Lha aku mendem meneh. Sepele to? Tapi seorang pecandu

itu masalah kecil dibesarkan, bukan masalah besar terus

dikecilkan. Karena semuanya dinilai dari dirinya sendiri, tidak

pernah dari omongan orang lain. Akhirnya yang terjadi apa? Ya

menilai kalo orang lain itu salah” (Baris: 386-390)

Letting it happen: subjek kembali menggunakan narkoba sebagai

langkah untuk menekan rasa kecewanya terhadap perbuatan orang

lain.

“iya itu sebenarnya karena luapan emosi ya, karena keluar dari

panti itu harusnya bisa handle feeling ya. Cuma karena kendala

sesuatu itu seperti orang tua saya menyinggung saya.

Sebenarnya kalau waras ya tidak apa-apa, hanya saja waktu itu

saya masih berjuang untuk recoverykan jadi mudah sekali jatuh

dan mudah sekali terganggu. Jadi relapse sewaktu sudah pulang

dari rehab itu bukan karena kepinginan, bukan karena

kepinginan badan karena nagih karena itu sudah dilalui di panti

selama satu tahun. Cuma di sini relapsenya adalah relapse

perilaku. Jadi relapse perilaku itu karena misalnya tersinggung

dengan pacar saya dulu. Mungkin juga waktu orang tua

mengembalikan kata-kata yang gak aku seneng. Atau aku

melihat perbuatan teman-teman yang selalu menghina. Jadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

88

relapse saya yang tujuh kali itu adalah relapse perilaku, bukan

relapse secara fisik. (Baris: 735-748)

5) Faktor yang mendukung terbentuknya unsur regulasi diri

Subjek merasakan dampak negatif dari kondisi adiksi yang dialaminya

di masa lalu. Subjek mengatakan bahwa dirinya mendapatkan label

negatif dari masyarakat. Adanya dampak negatif yang dirasakan

membuat subjek ingin pulih

“.....Ini sebagai contoh, di kampung saya, saya ini disingkirkan

dan mulai ada diskriminasi. Aku ikut ronda aja ga boleh lho Sis,

dikiranya nanti ngajak mendem. Diskriminasi itu aku mau ikut

lomba aja ga boleh lho Sis. Sistem sosial yang membangun,

misal aku meh golek surat kelakuan baik aja ga pernah entuk lho

Sis karena saya sudah dipenjara tiga kali....” (Baris: 679-682)

Faktor lain yang turut memberikan pengaruh terhadap terbentuknya

unsur regulasi diri adalah adanya kebutuhan yang disadari oleh subjek,

yang mana kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan yang dirasa

penting bagi subjek. Selama mengalami adiksi, subjek merasa tidak

mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

“satu, karena termotivasi dari adik-adikku dong. Masa adik-

adikku pada “jadi” smua, aku malah ga jadi sendiri? Ya karena

aku sendiri pun pengen punya anak, pengen punya bojo, ya

makane aku harus berkarya. Jadi aku ga bisa “njagakake” orang

tua terus.” (Baris: 1008-1011)

4. Bentuk dan Upaya Regulasi Diri Pasca Rehabilitasi

Pada proses ini, kedua subjek telah menunjukkan kemampuan meregulasi

dirinya ditinjau dari unsur-unsur regulasi diri, menghindari pola

kegagalan regulasi diri, maupun faktor lain yang turut membantu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

89

keberhasilan subjek untuk menjaga recoverynya. Akan tetapi, subjek 1

(Sis X) mengalami slip/ lapse dan tetap menjaga regulasi dirinya.Selain

itu, terdapat makna atas pengalaman adiksi yang telah dilalui oleh subjek.

Proses regulasi diri terus dilakukan oleh kedua subjek karena hingga saat

ini, subjek masih mengalami dorongan berupa munculnya pikiran-pikiran

untuk kembali mengonsumsi narkoba.

Tabel 7

Bentuk dan Upaya Regulasi Diri

Dinamika Subjek 1 (Sis X) Subjek 2 (Bro Y)

Unsur Regulasi

Diri

1. Membuat tujuan

(Baris: 603-605; 1066-

1069; 1076-1079)

2. Monitoring kenali

PAWS (Baris: 591-

591; 1097-1103) &

Menjadi role model

(Baris: 973-976; 1113-

1116; 1253-1255)

3. Operate/ menjalankan

beradaptasi (Baris:

458-462)

1. Membuat tujuan

(Baris: 855-859; 525-

536; 613-625)

2. Monitoring kenali

PAWS (Baris: 690-

694) & Menjadi role

model (Baris: 444-448;

515-522; 978-985)

3. Operate/ menjalankan

beradaptasi (Baris:

938-940; 942-946;

948-950)

Mencegah pola

atau mekanisme

kegagalan regulasi

diri

1. Cegah kelambanan

psikologis

selfstopping (Baris:

554-556; 591-594;

595-597; 936-940;

984-987; 1035-1037;

1. Cegah kelambanan

psikologis self

stopping (Baris: 269-

273; 544-548; 636-

637; 893-895)

2. Cegah pemberontakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

90

Dinamika Subjek 1 (Sis X) Subjek 2 (Bro Y)

1086-1088; 1134-

1143)

2. Cegah pemberontakan

atensi fokus (Baris:

577-578; 584-588;

694-710; 705-720;

722-736; 804-807;

827-829; 816-821;

994-998; 838-843;

1228-1231)

3. Cegah pola sebab

akibat kegagalan

atasi masalah (Baris:

1043-1055; 1060-

1063; 1120-1125)

atensi transcendence

(Baris: 287-289; 400-

406; 574-580; 604-

610; 648-655; 674-

677; 582-588)

3. Tingkatkan kekuatan

regulasi diri (Baris:

582-588; 903-911)

Faktor Ekologi Mikrosistem berupa

dukungan dari keluarga

atau teman (Baris: 562-

569; 591-597; 620-625;

924-934; 963-968; 1234-

1239)

Eksosistem susah

dapatkan puttau/ tidak

beredar (Baris: 796-799)

Mikrosistem

dukungan keluarga dan

teman (Baris: 211-217;

265-267; 361-370; 455-

464; 932-937)

Self Efficacy Memiliki niat (Baris:

1258-1277)

Sumber efikasi diri:

mendapatkan social

modelling (1314-1319)

Memiliki niat dan

komitmen (Baris: 851-

853; 874-876; 699-706)

Sumber efikasi diri:

mendapatkan social

modelling (1036-1039)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

91

Dinamika Subjek 1 (Sis X) Subjek 2 (Bro Y)

Makna Pengalaman adiksinya

(Baris: 628-638; 658-

661; 680-691)

Pengalaman adiksinya

(Baris: 666-669; 673-

687; 707-716; 724-731;

995-999) MENGALAMI SLIP/

LAPSE (saat ini)

1. Mengalami slip (Baris:

829-831; 1211-1214)

2. Pola kegagalan

regulasi diri:

Pola sebab akibat

kegagalan

mengalami tekanan

emosi (Baris: 954-957)

Letting it happen

rasa jenuh & rindu

(Baris: 870-874; 845-

847; 900-903)

Regulasi diri adalah

kekuatan yang terbatas

(Baris: 878-880; 943-

951; 1184-1188)

3. Faktor ekologi

mikrosistem (Baris:

1009-1018)

4. Kurangnya efikasi diri

(Baris: 895-897; 1171-

1182; 1190-1198)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

92

Berikut beberapa pernyataan subjek yang mendukung mengenai dinamika

subjek dalam menjaga recovery. Dinamika tersebut meliputi adanya unsur

regulasi diri, mencegah pola kegagalan regulasi diri, dan faktor-faktor yang

turut membantu subjek dalam menjaga recoverynya.

a. Subjek 1 (Sis X)

1) Unsur regulasi diri

Membuat tujuan membuat suatu standar, dapat berupa norma,

keinginan individu, harapan mengenai orang lain, atau hal yang ingin

dicapai.

“ini ga tau jangka panjang atau jangka pendek. Yang jelas saat

itu saya mau..saya mau menjadi ibu yang baik bagi anak saya.”

(Baris: 603-605)

Memonitoring perilakunya tetap berada pada trek agar tujuan

tersebut tercapai. Cara yang dilakukan subjek 1 adalah dengan

mengenali tanda-tanda PAWS dan dengan menjadi role model bagi

residen di panti rehabilitasi

“itu semua ada tanda-tandanya ya. “Wah ini pikiran udah dateng

ni, walaupun cuma sebentar nih”. Nanti kalau udah lapse,

takutnya slip. Kalau kayak gitu, aku jauh-jauh hari udah harus

ada plan atau rencana. Misal, “bro atau sis, yuk besok kita pergi

ke mall” atau “yuk anterin karaoke, kita karaoke

sebentar”.Yaudah gitu aja sih.Untuk menghindar dari udah ada

sinyal-sinyal.Udah ngerti gitu.” (Baris: 1097-1103)

“kalau di sini aku mencoba jadi role model buat mereka. Juga

aku cari kesibukan.Tapi ya ternyata itu kesibukan dateng

sendiri.” (Baris: 1253-1255)

Operate/ menjalankan beradaptasi terhadap lingkungan dengan

cara menyesuaikan atau mengubah lingkungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

93

“kalo aku pribadi ya, makanya aku ni move dari Jakarta ke sini

kan, karena kalo balik ke sana lagi aku ga ngerti gitu lho, cerita

ini ga mungkin ada. Yang jelas di sini aku di kasih treatmen

sama konselor aku juga. Aku dikasih kegiatan juga.Kegiatan

untuk ngelupain masa kekosongan pikiran.” (Baris: 458-462)

2) Mencegah pola umum atau mekanisme kegagalan regulasi diri

Cegah kelambanan psikologis dengan menghentikan dorongan

sejak awal kemunculan

“iya. Itu kita harus berani untuk larinya itu lho.Kadang tu ya

pikiran itu muncul, sampai kita tu lupa untuk pergi dari

tempat.Padahal pergi dari tempat itu efektif banget buat hindari

lapse itu tadi, lapse yang terus-terusan. Jadi kalo sekalinya

mikir, mending kita langsung minggat dari tempat.” (Baris: 936-

940)

Cegah pemberontakan atensi dengan cara fokus untuk bertahan

pada kondisi abstinen dan memperkuat atensi untuk menjaga kondisi

abstinen

“kalo gini saya ngomong ga ada barangnya gitu, saya ga mau

munafik, jika suatu saat handle feeling saya loss, saya bisa pake

lagi, tapi balik lagi ke poin saya sebelumnya, semua itu ada di

pikiran sama hati saya. Bagaimanapun juga saya masih punya

hati, saya masih punya pikiran, itu yang mem-blocking saya.

Kita bisa berusaha, sisanya nanti kita serahkan pada Tuhan, gitu

kan.. Tapi paling tidak saya bisa me-manage semua itu.” (Baris:

694-701)

Cegah pola sebab akibat kegagalan dengan cara mengatasi masalah

agar tidak mengalami tekanan emosi

“sekarang aku untungnya belajar memilah dan memilih. Jadi

misal banyak nih ya permasalahanku, di otak itu aku milih,

mana nih masalah yang harus aku selesaikan dulu..........” (Baris:

1043-1055)

3) Faktor ekologi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

94

Faktor yang berasal dari lingkungan yang turut membantu dalam

keberhasilan subjek dalam menjaga recoverynya. Faktor ekologi

(dalam hal ini mikrosistem) juga memberi pengaruh bagi regulasi diri

subjek 1. Pengaruh yang dirasakan antara lain mendapatkan

dukungan, terutama saat-saat subjek mengalami gejala PAWS.

Dukungan yang diterima subjek berupa rasa pengertian dari teman

subjek 1. Faktor ekologi (mikrosistem) berguna sebagai pengalihan

dorongan bagi subjek 1.

“he‟em. Dan untungnya temenku itu udah paham kalo aku itu

ngajakin keluar tu pasti aku lagi ga enak, karena aku juga udah

ngomong. “Jujur Bro, Sis, pikiranku lagi ga ini..” Nah kita pergi

karaoke, ntar patungan.Gitu sis. “Yang penting bisa nylametin

yang satu ini”, mungkin pikir mereka kayak gitu daripada

akunya nanti kayak gimana gitu kan.” (Baris: 963-968)

4) Self efficacy merupakan keyakinan diri pada subjek bahwa dirinya

mampu berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Walau subjek 1

terlihat kurang begitu yakin (terdapat pada penjelasan ketika subjek

mengalami slip), subjek 1 tetap berusaha untuk menjaga kondisi

abstinennya.

“yakin. Aku harus yakin kalau aku bisa. Ya walaupun kadang

ada pesimisnya. Kalau muncul pikiran pesimis tadi, ya kita

harus kalahin dengan yakin itu tadi. Ini aku lagi proses mencoba

Sis, masih berusaha bener-bener ini.” (Baris: 1258)

Sumber Self Efficacy: social modelling, yaitu subjek mendapatkan

keyakinan bahwa dirinya mampu abstinen karena melihat pengalaman

dari konselor adiksinya yang juga merupakan seorang mantan pecandu

narkotika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

95

“...Jadi sebelumnya aku juga melihat contoh nyata role

modelnya. Kalo aku di sini role modelnya adalah Bro Y, jadi dia

dulu juga pecandu tapi bisa sembuh. Bro Y itu kalo aku lihat dia

sering diterpa masalah, tapi dia itu kok tenang. Jadi aku punya

contoh nyata dari dia itu. Kenapa saya bisa handle feeling ya

karena saya melihat ada contoh nyata.” (Baris: 1314-1319)

sumber dari efikasi diri

5) Makna personal makna akan pengalaman personal, dalam hal ini

adalah pengalaman adiksi pada subjek

“itu juga simple aku ee memaknai itu. “Akhirnya bisa juga

hidup sehat..hidup sehat dalam arti, saya masih ngrokok, itu

nggaa trouble ya..”. Tapi saya bisa ngrasain oo pagi-pagi ee saya

itu kayak kehilangan memori pada saat saya dulu. Soalnya dulu

pas masih make, ga tau rasanya gimana ya orang normal ga

pake. Kayak gitu. Pagi-pagi kerja, pada sehat-sehat aja gitu.

Sedangkan dulu, pagi-pagi kita mau kerja, kita mau ngajar

murid, eh udah sakau aja.Yaa seperti itu rasanya. Akhirnya saya

bisa merasakan seperti orang normal, saya belum diambil

nyawanya, karena sudah dua hari lebih lah saya koma. Sampe

OD (overdosis) gitu” (Baris: 628-638)

6) Mengalami Slip/ Lapse

Subjek 1 mengalami slip (penggunaan narkotika dalam episode

tunggal) setelah menjalani proses rehabilitasi. Berikut adalah bukti

pernyataan subjek bahwa dirinya mengalami slip

“pengen mengobati rasa “ah pengen gini ya, pengen gini ya”.

Yang penting ada drugs, yang penting ada zat yang masuk. Tapi

tidak mau kembali ke karakter drugs yang sebelumnya.” (Baris:

1211-1214)

Faktor ekologi mikrosistem: subjek berada di perkumpulan di mana

terdapat teman-teman subjek yang masih menggunakan narkoba.

Subjek merasa bahwa dirinya tidak dapat menarik diri dari

perkumpulan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

96

“saat itu ya, karena oh pengaruh temennya juga seperti itu kan.

Karena gini, kalau pada saat itu aku narik diri, kan nggak

mungkin, gitu. Atau mungkin karena keadaannya yang ga

mungkin aku langsung pergi gitu aja. Jadi aku pakai “itu” pun

karena sudah ada di situ. Yang “slip” itu memang sudah ada di

situ..........” (Baris: 1009-1018)

Kurangnya efikasi diri atau keyakinan diri subjek 1 merasa bahwa

dirinya tidak mungkin 100% bersih dari penggunaan narkoba jenis

apapun. Dari hasil member checking, subjek juga menambahkan

bahwa ia berada pada lingkungan yang sangat beresiko dan merasa

masih sangat mudah menemukan narkoba jenis lain (bukan puttau).

“........Slip nggak boleh, dan lapse itu juga sebenarnya nggak

boleh. Tapi kalau diriku sendiri seperti mereka, sepertinya

unbelievable.” (Baris: 895-897)

Adanya pola kegagalan regulasi diri subjek 1 masih mengalami

pola umum/ mekanisme kegagalan regulasi diri antara lain:

Pola sebab akibat kegagalan: subjek mengalami tekanan emosi akibat

adanya faktor pemicu. Dari hasil member checking, subjek

menambahkan bahwa faktor pemicu juga diperoleh karena lingkungan

subjek 1 dirasa tidak mendukung.

“iya karena ada faktor “X”nya. Memang tidak menyangkali

ya..karena memang semua itu dari diri sendiri. Tetapi ada juga

faktor pemicunya kan. “Ah ini orang mabok-mabokan mulu”,

nah kitanya kan jengkel.” (Baris: 954-957)

Letting it happen: subjek dengan sengaja mengonsumsi narkoba

(bukan drug choicenya) dengan alasan untuk mengobati rasa kangen

yang dialaminya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

97

“untuk mengalihkan kali ya. Aku yang pengen banget nih pakai

puttau. Lalu aku “slip” itu aku juga ga dapetin efek yang aku

pengenin. Yang ada bingung, yang jelas kebalikan dari drug

choice aku yang sebelumnya.Jadi yang ada malah nambah

pikiran ruwet gitu lho.” (Baris: 870-874)

Kekuatan yang terbatas: subjek 1 belum memiliki cukup kekuatan

untuk menahan dorongan yang lebih besar. Subjek 1 juga terhitung

masih “baru”, yaitu mau memasuki dua tahun setelah proses

rehabilitasi.

“berusaha sih, pasti pikirannya berusaha. Ya itu balik lagi sih.

Sekuat-kuatnya orang berusaha, kita addict gitu kan, pasti ada

saatnya jatuh dikit atau tersandung gitu kan.” (Baris: 878-880)

b. Subjek 2 (Bro Y)

1) Unsur regulasi diri

Membuat tujuan membuat suatu standar, dapat berupa norma,

keinginan individu, harapan mengenai orang lain, atau hal yang ingin

dicapai.

“iya karena saya sudah janji. Oke saya kurangajar cukup sampai

umur sekian saja.Saya sudah harus sembuh, cari kerja, lalu cari

istri. Sambil cari istri, ya saya sambil nyicil rumah. Terus punya

anak satu dulu.Nanti saya jadi pegawai lalu naik pangkat baru

saya punya anak dua.” (Baris: 855-859)

Memonitoring perilakunya tetap berada pada trek agar tujuan

tersebut tercapai, yaitu dengan mengenali tanda-tanda PAWS dan

dengan menjadi role model bagi residen melalui pekerjaannya sebagai

konselor adiksi

“ya mengenali tanda-tanda, misal PAWS itu tadi, terus kata-

katanya keluar kebun binatang semua, duduk tidak nyaman,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

98

emosional, atau ga bisa terkendali, nah itu tanda-tandanya Sis.

Maka kalau kita mengenali tanda-tanda itu kita harus prepare,

kita mesti siap. Saya harus pergi, renang misale Sis” (Baris:

690-694) mengenali tanda-tanda PAWS

“sibuk dengan anak-anak (residen). Makanya saya khawatir

besok kalau saya pensiun, saya tidak bisa bergabung dengan

anak-anak. Karena apa? Saya hadir dengan anak-anak berarti

saya juga harus jadi role model dong. Karena kan setiap hari

saya memberikan motivasi, memberikan arahan, memberikan

contoh-contoh bagaimana mereka mengalami itu. Kalau saya

sampai relapse itu kan berarti saya menjilat ludah saya sendiri.

Jadi ya itu, maintenance saya dengan anak-anak.” (Baris: 515-

522) menjadi role model bagi residen

Operate/ menjalankan beradaptasi terhadap lingkungan dengan

cara menyesuaikan atau mengubah lingkungan

“mending pindah saja. Lha di tempat yang lama, misal aku

dateng huat hari raya, silaturahmi, masih di tuding-tuding,

dirasani, ya kan aku lama-lama tersinggung. Makanya aku

pindah di lingkungan baru, di budaya yang baru, yang tidak tahu

aku yang dulu, makanya itu lama-lama akan terkikis” (Baris:

942-946)

2) Mencegah pola umum atau mekanisme kegagalan regulasi diri

Cegah kelambanan psikologis menghentikan atau mengalihkan

dorongan sejak awal kemunculan

“kalau olah pikir ya kita harus segera berhenti melamun. Jadi

saya ngobrol dengan njenengan itu ya maintenance buat saya.

Daripada saya duduk di situ ngelamun. Naah dialihkan seperti

ini. Buat njenengan ada manfaatnya, dan buat saya juga merasa

ada penghargaan, gitu lho.” (Baris: 544-548)

Cegah pemberontakan atensi transcendence: memahami apa yang

terjadi dibalik situasi segera dengan meregulasi emosi dan berpikir

positif

“iya. Tetapi begini lho, saya dulu jadi pecandu, saya selalu

egois, saya itu harus selalu dingertiin.Tetapi sekarang ketika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

99

saya abstinen, saya harus ngertiin orang. Jadi apapun mereka, ya

saya harus handle feeling saya harus positif thinking. Tapi saya

juga bisa ikut siaran di mana-mana berarti Tuhan itu masih

memberikan kesempatan buat saya mampu dan mau untuk

clean. Makanya, saya maklum kalau di kampung saya di judge

seperti itu.Tapi gimana caranya saya tetep bisa berbuat baik.”

(Baris: 648-655)

Meningkatkan kekuatan regulasi diri dengan uji kekuatan. Subjek 2

melakukan uji kekuatan dengan menghadapi situasi yang menggoda

secara langsung, hingga subjek 2 benar-benar merasa mampu

mengatasi kondisi tersebut tanpa merasa cemas atau terganggu sama

sekali.

“tes power itu kalau kita duduk di situ bersama orang yang

sedang menggunakan itu kuat atau enggak, satu menit. Kalau

nggak kuat ya langsung pergi.Lalu nanti dua menit, tiga menit.

Sampai lama-lama ga masalah duduk di situ. Sama saya waktu

itu pas satu mobil, saya yang menyupir, perjalanan jauh, hujan

deres dan temen semua pada ngerokok. Dan setiap ngerokok

bungkusnya dilepar di depan dashboard saya. Opo ora kepingin

Sis? tapi itu tes power bagi saya. Kalau saya ga kuat, saya

langsung berhenti, dan saya mendingan mencari taksi karena

sirahe wes mumet ga karuan Sis.” (Baris: 903-911)

3) Faktor ekologi

Faktor yang berasal dari lingkungan yang turut membantu dalam

keberhasilan subjek dalam menjaga recoverynya. Hal yang dirasa

membantu dari lingkungan adalah sebagai tempat sharing bagi subjek

saat mengalami PAWS.

“karena apa? Karena kita akan mengalami Post Acute Withdrawl

Syndrome. Jadi buat pengalihan, misal crita mengalami ini, lalu

saya diajak makan ke mana.Jadi saya pergi dari tempat, kalau

tidak ya cuma mikir. Maka sharing is the big power. Nah ini

sebenarnya saya takut, misal besok pensiun saya gimana. Nah

kan saya ngomong sama istriku. Jadi saya itu butuh dukungan,

jadi apa ya, sudah pensiun itu ada post power syndrome, nah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

100

saya harus punya kegiatan, misal pergi ke pasar hewan, bikin

kurungan burung. Nah seperti itu.” (Baris: 455-464)

4) Self efficacy merupakan keyakinan diri pada subjek bahwa dirinya

mampu berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Subjek 2 juga

sudah memiliki komitmen sehingga sampai saat ini dirinya mampu

bersih dari narkoba jenis apapun dan tidak lagi mengalami relapse.

“karena niat. Saya itu orang yang komitmen, kalau sudah bilang

janji walaupun ada halangan yaa jalani. Karena sudah janji,

saya punya niat.” (Baris: 851-853)

Sumber Self Efficacy: social modelling, yaitu subjek mendapatkan

keyakinan bahwa dirinya mampu abstinen karena melihat pengalaman

dari konselor adiksinya yang juga merupakan seorang mantan pecandu

narkotika.

“oiya jelas, dari temen-temen yang ada di Malaysia sana. Jadi

mereka ya ngasih contoh ke aku, sama kayak aku kasih contoh

ke anak-anak residen sekarang. Jadi balik ke semboyan tadi,

“orang lain bisa, saya juga bisa”. Begitu..” (Baris: 1036-1039)

mendapatkan sumber efikasi diri

5) Makna personal makna akan pengalaman personal, dalam hal ini

adalah pengalaman adiksi pada subjek

“ya saya harus bisa belajar dari pengalaman. Ternyata, Tuhan

masih memberi kesempatan.Ada orang bilang kalau kegagalan

itu arah menuju sukses.Justru dengan saya jatuh itu saya dapat

ilmu yang tidak sembarang orang dapat.Maka saya kasihkan

ilmu itu dan saya tidak pernah tutup-tutupi. Pengalaman ini

tidak akan saya bawa mati, tapi akan saya sharingkan dengan

temen-temen. Jadi saya merasa hidup ini harus bermakna.”

(Baris: 724-731)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

101

D. Pembahasan

Untuk menguraikan hasil data dan analisis, peneliti akan membagi

pembahasan ke dalam empat bagian, yaitu kegagalan regulasi diri yang

dialami subjek, kondisi subjek saat menjadi pecandu, awal proses regulasi

diri, serta bentuk dan upaya regulasi diri pasca rehabilitasi.

1. Kegagalan Regulasi Diri yang Dialami Subjek

Kegagalan regulasi diri dapat terjadi ditinjau dari adanya pola-pola

umum atau mekanisme kegagalan regulasi diri. Selain itu, tidak adanya

unsur regulasi diri pada kedua subjek juga menunjukkan tidak adanya

kapasitas atau kekuatan untuk meregulasi dirinya. Sesuai dengan

pendapat dari Baumeister, Heatherton, dan Tice (1994), masalah seperti

penyalahgunaan dan adiksi obat dan zat terlarang (narkoba) merupakan

masalah yang muncul akibat seseorang tidak meregulasi dirinya.

Pola-pola umum atau mekanisme kegagalan regulasi diri yang

muncul pada kedua subjek adalah mengenai pola sebab akibat kegagalan

(lapse activated causal pattern). Pada mekanisme ini, terdapat faktor

yang menjadi penyebab seseorang gagal meregulasi dirinya. Faktor yang

muncul pada kedua subjek adalah faktor ekologi. Menurut

Bronfenbrenner (1994), ekologi merupakan lingkungan yang berkaitan

dengan perkembangan manusia. Faktor ekologi mikrosistem muncul

sebagai masalah pada subjek 1 dan subjek 2. Faktor mikrosistem muncul

sebagai adanya masalah pada interaksi subjek dengan keluarga dan

adanya pengaruh dari teman sebayanya. Subjek 1 dan subjek 2 merasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

102

bahwa ayahnya adalah sosok yang keras dan merasa tidak nyaman

dengan keluarganya. Subjek 1 dan subjek 2 juga mengalami suasana

pertemanan yang tidak sehat, yaitu berkumpul dengan teman-teman yang

sering mengonsumsi narkoba. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian sebelumnya, yaitu adanya masalah dalam keluarga dan adanya

pengaruh teman sebaya memberikan pengaruh terhadap individu untuk

menyalahgunakan zat terlarang (Rahmadona & Agustin, 2014;

Tambunan dkk., 2008).

Pada mekanisme ini pola sebab akibat kegagalan, terdapat sedikit

perbedaan pada faktor yang memengaruhi antara subjek 1 dan subjek 2.

Subjek 2 mendapat lebih banyak faktor ekologi, sedangkan subjek 1 lebih

banyak mendapatkan faktor tekanan emosi. Faktor ekologis pada subjek

2 yang turut mendukung adalah faktor ekologis eksosistem (adanya UU

kesehatan) dan makrosistem (status sosioekonomi). Subjek 1 lebih

banyak mendapatkan tekanan emosi karena ia merasa sering memendam

dan menumpuk masalah.

Menggelindingkan bola salju (rolling the snowball) juga menjadi

mekanisme kegagalan regulasi diri pada kedua subjek. Baumeister dkk.,

(1994), memberi penjelasan bahwa mekanisme ini memberikan efek

yang lebih besar yang dipicu oleh kegagalan di awal. Subjek 1

mengonsumsi rokok dan subjek 2 mengonsumsi alkohol sebelum pada

akhirnya mereka mengalami adiksi pada narkoba pilihannya (drug

choice). Berdasarkan efek bola salju ini memberi pemahaman bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

103

rokok dan alkohol merupakan gerbang menuju tahap adiksi apabila tidak

dihentikan sejak awal penggunaan. Pada kondisi ini, kedua subjek

akhirnya tidak mampu menarik kembali dirinya sehingga keduanya

masuk ke dalam trek yang penuh masalah (tidak mampu keluar dari

ketergantungannya). Kedua subjek juga mengalami masalah-masalah

yang timbul akibat adiksinya. Dalam hal ini, kedua subjek telah

mendapatkan konsekuensi yang merugikan seperti mengalami

ketidakberdayaan untuk berhenti dan memiliki perilaku yang impulsif

seperti banyaknya aktivitas untuk mendapatkan narkoba (Nevid dkk.,

2005).

Kedua subjek juga mengalami mekanisme kegagalan regulasi diri

terkait penyerahan/ pembiaran (letting it happen). Baumeister dkk.,

(1994), memberi penjelasan bahwa pembiaran berarti subjek secara sadar

menyerahkan dirinya mengalami kegagalan. Selain itu, pembiaran juga

terkait mengenai keinginan untuk melupakan masalah akibat merasa

jenuh. Kedua subjek memiliki pengalaman yang sama terkait mekanisme

ini, yaitu menjadikan narkoba sebagai pelarian atas masalah yang

dialaminya. Subjek 1 merasa bahwa dirinya tidak memiliki jalan keluar

atas masalah yang dihadapinya, didukung dengan sikapnya yang suka

memendam masalah. Pada akhirnya subjek 1 merasa membutuhkan

sesuatu (mengonsumsi narkotika) sebagai upaya untuk melupakan

masalahnya. Subjek 2 merasa bahwa dengan “mendem” dirinya akan

diperhatikan. Subjek 2 juga merasa bahwa dirinya kurang diperhatikan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

104

sehingga dengan menggunakan narkotika, merupakan cara bagi dirinya

untuk memeroleh perhatian.

Subjek 2 mengalami reduksi pada monitoring, yaitu terjadi

deindividuasi pada diri subjek. Subjek mengalami ketidakmampuan

untuk membedakan antara benar dan salah. Selain itu, subjek juga

mengalami kurangnya self awareness, sehingga dirinya mudah sekali

terjerumus ke dalam dunia adiksi.

Hal lain yang terjadi adalah, subjek 1 dan subjek 2 tidak memiliki

tujuan sehingga unsur regulasi diri tidak terpenuhi (Subjek 1: baris 408-

411, subjek 2: lembar member checking). Regulasi diri merupakan suatu

proses aktif dalam mengarahkan pikiran, perasaan, dan tindakan untuk

mencapai suatu tujuan. Tidak adanya tujuan dalam hidup kedua subjek

dapat menjadikan keduanya mudah terjerumus oleh gratifikasi

(kesenangan sesaat) sehingga dapat dikatakan kedua subjek tidak

memiliki kapasitas untuk meregulasi dirinya. Adanya tujuan

memudahkan individu mengelola perilakunya dan tidak mudah tergoda

oleh hal-hal yang dapat menggagalkan upayanya dalam mencapai suatu

tujuan.

2. Kondisi Subjek saat Menjadi Pecandu

Pada bahasan ini, peneliti mencoba menjelaskan mengenai kondisi

regulasi diri saat kedua subjek mengalami adiksi. Peneliti mencoba

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

105

menjelaskan mengenai karakteristik ketergantungan yang kemudian di

kaitkan dengan kegagalan regulasi diri.

Kedua subjek memiliki karakteristik ketergantungan yang sama.

Kedua subjek mengalami toleransi atau kenaikan dosis. Menurut Nevid

dkk., (2005), toleransi ditunjukkan dengan adanya kebutuhan untuk

meningkatkan dosis agar mendapatkan efek yang diinginkan. Selain itu,

kedua subjek juga mengalami gejala putus zat, yaitu kondisi munculnya

gejala yang khas apabila tidak mengonsumsi obat (Nevid dkk., 2005).

Adanya toleransi dan gejala putus zat membuat kedua subjek harus

mengonsumsi narkoba secara rutin untuk menghindari efek yang tidak

diinginkan. Selain itu, dengan adanya toleransi dan gejala putus zat,

kedua subjek memiliki perilaku impulsif (tidak terkendali) sehingga

kedua subjek memiliki keinginan untuk terus mengonsumsi narkoba.

Tidak hanya itu, subjek 1 mengaku bahwa dirinya kurang berhasil

melakukan kontrol diri dan menghabiskan banyak waktu untuk

mendapatkan narkoba. Dampak dari adiksi bagi relasi sosial kedua

subjek adalah kedua subjek sama-sama mengurangi aktivitas sosialnya.

Kedua subjek menjadi individu yang cenderung menarik diri dan hanya

bergaul dengan teman-teman sesama pecandu.

Adanya kondisi adiksi pada kedua subjek membuat regulasi diri

semakin terbenam bahkan tidak muncul sama sekali. Semakin gagalnya

regulasi diri dapat dilihat dari adanya pemberontakan atensi. Menurut

Baumeister dkk., (1994), pemberontakan atensi merupakan kondisi saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

106

subjek kehilangan atensinya. Baumeister dkk., (1994), menguraikan

pemberontakan atensi terjadi akibat adanya gratifikasi yang membuat

subjek lebih fokus pada reward saat ini dibandingkan dengan reward

yang ada di masa depan. Hal ini terlihat dari pernyataan kedua subjek

ketika dirinya merasakan adanya efek yang menyenangkan dari narkoba.

Masing-masing subjek merasakan efek dari narkoba sesuai dengan sifat

dari narkoba tersebut. Subjek 1 menganggap narkoba sebagai barang

yang berharga dan diandaikan seperti mendapatkan uang bertumpuk-

tumpuk. Subjek 2 menganggap narkoba sebagai “dewa” dan menganggap

narkoba itu sebagai teman hidupnya. Adanya anggapan demikian dari

kedua subjek membuat subjek semakin terikat dengan narkoba. Tidak

hanya itu, kedua subjek juga merasakan adanya efek yang menyenangkan

dari narkoba yang dikonsumsinya. Adanya manipulasi afek yang

ditimbulkan dari efek narkoba membuat kedua subjek merasa nyaman

menggunakan narkoba. Selain itu, narkoba juga digunakan untuk

menekan emosi yang tidak menyenangkan, sehingga narkoba

diasosiasikan dengan sesuatu yang menyenangkan.

Baumeister dkk., (1994) menjelaskan, regulasi diri semakin gagal

karena subjek mengalami reduksi pada kegiatan monitoring. Reduksi ini

terjadi ketika subjek mengalami deindividuasi, yaitu saat subjek

kehilangan kewaspadaan diri (self awareness) dan hilangnya evaluasi diri

(evaluation apprehension). Adanya deindividuasi ini membuat kedua

subjek sulit untuk menilai perilaku mereka dan cenderung acuh dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

107

kondisi yang mereka alami. Subjek 1 mengatakan bahwa dirinya merasa

tidak menyayangi dirinya sendiri. Sedangkan subjek 2 mengatakan

bahwa ia tidak mengenal dirinya sendiri. Saat kedua subjek merasakan

hal yang demikian, maka subjek tidak akan ambil pusing atas

tindakannya dan cenderung membenarkan perilaku adiksinya.

Regulasi diri akan semakin gagal apabila subjek melakukan

mekanisme pembiaran (letting it happen). Mekanisme pembiaran berarti

subjek secara sadar membiarkan dirinya gagal dan merasa bahwa dirinya

perlu untuk melupakan masalah karena merasa berada pada titik jenuh.

Subjek 1 sudah merasa “kepalang tanggung” sehingga subjek 1 semakin

terjerumus ke dalam dunia adiksi. Sedangkan subjek 2 merasa bahwa

dirinya tidak berdaya. Hal ini hanyalah pembenaran dari subjek karena

dirinya sendiri yang memilih untuk tidak mengindahkan aturan

pengendalian diri. Ditinjau dari mekanisme pembiaran, kedua subjek

menjadikan narkoba sebagai pelarian (coping) atas masalah yang mereka

alami, baik masalah yang terjadi di keluarga atau sebagai upaya untuk

menenangkan diri.

Mengalami Pola-

pola Umum

Kegagalan Regulasi

Diri

Masalah pada

Mikrosistem (Relasi

dengan keluarga dan

teman)

Mengalami

adiksi

Mengalami

Kegagalan

Regulasi Diri

Ketidakberdayaan

untuk berhenti Rehabilitasi

Gambar 2. Skema Perjalanan Menuju Adiksi

Keinginan

Pribadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

108

3. Awal dari Proses Regulasi Diri

Menurut Melemis (2015), recovery merupakan proses dari

pertumbuhan individu yang mana setiap tahapannya memiliki risiko

untuk kembali kambuh (relapse). Proses regulasi diri diawali dengan

adanya keinginan untuk pulih dari kedua subjek dan dibantu dengan

proses rehabilitasi. Adanya rehabilitasi membantu subjek meraih tahap

abstinen, yaitu kondisi tidak menggunakan narkoba. Selanjutnya, kedua

subjek mengalami post acute withdrawl sydrome (PAWS) yang terjadi

dalam durasi waktu yang relatif lama.

Sebelum benar-benar mengalami kesembuhan, kedua subjek

mengalami kejenuhan atas kondisi adiksinya. Subjek 1 mengatakan

kejenuhan yang dialami lebih kepada perasaan lelah untuk terus

mengalami gejala putus zat, mencari narkoba, dan menutupi kondisi

adiksinya. Pada akhir titik jenuhnya, subjek 1 ingin menggunakan

narkoba untuk terakhir kalinya. Akan tetapi dirinya justru mengalami

overdosis dan mengalami koma selama dua minggu. Sedangkan subjek 2

merasa jenuh karena dirinya berada dalam posisi stagnasi, yaitu

mengonsumsi narkoba dengan dosis yang sama sehingga dirinya tidak

lagi merasakan efek yang diinginkan. Subjek 2 pernah mengalami

relapse (dijelaskan lebih lanjut di bawah), dan menjalani proses

rehabilitasi sebanyak tujuh kali. Selama mengalami relapse, subjek 2

tidak mengalami kenaikan dosis. Hal inilah yang menyebabkan adanya

fase stagnasi dan menimbulkan kejenuhan bagi subjek 2. Adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

109

kejenuhan ini justru dirasa menjadi titik yang baik pagi subjek 2 untuk

menjalani proses rehabilitasi. Saat kedua subjek mengalami kejenuhan,

subjek mulai berpikir untuk berhenti. Dari situlah muncul niat yang

sungguh-sungguh sehingga subjek lebih menerima untuk menjalani

proses rehabilitasi.

Seperti telah dijelaskan di atas, subjek 2 pernah mengalami relapse.

Menurut Jiloha (2011), relapse merupakan kembalinya ke pola adiksi

atau kembali kepada penyimpangan perilakunya. Subjek 2 kembali

menggunakan morfin dan menjalani proses rehabilitasi sebanyak tujuh

kali. Subjek 2 mengalami relapse karena dirinya mengalami emotional

relapse. Menurut Melemis (2015), emotional relapse adalah kondisi saat

subjek masih berfokus pada orang lain dan melihat bagaimana orang lain

memengaruhi mereka. Subjek 2 menganggap bahwa yang menyebabkan

dirinya relapse adalah merasa kecewa akan nasehat dari ibunya dan

adanya pembicaraan negatif dari masyarakat di sekitarnya. Menurut

Jiloha (2011), relapse dapat terjadi karena individu berupaya mengatasi

emosi negatif yang dialaminya. Subjek 2 mengalami emosi negatif

berupa kekecewaan dan perasaan ditolak oleh masyarakat. Hal ini sesuai

dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa ketidakmampuan

individu untuk mengatasi emosi negatif, menjadi salah satu penyebab

adanya kekambuhan (Hammerbacher & Lyvers, 2005; Hurriyati, 2010).

Saat mengalami relapse, subjek 2 mengalami mekanisme

kegagalan regulasi diri, yaitu adanya pemberontakan atensi. Subjek 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

110

tidak berhasil melihat apa yang terjadi di balik situasi segera. Subjek 2

tidak mampu menilai nasehat yang diberikan oleh ibunya. Subjek 2

cenderung menilai nasehat ibunya sebagai penolakan sehingga subjek 2

mengalami kekecewaan dan tidak mampu melihat sisi positif dari nasehat

ibunya tersebut. Hal ini juga selaras dengan pendapat Jiloha (2011),

bahwa subjek 2 kembali menggunakan narkoba (morfin) sebagai upaya

mengatasi emosi negatifnya, yaitu dalam upaya mengatasi

kekecewaannya. Saat mengalami relapse, subjek 2 juga melakukan

mekanisme kegagalan regulasi diri berupa pembiaran (letting it happen),

yaitu kembali menggunakan narkoba untuk melupakan masalahnya.

Saat memilih untuk menjalani proses rehabilitasi, kedua subjek

harus menahan gejala putus zat selama menjalani rehabilitasi. Kedua

subjek juga mendapatkan proses refleksi agar kedua subjek semakin

mengenali dirinya. Program yang dirasa cocok oleh subjek 1 adalah CBT

(cognitive behavior therapy), sedangkan subjek 2 lebih cocok

menggunakan program terapi grup.

Setelah menjalani proses rehabilitasi, kedua subjek mengalami

tahap abstinen, yaitu kondisi individu tidak menggunakan narkoba dalam

waktu satu hingga dua tahun. Menurut Melemis (2015), tahapan abstinen

merupakan tahapan awal yang dialami oleh subjek pada proses/ tahapan

recovery. Perubahan besar dilakukan oleh kedua subjek untuk

mendukung proses abstinen yang mereka jalani. Subjek 1 melakukan

perubahan dengan berpindah dari Jakarta ke Yogyakarta untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

111

menghindari hal-hal yang dianggapnya sebagai trigger adiksinya.

Sedangkan subjek 2 memilih untuk pindah rumah agar terhindar dari

pembicaraan warga yang dirasa tidak menyenangkan. Perubahan yang

dilakukan ini sejalan dengan unsur regulasi diri, yaitu operate/

menjalankan. Menurut Baumeister dkk., (1994), unsur regulasi diri

(operate) berarti individu melakukan perubahan untuk mencapai

tujuannya. Tentu saja tujuan subjek adalah untuk mempertahankan

kondisi abstinennya.

Selanjutnya, kedua subjek mengalami PAWS (post acute

withdrawal syndrome). PAWS merupakan gejala (semacam sakau) yang

dialami oleh individu. Menurut Melemis (2015), gejala PAWS yang

muncul memiliki durasi yang singkat, akan tetapi sindrom tersebut

berlangsung dalam waktu yang relatif lama, yaitu kurang lebih selama

dua tahun. PAWS merupakan tahapan selanjutnya setelah individu

mengalami tahapan abstinen. Pada tahapan PAWS ini, subjek diharapkan

mampu berdamai dengan sindrom ini dan mampu mengendalikan diri

agar tidak kembali menggunakan narkoba. Akan tetapi, kondisi subjek

tidaklah selaras dengan teori yang diungkapkan oleh Melemis (2015),

yaitu bahwa kedua subjek hingga saat ini mengalami PAWS. Gejala yang

muncul mirip dengan sakau ditandai munculnya perasaan cemas,

munculnya keringat dingin, emosional, mudah tersinggung, dan lain-lain.

Selain PAWS, kedua subjek juga mengalami sakau psikis. Sakau psikis

dimaknai sebagai munculnya aktivitas menggunakan narkoba dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

112

bentuk mimpi. Kedua subjek mengatakan bahwa ketika mimpi itu

muncul, berarti sakau psikis sudah berakhir. Sakau psikis juga masih

dialami oleh kedua subjek sampai saat ini. Adanya PAWS dan sakau

psikis yang dialami kedua subjek menandakan bahwa subjek sampai saat

ini masih memiliki dorongan untuk kembali menggunakan narkoba dan

masih memiliki ingatan mengenai efek yang ditimbulkan oleh narkoba.

Sebelum kedua subjek mampu mengupayakan regulasi diri,

terdapat faktor lain yang turut memberikan pengaruh bagi kedua subjek

(selain adanya faktor kejenuhan dari kondisi adiksi). Faktor-faktor

tersebut memberikan dampak terhadap tujuan yang hendak dibuat oleh

kedua subjek. Tujuan merupakan unsur yang penting dalam usaha

individu untuk meregulasi dirinya.

Faktor pertama yang memberikan pengaruh adalah adanya dampak

negatif dari perilaku adiksi terhadap kehidupan kedua subjek. Subjek 1

merasakan dampak negatif dari adiksi yaitu memberikan kehancuran bagi

performa fisiknya, sehingga subjek merasa sering mengalami sakit.

Subjek 2 juga merasakan adanya dampak negatif dari perilaku adiksinya

berupa diskriminasi dari masyarakat dan sulitnya mendapatkan surat

keterangan perilaku baik dari kepolisian. Dampak negatif yang sama-

sama dialami oleh kedua subjek adalah adanya label negatif dari

masyarakat kepada dirinya. Adanya dampak negatif yang dialami oleh

kedua subjek memberikan suatu motivasi bagi kedua subjek. Kedua

subjek memiliki tujuan agar tidak kembali jatuh ke dalam “perangkap”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

113

narkotika. Tujuan ini dibuat agar kedua subjek mampu mencapai tujuan

hidupnya yang lain.

Faktor kedua yang memberikan pengaruh terhadap penetapan

tujuan adalah adanya kebutuhan yang harus dicapai oleh kedua subjek.

Selama mengalami adiksi, kedua subjek tidak mampu memenuhi

kebutuhannya bahkan tidak sanggup memenuhi tanggung jawabnya.

Kebutuhan yang dimiliki mampu mendorong kedua subjek untuk tetap

berada pada kondisi abstinen agar kedua subjek mampu memenuhi

kebutuhannya. Adanya kebutuhan tersebut menggerakkan kedua subjek

untuk menilainya sebagai tujuan yang harus dicapai. Kebutuhan yang

dimiliki oleh kedua subjek menjadi sumber motivasi untuk mencapai

tujuan tersebut. Sebagai contoh, subjek 1 memiliki kebutuhan untuk

mengasuh anaknya. Oleh karena itu, ia ingin menjadi ibu yang baik untuk

menjaga masa depan anaknya. Subjek 2 memiliki kebutuhan untuk

berkeluarga dan berkarya. Oleh karena itu, subjek 2 ingin menjadi

teladan bagi anaknya dan mampu berkarir untuk mencukupi

kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh kedua subjek

sejalan dengan tujuan dasar mereka sebagai mantan pecandu, yaitu

mempertahankan recoverynya.

4. Bentuk dan Upaya Regulasi Diri Pasca Rehabilitasi

Pada pembahasan ini, peneliti akan menguraikan bagaimana cara-

cara kedua subjek menjaga kondisi recovery. Dalam menjaga recovery,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

114

tentu saja dibutuhkan kemampuan regulasi diri dan mencegah pola-pola

kegagalan regulasi diri. Selain itu, terdapat pula faktor lain yang

mendukung subjek dalam menjaga recovery, seperti faktor ekologi dan

self efficacy pada subjek.

Kedua subjek memiliki kemampuan regulasi diri ditinjau dari

adanya unsur-unsur regulasi diri. Menurut Baumeister dkk., (1994),

unsur regulasi diri meliputi membuat tujuan, memonitoring, dan operate/

menjalankan. Adanya unsur regulasi diri semakin memudahkan subjek

untuk meraih tujuannya sekaligus menjadi langkah recovery bagi kedua

subjek.

Kedua subjek telah memiliki tujuan yang juga sekaligus menjadi

motivasi bagi kedua subjek untuk bertahan pada kondisi abstinennya.

Subjek 1 memiliki tujuan ingin menjadi ibu yang baik dan

menyenangkan orang tuanya. Subjek merasa bahwa selama menjadi

pecandu, dirinya kurang mampu mengurus anaknya dengan baik.Subjek

2 juga menyusun rencana seperti rencana karir saat dirinya memutuskan

untuk abstinen narkoba. Selain itu, subjek 2 juga mulai menyusun

rencana kegiatan di masa pensiun untuk menghindari adanya rasa kalut

akibat tidak adanya kegiatan. Adanya tujuan-tujuan tersebut membuat

kedua subjek ingin mempertahankan kondisi abstinennya dan menjaga

recoverynya agar tujuan tersebut tercapai.

Unsur regulasi yang kedua adalah subjek melakukan monitoring

atau pemantauan atas perilaku mereka. Kedua subjek menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

115

gejala PAWS sebagai tanda-tanda yang harus diwaspadai agar mereka

tidak kembali jatuh.Subjek mengenali tanda-tanda PAWS sebagai

antisipasi agar dirinya dapat melakukan antisipasi agar dorongan tersebut

tidak terjadi. Selain itu, kedua subjek bekerja sebagai konselor adiksi

ternyata bukan tanpa arti. Subjek menggunakan profesinya sebagai media

untuk memonitoring perilakunya. Kedua subjek mengatakan bahwa

dengan menjadi konselor adiksi, mereka merasa bahwa dirinya harus

menjadi role model/ contoh yang baik bagi residen. Dengan menjadi

konselor adiksi, kedua subjek merasa selalu diingatkan agar tidak

kembali jatuh atau kembali menjadi pecandu. Subjek juga menjadi

semakin berusaha untuk berada pada tahap abstinennya.

Unsur regulasi yang ketiga adalah operate/ menjalankan. Pada

unsur ini, subjek berusaha beradaptasi untuk mencapai tujuannya.

Adaptasi dapat berupa menyesuaikan dengan lingkungan atau mengubah

lingkungan. Kedua subjek melakukan perubahan lingkungan dengan cara

berpindah tempat. Subjek 1 berpindah tempat kerja dan menghindari

trigger atau pencetus masalah yang ada di Jakarta. Sedangkan subjek 2

berpindah lingkungan tempat tinggal untuk menghindari pembicaraan

yang tidak menyenangkan dari warga.

Selain adanya unsur-unsur regulasi diri, subjek juga melakukan

tindakan mencegah terjadinya mekanisme kegagalan regulasi diri untuk

menjaga recoverynya. Mekanisme kegagalan regulasi diri yang dicegah

oleh kedua subjek adalah mencegah kelambanan psikologis dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

116

mencegah pemberontakan atensi. Selain itu, subjek 1 juga mencegah

terjadinya pola sebab akibat kegagalan dan subjek 2 melakukan tindakan

untuk meningkatkan kekuatan regulasi diri.

Mencegah kelambanan psikologis dilakukan dengan adanya self-

stopping (secara sadar menghentikan). Mencegah kelambanan psikologis

berarti subjek berusaha menghentikan, mengesampingkan, atau

mengatasi dorongan sejak awal kemunculan dorongan. Kedua subjek

melakukan self-stopping dengan cara pergi dari tempat ketika muncul

pikiran untuk kembali menggunakan narkoba. Bagi kedua subjek,

berpindah tempat merupakan cara yang efektif untuk menghentikan

munculnya dorongan berupa pikiran untuk menggunakan.

Cara mencegah pola kegagalan dilakukan juga dengan cara

mencegah pemberontakan atensi. Melalui mekanisme ini berarti subjek

tidak membiarkan atensinya mengalami distraksi sehingga menjaganya

tetap berada pada usaha regulasi dirinya. Selain itu, mencegah

pemberontakan atensi dilakukan dengan melihat apa yang terjadi di balik

situasi segera (immediate situation), yaitu berusaha melihat kemungkinan

positif atas apa yang terjadi. Subjek 1 lebih berfokus pada usaha menjaga

atensinya agar tidak kembali menggunakan narkoba. Subjek 1 lebih

mengandalkan kekuatan dari kontrol pikirannya dan merasa lebih efektif

dengan cara mengendalikan pikirannya. Sedangkan subjek 2 berusaha

lebih memahami mengapa orang lain bertindak demikian. Dengan cara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

117

seperti itulah subjek 2 lebih mampu untuk mengendalikan emosinya dan

berpikir positif mengenai apa yang orang lain lakukan.

Mekanisme lain yang digunakan oleh subjek 1 adalah dengan

mencegah terjadinya pola sebab akibat kegagalan. Subjek 1 memilih

untuk menyelesaikan masalah yang dirasa menimbulkan tekanan emosi

bagi dirinya. Sedangkan subjek 2 menggunakan mekanisme uji kekuatan

untuk meningkatkan kekuatan regulasi dirinya. Uji kekuatan dilakukan

dengan cara menghadapi stimulus secara langsung hingga dirinya merasa

benar-benar kuat untuk menghadapi kekuatan stimulus tersebut.

Selain adanya unsur regulasi dan mencegah pola kegagalan regulasi

diri, faktor ekologi juga memberikan dukungan bagi kedua subjek dalam

menjaga recovery/ kepulihannya. Subjek merasa lingkungan/ ekologi

mikrosistem turut memberikan dukungan bagi subjek untuk menjaga

kondisi abstinennya. Subjek 1 mengatakan bahwa dirinya membutuhkan

dukungan dari teman yang mampu memahami dirinya sebagai

pengalihan ketika dirinya mengalami kondisi yang tidak menyenangkan

ataupun sedang berupaya mengatasi dorongan. Subjek 2 mengatakan

bahwa dukungan keluarga sangat berperan baginya, terutama sebagai

media sharing saat menghadapi kondisi tidak menyenangkan maupun

dalam upaya mengatasi dorongannya. Adanya dukungan dari faktor

ekologi menunjukkan bahwa faktor lingkungan turut memberikan

pengaruh dengan menyediakan cara untuk mendapatkan penguatan (Feist

& Feist, 2010). Penguatan ini dapat dilihat melalui adanya dukungan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

118

pihak keluarga maupun teman-teman dari kedua subjek. Hasil penelitian

ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa adanya

dukungan dari keluarga maupun dari significant others akan membantu

proses recovery pada individu (Aztri & Milla, 2013; Hurriyati, 2010;

Tariqi & Tamini, 2014)

Self efficacy atau keyakinan diri juga memberikan dukungan bagi

kedua subjek dalam upayanya meregulasi diri. Menurut Bandura (1999),

efikasi diri merupakan keyakinan individu untuk berperilaku sesuai

dengan yang mereka harapkan. Efikasi diri juga memberi kontribusi bagi

usaha regulasi diri dalam bentuk usaha atau motivasi yang dimilikili oleh

individu. Bagi subjek 2, dirinya perlu memiliki niat yang kuat dan

komitmen untuk tetap menjaga kondisi abstinennya. Sedangkan subjek 1

dirasa belum begitu yakin bahwa dia mampu sepenuhnya abstinen. Akan

tetapi, subjek 1 mengaku bahwa dirinya tetap berusaha dan tetap

memiliki pikiran yang positif bahwa ia mampu menjaga recoverynya.

Berdasarkan hasil penelitian ini, sesuai dengan penelitian sebelumnya

yang mengatakan bahwa efikasi diri mendukung proses recovery (Dennis

& Scott, 2007; Mattoo dkk., 2009).

Di sisi lain, kedua subjek memiliki sumber efikasi diri yang sama.

Kedua subjek merasa yakin karena mereka mendapatkan inspirasi dari

konselor adiksinya. Sosok konselor adiksi tersebut merupakan role model

bagi kedua subjek karena dirasa memiliki pengalaman yang sama. Sosok

yang menjadi role model merupakan mantan pecandu yang pada akhirnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

119

bekerja sebagai konselor adiksi. Bagi kedua subjek, mereka mampu

bertahan pada kondisi abstinen karena mendapatkan contoh dari sosok

role model mereka. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh

Bandura (1997), bahwa efikasi diri dapat meningkat karena adanya social

modelling. Akan tetapi, hasil penelitian ini memiliki sedikit perbedaan

dengan teori yang diungkapkan sebelumnya. Bandura (1997)

mengunggapkan bahwa social modelling tidak memiliki dampak yang

begitu berarti terhadap peningkatan efikasi diri pada seseorang. akan

tetapi pada kasus ini, justru seorang pecandu akan merasa yakin apabila

mendapatkan contoh yang nyata sehingga mereka memiliki perasaan

bahwa mereka mampu berperilaku sesuai dengan sosok role model

mereka.

Adanya sumber efikasi diri ini mendukung upaya kedua subjek

dalam meregulasi dirinya. Efikasi diri dinilai sebagai “bahan bakar”

dalam upaya meregulasi diri (Bandura, 1999). Efikasi diri berperan

sebagai motivasi maupun keyakinan bagi individu dalam upaya mencapai

perilaku yang diinginkan, dalam hal ini setara tujuan yang telah

ditetapkan oleh kedua subjek yang mana hal tersebut merupakan unsur

dari regulasi diri. Efikasi diri mendukung kapasitas regulasi diri dengan

memberikan usaha untuk menghadapi hambatan (Clark, 2011).

Akan tetapi, subjek 1 masih merasa impossible untuk mengalami

kondisi abstinen 100%, sehingga dirinya pernah mengalami slip/ first

lapse. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek 1 masih memiliki sisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

120

kurangnya efikasi diri. Efikasi diri yang kurang disebabkan karena

adanya faktor lain yang dirasa kurang mendukung bagi subjek 1. Adanya

slip/ first lapse menunjukkan bahwa subjek 1 pernah mengonsumsi

alkohol dan narkoba dengan efek yang lebih ringan dari puttau sebanyak

dua kali, terhitung dari kondisi abstinennya yang sudah berjalan hampir

dua tahun. Slip yang dialami oleh subjek 1 terjadi karena adanya

mekanisme kegagalan regulasi diri yang masih terjadi dan adanya

pengaruh kondisi ekologi.

Subjek 1 mengalami slip karena dirinya merasa adanya tekanan

emosi, terutama saat menghadapi banyaknya masalah yang membuatnya

merasa kalut dan jenuh. Hal ini menunjukkan bahwa subjek 1 mengalami

pola sebab akibat kegagalan regulasi diri, yaitu adanya faktor pemicu

yang menyebabkan regulasi diri itu gagal. Akan tetapi, subjek tidak

memiliki keyakinan nol-toleransi, sehingga menjadikan dirinya tetap

berusaha meregulasi dirinya walaupun pernah terjatuh.

Subjek 1 mengalami slip karena merasa bahwa dirinya masih

memiliki kekuatan yang terbatas. Subjek 1 juga merasa bahwa dirinya

masih terbilang baru untuk menjadi mantan pecandu dan merasa masih

membutuhkan banyak pelajaran untuk meningkatkan kekuatannya.

Di sisi lain, subjek 1 mengalami slip karena dirinya merasa jenuh

dan memiliki kerinduan untuk kembali menggunakan narkoba. Hal ini

menunjukkan bahwa subjek 1 memiliki mekanisme pembiaran sehingga

slip itu terjadi. Akan tetapi, subjek 1 tetap berusaha mengendalikan diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

121

dan tidak secara sengaja merencanakan untuk kembali menggunakan

narkoba.

Berdasarkan pengalaman menjadi seorang pecandu tentu saja ada

berbagai makna yang diperoleh dari masing-masing subjek. Subjek 1

merasa bersyukur bahwa ia masih diberi kesempatan untuk menebus

kesalahannya dan memperbaiki akibat dari perbuatannya. Subjek 1 juga

merasa bangga bahwa ia mampu putus dari puttau dan mampu selamat

dari kondisi koma akibat overdosis. Subjek 2 merasa bahwa

pengalamannya sebagai pecandu merupakan pelajaran yang sangat

berharga yang harus ia bagikan kepada orang lain. Subjek 2 ingin agar

generasi berikutnya memiliki pengetahuan mengenai dunia adiksi dan

ingin menyelamatkan generasi yang mengalami adiksi. Subjek 2

merasakan bahwa dirinya harus mampu bertahan dari label negatif yang

diberikan oleh masyarakat. Subjek 2 juga berpendapat bahwa relapse

merupakan suatu pembelajaran bahwa relapse merupakan hal sia-sia

yang seharusnya bisa ia isi dengan sesuatu yang lebih produktif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

122

Berikut adalah skema menuju proses kesembuhan (recovery)

Keterangan:

Panah biru tebal: menunjukkan proses mencapai recovery

Panah hitam: menunjukkan tahapan-tahapan yang dialami

subjek pasca rehabilitasi

Panah merah: menunjukkan “kejatuhan” yang dialami oleh

subjek

Jenuh

+

Keinginan untuk

berhenti

Rehabilitasi Menyadari dampak

negatif dan menemukan

kebutuhan

Relapse

(Subjek 2)

Mengalami stagnasi

Merasa jenuh dan ingin berhenti

Tahap Abstinen

Kemampuan Regulasi

Diri:

1. Unsur-unsur

Regulasi Diri

2. Mencegah

Mekanisme

Kegagalan Regulasi

Diri

Tahap Post Acute Withdrawal

Syndrome (PAWS) dan sakau

psikis

Self Efficacy dan

Lingkungan

Mikrosistem (dukungan

dari keluarga dan teman)

Kesembuhan

(Recovery)

Gambar 3. Skema Menuju Proses Kesembuhan

Slip/ Lapse

(Subjek 1)

Tahap repair dan growth stage

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

123

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KE SIMPULAN DAN SARA N

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan

beberapa hal diantaranya adalah:

1. Proses regulasi diri pada kedua subjek diawali dengan adanya rasa jenuh

akan kondisi adiksi sehingga memunculkan keinginan untuk pulih.

Setelah menjalani proses rehabilitasi, masing-masing subjek mengalami

PAWS dan sakau psikis yang terus mereka alami hingga saat ini.

Selanjutnya, proses regulasi diri juga diawali dengan adanya faktor yang

memberikan pengaruh terhadap proses regulasi diri. Faktor tersebut

antara lain kedua subjek merasakan adanya dampak negatif akibat

perilaku adiksinya dan memiliki kebutuhan yang harus mereka penuhi.

Adanya faktor tersebut mengawali proses regulasi diri bagi kedua subjek

terutama dalam menetapkan tujuan. Saat subjek memiliki tujuan, maka

unsur regulasi diri mulai diterapkan. Kedua subjek menjaga recovery

dengan meregulasi dirinya dan mencegah terjadinya mekanisme

kegagalan regulasi diri.

2. Di sisi lain, faktor ekologi (terutama mikrosistem) dan efikasi diri turut

memberikan dukungan maupun pengaruh bagi kedua subjek untuk

mempertahankan kondisi abstinen atau menjaga recovery.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

124

Faktor ekologi mikrosistem memberikan sumbangan pada upaya regulasi

diri berupa adanya dukungan dari keluarga maupun teman sehingga

semakin menguatkan kedua subjek dalam mempertahankan kondisi

abstinen. Dukungan yang dirasakan oleh kedua subjek adalah lingkungan

sebagai tempat pengalihan ketika dorongan tersebut muncul. Efikasi diri

juga memberikan sumbangan berupa motivasi bagi kedua subjek untuk

mempertahankan kondisi abstinen. Motivasi tersebut muncul karena

adanya social modelling sehingga kedua subjek merasa mampu.

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Peneliti juga kurang mengeksplorasi faktor lain yang mungkin terkait

dengan adiksi maupun kemampuan regulasi diri seperti faktor

kepribadian.

2. Peneliti kurang menggali dampak dari adiksi terhadap relasi subjek yang

berpengaruh terhadap regulasi diri. Peneliti kurang menggali bagaimana

subjek memperbaiki relasinya dengan orang lain.

3. Keterbatasan jumlah subjek dalam penelitian ini menjadikan penelitian

ini kurang memiliki data yang jenuh. Keterbatasan jumlah subjek juga

dipengaruhi oleh minimnya mantan pecandu yang kembali lagi ke panti

rehabilitasi sebagai konselor adiksi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

125

C. Saran

1. Bagi Mantan Pecandu

Dapat menemukan dampak negatif dari perilaku adiksi dan memiliki

kebutuhan yang menggerakkan untuk mencapai unsur-unsur regulasi diri.

Selain itu, mantan pecandu dapat mengupayakan untuk meregulasi

dirinya dengan menerapkan unsur-unsur regulasi diri dan mencegah

kegagalan regulasi diri dengan menggunakan mekanisme yang dianggap

paling kuat, yang dimiliki oleh mantan pecandu. Mantan pecandu juga

berusaha memahami kondisi ekologis dan meningkatkan efikasi diri

untuk mendukung upaya regulasi diri.

2. Bagi Panti Rehabilitasi dan Dinas Sosial

Dapat memberikan pendampingan bagi subjek terutama terkait

kemampuan meregulasi dirinya. Diharapkan panti rehabilitasi dan dinas

sosial dapat membantu residen untuk memiliki faktor dan kesadaran yang

kuat sebelum residen menerapkan unsur-unsur regulasi diri. Selain itu,

diharapkan juga memberikan pendampingan terhadap orang tua, tidak

hanya berupa pemantauan tetapi juga pengetahuan mengenai upaya

meregulasi diri dan adiksi kepada orang tua dari residen.

3. Bagi Orang Tua dan Keluarga Subjek

Memberikan pendampingan dan pengertian terutama di tahun awal saat

residen kembali ke lingkungan keluarga atau masyarakat. Keluarga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

126

sebaiknya turut memantau dan memberi dukungan bagi residen agar

proses regulasi diri terus berjalan.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Dapat meneliti mengenai dampak adiksi terhadap relasi, yang mana relasi

tersebut mempengaruhi regulasi diri. Diharapkan penelitian selanjutnya

mampu mengungkap faktor lainnya (seperti faktor kepribadian) yang

turut memberikan pengaruh terhadap regulasi diri. Selain itu, peneliti

menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar menggunakan minimal

tiga subjek dalam upaya mendapatkan data yang jenuh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

127

DAFTAR PUSTAKA

Abolghasemi, A., & Rajabi, S. (2013). The role of self regulation and affective

control in predicting interpersonal reactivity of drug addicts. International

Journal of High Risk Behaviors & Addiction, 2(1), 28-33.

Adian. (2015). Tingkat kekambuhan pecandu narkoba tinggi. Diunduh dari:

http://lampost.co/berita/tingkat-kekambuhan-pecandu-narkoba-tinggi.

Diakses pada tanggal 19 Februari 2016.

Amriel, R. I. (2008). Psikologi kaum muda pengguna narkoba. Jakarta: Salemba

Humanika.

Aztri, S., & Milla, M. N. (2013). Rasa berharga dan pelajaran hidup mencegah

kekambuhan kembali pada pecandu narkoba studi kualitatif fenomenologis.

Jurnal Psikologi, 9(1).

Bakhshani, N. M., & Hosseinbor, M. (2013). A comparative study of self-

regulation in substance dependent and non-dependent individuals. Global

Journal of Health Science, 5(6). Canadian Center of Science and Education.

Bandura, A. (1997). Self efficacy. New York: W. H. Freeman and Company.

Bandura, A. (1999). A sociocognitive analysis of substance abuse: An agentic

perspective. Psychological Science, 10(3).

Baumeister, R. F., Heatherton, T. F., & Dianne, M. T. (1994). Losing control:

How and why people fail at self-regulation. United Kingdom: Academic

Press.

Baumeister, R. F., & Heatherton, T. F. (1996). Self-regulation failure: An

overview. Journal of Psychological Inquiry, 7(1), 1-15.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

128

Baumgardner, S. R., & Crothers, M. K. (2009). Positive Psychology. New Jersey:

Pearson

Bhandari, S., Dahal, M., & Neupane, G. (2015). Factors associated with drug

abuse relapse: A study on the clients of rehabilitation centers. Al Ameen J

Med. Sci., 8(4), 293-298.

Bronfenbrenner, U. (1994). Ecological models of human development (ed. Ke-2).

International Encyclopedia of Education, Vol. 3, Oxford: Elsevier.

Bukhtawer, N., Muhammad, S., & Iqbal, A. (2014). Personality traits and self

regulation: A comparative study among current, relapse and remitted drug

abuse patients. Health, 6, 1368-1375.

Clark, M. (2011). Conseptualizing addiction: How useful is the construct?.

International Journal of Humanities and Social Science, 1(13).

Creswell, J. W. (2010). Research Design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan

mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Karya asli terbit 2009).

Crockett, L. J., Raffaelli, M., & Shen, Y. (2006). Linking self-regulation and risk

proneness to risky sexual behavior: Pathways through peer pressure and

early substance use. Journal of Research on Adolescence.

Dennis, M., & Scott, C. K. (2007). Managing addiction as a chronic condition.

Addiction Science & Clinical Practice.

Endler, N. S., & Kocovski, N. L. (2000). Self-regulation and distress in clinical

psychology. Handbook of Self-Regulation. Copyright by Academic Press.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

129

Feist J., & Feist J. (2010). Teori kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika (Karya

asli terbit 1998).

Ganendra, R. (2014). Kisah nyata suara hati mantan pecandu narkoba. Diunduh

dari http://www.kompasiana.com/rahab/kisah-nyata-suara-hati-mantan-

pecandu-narkoba_54f75c6ca33311f9368b460b diakses pada tanggal 12 Juli

2016.

Gunawan, I. (2013). Metode penelitian kualitatif teori & praktik. Jakarta: Bumi

Aksara.

Hammerbacher, M., & Lyvers, M. (2005). Factors associated with relapse among

client in Australian substance disorder treatment facilities. 11 (6), 387-394.

Heatherton, T. F., & Wagner, D. D. (2011). Cognitive neuroscience of self-

regulation failure. Trends in Cognitive Science, 15(3).

Herdiansyah, H. (2015). Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu psikologi.

Jakarta: Salemba Humanika

Hurriyati, E. A. (2010). Mengapa pengguna narkoba pada remaja akhir relapse?.

Humaniora, 1(2), 303-314.

Ibrahim, F., & Kumar, N. (2009). Factors effecting drug relapse in Malaysia: An

empirical evidence. Journal of Asian Social Science, 5(12). Published by

CCSE

Ismail, H. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan pada pengguna

putaw yang mendapatkan layanan pasca konseling di puskesmas kassi-kassi

Makassar. Journal of Medical Surgical Nursing, 1(1), 47-51.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

130

Jiloha, R. C. (2011). Management of lapse and relapse in drug dependence. Delhi

Psychiatry Journal, 14(2).

Kementrian Kesehatan RI. (2014). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.

Semester I, ASSN 2088-270x

King, L. A. (2010). Psikologi umum: Sebuah pandangan apresiatif. Jakarta:

Salemba Humanika.

Lopez, S. J. (2008). Positive psychology: Exploring the best in people (Vol. 1).

USA: Praeger Publishers.

Mattoo, S. K., Chakrabarti, S., & Anjaiah, M. (2009). Psychosocial factors

associated with relapse in men with alcohol or opioid dependence. Indian

Journal Med. Res., 130, 702-708.

Melemis, S. M. (2015). Relapse prevention and the five rules of recovery. Yale

Journal of Biology and Medicine, 88, 325-332.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2005). Psikologi abnormal (Edisi

kelima, Jilid 2). Jakarta: Erlangga.

Poerwandari, K. E. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi.

Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan

Psikologi (LPSP3) UI.

Prabowo, Andika. (2013). 22 persen pengguna narkoba adalah pelajar. Diunduh

dari http://nasional.sindonews.com/read/773842/15/22-persen-pengguna-

narkoba-adalah-pelajar-1377080228. Diakses pada tanggal 29 Mei 2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

131

Rahmadona, E., & Agustin, H. (2014). Faktor yang berhubungan dengan

penyalahgunaan narkoba di RSJ. Prof. HB. Sa‟Anin. Jurnal Kesehatan

Masyarakat Andalas, 8(2), 59-65.

Ridder, D. T. D,. & Wit, J. B. F. (2006). Self-regulation in health behavior:

Concepts, theories, and central issues. John Wiley & Sons Ltd.

Rosyidah, R., & Nurdibyanandaru, D. (2010). Dinamika emosi pecandu narkotika

dalam masa pemulihan. INSAN, 12(2).

Sinha, R. (2001). How does stress increase risk of drug abuse and relapse?

Psychopharmacology, 158, 343-359.

Smith, J. A. (2009). Psikologi kualitatif: Panduan praktis metode riset.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Karya asli terbit 2008).

Sulistami, S., Yulia R. N., & Tegawati L. M. (2013). Bahaya NAPZA. Jakarta: PT.

Mustika Cendekia Negeri.

Syarifah, Fitri. (2014). Mantan pecandu narkoba tak bisa sembuh selamanya.

Diunduh dari: http://health.liputan6.com/read/2065201/mantan-pecandu-

narkoba-tak-bisa-sembuh-selamanya.Diakses pada tanggal 19 Februari

2016.

Syuhada, I. (2015). Faktor internal dan intervensi pada kasus penyandang relaps

narkoba. Psychology Forum UMM, ISBN: 978-979-796-324-8.

Tambunan, R., Sahar J., & Hastono S. P. (2008). Beberapa faktor yang

berhubungan dengan perilaku penggunaan NAPZA pada remaja di Balai

Pemulihan Sosial Bandung. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12(2).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

132

Tariqi, R. & Tamini, B. K. (2014). Relationship between perceived social support

with self regulation and self concept in students of Islamic Azad University,

Saravan Branch, Iran. Journal of Multidisciplinary Research, 3, Issue 12,

83-93.

Zk. (2015). Tahun 2015 Jumlah Pengguna Narkoba di Indonesia Capai 5 juta

Orang. Diunduh dari:

http://portalindonesianews.com/posts/view/1626/tahun_2015_jumlah_pengg

una_narkoba_di_indonesia_capai_5_juta_orang. Diakses pada tanggal 29

Mei 2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

133

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

134

Informed Consent

Saya, Dyah Ayu Perwitasari, adalah mahasiswa Program Studi Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Saat ini, saya sedang melakukan

penelitian mengenai pengalaman adiksi pada pecandu narkotika.

Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi pengalaman sebelum menjadi

pecandu narkotika hingga pasca rehabilitasi. Selain itu, penelitian ini bertujuan

untuk meninjau peran sebagai konselor adiksi terhadap proses recovery. Penelitian

ini dilaksanakan dalam bentuk wawancara personal. Apabila anda berpartisipasi

dalam penelitian ini, berarti anda turut serta dalam memberikan informasi

mengenai pengalaman anda sebagai pecandu narkotika.

Saya meminta kesediaan anda untuk ikut serta sebagai partisipan dalam

penelitian ini. Wawancara akan berlangsung sebanyak 3-5 kali selama kurang

lebih satu jam setiap sesi wawancaranya. Selama proses wawancara berlangsung,

anda bebas mengemukakan pikiran dan perasaan sejauh yang anda inginkan dan

anda juga berhak untuk tidak mengungkapkan hal yang anda rasa tidak ingin

diungkapkan.

Selama proses wawancara berlangsung, seluruh pembicaraan akan

direkam menggunakan voice recorder. Wawancara berlangsung secara pribadi

(antara peneliti dan partisipan). Identitas dan hasil rekaman anda sebagai

partisipan akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti sehingga tidak ada pihak lain

yang dapat mendengarkan atau memperoleh data anda. Penelitian ini akan diawasi

dan dipastikan berjalan secara etis oleh Sylvia Carolina M. Y. M., M.Si.

Jika anda mempunyai pertanyaan mengenai penelitian ini, silakan anda

secara bebas untuk menghubungi saya (peneliti) di nomor telepon 085701206355

atau email [email protected]. Terimakasih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

135

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

136

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

137

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

138

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

139

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

140

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

141

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

142

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

143

TRANSKRIP WAWANCARA SUBJEK 1

W: Interviewer

S: Subjek 1 (Sis X)

No. Verbatim Transformatif/ Narasi Interpretasi Tema/ sub Tema

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

W: eee untuk yang sesi ini, saya mencoba untuk mengajak

sharing aja, untuk menceritakan bahwa, tadi sempet bilang

kalo dulu juga pecandu. Nah itu kalau boleh tahu, pertama kali

menjadi pecandu kapan Sis?

S: kalo pecandu, kalo sudah mulai nyandu itu eee kira-kira

empat sampai lima tahun lalu.

W: itu kira-kira umur berapa?

S: berapa ya.. 20 sekian kali ya (sambil tertawa) itu sekitar 25

sekian.

W: kalau mulai pertama kali pakai sebelum pecandu itu

kapan?

S: iya, itu kira-kira tahun 99,

W: masih TK aku (hehehe)

S: waktu itu saya SMA, saya SMA itu. Masih sekolah.

Sekarang kan aku 32

W: dulu pertama kali pakai apa?

(1-17) subjek pertama kali menjadi

seorang pecandu kira-kira empat hingga

lima tahun yang lalu saat dirinya berumur

kurang lebih 25 tahun. Pertama kali,

subjek mengonsumsi alkohol.

Gerbang menuju adiksi,

dimulai dengan mengonsumsi

alkohol

Pola kegagalan RD:

Rolling the snowball (16-

17)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

144

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

S: dulu pakai alkohol, biasa dasarnya kan alkohol.

W: mungkin bisa dicritain sis, dulu gimana dari awalnya

alkohol terus nyoba-nyoba yang lain gitu?

S: mungkin gini, karena pada waktu itu yang paling mudah

memang alkohol, soalnya pada waktu itu masih di jual di

supermarket.

W: oh gitu....

S: habis alkohol, karena dulu di sekolah aku ibaratnya karena

ada yang ngedarin kan ya, saya tidak tahu itu bandar atau

apa, tapi kita bisa beli dari dia gitu, eee itu ganja, habis itu

waktu SMA itu. Waktu kuliah, saya pakai inex

W: apa itu?

S: inex itu estacy

W: oo estacy

S: iyaaa nah itu habis itu mulai kuliah itu lalu ke puttau.

W: nah itu kan perjalanannya kan agak panjang kan ya sis bisa

sampai ke puttau begitu. Nah itu prosesnya gimana sis?

S: ya itu juga komunitas, kita kumpul, pada minum, fun,

karoke. Nah makin ke sini, kita kan juga ngrokok itu, nah

(18-31) pertama kali, subjek mengonsumsi

alkohol pada sekitar tahun 1999. Subjek

merasa alkohol menjadi dasar adiksi pada

dirinya. Setelah mengonsumsi alkohol,

subjek mulai mengonsumsi ganja dan

mendapatkan ganja dengan mudah dari

pengedar selama dirinya duduk di bangku

SMA. Menginjak bangku perkuliahan,

subjek menggunakan estacy. Selama

duduk di bangku perkuliahan, subjek

mengonsumsi Puttau.

(32-41) subjek menceritakan bahwa

dirinya terjerumus ke narkoba karena

ajakan dari temannya. Selain itu, subjek

juga seorang perokok sehingga pada

Gate menuju adiksi: diawali

dengan alkohol, lalu ganja,

estacy, kemudian puttau

Subjek mengonsumsi narkoba

karena ajakan/ pengaruh dari

temannya

Pola kegagalan RD:

Rolling the snowball (24-

27)

Pola Kegagalan RD:

Pola sebab akibat

kegagalan

Ekologi – Mikrosistem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

145

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

terjerumuslah ke ganja. Karena yaa ajakan dari temen

juga. Karena komunitas gitu

W: dari ganja terus ada yang nawarin puttau gitu ya?

S: dari ganja ke inex dulu. Ke estacy dulu. Nah habis itu kan

lulus SMA, estacy. Nah habis itu kan komunitas temen

kampus. Itu aja juga masih alkohol.

W: itu makin lama makin berat efeknya atau sama efeknya?

S: dan kebetulan puttau itu efeknya yang paling lumayan

berat.

W: itu efeknya kayak gimana Sis?

S: sakau yang dibilang sakau ya Puttau itu.. eehhm kalau

memang, eehm sebenernya aku juga nyoba sabu juga itu

mental, efeknya tu gak dapet. Karena apa? Karena aku udah

nyobain puttau. Jadi puttau itu udah keraknya racun gitu

kan.. Keraknya dari sabu itu.. Hehehehe. Terus dan itu aku

juga suntik

W: oo suntik juga..

S: awalnya aku langsung suntik.

W: berarti langsung suntik ga isep gitu?

S: engga.. aku langsung suntik.. Naah itu awalnya muntah-

muntah memang. Karena aku ga bisa ngukur dosisnya kan.

Naah aku muntah-muntah, udah lemes, ga karu-karuan. Terus

akhirnya ia juga menggunakan ganja.

(42-59) subjek merasakan adanya efek

yang lebih berat ketika dirinya

mengonsumsi puttau. Subjek merasakan

adanya efek, yaitu sakau (gejala putus zat)

saat mengonsumsi puttau. Subjek

mengonsumsi puttau pertama kali

langsung dengan cara suntik. Subjek

merasa bahwa puttau merupakan kerak

dari racun dibandingkan dengan sabu.

Subjek tidak merasakan adanya efek saat

mengonsumsi sabu. Subjek mengalami

reaksi fisik seperti muntah, lemas, dan

tidak karuan (tidak enak di badan) karena

tidak mampu mengukur dosis saat injeksi

puttau. Selanjutnya subjek mampu

mengatur dosis dan mengalami kenaikan

Mengalami gejala putus zat/

sakau selama mengonsumsi

puttau.

Mengalami kenaikan dosis.

(34-36)

Karakteristik adiksi:

Mengalami sakau (46-50)

Mengalami kenaikan dosis

(57-59)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

146

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

ya udah, di situlah aku bisa mainin dosisku. Oh ternyata

dosisnya segini segitu. Terus jadi naik gitu..

W: itu berarti di SMA itu dapetnya dari temen ya?

S: iya.. dari temen. Karena aku waktu SMA itu kan tinggalnya

sama nenek. Jadi lumayan eemm ga terlalu fine juga sih.

W: eee kalo pake ganja itu efeknya gimana Sis?

S: ganjaa.. eehhmm kalo ganja itu luar biasa. Kalo diisep

kayak rokok itu apa ya.. itu kan larinya ke mata. Naa untuk

efeknya itu keliatannya dari mata. Naah itu nanti pokoknya

udah ngantuk, terus kayak udah nge-fly gitulah.. itu biar

tambah hhmm gimana ya biar tambah seneng terus. Biasanya

kan disedot gitu.

W: itu pakai ganja kira-kira berapa lama Sis?

S: pakai ganja itu kelas kira-kira mulai kelas 2 sampai lulus

eee lulus SMA. Itu ga langsung lanjut ya, paling berhenti

berapa bulan gitu. Terus coba inex (estacy).

W: itu jadi pecandu itu riwayatnya gimana Sis?

S: pecandu.. hmm dibilang saya mulai kecanduan sesuatu itu

ya pada saat saya pakai puttau. Karena ya itu tadi, untuk

dosis.

(624-627) subjek mendapatkan narkoba

dari teman sekolahnya didukung ia tinggal

di rumah nenek yang dirasa tidak begitu

(fine) baik baginya.

(63-73) subjek menceritakan bahwa ganja

dikonsumsi dengan cara dihisap seperti

rokok. Efek dari ganja terlihat dari

matanya sehingga menimbulkan rasa

kantuk dan menimbulkan rasa fly

(terbang). Subjek menggunakan ganja dari

kelas 2 SMA hingga lulus SMA. Setelah

itu, subjek mengonsumsi estacy.

(74-87) subjek merasakan awal kecanduan

ketika mengonsumsi puttau. Subjek

merasakan adanya perlawanan (berontak)

Mendapatkan narkoba dari

teman, didukung dengan

tinggal di rumah nenek yang

kurang pengawasan.

Subjek mengonsumsi ganja

sejak kelas 2 SMA hingga

tamat SMA. Efek yang didapat

dari ganja adalah mengantuk,

fly/ terbang, dan senang.

Subjek juga mengalami

peningkatan dalam hal

menggunakan narkoba, yaitu

meningkat ke efek yang

diatasnya

Subjek mengalami adiksi

fisiologis selama mengonsumsi

puttau.

Pola sebab akibat

kegagalan:

Ekologi – mikrosistem

(61-62)

Pola kegagalan RD:

Pemberontakan atensi –

gratifikasi (64-69)

Rolling the snowball (71-

73)

Karakter adiksi:

Gejala putus zat (75-87)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

147

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

saya jawab pertanyaan yang pecandu tadi, yang bikin

kecanduan, itu di puttau karena kalo sudah merasakan sekali

atau dua kali itu badan yang berontak. Oke dari pikiran kita,

“wah gue sakit nih”. Padahal engga, karena dari badan itu

nagih. Ternyata pada saat itu baru masuk sekali atau dua kali,

ga sampe tiga kali kok. Itu karena saya suntik kan, jadi

mungkin efeknya eee jadi lebih dahsyat juga. Terus pada

bilang, “oo itu loe udah sakau tu”. Nah dari situ saya coba

lagi itu. Itungan berapa menit gitu lah ingus saya langsung

berhenti, badan udah ga sakit-sakit, yang ga karuan itu udah

ilang.

W: jadi udah nagih gitu ya? Eehm ini kalo Puttau ini makenya

lebih buat ke pain killer atau gimana?

S: awalnya itu buat apa ya.. hmm awalnya tu emang buat pain

killer. Kayak tentara perang kalo sakit di kasih itu langsung

sembuh tu. Ya kayak gitu-gitu. Kalo buat saya sendiri, mm

karena awalnya memang satu, karena pergaulan juga, terus

yang kedua saya juga punya banyak masalah yang saya

gak bisa buat meng-cover itu, yasudah saya terjerumus di

situ. Setelah nyobain, eh itu malah bikin masalah karena

setelah saya nyobain, itu malah bikin kecanduan badan saya.

W: berarti kecanduan ini udah pada tahap badan nagih gitu

dari tubuh. Subjek merasa sakit, yang

sebenarnya itu adalah wujud dari

ketagihan fisiologis. Subjek merasakan

adanya efek yang dahsyat karena dirinya

mengonsumsi puttau dengan cara suntik.

Saat subjek merasa adanya sakau, di

situlah subjek mencoba kembali puttau

tersebut. Saat mengonsumsi puttau, ingus

dan rasa sakit di badan menjadi hilang.

(88-100) awal Subjek mengonsumsi puttau

adalah karena pengaruh pergaulan dan

tidak mampu meng-cover (mengatasi)

masalahnya yang dirasa banyak. Setelah

mengonsumsi Puttau, subjek mengalami

kecanduan fisiologis.

Subjek mengonsumsi puttau

karena pengaruh pergaulan dan

merasa memiliki banyak

masalah.

Subjek mengalami kecanduan

fisiologis.

Subjek juga mendapatkan

narkoba karena pengaruh

pergaulan

Pola kegagalan RD:

Pola sebab akibat

kegagalan:

Tekanan emosi (94-97)

Ekologi – mikrosistem

(92-93)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

148

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

116

117

118

119

ya?

S: iya..

W: kalo pake puttau itu perasaannya kayak gimana, feelingnya

kayak gimana?

S: yaa damai-damai aja sih ya, santai, slow, dan itu kayak

mmm kayak obat bius juga kan ya, matanya jadi turun gitu

kan kaya orang ngantuk gitu. Tapi di situ, kita kayak, tadinya

ga bisa lakuin apa-apa karena sakau, terus kita pake itu terus

jadi sehat kan.. Tapi nanti kalo efeknya udah ilang, misal

selang berapa jam, itu nanti kayak gitu lagi, nah makanya

harus nyari lagi. Naah nanti kayak gitu lagi, ngedrop lagi,

yaudah.. Karena efeknya itu cepet, makin kita naik dosis,

makin cepet pula efeknya.

W: oo begitu, semacam ada kenaikan dosis begitu ya Sis?

S: iyaaa.. toleransi yah.. toleransi... nah ya itu, kita udah ada

di tahap toleransi itu.

W: nah itu kenaikan dosis yang dialami itu kayak gimana sis?

Atau toleransinya itu gimana?

S: kalo toleransi, aku bisa tahap toleransi itu aku cuma bisa

nemuin di puttau. Sama di obat, itu pun aku temuin

karena aku lagi sakau. Jadi aku emang konsumsi painkiller

(101-111) perasaan yang dialami subjek

selama mengonsumsi Puttau adalah adanya

rasa damai, santai, dan slow (pelan) seperti

obat bius. Subjek merasa sebelumnya sakit

akibat sakau, kemudian merasa sehat

setelah mengonsumsi puttau. Subjek

merasa efek dari Puttau hanya sementara.

Subjek juga mengalami tahap toleransi,

yaitu adanya kenaikan dosis saat

mengonsumsi Puttau.

(112-126) subjek kembali menegaskan

bahwa dirinya sudah memasuki tahap

toleransi/ kenaikan dosis. Toleransi hanya

di temukan di puttau. Subjek mengonsumsi

painkiller sebelum mengenal dan

mengonsumsi puttau. Saat mengalami

kecanduan dengan puttau, subjek

menggunakan painkiller sebagai substitusi/

Subjek mengalami reaksi

psikologis seperti merasa

damai, santai, dan slow.

Subjek mengalami gejala putus

zat/ sakau.

Subjek mengalami toleransi/

kenaikan dosis

Menggunakan obat tertentu

sebagai substitusi/ pengganti

saat mengalami toleransi

selama mengonsumsi puttau

Pola kegagalan RD:

Pemberontakan atensi –

gratifikasi (103-107)

Karakter adiksi:

Toleransi (110-111)

Tanda adiksi:

Toleransi (113-114)

Menggunakan substitusi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

149

120

121

122

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133

134

135

136

137

138

139

140

141

atau benzo gitu memang sebelum aku pakai puttau.

W: jadi sebelum puttau pakainya painkiller?

S: jadi sebelum puttau, biasa tuh aku kan pakainya obat tidur.

Obat tidur sama inex. Udah gitu kan. Pas kenal puttau, baru

aku kenal obat painkillernya buat ngilangin sakaunya.

W: buat pengganti sementara gitu ya?

S: iya buat substitusi gitu lah.

W: kalau puttau itu dulu ndapetinnya gimana Sis? Misal pas

badan nagih gitu Sis..

S: dari temen.. ada linknya, jadi langsung ke bandarnya.

Jadi mau ke temen yang sana atau ke temen yang situ, karena

kebanyakan teman juga pecandu Puttau. Jadi kemana-mana

ya ada.

W: lebih mahal ya dari ganja?

S: iya.. Karena gini ya, satu, si bandar ini bilang, “sekalinya

pake Puttau, badan akan ketagihan”. Jadi mau ga mau ya

konsumen bakal ngejar ini barang. Jadi yaa mau gimana.. yaa

sebelas duabelas lah sama sabu. Kalo sabu ya dibutuhkan buat

amfetamin gitu ya, lebih semangat juga, buat dopping gitu.

Kalo Puttau itu lebih ada ke depressannya gitu. Jadi kalo

misal saya lagi pake Puttau sehari, naah paling tidak saya

harus punya antisipasi atau substitusi yang lain. Biasanya

pengganti saat mengalami sakau.

(127-143) subjek mendapat informasi dari

seorang bandar bahwa puttau memiliki

efek adiksi fisiologis. Subjek menceritakan

bahwa sabu dibutuhkan untuk amfetamin

dan menimbulkan efek seperti dopping

(menimbulkan semangat), sedangkan

puttau memiliki efek depressan. Subjek

memiliki antisipasi berupa menyediakan

obat yang lain seperti Kodefin sebagai

pengganti saat mengalami sakau

Menegaskan kembali bahwa

subjek membutuhkan substitusi

sebagai pengganti puttau saat

mengalami sakau.

Selain itu, subjek secara sadar

membiarkan kegagalan itu

terjadi

Pola kegagalan RD:

Letting it happen (134-

137)

Pola sebab akibat

kegagalan:

Ekologi – mikrosistem

(129-132)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

150

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157

158

159

160

161

162

163

saya pakai Kodefin, atau apa, obat dari dokter gitu. Pain

killernya juga, tapi biasanya obat gitu.

W: nah itu kan sis X konsumsi alkohol, inex, dan sebagainya

itu kan juga karena pergaulan kan ya sis. Nah itu sis X

konsumsi drugs itu dalam rangka apa sis?

S: moment waktu itu, moment kan ya. Waktu itu apa ya, taun

baruan kan ya dan kebetulan waktu itu ada party. Dan waktu

itu pada kumpul sama temen, yaudah. Sebenernya inex itu aku

juga udah nyoba dari SMA.

W: kalo misal udah ga ada moment nih, itu menggunakan

drugs dalam rangka apa sis?

S: dalam rangka jenuh, bete. “mau ngapain ya? Ga ada

kerjaan gini”. Nah pas itu ada “barang”.

W: itu jenuh sama betenya karena ga ada barang atau kenapa

sis?

S: ga ada kegiatan dan pas itu ada masalah. Kan kita

numpuk-numpuk masalah. Kita punya masalah, terus kita

makai, “ohh udah lupa nih kalo ada masalah”. Padahal

secara ga sengaja kita ninggalin masalah di belakang. Kita

makai, efek hilang kan masalah itu timbul lagi tu. Kepikiran

lagi, dateng lagi. Kita makai aja udah bawa masalah, nah itu

numpuk-numpuk, di tinggal ke belakang, yaudah jadi stres.

(144-163) subjek mengonsumsi narkoba

ketika memiliki acara dengan teman-

temannya seperti sedang berpesta/ party.

Selain itu, subjek menggunakan narkoba

ketika dirinya merasa jenuh, bete/ suntuk,

dan merasa tidak memiliki kegiatan.

Subjek juga menggunakan narkoba untuk

melupakan masalahnya. Sebenarnya,

subjek sadar bahwa dirinya membuat

masalah yang baru.

Subjek menggunakan narkoba

saat berpesta dengan temannya,

memiliki rasa jenuh (tidak ada

kegiatan), dan merasa ingin

melupakan masalahnya yang

membuatnya merasa adanya

tekanan emosi.

Pola kegagalan RD:

Pola sebab akibat

kegagalan:

Adanya tekanan emosi

(157-159)

Ekologi – mikrosistem

(147-149)

Letting it happen (153-

154/ 158-161)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

151

164

165

166

167

168

169

170

171

172

173

174

175

176

177

178

179

180

181

182

183

184

185

W: hhmm tadi kan sempat bilang bahwa terjerumusnya tadi

karena pertama, pergaulan lalu tadi juga bilang bahwa ada

masalah. Nah itu, masalah yang dialami seperti apa Sis?

S: masalah keluarga. Nah itu masalah keluarga. Karena saya

orangnya introvert kan. Dulu... kadang sekarang masih ada

sisanya dikit-dikit. Saya introvert, lalu saya takut untuk

mengutarakan suatu pendapat. Pokoknya juga takut untuk

melakukan suatu hal juga. Aku pendem-pendem dari aku

kecil sampe dewasa. Jadi yaudah, “aduh udah kebanyakan PR

nih,” rasanya gitu. Kebanyakan PR, numpuk-numpuk,

bingung sendiri, sampe akhirnya saya stress sendiri pada saat

itu. Terus makanya aku dulu dibawa ke Psikiater, terus saya

malah dikasih obat gitu kan.. Naah terus saya ke Psikolog,

saya bingung, “saya juga bisa curhat ke temen-temen kalo

saya mau”. Tapi kan saya ga mau. Gitu.... Larilah saya ke

situ (narkoba), eh ternyata itu malah nambah masalah baru.

W: jadi tadinya ke Psikiater malah dapet obat, ke Psikolog

ngrasa lebih...

S: karena ke Psikolog “ngapain sih?”. Dia emang ngasih way

out. Sedangkan kalo dari kita, “saya ngerti kok kalo way

outnya itu”. Cuman karena saya sudah terbebani oleh masalah

yang saya pending-pending, lebih berat sendiri, jadi bingung

(164-192) Subjek terjerumus

menggunakan narkoba selain karena

terpengaruh pergaulan, subjek juga

memiliki masalah keluarga. Subjek merasa

bahwa dirinya adalah sosok yang introvert

(tertutup) sehingga membuat dirinya takut

untuk mengutarakan pendapat dan takut

untuk melakukan suatu hal. Subjek

memendam masalah dari masa kecil

hingga dewasa. Subjek merasa adanya PR

(tugas) yang telalu banyak dan menumpuk

sehingga membuat dirinya merasa bingung

dan stress (tertekan). Subjek datang ke

pada Psikiater dan mendapatkan obat.

Selain itu, subjek juga datang ke Psikolog

yang di rasa tidak ada bedanya dengan

teman curhat (berbagi cerita). Kemudian,

subjek lari ke pada narkoba dan akhirnya

merasa bahwa hal tersebut justru

menambah masalah baru. Di sisi lain,

subjek merasa tidak adanya way out (jalan

keluar) yang berarti bagi dirinya sehingga

Subjek merasa terjerumus ke

dalam narkoba karena dirinya

mengalami tekanan emosi

akibat memendam dan

menumpuk masalahnya.

Masalah tersebut adalah

masalah keluarga.

Pola kegagalan RD:

Pola sebab akibat

kegagalan adanya

tekanan emosi (169-179/

182-192)

Ekologi – mikrosistem

(167-168)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

152

186

187

188

189

190

191

192

193

194

195

196

197

198

199

200

201

202

203

204

205

206

207

sendiri, jadi takut sendiri, yaudah buat apa... Begitu..

Sebetulnya sih seperti itu. Kalo saya ke Psikiater, dapet obat.

Obat buat apa? Obat buat tidur. Untuk nenangin.. dan yang

ada, “jalan keluar apa sih yang ada?”. Kayak gitu.. Saya

obat dari dokter udah pernah, obat tidur udah sering. Terus

akhirnya saya juga ngrasain juga dibawa ke sini (panti rehab)

karena Puttau.

W: itu tadinya bisa ke panti rehab itu ketauannya gimana Sis?

S: itu awalnya sebenarnya saat saya pakai Puttau, itu keluarga

saya tau kalo saya pake Puttau. Kalo awal-awalnya bisa saya

tangkis, dan mereka percaya gitu kan. Tapi makin ke sini

yaudah kalo Puttau udah ketauan banget. Dan dari situ orang

tua saya ngerti, dan pada suatu ketika aku sakau dan ga bisa

nahan, dan orang tua saya ada di rumah. Mau ga mau akhirnya

saya ngomong. “Yaudah anterin aku ke Psikiater”. Nah terus

saya dibawa ke Psikiater. Yaudah dari situ tau, “oh ini udah

sakau”. Gituu.. dan dengan junkienya, lalu orang tua percaya,

“udah ini bakal sembuh kok, udah ini aja”. Gitu.. Terus saya

ke rumah sakit polisi karena ketangkep. Naah mau ga mau

yaaa mau gimana lagi (hahaha). Akhirnya ditebus.. ditebus

dua kali, terus ga berubah juga. Akhirnya saya makai lagi, lalu

saya sakau. Di situ klimaksnya.. Lalu saya ngomong sama diri

dirinya terjerumus untuk mengonsumsi

Puttau. Subjek merasa Psikolog dan

Psikiater kurang cukup membantu dalam

mengatasi beban masalahnya.

(193-214) keluarga subjek sudah

mengetahui apabila subjek mengonsumsi

narkoba dan mengalami sakau. Saat subjek

mengalami sakau dan merasa tidak tahan,

keluarga subjek membawa subjek ke

Psikiater. Akan tetapi, subjek berhasil

mengalihkan dan memberi alasan bahwa

dirinya mampu sembuh dari sakau. Subjek

pernah ditangkap oleh polisi dan ditebus

oleh keluarganya. Tetapi subjek tak

kunjung berubah (berhenti mengonsumsi).

Saat subjek mencapai klimaks, subjek

merasa bahwa dirinya ingin berhenti.

Tetapi, subjek merasa bahwa tubuhnya

tidak sanggup untuk berhenti karena badan

Subjek mengalami

deindividuasi, yaitu kehilangan

evaluasi diri atas apa yang

diperbuatnya. Akibat adiksi,

subjek merasa tidak mampu

mengendalikan dirinya.

Pola kegagalan RD:

Reduksi pada monitoring

hilangnya evaluasi diri

(195-197)

Karakter adiksi:

Kurang mampu lakukan

kontrol diri (207-214)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

153

208

209

210

211

212

213

214

215

216

217

218

219

220

221

222

223

224

225

226

227

228

229

saya sendiri kalau saya tu mau berhenti. Tapi saya ga bisa,

badan saya tu ga bisa, ga mampu gitu. Tapi saya udah capek

karena dari pagi mikirin gimana caranya dapet Puttau, harus

ada. Terus nanti kalo siang atau sore saya sakau gimana. Dan

malem itu saya harus bisa nyuntik gitu. Jadi itu, jadi ibaratnya

udah dibabuin lah sama tu Puttau. Jadi hidup saya yaa untuk

Puttau itu.

W: eehmm sejak pertama kali kenal Puttau atau bahkan

sampai kecanduan begitu, Sis X menganggap drugs itu apa?

Atau anggapan mengenai drugs selama ini..?

S: eee pada saat itu ya, pada saat itu nih, misal saya lagi beli

barang, waah kayak dapet uang berapa tumpuk. Ya karena

pada saat itu saya tidak memikirkan sama sekali eehhmm apa

ya, secara duniawi lah, tidak mikirin gadget, mikirin apa atau

apa itu enggak. Pokoknya waktu itu dimana saya ada duit,

disitu saya harus dapet Puttau. Dan pada waktu itu saya juga

ngajar ya.. saya ngajar, jadi tiap bulannya saya dapat utuh,

karena saya juga masih dikasih sama orang tua juga, dan saya

udah ada keluarga juga kan pada saat itu juga, naah uang dari

suami saya juga buat beli Puttau gitu kan. Yaaa pinter-

pinternya saya buat manipulated itu.

W: eehhmm gini, apa yang dipikirkan tentang Puttau?

sudah ketagihan dengan narkoba. Subjek

merasa bahwa hidupnya telah dibabuin

(diperbudak) oleh Puttau.

(215-241) anggapan subjek mengenai

narkoba ibarat mendapatkan uang

bertumpuk-tumpuk. Subjek merasa ketika

dirinya memiliki uang, ia harus

mendapatkan Puttau. Subjek merasa

bahwa dirinya harus pintar me-

manipulated (mencari akal) dalam alokasi

uang untuk membeli Puttau. Subjek

menganggap puttau adalah sesuatu yang

sangat berharga. Subjek merasa senang/

bersyukur apabila mendapatkan Puttau

(saat subjek masih menjadi pecandu).

Subjek menganggap puttau

sebagai sesuatu yang berharga

(digambarkan dengan

setumpuk uang).

Selama subjek memiliki uang,

subjek akan membeli puttau.

Pola kegagalan RD:

Pemberontakan atensi –

gratifikasi (218-223/ 236-

241)

Karakter adiksi:

Aktivitas untuk

mendapatkan zat (222-

228)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

154

230

231

232

233

234

235

236

237

238

239

240

241

242

243

244

245

246

247

248

249

250

S: saat jadi pecandu?

W: iya saat jadi pecandu.

S: iya itu.. Puttau itu saya ibaratkan seperti uang gitu.. Saat

kita dapat uang banyak, bertumpuk-tumpuk, naah seperti

itulah saya menganggapnya.

W: jadi seperti sesuatu yang berharga gitu?

S: iya berharga banget. Yaa kayak tadi ibaratnya saya dapet

uang bertumpuk-tumpuk, yaa seperti itulah saya menganggap

Puttau itu. Begitu saya dapet Puttau, saya pegang itu barang,

“waaaa.. akhirnya.. syukurlah... alhamdullillah laah..”. naah

jadi kurang lebih ya kayak gitu. Karena pada saat itu dapet

Puttau, waa rasanya udah susah digambarin mba.

W: itu kalo sedang dalam pengaruh Puttau, itu perasaan atau

perilaku yang muncul itu kayak gimana Sis?

S: rasanya biasa aja, kayak orang normal, kayak embak gitu.

Kayak kita ini lagi ngobrol, udah gitu aja.

W: soalnya kan ada yang sampai menyerang, sampai tidur..

(hahaha) gitu..

S: naah ya kita bisa tidur, kita bisa layaknya orang normal lah.

Justru kalo kita lagi sakau, naah perbedaannya di situ.

W: bedanya gimana?

(242-247) subjek merasa layaknya orang

normal ketika mengonsumsi puttau. Justru

perilaku atau perasaan tersebut akan

muncul ketika dalam keadaan sakau

(badan sakit, cemas karena harus

mendapatkan Puttau)

(248-260) subjek menceritakan bahwa

dirinya dapat nekat (melakukan apapun)

dan berpikiran tidak sehat ketika merasa

Subjek akan menjual apapun

untuk membeli puttau

Karakteristik adiksi:

Habiskan aktivitas utk

peroleh zat (251-258)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

155

251

252

253

254

255

256

257

258

259

260

261

262

263

264

265

266

267

268

269

270

271

S: kita bisa nekat, kita bisa berpikiran yang ga sehat,

pokoknya harus gimana ni caranya supaya bisa dapet tu

puttau. Tapi satu, saya ga pernah jual diri, jual badan saya

buat dapet gitu, enggak. Karena puttau jaman saya dulu sama

jaman sekarang itu beda. Misal junkie cewek apalagi udah

kena puttau, orang anggep pasti udah jual badan. Kalo saya ga

gitu. Ya paling korbannya yaa barang-barang di rumah

saya pada habis

W: iya yaa brarti apapun yang ada dijual

S: iyaa iyaa kayak gitu

W: ee berarti (ada orang masuk) ee jadi kalo boleh aku

simpulin, ee agak bareng sih yaa, jadi dari pergaulan, terus

juga ada masalah di rumah, plus dari situ meningkat dosisnya.

Eehmm terus kalo ada masalah baru pakai Puttau atau

gimana?

S: enggak.. Jadi waktu itu ada masalah atau enggak sekalipun

tetep yang kedetect kan tubuh kita. Tubuh kita yang minta

gitu..

W: berarti kalo kecanduan tu udah dari badan ya, nagih buat

selalu pakai gitu?

S: kringet dingin, misal mulai kringet dingin gitu, naah saya

harus mendapatkan Puttau. Akan tetapi,

subjek tidak pernah menjual diri untuk

mendapatkan Puttau karena dirinya sudah

menjual barang-barang di rumah untuk

membeli Puttau.

(261-268) subjek mengonsumsi Puttau saat

berdasarkan deteksi dari tubuhnya. Subjek

merasa bahwa tubuhnya yang “meminta”

untuk mengonsumsi Puttau.

(269-274) subjek menceritakan gejala

sakau seperti keringat dingin, bersin-

bersin, dan badan jatuh ke tembok (badan

Ada atau tidaknya masalah,

selama badan dirasa “nagih”/

kecanduan, maka subjek akan

mengonsumsi puttau

Penjelasan mengenai gejala

sakau

Subjek mengalami adiksi

fisiologis

Gejala putus zat

(266-268)

Karakteristik adiksi:

Gejala putus zat (271-274)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

156

272

273

274

275

276

277

278

279

280

281

282

283

284

285

286

287

288

289

290

291

292

293

mulai antisipasi itu.. saya bersin 10 kali gitu, naah itu tanda-

tanda saya udah mulai sakau gitu. Badan udah jatuh ke

tembok gitu.

W: nah itu dulu selama menjadi pecandu, itu perasaan yang di

alami seperti apa sis? Bukan pas lagi sakau sis, tapi selama

menjadi pecandu, itu perasaanya gimana?

S: perasaannya itu ya saya itu kayak orang yang

terdiskriminasi. Ya saya menganggap diri saya ga normal,

pada saat itu sebelum saya masuk rehab. Saya merasa bukan

seperti orang normal. Ya beda lah.

W: berarti itu secara ga langsung seperti itu yang dipikirkan.

Nah ketika seperti itu, perasaan apa yang muncul sis?

S: ketika ngrasa ga kayak orang normal, ya sebel aja sama

diri sendiri.

W: nah, ketika ada perasaan sebel sama diri sendiri, merasa

tidak seperti orang normal, nah itu kenapa sis bisa juga sampai

pada tahap toleransi?

S: kepalang tanggung. Itu jadi istilahnya pada saat itu di

tingkat udah ga bisa mikir, mau gimana juga udah ga

ngerti, jadi udah ga kepikiran untuk sayang sama diri

sendiri.

W: jadi kayak gini yaudah gini sekalian gitu ya?

terasa berat)

(275-316) selama menjadi seorang

pecandu, subjek pun merasa

terdiskriminasi karena merasa dan

menganggap diri tidak normal. Subjek juga

merasa sebel/ jengkel terhadap dirinya

sendiri. Menurut subjek, dirinya sudah

kepalang tanggung/ terlanjur, sehingga

dirinya pun terus mengonsumsi dan masuk

ke tahap toleransi. Subjek mengakui

bahwa saat itu, dirinya sudah tidak mampu

berpikir apapun dan tidak tahu hendak

berbuat apa. Subjek merasa tidak

menyayangi diri sendiri/ tidak peduli dan

menganggap bahwa narkoba merupakan

temannya. Subjek merasa flat/ datar dan

merasa bahwa dirinya telah melakukan

blocking sehingga ia tidak bisa mengenal

siapa dirinya.

Merasa terdiskriminasi.

Menganggap diri tidak normal.

Merasa jengkel dengan diri

sendiri.

Merasa kepalang tanggung/

sudah terlanjur.

Tidak peduli pada diri sendiri.

Menganggap narkoba adalah

teman.

Perasaan pada diri sendiri flat/

datar.

Tidak mengenal diri sendiri

karena telah melakukan

blocking.

Mengalami emosi negatif

Pola kegagalan RD:

Pemberontakan atensi –

gratifikasi (296-297)

Reduksi pada monitoring –

deindividuasi (294-295;

300-302; 312-316)

Letting it happen

(289-292)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

157

294

295

296

297

298

299

300

301

302

303

304

305

306

307

308

309

310

311

312

313

314

315

316

S: ha‟a bener. Jadi yaudah sama sekali udah ga sayang sama

diri sendiri. Kan udah kesel tadi.

W: kayak yang semacam kayak udah ga ada wayout gitu ya?

S: he‟em.. jadi ibaratnya drugs itu temen, udah jadi temen.

W: naah waktu saat jadi pecandu gitu, itu pandangan terhadap

diri sendiri itu kayak gimana?

S: yang jelas dia macam udah ga peduli sama diri dia

sendiri. Apalagi sama orang lain. Dia udah careless gitu

orangnya

W: kalo pas jadi pecandu, kalo ditanya siapa kamu, itu bakal

jawab apa Sis?

S: ga tau.. kalo ada yang tanya siapa kamu, yaa saya bakal

jawab ga tau gitu (hahaha).

W: berarti ee bagaimana sih perasaannya sama diri sendiri?

Apa yang dipikirkan terhadap diri sendiri?

S: dulu tu flat ya mba (hehehe). Itu dulu.. kalo sekarang

udahlah saya berharga gitu..

W: mm kalo udah kecanduan emang udah susah sih ya..

S: iya begitu (hahaha). Dulu jadi inget, Psikolog pernah tanya,

“kamu kenal ga sama diri kamu sendiri?”. Trus aku jawab,

“enggak”. Yaudah begitu karena saya udah mem-blocking

diri saya sendiri. Jadi untuk mengenal diri saya sendiri yaa

saya ga tau gitu..

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

158

317

318

319

320

321

322

323

324

325

326

327

328

329

330

331

332

333

334

335

336

337

338

W: kalau sakau puttau itu kayak gimana sis?

S: kalo Puttau, kalau sakau yaaa ga bisa ngapa-ngapain

mbak. Makan aja ga bisa, mau yang lain aja ga bisa apalagi

makan. Kalo saya dipegang kulitnya aja ngamuk. Kayak sakit

gimana gitu.

W: berarti pas sakau, kalo kulit dipegang gitu sakit ya?

S: ho‟o..

W: terus perasaan yang muncul kayak apa itu?

S: emosi.. emosional.. emosional tingkat dewa gitu.

W: kalau pakai Puttau gitu pernah muncul kayak halusinasi

gitu ga?

S: oohh enggak kok enggak.. itu udah sabu

W: ohh beda ya?

S: beda kalo itu udah beda

W: soalnya kalo ganja katanya bisa munculkan halusinasi gitu,

yang biasa dipake sama seniman

S: iyaa berimajinasi... efek penenang mungkin ya

W: apa yang mau ditenangin ya Sis?

S: ya ga tau (hahaha).. Soalnya gini, kalo kita udah sakau,

pikiran kita tu jadi kusut banget. Kalo udah make,

emosional kan. Itu udah emosional. Tapi kalo kita udah kena

Puttaunya, itu rasanya kayak damai gitu, udah ga ada yang

(317-342) subjek menceritakan bahwa

dirinya tidak mampu berbuat apapun

ketika dirinya mengalami sakau. Selama

sakau, subjek mengalami kesakitan secara

fisik. (kulit dipegang, sakit). Dari sisi

emosi, subjek juga lebih dikendalikan oleh

suasana hati (emosional) ketika mengalami

sakau dan juga mudah marah. Dari segi

kognitif, subjek mengakui ketika sakau,

pikirannya menjadi kusut (kacau, tidak

beraturan). Akan tetapi, ketika subjek

menggunakan puttau, dirinya merasakan

perasaan damai dan sensasional.

Yang dialami selama sakau:

Fisik mengalami kesakitan

(kulit disentuh, sakit).

Emosi lebih dikendalikan

suasana hati (emosional/

mudah marah).

Kognitif tidak mampu

berpikir jernih (pikiran kusut).

Karakteristik adiksi:

Mengalami gejala putus

zat (318-321)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

159

339

340

341

342

343

344

345

346

347

348

349

350

351

352

353

354

355

356

357

358

359

dipikirin, udah di badan rasanya enak gitu. Eee apa ya, saya tu

kalo lagi dapetin tu barang pas ketemu bandar, udah ni

langsung kluarin alat tembaknya, langsung beraksi “set set

set..” . udaahh kayak gitu, “sensasional”. Gitu.. (hahaha)

W: nah drugs itu kan efeknya macem-macem kan ya sis, dan

sepertinya puttau itu yang efeknya depressan kan ya. Nah itu

sis X memang pilih drugs dengan efek itu atau gimana sis?

S: kalo memilih, jadi kita tu ga bisa milih ini tu enak dipakai

atau enggak. Nah kebetulan di tahap terakhir itu aku pilih, ee

aku kemasukannya yang puttau. Jadi badan udah ga bisa buat

nolak. Jadi kalo kita ga kemasukan gitu, malah badan yang

butuh. Kalo sabu masih bisa terkontrol. Ganja apalagi. Untuk

efek-efeknya, sebenernya itu ga enak efek-efeknya. Pada ga

enak efeknya. Tapi karena aku udah kepentok di puttau itu.

Karena yang butuh kan badanku. Makin ke sini ya enjoy

malah dengan efek itu, lebih nyantai, yang nge-fly gitu. Jadi

karena itu langsung ke otak kan, langsung “wah enak nih”,

langsung slow gitu.

W: misal nih sis, ga ada puttau atau obat buat redain sakau,

nah itu sis X bisa tahan berapa lama dan apa yang si X

lakukan?

(343-356) subjek menceritakan bahwa

narkoba tersebut memiliki efek yang tidak

enak. Akan tetapi, ia merasa bahwa

tubuhnya lah yang membutuhkan narkoba.

Semakin lama, tubuhnya merasakan enjoy/

nyaman, nge-fly/ melayang, dan slow/

pelan.

(357-372) apabila subjek tidak

mendapatkan puttau ataupun obat yang

menjadi substitusinya, ia akan mengalami

Semakin lama, subjek semakin

menikmati efek yang

ditimbulkan dari narkoba

Subjek juga mengalami

toleransi pada obat-obatan

substitusi yang digunakan

Pola kegagalan RD:

Pemberontakan atensi –

gratifikasi (337-342)

Karakteristik adiksi:

Mengalami toleransi pada

obat-obatan (369-372)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

160

360

361

362

363

364

365

366

367

368

369

370

371

372

373

374

375

376

377

378

379

380

S: satu hari. Satu hari itu, aku sih pasti minum, aku pasti

ada antisipasi gitu karena aku punya dari psikiater, punya

obat gitu.

W: buat penyangga gitu?

S: iya, dan itu aku harus selalu sedia.

W: walaupun efeknya ga sekuat puttau ya?

S: iya itu buat jaga-jaga

W: itu efeknya gimana sis kalau kebetulan pakai obat yang

dari dokter itu?

S: dosis. Jadi kalo misal masih sakit badannya, masih ngrasa

ga enak, ya aku tambahin itu obat. Makanya aku bisa pakai

sampai lima miligram. Dan itu bisa naik terus kalo badan

masih kerasa sakit, makanya tambah lagi tambah lagi.

W: nah kalau sedang sakau itu perasaan yang sering muncul

itu seperti apa sis?

S: kondisi emosi ya? Kondisi perasan yaa kesel, jengkel,

marah, dan yaa aku harus dapetin puttau. Pasti emosi.

W: dan sis X udah alami tahap toleransi atau kenaikan dosis

itu udah berapa lama? Terhitung dari puttau ya sis, karena

yang lain kan ga dapet efeknya.

S: sebulan, sebulan kurang. Karena kita kan lihat dosisnya,

sakau yang durasinya adalah satu hari.

Subjek menceritakan bahwa dirinya selalu

menyediakan obat substitusi untuk

mengantisipasi sakau. Subjek juga

menceritakan bahwa dirinya bisa

mengalami kenaikan dosis apabila efek

dari obat tersebut belum terasa (belum

mampu menghilangkan rasa sakit).

(373-376) perasaan/ emosi yang muncul

ketika subjek mengalami sakau adalah

jengkel, kesel/ sebel, marah, dan merasa

harus mendapatkan puttau

(377-398) subjek mengalami toleransi

puttau selama 1 bulan, jadi sejak

pemakaian awal, pada 1 bulan pertama

sudah mengalami kenaikan dosis. Subjek

untuk mengantisipasi gejala

sakaunya.

Kondisi emosi subjek selama

sakau: kesel/ sebel, marah,

jengkel, dan merasa harus

dapat puttau

Subjek mengalami kenaikan

dosis pada puttau pada 1 bulan

pertama pemakaian puttau.

Adanya rasa jenuh menjadi

Kondisi emosi subjek

selama mengalami sakau.

Karakteristik adiksi:

Toleransi (380-383)

Lama penggunaan puttau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

161

381

382

383

384

385

386

387

388

389

390

391

392

393

394

395

396

397

398

399

400

401

402

apalagi kita kan suntik sis. Dan itu dosisnya makin naik,

makin tambah, sampai ngrasa “teng” gitu. Semakin kita

banyak pemakaian, sakaunya semakin cepet.

W: kalau sakau itu hitungannya per hari atau gimana sis?

S: per hari. Itu kalau telat ya. Jadi itu, ada jatuh tempo.

W: berarti itungannya tiap hari sis X pakai puttau?

S: ho‟oh.

W: nah itu pakainya berapa lama? Sampai memutuskan

untuk di rehab?

S: empat sampai lima tahun pure puttau. Jadi itu badannya

yang butuh. Kalo saya udah jenuh.. Tapi badan yang

butuh, udah kan ga bisa mikir, jadi emosional, ga bisa

berpikir jernih lah. Ada barang udah hajar aja gitu. Dan

ini udah jadi drug choice kan, udah itu empat sampai lima

tahun aktif pakainya puttau.

W: dan itu ga kehitung yang lain-lain sama yang awal mula

pakai alkohol dan sebagainya itu ya?

S: hahahaha ga kehitung

W: eemmm selama jadi pecandu itu, relasinya sama temen-

temen di luar komunitas pecandu itu gimana sis?

S: biasa aja sih. Hubungan kita bisa jadi lebih baik kalo aku

habis makai. Kalo aku lagi ga makai gitu, otomatis badan kan

juga menceritakan bahwa sakau itu dialami

setiap hari jika tidak mendapatkan puttau.

Subjek menceritakan bahwa dirinya aktif

mengonsumsi puttau selama 4 hingga 5

tahun dan sudah merasa bahwa puttau

adalah drug choicenya. Sebenarnya, subjek

merasa jenuh. Tetapi subjek merasakan

bahwa badannya yang selalu

membutuhkan. Di sisi lain, subjek merasa

sudah tidak mampu berpikir jernih,

emosional, dan selalu mencari puttau

tersebut.

(399-407) subjek merasa relasinya dengan

teman-teman di luar komunitas pecandu

akan lebih baik jika dirinya sudah

mengonsumsi puttau. Subjek akan menarik

seorang pecandu, tetapi merasa

tidak berdaya karena adanya

adiksi fisik.

Tidak mampu berpikir jernih,

emosional, dan keinginan

untuk selalu mencari puttau.

Subjek menghindari aktivitas

sosial seperti mengurangi

pergaulan

Karakteristik adiksi:

Mengurangi aktivitas

sosial (401-405)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

162

403

404

405

406

407

408

409

410

411

412

413

414

415

416

417

418

420

421

422

423

424

ga enak nih, aku lebih baik menjauh. Karena aku ga mau

mereka tahu perubahan badan aku, emosional aku, ga mau

klihatan. Karena puttau itu kelihatan sis.

W: berarti selama hidup itu banyak yang ditutupin ya?

S: banyak banget.

W: dulu selama SMA atau kuliah gitu, ada ga sis cita-cita

yang bener dikejar gitu?

S: belum

W: belum ada?

S: belum. Kalo profesi, hmm apa ya.. ya pengennya lulus

nuntut ilmu, sapa tau bisa bikin sekolah

W: ketika menjadi pecandu puttau, itu kuliahnya juga sampai

lulus ya sis?

S: iya.

W: itu di rehabnya setelah kuliah ya?

S: he‟em.

W: sis X kan juga cerita selama menjadi pecandu itu kan

sering “ngeles-ngeles” gitu kan sis. Itu berarti ngelesnya

dengan kata lain bohong atau gimana?

S: iya blocking, ya memungkiri juga supaya ga mencapai

pembicaraan itu.

diri jika mengalami gejala sakau. Subjek

tidak ingin perubahan dirinya dan

emosionalnya terlihat oleh teman-

temannya.

(408-418) subjek mengatakan bahwa

dirinya belum memiliki cita-cita yang

dikejar selama masa SMA. Subjek

menjalani rehabilitasi setelah

menyelesaikan kuliahnya.

(420-424) selama menjadi seorang

pecandu, subjek sering mengalihkan

pembicaraan agar tidak menyinggung

masalah adiksinya

Tidak adanya cita-cita yang

dikejar selama masa SMA

Adanya mekanisme pertahanan

diri yang dilakukan oleh

subjek: denial

Tidak memiliki tujuan/

cita-cita tidak adanya

unsur regulasi diri

(408-411)

MPD: denial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

163

425

426

427

428

429

430

431

432

433

434

435

436

437

438

439

440

441

442

443

444

445

446

W: terus dulu, ee tadi kan sempet bilang bahwa ada keinginan

buat sembuh, kenapa keinginan sembuh itu bisa muncul

begitu?

S: karena itu tadi saya bilang, saya tu udah jenuh, saya dah

capek. Dan waktu itu saya Oktober ulang tahun, saya tu

bilang, “yaudahlah Tuhan, saya tu udah capek, pokoknya

gimana caranya”. Aku udah ngomong gitu. Saya dah capek,

saya mikir nyari duitnya buat dapetin Puttau, nah saya udah

capek, buat apa. Gitu capek buat apa. Udah gitu saya jadi

rumah tangga, juga ga harmonis, nah saya capek kan? Saya

juga harus nutupin itu smua, jangan sampe saya ketauan sakau

begitu kan? Saya jadi capek. Nah di situ saya... ya mungkin

kuasa Tuhan juga ya. Nah saat saya ulang tahun, saya bilang,

“udah nih aku mau make, sekali aja”. Udah, maka terjadilah,

saya make, saya beli, hampir satu gram lebih. Nah dari situ

saya nyoba kan, sampai dosis tinggi, dikit lagi.. dikit lagi.. oh

kena nih.. yaudah langsung klimaksnya di situ, saya

overdosis.

W: dari overdosis langsung dibawa ke panti rehab?

S: karena dari situ saya mikir, “o iya yaa itu semua juga dari

paksaan badan aku”. Sampai ortu ikut intervensi, udah dibawa

ke panti rehab gitu. Awalnya udah mau ke rehab, ke

(425-454) keinginan subjek untuk pulih

berawal dari adanya kejenuhan dan

kelelahan (capek) menjadi seorang

pecandu. Subjek merasa lelah karena harus

berpikir bagaimana mendapatkan uang

untuk membeli Puttau dan merasa lelah

untuk menutupi keadaannya yang sedang

sakau, juga rumah tangga menjadi tidak

harmonis. Subjek juga merasa adanya

pertolongan dari Tuhan. Ketika subjek

berulang tahun di bulan Oktober, subjek

ingin menggunakan Puttau untuk terakhir

kalinya. Akan tetapi, subjek mengonsumsi

Puttau sebanyak lebih dari satu gram

sehingga subjek mengalami overdosis.

Subjek merasakan adanya paksaan dari

tubuhnya. Orang tua subjek turut

memberikan intervensi (campur tangan)

dan membawa subjek ke panti rehabilitasi.

Akan tetapi, subjek ngeles (memberikan

banyak alasan) berupa banyaknya

pekerjaan yang harus ia lakukan. Pada

Adanya keinginan untuk lepas

dari kecanduan karena merasa

jenuh dan lelah. Selain itu,

dirasa harus selalu menutupi

dan rumah tangga dirasa tidak

harmonis. Adanya keinginan

untuk berhenti diakhiri dengan

pemakaian terakhir kalinya

sehingga subjek mengalami

overdosis.

Awal ingin pulih:

Jenuh (428-431)

Alami overdosis (438-442)

Ingin berhenti (452-454)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

164

447

448

449

450

451

452

453

454

455

456

457

458

459

460

461

462

463

464

465

466

467

rehabilitasi gitu. Cuma saya ngeles-ngeles sana sini lah, yang

saya bilang ada kerja lah, ada outting lah, ada ngajar juga.

Yaudah, akhirnya dipaksa juga sama orang tua dan dibawa ke

BNN waktu itu.

W: berarti motivasi itu timbul dari diri sendiri ya?

S: iya.. dari diri sendiri he‟em.. kita mau sehat, kita mau

mempertahankan recovery kita, kita mau ga kumat lagi yaa

semua dari diri sendiri.

W: lalu yang di jalani sis X apa aja, dari pecandu sampai

bener-bener lepas? Proses yang dialami apa aja selama rehab

di sini?

S: kalo aku pribadi ya, makanya aku ni move dari Jakarta ke

sini kan, karena kalo balik ke sana lagi aku ga ngerti gitu lho,

cerita ini ga mungkin ada. Yang jelas di sini aku di kasih

treatmen sama konselor aku juga. Aku dikasih kegiatan juga.

Kegiatan untuk ngelupain masa kekosongan pikiran.

W: oo berarti mencegah supaya ga kosong kan ya pikirannya?

S: ho‟oh. Supaya pikirannya ga kosong dan supaya ga mikir

“ke sana” gitu. Itu dibekalin itu terus sampai kuat. Udah

sekarang ngomongin kayak gimana pun udah kebal aja

W: kalo di panti rehab ini, diberikan apa aja Sis? Buat

akhirnya, orang tua subjek tetap

memaksanya dan membawa subjek ke

BNN. Subjek merasa bahwa motivasi

berasal dari dirinya sendiri. Recovery

(kesembuhan) harus dipertahankan dan

semua itu dirasa dari dirinya sendiri.

(455-466) subjek pindah dari Jakarta ke

panti di Jogja untuk menghindari trigger

tersebut (spt di atas). Subjek diberi

kegiatan agar dirinya tidak mengalami

kekosongan pikiran

(467-484) subjek menceritakan bahwa

Subjek menghindari hal yang

dianggap trigger baginya

(mengubah lingkungan).

Mengikuti kegiatan agar tidak

mengalami kekosongan

pikiran.

Mendapatkan terapi CBT.

Unsur regulasi diri:

Operate – ubah lingkungan

(458-462)

Program rehabilitasi:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

165

468

469

470

471

472

473

474

475

476

477

478

479

480

481

482

483

484

485

486

487

488

489

membantu proses penyembuhan?

S: eee program yaa.. kayak misalnya dikasih CBT (cognitive

teraphy behavior), naah itu juga program-program lain yang

bisa disamakan.

W: kalo yang cocok, program yang dirasa cocok itu apa Sis?

S: kalo saya, untuk saya itu CBT.. selain itu, tanpa diberi itu

saya juga liat realitanya. Liat efek dari Puttau juga. Banyak

yang mati juga. Kita berapa orang, paling ga nyampe empat

orang dari angkatan kita.

W: dari berapa itu

S: woaa dari berapa ya, banyak.. banyak banget.. yang make

kayak gitu yaa kayak gimana macam kayak udah punah.

W: hmm berarti kesimpulannya, dari pikiran udah ada usaha

buat sembuh, dari sini diberi program CBT itu ya, yang dirasa

cocok dan sebagai penguat

S: dan saya juga liat dari realita, saya liat dari temen-temen

yang udah pada ga ada gitu..

W: ada detox kan ya? Kalo detox itu dimasukkan ke dalam

ruangan atau diberi obat yang berlawanan agar bersih atau

gimana sis?

S: detoxifikasi itu selain kita di pantau sama dokter sama

perawat juga kan, sebenernya tempat untuk merenung

CBT merupakan program yang dirasa

cocok baginya. Selain itu, subjek juga

melihat efek dari puttau yang mematikan

bagi para pecandunya.

(485-496) detoksifikasi merupakan suatu

kondisi saat residen dimasukkan ke dalam

suatu ruangan (isolasi) guna untuk

berefleksi. Obat hanya digunakan ketika

residen mengalami kesulitan tidur

Melihat realita dari efek puttau

yang mematikan.

Mendapatkan isolasi untuk

berefleksi

CBT (473-476)

Proses rehabilitasi:

Isolasi refleksi (489-

492)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

166

490

491

492

493

494

495

496

497

498

499

500

501

502

503

504

505

506

507

508

509

510

isolasi itu. Jadi di sini tu di suruh merenung, “kenapa sih

sampai sini” gitu lho, “apa sih yang udah diperbuat”, begitu.

Jadi buat berkaca.

W: berarti sama sekali ga dikasih obat?

S: enggak, sama sekali enggak. Kalaupun di kasih itupun tetep

dikontrol sama dokter. Misal ee misal buat yang sampai ga

bisa tidur berhari-hari gitu.

W: nah kalau lagi sakau itu gimana sis kalau kebetulan

sedang direhab gitu?

S: kalau di sini pasang badan, kalau aku. Ibaratnya, yaudah

nikmati aja sampai lewat masa sakau itu.

W: ga papa itu sis?

S: yaa sakau kan ga bisa mati kan. Ya ditahan, mau sampai

jungkir balik, badan sakit, sampai basah yaa ditahan. Soalnya

itu udah resiko.

W: ada kan ya pecandu itu yang prosesnya sedikit demi

sedikit, lalu pada akhirnya abstinen gitu ya. Nah yang sis X

alami itu kayak gimana? Apakah ada penurunan dosis atau

langsung diputus gitu aja?

S: kalau puttau putus gitu aja. Dan itu tergantung mindset

kita juga sih. Tergantung apa yang kita pikirkan. Kalo mau

(497-504) subjek menceritakan bahwa

apabila dirinya mengalami sakau saat

direhab, dirinya harus menahan rasa sakit

itu bagaimanapun juga. Subjek

mengatakan bahwa sakau tidak akan

menyebabkan kematian. Baginya,

melewati masa sakau merupakan resiko

saat dirinya memilih untuk menjalani

rehabilitasi.

(505-511) subjek memilih untuk putus

(lepas sama sekali) dari puttau.

Menahan rasa sakit akibat

sakau dianggap sebagai resiko

yang harus ditanggung ketika

subjek memilih untuk

menjalani rehabilitasi.

Subjek memilih untuk lepas

sama sekali dari puttau

Proses rehabilitasi:

Menahan gejala sakau

(502-504)

Tahap abstinen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

167

511

512

513

514

515

516

517

518

519

520

521

522

523

524

525

526

527

528

529

530

putus ya putus saat itu juga.

W: nah kalau waktu itu di cut langsung kan ada reaksi fisiknya

kan ya? Itu yang dialami kayak gimana sis?

S: ya itu jungkir balik ga karuan di asrama gitu. Tapi

mereka taunya aku sakit masuk angin. Dikerokin ga bisa,

“udah aku sendiri aja dulu”. Emosi dan mesti harus handle

feeling kan. Aku mikirnya, “kalau aku ngamuk, berarti aku

belum sembuh gitu”. Jadi aku bilang, aku mesti sendiri dulu

dan aku harus handle feeling gitu.

W: itu selama di rehab dan mengalami sakau prosesnya berapa

lama sis sehingga sakau itu bener-bener hilang?

S: sakau fisik, itu paling ga nyampai 20 hari. Sepuluh

sampai ee dua mingguan lah. Habis itu sisa-sisanya.

W: terus diberi kegiatan?

S: ya kegiatan komunikasi, ya konseling itu lah.

W: setelah itu ga ada yang dialami lagi?

S: ada. Sakau psikis.

W: nah itu kayak gimana sis?

S: sakau psikis itu ya emosional, ga tenang lah dan itu ga

konsentrasi, kita mau ngomong apa sih ga bisa.

(512-519) reaksi yang dialami oleh subjek

saat dirinya memilih untuk putus dari

puttau adalah adanya rasa sakit pada

tubuhnya. Subjek merasa harus mengatur

emosinya dan berusaha untuk tidak marah

(ngamuk). Selain itu, subjek memilih

untuk menyendiri sampai rasa sakit itu

hilang.

(520-525) subjek mengalami sakau fisik

selama direhabilitasi kurang lebih 20 hari.

Saat mengalami sakau fisik, subjek

melakukan kegiatan konseling.

(526-539) sampai saat ini, subjek

mengalami sakau psikis. Sakau psikis

ditandai dengan kondisi yang sangat

dipengaruhi oleh emosi, tidak mampu

berkonsentrasi, dan kurang mampu

Subjek melakukan kontrol diri

berupa kontrol emosi (handle

feeling). Agar emosinya tidak

meluap, subjek melakukan

isolasi diri sampai rasa sakit

tersebut hilang.

Mengalami proses hilangnya

sakau fisik +/- 20 hari.

Melakukan konseling.

Mengalami sakau psikis, yaitu

mengalami proyeksi berupa

mimpi mengonsumsi narkoba.

Proses rehabilitasi:

Menahan gejala putus zat

(514-519)

Proses rehabilitasi:

Melakukan konseling

untuk sakau fisik

Sakau psikis (529-530/

536-538)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

168

531

532

533

534

535

536

537

538

539

540

541

542

543

544

545

546

547

548

549

550

551

552

W: sampai kapan itu sis ngalaminnya?

S: kalau sakau psikis itu sampai saat ini aja aku masih

alamin gitu.

W: lalu yang dilakukan sis X apa supaya at least itu tidak

begitu terasa?

S: kalau aku pribadi itu ngelakuin kegiatan. Jadi kalau sakau

psikis itu sampai mimpi basah, dalam artian itu kita mimpi

“makai”, itu seharusnya udah kelar.

W: sampai mimpi gitu ya?

S: ho‟oh. Nah itu nanti ada kelanjutannya lagi. PAWS, post

acute withdrawl syndrome. Jadi itu ibaratnya apa ya.. ee itu

sakau kecilnya pecandu, kayak orang lagi mens gitu.

W: nah PAWS itu sendiri kayak gimana sis?

S: emosional aja. Ga enak deh badannya pokoknya, ga

kayak biasanya gitu. Ya duduknya ga nyaman juga,

emosional, tersinggungan, dan itu ada masa-masanya. Kalau

kita alami itu seumur hidup.

W: dan itu rentang waktunya berapa sis?

S: kurang dari enam bulan. Tergantung dosis yang dipakai,

terus intensitasnya juga

W: itu maksudnya kurang dari enam bulan itu gimana sis?

S: ya tiga bulan sekali, atau dua bulan sekali,

menyampaikan apa yang ingin

disampaikan. Yang dilakukan subjek untuk

mengatasi sakau psikis adalah dengan

melakukan suatu kegiatan. Menurut

subjek, jika sakau psikis muncul dalam

bentuk suatu mimpi menggunakan

narkoba, seharusnya sakau psikis sudah

berakhir.

(540-556) subjek juga mengalami post

acute withdrawl syndrome yang ditandai

dengan kondisi emosional yang labil

sehingga mudah tersinggung dan merasa

tidak nyaman di badan. PAWS dialami

setiap berapa bulan sekali tergantung

pemakaiannya dahulu. Yang dilakukan

subjek saat mengalami PAWS adalah

memilih untuk berkegiatan atau

beristirahat sampai PAWS itu hilang.

Melakukan pengalihan

dorongan saat mengalami

PAWS dengan melakukan

suatu kegiatan atau beristirahat.

Mengalami PAWS (540-

546)

Cegah pola kegagalan

RD:

Cegah kelambanan

psikologis – self stopping

(554-556)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

169

553

554

555

556

557

558

559

560

561

562

563

564

565

566

567

568

569

570

571

572

573

574

W: kalau lagi kayak gitu berarti berkegiatan aja?

S: berkegiatan atau kalo aku ya istirahat aja. Untuk apa ya,

untuk mengurangi emosi. Kalau sakau psikis, “mimpi basah”

itu harusnya udah kelar. PAWS itu yang seumur hidup.

W: itu ee selama ini ee tadi kan dibilang juga kalo ada

recovery terus menerus, berarti dengan kata lain adalah ya

proses jatuh bangunnya

S: pasti...

W: coba critain dong Sis..

S: jatuh bangunnya, contohnya, saya udah di rehab. Dan

waktu itu pertama kali saya mau dan pulang karena ada orang

di rumah. Itu yaampun itu saya rasanya udah gemeter, tremor

gitu kringet dingin, udah kayak gimana, udah itu ingus tiba-

tiba meler, udah ngliat itu barang (Puttau), saya mau pakai itu

gitu kan, akhirnya yaudah saat itu saya ditelpon konselor saya,

batin aja kali ya.. dari situ, ohh iya gue lagi diingetin nih. Pada

waktu itu tinggal ngitung kancing aja. Make engga make

engga gitu aja karena itu barang udah di depan mata saya.

Karena bekas bekas tissu yang ada darahnya itu belum

diberesin mbak, masih ada di kamar saya. Waktu-waktu saya

overdosis itu kan kamar belum sempat diberesin. Lha jatuh

bangunnya itulah.. waktu itu, “wah make lagi, ah enggak”.

(557-574) Di kamar rumahnya, subjek

menemukan bekas pemakaian Puttau

berupa tisu yang terdapat bercak darah

yang belum dibereskan saat dirinya

overdosis saat lalu. Subjek merasakan

tubuhnya gemetar, tremor, keringat dingin,

dan ingus yang meler (mengalir). Saat itu,

subjek mendapat telepon dari konselornya

dan mendapat peringatan. Subjek merasa

bahwa saat itu hanya tinggal menghitung

kancing untuk menggunakan kembali atau

tidak. Keadaan bimbang untuk kembali

menggunakan Puttau atau tidak merupakan

proses jatuh bangun yang dialami oleh

subjek.

Subjek mendapatkan teguran

dari konselornya.

Ekologi – mikrosistem

(562-569)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

170

575

576

577

578

579

580

581

582

583

584

585

586

587

588

589

590

591

592

593

594

595

W: waktu itu apa aja yang ngebantuin, sehingga bisa sembuh?

Apa aja yang dirasa membantu?

S: membantu itu sebenernya dari pikiran kita sendiri. Kalo

lingkungan, hmm lingkungan kita itu bisa apa sih? Kalo

lingkungan yang kondusif, lingkungan yang dinamis,

lingkungan yang harmonis atau kayak gimana, tapi pikiran

kita tetep mencari, pikiran kita tetep konslet, yaudah.. jadi ya

itu tadi

W: jadi lebih di tekankan dari pikiran

S: semua dari pikiran, dari diri sendiri. Udah.. seperti yang

aku bilang, “kalo lo sayang sama diri lo sendiri, yaudah”.

Pihak lain itu pihak kedua, nah pihak kedua itu bisa apa? Kalo

ngasih dukungan, emang.. Tapi yang paling depan ya itu tetep

diri sendiri.

W: itu caranya mm kayak buat monitoring atau memantau diri

sendiri itu kayak gimana Sis?

S: kalo saya nih, eehm kan ada tahap saya ini post gitu kan ya,

tiap berapa bulan sekali gitu, kalo saya nih ya, yaa selama

saya di sini paling yaa saya pergi sama temen-temen. Yang

penting saya keluar dari tempat yang saya pikirin.

Misalnya, saya lagi mikirin ke situ, saya lagi collapse, saya

(575-588) subjek merasa bahwa

lingkungan tidak memberi bantuan yang

cukup berarti dalam proses pemulihannya.

Subjek menjelaskan apabila lingkungan

tersebut kondusif, dinamis, dan harmonis

tetapi pikiran tetap mencari dan konslet

(kacau), tetap saja orang dapat

menggunakan kembali. Subjek

menekankan bahwa hal yang terpenting

berawal dari pikiran pribadi dan menilai

pihak lain adalah pihak kedua.

(589-600) cara subjek memantau diri

adalah dengan cara menghindar dari hal-

hal yang dapat mempengaruhinya untuk

kembali menggunakan Puttau. Seperti

contoh dalam kurun waktu berapa bulan

sekali, subjek pergi bersama teman untuk

menghindari pikirannya yang sedang

Menekankan pada penguatan

pada pikiran.

Adanya kontrol pikiran.

Subjek memilih untuk

menghindari hal-hal yang

membuatnya kalut dengan cara

pergi bersama teman-

temannya.

Cegah pola kegagalan

RD:

Cegah pemberontakan

atensi – fokus (577-578/

584-588)

Ekologi – mikrosistem

(591-597)

Unsur RD:

Monitoring (591-592)

Cegah Pola kegagalan RD:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

171

596

597

598

599

600

601

602

603

604

605

606

607

608

609

610

611

612

613

614

615

616

617

lagi sendiri gitu, yaudah saya langsung cabut aja dari tempat

situ. Saya jalan kek kemana gitu kek sama temen-temen.

W: berarti lebih ke menghindari sesuatu yang bisa..

menjadi pencetus gitu ya?

S: yap.. ho‟oh..

W: sebenarnya punya tujuan apa sehingga pengen sembuh?

Tujuan jangka panjang mungkin?

S: ini ga tau jangka panjang atau jangka pendek. Yang jelas

saat itu saya mau.. saya mau menjadi ibu yang baik bagi anak

saya.

W: ibu yang baik itu kategorinya kayak gimana?

S: karenaaaa dari dia (anaknya) kecil itu kan saya ga ngurusin.

Kalo baik ya berarti saya harus ngurusin dia, harus mantau

dia, gimana perkembangannya kayak apa. Simple aja saya ga

mau terlalu muluk-muluk, saya mau coba to be a good mom

(hehehe).

W: udah punya anak Sis?

S: udah, satu.

W: umur berapa Sis?

S: tujuh

W: udah SD berarti

S: iya, anakku sekarang kan sama ibu kandung saya.

collapse (runtuh) atau sedang berpikir ke

arah menggunakan kembali.

(601-617) hal yang menjadi tujuan bagi

subjek untuk pulih adalah subjek ingin

menjadi ibu yang baik bagi anaknya.

Subjek telah memiliki seorang anak

berumur tujuh tahun. Subjek memiliki

tujuan yang dirasa simple atau tidak terlalu

muluk (sederhana), yaitu mampu mengurus

anaknya dan mampu memantau

perkembangan anaknya. Subjek merasa

dirinya tidak mampu mengurus anak sedari

anaknya kecil karena dirinya yang menjadi

pecandu.

Adanya tujuan yaitu berupa

keinginan untuk menjadi ibu

yang baik bagi anaknya

mampu mengurus anaknya

Cegah kelambanan

psikologis (595-597)

Unsur regulasi diri:

Memiliki tujuan (603-605)

Adanya kebutuhan untuk

mengurus anaknya (607-

610)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

172

618

619

620

621

622

623

624

625

626

627

628

629

630

631

632

633

634

635

636

637

W: kalo selama ini, ee dukungan dari luar itu seperti apa Sis?

Yang dirasa membantu proses penyembuhan?

S: dukungan dari luar, dukungan yang tau saya, yang mana

saya lagi sakau, dan saya lagi bete, atau apa, mereka tau saya

lagi menyendiri, yaa simple sih, mereka mengajak saya

ngobrol atau bercanda. Atau kita keluar yuk jalan, seperti itu.

Itu aja sih mbak. Itu sih tetep, misal juga nyuruh berdoa, itu

tetep karena juga keterbatasan alat komunikasi kan.

W: ini berarti, udah dibilang sembuh kan ya.. itu apa yang bisa

dimaknai dari pengalaman sekian tahun ini Sis?

S: itu juga simple aku ee memaknai itu. “Akhirnya bisa juga

hidup sehat.. hidup sehat dalam arti, saya masih ngrokok, itu

nggaa trouble ya..”. Tapi saya bisa ngrasain oo pagi-pagi ee

saya itu kayak kehilangan memori pada saat saya dulu.

Soalnya dulu pas masih make, ga tau rasanya gimana ya orang

normal ga pake. Kayak gitu. Pagi-pagi kerja, pada sehat-

sehat aja gitu. Sedangkan dulu, pagi-pagi kita mau kerja, kita

mau ngajar murid, eh udah sakau aja. Yaa seperti itu rasanya.

Akhirnya saya bisa merasakan seperti orang normal, saya

belum diambil nyawanya, karena sudah dua hari lebih lah saya

(618-625) subjek merasa dukungan dari

luar yang cukup membantu adalah orang-

orang di sekitar subjek yang memahami

keadaan subjek. Saat subjek sedang sakau,

bete (suasana hati yang buruk), dan sedang

menyendiri, subjek merasa ajakan dari

orang lain untuk keluar dan berdoa dirasa

cukup membantu.

(626-645) hal yang dapat dimaknai oleh

subjek adalah perasaan mampu hidup

sehat, walaupun subjek masih merokok.

Subjek mengatakan bahwa dirinya serasa

kehilangan memori (ingatan) saat menjadi

pecandu. Dirinya merasakan seperti orang

“normal” (orang yang tidak menggunakan

narkoba) yang dapat berangkat kerja di

pagi hari. Subjek merasa beruntung karena

dapat merasakan seperti orang normal

karena dirinya pernah mengalami koma

akibat overdosis. Selain itu, subjek

Membutuhkan orang yang

mampu memahami situasi

subjek sehingga subjek dapat

teralihkan ketika dirinya

berada di situasi yang

merugikan

Perasaan dapat hidup secara

normal tidak mengalami

sakau.

Perasaan bersyukur karena

masih diberi kesempatan untuk

hidup lepas dari fase koma

akibat overdosis.

Ekologi – mikrosistem

(620-625)

Pemaknaan pengalaman

adiksi (628-638)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

173

638

639

640

641

642

643

644

645

646

647

648

649

650

651

652

653

654

655

656

657

658

koma. Sampe OD (overdosis) gitu.

W: sampe koma gitu

S: kalo OD rata-rata sampe koma gitu.

W: kalo bablas udah “tiiiiit” gitu

S: (tertawa) iya akupun juga gitu. Tergantung dari pasiennya

sendiri. Waktu itu ibu saya dateng, lalu dia bisikin saya,

bisikin di telinga saya, “adek bangun”. Eehh bangun saya.

Karena apa yaa.. powernya dari ibu gitu ya..

W: eee kalo dulu kan ga kenal nih dirinya seperti apa,

sekarang nih kalo ditanya, siapa sih kamu? Itu bisa jawab apa

Sis?

S: saya... saya adalah seorang cewek, seorang ibu, yang

bandel, yang keras kepala, tapi di situ saya masih bisa dan

mampu untuk berubah.

W: lalu dulu bisa kenal sama diri sendiri itu prosesnya gimana

sis?

S: mmm apa ya? Ya seiring bergulirnya waktu ya sis. Aku di

sini di ajak mikir, merenung gitu

W: kira-kira apa sih yang membuat bangga dengan diri sendiri

atas semua pengalaman ini?

S: saya bangga ya saya bangga karena abstinen saya. Saya

menceritakan adanya power (kekuatan)

dari sang ibu dengan cara menganggilnya

yang membuatnya terbangun saat dirinya

sedang pada fase koma.

(646-655) subjek merasa sudah mengenal

dirinya sendiri, seperti mampu

menjelaskan bahwa dirinya adalah seorang

ibu, yang bandel, keras kepala, namun

mampu untuk berubah. Subjek dapat

mengenali diri sendiri karena subjek selalu

diajak untuk merenung dan berpikir

(berefleksi)

(656-678) subjek merasa bangga terhadap

dirinya sendiri karena mampu abstinen

(tidak menggunakan) dan stop (berhenti)

Subjek sudah mampu

mengenali dirinya sendiri dan

mampu menerima dirinya

sendiri.

Subjek merasa senang/

bersyukur karena dirinya

mampu abstinen dari puttau.

Proses refleksi.

Mengenal dirinya.

Fase abstinen

Pemaknaan akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

174

659

660

661

662

663

664

665

666

667

668

669

670

671

672

673

674

675

676

677

678

679

680

bangga karena saya stop. Karena saya pikir, orang ga

percaya lho kalo misalnya Puttau, bisa sama sekali putus

gitu.. dan ini udah ada setahun.

W: jadi sebenernya Puttau itu ga bisa putus atau gimana sih

Sis, sampai tadi katanya jarang banget ada orang putus dari

Puttau?

S: naah ya itu, karena mereka udah terikat kontrak mati gitu

loo.. kontrak mati udah kalo sama Puttau.

W: seumur hidup ga bisa sembuh gitu?

S: yaaa perbandingannya tu kecil, tipis gitu.. tipis banget

lagi.. yaa buktinya udah pada mati semua gitu. Karena cepet

dia naik dosis gitu cepet banget. Saya kan langsung ke darah

kan. Kalo di drugs yang cuma dihisap gitu, yaa ga ada

seberapanya. Naa kalo saya langsung disuntik gitu.. jadi dari

darah langsung merambat dingdingdingding gitu langsung

saya kayak robot gitu. disuntik lari ke urat, ke atas ke otak,

udah langsung “teng” gitu.. di otak tu rasanya langsung diiket

gitu.

W: rasanya udah kayak hidup matinya disitu

S: iyaa tu kayak gitu...

W: (hahaha) eehmm gimana ya Sis, gini, kalo ada orang

bilang, “kalo kamu dikasih hidup satu kali lagi”, itu mau

dalam kurum waktu satu tahun. Menurut

subjek, orang yang sudah menjadi pacandu

Puttau akan terikat kontrak mati (hidup

hanya untuk Puttau). Subjek menceritakan

bahwa adanya perbandingan yang kecil

untuk lepas dari Puttau, melihat teman-

temannya banyak yang meninggal.

Puttau dinilai sebagai zat yang cepat

memberikan efek toleransi/ kenaikan dosis

kepada penggunanya, terutama dengan

cara disuntikkan. Drugs/ narkoba yang

dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara

suntik/ injeksi, akan cepat diikat oleh otak.

(679-690) subjek menceritakan apabila

dirinya diberi kesempatan untuk hidup

Adanya keinginan untuk

menyenangkan keluarganya

pengalaman (658-661)

Pemaknaan (680-690)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

175

681

682

683

684

685

686

687

688

689

690

691

692

693

694

695

696

697

698

699

700

701

gimana Sis? Kalo dibolehkan dilahirkan kembali, mengulangi

dari awal gitu Sis..

S: yaitu cuma satu, karena masa depan saya ada di saya. Lalu

gimana aku bisa nyukupin kebutuhan dia (anaknya), saya jadi

ibu yang baik, anak yang baik juga buat orang tua saya, karena

dulu saya pecandu kan ya, nah saya harus bayar itu. Dah saya

ga mau muluk-muluk kayak gimana gitu, enggak. Yang

penting, bikin mereka happy, tenang, nyaman karena dulu

mereka (orang tua) ga tenang dan ga nyaman. Tu.. yaudah gitu

aja

W: Itu tadi kan recovery seumur hidup ya, misal ketemu

barang (narkoba) itu lagi, kumpul sama temen-temen yang

seperti itu lagi. Itu gimana Sis?

S: kalo gini saya ngomong ga ada barangnya gitu, saya ga

mau munafik, jika suatu saat handle feeling saya loss, saya

bisa pake lagi, tapi balik lagi ke poin saya sebelumnya, semua

itu ada di pikiran sama hati saya. Bagaimanapun juga saya

masih punya hati, saya masih punya pikiran, itu yang mem-

blocking saya. Kita bisa berusaha, sisanya nanti kita serahkan

pada Tuhan, gitu kan.. Tapi paling tidak saya bisa me-manage

semua itu.

sekali lagi, subjek ingin menjadi orang tua

yang baik bagi anaknya dan menjadi anak

yang baik bagi orang tuanya. Subjek

merasa ada sesuatu yang harus ia bayar

sehingga ia berusaha membuat

keluarganya happy (senang), tenang, dan

nyaman.

(691-710) subjek menceritakan bahwa hal

terpenting untuk tidak kembali

menggunakan Puttau adalah dengan cara

mem-blocking (menutup) pikiran dan

perasaan. Subjek juga menyerahkan

usahanya kepada Tuhan.

dan membayar kesalahannya

Adanya usaha subjek untuk

mengontrol, terutama

pikirannya.

Kontrol kognisi/ pikiran.

Kebutuhan untuk

mengurus anaknya (683-

686)

Cegah pola kegagalan

RD:

Cegah pemberontakan

atensi – fokus (694-701)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

176

702

703

704

705

706

707

708

709

710

711

712

713

714

715

716

717

718

719

720

721

722

723

W: Terus tadi kan Sis juga bilang kalo itu semua dari pikiran.

Naah kalo ketemu lagi itu barang dan supaya tahan untuk

tidak pakai itu gimana Sis?

S: kalo ketemu barang, seperti yang aku critain tadi pas

kemarin aku pulang ke rumah, itu kemarin ya aku ibaratnya

ngitung kancing, make-enggak-make-enggak, soalnya barang

udah di tangan kok. Bukannya ngelawan orang, tapi ngelawan

diri sendiri. Kalo tubuh berontak, ya 50:50.. Tapi di situ saya

mikirnya gini, “kalo sekarang, lo udah sembuh, udah kayak

ibaratnya sehat. Dan aku ingin jadi pekerja di panti rehab, jadi

konselor adiksi. Kalo misal nanti aku nyuntik lagi..”, pada

saat itu aku gitu, panjang mikirnya.. “aku besok ni sakau, ni

barang gimana aku bisa dapetin? Kliatan dong ke keluargaku,

ketauan dong sama ibuku. Kalo aku pulang ke panti, aku

sakau. Gimana caranya buat nge-cover itu”. Naah gitu aja sih

aku mikirnya. Jadi mikirnya juga lumayan rumit waktu itu.

Dan untungnya, karena Puttau sekarang udah ga beredar

lagi kan, itu udah ilang beberapa bulan yang lalu gitu. Jadi

yaudah, baguslah (hahaha)

W: tapi mungkin ada yang lain (drugs) gitu?

S: yaa karena itu, kalo kita udah pakai Puttau, yang lain tu

kayak mental gitu. Mau diambil apanya? Misal kalo saya pake

(702-720) subjek menceritakan bahwa

dirinya cukup berpikir panjang pasca lepas

dari Puttau. Subjek merasa bimbang

karena Puttau sudah di tangannya. Akan

tetapi, subjek tidak ingin kembali

merasakan sakau, menutupinya, bahkan

memiliki tuntutan untuk menjadi contoh

bagi residen di panti rehabilitasi. Subjek

juga merasa terbantu karena Puttau tidak

beredar kembali.

(721-736) subjek merasa bahwa substansi

yang lain tidak memberikan efek yang

berarti seperti Puttau, sehingga sekalipun

Subjek merasa bahwa ia cukup

berpikir panjang untuk kembali

menggunakan, mengingat

banyaknya resiko yang akan ia

hadapi.

Subjek merasa bahwa dirinya

masih memiliki tanggung

jawab untuk mengurus

Cegah pola kegagalan

RD:

Cegah pemberontakan

atensi (705-720)

Cegah pola kegagalan

RD:

Cegah pemberontakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

177

724

725

726

727

728

729

730

731

732

733

734

735

736

737

738

739

740

741

742

743

744

sabu, saya mau rasain apanya dari sabu? Saya ga dapet

tastenya. Saya mau ganja, mau dapet di mananya kalo pake

ganja? Karena saya udah nyobain, dan saya udah mentok di

Puttau itu. Jadi untuk efek drugs yang lain, saya ga dapet

efeknya malahan. Sebenernya saya ga berhenti begitu aja,

perjalanan saya masih jauh, ngurusin keluarga, saya juga

harus ngurusin diri saya sendiri karena saya udah paham sama

diri saya, dan di situ saya juga harus memperkokoh untuk

saya mempertahankan recovery saya, saya juga harus

memperkokoh supaya saya ga terjerumus lagi ga pakai lagi,

karena cobaan saya akan semakin besar dan semakin berat ke

depan. Nah saya juga harus memikirkan persiapan apalagi

yang harus saya buat untuk membuat benteng itu.

W: jadi selama ini yang harus diperkuat adalah dari?

S: diri sendiri...

W: terutama dari pikiran...?

S: ya..ya..yaa.. Semoga juga dari iman lah. Karena saya diberi

nyawa. Karena kemarin kan saya sekali lagi itu kan. Dan saya

juga harus bisa mempertahankan itu.. Naahh gitu aja

W: nah kalau bagi Sis X sendiri, abstinen itu seperti apa?

S: abstinen itu kalau kita nggak makai drug lagi, drug

subjek mengonsumsi substitusi yang lain,

subjek tidak akan mendapatkan efek yang

diinginkan. Subjek juga merasa bahwa

perjalanan hidupnya masih panjang.

Subjek sudah memahami dirinya sendiri

dan merasa harus memperkuat dan

mempertahankan recoverynya

(kesembuhannya) karena subjek merasa

bahwa cobaannya akan semakin berat di

kemudian hari. Subjek merasa harus

mempersiapkan benteng (pertahanan) bagi

recoverynya

(737-742) Subjek mengatakan bahwa yang

diperkuat adalah dari sisi pikiran dan iman.

Subjek mengatakan bahwa dirinya

memiliki kesempatkan hidup.

(743-765) subjek mengatakan bahwa

abstinen merupakan kondisi saat seseorang

keluarga. Dirinya juga ingin

memperkokoh agar tidak

kembali terjerumus untuk

menggunakan narkoba.

Abstinen berarti sama sekali

tidak menggunakan narkoba

atensi – fokus (722-736)

Pandangan mengenai

abstinen, slip, dan relapse.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

178

745

746

747

748

749

750

751

752

753

754

755

756

757

758

759

760

761

762

763

764

765

766

choicenya kita. Nah itu kita udah bener-bener abstinen, kita

udah nggak makai lagi. Kecuali kalau kita makai drugs yang

lain. Kayak misal aku makainya puttau, trus aku pakainya

sabu, nah itu aku “slip”. “Slip” di bawahnya zat itu. Atau

misal aku makai sabu nih drug choicenya, trus aku makainya

obat, itu aku “slip” karena aku makai di bawahnya itu kan atau

aku makai alkohol itu aku udah slip.

W: kalau itu sama-sama bikin “addict” ga sih?

S: eee bikin addict sih sama, bikin addict. Cuma tergantung

dari, apa ya, tahapan kita pakai. Dibilang addict itu kan dilihat

dari tahapannya, tahapan kita pakai. Kalau kita kecanduan,

kita atau di toleransi itu. Misal kita nih ganti drug choice,

misal pakai sabu, pakai terus lalu kecanduan. Ya akhirnya kita

ganti drug choice.

W: berarti sama aja bisa bikin kecanduan ya?

S: iya sama-sama bisa jadi addict

W: berarti sama aja ya baik itu slip atau relapse itu bisa balik

lagi ke rehab ya?

S: ho‟o.. iya.. berarti kan kita gagal untuk menjaga recovery

kita. Itu sih yang seumur hidup. Kalau rehab lagi ya berarti

kita kembali ne nol lagi.

W: bagi Sis X, rehabilitasi itu dikatakan berhasil itu kalau

tidak lagi menggunakan narkoba

pilihannya saat mengalami adiksi. Slip

merupakan kondisi ketika menggunakan

narkoba dengan efek di bawah narkoba

pilihan. Subjek mengatakan kondisi slip

dapat saja mengakibatkan seseorang

kembali ke pada pola adiksi (relapse).

Subjek mengatakan bahwa kembali ke

panti rehab, berarti seseorang kembali ke

proses awal (nol)

(766-777) subjek mengatakan bahwa

sama sekali.

Slip berarti menggunakan

narkoba dengan tingkatan yang

lebih rendah dari narkoba

sebelumnya.

Keberhasilan rehabilitasi=

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

179

767

768

769

770

771

772

773

774

775

776

777

778

779

780

781

782

783

784

785

786

787

788

seperti apa?

S: rehabilitasi itu dikatakan berhasil, rehabilitasi sosial ya

karena kita ini rehabilitasi sosial karena kita mengubah

perilaku. Dikatakan berhasil apabila sudah benar-benar

menunjukkan perubahan perilakunya di luar. Perubahan

perilakunya itu jelas dari negatif ke positif. Di lain sisi,

berhasil ya kita abstinen itu. Abstinen itu dijaga, abstinen itu

diperkuat kan dari diri kita sendiri kan.

W: mmm berarti dikatakan berhasil itu kalau nggak balik lagi

ke panti rehab kan ya?

S: iya..

W: kalau program rehabilitasi yang dikatakan berhasil bagi

Sis X itu program yang mana Sis?

S: sukses menangani aku?

W: iya, yang bisa bener-bener mengubah perilaku Sis X

S: kalau aku, untungnya dari segi akunya, dari otak ya, dari

otak dan pemikiran itu juga nggak susah banget Sis. Jadi

ibaratnya masih bisa memilah gitu lho. Jadi aku ada role

model, aku membutuhkan role model, jadi “oh dia itu contoh

nih”. Ada contoh buat aku, lalu aku harus seperti itu, aku

harus meniru seperti itu. Mungkin selama ini role model itu

kurang di aku, sebelum masuk rehab ya. Di rehab aku dapet

rehabilitasi dikatakan berhasil apabila

mampu mengubah perilaku seseorang dari

negatif menjadi positif. Subjek juga

menjelaskan pentingnya keberhasilan

abstinen agar tidak kembali ke panti

rehabilitasi.

(778-789) subjek menceritakan bahwa

program rehabilitasi dapat berhasil pada

dirinya karena dirinya merasa memiliki

kemampuan kognitif yang cukup dan

subjek juga mendapatkan role model

(contoh) yang menjadi panutan selama

menjalani proses rehabilitasi.

mengubah perilaku menjadi

perilaku positif, seperti

abstinen

Subjek merasa mendapatkan

role model yang tepat bagi

dirinya selama menjalani

proses rehabilitasi.

Subjek merasa dirinya mampu

dari segi kognitif

Proses rehabilitasi:

Mendapatkan role model

(781-789)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

180

789

790

791

792

793

794

795

796

797

798

799

800

801

802

803

804

805

806

807

808

809

role model, aku dapet arahan, yaudah jadi learning by doing.

W: nah Sis X udah abstinen kan ya, itu terakhir kapan Sis?

S: tahun 2014

W: berarti udah mau jalan dua tahun kan ya?

S: iya mau dua tahun ini abstinen

W: kalau selama ini apa yang dilakukan sama Sis X untuk

menjaga diri tetap abstinen?

S: satu, itu karena faktor lingkungan. Jaga diri itu karena

faktor lingkungan juga. Itu salah satu faktornya sih. Karena

aku di sini, itu pemicunya udah susah, untuk drug choiceku itu

udah susah. Jadi itulah yang mendukung.

W: berarti karena adanya lingkungan sosial yang mendukung,

jauh dari yang jual puttau gitu ya? Kalau andaikan lho, Sis X

ketemu lagi itu gimana?

S: kayak gitu kita gak memungkiri sih, tapi bagaimana kita

bisa sedemikian rupa lah untuk inget-inget. Misal nih

andaikan aku makai lagi, itu efeknya yang bakal aku hadepin

itu kayak gimana. Karena kalau untuk puttau, udah aku ga

bisa toleransi lagi. Jadi ya menghindari.

W: karena udah tau ya konsekuensinya seperti apa

S: iya kayak gitu, jadi aku udah paham dulu jatuh di jurang

(790-799) subjek berada pada tahap

abstinen sudah memasuki tahun yang ke

dua. Subjek menceritakan bahwa dirinya

mampu abstinen karena puttau sudah susah

dijangkau bagi subjek

(800-811) andaikan subjek menemukan

kembali narkoba, subjek berusaha untuk

mengingat-ingat dampak yang ditimbulkan

dari mengosumsi narkoba. Subjek

mengatakan bahwa dirinya lebih baik

menghindari karena dirnya pernah

merasakan jatuh di lubang yang dalam.

Subjek merasa dirinya terbantu

dengan sulitnya mendapatkan

puttau di lingkungannya.

Subjek menghindari

mengonsumsi puttau dengan

mengingat-ingat efek tidak

menyenangkan dari puttau.

Ekologi – eksosistem

(796-799)

Cegah pola kegagalan

RD:

Cegah pemberontakan

atensi (804-807)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

181

810

811

812

813

814

815

816

817

818

819

820

821

822

823

824

825

826

827

828

829

830

yang dalam, rasanya kayak apa, jadi kalau untuk balik pakai

lagi, hmmm enggak deh kayaknya.

W: berarti yang selama ini mengingatkan Sis X untuk tetap

abstinen itu apa aja?

S: mengingatkan abstinen?

W: iya, seperti, “aku ini harus tetep abstinen itu kenapa”?

S: pasti karena udah umur ya. Terus aku mau lebih baik,

maksudnya hidupnya lebih baik ga kayak dulu. Kalau aku

masih mikirin napsu untuk makai, itu udah balik lagi dari nol.

Itu aja sih. Terus orang tua, sampai kapan sih orang tua itu

berumur? Terus dari aku sendiri udah berumur juga. Kalau

aku masih badung seperti ini, kapan aku nyicil nebusnya.

W: berarti semacam ada perasaan ingin menebus yang

kemarin?

S: he‟em.

W: terus apa aja yang dilakukan Sis X supaya bertahan

abstinen?

S: untuk bertahan abstinen itu kita menarik diri ya. Menarik

diri dari lingkungan, lingkungan yang membahayakan yang

sekiranya mengarahkan untuk “ ke sana”. Abstinen, misal

rasanya pengen makai nih, nah makainya itu yang lain, yang

(812-824) hal-hal yang mengingatkan

subjek untuk tetap abstinen adalah usia

subjek dan orang tua subjek. Subjek

mengatakan bahwa ia ingin menebus

perbuatannya yang kemarin.

(825-833) yang dilakukan subjek agar

bertahan pada kondisi abstinen adalah

dengan menarik diri dari lingkungan yang

dirasa membahayakan, yaitu lingkungan

yang dapat mengarahkan subjek kembali

menggunakan narkoba.

Subjek merasa dirinya harus

mengingat adanya batas usia

untuk menebus kesalahannya.

Subjek merasa dirinya harus

lebih baik lagi dan tidak

kembali ke titik nol akibat

memakai narkoba.

Subjek menjaga status

abstinennya dengan menarik

diri dari lingkungan yang

dirasa membahayakannya.

Subjek mengalami SLIP

Cegah pola kegagalan

RD:

Cegah pemberontakan

atensi (816-821)

Cebah pola kegagalan

RD:

Cegah pola sebab akibat

kegagalan (827-829)

Mengalami SLIP (829-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

182

831

832

833

834

835

836

837

838

839

840

841

842

843

844

845

846

847

848

849

850

“slip”nya itu tadi. Itu tu pasti ada yang slip.

W: Sis X pernah slip?

S: pernah

W: lalu gimana caranya, misal nih Sis X mengalami “slip”.

Nah itu gimana caranya biar ga jadi addict lagi?

S: kontrol diri.

W: kontrolnya gimana Sis?

S: mindset aja. Kita main sama pikiran aja. Main pikiran

dalam arti, kita pasti ada sisi positif dan negatifnya. Nah

tergantung dari diri kita sendiri nih. “Ini kalau aku pakai terus-

terusan juga, sama aja aku pindah ke drug lain”. Lalu yang

kedua, aku memang bekerja sebagai konselor, jadi masa aku

“kayak gitu” juga? Ibaratnya seperti itu.

W: itu yang membuat Sis X mengalami “slip” itu apa Sis?

S: itu pikiran juga masuknya. Pikiran yang nggak tenang,

pikiran yang lagi ruwet, terus kita pas lagi sendiri juga. Itu

mempengaruhi juga

W: berarti dalam keadaan pikiran seperti itu dan pas sendiri

ya?

S: he‟em

(834-850) walaupun subjek mengalami

SLIP, subjek tetap mengontrol dirinya agar

tidak kembali ke pola adiksinya. Subjek

mengontrol diri dengan cara mengontrol

pikiranya dan mengingat bahwa dirinya

bekerja sebagai konselor adiksi.

Subjek mengalami SLIP karena

mengalami pikiran yang tidak jernih

(ruwet) dan mengalami kesendirian.

Agar tidak mengalami

kecanduan, subjek

menggunakan kontrol pikiran

selama mengalami SLIP.

Subjek mengalami SLIP ketika

dirinya merasa kacau (pikiran

tidak tenang) dan sedang

sendirian.

831)

Cegah kegagalan RD:

Cegah pemberontakan

atensi (838-843)

Mengalami pola

kegagalan RD:

Letting it happen (845-

847)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

183

851

852

853

854

855

856

857

858

859

860

861

862

863

864

865

866

867

868

869

870

871

872

W: itu kira-kira seberapa sering Sis „slip” atau “lapse” itu

terjadi?

S: kalo lapse itu terjadi sebulan atau dua bulan sekali. Lapse

itu pikiran untuk makai. Itu kalau lapse. Lapse itu gagal juga

itungannya, tapi karena kita manusia, ya pikiran itu pasti ada

muncul. Lalu kita lihat orang makai, lalu kita nahan buat ga

makai. Pada akhirnya kita terjerembab masuk ke situ.

Emosionalnya itu timbul di situ.

W: kalau “slip” itu, yang makai itu terhitung berapa kali Sis?

S: berapa kali itu maksudnya gimana Sis?

W: jadi, terhitung dari abstinen itu, selama hampir dua tahun

itu terhitung berapa kali Sis mengalami “slip”?

S: itungannya bisa enam bulan sekali ya. “Slip” lho ya.

Karena posisi aku kan ada di sini, jadi ga bisa untuk meraih

lebih jauh lagi.

W: kalau yang “slip” itu Sis X mendapatkan efek yang sama

ga sih?

S: oh enggak.

W: berarti “slip” itu digunakan untuk apa Sis?

S: untuk mengalihkan kali ya. Aku yang pengen banget nih

pakai puttau. Lalu aku “slip” itu aku juga ga dapetin efek yang

aku pengenin. Yang ada bingung, yang jelas kebalikan dari

(851-865) subjek menjelaskan bahwa

LAPSE merupakan munculnya pikiran-

pikiran untuk kembali menggunakan.

Selama abstinen, subjek mengalami SLIP

selama enam bulan sekali.

(866-874) subjek mengatakan bahwa

dirinya tidak mendapatkan efek yang sama

selama mengalami SLIP. Subjek

mengalami SLIP untuk mengalihkan rasa

rindu untuk menggunakan puttau. Akan

tetapi subjek merasa bingung karena

merasa pikirannya semakin tidak jernih

Selama berada di tahap

abstinen sekalipun, subjek

masih tetap mengalami

pikiran-pikiran untuk kembali

menggunakan narkoba

(LAPSE)

Bagi subjek, SLIP digunakan

untuk mengalihkan keinginan

menggunakan puttau.

Subjek tidak mendapatkan efek

yang menyenangkan dari SLIP

tersebut.

Adanya pikiran-pikiran

untuk kembali

menggunakan (LAPSE)

Pola kegagalan RD:

Letting it happen (870-

874)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

184

873

874

875

876

877

878

879

880

881

882

883

884

885

886

887

888

889

890

891

892

893

drug choice aku yang sebelumnya. Jadi yang ada malah

nambah pikiran ruwet gitu lho.

W: lalu kalau dari Sis X sendiri apakah, “tidak apa-apa

mengalami slip enam bulan sekali”, atau tetap berusaha untuk

tidak pakai sama sekali?

S: berusaha sih, pasti pikirannya berusaha. Ya itu balik lagi

sih. Sekuat-kuatnya orang berusaha, kita addict gitu kan, pasti

ada saatnya jatuh dikit atau tersandung gitu kan.

W: berarti bagi Sis X yang penting ga addict lagi ya?

S: iya begitu. Yang penting begitu aja.

W: kalau “slip” itu yang di pakai apa Sis?

S: kalau puttau itu yang dipakai biasanya sabu kalau enggak

ya alkohol.

W: kalau untuk Sis X sendiri, bagaimana pandangan Sis X

terhadap “relapse” itu sendiri? Jadi relapse atau menggunakan

drug yang sama lagi, itu menurut Sis X gimana?

S: kita itu untuk slip, lapse, dan relapse itu adalah bagian dari

recovery ya. Jadi, aku tidak menyetujui kalau relapse, lalu

bukannya menyetujui kalau lapse, karena itu merupakan

perjalanannya. Karena recovery itu kan masing-masing dan itu

smua merupakan perjalanan dari recovery itu sendiri. Kita

(ruwet) akibat SLIP.

(875-885) subjek mengatakan bahwa dari

pikirannya, dirinya tetap berusaha. Akan

tetapi subjek juga mengatakan bahwa

dirinya dapat saja tersandung atau jatuh.

(886-897) subjek memandang bahwa slip,

lapse, dan relapse merupakan perjalanan

bagi seorang pecandu. Subjek tidak

menyetujui relapse maupun lapse karena

hal tersebut merupakan perjalanan dari

recovery (kesembuhan). Subjek tidak

memperbolehkan adanya slip maupun

lapse, akan tetapi dirinya merasa tidak

Subjek belum cukup memiliki

kekuatan untuk bersih sama

sekali dari narkoba jenis

apapun. Akan tetapi subjek

tetap mengusahakan untuk

tidak kembali ke pola

adiksinya

Subjek tidak membenarkan

adanya SLIP, LAPSE, dan

RELAPSE.

Subjek merasa tidak mampu

bila sepenuhnya abstinen.

Pola kegagalan RD:

Kekuatan yang terbatas

(878-880)

Kurangnya self efficacy

pada subjek (895-897)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

185

894

895

896

897

898

899

900

901

902

903

904

905

906

907

908

909

910

911

912

913

914

melarang anak-anak supaya nggak relapse, ya karena itu salah.

Slip nggak boleh, dan lapse itu juga sebenarnya nggak boleh.

Tapi kalau diriku sendiri seperti mereka, sepertinya

unbelievable.

W: ngrasa unbelievable atau ngerasa nggak mungkin itu

kenapa Sis?

S: nggak mungkin karena apa yaa.. dari pikiran, karena

pikiran itu ada jenuh, nah kalau jenuh itu pasti mikirnya “ke

sana”. Kecuali kalau dia ngarahinnya untuk kegiatan atau ke

kerjaan yang lain. Tapi kalau yang dulunya addict sabu, itu

bisa dialihkan. Tapi kalau puttau, ya itu tadi karena bahannya

ga ada, barangnya ga ada. Pasti dia ga akan mencari. Tapi

kalau sabu tetep, karena semua itu ada di pikiran.

W: berarti kalau relapse sabu, dia bakal carinya sabu lagi ya?

S: iya. Begitu juga puttau, kalau ada barangnya ya larinya ke

puttau lagi. Kalau puttau, kalau dia ada faktor untuk dia

abstinen ya, entah dia udah menikah, atau udah kerja yang

bener, dia larinya ke sabu. Pokoknya yang “slip” itu tadi yang

dibawahnya puttau. Karena kalau sabu itu masih bisa berhenti

total dengan intens atau jangka waktunya ga selama puttau.

Bukan berarti puttau itu ga bisa berhenti atau ga bisa abstinen.

percaya apabila dirinya mampu tidak

sekalipun untuk demikian.

(898-906) subjek merasa tidak mungkin

untuk sepenuhnya abstinen karena dirinya

merasa pasti akan mengalami pikiran yang

jenuh.

(907-914) subjek mengatakan bahwa

relapse berarti kembali ke drug choice

(narkoba pilihan) yang terdahulu. Subjek

mengatakan bahwa puttau memiliki

kemungkinan abstinen yang lebih sulit

dibandingkan dengan sabu.

Subjek merasa tidak mampu

sepenuhnya abstinen karena

subjek masih sering mengalami

LAPSE apabila merasa jenuh.

Subjek merasa cara yang

efektif adalah dengan cara

mengalihkan pikiran ke dalam

bentuk kegiatan.

Pola kegagalan RD:

Pembiaran/ letting it

happen (900-903)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

186

915

916

917

918

919

920

921

922

923

924

925

926

927

928

929

930

931

932

933

934

935

W: kalau pas abstinen itu berarti sering ya muncul pikiran

untuk pakai?

S: iya. Ya itu tadi munculnya dua bulanan sekali.

W: berarti munculnya pikiran itu saat kondisi emosi yang

suntuk dan sendiri itu ya Sis?

S: iya

W: nah, Sis X sendiri bagaimana caranya untuk

mengusahakan agar slip atau lapse bahkan relapse itu supaya

tidak terjadi?

S: oke, ini terjadi beberapa waktu yang lalu ya. Nah aku

hubungi, kebetulan ada temen juga kan di sini. Yaudah deh

kita pergi karaoke. Kalau enggak, kita ngapain gitu kan. Yang

penting pergi. Sebenernya untuk pikiran itu ada. Misalnya nih

aku duduk di sini, lalu aku mikir, atau aku ngalami lapse itu

kan. Aku sebenernya harus pergi, cuma beberapa menit doang,

dan itu sebenernya sudah hilang, tanpa dipengaruhi temen-

temen di sekitarnya untuk pakai, nh itu sebenernya udah ilang.

Lima menitan aja dah, misal aku lapse di dalem ruangan ini,

nah aku keluar ke teras atau ke gazebo itu aja udah ilang

lapsenya.

W: berarti pindah tempat gitu ya Sis?

(915-920) selama abstinen, subjek sering

mengalami munculnya kembali pikiran

untuk menggunakan narkoba.

(921-940) cara subjek mengusahakan agar

relapse tidak terjadi adalah dengan

beranjak dari tempat seperti pergi bersama

teman untuk karaoke, duduk di gazebo,

ataupun yang lainnya agar pikiran tersebut

tidak terus-menerus berlangsung. Subjek

mengatakan bahwa pikiran tersebut dapat

hilang apabila dirinya sudah berpindah

tempat. Subjek mengatakan bahwa hal

tersebut sangat efektif untuk menghindari

lapse (pikiran) yang muncul terus-

menerus.

Pada kondisi abstinen

sekalipun, subjek masih

mengalami munculnya pikiran-

pikiran (dorongan) untuk

kembali menggunakan.

Subjek memilih mengalihkan

untuk mencegah LAPSE yang

berkepanjangan. Cara subjek

mengalihkan yaitu dengan cara

berpindah atau beranjak dari

tempat.

Subjek sering alami

LAPSE. (917-920)

Ekologi – mikrosistem

(924-934)

Cegah pola kegagalan

RD:

Cegah kelambanan

psikologis (936-940)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

187

936

937

938

939

940

941

942

943

944

945

946

947

948

949

950

951

952

953

954

955

956

957

S: iya. Itu kita harus berani untuk larinya itu lho. Kadang tu ya

pikiran itu muncul, sampai kita tu lupa untuk pergi dari

tempat. Padahal pergi dari tempat itu efektif banget buat

hindari lapse itu tadi, lapse yang terus-terusan. Jadi kalo

sekalinya mikir, mending kita langsung minggat dari tempat.

W: kalo hambatan, atau hal-hal yang sekiranya dianggap

menyulitkan untuk bertahan waktu abstinen itu apa sih Sis?

S: yang sulit untuk abstinen? Yang sulit itu kalo kita. Ehhm

gini aja deh, aku critain dari aku aja ya. Jadi misal kayak aku

sekarang ini, dengan posisi kerjaku yang sekarang ini, berarti

aku mesti clean atau bersih. Tapi kadangkala aku ngelihat

orang yang pakai, padahal kita di sini sama-sama clean.

Gregetan, emosi, nah itu sebenernya kan kita mesti handle

feeling kan. Cuma kadang, tapi yang namanya pikiran juga ga

bisa diprogram untuk handle feeling terus. Kadang itu yang

ada “miss”nya dikit.

W: berarti lebih karena diri sendiri yang ga bisa handle feeling

gitu ya? Lalu ngelihat gitu ya?

S: iya karena ada faktor “X”nya. Memang tidak menyangkali

ya.. karena memang semua itu dari diri sendiri. Tetapi ada

juga faktor pemicunya kan. “Ah ini orang mabok-mabokan

mulu”, nah kitanya kan jengkel.

(941-957) faktor yang dianggap

menyulitkan subjek untuk menjaga kondisi

abstinen adalah dirinya merasa gregetan

(sebal) terhadap orang yang sedang

menggunakan narkoba di panti rehabilitasi.

Subjek merasa dirinya tidak mampu untuk

mengontrol emosi secara terus-menerus.

Subjek merasa adanya faktor pemicu yang

membuat dirinya mengalami SLIP.

Subjek merasa bahwa dirinya

tidak mampu apabila terus-

menerus untuk mengontrol

emosinya. Subjek juga

mengalami SLIP karena

merasa ada faktor pemicu

dirinya kehilangan kontrol

emosi yang terjadi di

lingkungannya

Pola umum kegagalan

RD:

Regulasi diri= kekuatan

yang terbatas (943-951).

Pola sebab akibat

kegagalan (954-957)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

188

958

959

960

961

962

963

964

965

966

967

968

969

970

971

972

973

974

975

976

977

W: kalau menurut pengalamannya Sis X, kalau pas ada yang

kayak gitu, yang dilakuin apa Sis?

S: aku diem, ga langsung marah-marah ke orang itu. Paling

aku langsung pergi aja. Keluar dari panti.

W: berarti biar ga larut gitu ya sama kondisi di tempat?

S: he‟em. Dan untungnya temenku itu udah paham kalo aku

itu ngajakin keluar tu pasti aku lagi ga enak, karena aku juga

udah ngomong. “Jujur Bro, Sis, pikiranku lagi ga ini..” Nah

kita pergi karaoke, ntar patungan. Gitu sis. “Yang penting

bisa nylametin yang satu ini”, mungkin pikir mereka kayak

gitu daripada akunya nanti kayak gimana gitu kan.

W: jadi ibaratnya sebelum kena ya

S: iya, antisipasi lah.

W: lalu peran keluarga, masyarakat, atau temen selama

abstinen itu gimana Sis?

S: karena mereka udah tau aku kerja di sini, aku karyanya di

sini, yaudah, mereka percaya aja sih. Karena mereka mikirnya

aku udah jadi role model, gitu. Jadi role model buat yang lain-

lainnya, jadi, ya percaya.

W: lalu waktu awal-awal abstinen, saat Sis X kembali ke

(958-970) subjek merasa bahwa teman-

temannya sudah memahami subjek bahwa

ketika dirinya mengajak temannya untuk

keluar dari panti, berarti subjek sedang

dalam keadaan yang tidak baik. Subjek

mengatakan bahwa dirinya juga berkata

jujur dengan kondisi yang sedang ia alami.

(971-976) subjek merasa bahwa

lingkungan sekitarnya tahu bahwa subjek

bekerja di panti rehabilitasi dan menjadi

role model (panutan) bagi residen.

(977-989) subjek mengatakan bahwa

Subjek memilih mengontrol

emosi dan mengalihkan

dorongan dengan pergi dari

tempat bersama teman yang

dirasa sudah memahaminya

sebagai langkah antisipasi.

Subjek menjadi role model

bagi residen di panti

rehabilitasi

Subjek juga mendapatkan

Ekologi – mikrosistem

(963-968)

Menjadi role model (973-

976)

Cegah pola kegagalan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

189

978

979

980

981

982

983

984

985

986

978

988

989

990

991

992

993

994

995

996

997

998

999

keluarga begitu, nah tanggapan keluarga Sis X bagaimana?

S: tanggapannya ya, kalau untuk keluarga inti ya positif.

W: kalau yang lain-lain?

S: kalau yang lain-lain stigma “itu” ya pasti ada.

W: kalau pas lagi dapet stigma yang tidak enak begitu, Sis X

sendiri tanggapannya bagaimana?

S: pergi. Aku lebih baik pergi sih orangnya. Misal, lagi

kumpul-kumpul di sini. Misal dari cara ngelihatnya, karena

memang sensitif kan. Diliat dari cara mereka ngelihat, terus

dari omongannya udah nggak enak gitu mendingan aku pergi.

W: berarti

S: menghindar. Iya menghindar gitu ya.

W: misal nih Sis, ada temen-temen deket. Nah temen-temen

itu kan udah lama kan ya Sis X ada di komunitas itu. Lalu

kumpul nih, terus ditawarin “nih, coba lagi”. Nah itu Sis X

gimana? Makai sedikit atau enggak sama sekali?

S: kalau itu sih, selama ini ada. Kayak gitu ada dan untungnya

aku langsung menarik diri gitu lho. Itu pernah aku lakuin, aku

menarik diri sama aku ga mau pakai drug chioceku itu. Jadi

aku pakai yang masih bisa aku kontrol, jadi aku makai

sebrangnya.

W: makai sebrangnya? “slip” dong berarti?

keluarganya memberi tanggapan yang

positif saat subjek mengalami abstinen.

Akan tetapi, apabila subjek mendapatkan

stigma yang tidak menyenangkan, subjek

akan pergi dari perkumpulan tersebut,

terutama saat subjek merasa ada yang tidak

menyenangkan dari cara melihat atau cara

berbicaranya.

(990-1003) apabila berada di lingkungan

yang kembali menawarkan narkoba pada

subjek, subjek lebih baik menarik diri/

menghindar dan tidak menggunakan

narkoba pilihannya (puttau). Subjek

mengatakan ia menggunakan narkoba yang

dirasa masih dapat dikendalikan oleh

subjek. Subjek mengatakan bahwa ketika

dirinya relapse, berarti ia mengalami

kegagalan dalam proses recovernya/

tanggapan tidak enak pasca

dirinya direhabilitasi.

Subjek memilih menghindar

ketika dirinya merasa adanya

omongan yang tidak

menyenangkan bagi dirinya.

Mengalihkan= menghindari

dengan cara menarik diri.

Mengalami SLIP ketika berada

di kerumunan.

RD:

Cegah kelambanan

psikologis (984-987)

Cegah pola kegagalan

RD:

Cegah kelambanan

psikologis (984-987)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

190

1000

1001

1002

1003

1004

1005

1006

1007

1008

1009

1010

1011

1012

1013

1014

1015

1016

1017

1018

1019

1020

S: iya “slip” daripada aku “relapse” gitu kan. Karena aku

mikirnya, kalau aku relapse, berarti aku udah ga ada recovery.

Konsekuensinya itu, udah ada di bayangan otak kalau itu pasti

terjadi, makanya aku enggak mau relapse.

W: hmm aku pengen tau Sis, misal Sis X tadi bilang

mengalami “slip” ya, atau pakai drugs yang sebrangnya. Nah

kan Sis X juga bilang ga merasakan efeknya. Itu kok tetap

dikonsumsi itu kenapa Sis? saat itu, walaupun itu tidak

menimbulkan kecanduan. Nah itu kenapa Sis?

S: saat itu ya, karena oh pengaruh temennya juga seperti itu

kan. Karena gini, kalau pada saat itu aku narik diri, kan nggak

mungkin, gitu. Atau mungkin karena keadaannya yang ga

mungkin aku langsung pergi gitu aja. Jadi aku pakai “itu” pun

karena sudah ada di situ. Yang “slip” itu memang sudah ada di

situ. Dan memang ga ngrasain titik nikmatnya itu kan. Itupun

baru aku tinggal karena aku ngerti, ini aku pakai, masih bisa

aku kontrol. Jadi aku perginya juga enak gitu kan. Lalu temen-

temen bilang, “oh berarti kamu sekarang udah ga makai itu?”.

Kira-kira gitu sis

W: berarti pakai itu sekedar biar temen-temen ga curiga atau

gimana?

kesembuhannya.

(1004-1018)subjek mengatakan bahwa

dirinya mengalami SLIP karena pengaruh

teman. Pengaruhnya antara lain, subjek

merasa tidak bisa langsung menarik diri

begitu saja. Subjek mengonsumsi narkoba

yang masih dapat di kontrol oleh subjek.

(1019-1026) subjek mengatakan bahwa

teman-temannya memiliki sikap yang

Subjek mengalami SLIP saat

berkumpul dengan teman-

temannya dahulu (sesama

pemakai). Subjek merasa perlu

mengonsumsi agar teman-

temannya tidak merasa curiga

atau paranoid.

Ekologi – mikrosistem

(1009-1018)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

191

1021

1022

1023

1024

1025

1026

1027

1028

1029

1030

1031

1032

1033

1034

1035

1036

1037

1038

1039

1040

1041

S: iyaa karena temen-temen taunya aku udah direhab. Karena

mereka agak-agak parno juga sih sebenernya. Parno dalam

pertemanan ini ntar mereka ngira, “wah ntar nih bawa BNN

atau segala macem gitu”.

W: berarti makainya supaya mereka ga ngerasa parno aja?

S: he‟em..

W: misal nih ya Sis, kan Sis X berada di lingkungan luar. Dan

ga semuanya itu positif. Nah itu apa yang Sis X lakukan?

S: berada di lingkungan yang ga mendukung? Kalo aku sih

tetep keluar.

W: berusaha keluar itu yang gimana Sis?

S: maksudnya aku ya keluar dari lingkungan situ, aku mencari

lingkungan yang lain.

W: daripada memaksakan di situ ya?

S: iya. Kalau aku pribadi, aku ga bisa dipaksakan kalau

lingkungannya itu mengarah-mengarah “ke sana”. Aku ga

bisa. Mending stop ada di situ.

W: Sis X sempat bercerita bahwa dulu awal mula pakai drugs

itu karena merasa masalah bertumpuk-tumpuk dan merasa

terpengaruh pergaulan juga kan ya. Nah kalau sekarang Sis X

itu punya masalah, yang dilakukan apa Sis?

paranoid atau cemas karena mengira

bahwa subjek akan membawa pihak BNN.

(1027-1037) subjek mengatakan apabila

dirinya berada di lingkungan yang dirasa

kurang mendukung, subjek akan keluar

dari lingkungan tersebut. Subjek akan

mencari lingkungan yang lain daripada

harus memkasakan diri untuk berada di

lingkungan tersebut.

(1038-1063) saat ini, subjek

menyelesaikan masalahnya dengan cara

memilih dan memilah, yaitu

menyelesaikan masalah yang sekiranya

Subjek cenderung menghindar

apabila berada di lingkungan

yang dirasa tidak

menyenangkan oleh subjek.

Menghindari adanya tekanan

emosi akibat mengalami

masalah:

Subjek belajar mengatasi

Cegah pola kegagalan

RD:

Cegah kelambanan

psikologis (1035-1037)

Cegah pola kegagalan

RD:

Cegah pola sebab akibat

kegagalan (1043-1055/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 210: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

192

1042

1043

1044

1045

1046

1047

1048

1049

1050

1051

1052

1053

1054

1055

1056

1057

1058

1059

1060

1061

1062

1063

S: sekarang aku untungnya belajar memilah dan memilih. Jadi

misal banyak nih ya permasalahanku, di otak itu aku milih,

mana nih masalah yang harus aku selesaikan dulu.

W: itu contohnya gimana Sis? dan cara menyelesaikannya

gimana Sis?

S: misal nih ya, aku di sini kan ada tuntutan kerja, ada tekanan

juga pastinya. Faktor misal dari residen atau gimana caranya

aku bisa kasih contoh ke mereka. Terus tiba-tiba nih ibuku

telfon, “si kecil nih gini gini gini”. Terus masalah itu dateng

lagi dateng lagi. Nah, ini aku harus selesaikan yang mana dulu

nih. Karena badan aku di sini, posisi aku di sini, ya aku

selesaikan dulu yang ada di sini. Terus di sini (nunjuk kepala)

itu “tenang tenang tenang”. Jadi lebih ke memanajemen

konflik, atau memanajemen masalah gitu ya.

W: berarti Sis X selesaikan masalah yang ada dan ga cuma

nahan emosi kayak dulu ya?

S: enggak.

W: jadi masalah itu diselesaikan ya?

S: he‟em. Misalpun ngehadepin masalah nih ya, itukan pasti

ada emosional yang ga kekontrol gitu kan. Nah itupun juga

harus belajar” ngerem”. Gimana caranya handle feeling itu

tadi, biar ga emosional.

masalah tersebut dapat ditangani terlebih

dahulu. Subjek juga berusaha mengelola

emosinya dengan mengatakan kepada

dirinya untuk bersikap tenang. Subjek

mengatakan bahwa dirinya harus

mengontrol emosinya

masalahnya dengan memilah

dan memilih, sekiranya mana

masalah yang terlebih dahulu

akan diselesaikannya.

Subjek juga mengontrol

emosinya atas setiap masalah

yang ia alami agar dirinya

tidak mengalami tekanan

emosi.

1060-1063)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 211: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

193

1064

1065

1066

1067

1068

1069

1070

1071

1072

1073

1074

1075

1076

1077

1078

1079

1080

1081

1082

1083

1084

1085

W: lalu sekarang tujuannya Sis X itu apa? Bisa dikaitin sama

abstinennya. Jadi sekarang ini Sis X punya tujuan apa?

S: tujuan ya. Tujuannya yaitu aku harus bisa nyenengin orang

tua. Nyenengin orang tua dan ga ngebuat mereka kecewa.

Terus buat hidupku semakin baik, semakin positif. Udah itu

aja.

W: jadi bisa mermanfaat juga bagi orang lain?

S: iya

W: itu bermanfaatnya gimana Sis? Apakah dengan di panti

rehab ini?

S: iya di panti rehab ini.

W: kalau tujuan jangka panjang gitu ada Sis?‟

S: tujuan jangka panjang yang pasti kalau berhenti itu pasti,

untuk menjaga recovery itu pasti, karena itu tujuan

sebenernya. Untuk selanjutnya yaudah aku ikuti alur yang

sedang aku jalani sekarang ini, kalo untuk karir.

W: berarti semacam jadi role model begitu ya?

S: iya

W: mmmm kalau misal ada hambatan dalam mencapai tujuan,

baik itu tujuan untuk menyenangkan orang tua ataupun jadi

role model yang bagus bagi residen, itu yang dilakukan Sis X

apa saja buat atasi hambatan atau gangguan itu?

(1064-1081) subjek memiliki tujuan untuk

menyenangkan orang tuanya dan tidak

membuat orang tuanya kecewa. Subjek

ingin dirinya semakin baik dan positif.

Subjek memiliki tujuan untuk menjaga

kesembuhannya.

(1082- 1094) subjek mengatakan bahwa

dalam upayanya mencapai tujuan, dirinya

mengatasi hambatan dengan cara

menghindar (pergi) agar pikirannya

Unsur regulasi diri yang

dimiliki subjek adalah subjek

mampu menetapkan tujuan:

Tujuan yang dimiliki subjek

antara lain adalah ingin

menyenangkan orang tua,

hidup semakin positif dengan

memiliki manfaat di panti

rehab, dan ingin menjaga

kesembuhannya

Self stopping yang dilakukan

subjek:

Subjek merasa bahwa dia

merupakan tipe orang yang

Unsur Regulasi Diri:

Menetapkan tujuan (1066-

1069/ 1076-1079)

Cegah pola kegagalan

RD:

Cegah kelambanan

psikologis (1086-1088)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 212: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

194

1086

1087

1088

1089

1090

1091

1092

1093

1094

1095

1096

1097

1098

1099

1100

1101

1102

1103

1104

1105

1106

S: pergi, udah pergi gitu aja. Pergi dari situ sebentar. Ga tau

Sis, aku gitu orangnya ga tau kenapa. Pergi sebentar habis itu

balik, udah netral lagi.

W: berarti memang tipenya menghindar dulu ya?

S: iya menghindar dulu. Untuk beberapa saat lah, sebentar aja.

W: terus apa yang dilakukan Sis X supaya, kan gini, abstinen

drugsnya udah mau jalan dua tahun kan ya, lalu bagaimana

caranya Sis X menyadari, “oh bentar lagi aku bakal ada

pikiran, dan lain-lain”.

W: Nah caranya memantau diri supaya tujuan itu tercapai dan

supaya abstinen itu tetap terjaga itu gimana Sis?

S: itu semua ada tanda-tandanya ya. “Wah ini pikiran udah

dateng ni, walaupun cuma sebentar nih”. Nanti kalau udah

lapse, takutnya slip. Kalau kayak gitu, aku jauh-jauh hari udah

harus ada plan atau rencana. Misal, “bro atau sis, yuk besok

kita pergi ke mall” atau “yuk anterin karaoke, kita karaoke

sebentar”. Yaudah gitu aja sih. Untuk menghindar dari udah

ada sinyal-sinyal. Udah ngerti gitu.

W: berarti harus peka sama sinyalnya ya

S: ho‟o gitu. Udah peka

W: terus kalau jadi role model yang baik itu standarnya

kembali netral.

(1095-1105) cara subjek memantau diri

agar tergaja kondisi abstinennya adalah

dengan mengenali tanda-tanda munculnya

PAWS. Subjek juga menyiapkan rencana

dengan mengajak pergi teman untuk

mengatasi sinyal atau gejala tersebut.

(1106-1116) menjadi role model yang baik

senang menghindar dari

pikiran-pikiran yang tidak

diinginkan.

Cara monitoring diri pada

subjek:

Subjek menjaga abstinennya

dengan menyadari/ peka tanda-

tanda, yaitu bahwa dirinya

mulai merasakan munculnya

pikiran untuk menggunakan.

Subjek menjadi seorang role

Unsur regulasi diri:

Monitoring (1097-1103)

Kenali tanda PAWS

Menjadi role model (1113-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 213: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

195

1107

1108

1109

1110

1111

1112

1113

1114

1115

1116

1117

1118

1119

1120

1121

1122

1123

1124

1125

1126

1127

1128

gimana Sis? baiknya itu seperti apa?

S: baik jadi role model. Role model yang baik itu, gimana

caranya. “misal nih anak, lagi kenceng-kencengnya pikiran

untuk makai, yaudah gimana caranya kita supaya dia nggak

melakukan itu”.

W: berarti role model yang baik itu menurut Sis X sendiri...

S: kita atur perilaku kita, terus kita atur juga dari bicara kita

supaya ga ngomong ke adiksi terus, kan itu ga boleh. Ga kasih

omongan yang negatif ke anak-anak. Yang pasti kita juga

jangan sampai mabok di depan anak-anak. Udah itu aja.

W: Sis X kan sering sekali menyebutkan handle feeling,

handle pikiran kan ya. Handlenya itu seperti apa Sis supaya itu

pun bisa ke handle terus.

S: jadi gini, misal kita emosi nih ya, terpancing oleh masalah.

Kalau aku sendiri karena aku basicnya itu emosian,

temperamen gitu, yang meluap-luap gitu kan. Dari akunya

gimana caranya, “oh yaudah dibikin nyantai”. Jadi intonasinya

ga yang up and down, jadi dibuat datar. Ya dipikiran itu, di

pikir sendiri.

W: berarti semacam memiliki standar di pikiran, lalu

mengikuti yang ada di pikiran itu ya?

S: iya Sis.

menurut subjek adalah dengan

mengendalikan pikiran dengan tidak

menggunakan narkoba walaupun pikiran

tersebut sedang memberi sinyal yang

sangat kuat untuk menggunakan. Selain

itu, subjek menjelaskan bahwa menjadi

role model yang baik adalah dengan

mengatur perilakunya sendiri dan tidak

memberi perkataan yang negatif kepada

residen.

(1117-1128) cara subjek untuk handle

feeling (kontrol emosi) adalah dengan cara

membuat dirinya sendiri santai, karena

subjek mengakui bahwa dirinya

merupakan sosok yang temperamen

(mudah marah).

model di panti rehabilitasi

tempat dirinya bekerja.

Subjek menjelaskan mengenai

karakter role model yang baik

menurut dirinya

Subjek dapat mengontrol

emosinya dengan menerapkan

suatu standar di pikirannya.

1116)

Cegah pola kegagalan

RD:

Cegah pola sebab akibat

kegagalan (1120-1125)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 214: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

196

1129

1130

1131

1132

1133

1134

1135

1136

1137

1138

1139

1140

1141

1142

1143

1144

1145

1146

1147

1148

1149

1150

W: gini Sis, kan godaan atau pikiran itu kan bisa aja dateng

kapanpun dan bisa aja makin kuat. Lalu Sis X bilang, ya kalau

mentalnya kuat, bisa aja mental lagi lemah ada orang godain,

yah jadi “begitu”. Nah kalau untuk Sis X sendiri agar semakin

kuat dalam menghadapi hal seperti itu gimana Sis?

S: biasanya kita patahin. Misal nih aku ngalamin sendiri, aku

waktu itu ditawari, “Sis, ada „ini‟ nih”. Dan itu adalah barang

“slip” dari drug choiceku. Terus aku jawab, “ah itu mah ga

enak, atau aku lagi bokek”. Nah caranya kita patahin dengan

omongan yang enteng-enteng seperti itu. Dan “hal itu” ga

akan terjadi. Dia kan istilahnya meracuni, tapi semakin kita

ngasih tanggepan positif, kalo kita merespon „iya‟, dan merasa

„klik‟, udah „itu‟ terjadi. Itu udah aku cobain kok. “Coba ya

aku respon seperti ini, yang nolak itu”. Iya udah bener itu

„mental‟.

W: berati semacam belajar dari pengalam gitu ya Sis?

S: iya. Itu aku coba

W: pengujian gitu Sis?

S: iya, ho‟o. Orangnya yang nawarin sama. Aku coba kalimat

gini, “ah enggak, gue bingung bawanya”. Dan terus-terus dia

mencoba kan, tetep ngeracunin terus dan aku tetep nolak

dengan kalimat-kalimat itu tadi. Lalu dia nawarin lagi kan di

(1129-1155) dalam menghadapi godaan

yang terus-menerus datang, subjek

mematahkan tawaran dengan kata-kata

penolakan terhadap orang yang

menawarkan narkoba pada subjek.

Self stopping:

Subjek melakukan penolakan

terhadap tawaran dari orang

lain untuk mengonsumsi

narkoba

Cegah pola kegagalan

RD:

Cegah kelambanan

psikologis (1134-1143)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 215: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

197

1151

1152

1153

1154

1155

1156

1157

1158

1159

1160

1161

1162

1163

1164

1165

1166

1167

1168

1169

1170

1171

hari beda, dan itu pikiran juga lagi suntuk, dan ketemu lawan

yang „makai‟. Lalu aku iyain, yaudah terjadi. Jadi kalau ga

dari diri kita sendiri, mustahil Sis bisa. Walaupun dari

lingkungan yang kayak gimana pun, kalau dari diri sendiri ga

„move‟, ga bakal bisa.

W: lalu Sis X memandang “slip” dan “lapse” itu seperti apa?

S: hal yang biasa. Karena itu bagian dari recovery itu tadi.

W: berarti selama itu ga relapse atau kambuh lagi jadi addict

itu gapapa?

S: iya gapapa. Yang penting masih bisa dikontrol. Kalau udah

relapse, udah itu ga bisa di kontrol. Sama dengan halnya orang

pemakai sabu, terus dia “slip”nya ke koplo atau ke alkohol.

Tapi kan ga tau orang ini bisa atau enggak mengontrol

“slip”nya itu tadi. Tapi kalau dia relapse dan dia balik lagi ke

sabu, aku jamin dia ga akan bisa kontrol. Karena apa? Dia

udah dapetin kenyamanan di situ. Coba dikasih puttau, pasti

pada ga mau, kalopun dikasih gratis, pasti pada ga mau.

Karena kalau puttau itu udah ga bisa di kontrol.

W: Sis, maksudnya impossible buat clean itu gimana?

Terutama bagi Sis X..

S: impossible itu yaa karena realitasnya ya, kalo presentase ya

(1156-1168) subjek mengatakan bahwa

slip dan lapse merupakan bagian dari

recovery. Bagi subjek hal tersebut masih

dapat ditoleransi selama individu tidak

mengalami relapse.

(1169-1182) subjek menceritakan

mengapa dirinya tidak mampu sepenuhnya

clean (bersih/ abstinen) karena subjek

Subjek memandang bahwa slip

dan lapse merupakan bagian

dari recovery.

Subjek kurang memiliki

keyakinan diri bahwa dirinya

mampu sepenuhnya bersih.

Pandangan mengenai SLIP

dan LAPSE

Kurangnya self efficacy

(1171-1182)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 216: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

198

1172

1173

1174

1175

1176

1177

1178

1179

1180

1181

1182

1183

1184

1185

1186

1187

1188

1189

1190

1191

1192

dibilang 80 banding 20. Maksudnya itu ya sebagian besar dari

kita itu ga bisa clean kan ya, ada proses untuk slipnya, ada ada

relaspenya. Kalau aku sendiri ya, namanya juga manusia, ga

bisa perfect untuk itu. Tapi ya aku berusaha, karena aku udah

janji ga mau kayak dulu lagi kan. Tapi kesandung itu pasti

ada, masalah pasti ada. Ya aku cuma bisa berusaha aja supaya

tidak kembali relapse. Paling engga, tapi kalo aku pribadi

memang lebih ke slip. Jadi kalau dibilang clean itu ya semua

itu ada waktu ya. Ke depannya memang aku cuma bisa

berbicara, tapi tapi realitanya ke depan seperti apa aku ga bisa

memastikan itu.

W: tidak bisa memastikan itu gimana Sis?

S: ya karena ada masalah juga ya. Namanya juga orang ya,

kita sebagai pecandu bisa aja tidak kuat karena ada masalah

itu tadi. Udah coba buat nahan, tapi mau gimana juga bisa aja

jatuh lagi kan. Aaaa slip juga akhirnya, pakai alkohol lah atau

pakai drugs yang di bawahnya.

W: kalau dari diri sendiri, apakah ada keinginan untuk clean?

S: kalau dari diri sendiri pengennya clean. Dan memang, “oh

iya kamu harus janji sama diri kamu sendiri”. Aku niatnya

pengen clean, tapi kayak kemarin, aku sempet slip. Tapi

merasa bahwa dirinya tidak mampu perfect

(sempurna) sebagai manusia. Di sisi lain,

subjek tetap berusaha karena tidak ingin

mengulang pengalamannya yang

terdahulu. Subjek mengatakan bahwa

untuk benar-benar clean, membutuhkan

waktu dan subjek tidak bisa memastikan

bagaimana realitas ke depannya.

(1183-1188) subjek mengatakan bahwa

dirinya tidak dapat memastikan karena

masalah pasti dialami dan subjek

mengatakan bahwa sekuat apapun

mencoba menahan masalah, suatu ketika

bisa saja jatuh.

(1189-1201) subjek memiliki keinginan

untuk clean (bersih). Subjek mengatakan

bahwa dirinya clean, yaitu abstinen dengan

drug choicenya. Subjek mengatakan

Akan tetapi, sisi positifnya

dalah subjek tidak menganut

zero tolerance.

Subjek merasa bahwa

kekuatannya masih terbatas,

yaitu adanya kemungkinan

untuk jatuh kembali karena

merasa belum memiliki

kekuatan yang cukup.

Subjek memiliki keyakinan diri

yang kurang sehingga dirinya

masih mengalami slip. Di

samping itu, subjek mengalami

Pola Kegagalan Regulasi

Diri:

Kekuatan yang terbatas

(1184-1188)

Self efficacy yang kurang

(1190-1198)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 217: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

199

1193

1194

1195

1196

1197

1198

1199

1200

1201

1202

1203

1204

1205

1206

1207

1208

1209

1210

1211

1212

1213

1214

dalam sebelumnya aku udah bilang kalau aku clean aku

abstinen ya. Sampai sekarang pun aku abstinen dengan drug

choiceku, cuma memang aku pernah slip. Nah itulah yang

harus dikuatkan, dan aku berusaha untuk menguatkan itu

supaya tidak slip lagi. Dan slip itu aja memang saat keadaan

bener-bener lagi jatoh.

W: jadi karena memang ada masalah gitu ya slipnya?

S: iya, karena kita udah berusaha nahan dan memang kita itu

semacam kesandung ya

W: waktu mengalami slip itu perasaannya gimana Sis?

S: slip itu bagi aku juga kesalahan ya, karena kita jatuh. Tapi

bukan relapse ya, karena relapse itu kembali lagi pakai drug

choice yang sama. Karena bagi aku untuk mengobati rasa

pengen pakai itu sah-sah aja ya. Karena recovery itu milik

pribadi, otomatis pengalamannya juga beda, ga bisa sama.

Tapi juga harus tahu porsi, tahu kondisi tubuh kita, tapi sejauh

ini saya slip itu mental semua Sis karena rasanya ga dapet.

W: jadi pakai itu buat?

S: pengen mengobati rasa “ah pengen gini ya, pengen gini

ya”. Yang penting ada drugs, yang penting ada zat yang

masuk. Tapi tidak mau kembali ke karakter drugs yang

sebelumnya.

bahwa dirinya mengalami slip ketika

dalam keadaan benar-benar jatuh, yaitu

keadaan ketika tidak lagi sanggup

menahan.

(1202-1218) subjek mengatakan bahwa

slip merupakan suatu kesalahan karena itu

adalah kejatuhan. Akan tetapi, subjek

merasa sah-sah saja untuk mengobati rasa

kangen. Subjek mengatakan tidak

merasakan efek yang diinginkan selama

mengalami slip. Pasca rehabilitasi hingga

saat ini, subjek mengalami slip sebanyak

dua kali.

slip karena merasa memiliki

kekuatan yang terbatas.

Subjek mengalami slip karena

dirinya ingin mengobati rasa

rindu menggunakan narkoba.

Mengalami slip

(1211-1214)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 218: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

200

1215

1216

1217

1218

1219

1220

1221

1222

1223

1224

1225

1226

1227

1228

1229

1230

1231

1232

1233

1234

1235

W: kalau slip itu kalau diinget-inget udah berapa kali

mengalami slip Sis? Selama abstinen atau selama recovery

ini..

S: dua.

W: Sis, PAWS itu dirasa mengganggu ga?

S; ya mengganggu, karena buat apa-apa ga enak. Apalagi itu

juga ada emosionalnya ya, jadi ya ga nyaman.

W: selama PAWS itu ada pikiran buat pakai Sis?

S: ya ada, justru itu yang mengganggu Sis.

W: nah kalau PAWS itu kan Sis X juga sempat bilang kalau

handle feeling kan. Itu apa aja Sis yang dilakukan supaya Sis

X bisa dikatakan mampu handle feeling? Lebih ke prosesnya,

nah itu gimana Sis?

S: kalau dulu itu apa-apa berpikirnya instan, pengen yang

serba cepet kan. Nah kalau sekarang tu pikirnya pelan-pelan,

fokus, satu per satu. Kalau ga bisa, ada tuh perasaan kecewa,

emosi, nah di situ aku menyikapinya ya tenangin diri sendiri.

W: kalau selama ini apa yang dirasa membantu Sis, terutama

dari orang tua dalam menjaga Sis X tetap abstinen?

S: cukup besar ya. Contoh, kalau aku pulang, ibu aku ga

pernah kasih omongan yang ngungkit masa lalu, ga pernah

(1219-1231) PAWS dirasa mengganggu

oleh subjek dan membuat subjek berpikir

untuk kembali menggunakan.

Subjek merasa bahwa dirinya mampu

kontrol emosi dengan cara fokus satu per

satu dan menyikapi dengan tenang.

(1232-1241) subjek mengatakan bahwa ia

mendapatkan dukungan dari orang tuanya.

Dukungan yang dirasakan berupa motivasi

dari ibunya. Selain itu subjek juga

Gejala PAWS dirasa

mengganggu oleh subjek.

Subjek merasa mendapatkan

dukungan dari ibunya.

Mengalami PAWS

(1220-1221)

Cegah pemberontakan

atensi (1228-1231)

Ekologi:

Mikrosistem (1234-1239)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 219: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

201

1236

1237

1238

1239

1240

1241

1242

1243

1244

1245

1246

1247

1248

1249

1250

1251

1252

1253

1254

1255

1256

flash back ya. Terus juga kasih motivasi walaupun pakai kata-

kata yang terselubung. Selain itu juga mau jagain anak aku.

Anakku juga udah tau, apa itu narkoba, efeknya gimana dan

apa aja yang harus dijauhi.

W: jadi motivasi dari orang tua, juga anak ya?

S: iya, orang tua, anak, dan diri sendiri.

W: selama abstinen itu hal-hal yang menurut Sis X harus

dihindari itu apa?

S: ya menghindari ajakan yang mengarah ke situ ya. Dan lagi

aku kerja di sini ya, yang mana itu isinya pecandu semua. Dan

mereka itu bebas keluar masuk. Itu jadi godaan juga Sis.

W: kalau di sini banyak godaan, kenapa malah kerja di sini

Sis?

S: karena itu tantangan ya. Masa iya aku harus terus

menghindar dari kenyataan. Misal juga aku lihat jarum suntik

di rumah, ya aku harus bisa lawan itu.

W: lalu cara Sis X ngehadepin tantangan itu gimana?

S: kalau di sini aku mencoba jadi role model buat mereka.

Juga aku cari kesibukan. Tapi ya ternyata itu kesibukan dateng

sendiri. Hahhaa.

W: selain handle feeling, apa yang dilakukan biar tetap

mengingat akan anaknnya. Ibu dan

anaknya dianggap sebagai motivasi bagi

subjek.

(1242- 1255) subjek mengatakan untuk

menjaga kondisi abstinen adalah dengan

menghindari ajakan yang mengarah ke

pada menggunakan kembali.

Subjek mengatakan bahwa pekerjaan

sebagai konselor adiksi merupakan sebuah

tatangan bagi subjek.

Subjek menjadi seorang role model bagi

residen dan sebagai sarana untuk memberi

kesibukan bagi subjek.

(1256-1271) subjek mengatakan bahwa

Subjek bekerja di panti rehab

untuk menjadi role model.

Dengan demikian, subjek

merasa mampu memantau

perilakunya dan merasakan

adanya tantangan

Walaupun subjek kadang

Menjadi role model (1253-

1255)

Self efficacy (1258-1277)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 220: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

202

1257

1258

1259

1260

1261

1262

1263

1264

1265

1266

1267

1268

1269

1270

1271

1272

1273

1274

1275

1276

abstinen Sis?

S: yakin. Aku harus yakin kalau aku bisa. Ya walaupun

kadang ada pesimisnya. Kalau muncul pikiran pesimis tadi, ya

kita harus kalahin dengan yakin itu tadi. Ini aku lagi proses

mencoba Sis, masih berusaha bener-bener ini. Dan menurutku

waktu aku dua tahun abstinen itu masih muda ya, masih

kehitung baru dan bentar. Maka dari itu aku ga tahu ke

depannya gimana, tapi dari aku pribadi sebagai manusia aku

berusaha pastinya. Dan selama mau bener-bener abstinen itu

perjalanan bisa panjang Sis. Orang itu bisa aja ada slipnya,

bahkan relapse. Karena ada yang bilang, udah lewat 1000 hari

itu udah bisa bener-bener abstinen ya. Cuma untuk

prakteknya, aku belum ngerasain yang 1000 hari itu. Karena

untuk slip, itu aja sebenernya udah ngulang lagi. Ngulang

untuk abstinen dari segala jenis drugs, apapun itu.

PROBING

W: jadi begini Sis, yang membuat Sis X termotivasi terus dan

supaya tidak jatuh itu apa Sis?

S: karena ibu, anak, dan diri sendiri

W: jadi itu kayak gimana Sis maksudnya?

S: ya karena ada motivasi. Misal nih dari ibu, dan ibu itu kasih

dirinya harus yakin. Walaupun terkadang

pesimis, subjek berusaha mengalahkan

rasa pesimis dengan rasa yakin.

Subjek mengatakan bahwa masa

abstinennya terbilang masih awal. Subjek

mengatakan bahwa perjalanan menuju

abstinen itu panjang dan memungkinkan

orang untuk slip bahkan relapse.

(1272-1287) hal yang membuat subjek

termotivasi agar tidak kembali jatuh

(kambuh) adalah adanya motivasi yang

positif dari ibunya, menjaga masa depan

anaknya, dan dari dirinya sendiri. Subjek

merasa pesimis, namun subjek

tetap memiliki keyakinan diri

Motivasi yang dimiliki oleh

subjek berasal dari ibu, anak,

dan dirinya sendiri. Subjek

mendapatkan dukungan yang

positif dari ibunya.

Sumber Motivasi: (1276-

1287)

Mendapat dukungan dari

ibunya.

Ingin menjaga masa depan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 221: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

203

1277

1278

1279

1280

1281

1282

1283

1284

1285

1286

1287

1288

1289

1290

1291

1292

1293

1294

1295

1296

1297

yang positif-positif. Ibu bilang, “udah dek, kamu mau sampai

kapan kayak gitu terus?”. Dari situ ya aku tanem dalam otak,

terus dari aku sendiri juga ayo, aku juga pengen berubah. Ibu

juga support biar aku ga jatoh lagi. Lalu kalo dari anak juga,

anakku juga udah gede udah umur segitu, pastinya dia juga

udah taulah soal drugs. Misal aku mau ngambil “barang”,

langsung keinget, “masa anakku buat masa depannya cuma

sampe segitu doang”. Terus kalo masih keganggu juga, ya

akhirnya dari diri sendiri. Aku inget efeknya yang bakal

panjang banget, gini aja badanku udah ancur lebur gitu kan.

Kalo aku lebih kuatin ke pikiran aja.

W: tujuannya Sis X itu apa supaya tidak jatuh lagi?

S: tujuannya itu ya karena aku pengen ngerasain totally clean

dan totally sober. Dan saat ini saya memang masih belum

sober ya, belum hidup sehat. Dan itu pengen saya lengkapi itu

clean and sober.

W: itu bisa muncul motivasinya buat anak dan ibu itu dari

mana Sis?

S: ya saya dari pikiran aja ya. Saya mikir, “oh, karena yang

bener-bener care, bener-bener peduli ya cuma mereka aja”.

W: kok Sis X bisa punya pikiran seperti itu?

mengatakan bahwa dirinya selalu berpikir

panjang apabila ingin kembali mengambil/

mengonsumsi barang (narkoba). Subjek

mengingat efek narkoba pada dirinya

seperto membuat badannya hancur. Karena

itu, subjek mengatakan lebih menguatkan

aspek pikirannya.

(1288-1308) subjek memiliki tujuan agar

dirinya mampu merasakan kondisi clean

and sober (bersih dan hidup sehat). Subjek

memiliki tujuan seperti itu karena merasa

bahwa ibu dan anaknya dalah sosok yang

care (peduli) padanya. Selain itu, subjek

mengatakan bahwa dirinya masih memiliki

sisi untuk berpikir, seperti untuk

mencukupi kebutuhan anaknya.

Subjek merasa ingin menjaga

masa depan anaknya.

Subjek juga selalu mengingat

efek yang merugikan yang

ditimbulkan dari narkoba.

Tujuan atau keinginan subjek

adalah ingin merasakan kondisi

bersih dan hidup sehat.

Dasar dari tujuan yang dibuat

oleh subjek karena merasakan

kepedulian dari ibunya dan

ingin mencukupi kebutuhan

anaknya.

anaknya.

Mengingat efek merugikan

dari narkoba.

Sumber motivasi: (1295-

1305)

Dukungan dari ibunya

Ingin mencukupi

kebutuhan anaknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 222: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

204

1298

1299

1300

1301

1302

1303

1304

1305

1306

1307

1308

1309

1310

1311

1312

1313

1314

1315

1316

1317

1318

1319

S: karena saya masih punya sisi untuk mikir ya, jadi itu yang

timbul. Emang perasaan ya.

W: nah itu bisa mikir bisa merasakan itu dari mana Sis?

S: ibaratnya itu gini, segalak-galaknya harimau, sebuas-

buasnya macan, mereka tu masih bisa mikir. Mikirnya itu

dalam artian, “oh mereka masih bisa ngasih makan ke anak,

masih bisa ngelindungin anak”. Iya karena naluri manusia ya.

Karena aku harus bisa ngehidupi anakku.

W: berarti kalo aku simpulin itu karena adanya motivasi dari

luar seperti Sis X itu harus bisa mencukupi kebutuhan anak

begitu ya?

W: nah terus begini Sis, sekarang ini kan Sis X bisa handle

feeling dengan cara tiap muncul pikiran pengen pakai, lalu Sis

X langsung pergi. Nah, Sis X itu bisa punya gaya handle

feeling seperti itu, atau bisa handle feeling itu tadinya

bagaimana Sis?

S: bermain pikiran. Jadi sebelumnya aku juga melihat contoh

nyata role modelnya. Kalo aku di sini role modelnya adalah

Bro Y, jadi dia dulu juga pecandu tapi bisa sembuh. Bro Y itu

kalo aku lihat dia sering diterpa masalah, tapi dia itu kok

tenang. Jadi aku punya contoh nyata dari dia itu. Kenapa saya

bisa handle feeling ya karena saya melihat ada contoh nyata.

(1309-1323) subjek memiliki cara handle

feeling (kontrol emosi) dengan cara

menghindar karena dirinya mendapatkan

contoh dari Bro Y (konselor adiksinya).

Bro Y merupakan seorang mantan

pecandu, sehingga subjek merasa

menndapatkan contoh yang nyata. Selain

itu, subjek mengatakan bahwa dirinya

merasa yakin karena Tuhan masih sayang

kepadanya.

Subjek mendapatkan role

model dari konselor adiksinya

sehingga subjek memiliki cara

handle feeling yang serupa.

Mendapatkan role

model/ contoh untuk

mengontrol emosinya.

(1312-1321)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 223: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

205

1320

1321

1322

1323

1324

1325

1326

1327

1328

1329

1330

1331

1332

1333

1334

1335

1336

1337

1338

1339

1340

W: terus apa yang bikin Sis X yakin kalau Sis X itu bisa

menjalani dan melalui ini semua?

S: saya yakin, walo saya ini jarang ibadah, tapi saya yakin

kalo Tuhan sayang sama saya.

W: terus apa yang Sis X lakukan supaya tetap yakin?

S: melangkah yakin aja dan tetep positif thinking aja kalo aku.

W: terus apa yang membuat Sis X tetap yakin?

S: karena aku percaya ada harapan dan aku yakin aja kalo

semua bakal kembali normal. Karena aku udah capek juga Sis,

jenuh juga jadi pecandu. Ya karena saya ngerasa lelah Sis,

lelah sama keadaan yang seperti “itu” terus. Karena aku udah

ngrasain gimana rasanya hancur, dan itu ga enak banget.

Hancur semua badanku ini. Jadi karena kegagalan, itu yang

jadi motivasi buat aku. Itu juga yang bikin aku punya tujuan

hidup. Aku juga dapat black label dari masyarakat, dari sosial

kan. Maka, aku harus tunjukkin kalo aku bisa. Aku tunjukkin

kalo aku ada sisi positifnya dengan prestasi, “ini lho dulu aku

pecandu, sekarang aku bisa jadi role modelnya residen”.

W: oke Sis mungkin begitu saja. Terimakasih Sis untuk waktu

dan kesediaannya.

S: Oke Sis, sama-sama. Aku juga seneng kok bisa bantu.

(1324-1340) subjek mengatakan agar

dirinya yakin, ia tetap berpikir positif.

Subjek mengatakan bahwa dirinya percaya

akan adanya harapan dan merasa yakin

bahwa semua akan kembali normal atau

seperti sedia kala. Subjek mengatakan

bahwa dirinya telah merasa lelah akibat

kondisi adiksinya di masa lalu dan telah

merasa jenuh. Subjek juga merasakan

bahwa badannya terasa hancur. Subjek

mengatakan adanya kegagalan membuat

dirinya harus mampu menunjukkan ada

sisi positif dalam dirinya, yaitu dapat

menjadi role model bagi residen.

Sumber motivasi:

Merasakan efek tidak

menyenangkan dari kondisi

adiksinya.

Ingin mengurangi stigma

negatif dari masyarakat

terhadap pecandu.

Sumber motivasi:

Merasakan efek tidak

menyenangkan dari

kondisi adiksi.

Ingin mengurangi stigma

negatif dari masyarakat.

(1327-1337)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 224: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

206

TRANSKRIP WAWANCARA SUBJEK 2

W : Interviewer

B : Subjek 2

No Verbatim Deskripsi Interpretasi Tema

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

W: Bro aku mau tanya nih, dulu Bro Y bisa jadi seorang pecandu

itu bagaimana proses atau ceritanya?

B: jadi pecandu itu karena saya terlalu sayang dengan ibu. Karena

bapak itu yo rodo slewang-sleweng. Saya berpikir lho ya waktu

itu, bapak keras dengan saya karena untuk menutupi kesalahannya

saja. Waktu itu saya mikir, ibu saya wes di’pek karo wong liyo yo

kan aku ra trimo. Aku yo meh ngomong atau mlayu nang ngendi

kan saya ya ndak brani.

W: hmmm ya kayak ngrasa ga ada jalan keluar

B: nah ya jalan keluarnya mending saya mendem wae biar saya

diperhatikan.

W: Bro sempat bilang, mending mendem aja biar diperhatikan.

Nah kok bisa berpikir seperti itu kenapa Bro?

B: ya karena sumpek to melihat seperti itu. Tapi saya kan seorang

(1-17) awal subjek menjadi

seorang pecandu dikarenakan

dirinya merasa sayang dengan

ibu dan merasa tidak terima

dengan perlakuan dari ayah

tirinya. Subjek tidak berani

mengungkapkan kekecewaannya

sehingga dirinya merasa tidak

memiliki jalan keluar dan lari

dari masalah dengan cara

mendem (mabuk-mabukan).

Subjek menggunakan narkoba

agar dirinya diperhatikan oleh

orang tuanya. Subjek merasa

Adanya faktor pemicu

subjek menjadi seorang

pecandu:

Subjek merasa bahwa

dirinya menjadi seorang

pecandu karena ayahnya

bersikap keras kepadanya.

Selain itu, subjek juga

merasa tidak diperhatikan

oleh keluarganya

Selain itu, subjek juga

merasa perlu untuk

melupakan masalahnya

Ekologi:

Mikrosistem (3-8)

Pola Kegagalan Regulasi

Diri:

Pola sebab akibat

kegagalan adanya

faktor yang menjadi

pemicu (3-8)

Penyerahan/ pembiaran/

letting it happen (10-11)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 225: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

207

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

anak ya butuh kehangatan butuh perhatian. Jadi saya lebih

nyaman dengan temen-temen daripada sama keluarga. Tapi ya ga

tau, kok ya adik-adikku ga ada yang seperti aku juga ga tahu saya.

Kadang saya ya mikir, “apa emang ditakdirke jadi pecandu?”.

W: itu dulu prosesnya gimana aja Bro, kok akhirnya bisa menjadi

seorang pecandu itu awalnya pakai apa saja?

B: pertama kali mesti ya ngerokok, habis itu saya miras. Habis itu

ganja. Dulu namanya kokain mbak. Candu, itu adalah getahnya

ganja, dulu bisa dari situ. Terus pakai morfin. Dulu ga ada istilah

pecandu, user, penyalahguna, tapi dulu namanya morfinis. Awake

mesti kurus karena jadi ga doyan makan, raiso turu, dan mesti

takut sama air, makane ambune mesti ra enak.

W: berarti Bro Y dulu ga suka mandi?

B: tidak suka, dengan hujan saja saya takut.

W: Bro Y itu bener-bener jadi pecandu itu pas pakai morfin ya?

B: iya

W: berarti dulu jadi pecandu itu SMP apa SMA Bro?

B: SMP ya, kelas 1 apa 2 gitu. Itu yang morfin.

W: terus itu dulu dapetnya dari mana Bro?

B: lak yo dulu namane anak pejabat kan yo dapetnya dari temen

pejabat.

W: waktu itu Bro Y tau ga kalo itu perkumpulan yang ga baik

lebih nyaman bersama teman-

temannya dibanding dengan

keluarganya.

(19-48) awal sebelum menjadi

pecandu morfin, subjek adalah

seorang perokok dan sering

mengonsumsi minuman keras.

Subjek menjadi seorang pecandu

morfin sejak duduk di bangku

SMP. Subjek mendapatkan

narkoba dari sesama teman

pejabat.

Subjek merasa bahwa awal

dirinya masih pada tahap

“keinginan” menggunakan

narkoba, dirinya masih mampu

menilai bahwa hal tersebut

adalah salah. Akan tetapi, selama

menjadi pecandu, subjek tidak

dapat merasakan apakah hal

tersebut salah karena dirinya

Kegagalan regulasi diri

yang dialami subjek:

Subjek menggunakan rokok

dan mengonsumsi minuman

keras, yang mana hal

tersebut merupakan gerbang

menuju adiksi. Akhirnya

subjek menjadi pecandu

morfin. Subjek juga

kehilangan kewaspadaan

diri sehingga dirinya merasa

membutuhkan narkoba dan

tak mampu menilai benar

atau salah.

Pengaruh lingkungan:

Subjek mengonsumsi

narkoba karena dirinya

mendapatkannya dari

Pola Kegagalan Regulasi

Diri:

Rolling the snowball (21-

26)

Reduksi pada monitoring

deindividuasi (38-41;

45-48)

Ekologi:

Mikrosistem (34-35)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 226: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

208

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

begitu

B: kalau disuruh menilai, ya saya tau itu ga baik. Tapi yang

namane pecandu kan tidak bisa menilai. Nah gini, sekarang aku

tanya, nek kamu memakai narkoba, ini andaikan aja lho ya,

menurutmu itu kepinginan apa kebutuhan?

W: ya awale kan kepinginan kan ya

B: tapi nek udah jadi seorang pecandu?

W: ya badannya yang butuh

B: nah ya seperti itu sis, sama saja seperti itu. Ketika aku masih

kepinginan, aku masih bisa menilai itu barang baik atau barang ga

bener. Tapi pas sudah menjadi pecandu, ya saya ga bisa menilai

itu sis.

W: Bro, emang enakkah rasanya di badan waktu pertama kali

pakai?

B: yo ga ada, namane orang mabuk itu sakit semua di badan

W: nek sakit gitu kenapa kok terus dikonsumsi Bro?

B: ya karena orang seperti itu kepingin menikmati dunia yang

lain. Makanya itu yang saya katakan watak dari kecil. Mestinya

kan kapok. Lalu saya punya prinsip, yang bisa menghentikan saya

ya diri saya sendiri karena yang memulai diriku sendiri kok.

W: itu dulu pernah ngalami kenaikan dosis atau toleransi gitu ga

Bro?

berasa bahwa badannya sudah

membutuhkan asupan narkoba.

(49-73) subjek mengatakan

bahwa badannya merasakan sakit

saat pertama kali mengonsumsi

narkoba. Subjek berpendapat

bahwa dirinya ingin merasakan

“dunia” yang lain dan merasa

bahwa dirinya lah yang sanggup

menghentikan. Subjek juga

mengalami toleransi (kenaikan

dosis) selama menggunakan

sesama teman anak pejabat.

Subjek memenuhi kriteria

adiksi, yaitu mengalami

toleransi atau kenaikan

dosis untuk mendapatkan

efek yang sama pada

narkoba yang digunakan.

Selain itu, toleransi yang

dialami subjek

menunjukkan bahwa subjek

telah menjadi pengguna

Karakteristik

ketergantungan:

Mengalami toleransi

(64/ 71-73)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 227: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

209

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

B: ya mesti.. kalo overdosis aku belum pernah. Karena aku

kontrol mbak. Nek nambah iso modyar aku.

W: dulu pakainya apa Bro yang sampai tahap toleransi?

B: morfin.

W: itu ngalamin toleransi itu langsung Bro?

B: iya, saya cepet ngalami toleransi. Dan stag‟nya juga cepet.

W: kok bisa kayak gitu ya Bro?

B: ya karena ada duit, ada barang, dan emosional tidak terkendali.

W: emosional tidak terkendali itu seperti apa Bro?

B: ya seperti “ah sesuk meneh nganggo”.

W: nah kan mengalami toleransi juga kan Bro, kok ya tetep

diterusin pakai itu kenapa ya Bro?

B: ya karena itu, ingin terus merasakan sesuatu yang baru lagi,

„waah aku wes iso tekan sak mene”. Seorang pencadu itu ingin

sesuatu hal yang baru, tapi dalam hal ke drugs.

W: jadi yang dimaksud “baru” itu apanya Bro?

B: efeknya. Jadi ngrasain, “wah 7 sedotan kayak gini, besok 8

sedotan”. Nah seperti itu terus.

W: berarti ada rasa ingin pakai terus ya?

B: he‟em he‟em

W: kalau pakai morfin gitu perasaannya gimana Bro?

B: efeknya ya mumbul-mumbul ga karuan gitu mbak. Perasaan itu

narkoba (morfin). Akan tetapi,

subjek juga cepat mengalami

stagnasi.

Subjek mengalami toleransi

karena merasa dirinya tidak

kehilangan uang dan memiliki

emosi yang dirasa tidak

terkendali. Selain itu, subjek

mengalami toleransi karena ingin

merasakan sesuatu yang baru,

yaitu efek yang ditimbulkan

selama mengalami toleransi.

(74-97) subjek merasakan efek

yang baru dengan semakin

bertambahnya dosis morfin yang

digunakan. Subjek juga

mengalami perasaan ingin

menggunakan secara terus-

menerus. Efek yang ditimbulkan

kompulsif.

Subjek merasakan efek

yang menyenangkan/

gratifikasi dari narkoba.

Selain itu, subjek merasa

mudah mendapatkan

narkoba karena adanya UU

(saat menjadi pecandu)

Pola Kegagalan Regulasi

Diri:

Pemberontakan atensi

gratifikasi (80-83)

Ekologi:

Mesosistem adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 228: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

210

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

muncul dari pembawaan. Kalau awalnya kita susah, ya kita bakal

nangis terus. Ketika seneng, ya seneng terus. Ketika ngomongke

wong wedok yo ngomongke terus.

W: berarti semacam penerus efek begitu ya Bro?

B: iya.. jadi berangkat dari pertama. Makane nek kita lagi

mangkel apa lagi susah, dan kita cuma berempat, harusnya yang

mabuk cuma dua, yang lain itu njagain.

W: dulu dihisap berarti ya Bro? Ga pakai suntik?

B: ga, dulu saya cuma hisap.

W: itu dulu jadi benar-benar merasa menjadi pecandu morfin itu

rentangnya berapa lama Bro?

B: saya pakai dari tahun 1975 sampai tahun 1998. Nah habis itu

ada undang-undang kesehatan kan ya. Sakjane kalo narkotika itu

dimasukkan ke dalam undang-undang kesehatan, ee jadi gini

mbak, dulu mencari prekusor itu mudah dan tersedia di apotek,

tidak seperti sekarang. Karena apa? Ya undang-undang kesehatan

itu. Sekarang kan pakainya UU narkotika, ya susah juga dapatnya.

W: dulu pakai narkoba itu mulai dari kapan Bro?

B: waktu saya masih SMP, sekitar tahun 1973 lah itu sampai

SMA.

W: kalau pas morfin itu kapan Bro pakainya?

oleh morfin dirasa seperti

penerus efek, yaitu penerus

emosi yang sebelumnya

dirasakan. Subjek menggunakan

morfin dengan cara dihisap.

Subjek menggunakan morfin

sejak tahun 1975 hingga tahun

1998. Subjek merasa mudah

mendapatkan narkoba karena

pada masanya, tidak ada UU

narkotika dan hanya

menggunakan UU kesehatan

sehingga subjek mudah

mendapatkan prekusor di apotek.

(98-109) subjek menggunakan

narkoba sejak dirinya duduk di

bangku SMP. Sejak SMP, subjek

sudah mengonsumsi morfin dan

kesehatan memudahkan

subjek untuk mendapatkan

prekusor narkoba.

Subjek memiliki status

sosioekonomi di atas rata-

rata, sehingga dirinya

mudah mendapatkan/

peraturan pemerintah (92-

97)

Ekologi:

Makrosistem

sosioekonomi dan gaya

hidup (104-105/ 108-109)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 229: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

211

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

116

117

118

119

120

121

122

B: wah saya ini langsung e mbak, toleransinya cepet banget e

mbak.

W: jadi waktu SMP sudah pakai morfin?

B: iya mbak. Toleransinya itu cepet banget mbak. Karena apa?

Dulu kan saya ga kehilangan duit.

W: itu dulu dapet dari mana Bro? Ada kenalan apa gimana gitu ?

B: di Indonesia ga ada mbak. Yang namanya pejabat, ya mesti

dapetnya dari sesama teman pejabat dan mesti ga lepas dari itu.

W: terus perasaannya Bro Y dulu selama jadi pecandu itu gimana?

B: ya orang merdeka, bebas, ya kayak gitu. Terus dulu pake

yamaha yasi, pas aku mabuk ya aku gembrong-gembrongke

kampung. Perkara orang ga suka kan pada ga berani sama

bapakku.

W: waktu itu Bro Y sadar ga kalau itu sebenernya malah membuat

masalah baru?

B: ya sadar ga sadar, wong ga bisa bedain mana kepinginan mana

kebutuhan kok. Ya sudah jadi kebutuhan, kalau ga pakai ya

badanku malah sakit semua kok.

W: selama jadi pecandu, itu apa yang dirasakan sama diri sendiri?

B: ya saya kayak punya dunia lain, kalau berani ganggu ya saya

marah. Jadi sama masyarakat juga jauh, makanya kumpulnya

mengalami toleransi dengan

cepat.

(110-119) selama menjadi

pecandu, subjek merasa dirinya

seperti orang yang merdeka.

Subjek tidak menyadari bahwa

adiksinya menimbulkan masalah

baru karena dirinya tidak dapat

membedakan yang mana

keinginan dan yang mana

kebutuhan.

(120-132) selama menjadi

pecandu, subjek merasa seperti

memiliki dunia yang lain,

membeli narkoba karena

dirinya merasa tidak

kekurangan uang. Selain

itu, subjek merasa bahwa

demikianlah gaya hidup

anak pejabat.

Subjek merasakan efek

yang menyenangkan/

gratifikasi dari narkoba,

yaitu adanya perasaan

merdeka atau bebas.

Subjek memenuhi kriteria

adiksi, yaitu mengalamu

gejala putus zat.

Subjek merasakan adanya

efek yang menyenangkan

dari narkoba dan

Karakteristik adiksi:

Toleransi (101-102)

Pola Kegagalan Regulasi

Diri:

Pemberontakan atensi

gratifikasi (112-114)

Karakteristik

ketergantungan:

Gejala putus zat (117-119)

Pola Kegagalan Regulasi

Diri:

Pemberontakan atensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 230: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

212

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133

134

135

136

137

138

139

140

141

142

143

144

sama sembilan orang temen tadi. Dulu ga ada grebekan ya karena

masih pakai Undang-Undang kesehatan.

W: berarti itu seperti tidak bisa berpikir atau ngrasain kalau itu

bener atau salah ya?

B: blas ga bisa. Ini tu duniaku, bodo amat.

W: terus dulu ketika mendapatkan morfin, itu Bro Eko

menganggap morfin itu sebagai apa?

B: ya terus mendewakan begitu kalau pecandu. Lha aku pakai ini

rasane ra susah, ora mikir, wes rasane koyo digendong dewo

ngono kae.

W: nah misal nih Bro Y mengalami masalah waktu jadi pecandu.

Nah itu jalan keluarnya seperti apa Bro?

B: ya mendem. Lha piye? Rasah tuku yo wes ono, duit yo ra dadi

masalah.

W: Bro Eko pernah mengalami sakau gak?

B: yo sering to..

W: nah itu rasane kayak gimana Bro?

B: ya kayak dipatahin tangane mbak. Wuih sakit banget. Dan

saking sakitnya air mani bisa keluar lho. Coba itu air mani bisa

keluar, kan kayak mati nggantung.

W: terus rasane kayak gimana Bro?

B: wah rasane wes raiso mikir mbak, rasane kepingin mati wae.

sensitif, dan hanya bergaul

dengan teman sesama pecandu.

Subjek tidak mampu

membedakan benar dan salah.

Subjek menganggap morfin

sebagai dewa karena dirinya

tidak mengalami kesusahan

selama menggunakan morfin.

(133-150) selama menjadi

pecandu: saat mengalami

masalah, jalan keluar yang

dilakukan oleh subjek adalah

mendem (mabuk). Subjek kerap

mengalami gejala putus zat yang

ditandai dengan rasa sakit pada

fisik. Selama mengalami gejala

putus zat, subjek berkata bahwa

dirinya tidak dapat berpikir.

menganggap narkoba

sebagai dewa, sehingga

subjek pun tidak dapat

membedakan benar dan

salah.

Subjek mengalami adiksi

yang ditandai dengan

mengurangi aktivitas sosial

Subjek menggunakan

narkoba sebagai jalan

keluar atas masalahnya.

Subjek mengalami gejala

putus zat dan tetap

menggunakan kontrol emosi

agar tidak berlarut kepada

tindakan bunuh diri.

gratifikasi (130-132)

Karakteristik adiksi:

Mengurangi aktivitas

sosial (121-124)

Karakteristik adiksi:

Mengalami gejala putus

zat (140-142)

Pola kegagalan RD:

Penyerahan/ letting it

happen (135-136)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 231: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

213

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157

158

159

160

161

162

163

164

165

Makane nek ada orang yang sampai terjun bebas di hotel itu dia

sakau, cuma dia ga bisa handle feeling aja itu. Sakau itu

sebenarnya tidak sampai mati, paling durasinya hanya dua jam.

W: kalau Bro Y pas sakau nih, dan kebetulan ga dapet drugsnya,

nah itu gimana Bro?

B: ya ditahan.

W: ada gak misal pakai apa dulu buat menyangga kondisi sakau?

B: ga ada sis. Kalau sudah drug choice itu ga bisa. Kecuali pada

tahap coba-coba. Karena pada tahap drug choice itu, secara fisik

sudah pas juga secara psikis juga sudah pas.

W: kalau selama jadi pecandu itu kalau mengalami sakau fisik itu

berapa waktu sekali Bro?

B: waa kalo aku ga pernah ngalami mbak, orang saya pakai terus

tiap hari. Begitu terasa dikit, saya pakai, orang ga kehilangan duit.

W: berarti begitu ada tanda-tanda ga enak gitu langsung pakai ya

bro?

B: lha iya. Itu kita satu isepan buat rame-rame, “salome” satu

lobang rame-rame.

W: dulu pakai substitusi ga Bro? Zat buat gantikan yang utama?

B: kalau saya ga ada. Karena ga tau campurannya gimana,

pokoknya cocoknya itu ya pakai itu terus

(151-162) subjek mengatakan

bahwa dirinya tidak

menggunakan substitusi dan

hanya berfokus pada drug

choicenya. Subjek tidak pernah

mengalami gejala sakau karena

dirinya selalu menyediakan

narkoba dan merasa tidak

kehilangan uang. Setiap ada

gejala sakau, subjek langsung

mengonsumsi narkoba (morfin).

(163-177) subjek mengatakan

bahwa dirinya tidak

menggunakan substitusi (narkoba

Di sisi lain, subjek mengaku

tidak pernah mengalami

sakau karena setiap mulai

muncul gejalanya, subjek

selalu menyediakan

narkoba.

Kondisi sosioekonomi

subjek tergolong tinggi

merasa tidak kehilangan

uang

Subjek tidak menggunakan

substitusi obat karena telah

merasa cocok dengan

Antisipasi gejala putus zat

(157-158).

Ekologi – Makrosistem

(157-158)

Pola Kegagalan Regulasi

Diri:

Pemberontakan atensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 232: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

214

166

167

168

169

170

171

172

173

174

175

176

177

178

179

180

181

182

183

184

185

186

W: Bro Y mengalami tahap toleransi itu kalau dihitung sudah

berapa lama Bro?

B: waduh uwis suwi banget. Jadi gini, toleransi itu ada kenaikan

dosis, juga ada yang namanya drug choice. Tahap pencarian drug

choice. Jadi selama mengalami kenaikan itu, juga mengalami

tahap pencarian identity. Nanti kalau sudah cocok, ya itu yang

akan dipakai seumur hidup.

W: pas Bro Y pakai morfin, itu perilaku yang muncul seperti apa

Bro?

B: kebetulan saya ini langsung, dari miras, ganja, langsung

morfin. Karena adanya itu. Nah kebetulan aku pakai itu kok

cocok, pas. Fisik yo enak, psikis yo enak, plong.

W: nah pas pakai itu lho Bro, itu perilaku yang muncul gimana?

B: ya itu tergantung gimana pembawaanku mbak. Nek aku pakai

mas nesu, yo aku nesu-nesu terus. Atau misal pas aku pakai itu,

pas hari kartini terus nganterin pacarku sek ayu, ya aku akan

memuja-muja terus. Dan itu tergantung berangkatnya atau

awalnya seperti apa.

W: nah tadi kan Bro Eko bilang bahwa itu hanya sesaat dan justru

menimbulkan masalah baru. Nah Bro Eko itu kapan sadarnya dan

mulai....

pengganti). Subjek mengalami

toleransi sudah sejak lama dan

pada tahap itu juga subjek

mencari identitas akan

narkobanya. Subjek merasa

cocok menggunakan morfin dan

merasa nyaman.

(178-183) efek morfin yang

dirasakan subjek bergantung

pada kondisi emosi subjek tepat

sebelum menggunakan morfin.

Narkoba tersebut dirasa sebagai

penerus efek.

(184-197) pada saat subjek

berada pada tahap stagnasi

(menggunakan hanya pada dosis

morfin.

Subjek mengalami stagnasi

saat menjadi pecandu, yaitu

kondisi saat dirinya tidak

gratifikasi (175-177)

Efek Morfin

Awal mula recovery:

Mengalami stagnasi (187-

188).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 233: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

215

187

188

189

190

191

192

193

194

195

196

197

198

199

200

201

202

203

204

205

206

207

208

B: waktu saya berada pada tahap stagnasi. Itu saat saya berhenti

pada kadar tertentu. Nah pada saat itulah saat yang tepat buat

ngandani, “wes to, luwih apik kowe rehab”. Karena pada tahap

itu, orang akan kebingungan, perang sama dirinya sendiri, dan

ujung-ujungnya kepingin stop.

W: berarti Bro Eko pernah kepikiran untuk sembuh?

B: semua pecandu itu pengennya stop, tapi tidak ada keberdayaan.

“wah ntar di panti di klebek-klebekke banyu”. Nah itu takutnya

sudah minta ampun.

W: kayak kecemasan sendiri gitu ya

B: karena semua itu dinilai dari dirinya sendiri.

W: dulu waktu jadi pencadu ga ada usaha untuk menutup-nutupi

begitu atau gimana Bro?

B: rata-rata orang tua tahu anaknya itu adalah seorang pecandu itu

kira-kira setelah empat tahun sis. Empat tahun setelah

menjalankan. Karena setelah menjadi pecandu itu, mereka

menjadi raja “ong”, raja bengong, raja bohong, raja nyolong.

W: itu waktu Bro Eko mau direhab itu ada campur tangan dari

orang tua?

B: ya jelas, karena kita ga ada berdaya. Satu, seorang pecandu itu

selalu ingin membahagiakan orang lain dalam tanda kutip. Berarti

ketidaberdayaan itu kalau dia ditawari meneh. Kedua, bahwa

tetap), subjek mengatakan bahwa

saat itulah merupakan saat yang

tepat bagi pecandu untuk

menjalani rehabilitasi. Subjek

mengatakan bahwa pecandu

ingin berhenti namun tidak ada

keberdayaan.

(198-209) subjek mengatakan

bahwa keluarga pecandu akan

mengetahui kondisi adiksi

setelah empat tahun. Pecandu

akan menjadi raja melamun,

bohong, dan mencuri. Subjek

mengatakan bahwa pecandu

memiliki ketidak berdayaan

ketika ditawari narkoba dan tidak

mau tahu.

lagi merasakan efek dari

morfin. Saat stagnasi,

subjek memiliki keinginan

untuk berhenti. Akan tetapi,

subjek mengalami

kecemasan untuk menjalani

rehabilitasi

Subjek mengalami

deindividuasi, yaitu kondisi

saat kehilangan evaluasi

diri, sehingga subjek merasa

tidak berdaya apabila

kembali ditawari narkoba.

Selain itu, reduksi

deindividuasi juga terjadi

karena subjek kehilangan

self awareness dengan

menutupi kondisi adiksinya

Adanya keinginan untuk

berhenti (187-191)

Pola Kegagalan Regulasi

Diri:

Reduksi pada Monitoring

deindividuasi (200-203;

206-209)

Penyerahan/ letting it

happen (206-209)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 234: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

216

209

210

211

212

213

214

215

216

217

218

219

220

221

222

223

224

225

226

227

228

229

seorang pecandu itu selalu tidak mau tahu.

W: lalu apa yang bikin Bro Eko itu bisa sembuh?

B: nyonyahku (istriku). Karena seorang pecandu itu harus punya

partnership seumur hidup. Karena pada masa akhir, dia akan

mengalami yang namanya post acute withdrawl syndrome.

Seorang pecandu akan mengalami itu. Itu apa? Seperti pada

wanita menstruasi, setiap bulan rutin. Seorang pecandu akan alami

itu, tapi fasenya bukan bulanan. Ada yang satu bulan sekali, atau

tiga bulan sekali.

W: itu seperti apa Bro?

B: ya duduk tidak nyaman, sensitif, mulai sakit semua badannya.

Tapi itu semua sebenere hanya perasaan saja, padahal yo ujung-

ujunge pengen pakai.

W: hampir sama kayak sakau ya Bro?

B: tetapi durasinya berbeda, dan tergantung apa yang dipakai,

rutinitas pemakaiannya, dan dosis yang digunakan itu yang akan

mempengaruhi sering tidaknya sindrom itu muncul.

W: nah Bro, bedanya sakau psikis sama PAWS itu apa Bro?

B: kalau sakau psikis, itu mimpi pakai. Jadi dilakoni satu kali

sakau itu selesai.

W: berarti sekali muncul mimpi selesai?

(210-225) subjek mengatakan

yang membantu kesembuhannya

adalah istrinya. Subjek

mengatakan bahwa ia butuh

partner karena dirinya

mengalami PAWS. Gejala

PAWS ditandai dengan kondisi

yang membuat subjek tidak

nyaman dan menimbulkan

keinginan untuk kembali

menggunakan. PAWS muncuk

bergantung pada narkoba apa

yang dipakai, rutinitas

pemakaian, dan dosis yang

digunakan.

(226-245) subjek menjelaskan

perbedaan sakau psikis dengan

PAWS. Sakau psikis ditandai

dengan munculnya mimpi

Kondisi lingkungan

terutama lingkungan

keluarga dirasa membantu

subjek dalam hal recovery.

Hal yang membantu adalah

dukungan dari sang istri.

Selain itu, subjek merasa

butuh dukungan karena

dirinya mengalami gejala

PAWS seumur hidupnya

Sakau psikis yaitu kondisi

saat pecandu mengalami

mimpi menggunakan

narkoba, sedangkan PAWS

Ekologi:

Mikrosistem (211-217)

Mengalami PAWS (212-

217/ 219-221).

Mengalami sakau psikis

(227-228).

Mengalami PAWS (232-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 235: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

217

230

231

232

233

234

235

236

237

238

239

240

241

242

243

244

245

246

247

248

249

250

251

B: selesai.

W: cuma itu aja bedanya?

B: iya cuma itu aja. Cuma kalo PAWS itu yang seumur hidup.

Karena itu dibawa sama darah terus ke otak terus “set” nagih,

sisa-sisa dari pakai itu dulu, itu yang masih ada di tubuh. Makanya

ada yang fase 3 bulan, ada yang fase 6 bulan.

W: itu misal ngalamin yang fase 3 bulan sekali itu, pas ngalamin

itu hanya satu hari aja apa gimana?

B: iya satu hari saja. Jadi misal tiap 3 bulan itu “ajeg”, dan tanggal

jatuh temponya juga kurang lebih sama. Jadi misal yang fase 3

bulan, berarti tiap tahun dia ngalamin 4 kali.

W: kalau sakau psikis itu kok cuma bisa mimpi aja itu gimana?

B: ya karena otak to?

W: karena selalu ditekan ke bawah sadar gitu?

B: iya.. Nah ter-follow up oleh otak, muncul lewat mimpi, ya

maka selesai.

W: kalo yang PAWS itu yang terus-terusan ya?

B: iya karena itu adalah racun, dan dibawa ke otak. Lha gimana

orang itu terakumulasi terus kok. Jadi itu racun muter terus dan ga

bisa keluar.

W: kalau sedang alami PAWS itu kondisinya gimana Bro?

B: ya sama, duduk tidak nyaman, keringat dingin keluar, mulut

menggunakan narkoba, dan

ketika muncul, berarti sakau

psikis dinyatakan selesai. PAWS

merupakan kondisi mirip gejala

putus zat yang dialami dalam

kurun waktu tertentu dan relatif

menetap tiap tanda

kemunculannya.

(246-275) subjek mengatakan

bahwa dirinya masih mengalami

PAWS. Subjek menjelaskan

PAWS muncul dengan kondisi

ketidak nyamanan, munculnya

keringat dingin, dan kondisi

adalah kondisi sakau

berlanjut sebagai akibat dari

adiksi.

PAWS: merasa tidak

nyaman, sensitif, dan

memiliki pikiran atau

keinginan untuk kembali

menggunakan.

Saat mengalami PAWS, ada

235).

Hindari Pola Kegagalan

Regulasi Diri:

Kelambanan Psikologis

self stopping (269-273)

Ekologi:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 236: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

218

252

253

254

255

256

257

258

259

260

261

262

263

264

265

266

267

268

269

270

271

272

273

274

rasanya cuma kepingin misuh-misuh.

W: kalau perasaannya gimana Bro?

B: pasti sensi.

W: kalau dari pikiran, nah itu yang dialami seperti apa Bro?

B: kalo pikiran itu bisa maju bisa mundur.

W: itu maksudnya pikirannya kacau apa gimana?

B: iya, rasane mung kepingin nganggo.

W: berarti rasanya juga kepingin makai?

B: iya kepingin makai.

W: berarti cuma 2 pilihan, makai apa engga?

B: iya, makanya itu perlunya sharing.

W: kalau Bro Y sendiri apa yang dilakukan kalau mengalami

PAWS?

B: ya kalau saya sharing sama istri saya, sama anak saya. Itu tidak

berlangsung beberapa jam kok. Itu cuma sebentar, bisa saja hanya

hitungan menit atau detik saja.

W: kalau sharing begitu, apa saja Bro yang dilakukan?

B: kalau saya pergi dari tempat. Jangan sampai itu muncul malah

semakin dinikmati. Nah orang itu jatuhnya banyak di situ. Nah

orang jatuh itu bisa 3 kemungkinan, relapse itu pakai zat yang

sama, slip itu pakai yang dibawahnya, atau lapse itu dibayangkan

terus.

W: berarti Bro Y lebih ke menghindari aja ya?

emosi yang tidak baik. Selama

PAWS muncul, subjek

mengalami munculnya pikiran

untuk kembali menggunakan.

Yang dilakukan subjek saat

PAWS muncul adalah sharing

dengan istrinya. Subjek

menjelaskan bahwa PAWS

muncul hanya berdurasi sebentar.

Subjek melakukan sharing agar

tidak semakin menikmati gejala

PAWS yang muncul (juga

menghindari terjadinya jatuh

kembali dengan menggunakan).

Subjek menceritakan bahwa

dirinya menggunakan coping

hide and run (yaitu menghindari

dan pergi)

rasa ingin kembali

menggunakan. Yang

dilakukan subjek adalah

menghentikan dorongan

(self stopping) dan sharing

dengan istrinya

Mikrosistem (265-267)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 237: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

219

275

276

277

278

279

280

281

282

283

284

285

286

287

288

289

290

291

292

293

294

295

B: iya, itu yang namanya strategi coping itu hide and run.

W: lalu yang memotivasi untuk pulih itu apa Bro?

B: ibu saya. Ya waktu itu kebetulan saya juga ada di tahap

stagnasi, terus ibu ngomong, “le, ibu rela kok sirahe ibu diinjak-

injak asal kowe mari seko narkoba”. Rasane yo “ngek”. Gek o

nganggo narkoba kan yo jenuh, kakehan masalah. Karena menjadi

seorang pecandu itu pasti ada jenuhnya mbak. Nah inilah one way

ticket saya untuk berangkat rehabilitasi. Ibuku yang ngasih tahu

aku itu pada momen yang tepat. Kalo ngasih tahunya di momen

yang tidak tepat, pas aku masih kecanduan, yaa “sudi sopo

kowe?”.

W: itu dulu motivasinya Bro Y buat sembuh untuk yang terakhir

kalinya itu karena apa?

B: dari hati, aku pindah ke otak. Jadi bisa pakai logika. Dulu saya

yang harus dingertiin sama orang lain, nah sekarang saya yang

harus bisa mengerti orang lain juga.

W: terus ibu berkata sesuatu itu?

B: nah ya itu yang membuat saya, jadi pada saya di tahap stagnasi,

sudah mentok ga bisa nambah lagi, nek nambah aku modar, dan

ibu memberi petuah di saat yang tepat.

W: berarti dulu stagnasi itu bisa ga overdosis ya Bro?

(276-284) subjek menceritakan

bahwa yang memotivasinya

untuk pulih adalah ibunya. Saat

itu ibu subjek mengatakan

sesuatu yang menyentuh hati

subjek dan disertai kondisi

subjek yang jenuh saat menjadi

seorang pecandu.

(285-315) subjek menceritakan

bahwa kesembuhannya juga

didukung dengan subjek mampu

menggunakan logika dan

memahami orang lain. Subjek

juga menceritakan bahwa saat

dirinya mengalami tahap

stagnasi, ibunya memberikan

nasehat yang tepat (di saat yang

tepat). Subjek menambahkan

bahwa pada tahap stagnasi,

Awal subjek ingin pulih

adalah saat dirinya

mengalami kejenuhan. Di

saat yang sama, ibunya

memberikan nasehat

sehingga subjek semakin

mantap untuk pulih.

Subjek merasa bahwa

dirinya harus mengerti

orang lain, dengan kata lain,

subjek berusaha melihat

kemungkinan positif

(persepsi).

Selain itu, subjek juga

mengalami stagnasi

sehingga memantapkan

dirinya untuk sembuh.

Mengalami Kejenuhan

(277-281)

Hindari Pola Kegagalan

Regulasi Diri:

Hindari Pemberontakan

Atensi transcedence

(287-289)

Mengalami stagnasi (296-

301)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 238: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

220

296

297

298

299

300

301

302

303

304

305

306

307

308

309

310

311

312

313

314

315

316

317

B: iya. Tetapi sebenarnya itu paling efektif buat rehab karena

menggunakan apa-apa sudah tidak nyaman lagi, jadi hanya untuk

menghilangkan rasa sakit. Tetapi hepi rasa senang itu nggak ada.

Euforia juga ga ada. Berhenti di situ terus, kan rasanya ga enak

kan? Rasane cuma sakit aja, biar ga sakau. Tapi itu malah bikin

awake loro kabeh mbak. Karena tidak ada kepuasan secara psikis.

W: lalu pas stagnasi itu pernah ada rasa jenuh ga Bro?

B: ada. Rasa jenuh, rasa tidak semangat. Nah kalau stagnasi ini

yang tidak ditangani ini yang bikin orang bunuh diri. jadi

pecandu-pecandu yang bunuh diri itu kan sebenernya mengalami

stagnasi yang tidak ter-follow up sebenernya. Jadi overdosis itu

dianggap mati yang paling nikmat. Jadi sebenarnya pecandu itu

ada tahapan: awal, toleransi, kecanduan, perubahan, lalu relapse-

repent. Nah kalau sudah direhab lalu relapse dan itu tidak direhab,

itu adalah kejatuhan yang bukan sebagai proses pembelajaran

tetapi sebagai kenikmatan ulang. Kalau relapse lalu direhab, dia

akan ditunjukkan susahnya mengulangi proses untuk sembuh

ketika dia pakai lagi. Kalau relapse ga direhab, ya dia akan

relapse terus. Dan relapsenya itu sudah tidak merasakan efek,

hanya kangen yang diteruskan.

W: selama Bro Eko menjadi pecandu, Bro Eko memandang diri

sendiri kayak gimana?

subjek tidak merasakan efek

yang diharapkan dari narkoba

dan hanya mengalami rasa sakit.

Selama tahap stagnasi, subjek

mengalami kejenuhan.

(316-328) subjek mengatakan

bahwa selama menjadi pecandu,

Selama menjadi seorang

pecandu, subjek menarik

Efek menjadi pecandu:

Halusinasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 239: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

221

318

319

320

321

322

323

324

325

326

327

328

329

330

331

332

333

334

335

336

337

338

B: yaa karena apa, kalo orang sudah menemukan drug choice itu

kan ga bisa ngumpul mbak. Orang shabu ga bisa kumpul dengan

orang miras. Dan mereka itu cenderung menarik diri. Ketika

menarik diri, kan aku di masyarakat juga ga bisa diterima.

Akhirnya aku cuma di kamar saja mbak. Nah di kamar aku pasang

foto pacarku itu mbak, kuwi tak delok malah dadi mak lampir kok

mbak. Berarti apa? Aku sudah mengalami halusinasi.

Halusinasinya pecandu itu ada mis-komunikasi panca indra. Tidak

cuma di pengelihatan, tapi pendengaran, perasaan juga,

penciuman juga. Nah kalo sudah kayak gitu, ya aku ngrasa, “kok

aku koyo wong edan to?”. Tapi aku kudu kepiye aku ga ngerti.

W: kalo dulu pas jadi pecandu, ada orang tanya, “Bro, kamu itu

siapa”, nah Bro Eko akan jawab apa?

B: ya saya akan sombong. Karena seorang pecandu itu akan

sombong. Karena saya pernah menjadi orang normal, tapi kamu

belum pernah jadi orang pecandu. Itu kesombongannya mereka.

Jadi kalo pridenya yak, kalo actionnya itu no. Nek karo wong liyo,

“woo sapa elu”. Padahal sakjane yo ngrasa, “aku ki sopo to

sakjane?”.

W: brarti sama diri sendiri juga kayak ga kenal gitu ya?

B: iya gitu.

dirinya tidak dapat berkumpul

bersama orang selain sesama

pecandu morfin. Subjek juga

menceritakan bahwa dirinya

merasa tidak diterima di

lingkungan masyarakat. Subjek

juga mengalami halusinasi akibat

pemakaian morfin.

(329-338) selama menjadi

pecandu, subjek merasa bahwa

dirinya adalah sosok yang

sombong. Akan tetapi, subjek

juga menceritakan bahwa ia tidak

mengenal dirinya.

diri (withdrawl) dari

lingkungan.

Subjek mengalami

halusinasi.

Subjek merasa tidak waras.

Subjek memiliki

kesombongan (high self

esteem) namun merasa

tidak memiliki tindakan

apapun.

Subjek mengalami

deincividuasi (tidak bisa

mengevaluasi diri) sehingga

subjek tidak mengenal

dirinya.

Perasaan tidak normal.

Karakteristik adiksi:

Mengurangi aktivitas

(318-322)

Pola kegagalan RD:

Reduksi pada monitoring

Tidak mengenal dirinya.

(331-336)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 240: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

222

339

340

341

342

343

344

345

346

347

348

349

350

351

352

353

354

355

356

357

358

359

W: nah dulu di panti rehabilitasi itu dikasih apa aja Bro?

B: ya sama seperti di sini. Yang mana ada 18 grup terapi yang

tidak semua orang bisa “in”. Tapi ada di antara 18 grup terapi itu

yang mesti “in” walaupun hanya satu. Jadi memang ada grup-grup

terapi yang pas untuk merubah perilaku saya.

W: yang pas itu apa buat Bro Y?

B: yang pas itu meminta evaluasi dengan peer, atau dengan

sesama. Nah evaluasiku itu bisa dinilai sama diri sendiri, juga

sama orang lain.

W: waktu itu Bro Y sudah sampai tahap stagnasi kan ya, baru

masuk ke rehabilitasi. Nah apa yang dilakukan Bro Y agar benar-

benar lepas dari itu?

B: nah pas di rehab kan bener-bener ga dikasih itu. No drugs, no

violence, no sex. Mau ga mau ya harus bener abstinen. Bener-

bener tahan sakitnya. Tapi di situ juga di dampingi, “hayo dulu

kamu menerima to nikmatnya, sekarang kamu merasakan

sakitnya, nanti Tuhan berada di tengah-tengah kita”. Nah itu yang

saya katakan sebagai motivator itu di situ. Maka social worker itu

pendekatan dari tahap awal sampai proses itu selesai.

W: nah misal ada pikiran untuk memakai lagi..

B: itu post namanya

(339-347) program rehabilitasi

yang dirasa cocok oleh subjek

adalah terapi grup, yang mana

dilakukan dengan cara saling

memberi evaluasi antar teman

yang menjalani proses

rehabilitasi.

(348-357) agar benar-benar

lepas (abstinen), subjek

menjalani proses rehabilitasi dan

memeroleh pendampingan untuk

lepas dari narkoba, kekerasan,

dan seks.

(358-373) saat mengalami

PAWS, subjek melakukan

Subjek merasa program

rehabilitasi yang dirasa

cocok dengan temannya

adalah group therapy

(saling memberi evaluasi

antar teman)

Subjek merasa bahwa

dirinya harus menahan

konsekuensi dari narkoba

selama menjalani proses

rehabilitasi.

Ketika PAWS muncul,

subjek mengalihkannya

Program rehabilitasi:

Merasa cocok dengan cara

saling beri evaluasi/ Group

therapy.

(341-347)

Proses Rehabilitasi:

Menahan efek dari drugs

(351-357).

Ekologi:

Mikrosistem (361-371)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 241: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

223

360

361

362

363

364

365

366

367

368

369

370

371

372

373

374

375

376

377

378

379

380

W: nah itu apa yang Bro Y lakukan?

B: ya saya akan konseling. Dengan istriku. Soalnya konselor itu

pelan-pelan akan dipindahkan ke keluarga terdekat. Dulu sebelum

saya nikah, itu diserahkan ke ibu saya. Begitu saya punya istri, ya

langsung di serahkan ke istri saya. Karena pecandu itu punya

motto, “sharing is the big power”. Sharing adalah segalanya.

Ketika aku sudah merasa ga enak, ya aku akan ngomong dengan

istriku. Nanti aku diajaki makan ke mana. Kalau di sini aman, ada

sis Lely. Atau saya juga bisa sharing dengan temen-temen.

Makanya poin tadi saya bekerja sebagai karya dan juga berguna

bagi orang lain itu ya gitu, saya juga bisa menjaga recovery saya.

W: berarti memonitornya dengan bantuan orang lain?

B: iya, kita tidak bisa sendiri. Perlunya juga motivasi dari orang

lain.

W: Bro Y pernah alami relapse?

B: lha mlebu nang panti bolak-balik nganti ping pitu kan lak yo

relapse terus to?

W: berarti kalo relapse harus masuk lagi ke panti ya?

B: iya makanya itu yang namanya kejatuhan sehingga dia harus

belajar dari kegagalan yang kemarin itu.

W: Bro Y pernah ikut rehab 7 kali ya? Itu kok bisa relapse kenapa

konseling dengan istrinya.

Sebelum subjek menikah, subjek

dipasrahkan kepada keluarganya.

Subjek merasa adanya kekuatan

yang besar dengan sharing dan

sebagai pengalihan agar recovery

pada subjek tetap terjaga.

(374-379) subjek pernah

mengalami relapse dan keluar-

masuk panti rehabilitasi

sebanyak tujuh kali. Subjek

mengatakan bahwa relapse itu

adalah proses belajar dari

kejatuhan.

(380-396) subjek mengatakan

dengan cara sharing

bersama istrinya maupun

pergi dengan teman-

temannya. Oleh karena itu,

subjek merasa bahwa

dirinya tidak mampu sendiri

melainkan ia butuh

dukungan dari

lingkungannya sebagai

pengalihan ketika

mengalami PAWS.

Subjek pernah mengalami

relapse sebanyak tujuh kali.

Subjek mengalami pola

Mengalami RELAPSE.

(375-376)

Pola Kegagalan Regulasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 242: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

224

381

382

383

384

385

386

387

388

389

390

391

392

393

394

395

396

397

398

399

400

401

402

Bro?

B: karena keluarga tidak mendukung.

W: misalnya Bro?

B: lha misalnya aku pulang, aku bilang, “Bu, aku pingin teruske

hubunganku sama Tuti”. Ibuku bilang, “dirampungke sek

sekolahe, golek gawean, lagi pacaran”. Lha aku mendem meneh.

Sepele to? Tapi seorang pecandu itu masalah kecil dibesarkan,

bukan masalah besar terus dikecilkan. Karena semuanya dinilai

dari dirinya sendiri, tidak pernah dari omongan orang lain.

Akhirnya yang terjadi apa? Ya menilai kalo orang lain itu salah.

W: terus kalau yang lainnya itu karena apa Bro kok bisa relapse

lagi?

B: itu, saya dipaksa pulang untuk segera kuliah. Macem-macem

juga mbak, ada juga yang beberapa itu tidak memperbolehkan

saya untuk keluar rumah. Ada juga yang karena dijanjikan

dibelikan mobil corolla itu, lalu tidak jadi.

W: yang terakhir itu bisa tidak relapse itu kenapa Bro?

B: karena saya sudah bisa ngaca, ooo ini to saya.

W: jadi dulu relapse karena...?

B: karena dulu saya tidak bisa yang namanya handle feeling, tidak

bisa positif thinking. Karena apa? Pola pikir saya catat hanya di

hati. Kalau sekarang, sudah dicatat di otak. Misal, “oh ya bapak

bahwa keluarga dirasa tidak

mendukung subjek dan subjek

mengalami kekecewaan karena

keinginannya tidak terpenuhi.

Subjek mengatakan bahwa

relapse yang ia alami bermula

dari masalah yang sepele.

(397-414) hal terakhir yang

membuat subjek tidak

mengalami relapse adalah subjek

mampu berpikir positif dan

mengendalikan emosinya.

Subjek mengatakan bahwa

kegagalan regulasi diri,

yaitu pembiaran. Subjek

mengalami emotional

relapse, sehingga dirinya

menggunakan morfin

sebagai upaya melupakan

masalah sejenak.

Cara subjek agar tidak

kembali relapse adalah

dengan meregulasi

emosinya dan berpikir

positif.

Diri:

Pembiaran/ letting it

happen (384-390)

Emotional Relapse

Hindari pola kegagalan

regulasi diri:

Hindari pemberontakan

atensi transcendence

(400-406)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 243: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

225

403

404

405

406

407

408

409

410

411

412

413

414

415

416

417

418

419

420

421

422

423

424

ibu ga bisa belikan karena tidak punya uang”. Maka saya selalu

bilang sama anak-anak, “kamu harus bisa memaafkan diri kamu

sendiri. Kalau kamu tidak memaafkan diri kamu sendiri, ya akan

sulit untuk memaafkan orang lain juga”.

W: terus supaya bisa handle feeling itu Bro Y ngapain?

B: ya permasalahan yang tadinya pakai hati sekarang pakai otak,

jadi pakai logika.

W: berarti tidak berpikir pendek gitu ya?

B: ya karena akan selalu dihadapkan dengan masalah. Misal di

sini, kamu bermasalah dengan teman. Ya kamu harus belajar.

Kalau kamu tidak belajar menerima di sini, maka di rumah bisa

saja kamu kecewanya lebih besar.

W: berarti selama di rehab memang diajarkan untuk kontrol

feeling?

B: iya, makanya tadi aku bilang, di sini residen itu belajar dari

orang lain. Bagaimana seandainya berada di posisi orang lain, apa

yang dirasakan orang lain, apa yang seharusnya dilakukan oleh

orang lain tersebut. Jadi ya semacam jadi cermin antar sesama

teman. Jadi bisa mempelajari karakter orang lain juga. Karena

misal di sini ada 50 orang, ya bakal ada 50 masalah, 50 karakter,

jadi bisa buat membedakan. Saya dulu juga diajarin gitu. Jadi

belajar dari ditemukannya dengan teman dan belajar masalah yang

dirinya sudah mampu menilai,

misal orang tua tidak menuruti

keinginannya karena tidak

memiliki uang.

Subjek mengatakan cara untuk

mengelola emosi adalah dengan

cara menggunakan logika dan

belajar dari masalah yang sedang

dialami.

(415-427) subjek menceritakan

bahwa di panti rehab, residen

belajar untuk saling memahami

karakter-karakter antar residen.

Selain itu, residen juga belajar

dari masalah yang dialaminya.

Selama di rehabilitasi,

subjek juga belajar untuk

kontrol emosi.

Proses Rehabilitasi:

Meregulasi emosi

(417-425)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 244: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

226

425

426

427

428

429

430

431

432

433

434

435

436

437

438

439

440

441

442

443

444

445

berbeda. Jadi akan tahu, bagaimana seandainya kalau jadi orang

lain. Karena seorang pecandu itu butuh feedback, butuh direction,

butuh forgiveness juga.

W: lalu apa yang Bro Y lakukan sehingga bisa kenal diri sendiri?

Itu proses seperti apa yang dialami Bro?

B: pertama ya itu, belajar menilai diri sendiri. Selama belum bisa

menilai diri sendiri ya itu tidak akan bisa. Kedua ya saya merasa

kalau saya tidak seharusnya dingertiin sama orang lain terus. Saya

harus bisa mengerti orang lain. Nah dari situ sudah bisa mulai

metani/ membedakan. Konselor saya juga selalu bilang kalau saya

harus jadi diri saya sendiri, dia tidak mau saya meniru dia atau

jadi seperti dia. Konselorku juga suruh saya cari sendiri siapa diri

saya. Jadi selalu diarahkan ke situ, tentang siapa saya. Jadi dia

selalu membuat pilihan, kita juga harus bisa berpikir dan diajarkan

juga bagaimana seandainya berada di posisi orang lain.

W: lalu apa yang Bro Y lakukan supaya tidak mengalami

kejatuhan lagi?

B: pertama, saya sudah tidak pakai lagi. Kedua, saya tidak

berurusan dengan hukum. Dan yang ketiga saya bisa menciptakan

suatu karya yang berguna bagi orang lain. Nah yang ketiga ini

adalah dengan cara membantu mereka lepas. Dengan demikian,

(428-439) subjek menceritakan

proses ia mengenal dirinya, yaitu

dengan cara menilai dirinya

sendiri. Kemudian, subjek

mengatakan bahwa perlunya

mengerti atau memahami orang

lain. Konselor yang dahulu

menangani subjek selalu

membuat pilihan agar subjek

menjadi dirinya sendiri.

(440-454) agar subjek tidak

mengalami relapse, subjek tidak

lagi menggunakan narkoba dan

tidak memiliki urusan/ masalah

dengan hukum. Selain itu, subjek

juga menjadi role model melalui

Subjek mampu mengenal

dirinya dengan cara belajar

menilai dirinya sendiri.

Agar tidak RELAPSE:

Subjek tidak menggunakan

narkoba.

Subjek menjadi role model

bagi residen

Proses Rehabilitasi:

Proses mengenal dirinya

sendiri.

Unsur Regulasi Diri:

Monitoring

Jadi role model (444-448).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 245: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

227

446

447

448

449

450

451

452

453

454

455

456

457

458

459

460

461

462

463

464

465

466

saya bisa jadi role model buat mereka. Kalau orang sudah bisa

memanage, bisa ngerti susahnya cari kerja, bisa jadi role model

buat keluarganya, ya ga mendem.

W: jadi semacam ada solusi begitu?

B: naaah iya. Harus bisa pakai logika juga. Lha nek mendem terus

yo ga ada akhirnya.

W: berarti balik lagi pikiran sama hatine bisa dikontrol apa

enggak, nah habis itu bisa nemu solusi.

B: iya.

W: lalu Bro Y bilang butuh partner itu sebagai apa?

B: karena apa? Karena kita akan mengalami Post Acute Withdrawl

Syndrome. Jadi buat pengalihan, misal crita mengalami ini, lalu

saya diajak makan ke mana. Jadi saya pergi dari tempat, kalau

tidak ya cuma mikir. Maka sharing is the big power. Nah ini

sebenarnya saya takut, misal besok pensiun saya gimana. Nah kan

saya ngomong sama istriku. Jadi saya itu butuh dukungan, jadi

apa ya, sudah pensiun itu ada post power syndrome, nah saya

harus punya kegiatan, misal pergi ke pasar hewan, bikin kurungan

burung. Nah seperti itu.

W: kalau menurut Bro Y sendiri, abstinen itu seperti apa Bro?

B: abstinen itu ya artinya clean and sober. Jadi maksudnya

pekerjaannya agar dirinya tidak

kembali jatuh.

(455-464) subjek mengatakan

dirinya membutuhkan partner

sebagai pengalihan saat dirinya

mengalami PAWS. Subjek

mengatakan bahwa ia perlu

segera pergi agar tidak terus

memikirkan. Di sisi lain, subjek

mengalami post power

syndrome, yaitu kecemasan

menghadapi masa pensiun.

(465-481) menurut subjek,

abstinen adalah kondisi clean and

PAWS:

Membutuhkan partner

sebagai pengalihan.

Butuh dukungan dari orang

lain supaya diajak

berkegiatan.

ABSTINEN:

Tidak menggunakan

Ekologi:

Mikrosistem (455-464)

Istilah dalam dunia adiksi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 246: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

228

467

468

469

470

471

472

473

474

475

476

477

478

479

480

481

482

483

484

485

486

487

488

bagaimana pola hidup sehat dan tidak menggunakan lagi.

W: tidak menggunakan itu...

B: tidak menggunakan apapun bentuknya drugs. Termasuk juga

rokok. Karena rokok itu nanti ada toleransi, yang nanti juga akan

jatuh. Meskipun saya berat untuk seperti itu karena kita kan

melawan suggest itu tiga, satu tempat, dua itu barang, yang ketiga

temen. Nah ini abstinen itu repot. Kita ini sakaunya ada tiga,

sakau fisik, sakau psikis dan post acute withdrawl syndrome. Post

acute withdrawl syndrome itu seumur hidup. Abstinen itu, seorang

pecandu membayangkan memakai saja sudah jatuh. Misal baru

ngobrol gini, terus saya membayangkan buat berlari lalu beli. Nah

membayangkan itu namanya lapse. Kalau saya memakai di bawah

drug choice, itu namanya slip. Misal saya pakai puttau lalu saya

pakai miras itu slip. Kalau kembali lagi ke puttau karena drug

choice saya itu puttau, itu namanya relapse.

W: kalau Bro Y sendiri terhitung clean atau abstinen itu sudah

berapa lama?

B: saya sejak tahun 1998.

W: kalau sejak tahun 1998 itu pernah ga Bro mengalami, kalau

membayangkan mungkin ya Bro. Tapi kalau menggunakan yang

dibawahnya morfin itu pernah ga Bro?

B: enggak

sober (bersih dan meninggalkan

semua jenis narkoba). Subjek

juga menjelaskan bahwa setelah

rehab, orang akan mengalami

tiga jenis sakau, yaitu sakau

fisik, sakau psikis, dan PAWS.

Menurut subjek, PAWS lah yang

akan berlangsung seumur hidup.

Ketika seseorang membayangkan

memakai narkoba, disebut lapse.

Sedangkan jika memakai

narkoba dengan kekuatan

dibawah drug choice= relapse.

(482-498) subjek mengalami

kondisi yang bersih sejak

tahun1998. Subjek juga tidak

pernah menggunakan narkoba

yang kekuatannya di bawah

morfin (slip). Akan tetapi,

apabila subjek mengalami

narkoba dalam bentuk

apapun, termasuk rokok.

LAPSE:

Kondisi membayangkan

menggunakan narkoba.

SLIP:

Menggunakan narkoba yang

kekuatannya di bawah drug

choice

RELAPSE:

Kembali menggunakan

drugs yang sama.

Subjek mengalami abstinen

sejak tahun 1998 hingga

saat ini. Subjek tidak

mengalami SLIP. Akan

tetapi, subjek pernah

mengalami LAPSE.

Abstinen.

Tidak alami SLIP

Alami LAPSE

Masih mengalami adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 247: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

229

489

490

491

492

493

494

495

496

497

498

499

500

501

502

503

504

505

506

507

508

509

510

W: berarti belum pernah?

B: rokok juga nggak pernah

W: kalau lapse atau membayangkan?

B: kalau lapse membayangkan itu tinggal kalau saya kalut.

W: itu intensitasnya seberapa sering Bro kalau kalut lalu langsung

membayangkan begitu?

B: eee kayak nggak pasti gitu. Misal bisa aja pas rame sama

bojone, aku kan mikire nganti jero.

W: berarti karena adanya masalah terus jadi kepikiran gitu ya?

B: iya.

W: Bro Y sempat cerita kalau dulu pernah relapse, jadi dulu pakai

morfin lalu kembali lagi pakai morfin. Bahkan Bro Y bilang kalau

relapsenya sampai tujuh kali ya Bro? Lalu relapse itu bisa terjadi

walaupun sudah direhabilitasi itu kenapa Bro?

B: karena faktor keluarga itu tidak mendukung. Faktor masyarakat

juga tidak mendukung.

W: itu terjadi terus selama tujuh kali Bro?

B: iya. Jadi seorang pecandu itu kan yang digunakan cuma rasa.

Tegese suatu saat begini, “mah, mbok aku balen karo iki”.

Mamaku bener, “mbok besok wae, kuliahe dirampungke sek, njuk

lagi nyambut gawe”. Nah itu perasaannya “mulai” lagi. Misal juga

rebutan sesuatu sama adik, eh ternyata bapak dan ibu

pikiran yang kalut ataupun

sedang menghadapi masalah,

subjek akan membayangkan

menggunakan narkoba.

(499-512) subjek menceritakan

bahwa ia mengalami relapse/

kekambuhan karena keluarga dan

masyarakat dirasa tidak

mendukungnya. Subjek

menjelaskan bahwa dirinya

hanya menggunakan perasaan.

Subjek mengalami relapse

karena keluarga dan

masyarakat dirasa tidak

mendukung.

Subjek sebenarnya

mengalami emotional

relapse, yaitu menggunakan

kembali narkoba hanya

untuk menekan emosi

negatif yang dirasakan.

dorongan untuk kembali

menggunakan (491-492)

Ekologi:

Mikrosistem (503-504)

Pola Kegagalan Regulasi

Diri:

Letting it happen &

pemberontakan atensi

Emotional Relapse (507-

512)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 248: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

230

511

512

513

514

515

516

517

518

519

520

521

522

523

524

525

526

527

528

529

530

531

membenarkan adik. Nah itu rasanya yang “clekit” itu yang

membuat saya bisa relapse.

W: lalu saat abstinen itu, yang dilakukan Bro Y untuk menjaga

abstinen itu apa aja Bro?

B: sibuk dengan anak-anak (residen). Makanya saya khawatir

besok kalau saya pensiun, saya tidak bisa bergabung dengan anak-

anak. Karena apa? Saya hadir dengan anak-anak berarti saya juga

harus jadi role model dong. Karena kan setiap hari saya

memberikan motivasi, memberikan arahan, memberikan contoh-

contoh bagaimana mereka mengalami itu. Kalau saya sampai

relapse itu kan berarti saya menjilat ludah saya sendiri. Jadi ya itu,

maintenance saya dengan anak-anak.

W: berarti alihkan pikiran dengan kesibukan?

B: iya.

W: kalau Bro Y sendiri ada rencana apa Bro setelah pensiun

besok?

B: kalau saya tetap akan berbuat seperti ini.

W: tetap datang ke sini (panti rehab)?

B: ya tidak terus datang ke sini, karena saya punya temen-temen

kan ya. Seperti yang perkumpulan Katolik itu, “Bro, mbok saya

dibantu”.

(513-524) untuk menjaga kondisi

abstinennya, subjek

menyibukkan diri dengan

residen, yaitu hadir sebagai role

model yang memberikan

motivasi, arahan, dan contoh.

Subjek mengatakan bahwa

dengan menjadi role model, hal

tersebut membantu maintenance

(pemeliharaan) recovery pada

subjek.

(525-541) rencana subjek saat

pensiun di masa mendatang

adalah tetap membantu secara

informal apabila ada yang

membutuhkan bantuan dari

subjek. Subjek berencana tetap

berkegiatan sebagai olah rasa,

Untuk menjaga diri agar

tetap abstinen, cara subjek

untuk tetap berada pada trek

adalah dengan menjadi role

model bagi residen. Dengan

menjadi role model, subjek

selalu diingatkan untuk

tetap menjaga recoverynya

Subjek merencanakan

sebuah tujuan untuk tetap

menjaga recovernya, yaitu

berupa kegiatan apabila

dirinya pensiun kemudian.

Unsur Regulasi Diri:

Monitoring dgn

Menjadi role model (515-

522).

Unsur regulasi diri:

Menetapkan tujuan (525-

536)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 249: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

231

532

533

534

535

536

537

538

539

540

541

542

543

544

545

546

547

548

549

550

551

552

553

W: berarti membantu secara informal di luar ya?

B: iya. Jadi sudah ada juga yang nawarin untuk wanita rawan

sosial. Mereka bilang, “Bro, mbok aku dimodel kayak TC”. Jadi

TC itu ga cuma untuk penanganan narkoba saja. Warna TC itu

sebenarnya ada individual counselling, konseling kelompok dan

family support.

W: berarti memberi tekniknya ya Bro?

B: naah seperti itu. Bisa nanti dengan TOT, training of trainer,

atau mungkin menangani langsung dengan anak-anak. Karena

resep buat pecandu itu harus olah pikir, olah rasa, dan olah raga.

W: kalau Bro Y sendiri untuk mengolah itu semua caranya

gimana Bro?

B: kalau olah pikir ya kita harus segera berhenti melamun. Jadi

saya ngobrol dengan njenengan itu ya maintenance buat saya.

Daripada saya duduk di situ ngelamun. Naah dialihkan seperti ini.

Buat njenengan ada manfaatnya, dan buat saya juga merasa ada

penghargaan, gitu lho. Seorang pecandu itu kan tetap merasa Sis.

jadi kadang-kadang temen-temen itu mendekati teman wanita itu

bukan berarti ada rasa lho. Tapi bagaimana dia bisa tampil, bisa

dihargai.

W: bearti olah pikir itu sebisa mungkin mengalihkan ya Bro?

B: iya. Makanya saya sendiri juga sering mengalihkannya dengan

olah pikir, dan olah raga.

(542-558) cara subjek mengolan

(rasa, raga, pikir) adalah dengan

berhenti melamun. Subjek

mengatakan bahwa subjek lebih

baik mengalihkan pikiran dengan

mengobrol. Dengan demikian,

subjek merasa dihargai. Subjek

juga mengalihkan pikiran

(terutama pikiran untuk

menggunakan kembali) dengan

melihat berita di televisi yang

nantinya informasi yang

Saat dorongan untuk

menggunakan kembali

muncul, subjek

menghentikan dorongan

dengan cara self stopping,

yaitu dengan berhenti

melamun agar dorongan

tersebut tidak semakin kuat.

Hindari pola kegagalan

regulasi diri:

Cegah kelambanan

psikologis self stopping

(544-548)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 250: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

232

554

555

556

557

558

559

560

561

562

563

564

565

566

567

568

569

570

571

572

573

574

575

nonton televisi, tentang narkoba atau apa. Untuk apa? Saya

dengarkan pengalaman ini dari televisi, lalu saya share dengan

anak-anak yang tidak pernah nonton televisi, yang tidak pernah

nonton berita. Berarti kan saya juga harus inget-inget apa yang

harus saya berikan ke anak-anak.

W: sebenernya apa yang menjadi semangat bagi Bro Y untuk

mempertahankan abstinennya?

B: ya karena saya cinta pada diri saya sendiri Sis. Saya

menggunakan narkoba itu ya rusak tenan badan saya. Saya sudah

belajar mencintai bapak, mencintai Tuhan, mencintai teman,

mencintai istri, mencintai keluarga. Tapi yang berat itu justru

mencintai diri sendiri. Mencintai diri sendiri itu berarti saya harus

bertahan dan jangan merusak diri saya sendiri. Kalau sudah

seperti itu saya membayangkan. Saya itu orang yang terkaya lho

di seluruh Indonesia. Tapi apakah kaya itu harus dengan harta atau

dnegan uang? Kan enggak. Saya punya temen-temen itu rasanya

kayanya minta ampun lho. Contoh ada yang telpon saya malem

jam satu. “Bro, ini saya mau kirim satu tahanan ke jaksa”. Saya

dateng ke sini. Begitu anak-anak denger suara kunci mobil dibuka,

mereka langsung turun langusng ciumin lutut saya kok Sis. Berarti

apa? Keberadaan saya itu masih ada yang menghargai. Tapi kalau

di kampung saya sendiri? Wooo itu kalau lewat saja saya harus

ditangkap akan subjek bagikan

kepada residen.

(559-580) hal yang menjadi

semangat bagi subjek untuk

mempertahankan kondisi

asbtinennya adalah subjek

mencintai dirinya dan mencintai

keluarganya. Subjek merasa

bahwa dirinya berharga dengan

cara membantu residen walaupun

subjek merasa kurang adanya

penerimaan di kampung tempat

tinggalnya.

Subjek mempertahankan

kondisi abstinennya dengan

meregulasi emosinya dan

tetap berpikir positif

walaupun ada pembicaraan

yang kurang menyenangkan

dari masyarakat.

Hindari pola kegagalan

regulasi diri:

Hindari pemberontakan

atensi tanscendence

(574-580)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 251: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

233

576

577

578

579

580

581

582

583

584

585

586

587

588

589

590

591

592

593

594

595

596

handle feeling lho. Misal saya lagi beli bubur Sis, dirasani kan Sis,

“ki lho biyen om Eko uripe ra karuan”. Nah itu kan mesti ada rasa

“deg”, nek aku ga bisa handle feeling, aku ga bisa positif thinking

ya aku kampleng beneran orang itu kan. Lha itu dia cerita sama

anaknya, istilahnya kan seperti cucu saya.

W: berarti Bro Y harus tahan ya

B: ya kalau sekarang saya bisa tahan. Konselor saya yang dari

India itu selalu mengatakan, “kamu nanti akan terasa seiring

dengan umurmu”. Ternyata umur itu mempengaruhi handle

feeling. Meskipun saya ini baru power syndrome, pensiun ini.

Tapi karena saya tahu ilmunya, saya tahu mengarahkan, dan saya

tahu caranya memberi tahu, nah ini yang saya olah sendiri. “kalau

saya terlalu larut di sini, resikonya begini”.

W: berarti apa yang sudah ada di pengalaman dulu, supaya nggak

jatuh lagi gitu ya Bro?

B: nah iya seperti itu. Karena maintenance saya ya dengan cara

seperti itu.

W: berarti sering ya selama abstinen itu nggak sengaja mikirin?

B: ya sering to Sis.

W: berarti hambatan selama abstinen itu celetukan dari orang lain,

lalu ketika kalut gitu ya Bro?

(581-592) subjek mengatakan

bahwa dirinya semakin mampu

handle feeling (mengontrol

emosi) karena semakin

bertambahnya usia. Subjek juga

mengatakan bahwa dirinya sudah

mengetahui ilmu dan cara-cara

sehingga subjek tidak larut

(bahkan menggunakan kembali).

(593-600) selama abstinen,

subjek kerap mengalami lapse

(pikiran untuk kembali

menggunakan). Subjek

Subjek merasa bahwa usia

mempengaruhinya dalam

mengontrol emosi.

Subjek belajar mengolah

diri berdasarkan

pengalaman di masa

lalunya.

Subjek sering mengalami

LAPSE yang dikarenakan

masih mengalami PAWS

Hindari pola kegagalan

regulasi diri:

Meningkatkan kekuatan

regulasi diri (582-588)

PAWS (597-600)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 252: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

234

597

598

599

600

601

602

603

604

605

606

607

608

609

610

611

612

613

614

615

616

617

B: yang paling itu yang karena adanya PAWS. Itu muncul kan

karena secara fisik racun di tubuh itu ke otak, jadinya ingat, naah

itu yang bahaya. Karena kalau sudah di otak itu terbuka semua

yang dulu ada, yang seharusnya kita tutup itu terbuka.

W: lalu Bro Y sendiri selama ini bagaimana caranya supaya bisa

handle feeling? Istilahnya gimana caranya latihan supaya kebal

seperti itu?

B: kalau saya bilang kebal itu ga bisa Sis. Tetapi yang pernah saya

dapatkan itu adalah bagaimana belajar untuk handle feeling. Nah

handle feeling saya itu memilih dan memilah. Oh ini bukan

pilihan saya kok, maka dari itu saya harus memilah. Di mana

tempat saya harus emosi, saya kecewa di sini lho (sambil

menunjuk beberapa titik di dada), sabar itu di sini lho, nah itu

sudah saya bagi Sis. Jadi di sini sudah bisa ngerem ini.

W: berarti itu semacam menamai emosi Bro?

B: nah ya jadi gini, misal kecewa itu berarti wadahnya di sini, nah

habis itu apa yang harus saya lakukan. Jadi ini suatu contoh, oke

saya tidak tahu apakah power syndrome ini takut pensiun nanti,

apakah saya akan takut ditinggal anak-anak ini nanti? Saya selalu

punya pikiran gitu lho. Oke kalau gitu nanti aku daftarke koperasi,

koperasi pensiunan. Nah nanti kalau pensiunan aku bisa sharing

menjelaskan gejala PAWS yang

baginya mengganggu.

(601-610) subjek mengatakan

bahwa dirinya mampu untuk

handle feeling adalah karena

dirinya belajar memilih dan

memilah dalam hal

menempatkan emosi yang

muncul dari dirinya.

(611-630) subjek mengatakan

bahwa dirinya menyiapkan

rencana di masa pensiunnya

kelak. Subjek telah mendaftar ke

koperasi pensiunan sehingga

dirinya masih bisa berbagi dan

bergaul. Subjek melakukan hal

Subjek belajar mengontrol

emosi dengan cara memilih

dan memilah.

Subjek membuat tujuan,

yaitu dengan merencanakan

suatu kegiatan untuk

mengisi masa pensiunnya.

Tujuan dari kegiatan

tersebut adalah sebagai

pengalihan. Pengalihan

Hindari Pola Kegagalan

regulasi Diri:

Hindari pemberontakan

atensi (604-610)

Unsur Regulasi Diri:

Membuat tujuan (613-625)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 253: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

235

618

619

620

621

622

623

624

625

626

627

628

629

630

631

632

633

634

635

636

637

638

639

aku bisa bergaul, nah gitu lho. Saya sendiri juga ga tahu apakah

nanti saya masih dipercaya oleh anak-anak lagi. Jadi supaya saya

kalutnya tidak terlalu jauh, supaya saya tidak jatuh lagi, nah saya

sudah mempersiapkan. Untuk apa? Kalau saya itu sudah harus

berinteraksi. Makanya saya sudah mendaftarkan di koperasi

jompo. Saya mulai mendekat dengan semacam organisasi. Jadi

supaya bisa tetep interaksi. Karena olah rasa dan olah pikir itu

bermain ya ketika saling menatap seperti ini.

W: berarti butuh interaksi timbal balik supaya pikiran yang aneh-

aneh itu ga ada ya Bro?

B: iya, biar ga ada pikiran seperti itu. Karena resep saya itu ya

harus olah rasa, olah raga, dan olah pikir. Aku ya langganan koran

biar bisa aku baca-baca.

W: selama abstinen itu pernah ga Bro dihadapkan dengan

komunitas yang menggoda untuk kembali menggunakan narkoba?

B: sering. Apalagi kalau reuni.

W: kalau ada yang nawarin, atau mengingat-ingat kembali yang

dulu, nah itu caranya ngatasi gimana Bro?

B: saya selalu ingat anak saya di rumah, itu yang selalu saya

bayangkan.

W: berarti motivasinya ada di anak ya?

B: iya. Aku sayang sama anakku Sis. Dan misal aku udah setua

demikian agar tidak merasa kalut

dan dapat dialihkan dengan cara

berinteraksi dengan orang lain.

(631-643) saat dihadapkan

dengan komunitas yang dirasa

menggodanya untuk kembali

mengonsumsi narkoba, subjek

selalu mengingat anaknya di

umah. Subjek mengatakan bahwa

dirinya telah menjadi role model

bagi anaknya sehingga dirinya

tidak mau kembali jatuh dengan

digunakan agar pikiran

subjek tidak kalut dan

berusaha agar pikiran untuk

menggunakan tidak kembali

muncul.

Cara menghentikan

keinginan di saat subjek

berada di kumpulan orang

yang menawarkan: self

stopping, yaitu dengan

mengingat anak yang

disayanginya.

Hindari pola kegagalan

regulasi diri:

Hindari kelambanan

psikologis Self stopping

(636-637)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 254: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

236

640

641

642

643

644

645

646

647

648

649

650

651

652

653

654

655

656

657

658

659

660

ini, kalau jatuh lagi itu mau kayak apa Sis. Jadi apa yang sudah

saya alami ini ya buat berbagi pengalaman ke anak Sis. Lha

anakku itu ngrokok aja enggak kok. Jadi saya juga jadi role model

buat anak saya.

W: kalau Bro Y sendiri menanggapi stigma negatif dari

masyarakat itu gimana?

B: saya akan begini, “karena mereka ga ngerti saya”.

W: berarti anggap anginlalu?

B: iya. Tetapi begini lho, saya dulu jadi pecandu, saya selalu

egois, saya itu harus selalu dingertiin. Tetapi sekarang ketika saya

abstinen, saya harus ngertiin orang. Jadi apapun mereka, ya saya

harus handle feeling saya harus positif thinking. Tapi saya juga

bisa ikut siaran di mana-mana berarti Tuhan itu masih

memberikan kesempatan buat saya mampu dan mau untuk clean.

Makanya, saya maklum kalau di kampung saya di judge seperti

itu. Tapi gimana caranya saya tetep bisa berbuat baik.

W: dulu Bro Y kan menganggap drug itu temen hidup kan ya.

Kalau sekarang Bro, kalau punya masalah itu cara hadapinnya

seperti apa Bro?

B: saya itu kalau dapet masalah malah seneng karena saya bisa

pelajari masalah itu.

mengonsumsi narkoba.

(644-655) subjek mengatakan

bahwa selama menjadi pecandu,

dirinya merupakan orang yang

egois, yang selalu ingin

dimengerti oleh orang lain. Saat

ini, subjek merasa bahwa dirinya

harus mampu memahami orang

lain dengan cara mengontrol

emosi dan berpikir positif

mengenai orang lain. Subjek juga

tetap berusaha berbuat baik.

(656-671) subjek mengatakan

bahwa saat ini ia merasa senang

apabila menghadapi masalah

karena subjek dapat mempelajari

masalah tersebut. Subjek

Subjek menanggapi stigma

negatif dari masyarakat

dengan cara mengontrol

emosi dan berpikir positif.

Berpikir positif dilakukan

dengan mengerti atau

memaklumi kenapa orang

lain berbicara demikian.

Saat ini, subjek merasa

senang apabila

mendapatkan masalah;

karena subjek dapat

mempelajari masalah

Hindari pola kegagalan

regulasi diri:

Hindari pemberontakan

atensi (648-655)

Belajar dari masalah

Pemaknaan (666-669)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 255: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

237

661

662

663

664

665

666

667

668

669

670

671

672

673

674

675

676

677

678

679

680

681

682

W: berarti dipelajari, habis itu Bro?

B: ya sekarang kita belajar untuk itu. Sekarang aku bisa ngomongi

baik-baik. Jadi jaga maintenance bagi seorang pecandu itu ga

mudah Sis. Makanya aku ga heran pada banyak yang jatuh bahkan

sampai mati juga.

W: kalau Bro Y sendiri sekarang punya tujuan apa?

B: buat keluarga kecil saya ya jangan sampai terkena narkoba.

Tetapi cita-cita saya adalah menyelamatkan orang-orang yang

sudah kena seperti ini.

W: balik lagi jadi role model ya Bro?

B: iya, jadi role model itu sekaligus jadi maintenance buat saya.

W: kalau Bro Y, sekarang caranya memantau diri supaya tidak

jatuh lagi, atau supaya tetap abstinen itu gimana Bro?

B: nek aku resepnya tetep meng-handle feeling sama positif

thinking Sis. Karena omongan itu terpaan yang sangat luar biasa.

Karena selama perjalanan hidup itu black label kita ini kan

seumur hidup Sis. Ini sebagai contoh, di kampung saya, saya ini

disingkirkan dan mulai ada diskriminasi. Aku ikut ronda aja ga

boleh lho Sis, dikiranya nanti ngajak mendem. Diskriminasi itu

aku mau ikut lomba aja ga boleh lho Sis. Sistem sosial yang

membangun, misal aku meh golek surat kelakuan baik aja ga

pernah entuk lho Sis karena saya sudah dipenjara tiga kali. Itu tadi

memiliki tujuan agar

keluarganya tidak terkena

narkoba dan supaya dirinya

mampu menyelamatkan pecandu

dengan menjadi role model.

(672-687) cara subjek memantau

diri selama abstinen adalah

dengan mengontrol emosi dan

berpikir positif. Subjek

mengatakan bahwa dirinya tetap

mendapatkan penilaian negatif

dari masyarakat dan merasa

didiskriminasi oleh masyarakat.

tersebut.

Subjek memiliki tujuan agar

keluarganya tidak terkena

narkoba dan dirinya dapat

membantu orang-orang

yang sudah terkena

narkoba.

Cara agar subjek tidak

mengalami relapse adalah

dengan mengontrol emosi

dan berpikir positif.

Hindari pola kegagalan

regulasi diri:

Hindari pemberontakan

atensi (674-677)

Pemaknaan (673-687)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 256: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

238

683

684

685

686

687

688

689

690

691

692

693

694

695

696

697

698

699

700

701

702

703

Sis yang saya katakan saya dapat masalah yang bisa saya pelajari,

karena itu seninya luar biasa. Makanya seorang pecandu itu harus

ditatapkan seperti itu supaya bisa miroring. Karena miror itulah

nanti yang akan membentuk pondasi bagi si pecandu itu dan

biarkan mereka menjadi dirinya sendiri.

W: kadang Bro Y kan masih ada pikiran, rasa kepengen. Nah biar

ga keselip lagi itu gimana Bro?

B: ya mengenali tanda-tanda, misal PAWS itu tadi, terus kata-

katanya keluar kebun binatang semua, duduk tidak nyaman,

emosional, atau ga bisa terkendali, nah itu tanda-tandanya Sis.

Maka kalau kita mengenali tanda-tanda itu kita harus prepare, kita

mesti siap. Saya harus pergi, renang misale Sis.

W: terus kan daritadi Bro Y bilang untuk handle feeling kan

senjatanya. Nah itu caranya gimana sih Bro supaya handle feeling

itu sendiri bisa katam? Jadi biar bisa dikatakan mampu handle

feeling itu yang dilakukan Bro Y apa aja?

B: pernah denger ini ga? “Ngenaking tyasing sesami”? artinya,

saya tidak pernah mengecewakan kalian, saya tidak membuat

sakit hati, saya akan melayani kalian, tapi bukan ada harapan. Jadi

saya ikhlas. Karena apa? Saya punya niat baik. Niat baik kalau

tidak dengan ikhlas, impossible bisa handle feeling. Kalau sudah

(688-694) cara subjek untuk

tidak jatuh adalah dengan

mengenali tanda-tanda

munculnya PAWS agar mampu

mengalihkannya dengan

berkegiatan.

(695-706) subjek mengatakan

dirinya mampu mengontrol

emosi karena memiliki niat yang

baik terutama kepada sesamanya.

Cara subjek memonitoring

dirinya adalah denga

mengenali tanda-tanda

PAWS, agar dirinya tetap

aware apabila gejala

tersebut muncul.

Kemampuan handle feeling:

Memiliki niat baik dan

ikhlas terhadap sesama.

Unsur regulasi diri:

Monitoring kenali

PAWS (690-694)

Adanya self efficacy

Ada niat baik dan ikhlas.

(699-706)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 257: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

239

704

705

706

707

708

709

710

711

712

713

714

715

716

717

718

719

720

721

722

723

724

ikhlas, saya harus berbunyi tentang kejujuran. Jadi niat baik itu

harus ikhlas dan diawali dengan kejujuran. Itu yang saya katakan

bisa handle feeling.

W: jadi Bro, kalau Bro Y itu memandang relapse itu sebagai apa?

B: jadi gini, ketika aku dulu belajar, ketika aku menjalani

rehabilitasi, relapse itu adalah proses kejatuhan yang itu menjadi

proses pembelajaran. Tetapi setelah saya pikir-pikir, benang itu

kalau putus lalu disambung itu ya jelek. Nanti muncul sekali,

muncul lagi yang kedua, kalau gitu terus kapan berhenti? Kalau

niatnya berhenti ya berhenti sekalian. Jadi yang enam kali saya

relapse itu ya saya proses belajar dari kesalahan. Dan proses yang

ketujuh itu memang niat saya untuk berhenti. Jadi saya anggap

rehab tahun pertama sampai keenam itu sebagai pembelajaran.

W: padahal itu salah ya Bro?

B: ya salah. Itu kan hanya blocking aja to? Hanya pembenaran

W: berarti slip sama lapse itu juga salah Bro?

B: itu juga salah. Saya tetep katakan salah karena itu nanti ada

durasi tertentunya. Dan itulah yang selalu saya tanamkan ke drug

user. Kalau merasa, aku pengen aku bisa, lha nanti jeglong lagi.

W: lalu, apa yang bisa Bro Y maknai dari semua pengalaman

selama menjadi pecandu?

(707-722) subjek memandang

relapse sebagai proses kejatuhan

yang kemudian menjadi proses

pembelajaran. Subjek

mengatakan bahwa relapse yang

dikatakan sebagai proses

pembelajaran sebenarnya hanya

pembenaran yang dilakukan.

Akan tetapi subjek pada akhirnya

memiliki niat untuk benar-benar

berhenti.

(723-731) subjek memaknai

pengalaman ini, bahwa ia masih

RELAPSE:

Dipandang sebagai proses

kejatuhan yang akhirnya

menjadi proses

pembelajaran. Akan tetapi,

subjek menganggap hal

tersebut hanya sebagai

blocking/ pembenaran saja.

Subjek memandang bahwa

pengalaman sebagai

RELAPSE:

Adalah suatu kesalahan.

Pengalaman pecandu:

pembelajaran bagi subjek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 258: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

240

725

726

727

728

729

730

731

732

733

734

735

736

737

738

739

740

741

742

743

744

745

746

B: ya saya harus bisa belajar dari pengalaman. Ternyata, Tuhan

masih memberi kesempatan. Ada orang bilang kalau kegagalan itu

arah menuju sukses. Justru dengan saya jatuh itu saya dapat ilmu

yang tidak sembarang orang dapat. Maka saya kasihkan ilmu itu

dan saya tidak pernah tutup-tutupi. Pengalaman ini tidak akan

saya bawa mati, tapi akan saya sharingkan dengan temen-temen.

Jadi saya merasa hidup ini harus bermakna.

W: nah Bro Y kan pernah cerita kalau relapse dan itu bolak balik

panti rehab sebanyak tujuh kali kan ya. Itu Bro Y mengalami

relapse berarti kembali ke pola adiksi atau gimana Bro?

B: iya itu sebenarnya karena luapan emosi ya, karena keluar dari

panti itu harusnya bisa handle feeling ya. Cuma karena kendala

sesuatu itu seperti orang tua saya menyinggung saya. Sebenarnya

kalau waras ya tidak apa-apa, hanya saja waktu itu saya masih

berjuang untuk recovery kan jadi mudah sekali jatuh dan mudah

sekali terganggu. Jadi relapse sewaktu sudah pulang dari rehab itu

bukan karena kepinginan, bukan karena kepinginan badan karena

nagih karena itu sudah dilalui di panti selama satu tahun. Cuma di

sini relapsenya adalah relapse perilaku. Jadi relapse perilaku itu

karena misalnya tersinggung dengan pacar saya dulu. Mungkin

juga waktu orang tua mengembalikan kata-kata yang gak aku

seneng. Atau aku melihat perbuatan teman-teman yang selalu

diberi kesempatan oleh Tuhan

dan ingin membagikan

pengalamannya agar dirinya

merasa hidupnya bermakna.

(732-748) subjek mengatakan

bahwa relapse merupakan

pengalaman dia yang terjadi

karena luapan emosi. Subjek

mengatakan bahwa relapse yang

terjadi karena dirinya merasa

tersinggung dan tidak dapat

menerima kekecewaan.

pecandu merupakan

pembelajaran dan

merupakan bekal ilmu yang

harus ia bagikan kepada

orang lain.

Subjek mengalami relapse

karena mengalami

emotional relapse. Hal ini

menunjukkan adanya emosi

negatif yang dialami oleh

subjek. Kembalinya

menggunakan narkoba/

relapse didasari adanya

keinginan untuk mengatasi

emosi negatif.

Pola kegagalan regulasi

diri:

Letting it happen

adanya

emotional relapse (735-

748)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 259: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

241

747

748

749

750

751

752

753

754

755

756

757

758

759

760

761

762

763

764

765

766

767

menghina. Jadi relapse saya yang tujuh kali itu adalah relapse

perilaku, bukan relapse secara fisik.

W: relapse perilaku itu maksudnya gimana Bro?

B: relapse perilaku itu saya menggunakan karena ada sebabnya,

bukan karena badan. Kalau badan nagih, itu rasanya merinding

dan ada pikiran pengen pakai. Tapi kalau yang perilaku, tiba-tiba

kamu nyinggung saya, saya pergi, ga bisa handle feeling, ga bisa

positive thinking, nah itu aku bisa pakai lagi.

W: berarti itu dipakai untuk...

B: ya rumangsane itu bisa menyelesaikan masalah. Tetapi ternyata

tidak.

W: kayak semacam buat pelarian gitu ya?

B: ya... nah itu jeleknya kenapa bisa sampai tujuh kali. Kenapa

saya tidak belajar dari kesalahan itu.

W: pernah merasa menyesal ga Bro karena dulu pernah relapse?

B: saya sekarang sudah tidak ya. Memang berusaha untuk

melupakan segala sesuatu karena sekarang saya sudah harus

belajar tentang positif thinking, handle feeling. Tapi kalau

sekarang itu yang nyerang malah yang psikis.

W: ooo kalo sekarang lebih ke psikisnya ya?

B: iyaa lebih ke psikisnya. Sebenarnya ada tiga ya, kalau fisik itu

(749-760) subjek menjelaskan

bahwa relapse perilaku adalah

kondisi ia kembali menggunakan

narkoba karena ada sesuatu yang

dianggap sebagai penyebabnya.

Subjek menggunakan kembali

narkoba sebagai pelarian atas

masalahnya.

(761-771) subjek mengatakan

bahwa dirinya berusaha

melupakan segala sesuatu yang

telah terjadi. Akan tetapi, subjek

masih mengalami PAWS hingga

saat ini.

Subjek menggunakan

narkoba pasca rehabilitasi

untuk mengatasi emosi

negatif yang dialaminya.

Subjek mengalami gejala

post acute withdrawl

syndrome yang ia alami

seumur hidupnya.

Emotional relapse (750-

754)

Mengalami PAWS (762-

765)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 260: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

242

768

769

770

771

772

773

774

775

776

777

778

779

780

781

782

783

784

785

786

787

788

kan sudah kita lalui di panti dan itu sudah selesai lah. Terus yang

akibat perilaku tadi, nah kalau yang psikis ini yang seumur hidup.

W: yang selalu muncul itu ya gejalanya?

B: he‟em.. post acute withdrawl syndrome itu.

W: berarti relapse yang tujuh kali itu karena ada masalah ya?

Entah dirasa orang tua menyinggung atau karena orang lain gitu?

B: he‟em.. Kalau perilaku itu ya karena human ajalah. Karena

manusia, faktor orang. Jadi bukan karena faktor psikis.

W: kalau dirasa-rasa lho Bro, itu karena pengaruh lingkungan atau

Bro Y sendiri yang ga bisa handle feeling?

B: karena ga bisa handle feeling. Karena ketika saya menjadi

pecandu, kelemahan saya adalah tidak bisa handle feeling.

W: berarti dulu waktu relapse balik pakai morfin lagi Bro?

B: iya. Lha dulu kan tidak seperti sekarang yang banyak pilihan-

pilihan.

W: itu relapse sebenarnya balik ke pola adiksi atau gimana Bro?

B: oh endak, itu cuma emosional saja.

W: berarti relapse itu tidak harus kembali ke pola adiksi Bro?

B: tidak.. tidak.. tidak mesti saya harus menggunakan secara rutin.

Karena kadang saya menggunakan dosis yang sama itu saya

sampai muntah-muntah kok Sis. Jadi orang menggunakan narkoba

(772-782) subjek merasa relapse

yang dialaminya lebih

disebabkan karena pengaruh

orang lain.

(783-796) relapse yang dialami

subjek bukan berarti kembali ke

pola adiksi, tetapi menggunakan

zat yang sama secara berulang.

Subjek mengalami relapse

karena dirinya merasa tidak

mampu mengatasi emosi

negatif pada dirinya dan

menganggap bahwa orang

lain yang menjadi

penyebabnya.

Subjek mengalami relapse,

yaitu kondisi menggunakan

narkoba dengan jenis yang

sama.

Emotional Relapse (774-

775)

Letting it happen

Relapse

(786-790)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 261: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

243

789

790

791

792

793

794

795

796

797

798

799

800

801

802

803

804

805

806

807

808

809

810

itu ibarat digigit ular, jadi harus penyesuaian. Kalau saya langsung

ke kelas yang tinggi, ya badan saya yang gemeter.

W: berarti dulu selama relapse itu ga ngrasain efeknya Bro?

B: enggak.. ya cuma sakit semua di badan, kayak dulu awal

penggunaan. Tapi kalau di awal penggunaan itu kan meningkat,

ada toleransi.

W: berarti relapse itu lebih ke menggunakan zat yang sama?

B: relapse itu menggunakan drug choice yang sama.

W: tapi, saat menggunakan zat yang sama dan tidak menimbulkan

adiksi, itu kok tetap dikembalikan lagi di panti rehab itu kenapa

Bro?

B: saya? Ya karena pada saat itu saya punya watak yang berbeda.

Seorang pecandu sudah pernah masuk rehabilitasi dan punya

perilaku tertentu, dan kalau tidak dikembalikan lagi ke panti

rehabilitasi, itu nanti akan kembali lagi perilaku itu.

W: perilaku apa itu Bro maksudnya?

B: ya seperti emosional, sulit menerima kekecewaan, kekanak-

kanakkan, ya terus akan seperti itu.

W: berarti masuk lagi ke panti rehab karena relapse itu bukan

karena kembali ke pola adiksi tetapi untuk memperbaiki perilaku?

B: he‟em. Makanya dulu ketika saya relapse satu hari, ibu saya

langsung kembalikan saya ke panti rehab. Supaya tidak ter-nina

(797-811) subjek dikembalikan

lagi ke panti rehab karena masih

mengalami penyimpangan

perilaku. Kembalinya subjek ke

panti rehabilitasi adalah dengan

tujuan untuk memperbaiki

perilakunya.

Subjek mengalami relapse,

yaitu munculnya kembali

penyimpangan perilaku.

Relapse

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 262: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

244

811

812

813

814

815

816

817

818

819

820

821

822

823

824

825

826

827

828

829

830

831

bobokkan dan supaya tidak kembali lagi ke nol.

W: kalau di sini (panti rehab sini) banyak ga Bro yang relapsenya

itu kembali ke pola adiksi?

B: banyak. Karena orang tua tidak memiliki pengetahuan,

disamping itu anak tidak punya kesadaran. Tapi saya beda, karena

saya punya daya untuk sembuh. Karena terbukti sampai sekarang

saja saya sudah bisa berhenti merokok.

W: berarti relapse selama tujuh kali itu karena Bro Y gagal handle

feeling terus?

B: iya. Jadi selama aku rehab dan ada penilaian sesama teman,

hasilku ya cuma itu kok, ga bisa handle feeling saja. Jadi dinilai,

positif sama negatifnya. Misal positifnya itu saya agamis, pinter,

ramah, tapi negatifnya saya itu tidak bisa handle feeling dan tidak

bisa positive thinking.

W: berarti masalah terbesar Bro Y itu tidak bisa handle feeling

dan positive thinking ya?

B: iya. Dan sekarang akan kelihatan lagi karena saya sudah mau

pensiun ini. Dan itu masih timbul yang psikis, yang post acute itu.

Tetapi sekarang bedanya adalah saya sudah bisa handle feeling,

jadi sudah tidak ada pikiran untuk pakai ke arah sana (narkoba).

Tapi ya merasakan emosional, kekecewaan itu sudah mulai

(818-834) subjek mengatakan

bahwa selama relapse, dirinya

tidak bisa handle feeling

(mengontrol emosi). Ketika

subjek mendapatkan terapi grup,

hasil evaluasi subjek adalah

dirinya tidak mampu mengontrol

emosi dan tidak mampu berpikir

positif. Akan tetapi subjek

mengaku bahwa dirinya kembali

merasakan emosional yang

bergejolak karena dirinya akan

segera pensiun.

Subjek mengalami relapse

karena dirinya tidak mampu

mengatasi emosi negatifnya

Emotional relapse (820-

824)

Post power syndrome

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 263: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

245

832

833

834

835

836

837

838

839

840

841

842

843

844

845

846

847

848

849

850

851

852

muncul lagi karena beberapa bulan lagi aku pensiun itu kan

W: lebih karena khawatir atau takut gitu ya Bro?

B: iyaa

W: Bro Y juga mengalami PAWS itu tidak?

B: iyoo.. tapi saya bisa nahan

W: itu kenapa bisa tahan Bro?

B: karena itu hanya badan yang krasa, bukan apa yang didengar

sama telinga. Jadi misal badan krasa, “ah ora nganggo ah”. Tapi

berhubung saya ya dikata-katain, saya tidak bisa memilah. Kalau

misal cuma sekedar kepinginan, aku masih bisa nahan, aku bisa

pergi dolan. Tapi berhubung aku ketemu ibuku, terus

menyinggung. Tidak cuma orang tua, kadang sama temen,

masyarakat juga.

W: berarti tujuh kali itu kasusnya sama semua karena lingkungan

yang dirasa tidak mendukung ya Bro?

B: iya, karena human karena manusia.

W: nah tadi Bro Y kan bilang kalau yakin bahkan sekarang

merokok juga tidak. Itu apa yang membuat Bro Y yakin bisa

terus-menerus abstinen?

B: karena niat. Saya itu orang yang komitmen, kalau sudah bilang

janji walaupun ada halangan yaa jalani. Karena sudah janji, saya

(835-847) hingga saat ini, subjek

masih mengalami PAWS. Akan

tetapi, subjek mengaku bahwa

dirinya sudah mampu untuk

menahannya. Akan tetapi subjek

juga menghindari adanya

perkataan yang dirasa kurang

menyenangkan bagi subjek.

(848-871) subjek dalam keadaan

bersih (tidak merokok dan tidak

menggunakan narkoba) karena

dirinya memiliki niat dan janji.

Subjek memiliki tujuan yang

Subjek mengalami emosi-

emosi negatif.

Subjek memiliki efikasi

diri, yaitu adanya keinginan

yang kuat dan komitmen

untuk menjaga kondisi

abstinennya.

Emotional Relapse (839-

846)

Letting it happen

Self efficacy (851-853)

Unsur Regulasi Diri:

membuat tujuan (855-859)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 264: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

246

853

854

855

856

857

858

859

860

861

862

863

864

865

866

867

868

869

870

871

872

873

874

punya niat.

W: niat itu bisa muncul karena apa Bro?

B: iya karena saya sudah janji. Oke saya kurangajar cukup sampai

umur sekian saja. Saya sudah harus sembuh, cari kerja, lalu cari

istri. Sambil cari istri, ya saya sambil nyicil rumah. Terus punya

anak satu dulu. Nanti saya jadi pegawai lalu naik pangkat baru

saya punya anak dua.

W: berarti niat muncul karena Bro Y sendiri juga sudah menyusun

rencana gitu ya?

B: he‟em. Coba lihat, anak saya yang pertama sama kedua itu

kacek 9 tahun. Karena apa? Ya karena saya sudah rencana, naik

pangkat dulu, baru saya punya anak dua karena saya mampu

membiayai. Jadi niat saya itu saya barengi dengan kerja keras.

Nah setelah itu saya harus ikhlas. Ikhlas meninggalkan dunia yang

menggoda saya, dunia yang saya senangi, pokoknya saya

meninggalkan semua itu. Lalu yang terakhir itu tentang kejujuran.

Sampai saat ini pun saya juga masih belajar tentang kejujuran.

Karena saya tidak mau lalu bohong dikit, lama-lama banyak dan

pada akhirnya tidak bisa handle feeling lalu nanti jatuh lagi.

W: terus kalau sehari-hari itu bisa bertahan abstinen, tidak

merokok, tidak pakai lagi itu caranya gimana Bro?

B: ya saya sudah punya niat itu tadi. Nah saya juga ikhlas. Jadi

jelas dan memiliki rencana yang

harus ia capai.

(872-880) cara subjek bertahan

dengan kondisi abstinen adalah

dengan memiliki niat dan khlas

Selain itu, subjek juga

menyusun rencana atau

tujuan sehingga rencana-

rencana tersebut menjadi

dorongan untuk menjaga

recoverny subjek.

Subjek memiliki efikasi

diri, yaitu adanya keinginan

yang kuat sehingga dirinya

Self efficacy (874-876)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 265: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

247

875

876

877

878

879

880

881

882

883

884

885

886

887

888

889

890

891

892

893

894

895

misal di mobil pada ngrokok, pada pakai, ya saya sudah kuat

untuk hadapi itu. Sekarang ikhlas untuk meninggalkan dunia itu.

W: nah itu Bro Y sudah kuat kan ya. Nah sekarang kan katanya

Bro Y mengalami PAWS, dan katanya juga sudah kuat menahan

itu. Nah caranya supaya kuat menahan PAWS itu gimana Bro?

B: ya karena janji dengan dirinya sendiri.

W: jadi tadi yang dibilang handle feeling?

B: itu sudah terabaikan sedikit-demi sedikit. Jadi seorang pecandu

itu menghilangkan tidak segampang yang mereka pikirkan. Tapi

kalau pecandu itu kan gangguannya ada tempat, ada barang, ada

orang. Itu lho, jadi lebih banyak. Di samping itu melawan dirinya

sendiri itu yang paling berat.

W: Bro Y bisa lalui yang ada tempat, ada barang, ada orang itu

gimana?

B: ya kan ada rehabilitasi.

W: kalau sudah habis rehab, itu gimana Bro?

B: saya kan diajari strategi hide and run.

W: jadi lebih ke hide and run terus?

B: iya.. jadi ketika aku merinding saat di situ ya kenapa saya harus

ada di situ. Jadi kalau denger suara ga menyenangkan ya aku pergi

dari situ.

untuk meninggalkan dunia

adiksinya. Subjek juga kuat

menghadapi PAWS karena

dirinya sudah berjanji dengan

dirinya sendiri.

(890-915) subjek diajari strategi

hide and run sehingga mampu

menghadapi hal-hal tidak

menyenangkan dengan cara

langsung meninggalkan tempat

tersebut. Subjek juga

tidak mudah tergoda dengan

stimulus yang ada di

sekitarnya.

Saat dorongan untuk

menggunakan kembali

muncul, subjek memilih

untuk pergi dari tempat agar

dorongan tersebut tidak

muncul kembali (self

Mencegah pola

kegagalan regulasi diri:

Mencegah kelambanan

psikologis (893-895)

Meningkatkan kekuatan

regulasi diri (903-911)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 266: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

248

896

897

898

899

900

901

902

903

904

905

906

907

908

909

910

911

912

913

914

915

916

917

W: jadi hide and run itu sudah semacam...

B: sudah semacam habit, sudah menjadi kebiasaan. Jadi semacam

budaya bagi saya.

W: jadi sudah otomatis gitu ya?

B: he‟em.. nah tetapi juga harus ingat kita juga harus yang

namanya tes power.

W: tes kekuatan?

B: tes power itu kalau kita duduk di situ bersama orang yang

sedang menggunakan itu kuat atau enggak, satu menit. Kalau

nggak kuat ya langsung pergi. Lalu nanti dua menit, tiga menit.

Sampai lama-lama ga masalah duduk di situ. Saya waktu itu pas

satu mobil, saya yang menyupir, perjalanan jauh, hujan deres dan

temen semua pada ngerokok. Dan setiap ngerokok bungkusnya

dilepar di depan dashboard saya. Opo ora kepingin Sis? tapi itu tes

power bagi saya. Kalau saya ga kuat, saya langsung berhenti, dan

saya mendingan mencari taksi karena sirahe wes mumet ga karuan

W: sampai kuat ya Bro?

B: sampai kuat..

W: berarti sering Bro kayak gitu?

B: lha yo serieng.

W: berarti setelah rehab itu tes power?

B: iya anak-anak itu kenapa mudah jatuh? Karena mereka tidak

menggunakan tes power/ uji

kekuatan dengan cara duduk

bersama dengan orang yang

sedang menggunakan. Subjek

menguji hal tersebut hingga

subjek merasa benar-benar kuat.

Apabila tidak kuat, subjek

langsung meninggalkan tempat

tersebut.

(916-929) subjek menjelaskan

pentingnya uji kekuatan bagi

stopping).

Selain itu, subjek juga

menggunakan uji kekuatan,

yaitu untuk meningkatkan

kekuatan regulasi diri.

Penjelasan mengenai

pentingnya uji kekuatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 267: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

249

918

919

920

921

922

923

924

925

926

927

928

929

930

931

932

933

934

935

936

937

938

939

sempat tes power. Misal aja gini, terapi community (TC) itu kan

ada tes power, itu dengan cara dikawal. Misal ditanya, “dulu

pertama pakai di mana?”. Misal anak-anak jawab, “di Boshe”, ya

kita antar ke sana. Kita lihat, di sana mereka kuat duduk berapa

lama. Makanya kita juga harus hafal dengan bahasa non verbal

mereka. Kalau dia sudah merinding, duduk tidak nyaman, keringat

dingin keluar, ya sudah kita ajak pulang.

W: berarti begitu ya

B: plus dia juga harus jujur kalau misal ga kuat. Lingkungan juga

harus bisa mendukung.

W: jujur dengan hambatan yang dialami ya Bro berarti...

B: iya.. kalau tidak ya bakal dinikmati terus, njuk bablas.

W: selama ini yang dirasa membantu Bro Y selama menjaga

abstinen itu apa aja Bro? Selain handle feeling, positive thinking...

B: ya dukungan keluarga ya. Dukungan keluarga itu sangat perlu

banget. Dulu sebelum saya menikah yaa bapak ibu saya. Tapi

setelah menikah ya istri saya, anak-anak saya. Jadi mereka itu

saya perlukan terutama untuk sharing, terus bisa diajak pergi.

W: nah kalau lingkungan masyarakat itu gimana Bro? Kan ga

semuanya bisa berpikir positif?

B: pindah aku. Aku jadi omongan buat cucunya, ya bagus sih, tapi

lama-lama kan ya bikin atiku clekit, makanya aku pindah dari

residen.

(930-950) subjek mengatakan

bahwa yang dirasa membantu

subjek selama abstinen adalah

dukungan keluarga. Keluarga

dirasa berperan bagi subjek

karena subjek membutuhkan

tempat untuk sharing (berbagi

cerita).

Akan tetapi, subjek juga

memutuskan untuk pindah dari

Subjek merasa bahwa

keluarga memiliki peran

untuk membantu menjaga

kondisi abstinennya.

Selain itu, subjek juga

melakukan adaptasi yaitu

mengubah lingkungan agar

dirinya tetap menjaga

recoverynya.

Ekologi mikrosistem

(932-937)

Unsur Regulasi Diri:

Operate beradaptasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 268: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

250

940

941

942

943

944

945

946

947

948

949

950

951

952

953

954

955

956

957

958

959

960

961

kotagede.

W: berarti kalau lingkungan mending pindah ya?

B: mending pindah saja. Lha di tempat yang lama, misal aku

dateng huat hari raya, silaturahmi, masih di tuding-tuding,

dirasani, ya kan aku lama-lama tersinggung. Makanya aku pindah

di lingkungan baru, di budaya yang baru, yang tidak tahu aku

yang dulu, makanya itu lama-lama akan terkikis.

W: berarti pinter-pinternya ngubah lingkungan ya?

B: iya, dulu dikasih rumah sama mertua, tapi saya ga mau karena

lingkungan masih seperti itu. Daripada nanti anak-anakku juga

kena, ya sudah mending saya pindah saja.

W: Bro masih alami PAWS kan ya. Nah itu efeknya seberapa

Bro?

B: itu bukan karena efek drug usernya lho ya. Ini karena saya mau

pensiun.

W: karena mau pensiun?

W: tapi pikiran mau makai itu?

B: udah nggak ada. Cuma aku itu mudah marah, ada omongan

sedikit mudah tersinggung, rapat kalau pendapat tidak dipakai

saya marah. Tetapi tidak sampai saya kepingin menggunakan.

W: sudah engga ada keinginan buat pakai itu sejak kapan Bro?

B: sejak tahun 2000an itu sudah enggak.

lingkungan yang dirasa selalu

memiliki pembicaraan yang

negatif mengenai subjek.

(951-961) subjek mengatakan

bahwa PAWS tidak begitu

mengganggunya saat ini karena

dirinya sekarang lebih

mengalami kecemasan

menjelang pensiun.

Subjek mengalami

kecemasan akan hari

pensiunnya.

Mengalami post power

syndrome

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 269: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

251

962

963

964

965

966

967

968

969

970

971

972

973

974

975

976

977

978

979

980

981

982

983

W: tapi PAWS itu masih ada sampai sekarang?

B: wo kalo itu seumur hidup gejalanya. Sampai sekarang ya masih

kerasa.

W: berarti duduk ga nyaman, fisik ga nyaman itu gejalanya masih

sampai sekarang?

B: iya karena itu yang seumur hidup.

W: nah itu dirasa mengganggu ga Bro?

B: ya sangat mengganggu. Tapi kan saya seiring usia itu kan

handle feeling, positive thinking itu kan ya terbawa to? Udah dari

dulu.

W: kalau positive thinking itu kayak gimana aja to Bro?

B: ya menilai sesuatu itu baik. Misal dia ngomongin saya itu

belum tentu buruk kok.

W: jadi ga langsung dimasukin ke hati ya Bro?

W: terus selama ini yang membuat Bro Y ingin menjaga abstinen,

yang jadi motivasi atau niatnya itu apa Bro?

B: ya semenjak saya memegang anak-anak ini (residen), makanya

saya harus bisa jadi role model. Jadi apa yang saya alami itu akan

saya ceritakan pada anak. Selain itu juga anak-anak saya sendiri,

jadi saya harus bisa menjadi contoh., jangan sekali-kali saya

menggunakan lagi. Lalu saya juga golek dalan padang mbak.

Apalagi kesehatan saya juga menurun, makanya saya juga harus

(962-975) subjek mengatakan

bahwagejala PAWS ia rasakan

sampai saat ini (seumur hidup).

Hal tersebut dirasa mengganggu,

akan tetapi subjek sudah terbiasa

dengan melakukan kontrol

emosi.

(976-985) hal yang menjadi

motivasi bagi subjek untuk

menjaga kondisi abstinennya

adalah residen dan anaknya

sendiri. Subjek merasa bahwa

dirinya harus mampu menjadi

seorang yang dapat dicontoh.

Subjek mengalami post

acute withdrawl syndrome.

Akan tetapi, gejala tersebut

dirasa sudah tidak begitu

mengganggunya karena

subjek sudah terbiasa untuk

mengendalikan emosinya

Cara yang dilakukan subjek

untuk menjaga kondisi

abstinen yaitu dengan

menjadi role model.

PAWS

Unsur Regulasi Diri:

Monitoring

menjadi role model (978-

985)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 270: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

252

984

985

986

987

988

989

990

991

992

993

994

995

996

997

998

999

1000

1001

1002

1003

selalu siap. Juga buat yang paling saya sayangi itu keluarga,

karena saya ga mau keluarga saya itu saya tinggali masalah.

W: Bro Y juga bilang kalau handle feeling itu memilih dan

memilah, itu bagaimana Bro?

B: jadi misal kumpul sama temen-temen, saya diajaki makai drugs

lagi, saya trimo urunan aja tapi saya ga pakai. Saya cari aman,

supaya saya tidak diserang lagi. Biar mereka bisa mikir kalau saya

ini sudah berhenti tetapi saya ini ga sengit sama mereka. Kalau

saya semakin sengit, malah saya semakin diserang.

W: kalau dari pengalaman kejatuhan, relapse itu Bro, nah Bro Y

memandang proses yang relapse itu seperti apa?

B: ternyata saat saya menggunakan lagi itu kan sia-sia, harus

rehab satu tahun lagi. Kan waktuku terbuang sia-sia selama tujuh

tahun itu. Coba tujuh tahun itu saya berkarir, sudah seperti apa

saya dulu. Kalau tujuh tahun bekerja, berarti saya sudah

kehilangan kenaikan pangkat to?

W: buat konfrimasi Bro, berarti relapse itu ga mesti kembali jadi

adiksi, tapi membawa kembali masalah yang sama?

B: he‟em.. tapi kalau diabaikan ya akan terulang kembali jadi

pecandu, kembali dari nol lagi, harus detox lagi.

(986-992) subjek mengontrol

emosinya dengan cara tidak turut

menggunakan narkoba ketika

berkumpul bersama teman-

temannya.

(993-999) subjek memandang

bahwa relapse adalah proses

yang sia-sia dan hanya

membuang waktu/ masa untuk

berkarir.

Subjek menghentikan

dorongan sejak awal dengan

cara menolak untuk kembali

mengonsumsi narkoba

Subjek merasa bahwa

relapse adalah hal yang sia-

sia.

Mencegah pola kegagalan

RD:

Mencegah kelambanan

psikologis (988-992)

Pemaknaan akan relapse

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 271: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

253

1004

1005

1006

1007

1008

1009

1010

1011

1012

1013

1014

1015

1016

1017

1018

1019

1020

1021

1022

1023

1024

PROBING

W: begini Bro, setelah menjadi pecandu pun Bro Y kan bisa

merencanakan karir. Nah itu bagaimana bisa Bro Y punya tujuan

seperti merencanakan karir, lalu bekerja, dan lain sebagainya itu?

B: satu, karena termotivasi dari adik-adikku dong. Masa adik-

adikku pada “jadi” smua, aku malah ga jadi sendiri? Ya karena

aku sendiri pun pengen punya anak, pengen punya bojo, ya

makane aku harus berkarya. Jadi aku ga bisa “njagakake” orang

tua terus.

W: kok bisa muncul keinginan seperti itu kenapa Bro?

B: ya karena saya lihat adek saya berhasil, makanya saya juga

mau berhasil. Karena saya punya semboyan, “orang lain bisa,

kenapa saya enggak”. Naah itu yang saya tanamkan itu.

W: terus sekarang Bro Y bisa handle feeling itu, jadi gini, waktu

ada pikiran buat pakai lalu Bro Y memilih pergi dari tempat, nah

itu kenapa Bro Y bisa pilih cara yang seperti itu?

B: ya sebenarnya juga dukungan keluarga. Nah aku kan juga

belajar tentang kejujuran, jadi ketika PAWS itu, aku udah

ngomong sama bojoku. Aku crita kalo badanku udah ngrasa ga

enak, dan emosinya bawaannya pengen marah-marah. Naah dari

situ aku diajak pergi dan dikasih tau carane kayak gimana. Jadi

aku bicara jujur sama keluargaku tentang keadaan fisikku. Jadi ya

(1004-1015) subjek dapat

memiliki tujuan karena dirinya

merasa termotivasi oleh

kesuksesan adik-adiknya. Selain

itu, subjek memiliki keinginan

untuk berkeluarga sehingga

subjek memiliki tujuan seperti

perencanaan karir.

(1016-1025) subjek mampu

mengendalikan emosinya karena

dirinya bersikap jujur terhadap

keluarganya mengenai kondisi

fisik dan emosi yang dialaminya.

Subjek merasa mendapatkan

dukungan dari keluarganya.

Subjek dapat menetapkan

tujuan karena ingin sukses

seperti adik-adiknya dan

memiliki keinginan untuk

berkeluarga.

Subjek mampu

mengendalikan emosi

karena bersikap jujur dan

mendapatkan dukungan dari

keluarganya

Unsur Regulasi Diri:

Tujuan mengapa subjek

mampu menetapkan tujuan

Mengontrol emosi

mendapatkan dukungan

dari keluarga dan bersikap

jujur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 272: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

254

1025

1026

1027

1028

1029

1030

1031

1032

1033

1034

1035

1036

1037

1038

1039

1040

aku bisa stop karena akunya juga didukung.

W: lalu apa yang bikin Bro Y yakin supaya ga jatuh lagi?

B: karena satu, saya harus bisa jadi yang baik buat anak-anakku,

jadi saya harus bisa jadi role model buat mereka. Jadi saya bisa

jadi role model bagi sesama pecandu, buat anak-anak residen. Di

samping itu, saya harus bisa menunjukkan bahwa saya ini bisa

berkarya, terutama kepada keluarga saya dan teman-teman saya

yang sering men-judge jelek ke saya. Jadi saya bisa makin yakin

karena saya itu harus bisa jadi contoh.

W: terus Bro Y itu bisa pulih, apakah dapat contoh juga dari orang

lain?

B: oiya jelas, dari temen-temen yang ada di Malaysia sana. Jadi

mereka ya ngasih contoh ke aku, sama kayak aku kasih contoh ke

anak-anak residen sekarang. Jadi balik ke semboyan tadi, “orang

lain bisa, saya juga bisa”. Begitu..

W: baik Bro, terimakasih untuk waktu dan kesediaannya.

(1026-1033) subjek merasa yakin

dirinya tidak kembali jatuh

karena subjek merasa harus

menjadi role model yang baik

dan menunjukkan perubahan

bagi pihak yang memberi

penilaian buruk terhadap subjek

(1034-1040) subjek mengatakan

bahwa dirinya mendapatkan role

model sehingga dirinya juga

dapat meraih keberhasilan dalam

recovery/ kesembuhan

Sumber keyakinan subjek:

Harus menjadi role model

yang baik dan

Merasa ingin menunjukkan

diri

Subjek mendapatkan role

model

Sumber self efficacy

pada subjek

Subjek mendapatkan

role model

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 273: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

255

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 274: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

256

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 275: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

257

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 276: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

258

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 277: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

259

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 278: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

260

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 279: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

261

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 280: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

262

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 281: PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU  · PDF filePROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI HALAMAN JUDUL

263

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI